STANDAR PELAYANAN OPERASI SAR PADA KECELAKAAN KAPAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STANDAR PELAYANAN OPERASI SAR PADA KECELAKAAN KAPAL"

Transkripsi

1

2

3

4 STANDAR PELAYANAN OPERASI SAR PADA KECELAKAAN KAPAL A. PENDAHULUAN 1. V i s i Mewujudkan Badan SAR Nasional yang andal, terdepan dan unggul dalam pelayanan jasa SAR di wilayah NKRI. 2. M i s i a. Menyelenggarakan siaga terus-menerus dalam pencarian dan pertolongan, penyelamatan, dan evakuasi kepada masyarakat dalam kecelakaan, bencana, dan kondisi membahayakan manusia secara andal, efektif, cepat, efisien, serta aman. b. Melaksanakan koordinasi dengan instansi/organisasi nasional maupun internasional dalam rangka menyelenggarakan operasi pencarian dan pertolongan (SAR), serta melakukan pemasyarakatan SAR untuk memaksimalkan potensi SAR. c. Menyelenggarakan peningkatan kemampuan teknis dan manajerial organisasi dan senantiasa tumbuh, berkembang dan melakukan perbaikan di segala aspek secara berkesinambungan. d. Melaksanakan pembinaan kemampuan dan kesiapan sumberdaya manusia serta koordinasi berkelanjutan agar setiap saat dapat melaksanakan tugas operasi pencarian dan pertolongan dengan sebaik-baiknya. e. Menyediakan sarana dan prasarana operasi, peralatan komunikasi dan sistem informasi SAR sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mewujudkan visi dan misi Tugas pokok) 3. Tugas Badan SAR Nasional memiliki tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pencarian dan pertolongan (search and rescue). 4. Fungsi a. Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, Badan SAR Nasional menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: b. Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang SAR; c. Perumusan kebijakan teknis di bidang SAR; d. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang SAR;

5 e. Pembinaan, pengerahan dan pengendalian potensi SAR; f. Pelaksanaan siaga SAR; g. Pelaksanaan tindak awal dan operasi SAR; h. Pengoordinasian potensi SAR dalam pelaksanaan operasi SAR; i. Pendidikan, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia dibidang SAR; j. Penelitian dan pengembangan di bidang SAR; k. Pengelolaan data dan informasi dan komunikasi di bidang SAR; l. Pelaksanaan hubungan dan kerja sama di bidang SAR; m. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Badan SAR Nasional; n. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum; o. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Badan SAR Nasional; dan p. Penyampaian laporan, saran dan pertimbangan di bidang SAR. 5. Jenis pelayanan Siaga SAR dan Operasi SAR pada kecelakaan Kapal B. STANDAR PELAYANAN 1. Pelayanan Siaga SAR pada Kecelakaan Kapal a. Jenis Pelayanan Pelayanan jasa berupa pelaksanaan siaga SAR di Kantor Pusat, Kantor SAR dan Pos SAR. b. Jam Kerja Pelayanan Siaga SAR dilaksanakan selama 24 jam setiap hari. c. Persyaratan Pelayanan 1) Melaporkan kejadian dengan cara: a) Melapor langsung ke Kantor Pusat, Kantor SAR dan Pos SAR; b) Melalui telpon ke Kantor Pusat,Kantor SAR dan Pos SAR; c) Call center 115; d) Kantor Pusat dan Kantor SAR. 2) Melaporkan Identitas diri: a) Masyarakat sesuai dengan KTP dan nomor telpon yang bisa dihubungi; b) Instansi Pemerintah/Swasta dan RCC Negara lain menyertakan data diri pelapor dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

6 3) Menyampaikan informasi kejadian secara jelas mengenai kecelakaan kapal yang dilakukan oleh: a) Instansi Pemerintah yang berhubungan dengan pelayaran (Ditjen Hubla, Dit. Lalulintas Laut, KSOP, ASDP, dll.) melaporkan tentang : Penjelasan singkat tentang situasi (Cuaca, Lokasi dan Waktu hubungan terakhir); Keterangan tentang kapal (Nama, Jenis, Pemilik, Call Sign, Ciri-ciri); Rencana Pelayaranan (ETD, ETA, Rute); Keterangan Jumlah POB (Person On Board). b) Instansi Pemerintah lainnya (TNI AL, Bakamla, Kemenko Kemaritiman, Kementerian Maritim dan Sumber Daya, Polair, dll.) /Swasta dan RCC Negara lain melaporkan tentang: Penjelasan singkat tentang situasi (Lokasi Kejadian dan Kronologis) Keterangan tentang pesawat (Nama, Jenis, Pemilik, Call Sign, Ciri-ciri) Rencana Penerbangan (ATD, ETA, Rute,) Keterangan Jumlah POB (Person On Board) c) Masyarakat melaporkan tentang: Penjelasan singkat tentang situasi (Kronologis, Lokasi dan Waktu Kejadian) Keterangan tentang kapal (Ciri-Ciri kapal) d. Biaya / Tarif Pelayanan Tidak dipungut biaya e. Waktu Penyelesaian Pelayanan 1) Menerima informasi : 5 menit 2) Pengecekan kebenaran berita : 3 menit 3) Meneruskan informasi ke bagian Operasi : 5 menit f. Produk Pelayanan Jasa Pelayanan Penerimaan Informasi Kedaruratan pada Kecelakaan Kapal

7 g. Prosedur Pelayanan Terdapat 3 (tiga) macam prosedur pelayanan, berdasakan sumber informasi yang diterima oleh Basarnas, yaitu : 1) Laporan dari Instansi pemerintahan yang mempunyai otoritas di bidang perhubungan laut : Ketika Instansi pemerintahan yang mempunyai otoritas di bidang perhubungan laut memperoleh informasi terjadinya kecelakaan maka akan segera melapor ke Kantor Pusat atau pun Kantor SAR yang terdekat. Menjelaskan mengenai kronologis kejadian, data kapal yang mengalami distress, waktu dan lokasi hubungan terakhir, jumlah POB dan rencana pelayaran. Setelah informasi diterima oleh Kantor Pusat atau Kantor SAR akan segera ditindaklanjuti dengan pencarian informasi lebih lanjut mengenai kejadian tersebut, apabila membutuhkan penanganan Operasi Pencarian dan Pertolongan maka akan segera dilaporkan ke Bagian Operasi untuk ditindak lanjuti. 2) Laporan dari Instansi Pemerintah/ Swasta dan RCC Negara Lain : Ketika Instansi Pemerintah/Swasta dan RCC Negara Lain mendapatkan informasi mengenai kejadian Kecelakaan Kapal. Menjelaskan mengenai kronologis kejadian, data kapal yang mengalami distress, jumlah POB dan rencana pelayaran. Setelah informasi diterima oleh Kantor Pusat atau Kantor SAR akan segera ditindaklanjuti dengan pencarian informasi lebih lanjut mengenai kejadian tersebut, apabila membutuhkan penanganan Operasi Pencarian dan Pertolongan maka akan segera dilaporkan ke Bagian Operasi untuk ditindak lanjuti. 3) Laporan dari Masyarakat : Ketika masyarakat melihat adanya Kecelakaan Kapal maka segera melapor ke Call Center Badan SAR Nasional 115 atau ke nomor telepon Kantor SAR atau Pos SAR yang terdekat. Melaporkan mengenai kronologis dan ciri-ciri dari kapal tersebut. Setelah informasi diterima oleh Kantor Pusat atau Kantor SAR akan segera ditindaklanjuti dengan pencarian informasi lebih lanjut mengenai kejadian tersebut, apabila membutuhkan penanganan Operasi Pencarian dan Pertolongan maka akan segera dilaporkan ke Bagian Operasi untuk ditindak lanjuti.

8 Alur dari pelaporan pada Kecelakaan Kapal bisa dilihat pada flow chart dibawah ini :

9 h. Kompetensi Petugas Kompetensi petugas SAR dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan pelayanan yang diberikan, seperti : 1) Petugas siaga SAR yang mempunyai kompetesi Diklat Dasar SAR atau kehumasan akan melayani pelapor yang datang langsung ke Kantor SAR atau Pos SAR; 2) Petugas Call Center 115 yang sudah memiliki sertifikat operator komunikasi akan melayani telepon dari pelapor yang melapor melalui Call Center 115; 3) Operator komunikasi yang sudah memiliki sertifikat operator komunikasisar akan melayani pelaporan melalui Telpon langsung ke Kantor Pusat, Kantor SAR dan Pos SAR 4) Kepala Siaga SAR Harian ataiu asisten Kepala Siaga Harian yang sudah memiliki sertifikat SAR Mission Coordinator atau SAR Planning akan melayani dan merespons pelaporan melalui ke Kantor Pusat atau Kantor SAR. i. Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana yang digunakan untuk melakukan pelayanan Siaga SAR pada kecelakaan kapal adalah : 1) Ruang Command Center, lengkap dengan meubelair 2) Pesawat Telepon 3) Mesin Fax 4) Komputer 5) Printer 6) Buku Data Potensi 7) Buku Telpon 8) Jaringan Internet 9) Aplikasi Call Center 10) Aplikasi SAR 11) Radio Komunikasi 12) Jurnal Komunikasi 2. Pelayanan Operasi SAR pada Kecelakaan Kapal a. Jenis Pelayanan Pelayanan jasa berupa pelaksanaan operasi SAR pada Kecelakaan Kapal. b. Waktu Pelayanan Pelayanan operasi SAR pada Kecelakaan Kapal dilaksanakan 7 hari dihitung mulai dari waktu pertama pelaporan.

