KESETIMBANGAN PAPAIN DALAM GETAH PEPAYA PADAT DAN AIR PADA EKSTRAKSI PAPAIN : VARIASI KADAR NaHSO 3 DALAM AIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESETIMBANGAN PAPAIN DALAM GETAH PEPAYA PADAT DAN AIR PADA EKSTRAKSI PAPAIN : VARIASI KADAR NaHSO 3 DALAM AIR"

Transkripsi

1 PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : KESETIMBANGAN PAPAIN DALAM GETAH PEPAYA PADAT DAN AIR PADA EKSTRAKSI PAPAIN : VARIASI KADAR NaHSO 3 DALAM AIR Dwi Setyaningsih dan Wahyudi Budi Sediawan Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta. Telp ; Fax wbsrsby@indosat.net.id ; dstya@yahoo.com Abstrak Papain merupakan salah satu enzim hidrolase yang dapat mengkatalisis reaksi hidrolisis suatu substrat (protein). Papain, yang banyak dimanfaatkan dalam industri penyamakan kulit, kosmetika, farmasi, pelunak daging, dan pembuatan konsentrat protein, banyak terdapat dalam getah pepaya, baik dalam getah buah, getah daun, maupun getah batang. Penelitian ini bermaksud mempelajari pemungutan papain dari getah pepaya dengan ekstraksi. Pada penelitian ini digunakan getah pepaya yang berasal dari buah pepaya karena jumlahnya lebih banyak dan daya enzimatiknya lebih tinggi. Aktivitas papain dipengaruhi oleh suhu dan ph. Di Indonesia, pengambilan papain dari getah pepaya sudah mulai dikembangkan sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mencari hubungan kesetimbangan papain dalam getah pepaya padat dan pelarut (air) serta pengaruh kadar NaHSO 3 dalam air terhadap konstanta kesetimbangan pada ekstraksi papain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar kadar NaHSO 3 dalam air, konsentrasi papain yang terekstrak akan semakin besar juga. Kesetimbangan papain dalam getah pepaya padat dan air mengikuti persamaan Langmuir dengan persamaan sebagai berikut : ( E 2). XmX. dengan sum of squares of error (SSE) sebesar E-03, dimana 1+ ( E 2). X Y adalah kadar papain dalam fasa cair dan X adalah kadar papain dalam fasa padat. Nilai konstanta Xm semakin besar dengan kenaikan kadar NaHSO 3 dalam air. Hubungan antara konstanta Xm dan kadar NaHSO dalam air (S) dapat dinyatakan dalam persamaan: Xm = (S) (S) Kata kunci : ekstraksi papain ; keketimbangan fasa papain Pendahuluan Latar belakang Pepaya sudah lama dinikmati masyarakat. Umumnya masyarakat kita menanam pepaya hanya untuk memperoleh buah dan daunnya saja sebagai bahan makanan. Namun sejalan dengan kemajuan teknologi dan tuntutan kebutuhan hidup, pepaya tidak hanya diambil buah dan daunnya saja, tetapi getahnya pun dapat dimanfaatkan. Getah pepaya mengandung zat yang disebut papain. Papain digunakan dalam berbagai industri, sehingga menjadi komoditas yang sangat potensial. Sejak puluhan tahun lalu, India dan Sri Lanka sudah menjadi produsen papain untuk kebutuhan dunia. Karena kebutuhan papain di dunia semakin besar, negara lain bermunculan sebagai produsen papain. Indonesia sendiri belum memanfaatkan peluang tersebut. Padahal di hampir seluruh wilayah Indonesia dapat dijumpai tanaman pepaya. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan mencari hubungan kesetimbangan papain dalam getah pepaya kering dan air pada berbagai kadar NaHSO 3 dalam air dengan variabel lain konstan dan pengaruh kadar NaHSO3 dalam air terhadap konstanta kesetimbangan. Tinjauan pustaka Papain terkandung dalam getah tanaman pepaya. Selain akar dan biji, seluruh bagian tanaman mengandung papain. Namun, umumnya papain diproduksi dari getah buah pepaya yang masih hijau karena jumlahnya yang lebih banyak dan daya enzimatiknya lebih tinggi. Papain dari getah batang dan daun mempunyai aktivitas proteolitik sekitar 200 MCU (Milk Clotting Units), sedangkan dari buah sekitar 400 A-11-1

