Meningkatkan Produktivitas Nasional

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Meningkatkan Produktivitas Nasional"

Transkripsi

1 Volume 4 Nomor 2 Edisi Februari Meningkatkan Produktivitas Nasional

2 DAFTAR ISI 01 Editorial Koordinasi Kebijakan Ekonomi 02 Arah Kebijakan Belanja Negara Tahun 2015 Ekonomi Internasional 03 Dampak Perlambatan Ekonomi Cina Terhadap Ekspor Indonesia Ekonomi Domestik 04 Perkembangan Inflasi dan Nilai Tukar di Indonesia Ekonomi Daerah 05 Melirik Trend Upah Daerah Laporan Utama 08 Ergonomi dan Peningkatan Produktivitas Kerja 11 Mendorong Partisipasi Tenaga Kerja Wanita 12 Meningkatkan Produktivitas Melalui Implementasi Program LPN 14 Sejarah Gerakan Produktivitas di Indonesia 15 Strategi Peningkatan Produktivitas LPN Opini Pakar 17 Mendorong Produktivitas Nasional KUR 19 Realisasi Penyaluran KUR Periode Januari 2014 volume 4 Nomor 2 Edisi Februari UKM 20 UMKM Bersiap Menyambut Masyarakat Ekononi ASEAN Keuangan 22 Memotret Profil Kompetisi Industri Perbankan Indonesia Fiskal & Regulasi Ekonomi 22 Kenaikan TDL Industri, Bagai Pisau Bermata Dua Ketenagakerjaan 26 Angka Pengangguran Februari 2014: Perdebatan antara Teori Ekonomi dan Realitas Lapangan MP3EI 27 Pembangunan Berkelanjutan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Korporasi/ BUMN 29 Produktivitas dan Efisiensi BUMN Kegiatan Menko 30 Working Group Indonesia - Singapura IPTEK 30 Peranan Sistem Manajemen Strategis pada Lembaga Pemerintahan Negara Pembina : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Pengarah : Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Deputi Fiskal & Moneter Koordinator : Bobby Hamzar Rafinus Editor : Edi Prio Pambudi Puji Gunawan Ratih Purbasari Kania Analis : Adji Dharma, Alisa Fatimah, Annida Masruroh Fitria Faradila, Nia Kurnia Sholihah, Tasya Shabrina, Trias Melia Kontributor : Tim Pemantauan dan Pengendali Inflasi, Komite Kebijakan KUR, Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

3 Editorial K Kerja produktif pada semua jenis pekerjaan dan tingkat ketrampilan merupakan prasyarat bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cepat, berkelanjutan, dan inklusif. Demikian disampaikan dalam buku The Sum Is Greater Than The Parts (Harvard Kennedy School Indonesia Program dan Gramedia, 2013). Buku ini mengulas tantangan pembangunan ekonomi Indonesia ke depan dan menekankan pentingnya peran pekerja sebagai penghasil pendapatan sekaligus konsumen, penabung, dan investor. Pekerja merupakan kelompok terbesar dalam masyarakat yang menjadi penggerak dan penerima manfaat pembangunan ekonomi. Dengan peran tersebut maka ketrampilan pekerja merupakan komponen utama dari ketersediaan modal sumber daya manusia dalam perekonomian. Negara-negara maju dengan jumlah tenaga trampil banyak telah mampu pulih cepat dari keterpurukan masa lalu seperti Jerman dan Jepang. Buku tersebut menyarankan peningkatan produktivitas pekerja di Indonesia difokuskan kepada membangun ketahanan pangan, memperbanyak pekerja manufaktur, dan meningkatkan kualitas pendidikan lebih tinggi. Peningkatan produktivitas pekerja sektor pertanian selain akan meningkatkan ketahanan pangan juga akan mengurangi ketimpangan pendapatan dan kemiskinan di perdesaan. Indonesia, bersama Brazil dan Kongo, dinilai memiliki potensi produksi pertanian melalui pembangunan lahan luas beririgasi maupun intensifikasi lahan. Kedepan disarankan Indonesia mengembangkan keunggulan komparatif keberadaan lahan tersebut menjadi lahan produktif. Keberhasilan dalam pengembangan produksi minyak kelapa sawit, karet, dan coklat, disarankan diperluas melalui akselerasi penelitian di sektor pertanian menghadapi semakin besarnya porsi petani berusia di atas 40 tahun. Bobby Hamzar Rafinus inefisiensi di dalam mata rantai produksi dan distribusi serta berkurangnya lapangan kerja. Langkah yang disarankan antara lain penurunan biaya tinggi dalam kegiatan logistik. Selain itu perlu terus dilakukan penyempurnaan ketentuan ketenagakerjaan seperti sistem pengupahan dan pesangon yang mengurangi insentif pengembangan kegiatan manufaktur yang banyak menciptakan lapangan kerja. Upaya pengembangan pendidikan di Indonesia dinilai belum mampu memenuhi kebutuhan dunia kerja. Padahal pendidikan diakui sebagai penentu pertumbuhan ekonomi. Untuk itu pendidikan tinggi di Indonesia harus ditingkatkan untuk menjadi fondasi pertumbuhan yang inklusif. Peningkatan tersebut meliputi kualitas program yang diajarkan, kualitas pengajar perguruan tinggi, kualitas penelitian, serta koherensi manajemen perguruan tinggi, agar mendorong perubahan yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Cina selama periode dicapai dengan peningkatan kontribusi produktivitas pekerja menggantikan produktivitas modal. Untuk itu penting sekali menciptakan sebanyak mungkin tenaga kerja trampil dan lapangan kerjanya dalam era bonus demografi hingga Hanya dengan langkah tersebut, harapan Indonesia menjadi negara berpendapatan perkapita di atas USD dapat terwujud satu dasawarsa lagi. Semoga. Selanjutnya pengembangan produktivitas melalui peningkatan nilai tambah produksi komoditas sumber daya alam, yang dikenal dengan hilirisasi, perlu mempertimbangkan keterkaitan antar-sektor yang dapat menimbulkan biaya langsung maupun tak langsung. Biaya ini dapat mengurangi manfaat upaya hilirisasi, seperti adanya volume IV nomor 2 edisi Februari 2014 TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN 01

