BAB II TEORI DASAR. Proses tumbukan dua inti atomik dan partikel penyusunnya, lalu menghasilkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TEORI DASAR. Proses tumbukan dua inti atomik dan partikel penyusunnya, lalu menghasilkan"

Transkripsi

1 BAB II TEORI DASAR 2.1. Reaksi Nuklir Pendahuluan Proses tumbukan dua inti atomik dan partikel penyusunnya, lalu menghasilkan produk yang berbeda dari partikel awalnya dikenal dengan istilah reaksi nuklir. Pada prinsipnya, sebuah reaksi dapat melibatkan lebih dari dua partikel yang bertumbukan, namun peristiwa ini sangat jarang terjadi. Jika partikel yang bertumbukan itu memisah tanpa terjadi perubahan, maka proses tersebut disebut proses tumbukan saja, bukan sebuah reaksi. Gambar 2.1 Tumbukan menghasilkan reaksi nuklir 5

2 Selanjutnya, dalam studi dan analisis reaktor nuklir, terdapat dua jenis reaksi nuklir yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Reaksi peluruhan radioaktif 2. Reaksi tumbukan nuklir Reaksi Peluruhan Radioaktif Reaksi transformasi dari atom-atom dengan inti tidak stabil (metastable state) secara spontan menjadi inti atom lain dengan diiringi emisi partikel tertentu maka disebut reaksi peluruhan radiokatif. Jenis reaksi ini menjadi bahasan penting dalam kajian dan analisis reaktor mengingat bahwa bahan nuklir dan sisa bahan bakar dari teras reaktor akan mengalami reaksi peluruhan radioaktif. Berdasarkan jenis partikel yang diemisikan, reaksi peluruhan radioaktif dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Peluruhan alpha (α) Peluruhan alpha terjadi bila suatu inti atom metastabil bertransformasi menjadi inti atom lain dengan memancarkan partikel alpha, yaitu partikel inti helium, yang terdiri dari 2 proton dan 2 neutron, dengan muatan total +2. Contoh reaksi peluruhan alpha : Th + 2He U (2.1) Biasa ditulis dengan 6

3 238 U 234 Th + α (2.2) 2. Peluruhan beta (β) Peluruhan beta terjadi bila suatu inti atom metastabil bertransformasi menjadi inti atom lain dengan memancarkan partikel beta, dan disertai emisi neutrino. Terdapat 2 jenis partikel beta, yaitu β - (elektron, dengan muatan -1) dan β + (positron, dengan muatan +1). Contoh reaksi peluruhan beta : Cs 56 + e + v e (beta minus) (2.3) Na 10Ne + e + v e (beta plus) (2.4) 22 Na + e Ne + (penangkapan elektron) (2.5) v e 3. Peluruhan gamma (γ) Peluruhan gamma terjadi bila suatu inti atom metastabil bertransformasi menjadi inti atom stabil dengan memancarkan partikel gamma. Partikel gamma adalah partikel tak bermasa dan tak bermuatan, atau disebut photon, yaitu suatu paket energi diskrit. Contoh reaksi peluruhan gamma : 60 Ni * 60 Ni + γ (2.6) Reaksi Tumbukan Nuklir Secara umum, reaksi tumbukan nuklir terjadi saat partikel penumbuk (proyektil) menumbuk atau menabrak inti atom (target). Reaksi tumbukan nuklir biasanya disertai pelepasan energi ke lingkungan atau penyerapan energi dari lingkungan. Bila 7

4 reaksi nuklir melepas energi ke lingkungan, maka reaksi tersebut disebut bersifat eksoterm, sedangkan bila reaksi nuklir menyerap energi dari lingkungan, maka reaksi tersebut disebut bersifat endoterm. Terdapat banyak jenis reaksi nuklir yang mungkin terjadi, tetapi dalam analisis reaktor nuklir, ada 3 jenis reaksi yang memainkan peranan utama, yaitu : 1. Reaksi fisi nuklir (Nuclear Fission) Reaksi fisi nuklir disebut juga reaksi ( n, fission), dan termasuk reaksi eksoterm yang menghasilkan energi dalam jumlah yang relatif sangat besar. Reaksi fisi nuklir pada dasarnya adalah reaksi pembelahan inti atom berat menjadi inti-inti atom yang lebih ringan, akibat tumbukan oleh neutron. 2. Reaksi penangkapan neutron (Neutron Capture) Reaksi penangkapan neutron disebut juga reaksi penangkapan radiatif (radiative capture) atau reaksi (n,γ). Reaksi ini disebut reaksi penangkapan radiatif karena menghasilkan radiasi gamma, yaitu ketika inti atom metastabil hasil reaksi bertransformasi menjadi inti atom lain yang stabil dengan melepas kelebihan energinya dalam bentuk radiasi gamma. 3. Reaksi hamburan neutron (Neutron Scattering) Reaksi hamburan neutron terjadi bila proyektil dan target tidak mengalami transformasi nuklir setelah terjadinya tumbukan, dengan kata lain, neutron hanya terhambur saja oleh target setelah terjadi reaksi. Tetapi energi dan keadaan (state) 8

5 proyektil dan target bisa saja berubah. Reaksi hamburan neutron dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu : a. Reaksi hamburan elastik ( n, n) Reaksi ini terjadi bila energi dan keadaan proyektil dan target tidak berubah setelah mengalami tumbukan. Dengan kata lain energi kinetik sistem sebelum dan sesudah tumbukan tidak berubah. b. Reaksi hamburan inelastik atau non-elastik ( n, n' ) Reaksi ini terjadi bila energi dan/atau keadaan proyektil dan target mengalami perubahan setelah mengalami tumbukan. Dengan kata lain energi kinetik sistem sebelum dan sesudah tumbukan berubah, perubahan ini disebabkan oleh konversi sebagian energi kinetik neutron menjadi radiasi gamma. Reaksi jenis ini dapat disertai dengan perpindahan keadaan nuklir dan radiasi energi Cross Section Reaksi Nuklir Cross section reaksi nuklir adalah peluang akan terjadinya reaksi atau interaksi nuklir. Cross section dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu : a. Cross section mikroskopik (σ ), yaitu probabilitas bahwa suatu reaksi atau interaksi nuklir akan terjadi pada satu inti atom tunggal. Cross section mikroskopik memiliki satuan barn atau cm 2, dimana 1 barn = cm 2. 1 R σ = (2.7) IN A 9