2 MCU. Pengukuran aktivitas proteolitik dengan satuan MCU didasarkan pada waktu yang diperlukan oleh satu satuan berat papain untuk menggumpalkan satu satuan volume susu dalam suhu tertentu. Papain merupakan salah dari enzim hidrolase, yaitu dapat mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis suatu substrat (protein). Berdasarkan sifat-sifat kimianya, papain termasuk golongan protease sulfhidril. Pada getah pepaya juga terdapat beberapa enzim lain, yaitu khimopapain dan lisozim. Aktivitas papain dipengaruhi banyak faktor, seperti suhu, ph, dan sisi aktifnya yang mengandung gugus sulfhidril. Papain mempunyai daya tahan panas lebih tinggi daripada enzim lain. Keaktifan enzim papain hanya menurun 20% pada pemanasan 70 C selama 30 menit pada ph 7,0. Papain yang diproduksi dari buah, memberikan hasil samping berupa buah pepaya sisa sadap. Buah sisa sadap tersebut dapat diolah menjadi suatu produk bernilai cukup tinggi, yaitu pektin (1%). Selain itu juga bisa dimanfaatkan untuk pabrik saus. Manfaat yang bisa diperoleh dari papain antara lain pelunak daging, pembuat konsentrat protein, penghidrolisis protein, pelembut kulit pada industri penyamakan kulit, antidingin, bahan obat, bahan kosmetik,dll. Di pasaran dunia, papain dapat dijumpai dalam 2 bentuk, yaitu padat dan cair. Bentuk padat berupa butiran kecil atau besar, serpihan tebal atau tipis, maupun serbuk atau tepung. Sementara bentuk cair berupa emulsi putih seperti susu, pasta dan larutan bening. Agar laku di pasaran, papain harus memenuhi standar mutu. Beberapa macam kualitas papain : 1. Crude papain (papain kasar), merupakan getah pepaya segar yang langsung dikeringkan tanpa perlakuan sebelumnya, kecuali penambahan antioksidan. 2. Refined papain (papain bersih), merupakan getah segar yang sudah diberi perlakuan seperti pemisahan kotoran (batang, daun dan serangga) yang selanjutnya dikeringkan menjadi papain. 3. Pure papain (papain murni), merupakan getah pepaya setelah dibersihkan dari benda asing dan zat yang bukan enzim. Pengambilan papain dari getah pepaya kering dilakukan dengan ekstraksi padat cair, dengan pelarut air dan ditambah NaHSO 3 (Muhidin,2001). Ekstraksi adalah operasi di mana suatu komponen dari padatan atau larutan ditransfer ke larutan lain. Istilah ekstraksi padat cair terbatas hanya untuk ekstraksi yang melibatkan fase padat. Ekstraksi selalu melibatkan 2 tahapan proses, yaitu berkontaknya solven dengan padatan sehingga komponen yang dapat larut (solut) tertransfer ke solven dan pemisahan larutan dari padatan sisa (Brown,1950). Kecepatan perpindahan massa dipengaruhi oleh gradien konsentrasi solut pada kedua fase. Kesetimbangan terjadi ketika kecepatan perpindahan massa menjadi nol. Pada keadaan setimbang, yang mempunyai nilai sama adalah potensial kimia dari kedua fase, bukan konsentrasi, sehingga menyebabkan transfer solut menjadi berhenti (Treybal,1981). Bentuk persamaan kesetimbangan ada bermacam-macam. Berikut ini dibahas persamaan kesetimbangan Langmuir dan Freundlich. Persamaan Langmuir adalah sebagai berikut: k.x.xm (1) 1 + k.x Pada proses isotermis, konsentrasi solut encer sering berlaku persamaan Freundlich sebagai berikut: n kx (2) Landasan teori Mekanisme ekstraksi padat cair melibatkan transfer massa. Konsentrasi komponen terlarut pada masing-masing fase saat kesetimbangan tercapai dapat dihitung dengan neraca massa komponen terlarut. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penyusunan model matematis ini adalah sebagai berikut : 1. Ekstraksi berlangsung isotermal. 2. Solven yang digunakan sangat besar sehingga jumlah ekstrak yang diperoleh dianggap sama dengan jumlah solven. 3. Pengadukan dalam ekstraktor sempurna sehingga konsentrasi larutan dalam tangki seragam. 4. Solven mula-mula tidak mengandung komponen solut, sehingga Ys=0. Dengan menggunakan hukum kekekalan massa, maka jumlah massa umpan dengan solven yang mulamula masuk ke ekstraktor sama dengan jumlah massa ekstrak dan rafinat. Massa umpan, ekstrak dan rafinat dihitung dengan dasar bebas solut. Neraca massa dapat disusun sebagai berikut : F + S = E + R (3) Jumlah komponen solut dalam umpan dan solven sama dengan jumlah komponen solut dalam ekstrak dan rafinat. X F F + Y S S = X R + Y E (4) Jumlah padatan dan jumlah larutan diasumsikan tetap dan Y S = 0, sehingga neraca massa solut menjadi : X F. F = X.R + Y.E (5) A-11-2