10 c. Persyaratan Pelayanan Keadaan darurat Kapal dinyatakan pada tingkat memerlukan bantuan (distress phase) d. Biaya / Tarif Pelayanan Biaya pelaksanaan operasi SAR selama 7 hari tidak dipungut biaya dan apabila ada permintaan dari Pelapor (Instansi Pemerintah/Swasta atau keluarga korban) untuk memperpanjang waktu pelaksanaan operasi maka biaya Operasi ditanggung oleh pihak pemohon. e. Waktu Penyelesaian Pelayanan Waktu mobilisasi : 30 menit Lama pelaksanaan operasi SAR maksimal 7 (hari) f. Produk Pelayanan Jasa Pelayanan Operasi SAR pada Kecelakaan Kapal g. Prosedur Pelayanan 1) Tingkat Kedaruratan : Uncertainly Phase : Ketika Kapal memasuki tahap ini maka pihak terkait melaporkan ke Kantor Pusat Badan SAR Nasional atau Kantor SAR terdekat melalui telepon dan memberikan informasi keadaan Kapal. Alert phase : Ketika Kapal memasuki tahap ini maka pihak terkait melaporkan ke Kantor Pusat Badan SAR Nasional atau Kantor SAR terdekat melalui telepon mengenai keadaan kapal dan memberikan masukan terhadap tindakan lebih lanjut. Distress phase : Pada tahap ini ATC segera melaporkan ke Kantor Pusat dan Kantor SAR terdekat mengenai kronologis kejadian, data kapal yang mengalami distress, waktu dan lokasi hubungan terakhir, jumlah penumpang dan rencana penerbangan. 2) Tahap Penyelenggaraan Operasi SAR pada kecelakaan Kapal a) Tahap menyadari (awareness stage) Merupakan tahap dalam mengumpulkan dan mencatat informasi awal yang meliputi: identitas pemberi laporan; jenis musibah;

11 lokasi/koordinat musibah; dan data korban. b) Tahap tindak awal (initial action stage) Tahap tindak awal merupakan tindakan yang dilaksanakan dalam tahap tindak awal terdiri atas: Mempersiapkan personil Kantor SAR beserta alat utama (alut) SAR untuk menindak lanjuti secara cepat dalam pemenuhan response time pada musibah pelayaran; bergerak mendekati lokasi musibah; berkoordinasi segera untuk bantuan SAR; melaporkan terjadinya musibah penerbangan dan pelayaran serta tindak awal yang telah dilaksanakan kepada Kepala Badan; menghubungi pemilik maskapai/operator pesawat/kapal yang mengalami musibah; koordinasi dan konfirmasi detail tentang pesawat/kapal dan crew/abk yang mengalami musibah; melaksanakan pencarian dengan preliminary communication (Precom) secara berkala; koordinasi dengan instansi/orgnisasi potensi SAR untuk menyiapkan unsur SAR; melaksanakan penunjukan SMC; melaksanakan pencarian dengan extended communication (excom); melakukan koordinasi intensif dengan SRU terkait. c) Tahap Perencanaan Operasi SAR (planning stage) Tahap perencanaan sebagaimana dimaksud merupakan tahap pembuatan rencana operasi yang meliputi: pembuatan rencana pencarian; pembuatan rencana penyelamatan. d) Tahap Operasi (Operation Stage) Tahap operasi merupakan tindakan yang meliputi: Melaksanakan briefing kepada SRU; Memberangkatkan SRU ke area pencarian; Melaksanakan pencarian elektronik maupun visual sesuai dengan track spacing dan pola pencarian ( search prottern) yang telah ditentukan; Jika diketemukan korban melakukan dropping peralatan keselamatan (safety equipment) dan logistik sambil menunggu proses evakuasi; Melaksanakan pertolongan pertama kepada korban yang mengalami musibah; Melaksanakan evakuasi;

12 Mengoordinasikan dan mengendalikan SRU di daerah pencarian; Melaksanakan penarikan SRU dari erea pencarian; melaporkan temuan-temuan di area pencarian; Melaporkan perkembangan kegiatan kegiatan SAR di area pencarian; Melaksanakan debriefing terhadap SAR yang telah menyelesaikan tugas. e) Tahap Pengakhiran (conclusion stage) Tahap pengakhiran merupakan tindakan yang meliputi: Pengusulan penutupan operasi SAR kepada Kepala Badan; Pengendalian SRU kepada instasi/organisasi masing-masing; Pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan operasi SAR; Penyusunan laporan penyelenggaraan operasi SAR; Penyelesaian penggantian biaya penyelenggaraan operasi SAR 3) Dukungan dalam pelaksanaan operasi SAR pada Kecelakaan Kapal terdiri dari : a) Unsur SAR/SRU Unsur SAR/SRU merupakan potensi SAR yang sudah terbina dan/atau siap untuk digunakan dalam kegiatan penyelenggaraan operasi SAR pada Kecelakaan Kapal. b) Pemintaan unsur SAR/SRU Dalam penyelenggaraan operasi SAR pada musibah penerbangan dan musibah pelayaran SMC atas nama Kepala Badan dan/atau secara langsung dapat meminta bantuan unsur SAR dari instansi/organisai lain, dan potensi yang memiliki kemampuan SAR baik secara teknis, dukungan personil maupun sarana untuk dikoordinasikan dalam penyelenggaraan operasi SAR. c) Prosedur clearance and flight approval Prosedur clearance dan flight approval digunakan pada saat negara lain akan memberikan bantuan unsur SAR udara dalam penyelenggaraan operasi SAR pada kecelakaan Kapal. d) Jaringan komunikasi SAR Dalam pelaksanaan operasi SAR pada kecelakaan Kapal,komunikasi merupakan salah satu faktor utama keberhasilan tugas SMC dalam koordinasi, operasi dan administrasi/logistic, sehingga ditetapkan jaring frekuensi agar fungsi komunikasi dapat mendukung kelancaran penyelenggaran operasi SAR.

13 e) Maklumat pelayaran Melalui Stasiun Radio Pantai (SROP), SMC dapat meminta bantuan agar kapal yang berada disekitar lokasi musibah/perkiraan musibah untuk membantu melaksanakan pencarian awal secara visual atau menggunakan peralatan elektronik. f) Notice to Airmen Melalui otoritas bandara (ATS), SMC dapat meminta bantuan agar pesawat yang berada disekitar lokasi musibah/perkiraan musibah untuk membantu melaksanakan pencarian awal secara visual atau menggunakan peralatan elektronik. g) Penghentian operasi SAR Kepala Badan SAR Nasional dapat menyatakan penghentian atau selesai terhadap operasi SAR dengan pertimbangan: seluruh korban telah berhasil ditemukan, ditolong dan dievakuasi; setelah jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak dimulainya operasi SAR, tidak ada tanda-tanda korban akan ditemukan. h) Penyelenggaraan operasi SAR dapat diperpanjang dan/atau dibuka kembali apabila: usulan Kepala Kantor SAR disertai data dukung dan informasi yang akurat; berdasarkan evaluasi SMC terhadap perkembangan penyelenggaraan operasi SAR; ditemukan tanda-tanda kehidupan atau keberadaan korban musibah atau bencana; adanya permintaan dari pihak Pemerintah Daerah, perusahaan atau pemilik kapal atau pesawat, dan oleh pihak keluarga yang mengalami musibah atau bencana. i) Pembiayaan penyelenggaraan operasi SAR Pembiayaan penyelenggaraan operasi SAR dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sesuai dengan kemampuan keuangan negara, serta sumber pembiayaan lainnya yang tidak mengikat dan dilaksanakan sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.potensi/unsur SAR yang melaksanakan operasi SAR atas permintaan Badan SAR Nasional, diberikan penggantian biaya operasi berupa biaya bahan bakar dan permakanan selama operasi SAR.

14 j) OSC (On Scene Coordinator) OSC merupakan pejabat/staf yang ditugaskan oleh SMC untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan penyelenggaraan operasi SAR dalam suatu area pencarian tertentu, dengan berdasarkan kriteria: pimpinan SRU yang pertama kali sampai di lokasi dan/atau; memiliki kemampuan komunikasi yang luas dan waktu operasional yang panjang. k) Posko SAR Dalam hal meningkatkan efektifitas pengerahan dan pengendalian potensi/unsur SAR yang dilibatkan dalam penyelenggaraan operasi SAR pada musibah penerbangan dan musiabah penerbangan perlu dibentuk posko SAR Alur dari Operasi Pencarian dan Pertolongan pada Kecelakaan Kapal bisa dilihat pada flow chart dibawah ini :

15 h. Kompetensi Petugas Kompetensi Petugas SAR yang melaksanakan Operasi Pencarian dan Pertolongan pada Kecelakaan Kapal adalah sebagai berikut : 1. SAR Coordinator (SC) SC dijabat langsung oleh Kepala Badan SAR Nasional 2. SAR Mission Coordinator (SMC) a) Ditunjuk langsung oleh SC b) Memiliki sertifikat SAR Mission Coordinator (SMC) c) Memiliki sertifikat SAR Planning 3. Staf SAR Coordinator a) Ditunjuk langsung oleh SAR Coordinator (SC) b) Memiliki kemampuan di bidang Operasi, Komunikasi, Intiligen, Logistik 4. Asisten SAR Mission Coordinator (SMC) a) Ditunjuk langsung oleh SMC b) Memiliki sertifikat SAR Planning c) Memiliki kemampuan di bidang Operasi, Komunikasi, Inteligen, Logistik dan Humas 5. On Scene Coordinator (OSC) a) Ditunjuk langsung oleh SMC b) Pimpinan SRU yang pertama kali sampai di lokasi c) Memiliki kemampuan komunikasi yang luas dan waktu operasional yang panjang 6. Search and Rescue Unit (SRU) a) Memiliki sertifikat Water Rescue b) Memiliki sertifikat Hely Rescue c) Memiliki sertifikat minimal one Star Scuba Diver d) Memiliki kemampuan dasar MFR e) Mampu melaksanakan droping logistic f) Mampu menjadi observer g) Mampu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan unsur pencarian dan pertolongan darat, laut dan udara. i. Sarana dan Prasarana a) Matra air 1. Rescue Boat 2. HoverCraft 3. Rigid Invlitable Boat 4. Rubber boat 5. Rafting boat

