ETOS KERJA KAITANNYA DENGAN NILAI BUDAYA MASYARAKAT DI DESA PANGKUSA FITRIA BUNTUAN Jurusan Sejarah Prodi. Pendidikan Sejarah
|
|
- Sri Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ETOS KERJA KAITANNYA DENGAN NILAI BUDAYA MASYARAKAT DI DESA PANGKUSA FITRIA BUNTUAN Jurusan Sejarah Prodi. Pendidikan Sejarah Anggota Darwin Une * Yusni Pakaya ** Abstrak Fitria Buntuan, Persepsi Tentang Etos Kerja Kaitannya Dengan Nilai Budaya Masyarakat di Desa Pangkusa. Skripsi, Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing: (1) Drs. Darwin Une, M.Pd (2). Yusni Pakaya, S.Pd.,M.Pd Tujuan penelitian ini adalah (1). Untuk mengenali sistim nilai budaya masyarakat Pangkusa khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya yang mempunyai pengaruh pada sikap dan mentalitas pendukung suatu kebudayaannya, (2). Mengenali sistim nilai budaya masyarakat Pangkusa dan relevan dengan tujuan pembangunan yang sedang digalakan oleh pemerintah, (3). Mengetahui seberapa jauh etos kerja suatu masyarakat (masyarakat Pangkusa) dalam mendukung pembangunan. Lokasi yang dipilih oleh peneliti sebagai tempat penelitian ini adalah Desa Pangkusa Kecamatan Sangkup Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Sulawesi Utara. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : (1). Etos kerja masyarakat Pangkusa tidak lepas dari konsepsi etos kerja Islam, (2). Ditinjau dari sudut konsepsional, ide masyarakat Pangkusa 1
2 2 memiliki etos kerja yang tinggi dan sangat menghargai terhadap kerja namun dalam kenyataan realitas sehari-hari kelihatan masyarakat Pangkusa belum melaksanakan konsep etos kerja itu secara maksimal, (3). Masyarakat Pangkusa sangat menghargai waktu. (4). Bagi masyarakat Pangkusa tenaga yang dikeluarkan untuk bekerja tidak begitu optimal akan tetapi mereka hanya untuk cukup makan dan selebihnya untuk naik haji dan menyekolahkan anak. (5). Etos kerja masyarakat Pangkusa juga dimotivasi oleh persoalan-persoalan kemasyarakatan. Oleh karena itu disarankan: (1). Meningkatkan etos kerja masyarakat Pangkusa secara konsepsional harus di mulai dengan peningkatan pemahaman masyarakat tentang Islam, (2). Untuk meningkatkan etos kerja masyarakat Pangkusa perlu dimulai dengan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat serta peningkatan tersebut harus dilaksanakan terlebih dahulu oleh pemimpin, (3). Perlu dilakukan studi perbandingan, (4). Untuk menunjang etos kerja masyarakat Pangkusa pihak yang terkait atau pemerintah perlu memberikan bantuan berupa modal maupun mempermudah urusan dalam mengurus sesuatu bentuk usaha, (5). Pemerintah perlu mengupayakan agar masyarakat Pangkusa yang sebagian besar hidup dibidang pertanian dan mereka umumnya menanam padi diarahkan agar mau menanam tumbuh-tumbuhan selain padi (palawija) agar adanya peragaman hasil pertanian, (6). Masyarakat Pangkusa perlu dirubah pola pikir dan pola tindak yang mengarah kerja hanya untuk cukup makan, (7). Kepedulian sosial yang tertanam dalam akar budaya masyarakat Pangkusa perlu dipupuk terus dan diwujudkan dalam kenyataan seperti kegemaran membayar zakat, kegemaran bersedekah dan sebagainya. Kata kunci : Etos Kerja, Nilai Budaya Masyarakat Pangkusa
3 3 PENDAHULUAN Pembangunan Indonesia adalah Pembangunan yang berwawasan budaya. Oleh karena itu setiap tindak pembangunan harus berakar dari pada budaya bangsa. Kadang-kadang orang melupakan nilai-nilai manusiawi dalam masyarakat sebagai akibat peralihan petani, pra industri menuju masyarakat Industri. Pada masa sekarang, hampir setiap hari surat-surat kabar dan orang-orang membicarakan tentang perlunya perkembangan nilai-nilai budaya yang sejalan dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan teknologi, tetapi usahausaha yang konkrit ke arah itu masih tersendat-sendat. Oleh karena itu upaya menggali dan mengungkapkan serta mengukuhkan nilai-nilai budaya lama dan asli yang mempunyai potensi integratif dan masih selaras dengan tuntutan zaman perlu dikembangkan. Dalam sistem nilai budaya setiap suku bangsa termasuk suku Bolaang Mongondow Utara mempunyai beberapa nilai tradisional yang masih cocok dengan jiwa pembangunan. Nilai-nilai ini dapat memudahkan taktik untuk mengajak rakyat berpartisipasi dalam pembangunan dengan cara memberi contohcontoh yang positif. Diantara sifat mentalitas yang juga mempunyai aspek positif guna pembangunan adalah adanya nilai budaya yang memuji sifat " tahan penderitaan ". Kecuali itu juga sifat lain dari nilai tradisional ini yang dimiliki oleh beberapa suku bangsa di Indonesia termasuk suku Mongondow yaitu, suatu konsepsi yang mewajibkan untuk tetap berusaha walaupun hidup itu pada hakekatnya harus dialami sebagai suatu masa ujian yang perlu diperbaiki. Dengan kata lain, dalam hidup wajib ada usaha, seperti juga termaktup dalam ajaran-ajaran agama (Islam) yaitu ikhtiar (usaha) itu wajib dilakukan. Selain itu sifat positif lainnya yang berasal dari nilai tradisional yaitu nilai gotong royong. Disini mengandung suatu tema berfikir, bahwa manusia tidak hidup sendiri di dunia ini, tetapi dikelilingi oleh sistem sosial dari komunitas dan masyarakat sekitarnya. Cara berpikir seperti itu tentu membawa suatu rasa keamanan nurani yang amat dalam dan mantap kepada kita, karenan latar belakang dan pikiran kita tetap ada bayangan bahwa dalam keadaan apapun, pasti ada yang membantu.