6 Keterangan : σ = cross section mikroskopik (barn atau cm 2 ) R = laju reaksi (#cm -2 s -1 ) I = intensitas proyektil (#cm -2 s -1 ) N A = Kerapatan target (#cm -2 ) b. Cross section makroskopik ( Σ), yaitu probabilitas bahwa suatu reaksi atau interaksi nuklir akan terjadi pada sebongkah (chunk) material. Hubungan antara cross section makroskopik dengan cross section makroskopik adalah sebagai berikut : Σ = Nσ (2.8) Keterangan : Σ = cross section makroskopik (cm -1 ) σ = cross section mikroskopik (cm 2 ) N = kerapatan material target (#/cm -3 ) Satu besaran yang berhubungan dengan cross section reaksi nuklis adalah jalan bebas rata-rata atau mean free path (mfp), adalah sebuah besaran yang didefinisikan sebagai jarak rata-rata yang ditempuh neutron sebelum akhirnya bereaksi dengan suatu inti atom atau keluar dari teras reaktor akibat kebocoran (leakage). Mean free path secara matematis dituliskan dengan persamaan : 10

7 λ = 1 (2.9) Σ t dimana : λ = mean free path (cm) Σ t = cross section total (cm -1 ) σ t = σ s + σ a = σ s + (σ c + σ f ), dimana σ c σ γ (2.10) Σ t = Σ s + Σ a = Σ s + (Σ c + Σ f ). (2.11) Dari persamaan diatas, dapat diketahui bahwa cross section total adalah penjumlah dari semua jenis cross section yang ada. Adapun sifat itu juga berlaku untuk campuran isotop-isotop dan elemen-elemen, contoh : Σ H 2O α =Σ = H α + Σ O α = N σ + N σ H H α O α H O 2N H 2Oσ α + N H 2Oσ α = N H 2 O O (2σ H σ O + σ ) α (2.12) 2.2 Reaktor Nuklir Pendahuluan Reaktor nuklir adalah seperangkat alat tempat reaksi fisi berantai dapat dimulai, dipertahankan, dan dikendalikan. Komponen terpentingnya adalah teras berbahan bakar fisil, moderator, reflektor, perisai, pendingin, dan pengendali. Sedangkan instalasi yang dibangun untuk mengkonversi daya termal yang dihasilkan reaksi fisi nuklir pada teras reaktor menjadi daya listrik yang siap pakai disebut pembangkit 11

8 listrik tenaga nuklir. Energi nuklir memiliki potensi untuk memiliki peranan lebih besar sebagai sumber energi dunia karena memiliki sifat dapat diperbaharui. Selain itu juga memiliki jumlah cadangan di alam yang dapat memenuhi kebutuhan energi dalam jangka waktu lebih panjang. Tabel 2.1 Perbandingan Sumber Energi Sumber Energi per Bahan Bakar per Cadangan yang Lama Energi Kg Bahan 1000 MWe Plant Tersedia Penggunaan Bakar per Tahun Uranium kwh 30 ton 4,36 juta ton 72 tahun * Minyak 4 kwh ton 1,195 milyar 43 tahun bumi barel Batu bara 3 kwh ton 1,316 milyar ton 231 tahun *). jika hanya menggunakan reaktor PWR atau BWR tanpa daur ulang. Tabel 2.2 Perbandingan Skenario Pemanfaatan Sumber Energi Nuklir Skenario Cadangan Penggunaan Reaktor LWR dengan OTC (Once Through 4,36 juta ton 72 tahun standar Fuel cycle) Reaktor lanjut - FBR - Multirecycle 4,36 juta ton ~ tahun - Efisiensi lebih tinggi - Cadangan uranium di laut - Cadangan thorium 4 milyar ton 3 x uranium ~ jutaan tahun 12

9 Reaktor nuklir telah digunakan sebagai pembangkit listrik oleh berbagai negara seperti Jepang, Amerika, dan Inggris serta merupakan penyuplai listrik utama yang digunakan oleh Prancis. Salah satu kelebihan teknologi ini adalah volume bahan bakar yang dibutuhkan sangat kecil dibandingkan dengan bahan bakar fosil untuk membangkitkan jumlah energi yang sama Klasifikasi Reaktor Reaktor nuklir dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis sebagai berikut : 1. Berdasarkan perbedaan spektrum energi neutronnya, reaktor nuklir dapat diklasifikasikan menjadi reaktor cepat dan reaktor termal. Reaktor cepat adalah reaktor yang proses fisinya lebih dominan disebabkan oleh neutron cepat yang memiliki energi di atas 1 kev. Sedangkan reaktor termal adalah reaktor dengan proses fisi lebih dominan disebabkan oleh neutron termal yang memiliki energi di bawah 1 ev. 2. Berdasarkan jenis material yang digunakan sebagai moderator dan pendingin, reaktor dapat kita golongkan menjadi Magnox, AGR, LWR, HWR, RBMK, dan HTGR [ tabel 2.3 ]. 3. Berdasarkan fungsinya, reaktor dapat kita bagi menjadi reaktor riset, konverter, dan reaktor daya. Reaktor riset adalah reaktor yang dayanya digunakan untuk penelitian. Saat ini reaktor riset telah ada di Indonesia. Jenis reaktor berikutnya adalah konverter yang menghasilkan bahan fisil dari bahan fertil yang dikonsumsinya. Bahan fisil yang dihasilkan dapat 13

10 lebih banyak dari bahan yang dikonsumsi. Reaktor seperti ini disebut breeder reactor (reaktor pembiak). Breeder reactor mempunyai rasio konversi lebih besar dari satu. Jenis terakhir adalah reaktor daya yang digunakan terutama sebagai penghasil daya, misal reaktor daya listrik, reaktor propulsi, dan reaktor proses panas. Tabel 2.3 Klasifikasi Reaktor Nuklir Tipe Reaktor Nama Reaktor Moderator Coolant Reaktor Termal (Thermal Reactor) Magnox GCR Grafit CO2 AGR Grafit CO2 PWR H2O H2O BWR H2O H2O BLWR (FUGEN) D2O H2O PHWR (CANDU) D2O D2O HTR Grafit He THTR Grafit He RBMK Grafit H2O Reaktor Cepat (Fast Reactor) LMFBRs Tidak ada Na atau Pb/ Pb-Bi 14

