PERANAN CIVIL SOCIETY DALAM NEGARA BIROKRATIK OTORITER
|
|
- Iwan Hartanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 RUANG KAJIAN PERANAN CIVIL SOCIETY DALAM NEGARA BIROKRATIK OTORITER Siti Nuraini Abstract This paper talks about the role of civil society in Indonesia, from the Old Order until the New Order, especially to analyze their role in the bureaucratic authoritarian state. The result found that civil society in Indonesia is different from his colleagues in Western countries, such as different from how they grew up, different from how their influences in political society, and many more. Kata Kunci: Civil society, Negara, Birokratik, Otoriter Pendahuluan Civil society suatu istilah yang digunakan untuk pertama kalinya oleh Cicero dalam filsafat politiknya dengan sebutan societes civilis. Namun sebagai sebuah konsep, civil society muncul dan berkembang pada masyarakat barat. Bangsa Eropa secara turun temurun sampai abad ke-18 mengartikan civil society identik dengan pengertian negara (the state) yaitu suatu kelompok/kekuatan yang mendominasi seluruh kelompok lain. Sehingga istilah koinonia politike, societas civilis, societe civile, buergerliche gesellschaft, dan civil society digunakan secara bergantian dengan istilah polis, civitas, etat, staat, state dan stato 1. 1 Muhammad As Hikam,Demokrasi dan CiviSociety,LP3ES,Jakarta,1999, hal 1 Beranjak dari hal tersebut maka beberapa pemikir politik seperti JJ. Rousseau menggunakan istilah societes civile sama dengan pengertian negara yang memiliki salah satu fungsi untuk menjamin hak milik, kehidupan, dan kebebasan para anggotanya. Istilah John Locke political state (negara) sama artinya dengan civil society. Demikian pula halnya Henningsen mengartikan civil society sama artinya dengan constitutive condition dari political society, sehingga kedua istilah tersebut dapat dipertukarkan. Pemahaman istilah civil society sama halnya dengan negara pada paruh kedua abad ke-18 mengalami perubahan, sebagai akibat proses pembentukan sosial (social formation) dan perubahan struktur politik yang terjadi di Eropa sebagai akibat pencerahan dan modernisasi yang kedua hal ini juga merupakan faktor pen-
2 dorong keruntuhan rezim-rezim absolut. Perbedaan pemahaman istilah civil society dengan negara (political society/state) dipelopori pemikir-pemikir politik seperti Hegel, Marx, Gellner, Cohen, Arato yang menganggap dua istilah tersebut memiliki dua entitas yang berdiri sendiri atau sebagai dua domain sosial politik yang berbeda. Demikian pula halnya para filsuf pencerahan Skotlandia yang dimotori oleh Adam Ferguson, para pemikir Eropa seperti Johan Forster, Tom Hodgkins, Emmanuel Sieyes, dan Tom Paine. Dengan demikian menurut Hegel civil society tidak bisa dibiarkan tanpa terkontrol dan diperlukan aturan-aturan dan pembatasan-pembatasan serta penyatuan dengan negara lewat kontrol hukum, administratif dan politik. Civil society menurutnya sama dengan buergerliche gesellschaft belakangan mendapat dukungan yang kuat termasuk dukungan dari Karl Marx. Konsepsi Hegelian dan Marxian tentang civil society yang bercorak sosiologis menimbulkan persoalan karena mengabaikan dimensi kemandirian yang menjadi intinya. Penyebabnya terutama pada Hegel, posisi negara dianggap sebagai ukuran terakhir dan pemilik ide universal. Hanya pada tataran negara politik dianggap bisa berlangsung secara murni dan utuh, sehingga posisi dominan negara menjadi bermakna positif. Jika civil society kehilangan dimensi politiknya dan akan bergantung terus kepada manipulasi dan intervensi negara. Konsep Hegelian mendapatkan kritik dari pemikir-pemikir modern seperti Robert Mohl, JS. Mills, Anne De Stael dan Alexis de Tocqueville. Mereka menganggap kemandirian dan pluralitas perlu dikembalikan dalam civil society. Menurut Tocqueville, kekuatan politik dan civil society yang menjadikan demokrasi di Amerika bertahan. Dengan terwujudnya pluralitas, kemandirian dan kapasitas politik di dalam civil society maka warga negara akan mampu mengimbangi dan mengontrol kemampuan negara. Jika Marx meletakkan civil society pada daratan basis material dari hubungan produksi kapitalis oleh karenanya, disamakan dengan kelas borjuasi, sedangkan Gramsci melihatnya sebagai super struktur dimana proses perebutan posisi hegemonik terjadi. Jadi dalam civil society menurut Gramsci ada sifat kemandirian dan politik yang harus diperhatikan para cendekiawan yang merupakan aktor utama dalam perubahan sosial dan politik. Namun pada instansi terakhir ia juga amat dipengaruhi oleh basis material (ekonomi). Civil society dengan mengacu pada pendapat Tocqueville adalah wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan bercirikan antara lain kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan (self generating), dan keswadayaan (self supporting), kemandirian tinggi berhadapan dengan negara, dan keterikatan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya. Sebagai ruang politik, civil society adalah suatu wilayah yang menjamin berlangsungnya perilaku, tindakan dan refleksi mandiri, tidak terkungkung oleh kondisi kehidupan material, dan tidak terserap di dalam jaringan-jaringan kelembagaan politik resmi. Di dalamnya tersirat pentingnya suatu ruang publik yang bebas (the free public sphere) dimana tran- 73