4 Koordinasi Kebijakan Ekonomi Arah Kebijakan Belanja Negara Tahun perekonomian global 2014 diperkirakan PPerkembangan akan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun 2013, namun ekonomi global masih menghadapi resiko pelemahan pada Selain potensi resiko pada nilai tukar, potensi resiko pun berasal dari gejolak likuiditas global dan harga komoditas pasar global. Berdasarkan ketiga resiko potensi ini diperkirakan terjadi pertumbuhan tahun 2014 yang sedikit lebih baik dibandingkan tahun 2013, inflasi yang mulai mereda, serta neraca perdagangan yang diperkiran masih defisit. Terjadinya ketidakstabilan perekonomian dilihat dari indikator makro menciptakan beberapa tantangan dalam pembuatan APBN ke depan. Pertama, pendapatan negara diperkirakan tidak mencapai target disebabkan oleh target penerimaan pajak yang tidak tercapai. Kedua, dari sisi belanja negara, masih terdapat fiscal space APBN yang masih terbatas disebabkan komposisi belanja negara yang didominasi oleh belanja mengikat yang bersifat wajib, sehingga menyebabkan kualitas belanja masih rendah. Hal ini juga disebabkan oleh alokasi untuk subsidi energi terutama BBM yang masih tinggi. Ketiga, transfer daerah yang semakin besar namun tidak diikuti oleh kualitas belanja daerah yang efektif. Terakhir merupakan tantangan APBN yang selalu defisit. Berdasarkan keadaan makroekonomi serta tantangan yang mungkin dihadapi tersebut, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) untuk tahun merupakan pembangunan yang diarahkan pada pembangunan ekonomi kompetitif berbasis SDA, SDM yang berkualotas, dan peningkatan kemampuan IPTEK. Hal baru yang ingin dilakukan adalah menjalankan pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan manusia (people) untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat (profit) yang nantinya digunakan untuk pelestarian lingkungan (planet) dimana semuanya dibantu dan didukung oleh pemerintah (governance). Selain itu pemerintah diarahkan untuk menyiapkan landasan untuk menghindari middle income trap dan pembangunan juga disiapkan untuk menyongsong peluang bonus demografi. Menimbang target dan tantangan untuk Indonesia ke depan, tahun 2015 belanja kementerian dan lembaga akan bersifat baseline budget, yaitu hanya memperhitungkan kebutuhan pokok penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat, tingat output (service delivery) yang sama dengan 2014, dan tetap mengacu pada rencana pembangunan jangka panjang (RPJP). Hal ini diharapkan akan memberikan ruang gerak bagi pemerintahan yang baru hasil Pemilu 2014, untuk melaksanakan program/kegiatan sesuai dengan platform yang direncanakan. Pagu indikatif belanja kementerian dan lembaga untuk tahun 2015 adalah sebesar Rp610 triliun (resource envelope) yaitu alokasi dana yang disiapkan untuk pemerintahan baru yang tidak boleh digunakan untuk kegiatan lain. Resource envelope tersebut ditampung untuk kebutuhan operasional dan non operasional. Alokasi tersebut belum mencakup kebutuhan anggaran remunerasi yang belum mendapatkan tunjangan kinerja, cadangan kenaikan anggaran pendidikan, dan rencana penambahwan coverage PBI. Referensi Musrenbangnas Tahun TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN volume IV nomor 2 edisi Februari 2014 Tasya Shabrina Yusira

5 Ekonomi Internasional Dampak Perlambatan Ekonomi Cina Terhadap Ekspor Indonesia akhir tahun 2012 hingga tahun 2013, ekonomi PPada dunia memperlihatkan adaya perlambatan. Di Cina sendiri, perlambatan laju pertumbuhan disebabkan oleh turunnya tingkat ekspor khususnya pada sektor manufaktur. Menurut survei HSBC Juni 2013 lalu, penurunan ekspor pada sektor manufaktur Cina dipengaruhi oleh turunnya permintaan pasar terbesar Cina seperti Amerika Serikat dan Eropa. Grafik perbandingan pertumbuhan China dan pertumbuhan ekspor Indonesia menunjukkan pergerakan yang sama antara laju pertumbuhan Cina dengan laju pertumbuhan ekspor Indonesia. Menurunnya pertumbuhan Cina membuat tingkat ekspor terhadap GDP Indonesia juga menurun. Dari hal ini kita dapat melihat bahwa ada ketergantungan ekspor Indonesia yang tinggi terhadap kondisi perekonomian Cina. Indonesia. Penurunan pertumbuhan Cina sebesar 1 persen dapat menurunkan pertumbuhan Indonesia sebesar 0.5 persen, seperti yang dikutip dari Koran Jakarta. Cina merupakan trading partner Indonesia yang terbesar. Oleh karena itu, melambatnya perekonomian Cina akan menurunkan permintaannya terhadap ekspor Indonesia. Sektor sektor yang paling terkena dampak negatif adalah sektor tambang khususnya batu bara, migas, dan sektor perkebunan khususnya minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Selain itu, dikhawatirkan dengan menurunnya ekspor Indonesia terhadap Cina, yang akan terjadi adalah peningkatan produk impor dari Cina sehingga akan menyebabkan defisit pada neraca perdagangan. Perlambatan ekonomi Cina ini menurut pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Telisa Aulia Falianty, mampu menurunkan laju pertumbuhan Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi China dan Ekspor Indonesia Tasya Shabrina Yusira Sumber: World Bank volume IV nomor 2 edisi Februari 2014 TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN 03

6 Ekonomi Domestik Perkembangan Inflasi dan Nilai Tukar di Indonesia perekonomian domestik dari suatu negara KKondisi dapat dilihat dari beberapa indikator, di antaranya adalah inflasi yang dapat diartikan sebagai persentase perubahan tingkat harga rata-rata untuk barang dan jasa. Pada jangka pendek, kenaikan tingkat inflasi menunjukkan pertumbuhan ekonomi. Namun, tingkat inflasi yang tinggi dalam jangka panjang akan membawa dampak buruk bagi perekonomian suatu negara karena menyebabkan harga barang-barang dalam negeri menjadi lebih mahal dibandingkan dengan harga barang-barang impor. Inflasi yang berkepanjangan akan mendorong masyarakat untuk lebih banyak membil barang impor yang lebih murah Sumber: BIS, diolah di pasar dunia. Dalam kaitannya dengan nilai tukar, kita mengetahui istilah Real Effective Exchange Rate (REER) yang mengukur daya beli relatif suatu mata uang dibandingkan dengan mata uang lainnya yang sudah memasukkan unsur inflasi sehingga mampu menggambarkan tingkat daya saing suatu negara dalam perdagangan internasional. Hubungan antara inflasi dan nilai tukar dapat dijelaskan melalui teori Purchasing Power Parity (PPP) yang menjelaskan bahwa kurs mata uang akan berubah untuk mempertahankan daya belinya. Dari persamaan dasar PPP yaitu P = e.p* jika dibuat logaritmanya dan diambil turunannya maka diperoleh bahwa (dp/p) = (de/e) + (dp*/p*). Persamaan tersebut menunjukkan bahwa tingkat inflasi domestik sama dengan tingkat laju depresiasi mata uang nasional ditambah dengan tingkat inflasi internasional. Jika persamaan awal diubah maka akan diperoleh persamaan REER = Q = (dp*/p*) yang mencerminkan perbandingan tingkat harga pasar internasional dengan tingkat harga domestik. Jika inflasi dalam negeri meningkat, maka nilai tukar domestik terhadap mata uang asing akan cenderung melemah atau mengalami depresiasi. dan barang-barang dalam negeri yang melemah daya saingnya di pasar internasional. Selanjutnya, hal tersebut akan berdampak pada nilai impor yang meningkat dan nilai ekspor yang menurun. Selain inflasi, variabel penting lain dalam perekonomian terutama dalam era perekonomian terbuka seperti saat ini adalah nilai tukar atau exchange rate. Pergeraan nilai tukar membawa pengaruh yang cukup besar bagi perekonomian suatu negara karena akan mempengaruhi daya saing produk domestik dari negara tersebut 04 TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN volume IV nomor 2 edisi Februari 2014 Sumber: BPS, diolah

