KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA (KKNI) DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM S2 PENDIDIKAN IPA

Transkripsi

1 KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA (KKNI) DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM S2 PENDIDIKAN IPA S. HAMID HASAN PRESENTASI DI UNIVERSITAS JAMBI JAMBI, AGUSTUS 2014

2 PENGEMBANGAN KURIKULUM PERGURUAN TINGGI KKNI PERATURAN DIKTI 6 KURIKULUM PERATURAN UNIVERSITAS SNPT

3 KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012

4 KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA, (KKNI), ADALAH KERANGKA PENJENJANGAN KUALIFIKASI KOMPETENSI YANG DAPAT MENYANDINGKAN, MENYETARAKAN, DAN MENGINTEGRASIKAN ANTARA BIDANG PENDIDIKAN DAN BIDANG PELATIHAN KERJA SERTA PENGALAMAN KERJA DALAM RANGKA PEMBERIAN PENGAKUAN KOMPETENSI KERJA SESUAI DENGAN STRUKTUR PEKERJAAN DI BERBAGAI SEKTOR (DIKTI/Pasal 1.1).

5 Pendidikan In formal Pengembangan di industri & Stakeholders lainnya Lembaga kaulifikasi terakreditasi Lembaga Sertifikasi terakreditasi Badan Kualifikasi Nasional Indonesia Pendidikan Formal Lembaga kaulifikasi terakreditasi Lembaga Sertifikasi Profesi Lembaga Sertifikasi Kompetensi Pendidikan Non formal Penyetaraan antar sektor (DIKTI)

6 KKNI KKNI TERDIRI DARI 9 (SEMBILAN) JENJANG KUALIFIKASI, DIMULAI DARI KUALIFIKASI 1 SEBAGAI KUALIFIKASI TERENDAH DAN KUALIFIKASI 9 SEBAGAI KUALIFIKASI TERTINGGI JENJANG KUALIFIKASI ADALAH TINGKAT CAPAIAN PEMBELAJARAN YANG DISEPAKATI SECARA NASIONAL, DISUSUN BERDASARKAN UKURAN HASIL PENDIDIKAN DAN/ATAU PELATIHAN YANG DIPEROLEH MELALUI PENDIDIKAN FORMAL, NONFORMAL (PENGALAMAN KERJA)(DIKTI)

7 PENCAPAIAN LEVEL PADA KKNI MELALUI BERBAGAI JALUR (DIKTI) PENDIDIKAN : GELAR AKADEMIS SM P SM A D1 D2 D3 S1 PR O U 8 S2 S3 9 PROFESI : SERTIFIKAT PROFESI (PII) M D 7 M OPERATOR ANALIS AHLI 5 OTODIDAK : PENGALAMAN KEAHLIAN KHUSUS INDUSTRI : FUNGSI JABATAN KERJA

8 S3 S2 S1 S3T SPESIALIS 2 S2T SPESIALIS 1 DIV/ S1T DIII DII PROFESI KKNI AHLI TEKNISI/ ANALIS AHLI TEKNISI/ ANALIS SMU DI SMK 3 2 OPERATOR OPERATOR PROGRAM AKADEMIK DIKTI PROGRAM VOKASI PROGRAM PROFESI 1 PENGEMBANGAN KARIR BERBASIS PELATIHAN KERJA PENGEMBANGAN KARIR BERBASIS PENGALAMAN

9 Kebutuhan untuk melakukan penyelarasan antar sektor (DIKTI) International qualification agencies Accreditation and certification agencies, individuals and society at large International Qualification and Assessment Model Information and Assistance Center Badan Kualifikasi Nasional Indonesia Development of national standard for education and profession Credit Transfer or RPL System Development National Qualification and Assessment Model Schools, universities, training providers Company and professional associations, government employees National Accreditation Board, National Board for Professional Certification, National Board for Education Standard

10 DESKRIPSI KUALIFIKASI PADA KKNI (DIKTI) SCIENCE SKILLS IQF KNOWLEDGE AFFECTIVE DOMAIN KNOW HOW DESKRIPSI KUALIFIKASI PADA KKNI CAPAIAN PEMBELAJARAN (LEARNING OUTCOMES): INTERNASILISASI DAN AKUMULASI ILMU PENGETAHUAN, PENGETAHUAN, PENGETAHUAN PRAKTIS,KETRAMPILAN, AFEKSI, DAN KOMPETENSI YANG DICAPAI MELALUI PROSES PENDIDIKAN YANG TERSTRUKTUR DAN MENCAKUP SUATU BIDANG ILMU/KEAHLIAN TERTENTU ATAU MELALUI PENGALAMAN KERJA. The share of Science, Knowledge, Knowhow and Skills in each IQF level may vary according to the national qualification assessment established by all concerned parties. IQF = INTERNATIONAL QUALIFICATION FRAMEWORKS

11 PENGERTIAN BEBERAPA ISTILAH LLMU PENGETAHUAN (SCIENCE): SUATU SISTEM BERBASIS METODOLOGI ILMIAH UNTUK MEMBANGUN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE) MELALUI HASIL-HASIL PENELITIAN DI DALAM SUATU BIDANG PENGETAHUAN (BODY OF KNOWLEDGE). PENELITIAN BERKELANJUTAN YANG DIGUNAKAN UNTUK MEMBANGUN SUATU ILMU PENGETAHUAN HARUS DIDUKUNG OLEH REKAM DATA, OBSERVASI DAN ANALISA YANG TERUKUR DAN BERTUJUAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MANUSIA TERHADAP GEJALA-GEJALA ALAM DAN SOSIAL. PENGETAHUAN (KNOWLEDGE): PENGUASAAN FAKTA, KONSEP, TEORI, PROSEDUR, METAKOGNITIF OLEH SESEORANG PADA SUATU BIDANG KEAHLIAN TERTENTU PENGETAHUAN PRAKTIS (KNOW-HOW=PROSEDUR): PENGUASAAN TENTANG