4 4 Pandangan seperti tersebut diatas itulah yang pada gilirannya mewarnai etos kerja masyarakat, seperti halnya masyarakat Pangkusa. Dengan perkataan lain tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat, sangat tergantung pada bagaimana cara suatu masyarakat (seperti masyarakat Pangkusa) memandang masalah dasar dalam kehidupan manusia, sehingga dapat dinilai seberapa jauh tingkat tinggi atau rendahnya etos kerja masyarakat yang bersangkutan. Penelitian ini menggunakan beberapa konsep teori, yakni teori tentang etos kerja, pengembangan etos kerja, konsep nilai budaya, system nilai, orientasi nilai budaya,. Adapun deskripsi teori yang telah disebutkan di atas adalah sebagai berikut. Pertama teori tentang etos kerja. Kamus Wikipedia menyebutkan bahwa etos berasal dari bahasa Yunani; akar katanya adalah ethikos, yang berarti moral atau menunjukkan karakter moral. Dalam bahasa Yunani kuno dan modern, etos punya arti sebagai keberadaan diri, jiwa, dan pikiran yang membentuk seseorang. Menurut Thohir Luth (1997:39) bahwa: Etos kerja secara islami yaitu: (1) Niat ikhlas karena Allah semata : niat teramat penting dalam setiap aktivitas. Nilai pekerjaan kita bias menjadi ibadah atau tidak sangat bergantung pada niat untuk apa kita melaksanakan sesuatu. Dalam pengertian sederhana, manusia akan diperhitungkan perbuatan sesuai dengan niatnya; (2) Kerja Keras (al-jiddu fi al- amal) Toto Tasmara (2002:6) dalam bukunya mengemukakan bahwa: Seorang muslim yang memiliki etos kerja adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat (shalih) yang merupakan bagian dari amanah Allah. Itulah sebabnya, cara pandang kita di dalam melaksanakan suatu pekerjaan harus didasarkan pada tiga dimensi kesadaran, yaitu : aku tau (makrifat, alamat, epistemology), aku berharap(hakikat, ilmu, religiositas) dan aku berbuat (syariat, amal, etis). Nilai-nilai etika yang dikaitkan dengan etos kerja seperti rajin, bekerja, keras, berdisplin tinggi, menahan diri, ulet, tekun dan nilai-nilai etika lainnya bisa juga ditemukan pada masyarakat dan bangsa lain. Kerajinan, gotong royong, saling membantu, bersikap sopan misalnya masih ditemukan dalam masyarakat kita. Perbedaannya adalah bahwa pada bangsa tertentu nilai-nilai etis tertentu menonjol sedangkan pada bangsa lain tidak. Dalam perjalanan waktu, nilai-nilai
5 5 etis tertentu, yang tadinya tidak menonjol atau biasa-biasa saja bisa menjadi karakter yang menonjol pada masyarakat atau bangsa tertentu. Setiap keyakinan mempunyai sistem nilai dan setiap orang yang menerima keyakinan tertentu berusaha untuk bertindak sesuai dengan keyakinannya. Bila pengertian etos kerja adalah respon yang unik dari seseorang atau kelompok atau masyarakat terhadap kehidupan; respon atau tindakan yang muncul dari keyakinan yang diterima dan respon itu menjadi kebiasaan atau karakter pada diri seseorang atau kelompok atau masyarakat. Menurut Jansen H Sinamo dalam ( delapan etos kerja yaitu : (1) Kerja adalah Rahmat bekerja tulus penuh syukur; (2) Kerja adalah Amanah bekerja benar penuh tanggung jawab; (3) Kerja adalah Panggilan bekerja tuntas penuh integritas; (4) Kerja adalah Aktualisasi bekerja keras penuh semangat; (5) Kerja adalah Ibadah bekerja serius penuh kecintaan; (6) Kerja adalah Seni bekerja cerdas penuh kreativitas; (7) Kerja adalah Kehormatan bekerja tekun penuh keunggulan; (8) Kerja adalah Pelayanan bekerja paripurna penuh kerendahan hati. Dari beberepa teori di atas dapat disimpulkan bahwa etos kerja merupakan kecenderungan atau karakter, sikap, kebiasaan, keyakinan yang berbeda dari individu atau kelompok. Bahkan dapat dikatakan bahwa etos pada dasarnya adalah tentang etika. Etika tentu bukan hanya dimiliki bangsa tertentu. Masyarakat dan bangsa apapun mempunyai etika, ini merupakan nilai-nilai universal. Dengan kata lain, etika kerja merupakan produk dari sistem kepercayaan yang diterima seseorang atau kelompok atau masyarakat. Kedua teori tentang pengembangan etos kerja. Berbicara mengenai sebuah lembaga pendidikan maka di dalamnya harus terdapat kurikulum yang paradigmatik, guru yang amanah dan memiliki kompetensi di bidangnya, proses belajar mengajar, lingkungan dan budaya kampus. Selain itu, terdapat ruang interaksi dan sinergi dengan keluarga dan masyarakat. Adanya interaksi dan sinergi ini diharapkan dapat menciptakan manusia Indonesia yang dirindukan pada abad mendatang, yaitu manusia yang memiliki kualitas SDM-nya serta mentalitasnya. Jika dimensi ini benar-benar tercipta sudah barang tentu ia sudah