7 Ekonomi Daerah Pada grafik REER, ketika terjadi peningkatan maka menunjukkan terjadinya apresiasi nilai tukar dan sebaliknya depresiasi nilai tukar ditunjukkan oleh grafik yang menurun. Terlihat bahwa pasca krisis 1998 mata uang Indonesia telah mengalami apresiasi meskipun tidak sebesar saat sebelum krisis. Namun, setelah tahun 2004, trend nilai tukar rupiah cenderung menunjukkan terjadinya depresiasi meskipun tidak terlalu tajam. Pada tahun 2005 terlihat bahwa inflasi meningkat tajam akibat adanya kenaikan harga bahan bakar minyak yang menyebabkan harga faktor-faktor produksi ikut naik sehingga menyebabkan harga barang-barang pun meningkat. Hal tersebut kemudian membuat nilai tukar rupiah terdepresiasi akibat harga barang dalam negeri meingkat sehingga masyarakat lebih memilih untuk mengkonsumsi barang impor yang dinilai lebih murah. Fenomena berbeda terjadi pada tahun 2009 ketika inflasi yang terjadi di Indonesia cenderung rendah tetapi tidak mampu mendorong nilai tukar untuk mengalami apresiasi. Hal ini di antaranya diisebabkan oleh rendahnya inflasi yang tidak mampu meningkatkan ekspor dari Indonesia akibat lesunya pasar internasional sehingga menurunkan permintaan asing terhadap barang domestik. Kenaikan harga bahan bakar yang terjadi pada tahun 2013 membuat tingkat inflasi meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini diikuti dengan melemahnya nilai tukar Indonesia pada tahun tersebut sampai dengan awal tahun Diharapkan nantinya kebijakan-kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia akan mampu untuk menekan angka inflasi dan menjaganya agar stabil sehingga nilai tukar akan menguat pada tahun 2014 ini. Melirik Trend Upah Daerah Permasalahan upah di negara-negara berkembang masih menjadi trending ditengah kelebihan jumlah angkatan kerja dengan kualitas tenaga kerja yang rendah. Di Indonesia, permasalahan Upah Minimum selalu menjadi sorotan berbagai pihak baik ditingkat pusat maupun daerah. Menurut data ILO, Upah nominal rata-rata pekerja di Indonesia naik dari Rp pada 2012 menjadi Rp pada 2013 yang merupakan kenaikan upah nominal rata-rata yang substansial dalam upah nominal rat-rata. Upah riil rata-rata pekerja hanya mengalami kenaikan tipis atau tetap sama selama beberapa tahun belakangan ini. Pertumbuhan upah rata-rata riil di Indonesia lebih rendah dari pada negara-negara berkembang lainnya. Kecenderungan ini berbeda dengan pertumbuhan upah minimum yang terjadi sekarang ini. Saat ini, kebijakan pengupahan masih bertumpu pada upah minimum yang berlandaskan pada kebutuhan hidup layak buruh/pekerja lajang dengan masa kerja dibawah satu tahun. Penerapan upah minimum masih sangat minim dan belum bersifat wajib. UU no 13 tahun 2003 adalah peraturan yang mengatur mekanisme pengupahan, terutama pasal 88 yang memuat penetapan upah minimum tingkat propinsi dan kabupaten/kota. Nia Kurnia Sholihah Menurut Permenakertrans No.01 tahun 1999, Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap, yang berlaku bagi pekerja yang mempunyai masa kerja volume IV nomor 2 edisi Februari 2014 TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN 05

8 kurang dari satu tahun. Penetapan upah minimum dilakukan di tingkat propinsi/kabupaten/kota dimana Gubernur menetapkan besaran upah minimum propinsi(ump) atau Upah Minimum Kabupaten/Kota(UMK) berdasarkan usulan dari dewan Pengupahan Provinsi/Kab/Kota. Dalam perkembangannya, penghitungan upah minimum telah mengalami beberapa revisi sejak awal mula diadakan, menurut Permenakertrans no.13 tahun 2012 komponen danpelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak, dalam peraturan ini komponen kebutuhan hidup layak(khl) terdiri dari 7 kelompok kebutuhan dan 60 komponen, hal ini merupakan perubahan dari peraturan sebelumnya yakni Permenaker No.17 tahun 2005 yang terdiri dari 7 kelompok kebutuhan dan 46 komponen KHL. Salah satu manfaat adanya upah minimum adalah memberikan perlindungan bagi sejumlah kecil pekerja yang berpenghasilan rendah serta memberikan perlindungan dasar pada struktur upah sehingga merupakan jarring pengaman terhadap upah yang terlalu rendah. Permasalahan upah pada terutama dialami oleh pekerja perempuan dengan pendidikan rendah, dimana mereka cenderung berada pada kelompok yang memiliki pertumbuhan upah paling rendah. Besarnya UMP wilayah DKI Jakarta yang meningkat dari RP ,- pada tahun 2012 menjadi Rp pada tahun 2013, dan menjadi Rp ,- pada tahun 2014, mempengaruhi besarnya UMK wilayahwilayah disekitarnya. UMK disekitarnya juga meningkat cukup signifikan seiring dengan kenaikan upah minimum di Jakarta. Pada tahun 2014, Upah minimum Kota bogor sebesar Rp ,- Kabupaten Bogor sebesar Rp ,- Kota bekasi sebesar Rp ,- Kabupaten Bekasi sebesar Rp ,serta Kota Depok sebesar yang merupakan kawasan wilayah Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Kota lainnya sekitar DKI Jakarta yang merupakan bagian dari Propinsi Banten yakni Kota Tangerang sebesar Rp ,Kabupaten Tangerang sebesar Rp ,- serta Kota Tangerang Selatan sebesar Rp ,-. Dengan Perkembangan kenaikan upah yang begitu dinamis pada setiap daerah di Indonesia, maka perlunya dikaji ulang serta menjadi pemikiran bersama antara Pemerintah Daerah dan juga pemerintah Pusat untuk memulai memilirkan penghitungan upah yang berbasis produktivitas pekerja, karena hal ini tidak saja mensejahterakan pekerja itu sendiri tetapi juga meningkatkan produktivitas perusahaan dan Produktivitas Daerah. Secara spasial, terdapat kesenjangan angkatan kerja antar daerah, dimana angkatan kerja saat ini akan terus berkumpul disekitar Pulau Jawa, Pulau Sumatera serta Pulau Bali, dimana tingkat partisipasi angkatan kerja dipedesaan cenderung lebih tingi dibandingkan dengan wilayah perkotaan. Pada tahun 2013, kenaikan upah yang tinggi terdapat di wilayah Jakarta, Kalimantan Timur serta kepulauan Riau. Tingginya kenaikan upah diwilayah tersebut sedikit banyak menimbulkan investor melirik wilayah lainnya untuk berinvestasi didaerah yang mempunyai tingkat upah yang lebih rendah. Berdasarkankan data Kemenakertrans, Pada tahun 2013, Provinsi yang memiliki UMP diatas 2 juta rupiah adah Propinsi DKI Jakarta. Adapun Provinsi yang mempunyai UMP antara 1,5 juta sampai 2 juta adalah Propinsi Aceh, Sumatera Selatan, Kalimantan tengah, Papua serta papua Barat. Sedangkan sisanya mempunyai UMP pada kisaran 830 rribu rupiah sampai 1,5 juta rupiah. 06 TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN volume IV nomor 2 edisi Februari 2014 Ratih Purbasari Kania