3 Dari persamaan (5) dapat dibuat persamaan untuk menghitung X dari Y. X F F - Y S X = (6) F S X = X F - Y (7) F Nilai Y diperoleh dari data percobaan dengan ratio S/F. Sedangkan X F ditentukan dengan metode ekstraksi soxhlet. Nilai X dapat dihitung dengan memasukkan nilai Y, (S/F), dan X F ke persamaan (7). Nilai X dan Y kemudian dievaluasi dengan persamaan (1) dan (2). Persamaan empiris yang mendekati hasil penelitian merupakan persamaan yang sesuai untuk sistem percobaan. Pelaksanaan Penelitian Bahan penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah: 1. Getah pepaya, dari kebun pepaya di daerah Kalasan dan Pogung. 2. NaHSO 3, diperoleh dari UD Yonobodro, Jalan Timoho 52d, Yogyakarta. 3. Akuades, diperoleh dari Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Alat penelitian Rangkaian alat yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan pada gambar Keterangan : 1. Waterbath 2. Labu leher tiga 3. Termostat 4. Termometer 5. Pengaduk merkuri 6. Motor pengaduk 7. Statif 8. Klem 1 Gambar 1. Rangkaian alat Penelitian Cara penelitian Getah pepaya segar dikeringkan dalam oven pada suhu 65 o C selama 2-3 hari. Selanjutnya, getah pepaya yang telah kering dicampur agar homogen kemudian diukur kadar airnya. Langkah awal penelitian ini adalah penentuan waktu setimbang. Penentuan waktu setimbang dilakukan dengan cara mengekstraksi 5 gram getah pepaya kering dalam 100 ml air yang mengandung 0.7% berat NaHSO 3. Ekstraksi dijalankan pada suhu 30 o C dan putaran pengaduk 500 rpm. Pengambilan ekstrak untuk analisis kadar papain dilakukan setiap 20 menit. Ekstrak dikeringkan sampai mencapai berat konstan dan dianalisis kadar papainnya. Pada waktu setimbang, kadar papain dalam ekstrak relatif tidak berubah terhadap waktu. Dari percobaan diperoleh waktu setimbang 100 menit. Getah pepaya kering ditimbang dengan berat tertentu dan dimasukkan ke dalam labu leher tiga bersama pelarut yaitu air dengan berbagai kadar NaHSO 3 dalam air. Variasi berat getah(gram)/berat akuades(gram) yang digunakan adalah ,0.05,0.0375,dan Alat dirangkai seperti pada gambar 1, ekstraksi dijalankan selama 100 menit dengan kecepatan putar pengaduk 500 rpm dan suhu dijaga tetap selama proses yaitu pada suhu 60 o C. Larutan hasil ekstraksi didiamkan selama 15 menit untuk menurunkan suhunya kemudian disaring untuk memisahkan larutan ekstrak (filtrat) dan padatan sisa. Filtrat diambil 5ml sebanyak 3 sampel, kemudian dianalisis kadar papainnya dengan cara dikeringkan dalam oven pada suhu 65 o C sampai mencapai berat konstan.padatan tersisa adalah papain. Setelah diperoleh nilai Y, nilai X dihitung dengan persamaan (7). Penelitian ini dilakukan dengan variasi kadar NaHSO 3 dalam air yaitu 0.5%, 1%, 1.5%, dan 2% (% berat). Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian ini bertujuan mencari hubungan kesetimbangan papain dalam getah pepaya kering dan air pada berbagai kadar NaHSO 3 dalam solven(air) dengan variabel lainnya konstan. Hasil penelitian A-11-3

4 menunjukkan kenaikan kadar NaHSO 3 dalam solven mengakibatkan perbandingan antara fraksi solut pada fase rafinat (padat),x, dengan fraksi solut pada fase ekstrak (cair),y semakin kecil atau perbandingan Y dan X semakin besar. Data fraksi solut pada fase cair dan fase padat dapat dilihat pada tabel 1. Dari data pada tabel 1 terlihat bahwa pada kadar NaHSO 3 yang sama, kenaikan F/S akan mengakibatkan kenaikan kadar papain dalam ekstrak(y) karena semakin banyak jumlah papain yang dapat terekstrak. Sedangkan pada F/S yang sama, kenaikan kadar NaHSO3 dalam solven(air) akan menyebabkan kadar papain dalam ekstrak semakin besar. Tabel 1. Nilai Kesetimbangan X dan Y No. F/S Kadar NaHSO dalam air(%) 3 X Y CE(gr pap/gr air bbs pap) Cpdt(gr pap/gr pdt bbs pap) NaHSO3 0.5% NaHSO3 1% NaHSO3 1.5% NaHSO3 2% Y=(2.5496E-2)X/( X) Y=(5.3181E-2)X/( X) Y=(0.1821)X/( X) Y=0.2703X/( X) Gambar 2. Grafik Kesetimbangan Papain dalam Getah Pepaya Kering dan Air dengan Pendekatan Persamaan Langmuir pada Variasi Kadar NaHSO 3 dalam Air dengan Variabel Lain Konstan CE(gr pap/gr air bebas pap Cpdt (gr pap/gr padatan bebas pap) NaHSO3 0.5% NaHSO3 1% NaHSO3 1.5% NaHSO3 2% Y=(3.4930E-2)X^ Y=(4.5754E-2)X^ Y=(5.9016E-2)X^ Y=(6.6340E-2)X^ Gambar 3. Grafik Kesetimbangan Papain dalam Getah Pepaya Kering dan Air dengan Pendekatan Persamaan Freundlich pada Variasi Kadar NaHSO 3 dalam Air dengan Variabel Lain Konstan A-11-4