6 6 siap menghadapi bahkan siap sebagai pelaku di era teknologi itu karena salah satu agenda penting bagi bangsa kita di abad 21 adalah mengusahakan agar kualitas tenaga kerja kita menjadi tenaga kerja bersaing dengan kemapanannya. Sumber daya manusia bangsa ini perlu dikembangkan hingga mencapai kualitas yang setara dengan bangsa-bangsa yang telah maju terlebih dahulu dibandingkan Indonesia. Hal ini semakin penting, karena selain masalah ekonomi yang menjadi penyakit akut di Indonesia, sesungguhnya kualitas SDM menjadi titik kritis sentral dalam proses tata kemajuan peradaban suatu bangsa secara luas baik dilihat secara politik, teknologi, kultural, maupun manajerial. Mochtar Lubis (2001:vii) menyatakankan bahwa: Adanya karakteristik etos kerja tertentu yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Beberapa di antara ciri-ciri itu adalah: munafik; tidak bertanggung jawab; feodal; percaya pada takhyul; Artistik; dan lemah wataknya. Dari beberapa penjelasan di atas dapat dibuat satu kesimpulan yang mengaitkan antara etos kerja manusia (atau komunitas) dengan keberhasilannya bahwa keberhasilan di berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh sikap, perilaku dan nilai-nilai yang diadopsi individu-individu manusia di dalam komunitas atau konteks sosialnya, melalui pengamatan terhadap karakteristik masyarakat di bangsa-bangsa yang mereka pandang unggul. Ketiga teori tentang konsep nilai budaya. Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku. Keterikatan orang atau kelompok terhadap nilai relatif sangat kuat dan bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan nilai budaya itu sendiri sudah dirumuskan oleh beberapa ahli seperti : Menurut Koentjaraningrat (1985:1): Banyak orang mengartikan konsep itu dalam arti yang terbatas, ialah pikiran,karya, dan hasil karya manusia yang memenuhi hasratnya akan keindahan. Dengan singkat: kebudayaan adalah kesenian. Dalam arti seperti konsep itu memang terlampau sempit. Sebaliknya, banyak orang terutama
7 7 para ahli ilmu social, mengartikan konsep kebudayaan itu dalam arti yang amat luas yaitu seluruh total dari pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya, dan yang karena itu hanya bias dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar. Konsep itu adalah amat luas karena meliputi hamper seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya. Ihromi (2006:7) mengartikan: Kebudayaan umumnya mencakup cara berpikir dan cara berlaku yang telah merupakan cirri khas suatu bangsa atau masyarakat tertentu. Sehubungan dengan itu maka kebudayaan terdiri dari hal-hal seperti bahasa, ilmu pengetahuan, hukum-hukum, kepercayaan, agama, kegemaran makanan tertentu, music, kebiasaan pekerjaan, larangan-larangan dan sebagainya. Menurut Manan (dalam Sofyan Sauri dan Achmad Hufad : Tim Pengembang ilmu Pendidikan FIP UPI (2007:62) mendefinisikan nilai budaya sebagai: Konsepsi umum yang terorganisasi, yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan alam, kedudukan manusia dalam alam, hubungan orang dengan orang dan tentang hal hal yang diingini dan tidak diingini yang mungkin bertalian dengan hubungan orang dengan lingkungan dan sesama manusia. Suatu nilai apabila sudah membudaya didalam diri seseorang, maka nilai itu akan dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk di dalam bertingkahlaku. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari hari, misalnya budaya gotong royong, budaya malas, dan lain lain. Jadi, secara universal, nilai itu merupakan pendorong bagi seseorang dalam mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya, bertitik tolak dari pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa setiap individu dalam melaksanakan aktifitas sosialnya selalu berdasarkan serta berpedoman kepada nilai nilai atau system nilai yang ada dan hidup dalam masyarakat itu sendiri. Artinya nilai nilai itu sangat banyak mempengaruhi tindakan dan perilaku manusia, baik secara individual, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut.