12 KETERAMPILAN (SKILL): KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK ( KEMAMPUAN GERAK DAN PENGGUNAAN METODE, ALAT DAN INSTRUMEN) YANG DILANDASI OLEH PENGETAHUAN (KNOWLEDGE) DAN SIKAP SESEORANG TERHADAP PEKERJAAN/TUGAS YANG SEDANG DILAKUKAN AFEKSI (AFFECTION): SIKAP (ATTITUDE) PERILAKU SESEORANG TERHADAP ASPEK-ASPEK DI SEKITAR KEHIDUPANNYA YANG DIBANGUN ATAS PENGETAHUANNYA MENGENAI NILAI YANG MELANDASI SIKAP, PENGEMBANGAN MORAL FEELING PADA DIRINYA, DAN PENGEMBANGAN DALAM PERILAKU/TINDAKAN SEHINGGA MENJADI KEBIASAAN DIRI (KARAKTER DIRI) KOMPETENSI (COMPETENCY): KEMAMPUAN SESEORANG DALAM MELAKSANAKAN SUATU UNJUK KERJA YANG TERSTRUKTUR, MENCAKUP ASPEK KEMANDIRIAN DAN TANGGUNG JAWAB INDIVIDU PADA BIDANG KERJANYA DIDASARKAN PADA

13 1. AKUNTABILITAS PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KKNI 9 8 S3 S2 Spesialis S3(T) S2(T) KKNI Profesi 7 6 S1 D IV 6 5 D III 5 4 D II Sekolah Menengah Umum PENDIDIKAN BERBASIS PENGEMBANGAN KEILMUAN D I Sekolah Menengah Kejuruan PENDIDIKAN BERBASIS PENGEMBANGAN KEAHLIAN 3 2 1

14 PPL PPL Lulusan D2 CONTOH PENGAKUAN MAKSIMUM KKNI Pendidikan Vokasi Subspesialis Spesialis Profesi umum SMA/SMK D4 D3 D2 D1 D4 D3 D2 D1 Pendidikan Profesi SMU/ SMK Pendidikan Akademik S3 S2 S1

15 MULTI ENTRY AND MULTI EXIT SYSTEM (DIKTI) S3 S3 (T) Spesialis Y Spesialis X KKNI Level 9 S2 S2 (T) Profesi Y Spesialis X- KKNI Level 8 Profesi X S1 S1(T)/D IV D III Bridging system D II D I (T) = TERAPAN SMA/SMK

16 SISTEM PENJAMINAN MUTU BERBASIS KKNI (DIKTI) PERGURUAN TINGGI Menyusun capaian pembelajaran Program Studi berbasis KKNI Implementasi kurikulum Tercapainya Kualifikasi lulusan sesuai deskriptor Sistem Penjaminan Mutu Internal BSNP menyusun Standar Nasional Pendidikan untuk tercapainya kualifikasi pada KKNI Sistem Penjaminan Mutu Eksternal Sistem penjaminan mutu internal dan eksternal untuk mecapai kualifikasi capaian pembelajaran 16

17 Deskripsi Umum (DIKTI/KKNI) SESUAI DENGAN IDEOLOGI NEGARA DAN BUDAYA BANGSA INDONESIA, MAKA IMPLEMENTASI SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN SISTEM PELATIHAN KERJA YANG DILAKUKAN DI INDONESIA PADA SETIAP LEVEL KUALIFIKASI MENCAKUP PROSES YANG MENUMBUHKEMBANGKAN SIKAP SEBAGAI BERIKUT : BERTAQWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA MEMILIKI MORAL, ETIKA DAN KEPRIBADIAN YANG BAIK DI DALAM MENYELESAIKAN TUGASNYA BERPERAN SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BANGGA DAN CINTA TANAH AIR SERTA MENDUKUNG PERDAMAIAN DUNIA MAMPU BEKERJA SAMA DAN MEMILIKI KEPEKAAN SOSIAL DAN KEPEDULIAN YANG TINGGI TERHADAP MASYARAKAT DAN LINGKUNGANNYA MENGHARGAI KEANEKARAGAMAN BUDAYA, PANDANGAN, KEPERCAYAAN, DAN AGAMA SERTA PENDAPAT/TEMUAN ORISINAL ORANG LAIN MENJUNJUNG TINGGI PENEGAKAN HUKUM SERTA MEMILIKI SEMANGAT UNTUK MENDAHULUKAN KEPENTINGAN BANGSA SERTA MASYARAKAT LUAS.

18 LEVEL 6 (SARJANA/DIPLOMA-4) DIKTI MAMPU MENGAPLIKASIKAN BIDANG KEAHLIANNYA DAN MEMANFAATKAN IPTEKS PADA BIDANGNYA DALAM PENYELESAIAN MASALAH SERTA MAMPU BERADAPTASI TERHADAP SITUASI YANG DIHADAPI. MENGUASAI KONSEP TEORITIS BIDANG PENGETAHUAN TERTENTU SECARA UMUM DAN KONSEP TEORITIS BAGIAN KHUSUS DALAM BIDANG PENGETAHUAN TERSEBUT SECARA MENDALAM, SERTA MAMPU MEMFORMULASIKAN PENYELESAIAN MASALAH PROSEDURAL. MAMPU MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG TEPAT BERDASARKAN ANALISIS INFORMASI DAN DATA, DAN MAMPU MEMBERIKAN PETUNJUK DALAM MEMILIH BERBAGAI ALTERNATIF SOLUSI SECARA MANDIRI DAN KELOMPOK. BERTANGGUNG JAWAB PADA PEKERJAAN SENDIRI DAN DAPAT DIBERI TANGGUNG JAWAB ATAS PENCAPAIAN HASIL KERJA ORGANISASI