9 Laporan Utama Mendorong Produktivitas Nasional

10 Laporan Utama dan era globalisasi, produktivitas kerja merupakan DDalam syarat utama bagi perusahaan dalam menghadapi persaingan usaha serta peningkatan pendapatan perusahaan. Dengan adanya perkembangan teknologi yang sangat pesat maka peralatan menjadi salah satu kebutuhan pokok pada berbagai lapangan kerja, karena teknologi dari peralatan tersebut merupakan penunjang dalam peningkatan produktivitas kerja. produktivitas kerja baik sektor industri maupun non industri dilakukan melalui pendekatan sistem dan pendekatan pekerja. Produktivitas kerja sangat ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor teknis yang merupakan faktor yang berhubungan dengan penerapan metode kerja yang lebih efisien serta faktor manusia dalam usaha-usaha yang dilakukan manusia di dalam menyelesaikan pekerjaan yang meliputi: motivasi, disiplin dan etos kerja. Oleh karena itu pada industri yang banyak menggunakan teknologi maka produktivitas akan ditekankan pada aspek teknis, sedangkan untuk industri yang bersifat padat karya, upaya peningkatan produktivitas harus ditekankan pada aspek manusianya. Dengan meningkatnya penggunaan peralatan dengan teknologi tinggi, selain menunjang produktivitas juga mempunyai resiko terjadinya penyakit akibat kerja serta kecelakaan kerja yang bisa berujung pada kematian. Menurut ILO, secara global, terdapat 777 juta kecelakaan kerja setiap tahunnya dan mengakibatkan 2,3 juta pekerja kehilangan nyawa, di Indonesia, 0,75 pekerja Indonesia mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkan kerugian nasional mencapai Rp 50 triliun. Untuk mengantisipasi kejadian tersebut maka diperlukan adaftasi antara pekerja, proses kerja serta lingkungan kerja yg lebih dikenal dengan pendekatan ergonomi. Ergonomi menyelaraskan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi setinggitingginya. Ergonomi menggambarkan informasi mengenai perilaku manusia, kemampuan, keterbatasan dan karakteristik lainnya untuk mendisain alat, mesin, tempat, pekerjaan dan lingkungan untuk produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan efisiensi dan efektivitas penggunaan tenaga kerja (McCormick and Saunders 1993). Ergonomi ditempat kerja mencakup layout tempat kerja termasuk didalamnya perancangan, desain ruang dan peralatan, Enginers, peralatan, suppliers, dan pekerja. Analisis yang menyangkut ergonomi meliputi : 1) Anatomi, fisiologi, dan anthropometri (ukuran) tubuh manusia, 2) Psikologi yang menyangkut perilaku manusia, 3) serta kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai ataupun yang membuat nyaman pekerja. Ergonomi dilakukan pada pada dunia kerja agar pekerja merasa nyaman dalam pekerjaannya, sehingga dengan kenyamanan tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja. Secara umum, ruang lingkup ergonomi mencakup: cara pekerja mengerjakan pekerjaannya, posisi dan gerakan tubuh yang digunakan ketika bekerja, peralatan yang digunakan, efek bagi kesehatan. Tujuan utama dari ergonomi adalah menyediakan produktivitas yang maksimum dengan biaya yang minimum. Biaya dimaksud adalah berupa biaya psikologi serta biaya kesehatan pekerja. Dalam setting tempat kerja, jarang ditemukan tugas yang melebihi kapasitas dari pekerja. Beberapa pekerjaan akan memasukan tugas yang spesifik yang memerlukan 08 TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN volume IV nomor 2 edisi Februari 2014

11 jangkauan yang luas ataupun overhead tempat kerja yang tidak dapat bertahan untuk periode yang lama. Dengan ergonomi yang mendesain tempat kerja mengakibatkan lebih banyak orang dapat bekerja tanpa risiko terjadinya kecelakaan. Dengan adanya tempat kerja yang aman, maka setiap pekerja dapat bekerja secara efektif dan efisien. Sebaliknya, jika tempat kerja tidak aman dan berpotensi bahaya akan mengakibatkan kerusakan dan absen tak terhindarkan dari pekerja sehingga pekerja akan kehilangan pendapatannya dan produktivitas perusahaan berkurang. getaran, serta suhu yang ekstrim. Penyakit yang timbul karena terakumulasinya kerusakan-kerusakan akibat trauma yang berulang bisa menimbulkan rasa sakit ataupun kerusakan yang besar, hal ini karena penumpukan cedera cedera kecil yang terjadi dalam waktu lama. Penyakit yang timbul biasanya terjadi pada pekerjaan yang monoton, berulang atau kecepatan tinggi, sikap kerja yang tidak alamiah, Postur yang tidak netral/canggung, bila terdapat pendukung yang kurang sesuai, bila kurang istirahat, penggunaan atau pengerahan otot yang melebihi kemampuannya, biasanya gejala yang timbul tidak dirasa atau dianggap Diperkirakan bahwa kerugian akibat kecelakaan kerja sepele oleh pekerja. Sikap dan interaksi pekerja dengan setiap tahunnya dan penyakit yang berhubungan sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas dan dengan pekerjaan di beberapa negara dapat mencapai produktivitas kerja, penggunaan meja dan kursi ukuran 4% Produk Nasional Bruto, standar oleh pekerja yang Adapun biaya langsung dan tidak mempunyai ukuran tubuh yang langsung dan dampak yang berbeda jauh ukurannya akan "Dengan adanya ditimbulkan meliputi:1) Biaya mempengaruhi terhadap hasil medis, 2) Kehilangan hari kerja, 3) kerja. Contoh lainnya adalah bila tempat kerja Mengurangi produksi, 4) bekerja dengan menundukkan Hilangnya kompensasi bagi leher atau membungkukan yang aman, maka pekerja, 5) Biaya waktu/uang dari punggung mebihi sudut 30 derajat pelatihan dan pelatihan ulang bisa dilakukan asalkan waktunya setiap pekerja pekerja, 6) Kerusakan dan tidak melebihi dari dua jam. Hal ini perbaikan peralatan, 7) Rendahnya akan menyebabkan rasa sakit pada dapat bekerja moral staf, 8) Kehilangan kontrak leher dan tulang belakang. karena kelalaian. Penyusunan tempat kerja dan secara efektif dan tempat duduk yang sesuai harus Upaya-upaya yang seharusnya diatur sedemikian sehingga tidak efisien" dilakukan untuk mencegah ada akibat serta pengaruh yang sehingga meminimalkan potensi membahayakan bagi kesehatan bahaya dalam bekerja adalah pekerja. melalui:1) Menyediakan posisi kerja atau tempat duduk yang sesuai meliputi sandaran, Dalam perancangan peralatan dan tempat kerja yang kursi/bangku atau tikar bantalan, 2) Mendesain tempat ergonomis diperlukan pengetahuan yang menyangkut kerja sehingga alat-alat mudah dijangkau dan bahu pengukuran tubuh manusia terutama dimensi tubuh pada posisi netral, rileks dan lengan lurus ketika bekerja, yang dikenal dengan istilah antropometri. Hal ini 3) Mempertimbangkan rotasi tugas dan memberikan dimaksudkan karena manusia mempunyai bentuk dan istirahat yang teraturdari pekerjaan intensif, hal ini dapat dimensi ukuran tubuhnya. Faktor-faktor yang mengurangi tingkat kesalahan dan kecelakaan. mempengaruhi ukuran tubuh manusia meliputi: umur, jenis kelamin, suku bangsa, sosio ekonomi, serta posisi Dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja serta tubuh. Pada dasarnya perancangan produk harus bisa kecelakaan kerja, perlu dilakukan identifikasi resiko yang dioperasikan diantara rentang ukuran tertentu. Produk bisa terjadi akibat cara kerja yang salah. Faktor resiko dirancang dengan ukuran yang fleksibel agar dapat yang terjadi dari cara kerja bisa berupa pengulangan dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai yang banyak dari kegiatan yang melebihi dari dua jam, macam ukuran tubuh. beban berat, postur yang kaku, beban statis, tekanan, volume IV nomor 2 edisi Februari 2014 TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN 09