11 2.2.3 Analisis Teras Reaktor Terdapat seperangkat parameter sistem yang harus diperhatikan dalam menganalisis sebuah reaktor sehingga dapat beroperasi dengan aman, handal dan ekonomis. Parameter-parameter sistem yang dianalisis tidak dapat dilakukan secara parsial, tetapi secara menyeluruh mencakup semua aspek selain teras reaktor, seperti analisis termohidrolik, struktur kompenen, ekonomi, dll. Analisis teras reaktor selanjutnya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu analisis neutronik dan analisis non-neutronik Analisis Neutronik Reaktor Analisis neutronik membahas hal-hal mengenai neutron pada reaksi fisi berantai yang terjadi di dalam teras reaktor (reactor core). Analisis ini terutama membahas mengenai populasi neutron, fluks neutron, distribusi sumber neutron, distribusi daya termal, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan perilaku neutron di dalam teras reaktor. Salah satu besaran penting dalam analisis neutronik adalah apa yang disebut faktor multiplikasi, yang disimbolkan dengan k eff. Faktor multiplikasi dirumuskan sebagai berikut : k eff = Populasi neutron pada satu generasi Populasi neutron pada generasi sebelumnya (2.13) 15

12 Berdasarkan nilai faktor multiplikasi, terdapat 3 jenis keadaan teras reaktor, yaitu: a. k > 1 disebut keadaan superkritis, dimana polulasi neutron terus bertambah b. k = 1 disebut keadaan kritis, dimana populasi neutron tidak berubah (konstan) c. k < 1 disebut keadaan subkritis, dimana populasi neutron terus berkurang Ketiga keadaan tersebut diperlihatkan pada gambar berikut : Gambar 2.2 Faktor Multiplikasi Jadi faktor multiplikasi menggambarkan tingkat kestabilan reaksi fisi berantai dalam teras reaktor, dimana keadaan stabil tercapai bila nilai k = 1. 16

13 Perhitungan faktor multiplikasi dan distribusi daya merupakan perhitungan paling umum dalam analisis reaktor. Perhitungan distribusi daya akan bergantung pada pengayaan bahan bakar, moderator-to-fuel ratio (MFR), geometri teras, lokasi dan tipe pengontrol reaktivitas, serta desain elemen bahan bakar. Kerapatan daya teras juga merupakan fungsi ruang dan waktu. Parameter yang paling penting dalam desain termal teras adalah rasio antara kerapatan daya puncak dan rata-rata (yang disebut sebagai hot channel atau power peaking factor ) karena hal ini menentukan batasan termal dari performansi teras. Mekanisme fuel loading juga harus diperhatikan, karena berhubungan langsung dengan fuel depletion dan efek reaktivitas Reaktivitas dan Analisis Kontrol Reaktivitas yang dilambangkan dengan simbol ρ, berhubungan erat dengan faktor multiplikasi (keff) dan dapat dinyatakan sebagai berikut : ρ = k 1 eff k eff (2.14) Reaktor nuklir harus memiliki bahan bakar yang cukup dan dalam bentuk geometri tertentu sehingga dapat mencapai kondisi kritis. Ekses reaktivitas (excess reactivity) merupakan reaktivitas maksimum yang dapat dicapai melalui pengaturan batang kendali dan diperlukan untuk mengatasi reaktivitas negatif yang dihasilkan beberapa produk reaksi fisi seperti xenon dan samarium. Terdapat beberapa efek reaktivitas pada bahan bakar dalam reaktor. Reaksi fisi menghasilkan dua efek reaktivitas 17

14 negatif, yaitu terus berkurangnya bahan bakar dan bertambahnya produk fisi. Hampir semua produk fisi tersebut memiliki penampang lintang neutron yang besar. Transmutasi isotop fertil menjadi isotop non fisil dapat berarti reaktivitas positif ataupun negatif, hal ini tergantung pada cross section-nya. Sedangkan transmutasi dari isotop fertil ke isotop fisil selalu berarti reaktivitas positif. Analisis kontrol bertujuan mengetahui besarnya reaktivitas negatif agar dapat memberikan kontrol yang diperlukan dalam mengkompensasi ekses reaktivitas pada initial fuel loading ( penempatan bahan bakar ke dalam teras). Ada beberapa mekanisme sistem kontrol yang terdiri dari : Batang kendali (movable) Racun neutron dapat larut dalam pendingin (Soluble neutron poisons in coolant / chemical shim) Racun neutron yang dibakar selama siklus teras / racun dapat dibakar (Neutron poisons, burn over core life time / burnable poisons or mechanical shim) Deplesi nuklida dipengaruhi oleh reaktivitas, sehingga perlu diatur untuk mempertahankan keadaan kritis reaktor selama siklus bahan bakar. Elemen yang mengkompensasi reaktivitas adalah batang kontrol, yang dapat dimasukkan lebih dalam untuk mengkompensasi efek reaktivitas positif dan sebaliknya. Cara lain adalah dengan mengatur konsentrasi bahan yang dapat menyerap neutron seperti 18

15 boron (dalam bentuk boric acid) di dalam air pendingin. Soluble poison (racun dapat larut) bisa digunakan untuk mengkompensasi efek reaktivitas tetapi konsentrasi yang dapat dimasukkan terbatas. Sedangkan burnable poison (racun dapat dibakar) terletak pada kisi bahan bakar dan semakin lama akan berkurang. Konsentrasi racun dipilih agar sifat spatial self shielding dari elemen racun cukup besar pada awal siklus pembakaran. Setelah beberapa waktu konsentrasi racun berkurang dan faktor selfshielding bertambah sehingga racun habis dan menyebabkan nilai reaktivitas bertambah. Faktor lain yang dapat digunakan untuk menentukan kestabilan reaksi dan keselamatan reaktor adalah reactivity swing. Reactivity swing dihitung dengan membagi nilai keff pada akhir siklus. Dalam pengoperasian reaktor nuklir selalu ada kelebihan nilai reaktivitas pada awal siklus, lalu nilai faktor multiplikasi efektif akan berkurang sebanding dengan burnup sehingga terlihat kemiringan pada grafik faktor multiplikasi efektif terhadap burnup. Nilai reactivity swing dapat dijadikan sebagai parameter untuk mengukur hal tersebut. Reaktor diinginkan selalu berada dalam kondisi kritis, dengan kemiringan grafik faktor multiplikasi efektif sedapat mungkin mendekati garis lurus. Hal ini menyebabkan nilai reactivity swing dapat diusahakan sekecil mungkin. Ukuran standar untuk reactivity swing berkisar sekitar 1 $ atau 0,