8 8 Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai budaya adalah suatu bentuk konsepsi umum yang dijadikan pedoman dan petunjuk di dalam bertingkah laku baik secara individual, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut. Keempat teori tentang system nilai. Kedudukan nilai dalam setiap kebudayaan sangatlah penting, maka pemahaman tentang sistem nilai budaya dan orientasi nilai budaya sangat penting dalam konteks pemahaman perilaku suatu masyarakat dan sistem pendidikan yang digunakan. Menurut Robbins (dalam Sofyan Sauri dan Achmad Hufad : Tim Pengembang ilmu Pendidikan FIP UPI (2007:62) mendefinisikan sistem nilai sebagai: a ranking of individual values according to their relative infortance. Secara fungsional system nilai ini mendorong individu untuk berperilaku seperti apa yang ditentukan. Mereka percaya, bahwa hanya dengan berperilaku seperti itu akan berhasil. Sistem nilai ini menjadi pedoman yang melekat erat secara emosional pada diri seorang atau sekumpulan orang, bahkan merupakan tujuan hidup yang diperjuangkan sehingga mengubah sistem nilai manusia tidaklah mudah dan dibutuhkan waktu yang lama. Sistem nilai budaya ini merupakan rangkaian dari konsep-konsep abstrak yang hidup dalam masyarakat, mengenai apa yang dianggap penting dan berharga, tetapi juga mengenai apa yang dianggap remeh dan tidak berharga dalam hidup. Sistem nilai budaya ini menjadi pedoman dan pendorong perilaku manusia dalam hidup yang memanifestasi kongkritnya terlihat dalam tata kelakuan. Dari sistem nilai budaya termasuk norma dan sikap yang dalam bentuk abstrak tercermin dalam cara berfikir dan dalam bentuk konkrit terlihat dalam bentuk pola perilaku anggota-anggota suatu masyarakat. Dari beberapa uraian definisi di atas dapat dideskripsikan bahwa, nilai sebagai sebuah konsepsi, eksplisit atau implisit, menjadi ciri khusus seseorang atau sekelompok orang, mengenai hal-hal yang diinginkan yang mempengaruhi pemilihan dari berbagai cara-cara, alat-alat, tujuan-tujuan perbuatan yang tersedia. Orientasi nilai budaya adalah Konsepsi umum yang terorganisasi, yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan alam, kedudukan manusia
9 9 dalam alam, hubungan orang dengan orang dan tentang hal-hal yang diingini dan tak diingini yang mungkin bertalian dengan hubungan antar orang dengan lingkungan dan sesama manusia. Kelima teori tentang orintasi nilai budaya. Orintasi nilai budaya umumnya dimasyarakat memiliki beberapa prinsip berpola sebagai hasil dari pengaruh yang bersifat timbal balik dari segala bentuk proses yang bentuk tata susunan dan arahannya memiliki alur tindakan dan pemikiran manusia yang terus mengalir dalam memecahkan berbagai macam masalah-masalah berupa nilai budaya dalam masyarakat. Menurut Kluckhohn (dalam Sofyan Sauri dan Achmad Hufad : Tim Pengembang ilmu Pendidikan FIP UPI (2007:62) mengemukakan bahwa: Nilai budaya merupakan sebuah konsep beruang lingkup luas yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah sistem nilai nilai budaya. Secara fungsional sistem nilai ini mendorong individu untuk berperilaku seperti apa yang ditentukan. Mereka percaya, bahwa hanya dengan berperilaku seperti itu mereka akan berhasil. Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang, malah merupakan tujuan hidup yang diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah sistem nilai manusia tidaklah mudah, dibutuhkan waktu. Sebab, nilai nilai tersebut merupakan wujud ideal dari lingkungan sosialnya. Dapat pula dikatakan bahwa sistem nilai budaya suatu masyarakat merupakan wujud konsepsional dari kebudayaan mereka, yang seolah olah berada diluar dan di atas para individu warga masyarakat itu. Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn (dalam Sofyan Sauri dan Achmad Hufad : Tim Pengembang ilmu Pendidikan FIP UPI (2007:64) kelima masalah pokok tersebut adalah: 1) Masalah hakekat hidup, 2) Hakekat kerja atau karya manusia,
10 10 3) Hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, 4) Hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar, 5) Hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya. Dalam bukunya (Koentjaraningrat, 1985:2) bahwa: Karena demikian luasnya, maka guna keperluan analisa konsep kebudayaan itu perlu dipecah lagi kedalam unsu-unsurnya. Unsur-unsur terbesar yang terjadi karena pecahan tahap pertama disebut unsure-unsur kebudayaab yang universal, dan merupakan unsur-unsur yang pasti bias ditemukan disemua kebudayaan di dunia, baik yang hidup dalam masyarakat pedesaan yan kecil terpencil maupun dalam masyarakat kekotaan yang besar dan komplex. Berbagai kebudayaan mengkonsepsikan masalah universal ini dengan berbagai variasi yang berbeda beda. Seperti masalah pertama, yaitu mengenai hakekat hidup manusia. Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Budha misalnya, menganggap hidup itu buruk dan menyedihkan. Oleh karena itu pola kehidupan masyarakatnya berusaha untuk memadamkan hidup itu guna mendapatkan nirwana, dan mengenyampingkan segala tindakan yang dapat menambah rangkaian hidup kembali. Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam kehidupan. Ada kebudayaan yang memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk kelangsungan hidup (survive) semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja keras. Akan tetapi ada juga yang menganggap kerja untuk mendapatkan status, jabatan dan kehormatan. Namun, ada yang berpendapat bahwa kerja untuk mempertinggi prestasi. Mereka ini berorientasi kepada prestasi bukan kepada status. Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu. Ada budaya yang memandang penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini sebagai focus usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan yang berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup masyarakatnya. Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional manusia terhadap alam. Ada yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya ada yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang
11 11 Maha Esa untuk dikuasai manusia. Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara pandang ini akan berpengaruh terhadap pola aktivitas masyarakatnya. Masalah kelima menyangkut hubungan antar manusia. Dalam banyak kebudayaan hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara bermusyawarah, mengambil keputusan dan bertindak. Kebudayaan yang menekankan hubungan horizontal (koleteral) antar individu, cenderung untuk mementingkan hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian seperti terlihat dalam masyarakat masyarakat eligaterian. Sebaliknya kebudayaan yang menekankan hubungan vertical cenderung untuk mengembangkan orientasi keatas (kepada senioritas, penguasa atau pemimpin). Orientasi ini banyak terdapat dalam masyarakat paternalistic (kebapaan). Tentu saja pandangan ini sangat mempengaruhi proses dinamika dan mobilitas social masyarakatnya. Inti permasalahan disini adalah siapa yang harus mengambil keputusan. Sebaiknya dalam system hubungan vertical keputusan dibuat oleh atasan (senior) untuk semua orang. Tetapi dalam masyarakat yang mementingkan kemandirian individual, maka keputusan dibuat dan diarahkan kepada masing masing individu. METODE PENULISAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Adapun penelitian kualitatif menurut Creswell (dalam, J.R.Raco (2003:7) adalah suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba memberikan informasi yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis, faktual, akurat mengenai
12 12 Persepsi Tentang Etos Kerja Kaitanya Dengan Nilai Budaya Masyarakat di desa Pangkusa. HASIL DAN PEMBAHASAN Budaya Pangkusa sangat menghargai orang yang rajin bekerja dan membenci orang yang malas. Orang yang rajin mendapat tempat yang tinggi dalam nuansa budaya. Manusia Pangkusa dalam berusaha dimotivasi pula oleh nilai-nilai keislaman. Islam mengajarkan dan tercermin dalam praktek sehari-hari masyarkat setiap memulai sesuatu usaha atau kerja selalu memanjat kepada Allah agar diberikan hasil yang memadai. Disamping itu dalam berusaha masyarakat juga dimotivasi oleh kewajiban membayar zakat. Zakat bagi orang Pangkusa terutama masyarakat petani bukanlah sesuatu yang dihindari, akan tetapi merupakan kewajiban yang didambakan agar mampu dibayarkannya. Untuk itu masyarakat selalu berusaha agar pekerjaan yang dilaksanakan memperoleh hasil yang melimpah sampai mencapai nisabnya. Etos kerja masyarakat dalam berusaha juga dimotivasi oleh keinginan untuk menunaikan zakat. Disamping membayar zakat terdapat pula sedekahsedekah sunat dan perayaan-perayaan ritual. Perayaan tersebut seperti perayaan Maulid. Kenduri Apam. kanduri beureuat dan sebagainya. Masyarakat Pangkusa kenduri maulid merupakan kewajiban bagi penduduk negeri. Budaya masyarakat Pangkusa menekankan agar seseorang harus bekerja sekuat tenaga untuk mendapatkan hasil yang memadai Budaya Pangkusa menganjurkan paling tidak untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup sehari-hari, karena Islam tidak menyukai orang yang peminta-minta (pemalas). Ditinjau dari segi adat kemapanan ekonomi bukan saja sanggup mencari nafkah akan tetapi sewaktu hendak melangsungkan pernikahan harus dibarengi dengan pelunasan mahar berupa emas sesuai dengan perjanjian. Ketentuan adat ini tentu seseorang membutuhkan kesungguhan agar dapat memperoleh mahar tersebut. Aspek positif dari pemberian mahar kepada mempelai wanita oleh mempelai pria merupakan dorongan untuk menggugah seseorang dalam bekerja dan sebagai ukuran atau simbul kesiapan dan kemapanan dari segi ekonomi
13 13 seorang pemuda yang ingin melangsungkan perkawinan (berumah tangga). Bagi si wanita merupakan pegangan bukti kecintaan seorang pemuda kepadanya. Waktu memegang peranan penting dalam melaksanakan aktivitas hidup seharihari. Waktu merupakan sesuatu yang sangat berharga. Islam memberikan perumpamaan waktu itu seperti laksana pedang. Pedang merupakan benda yang tajam dan bertujuan untuk menghanus musuh atau benda-benda lainnya. Berarti waktu jika tidak dimanfaatkan dengan baik maka ia akan dapat menghancurkan manusia itu sendiri. Akan tetapi seandainya mampu kita manfaatkan secara efektif dan efisien maka sangat menguntungkan bagi manusia. Masyarakat Pangkusa sejak dahulu sampai sekarang dikenal dengan masyarakat yang homogen, walaupun dari segi keturunan ada yang mengatakan dari berbagai suku bangsa di dunia. Masyarakat yang homogen dan ditopang oleh pengamalan terhadap ajaran agama Islam yang dianut masyarakat semakin mempertebal solidaritas sosial dan kepedulian sosial. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Etos kerja masyarakat Pangkusa tidak lepas dari konsepsi etos kerja Islam. Etos kerja Islam mengajarkan bahwa umatnya harus rajin bekerja dan mengamalkan bahwa pekerjaan itu adalah ibadah. Islam memiliki etos kerja yang tinggi dan selalu menggantungkan harapan pada Allah SWT, Islam menganjurkan agar umatnya melakukan berbagai usaha. Kegagalan atau belum berhasilnya sesuatu usaha tidak boleh berputus asa. 2. Ditinjau dari sudut konsepsional, ide masyarakat Pangkusa memiliki etos kerja yang tinggi dan sangat menghargai terhadap kerja namun dalam kenyataan realitas sehari-hari kelihatan masyarakat Pangkusa belum melaksanakan konsep etos kerja itu secara maksimal. 3. Masyarakat Pangkusa sangat menghargai waktu. Penghargaan terhadap waktu merupakan pengamalan terhadap nilai-nilai agama Islam dan pengamalan terhadap adat.