12 Pengendalian ergonomi dilakukan untuk mengatur agar tubuh pekerja berada di posisi dan dapat mencegah serta mengurangi resiko kerja. Pengendalian teknik dilakukan dengan memodifikasi, mendesain kembali tempat kerja, bahan, dan obyek. Sedangkan pengendalian administratif berhubungan dengan manajemen seperti: jadwal kerja, program pelatihan serta program perawatan dan perbaikan. Pada prinsipnya, ergonomi adalah mencocokkan pekerjaan untuk pekerja. Hal ini dimaksudkan dengan mengatur pekerjaan dan area kerja untuk disesuaikan dengan kebutuhan pekerja, bukan mengharapkan pekerja untuk menyesuaikan diri. Desain ergonomis yang efektif menyediakan tempat kerja, peralatan dan perlengkapan yang nyaman dan efisien bagi pekerja untuk digunakan. Dengan demikian akan menciptakan lingkungan kerja yang sehat, karena proses kerja terjamin dan teratur sehingga dapat mengendalikan serta menghilangkan potensi bahaya. Tenaga kerja akan memperoleh keserasian antaratenaga kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya. Cara pekerja dalam melakukan proses kerja harus diatur sehingga tidak menimbulkan ketegangan otot, kelelahan yang berlebihan serta gangguan kesehatan yang lain. Dengan perkembangan industri barang dan jasa global telah meningkatkan kualitas dan produktivitas perusahaan. Untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk, hal ini berhubungan dengan disain kondisi tempat kerja. Pengaturan cara kerja dapat memiliki dampak besar pada proses pekerjaan dan hasil kerja. Kesehatan pekerja berawal dari posisi mesin pengolahan sampai penyimpanan alat dapat menciptakan hambatan serta risiko-risiko kerja. 10 TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN volume IV nomor 2 edisi Februari 2014 Ratih Purbasari Kania

13 Mendorong Partisipasi Tenaga Kerja Wanita berjalannya arus globalisasi, pandangan SSeiring terdahulu mengenai keterbatasan ruang lingkup wanita di pasar tenaga kerja seringkali terabaikan. Semakin tingginya biaya hidup dan keinginan untuk berkarir mendorong peran wanita dalam pasar tenaga kerja. Fenomena ini dapat menstimulasi Indonesia agar lebih produktif sehingga pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, porsi tenaga kerja wanita relatif jauh lebih rendah dibandingkan tenaga kerja pria. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) wanita tercatat 50,3% pada bulan Agustus 2013, jauh dibawah TPAK pria sebesar 83,6%. Berdasarkan kontribusi, 37,53% total tenaga kerja di Indonesia berjenis kelamin wanita, sedangkan 62,47%nya merupakan pria. Selain itu, pada tiga tahun terakhir tercatat jumlah tenaga kerja wanita cenderung mengalami perlambatan, bahkan pada bulan Agustus 2013, jumlah tenaga kerja wanita mengalami penurunan sebesar 0,36% yoy. Hal sebaliknya justru terjadi pada perkembangan jumlah tenaga kerja pria. Walaupun sempat mengalami perlambatan namun pertumbuhan jumlah tenaga kerja pria selama tiga tahun ini selalu menunjukkan angka yang positif. Rendahnya jumlah tenaga kerja wanita kerap dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kurangnya jasa daycare service dan sektor transportasi yang kurang memadai. Jasa daycare service kerap mengurangi beban wanita di rumah khususnya dalam mengurus anak, sehingga wanita dapat pergi bekerja dengan leluasa. Selanjutnya, fasilitas sektor transportasi yang memadai kerap mendukung akses wanita ke tempat kerja. Mudahnya akses bekerja akan mendorong tingkat partisipasi tenaga kerja wanita yang tinggi, sehingga produktivitas tinggi akan tercapai. Selain minimnya jasa daycare service dan transportasi, masih adanya pandangan bahwa wanita sudah selayaknya menjadi ibu rumah tangga juga merupakan salah satu faktor penghambat partisipasi tenaga kerja wanita di pasar tenaga kerja Indonesia. Beberapa kendala yang menghambat masuknya tenaga kerja wanita dalam pasar tenaga kerja sudah semestinya diatasi. Salah satu upaya untuk mengatasi kendala tersebut adalah meningkatkan jasa daycare service. Selain itu, peningkatan jasa transportasi seiring dengan pembangunan infrastruktur jalan perlu dilakukan agar tercipta akses yang baik dan lancar sehingga memudahkan perjalanan ke tempat bekerja. Perbandingan Pertumbuhan Tenaga Kerja Laki-laki dan Perempuan volume IV nomor 2 edisi Februari 2014 TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN 11