19 LEVEL 7 (PROFESI GURU) DIKTI MAMPU MERENCANAKAN DAN MENGELOLA SUMBERDAYA DI BAWAH TANGGUNG JAWABNYA, DAN MENGEVALUASI SECARA KOMPREHENSIF KERJANYA DENGAN MEMANFAATKAN IPTEKS UNTUK MENGHASILKAN LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN STRATEGIS ORGANISASI. MAMPU MEMECAHKAN PERMASALAHAN SAINS, TEKNOLOGI, DAN ATAU SENI DI DALAM BIDANG KEILMUANNYA MELALUI PENDEKATAN MONODISIPLINER. MAMPU MELAKUKAN RISET DAN MENGAMBIL KEPUTUSAN STRATEGIS DENGAN AKUNTABILITAS DAN TANGGUNG JAWAB PENUH ATAS SEMUA ASPEK YANG BERADA DI BAWAH TANGGUNG JAWAB BIDANG KEAHLIANNYA.

20 LEVEL 8 (MAGISTER) DIKTI MAMPU MENGEMBANGKAN PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN ATAU SENI DI DALAM BIDANG KEILMUANNYA ATAU PRAKTEK PROFESIONALNYA MELALUI RISET, HINGGA MENGHASILKAN KARYA INOVATIF DAN TERUJI. MAMPU MEMECAHKAN PERMASALAHAN SAINS, TEKNOLOGI, DAN ATAU SENI DI DALAM BIDANG KEILMUANNYA MELALUI PENDEKATAN INTER ATAU MULTIDISIPLINER. MAMPU MENGELOLA RISET DAN PENGEMBANGAN YANG BERMANFAAT BAGI MASYARAKAT DAN KEILMUAN, SERTA MAMPU MENDAPAT PENGAKUAN NASIONAL MAUPUN INTERNASIONAL.

21 LEVEL 9 (DOKTOR) DIKTI MAMPU MENGEMBANGKAN PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN ATAU SENI BARU DI DALAM BIDANG KEILMUANNYA ATAU PRAKTEK PROFESIONALNYA MELALUI RISET, HINGGA MENGHASILKAN KARYA KREATIF, ORIGINAL, DAN TERUJI. MAMPU MEMECAHKAN PERMASALAHAN SAINS, TEKNOLOGI, DAN ATAU SENI DI DALAM BIDANG KEILMUANNYA MELALUI PENDEKATAN INTER, MULTI ATAU TRANSDISIPLINER. MAMPU MENGELOLA, MEMIMPIN, DAN MENGEMBANGKAN RISET DAN PENGEMBANGAN YANG BERMANFAAT BAGI ILMU PENGETAHUAN DAN KEMASLAHATAN UMAT MANUSIA, SERTA MAMPU MENDAPAT PENGAKUAN NASIONAL MAUPUN INTERNASIONAL.

22 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI PERMENDIKBUD NOMOR 49 TAHUN 2014

23 PENGERTIAN SNPT STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI, ADALAH SATUAN STANDAR YANG MELIPUTI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN, DITAMBAH DENGAN STANDAR NASIONAL PENELITIAN, DAN STANDAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PASAL 1.1)

24 TUJUAN SNPT MENJAMIN TERCAPAINYA TUJUAN PENDIDIKAN TINGGI YANG BERPERAN STRATEGIS DALAM MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA, MEMAJUKAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN MENERAPKAN NILAI HUMANIORA SERTA PEMBUDAYAAN DAN PEMBERDAYAAN BANGSA INDONESIA YANG BERKELANJUTAN; MENJAMIN AGAR PEMBELAJARAN PADA PROGRAM STUDI, PENELITIAN, DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT YANG DISELENGGARAKAN OLEH PERGURUAN TINGGI DI SELURUH WILAYAH HUKUM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA MENCAPAI MUTU SESUAI DENGAN KRITERIA YANG DITETAPKAN DALAM STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI; DAN MENDORONG AGAR PERGURUAN TINGGI DI SELURUH WILAYAH HUKUM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA MENCAPAI MUTU PEMBELAJARAN, PENELITIAN, DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT MELAMPAUI KRITERIA YANG DITETAPKAN DALAM STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI SECARA BERKELANJUTAN.

25 RUANG LINGKUP (Pasal 4) (1) STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TERDIRI ATAS: A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN; B. STANDAR ISI PEMBELAJARAN; C. STANDAR PROSES PEMBELAJARAN; D. STANDAR PENILAIAN PEMBELAJARAN; E. STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN; F. STANDAR SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN; G. STANDAR PENGELOLAAN PEMBELAJARAN; DAN H. STANDAR PEMBIAYAAN PEMBELAJARAN. (2) STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1) MENJADI ACUAN DALAM MENYUSUN, MENYELENGGARAKAN, DAN MENGEVALUASI KURIKULUM.

26 STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (Pasal 5) ⑴ STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MERUPAKAN KRITERIA MINIMAL TENTANG KUALIFIKASI KEMAMPUAN LULUSAN YANG MENCAKUP SIKAP, PENGETAHUAN, DAN KETERAMPILAN YANG DINYATAKAN DALAM RUMUSAN CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUSAN. (3) RUMUSAN CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUSAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1) WAJIB: A. MENGACU PADA DESKRIPSI CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUSAN KKNI ; DAN B. MEMILIKI KESETARAAN DENGAN JENJANG KUALIFIKASI PADA KKNI.

