PROSES PEMISAHAN DAN PEMURNIAN 99m Tc DARI MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI KOLOM ALUMINA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSES PEMISAHAN DAN PEMURNIAN 99m Tc DARI MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI KOLOM ALUMINA"

Transkripsi

1 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROSES PEMISAHAN DAN PEMURNIAN 99m Tc DARI 99 Mo HASIL AKTIVASI NEUTRON DENGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI KOLOM ALUMINA SKRIPSI HANI HAIFA PUTRI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013

2 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROSES PEMISAHAN DAN PEMURNIAN 99m Tc DARI 99 Mo HASIL AKTIVASI NEUTRON DENGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI KOLOM ALUMINA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi HANI HAIFA PUTRI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013

3

4

5

6 ABSTRAK Nama Program Studi Judul : HANI HAIFA PUTRI : FARMASI : PROSES PEMISAHAN DAN PEMURNIAN 99m Tc DARI 99 Mo HASIL AKTIVASI NEUTRON DENGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI KOLOM ALUMINA Radioisotop Teknesium-99m ( 99m Tc) merupakan isotop yang banyak digunakan di bidang kedokteran untuk tujuan diagnosis. Beberapa keunggulan radioisotop ini ialah memiliki waktu paroh pendek (6 jam), tidak memancarkan partikel bermuatan dan mempunyai sinar gamma 140 kev yang sangat ideal untuk kamera gamma. Radioisotop 99m Tc merupakan anak luruh dari radionuklida molibdenum-99 ( 99 Mo). Reaksi aktivasi neutron merupakan alternatif penyediaan radionuklida 99 Mo. Sebelumnya telah dilakukan metode pemisahan 99m Tc dari 99 Mo dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan metil etil keton (MEK) yang diteruskan dengan kromatografi kolom alumina basa dan alumina asam. Untuk mengetahui kemampuan penyerapan kolom alumina, dilakukan proses ekstraksi dan penggunaan kolom kromatografi secara berulang. Variasi perlakuan pembilasan HNO 3 pada kolom alumina asam menghasilkan profil % aktivitas 99m Tc yang lebih besar nilainya dibandingkan kolom alumina asam tanpa perlakuan. Hasil penggunaan kolom yang berulang diperoleh nilai perolehan kembali pada kolom dengan perlakuan HNO 3 berturut-turut ialah 35,7%, 24,2%, 11,31% dan pada kolom tanpa perlakuan HNO 3 berturut-turut ialah 26,07%, 5,39%, 10,09%. Dari hasil pengujian kemurnian radionuklida, diperoleh puncak pada energi 140,73 kev yang merupakan puncak spesifik 99m Tc. Sedangkan pengujian kemurnian radiokimia diperoleh kromatogram sebesar 99,75% pada fraksi salin 1 dengan perlakuan HNO 3, 99,77% pada fraksi salin 1 tanpa perlakuan HNO 3, 99,67% pada eluat alumina asam dengan perlakuan HNO 3, 87,28% pada eluat alumina asam tanpa perlakuan HNO 3. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kolom alumina dapat digunakan berulang walau nilai perolehan kembali yang diperoleh akan menurun pada setiap pengulangan dan perlakuan dengan HNO 3 menghasilkan nilai perolehan kembali lebih besar dibanding tanpa perlakuan HNO 3. Kata kunci : Ekstraksi 99m Tc/ 99 Mo, 99 Mo aktivasi neutron, penggunaan berulang kolom alumina, nilai perolehan kembali, kemurnian radiokimia, kemurnian radionuklida vi UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

7 ABSTRACK Name Program Study Tittle : HANI HAIFA PUTRI : PHARMACY : THE SEPARATION AND PURIFICATION OF 99M Tc FROM NEUTRON-ACTIVATION 99 Mo PROCESS USING ALUMINA COLUMN CHROMATOGRAPHY The Technetium-99m ( 99m Tc) radioisotope is widely used in Nuclear Medicine for diagnostic purpose. Some of the superiorities of this radioisotope are its short half life (6 hours), it doesn t emit charged particles, it has a 140 kev gamma ray which is ideal for gamma imaging. 99m Tc radioisotope is a decay product of Molybdenum-99 ( 99 Mo). The neutron activation is the alternative to the provision of radionuclide 99 Mo. Previously, the separation of 99m Tc from 99Mo has been conducted using methyl ethyl ketone (MEK) extraction, and then followed by basic alumina and acidic alumina column chromatography. To determine the absorption ability of alumina column, the extraction process and the use of column chromatography were carried out repeatedly. The variation treatments of HNO 3 ablution on alumina column produced a profile of % 99m Tc activity that had a bigger value than the alumina column without treatment did. The result of the repeated use of column was recovery values of column with treatment which were 35,7%, 24,2%, 11,31% and column without treatment which were 26,07%, 5,39%, 10,09%. Through the purity examination of radionuclide, it was obtained a peak of energy 140,73 kev which is the specific peak of 99m Tc. Whereas from the purity examination of radiochemical, it was obtained a chromatogram with the amount of 99,75% on copy fraction 1with a treatment of HNO 3, 99,77% on copy fraction 1 without a treatment of HNO 3, 99,6% on acidic alumina eluates with HNO 3 treatment, 87,28% on acidic alumina eluates without HNO 3 treatment. From these result it s shown that alumina column can be used repeatedly even though the recovery value s decreasing in each repetition and the treatment with HNO 3 produces a higher recovery value than without treatment. Keywords : 99m Tc/ 99 Mo extraction, neutron-activation 99 Mo, the repeated use of alumina column, recovery, radiochemical purity, radionuclide purity. vii UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

8 KATA PENGANTAR/ UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1) Bapak Supandi, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing pertama dan Bapak Drs. Adang H. Gunawan, Apt selaku pembimbing kedua, yang memiliki andil besar dalam proses penyusunan skripsi. 2) Ibu Dra. Siti Darwati, M.Sc Kepala Pusat PRR-Batan Kawasan PUSPIPTEK Serpong yang telah memberikan izin penelitian. 3) Para staf PRR-Batan Kawasan PUSPIPTEK yang banyak membantu di laboratorium selama proses pengerjaan penelitian. 4) Bapak Prof. Dr. Hc. MK Tadjudin, Sp. And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 5) Bapak Drs. Umar Mansur M.Sc., selaku ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 6) Bapak dan Ibu staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama saya menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 7) Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta viii

9 Tak lupa kepada kedua orang tua saya, ayahanda Ir. Anwar, M.T dan ibunda Sri Wahyu Widiati serta kedua adik saya Bani Aulia Rahman dan Dewi Suci Rafianti yang telah memberikan motivasi selama proses pengerjaan skripsi dan tak lelah memanjatkan doa demi kelancaran pengerjaan skripsi ini. Semoga amalan dan jerih payah mereka mendapat balasan yang jauh lebih baik dari-nya. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi ilmu pengetahuan. Serpong, Juli 2013 ix

10

11 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.. HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI... HALAMAN PENGESAHAN. ABSTRAK ABSTRACK. KATA PENGANTAR. HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN... ii iii iv v vi vii viii x xi xiii xiv xv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Molybdenum Trioxide Teknesium-99m ( 99m Tc) Sifat Inti Atom 99m Tc Sifat Fisika 99m Tc Sifat Kimia 99m Tc m Tc-Perteknetat Monografi 99m Tc-Perteknetat Aplikasi Klinis 99m Tc-Perteknetat Produksi Radioisotop Aktivasi Neutron Hasil Belah (fisi) Uranium Aktivasi dengan Partikel Bermuatan Metode Pemisahan Ekstraksi Pelarut Ekstraksi Pelarut Konvensional Metil Etil Keton Kromatografi Kromatografi Kolom Alumina Deskripsi Alumina Monografi Alumina Kemurnian Radioisotop Kemurnian Radionuklida xi

12 Kemurnian Radiokimia BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alur Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Bahan Penelitian Alat Penelitian Prosedur Penelitian Proses Persiapan Proses Ekstraksi Kromatografi kolom alumina basa Kromatografi kolom alumina asam Evaluasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan 27 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran 36 DAFTAR PUSTAKA 37 LAMPIRAN.. 40 xii

13 DAFTAR TABEL Tabel Halaman II.1 Monografi Molybdenum Trioxide... 4 II.2 Monografi 99m Tc Perteknetat... 6 II.3 Metode Pemisahan 99m Tc dari 99 Mo... 9 II.4 Monografi Metil Etil Keton II.5 Monografi Alumina IV.1 Data Pengukuran Aktivitas 99m Tc pada Percobaan Pertama IV.2 Data Pengukuran Aktivitas 99m Tc pada Percobaan Kedua IV.3 Data Pengukuran Aktivitas 99m Tc pada Percobaan Ketiga IV.4 Nilai Kemurnian Radiokimia IV.5 Nilai Kemurnian Radionuklida IV.6 Tingkat Oksidasi Teknesium xiii

14 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Peluruhan Radioisotop dari 99 Mo... 5 Gambar 2. Kolom Kromatografi Gambar 3. Skema Kromatografi Kertas Gambar 4. Grafik Aktivitas 99 Mo Gambar 5. Grafik % Aktivitas 99m Tc Hilang dalam Eluat Kolom al. asam.. 23 Gambar 6. Grafik % Aktivitas 99m Tc yang Hilang pada Bilasan Aquades Gambar 7. Grafik % Aktivitas 99m Tc pada Fraksi Total Gambar 8. Grafik % Perolehan Kembali Gambar 9. Peluruhan Radioisotop dari 99 Mo Gambar 10. Sisi Asam dan Basa Alumina Gambar 11. Struktur Dasar Alumina xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Perhitungan Preparasi Bahan Lampiran 2. Perhitungan Aktivitas Peluruhan 99 Mo Lampiran 3. Perhitungan Konversi Aktivitas 99m Tc Lampiran 4. Spektrum Kemurnian Radiokimia 99m Tc Lampiran 5. Kurva Kalibrasi Spektrometer Gamma Lampiran 6. Spektrum Kemurnian Radionuklida 99m Tc Lampiran 7. Spektrum Radionuklida 99 Mo Lampiran 8. Dokumentasi xv

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini aplikasi nuklir di bidang kedokteran merupakan suatu perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat penting. Ilmu kedokteran nuklir telah memberikan peranan penting di bidang medis yakni dalam mendiagnosis dan terapi berbagai jenis penyakit. Menurut Adang H.G preparat yang biasa digunakan dalam menunjang kedokteran nuklir adalah radiofarmaka dan senyawa bertanda, yaitu suatu senyawa yang terdiri dari sediaan farmaka yang ditandai dengan radioisotop tertentu. Salah satu isotop yang banyak digunakan di bidang kedokteran nuklir adalah Teknesium-99m ( 99m Tc). 99m Tc merupakan ujung tombak diagnosis menggunakan radioisotop. Sekitar 80% diagnosis di kedokteran nuklir menggunakan radioisotop ini (Awaludin, 2011). Saat ini radioisotop 99m Tc telah digunakan secara luas dalam berbagai bentuk sediaan radiofarmaka baru untuk keperluan diagnosis. Berbagai prosedur penggunaan radiofarmaka bertanda 99m Tc telah digunakan secara rutin di berbagai negara. Saat ini, radioisotop 99m Tc dalam bentuk sediaan radiofarmaka telah digunakan secara rutin untuk keperluan bone scan, myocardial perfusion imaging serta functional brain imaging (Awaludin, 2011). Tingginya permintaan pemakaian 99m Tc di dalam kedokteran nuklir disebabkan sifat fisisnya yang ideal untuk keperluan diagnosis yaitu memiliki waktu paroh pendek (6 jam), tidak memancarkan partikel bermuatan dan mempunyai sinar gamma 140 kev yang sangat ideal untuk kamera gamma (Adang H.G et al., 2009). Radioisotop 99m Tc yang beredar di pasaran umumnya diperoleh dari hasil peluruhan Molibdenum ( 99 Mo) dalam bentuk 99 Mo/ 99m Tc generator dengan menggunakan 99 Mo dari hasil fisi 235 U. Menurut Adang H.G keuntungan sistem generator untuk menghasilkan 99m Tc adalah radioisotop 99m Tc bisa diperoleh setiap hari hanya dengan mengelusi generator menggunakan larutan salin, 1

17 2 dimana proses elusi dapat dilakukan sampai aktivitas yang dimiliki radioisotop induknya ( 99 Mo) bernilai kecil hingga tidak dapat menghasilkan lagi 99m Tc yang bisa digunakan untuk penandaan. Namun terdapat beberapa pertimbangan dalam penggunaan 99 Mo hasil fisi, yaitu: produksi 99 Mo dari hasil fisi akan menghasilkan limbah dengan keradioaktifan sangat tinggi, produksi 99 Mo hasil fisi memerlukan bahan target 235 U yang merupakan bahan spesifikasi senjata nuklir sehingga memerlukan pengawasan yang sangat ketat dan proses produksinya memerlukan teknologi proses yang spesifik dan mahal (Yono S et al, 2011). Telah dikembangkan alternatif sumber 99 Mo dengan cara aktivasi neutron. Proses peluruhan 99 Mo menjadi 99m Tc terjadi jika molibdenum non aktif telah diradiasi dengan cara aktivasi neutron sehingga molibdenum menjadi aktif dengan menghasilkan 99 Mo. Diharapkan sediaan 99m Tc tidak mengandung radionuklida induk yaitu 99 Mo. Keberadaan 99 Mo dengan energi sinar gamma yang besar akan mempengaruhi pencitraan kamera gamma sehingga akan mengganggu proses diagnosis, oleh karenanya dibutuhkan proses pemisahan untuk memisahkan 99m Tc dari induk nuklidanya yakni 99 Mo. Pada penelitian terdahulu telah dilakukan metode pemisahan 99m Tc dari 99 Mo dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan metil etil keton (MEK) dimana 99m Tc yang terlarut dalam fasa MEK diperoleh dengan menguapkan MEK dan kemudian 99m Tc dilarutkan dengan larutan NaCl 0,9 %. Metode ini mempunyai beberapa kekurangan diantaranya masih terdapat sejumlah kecil MEK dalam larutan 99m Tc dan menghasilkan larutan yang berwarna kekuningan. Perkembangan terbaru pemisahan 99m Tc dari 99 Mo adalah dengan melakukan pemurnian fasa MEK tanpa pemanasan yaitu dengan menggunakan kromatografi kolom alumina basa dan alumina asam. Dari penelitian tersebut diperoleh nilai kemurnian radionuklida sebesar 99,90% dan kemurnian radiokimia sebesar 97,78% (Sriyono et.al, 2011). Dalam penelitian ini akan dilihat % recovery 99m Tc yang diekstraksi dari 99 Mo hasil aktivasi yang dilewatkan ke kolom alumina basa dan kolom alumina asam. Penggantian kolom alumina asam setiap akan mengelusi 99m Tc, menyebabkan sistem ini tidak praktis dan tidak ekonomis. Oleh karena itu,

18 3 dalam penelitian ini yang merupakan penelitian awal akan dicoba untuk tidak melakukan penggantian kolom alumina asam, tetapi melakukan perlakuan tertentu yaitu pembilasan dengan HNO 3 0,1 M. Perlakuan ini merupakan usaha untuk mengasamkan kembali kolom alumina setelah dielusi dengan larutan salin yang kemungkinan dapat mengubah keasaman dalam kolom alumina tersebut. Dalam penelitian ini akan diujikan kolom alumina yang diberi perlakuan yang berbeda yaitu salah satu kolom dielusikan asam nitrat 0,1 M terlebih dahulu sebelum digunakan sedangkan yang lainnya tidak, sehingga dapat diketahui pengaruh pembilasan HNO 3 terhadap kualitas 99m Tc yang dihasilkan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Dapatkah kolom alumina basa dan asam digunakan berulang dalam penyediaan 99m Tc dari 99 Mo hasil aktivasi neutron? 2. Bagaimanakah hasil perolehan kembali produksi 99m Tc dari penggunaan kolom alumina basa dan asam yang digunakan berulang? 3. Bagaimanakah perbandingan kualitas 99m Tc yang dihasilkan dari kolom alumina asam dengan dan tanpa pembilasan asam nitrat dengan meninjau beberapa parameter yaitu pemeriksaan visual, kemurnian radiokimia, kemurnian radionuklida dan penentuan lolosan 99 Mo? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk membandingkan kualitas 99m Tc dan nilai perolehan kembali dari penggunaan kolom alumina basa dan asam yang digunakan berulang dan penggunaan kedua jenis kolom alumina asam yang diberi perlakuan yang berbeda 1.4 Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai proses pemisahan dan pemurnian 99m Tc dari 99 Mo hasil aktivasi menggunakan kolom alumina. 2. Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang produksi radioisotop yang dimanfaatkan dalam bidang kesehatan serta referensi bagi penelitian selanjutnya.

19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Molybdenum Trioxide Struktur kimia Tabel II.1 Monografi Molybdenum Trioxide Organoleptis Serbuk atau granul berwarna putih atau kekuningan hingga kebiru-biruan Sifat fisika Molecular weight Boiling point C Melting point C Density g/l Kelarutan Larut dalam air (28 0 ) g/l, larut dalam larutan alkali hidroksida, ammonia atau potassium bitartrat Sumber: Merck Index, Teknesium-99m Sifat Inti Atom Teknesium-99m Radioisotop 99m Tc merupakan radioisotop dengan waktu paroh yang pendek yaitu 6 jam. Radioisotop ini merupakan radioisotop metastabil, meluruh menjadi radioisotop 99 Tc yang memiliki waktu paroh sangat panjang yaitu 212 ribu tahun. 99m Tc tersebut selanjutnya meluruh melalui peluruhan beta menjadi isotop stabil Rutenium-99 ( 99 Ru). Proses peluruhan radioisotop dari radioisotop 99 Mo menjadi 99m Tc, 99 Tc dan akhirnya menjadi 99 Ru. 99m Tc hanya memancarkan radiasi gamma, tidak memancarkan radiasi lainnya. Radiasi gamma yang dipancarkan memiliki energi 140,5 kev (Awaludin, 2011). 4

20 5 Gambar 1. Peluruhan Radioisotop dari 99 Mo Sumber: Zolle, Sifat Fisika Teknesium-99m ( 99m Tc) 99m Tc mempunyai umur paroh pendek (6,02 jam), pemancar gamma murni dengan energi radiasi yang rendah (140 kev). Dengan umur paroh pendek yaitu 6,02 jam, merupakan waktu yang ideal untuk penyidikan (scanning). Dalam waktu 6 jam penyidikan dapat dilakukan dengan sempurna dan dalam waktu 6 jam keradioaktifannya di dalam tubuh tinggal setengahnya. Oleh karena energinya rendah, maka dosis yang diterima oleh pasien juga rendah (Tuning, Imam, Harjoto, 1995) Sifat Kimia Teknesium-99m Teknesium (Tc) termasuk logam transisi yaitu golongan VII B, perioda 5 dalam sistem berkala, mudah membentuk senyawa kompleks serta mempunyai bilangan oksidasi lebih dari satu yaitu mulai dari +1 sampai dengan +7, sehingga bisa dibuat berbagai senyawa (Tuning, Imam, Harjoto, 1995).

21 m Tc-Perteknetat Monografi 99m Tc-Perteknetat Nama kimia Tabel II.2 Monografi 99m Tc-Perteknetat Sodium pertechnetate; Sodium pertechnetate 99m Tc injection (fission) (Ph. Eur.); Technetium Tc 99m pertechnetate injection (USP); 99m Tc (VII) - Na pertechnetate Struktur kimia Pertechnetate anion ( 99m TcO - 4 ) Deskripsi Merupakan larutan injeksi steril, dapat digunakan secara intravena maupun oral, mengandung radioaktif teknesium dalam bentuk sodium perteknetat. 99m Teknesium ialah radionuklida hasil dari peluruhan radioaktif 99 Molybdenum. 99 Molybdenum dapat berasal dari hasil aktivasi neutron 98 Molybdenum atau produk dari reaksi fisi uranium. (USP) Waktu paruh 6,02 jam ph 4 8 Penyimpanan Disimpan pada suhu ruang dengan tambahan pelindung. Stabilitas Anion perteknetat stabil dalam larutan encer. Secara kimia tidak reaktif, mampu membentuk kompleks ligan dengan mereduksi ke tingkat valensi yang lebih rendah. Sumber : Diolah dari Zolle, 2007 dan USP Aplikasi klinis 99m Tc-Perteknetat Aplikasi dalam bidang medis dari 99m Tc-Perteknetat diantaranya brain imaging, cerebral angiography,thyroid imaging, salivary gland imaging, placenta localization, blood pool imaging, gastric micosa imaging, cardiac function sutides, renal blood flow studies, urinary bladder imaging, nasolcrimal drainase system imaging (Merck Index, 1989).

22 7 2.4 Produksi Radioisotop Tujuan yang terpenting dari produksi radioisotop adalah menyediakan nuklida radioisotop tertentu dengan syarat tertentu tergantung pada maksud penggunaannya serta memiliki aktivitas yang cukup tinggi (Leswara, 2007) Produksi dengan Cara Aktivasi Neutron Pembuatan radioisotop melalui reaksi dengan neutron dilakukan dengan mengiradiasi bahan sasaran dengan neutron di reaktor nuklir. Inti atom yang diradiasi dengan neutron akan berubah menjadi inti lain yang perbandingan neutron dan protonnya tidak seperti semula, sehingga inti menjadi tidak stabil dan bersifat radioaktif. Dalam produksi radioisotop bahan sasaran yang digunakan harus memenuhi persyaratan tertentu sehingga aman untuk iradiasi dan dihasilkan radioisotop dengan kemurnian tinggi. Dalam pemilihan bahan sasaran untuk produksi radioisotop haruslah dipertimbangkan beberapa aspek sebagai berikut: kestabilan bahan sasaran pada saat iradiasi, mudah diperoleh di pasaran dan memiliki tingkat kemurnian yang tinggi. Reaksi aktivasi dengan neutron terbagi 2 jenis, yaitu: reaksi dengan neutron lambat (E = 0,025 MeV) dan reaksi dengan neutron cepat (E = 0,1-10 MeV) Reaksi dengan neutron lambat biasanya disertai dengan sinar γ sehingga reaksinya disebut (n, γ), sedangkan reaksi dengan neutron cepat disebut reaksi (n, p) atau (n,α) (Priyadi, 2006) Produksi dari Hasil belah (fisi) Uranium Menurut European Commission (2009) pada proses fisi nuklir terjadi pemisahan inti dari isotop 235 U setelah bertumbukan dengan neutron termal. Sejumlah kecil nuklida dengan nomor atom tinggi dihasilkan dari reaksi fisi dan reaksi yang paling sering digunakan adalah fisi 235 Uranium dengan neutron dalam reaktor nuklir. Jika 235 U disinari dengan neutron, maka 235 U akan membelah menjadi berbagai jenis radioisotop dengan massa yang lebih kecil. Hasil pembelahan 235 U merupakan hal yang penting untuk pembuatan radioisotop skala produksi. Pembuatan radioisotop melalui pembelahan 235 U sangat berbeda jika

23 8 dibandingkan dengan pembuatan radioisotop melalui reaksi aktivasi maupun melalui reaksi partikel bermuatan (Priyadi, 2006) Produksi dengan Cara Reaksi Aktivasi dengan Partikel Bermuatan Partikel bermuatan yang digunakan untuk menyinari sasaran dihasilkan dari suatu akselerator (misal siklotron). Partikel bermuatan yang dapat dihasilkan dari mesin siklotron antara lain adalah proton, deuteron, helium-3, helium-4 (partikel α) (Priyadi, 2006). 2.5 Metode Pemisahan 99m Tc dari 99 Mo Pemilihan suatu proses pemisahan yang efektif untuk menghasilkan 99m Tc dari 99 Mo didasarkan pada sejumlah pertimbangan, yakni: teknik-teknik fisik atau kimia yang digunakan harus memiliki kemampuan pemisahan yang tinggi, proses pemisahan harus cepat untuk mengurangi kerugian kehilangan dari 99m Tc, rendemen dari 99m Tc yang dihasilkan harus tinggi, bersifat reproduksibel, kemurnian radiokimia dan kemurnian radionuklida 99m Tc harus berada dalam kisaran Farmakope, konsentrasi radioaktif dari 99m Tc yang terpisah harus cukup untuk memungkinkan untuk proses radiolabeling, campur tangan manusia seminimal mungkin, 99m Teknesium harus diperoleh dalam bentuk siap pakai terutama dalam larutan 0,9% NaCl (Dash, Knapp, Pillai, 2012).

24 9 Tabel II.3 Metode Pemisahan 99m Tc dari 99 Mo Metode Sifat fisika/ Prinsip pemisahan kimia Kromatografi kolom Pengisian Adsorpsi selektif pada adsorben Elektrokimia Elektroda Elektrodeposisi selektif dari target potensial spesies pada elektroda inert Ekstraksi Interaksi kimia Ekstraksi selektif dari spesies target oleh kromatografi spesifik ekstraktan diam pada suatu pendukung inert Presipitasi Kelarutan Pengendapan logam dengan penambahan reagen Ekstraksi pelarut Hidrofobisitas Selektif untuk kedua pelarut yang saling bercampur Sublimasi Tekanan uap Sublimasi selektif dari target logam Membran cair Energi kimia Ekstraksi selektif dari target dalam membran berpori yang bersifat hidrofobik dan selanjutnya bergerak ke fase cair Termokromato grafi Tekanan uap Fraksinasi bahan menyublim melalui kolom yang memiliki gradien suhu. Sumber: Ashutosh Dash a, F.F. (Russ) Knapp Jr. b, M.R.A. Pillai, Ekstraksi Pelarut Ekstraksi cair-cair adalah teknik di mana larutan (biasanya air) dibawa ke dalam kontak dengan pelarut kedua (biasanya organik), pada dasarnya bercampur pada awalnya, kemudian zat terlarut (solut) akan dibawa ke dalam pelarut kedua. Pemisahan dapat dilakukan adalah sederhana, bersih, cepat, dan nyaman. Dalam banyak kasus pemisahan dapat dilakukan dengan pengocokan dalam corong pemisah selama beberapa menit. (Jeffery, Bassett, Mendham, Denney, 1989) Ekstraksi pelarut merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang menuju ke suatu produk murninya dalam laboratorium organik, anorganik atau biokimia. Meskipun kadang-kadang menggunakan peralatan yang rumit, namun seringkali kali hanya diperlukan sebuah corong pisah. Seringkali suatu pemisahan ekstraksi pelarut dapat diselesaikan dalam beberapa menit. Teknik itu dapat diterapkan sepanjang jangkauan konsentrasi yang lebar, dan telah digunakan secara luas untuk isolasi kuantitas yang luar biasa sedikitnya dari isotop-isotop

25 10 bebas pengemban yang diperoleh dengan transmutasi nuklir, dengan demikian pula isolasi bahan industri yang diproduksi berton-ton. (Underwood dan Day ed. keenam, 2002) Secara umum definisi ekstraksi pelarut/ cair-cair adalah proses pemisahan suatu komponen/ solut dari larutan fase air menggunakan pelarut organik tertentu. Dalam proses ekstraksi dihasilkan 2 jenis larutan yaitu larutan fase organik dan fase air. Larutan fase organik yang dihasilkan dari proses esktraksi adalah larutan yang kaya dengan solut yang diinginkan dan sering disebut ekstrak sedangkan larutan fase air adalah larutan yang miskin dengan solut disebut rafinat (Torowati, 2009) Ekstraksi Pelarut Konvensional Pemisahan ekstraksi pelarut konvensional didasarkan pada partisi dari 99m Tc antara fase air dan fase organik dari pelarut yang saling bercampur. Pelarut yang umum digunakan dalam teknik ini ialah metil etil keton (MEK). Teknik ekstraksi dengan MEK menawarkan beberapa keuntungan, diantaranya: efisiensi pemisahan tinggi dari 99m Tc dapat dicapai, lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom generator, 99m Tc yang diperoleh dengan metode ekstraksi MEK telah dilaporkan berkualitas baik dari segi kemurnian radionuklida, kemurnian radiokimia dan kemurnian kimia serta proses ini menghasilkan 99m Tc dengan konsentrasi radioaktif tinggi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ekstraksi menggunakan MEK diantaranya: MEK merupakan pelarut yang mudah terbakar, oleh karena itu penggunaannya perlu pengamanan sistem operasional yang tinggi; peralatan yang digunakan untuk ekstraksi sangat kompleks, besar dan memerlukan kontrol penggunaan yang tinggi; proses ekstraksi dengan metode ini memakan waktu, sehingga beberapa langkah memerlukan kehati-hatian; MEK rentan terhadap degradasi radiasi; permasalahan operasional dapat mengakibatkan minimnya hasil 99m Tc yang diperoleh dan menambah kontaminasi dari 99 Mo (Dash, Knapp, Pillai, 2012).

26 Metil Etil Keton Tabel II.4 Monografi Metil Etil Keton Sinonim Butan-2-on; Etil Metil Keton Rumus struktur C 2 H 5 COCH 3 Pemerian Suhu didih Cairan mudah terbakar, tidak berwarna; bau khas Lebih kurang 79 0 C Sumber: FI ed. IV, Kromatografi Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing-masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik. Teknik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut terdistribusi di antara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase gerak). Fase gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya (FI ed. IV, 1995). 2.9 Kromatografi Kolom Alat yang digunakan untuk kromatografi kolom sangat sederhana, terdiri dari tabung kromatografi, dan sebuah batang pemampat yang diperlukan untuk memadatkan zat penjerap atau campuran zat penjerap dan air secara merata di dalam tabung. Kadang-kadang digunakan cakram kaca berpori yang melekat pada dasar tabung untuk menyangga isinya. Tabung berbentuk silinder terbuat dari kaca, kecuali bila dalam monografi, disebutkan terbuat dari bahan lain. Sebuah tabung pengalir dengan diameter yang lebih kecil untuk mengeluarkan cairan yang menyatu dengan tabung atau disambung melalui suatu sambungan anti bocor pada ujung bawah tabung utama (FI ed. IV, 1995).

27 12 Berbagai ukuran kolom dapat digunakan, dimana hal utama yang dipertimbangkan adalah kapasitas yang memadai untuk menerima sampel-sampel tanpa melampaui fase diamnya. Merupakan aturan praktis yang umum bahwa panjang kolom harus sekurang-kurangnya sepuluh kali ukuran diameternya (Underwood ed. Keenam, 2002). Ukuran kolom bervariasi; kolom yang umum digunakan dalam analisis farmasi mempunyai diameter antara 10 mm hingga 30 mm, dan panjang antara 140 mm hingga 400 mm, tidak termasuk tabung pengalir. Tabung pengalir umumnya berdiameter antara 3 mm hingga 6 mm, dapat dilengkapi dengan sebuah kran untuk mengatur laju aliran pelarut yang melalui kolom dengan teliti. Batang pemampat merupakan suatu batang silinder, melekat kuat pada sebuah tangkai yang terbuat dari plastik, kaca, baja tahan karat atau aluminium, kecuali bila dinyatakan lain dalam monografi. Tangkai batang pemampat biasanya mempunyai diameter yang lebih kecil dari kolom dan panjang minimal 5 cm melebihi panjang efektif kolom. Batang mempunyai diameter lebih kurang 1 mm lebih kecil dari diameter dalam kolom (FI ed. IV, 1995). Fase gerak Fase diam (alumina) Glass wool Gambar 2. Kolom Kromatografi

28 Alumina Deskripsi Alumina Alumina pada dasarnya adalah aluminium oksida, Al 2 O 3. Partikel-partikel alumina adalah antara mesh ( mm), dan sebagian besar sekitar 150 mesh. Alumina yang digunakan untuk kromatografi kolom atau kromatografi lapis tipis diperlakukan dengan asam atau basa untuk mengatur ph. Alumina asam memiliki ph 4,5 dan alumina basa memiliki ph 10,4 (Sigma Aldrich) Monografi Alumina Tabel II.5 Monografi Alumina Sinonim Activated alumina; activated aluminum oxide; alpha aluminumoxide; alumina; alumina, activated; alumina, calcined; alumina, tabular; aluminum oxide alumite; aluminum trioxide. Rumus empiris Al 2 O 3 Bobot molekul Pemerian Kelarutan Bubuk Kristal putih Perlahan-lahan larut dalam larutan alkali berair; praktis tidak larut dalam pelarut organik nonpolar, dietil eter, etanol (95%), dan air Sumber: Handbook of Pharmaceutical excipient ed. V

29 Kemurnian Radioisotop Kemurnian Radionuklida Kemurnian radionuklida didefinisikan sebagai fraksi dari total radioaktivitas dalam bentuk radionuklida yang diinginkan. Kotoran timbul dari reaksi nuklir asing karena kotoran isotop dalam bahan target atau dari fisi dari elemen berat dalam reaktor (Saha, 2003). Ketidakmurnian radionuklida pada produksi 99m Tc berasal dari nuklida induk yaitu 99 Mo. Nilai batasan terkecil kontaminasi 99 Mo yang diizinkan ialah 0,015 % (0,15 µci 99 Mo/mCi 99m Tc) (Medi Physics Inc, 2009). Kemurnian radionuklida ditentukan dengan menggunakan alat spektrometer gamma berdasarkan karakteristik radiasi yang dipancarkan oleh radionuklida itu sendiri. Radionuklida yang memancarkan sinar γ dapat dibedakan satu sama lain dengan melihat energi sinar γ pada energi spektrum spesifik yang diperoleh (Saha, 2003) Kemurnian Radiokimia Kemurnian radiokimia adalah fraksi dari total radioaktivitas dalam bentuk kimia yang diinginkan. Terjadinya pengotor radiokimia timbul dari dekomposisi pelarut, perubahan suhu atau ph, cahaya, oksidasi dan radiolisis (Saha, 2003). Pengotor yang dapat timbul dalam produksi 99m Tc ialah koloid dalam bentuk 99m TcO 2. Nilai kemurnian radiokimia yang dipersyaratkan ialah tidak kurang dari 95% dengan nilai Rf sekitar 0,6 dengan menggunakan metode kromatografi kertas yaitu kertas Whatman no. I sebagai fasa diam dan metanol 85% sebagai fasa gerak (Zolle, 2007). Sejumlah metode analisis yang digunakan untuk mendeteksi dan menentukan pengotor radiokimia dalam radiofarmaka diantaranya pengendapan, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, dan kromatografi gel, kertas dan gel elektroforesis, pertukar an ion, ekstraksi pelarut, kromatografi cair kinerja tinggi, dan penyulingan (Saha, 2003). Pengukuran radioaktivitas dapat dilakukan dengan menggunakan alat pencacah sinar gamma (Gamma Counter) atau menggunakan alat TLC Scanner. Perbandingan rasio di bawah kurva memberikan perbandingan konsentrasi radioaktif dari zat kimia (British Pharmacopoeia, 1988).

30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Pengukuran aktivitas Tc 15

31 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Penelitian proses pemisahan dan pemurnian 99m Tc dari 99 Mo hasil aktivasi neutron menggunakan kolom kromatografi alumina dilakukan di laboratorium Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR) BATAN Kawasan PUSPIPTEK Serpong Tangerang Selatan Waktu Penelitian Penelitian ini berlangsung dari bulan Maret hingga Juni. 3.3 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya: MoO 3 hasil iradiasi, NaOH (Merck), asam nitrat 65% (Merck), metanol (Merck), alumina basa (KANTO Chemical, JAEA-Jepang), alumina asam yang telah ditreatment dengan perendaman asam nitrat 0,1 N (KANTO Chemical, JAEA-Jepang), metil etil keton (Merck), larutan salin (NaCl 0,9%) dan aquades (IPHA), kertas Whatman no.1 dan no.3, glass wool, kertas indikator ph universal (Merck). 3.4 Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya: neraca analitik (Sartorius), corong pisah (Pyrex), peralatan gelas [Beaker glass 100 ml, Erlenmeyer 100 ml, gelas ukur 50 ml, labu ukur 50 ml,] (Pyrex), pipet tetes plastik, spatula, syringe 5 cc, kolom kromatografi, statif, pinset, kontiner timbal, botol vial 5 dan 10 ml, kompor penangas, chamber, dose calibrator ATOMLAB TM 100 plus (BIODEX), spektrometer gamma Canberra 1000 dengan detektor Germanium kemurnian tinggi (HPGe) (Canberra Industries Inc), Imaging Scanner AR-200 (Bioscan). 3.5 Prosedur Penelitian Proses Persiapan Preparasi pereaksi Dibuat larutan NaOH 6 N sebanyak 50 ml: ditimbang 12 g NaOH kemudian dilarutkan dalam aquades hingga volume 50 ml. Dibuat pengenceran

32 17 NaOH 4 N sebanyak 50 ml: dipipet 33,3 ml larutan NaOH 6 N kemudian ditambahkan aquades hingga 50 ml. Dibuat larutan asam nitrat 0,1 M sebanyak 100 ml yang akan dipergunakan untuk merendam alumina asam: dipipet 0,7 ml HNO 3 65% kemudian ditambahkan air hingga 100 ml Pelarutan Mo MoO 3 hasil iradiasi sebanyak 2 g dilarutkan dengan 6 ml NaOH 6 N. Setelah MoO 3 terlarut, kemudian diencerkan dengan menambahkan 40 ml larutan NaOH 4 N Preparasi kolom alumina basa Ditimbang sebanyak 3 g serbuk alumina basa kemudian dicuci serbuk alumina basa dengan metil etil keton. Pada dasar kolom (ukuran p = 15 cm, d = 1 cm) dimasukkan glass wool yang telah terlebih dahulu direndam dengan metil etil keton. Suspensi alumina basa dalam metil etil keton dimasukkan ke dalam kolom dengan bantuan pipet. Setelah alumina memadat dimasukkan glass wool pada lapisan atas alumina basa Preparasi kolom alumina asam Ditimbang sebanyak 2x2 g serbuk alumina asam. Untuk pengisi kolom pertama, serbuk alumina asam terlebih dahulu direndam dengan asam nitrat 0,1 M. Disiapkan kolom kromatografi (ukuran p = 15 cm, d = 1 cm) yang telah berisi glass wool pada dasar kolom kemudian suspensi alumina hasil perendaman dilewatkan ke dalam kolom. Setelah alumina memadat dimasukkan glass wool pada lapisan atas alumina asam. Didiamkan selama beberapa jam kemudian kolom dielusi dengan 10 ml metil etil keton. Sedangkan kolom alumina asam kedua dipreparasi sama halnya dengan preparasi kolom alumina basa Proses ekstraksi Dicuplik hasil pelarutan MoO 3 sebanyak 0,5 ml dan diukur aktivitasnya dengan dose calibrator ATOMLAB 100 plus. Kemudian diencerkan dengan NaOH 4 N hingga 10 ml. Larutan tersebut diekstraksi dengan menambahkan 20 ml metil etil keton. Proses ekstraksi dilakukan dengan pengocokan selama 10 menit menggunakan stirer. Hasil ekstraksi dipindahkan ke dalam corong, pisah

33 18 kemudian didiamkan selama 15 menit sampai membentuk dua lapisan. Fraksi yang terbentuk setelah pengocokan adalah fraksi metil etil keton (bagian atas), kemudian diukur aktivitas Tc dengan dose calibrator ATOMLAB 100 plus, lapisan air pada bagian bawah disimpan untuk proses ekstraksi selanjutnya Kromatografi kolom alumina basa Fraksi metil etil keton yang mengandung 99m Tc dilewatkan ke kolom kromatografi alumina basa, dan eluat kemudian ditampung dalam suatu wadah. Hasil tampungan kemudian dibagi menjadi dua bagian dan masing-masing diukur aktivitasnya dengan dose calibrator. Salah satu bagian yaitu eluat alumina basa yang akan dielusikan ke kolom alumina asam setelah dibilas dengan HNO 3, sedangkan bagian lainnya adalah eluat alumina basa yang akan dielusikan ke kolom alumina asam tanpa dibilas dengan HNO 3. Setelah digunakan kolom alumina basa disimpan untuk digunakan pada proses pengulangan selanjutnya Kromatografi kolom alumina asam Dengan pembilasan HNO 3 0,1 M Eluat fraksi metil etil keton dari kolom alumina basa dilewatkan ke dalam kolom alumina asam yang dipreparasi dengan pembilasan asam nitrat 0,1 M. Hasil eluat ditampung dalam vial dan diukur aktivitas 99m Tc dengan dose calibrator. Kolom alumina asam kemudian dibilas dengan 10 ml aquades kemudian fasa air hasil tampungannya diukur aktivitasnya. Pada tahap terakhir alumina asam dielusi dengan 3x5 ml larutan salin (NaCl 0,9%) dan ketiga fraksi salin diukur aktivitas 99m Tc dengan dose calibrator. Setelah digunakan kolom alumina asam kemudian dielusi dengan 10 ml asam nitrat 0,1 M kemudian didiamkan semalaman untuk digunakan pada proses pengulangan selanjutnya Tanpa pembilasan HNO 3 0,1 M Eluat fraksi metil etil keton dari kolom alumina basa dilewatkan ke dalam kolom alumina asam yang dipreparasi tanpa pembilasan asam nitrat. Hasil eluat ditampung dalam vial dan diukur aktivitas 99m Tc dengan dose calibrator. Kolom alumina asam kemudian dibilas dengan 10 ml aquades dan eluat ditampung serta diukur aktivitas Tc dengan dose calibrator. Pada tahap terakhir alumina asam

34 19 dielusi dengan 3x5 ml larutan salin (NaCl 0,9%) dan ketiga fraksi salin diukur aktivitas 99m Tc dengan dose calibrator. Setelah digunakan kolom alumina asam disimpan untuk digunakan pada proses pengulangan selanjutnya Evaluasi Perolehan kembali (recovery) Nilai perolehan kembali aktivitas peluruhan diperoleh dengan membandingkan aktivitas 99m Tc pada fraksi salin dengan aktivitas 99m Tc pada fraksi metil etil keton hasil elusi pada kolom alumina basa. Nilai aktivitas 99m Tc dikonversikan terhadap waktu yang sama dengan menggunakan persamaan: Nilai ph Pengukuran nilai ph dilakukan menggunakan kertas ph indikator universal Pemeriksaan visual Pemeriksaan visual pada umumnya meliputi kejernihan, warna atau kelainan fisik lainnya. Tahap evaluasi ini dilakukan dengan panca indera penglihatan Kemurnian radiokimia Penentuan kemurnian radiokimia dilakukan dengan kromatografi kertas menggunakan Whatman no.1 sebagai fase diam dan larutan metanol 85% sebagai fase gerak. Larutan uji dicuplik dan ditotolkan pada kertas Whatman no.1 kemudian dielusi selama kurang lebih 1-2 jam. Kertas kemudian diangin-anginkan hingga kering dan diukur nilai kemurnian radiokimia dengan menggunakan Imaging Scanner AR-200 Bioscan (Sriyono et al.,2011)

35 20 Gambar 3. Skema kromatografi kertas Sumber: Tahyan, Yayan et.al, Kemurnian radionuklida Penentuan kemurnian radionuklida dilakukan dengan terlebih dahulu memasukkan eluat 99m Tc (5 ml) ke dalam kontiner timbal, kemudian kontiner tersebut diletakkan diatas detektor pada jarak tertentu, dan dianalisa menggunakan spektrometer gamma yang dilengkapi dengan detektor Germanium kemurnian tinggi (HPGe) serta perangkat lunak MCA Genie 2000 VDM. Puncak 99m Tc muncul pada 140 kev dan sedangkan puncak 99 Mo muncul pada 739 kev (Sriyono et al.,2011), Larutan 99m Tc dikatakan murni jika hasil spektrum tidak menunjukkan puncak serapan dari energi 99 Mo (Adang, H.G et al., 2009) Penentuan lolosan Mo Besarnya aktivitas lolosan 99 Mo yang terdapat dalam larutan hasil elusi ditentukan spektrometer gamma pada energi 739 kev. Cara penentuan lolosan 99 Mo sama dengan penentuan kemurnian radionuklida dimana apabila dari hasil analisa eluat menunjukkan adanya 99 Mo, maka aktivitasnya dihitung dan kemudian dibandingkan dengan aktivitas 99m Tc (µci 99 Mo/mCi 99m Tc). Batas persyaratan dari Medy Physic Inc. USA menetapkan bahwa lolosan 99 Mo < 0,15 µci 99 Mo/mCi 99m Tc).

36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Proses Ekstraksi Kromatografi Kolom Dari rangkaian proses ekstraksi larutan 99 Mo menggunakan metil etil keton yang kemudian dilanjutkan dengan kromatografi kolom alumina basa dan asam akan diperoleh nilai aktivitas dari anak luruh radionuklida 99 Mo yaitu 99m Tc. Hasil yang diperoleh di bawah ini merupakan hasil yang telah diolah berdasarkan konversi waktu kalibrasi pengukuran. Hal ini mengingat radionuklida 99m Tc meluruh dari waktu ke waktu Percobaan Pertama Aktivitas 99 Mo Hasil ekstraksi fase organik Volume larutan Aktivitas 99m Tc : 20,3 mci : 18 ml : 19,872 mci Tabel IV.1 Data Pengukuran Aktivitas 99m Tc pada Percobaan Pertama Fase larutan Eluat kolom alumina basa Eluat kolom alumina asam Bilasan aquades Kolom alumina asam dengan pembilasan HNO 3 Aktivitas 99m Tc Volume (ml) Sebelum konversi (mci) Setelah konversi (mci) Kolom alumina asam tanpa pembilasan HNO 3 Aktivitas 99m Tc Sebelum konversi (mci) Volume (ml) Setelah konversi (mci) 8 6 6,23 9 6,75 7,01 8 3,66 4,02 9 1,338 1, ,07 2, ,8 4,32 Total fraksi 15 1,593 2, ,3238 1, Percobaan Kedua Aktivitas 99 Mo Hasil ekstraksi fase organik Volume larutan Aktivitas 99m Tc : 15,78 mci : 17 ml : 13,94 mci 21

37 22 Tabel IV.2 Data Pengukuran Aktivitas 99m Tc pada Percobaan Kedua Fase larutan Eluat kolom alumina basa Eluat kolom alumina asam Bilasan aquades Total fraksi Kolom alumina asam dengan pembilasan HNO 3 Aktivitas 99m Tc Volume Sebelum Setelah (ml) konversi konversi (mci) (mci) Kolom alumina asam tanpa pembilasan HNO 3 Aktivitas 99m Tc Volume Sebelum Setelah (ml) konversi konversi (mci) (mci) 8 5,55 5,98 7 5,23 5,59 8 2,5 2,75 7 3,79 4, ,497 1, ,918 1, ,224 1, ,228 0, Percobaan Ketiga Aktivitas 99 Mo Hasil ekstraksi fase organik Volume larutan Aktivitas 99m Tc : 7,41 mci : 17 ml : 6,96 mci Tabel IV.3 Data Pengukuran Aktivitas 99m Tc pada Percobaan Ketiga Fase larutan Eluat kolom alumina basa Eluat kolom alumina asam Bilasan aquades Total fraksi Kolom alumina asam dengan pembilasan HNO 3 Aktivitas 99m Tc Volume Sebelum Setelah (ml) konversi konversi (mci) (mci) Kolom alumina asam tanpa pembilasan HNO 3 Aktivitas 99m Tc Sebelum Setelah Volume konversi konversi (mci) (mci) 8 2,92 3,12 7 2,23 2,4 8 1,397 1, ,497 1,7 10 0,734 0, ,361 0, , , ,1989 0,2423

38 Evaluasi Profil aktivitas 99 Mo dan 99 Tc ketiga percobaan Aktivitas awal 99 Mo sebelum dilakukan proses ekstraksi ialah 20,3 mci pada percobaan pertama, 15,78 mci pada percobaan kedua dan 7,41 mci pada percobaan ketiga. Nilai tersebut diketahui dari perhitungan aktivitas peluruhan yang dikonversikan dengan waktu. Gambar 4. Grafik aktivitas peluruhan 99 Mo Aktivitas 99m Tc yang hilang setelah melewati kolom alumina asam pada kolom alumina asam dengan perlakuan HNO 3 secara berturut-turut pada ketiga percobaan 64%, 46% dan 49%. Sedangkan pada kolom alumina asam tanpa perlakuan HNO 3 aktivitas 99m Tc yang hilang ialah berturut-turut sebesar 20%, 76% dan 70%. Gambar 5. Grafik % aktivitas 99m Tc yang hilang dalam eluat kolom alumina asam

39 % 24 Aktivitas 99m Tc yang hilang dalam air bilasan aquades pada kolom alumina asam dengan perlakuan HNO 3 secara berturut-turut pada ketiga percobaan 37%, 28% dan 26%. Sedangkan pada kolom alumina asam tanpa perlakuan HNO 3 aktivitas 99m Tc yang hilang ialah berturut-turut sebesar 61%, 19% dan 18%. 99m Tc dalam bilasan aquades dengan HNO tanpa HNO Gambar 6. Grafik % aktivitas 99m Tc yang hilang pada bilasan aquades Aktivitas 99m Tc total pada ketiga fraksi salin pada kolom alumina asam dengan perlakuan HNO 3 secara berturut-turut pada ketiga percobaan ialah 35%, 24% dan 11%. Sedangkan pada kolom alumina asam tanpa perlakuan HNO 3 ialah sebesar 26%, 5% dan 10%. Gambar 7. Grafik % aktivitas 99m Tc pada fraksi total

40 Perolehan kembali (recovery) aktivitas peluruhan 99m Tc Perolehan kembali (recovery) percobaan pertama : Kolom alumina asam dengan pembilasan HNO 3 Kolom alumina asam tanpa pembilasan HNO 3 Perolehan kembali (recovery) percobaan kedua : Kolom alumina asam dengan pembilasan HNO 3 Kolom alumina asam tanpa pembilasan HNO 3

41 26 Perolehan kembali (recovery) percobaan ketiga: Kolom alumina asam dengan pembilasan HNO 3 Kolom alumina asam tanpa pembilasan HNO 3 Gambar 8. Grafik % perolehan kembali aktivitas peluruhan 99m Tc ph Pengukuran ph pada keseluruhan fraksi pada ketiga percobaan bernilai Pemeriksaan visual Pemeriksaan visual pada keseluruhan fraksi pada ketiga percobaan jernih dan tidak ada partikel melayang.

42 Kemurnian radiokimia Penentuan kemurnian radiokimia menggunakan kromatografi kertas Whatman no.1 dengan fase gerak metanol 85% yang kemudian dianalisis dengan alat Imaging Scanner AR-200 Bioscan. Pengukuran standar 99m Tc pertechnetate telah dilakukan sebelumnya. Berikut adalah hasil pengukuran kemurnian radiokimia pada percobaan pertama (Spektrum dapat dilihat pada lampiran 4). Pengukuran kemurnian radiokimia percobaan kedua dan ketiga bernilai rendah mengingat aktivitas yang dihasilkan pun bernilai kecil. Hal ini menyebabkan cacahan bernilai rendah dan cacahan background timbul sehingga prosentase kemurnian menjadi kecil. Tabel IV.4 Nilai Kemurnian Radiokimia Fase Tc Kemurnian (%) Rf Fraksi salin 1 (dengan perlakuan HNO 3 ) 99,75 0,495 Fraksi salin 1 (tanpa perlakuan HNO 3 ) 99,77 0,481 Eluat alumina asam (dengan perlakuan HNO 3 ) 99,67 0,530 Eluat alumina asam (tanpa perlakuan HNO 3 ) 87,28 0, Kemurnian radionuklida Penentuan kemurnian radionuklida dilakukan menggunakan alat spektrometer gamma yang telah terkalibrasi. Kurva kalibrasi efisiensi pada sumbu x menunjukkan energi dan pada sumbu y menunjukkan efisiensi. (Kurva kalibrasi dapat dilihat pada lampiran 5). Berikut ialah nilai kemurnian radionuklida 99m Tc (Spektrum dapat dilihat pada lampiran 6). Tabel IV.5 Nilai Kemurnian Radionuklida Fase Tc Energi (kev) Cacahan Kemurnian (%) Eluat kolom 140, alumina basa 739,5-0 Fraksi salin 140, ,5-0

43 Pembahasan Untuk tujuan diagnosis, radiasi yang dipancarkan oleh radioisotop diharapkan segera habis setelah proses diagnosis selesai sehingga dampak yang tidak diinginkan yang mungkin terjadi dapat diminimalisasi. Oleh karena itu, 99m Tc sebagai pemancar gamma murni tunggal pada energi 140,5 kev dengan waktu paruh pendek 6 jam dinilai tepat sebagai radioisotop untuk tujuan diagnosis. Radiasi gamma dengan energi yang relatif rendah ini tidak memberikan dampak yang besar kepada tubuh, namun cukup besar untuk menembus jaringan dan dapat ditangkap dengan mudah oleh detektor radiasi dari luar tubuh. Oleh sebab itu, sebaran radioisotop ini di dalam tubuh dapat diamati dengan mudah (Awaludin, 2011). Keuntungan lain dari radioisotop 99m Tc adalah bahwa radioisotop tersebut diekskresikan melalui urin sehingga setelah selesai diagnosa akan cepat sekali hilang dari dalam tubuh (Adang H.G) Teknesium-99m ( 99m Tc) merupakan suatu unsur yang menempati nomor atom 43 dalam susunan periodik unsur. Teknesium memiliki beberapa oxidation state dari -1 sampai dengan +7. Tabel IV.6 Tingkat Oksidasi Teknesium Oxidation state Bentuk Teknesium VII TcO 4- VI TcN 3+ V TcO 3+, Tc 2 O 4+ 3, TcN 2+, TcS 3+ IV Tc 4+, TcP 4+ 2, TcO(OH) + 2+, Tc(OH) 2 III TcP 3+ 3, Tc 3+ II Tc 2+ I Tc +, TcP + + 6, Tc(CNR) 6 0 Tc -I Tc - Oxidation state merupakan parameter penting dalam menentukan senyawasenyawa kompleks yang dapat dibentuk. Pada oxidation state tertinggi akan terbentuk senyawa pertechnetate. Senyawa inilah yang akan dihasilkan dari proses produksi 99m Tc dari 99 Mo. Sebagai anion pertechnetate, Tc tidak mengikat secara efektif untuk spesies kimia lainnya, agar dapat bereaksi dengan senyawa lain/ ligand perlu diturunkan bilangan oksidasinya dengan menggunakan reduktor.

44 29 Teknesium-99m tidak terdapat di alam dan merupakan unsur buatan. Unsur ini diperoleh dari hasil peluruhan 99 Mo sebagai radionuklida induknya. Peluruhan terjadi dikarenakan inti atom yang tidak stabil secara spontan akan berubah menjadi inti atom yang lebih stabil. Dalam kasus peluruhan 99 Mo akan meluruh menjadi 99m Tc kemudian meluruh menjadi 99 Tc dan pada akhirnya menjadi suatu bentuk stabil yaitu 99 Ru. Gambar 9. Peluruhan Radioisotop dari 99 Mo Sumber: Zolle, 2007 Dari gambar peluruhan di atas terlihat bahwa 99 Mo meluruh menjadi 99m Tc sebesar 87,5% dan sisanya sebesar 12,5% meluruh menjadi 99 Tc. Radioisotop yang dimanfaatkan dalam bidang diagnosis ialah 99m Tc. Mengingat waktu paruhnya yang sangat singkat, maka radioisotop ini digunakan harus dalam keadaan fresh. Jika penggunaannya tidak dalam keadaan fresh dikhawatirkan 99m Tc telah meluruh menjadi 99 Tc. Keberadaan radioisotop 99 Tc ini akan mengganggu pencitraan saat proses diagnosis berlangsung. Dalam penelitian ini 99 Mo diperoleh dari hasil aktivasi neutron 98 Mo. Proses aktivasi neutron dilakukan dengan mengiradiasi 98 Mo dengan neutron di reaktor nuklir. Reaksi aktivasi terjadi saat penangkapan neutron oleh inti dari elemen yang stabil yang kemudian berubah menjadi sebuah inti radioaktif dari unsur yang sama. Proses ini dapat digunakan untuk memproduksi 99 Molibdenum, tetapi radioaktivitas yang dihasilkan lebih rendah dari pada reaksi fisi dan terdapat sisa 98 Mo non-aktif yang dapat menimbulkan masalah medis (European Commission, 2009). Hasil dari proses penangkapan tersebut mengakibatkan inti atom yang

45 30 diiradiasi dengan neutron akan berubah menjadi inti lain yakni 99 Mo yang perbandingan neutron dan protonnya tidak seperti semula, sehingga inti tersebut menjadi tidak stabil dan bersifat radioaktif. Proses tersebut dapat digambarkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut: Setelah melalui proses iradisi, molybdenum trioxide (MoO 3 ) dilarutkan dalam sodium hidroksida. Pemilihan besarnya konsentrasi 4 N NaOH yaitu didasarkan pada penelitian Karpeles dan Rivero bahwa ekstraksi terbaik terjadi saat konsentrasi larutan NaOH antara 3-5 N (Judith Dominguez Catasus, et.al 2012). Selain larut dalam larutan alkali hidroksida, MoO 3 juga dapat larut dalam air, ammonium atau potassium bitartrat. Jika melihat kemampuan kelarutan MoO 3 dalam beberapa pelarut tersebut maka dapat diketahui bahwa MoO 3 bersifat polar. Hasil pelarutan MoO 3 dengan NaOH akan menghasilkan suatu garam dalam bentuk sodium molybdate. Berikut adalah persamaan reaksi yang terjadi: Di dalam larutan MoO 3 -NaOH terdapat radionuklida 99 Mo sebagai radionuklida induk dan radionuklida 99m Tc sebagai hasil peluruhan dari 99 Mo. Metode ekstraksi pelarut banyak digunakan untuk tujuan pemisahan 99m Tc dari 99 Mo. Beberapa pelarut yang selektif terhadap teknesium ialah aseton, metil etil keton dan piridin (Emeleus, Sharpe, 1968). Pada penelitian ini digunakan pelarut metil etil keton. Ekstraksi dilakukan dengan pengocokan menggunakan stirrer selama 10 menit. Proses ekstraksi diharapkan dapat menarik 99m Tc ke dalam larutan metil etil keton yang bersifat semi polar dan 99 Mo akan tetap berada pada fase air yang bersifat polar. Proses ekstraksi selektif teknesium dari kesetimbangan campuran 99 Mo/ 99m Tc memanfaatkan perbedaan kelarutan keduanya dalam dua fase cair yang larut dan merupakan dasar dari teknik ekstraksi pelarut (Dash, Knapp, Pillai, 2012). Metil etil keton merupakan cairan pengekstraksi netral. Sehingga kemungkinan mekanisme ekstraksi dari 99m - TcO 4 ialah solvatasi hidrasi (hidratation solvatation) (Judith Dominguez Catasus, et.al 2012). Reaksi yang terjadi ialah sebagai berikut:

46 31 Na m TcO 4 -.ph 2 O + qmek Na 99m TcO 4.pH 2 O.qMEK Hasil pengocokan tersebut kemudian dipindahkan ke dalam corong pisah dan didiamkan selama 15 menit. Dari hasil ekstraksi akan diperoleh dua lapisan, yakni lapisan organik (metil etil keton) pada bagian atas dan lapisan non-organik (air) pada bagian bawah. Hal ini disebabkan densitas metil etil keton bernilai lebih kecil yakni g/ml dibandingkan dengan densitas air yang bernilai 1 g/ml. Lapisan organik kemudian dipisahkan dari lapisan non-organik untuk memperoleh 99m Tc. Larutan yang mengandung Tc tersebut belum dapat digunakan untuk tujuan diagnosis karena masih berada dalam lapisan metil etil keton, Fase organik metil etil keton dapat dihilangkan dengan penguapan, dan residu penguapan dilarutkan dengan salin. Namun hasil dari proses tersebut menghasilkan larutan berwarna kuning. Meskipun belum terdapat literatur yang menerangkan mengenai sebab terbentukmya warna kuning tersebut, namun diperkirakan warna kuning tersebut terjadi karena terbentuknya kompleks antara 99m Tc dengan metil etil keton. Perlu diketahui bahwa metil etil keton berbahaya bagi tubuh, karena metil etil keton bersifat neurotoksik, terlebih larutan 99m Tc ini akan dimasukkan ke dalam tubuh secara intravena untuk proses diagnosis. Oleh karena itu dibutuhkan proses lebih lanjut dengan melewatkan larutan ke dalam kolom alumina. Pada penelitian ini, digunakan adsorben alumina dalam kolom kromatografi. Alumina memiliki sifat amfoter sehingga zat ini memiliki kapasitas untuk bertindak sebagai asam atau basa. Berikut ialah sisi asam dan basa pada struktur alumina. Sisi asam Sisi basa Gambar 10. Sisi Asam Basa Alumina Sumber: Santacesaria, Ello, 1977

47 32 Berikut ialah reaksi alumina jika direaksikan dengan senyawa yang bersifat asam maupun basa. Jika alumina direaksikan dengan basa dalam hal ini ialah NaOH maka ion Na + akan menempati sisi basa dengan berikatan dengan oksigen yang bermuatan negatif. Sedangkan saat direaksikan dengan asam yakni HNO 3 - maka ion NO 3 akan menempati sisi asam dengan berikatan dengan aluminium yang bermuatan positif. Basa : Al 3+ O Al NaOH Al 3+ O Al 3+ + OH - O O ONa ONa Asam : Al 3+ O Al HNO 3 Al 3+ O Al H + + 2O O O NO 3 NO 3 Dikarenakan sifatnya yang amfoterik, struktur alumina dalam keadaan asam, basa maupun netral berbeda. Berikut adalah ketiga struktur alumina dalam kondisi yang berbeda: Gambar 11. Struktur Dasar Alumina (a) Asam, (b) Netral, (c) Basa Sumber: Noviyanti, 2010 Prinsip kromatografi yang digunakan pada penelitian ini ialah kromatografi penukar ion. Pertukaran ion merupakan proses yang mana solut-solut ion dalam fase gerak dapat bertukar dengan ion-ion yang bermuatan sama yang terikat secara kimiawi pada fase diam. Fase diam dapat berupa padatan polimer yang permeabel seperti resin organik yang tidak larut atau silika yang dimodifikasi secara kimiawi. Fase diam ini mengandung gugus-gugus dengan muatan yang tetap dan ion-ion lawannya yang mobil (Gandjar, Rohman, 2007).