14 Perbandingan Kontribusi Tenaga Kerja Berdasarkan Gender Meningkatkan Produktivitas Melalui Implementasi Program LPN Selain untuk pekerja, upaya peningkatan produktivitas juga perlu diberikan kepada wanita ibu rumah tangga. Pelatihan pelatihan kewirausahaan baik skala kecil mapun menengah merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan produktivitas ibu rumah tangga. Prospek bisnis home industry yang saat ini sedang berkembang perlu dimanfaatkan secara optimal oleh ibu rumah tangga. Dengan menjalani bisnis ini, produktivitas ibu rumah tangga akan meningkat walalupun tanpa bekerja pada suatu perusahaan atau instansi. Pengembangan bisnis usaha kecil dan menengah juga perlu dukungan dari pihak pembiayaan, seperti perbankan ataupun koperasi mengingat perlu modal yang cukup besar dalam menjalani usaha. Oleh karena itu, penyaluran kredit untuk usaha kecil dan menengah, khususnya di level home industry masih perlu ditingkatkan. Mengingat jumlah populasi wanita di Indonesia yang lebih besar dibandingkan pria mendorong potensi wanita dalam pasar tenaga kerja. Hal ini dipercaya akan mendorong tingkat produktivitas secara keseluruhan dan dapat mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. Dengan berbagai upaya diatas diharapkan kontribusi wanita dalam pasar tenaga kerja Indonesia akan meningkat. Bicara mengenai produktivitas, rasa-rasanya tidak bisa kita pisahkan dengan daya saing. karena dua hal tersebut saling berkaitan dan memiliki hubungan linier. Ibaratnya bagai dua sisi dari mata uang (logam) yang sama. Peningkatan produktivitas, hampir selalu diikuti dengan membaiknya kondisi daya saing terhadap hal tersebut. Secara ekonomis, produktivitas didefenisikan sebagai peningkatan efisiensi, efektifitas dan kualitas. meningkatkan nilai tambah dan mengurangi pemborosan. Produktivitas yang ideal di suatu negara akan meningkatkan daya saing sekaligus pertumbuhan ekonomi, serta mutu kehidupan/ kesejahteraan masyarakat di negara tersebut. Menurut Yunani Roaidah, anggota Kelompok Kerja (Pokja) III di Lembaga Produktivitas Nasional, peningkatan produktivitas harus melibatkan stakeholder dan memerlukan komitmen dari para pemangku jabatan ditingkat makro maupun ditingkat mikro. Peningkatan produktivitas tidak serta merta akan terjadi tanpa usaha yang sungguh-sungguh dari semua kalangan yakni instansi pemerintah, pengusaha, pekerja, dan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara yang esensinya adalah peningkatan efisiensi, peningkatan efektivitas dan peningkatan kualitas. Kondisi produktivitas dan daya saing nasional Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, maupun beberapa negara lain di dunia. Untuk itu, peningkatan produktivitas perlu dilakukan secara terus-menerus seiring dengan upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi. Hal tersebut akan Fitria Faradila mendukung terciptanya penyelenggaraan program 12 TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN volume IV nomor 2 edisi Februari 2014

15 pembangunan ekonomi yang berkualitas dan berdaya saing. LPN sebagai lembaga non struktural yang berada di bawah dan langsung bertanggung jawab kepada Presiden, memiliki tugas untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Presiden dalam perumusan kebijakan nasional di bidang produktivitas dan daya saing nasional. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, LPN memiliki beberapa fungsi utama seperti : 1. Mengembangkan budaya produktif dan etos kerja 2. Mengembangkan jejaring informasi peningkatan produktivitas 3. Mengembangkan sistem dan teknologi peningkatan produktivitas 4. Peningkatan kerajasama dibidang produktivitas dengan lembaga-lembaga dan organisasi internasional Yunani sebagai salah satu pengemban tanggung jawab LPN menyadari bahwa untuk melakukan gerakan peningkatan produktivitas nasional diperlukan suatu strategi peningkatan produktivitas nasional yang secara komperehensif, terintegrasi, dan berkesinambungan yang dilaksanakan oleh pemerintah, dunia usaha dan seluruh masyarakat. Untuk itu, LPN melalui Strategi Gerakan Peningkatan Produktivitas Nasional (SGPPN) ditempuh melalui 3 (tiga) tahapan yaitu: 1. Tahap pertama adalah Penyadaran (Awareness Strategy), Melalui sosialisasi dengan tujuan meningkatkan kesadaran, membangun komitmen akan pentingnya produktivitas dan menanamkan spirit, sikap mental serta prilaku untuk menerapkan budaya produktif baik di tingkat individu, keluarga, pemerintah, dunia usaha dan masyarakat luas; 2. Tahap kedua adalah Peningkatan (Improvement Strategy), tahap aksi atau implementasi dengan melibatkan kelompok sasaran serta menggunakan alat, metode dan tehnik peningkatan produktivitas baik dalam bidang manajemen maupun teknis; 3. Tahap ketiga adalah Pemeliharaan (Maintenance Strategy), yakni tahap ketiga mempertahankan mutu, standar pelayanan, daya saing yang telah dicapai dalam tahap kedua. Tahap pemeliharaan meliputi monitoring dan pengukuran (measurement) hasil peningkatan produktivitas. dasar peningkatan produktivitas, yaitu (i) pengembangan manajemen, (ii) peningkatan kopetensi SDM, (iii) pengembangan teknologi, (iv) pengembangan budaya produktif. Budaya Produktif akan terbentuk melalui penyadaran, pemahaman, pembelajaran/ pelatihan dan pembiasaan. Untuk itu, menanamkan budaya produktif harus dilakukan sejak dini mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat dan melalui dunia pendidikan mulai tingkat terendah sampai perguruan tinggi. Sebagai salah satu alat untuk membangun sikap mental produktif adalah melalui penerapan Konsep 5-S (Seiri / Sisih, Seiton / Susun, Seiso / Sasap, Seiketsu / Sosoh, Shitsuke / Suluh). 5-S atau dikenal dengan sebutan Good House Keeping merupakan singkatan yang berasal dari bahasa Jepang dan di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia yakni Seiri / Sisih, Seiton / Susun, Seiso / Sasap, Seiketsu / Sosoh, Shitsuke / Suluh, adalah suatu cara untuk membangun dan memelihara sebuah lingkungan yang bermutu melalui penyisihan, penyusunan, penyosohan, pembiasaan dan penyuluhan yang dilakukan di perkantoran, perusahaan, rumah tangga, sekolah/ universitas, fasilitas publik, dan area pendukung lainnya. Posisi 5 S dalam upaya peningkatan produktivitas dapat dilihat pada Gambar Integrated Productivity Improvement (IPI), di bawah ini : Integrated Productivity Improvement (IPI) Namun demikian, menurut Yunani, dalam menjalani fungsi dan tugasnya, LPN juga menghadapi berbagai kendala yang menghambat., seperti : 1. Kelembagaan LPN yang berada dibawah Kemnakertrans menimbulkan persepsi yang keliru bahwa produktivitas hanya untuk tenaga kerja dan Adapun program dan kegiatan peningkatan tanggungjawab Kemnakertrans. produktivitas tersebut mengacu kepada empat strategi volume IV nomor 2 edisi Februari 2014 TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN 13