14 14 4. Bagi masyarakat Pangkusa tenaga yang dikeluarkan untuk bekerja tidak begitu optimal akan tetapi mereka hanya untuk cukup makan dan selebihnya untuk naik haji dan menyekolahkan anak. 5. Etos kerja masyarakat Pangkusa juga dimotivasi oleh persoalan-persoalan kemasyarakatan. Masyarakat Pangkusa memiliki kepedulian sosial yang tinggi sehingga mereka selalu bekerja keras untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan tujuan akan memberikan kepada orang fakir miskin serta anak yatim dari bahagian hasil jerih payahnya. Saran Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menyarankan sebagai berikut: 1. Meningkatkan etos kerja masyarakat Pangkusa secara konsepsional harus di mulai dengan peningkatan pemahaman masyarakat tentang Islam. 2. Untuk meningkatkan etos kerja masyarakat Pangkusa perlu dimulai dengan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat serta peningkatan tersebut harus dilaksanakan terlebih dahulu oleh pemimpin baik pemimpin formal (pemerintah) maupun pemimpin non formal (ulama, pemimpin adat). 3. Disamping itu perlu dilakukan studi perbandingan, maksudnya masyarakat Pangkusa perlu dibawa studi perbandingan melihat keberhasilan daerah lain agar terbuka pikiran mereka serta tidak larut dengan kehebatan masalalunya. Dengan mereka melihat perkembangan daerah lain maka akan memotivasikan diri mereka untuk bekerja lebih giat. 4. Untuk menunjang etos kerja masyarakat Pangkusa pihak yang terkait atau pemerintah perlu memberikan bantuan berupa modal maupun mempermudah urusan dalam mengurus sesuatu bentuk usaha. Modal merupakan suatu kendala yang sering kita jumpai dalam masyarakat sehingga semangat mereka melemah. 5. Kemajuan dunia yang semakin pesat, pemerintah perlu mengupayakan agar masyarakat Pangkusa yang sebagian besar hidup dibidang pertanian dan mereka umumnya menanam padi diarahkan agar mau menanam tumbuhtumbuhan selain padi (palawija) agar adanya peragaman hasil pertanian.
15 15 6. Masyarakat Pangkusa perlu dirubah pola pikir dan pola tindak yang mengarah kerja hanya untuk cukup makan. Kemajuan teknologi kebutuhan manusia semakin meningkat. Oleh karena itu masyarakat Pangkusa juga harus dimotifasi untuk dapat hidup layak setara dengan bangsa-bangsa lain didunia. 7. Kepedulian sosial yang tertanam dalam akar budaya masyarakat Pangkusa perlu dipupuk terus dan diwujudkan dalam kenyataan seperti kegemaran membayar zakat, kegemaran bersedekah dan sebagainya. Namun yang sangat penting diperhatikan adalah perlu usaha mencari pola pengolahan infak tersebut dengan manajemen yang tinggi dan penyalurannya tidak lagi terkesan melepaskan masyarakat miskin hanya sesaat. Akan tetapi bagaimana sekarang pemerintah mengupayakan agar dapat dijadikan modal usaha bagi masyarakat ekonomi agar ia juga dapat memotifasi dirinya untuk hidup lebih layak. DAFTAR PUSTAKA Alpian D. Lamusu, 2011, Nilai Upacara Adat Pomasoro. Bernard T. Adeney, 2000, Etika Sosial Lintas Budaya, Kanisius. Ihromi T.O, 2006, Pokok-Pokok Antropologi Budaya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Koentjaraningrat, 1985, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, PT. Gramedia, Jakarta. Mochtar Lubis, 2001, Manusia Indonesia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Raco. J.R, 2003, Metode Penelitian Kualitatif, Grasindo, Jakarta. Septiawan Santana K, 2007, Menulis Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Thohir Luth, 1997, Antara Perut & Etos Kerja, Gema Insani, Jakarta. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI, 2007, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, PT. Imperial Bhakti Utama, Jakarta. Toto Tasmara, 2002, Membudayakan Etos Kerja Islami, Gema Insani, Jakarta.
BAB II KAJIAN TEORI. Toto Tasmara (2002:6) dalam bukunya mengemukakan bahwa:
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Etos Kerja Kamus Wikipedia menyebutkan bahwa etos berasal dari bahasa Yunani; akar katanya adalah ethikos, yang berarti moral atau menunjukkan karakter moral. Dalam bahasa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip prinsip umum dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Nilai Budaya Theodorson dalam Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip prinsip umum dalam bertindak
Lebih terperinci2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istiadat yang berlaku, akan kesulitan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adat merupakan warisan nenek moyang yang harus ditaati. Masyarakat harus memiliki pengetahuan tentang adat yang berlaku di masyarakat agar tidak terjadi kesalahpahaman
Lebih terperinciSTRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK
A. SD/MI KELAS: I STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK Kompetensi Dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 1. Menerima
Lebih terperinciNILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati
NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati I Proses pendidikan ada sebuah tujuan yang mulia, yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap
Lebih terperinciMemahami Budaya dan Karakter Bangsa
Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter
Lebih terperinciBUPATI KULONPROGO SAMBUTAN PADA ACARA UPACARA BENDERA BULAN JULI 2011 KABUPATEN KULONPROGO Wates, 18 Juli 2011
BUPATI KULONPROGO SAMBUTAN PADA ACARA UPACARA BENDERA BULAN JULI 2011 KABUPATEN KULONPROGO Wates, 18 Juli 2011 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Yang saya hormati, Para Pimpinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian, menciptakan suasana sejuk dan harmonis bukan hanya di antara sesama umat manusia tetapi juga
Lebih terperinciKompetensi Inti Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha untuk membantu peserta didik mengembangkan seluruh potensinya (hati, pikir, rasa, dan karsa, serta raga). Dengan potensi
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA PERINGATAN HARI AMAL BAKTI KE 65 KEMENTERIAN AGAMA RI TANGGAL 3 JANUARI 2011
SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA PERINGATAN HARI AMAL BAKTI KE 65 KEMENTERIAN AGAMA RI TANGGAL 3 JANUARI 2011 Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu alaikum wr. wb, Salam sejahtera bagi kita semua, Para Pejabat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya
Lebih terperinciPERTEMUAN KE 6 POKOK BAHASAN
PERTEMUAN KE 6 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan pengertian nilai dengan nilai social. 2. Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling memerlukan adanya bantuan dari orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Manusia dituntut untuk saling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan pendidikan bangsa ini akan cerdas dalam berpikir, dan bijak dalam bertindak. Agar
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI
189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial yang berlaku dan berlangsung
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Definisi Pendidikan Karakter 2.1.1 Pendidikan Karakter Menurut Lickona Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Pendidikan bersifat umum bagi semua orang dan tidak terlepas dari segala hal yang berhubungan
Lebih terperincibekerja yang dimiliki seseorang atau golongan atau suatu bangsa (Tasmara 1995). Sinamo (2002) menata tiga elemen tesis Schumacher menjadi etos kerja,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dan disertai persaingan yang ketat membuat organisasi membenahi manajemennya dan harus mampu menawarkan
Lebih terperincidengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak mungkin bisa memisahkan hidupnya dengan manusia lain. Sudah bukan rahasia lagi bahwa segala bentuk kebudayaan, tatanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam peradaban manusia, bahasa juga memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Era globalisasi ini, melihat realitas masyarakat baik kaum muda maupun tua banyak melakukan perilaku menyimpang dan keluar dari koridor yang ada, baik negara, adat
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter yang berkepanjangan di negara kita telah banyak menyebabkan orang tua dan keluarga mengalami keterpurukan ekonomi akibat pemutusan hubungan kerja atau
Lebih terperinciMANAJEMEN, KEBIJAKAN OPERASIONAL, DAN KINERJA SEKOLAH BERWAWASAN BUDI PEKERTI.
MANAJEMEN, KEBIJAKAN OPERASIONAL, DAN KINERJA SEKOLAH BERWAWASAN BUDI PEKERTI 1 A. Pendahuluan Selama ini pendidikan cenderung diartikan aktivitas mempersiapkan anak-anak dan pemuda untuk memasuki kehidupan
Lebih terperinciMakna Pancasila Sebagai Sistem Etika
Modul ke: Makna Pancasila Sebagai Sistem Etika Fakultas TEKNIK Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id Makna Pancasila Sebagai Sistem Etika Dan Karakter Bangsa Pancasila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala
Lebih terperinciom KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
www.kangmartho.c om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (PKn) Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
1 BAB I STRATEGI PEMBINAAN KEAGAMAAN SISWA DI SEKOLAH DASAR NEGERI TLOGOHARUM 01 DAN SEKOLAH DASAR NEGERI TRANGKILAN KECAMATAN WEDARI JAKSA KABUPATEN PATI A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan. lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu
8 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Persepsi Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Di Indonesia, hak organisasi diatur oleh undang-undang. Hak berorganisasi secara tidak langsung tersirat dalam pancasila, sebagai sumber hukum Indonesia, dan
Lebih terperinciBULETIN ORGANISASI DAN APARATUR
BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR PENDIDIKAN KARAKTER DALAM DIMENSI PROSES BELAJAR DAN PEMBELAJARAN (Dapat Dijadikan Bahan Perbandingan dalam Mengembangkan Proses Belajar dan Pembelajaran pada Lembaga Diklat
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. Pembukaan UUD 1945, perwujudannya berupa pembangunan nasional dalam
1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Masalah Kebijakan merupakan suatu upaya yang digunakan pemerintah untuk mencapai tujuan negara Indonesia yang termaktub dalam alinea keempat Pembukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan bahwa akhlak bersifat abstrak, tidak dapat diukur, dan diberi nilai oleh indrawi manusia (Ritonga,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu hidup bersama, hidup berkelompok-kelompok. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk budaya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam
Lebih terperinciSukses dengan anak tangga pencitraa diri.