16 Powered by TCPDF (

17 STANDAR PELAYANAN OPERASI SAR PADA KECELAKAAN PESAWAT UDARA A. PENDAHULUAN 1. V i s i Mewujudkan Badan SAR Nasional yang andal, terdepan dan unggul dalam pelayanan jasa SAR di wilayah NKRI. 2. M i s i a. Menyelenggarakan siaga terus-menerus dalam pencarian dan pertolongan, penyelamatan, dan evakuasi kepada masyarakat dalam kecelakaan, bencana, dan kondisi membahayakan manusia secara andal, efektif, cepat, efisien, serta aman. b. Melaksanakan koordinasi dengan instansi/organisasi nasional maupun internasional dalam rangka menyelenggarakan operasi pencarian dan pertolongan (SAR), serta melakukan pemasyarakatan SAR untuk memaksimalkan potensi SAR. c. Menyelenggarakan peningkatan kemampuan teknis dan manajerial organisasi dan senantiasa tumbuh, berkembang dan melakukan perbaikan di segala aspek secara berkesinambungan. d. Melaksanakan pembinaan kemampuan dan kesiapan sumberdaya manusia serta koordinasi berkelanjutan agar setiap saat dapat melaksanakan tugas operasi pencarian dan pertolongan dengan sebaik-baiknya. e. Menyediakan sarana dan prasarana operasi, peralatan komunikasi dan sistem informasi SAR sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mewujudkan visi dan misi Tugas pokok) 3. Tugas Badan SAR Nasional memiliki tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pencarian dan pertolongan (search and rescue). 4. Fungsi a. Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, Badan SAR Nasional menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: b. Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang SAR; c. Perumusan kebijakan teknis di bidang SAR; d. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang SAR;

18 e. Pembinaan, pengerahan dan pengendalian potensi SAR; f. Pelaksanaan siaga SAR; g. Pelaksanaan tindak awal dan operasi SAR; h. Pengoordinasian potensi SAR dalam pelaksanaan operasi SAR; i. Pendidikan, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia dibidang SAR; j. Penelitian dan pengembangan di bidang SAR; k. Pengelolaan data dan informasi dan komunikasi di bidang SAR; l. Pelaksanaan hubungan dan kerja sama di bidang SAR; m. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Badan SAR Nasional; n. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum; o. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Badan SAR Nasional; dan p. Penyampaian laporan, saran dan pertimbangan di bidang SAR. 5. Jenis pelayanan Siaga SAR dan Operasi SAR pada kecelakaan Pesawat Udara B. STANDAR PELAYANAN 1. Pelayanan Siaga SAR pada Kecelakaan Kapal a. Jenis Pelayanan Pelayanan jasa berupa pelaksanaan siaga SAR di Kantor Pusat, Kantor SAR dan Pos SAR. b. Jam Kerja Pelayanan Siaga SAR dilaksanakan selama 24 jam setiap hari. c. Persyaratan Pelayanan 1) Melaporkan kejadian dengan cara: a) Melapor langsung ke Kantor Pusat, Kantor SAR dan Pos SAR; b) Melalui telpon ke Kantor Pusat,Kantor SAR dan Pos SAR; c) Call center 115; d) Kantor Pusat dan Kantor SAR. 2) Melaporkan Identitas diri: a) Masyarakat sesuai dengan KTP dan nomor telpon yang bisa dihubungi; b) Instansi Pemerintah/Swasta dan RCC Negara lain menyertakan data diri pelapor dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

19 3) Menyampaikan informasi kejadian secara jelas mengenai kecelakaan pesawat udara yang dilakukan oleh: a) ATS melaporkan tentang: Penjelasan singkat tentang situasi (Cuaca, Lokasi dan Waktu hubungan terakhir); Keterangan tentang pesawat udara (Nama, Jenis, Pemilik, Call Sign, Ciri-ciri); Rencana Penerbangan (ETD, ETA, Rute); Keterangan Jumlah Penumpang. b) Instansi Pemerintah/Swasta dan RCC Negara lain melaporkan tentang: Penjelasan singkat tentang situasi (Lokasi Kejadian dan Kronologis) Keterangan tentang pesawat (Nama, Jenis, Pemilik, Call Sign, Ciri-ciri) Rencana Penerbangan (ATD, ETA, Rute,) Keterangan Jumlah Penumpang c) Masyarakat melaporkan tentang: Penjelasan singkat tentang situasi (Kronologis, Lokasi dan Waktu Kejadian) Keterangan tentang pesawat (Ciri-Ciri pesawat) d. Biaya / Tarif Pelayanan Tidak dipungut biaya e. Waktu Penyelesaian Pelayanan 1) Menerima informasi : 5 menit 2) Pengecekan kebenaran berita : 3 menit 3) Meneruskan informasi ke bagian Operasi : 5 menit f. Produk Pelayanan Jasa Pelayanan Penerimaan Informasi Kedaruratan pada Kecelakaan Pesawat Udara g. Prosedur Pelayanan Terdapat 3 (tiga) macam prosedur pelayanan, berdasakan sumber informasi yang diterima oleh Basarnas, yaitu : 1) Laporan dari ATS :

20 Ketika ATS sudah menentukan fase atau tingkat kedaruratan maka ATS segera melapor ke Kantor Pusat ataupun Kantor SAR yg terdekat.menjelaskan mengenai kronologis kejadian, data pesawat yang mengalami distress, waktu dan lokasi hubungan terakhir, jumlah penumpang dan rencana penerbangan. Setelah informasi diterima oleh Kantor Pusat dan Kantor SAR akan segera ditindaklanjuti dengan pencarian informasi lebih lanjut mengenai kejadian tersebut, apabila membutuhkan penanganan Operasi Pencarian dan Pertolongan maka akan segera dilaporkan ke Bagian Operasi untuk ditindak lanjuti. 2) Laporan dari Instansi Pemerintah/ Swasta dan RCC Negara Lain : Ketika Instansi Pemerintah/Swasta dan RCC Negara Lain mendapatkan informasi mengenai kejadian Kecelakaan Pesawat Udara. Menjelaskan mengenai kronologis kejadian, data pesawat yang mengalami distress, jumlah penumpang dan rencana penerbangan. Setelah informasi diterima oleh Kantor Pusat dan Kantor SAR akan segera ditindaklanjuti dengan pencarian informasi lebih lanjut mengenai kejadian tersebut, apabila membutuhkan penanganan Operasi Pencarian dan Pertolongan maka akan segera dilaporkan ke Bagian Operasi untuk ditindak lanjuti. 3) Laporan dari Masyarakat : Ketika masyarakat melihat adanya Kecelakaan Pesawat Udara maka masyarakat akan segera melapor ke Call Center Badan SAR Nasional 115 atau ke nomor telepon Kantor SAR dan Pos SAR yang terdekat. Melaporkan mengenai kronologis dan ciri-ciri dari pesawat tersebut. Setelah informasi diterima oleh Kantor Pusat dan Kantor SAR akan segera ditindaklanjuti dengan pencarian informasi lebih lanjut mengenai kejadian tersebut, apabila membutuhkan penanganan Operasi Pencarian dan Pertolongan

21 maka akan segera dilaporkan ke Bagian Operasi untuk ditindak lanjuti. Alur dari pelaporan pada Kecelakaan Pesawat Udara bisa dilihat pada flow chart dibawah ini :

22 h. Kompetensi Petugas Kompetensi petugas SAR dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan pelayanan yang diberikan, seperti : 1) Petugas siaga SAR yang mempunyai kompetesi Diklat Dasar SAR atau kehumasan akan melayani pelapor yang datang langsung ke Kantor SAR atau Pos SAR; 2) Petugas Call Center 115 yang sudah memiliki sertifikat operator komunikasi akan melayani telepon dari pelapor yang melapor melalui Call Center 115; 3) Operator komunikasi yang sudah memiliki sertifikat operator komunikasi SAR akan melayani pelaporan melalui Telpon langsung ke Kantor Pusat, Kantor SAR dan Pos SAR 4) Kepala Siaga SAR Harian ataiu asisten Kepala Siaga Harian yang sudah memiliki sertifikat SAR Mission Coordinator atau SAR Planning akan melayani dan merespons pelaporan melalui ke Kantor Pusat atau Kantor SAR. i. Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana yang digunakan untuk melakukan pelayanan Siaga SAR pada kecelakaan pesawat udara adalah : 1) Ruang Command Center, lengkap dengan meubelair 2) Pesawat Telepon 3) Mesin Fax 4) Komputer 5) Printer 6) Buku Data Potensi 7) Buku Telpon 8) Jaringan Internet 9) Aplikasi Call Center 10) Aplikasi SAR 11) Radio Komunikasi 12) Jurnal Komunikasi 2. Pelayanan Operasi SAR pada Kecelakaan Pesawat Udara a. Jenis Pelayanan Pelayanan jasa berupa pelaksanaan operasi SAR pada Kecelakaan Pesawat Udara.