16 2. Anggota Tetap LPN secara Ex Oficio adalah Es I Kementerian, maka rapat kerja dan rapat paripurna sering tidak optimal, disebabkan - ketidakhadiran anggota karena kesibukan, dan diwakilkan kepada pejabat lain di bawahnya sehingga tidak mempunyai kewenangan memutuskan. - Pergantian pejabat yang terlalu cepat, sehingga pejabat baru harus mempelajari 3. Sarana dan Prasarana Sekretariat LPN yang tidak memadai, menghambat pelayanan Administrasi terhadap kelancaran LPN dan selama ini menempel pada salah satu seksi (eselon IV) di Direktorat Produktivitas dan Kewirausahaan Kemenakertrans. 4. Keterbatasan SDM Sekretariat yang khusus menangani LPN, selama ini ditangani oleh Staf Direktorat Produktivitas dan Kewirausahaan Kemnakertrans yang disamping melaksanakan tupoksi juga melayani LPN. Namun demikian Sekretariat telah berupaya semaksimal mungkin memberikan pelayanan terbaik kepada LPN. 5. Anggaran LPN dibebankan kepada Anggaran Belanja Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, c.q Direktorat Produktivitas dan Kewirausahaan, sehingga anggaran tersebut tidak dapat memenuhi secara optimal pelaksanaan program dan kegiatan LPN (sangat terbatas) tergantung pagu anggaran Kementerian, dan LPN tidak dapat menggunakan biaya tersebut secara mandiri. Untuk itu, LPN tidak bisa berjalan sendiri dalam meningkatkan produktivitas nasional. Diperlukan juga komitmen yang kuat dari kementerian/lembaga terkait, serta kesadaran dari masyarakat untuk menjadi produktif, yang secara berkelanjutan akan meningkatkan daya saing bangsa. Referensi: Yunani Roaidah, S. Sos Anggota Pokja III LPN Alisa Fatimah Sejarah Gerakan Produktivitas di Indonesia 14 TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN volume IV nomor 2 edisi Februari 2014 Sumber: Lembaga Produktivitas Nasional (LPN)

17 Strategi Peningkatan Produktivitas LPN ekonomi yang inklusif mustahil dapat PPertumbuhan dicapai tanpa adanya dukungan dari peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia. Laporan McKinsey Global Institute (The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia s Potential, 2012) menyebutkan bahwa Indonesia saat ini merupakan negara dengan tingkat perekonomian terbesar ke-16 di dunia dan memiliki potensi untuk melaju ke peringkat ke-7 di dunia pada tahun Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, Indonesia masih memiliki tantangan untuk meningkatkan produktivitas. Walaupun produktivitas tenaga kerja saat ini telah menyumbang sekitar 60% untuk pertumbuhan ekonomi, Indonesia masih harus meningkatkan pertumbuhan produktivitas sebesar 60% agar pertumbuhan PDB dapat mencapai target sebesar 7%. Untuk menjawab tantangan produktivitas tersebut, Indonesia telah memiliki sebuah lembaga non struktural yang dibentuk oleh presiden, yaitu Lembaga Produktivitas Nasional (LPN). Terbentuk melalui Peraturan Presiden No.50 Tahun 2005, LPN memiliki tugas untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Presiden dalam merumuskan kebijakan nasional di bidang produktivitas dan peningkatan produktivitas dalam rangka penguatan daya saing nasional. Sejak awal terbentuknya di tahun 2005 hingga tahun 2007, LPN telah menghasilkan rekomendasirekomendasi yang terkait dengan penyempurnaan norma, standard dan prosedur untuk mencegah hambatan dalam investasi, program peningkatan kualitas SDM, penyempurnaan tata kerja di beberapa lembaga pemerintahan dan penggunaan teknologi informasi secara maksimal agar masyarakat dapat dengan cepat mengetahui pelayanan-pelayanan yang diberikan pemerintah. Di tahun 2007, Kajian-kajian mulai dilakukan dengan memfokuskan LPN pada rekomendasi perbaikan dan peningkatan produktivitas di sektor pertanian. Kajian-kajian tersebut antara lain kajian mengenai Sistem Pengupahan Berdasarkan Produktivitas (2008), kajian Peningkatan Produktivitas Sektor Pemerintah (2009), Kajian Efektivitas LPN (2009) dan Kajian Peningkatan Produktivitas melalui Pembangunan Klaster Industri Sawit. Menurut pendapat Ibu Estiarty Haryani, Direktur Produktivitas dan Kewirausahaan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Indonesia memiliki potensi yang "Berdasarkan data World Economic Forum, daya saing Indonesia telah meningkat ke peringkat 38 di tahun Walaupun daya saing telah meningkat, Indonesia masih tertinggal dari negara-negara lainnya di Asia Tenggara" volume IV nomor 2 edisi Februari 2014 TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN 15

18 sangat besar untuk meningkatkan produktivitas nasional. Beliau yakin bahwa dengan sebagian besar penduduk Indonesia yang saat ini berada pada usia produktif, melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, regulasi sistem dan mekanisme pengelolaan SDM dan SDA yang sudah tertata baik, dan komitmen serta konsistensi dari semua pihak untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi, maka tingkat produktivitas nasional akan cepat terdorong. Menurutnya, pemerintah memiliki peran paling penting untuk memulai gerakan peningkatan produktivitas nasional dan LPN dapat menjadi suatu media bagi seluruh stakeholder untuk bergerak bersama dalam meningkatkan produktivitas di Indonesia. kerja kearah yang lebih efisien, hemat biaya, hemat energi, tidak mencemari atau merusak lingkungan harus menjadi budaya kita sehari-hari terutama di unit-unit usaha. Dengan strategi peningkatan produktivitas yang matang, LPN diharapkan akan mampu menggandeng seluruh pihak terkait untuk berkontribusi terhadap peningkatan produktivitas pekerja dan pertumbuhan ekonomi nasional. Narasumber: Estiarty Haryani Direktur Produktivitas dan Kewirausahaan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Berdasarkan data World Economic Forum, daya saing Indonesia telah meningkat ke peringkat 38 di tahun Walaupun daya saing telah meningkat, Indonesia masih tertinggal dari negara-negara lainnya di Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Oleh karena itu, peningkatan daya saing Indonesia menjadi fokus LPN untuk tahun ini dan beberapa tahun kedepan. Ibu Estiarty mengungkapkan bahwa masih terdapat beberapa hal yang menjadi kendala bagi peningkatan daya saing Indonesia dan LPN sedang menjalankan program untuk mengatasi kendala tersebut, yaitu dengan program perbaikan etos kerja dan peningkatan hubungan harmonis antara pengusaha dan pekerja melalui sistem bagi hasil produktivitas. Lanjutnya, Upaya peningkatan produktivitas harus menjadi agenda utama pemerintah di seluruh sektor. Budaya untuk selalu efisien harus ditanamkan kepada anak-anak kita sejak di sekolah dasar. Perbaikan-perbaikan tata 16 TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN volume IV nomor 2 edisi Februari 2014 Trias Melia