16 Analisis deplesi bahan bakar (burn-up analysis) Komposisi bahan bakar dapat berubah selama reaktor beroperasi karena konsumsi bahan fisi dan produksi produk fisi. Proses ini harus dimonitor sepanjang umur reaktor untuk mengetahui komposisi bahan bakar dan reaktivitas sebagai fungsi energi yang dihasilkan. Komposisi awal elemen bahan bakar pada reaktor nuklir bergantung pada pilihan bahan bakar yang digunakan. Perubahan yang terjadi pada bahan bakar selama reaktor nuklir dioperasikan berhubungan dengan dua jenis reaksi, yaitu transmutasi dan fisi. Transmutasi adalah proses transformasi dari suatu inti atom yang tidak stabil menjadi inti yang stabil atau berumur paruh pendek melalui reaksi nuklir. Berbagai jenis atom yang menyusun bahan bakar mengalami proses transmutasi dengan menangkap neutron dan melalui peluruhan. Konsentrasi dan aktivitas produk fisi harus diketahui terutama untuk alasan keselamatan. Desain bahan bakar harus mempertimbangkan efek build up produk fisi, baik yang berbentuk solid maupun gas. Produk fisi dalam bentuk gas ini akan berdifusi pada batang bahan bakar serta berkumpul pada gap antara bahan bakar dan cladding sehingga menyebabkan tekanan pada sisi dalam cladding. Tekanan ini harus dapat dikontrol agar tidak melebihi tekanan coolant. Pada saat burnup, nilai reaktivitas dipengaruhi oleh absorbsi neutron oleh produk fisi. Sebagian kecil energi yang dihasilkan reaksi fisi berbentuk energi panas dari proses 20

17 peluruhan produk fisi yang bersifat radioaktif. Panas ini akan terus teradiasikan walaupun reaktor mengalami shut down, sehingga harus dibuang untuk menghindari kenaikan temperatur teras secara tiba-tiba yang dapat menyebabkan terjadinya melt down. Burnup (derajat bakar) menyatakan ukuran konsumsi bahan bakar reaktor, yang dapat dinyatakan dalam dua hal. Pertama adalah persentase atom yang mengalami fisi dan yang kedua merupakan banyaknya energi yang dihasilkan per satuan berat bahan bakar dalam reaktor. Persamaan burnup juga dapat dituliskan lebih terperinci lagi sebagai berikut: [ MW ( t )] MWD P0 x CF x T ( days ) BU = MTU MTU (2.3) Keterangan : Po : plant rated power (kapasitas daya) MTU : massa uranium dalam teras (Metric Ton Uranium/MTU) CF CF T P(t) : capacity factor (kapasitas faktor), dengan persamaan sebagai berikut: = T 0 P ( t ) dt P 0 T (2.4) : periode operasi reaktor : daya termal reaktor pada saat t 21

18 2.2.4 Kompenen-komponen Reaktor Reaktor memiliki beberapa komponen sebagai berikut : 1. Fuel (bahan bakar) yang dapat digolongkan menjadi bahan fisil dan fertil. Bahan fisil adalah bahan yang mudah terinduksi menghasilkan reaksi fisi melalui interaksi dengan neutron lambat. Yang termasuk bahan fisil adalah uranium-233, uranium-235, plutonium-239 dan plutonium-240. Sedangkan yang tergolong bahan fertil adalah bahan yang tidak bersifat fisil, tetapi dapat diubah menjadi bahan fisil melalui reaksi penangkapan neutron dalam reaktor nuklir. Yang termasuk bahan fertil antara lain thorium-232, uranium-238 dan plutonium-240. Uranium-238 dan thorium- 232 dapat diubah menjadi plutonium-239 dan uranium-233 yang bersifat fisil. Reaktor daya terbaru saat ini menggunakan fuel dalam berbagai bentuk antara lain keramik, oksida seperti UO2, karbida seperti UC, dan nitrida seperti UN. 2. Fuel element (elemen bahan bakar), yaitu bagian diskrit struktur terkecil reaktor atau perangkat bahan bakar dengan bahan bakar nuklir sebagai bagian utamanya, juga disebut elemen bakar. 3. Fuel assembly / bundle (bundel bahan bakar), yaitu rakitan elemen bakar nuklir berbentuk batang, pin atau pelat yang tersusun teratur secara kompak dengan komponen struktur. Contoh fuel bundle PWR di kapal NS 22

19 Savannah (kapal penumpang dan kargo) yang didesain dan dibangun oleh Babcock and Wilcox Company : Gambar 2.3 Fuel assembly/bundle 4. Moderator, yaitu bahan seperti air, air berat (D2O) atau grafit yang dipakai dalam reaktor untuk memperlambat neutron cepat, sehingga meningkatkan probabilitas terjadinya proses fisi lebih lanjut. 5. Coolant (pendingin), yaitu bahan yang dialirkan ke dalam teras reaktor untuk memindahkan panas. Materi yang biasanya digunakan adalah air, udara, karbon dioksida, natrium cair dan paduan natrium-kalium. 6. Reactor core (teras reaktor), yaitu bagian utama reaktor nuklir yang berisi elemen bahan bakar dan biasanya juga berisi moderator, reflektor dan kontrol elemen. 7. Control element (elemen kendali), yaitu bagian reaktor yang digunakan untuk mengendalikan reaktivitas reaktor. Elemen kendali dapat berupa satu satuan tunggal atau satu set bagian tertentu. 23

20 8. Reflector (reflektor), yaitu lapisan bahan selimut teras reaktor yang merefleksikan neutron ke dalam teras sehingga neutron tidak lolos keluar teras reaktor. 9. Shielding (perisai), yaitu bahan atau lapisan yang diletakkan di antara sumber radiasi dan bahan atau orang untuk menyerap radiasi sehingga dapat mengurangi paparan. 2.3 Boiling Water Reactor (BWR) Pada Boiling Water Reactor (BWR), air ringan (H2O) memainkan peranan yang penting baik sebagai moderator maupun sebagai pendingin. Sebagian dari air ringan tersebut mendidih di dalam bejana tekan, menghasilkan campuran air dan uap yang keluar dari teras reaktor. Uap yang dihasilkan langsung masuk ke dalam turbin, oleh karena itulah air di dalam uap harus dipisahkan (air di dalam uap dapat merusak sudu-sudu turbin). Uap yang keluar dari turbin dikondensasikan di dalam kondenser dan diumpankan kembali ke dalam reaktor setelah dipanaskan. Air yang tidak diuapkan di dalam bejana reaktor terakumulasi di bagian bawah bejana dan bercampur dengan air umpan yang dipompa balik. Karakterisasi BWR yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 2.4 Parameter desain dari teras BWR Power Output 1000Mwe Average power density 50 Wcm -3 24