3 saksi komunikasi yang bebas dapat dilakukan oleh warga masyarakat 2. Dari pengertian civil society di atas maka, wujud civil society terdapat pada organisasi/asosiasi yang dibuat oleh masyarakat di luar pengaruh negara. Misalnya Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi sosial dan keagamaan, paguyuban dan juga kelompok-kelompok kepentingan (interest groups). Namun tidak semua dari kelembagaan civil society yang kuat dalam kemandiriannya ketika berhadapan negara atau mampu mengambil jarak dari kepentingan ekonomi, oleh karena kondisi civil society juga mengalami pasang surut dalam perkembangannya. Jika dikaitkan dengan pengertian di atas, maka civil society dimulai ketika proses transformasi dampak modernisasi terjadi dan menghasilkan pembentukan sosial baru yang berbeda dengan masyarakat tradisional. Dari penjabaran sejarah dan pengertian civil society di atas, civil society memiliki arti yang penting dalam kajian ilmu politik. Civil society telah dikaji dan menjadi topik dalam ilmu politik sejak abad ke-18 hingga saat ini. Untuk itu makalah ini akan membahas topik signifikasi civil society dalam kajian ilmu politik, dengan judul Peranan civil society dalam Negara Birokratik Otoriter Permasalahan Makalah ini dibatasi pada kasus Indonesia di era Orde baru, ada beberapa permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, yaitu: 2 Ibid, hal Bagaimana perkembangan civil society di Indonesia (awal hingga Orde Lama)? 2. Bagaimana konsep negara birokratik otoriter Orde Baru? 3. Bagaimana peranan civil society dalam negara Birokratik Otoriter Orde Baru? Kerangka Teori Civil society diterjemahkan dengan berbagai macam pengertian seiring dengan perkembangan politik dan ilmu pengetahuan. Ada yang mengartikan civil society sebagai masyarakat madani, masyarakat kewargaan atau masyarakat warga, masyarakat sipil, masyarakat beradab atau masyarakat berbudaya 3. Di Indonesia sendiri civil society identik dengan masyarakat madani, masyarakat kewargaan, masyarakat warga atau masyarakat sipil. Masyarakat madani identik dengan masyarakat beradab karena istilah madani diambil dari kata madinah berasal dari bahasa Arab madaniyah yang berarti peradaban atau kota sehingga dapat diartikan juga masyarakat madani sebagai masyarakat kota. Dalam sejarah tercatat, pemikiran masyarakat madani sejak awal di Barat disebabkan karena tumbuhnya masyarakat kota atau negara-kota (city-state) sebagai bentuk masyarakat beradab. Pada perkembangannya kemudian masyarakat madani dikaitkan dengan munculnya golongan borjuasi pada masyarakat-masyarakat industri, lalu kemudian masyarakat madani menunjukkan pada ada- 3 Adi Suryadi Culla, Masyarakat Madani, PT RajaGrafindo Persada Jakarta, 2002, hal 3
4 nya kelompok-kelompok sosial yang otonom terhadap negara. Kelompokkelompok sosial yang terdapat pada organisasi/asosiasi yang dibuat oleh masyarakat di luar pengaruh negara seperti Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi sosial dan keagamaan, paguyuban dan juga kelompok-kelompok kepentingan (interest groups). Civil society sebagai salah satu unsur ancaman pada negara-negara otoriter birokratik, karena dapat mempengaruhi proses politik. Negara takut atau khawatir terhadap politik massa rakyat, oleh sebab itu negara tampil sebagai sebuah kekuatan politik yang dominan untuk melakukan pengawasan yang kuat terhadap civil society untuk mencegah massa rakyat di bawah dari keterlibatan politik yang terlampau aktif agar tidak mengganggu akselerasi industrialisasi. Dampaknya negara tumbuh berkembang menjadi kekutan raksaksa yang terpadu, dinamis menyebar, represif, birokratis dan teknokratis. Seluruh kehidupan masyarakat baik sosial-budaya, politik formal, ekonomi di seluruh wilayah negara sampai pada inidividu-individu dipengaruhi dan diawasi oleh negara dengan berbagai cara sampai dengan caracara kekerasan dan mekanisme korporatisasi negara, yaitu suatu sistem penyingkiran sektor massa lewat pengawasan-pengawasan, depolitisasi serta tekanan-tekanan yang memungkinkan terciptanya stabilitas jangka pendek dan kemungkinan stabilitas jangka panjang yang dapat diprediksi pada hubungan-hubungan sosial yang diperlukan oleh pola-pola baru dalam menunjang pertumbuhan ekonomi. Negara Otoriter Birokratik menurut O.Donnell muncul karena adanya hubungan dialektis antara tiga aspek yang sangat penting dalam proses modernisasi di wilayahwilayah kapitalis pinggiran. Aspekaspek tersebut terdiri dari industrialisasi, pengaktifan massa di bawah dan tumbuhnya peranan kerja teknokratik dalam birokrasi-birokrasi publik maupun swasta. 