27 BEBAN BELAJAR (Pasal 15) (1) BEBAN BELAJAR MAHASISWA SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 10 AYAT (2) HURUF D, DINYATAKAN DALAM BESARAN SATUAN KREDIT SEMESTER (SKS). (2) SATU SKS SETARA DENGAN 160 (SERATUS ENAM PULUH) MENIT KEGIATAN BELAJAR PER MINGGU PER SEMESTER. (3) SETIAP MATA KULIAH PALING SEDIKIT MEMILIKI BOBOT 1 (SATU) SKS. (4) SEMESTER MERUPAKAN SATUAN WAKTU KEGIATAN PEMBELAJARAN EFEKTIF SELAMA 16 (ENAM BELAS) MINGGU

28 BEBAN BELAJAR UNTUK MEMENUHI CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUSAN PROGRAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 5, MAHASISWA WAJIB MENEMPUH BEBAN BELAJAR PALING SEDIKIT: A. 36 SKS UNTUK PROGRAM DIPLOMA SATU; B. 72 SKS UNTUK PROGRAM DIPLOMA DUA; C. 108 SKS UNTUK PROGRAM DIPLOMA TIGA; D. 144 SKS UNTUK PROGRAM DIPLOMA EMPAT DAN PROGRAM SARJANA; E. 36 SKS UNTUK PROGRAM PROFESI; F. 72 SKS UNTUK PROGRAM MAGISTER, MAGISTER TERAPAN, DAN SPESIALIS SATU; DAN G. 72 SKS UNTUK PROGRAM DOKTOR, DOKTOR TERAPAN, DAN SPESIALIS DUA.

29 DISTRIBUSI BEBAN S-2 DAN S-3 S-2 PERKULIAHAN : ±32 SKS PROPOSAL THESIS : ± 5 SKS (ANOTASI DAN DESAIN) PENELITIAN DAN PENULISAN THESIS : ±20 SKS SEMINAR : ± 5 SKS KARYA ILMIAH : ±10 SKS S-3 PERKULIAHAN : ±12 SKS PROPOSAL DISERTASI : ± 5 SKS (ANOTASI DAN DESAIN) PENELITIAN DAN PENULISAN DISERTASI : ±30 SKS SEMINAR : ± 5 SKS KARYA ILMIAH INTERNASIONAL : ±20 SKS

30 BENTUK DN BEBAN BELAJAR KULIAH/RESPONSI/TUTORIAL (160 ) TATAP MUKA (50 ) PENUGASAN TERSTRUKTUR (50 ) MANDIRI (60 ) TATAP MUKA (100 ) SEMINAR (160 ) MANDIRI PRAKTIKUM, PRAKTIK STUDIO, PRAKTIK BENGKEL, PRAKTIK LAPANGAN, PENELITIAN, PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 160

31 BEBAN BELAJAR (Pasal 16) 1 (SATU) SKS PADA BENTUK PEMBELAJARAN KULIAH, RESPONSI DAN TUTORIAL, MENCAKUP: A. KEGIATAN BELAJAR DENGAN TATAP MUKA 50 (LIMA PULUH) MENIT PER MINGGU PER SEMESTER; B. KEGIATAN BELAJAR DENGAN PENUGASAN TERSTRUKTUR 50 (LIMA PULUH) MENIT PER MINGGU PER SEMESTER; DAN C. KEGIATAN BELAJAR MANDIRI 60 (ENAM PULUH) MENIT PER MINGGU PER SEMESTER.

32 BEBAN BELAJAR 1 (SATU) SKS PADA BENTUK PEMBELAJARAN SEMINAR ATAU BENTUK PEMBELAJARAN LAIN YANG SEJENIS, MENCAKUP: A. KEGIATAN BELAJAR TATAP MUKA 100 (SERATUS) MENIT PER MINGGU PER SEMESTER; DAN B. KEGIATAN BELAJAR MANDIRI 60 (ENAM PULUH) MENIT PER MINGGU PER SEMESTER. (3) 1 (SATU) SKS PADA BENTUK PEMBELAJARAN PRAKTIKUM, PRAKTIK STUDIO, PRAKTIK BENGKEL, PRAKTIK LAPANGAN, PENELITIAN, PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, DAN/ATAU BENTUK PEMBELAJARAN LAIN YANG SETARA, ADALAH 160 (SERATUS ENAM PULUH) MENIT PER MINGGU PER SEMESTER.

33 BEBAN BELAJAR (Pasal 17) (1) BEBAN NORMAL BELAJAR MAHASISWA ADALAH 8 (DELAPAN) JAM PER HARI ATAU 48 (EMPAT PULUH DELAPAN) JAM PER MINGGU SETARA DENGAN 18 (DELAPAN BELAS) SKS PER SEMESTER, SAMPAI DENGAN 9 (SEMBILAN) JAM PER HARI ATAU 54 (LIMA PULUH EMPAT) JAM PER MINGGU SETARA DENGAN 20 (DUA PULUH) SKS PER SEMESTER.

34 KELULUSAN KELULUSAN MAHASISWA DARI PROGRAM PROFESI, PROGRAM SPESIALIS, PROGRAM MAGISTER, PROGRAM MAGISTER TERAPAN, PROGRAM DOKTOR, PROGRAM DOKTOR TERAPAN, DINYATAKAN DENGAN PREDIKAT MEMUASKAN, SANGAT MEMUASKAN, DAN PUJIAN DENGAN KRITERIA: A. MAHASISWA DINYATAKAN LULUS DENGAN PREDIKAT MEMUASKAN APABILA MENCAPAI INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) 3,00 (TIGA KOMA NOL) SAMPAI DENGAN 3,50 (TIGA KOMA LIMA NOL); B. MAHASISWA DINYATAKAN LULUS DENGAN PREDIKAT SANGAT MEMUASKAN APABILA MENCAPAI INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) 3,51(TIGA KOMA LIMA SATU) SAMPAI DENGAN 3,75 (TIGA KOMA TUJUH LIMA); ATAU C. MAHASISWA DINYATAKAN LULUS DENGAN PREDIKAT PUJIAN APABILA MENCAPAI INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) LEBIH DARI 3,75 (TIGA KOMA TUJUH LIMA).