Sukses dengan anak tangga pencitraa diri. Pengertian Pencitraan Diri Pencitraan merupakan kemampuan seseorang untuk mengembangkan kemampuan dan menghasilkan suatu karya atau tingkah laku guna mencapai
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pancasila tidak terbentuk begitu saja dan bukan hanya diciptakan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah ideologi bangsa Indonesia, tentu tidak terlepas dari Pancasila. Sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, Pancasila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan bangsa didasarkan pada karakter yang harus dimiliki oleh generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki kebiasaan-kebiasaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa anak-anak, remaja, nikah, masa tua, dan mati (Koenthjaraningrat, 1977: 89). Masa pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendasar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu faktor yang mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Bappenas,2006)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Apabila dikatakan bahwa sumber daya manusia merupakan sumber daya terpenting yang dimiliki oleh suatu organisasi, salah satu implikasinya ialah bahwa investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membiasakan anak dengan prinsip-prinsip hidup yang mencerminkan kepribadian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terciptanya keluarga yang baik harus diawali dengan suatu pernikahan, karena pernikahan adalah satu-satunya sarana untuk membentuk rumah tangga dan melahirkan anak-anak.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah Sesuatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah masuknya budaya barat yang ikut mempengaruhi perubahan serta perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang berfalsafah Pancasila, memiliki tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh desa dan adat istiadat desa tersebut. Dilihat dari asal katanya, desa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era otonomi daerah ini pemerintah memberikan kewenangan pada masing-masing daerah untuk mengurus daerahnya dengan menggunakan azas demokrasi, mulai dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat
Lebih terperinciBAB III PANDANGAN KAFA< AH DALAM PERKAWINAN MENURUT MAHASISWA FAKULTAS SYARI AH IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA
BAB III PANDANGAN KAFA< AH DALAM PERKAWINAN MENURUT MAHASISWA FAKULTAS SYARI AH IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Letak Geografis Fakultas Syari ah Institut Agama Islam Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai ilmu dan sebagai metode. Sebagai ilmu, Sosiologi merupakan kumpulan pengetahuan tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah memasuki berbagai lapisan kehidupan di dunia termasuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah memasuki berbagai lapisan kehidupan di dunia termasuk Indonesia. Globalisasi dibidang perekonomian bahkan membawa dampak yang cukup besar bagi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan
Lebih terperinciSUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA. Week 6
SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA Week 6 Agama Islam menganggap etika sebagai cabang dari Iman, dan ini muncul dari pandangan dunia islam sebagai cara hidup manusia. Istilah etika yang paling
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciNILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA
NILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA Diajukan oleh: Muhammad choirul mustain 11.11.4897 Kelompok D(S1-TI) Dosen: Tahajudin S, Drs Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Mata Kuliah
Lebih terperinciBAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi informasi menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada
Lebih terperinciSTANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI
STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI Disajikan pada kegiatan PPM Di UPTD BALEENDAH KAB BANDUNG Oleh BABANG ROBANDI JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Makna Kompetensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu serta memajukan daya pikir manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah. Matematika merupakan ilmu yang bersifat universal yang mendasari perkembangan teknologi
Lebih terperinciBAB II. umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf. dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang
BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI dan TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf mendefinisikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Masrun, dkk (1986), kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I)
PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I) Modul ke: 08 Udjiani Fakultas EKONOMI DAN BISNIS A. Pengertian Etika B. Etika Pancasila Hatiningrum, SH.,M Si Program Studi Manajemen A. Pengertian Etika. Pengertian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang
1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Adat "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang berarti "cara", "kebiasaan" dengan makna berulang kali. Merupakan nama kepada pengulangan perbuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara. Negara yang mengaku dirinya adalah negara demokrasi, sejatinya memiliki kekuatan ada pada warga negara
Lebih terperinciKODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA
KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciMEMBANGUN SIKAP DAN ETOS KERJA
MEMBANGUN SIKAP DAN ETOS KERJA Anna Probowati Pengajar Jurusan Manajemen STIE Rajawali Purworejo Abstrak Artikel ini mengulas tentang sikap dan etos kerja yang perlu dibangun untuk membantu individu dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan atau masyarakat. Sekalipun makna pernikahan berbeda-beda, tetapi praktekprakteknya pernikahan
Lebih terperinciIDENTITAS NASIONAL. Mengetahui identitas nasional dan pluralitas bangsa Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: Fakultas FAKULTAS.
Modul ke: IDENTITAS NASIONAL Mengetahui identitas nasional dan pluralitas bangsa Indonesia Fakultas FAKULTAS RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi http://www.mercubuana.ac.id DEFINISI identitas nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman mengenai peranan pendidikan dalam pembangunan nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar belakang sosial budaya bangsa Indonesia.
Lebih terperinciKOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIAH (SMP/MTs)
KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIAH (SMP/MTs) MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2015 KOMPETENSI INTI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tidak terlepas dari segi-segi kehidupan manusia. Kesenian juga merupakan cerminan dari jiwa masyarakat. Negara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indri Cahyani
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UNESCO merupakan upaya mempersiapkan manusia untuk bisa hidup di masyarakat dan harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan masa lalu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan segenap potensi peserta didiknya secara optimal. Potensi ini mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Pengertian Manajemen Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang tua berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dalam Perspektif Islam adalah amanah dari Allah SWT. Semua orang tua berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang soleh, berilmu dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman modern ini, keberadaan kaum waria seakan penuh dengan nilai-nilai negatif dalam pribadi seseorang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupannya,
Lebih terperinciRAMADAN Oleh Nurcholish Madjid
c 1 Ramadan d 12 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka, kecelakaanlah
Lebih terperinci