21 Radius of fuel pellet cm Radius of fuel rod cm Pin Pitch cm Void fraction % Fuel tipe Oksida Cladding Zircaloy-2 Coolant H 2 O 25

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM 3.1. Siklus Bahan Bakar Nuklir Siklus bahan bakar nuklir (nuclear fuel cycle) adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR

BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR BAB IV DATA DAN ANALISIS BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR 4.1 Parameter Desain Teras Reaktor 4.1.1 Komposisi bahan bakar pada teras reaktor Dalam pendesainan reaktor ini pertama kali

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi 3.1 Konfigurasi Teras Reaktor Spesifikasi utama dari HTTR diberikan pada tabel 3.1 di bawah ini. Reaktor terdiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan listrik di Indonesia semakin meningkat, sedangkan bahan bakar fosil akan segera habis. Oleh karena itu dibutuhkan pembangkit listrik yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

REAKTOR PEMBIAK CEPAT REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Elemen bakar yang telah digunakan pada reaktor termal masih dapat digunakan lagi di reaktor pembiak cepat, dan oleh karenanya reaktor ini dikembangkan untuk menaikkan rasio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa mendatang penggunaan bahan bakar berbasis minyak bumi harus dikurangi karena semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan dampak

Lebih terperinci

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif Oleh : Arif Novan Fitria Dewi N. Wijo Kongko K. Y. S. Ruwanti Dewi C. N. 12030234001/KA12 12030234226/KA12 12030234018/KB12 12030234216/KB12

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Komposisi Masukan Perhitungan dilakukan dengan menjadikan uranium, thorium, plutonium (Pu), dan aktinida minor (MA) sebagai bahan bakar reactor. Komposisi Pu dan MA yang

Lebih terperinci

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) DAN JENIS-JENIS REAKTOR PLTN (Yopiter L.A.Titi, NRP:1114201016, PascaSarjana Fisika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh November (ITS Surabaya) 1. Pendahuluan Nuklir

Lebih terperinci

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar - Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. - PLTN dikelompokkan

Lebih terperinci

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Lecture Presentation NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY By : NANIK DWI NURHAYATI, S,Si, M.Si Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan

Lebih terperinci

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR RINGKASAN Beberapa tipe Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah Reaktor Air Tekan (Pressurized Water Reactor, PWR), Reaktor Air Tekan Rusia (VVER),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan dengan membuat simulasi AHR menggunakan software MCNPX. Analisis hasil dilakukan berdasarkan perhitungan terhadap nilai kritikalitas (k eff )

Lebih terperinci

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 18, No. 3, Juli 2015, hal 95-100 STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O Very Richardina 1*, Wahyu Setia Budi 1 dan Tri

Lebih terperinci

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR PENGENALAN (PLTN) PEMBANGKIT L STR KTENAGANUKLTR I _ Sampai saat ini nuklir khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalam berbagai bidang seperti industri, kesehatan, pertanian, peternakan,

Lebih terperinci

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) Bab 2 Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Prinsip kerja dari pembangkit listrik tenaga nuklir secara umum tidak berbeda dengan pembangkit listrik

Lebih terperinci

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 ) Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 ) Riska*, Dian Fitriyani, Feriska Handayani Irka Jurusan Fisika Universitas Andalas *riska_fya@yahoo.com

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program sarjana pada Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung.

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program sarjana pada Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung. STUDI AWAL DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR DALAM BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM DENGAN MODEL BURNUP STANDAR MENGGUNAKAN MODUL PERHITUNGAN SEL PIJ DARI CODE SRAC 2002 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI Dosen : Hasbullah, S.Pd., MT. Di susun oleh : Umar Wijaksono 1101563 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012), 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012), maka peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN

BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN 3.1 Spesifikasi Umum Desain Reaktor Pada penelitian ini, penulis menggunakan data-data reaktor GCFR yang sedang dikembangkan oleh para ilmuwan dari Argonne

Lebih terperinci

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Daur bahan bakar nuklir merupakan rangkaian proses yang terdiri dari penambangan bijih uranium, pemurnian, konversi, pengayaan uranium dan konversi ulang menjadi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP Elfrida Saragi PPIN BATAN Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan, Indonesia 15310 Email

Lebih terperinci

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA PENDAHULUAN Disamping sebagai senjata nuklir, manusia juga memanfaatkan energi nuklir untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu pemanfaatan energi nuklir secara

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT Meiby Astri Lestari, Dian Fitriyani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang e-mail : meibyasri@gmail.com

Lebih terperinci

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) RINGKASAN Reaktor Grafit Berpendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR) adalah reaktor berbahan bakar uranium alam dengan moderator grafit dan berpendingin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mekanisme yang banyak digunakan untuk menghasilkan energi nuklir melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. mekanisme yang banyak digunakan untuk menghasilkan energi nuklir melalui 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Reaktor Secara umum, energi nuklir dapat dihasilkan melalui dua macam mekanisme, yaitu pembelahan inti atau reaksi fisi dan penggabungan beberapa inti melalui reaksi

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. Nur imam (2014110005) 2. Satria Diguna (2014110006) 3. Boni Marianto (2014110011) 4. Ulia Rahman (2014110014) 5. Wahyu Hidayatul

Lebih terperinci

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional 1 Pokok Bahasan STRUKTUR ATOM DAN INTI ATOM A. Struktur Atom B. Inti Atom PELURUHAN RADIOAKTIF A. Jenis Peluruhan B. Aktivitas Radiasi C. Waktu

Lebih terperinci

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Sedemikian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN TUGAS... iv KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMBANG

Lebih terperinci

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Reaktor pembiak cepat (Fast Breeder Reactor/FBR) adalah reaktor yang memiliki kemampuan untuk melakukan "pembiakan", yaitu suatu proses di mana selama reaktor

Lebih terperinci

PELURUHAN RADIOAKTIF

PELURUHAN RADIOAKTIF PELURUHAN RADIOAKTIF Inti-inti yang tidak stabil akan meluruh (bertransformasi) menuju konfigurasi yang baru yang mantap (stabil). Dalam proses peluruhan akan terpancar sinar alfa, sinar beta, atau sinar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Memperoleh energi yang terjangkau untuk rumah tangga dan industri adalah aktivitas utama pada masa ini dimana fisi nuklir memainkan peran yang sangat penting. Para

Lebih terperinci

ANALISIS NEUTRONIK PADA REAKTOR CEPAT DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR (UN-PuN, UC-PuC DAN MOX)

ANALISIS NEUTRONIK PADA REAKTOR CEPAT DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR (UN-PuN, UC-PuC DAN MOX) ANALISIS NEUTRONIK PADA REAKTOR CEPAT DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR (UN-PuN, UC-PuC DAN MOX) Dina Cinantya N, Dian Fitriyani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas e-mail: cinantyad@yahoo.com ABSTRAK Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya cadangan minyak bumi, gas dan batubara di Indonesia,membuat kita harus segera memikirkan

Lebih terperinci

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.tpn.01 STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM Ridha Mayanti 1,a), Menik Ariani 2,b), Fiber Monado 2,c)

Lebih terperinci

III.3. Material Fisil dan Fertil III.4. Persamaan Diferensial Bateman III.5. Efek Umpan Balik Reaktivitas Suhu dan Void III.6.