23 b. Waktu Pelayanan Pelayanan operasi SAR pada Kecelakaan Kapal Pesawat Udara dilaksanakan 7 (tujuh) hari dihitung mulai dari waktu pertama pelaporan. c. Persyaratan Pelayanan Keadaan darurat Pesawat Udara dinyatakan pada tingkat memerlukan bantuan (distress phase). d. Biaya / Tarif Pelayanan Biaya pelaksanaan operasi SAR selama 7 hari tidak dipungut biaya dan apabila ada permintaan dari Pelapor (Instansi Pemerintah/Swasta atau keluarga korban) untuk memperpanjang waktu pelaksanaan operasi maka biaya Operasi ditanggung oleh pihak pemohon. e. Waktu Penyelesaian Pelayanan Waktu mobilisasi : 30 menit Lama pelaksanaan operasi SAR maksimal 7 (hari) f. Produk Pelayanan Jasa Pelayanan Operasi SAR pada Kecelakaan Pesawat Udara g. Prosedur Pelayanan Prosedur pelayanan diberikan berdasar tingkat kedaruratan suatu permasalahan dan tahan penyelenggaraan operasi SAR sebagai berikut 1) Tingkat Kedaruratan : Uncertainly Phase : Ketika Pesawat Udara memasuki tahap ini maka pihak terkait melaporkan ke Kantor Pusat Badan SAR Nasional atau Kantor SAR terdekat melalui telepon dan memberikan informasi keadaan Pesawat Udara. Alert phase : Ketika Pesawat Udara memasuki tahap ini maka pihak terkait melaporkan ke Kantor Pusat Badan SAR Nasional atau Kantor SAR terdekat melalui telepon mengenai keadaan kapal dan memberikan masukan terhadap tindakan lebih lanjut. Distress phase : Pada tahap ini ATC segera melaporkan ke Kantor Pusat dan Kantor SAR terdekat mengenai kronologis kejadian, data pesawat udara

24 yang mengalami distress, waktu dan lokasi hubungan terakhir, jumlah penumpang dan rencana penerbangan. 2) Tahap Penyelenggaraan Operasi SAR pada kecelakaan Pesawat Udara a) Tahap menyadari (awareness stage) Merupakan tahap dalam mengumpulkan dan mencatat informasi awal yang meliputi: identitas pemberi laporan; jenis musibah; lokasi/koordinat musibah; dan data korban. b) Tahap tindak awal (initial action stage) Tahap tindak awal merupakan tindakan yang dilaksanakan dalam tahap tindak awal terdiri atas: Mempersiapkan personil Kantor SAR beserta alat utama (alut) SAR untuk menindak lanjuti secara cepat dalam pemenuhan response time pada kecelakaan pesawat udara; bergerak mendekati lokasi kecelakaan pesawat udara; berkoordinasi segera untuk bantuan SAR; melaporkan terjadinya kecelakaan pesawat udara serta tindak awal yang telah dilaksanakan kepada Kepala Badan; menghubungi pemilik pesawat udara yang mengalami kecelakaan; koordinasi dan konfirmasi detail tentang pesawat udara dan crew yang mengalami musibah; melaksanakan pencarian dengan preliminary communication (Precom) secara berkala; koordinasi dengan instansi/orgnisasi potensi SAR untuk menyiapkan unsur SAR; melaksanakan penunjukan SMC; melaksanakan pencarian dengan extended communication (excom); melakukan koordinasi intensif dengan SRU terkait. c) Tahap Perencanaan Operasi SAR (planning stage) Tahap perencanaan sebagaimana dimaksud merupakan tahap pembuatan rencana operasi yang meliputi: pembuatan rencana pencarian; pembuatan rencana penyelamatan. d) Tahap Operasi (Operation Stage) Tahap operasi merupakan tindakan yang meliputi: Melaksanakan briefing kepada SRU;

25 Memberangkatkan SRU ke area pencarian; Melaksanakan pencarian elektronik maupun visual sesuai dengan track spacing dan pola pencarian ( search pattern) yang telah ditentukan; Jika ditemukan korban melakukan dropping peralatan keselamatan (safety equipment) dan logistik sambil menunggu proses evakuasi; Melaksanakan pertolongan pertama kepada korban yang mengalami musibah; Melaksanakan evakuasi; Mengoordinasikan dan mengendalikan SRU di daerah pencarian; Melaksanakan penarikan SRU dari erea pencarian; melaporkan temuan-temuan di area pencarian; Melaporkan perkembangan kegiatan kegiatan SAR di area pencarian; Melaksanakan debriefing terhadap SAR yang telah menyelesaikan tugas. e) Tahap Pengakhiran (conclusion stage) Tahap pengakhiran merupakan tindakan yang meliputi: Pengusulan penutupan operasi SAR kepada Kepala Badan; Pengendalian SRU kepada instasi/organisasi masing-masing; Pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan operasi SAR; Penyusunan laporan penyelenggaraan operasi SAR; Penyelesaian penggantian biaya penyelenggaraan operasi SAR 3) Dukungan dalam pelaksanaan operasi SAR pada Kecelakaan Pesawat Udara terdiri dari : a) Unsur SAR/SRU Unsur SAR/SRU merupakan potensi SAR yang sudah terbina dan/atau siap untuk digunakan dalam kegiatan penyelenggaraan operasi SAR pada Kecelakaan Pesawat Udara. b) Pemintaan unsur SAR/SRU Dalam penyelenggaraan operasi SAR pada kecelakaan pesawat udara atas nama Kepala Badan dan/atau secara langsung dapat meminta bantuan unsur SAR dari instansi/organisasi lain, dan potensi yang memiliki kemampuan SAR baik secara teknis, dukungan personil maupun sarana untuk dikoordinasikan dalam penyelenggaraan operasi SAR.

26 c) Prosedur clearance and flight approval Prosedur clearance dan flight approval digunakan pada saat negara lain akan memberikan bantuan unsur SAR udara dalam penyelenggaraan operasi SAR pada kecelakaan pesawat udara. d) Jaringan komunikasi SAR Dalam pelaksanaan operasi SAR pada kecelakaan pesawat udara, komunikasi merupakan salah satu faktor utama keberhasilan tugas SMC dalam koordinasi, operasi dan administrasi/logistik, sehingga ditetapkan jaring frekuensi agar fungsi komunikasi dapat mendukung kelancaran penyelenggaran operasi SAR. e) Notice to Airmen Melalui otoritas bandara (ATS), SMC dapat meminta bantuan agar pesawat yang berada disekitar lokasi kecelakaan/perkiraan kecelakaan pesawat udara untuk membantu melaksanakan pencarian awal secara visual atau menggunakan peralatan elektronik. f) Penghentian operasi SAR Kepala Badan SAR Nasional dapat menyatakan penghentian atau selesai terhadap operasi SAR dengan pertimbangan: seluruh korban telah berhasil ditemukan, ditolong dan dievakuasi; setelah jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak dimulainya operasi SAR, tidak ada tanda-tanda korban akan ditemukan. g) Penyelenggaraan operasi SAR dapat diperpanjang dan/atau dibuka kembali apabila: usulan Kepala Kantor SAR disertai data dukung dan informasi yang akurat; berdasarkan evaluasi SMC terhadap perkembangan penyelenggaraan operasi SAR; ditemukan tanda-tanda kehidupan atau keberadaan korban kecelakaan pesawat udara; adanya permintaan dari pihak Pemerintah Daerah, perusahaan atau pemilik kapal atau pesawat, dan oleh pihak keluarga yang mengalami kecelakaan pesawat udara. h) Pembiayaan penyelenggaraan operasi SAR Pembiayaan penyelenggaraan operasi SAR dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sesuai dengan kemampuan keuangan negara, serta sumber pembiayaan lainnya yang tidak mengikat dan dilaksanakan sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.potensi/unsur SAR yang melaksanakan operasi SAR atas permintaan Badan SAR Nasional, diberikan

27 penggantian biaya operasi berupa biaya bahan bakar dan permakanan selama operasi SAR. i) OSC (On Scene Coordinator) OSC merupakan pejabat/staf yang ditugaskan oleh SMC untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan penyelenggaraan operasi SAR dalam suatu area pencarian tertentu, dengan berdasarkan kriteria: pimpinan SRU yang pertama kali sampai di lokasi dan/atau; memiliki kemampuan komunikasi yang luas dan waktu operasional yang panjang. j) Posko SAR Dalam hal meningkatkan efektifitas pengerahan dan pengendalian potensi/unsur SAR yang dilibatkan dalam penyelenggaraan operasi SAR pada musibah penerbangan dan musiabah penerbangan perlu dibentuk posko SAR Alur dari Operasi Pencarian dan Pertolongan pada Kecelakaan Pesawat Udara bisa dilihat pada flow chart dibawah ini :

28 h. Kompetensi Petugas Kompetensi Petugas SAR yang melaksanakan Operasi Pencarian dan Pertolongan pada Kecelakaan Pesawat Udara adalah sebagai berikut : 1. SAR Coordinator (SC) SC dijabat langsung oleh Kepala Badan SAR Nasional 2. SAR Mission Coordinator (SMC) a) Ditunjuk langsung oleh SC b) Memiliki sertifikat SAR Mission Coordinator (SMC) c) Memiliki sertifikat SAR Planning 3. Staf SAR Coordinator a) Ditunjuk langsung oleh SAR Coordinator (SC) b) Memiliki kemampuan di bidang Operasi, Komunikasi, Intiligen, Logistik 4. Asisten SAR Mission Coordinator (SMC) a) Ditunjuk langsung oleh SMC b) Memiliki sertifikat SAR Planning c) Memiliki kemampuan di bidang Operasi, Komunikasi, Inteligen, Logistik dan Humas 5. On Scene Coordinator (OSC) a) Ditunjuk langsung oleh SMC b) Pimpinan SRU yang pertama kali sampai di lokasi c) Memiliki kemampuan komunikasi yang luas dan waktu operasional yang panjang 6. Search and Rescue Unit (SRU) a) Memiliki sertifikat Water Rescue b) Memiliki sertifikat Hely Rescue c) Memiliki sertifikat minimal one Star Scuba Diver d) Memiliki kemampuan dasar MFR e) Mampu melaksanakan droping logistic f) Mampu menjadi observer g) Mampu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan unsur pencarian dan pertolongan darat, laut dan udara. i. Sarana dan Prasarana a) Matra darat 1) Rescue truck 2) Rescue car 3) Rapid Development Land SAR Unit 4) Communication mobile 5) Mobil Posko komando