5 Hubungan kesetimbangan X dan Y pada berbagai kadar NaHSO 3 dalam solven didekati dengan persamaan Langmuir dan Freundlich. Berdasar kedua persamaan tersebut dapat dibuat grafik seperti yang terlihat pada gambar 2 dan 3. Grafik tersebut menunjukkan kenaikan kadar NaHSO 3 dalam solven menyebabkan semakin besar kadar papain dalam ekstrak. Hal ini karena semakin besar kadar NaHSO 3 berarti semakin besar ph larutan sehingga papain yang terekstrak semakin besar. Tabel 2 menunjukkan SSE dengan persamaan Freundlich lebih kecil daripada SSE dengan persamaan Langmuir. Namun secara visual ( gambar 2 dan 3) lebih cocok persamaan Langmuir, sehingga model persamaan yang dipakai pada kesetimbangan papain dalam getah padat dan air adalah persamaan Langmuir.Hal ini disebabkan persamaan Langmuir berlaku untuk surface yang homogen (sesuai dengan asumsi yang diambil pada penelitian ini), sedangkan persaman Freundlich berlaku untuk surface yang heterogen. Tabel 2. Perbandingan Persamaan Kesetimbangan Langmuir dan Freundlich Kadar NaHSO 3 (%) Persamaan Langmuir Persamaan Freundlich 0.5 ( E 2 ) X ( X ) Y= ( E-2)X SSE = E-5 SSE = E-5 1 ( E 2) X ( X ) Y=( E-2)X SSE = E-5 SSE = E ( E 3) X ( X ) Y= ( E-2)X SSE = E-6 SSE = E-7 2 ( ) X ( X ) Y= ( E-2)X SSE = E-5 SSE = E-5 SSE E E-5 Pada persamaan Langmuir (persamaan 1) terdapat dua konstanta yaitu k (afinitas) dan Xm (konsentrasi solut maksimum dalam ekstrak ) yang nilainya berbeda-beda pada tiap kadar solven.selanjutnya dilakukan penyempurnaan pada persamaan Langmuir dengan menganggap salah satu konstanta nilainya tetap (k) sedangkan konstanta (Xm) lainnya merupakan fungsi kadar solven. Nilai k dapat dianggap tetap karena k merupakan fungsi suhu, sedangkan penelitian ini dilakukan pada suhu yang sama (tidak ada variasi suhu). Perubahan kadar NaHSO 3 dalam air mengakibatkan perubahan ph, sehingga mempengaruhi nilai Xm. Nilai k dicari dengan curve-fitting. Metoda yang digunakan adalah minimasi SSE dengan Golden Section. Dari perhitungan diperoleh nilai k optimum sebesar E-2 dan diperoleh nilai Xm pada berbagai kadar NaHSO 3 dalam air seperti terlihat pada tabel 3, dengan SSE overall sebesar E-3. Tabel 3. Nilai konstanta Xm sebagai Fungsi Kadar NaHSO 3 dalam Air Kadar NaHSO 3 (%) Konstanta Xm Semakin besar kadar NaHSO 3 dalam air, semakin besar pula nilai Xm. Dengan demikian konsentrasi solut dalam fase ekstrak juga semakin besar. Kenaikan kadar NaHSO 3 mengakibatkan kenaikan ph larutan, sehingga semakin menjauhi titik isoelektrik. Pada titik isoelektrik (pada ph sekitar 8), jumlah solut yang terekstrak mencapai nilai minimum, sehingga untuk memperbesar jumlah solut yang terekstrak dapat dengan membuat suasana asam atau suasana basa pada larutan. Pada penelitian ini dipilih penambahan NaHSO 3 karena selain membuat suasana basa juga berfungsi sebagai antioksidan. Hubungan antara kadar NaHSO 3 dalam air (S) dengan nilai Xm dinyatakan dalam persamaan : Xm = (S) (S) dan dapat dibuat grafik seperti terlihat pada gambar 4. A-11-5

6 Xm Xm=0.4955(S) (S) R 2 = Kadar NaHSO3 dalam Air(S) Gambar 4. Grafik Hubungan Nilai Xm dan Kadar NaHSO 3 dalam Air (S) Kesimpulan 1. Hubungan kesetimbangan fasa pada proses ekstraksi papain dari getah pepaya dipengaruhi oleh kadar NaHSO 3 dalam solven (air), dimana semakin besar kadar NaHSO 3 dalam air, semakin besar pula kadar papain dalam ekstrak. 2. Kadar kesetimbangan papain dalam padatan (X) dan dalam fasa cair(y) dapat didekati dengan persamaan Langmuir : E - 2.Xm.X E 2X dengan SSE overall sebesar : E Hubungan konstanta Xm dengan kadar NaHSO 3 dalam air (S) adalah: Xm = (S) (S) Ucapan Terima Kasih Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT serta terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Laboran yang ada di Laboratorium Operasi Teknik Kimia dan Laboratorium Teknologi Bahan Makanan, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, UGM. 2. Keluarga serta rekan-rekan yang banyak memberikan dukungan moril dan materiil. 3. Semua pihak yang telah membantu selama ini. Daftar Notasi E : massa ekstrak, kg F : massa umpan, kg k : tetapan kesetimbangan untuk persamaan Langmuir n : tetapan kesetimbangan untuk persamaan Freundlich R : massa rafinat, kg S : massa solven, kg X : fraksi massa solute di fasa rafinat X F : fraksi massa solute di dalam umpan Y : fraksi massa solute di fasa ekstrak : fraksi massa solute di dalam solven Y S Daftar Pustaka Brown, G.G., (1950), Unit Operation, Modern Asia Edition, John Wiley and Sons, Inc., New York, hal. 227, Muhidin, D., (2001), Agroindustri Papain dan Pektin, Penebar Swadaya, Jakarta, hal Sediawan, W.B. dan Prasetya, P., (1997), Pemodelan Matematis dan Penyelesaian Numeris dalam Teknik Kimia dengan Pemrograman Bahasa Basic dan Fortran, Edisi 1, ANDI, Yogyakarta, hal , Treybal, R.E., (1981), Mass transfaer Operation, Edisi 3, McGraw-Hill International Book Company, Inc., Tokyo, hal , , , Perry, R.H. dan Green, D.W., (1999), Perry s Chemical Engineers Handbook, Edisi 7, The McGraw-Hill Company, Inc., New York, hal , A-11-6