35 KURIKULUM PERGURUAN TINGGI

36 LANDASAN HUKUM PENYUSUNAN KURIKULUM UU SISDIKNAS BAB III PASAL 4 AYAT 3 : PENDIDIKAN DISELENGGARAKAN SEBAGAI SUATU PROSES PEMBUDAYAAN DAN PEMBERDAYAAN PESERTA DIDIK YANG BERLANGSUNG SEPANJANG HAYAT PENDIDIKAN DISELENGGARAKAN DENGAN MEMBERI KETELADANAN, MEMBANGUN KEMAUAN DAN MENGEMBANGKAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN

37 LANDASAN HUKUM PENYUSUNAN BAB X PASAL 38 TENTANG KURIKULUM: KURIKULUM KURIKULUM DILAKUKAN MENGACU PADA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KURIKULUM MEMPERHATIKAN: 1. PENINGKATAN IMTAQ 2. PENINGKATAN AHLAK 3. PENINGKATAN POTENSI, KECERDASAN, MINAT 4. TUNTUTAN DUNIA KERJA 5. PERKEMBANGAN IPTEKS 6. DINAMIKA PERKEMBANGAN GLOBAL 7. PERSATUAN NASIONAL

38 PENDIDIKAN TINGGI (DIKTI) meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan misi 5K (Integrasi) Proses Efisiensi &Efektivitas (Mengurangi Input, Meningkatkan Hasil) (Berbagi) Sumberdaya Efisiensi (Menurunkan Input) Kepemimpinan Yang kokoh Efektivitas (Meningkatkan Hasil) 38 (Sentuhan) TIK

39 PENGEMBANGAN KURIKULUM S-1 DAN PROFESI

40 PENGEMBANGAN KURIKULUM KEGIATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM; 1. Learning Outcomes (TUJUAN) 2. PENENTUAN JUMLAH SKS 3. PENENTUAN WAKTU STUDI 4. MODEL KURIKULUM 5. STRUKTUR KURIKULUM 6. PENGEMBANGAN MATA KULIAH (UMUM, WAJIB,PILIHAN) 7. PENENTUAN PROSES PEMBELAJARAN 8. SUMBER DAN FASILITAS 9. PENILAIAN HASIL BELAJAR 10. PENILAIAN KEBERHASILAN BELAJAR 11. SERTIFIKASI/IJAZAH DAN WISUDA

41 IPS SEBAGAI SUATU BIDANG KAJIAN POSITIVISME PHE NO ME NOL OG Y ILMU SOSIA L ILMU PENDIDIKAN IPS TRANSDISCIPLINARITY

42 IPS SEBAGAI SUATU PROGRAM PENDIDIKAN ESENSIALISME PERENIALISME TRAN SDIS CIPLI NARI TY PENDIDIKA N IPS FENOMENA PENDIDIKA N IPS REKONSTRUKSI SOSIAL HUMANISME KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN ILMU

43 PENDIDIKAN S-1 IPS PENDIDIKAN IPS DI JENJANG PENDIDIKAN DASAR, MENENGAH, TINGGI SARJANA PENDIDIKAN IPS YANG MEMILIKI PEMAHAMAN KONSEP-KONSEP IPS, KEMAMPUAN MENERAPKAN KONSEP- KONSEP IPS DALAM DUNIA PENDIDIKAN DASAR MENENGAH, MEMILIKI SIKAP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF, INOVATIF, RASA INGIN TAHU, MEMILIKI KEBIASAAN BELAJAR DAN MAMPU MENGGUNAKAN IT PEMIKIR DAN PENGEMBANG PROGRAM

44 FOKUS KAJIAN PENDIDIKAN IPS FILOSOFI TEORI KONSEP GENERALISASI FAKTA PENDIDIKAN IPS KURIKULUM PEMBELAJARAN PENILAIAN SUMBER BELAJAR ALAT BELAJAR EVALUASI PENDIDIKAN IPS PENELITIAN IPS KEBUTUHAN MASYARAKAT PENELITIAN DAN EVALUASI KURIKULUM DAMPAK TERHADAP MASYARAKAT

45 APLIKASI FILOSOFI DALAM KUALITAS YANG PERLU DIMILIKI GENERASI MUDA PENDIDIKAN IPS IDE KURIKULU M FILOSO FI ESENSIALISME, PERENIALISME, HUMANISME, REKONSTRUKSI SOSIAL, TRANSDISIPLINARITI ISI KURIKULUM DOK PEMBELAJARAN PENILAIAN HASIL BELAJAR

46 KOMPONEN KURIKULUM S-1 IPS KOMPONEN KKNI FILOSOFI ESENSIALISME, PERENIALISME, HUMANISME, REKONSTRUKSI SOSIAL, TRANSDISIPLINARITI TEORI METODOLOGI BERBAGAI TEORI PENDIDIKAN IPS, MODEL KURIKULUM IPS, PEMBELAJARAN IPS, PENILAIAN HASIL BELAJAR IPS KUANTITATIF, KUALITATIF, MIXED METHODOLOGY KETRAMPILAN SIKAP PENELITIAN PENDIDIKAN IPS, PENGEMBANGAN MODEL/SUMBER BELAJAR/PENILAIAN HASIL BELAJAR, KREATIVITAS, BELAJAR MENYENANGI IPS, JUJUR, RASA INGIN TAHU, INOVATIF

47 KEGIATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM EVALUASI KURIKULUM

48 KEGIATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM IDE KURIKULUM FILOSOFI TEORI MODEL KURIKULUM PERSYARATA N LULUS KKNI SNPTN

