TEKNIK PENGEMBANGAN PRIMORDIAL GERM CELL AYAM LOKAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEKNIK PENGEMBANGAN PRIMORDIAL GERM CELL AYAM LOKAL"

Transkripsi

1 TEKNIK PENGEMBANGAN PRIMORDIAL GERM CELL AYAM LOKAL (Development of Primordial Germ Cells Technique on Native Chicken) TATAN KOSTAMAN, S. SOPIYANA dan A.R. SETIOKO Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor ABSTRACT Primordial germ cells (PGC) is the progenitor of the ovum and spermatozoa, PGC was detected in chicken embryo at the end of gastrulation process. Biotechnology on reproduction has been developed to save genetic material by using PGC, which will be used to produce the chimera or transgenic animal. Prior to PGC utilization there were several processes included, namely he migration of PGC in circulating blood, purification of PGC by using nycodenz, cryopreservation of PGC to preserve the PGC, and the PGC application. Research Institute for Animal Production (RIAP) was successfully purified the PGC from Indonesian native chicken and preserve by cryopreservation, to conserve the germplasm from rare species as well as for the development of science in poultry reproduction. Key Words: Poultry, PGC, Purification, Cryopreservation, Model of Development ABSTRAK Primordial Germ Cell (PGC) adalah progenitor dari sel telur dan spermatozoa, dideteksi pada embrio ayam pada akhir proses gastrulasi. Bioteknologi reproduksi yang sudah mulai dikembangkan untuk menyelamatkan material genetik adalah dengan memanfaatkan PGC, yang nantinya dapat digunakan untuk memproduksi keturunan berupa hewan chimera atau hewan transgenik. Guna pemanfaatan PGC, perlu diketahui jalur migrasi PGC untuk mengetahui keberadaan PGC di dalam sirkulasi darah, pemurnian PGC dengan nicodenz, kriopreservasi PGC untuk pengawetan PGC, dan aplikasi PGC itu sendiri. Balai Penelitian Ternak sudah berhasil memurnikan PGC dari beberapa ayam lokal yang ada di Indonesia dan mengawetkannya dengan teknik kriopreservasi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyelamatan plasma nutfah yang berasal dari hewan langka dan terancam punah serta untuk pengembangan ilmu di bidang reproduksi unggas. Kata Kunci: Ayam, PGC, Pemurnian, Kriopreservasi, Model Pengembangan PENDAHULUAN Primordial Germ Cell (PGC) adalah progenitor dari sel telur dan spermatozoa yang memiliki aktivitas migrasi yang unik pada burung, begitu juga pada mamalia. Pada mamalia PGC awalnya berasal dari epiblast gastrulasi embrio dan pindah ke gonad embrio melalui hindgut (kantung) oleh gerakan amuboid. Sebaliknya pada burung, PGC pertama kali muncul dari epiblast di blastoderm dan translokasi ke hypoblast di area pelusida. Primordial Germ Cell (PGC) dideteksi pertama kali pada embrio ayam oleh SWIFT pada tahun 1914 pada akhir proses gastrulasi (GINSBURG, 1997). Selama proses gastrulasi, sel terlihat meninggalkan epiblast melalui primitive streak untuk membentuk lapisan tengah, mesoderm, dan mengganti hypoblast dengan endoderm. Akibatnya, dari dua lapis menjadi tiga lapis. Oleh karena itu, hypoblast diserang oleh endoderm, didorong ke depan untuk menjadi jaringan embrio tambahan. Daerah ini adalah germinal crescent, dimana PGC berada. Selain itu, mesoderm ekstraembrionik yang menimbulkan sirkulasi darah ekstraembrionik selalu dikaitkan dengan keberadaan PGC di daerah ini. Primordial Germ Cell (PGC) merupakan bentuk transisi dari stem cell yang terdapat pada embrio. Primordial Germ Cell (PGC) ini bersifat reversible (dapat berubah) yang kelak akan menjadi bentukan sel yang tidak dapat diubah kembali menjadi full germ cells ketika 84

2 berasosiasi dengan sel somatik pada gonad (SHAMBLOTT, 2001). Bioteknologi reproduksi yang sudah mulai dikembangkan untuk menyelamatkan material genetik adalah dengan memanfaatkan PGC, yang nantinya dapat digunakan untuk memproduksi keturunan berupa hewan chimera atau hewan transgenik. Sebelum PGC dapat dimanfaatkan, ada beberapa tahapan untuk mendapatkannya yaitu dimulai dari jalur migrasi PGC untuk mengetahui keberadaan PGC di dalam sirkulasi darah, pemurnian PGC dengan nicodenz dan kriopreservasi PGC untuk pengawetan PGC ayam lokal, dan aplikasi PGC. interendothelial dari aorta dorsal atau melalui arteri mesonefrik (PEREZ-APARICIO et al., 1998). Setelah ekstravasasi, PGC bergerak menuju epitel selom, menebal melalui mesenkim oleh gerakan amuboid. Pada stadium 20 (HAMBURGER dan HAMILTON, 1951) PGC kebanyakan telah tiba di anlagen gonad (UKESHIMA et al., 1991), seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Jalur migrasi primordial germ cell (PGC) Jalur migrasi yang unik dari PGC ayam dapat diidentifikasi mulai tahap X pada permukaan ventral daerah sentral dari zona pelusida. Selanjutnya, secara bertahap PGC memisahkan dari permukaan ventral zona pelusida stadium X untuk pindah ke permukaan dorsal hypoblast stadium XI XIV (TSUNEKAWA et al., 2000). Translokasi PGC dari epiblast ke hypoblast berlanjut selama tahap kedua dan selesai pada stadium 6 (HAMBURGER dan HAMILTON, 1951). Pada saat yang sama, PGC di hypoblast gerakannya pasif dibawa ke germinal crescent ekstraembrio oleh migrasi anterior mesoderm selama gastrulasi. Translokasi horizontal PGC germinal crescent berakhir pada akhir proses gastrulasi (GINSBURG, 1997). Ketika mesoderm sampai di germinal crescent, lokasi PGC di antara lapisan endoderm dan ektoderm. Sel-sel mesoderm kemudian membentuk pulau-pulau darah dan PGC dipisahkan menembus ke dalam sistem peredaran darah yang dikembangkan oleh gerakan amuboid. Pada stadium 12 (HAMBURGER dan HAMILTON, 1951), sistem vaskular pada embrio sepenuhnya terbentuk dan PGC mulai beredar (D'COSTA et al., 2001). Pada fase berikutnya, PGC disirkulasi dari pembuluh darah selama stadium (HAMBURGER dan HAMILTON, 1951). Pada saat ini, PGC tidak aktif bermigrasi tetapi pasif diangkut oleh sirkulasi darah (MEYER, 1964). Pada tahap terakhir, PGC meninggalkan pembuluh darah baik melalui ruang Gambar 1. Jalur migrasi Primordial Germ Cell (PGC) Sumber: NIEUWKOOP dan SUTASURYA (1979) Primordial Germ Cell (PGC) unggas bermigrasi ke organ primitive genital melalui sirkulasi sistemik selama perkembangan embrio, dan ini dimanfaatkan untuk menghasilkan germ line chimera (YAMAMOTO et al., 2007). Primordial Germ Cell (PGC) sebagai sel donor telah diupayakan untuk menghasilkan germ line chimera dengan menggunakan PGC dari embrio pasca migrasi ke fase jaringan gonad (PARK et al., 2008). Teknik pemurnian primordial germ cell (PGC) Primordial Germ Cell (PGC) ayam dapat diisolasi dan dikoleksi dengan cara membuka bagian dorsal embrio dari telur fertil atau bagian arteri vitelin. Ada beberapa teknik untuk pemurnian PGC pada unggas, diantaranya dengan sistem gradien sentrifugasi menggunakan ficol (FICS) (YASUDA et al., 1992), immunomagnetic cell sorting (MACS) (ONO dan MACHIDA, 1999) metode gradien sentrifugasi menggunakan nicodenz (ZHAO dan KUWANA, 2003), dan fluorescence-activated cell sorting (FACS) (MOZDZIAK et al., 2006). Teknik yang paling simpel untuk pemurnian 85