PENGAMBILAN ASAM PHOSPHAT DALAM LIMBAH SINTETIS SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR DENGAN SOLVENT CAMPURAN IPA DAN n-heksan

PENGAMBILAN ASAM PHOSPHAT DALAM LIMBAH SINTETIS SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR DENGAN SOLVENT CAMPURAN IPA DAN n-heksan PENGAMBILAN ASAM PHOSPHAT DALAM LIMBAH SINTETIS SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR DENGAN SOLVENT CAMPURAN IPA DAN n-heksan Yoga Saputro, Sigit Girindra W Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II NAMA MAHASISWA : STAMBUK : KELOMPOK / KLS : LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Lebih terperinci

EKSTRAKSI BAHAN NABATI (EKS)

EKSTRAKSI BAHAN NABATI (EKS) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA EKSTRAKSI BAHAN NABATI (EKS) Disusun oleh: Inasha Vaseany Dr. Tatang Hernas Soerawidjaja Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN 1. Mengenal dan memahami prinsip operasi ekstraksi cair cair. 2. Mengetahui nilai koefisien distribusi dan yield proses ekstraksi. 3. Menghitung neraca massa proses

Lebih terperinci

Materi kuliah OTK 3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Materi kuliah OTK 3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR Materi kuliah OTK 3 perisa istantina EKTRKI CIR-CIR Peserta kuliah harus membawa: 1. kertas grafik milimeter 2. pensil/ballpoint berwarna 3. penggaris Pustaka: Foust,.., 1960, Principles of Unit Operation,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : peralatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Bekerja dengan uruturutan yang teratur, enzim mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menguraikan molekul nutrien,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan enzim protease, yaitu pada produksi keju. tinggi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan enzim protease, yaitu pada produksi keju. tinggi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, pemanfaatan enzim protease dalam berbagai industri semakin meningkat. Beberapa industri yang memanfaatkan enzim protease diantaranya industri

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR DAN RASIO UMPAN TERHADAP PELARUT DALAM EKSTRAKSI ZAT WARNA DARI BAYAM MERAH

PENGARUH TEMPERATUR DAN RASIO UMPAN TERHADAP PELARUT DALAM EKSTRAKSI ZAT WARNA DARI BAYAM MERAH PENGARUH TEMPERATUR DAN RASIO UMPAN TERHADAP PELARUT DALAM EKSTRAKSI ZAT WARNA DARI BAYAM MERAH Yakobus Kristianto, Ariestya Arlene.A, ST., M.T., Anastasia Prima. K, S.Si., M.T. Jurnal Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset, dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

Model Difusi Zat Warna Secang Pada Kulit Tersamak

Model Difusi Zat Warna Secang Pada Kulit Tersamak PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411-4216 Model Difusi Zat Warna Secang Pada Kulit Tersamak Iswahyuni, Bidhari Pidhatika, R. B. Seno Wulung Jurusan Teknologi Proses Pengolahan

Lebih terperinci

Before UTS. Kode Mata Kuliah :

Before UTS. Kode Mata Kuliah : Before UTS Kode Mata Kuliah : 2045330 Bobot : 3 SKS Pertemuan Materi Submateri 1 2 3 4 Konsep dasar perpindahan massa difusional Difusi molekuler dalam keadaan tetap Difusi melalui non stagnan film 1.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014 Disusun oleh : Fika Rakhmalinda (1112016200003) Fikri Sholihah (1112016200028 ) Naryanto (1112016200018 ) PROGRAM

Lebih terperinci

BAB J PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki hasil alam yang

BAB J PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki hasil alam yang BAB J PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki hasil alam yang bervariasi dan jumlahnya melimpah. Beberapa hasil alam tersebut ada yang sudah diolah atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath, 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga, 24 BAB III METODA PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

Lebih terperinci

Pengambilan Minyak Biji Nyamplung melalui Proses Ekstraksi sebagai Bahan Bakar Alternatif

Pengambilan Minyak Biji Nyamplung melalui Proses Ekstraksi sebagai Bahan Bakar Alternatif Pengambilan Minyak Biji Nyamplung melalui Proses Ekstraksi sebagai Bahan Bakar Alternatif Ratih Sukma Juwita dan Septiana Rahmawati Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembutan sabun transparan ialah : III.1.1 ALAT DAN BAHAN A. Alat : a. Kompor Pemanas b. Termometer 100 o C c.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan Perkembangan bioteknologi pada abad ke dua puluh satu saat ini sangat pesat. Salah satu bidang pengembangan bioteknologi adalah teknologi enzim. Penggunaan

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR DAN F/S TERHADAP EKSTRAKSI MINYAK DARI BIJI KEMIRI SISA PENEKANAN MEKANIK

PENGARUH TEMPERATUR DAN F/S TERHADAP EKSTRAKSI MINYAK DARI BIJI KEMIRI SISA PENEKANAN MEKANIK PENGARUH TEMPERATUR DAN F/S TERHADAP EKSTRAKSI MINYAK DARI BIJI KEMIRI SISA PENEKANAN MEKANIK Ariestya Arlene*, Steviana Kristanto, Ign Suharto Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. pedaging (Budiansyah, 2004 dalam Pratiwi, 2016).