III.3. Material Fisil dan Fertil III.4. Persamaan Diferensial Bateman III.5. Efek Umpan Balik Reaktivitas Suhu dan Void III.6. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN TUGAS... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR

Lebih terperinci

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti LABORATORIUM KIMIA FISIK Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti Drs. Iqmal Tahir, M.Si., Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi Radiasi adalah pancaran energi yang berasal dari proses transformasi atom atau inti atom yang tidak stabil. Ketidak-stabilan atom dan inti atom mungkin

Lebih terperinci

Definisi PLTN. Komponen PLTN

Definisi PLTN. Komponen PLTN Definisi PLTN PLTN adalah sebuah pembangkit daya thermal yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkilt Listrik

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. AFRI YAHDI : 2013110067 2. M.RAZIF : 2013110071 3. SYAFA RIDHO ILHAM : 2013110073 4. IKMARIO : 2013110079 5. CAKSONO WIDOYONO : 2014110003

Lebih terperinci

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX)

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX) Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 1, Januari 2016 ISSN 2302-8491 Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX) Nella Permata Sari 1,*, Dian Fitriyani,

Lebih terperinci

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR) REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR) RINGKASAN Reaktor Air Didih adalah salah satu tipe reaktor nuklir yang digunakan dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Reaktor tipe ini menggunakan

Lebih terperinci

235 U + n 148 La + 85 Br + 3n

235 U + n 148 La + 85 Br + 3n 1 A. Definisi dan Sejarah Reaktor Nuklir Reaktor nuklir adalah alat yang didesain untuk mempertahankan reaksi berantai, di mana aliran neutron yang stabil dan terkontrol dihasilkan dari reaksi fisi suatu

Lebih terperinci

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6 KIMIA INTI 1. Setelah disimpan selama 40 hari, suatu unsur radioaktif masih bersisa sebanyak 0,25 % dari jumlah semula. Waktu paruh unsur tersebut adalah... 20 hari 8 hari 16 hari 5 hari 10 hari SMU/Ebtanas/Kimia/Tahun

Lebih terperinci

EFISIENSI MATERIAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR LWR (LIGHT WATER REACTOR) DAN PHWR (PRESSURIZED HEAVY WATER REACTOR)

EFISIENSI MATERIAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR LWR (LIGHT WATER REACTOR) DAN PHWR (PRESSURIZED HEAVY WATER REACTOR) EFISIENSI MATERIAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR LWR (LIGHT WATER REACTOR) DAN PHWR (PRESSURIZED HEAVY WATER REACTOR) Mochammad Ahied Program Studi Pendidikan IPA, Universitas Trunojoyo Madura

Lebih terperinci

STUDI TENTANG FISIBILITAS DAUR ULANG AKTINIDA MINOR DALAM BWR. Abdul Waris 1* dan Budiono 2

STUDI TENTANG FISIBILITAS DAUR ULANG AKTINIDA MINOR DALAM BWR. Abdul Waris 1* dan Budiono 2 Studi Tentang Fisibilitas Daur Ulang Aktinida Minor dalam BWR (Abdul Waris) ISSN 1411-3481 STUDI TENTANG FISIBILITAS DAUR ULANG AKTINIDA MINOR DALAM BWR Abdul Waris 1* dan Budiono 2 1 Kelompok Keilmuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi energi listrik dunia dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam hal ini industri memegang peranan penting dalam kenaikan konsumsi listrik dunia. Di Indonesia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ditimbulkan oleh semakin berkurangnya sumber energi fosil serta dampak

TINJAUAN PUSTAKA. ditimbulkan oleh semakin berkurangnya sumber energi fosil serta dampak 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Energi Nuklir Energi nuklir merupakan salah satu energi alternatif atas masalah yang ditimbulkan oleh semakin berkurangnya sumber energi fosil serta dampak lingkungan yang ditimbulkannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah energi merupakan salah satu hal yang sedang hangat dibicarakan saat ini. Di Indonesia, ketergantungan kepada energi fosil masih cukup tinggi hampir 50 persen

Lebih terperinci

Analisis Kemampuan Breeding Ratio dan Void Reactivity Reaktor Termal Air Berat Berbahan Bakar Thorium

Analisis Kemampuan Breeding Ratio dan Void Reactivity Reaktor Termal Air Berat Berbahan Bakar Thorium Analisis Kemampuan Breeding Ratio dan Void Reactivity Reaktor Termal Air Berat Berbahan Bakar Thorium Muhammad Ilham 1,a), Sidik Permana 1,b) 1 Laboratorium Fisika Nuklir, Kelompok Keilmuan Fisika Nuklir

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN FRAKSI BAKAR BUANG UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 2,96 gu/cc DI TERAS RSG-GAS

ANALISIS PENINGKATAN FRAKSI BAKAR BUANG UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 2,96 gu/cc DI TERAS RSG-GAS 176 ISSN 0216-3128 Lily Suparlina ANALISIS PENINGKATAN FRAKSI BAKAR BUANG UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 2,96 gu/cc DI TERAS RSG-GAS Lily suparlina Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan

Lebih terperinci

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN Muhammad Ilham, Annisa Khair, Mohamad Yusup, Praba Fitra Perdana, Nata Adriya, Rizki Budiman 121178, 12115, 121177, 121118, 12116, 12114 Program Studi Fisika, Institut

Lebih terperinci

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ada beberapa kategori power/daya yang digunakan, antara lain backbone power, green power dan mobile power. Backbone power adalah sumber energi primer yang selalu tersedia

Lebih terperinci

REAKTOR NUKLIR. Sulistyani, M.Si.