49 KEGIATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM DOKUMEN KURIKULUM TUJUAN STRUKTUR MATA KULIAH BEBAN STUDI KKNI & SNPTN

50 KEGIATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM IMPLEMENTASI DOSEN SILABUS PROSES PENILAIAN KKNI/SNPT

51 KURIKULUM S-1 IPS KKNI KOMPONEN S-1 JENJANG 6 KOMPETENSI MAMPU MENGAPLIKASIKAN BIDANG IPS DAN MEMANFAATKAN IPTEKS PADA BIDANG IPS DALAM PENYELESAIAN MASALAH IPS SERTA MAMPU BERADAPTASI TERHADAP SITUASI PENDIDIKAN IPS YANG DIHADAPI. PENGETAHUAN MENGUASAI KONSEP TEORITIS BIDANG PENDIDIKAN SECARA UMUM DAN KONSEP TEORITIS BAGIAN IPS SECARA MENDALAM, SERTA MAMPU MEMFORMULASIKAN PENYELESAIAN MASALAH PROSEDURAL PENDIDIKAN IPS. KETRAMPILAN BERPIKIR MAMPU MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG TEPAT BERDASARKAN ANALISIS INFORMASI DAN DATA, DAN MAMPU MEMBERIKAN PETUNJUK DALAM MEMILIH BERBAGAI ALTERNATIF SOLUSI SECARA MANDIRI DAN KELOMPOK. SIKAP BERTANGGUNG JAWAB PADA PEKERJAAN SENDIRI DAN DAPAT DIBERI TANGGUNG JAWAB ATAS PENCAPAIAN HASIL KERJA ORGANISASI.

52 PENGEMBANGAN STRUKTUR, MATA KULIAH, SILABUS DAN SAP PENGEMBANGAN STRUKTUR KURIKULUM (PERMEN 232TAHUN 2000) PENGEMBANGAN MATA KULIAH DAN KONTEN MATA KULIAH PENENTUAN SKS MATA KULIAH PENENTUAN DISTRIBUSI MATA KULIAH DALAM STRUKTUR PENGEMBANGAN SILABUS PENGEMBANGAN SAP

53 STRUKTUR KURIKULUM KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 232/U/2000 PEDOMAN PENYUSUNAN KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI DAN PENILAIAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MENDASARKAN PADA (1) LEARNING TO KNOW, (2) LEARNING TO DO, (3) LEARNING TO LIVE TOGETHER, DAN (4) LEARNING TO BE KELOMPOK MATA KULIAH -MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN (MPK) -MATA KULIAH KEILMUAN DAN KETRAMPILAN (MKK) -MATA KULIAH KEAHLIAN BERKARYA (MKB) -MATA KULIAH PERILAKU BERKARYA (MPB), DAN -MATA KULIAH BERKEHIDUPAN BERMASYARAKAT (MBB).

54 KELOMPOK MPK MKK MKB MPB MBB DESKRIPSI KELOMPOK BAHAN KAJIAN DAN PELAJARAN UNTUK MENGEMBANGKAN MANUSIA INDONESIA YANG BERIMAN DAN BERTAQWA TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN BERBUDI PEKERTI LUHUR, BERKPRIBADIAN MANTAP, DAN MANDIRI SERTA MEMPUNYAI RASA TANGGUNGJAWAB KEMASYARAKATAN DAN KEBANGSAAN (KEPRIBADIAN) KELOMPOK BAHAN KAJIAN DAN PELAJARAN YANG DITUJUKAN TERUTAMA UNTUK MEMBERIKAN LANDASAN PENGUASAAN ILMU DAN KETRAMPILAN TERTENTU (PEDAGOGIK) KELOMPOK BAHAN KAJIAN DAN PELAJARAN YANG BERTUJUAN MENGHASILKAN TENAGA AHLI DENGAN KEKARYAAN BERDASARKAN DASAR ILMU DAN KETRAMPILAN YANG DIKUASAI (PROFESIONAL) KELOMPOK BAHAN KAJIAN DAN PELAJARAN YANG BERTUJUAN UNTUK MEMBENTUK SIKAP DAN PERILAKU YANG DIPERLUKAN SESEORANG DALAM BERKARYA MENURUT TINGKAT KEAHLIAN BERDASARKAN DASAR ILMU DAN KETRAMPILAN YANG DIKUASASINYA (KEPRIBADIAN) KELOMPOK BAHAN KAJIAN DAN PELAJARAN YANG DIPERLUKAN SESEORANG UNTUK DAPAT MEMAHAMI KAIDAH BERKEHIDUPAN BERMASYARAKAT SESUAI DENGAN PILIHAN KEAHLIAN DALAM BERKARYA (KEPRIBADIAN)

55 PENGEMBANGAN SILABUS DAN SAP

56 KOMPONEN SILABUS DAN SAP ARAH PERKULIAHAN KEMAMPUAN YANG AKAN DIMILIKI MAHASISWA, MATERI YANG HARUS DIPELAJARI DAN JUMLAH PERTEMUAN PROSES PEMBELAJARAN YANG AKAN DIALAMI MAHASISWA, PENILAIAN PERSYARATAN KEBERHASILAN SUMBER BELAJAR YANG HARUS DAN DAPAT DIGUNAKAN MAHASISWA.

57 PENDIDIKAN PROFESI GURU

58 PENGERTIAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN GURU STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN GURU ADALAH KRITERIA MINIMAL TENTANG PENDIDIKAN SARJANA PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN PROFESI GURU.