29 Powered by TCPDF (

30 STANDAR PELAYANAN OPERASI SAR PADA BENCANA BANJIR A. PENDAHULUAN 1. V i s i Mewujudkan Badan SAR Nasional yang andal, terdepan dan unggul dalam pelayanan jasa SAR di wilayah NKRI. 2. M i s i a. Menyelenggarakan siaga terus-menerus dalam pencarian dan pertolongan, penyelamatan, dan evakuasi kepada masyarakat dalam kecelakaan, bencana, dan kondisi membahayakan manusia secara andal, efektif, cepat, efisien, serta aman. b. Melaksanakan koordinasi dengan instansi/organisasi nasional maupun internasional dalam rangka menyelenggarakan operasi pencarian dan pertolongan (SAR), serta melakukan pemasyarakatan SAR untuk memaksimalkan potensi SAR. c. Menyelenggarakan peningkatan kemampuan teknis dan manajerial organisasi dan senantiasa tumbuh, berkembang dan melakukan perbaikan di segala aspek secara berkesinambungan. d. Melaksanakan pembinaan kemampuan dan kesiapan sumberdaya manusia serta koordinasi berkelanjutan agar setiap saat dapat melaksanakan tugas operasi pencarian dan pertolongan dengan sebaik-baiknya. e. Menyediakan sarana dan prasarana operasi, peralatan komunikasi dan sistem informasi SAR sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mewujudkan visi dan misi Tugas pokok) 3. Tugas Badan SAR Nasional memiliki tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pencarian dan pertolongan (search and rescue). 4. Fungsi a. Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, Badan SAR Nasional menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: b. Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang SAR; c. Perumusan kebijakan teknis di bidang SAR; d. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang SAR;

31 e. Pembinaan, pengerahan dan pengendalian potensi SAR; f. Pelaksanaan siaga SAR; g. Pelaksanaan tindak awal dan operasi SAR; h. Pengoordinasian potensi SAR dalam pelaksanaan operasi SAR; i. Pendidikan, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia dibidang SAR; j. Penelitian dan pengembangan di bidang SAR; k. Pengelolaan data dan informasi dan komunikasi di bidang SAR; l. Pelaksanaan hubungan dan kerja sama di bidang SAR; m. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Badan SAR Nasional; n. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum; o. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Badan SAR Nasional; dan p. Penyampaian laporan, saran dan pertimbangan di bidang SAR. 5. Jenis pelayanan Siaga SAR dan Operasi SAR pada Bencana Banjir B. STANDAR PELAYANAN 1. Pelayanan Siaga SAR pada Bencana Banjir a. Jenis Pelayanan Pelayanan jasa berupa pelaksanaan siaga SAR di Kantor Pusat, Kantor SAR dan Pos SAR. b. Waktu Pelayanan Pelayanan Siaga SAR dilaksanakan selama 24 jam setiap hari. c. Persyaratan Pelayanan 1) Melaporkan kejadian dengan cara: a) Melapor langsung ke Kantor Pusat, Kantor SAR dan Pos SAR; b) Melalui telpon ke Kantor Pusat,Kantor SAR dan Pos SAR; c) Call center 115; d) Kantor Pusat dan Kantor SAR. 2) Melaporkan Identitas diri: a) Masyarakat sesuai dengan KTP dan nomor telpon yang bisa dihubungi; b) Instansi Pemerintah/Swasta: menyertakan data diri pelapor dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

32 3) Menyampaikan informasi kejadian secara jelas mengenai bencana banjir yang dilakukan oleh: a) Instansi Pemerintah/Swasta melaporkan tentang : Penjelasan singkat tentang situasi (Lokasi dan waktu kejadian); Keterangan jumlah korban; Upaya yang telah dilaksanakan. b) Masyarakat melaporkan tentang: Penjelasan singkat tentang situasi (Kronologis, Lokasi dan Waktu Kejadian); Keterangan jumlah korban. d. Biaya / Tarif Pelayanan Tidak dipungut biaya e. Waktu Penyelesaian Pelayanan 1) Menerima informasi : 5 menit 2) Pengecekan kebenaran berita : 3 menit 3) Meneruskan informasi ke bagian Operasi : 5 menit f. Produk Pelayanan Jasa Pelayanan Penerimaan Informasi Banjir Kedaruratan pada Bencana g. Prosedur Pelayanan Terdapat 3 (tiga) macam prosedur pelayanan, berdasakan sumber informasi yang diterima oleh Basarnas, yaitu : 1) Laporan dari Instansi pemerintahan/swasta: Ketika Instansi Pemerintah/Swasta mendapatkan informasi mengenai bencana Banjir,menjelaskan mengenai lokasi dan waktu kejadian, luas wilayah yang terdampak, jumlah korban dan upaya yang telah dilaksanakan. Setelah informasi diterima oleh Kantor Pusat dan Kantor SAR akan segera ditindaklanjuti dengan pencarian informasi lebih lanjut mengenai kejadian tersebut, apabila membutuhkan penanganan Operasi Pencarian dan

33 Pertolongan maka akan segera dilaporkan ke Bagian Operasi untuk ditindak lanjuti. 2) Laporan dari Masyarakat : Ketika masyarakat melihat adanya bencana banjir maka segera melapor ke Call Center Badan SAR Nasional 115 atau ke nomor telepon Kantor SAR dan Pos SAR yang terdekat. Melaporkan mengenai lokasi dan waktu kejadian, luas wilayah yang terdampak, jumlah korban dan upaya yang telah dilaksanakan. Setelah informasi diterima oleh Kantor Pusat dan Kantor SAR akan segera ditindaklanjuti dengan pencarian informasi lebih lanjut mengenai kejadian tersebut, apabila membutuhkan penanganan Operasi Pencarian dan Pertolongan maka akan segera dilaporkan ke Bagian Operasi untuk ditindak lanjuti.

34 Alur dari pelaporan pada Bencana Banjir bisa dilihat pada flow chart dibawah ini :

35 h. Kompetensi Petugas Kompetensi petugas SAR dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan pelayanan yang diberikan, seperti : 1) Petugas siaga SAR yang mempunyai kompetensi Diklat Dasar SAR atau kehumasan akan melayani pelapor yang datang langsung ke Kantor SAR atau Pos SAR; 2) Petugas Call Center 115 yang sudah memiliki sertifikat operator komunikasi akan melayani telepon dari pelapor yang melapor melalui Call Center 115; 3) Operator komunikasi yang sudah memiliki sertifikat operator komunikasi SAR akan melayani pelaporan melalui Telpon langsung ke Kantor Pusat, Kantor SAR dan Pos SAR 4) Kepala Siaga SAR Harian atau asisten Kepala Siaga Harian yang sudah memiliki sertifikat SAR Mission Coordinator atau SAR Planning akan melayani dan merespons pelaporan melalui ke Kantor Pusat atau Kantor SAR. i. Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana yang digunakan untuk melakukan pelayanan Siaga SAR pada bencana banjir adalah : 1) Ruang Command Center, lengkap dengan meubelair 2) Pesawat Telepon 3) Mesin Fax 4) Komputer 5) Printer 6) Buku Data Potensi 7) Buku Telpon 8) Jaringan Internet 9) Aplikasi Call Center 10) Aplikasi SAR 11) Radio Komunikasi 12) Jurnal Komunikasi 2. Pelayanan Operasi SAR pada Bencana Banjir a. Jenis Pelayanan Pelayanan jasa berupa pelaksanaan operasi Banjir. SAR pada Bencana b. Waktu Pelayanan Pelayanan operasi SAR pada Bencana Banjir dilaksanakan 7 (tujuh) hari dihitung mulai dari waktu pertama pelaporan.

36 c. Persyaratan Pelayanan Keadaan darurat Bencana Banjir dikategorikan menjadi 3 (tiga) yaitu: 1) Banjir karena intensitas hujan yang tinggi/debit air yang tinggi 2) Banjir bandang 3) Banjir pasang air laut (Rob) d. Biaya / Tarif Pelayanan Biaya pelaksanaan operasi SAR selama 7 hari tidak dipungut biaya dan apabila ada permintaan dari Pelapor (Instansi Pemerintah/Swasta atau keluarga korban) untuk memperpanjang waktu pelaksanaan operasi maka biaya Operasi ditanggung oleh pihak pemohon. e. Waktu Penyelesaian Pelayanan Waktu mobilisasi : 30 menit Lama pelaksanaan operasi SAR maksimal 7 (hari) f. Produk Pelayanan Jasa Pelayanan Operasi SAR pada Bencana Banjir g. Prosedur Pelayanan Status keadaan darurat banjir untuk wilayah Indonesia secara umum mengacu pada ketentuan yang dikeluarkan oleh BPBD/ Pemerintah Daerah setempat. Tingkatan status siaga darurat banjir meliputi: 1) Siaga IV Siaga IV adalah kondisi dimana belum ada peningkatan debit air secara mencolok, tindakan yang dilakukan oleh Petugas Pencarian dan Pertolongan pada Status Siaga IV meliputi: a) Tahap menyadari (awareness) Pada tahap ini tindakan yang dilaksanakan oleh Petugas Pencarian dan Pertolongan adalah berkomunikasi dan berkoordinasi dengan instansi/organisasi terkait. b) Tahap Tindak Awal (initial action) Pada tahap ini belum dilaksanakan tahapan tindak awal. c) Tahap Perencanaan (planning) Pada tahap ini tindakan yang dilaksanakan oleh Petugas Pencarian dan Pertolongan meliputi: pemeliharaan dan pengecekan peralatan pencarian dan pertolongan dan peralatan komunikasi; pemeliharaan dan peningkatan kemampuan SDM; pemantauan informasi terkait potensi banjir di media massa.