REAKTOR NUKLIR. Sulistyani, M.Si. REAKTOR NUKLIR Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Reaktor Nuklir Reaktor Nuklir pertama kali dibuat oleh Fermi tahun 1942. Reaktor nuklir dikelompokkanmenjadi reaktor penelitian dan reaktor

Lebih terperinci

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN TUGAS Mengenai : PLTN Di Susun Oleh: ADRIAN Kelas : 3 IPA MADRASAH ALIYAH ALKHAIRAT GALANG TAHUN AJARAN 2011-2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam

Lebih terperinci

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) RINGKASAN Setelah perang dunia kedua berakhir, Kanada mulai mengembangkan PLTN tipe reaktor air berat (air berat: D 2 O, D: deuterium) berbahan bakar uranium alam. Reaktor

Lebih terperinci

FISIKA ATOM & RADIASI

FISIKA ATOM & RADIASI FISIKA ATOM & RADIASI Atom bagian terkecil dari suatu elemen yang berperan dalam reaksi kimia, bersifat netral (muatan positif dan negatif sama). Model atom: J.J. Thomson (1910), Ernest Rutherford (1911),

Lebih terperinci

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA. Mohammad Taufik *

ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA. Mohammad Taufik * ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA Mohammad Taufik * ABSTRAK ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA. Telah dilakukan simulasi untuk melakukan analisa keselamatan

Lebih terperinci

5. KIMIA INTI. Kekosongan elektron diisi elektron pada kulit luar dengan memancarkan sinar-x.

5. KIMIA INTI. Kekosongan elektron diisi elektron pada kulit luar dengan memancarkan sinar-x. 1 5. KIMIA INTI A. Unsur Radioaktif Unsur radioaktif secara sepontan memancarkan radiasi, yang berupa partikel atau gelombang elektromagnetik (nonpartikel). Jenis-jenis radiasi yang dipancarkan unsur radioaktif

Lebih terperinci

BAB II RADIASI PENGION

BAB II RADIASI PENGION BAB II RADIASI PENGION Salah satu bidang penting yang berhubungan dengan keselamatan radiasi pengukuran besaran fisis radiasi terhadap berbagai jenis radiasi dan sumber radiasi. Untuk itu perlu perlu pengetahuan

Lebih terperinci

CROSS SECTION REAKSI INTI. Sulistyani, M.Si.

CROSS SECTION REAKSI INTI. Sulistyani, M.Si. CROSS SECTION REAKSI INTI Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Tampang Lintang (Cross Section) Reaksi Nuklir Kemungkinan terjadinya reaksi nuklir disebut penampang lintang (σ) yang mempunyai dimensi

Lebih terperinci

Nomor 36, Tahun VII, April 2001

Nomor 36, Tahun VII, April 2001 Nomor 36, Tahun VII, April 2001 Mengenal Proses Kerja dan Jenis-Jenis PLTN Di dalam inti atom tersimpan tenaga inti (nuklir) yang luar biasa besarnya. Tenaga nuklir itu hanya dapat dikeluarkan melalui

Lebih terperinci

Bab 2 Interaksi Neutron

Bab 2 Interaksi Neutron Bab 2 Interaksi Neutron 2.1 Pendahuluan Perilaku neutron fisi ketika berinteraksi dengan bahan menentukan fenomena reaksi neutron berantai yang terjadi. Untuk dapat mempertahankan reaksi berantai, minimal

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN.

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN. EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN Rizki Budi Rahayu 1, Riyatun 1, Azizul Khakim 2 1 Prodi Fisika, FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Lebih terperinci

ANALISIS KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR MODERATOR PWR DENGAN WIMS-ANL

ANALISIS KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR MODERATOR PWR DENGAN WIMS-ANL 186 ISSN 0216-3128 Tukiran, dkk. ANALISIS KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR MODERATOR PWR DENGAN WIMS-ANL Tukiran S. Rokhmadi PTRKN - BATAN ABSTRAK ANALISIS KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR MODERATOR PWR

Lebih terperinci

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU RINGKASAN Reaktor Pendingin Gas Maju (Advanced Gas-cooled Reactor, AGR) adalah reaktor berbahan bakar uranium dengan pengkayaan rendah, moderator grafit dan pendingin gas yang

Lebih terperinci

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Penggunaan uranium sebagai bahan bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) selain menghasilkan tenaga listrik dapat juga menghasilkan bahan

Lebih terperinci

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 04, No.01, Januari Tahun 2016 Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi nuklir yang semakin berkembang dewasa ini telah banyak digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit energi, industri, pertanian,

Lebih terperinci

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) RINGKASAN RBMK berasal dari bahasa Rusia "Reaktory Bolshoi Moshchnosti Kanalynye" (hi-power pressure-tube reactors: Reaktor pipa tekan berdaya

Lebih terperinci

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ). PELURUHAN GAMMA ( ) Peluruhan inti yang memancarkan sebuah partikel seperti partikel alfa atau beta, selalu meninggalkan inti pada keadaan tereksitasi. Seperti halnya atom, inti akan mencapai keadaan dasar

Lebih terperinci

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) RINGKASAN RBMK berasal dari bahasa Rusia "Reaktory Bolshoi Moshchnosti Kanalynye" (hi-power pressure-tube reactors: Reaktor pipa tekan berdaya

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MATERIAL REFLEKTOR TERHADAP FAKTOR KELIPATAN EFEKTIF REAKTOR TEMPERATUR TINGGI PROTEUS

PENGARUH JENIS MATERIAL REFLEKTOR TERHADAP FAKTOR KELIPATAN EFEKTIF REAKTOR TEMPERATUR TINGGI PROTEUS PENGARUH JENIS MATERIAL REFLEKTOR TERHADAP FAKTOR KELIPATAN EFEKTIF REAKTOR TEMPERATUR TINGGI PROTEUS Disusun oleh : TEGUH RAHAYU M0209052 SKRIPSI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dewasa ini, termasuk juga kemajuan dalam bidang teknologi nuklir telah mengantarkan umat manusia kepada

Lebih terperinci

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi VII. PELURUHAN GAMMA Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi 7.1. PELURUHAN GAMMA TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Setelah mempelajari Sub-pokok

Lebih terperinci

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI Disusun Oleh : ERMAWATI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 1999 1 ABSTRAK Dalam mendesain semua sistem nuklir, pelindung radiasi, generator isotop, sangat tergantung dari jalan

Lebih terperinci

CHAPTER III INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

CHAPTER III INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS CHAPTER III INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS -Inti atom atau nukllida terdiri atas neutron (netral) dan proton (muatan positif) -Massa neutron sedikit lebih besar