59 FUNGSI SNPG PENENTUAN RUMUSAN CAPAIAN PEMBELAJARAN, ISI, PROSES, DAN PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN; PENGEMBANGAN PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN; PENGEMBANGAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT; PENERIMAAN CALON PESERTA DIDIK; PENGEMBANGAN FASILITAS DAN SUMBER BELAJAR; PELAKSANAAN PENGENALAN LAPANGAN PERSEKOLAHAN (PLP) DAN PRAKTIK MENGAJAR MANDIRI (PMM); KUALITAS DOSEN; DAN SEKOLAH LABORATORIUM DAN/ATAU SEKOLAH/MADRASAH MITRA

60 PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) ADALAH PROGRAM PENDIDIKAN YANG DISELENGGARAKAN BERSAMAAN DENGAN/ATAU SETELAH PROGRAM SARJANA S1 PENDIDIKAN DAN NONKEPENDIDIKAN UNTUK MENDAPATKAN SERTIFIKAT PENDIDIK/GURU PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FORMAL, PENDIDIKAN DASAR, DAN PENDIDIKAN MENENGAH. PENGENALAN LAPANGAN PERSEKOLAHAN (PLP) ADALAH PROSES PENGAMATAN/OBSERVASI YANG DILAKUKAN MAHASISWA PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN UNTUK MEMPELAJARI ASPEK-ASPEK PEMBELAJARAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH/MADRASAH. PRAKTIK MENGAJAR MANDIRI (PMM) ADALAH KEGIATAN MAHASISWA PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN GURU UNTUK MEMPRAKTIKKAN KEMAMPUANNYA DALAM PEMBELAJARAN MULAI DARI PERENCANAAN, PELAKSANAAN, PENILAIAN, DAN PEMBINAAN DI SEKOLAH/MADRASAH MITRA.

61 LEMBAGA PELAKSANA PENDIDIKAN GURU DILAKSANAKAN DALAM BENTUK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU YANG RELEVAN DI BAWAH NAUNGAN PERGURUAN TINGGI DAN DIKELOLA UNIT PENGELOLA PROGRAM STUDI. PENDIDIKAN GURU BERSIFAT NASIONAL DAN BERTUJUAN UNTUK MENGHASILKAN TENAGA GURU BERDASARKAN KEBUTUHAN NASIONAL DAN/ATAU LOKAL.

62 BEBERAPA ISTILAH PENTING PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) ADALAH PROGRAM PENDIDIKAN YANG DISELENGGARAKAN BERSAMAAN DENGAN/ATAU SETELAH PROGRAM SARJANA S1 PENDIDIKAN DAN NONKEPENDIDIKAN UNTUK MENDAPATKAN SERTIFIKAT PENDIDIK/GURU PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FORMAL, PENDIDIKAN DASAR, DAN PENDIDIKAN MENENGAH. PENGENALAN LAPANGAN PERSEKOLAHAN (PLP) ADALAH PROSES PENGAMATAN/OBSERVASI YANG DILAKUKAN MAHASISWA PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN UNTUK MEMPELAJARI ASPEK-ASPEK PEMBELAJARAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH/MADRASAH. PRAKTIK MENGAJAR MANDIRI (PMM) ADALAH KEGIATAN MAHASISWA PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN GURU UNTUK MEMPRAKTIKKAN KEMAMPUANNYA DALAM PEMBELAJARAN MULAI DARI PERENCANAAN, PELAKSANAAN, PENILAIAN, DAN PEMBINAAN DI SEKOLAH/MADRASAH MITRA.

63 LEMBAGA PELAKSANA PENDIDIKAN GURU DILAKSANAKAN DALAM BENTUK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU YANG RELEVAN DI BAWAH NAUNGAN PERGURUAN TINGGI DAN DIKELOLA UNIT PENGELOLA PROGRAM STUDI. PENDIDIKAN GURU BERSIFAT NASIONAL DAN BERTUJUAN UNTUK MENGHASILKAN TENAGA GURU BERDASARKAN KEBUTUHAN NASIONAL DAN/ATAU LOKAL.

64 PROGRAM DAN PESERTA PPG PROGRAM STUDI PADA LPTK YANG DAPAT MELAKSANAKAN PPG MINIMAL MEMENUHI PERSYARATAN SEBAGAI BERIKUT: MEMILIKI PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN S-1 YANG SAMA DENGAN PROGRAM PPG YANG AKAN DISELENGGARAKAN; TERAKREDITASI DENGAN PERINGKAT BAIK SEKALI (B) OLEH BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI (BAN-PT) ATAU LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI (LAM-PT); MEMILIKI DOSEN TETAP DENGAN PERSYARATAN ENAM DOSEN BERKUALIFIKASI MAGISTER (S-2) DAN MEMILIKI SERTIFIKAT PENDIDIK YANG RELEVAN; MEMILIKI SARANA DAN PRASARANA YANG MEMENUHI PERSYARATAN UNTUK MENUNJANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PPG; DAN MENDAPAT TUGAS PENYELENGGARAAN DARI PEMERINTAH PESERTA PROGRAM PPG DALAM SATU KELAS PALING BANYAK 20 (DUA PULUH) ORANG.

65 PROGRAM PPG PROGRAM PPG MINIMAL TERDIRI ATAS: PENGUASAAN MATERI KURIKULUM SEKOLAH/MADRASAH (SUBJECT SPECIFIC PEDAGOGY); PENGEMBANGAN DAN PENGUASAAN KOMPETENSI SOSIAL, KEPRIBADIAN, DAN PROFESIONAL; PMM; MATRIKULASI BAGI LULUSAN NON KEPENDIDIKAN; DAN UJI KOMPETENSI.