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. pedaging (Budiansyah, 2004 dalam Pratiwi, 2016). I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) sering disebut tanaman kehidupan karena bermanfaat bagi kehidupan manusia diseluruh dunia. Hampir semua bagian tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan jenis pendekatan eksperimen laboratorium. Pelaksanaannya dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim merupakan suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator. Katalisator didefinisikan sebagai percepatan reaksi kimia oleh beberapa senyawa dimana senyawanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Pelaksanaannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap penyiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lagi bagi bangsa Indonesia, dapat dikatakan bahwa di setiap daerah di

BAB I PENDAHULUAN. lagi bagi bangsa Indonesia, dapat dikatakan bahwa di setiap daerah di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi bangsa Indonesia, dapat dikatakan bahwa di setiap daerah di Indonesia terdapat pertanaman

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN : REGINA ZERUYA : J1B110003 : 1 (SATU) : SUSI WAHYUNI PROGRAM STUDI S-1 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada I. TUJUAN PERCOBAAN 1.1 Memahami pemisahan berdasarkan ekstraksi asam asetat. 1.2 Menentukan harga koefisien distribusi senyawa dalam dua pelarut yang tidak saling campur (ekstraksi cair - cair) II. DASAR

Lebih terperinci

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan rangkaian peralatan proses pembuatan faktis yang terdiri dari kompor listrik,panci, termometer, gelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tahap Persiapan Tahap persiapan yang dilakukan meliputi tahap studi literatur, persiapan alat dan bahan baku. Bahan baku yang digunakan adalah nata de banana. 3.1. Persiapan

Lebih terperinci

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI MAKALAH PENELITIAN PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI Oleh : Arnoldus Yunanta Wisnu Nugraha L2C 005 237

Lebih terperinci

PEMBUATAN PEKTIN DARI KULIT COKELAT DENGAN CARA EKSTRAKSI

PEMBUATAN PEKTIN DARI KULIT COKELAT DENGAN CARA EKSTRAKSI PEMBUATAN PEKTIN DARI KULIT COKELAT DENGAN CARA EKSTRAKSI Akhmalludin dan Arie Kurniawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, 59, Telp/Fax:

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Mei sampai

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa mampu mengoperasikan alat Liqiud Extraction dengan baik Mahasiswa mapu mengetahui cara kerja alat ekstraksi cair-cair dengan aliran counter current Mahasiswa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN 1. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah santan segar. Sedangkan sumber papain diambil dari perasan daun pepaya yang mengandung getah pepaya dan

Lebih terperinci

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut MINYAK KELAPA 1. PENDAHULUAN Minyak kelapa merupakan bagian paling berharga dari buah kelapa. Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua adalah sebanyak 34,7%. Minyak kelapa digunakan sebagai bahan baku

Lebih terperinci

Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Hak Cipta milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. i KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat

Lebih terperinci

Jason Mandela's Lab Report

Jason Mandela's Lab Report LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN-4 KINETIKA ADSORPSI Disusun Oleh: Nama : Jason Mandela NIM :2014/365675/PA/16132 Partner : - Dwi Ratih Purwaningsih - Krisfian Tata AP - E Devina S - Fajar Sidiq

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Yogyakarta, 3 November 212 KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Ir. Adullah Kuntaarsa, MT, Ir. Drs. Priyo Waspodo US, MSc, Christine Charismawaty Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta ala dalam Al-Qur an Surat Al-

BAB I PENDAHULUAN. Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta ala dalam Al-Qur an Surat Al- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah telah memberikan kenikmatan tak terhingga kepada manusia salah satunya adalah tumbuhan yang diciptakan untuk kesejahteraan manusia. Seperti firman Allah Subhanahu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.2 Ekstraksi Senyawa Fenol Penentuan Waktu Kesetimbangan pada Ekstraksi Senyawa Fenol dari Limbah Cair Industri Tekstil.

BAB IV PEMBAHASAN. 4.2 Ekstraksi Senyawa Fenol Penentuan Waktu Kesetimbangan pada Ekstraksi Senyawa Fenol dari Limbah Cair Industri Tekstil. Absorbansi 28 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Kandungan Total Fenol pada Limbah Cair Industri Tekstil Hasil analisis kandungan total fenol pada limbah cair industri tekstil dengan menggunakan uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lemak dan minyak adalah trigliserida yang berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak adalah pada temperatur kamar, lemak akan berbentuk padat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui nilai konstanta dalam peristiwa adsorbsi dari larutan asam asetat oleh karbon aktif pada suhu konstan. I.2. Dasar

Lebih terperinci

Ngatijo, dkk. ISSN Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M. Lilis Windaryati P2TBDU BATAN

Ngatijo, dkk. ISSN Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M. Lilis Windaryati P2TBDU BATAN 181 PENGARUH WAKTU KNTAK DAN PERBANDINGAN FASA RGANIK DENGAN FASA AIR PADA EKSTRAKSI URANIUM DALAM LIMBAH CAIR MENGGUNAKAN EKSTRAKTAN DI-2-ETIL HEKSIL PHSPHAT Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) Disusun oleh: Nama : Eky Sulistyawati FA/08708 Putri Kharisma FA/08715 Gol./Kel.