4 Pembahasan 1. Perkembangan civil society di Indonesia (periode awal Orde Lama) Civil society di Indonesia muncul ketika proses transformasi akibat modernisasi terjadi dan terbentuknya sosial baru yang berlainan dengan masyarakat tradisional. Civil society terbentuk pada masa pemerintahan Hindia Belanda ketika terjadi perubahan sosial ekonomi saat kapitalisme merkantilis diperkenalkan oleh Belanda, yang mendorong munculnya perubahan sosial lewat proses industrialisasi, urbanisasi dan pendidikan modern. Dampaknya adalah antara lain dengan munculnya kesadaran baru pada kaum elite pribumi yang lalu mendorong terbentuknya organisasi-organisasi sosial modern awal abad ke 20. Sehingga saat itu dianggap awal terbentuknya civil society di Indonesia. Pada masa pasca revolusi tahun 1950-an civil society menunjukan perkembangan yang baik, dimana organisasi-organisasi sosial dan politik dibiarkan tumbuh dan berkembang serta memperoleh dukungan yang besar dari masyarakat yang 4 Op.cit, hal 14 75
5 baru merdeka. Hal tersebut dimungkinkan karena belum memiliki kecendrungan intervensionis karena kelompok elit penguasa memiliki citacita untuk mewujudkan sistem demokrasi parlementer. Namun disayangkan pertumbuhan civil society dalam perkembangan selanjutnya mengalami hambatan dan penyusutan terus menerus. Banyak faktor yang menyebabkannya seperti dampak krisis-krisis politik pada level negara, kebangkrutan ekonomi pada skala massif, organisasi-organisasi masyarakat dan lembaga-lembaga sosial berubah menjadi alat bagi merebaknya politik aliran dan pertarungan berbagai ideologi. Kemandekan dan kemunduran yang dialami civil society terus berlangsung sampai pada puncaknya pada masa rezim Soekarno (Demokrasi Terpimpin). Pada masa Demokrasi Terpimpin, politik Indonesia didominasi oleh penggunaan mobilisasi massa sebagai alat legitimasi politik, usahausaha yang dilakukan oleh anggota masyarakat untuk mencapai kemandirian dianggap sebagai kontra revolusi. 2. Konsep Negara Birokratik Otoriter Orde Baru Secara garis besar inti pemerintahan Rezim Orde Baru yang berkuasa mulai tahun pemerintahannya kental dengan patrimonial warisan budaya Jawa, menurut Liddle faktor kultur inilah yang membentuk perilaku politik para pejabat atau elit birokrasi dan identitas, struktur kelompok-kelompok politik dan hakikat konflik politik ditentukan oleh hubungan politik yang bersifat patrimonial, yaitu struktur- 76 struktur patron-klien yang bersifat pribadi dan tersusun secara vertikal. Dampak melekatnya pengaruh kultur budaya Jawa ini pemerintahan Orde Baru tidak dapat mengambil tindakan yang diperlukan guna mencapai tujuan modernisasi yaitu mewujudkan otonomi, pertumbuhan ekonomi dan rasionalisasi birokrasi. Kelas menengah yang ada terlalu lemah untuk menghilangkan hubungan-hubungan vertikal patron-klien. Kepolitikan birokrasi masa rezim Orde Baru memiliki tiga ciri yaitu: 1. Lembaga politik yang dominan adalah birokrasi; 2. Civil society seperti kelompok-kelompok kepentingan (interest group) dan lembaga-lembaga politik lainnya seperti parlemen, partai politik berada dalam keadaan lemah sehingga tidak mampu mengimbangi atau mengontrol kekuasaan birokrasi; 3. Massa di luar birokrasi secara politik adalah pasif, yang sebagian merupakan kelemahan partai-partai politik. Dengan struktur kekuasaan seperti ini persaingan politik sebagian besar terbatas pada manuver dan kontra manuver dalam elite birokrasi itu sendiri, antara fraksi-fraksi dan pribadi-pribadi yang bersaingan dan yang keberhasilan dan kegagalannya tidak tergantung pada dukungan dari luar birokrasi. 5 Militer mendominasi dalam sistem politik yang berlangsung, jabatan strategis dalam struktur pemerintahan banyak dipegang/didudukinya. Pemerintah Daerah tidak memiliki kewenangan untuk menjalankan pemerintahannya sesuai dengan situasi maupun kondisi daerahnya, karena semua diatur dan menjadi kewenang- 5 Manuel Kaisiepo,Jurnal Ilmu Politik 1, hal 24 26