66 STANDAR PENDIDIK PENDIDIK TERDIRI ATAS DOSEN DAN GURU MITRA. STANDAR DOSEN MENGACU PADA SNPT. STANDAR GURU MITRA BERKUALIFIKASI SARJANA/DIPLOMA IV BERSERTIFIKAT PENDIDIK. GURU MITRA MEMILIKI JABATAN GURU MADYA

67 STANDAR PROSES PEMBELAJARAN STANDAR PROSES PEMBELAJARAN MERUPAKAN KRITERIA MINIMAL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PADA PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN DAN PPG UNTUK MEMPEROLEH CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUSAN YANG BERMUTU. STANDAR PROSES PEMBELAJARAN PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN SECARA UMUM MENGACU PADA SNPT. STANDAR PROSES PEMBELAJARAN PADA PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN MEMILIKI KARAKTERISTIK TAMBAHAN: LATIHAN PEMBELAJARAN TERBATAS ATAU PEMBELAJARAN MIKRO; PENGENALAN LAPANGAN PERSEKOLAHAN (PLP); DAN PENGUASAAN ILMU PEDAGOGIK SEBAGAIMANA DISEBUT DALAM PASAL 9 AYAT (3).

68 STANDAR PROSES PEMBELAJARAN STANDAR PROSES PEMBELAJARAN PADA LATIHAN PEMBELAJARAN TERBATAS ATAU PEMBELAJARAN MIKRO SEBAGAIMANA YANG DIMAKSUD PADA AYAT (3) HURUF A MENCAKUP: PERENCANAAN YANG DILAKUKAN MAHASISWA DI BAWAH BIMBINGAN DOSEN PEMBIMBING; PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MIKRO DI LABORATORIUM PEMBELAJARAN MIKRO; PENILAIAN DAN PEMBERIAN UMPAN BALIK LANGSUNG DILAKUKAN DOSEN; PROSES REMEDIASI UNTUK KETERAMPILAN YANG BELUM MEMENUHI STANDAR DI LABORATORIUM PEMBELAJARAN MIKRO; DAN BEBAN BELAJAR PEMBELAJARAN MIKRO PALING SEDIKIT 2 (DUA) SKS.

69 STANDAR PROSES PEMBELAJARAN STANDAR PROSES PEMBELAJARAN PLP SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (3) HURUF B, MENCAKUP: PERENCANAAN DILAKUKAN MAHASISWA DI BAWAH BIMBINGAN DOSEN PEMBIMBING DAN GURU MITRA; PELAKSANAAN DI SEKOLAH LABORATORIUM DAN/ATAU DI SEKOLAH/MADRASAH LAINNYA; MEMBUAT LAPORAN HASIL PENGAMATAN; PENILAIAN DAN PEMBERIAN UMPAN BALIK LANGSUNG DILAKUKAN DOSEN DAN GURU MITRA; DAN BEBAN BELAJAR UNTUK KEGIATAN PLP PALING SEDIKIT 4 (EMPAT) SKS.

70 STANDAR PROSES PEMBELAJARAN STANDAR PROSES PEMBELAJARAN PPG SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1) MENCAKUP: KARAKTERISTIK PROSES PEMBELAJARAN; PERENCANAAN PROSES PEMBELAJARAN; PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN; PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN; BEBAN BELAJAR MAHASISWA; PENJAMINAN MUTU PROSES PEMBELAJARAN; DAN PRAKTIK MENGAJAR MANDIRI (PMM).

71 STANDAR PENILAIAN STANDAR PENILAIAN MENCAKUP PENILAIAN TERHADAP MAHASISWA DAN PENILAIAN KINERJA DOSEN, GURU MITRA, SEKOLAH/MADRASAH MITRA, PROGRAM STUDI, DAN UNIT PENGELOLA. PENILAIAN TERHADAP MAHASISWA DILAKUKAN PADA SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA, PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR, SERTA UJI KOMPETENSI. SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA DILAKUKAN PERGURUAN TINGGI MELIPUTI TES MASUK YANG TERDIRI ATAS: TES POTENSI AKADEMIK; TES PENGETAHUAN/PENGUASAAN BIDANG STUDI; TES KESEHATAN JASMANI DAN ROHANI; INVENTORI KEPRIBADIAN; DAN WAWANCARA. WAWANCARA DILAKUKAN UNTUK MENGGALI MINAT, BAKAT DAN MOTIVASI BAGI CALON MAHASISWA YANG TELAH LULUS TES TERTULIS.

72 STANDAR PENILAIAN PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN MAHASISWA MELIPUTI SIKAP, PENGETAHUAN, DAN KETERAMPILAN DI KAMPUS DAN DI SEKOLAH/MADRASAH MITRA YANG TERDIRI ATAS: PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN YANG MENGACU PADA STANDAR PENILAIAN PEMBELAJARAN DALAM SNPT. PENILAIAN DI SEKOLAH/MADRASAH YANG MENCAKUP PROGRAM PLP DAN PMM. PENILAIAN PLP DILAKUKAN GURU MITRA DAN DOSEN PEMBIMBING. PENILAIAN PMM DILAKUKAN DOSEN PEMBIMBING, GURU MITRA, DAN KEPALA SEKOLAH/MADRASAH.

73 STANDAR PENILAIAN PENILAIAN PMM MELIPUTI: PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN; KERJASAMA MAHASISWA DENGAN GURU DAN LINGKUNGAN SEKOLAH/MADRASAH; KEGIATAN NON-MENGAJAR MELALUI LAPORAN PENGAMATAN GURU DAN KEPALA SEKOLAH/MADRASAH; DAN LAPORAN HASIL AKHIR PMM DOSEN PEMBIMBING. - PPG DIAKHIRI DENGAN UJI KOMPETENSI PENDIDIK YANG DILAKUKAN PERGURUAN TINGGI PENYELENGGARA BEKERJA SAMA DENGAN KEMENTERIAN, DAN/ATAU KEMENTERIAN LAIN YANG TERKAIT, LEMBAGA PEMERINTAH NON KEMENTERIAN (LPNK), DAN ORGANISASI PROFESI YANG RELEVAN.

74 TERIMAKASIH