3 PGC ayam adalah dengan metode gradien sentrifugasi menggunakan nicodenz (ZHAO dan KUWANA, 2003). Nicodenz adalah 5-(N-2,3-dihydroxypropy lacetamido)-2, 4, 6-tri-iodo-N,N -bis (2,3- dihydroxypropyl) isophthalamide, bahan kimia non-ionic, mempunyai berat molekul sebesar 821 dan densitas sebesar 21 g/ml. Keuntungan yang lain dari nicodenz adalah toksisitas dan viskositas yang rendah, daya larut dalam air tinggi, dan lebih stabil ketika berada di autoklaf (ZHAO dan KUWANA, 2003). Tahapan pemurnian PGC dengan nicodenz yaitu: beberapa kali sentrifugasi, sehingga jumlah PGC meningkat dan sel darah merah berkurang (Gambar 2). Balai Penelitian Ternak (Balitnak) telah berhasil memurnikan PGC dari embrio ayam lokal yang berasal dari sampel darah pada stadium dengan metode gradien sentrifugasi menggunakan nicodenz (Gambar 3). Morfologi PGC dapat dibedakan dengan sel darah merah secara mikroskopis, dimana PGC memiliki ukuran yang lebih besar daripada sel darah merah. a O O O O O O O O O O 2% (200 ul) 8% (500/1000 ul) (380 ul) (380 ul) 12% (1000 ul) O O b O O OO O O c O O O d 8% (350 ul) e 10% (350 ul) f 14% (400 ul) O Sel darah merah Gambar 2. Diagram proses pemurnian PGC dengan metoda gradien sentrifugasi menggunakan nicodenz Sumber: ZHAO dan KUWANA (2003) PGCs ZHAO dan KUWANA (2003) melaporkan bahwa metode gradien sentrifugasi dengan nicodenz pada darah embrio burung puyuh dan ayam White Leghorn mendapatkan tingkat kemurnian PGC masing-masing lebih dari 70 dan 90% dengan recovery rate sebesar 87,3 dan 92%. Pada PGC tikus, tingkat kemurnian PGC bisa lebih dari 95% (MAYANAGI et al., 2003). Sementara itu, pemurnian dengan metode FICS pada PGC ayam hanya mendapatkan tingkat kemurnian sebesar 60% (NAITO et al., 1999), sedangkan untuk burung puyuh, penggunaan metode MACS tidak efisien karena hanya mendapatkan tingkat kemurnian PGC yang sangat rendah, yaitu sebesar 5,2% dengan recovery rate sebesar 41,5% (ONO dan MACHIDA, 1999). Begitu juga dengan pemakaian metode FACS mendapatkan recovery rate yang rendah, karena metode MACS dan FACS tidak spesifik untuk PGC. Gambar 3. Perbedaan morfologi antara PGC (anak panah warna hitam) dengan sel darah merah (anak panah warna merah) (400x). Dokumentasi pribadi Evaluasi PGC hasil pemurnian berdasarkan identifikasi morfologi telah dipaparkan oleh YASUDA et al. (1992) pada ayam dan puyuh antara lain menjelaskan bahwa PGC di dalam darah yang dikoleksi dari embrio dengan mudah dapat dibedakan dari sel darah merah dengan mikroskop phase kontras. Diketahui bahwa sel-sel tersebut mengandung droplet lipid cerah (terang) yang tersebar di dalam sitoplasmanya, inti besar yang tidak asimetris, tepinya tampak sebagai cincin cerah di bawah selaput sel. sedangkan PGC yang mati tidak ditemukan cincin cerah tetapi tampak tembus cahaya (transparan) dengan sitoplasma 86

4 granular yang gelap. CHANG et al. (1998) mengemukakan bahwa dengan mikroskop phase kontras, ciri PGC yang dikoleksi dari puyuh diidentifikasi sebagai sel-sel bulat besar berdiameter sekitar m dengan banyak droplet cerah di dalam sitoplasma. Sementara itu, ZHAO dan KUWANA (2003) mengemukakan bahwa dengan mikroskop phase kontras, ciri PGC ayam White Leghorn memiliki ukuran sel m, nukleus sperikal dan besar, dan terdapat lemak refraktif di sitoplasmanya, sehingga PGC dapat dibedakan dari sel lainnya. Teknik kriopreservasi primordial germ cell (PGC) Primordial Germ Cell (PGC) dapat disimpan cukup lama melalui teknik kriopreservasi. Bentuk fisik dari fase cair ke fase padat dan kembali ke fase cair lagi. Proses fisika kimia tersebut meliputi penurunan temperatur dalam keadaan tekanan normal yang disertai dengan dehidrasi sampai tingkat tertentu dan mencapai temperatur yang sangat rendah. Proses ini harus reversible ke keadaan fisiologis awal. Prinsip dasar proses kriopreservasi terhadap sel adalah pengeluaran sebagian air intraselular sebelum sel tersebut membeku. Bila dehidrasi demikian tidak terjadi, maka sel akan mengalami kerusakan sebagai dampak terbentuknya kristal es beukuran besar pada bagian intraselular. Sebaliknya jika dehidrasi terlalu tinggi, efek letal lainnya muncul sebagai akibat sel mengalami kekeringan. Kriopreservasi juga sebagai faktor pendukung yang sangat baik untuk konservasi in situ dan program seleksi (DANCHIN-BURGE dan HIEMSTRA, 2003). Menurut FULTON (2006), kriopreservasi plasma nutfah akan sangat berharga bagi industri unggas dan untuk pelestarian sumber daya genetik unggas yang masih ada. Keberhasilan kriopreservasi PGC unggas pertama kali dilaporkan oleh NAITO et al. (1994) yang berhasil memperoleh PGC dalam keadaan baik dan normal setelah dibekukan dan dilakukan thawing (Gambar 4). Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan dengan teknik kriopreservasi disajikan pada Tabel 1. Proses kriopreservasi yang harus diperhatikan juga adalah jenis dan konsentrasi krioprotektan. Krioprotektan dibutuhkan untuk mencegah pembentukan kristal es, akan tetapi krioprotektan juga akan bersifat toksik setelah thawing. Yang menjadi dasar pemilihan jenis krioprotektan menurut SQUIRES et al. (2004) dan ALVARENGA et al. (2005) selain mengandung bahan yang bekerja melindungi sel pada saat pembekuan juga harus mempunyai bobot molekul yang kecil agar lebih mudah dan cepat terjadi penetrasi ke dalam sel, sehingga mengurangi toksisitas akibat osmolaritas yang tinggi, dan mudah larut dalam air. Gambar 4. PGC ayam (a) sebelum dan (b) sesudah pembekuan, dari embrio pada stadium Skala bar: 20 µm Sumber: NAITO et al. (1994) 87