Lebih terperinci

BAB II. KESEIMBANGAN

BAB II. KESEIMBANGAN BAB II. KESEIMBANGAN Pada perhitungan stage wise contact konsep keseimbangan memegang peran penting selain neraca massa dan neraca panas. Konsep rate processes tidak diperhatikan pada alat kontak jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap berkesinambungan agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai. Penelitian dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

KOEFISIEN TRANSFER MASSA VOLUMETRIS (Kca) PADA EKSTRAKSI GLUKOMANAN DARI UMBI ILES-ILES

KOEFISIEN TRANSFER MASSA VOLUMETRIS (Kca) PADA EKSTRAKSI GLUKOMANAN DARI UMBI ILES-ILES KOEFISIEN TRANSFER MASSA VOLUMETRIS (Kca) PADA EKSTRAKSI GLUKOMANAN DARI UMBI ILES-ILES Fadilah 1, Sperisa Distantina 1, Kalma Prihani 2, Wibiana Wulan N 2 1 Staf Pengajar Teknik Kimia FT UNS 2 Mahasiswa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis,

Lebih terperinci

EKSTRAKSI KURKUMIN DARI KUNYIT

EKSTRAKSI KURKUMIN DARI KUNYIT PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411-4216 EKSTRAKSI KURKUMIN DARI KUNYIT Wahyuni, A. Hardjono, dan Paskalina Hariyantiwasi Yamrewav Jurusan Teknik Kimia, Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ISOTHERM ADSORPSI Oleh : Kelompok 2 Kelas C Ewith Riska Rachma 1307113269 Masroah Tuljannah 1307113580 Michael Hutapea 1307114141 PROGRAM SARJANA STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI PERCOBAAN VI Judul Percobaan : DESTILASI Tujuan : Memisahkan dua komponen cairan yang memiliki titik didih berbeda. Hari / tanggal : Senin / 24 November 2008. Tempat : Laboratorium Kimia PMIPA FKIP Unlam

Lebih terperinci

BY SMAN 16 SURABAYA : Sri Utami, S. P LAJU REAKSI KESIMPULAN

BY SMAN 16 SURABAYA : Sri Utami, S. P LAJU REAKSI KESIMPULAN BY SMAN 16 SURABAYA : Sri Utami, S. P LAJU REAKSI KESIMPULAN STANDAR KOMPETENSI 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Inovasi Pembuatan Free Germs Hand sanitizer (Fertz) yang Praktis dan Ekonomis dari Ekstrak Daun Kersen BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Inovasi Pembuatan Free Germs Hand sanitizer (Fertz) yang Praktis dan Ekonomis dari Ekstrak Daun Kersen BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan Dalam pembuatan hand sanitizer ini memiliki beberapa tahapan proses yaitu pembuatan ekstrak, pembutan hand sanitizer dan analisa hand sanitizer, adapun alat dan bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

BAB I DISTILASI BATCH

BAB I DISTILASI BATCH BAB I DISTILASI BATCH I. TUJUAN 1. Tujuan Instruksional Umum Dapat melakukan percobaan distilasi batch dengan system refluk. 2. Tujuan Instrusional Khusus Dapat mengkaji pengaruh perbandingan refluk (R)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Cara uji kimia - Bagian 3: Penentuan kadar lemak total pada produk perikanan

Cara uji kimia - Bagian 3: Penentuan kadar lemak total pada produk perikanan SNI 01-2354.3-2006 Standar Nasional Indonesia. Cara uji kimia - Bagian 3: Penentuan kadar lemak total pada produk perikanan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional SNI 01-2354.3-2006 Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

PENENTUAN KARAKTERISTIK PENGERINGAN BAWANG PUTIH(ALLIUM SATIVUM L.) (Variabel Bentuk Bahan dan Suhu Proses)

PENENTUAN KARAKTERISTIK PENGERINGAN BAWANG PUTIH(ALLIUM SATIVUM L.) (Variabel Bentuk Bahan dan Suhu Proses) PENENTUAN KARAKTERISTIK PENGERINGAN BAWANG PUTIH(ALLIUM SATIVUM L.) (Variabel Bentuk Bahan dan Suhu Proses) Diska Ayu Romadani dan Sumarni JurusanTeknik Kimia Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Lebih terperinci

PROSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI YELLOW CAKE MENGGUNAKAN AIR HANGAT DAN ASAM NITRAT

PROSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI YELLOW CAKE MENGGUNAKAN AIR HANGAT DAN ASAM NITRAT ISSN 1979-2409 Proses Re-Ekstraksi Uranium Hasil Ekstraksi Yellow Cake Menggunakan Air Hangat dan Asam Nitrat (Torowati, Pranjono, Rahmiati dan MM. Lilis Windaryati) PRSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI

Lebih terperinci

PEMBUATAN GELATIN DARI TULANG AYAM BOILER DENGAN PROSES HIDROLISA

PEMBUATAN GELATIN DARI TULANG AYAM BOILER DENGAN PROSES HIDROLISA PEMBUATAN GELATIN DARI TULANG AYAM BOILER DENGAN PROSES HIDROLISA Dyah Tri Retno Program Studi Teknik Kimia, Universitas PembangunanNasional Veteran, E-mail: dyah_tr@yaho.com ABSTRAK Tulang ayam merupakan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN PEKTIN DARI AMPAS WORTEL DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT HCl ENCER