37 d) Tahap Operasi (operation) Pada tahap ini belum dilaksanakan operasi pencarian dan pertolongan. e) Tahap Pengakhiran (conclusion) Pada tahap ini tindakan yang dilaksanakan oleh Petugas Pencarian dan Pertolongan adalah melakukan pemutakhiran laporan bencana banjir. 2) Siaga III Siaga III adalah kondisi hujan yang menyebabkan terjadinya debit air meningkat di pintu-pintu air tetapi kondisinya masih belum kritis dan membahayakan, tindakan yang dilakukan oleh Petugas Pencarian dan Pertolongan pada Status Siaga III meliputi: a) Tahap menyadari (awareness) Pada tahap ini tindakan yang dilaksanakan oleh Petugas Pencarian dan Pertolongan meliputi: menerima dan mengecek laporan tentang terjadinya banjir; melaporkan terjadinya bencana banjir dan tindak awal yang telah dilaksanakan kepada Kepala Badan SAR Nasional. b) Tahap Tindak Awal (initial action) Pada tahap ini tindakan yang dilaksanakan oleh Petugas Pencarian dan Pertolongan meliputi: melakukan komunikasi dan koordinasi secara berkala dengan instansi/ organisasi terkait dengan potensi timbulnya banjir, kemungkinan daerah terdampak, ketinggian permukaan air di lokasi tertentu, perkiraan aliran air sampai di lokasi tertentu, potensi curah hujan, dan lain-lain; Pemantauan informasi terkait dengan banjir di media massa. c) Tahap Perencanaan (planning) Pada tahap ini tindakan yang dilaksanakan oleh Petugas Pencarian dan Pertolongan meliputi: mempersiapkan organisasi operasi pencarian dan pertolongan; menyiapkan petugas penghubung pencarian dan pentolongan ke Posko Tanggap Darurat Bencana Banjir; menyiapkan sarana dan peralatan untuk mendukung pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan; menyiapkan logistik; menyiapkan tim Pencarian dan Pertolongan; mengisi format laporan bencana banjir; mengaktifkan file operasi pencarian dan pertolongan.

38 d) Tahap Operasi (operation) Pada tahap ini belum dilaksanakan operasi pencarian dan pertolongan. e) Tahap Pengakhiran (conclusion) Pada tahap ini tindakan yang dilaksanakan oleh Petugas Pencarian dan Pertolongan adalah melaksanakan pemutakhiran laporan bencana banjir. 3) Siaga II Siaga II adalah kondisi hujan yang menyebabkan debit air mulai meluas, tindakan yang dilakukan oleh Petugas Pencarian dan Pertolongan pada Status Siaga II meliputi: a) Tahap menyadari (awareness) Pada tahap ini tindakan yang dilaksanakan oleh Petugas Pencarian dan Pertolongan adalah menerima dan mengecek laporan tentang terjadinya banjir. b) Tahap Tindak Awal (initial action) Pada tahap ini tindakan yang dilaksanakan oleh Petugas Pencarian dan Pertolongan meliputi: melakukan komunikasi dan koordinasi secara berkala dengan instansi/ organisasi terkait dengan potensi timbulnya banjir, kemungkinan daerah terdampak, ketinggian permukaan air di lokasi tertentu, perkiraan aliran air sampai di lokasi tertentu, potensi curah, hujan, dan lain-lain; Melakukan pemantauan informasi terkait dengan banjir di media massa; c) Tahap Perencanaan (planning) Pada tahap ini tindakan yang dilaksanakan oleh Petugas Pencarian dan Pertolongan meliputi: membentuk organisasi operasi pencarian dan pertolongan; menugaskan petugas penghubung pencarian dan pertolongan ke Posko Tanggap Darurat Bencana; mengkoordinasikan dan mengorganisasikan Potensi Pencarian dan Pertolongan yang tergabung dalam posko Pencarian dan Pertolongan; menyusun rencana operasi pencarian dan pertolongan; d) Tahap Operasi (operation) Pada tahap ini tindakan yang dilaksanakan oleh Petugas Pencarian dan Pertolongan meliputi: Mengerahkan tim pencarian dan pertolongan ke lokasi bencana; Memanggil dan menyiapkan personel pencarian dan pertolongan untuk pengerahan berikutnya;

39 e) Tahap Pengakhiran (conclusion) Pada tahap ini tindakan yang dilaksanakan oleh Petugas Pencarian dan Pertolongan adalah melakukan pemutakhiran laporan bencana banjir. 4) Siaga I Siaga I adalah kondisi hujan dalam waktu enam jam yang menyebabkan debit air tersebut tidak surut maka ditetapkan Siaga I, tindakan yang dilakukan oleh Petugas Pencarian dan Pertolongan pada Status Siaga II meliputi: a) Tahap menyadari (awareness) Pada tahap ini tindakan yang dilaksanakan oleh Petugas Pencarian dan Pertolongan adalah enerima dan mengecek laporan tentang perkembangan banjir. b) Tahap Tindak Awal (initial action) Pada tahap ini tindakan yang dilaksanakan oleh Petugas Pencarian dan Pertolongan meliputi: melakukan komunikasi dan koordinasi secara berkala dengan instansi/ organisasi terkait dengan potensi timbulnya banjir,kemungkinan daerah terdampak, ketinggian permukaan air di lokasi tertentu, perkiraan aliran air sampai di lokasi tertentu, potensi curah hujan, dan lain-lain; melakukan pemantauan informasi terkait dengan banjir di media massa. c) Tahap Perencanaan (planning) Pada tahap ini tindakan yang dilaksanakan oleh Petugas Pencarian dan Pertolongan adalah melaksanakan/ membuat rencana operasi pencarian dan pertolongan. d) Tahap Operasi (operation) Pada tahap ini tindakan yang dilaksanakan oleh Petugas Pencarian dan Pertolongan meliputi: memberikan briefing kepada Unit Pencarian dan Pertolongan; melakukan pencarian, pertolongan dan evakuasi; memanggil dan menyiapkan personel pencarian dan pertolongan untuk pengerahan berikutnya; jika ditemukan korban, melakukan dropping peralatan keselamatan (safety equipment) dan logistik, sambil menunggu proses evakuasi; melaksanakan pertolongan pertama/ evakuasi kepada korban yang mengalami bencana banjir; melakukan triase; melaporkan perkembangan kegiatan pencarian dan pertolongan di area pencarian;

40 Mengkoordinasikan dan mengendalikan unit pencarian dan pertolongan di area pencarian. e) Tahap Pengakhiran (conclusion) Pada tahap ini tindakan yang dilaksanakan oleh Petugas Pencarian dan Pertolongan meliputi: melaksanakan debriefing terhadap unit pencarian dan pertolongan yang telah menyelesaikan tugas; mengupdate format laporan bencana banjir; Mengembalikan Petugas Pencarian dan Pertolongan ke kesatuan masing-masing. Status Siaga I sampai dengan Siaga IV tidak berlaku untuk banjir rob dan banjir bandang. Bahwa untuk banjir rob dan banjir bandang Status Siaga Darurat Banjir tidak selalu berurutan. Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan dapat melaksanakan operasi pencarian dan pertolongan terhadap bencana banjir berdasarkan informasi yang diterima tanpa harus mempertimbangkan penetapan status kedaruratan banjir oleh Pemerintah Daerah setempat.

41 Alur dari Operasi Pencarian dan Pertolongan pada Bencana Banjir bisa dilihat pada flow chart dibawah ini :

42 h. Kompetensi Petugas Kompetensi Petugas SAR yang melaksanakan Operasi Pencarian dan Pertolongan pada Bencana Banjir sebagai leading sector pada sector pencarian dan pertolongan atau pencarian, penyelamatan dan evakuasi adalah sebagai berikut : 1) Koordinator pencarian dan pertolongan Dijabat oleh Kepala Badan SAR Nasional 2) Asisten koordinator pencarian dan pertolongan terdiri dari : Asisten operasi yang mempunyai kualifikasi teknis SAR dan berpengalaman dalam penyelenggaraan operasi SAR. Asisten Inteligen yang mempunyai kualifikasi pengetahuandan kemampuan dalam pengumpulan, pengolahan, dan pendistribusian data dalam penyelenggaraan operasi SAR. Asisten Komunikasi yang mempunyai kualifikasi di bidang komunikasi pencarian dan pertolongan Asisten Administrasi dan Logistik mempunyai kualifikasi di bidang sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan operasi SAR. 3) Koordinator misi pencarian dan pertolongan Dijabat oleh kepala kantor SAR setempat 4) Staf Koordinator misi pencarian dan pertolongan terdiri dari : Staf operasi yang mempunyai kualifikasi SAR Planning dan pengalaman dalam penyelenggaraan operasi SAR Asisten Inteligen yang mempunyai kualifikasi SAR Planning, berpengalaman dalam pengumpulan dan analisis data untuk proses perencanaan operasi SAR Asisten Komunikasi yang mempunyai kualifikasi dan pengalaman dalam penggunaan dan penguasaan alat komunikasi dan elektronika dalam kegiatan operasi SAR Asisten Administrasi dan logistic mempunyai kualifikasi administrasi SAR dan pengelolaan logistic dalam operasi SAR Humas mempunyai kualifikasi kehumasan dibidang operasi SAR 5) Petugas Penghubung (liaison officer) Memiliki kemampuan berkomunikasi dan berkoordinasi dengan petugas SAR di posko SAR dan memfasilitasi petugas SAR, memelihara dan meningkatkan hubungan kerjasama antar petugas SAR di posko SAR. 6) Koordinator Lapangan Memiliki kualifikasi mampu berkoordinasi dan mengendalikan unit SAR.

43 7) Unit Pencarian dan Pertolongan Memiliki sertifikat water rescue Memiliki sertifikat scuba diver Memiliki kemampuan confined space Memiliki kemampuan mengoperasikan peralatan SAR air Memiliki kemampuan dasar MFR i. Sarana dan Prasarana 1) Matra darat a) Rescue truck b) Rescue car c) Rapid Development Land SAR Unit d) Communication mobile e) Mobil Posko komando f) Truck personil g) Ambulance h) Sepeda motor 2) Matra air a) Rubber boat b) Rafting boat c) Peralatan pendukung lainnya 3) Matra udara a) Rotary wing b) Drone 4) PFD a) Life jacket b) Buoyant vest c) Floatation vest d) Hybrid inflatabel e) Ring Buoy; f) Torpedo Buoy; 5) Perlengkapan selam (bila dibutuhkan dalam kondisi tertentu) a) Compressor; b) Tabung selam; c) Weight Belt (pemberat); d) Kompas Selam; e) Buoyency Control Device (BCD); f) Regulator Set; g) Diving Watch; h) Hood; i) Gear Bag;

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 08 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 08 TAHUN 2012 TENTANG KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 08 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN OPERASI SAR PADA MUSIBAH PENERBANGAN DAN MUSIBAH PELAYARAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PENCARIAN DAN PERTOLONGAN (SAR)

STANDAR PELAYANAN PENCARIAN DAN PERTOLONGAN (SAR) Lampiran I Surat Keputusan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Nomor: SK.KBSN 110/VII/BSN-2017 Tanggal : 14 Juli 2017 STANDAR PELAYANAN PENCARIAN DAN PERTOLONGAN (SAR) A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 05 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN OPERASI SAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 05 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN OPERASI SAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 05 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN OPERASI SAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2006 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2006 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2006 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa musibah yang dialami manusia

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 23 TAHUN 2009 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL,

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 23 TAHUN 2009 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 23 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SIAGA SEARCH AND RESCUE (SAR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 30 TAHUN 2001

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 30 TAHUN 2001 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 30 TAHUN 2001 TATA CARA PELAKSANAAN SIAGA SEARCH AND RESCUE (SAR) DAN PENGGANTIAN BIAYA OPERASI SEARCH AND RESCUE (SAR)

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 04 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 04 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN SAR NASIONAL KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 04 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 22 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN OPERASI SAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 22 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN OPERASI SAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 22 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN OPERASI SAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang : bahwa untuk kesamaan pola

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 2006 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4658); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulan

2 Indonesia Tahun 2006 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4658); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulan No.80, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BASARNAS. Operasi Pencarian dan Pertolongan. Banjir. Petunjuk Teknis. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK.01 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 01 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 01 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 01 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PADA BENCANA BANJIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGGANTIAN BIAYA OPERASI SEARCH AND RESCUE (SAR)

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGGANTIAN BIAYA OPERASI SEARCH AND RESCUE (SAR) PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGGANTIAN BIAYA OPERASI SEARCH AND RESCUE (SAR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 Undang-undang Nomor 15

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 03 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SIAGA SEARCH AND RESCUE ( SAR)

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 03 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SIAGA SEARCH AND RESCUE ( SAR) KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 03 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SIAGA SEARCH AND RESCUE ( SAR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL,

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENCARIAN, PERTOLONGAN DAN

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENCARIAN, PERTOLONGAN DAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P. 3/SETJEN/ROKUM/KKL. 1/6/2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2017 HANKAM. Pencarian dan Operasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6061) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 Undang-undang Nomor 15

Lebih terperinci

2017, No Perubahan Ketiga atas Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 684); 4. Peratur

2017, No Perubahan Ketiga atas Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 684); 4. Peratur BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.293, 2017 BASARNAS. Unit Siaga Pencarian dan Pertolongan. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT SIAGA PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1388,2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BASARNAS. Organisasi. Kantor SAR. Klasifikasi. Kriteria. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 19 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA KLASIFIKASI ORGANISASI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 Undang-undang Nomor 15

Lebih terperinci

Menimbang : a. dalam rangka kesiap-siagaan dan kelancaran penanggulangan terhadap

Menimbang : a. dalam rangka kesiap-siagaan dan kelancaran penanggulangan terhadap 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG SATUAN TUGAS SEARCH AND RESCUE (SAR) DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.145, 2014 BASARNAS. Komunikasi. Operasi. SAR. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 03 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KOMUNIKASI SAR DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN POTENSI SAR BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN POTENSI SAR BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN POTENSI SAR BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASI SAR. Rapat Kordinasi ORARI Sabtu, 20 Februari 2016

MANAJEMEN OPERASI SAR. Rapat Kordinasi ORARI Sabtu, 20 Februari 2016 MANAJEMEN OPERASI SAR Rapat Kordinasi ORARI Sabtu, 20 Februari 2016 STRUKTUR ORGANISASI BASARNAS Ketentuan Internasional Indonesia sebagai anggota United Nations (UN) International Civil Aviation Organisation

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DEPUTI BIDANG OPERASI SAR BADAN SAR NASIONAL TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG OPERASI SAR BADAN SAR NASIONAL

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DEPUTI BIDANG OPERASI SAR BADAN SAR NASIONAL TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG OPERASI SAR BADAN SAR NASIONAL Halaman Judul LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DEPUTI BIDANG OPERASI SAR BADAN SAR NASIONAL TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG OPERASI SAR BADAN SAR NASIONAL KATA PENGANTAR Badan SAR Nasional merupakan Institusi Pemerintah

Lebih terperinci

1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI

1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI 1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat Modul Diklat Basic PKP-PK 1.1 1.2 Pengertian tentang gawat darurat bandar udara 1.1.1 Kondisi bandar udara dibawah batas normal Gawat darurat adalah kondisi dimana

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN SAR NASIONAL

RENCANA STRATEGIS BADAN SAR NASIONAL RENCANA STRATEGIS BADAN SAR NASIONAL TAHUN 2010-2014 1 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 02 TAHUN 2010 TANGGAL : 29 JANUARI 2010 RENCANA STRATEGIS BADAN SAR NASIONAL TAHUN 2010-2014

Lebih terperinci

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 LAMPIRAN BAB 1 ISTILAH DAN DEFINISI

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 LAMPIRAN BAB 1 ISTILAH DAN DEFINISI KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 LAMPIRAN BAB 1 ISTILAH DAN DEFINISI 1.1 "Wajib" digunakan dalam Lampiran untuk menunjukkan suatu ketentuan, penerapan yang seragam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.555, 2014 BASARNAS. Standar Biaya. Operasi SAR. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 13 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR BIAYA DALAM PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Kondisi Umum

BAB I PENDAHULUAN I.1. Kondisi Umum BAB I PENDAHULUAN I.1. Kondisi Umum Bidang kedeputian di lingkungan Badan SAR Nasional (BASARNAS) terbentuk seiring dengan reorganisasi lembaga ini menjadi Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK). Terdapat

Lebih terperinci

SISTEM OPERASI SAR NASIOAL

SISTEM OPERASI SAR NASIOAL Pengendalian Operasi SISTEM OPERASI SAR NASIOAL Operasi SAR akan berhasil dengan balk jika berbagai potensi yang bergabung dalam operasi SAR dikendalikan secara terpadu, melaksanakan operasi SAR sesuai

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 05 Tahun 2010 TENTANG STANDAR BIAYA DALAM PENYELENGGARAAN OPERASI SAR TAHUN ANGGARAN 2010

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 05 Tahun 2010 TENTANG STANDAR BIAYA DALAM PENYELENGGARAAN OPERASI SAR TAHUN ANGGARAN 2010 KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 05 Tahun 2010 TENTANG STANDAR BIAYA DALAM PENYELENGGARAAN OPERASI SAR TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESRA. Pencarian. Pertolongan. Kecelakaan. Bencana. Kondisi. Membahayakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 267) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.833, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA RI. Search and Rescue. Pedoman. Standardisasi. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG SEARCH AND

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Te

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Te BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2017 KEMHAN. Pelibatan TNI. Pencarian dan Pertolongan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELIBATAN TENTARA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.17 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN POS SAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.17 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN POS SAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.17 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN POS SAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.905, 2016 BASARNAS. Pencarian dan Pertolongan. Pelaksanaan. Pembiayaan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBIAYAAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.267, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Pencarian. Pertolongan. Kecelakaan. Bencana. Kondisi. Membahayakan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5600) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33Undang-undang Nomor 15 Tahun

Lebih terperinci

1998 Amandments to the International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979 (Resolution MCS.70(69)) (Diadopsi pada tanggal 18 Mei 1998)

1998 Amandments to the International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979 (Resolution MCS.70(69)) (Diadopsi pada tanggal 18 Mei 1998) 1998 Amandments to the International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979 (Resolution MCS.70(69)) (Diadopsi pada tanggal 18 Mei 1998) Adopsi Amandemen untuk Konvensi Internasional tentang Pencarian

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2007 TENTANG BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2007 TENTANG BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2007 TENTANG BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Indonesia sebagai anggota International

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DEPUTI BIDANG POTENSI SAR SUKARTO MARSEKAL MUDA TNI

KATA PENGANTAR DEPUTI BIDANG POTENSI SAR SUKARTO MARSEKAL MUDA TNI KATA PENGANTAR Rencana Strategis instansi pemerintah dalam tataran operasional ditetapkan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan merupakan penjabaran teknis dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.143,2014 BASARNAS. Potensi SAR Pembinaan. Penyelenggaraan PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN POTENSI SAR BADAN SAR NASIONAL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.410, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Rescuer. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 7 TAHUN 2015 TENTANG INSPEKTUR PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN PESAWAT UDARA BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 7 TAHUN 2015 TENTANG INSPEKTUR PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN PESAWAT UDARA BADAN SAR NASIONAL KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 7 TAHUN 2015 TENTANG INSPEKTUR PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN PESAWAT UDARA BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2007 TENTANG BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2007 TENTANG BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN NOMOR 99 TAHUN 2007 TENTANG BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Indonesia sebagai anggota International Maritime Organizaton (IMO) dan

Lebih terperinci

: Unit ini meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam mengelola tanggap darurat search and rescue (SAR)

: Unit ini meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam mengelola tanggap darurat search and rescue (SAR) Kode Unit Judul Unit : O.842340.050.01 : MengelolaTanggap Darurat SAR Deskripsi Unit : Unit ini meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam mengelola tanggap darurat search and

Lebih terperinci

1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI

1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI 1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat Modul Diklat Junior PKP-PK 1.1 Lokasi penting dalam penanggulangan gawat darurat 1.1.1 Rendezpous point Adalah tempat tertentu di bandar udara yang disediakan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka penanggulangan bencana banjir dan tanah longsor

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 06 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS POS SAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 06 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS POS SAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 06 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS POS SAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 02 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR BIAYA DALAM PENYELENGGARAAN OPERASI SAR TAHUN ANGGARAN 2011

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 02 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR BIAYA DALAM PENYELENGGARAAN OPERASI SAR TAHUN ANGGARAN 2011 KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 02 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR BIAYA DALAM PENYELENGGARAAN OPERASI SAR TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

No semua komponen bangsa, maka pemerintah bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pencarian yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Badan

No semua komponen bangsa, maka pemerintah bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pencarian yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Badan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6061 HANKAM. Pencarian dan Pertolongan. Operasi. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 113) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012); 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang

2016, No Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012); 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang No. 397, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Pencarian dan Pertolongan Bantuan Militer Asing. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG BANTUAN MILITER ASING

Lebih terperinci

STANDAR OPRASIONALPROSEDUR (SOP) SAR SAT SABHARA POLRES MATARAM

STANDAR OPRASIONALPROSEDUR (SOP) SAR SAT SABHARA POLRES MATARAM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DA ERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPRASIONALPROSEDUR (SOP) SAR SAT SABHARA POLRES MATARAM I. DASAR A. KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI No.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL RESCUER DAN

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL RESCUER DAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL RESCUER DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

BAB I MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP 2. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengamatan dan Pengelolaan Data Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 139, Tambahan

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 2006 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4658); 5. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007 tenta

2015, No Indonesia Tahun 2006 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4658); 5. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007 tenta No.237, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BASARNAS. Penyelenggaraan. Biaya. Pencarian dan Pertolongan. Standar. Tahun Anggaran 2015 PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK.04 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

2014, No Menetapkan 2. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional; 3. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PER.KBSN.

2014, No Menetapkan 2. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional; 3. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PER.KBSN. No.329, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BASARNAS. Special Group. Personil Khusus. Kemampuan Khusus. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK.5 TAHUN 2014 TENTANG BASARNAS SPECIAL GROUP (BSG)

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK.O4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK.O4 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK.O4 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR BIAYA DALAM PENYELENGGARAAN OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN (SAR) TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang mengalami kecelakaan di perairan Indonesia koordinasi terhadap

BAB V PENUTUP. yang mengalami kecelakaan di perairan Indonesia koordinasi terhadap BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan serta dengan melakukan analisa terhadap hasil penelitian tersebut, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu : 1. Imigran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Ringkasan Eksekutif... iii

DAFTAR ISI. Halaman Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Ringkasan Eksekutif... iii BADAN SAR NASIONAL N AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KANTOR SAR KELAS B MERAUKE TAHUN MERAUKE, 20 FEBRUARI 2015 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... i Daftar Isi..... ii Ringkasan Eksekutif....

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN SAR NASIONAL TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA BADAN SAR NASIONAL TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA BADAN SAR NASIONAL TAHUN 2015 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Ikhtisar Eksekutif... iv BAB I PENDAHULUAN. 1 I.1. Gambaran Umum.. 1 I.2. Kelembagaan 3 I.3. Landasan Hukum.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.731, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pencemaran. Perairan. Pelabuhan. Penanggulangan PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 5 TAHUN 2014 TENTANG BASARNAS SPECIAL GROUP (BSG) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 5 TAHUN 2014 TENTANG BASARNAS SPECIAL GROUP (BSG) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 5 TAHUN 2014 TENTANG BASARNAS SPECIAL GROUP (BSG) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

EXPLORER SEARCH AND RESCUE

EXPLORER SEARCH AND RESCUE EXPLORER SEARCH AND RESCUE 1 SEJARAH SAR INDONESIA Organisasi SAR di Indonesia mulai terbentuk dengan masuknya Indonesia menjadi anggota ICAO (International Civil Aviation Organization) atau organisasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

2 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 89, Tambahan Lembara

2 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 89, Tambahan Lembara No.1584, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BASARNAS. Kapal Negara. SAR. Pengoperasian. Petunjuk Teknis. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 21 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGOPERASIAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN SAR NASIONAL

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN SAR NASIONAL INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN SAR NASIONAL SASARAN INDIKATOR KINERJA DEFINISI RUMUS PENANGGU NGJAWAB 2015 2016 TARGET 2017 2018 2019 Indikator Kinerja Utama: Kecepatan tanggap pada dalam kecelakaan Mengukur

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 2 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR BIAYA PENYELENGGARAAN SIAGA PENCARIAN DAN PERTOLONGAN TAHUN ANGGARAN 2016

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 2 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR BIAYA PENYELENGGARAAN SIAGA PENCARIAN DAN PERTOLONGAN TAHUN ANGGARAN 2016 KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 2 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR BIAYA PENYELENGGARAAN SIAGA PENCARIAN DAN PERTOLONGAN TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG TUNJANGAN RISIKO BAHAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN DALAM PENYELENGGARAAN PENCARIAN DAN PERTOLONGAN BAGI PEGAWAI NEGERI DI LINGKUNGAN BADAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 297 / KPTS / M / 2013 TENTANG SATUAN TUGAS PENANGGULANGAN BENCANA DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 297 / KPTS / M / 2013 TENTANG SATUAN TUGAS PENANGGULANGAN BENCANA DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM MENTERI PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 297 / KPTS / M / 2013 TENTANG SATUAN TUGAS PENANGGULANGAN BENCANA DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.802, 2016 KEMENKES. Gawat Darurat Terpadu. Penanggulangan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (September, 2007) menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia melalui 15 pintu

Lebih terperinci

RENCANA RESCUE DAN EVAKUASI MEDIS. Referensi : - IAMSAR Manual, Vol 2

RENCANA RESCUE DAN EVAKUASI MEDIS. Referensi : - IAMSAR Manual, Vol 2 RENCANA RESCUE DAN EVAKUASI MEDIS Referensi : - IAMSAR Manual, Vol 2 RENCANA RESCUE DAN EVAKUASI MEDIS Rescue dan Pertimbangannya MEDEVAC dan Pertimbangannya Latihan RESCUE - Tujuan utama dari SAR adalah

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENEMPATAN HELIKOPTER SAR (SEARCH AND RESCUE) DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENEMPATAN HELIKOPTER SAR (SEARCH AND RESCUE) DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENEMPATAN HELIKOPTER SAR (SEARCH AND RESCUE) DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR KOMPETENSI RESCUER DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR KOMPETENSI RESCUER DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL KEPALA BADAN NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL NOMOR PK. 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR KOMPETENSI RESCUER DI LINGKUNGAN BADAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT SIAGA PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT SIAGA PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT SIAGA PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor: PER. KBSN-01/2008 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional sebaga

2017, No Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor: PER. KBSN-01/2008 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional sebaga No.294, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BASARNAS. Siaga Pencarian dan Pertolongan. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK.5 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR BIAYA PENYELENGGARAAN SIAGA PENCARIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1020, 2014 KEMENPAREKRAF. Wisata Selam. Standar Usaha. Sertifikasi. Persyaratan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK, PERALATAN DAN KEMUDAHAN AKSES PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a No.12, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6181) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi KEBIJAKAN DAN STRATEGI A. Kebijakan 1. Pencarian, pertolongan dan evakuasi

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT, Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN TANGGAP DARURAT BENCANA MUHAMMADIYAH DISASTER MANAGEMENT CENTER

PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN TANGGAP DARURAT BENCANA MUHAMMADIYAH DISASTER MANAGEMENT CENTER PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN TANGGAP DARURAT BENCANA MUHAMMADIYAH DISASTER MANAGEMENT CENTER BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam situasi keadaan Darurat bencana sering terjadi

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR Tentang SAR ( SEARCH AND RESCUE ) PENANGANAN KECELAKAAN DIWILAYAH PERAIRAN Lembar,

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 24 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

2011, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Ne

2011, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Ne No.132, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI dan Informatika. Sertifikasi. Radio Elektronika. Operator Radio. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PROSEDUR TETAP KOMANDO TANGGAP DARURAT BENCANA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PROSEDUR TETAP KOMANDO TANGGAP DARURAT BENCANA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 BUPATI ENREKANG PERATURAN BUPATI ENREKANG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PROSEDUR TETAP KOMANDO TANGGAP DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ENREKANG, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 2 TAHUN 2013 TENTANG

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 2 TAHUN 2013 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 2 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN FUNGSI PENYELENGGARA BANDAR UDARA DALAM RANGKA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN POS KOMANDO TANGGAP DARURAT BENCANA

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN POS KOMANDO TANGGAP DARURAT BENCANA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN POS KOMANDO TANGGAP DARURAT BENCANA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) DAFTAR ISI 1. PERATURAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN SAR NASIONAL

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN SAR NASIONAL INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN SAR NASIONAL SASARAN INDIKATOR KINERJA DEFINISI RUMUS PENANGGU NGJAWAB 2015 2016 TARGET 2017 2018 2019 Indikator Kinerja Utama: Kecepatan tanggap pada operasi SAR dalam kecelakaan

Lebih terperinci

Pedoman Assesment Tanggap Darurat Bencana

Pedoman Assesment Tanggap Darurat Bencana Pedoman Assesment Tanggap Darurat Bencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengambilan keputusan yang efektif dan efisien dalam merespon bencana mutlak ditopang oleh informasi yang didapat oleh pihak

Lebih terperinci

STANDAR USAHA WISATA SELAM. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Paket Penyelaman B. Penyediaan Peralatan Selam

STANDAR USAHA WISATA SELAM. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Paket Penyelaman B. Penyediaan Peralatan Selam LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA WISATA SELAM STANDAR USAHA WISATA SELAM I. PRODUK A. Paket Penyelaman B. Penyediaan

Lebih terperinci