6 an Pemerintah Pusat. Dengan kondisi demikian pemerintahannya disebut cenderung otoriter birokratik. Kolusi, korupsi dan nepotisme berkembang meluas ke segala lapisan pemerintahan maupun masyarakat baik di tingkat Pusat maupun Daerah. 3. Peranan civil society dalam Negara Birokratik Otoriter Orde Baru Civil society memiliki peran yang penting dalam proses maupun perubahan sistem politik. Pada masa awal pemerintahan Orde Baru terjadi proses rekstrukturisasi politik, ekonomi dan sosial mendasar yang berdampak pada perkembangan civil society. Pada sektor sosial ekonomi, akselerasi pembangunan melalui industrialisasi dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan mendorong terjadinya perubahan pada struktur sosial masyarakat yang ditandai dengan tergesernya pola-pola kehidupan masyarakat agraris. Kelaskelas sosial baru dalam masyarakat bermunculan, terutama pada munculnya kelas menengah yang ada di wilayah urban. Tingkat pendidikan masyarakat meningkat sehingga tuntutan terhadap perbaikan kualitas kehidupan meningkat pula. Pada sektor politik, rezim Orde Baru juga memperkuat posisi negara di segala bidang. Partisipasi dan kemandirian politik anggota masyarakat tidak diterapkan. Tidak ada kebebasan berpolitik. Hal tersebut berdampak pada kondisi civil society yang tidak berkembang sebagaimana mestinya. Kelas menengah yang muncul sangat bergantung kepada negara, seperti kelas kapitalis yang perkembangannya karena faktor kedekatan dengan negara 77 dan elit penguasa. Kelas menengah yang muncul masih terbentuk oleh keterkaitan primordial. Hal ini berdampak pada adanya pembedaanpembedaan atau pemilahan kelas menengah seperti pribumi dan nonpribumi, muslim dan non-muslim dan sebagainya. Lembaga-lembaga Masyarakat (LSM) dan Organisasiorganisasi Masyarakat (Ormas) sangat lemah ketika akan berhadapan dengan kekuasaan negara. Ormas yang ingin survive harus bergabung dengan kooptasi negara. Pers tidak diberikan ruang kebebasan yang akan menstimulir wacana kreatif dan dialog-dialog bebas bagi warga masyarakat. Sehingga civil society pada masa rezim Orde Baru tetap lemah dan tidak dapat menjadi kelompok kekuatan penyeimbang dari kekuatan negara. Penutup Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: Civil society merupakan topik penting dari kajian negara sejak zaman Yunani Kuno hingga saat ini dan konsep civil society telah mengalami perubahan dan perkembangan; Pada negara-negara berkembang atau negara-negara pasca kolonial civil society tidak tumbuh dan berkembang kuat sebagai penyeimbang kekuatan negara. Karena negara menciptakan kekuatan dalam segala bidang kehidupan masyarakat dan menekan adanya partisipasi dari rakyat. Oleh karenanya civil society tidak dapat tumbuh kuat dan berkembang memberikan
7 kontribusi pada perubahan sistem politik karena dihambat oleh kekuatan negara; Civil society yang tumbuh pada masa Orde Baru tidak identik dengan civil society di negara Barat, karena faktor ketergantungan dengan negara sangat kuat bagi civil society di Indonesia. Pertumbuhan dan perkembangannyapun karena campur tangan negara. Daftar Pustaka Culla, Adi Suryadi, Masyarakat Madani, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002 Hikam, Muhammad AS.,Demokrasi dan Civil society, LP3ES, Jakarta, 1999 Manuel Kaisiepo, Jurnal Ilmu Politik, AIPI,
Modul ke: Masyarakat Madani. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.
Modul ke: Masyarakat Madani Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Pengertian Masyarakat Madani Masyarakat madani berasal dari bahasa Inggris, civil society. Kata civil society sebenarnya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN KONSEP CIVIL SOCIETY
BAB II KAJIAN KONSEP CIVIL SOCIETY A. Pengertian tentang konsep civil society Konsep civil society memiliki pengertian yang beragam sesuai dengan sudut pandang masing-masing tokoh yang memberikan penekanan
Lebih terperinciMASYARAKAT MADANI. Hatiningrum, SH.M Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen
MASYARAKAT MADANI Modul ke: 13 Fakultas Udjiani EKONOMI DAN BISNIS 1. Pengertian dan Latar Belakang 2. Sejarah Masyarakat Madani 3. Karakteristik dan Ciri-ciri Masyarakat Madani 4. Institusi Penegak Masyarakat
Lebih terperinciBAB II TUNJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Sejarah dan Pengertian Masyarakat Madani. Konsep masyarakat madani, tidak terlepas dengan konsep civil society.
BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Sejarah dan Pengertian Masyarakat Madani 1. Sejarah Masyarakat Madani Konsep masyarakat madani, tidak terlepas dengan konsep civil society. Karena masyarakat madani
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga saat ini, relasi antara Pemerintah Daerah, perusahaan dan masyarakat (state, capital, society) masih belum menunjukkan pemahaman yang sama tentang bagaimana program CSR
Lebih terperinciPara filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.
Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama
Lebih terperinciRANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.
Modul ke: MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN MODUL 2 NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI. ( DITERBITKAN OLEH UMB GRAHA ILMU ) Fakultas
Lebih terperinciModul ke: MASYARAKAT MADANI. 13Fakultas FASILKOM. Salamah, SPd. MSi. Program Studi Teknik Informatika
Modul ke: 13Fakultas Yayah FASILKOM MASYARAKAT MADANI Salamah, SPd. MSi. Program Studi Teknik Informatika Tujuan Instruksional Khusus 1. Menyebutkan pengertian dan latar belakang masyarakat madani 2. Menjelaskan
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Masyarakat Madani
Modul ke: 12 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Masyarakat Madani Fakultas EKONOMI Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc Sub Bahasan 1. Pengertian dan Latar Belakang 2. Sejarah
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Masyarakat Madani
Modul ke: 12 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Masyarakat Madani Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Hubungan Masyarakat Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Sub Bahasan 1. Pengertian dan Latar Belakang 2. Sejarah Masyarakat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dalam penelitian ini adalah konsep civil society dan partisipasi politik. Konsep civil
BAB II LANDASAN TEORI Dalam penelitian ini pada dasarnya menjelaskan beberapa pendekatan yang akan dijadikan sebagai penunjang untuk analisis data. Konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Lebih terperinciBab VI: Kesimpulan dan Rekomendasi
Bab VI: Kesimpulan dan Rekomendasi 6.1. Kesimpulan Melalui berbagai serangkaian aktivitas pelacakan data dan kemudian menganalisisnya dari berbagai perspektif, beberapa pernyataan ditawarkan dalam uraian
Lebih terperinciDEMOCRACY DAN CIVIL SOCIETY
DEMOCRACY DAN CIVIL SOCIETY Oleh Abul Nizam Al-ZanZami/ 201310360311111 Dosen Pembimbing : Najamudin Tema : Demokrasi Dan Peranan Masyarakat Sipil Judul : Demokrasi Inggris Dari Monarki Absolut Menuju
Lebih terperinciPENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)
PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) Apakah Sistem Demokrasi Pancasila Itu? Tatkala konsep
Lebih terperinciCivil Society Pasca Negara Birokratik Otoritarian Orde Baru. Ainur Rofieq. Abstract
Civil Society Pasca Negara Birokratik Otoritarian Orde Baru Ainur Rofieq Abstract Democratization process in Indonesia cannot be separated from the role of civil society which develops through nongovernmental
Lebih terperinciTelaahan Kritis Masyakat Sipil Rancangan Teknokratik RPJMN
Telaahan Kritis Masyakat Sipil Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 Rahmat Sabani Bung Hatta II/4 Majeluk Mataram-Lombok NTB Telp/fax: 0370-627386 Email: konsepsi01@gmail.com Disampaikan pada acara Penjaringan
Lebih terperinciREVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA Fakultas Hukum Universitas Brawijaya BHINNEKA TUNGGAL IKA SEBAGAI SPIRIT KONSTITUSI Pasal 36A UUD 1945 menyatakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Fenomena gerakan civil society senantiasa berbanding terbalik dengan kekuasaan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah Fenomena gerakan civil society senantiasa berbanding terbalik dengan kekuasaan rezim. Bilamana negara kuat, memiliki kecenderungan melakukan penetrasi dan kooptasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paket kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak awal tahun 2001 secara resmi pemerintah mengimplementasikan paket kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke 20 bukan hanya menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia, akan tetapi dalam hal gerakan-gerakan anti penjajahan yang bermunculan di masa ini menarik perhatian
Lebih terperinci13 MASYARAKAT MADANI
MASYARAKAT MADANI 13 MASYARAKAT MADANI 2 PENGERTIAN MASYARAKAT MADANI (civil society) 1. Masyarakat yang telah berperadaban maju, masyarakat madani akan terwujud manakala terjadi tatanan masyarakat yang
Lebih terperinciBAB II EPISTEMOLOGI CIVIL SOCIETY. Menteri Keuangan dan Asisten Perdana Menteri Malaysia. Dalam
16 BAB II EPISTEMOLOGI CIVIL SOCIETY A. Pengertian dan Sejarah Civil Society Terminologi masyarakat madani di Indonesia sesungguhnya bermula dari gagasan Dato Anwar Ibrahim, yang ketika itu tengah menjabat
Lebih terperinciMasyarakat Madani, Civil Society
Masyarakat Madani, Civil Society Modul ke: Fakultas MKCU Program Studi Mkcu www.mercubuana.ac.id Masyarakat madani merupakan masyarakat Sipil Yang Kuat, Maju, demokratis dan Modern. Masyarakat yang berdaya
Lebih terperinciUKDW BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa pretensi untuk mengecilkan peran kelompok lain dari masyarakat yang turut bergerak dalam panggung perubahan sosial, peran mahasiswa merupakan unsur yang seolah
Lebih terperinciPANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2010 JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2010 JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WARMADEWA MATA UJI : BIROKRASI INDONESIA JURUSAN/ CAWU : ILMU PEMERINTAHAN/ V HARI/
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Birokrasi di Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang. Pada masa awal kemerdekaan ada semacam kesepakatan pendapat bahwa birokrasi merupakan sarana politik yang baik
Lebih terperinciKesimpulan. Bab Sembilan
Bab Sembilan Kesimpulan Rote adalah pulau kecil yang memiliki luas 1.281,10 Km 2 dengan kondisi keterbatasan ruang dan sumberdaya. Sumberdayasumberdaya ini tersedia secara terbatas sehingga menjadi rebutan
Lebih terperinciKONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2
KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN Pertemuan 2 BERBAGAI KESATUAN HIDUP 1. Keluarga 2. Golongan/ kelompok 3. Masyarakat INDIVIDU Sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi, satuan terkecil dan terbatas Individu
Lebih terperinciKONSEPSI KEWARGANEGARAAN. By : Amaliatulwalidain
KONSEPSI KEWARGANEGARAAN By : Amaliatulwalidain Pengantar Tradisi kewarganegaraan telah ada sejak masa Yunani Kuno, konsepsi modern tentang kewarganegaraan baru muncul pada abad keduapuluh. Konsepsi kewarganegaraann
Lebih terperinciCivil Society dan Penerapannya. Paper Halaqoh Disusun pada tanggal 22 Pebruari 2016 Pengasuh Prof. Dr. Kyai H. Ahmad Mudlor, SH
Civil Society dan Penerapannya Paper Halaqoh Disusun pada tanggal 22 Pebruari 2016 Pengasuh Prof. Dr. Kyai H. Ahmad Mudlor, SH Oleh M. Kholil Mahasiswa Semester 8 Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis
BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Dampak Nasakom Terhadap Keadaan Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966, penulis menarik kesimpulan bahwa Sukarno sebagi
Lebih terperinci26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)
26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi
Lebih terperinciPERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA
PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA Materi Kuliah Sistem Politik Indonesia [Sri Budi Eko Wardani] Alasan Intervensi Militer dalam Politik FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL 1. Nilai dan orientasi perwira
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Elite Lokal untuk
BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Elite Lokal 1. Pengertian Elite Politik Lokal Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Elite Lokal untuk melihat dan menganalisis peran organisasi pencak silat dalam
Lebih terperinciPOLITIK & SISTEM POLITIK
POLITIK & SISTEM POLITIK Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Kesehatan merupakan hak semua warga negara
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU
Lebih terperinciSEJARAH PEMILU DUNIA
SEJARAH PEMILU DUNIA PENGERTIAN PAKAR Secara etimologis kata Demokrasi terdiri dari dua kata Yunani yaitu damos yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan cratein atau cratos yang berarti kedaulatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hipotesis, tujuan penelitian, jangkauan penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB I PENDAHULUAN Merupakan pendahuluan yang di dalamnya diuraikan mengenai alasan pemilihan judul, latar belakang masalah, perumusan masalah, kerangka dasar teori, hipotesis, tujuan penelitian, jangkauan
Lebih terperinciPEMETAAN STANDAR ISI
PEMETAAN STANDAR ISI MATA PELAJARAN KELAS / SEMESTER : SEJARAH : X I IPS / I STANDART KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR THP INDIKATOR THP MATERI POKOK 1. Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada masa negara-negara
Lebih terperinciyang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan
Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang
Lebih terperinciKODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA
KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA MUKADIMAH Konsil LSM Indonesia menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi masyarakat dalam segala proses perubahan membutuhkan pendekatan dan pentahapan yang
Lebih terperinciPARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)
PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok
Lebih terperinciBUREAUCRATIC-PROMINENT POLITICAL REGIMES. Lina Miftahul Jannah
BUREAUCRATIC-PROMINENT POLITICAL REGIMES Lina Miftahul Jannah Sistem Politik-Birokrasi di Negara Berkembang Birokrasi militer-sipil memegang posisi kunci dalam penentuan kebijakan Elit (tradisional) dalam
Lebih terperinciKEDUDUKAN DAN PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN SUKOHARJO T E S I S
KEDUDUKAN DAN PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN SUKOHARJO T E S I S Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER
145 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER DAN POLITIK DI INDONESIA (Studi Tentang Kebijakan Dwifungsi ABRI Terhadap Peran-peran Militer di Bidang Sosial-Politik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dari temuan penelitian di lapangan dan didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas penguasaan tanah ulayat oleh negara sejak masa
Lebih terperinci26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)
26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu Etnisitas adalah isu yang sangat rentan menjadi komoditi politik pada setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja dimobilisasi dan dimanipulasi
Lebih terperinciAtika Puspita Marzaman. Recep Tayyib Erdogan:
Atika Puspita Marzaman Recep Tayyib Erdogan: Turki, Islam, dan Uni Eropa HEPTAcentrum Press Recep Tayyib Erdogan: Turki, Islam, dan Uni Eropa Oleh: Atika Puspita Marzaman Copyright 2011 by Atika Puspita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di
Lebih terperinciBAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik
Lebih terperinciMata Kuliah Kewarganegaraan
Mata Kuliah Kewarganegaraan Modul ke: 02 Fakultas Design Komunikasi dan Visual Program Studi Pokok Bahasan NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN PPT Kewarganegaraan [TM1] Dosen : Cuntoko, SE., MM. Informatika
Lebih terperinciSTANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB
STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB Mata Pelajaran Pendidikan Kewargaan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia
Lebih terperinciPengrtian demokrasi paling klasik dan masih di akui akurasi defenisinya sampai sekarang adalah pengertian demokrasi seperti disampaikan pada masa
Pengrtian demokrasi paling klasik dan masih di akui akurasi defenisinya sampai sekarang adalah pengertian demokrasi seperti disampaikan pada masa yunani kuno, dimana demokrasi di sebutkan sebagai kekuasaan
Lebih terperinciKomunikasi dan Proses Perubahan Sosial
Modul ke: Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial Fakultas ILKOM Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Abstract Media massa berlaku sebagai agen pembawa perubahan sosial
Lebih terperinciNGO ATAU LSM SEBAGAI SARANA MEMBANGUN BUDAYA POLITIK INDONESIA
NGO ATAU LSM SEBAGAI SARANA MEMBANGUN BUDAYA POLITIK INDONESIA JUMILI ARIANTO, S.Pd., M.Pd. Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Jurusan P.IPS FKIP Universitas Riau, Pekanbaru,
Lebih terperinciMekanisme Perubahan Sosial.
Mekanisme Perubahan Sosial Model tradisional Pandangan terhadap perubahan? Lebih menginginkan status quo Upaya untuk menjaganya 2 cara: Mengurangi tantangan dan menyerapnya ke dalam sistem Membuangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu
Lebih terperinciKISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA. Standar Kompetensi Guru (SKG) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD)
KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA No (IPK) 1 Pedagogik Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, kultural, emosional, dan intelektual Memahami karakteristik peserta
Lebih terperinci4 Ibid, hlm 3 5 Ibid, hlm 5
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara sebagai suatu identitas yang tampak abstark dan merupakan unsurunsur negara yang berupa rakyat, wilayah dan pemerintah. Salah satu unsur negara adalah rakyat.
Lebih terperinciBAB V. Penutup. pengaruh kapitalisme guna mewujudkan revolusi sosialis di Indonesia, berangkat dari
BAB V Penutup 5.1. Kesimpulan PKI lahir sebagai organisasi kepartaian yang memiliki banyak tujuan. Di samping untuk menguasasi politik domestik negara, PKI juga memiliki misi untuk menghapus pengaruh kapitalisme
Lebih terperinciSISTEM EKONOMI INDONESIA: KAPITALISME MEDIA
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA MODUL (3 SKS) POKOK BAHASAN : SISTEM EKONOMI INDONESIA: KAPITALISME MEDIA Oleh : DESKRIPSI Indonesia, bersistem ekonomi campuran dengan nama Sistem
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi dikenal dengan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem demokrasi rakyat memberikan kesempatan yang sama dalam proses penyelenggaraan
Lebih terperinciKONSOLIDASI DEMOKRASI UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Seminar DEMOKRASI UNTUK
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Orde Baru lahir dari tekad untuk melakukan koreksi total atas kekurangan sistem politik yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orde Baru lahir dari tekad untuk melakukan koreksi total atas kekurangan sistem politik yang telah dijalankan sebelumnya. Dengan kebulatan tekad atau komitmen
Lebih terperinciB. Tujuan C. Ruang Lingkup
27. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah (MA)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A. Latar Belakang Pendidikan di diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semestinya bukan sebagai media periklanan, isinya didominasi dari iklan motor,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini memaparkan kegiatan kolektif anti sampah visual di Yogyakarta. Sampah visual yang dimaksud adalah media promosi atau iklan yang berada di luar ruangan
Lebih terperinciPARADIGMA MESIN PEMBANGUNAN UNTUK PERKEMBANGAN DAERAH 1. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH.
PARADIGMA MESIN PEMBANGUNAN UNTUK PERKEMBANGAN DAERAH 1 Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. TRIAS POLITIKA BARU Sekarang kita hidup di abad ke-21. Dunia tidak lagi berbatas secara kaku. Beberapa aspek
Lebih terperinciBAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN
BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI BARU Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Teori Dependensi Baru Teori ini
Lebih terperinciREPRESENTASI PERAMPASAN HAK HIDUP INDIVIDU YANG DIANGGAP TAPOL DALAM NOVEL MENCOBA TIDAK MENYERAH KARYA YUDHISTIRA ANM MASSARDI
REPRESENTASI PERAMPASAN HAK HIDUP INDIVIDU YANG DIANGGAP TAPOL DALAM NOVEL MENCOBA TIDAK MENYERAH KARYA YUDHISTIRA ANM MASSARDI Bangga Pramesti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI bangga_108@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. wujud dari prinsip kedaulatan rakyat, dalam sistem penyelenggaraan negara yang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem penyelenggaraan kekuasaan negara yang dipandang paling sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern dewasa ini adalah sistem demokrasi. Sebagai wujud dari prinsip
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. suasana politik yang cukup mendasar berlangsung di Indonesia.Hal tersebut
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak berakhirnya kekuasaan rezim Orde Baru terjadi suatu perubahan suasana politik yang cukup mendasar berlangsung di Indonesia.Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya
Lebih terperinciMANUSIA DAN PERADABAN
MANUSIA DAN PERADABAN I. PENDAHULUAN Indonesia yang merdeka 17 Agustus 1945 dengan cara direbut dari penjajah Belanda. Wilayahnya terbentang dari Sabang sampai Merauke sebagai wilayah yang dikuasai oleh
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya Orde
I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurang lebih 32 tahun Orde Baru berdiri, dan selama pemerintahan itu berlangsung telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya
Lebih terperinciPokok-Pokok Pikiran Mengenai Kelas Menengah *
Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Kelas Menengah * Farchan Bulkin 1. Gejala kelas menengah dan sektor swasta tidak bisa dipahami dan dianalisa tanpa pemahaman dan analisa kapitalisme. Pada mulanya, dewasa ini
Lebih terperinciTUJUAN NEGARA. Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara
IDEOLOGI POLITIK TUJUAN NEGARA Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara tersebut MINGGU DEPAN 1. Ideologi : Anarkisme dan Komunisme
Lebih terperinciTRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA BY : DIANA MA RIFAH
TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA BY : DIANA MA RIFAH DEFINISI Secara umum transformasi struktural berarti suatu proses perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri
Lebih terperinciKOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.
KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1. A. PERKEMBANGAN KONTEMPORER SISTEM ETIKA PUBLIK Dewasa ini, sistem etika memperoleh
Lebih terperinciSistem Politik Gabriel Almond. Pertemuan III
Sistem Politik Gabriel Almond Pertemuan III Teori Fungsionalisme Lahir sebagai kritik terhadap teori evolusi, yang dikembangkan oleh Robert Merton dantalcott Parsons. Teori fungsional memandang masyarakat
Lebih terperinciMISI PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA UNIVERSITAS AIRLANGGA
MISI PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA UNIVERSITAS AIRLANGGA 1. Menjadi institusi keilmuan yang unggul dalam pengkajian strategis, terutama di bidang kajian ilmu administrasi negara. 2. Menjadi institusi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan
Lebih terperinciEKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI
EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA NAMA : FELIX PRASTYO NIM : 11.12.6219 KELOMPOK : J PROGRAM STUDI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepercayaan itu adalah kemauan seseorang atau sekelompok orang untuk mau memberi keyakinan pada seseorang yang ditujunya. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis dimana
Lebih terperinciCIVIL SOCIETY, KONSEP UMMAH DAN MASYARAKAT MADANI
CIVIL SOCIETY, KONSEP UMMAH DAN MASYARAKAT MADANI Oleh : Vita Fitria dan Sri Agustin Sutrisnowati MKU-UNY Email : vitafitria08@gmail.com dan sriagustin1961@gmail.com Abstrak : Konsep ummah, civil society
Lebih terperinciKORPRI PROFESIONAL, LAYANAN MASYARAKAT MAKSIMAL Oleh : waryoto
KORPRI PROFESIONAL, LAYANAN MASYARAKAT MAKSIMAL Oleh : waryoto Keberadaan Kopri Korpri adalah Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia yang keberadaannya merupakan amanat dari Pasal 126 Undang-Undang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Dari penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa, kekuatan sumber daya
BAB V KESIMPULAN Dari penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa, kekuatan sumber daya ekonomi yang dimiliki seseorang mampu menempatkannya dalam sebuah struktur politik yang kuat dan penting. Yang secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia sejak tahun 1990-an dan semakin populer pada era tahun 2000-an. Pemerintahan yang baik diperkenalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara, peranan Negara dan pemerintah bergeser dari peran sebagai pemerintah (Government) menjadi
Lebih terperinciDari Ide ke Perkumpulan
TENTANG Dari Ide ke Perkumpulan Organisasi Non Pemerintah adalah terjemahan Indonesia untuk non governmental organization sementara organisasi masyarakat sipil, terjemahan bahasa Indonesia untuk Civil
Lebih terperinciMEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015
MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015 DEFINISI UMUM Partisipasi politik dipahami sebagai berbagai aktivitas warga
Lebih terperinciKAITAN ANTARA POLITIK, PEMERINTAHAN DAN NEGARA
KAITAN ANTARA POLITIK, PEMERINTAHAN DAN NEGARA 1. Politik sebagai seni memerintah 2. Politik sebagai urusan kemasyarakatan (public affairs) 3. Politik sebagai pergulatan kekuasaan dan sumberdaya. POLITIK
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. prespektif Identitas Sosial terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Bertolak dari pemaparan hasil penelitian dan penggkajian dengan menggunakan prespektif Identitas Sosial terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang dapat disimpulkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatkan peranan publik ataupun pembangunan, dapat dikembangkan melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita yang kompleks namun
Lebih terperinciTEORI-TEORI POLITIK. P. Anthonius Sitepu. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012
TEORI-TEORI POLITIK Penulis: P. Anthonius Sitepu Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta 2012 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau
Lebih terperinciTentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia
State Islam: Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia 13 September 2017 https://indoprogress.com/2017/09/state-islam-tentang-islam-yang-direstui-oleh-negara-di-indonesia/ Dendy Raditya Atmosuwito
Lebih terperinciKONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2
KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN Pertemuan 2 BERBAGAI KESATUAN HIDUP 1. Individu 2. Keluarga 3. Golongan/ kelompok 4. Masyarakat INDIVIDU Sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi, satuan terkecil dan
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia
68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan
Lebih terperinci