PENGAMBILAN PEKTIN DARI AMPAS WORTEL DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT HCl ENCER PENGAMBILAN PEKTIN DARI AMPAS WORTEL DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT HCl ENCER Haryono, Dyah Setyo Pertiwi, Dian Indra Susanto dan Dian Ismawaty Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi 5-hidroksimetil-2- furfural (HMF) untuk optimasi ZnCl 2 dan CrCl 3 serta eksplorasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan antara lain : oven, autoklap, ph meter, spatula, saringan, shaker waterbath,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Tepung Kentang Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan kentang. Pembuatan tepung kentang dilakukan dengan tiga cara yaitu tanpa pengukusan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman. 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Determinasi Tanaman Bahan baku utama dalam pembuatan VC pada penelitian ini adalah buah kelapa tua dan buah nanas muda. Untuk mengetahui bahan baku

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. PEMBUATAN PERMEN JELLY DARI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium Guajava L.)

LAPORAN TUGAS AKHIR. PEMBUATAN PERMEN JELLY DARI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium Guajava L.) LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN PERMEN JELLY DARI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium Guajava L.) Disusun Oleh : TRI HANDAYANI WARIH ANGGRAINI (I8311060) (I8311063) PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI HIDROLISIS PROTEIN KONSENTRAT DALAM BLONDO LIMBAH HASIL PRODUK VIRGIN COCONUT OIL (VCO)

SKRIPSI HIDROLISIS PROTEIN KONSENTRAT DALAM BLONDO LIMBAH HASIL PRODUK VIRGIN COCONUT OIL (VCO) SKRIPSI HIDROLISIS PROTEIN KONSENTRAT DALAM BLONDO LIMBAH HASIL PRODUK VIRGIN COCONUT OIL (VCO) Disusun oleh : NAFRI FIRMANSYAH 0731010036 SEFRIAN SUKMA NURSIERA 0731010038 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2011 hingga Agustus 2011 di Laboratorium Energi dan Listrik Pertanian serta Laboratorium Pindah Panas dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL AIR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL AIR LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL AIR I. TUJUAN 1. Memperoleh kurva komposisi sistem fenol-air terhadap suhu pada tekanan tetap 2. Menentukan suhu kritis kelarutan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa, dan (7) Waktu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia 27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Widya Kusumaningrum ( ) Page 1

Widya Kusumaningrum ( ) Page 1 Penentuan Koefisien Distribusi Tujuan: Menentukan koefisien distribusi I 2 dalam sistem air-kloroform Widya Kusumanngrum (1112016200005) Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II DIAGRAM TERNER SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN Oleh : Nama : Ni Made Susita Pratiwi Nim : 1008105005 Kelompok : II Tanggal Praktikum : 9 April 2012 LABORATORIUM KIMIA FISIK

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Dokumentasi Serbuk Rami padi yang telah di blender.

LAMPIRAN. Lampiran 1 Dokumentasi Serbuk Rami padi yang telah di blender. LAMPIRAN Lampiran 1 Dokumentasi Serbuk Rami padi yang telah di blender. Lampiran 2, Dokumentasi Mesin Berkas Elektron (MBE) 350 kev/10 ma. Lampiran 3, Dokumentasi Pengerjaan Dilaboratorium Stirer Rami

Lebih terperinci

EKSTRAKSI TANIN DARI KULIT KAYU SOGA TINGI UNTUK PEWARNA BATIK

EKSTRAKSI TANIN DARI KULIT KAYU SOGA TINGI UNTUK PEWARNA BATIK SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VI Pemantapan Riset Kimia dan Asesmen Dalam Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 21 Juni

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Secara garis besar hasil hasil penelitian akan dibahas dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik, sehingga lebih mudah dalam menganalisa dan membahas baik secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Keadaan Lokasi Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan adalah sampel bermerek dan tidak bermerek yang diambil dibeberapa tempat pasar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri dari bahan utama yaitu biji kesambi yang diperoleh dari bantuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan september 2011 hingga desember 2011, yang bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Departemen

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahap yaitu penyiapan serbuk DYT, optimasi ph ekstraksi DYT dengan pelarut aquades, dan uji efek garam pada ekstraksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode dalam proses elektrokoagulasi larutan yang mengandung pewarna tekstil hitam ini

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE)

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE) EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN Dapat menerapkan prinsip perpindahan massa pada operasi pemisahan secara ekstraksi dan memahami konsep perpindahan massa pada operasi stage dalam kolom berpacking. II. III.

Lebih terperinci

DATA PENGAMATAN. Volume titran ( ml ) ,5 0,4 0,5 6

DATA PENGAMATAN. Volume titran ( ml ) ,5 0,4 0,5 6 DATA PENGAMATAN Data uji gugus karboksil ph Waktu ( menit ) Uji Gugus Karboksil Volume titran ( ml ) 1 2 3 30 0,5 0,4 0,5 6 60 0,3 0,5 0,7 90 0,5 0,6 0,6 120 0,5 0,5 0,6 30 0,5 0,5 0,6 7 60 0,6 0,5 0,7

Lebih terperinci