5 Tabel 1. Persentase recovery rate dan viabilitas PGC dari beberapa ternak unggas Jenis ternak Metode Persentase Recovery rate Viabilitas Sumber Ayam White Leghorn Filtrasi 39,4 - TAJIMA et al. (2003) Ayam White Leghorn Ayam White Leghorn Ayam Barred Plymouth Rock Ayam KUB Ayam Sentul Ayam Arab 1 C/menit 1 C/menit 1 C/menit 0,5 C/menit 0,5 C/menit 0,3 C/menit Ayam KUB: Ayam kampung unggul Balitnak - 80,6 MOORE et al. (2006) 49,9 83,5 SETIOKO et al. (2007) 54,3 - NAKAMURA et al. (2007) 45,7 78,5 KOSTAMAN et al. (2011) 45,7 76,0 KOSTAMAN et al. (2011) 43,5 79,1 KOSTAMAN et al. (2011) Masa depan primordial germ cell (PGC) Pemanfaatan PGC dapat digunakan untuk keperluan baik dalam bidang riset maupun bidang yang lain. Konservasi plasma nutfah Konservasi plasma nutfah unggas lokal melalui kriopreservasi PGC selain dapat digunakan untuk konservasi materi genetik untuk pengembangan unggas di masa mendatang juga dapat digunakan untuk preservasi unggas dalam kondisi kritis atau hampir punah (TAGAMI et al., 2007). Konservasi plasma nutfah unggas dalam bentuk PGC harus dapat dihidupkan kembali menjadi bentuk unggas untuk mendapatkan kembali plasma nutfah unggas yang dikonservasi. PETITTE (2006) telah melakukan pendekatan untuk konservasi sumberdaya genetik dengan menghasilkan ayam chimera (Gambar 5). KINO et al. (1997) melaporkan bahwa 9 dari 16 embrio (56,2%) yang disuntik dengan PGC segar menghasilkan ayam chimera. Sementara itu, penyuntikan PGC yang dibekukan dan diseleksi masing-masing menggunakan percoll dan nicodenz menghasilkan 2 dari 26 embrio (7,7%) dan 3 dari 26 embrio (11,5%). Gambar 5. Tahapan pelalaksanaan kriopreservasi materi genetik dan rekontruksi menggunakan chimera Sumber: PETTITE (2006) Untuk kriopreservasi germ line supaya berhasil, harus ada sumber germ line, dan cara yang paling efisien untuk rekonstruksi germ line seperti pada Gambar 5. Sel harus diperoleh dari embrio, dapat diisolasi dari sel blastodermal segar dari embrio stadium X atau PGC dari stadium selama embrio bermigrasi di sirkulasi darah atau stadium ketika menetap di germinal ridge. Karena materi genetik dari hewan yang terancam tidak ada dalam jumlah besar, cara yang ideal untuk memperbanyak jumlah sel adalah melalui kultur. Setelah sel diperoleh, germ line chimera dapat dihasilkan melalui transfer sel pada 88

6 stadium perkembangan yang sesuai. Telur dimanipulasi untuk menetas, dan kemudian diperoleh chimera yang dapat dikawinkan satu sama lain untuk progeny test. Hewan biomodel Hewan model digunakan untuk menyediakan bahan-bahan yang paling penting untuk penelitian berbagai penyakit pada manusia dan hewan (KIRSCHNER, 2009). Hasil yang diperoleh untuk mengidentifikasi etiologi dan pengobatan penyakit telah dilaporkan dengan menggunakan model hewan pengerat, dan baru-baru ini ayam telah mulai digunakan untuk hewan model. Hal ini dimungkinkan karena genom ayam menunjukkan susunan genetik yang serupa dengan manusia. Selain itu, perkembangan embrio burung yang terisolasi menawarkan banyak keuntungan sebagai hewan model. Sistem yang bebas dari pengaruh induk akan membantu untuk mendeteksi respon yang akurat untuk pengobatan dengan bahan kimia atau stres fisik. Ini unik untuk sistem in vitro, seperti sistem in vivo memungkinkan waktu pemantauan melalui windows kulit telur dan ada suatu sistem pengganti yang mapan untuk kelangsungan hidup dan perkembangan embrio yang ada. Ayam juga sangat baik untuk model penyakit manusia, seperti kanker ovarium (JOHNSON dan GILES, 2006), limfoma (BURGESS et al., 2004), dan untuk obat regeneratif (COLEMAN, 2008). Ayam juga telah digunakan sebagai hewan model untuk mempelajari penyakit kanker epitel ovarium. Pada manusia, kejadian kanker epitel ovarium cenderung meningkat pesat setelah menopause dan penghentian ovulasi oleh kehamilan dan penggunaan kontrasepsi oral telah dilaporkan dapat mengurangi tingkat penyakit ini (JOHNSON, 2009). Ayam adalah hewan model yang sesuai untuk mempelajari kanker epitel ovarium, karena ovulasi ayam hampir setiap hari dan dapat menghasilkan sekitar 300 telur dalam satu tahun. penelitian transgenik dan stem cell. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa PGC dan EGC ayam menunjukkan reaktivitas spesifik untuk antibodi dan antigen, termasuk antigen spesifik untuk stadium embrio (SSEA)-3 dan -4, antigen membran epitel -1 (EMA 1), integrin α6 (ITGA), dan β1 (ITGB) (JUNG et al., 2005). PGC dan EGC ayam juga bereaksi dengan lektin Solanum tuberosum agglutinin (STA) dan Dolichos biflorus agglutinin (DBA). Penanda ini dapat digunakan untuk karakteristik PGC ayam lainnya dengan penanda konvensional, seperti periodic acid-schiff (PAS), anti SSEA- 1, dan anti EMA-1 (PARK et al., 2003). Penanda terbaru ditemukan dapat digunakan untuk membedakan PGC dari sel lainnya dan lebih lanjut akan memberikan kontribusi yang cepat dan dapat diandalkan untuk karakteristik germ cell lainnya. Interspesifik hibrid Interspesifik hibrid adalah hewan yang diproduksi oleh perkawinan silang antara dua spesies, misalnya ayam dengan kalkun, ayam dengan puyuh, atau ayam dengan pheasant telah dilaporkan (SONG et al., 2010), seperti ditunjukkan pada Gambar 6. Interspesifik hibrid memberikan wawasan ke dalam aspekaspek penting dari interaksi sel-sel dan berbagai karakteristik sitogenetik antara jaringan xenogenik selama perkembangan. Hal yang terpenting adalah bahwa hewan tersebut tidak menghasilkan kekurangan prekusor gamet spermatogenik atau oogenik (TAKAHASHI et al., 1975; TAKASHIMA dan MIZUMA, 1981). Penanda spesifik untuk primordial germ cell (PGC) Perkembangan penanda untuk PGC dan EGC sangat penting untuk keberhasilan Gambar 6. Interspesifik hibrid yang dihasilkan melalui inseminasi buatan dari sperma ayam ke betina pheasant Sumber: SONG et al. (2010) 89

7 KESIMPULAN Primordial germ cell (PGC) merupakan leluhur dari spermatogonia di dalam testis dan oogonia di dalam ovarium. PGC berfungsi sebagai pembawa material genetik, yang dapat digunakan dalam menciptakan keturunan silang berupa chimera atau keturunan transgenik, sehingga selain dapat membantu mempercepat menghasilkan bibit-bibit seperti yang diinginkan juga dapat membantu menyelamatkan material genetik dari jenisjenis hewan langka dan terancam punah. Selain itu, dengan teknik pengembangannya (baik teknik pemurnian dan kriopreservasi) sudah berhasil diperoleh koleksi PGC ayam lokal, sehingga dapat dimanfaatkan untuk penyelamatan plasma nutfah dari jenis-jenis hewan langka dan terancam punah serta untuk pengembangan ilmu di bidang reproduksi unggas. DAFTAR PUSTAKA ALVARENGA, M.A., F.O. PAPA, F.C. LANDIM- ALVARENGA and A.S.L. MEDEIROS Amides as cryoprotectants for freezing stalilion semen. A. Review. Anim. Reprod. Sci. 89: BURGESS, S.C., J.R. YOUNG, B.J. BAATEN, L. HUNT, L.N. ROSS, M.S. PARCELLS, D.M. KUMAR, C.A. TREGASKES, L.F. LEE and T.F. DAVISON Marek s disease is a natural model for lymphomas over-expressing Hodgkin s disease antigen (CD30). Proc. of the National Academy of Sciences of the United States of America. 102: CHANG, I.K., M. NAITO, T. KUWANA, M. MIZUTANI and M. SAKURAI Production of germline chimeric quail by transfer of gonadal primordial germ cells preserved in liquid nitrogen. J. Poult. Sci. 35: COLEMAN, C.M Chicken embryo as a model for regenerative medicine. Birth Defects Research. Part C, Embryo Today 84: D COSTA, S., S.L. PARDUE and J.N. PETITTE Comparative development of avian primordial germ cells and production of germ line chimeras. Avian Poult. Biol. Reviews 12: DANCHIN-BURGE, C. and S. HIEMSTRA Cryopreservation of domestic animal species in France and the Netherlands experiences, similarities and differences. Workshop on Cryopreservation of Animal Genetic Resources in Europe. Paris, France. pp FULTON, J.E Avian genetic stock preservation: An industry perspective. Poult. Sci. 85: GINSBURG, M Primordial germ cell development in avian. Poult. Sci. 76: HAMBURGER, V. and H.L. HAMILTON A series of normal stages in development of the chick embryo. J. Morphol. 88: JOHNSON, K.A The standard of perfection: thoughts about the laying hen model of ovarian cancer. Cancer Prevention Research 2: JOHNSON, P.A. and J.R. GILES Use of genetic strains of chickens in studies of ovarian cancer. Poult. Sci. 85: JUNG, J.S., D.K. KIM, T.S. PARK and S.D. LEE Development of novel markers for the characterization of chicken primordial germ cells. Stem Cells 23: KINO, K., B. PAIN, S.B. LEIBO, M. COCHRAN, M.E. CLARK and R.J. ETCHES Production of chicken chimeras from injection of frozenthawed blastodermal cells. Poult. Sci. 76: KIRSCHNER, L.S Use of mouse models to understand the molecular basis of tissuespecific tumorigenesis in the Carney complex. J. Intern. Med. 266: KOSTAMAN, T., S. SOPIYANA dan A.R. SETIOKO Tingkat penurunan suhu pada kriopreservasi primordial germ cell (PGC) dari tiga jenis ayam lokal Indonesia. JITV 16: MAYANAGI, T., R. KUROSAWA, K. OHNUMA, A. UEYAMA, K. ITO and J. TAKAHASHI Purification of mouse primordial germ cells by nycodenz. Reprod. 125: MEYER, D.B The migration of primordial germ cells in the chick embryo. Develop. Biol. 10: MOORE, D.T., P.H. PURDY and H.D. BLACKBURN A method for cryopreserving chicken primordial germ cells. Poult. Sci. 85:

8 MOZDZIAK, P.E., R. WYSOCKI, J. ANGERMAN- STEWART, S.L. PARDUE and J.N. PETITTE Production of chick germline chimeras from fluorescence-activated cell-sorted gonocytes. Poult. Sci. 85: NAITO, M., A. TAJIMA, T. TAGAMI, Y. YASUDA and T. KUWANA Preservation of chick primordial germ cells in liquid nitrogen and subsequent production of viable offspring. J. Reprod. Fertil. 102: NAITO, M., Y. MATSUBARA, T. HARUMI, T. TAGAMI, H. KAGAMI, M. SAKURAI and T. KUWANA Differention of donor primordial germ cells into functional gametes in gonads of mixed-sex germline chimeric chickens produced by transfer of primordial germ cells isolated from embryonic blood. J. Reprod. Fertil. 117: NAKAMURA, Y., Y. YAMAMOTO, F. USUI, T. MUSHIKA, T. ONO, A.R. SETIOKO, K. TAKEDA, K. NIRASAWA, H. KAGAMI and T. TAGAMI Migration and proliferation of primordial germ cells in the early chicken embryo. Poult. Sci. 86: NIEUWKOOP, P.D. and L.A. SUTASURYA The migration of primordial germ cells. In: Primordial Germ Cells in the Chordates. Cambridge, Massachussetts. pp ONO, T. and Y. MACHIDA Immunomagnetic purification of viable primordial germ cells of Japanese quail (Coturnis japanica). Comparative Biochem Physiol Part A. 122: PARK, T.S., D.K. JEONG, J.N. KIM, K.H. SONG, Y.H. HONG, J.M. LIM and J.Y. HAN Improved germline transmission in chicken chimeras produced by transplantation of gonadal primordial germ cells into recipient embryos. Biol. Reprod. 68: PARK, T.S., M.A. KIM, J.M. LIM and J.Y. HAN Production of quail (Coturnix japonica) germline chimeras derived from in vitro cultured gonadal primordial germ cells. Mol. Reprod. Dev. 75: PEREZ-APARICIO, F.J., A. CARRETERO, M. NAVARRO and J. RUBERTO The lack of genital ridge vascularization tn the early chick embryo: Implications in the migration of the primordial germ cells. Anat. Rec. 251: PETITTE, J.N Avian germplasm preservation: Embryonic stem cells or primordial germ cells? Poult. Sci. 85: SETIOKO, A.R., T. TAGAMI, H. TASE, Y. NAKAMURA, K. TAKEDA and K. NIRASAWA Cryopreservation of primordial germ cells (PGCs) from White Leghorn using commercial cryoprotectants. J. Poult. Sci. 44: SHAMBLOTT, M.J Human embryonic germ cell derivatives express a broad range of developmentally distinct markers and proliferate extensively in vitro. Proc. Natl Acad Sci USA. http// stem-cell-references.html (7 April 2008). SONG, G., T.S. PARK, T.M. KIM and J.Y. HAN Avian biotechnology: Insights from germ cellmediated transgenic system. J. Poult. Sci. 47: SQUIRES, E.L., S.L. KEITH and J.K. GRAHAM Evaluation of alternative cryoprotectants for preserving stallion spermatozoa. Theriogenology 62: TAGAMI, T., H. KAGAMI, Y. MATSUBARA, T. HARUMI, M. NAITO, K. TAKEDA, H. HANADA and K. NIRASAWA Differentiation of female primordial germ cells in the male testes of chicken (Gallus gallus domesticus). Mol. Reprod. Dev. 74: TAJIMA, A., G.F. BARBATO, T. KUWANA and R.H. HAMMERSTEDT Conservation of a genetically selected brioler line (42L) using cryopreserved circulating primordial germ cells (PGCs) isolated by fittration method. J. Poult. Sci. 40: TAKAHASHI, E., Y. KURIHARA, N. KONDO and S. MAKINO Karyological studies on hybrids between the guinea fowl (female) and the vulturine guinea fowl (male). Proc. of the Japan Academy. 51: TAKASHIMA, Y. and Y. MIZUMA The testes of chicken-quail hybrids. Tohoku J. Agric. Res 33: TSUNEKAWA, N., M. NAITO, Y. SAKAI, T. NISHIDA and NOCE T Isolation of chicken vasa homolog gene and tracing the origin of primordial germ cells. Development 127: UKESHIMA, A, K. YOSHINAGA and T. FUJIMOTO Scanning and transmission electron microscopic observations of chick primordial germ cell with special reference to the extravasation in their migration course. J. Electron Microscopy 40:

9 UKESHIMA, A. and T. FUJIMOTO Ultrastructure of primordial germ cells in the early chick embryo. In: VAN BLERKOM, J. and P.M. MOTTA (Eds.). Ultrastructure of Reproduction. Martinus Nijhoff Publishers. hlm YAMAMOTO, Y., F, USUI, Y. NAKAMURA, Y. ITO, T. TAGAMI, K. NIRASAWA, Y. MATSUBARA, T. ONO and H. KAGAMI A novel method to isolate primordial germ cells and its use for the generation of germline chimeras in chicken. Biol. Reprod. 77: YASUDA, Y., A. TAJIMA, FUJIMOTO and T. KUWANA A method to obtain avian germ-line chimeras using isolated primordial germ cells. J. Reprod. Fertil. 96: ZHAO, D. and T. KUWANA Purification of avian circulating primordial germ cells bya Nycodenz density gradient centrifugation. Br. Poult. Sci. 44:

PEMURNIAN PRIMORDIAL GERM CELLS (PGCs) AYAM LOKAL DENGAN METODE NICODENZ DENSITY GRADIENT CENTRIFUGATION (NGC)

PEMURNIAN PRIMORDIAL GERM CELLS (PGCs) AYAM LOKAL DENGAN METODE NICODENZ DENSITY GRADIENT CENTRIFUGATION (NGC) PEMURNIAN PRIMORDIAL GERM CELLS (PGCs) AYAM LOKAL DENGAN METODE NICODENZ DENSITY GRADIENT CENTRIFUGATION (NGC) (Local Chicken Primordial Germ Cells (PGCs) Purification by Nicodenz Density Gradient Centrifugation

Lebih terperinci

Tingkat Penurunan Suhu pada Kriopreservasi Primordial Germ Cell (PGC) dari Tiga Jenis Ayam Lokal Indonesia

Tingkat Penurunan Suhu pada Kriopreservasi Primordial Germ Cell (PGC) dari Tiga Jenis Ayam Lokal Indonesia JITV Vol. 16 No. 4 Th. 2011: 218-223 Tingkat Penurunan Suhu pada Kriopreservasi Primordial Germ Cell (PGC) dari Tiga Jenis Ayam Lokal Indonesia TATAN KOSTAMAN, S. SOPIYANA dan A.R. SETIOKO Balai Penelitian

Lebih terperinci

Pembentukan Germline Chimera Ayam Gaok Menggunakan Primordial Germ Cell Sirkulasi Segar dan Beku

Pembentukan Germline Chimera Ayam Gaok Menggunakan Primordial Germ Cell Sirkulasi Segar dan Beku Pembentukan Germline Chimera Ayam Gaok Menggunakan Primordial Germ Cell Sirkulasi Segar dan Beku Kostaman T 1, Yusuf TL 2, Fahrudin M 3, Setiadi MA 2, Setioko AR 1 1 Balai Penelitian Ternak, Badan Litbang

Lebih terperinci

Isolasi dan Jumlah Primordial Germ Cell Sirkulasi (PGC-Sirkulasi) pada Stadium Perkembangan Embrio Ayam Gaok

Isolasi dan Jumlah Primordial Germ Cell Sirkulasi (PGC-Sirkulasi) pada Stadium Perkembangan Embrio Ayam Gaok Isolasi dan Jumlah Primordial Germ Cell Sirkulasi (PGC-Sirkulasi) pada Stadium Perkembangan Embrio Ayam Gaok Kostaman T 1, Yusuf TL 2, Fahrudin M 3, Setiadi MA 2 1 Balai Penelitian Ternak, Badan Litbang

Lebih terperinci

KONSERVASI PLASMANUTFAH UNGGAS MELALUI KRIOPRESERVASI PRIMORDIAL GERM CELLS (PGCs)

KONSERVASI PLASMANUTFAH UNGGAS MELALUI KRIOPRESERVASI PRIMORDIAL GERM CELLS (PGCs) A.R. SETIOKO: Konservasi Plasmanutfah Unggas Melalui Kriopreservasi Primordial Germ Cells (PGCs) KONSERVASI PLASMANUTFAH UNGGAS MELALUI KRIOPRESERVASI PRIMORDIAL GERM CELLS (PGCs) A.R. SETIOKO Balai Penelitian

Lebih terperinci

Perkembangan dan Konservasi Gonadal Primordial Germ Cell untuk Pelestarian Ayam Lokal di Indonesia

Perkembangan dan Konservasi Gonadal Primordial Germ Cell untuk Pelestarian Ayam Lokal di Indonesia WARTAZOA Vol. 26 No. 3 Th. 2016 Hlm. 125-132 DOI: http://dx.doi.org/10.14334/wartazoa.v26i3.1394 Perkembangan dan Konservasi Gonadal Primordial Germ Cell untuk Pelestarian Ayam Lokal di Indonesia (Development

Lebih terperinci

Metode Purifikasi dan Penyimpanan Primordial Germ Cells-Sirkulasi untuk Pelestarian Ayam Lokal

Metode Purifikasi dan Penyimpanan Primordial Germ Cells-Sirkulasi untuk Pelestarian Ayam Lokal WARTAZOA Vol. 24 No. 4 Th. 2014 Hlm. 161-170 DOI: http://dx.doi.org/10.14334/wartazoa.v24i4.1087 Metode Purifikasi dan Penyimpanan Primordial Germ Cells-Sirkulasi untuk Pelestarian Ayam Lokal Tatan Kostaman

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN WAKTU KOLEKSI SEL BLASTODERM TERHADAP PERKEMBANGAN PASCA INOKULASI PADA EMBRIO AYAM KEDU

PENGARUH PERBEDAAN WAKTU KOLEKSI SEL BLASTODERM TERHADAP PERKEMBANGAN PASCA INOKULASI PADA EMBRIO AYAM KEDU PENGARUH PERBEDAAN WAKTU KOLEKSI SEL BLASTODERM TERHADAP PERKEMBANGAN PASCA INOKULASI PADA EMBRIO AYAM KEDU (Effect Of Different Time Blastoderm-Cell Collection On Growth And Survival Development Embryo

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan modern dewasa ini menyebabkan tingkat stress yang tinggi, sehingga menjadi salah satu faktor pemicu berkembangnya berbagai macam penyakit yang memerlukan penanganan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Beberapa tahun terakhir ini, para peneliti mencoba mengatasi masalahmasalah reproduksi pada hewan melalui teknologi transplantasi sel germinal jantan atau disebut juga transplantasi

Lebih terperinci

Dr. Refli., MSc Jurusan Biologi FST UNDANA ALASAN MELAKUKAN

Dr. Refli., MSc Jurusan Biologi FST UNDANA ALASAN MELAKUKAN BIOTEKNOLOGI HEWAN Dr. Refli., MSc Jurusan Biologi FST UNDANA ALASAN MELAKUKAN BIOTEKNOLOGI HEWAN Untuk mengisolasi, identifikasi dan karakterisasi gen agar dapat mempelajari fungsinya Untuk membantu menyiapkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing merupakan komoditas ternak yang banyak dikembangkan di Indonesia. Salah satu jenis kambing yang banyak dikembangkan yaitu jenis kambing Peranakan Etawah (PE).

Lebih terperinci

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Disosiasi Sel Testikular Ikan Gurame Berdasarkan kriteria ukuran sel spermatogonia ikan gurame (5-15 µm) menurut Mauluddin (2009), jumlah dan persentase sel spermatogonia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Teknologi reproduksi manusia telah berkembang. sangat pesat pada beberapa dekade terakhir ini.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Teknologi reproduksi manusia telah berkembang. sangat pesat pada beberapa dekade terakhir ini. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teknologi reproduksi manusia telah berkembang sangat pesat pada beberapa dekade terakhir ini. Ruang lingkup teknologi reproduksi antara lain meliputi fertilisasi in

Lebih terperinci

Pada rnasa kini, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk. mempercepat peningkatan populasi, produksi dan mutu ternak adalah dengan

Pada rnasa kini, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk. mempercepat peningkatan populasi, produksi dan mutu ternak adalah dengan 1. Latar Belakang Pada rnasa kini, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat peningkatan populasi, produksi dan mutu ternak adalah dengan penyediaan bibit berkuaiitas tinggi meialui penerapan

Lebih terperinci

PENGARUH PENYUNTIKAN EKSTRAK KASAR TESTIS DAN LIMPA MENCIT (Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN

PENGARUH PENYUNTIKAN EKSTRAK KASAR TESTIS DAN LIMPA MENCIT (Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN SKRIPSI PENGARUH PENYUNTIKAN EKSTRAK KASAR TESTIS DAN LIMPA MENCIT (Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN Oleh : NURUZ ZAMANI NIM 060710063 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi Pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang banyak dipelihara petani-peternak di Sumatra Barat, terutama di Kabupaten Pesisir Selatan. Sapi Pesisir mempunyai

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Semen Kambing Semen adalah cairan yang mengandung gamet jantan atau spermatozoa dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari suspensi

Lebih terperinci

ACARA PENGAJARAN (SAP) IV A.

ACARA PENGAJARAN (SAP) IV A. SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) IV A. 1. Pokok Bahasan : Jenis dan tipe ayam komersial A.2. Pertemuan minggu ke : 6 (2 jam) B. Sub Pokok Bahasan: 1. Ayam tipe petelur 2. Ayam tipe pedaging 3. Ayam tipe dwiguna

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK Suatu penelitian untuk mengetahui penggunaan kuning telur itik

Lebih terperinci

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING THE EFFECT OF GLYCEROL LEVEL ON TRIS-YOLK EXTENDER

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada ternak sapi telah banyak diterapkan di Indonesia. Menurut SNI 4896.1 (2008),

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PENELITIAN TEKNIK KRIOPRESERVASI UNTUK PENYIMPANAN SEMEN UNGGAS

PERKEMBANGAN PENELITIAN TEKNIK KRIOPRESERVASI UNTUK PENYIMPANAN SEMEN UNGGAS PERKEMBANGAN PENELITIAN TEKNIK KRIOPRESERVASI UNTUK PENYIMPANAN SEMEN UNGGAS TATAN KOSTAMAN dan A.R. SETIOKO Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 (Makalah diterima 15 April 2011 Revisi 25 Agustus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo. Tabel 4 Karakteristik fisik reproduksi lele dumbo

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo. Tabel 4 Karakteristik fisik reproduksi lele dumbo HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo Lele dumbo merupakan salah satu jenis ikan konsumsi air tawar yang memiliki bentuk tubuh memanjang, memiliki sungut dengan permukaan tubuh

Lebih terperinci

4/18/2015 MORFOGENESIS BY : I GEDE SUDIRGAYASA GAMBARAN UMUM MEKANISME MORFOGENE SIS TOPIK GASTRULASI ORGANOGEN ESIS

4/18/2015 MORFOGENESIS BY : I GEDE SUDIRGAYASA GAMBARAN UMUM MEKANISME MORFOGENE SIS TOPIK GASTRULASI ORGANOGEN ESIS MORFOGENESIS BY : I GEDE SUDIRGAYASA GAMBARAN UMUM MEKANISME MORFOGENE SIS TOPIK GASTRULASI ORGANOGEN ESIS 1 2 MORFOGENESIS PADA HEWAN MELIBATKAN PERUBAHAN TERTENTU DALAM BENTUK SEL, POSISI, DAN KELANGSUNGAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Siklus Hidup C. trifenestrata Studi Perkembangan Embrio C. trifenestrata

PEMBAHASAN Siklus Hidup C. trifenestrata Studi Perkembangan Embrio C. trifenestrata PEMBAHASAN Siklus Hidup C. trifenestrata Tahapan hidup C. trifenestrata terdiri dari telur, larva, pupa, dan imago. Telur yang fertil akan menetas setelah hari kedelapan, sedang larva terdiri dari lima

Lebih terperinci

Implementasi New Tech Anim Breeding: Analisis teknis dan ekonomis peningkatan kualitas genetik dan produksi ternak (KA,IB,TE, RG)

Implementasi New Tech Anim Breeding: Analisis teknis dan ekonomis peningkatan kualitas genetik dan produksi ternak (KA,IB,TE, RG) Implementasi New Tech Anim Breeding: Analisis teknis dan ekonomis peningkatan kualitas genetik dan produksi ternak (KA,IB,TE, RG) Program alternatif PT Program Alternatif PT: Inseminasi Buatan, TE, Kloning

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus) PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus) The effect of Thawing Lenght in Ice Water (3 o C) to viability and motility of Bali

Lebih terperinci

PENGARUH KRIOPROTEKTAN DMA, DMF DAN GLYCEROL PADA PROSES PEMBEKUAN SEMEN AYAM KAMPUNG

PENGARUH KRIOPROTEKTAN DMA, DMF DAN GLYCEROL PADA PROSES PEMBEKUAN SEMEN AYAM KAMPUNG PENGARUH KRIOPROTEKTAN DMA, DMF DAN GLYCEROL PADA PROSES PEMBEKUAN SEMEN AYAM KAMPUNG (Effect of DMA, DMF, and Glycerol Cryoprotectant on Frizing of Native Chicken Semen) S. SOPIYANA 1, S. ISKANDAR 1,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 12 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Maret sampai dengan bulan November 2012 di Instalasi Penelitian Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar, Cijeruk, Bogor. Analisis hormon testosteron

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar HASIL DAN PEMBAHASAN Semen adalah cairan yang mengandung suspensi sel spermatozoa, (gamet jantan) dan sekresi dari organ aksesori saluran reproduksi jantan (Garner dan Hafez, 2000). Menurut Feradis (2010a)

Lebih terperinci

drh. Herlina Pratiwi PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014

drh. Herlina Pratiwi PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014 drh. Herlina Pratiwi PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014 SELAPUT EKSTRA EMBRIONIK: Beberapa selaput yang terbentuk pada masa perkembangan embrional yang berasal dari tubuh embrio, namun

Lebih terperinci

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat Problem utama pada sub sektor peternakan saat ini adalah ketidakmampuan secara optimal menyediakan produk-produk peternakan, seperti daging, telur, dan susu untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat akan

Lebih terperinci

Pembentukan bangsa baru (ternak ruminansia dan non-ruminansia) 13. APLIKASI BIOTEKNOLOGI DALAM PEMULIAAN TERNAK

Pembentukan bangsa baru (ternak ruminansia dan non-ruminansia) 13. APLIKASI BIOTEKNOLOGI DALAM PEMULIAAN TERNAK 9. PROGRAM BREEDING TERNAK RUMINANSIA DI DAERAH TROPIS DAN SUB TROPIS 10. PROGRAM BREEDING TERNAK NON- RUMINANSIA DI DAERAH TROPIS DAN SUB TROPIS Perbandingan penerapan program breeding ternak ruminansia

Lebih terperinci

SDP. YG MENDPT TEKANAN CUKUP BERAT

SDP. YG MENDPT TEKANAN CUKUP BERAT MEMBERIKAN TEKANAN THDP SDA & LH PERTUMBUHAN PENDUDUK YG SEMAKIN CEPAT KBUTUHAN AKAN PROTEIN HWNI MENINGKAT PENDAHULUAN - LAHAN SEMAKIN SEMPIT - PENCEMARAN PERAIRAN SDP. YG MENDPT TEKANAN CUKUP BERAT UTK

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab HASIL DAN PEMBAHASAN Inseminasi Buatan pada Ayam Arab Ayam Arab yang ada di Indonesia sekarang adalah ayam Arab hasil kawin silang dengan ayam lokal. Percepatan perkembangbiakan ayam Arab dapat dipacu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Burung Puyuh Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif lebih besar dari jenis burung-burung puyuh lainnya. Burung puyuh ini memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan semakin meningkat pula permintaan masyarakat terhadap bahan pangan untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan

Lebih terperinci

KONSERVASI TINGKAT SPESIES DAN POPULASI

KONSERVASI TINGKAT SPESIES DAN POPULASI KONSERVASI TINGKAT SPESIES DAN POPULASI priyambodo@fmipa.unila..ac.id #RIPYongki Spesies dan Populasi Species : Individu yang mempunyai persamaan secara morfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging

PENDAHULUAN. 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat produksi daging domba di Jawa Barat pada tahun 2016 lebih besar 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging domba dan kambing di

Lebih terperinci

Embrio ternak - Bagian 1: Sapi

Embrio ternak - Bagian 1: Sapi Standar Nasional Indonesia Embrio ternak - Bagian 1: Sapi ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

EMBRIOGENESIS DAN INDUKSI EMBRIO (BAGIAN I) LABORATORIUM EMBRIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Indikator pencapaian: Definisi dan tahapan embriogenesis (pembelahan, blastulasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sapi Pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang populasinya

I. PENDAHULUAN. Sapi Pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang populasinya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi Pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang populasinya menyebar di Sumatera Barat dan sebagai plasma nutfah Indonesia dan komoditas unggulan spesifik wilayah

Lebih terperinci

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS KADIRAN, R.DENNY PURNAMA DAN SUHARTO Balai Penelitian Ternak Bogor,Po.Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Suatu pengamatan mengenai periode fertil spermatozoa

Lebih terperinci

PERBAIKAN TEKNIK PEMBEKUAN SPERMA: PENGARUH SUHU GLISEROLISASI DAN PENGGUNAAN KASET STRAW

PERBAIKAN TEKNIK PEMBEKUAN SPERMA: PENGARUH SUHU GLISEROLISASI DAN PENGGUNAAN KASET STRAW PERBAIKAN TEKNIK PEMBEKUAN SPERMA: PENGARUH SUHU GLISEROLISASI DAN PENGGUNAAN KASET STRAW (The Effect of Temperature of Glycerol and Straw Cassette on Sperm Cryopreservation) F. AFIATI, E.M. KAIIN, M.

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

Lebih terperinci

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA Nurgiartiningsih, V. M. A Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C Disajikan oleh : Hotmaria Veronika.G (E10012157) dibawah bimbingan : Ir. Teguh Sumarsono, M.Si 1) dan Dr. Bayu Rosadi, S.Pt. M.Si 2)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna, 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Semen Segar Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi, ph dan secara mikroskopis meliputi gerakan massa, konsentrasi sperma,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan produksi daging merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan sekaligus memajukan tingkat kecerdasan sumber daya manusia Indonesia.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan babi yang ada di Indonesia khususnya di daerah Bali masih merupakan peternakan rakyat dalam skala kecil atau skala rumah tangga, dimana mutu genetiknya masih kurang

Lebih terperinci

Folikulogenesis dan ovum ternak

Folikulogenesis dan ovum ternak . MATERI PRAKTIKUM 4 : J0A09 6 JUNI 206 dari 6 Folikulogenesis dan ovum ternak TUJUAN PRAKTIKUM : ) Mahasiswa memahami pengertian tentang Folikulogenesis 2) Mahasiswa dapat melihat dan menemukan sel telur

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA KEGIATAN 8.3

LEMBAR KERJA KEGIATAN 8.3 LEMBAR KERJA KEGIATAN 8.3 MEMPELAJARI PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MANUSIA MELALUI BIOTEKNOLOGI Bioteknologi berkebang sangat pesat. Produk-produk bioteknologi telah dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Embriogenesis. Titta Novianti

Embriogenesis. Titta Novianti Embriogenesis Titta Novianti EMBRIOGENESIS Proses embriogenesis adalah rangkaian proses yang terjadi sesaat setelah terjadi pembuahan sel telur oleh sperma Proses embriogenesis meliputi; fase cleavage

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Semen Domba Segera Setelah Koleksi Pemeriksaan karakteristik semen domba segera setelah koleksi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pemeriksaan secara makroskopis

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.3. igotik. Embrionik. Pasca lahir

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.3. igotik. Embrionik. Pasca lahir 1. Metamorfosis merupakan tahap pada fase... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.3 igotik Embrionik Pasca embrionik Pasca lahir Fase Pasca Embrionik Yaitu pertumbuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi semen secara makroskopis (warna, konsistensi, ph, dan volume semen) dan mikroskopis (gerakan massa, motilitas, abnormalitas, konsentrasi, dan jumlah spermatozoa per

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MARKA MOLEKULER DNA DALAM IDENTIFIKASI SEL GONAD IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN PCR

PENGEMBANGAN MARKA MOLEKULER DNA DALAM IDENTIFIKASI SEL GONAD IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN PCR PENGEMBANGAN MARKA MOLEKULER DNA DALAM IDENTIFIKASI SEL GONAD IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN PCR MARLINA ACHMAD SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KONSENTRASI, KEMURNIAN, DAN VIABILITAS SEL LEYDIG HASIL PURIFIKASI DENGAN GRADIEN NYCODENZ DAN KULTUR IN VITRO

KONSENTRASI, KEMURNIAN, DAN VIABILITAS SEL LEYDIG HASIL PURIFIKASI DENGAN GRADIEN NYCODENZ DAN KULTUR IN VITRO Jurnal Kedokteran Hewan ISSN : 1978-225X Ekayanti M. Kaiin, dkk KONSENTRASI, KEMURNIAN, DAN VIABILITAS SEL LEYDIG HASIL PURIFIKASI DENGAN GRADIEN NYCODENZ DAN KULTUR IN VITRO Concentration, Purity, and

Lebih terperinci

EMBRIOLOGI MAS BAYU SYAMSUNARNO MK. FISIOLOGI HEWAN AIR

EMBRIOLOGI MAS BAYU SYAMSUNARNO MK. FISIOLOGI HEWAN AIR EMBRIOLOGI MAS BAYU SYAMSUNARNO MK. FISIOLOGI HEWAN AIR AWAL KEHIDUPAN SEL TELUR SPERMATOZOA ZIGOT EMBRIO Fertilisasi/Pembuahan Diawali dengan masuknya sperma ke dalam sel telur melalui mikropil pada khorion

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kenaikan permintaan komoditas peternakan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berpacu dengan adanya pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, serta meningkatnya

Lebih terperinci

MATERI 6 TRANSPORTASI SEL GAMET DAN FERTILISASI

MATERI 6 TRANSPORTASI SEL GAMET DAN FERTILISASI MATERI 6 TRANSPORTASI SEL GAMET DAN FERTILISASI MK. ILMU REPRODUKSI 1 SUB POKOK BAHASAN Transport spermatozoa pada organ reproduksi jantan (tubuli seminiferi, epididimis dan ejakulasi) Transport spermatozoa

Lebih terperinci

5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI

5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI 5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI Pengukuran parameter reproduksi akan menjadi usaha yang sangat berguna untuk mengetahui keadaan kelamin, kematangan alat kelamin dan beberapa besar potensi produksi dari

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : Caroline Tan Sardjono, dr., Ph.D. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes.

ABSTRAK. Pembimbing I : Caroline Tan Sardjono, dr., Ph.D. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes. ABSTRAK DETEKSI Fc RI PADA STEM CELL YANG DIISOLASI DARI DARAH TEPI Cynthia Winarto, 2009. Pembimbing I : Caroline Tan Sardjono, dr., Ph.D. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes. Penelitian terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jantan) yang terjadi hanya di tubuli seminiferi yang terletak di testes (Susilawati,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jantan) yang terjadi hanya di tubuli seminiferi yang terletak di testes (Susilawati, 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Spermatogenesis Spermatogenesis adalah suatu proses pembentukan spermatozoa (sel gamet jantan) yang terjadi hanya di tubuli seminiferi yang terletak di testes (Susilawati,

Lebih terperinci

STEM CELL SEL PUNCA FIKES UMM

STEM CELL SEL PUNCA FIKES UMM STEM CELL SEL PUNCA FIKES UMM History 1908 kata stem cell diperkenalkan oleh Alexander Maksimov 1981 isolasi stem cell pada embrio 1998 aplikasi sel punca untuk kloning 2007 nobel tentang sel punca dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inseminasi Buatan (IB) adalah proses perkawinan yang dilakukan dengan campur tangan manusia, yaitu mempertemukan sperma dan sel telur agar dapat terjadi proses pembuahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis 31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap evaluasi semen domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA HEWAN

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA HEWAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA HEWAN Standar Kompetensi: Memahami konsep tumbuh kembang tumbuhan, hewan, dan manusia Kompetensi Dasar: Memahami konsep tumbuh kembang hewan Click to edit Master subtitle

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang. II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang. Persilangan antara kedua jenis kambing ini telah

Lebih terperinci

URAIAN MATERI 1. Kultur sel tunggal Sejalan dengan kemajuan teknologi DNA, ilmuwan telah mengembangkan dan menyempurnakan metode untuk melakukan

URAIAN MATERI 1. Kultur sel tunggal Sejalan dengan kemajuan teknologi DNA, ilmuwan telah mengembangkan dan menyempurnakan metode untuk melakukan URAIAN MATERI 1. Kultur sel tunggal Sejalan dengan kemajuan teknologi DNA, ilmuwan telah mengembangkan dan menyempurnakan metode untuk melakukan kloning pada organisme multiseluler melalui kultur sel tunggal.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persentase Ikan Jantan Salah satu faktor yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan proses maskulinisasi ikan nila yaitu persentase ikan jantan. Persentase jantan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya protein hewani bagi tubuh. Hal ini

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Pengaruh polisakarida krestin dari ekstrak jamur Coriolus versicolor terhadap kecepatan motilitas spermatozoa mencit Hasil pengamatan pengaruh polisakarida

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing Peranakan Etawah atau kambing PE merupakan persilangan antara kambing kacang betina asli Indonesia dengan kambing Etawah jantan yang berasal dari daerah Gangga,

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan PENGANTAR Latar Belakang Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan ditingkatkan produktivitasnya untuk meningkatkan pendapatan peternak. Produktivitas itik lokal sangat

Lebih terperinci

Identifikasi sifat-sifat Kualitatif ayam Wareng Tangerang. Andika Mahendra

Identifikasi sifat-sifat Kualitatif ayam Wareng Tangerang. Andika Mahendra IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF AYAM WARENG TANGERANG DI UPT BALAI PEMBIBITAN TERNAK DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK DESA CURUG WETAN KECAMATAN CURUG KABUPATEN TANGERANG Andika Mahendra*, Indrawati Yudha

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR TAHUN I PROGRAM VUCER MULTITAHUN

LAPORAN AKHIR TAHUN I PROGRAM VUCER MULTITAHUN LAPORAN AKHIR TAHUN I- 2009 PROGRAM VUCER MULTITAHUN PENGUATAN AGRIBISNIS PEMBIBITAN KAMBING MELALUI APLIKASI MANAJEMEN KELEMBAGAAN UKM, INOVASI MANAJEMEN REPRODUKSI DAN PRODUKSI SERTA TEKNOLOGI PROSES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sapi Bali adalah sapi asli Indonesia yang berasal dari Banteng liar (Bibos

BAB I PENDAHULUAN. Sapi Bali adalah sapi asli Indonesia yang berasal dari Banteng liar (Bibos BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sapi Bali adalah sapi asli Indonesia yang berasal dari Banteng liar (Bibos Banteng Syn Bos sondaicus) yang didomestikasi. Menurut Meijer (1962) proses penjinakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME Telah dilakukan penelitian pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus Anatini dan genus Anas (Srigandono,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aplikasi bioteknologi reproduksi di bidang peternakan merupakan suatu terobosan untuk memacu pengembangan usaha peternakan. Sapi merupakan salah satu jenis ternak

Lebih terperinci

CIRI - CIRI FISIK TELUR TETAS ITIK MANDALUNG DAN RASIO JANTAN DENGAN BETINA YANG DIHASILKAN ABSTRACT ABSTAAK

CIRI - CIRI FISIK TELUR TETAS ITIK MANDALUNG DAN RASIO JANTAN DENGAN BETINA YANG DIHASILKAN ABSTRACT ABSTAAK CIRI - CIRI FISIK TELUR TETAS ITIK MANDALUNG DAN RASIO JANTAN DENGAN BETINA YANG DIHASILKAN (PHISICAL CHARACTERISTICS OF MANDALUNG HATCHING EGGS AND THE MALE AND FEMALE RATIO OF THEIR DUCKLING) Yarwin

Lebih terperinci

Kata kunci : sel punca, darah tali pusat, FcγRIIb, Reseptor Fc, Imunoglobulin

Kata kunci : sel punca, darah tali pusat, FcγRIIb, Reseptor Fc, Imunoglobulin ABSTRAK EKSPRESI FC γ RIIB YANG DIISOLASI DARI SEL PUNCA DARAH TALI PUSAT Elvine, 2009 Pembimbing I : Caroline Tan Sardjono,dr., PhD Pembimbing II: DR. Susi Tjahjani,dr., M.Kes Penggunaan sel punca sebagai

Lebih terperinci

Bagian Kelima Bidang Produksi Pasal 12 (1) Bidang Produksi mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi

Bagian Kelima Bidang Produksi Pasal 12 (1) Bidang Produksi mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi Bagian Kelima Bidang Produksi Pasal 12 (1) Bidang Produksi mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi produksi. pada ayat (1), Bidang Produksi mempunyai fungsi

Lebih terperinci

JIMVET. 01(3): (2017) ISSN : GAMBARAN HISTOLOGIS BURSA FABRICIUS AYAM KAMPUNG (Gallus gallus domesticus) PADA UMUR BERBEDA

JIMVET. 01(3): (2017) ISSN : GAMBARAN HISTOLOGIS BURSA FABRICIUS AYAM KAMPUNG (Gallus gallus domesticus) PADA UMUR BERBEDA GAMBARAN HISTOLOGIS BURSA FABRICIUS AYAM KAMPUNG (Gallus gallus domesticus) PADA UMUR BERBEDA Histological Finding of Bursa Fabricius of Local Chicken (Gallus gallus domesticus) at Different Ages Hasnita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Beku Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai prosedur teknis pengawasan mutu bibit ternak kemudian dimasukkan ke dalam straw dan dibekukan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI SPERMATOZOA PASCA KAPASITASI TERHADAP TINGKAT FERTILISASI IN VITRO

PENGARUH KONSENTRASI SPERMATOZOA PASCA KAPASITASI TERHADAP TINGKAT FERTILISASI IN VITRO PENGARUH KONSENTRASI SPERMATOZOA PASCA KAPASITASI TERHADAP TINGKAT FERTILISASI IN VITRO (The Effects of Spermatozoa Concentration of Postcapacity on In Vitro Fertilization Level) SUMARTANTO EKO C. 1, EKAYANTI

Lebih terperinci

Pengaruh Perbedaan Level Krioprotektan DMA terhadap Pembekuan Sperma Ayam

Pengaruh Perbedaan Level Krioprotektan DMA terhadap Pembekuan Sperma Ayam Pengaruh Perbedaan Level Krioprotektan DMA terhadap Pembekuan Sperma Ayam Yosephine Laura Raynardia Fakultas Pertanian; Univesitas Tidar Magelang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui level

Lebih terperinci

PENGARUH DEPOSISI SEMEN BEKU ITIK TERHADAP FERTILITAS DAN PERIODE FERTIL SPERMATOZOA ITIK

PENGARUH DEPOSISI SEMEN BEKU ITIK TERHADAP FERTILITAS DAN PERIODE FERTIL SPERMATOZOA ITIK PENGARUH DEPOSISI SEMEN BEKU ITIK TERHADAP FERTILITAS DAN PERIODE FERTIL SPERMATOZOA ITIK (The Effect of Insemination Sites of Muscovy Frozen Semen on the Fertility and Fertile Period of Duck Spermatozoa)

Lebih terperinci

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase PERFORMA PERTUMBUHAN PUYUH (Coturnix coturnix japonica) PETELUR BETINA SILANGAN WARNA BULU COKLAT DAN HITAM DI PUSAT PEMBIBITAN PUYUH UNIVERSITAS PADJADJARAN GROWTH PERFORMANCE (Coturnix coturnix japonica)

Lebih terperinci

ORGAN GENITAL EKSTERNAL DAN INTERNAL PADA HEWAN BETINA DAN PROSES OOGENESIS. drh. Herlina Pratiwi, M.Si

ORGAN GENITAL EKSTERNAL DAN INTERNAL PADA HEWAN BETINA DAN PROSES OOGENESIS. drh. Herlina Pratiwi, M.Si ORGAN GENITAL EKSTERNAL DAN INTERNAL PADA HEWAN BETINA DAN PROSES OOGENESIS drh. Herlina Pratiwi, M.Si FEMALE GENITAL ORGANS Terdiri dari: 1. Sepasang ovarium 2. Tuba fallopii (tuba uterina) 3. Uterus

Lebih terperinci

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH UMUR TERHADAP UKURAN EPIDIDIMIS, ABNORMALITAS SPERMATOZOA DAN VOLUME SEMEN PADA SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN UNGARAN (The

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Semen merupakan salah satu komponen penting dalam penghantaran spermatozoa baik secara konseptus alami maupun inseminasi buatan (IB). Keberhasilan IB sangat dipengaruhi oleh kualitas

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI KULTUR OVARI SEBAGAI SUMBER OOSIT UNTUK PRODUKSI HEWAN DAN BANTUAN KLINIK BAGI WANITA YANG GAGAL FUNGSI OVARI

PEMANFAATAN TEKNOLOGI KULTUR OVARI SEBAGAI SUMBER OOSIT UNTUK PRODUKSI HEWAN DAN BANTUAN KLINIK BAGI WANITA YANG GAGAL FUNGSI OVARI 2004 Retno Prihatini Makalah Pribadi Posted: 20 December 2004 Pengantar ke Falsafah Sains (PPS 702) Sekolah Pascasarjana/S3 Institut Pertanian Bogor Tanggal 1 Desember 2004 Pengajar: Prof.Dr.Ir.Rudy C.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Semen Segar Dari hasil penampungan semen yang berlangsung pada bulan Oktober 2003 sampai dengan Juli 2004 dan rusa dalam kondisi rangga keras memperlihatkan bahwa rataan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging dan merupakan komoditas peternakan yang sangat potensial. Dalam perkembangannya, populasi sapi potong belum mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Ovarium merupakan bagian organ reproduksi wanita, yang memproduksi hormon dan berisi folikel yang akan dirilis untuk tujuan reproduksi (Katz et al, 2007). Kerusakan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Kambing Peranakan Etawah Kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing Etawah yang berasal dari India yang memiliki iklim tropis/subtropis dan beriklim kering dengan

Lebih terperinci