Lebih terperinci

Kimia Inti dan Radiokimia

Kimia Inti dan Radiokimia Kimia Inti dan Radiokimia Keradioaktifan Keradioaktifan: proses atomatom secara spontan memancarkan partikel atau sinar berenergi tinggi dari inti atom. Keradioaktifan pertama kali diamati oleh Henry Becquerel

Lebih terperinci

POTENSI PRODUKSI MOLYBDENUM-99 ( PADA REAKTOR SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MO-99 PRODUCTION (SAMOP)

POTENSI PRODUKSI MOLYBDENUM-99 ( PADA REAKTOR SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MO-99 PRODUCTION (SAMOP) POTENSI PRODUKSI MOLYBDENUM-99 ( PADA REAKTOR SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MO-99 PRODUCTION (SAMOP) TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Yunita Anggraini 1), Riyatun 2), Azizul Khakim 3) 1) Mahasiswa Prodi Fiska, FMIPA

Lebih terperinci

Disusun oleh: SUSANTI M SKRIPSI

Disusun oleh: SUSANTI M SKRIPSI PENGARUH VARIASI KONSENTRASI URANIUM DALAM BAHAN BAKAR URANIL NITRAT (UO 2 (NO 3 ) 2 ) DAN URANIL SULFAT (UO 2 SO 4 ) TERHADAP NILAI KRITIKALITAS AQUEOUS HOMOGENEOUS REACTOR (AHR) Disusun oleh: SUSANTI

Lebih terperinci

Radioaktivitas dan Reaksi Nuklir. Rida SNM

Radioaktivitas dan Reaksi Nuklir. Rida SNM Radioaktivitas dan Reaksi Nuklir Rida SNM rida@uny.ac.id Outline Sesi 1 Radioaktivitas Sesi 2 Peluruhan Inti 1 Radioaktivitas Tujuan Perkuliahan: Partikel pembentuk atom dan inti atom Bagaimana inti terikat

Lebih terperinci

CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS -Inti atom atau nukllida terdiri atas neutron (netral) dan proton (muatan positif) -Massa neutron sedikit lebih besar daripada massa proton -ukuran inti atom berkisar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat di dunia. Saat ini Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke 16 di dunia dan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di dunia, yang menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang besar. PLTN

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI BAHAN PENDINGIN JENIS LOGAM CAIR TERHADAP KINERJA TERMALHIDROLIK PADA REAKTOR CEPAT

PENGARUH VARIASI BAHAN PENDINGIN JENIS LOGAM CAIR TERHADAP KINERJA TERMALHIDROLIK PADA REAKTOR CEPAT PENGARUH VARIASI BAHAN PENDINGIN JENIS LOGAM CAIR TERHADAP KINERJA TERMALHIDROLIK PADA REAKTOR CEPAT Nevi Haryani, Dian Fitriyani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas e-mail: neviharya31@gmail.com

Lebih terperinci

Analisis Distribusi Suhu Aksial Teras Dan Penentuan k eff PLTN Pebble Bed Modular Reactor (PMBR) 10 MWE Menggunakan Metode MCNP 5

Analisis Distribusi Suhu Aksial Teras Dan Penentuan k eff PLTN Pebble Bed Modular Reactor (PMBR) 10 MWE Menggunakan Metode MCNP 5 Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 12, No. 3, Juli 2010, hal 85-90 Analisis Distribusi Suhu Aksial Teras Dan Penentuan k eff PLTN Pebble Bed Modular Reactor (PMBR) 10 MWE Menggunakan Metode MCNP 5 Agung

Lebih terperinci

DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI

DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI Youngster Physics Journal ISSN : 2303-7371 Vol. 3, No. 2, April 2014, Hal 107-112 DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI Fatkhiyatul Athiqoh 1), Wahyu Setia Budi

Lebih terperinci

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2 Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati ABSTRAK PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Elemen bakar merupakan salah

Lebih terperinci

POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN

POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN POTENTIAL OF THORIUM AS FUEL AT GAS COOLED FAST REACTOR FOR NUCLEAR POWER PLANT Menik Ariani 1 *, Supardi 1, Fiber Monado

Lebih terperinci

Asisten : Astari Rantiza/ Tanggal Praktikum : 24 Februari 2015

Asisten : Astari Rantiza/ Tanggal Praktikum : 24 Februari 2015 MODUL FNB 1 MODUL ANALISIS KESELAMATAN PLTN Ali Akbar, Ahmad Sibaq Ulwi, Anderson, M Jiehan Lampuasa, Qiva Chandra Mahaputra, Sarah Azzahwa 121299, 12127, 121286, 121262, 121265, 121219 Program Studi Fisika,

Lebih terperinci

ANALISIS NEUTRONIK TERAS SILISIDA DENGAN KERAPATAN 5,2 g U/cc REAKTOR RSG-GAS Lily Suparlina *)

ANALISIS NEUTRONIK TERAS SILISIDA DENGAN KERAPATAN 5,2 g U/cc REAKTOR RSG-GAS Lily Suparlina *) ANALISIS NEUTRONIK TERAS SILISIDA DENGAN KERAPATAN 5,2 g U/cc REAKTOR RSG-GAS Lily Suparlina *) ABSTRAK ANALISIS NEUTRONIK TERAS SILISIDA DENGAN KERAPATAN 5,2 g U/cc REAKTOR RSG-GAS. Perhitungan kritikalitas

Lebih terperinci

RADIASI BETA (β) RINGKASAN

RADIASI BETA (β) RINGKASAN RADIASI BETA (β) RINGKASAN Pemancaran elektron (β - ) atau positron (β + ), atau penangkapan elektron pada orbit terluar oleh inti induk (tangkapan elektron), disebut pemancaran radiasi β. Pada pemancaran

Lebih terperinci

Inti atom Radioaktivitas. Purwanti Widhy H, M.Pd

Inti atom Radioaktivitas. Purwanti Widhy H, M.Pd Inti atom Radioaktivitas Purwanti Widhy H, M.Pd bagian terkecil suatu unsur yg mrpkn suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama. Bagian Atom : Elektron Proton Netron Jumlah

Lebih terperinci

REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI

REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI nanikdn.staff.uns.ac.id nanikdn.staff.fkip.uns.ac.id 081556431053 / (0271) 821585 REAKSI INTI Reaksi Inti adalah proses perubahan yang terjadi dalam inti atom

Lebih terperinci

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS 1 - Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang - " Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan

Lebih terperinci

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI suatu emisi (pancaran) dan perambatan energi melalui materi atau ruang dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel 2 3 Peluruhan zat

Lebih terperinci