PENGARUH REGENERASI KOLOM ALUMINA ASAM TERHADAP RECOVERY DAN KUALITAS 99m Tc HASIL EKSTRAKSI PELARUT MEK DARI 99 Mo HASIL AKTIVASI NEUTRON

PENGARUH REGENERASI KOLOM ALUMINA ASAM TERHADAP RECOVERY DAN KUALITAS 99m Tc HASIL EKSTRAKSI PELARUT MEK DARI 99 Mo HASIL AKTIVASI NEUTRON p ISSN 0852 4777; e ISSN 2528-0473 PENGARUH REGENERASI KOLOM ALUMINA ASAM TERHADAP RECOVERY DAN KUALITAS 99m Tc HASIL EKSTRAKSI PELARUT MEK DARI 99 Mo HASIL AKTIVASI NEUTRON Adang H. G., Yono S, Widyastuti

Lebih terperinci

PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION

PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION Anung Pujiyanto, Hambali, Dede K, Endang dan Mujinah Pusat Pengembamgan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR), BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo DARI GENERATOR 99 Mo/ 99m Tc BERBASIS PZC

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo DARI GENERATOR 99 Mo/ 99m Tc BERBASIS PZC PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo DARI GENERATOR 99 Mo/ 99m Tc BERBASIS PZC Adang H.G., A. Mutalib, Hotman L, R. Awaludin, Sulaeman, Pusat

Lebih terperinci

PRODUKSI RADIOISOTOP. NANIK DWI NURHAYATI,M.SI

PRODUKSI RADIOISOTOP. NANIK DWI NURHAYATI,M.SI PRODUKSI RADIOISOTOP NANIK DWI NURHAYATI,M.SI nanikdn@uns.ac.id Suatu unsur disebut radioisotop atau isotop radioaktif jika unsur itu dapat memancarkan radiasi. Dikenal dengan istilah radionuklida. Tujuan

Lebih terperinci

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo (Mo BREAKTHROUGH) DARI GENERATOR

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo (Mo BREAKTHROUGH) DARI GENERATOR PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo (Mo BREAKTHROUGH) DARI GENERATOR 99 Mo/ 99m Tc BERBASIS PZC (POLY ZIRCONIUM COMPOUND) ADANG H.G., A.

Lebih terperinci

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN BERBASIS PZC (POLY ZIRCONIUM COMPOUND)

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN BERBASIS PZC (POLY ZIRCONIUM COMPOUND) YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 29 ISSN 1978-176 PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo (Mo BREAKTHROUGH) DARI GENERATOR 99 Mo/ 99m Tc BERBASIS PZC

Lebih terperinci

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006 Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN 14108542 PRODUKSI TEMBAGA64 MENGGUNAKAN SASARAN TEMBAGA FTALOSIANIN Rohadi Awaludin, Abidin, Sriyono dan Herlina Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini : Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan metode pemisahan dengan KLT dan dapat mengaplikasikannya untuk analisis suatu sampel Gambaran Umum KLT Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan

Lebih terperinci

Produk. Pemeriksaan pemeriksaan kalibrasi, g Spektroskopik. Kemurnian kimia kemurnian konsentrasi radionuklida (radioaktif) radioaktif

Produk. Pemeriksaan pemeriksaan kalibrasi, g Spektroskopik. Kemurnian kimia kemurnian konsentrasi radionuklida (radioaktif) radioaktif Produk Pemeriksaan pemeriksaan kalibrasi, g Spektroskopik g spektrometri Kemurnian kimia kemurnian konsentrasi radionuklida (radioaktif) radioaktif Pemeriksaan secara farmasi Pemeriksaan fisika Pemeriksaan

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI RENIUM DAN WOLFRAM DENGAN METODE EKSTRAKSI MENGGU- NAKAN PELARUT METIL ETIL KETON

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI RENIUM DAN WOLFRAM DENGAN METODE EKSTRAKSI MENGGU- NAKAN PELARUT METIL ETIL KETON Riftanio Natapratama Hidayat, dkk. ISSN 0216-3128 161 PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI RENIUM DAN WOLFRAM DENGAN METODE EKSTRAKSI MENGGU- NAKAN PELARUT METIL ETIL KETON Riftanio Natapratama Hidayat, Maria

Lebih terperinci

GENERATOR 188W/188Re BERBASIS ALUMINA

GENERATOR 188W/188Re BERBASIS ALUMINA Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka Journal of Radioisotopes and Radiopharmaceuticals Vol 16 No 1 April 01 ISSN 1410-854 PEMISAHAN RADIOISOTOP DARI RADIOISOTOP W MELALUI KOLOM GENERATOR W/ BERBASIS ALUMINA

Lebih terperinci

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif Oleh : Arif Novan Fitria Dewi N. Wijo Kongko K. Y. S. Ruwanti Dewi C. N. 12030234001/KA12 12030234226/KA12 12030234018/KB12 12030234216/KB12

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

UJI PRODUKSI 99 Mo HASIL FISI DENGAN BAHAN SASARAN FOIL LEU BUATAN P2TBDU-BATAN

UJI PRODUKSI 99 Mo HASIL FISI DENGAN BAHAN SASARAN FOIL LEU BUATAN P2TBDU-BATAN UJI PRODUKSI 99 Mo HASIL FISI DENGAN BAHAN SASARAN FOIL LEU BUATAN P2TBDU-BATAN Hotman Lubis, A. Muthalib, A. H. Gunawan, Sriyono, Edi Sucipto dan Hambali Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones

Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones Valensi Vol. 3 No. 1, Mei 2013 (65-70) ISSN : 1978-8193 Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones Maiyesni, Mujinah, Witarti, Dede K, Triani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni tahun 2012 Januari 2013 di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES

PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES 12 ISSN 0216-3128, dkk. PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES, Mujinah, Witarti, Dede K, Triani W., Trianto Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka,

Lebih terperinci

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM Rohadi Awaludin Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR), BATAN ABSTRAK PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM. Iodium- 125 merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin RADIOKALORIMETRI Rohadi Awaludin Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314, Telp/fax (021) 7563141 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)

Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography) Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography) Kromatografi DEFINISI Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara

Lebih terperinci

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT I. DASAR TEORI I.1 Asidi-Alkalimetri Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode analisis titrimetri. Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO) NAMA : KARMILA (H311 09 289) FEBRIANTI R LANGAN (H311 10 279) KELOMPOK : VI (ENAM) HARI / TANGGAL : JUMAT / 22 MARET

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA BAB 1 TIJAUA PUSTAKA 1.1 Glibenklamid Glibenklamid adalah 1-[4-[2-(5-kloro-2-metoksobenzamido)etil]benzensulfonil]-3- sikloheksilurea. Glibenklamid juga dikenal sebagai 5-kloro--[2-[4{{{(sikloheksilamino)

Lebih terperinci

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6 KIMIA INTI 1. Setelah disimpan selama 40 hari, suatu unsur radioaktif masih bersisa sebanyak 0,25 % dari jumlah semula. Waktu paruh unsur tersebut adalah... 20 hari 8 hari 16 hari 5 hari 10 hari SMU/Ebtanas/Kimia/Tahun

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH URANIUM CAIR DENGAN ZEOLIT MURNI DAN H-ZEOLIT SERTA SOLIDIFIKASI DENGAN POLIMER EPOKSI

PENGOLAHAN LIMBAH URANIUM CAIR DENGAN ZEOLIT MURNI DAN H-ZEOLIT SERTA SOLIDIFIKASI DENGAN POLIMER EPOKSI PENGOLAHAN LIMBAH URANIUM CAIR DENGAN ZEOLIT MURNI DAN H-ZEOLIT SERTA SOLIDIFIKASI DENGAN POLIMER EPOKSI ABSTRAK Yusuf Damar Jati*), Herlan Martono**), Junaidi**) Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN METODE AKTIVASI NEUTRON DAN ELEKTRODEPOSISI PADA PENENTUAN URANIUM DAN THORIUM DALAM CONTOH URIN

STUDI PERBANDINGAN METODE AKTIVASI NEUTRON DAN ELEKTRODEPOSISI PADA PENENTUAN URANIUM DAN THORIUM DALAM CONTOH URIN STUDI PERBANDINGAN METODE AKTIVASI NEUTRON DAN ELEKTRODEPOSISI PADA PENENTUAN URANIUM DAN THORIUM DALAM CONTOH URIN Ruminta Ginting Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif ABSTRAK STUDI PERBANDINGAN

Lebih terperinci

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007 PERHITUNGAN PEMBUATAN KADMIUM-109 UNTUK SUMBER RADIASI XRF MENGGUNAKAN TARGET KADMIUM ALAM Rohadi Awaludin Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN Kawasan Puspiptek, Tangerang, Banten ABSTRAK PERHITUNGAN

Lebih terperinci

Kelompok 2: Kromatografi Kolom

Kelompok 2: Kromatografi Kolom Kelompok 2: Kromatografi Kolom Arti Kata Kromatografi PENDAHULUAN chroma berarti warna dan graphien berarti menulis Sejarah Kromatografi Sejarah kromatografi dimulai sejak pertengahan abad ke 19 ketika

Lebih terperinci

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP Kadarisman, dkk. ISSN 0216-3128 69 EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA Kadarisman, Sri Hastini, Yayan Tahyan, Abidin, Dadang Hafid dan Enny Lestari Pusat Pengembangan Radioisotop

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Alat dan Bahan 4.1.1 Alat-Alat yang digunakan : 1. Seperangkat alat kaca 2. Neraca analitik, 3. Kolom kaca, 4. Furnace, 5. Kertas saring, 6. Piknometer 5 ml, 7. Refraktometer,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi 5-hidroksimetil-2- furfural (HMF) untuk optimasi ZnCl 2 dan CrCl 3 serta eksplorasi

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS Amalia Choirni, Atik Setiani, Erlangga Fitra, Ikhsan Fadhilah, Sri Lestari, Tri Budi Kelompok 12 Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung untuk pengambilan biomassa alga porphyridium

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan

Lebih terperinci

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada I. TUJUAN PERCOBAAN 1.1 Memahami pemisahan berdasarkan ekstraksi asam asetat. 1.2 Menentukan harga koefisien distribusi senyawa dalam dua pelarut yang tidak saling campur (ekstraksi cair - cair) II. DASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya

BAB I PENDAHULUAN. kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya BAB I PENDAHULUAN Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk pemisahan analitik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

Unjuk Kerja Generator Radioisotop Mo/ Tc dengan Radioaktivitas

Unjuk Kerja Generator Radioisotop Mo/ Tc dengan Radioaktivitas Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan ISSN 1693 4393 Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia Yogyakarta, 26 Januari 2010 99 99m Unjuk Kerja Generator Radioisotop

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si Oleh Kelompok V Indra Afiando NIM 111431014 Iryanti Triana NIM 111431015 Lita Ayu Listiani

Lebih terperinci

UNJUK KERJA GENERATOR RADIOISOTOP 99 Mo/ 99m Tc DENGAN RADIOAKTIVITAS 99 Mo 600 DAN 800 mci BERBASIS PZC *

UNJUK KERJA GENERATOR RADIOISOTOP 99 Mo/ 99m Tc DENGAN RADIOAKTIVITAS 99 Mo 600 DAN 800 mci BERBASIS PZC * Urania Vol. 17 No. 1, Februari 2011 : 1-54 UNJUK KERJA GENERATOR RADIOISOTOP / 99m Tc DENGAN RADIOAKTIVITAS 600 DAN 800 mci BERBASIS PZC * Kadarisman dan Adang HG. Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Glibenklamid merupakan sulfonylurea generasi kedua yang digunakan sebagai obat antidiabetik oral yang berperan menurunkan konsentrasi glukosa darah. Glibenklamid merupakan salah satu senyawa

Lebih terperinci

PEMISAHAN MATRIKS 90 Sr/ 90 Y MENGGUNAKAN ELEKTROKROMATOGRAFI BERBASIS FASA DIAM CAMPURAN ALUMINA-SILIKA

PEMISAHAN MATRIKS 90 Sr/ 90 Y MENGGUNAKAN ELEKTROKROMATOGRAFI BERBASIS FASA DIAM CAMPURAN ALUMINA-SILIKA PEMISAHAN MATRIKS Sr/ Y MENGGUNAKAN ELEKTROKROMATOGRAFI BERBASIS FASA DIAM CAMPURAN ALUMINA-SILIKA Sulaiman, Adang H.G., Artadi Heru W, Sri Aguswarini, Karyadi, Gatot S, Chairuman Pusat Radioisotop dan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR 78 ISSN 0216-3128 Pujadi, dkk. FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR Pujadi 1, Gatot Wurdiyanto 1 dan

Lebih terperinci

STUDI PEMISAHAN URANIUM DARI LARUTAN URANIL NITRAT DENGAN RESIN PENUKAR ANION

STUDI PEMISAHAN URANIUM DARI LARUTAN URANIL NITRAT DENGAN RESIN PENUKAR ANION STUDI PEMISAHAN URANIUM DARI LARUTAN URANIL NITRAT DENGAN RESIN PENUKAR ANION Iis Haryati, dan Boybul Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN, Kawasan Puspiptek Gd 20, Serpong, 15313 Email untuk korespondensi:

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 Disusun oleh : AMELIA DESIRIA KELOMPOK: Ma wah shofwah, Rista Firdausa Handoyo, Rizky Dayu utami, Yasa Esa Yasinta PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penandaan falerin dengan 131 I adalah jenis penandaan tak seisotop. Falerin ditandai dengan menggunakan 131 I yang tidak terdapat dalam struktur falerin. Proses yang

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. KROMATOGRAFI Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa memahami pengertian dari kromatografi dan prinsip kerjanya 2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis kromatografi dan pemanfaatannya

Lebih terperinci

EVALUASI PEMBUATAN SENYAWA BERTANDA 131 I-HIPPURAN UNTUK DIAGNOSIS FUNGSI GINJAL

EVALUASI PEMBUATAN SENYAWA BERTANDA 131 I-HIPPURAN UNTUK DIAGNOSIS FUNGSI GINJAL EVALUASI PEMBUATAN SENYAWA BERTANDA HIPPURAN UNTUK DIAGNOSIS FUNGSI GINJAL EVALUATION OF MAKING HIPPURAN LABELED COMPOUNDS FOR DIAGNOSIS RENAL FUNCTION Maskur, Purwoko, Chairuman, Yono Sugiharto, dan Sriyono

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

I. DASAR TEORI Struktur benzil alkohol

I. DASAR TEORI Struktur benzil alkohol JUDUL TUJUAN PERCBAAN IV : BENZIL ALKL : 1. Mempelajari kelarutan benzyl alkohol dalam berbagai pelarut. 2. Mengamati sifat dan reaksi oksidasi pada benzyl alkohol. ari/tanggal : Selasa, 2 November 2010

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

PEMISAHAN RADIONUKLIDA 137 CS DENGAN METODA PENGENDAPAN CSCLO 4

PEMISAHAN RADIONUKLIDA 137 CS DENGAN METODA PENGENDAPAN CSCLO 4 PEMISAHAN RADIONUKLIDA 137 CS DENGAN METODA PENGENDAPAN CSCLO 4 Arif Nugroho*, Rosika Kriswarini*, Boybul*, Erlina* *Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang, 15313,arif52@

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 s/d juni 2014. Lokasi penelitian dilaksanakan di perkebunan PT. Asam Jawa Kecamatan Torgamba, Kabupaten

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

FISIKA ATOM & RADIASI

FISIKA ATOM & RADIASI FISIKA ATOM & RADIASI Atom bagian terkecil dari suatu elemen yang berperan dalam reaksi kimia, bersifat netral (muatan positif dan negatif sama). Model atom: J.J. Thomson (1910), Ernest Rutherford (1911),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

OPTIMASI ALAT CACAH WBC ACCUSCAN-II UNTUK PENCACAHAN CONTOH URIN

OPTIMASI ALAT CACAH WBC ACCUSCAN-II UNTUK PENCACAHAN CONTOH URIN ARTIKEL OPTIMASI ALAT CACAH WBC ACCUSCAN-II UNTUK PENCACAHAN CONTOH URIN R. Suminar Tedjasari, Ruminta G, Tri Bambang L, Yanni Andriani Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK OPTIMASI ALAT CACAH

Lebih terperinci

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum a. Percobaan dasar spektrofotometri serapan atom. b. Penentuan konsentrasi sampel dengan alat spektrofotometri

Lebih terperinci

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4% LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4% Di susun oleh: Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Tgl. Pratikum : 28 Oktober-4 November 2010 LABORATORIUM TEKNOLOGI

Lebih terperinci

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti LABORATORIUM KIMIA FISIK Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti Drs. Iqmal Tahir, M.Si., Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

PELURUHAN RADIOAKTIF

PELURUHAN RADIOAKTIF PELURUHAN RADIOAKTIF Inti-inti yang tidak stabil akan meluruh (bertransformasi) menuju konfigurasi yang baru yang mantap (stabil). Dalam proses peluruhan akan terpancar sinar alfa, sinar beta, atau sinar

Lebih terperinci

PROSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI YELLOW CAKE MENGGUNAKAN AIR HANGAT DAN ASAM NITRAT

PROSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI YELLOW CAKE MENGGUNAKAN AIR HANGAT DAN ASAM NITRAT ISSN 1979-2409 Proses Re-Ekstraksi Uranium Hasil Ekstraksi Yellow Cake Menggunakan Air Hangat dan Asam Nitrat (Torowati, Pranjono, Rahmiati dan MM. Lilis Windaryati) PRSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

MODUL I Pembuatan Larutan

MODUL I Pembuatan Larutan MODUL I Pembuatan Larutan I. Tujuan percobaan - Membuat larutan dengan metode pelarutan padatan. - Melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan larutan yang diperlukan dengan

Lebih terperinci

Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN)

Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN) Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN) Prihatin Oktivasari dan Ade Agung Harnawan Abstrak: Telah dilakukan penentuan kandungan

Lebih terperinci

MODIFIKASI 99 Mo AUTOMATIC LOADING SYSTEM GENERATOR 99 Mo/ 99 mtc BERBASIS PZC

MODIFIKASI 99 Mo AUTOMATIC LOADING SYSTEM GENERATOR 99 Mo/ 99 mtc BERBASIS PZC MODIFIKASI 99 Mo AUTOMATIC LOADING SYSTEM GENERATOR 99 Mo/ 99 mtc BERBASIS PZC ADANG H.G., YONO S., ARTADI H.W., WAYAN, A. MUTALIB Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka-BATAN Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

Kimia Inti dan Radiokimia

Kimia Inti dan Radiokimia Kimia Inti dan Radiokimia Keradioaktifan Keradioaktifan: proses atomatom secara spontan memancarkan partikel atau sinar berenergi tinggi dari inti atom. Keradioaktifan pertama kali diamati oleh Henry Becquerel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA Senin, 21 April 2014 Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH 1112016200040 KELOMPOK 1 MILLAH HANIFAH (1112016200073) YASA ESA YASINTA (1112016200062) WIDYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Obat Tradisional Menurut peraturan menteri kesehatan nomor 007 tahun 2012 obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. B. Tempat dan Waktu Pengerjaan sampel dilakukan di laboratorium Teknik Kimia

Lebih terperinci