19 Opini Pakar Mendorong Produktivitas Nasional ini arus globalisasi yang semakin tinggi kerap melanda sejumlah SSaat negara dengan sistem perekonomian terbuka, tidak terkecuali Indonesia. Tingginya arus globalisasi tersebut memacu persaingan yang ketat antar negara. Salah satu bentuk upaya untuk dapat bersaing di tengah arus globalisasi adalah dengan meningkatkan produktivitas. Produktivitas mendorong suatu negara berdaya saing tinggi dengan tingkat produksi yang efektif dan efisien serta tenaga kerja yang produktif. Produktivitas memiliki dua pengertian yaitu pengertian kualitatif dan kuantitatif. Pengertian produktivitas secara kualitatif adalah perbaikan atau peningkatan kondisi ke arah yang lebih baik. Sementara itu, dari sisi kuantitatif, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang diperoleh dan penggunaan semua sumber yang diperlukan untuk mencapai hasil tersebut. Secara kuantititatif, produktivitas memiliki tiga unsur penting yaitu: (i) efisiensi yang berarti jumlah hasil produksi sama dengan menghemat penggunaan faktor produksi (input oriented); (ii) efektivitas yang berarti dengan jumlah faktor produksi yang sama dihasilkan jumlah produksi yang lebih besar (output oriented); dan (iii) kualitas yang berarti meningkatkan nilai tambah dari hasil produksi. Menurut Prof. Payaman Simanjuntak, dibandingkan dengan tahun 1997 sebelum Indonesia mengalami krisis moneter, produktivitas Indonesia terus menurun. Berdasarkan data Global Competitiveness Index (GCI) dari World Economic Forum, pada tahun 1997 peringkat daya saing Indonesia berada di posisi 15 dari 47 negara, terus menurun menjadi peringkat 59 dari 60 negara pada tahun Dalam kurun satu dekade ini produktivitas Indonesia secara perlahan meningkat menempati peringkat 38 dari 142 negara. Peningkatan produktivitas dan daya saing ini terutama berasal dari peningkatan pada penggunaan teknologi, akses pendidikan dan kesadaran produktif pada sejumlah perusahaan. Narasumber: Prof. Payaman Simanjuntak Wakil Ketua Kelompok Kerja I Lembaga Produktivitas Nasional (LPN) "Indonesia perlu meningkatan kualitas SDM, manajemen, inovasi teknologi dan budaya produktif agar dapat meningkatkan produktivitas" Walalupun sudah mengalami peningkatan, namun peringkat daya saing Indonesia masih berada di bawah negara tetangga seperti volume IV nomor 2 edisi Februari 2014 TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN 17

20 Singapura, Malaysia dan Thailand. Negara dengan tingkat produktivitas yang tinggi, seperti Singapura, Malaysia dan Korea Selatan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan manajemen, melakukan inovasi teknologi dan menerapkan budaya produktif dalam segala hal. Seiring dengan tingginya tingkat produktivitas, daya saing ketiga negara ini relatif tinggi. Belajar dari ketiga Negara Asia dengan tingkat daya saing yang tinggi tersebut, Indonesia perlu meningkatan kualitas SDM, manajemen, inovasi teknologi dan budaya produktif agar dapat meningkatkan produktivitas yang kemudian menaikkan peringkat daya saing sekaligus bargaining position -nya di dunia. Lembaga Produktivitas Nasional (LPN) merupakan suatu lembaga Negara yang mempunyai peran strategis untuk mendorong produktivitas nasional. Tugas utama LPN adalah memberikan saran dan pertimbangan kepada Presiden dalam perumusan kebijakan nasional di bidang produktivitas dan peningkatan produktivitas dalam rangka penguatan daya saing nasional. Secara umum, LPN memiliki empat fungsi utama, yaitu: (i) pengembangan budaya produktif dan etos kerja; (ii) pengembangan jejaring informasi peningkatan produktivitas; (iii) pengembangan sistem dan teknologi peningkatan produktivitas; and (iv) peningkatan kerja sama di bidang produktivitas dengan lembaga lembaga atau organisasi - organisasi internasional. Peningkatan Produktivitas Nasional (GPPN) secara terintegrasi dan berkesinambungan, memasukkan produktivitas dalam kurikulum pendidikan dan pemberlakuan sistem reward and punishment. Dengan upaya ini, diharapkan LPN dapat mendorong produktivitas ke perusahaan dan instansi pemerintah. Prof Payaman Simanjuntak menambahkan untuk mendorong produktivitas nasional diperlukan pula komitmen politik dari pemerintah. Artinya pemerintah memang harus fokus setiap kebijakan menuju peningkatan produktivitas ke depannya. Hal ini dilakukan agar baik masyarakat, perusahaan dan instansi pemerintah memiliki budaya kerja produktif, sehingga Indonesia dapat maju sebagai negara berdaya saing tinggi. Referensi: Simanjuntak, Prof. Dr. Payaman Manajemen Produktivitas: Pengertian, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Republik Indonesia Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 50 Tahun 2005 tentang lembaga Produktivitas Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara Memasuki arus globalisasi, LPN berupaya untuk mendorong produktivitas nasional dengan sosialisasi budaya produktif, mengkaji dan merumuskan rekomendasi kebijakan pengupahan fleksibel yang berdasarkan produktivitas, mendorong Gerakan Fitria Faradila 18 TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN volume IV nomor 2 edisi Februari 2014

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan, CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP 2013 A. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36 persen).

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai teori pembangunan ekonomi, mulai dari teori ekonomi klasik (Adam Smith, Robert Malthus dan David Ricardo) sampai dengan teori ekonomi modern (W.W. Rostow dan

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro

Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro Pendahuluan Kemandirian ekonomi semestinya didefinisikan secara fleksibel dan bersifat dinamis. Kemandirian lebih dilihat dari kemampuan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan kategori bisnis berskala kecil menengah yang dipercaya mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda indonesia pada tahun 1998 menunjukkan nilai yang positif, akan tetapi pertumbuhannya rata-rata per

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau wilayah. Karena pada dasarnya, investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) melindungi segenap bangsa

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015

Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015 Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015 Bidang Kebijakan Pajak dan PNBP II, Pusat Kebijakan Pendapatan Negara I. Pendahuluan Pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Berbagai studi menunjukkan bahwa sub-sektor perkebunan memang memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Melihat ke tahun 2014, Indonesia menghadapi perlambatan pertumbuhan dan risiko-risiko ekonomi yang signifikan yang membutuhkan fokus kebijakan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi merupakan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang dibentuk terutama untuk melayani kebutuhan pelayanan jasa-jasa perbankan bagi masyarakat ekonomi lemah terutama

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA Abstrak Upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia telah menjadi prioritas di setiap era pemerintahan dengan berbagai program yang digulirkan. Pengalokasian anggaran

Lebih terperinci

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi Diskusi Dwi Bulanan INDEF Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi Selasa, 20 Mei 2014 INDEF 1 Diskusi Dwi Bulanan INDEF Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Di era globalisasi ini, industri menjadi penopang dan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Berbagai

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama beberapa tahun terakhir (2005-2009), ekonomi Indonesia membaik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,5 persen. Namun kinerja itu masih jauh jika dibanding

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) semakin mendapatkan perhatian terutama dari pelaku agribisnis. Perhatian ini didasari karena sektor UMKM mampu bertahan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat inflasi yang terkendali, nilai tukar dan tingkat suku bunga yang stabil serta tingkat pengangguran yang rendah atau bahkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk merencanakan dan melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun 1 1 PENDAHULUAN Daya saing merupakan suatu hal yang mutlak dimiliki dalam persaingan pasar bebas. Perkembangan daya saing nasional di tingkat internasional juga tidak terlepas dari perkembangan daya saing

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA Abstract Inflasi dan pengangguran adalah masalah pelik yang selalu dihadapi oleh Negara Indonesia terkait belum berkualitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap negara terutama negara berkembang seperti Indonesia agar dapat berdiri sejajar dengan negara maju

Lebih terperinci

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Kerangka Ekonomi Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah merupakan kerangka implementatif atas pelaksanaan RKPD Kabupaten Sijunjung Tahun

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Definisi Krisis ekonomi : Suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan akibat krisis keuangan Krisis keuangan/ moneter

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci