III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, Klasifikasi. Batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, Klasifikasi. Batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk"

Transkripsi

1 44 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, Klasifikasi. Variabel (X) Batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan. Variabel (X) adalah variabel dinamika masyarakat. Dinamika penelitian ini adalah kekuatan-kekuatan yang ada di maupun di luar yang akan menentukan perilaku anggota dan perilaku untuk melaksanakan kegiatan demi tercapainya tujuan bersama. Dinamika diuraikan analisis dinamika berdasarkan pada pendekatan psikososial yaitu : a) Tujuan (group goal), yaitu tujuan sebagai hasil akhir atau keadaan yang diinginkan oleh semua anggota. Tujuan masyarakat diukur berdasarkan indikator yaitu () Kejelasan tujuan, () Kesesuaian tujuan dengan tujuan individu, dan () Jumlah anggota yang mengetahui tujuan yang kemudian diklasifikasikan menjadi tidak dinamis, cukup dinamis, dan dinamis. b) Struktur (group structure), yaitu suatu pola yang teratur tentang bentuk tata hubungan antara individu-individu

2 45 serta menggambarkan kedudukan dan peran anggota mencapai tujuan. Struktur masyarakat diukur berdasarkan 4 indikator yaitu () Keikutsertaan pengambilan keputusan, () Pembagian tugas, () Sistem komunikasi, (4) Sarana interaksi yang tersedia, kemudian diklasifikasikan menjadi tidak dinamis, cukup dinamis, dan dinamis. c) Fungsi tugas (task function), yaitu seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota sesuai dengan fungsi dan kedudukannya struktur. Fungsi tugas diukur, berdasarkan 5 indikator yaitu: () Fungsi kepuasan anggota, () Fungsi menghasilkan inisiatif, () Fungsi kejelasan informasi, (4) Fungsi menyelenggarakan koordinasi, (5) Fungsi mengajak untuk berpartisipasi yang kemudian diklasifikasikan menjadi tidak dinamis, cukup dinamis, dan dinamis. d) Pembinaan dan pemeliharaan (group building and maintenance), yaitu upaya untuk tetap memelihara dan mengembangkan kehidupan. Pembinaan dan pengembangan diukur berdasarkan 4 indikator yaitu: () Aktivitas kegiatan, () Fasilitas, () Pengawasan terhadap norma-norma atau aturan yang berlaku, kemudian diklasifikasikan menjadi tidak dinamis, cukup dinamis, dan dinamis. e) Kekompakan (group cohesiveness), yaitu rasa keterikatan anggota terhadap nya. Kekompakan diukur berdasarakan 6 indikator yaitu: () Kepemimpinan,

3 46 () Merasa bagian, () Nilai tujuan yang ingin dicapai, (4) Homogenitas anggota, (5) Intergrasi kegiatan, (6) Jumlah anggota yang kemudian diklasifikasikan menjadi tidak dinamis, cukup dinamis, dan dinamis. f) Suasana (group atmosphere), yaitu lingkungan fisik dan nonfisik yang akan mempengaruhi perasaan setiap anggota terhadap nya. Suasana diukur berdasarkan indikator, yaitu : () Hubungan antar anggota, () Kebebasan berpartisipasi yang kemudian diklasifikasikan menjadi tidak dinamis, cukup dinamis, dan dinamis. g) Tekanan (group pressure), yaitu tekanan atau ketegangan yang menyebabkan tersebut berusaha keras mencapai tujuan. Tekanan diukur berdasarkan 4 indikator yaitu: () Adanya peraturan dan sanksi () Adanya faktor luar (eksternal) yang memberikan tekanan, kemudian diklasifikasikan menjadi tidak dinamis, cukup dinamis, dan dinamis. h) Keefektifan (group effectiveness), yaitu keberhasilan untuk mencapai tujuannya, yang dapat dilihat pada tercapainya keadaan atau perubahan (fisik dan nonfisik) yang memuaskan anggotanya. Keefektifan diukur berdasarkan indikator yaitu: () Keberhasilan mencapai tujuan, () Ketepatan waktu pencapaian tujuan, () Kepuasan anggota terhadap yang kemudian diklasifikasikan menjadi tidak dinamis, cukup dinamis, dan dinamis.

4 47 i) Agenda terselubung (hidden agenda), yaitu tujuan yang ingin dicapai oleh yang diketahui oleh semua anggotanya, tetapi tidak dinyatakan secara tertulis. Sering kali agenda terselubung justru sangat penting untuk mendinamiskan. Agenda terselubung diukur berdasarkan pertanyaan, kemudian diklasifikasikan menjadi tidak dinamis, cukup dinamis, dan dinamis. Pengukuran variabel dinamika masyarakat setelah di adopsi dari tulisan Fitri Asari pada tahun 00 dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Pengukuran sub variabel dinamika masyarakat Sub No Variabel (X). Tujuan Kelompok. Struktur Kelompok Indikator Kriteria Skor Kejelasan Tujuan Kelompok Kesesuaian tujuan dengan tujuan anggota Anggota yang mengetahui tujuan Keikutsertaan pengambil keputusan a. Pengurus mengetahui dan memahami 5 6 tujuan GSMK b. Pengurus mengetahui dan memahami 4 tujuan GSMK c. Pengurus mengetahui dan memahami - tujuan GSMK a. 00 % tujuan GSMK sesuai dengan tujuan masyarakat b. 0% -70% tujuan GSMK sesuai dengan tujuan masyarakat c. < 0% tujuan GSMK tidak sesuai dengan tujuan masyarakat a. > 70% pengurus mengetahui tujuan b. 0% - 70% pengurus mengetahui tujuan c. < 0% pengurus mengetahui tujuan a. Semua pengurus Pokmas ikut serta musyawarah perencanaan pembangunan bersama aparatur kampung b. Pengurus inti Pokmas ikut serta musyawarah perencanaan pembangunan bersama aparatur kampung c. Pokmas hanya melaksanakan keputusan aparatur kampung

5 48 Tabel. Lanjutan Pembagian tugas Sistem komunikasi Sarana interaksi yang tersedia a. Ada pembagian tugas dilakukan musyawarah menentukan struktur pengurus Pokmas yang terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Seksi seksi sesuai fungsinya b. Ada pembagian tugas namun hanya ketua Pokmas saja yang menjalankan tugasnya c. Tidak ada pembagian tugas yang jelas dari pengurus Pokmas a. Pesan tersampaikan melalui rapat/pertemuan pengurus secara formal b. Pesan tersampaikan secara non formal pada saat gotong royong dan yasinan c. Pesan tersampaikan melalui salah satu kegiatan gotong royong atau yasinan saja tanpa terjadwal a. Dilakukan pertemuan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi b. Dilakukan pertemuan pada tahap perencanaan dan pelaksanaan c. Dilakukan hanya pada tahap pelaksanaan dengan gotong royong. Fungsi Tugas Fungsi kepuasan anggota terhadap hasil yang dicapai Fungsi menghasilkan inisiatif Fungsi kejelasan informasi a. > 70% anggota merasa puas dengan adanya program pembangunan GSMK b. 0% - 70% anggota merasa puas dengan adanya program pembangunan GSMK c. < 0% anggota merasa puas dengan adanya program pembangunan GSMK a. Semua pengurus Pokmas memberi sumbang saran b. Sebagian pengurus Pokmas memberi sumbang saran c. Pengurus Pokmas hanya menjalankan putusan aparatur kampung a. Penyampaain informasi dilakukan pada tiap tahap pencairan dana oleh Pokmas b. Penyampaian informasi dilakukan saat gotong royong oleh Pokmas c. Penyampaian informasi tidak dilakukan oleh Pokmas, namun disampaikan oleh aparatur kampung/kelurahan

6 49 Tabel. Lanjutan 4. Pembinaa n dan Pemelihar aan Kelompok Fungsi menyelenggara kan koordinasi Fungsi mengajak berpartisipasi kegiatan GSMK Aktivitas atau kegiatan Fasilitas a. Koordinasi dilakukan saat pelaksanaan gotong royong dengan membagi tugas pengurus pada tiap tiap RT b. Hanya sebagian pengurus yang melakukan koordinasi, aparatur kampung yang men garahkan masyarakat c. Tidak ada koordinasi antar pengurus saat pelaksanaan gotong royong dilakukan a. > 74,68 % masyarakat mengikuti pelaksanaan kegiatan gotong royong b. 60,4% - 74,67% masyarakat mengikuti pelaksanaan kegiatan gotong royong c. 45,00% - 60, % masyarakat mengikuti pelaksanaan kegiatan gotong royong a. Kegiatan dilakukan mulai dari tahap perencanaan (menyusun proposal kegiatan), pada tahap pelaksanaan (menghimpun swadaya dan mengarahkan anggota masyarakat gotong royong) dan tahp evaluasi (melakukan pembukuan upah TK dan melaporkan perkembangan pembangunan) b. Kegiatan dilakukan pada tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan, namun jarang ada pelaporan perkembangan kegiatan c. Kegiatan hanya dilakukan pada tahap pelaksanaan gotong royong, sedangkan penyusunan proposal dikerjakan pengurus inti dengan FK a. Tersedia balai kampung untuk pertemuan, dan silinder dari perusahaan b. Tersedia balai kampung untuk pertemuan c. Tidak terdapat fasilitas dari kampung untuk pelaksanaan kegiatan

7 50 Tabel. Lanjutan 5. Kekompa kan Kelompok Pengawasan terhadap norma yang berlaku Kepemimpinan Rasa memiliki Nilai tujuan yang sudah dicapai Homogenitas anggota Integrasi anggota kegiatan GSMK a. Semua pengurus mematuhi peraturan yang berlaku dengan mengikuti setiap kegiatan GSMK b. Pengurus mematuhi peraturan yang berlaku, namun hanya mengikuti beberapa kegiatan GSMK c. Tidak ada pengurus yang mematuhi peraturan yang berlaku a. Kemampuan pemimpin baik, musyawarah dilakukan pada pngurus dan mampu mengarahkan masyarakat berpartisipasi aktif pada kegiatan GSMK b. Kemampuan memimpin cukup baik, musyawarah dilakukan pada pengurus, namun kurang dapat mengajak masyarakat berpartisipasi aktif kegiatan GSMK c. Tidak mempunyai kemampuan memimpin a. Memiliki adanya pembangunan dengan berpartisiasi aktif kegiatan GSMK mulai dari tahap perencanaan hingga evaluasi b. Memiliki adanya pembangunan dengan bepartisipasi pelaksanaan gotong royong c. Memiliki adanya pembangunan dengan mengikuti beberapa kali kegiatan GSMK a. > 70% tujuan GSMK tercapai b. 0% -70% tujuan GSMK tercapai c. < 0% tujuan GSMK tercapai a. Tidak ada perbedaan status sosial antar anggota b. Ada, tapi tidak terlalu berpengaruh c. Ada perbedaan status sosial dan cukup berpengaruh a. Semua pengurus bekerjasama pembuatan proposal kegiatan, menghimpun swadaya masyarakat, melakukan pengarahan saat gotong royong, dan membuat pembukuan upah tenaga kerja b. Hanya pengurus inti yang bekerjasama pembuatan proposal kegiatan, menghimpun swadaya masyarakat, melakukan pengarahan, membuat pembukuan c. Pengurus hanya bekerjasama pada saat pelaksanaan, namun saat perencanaan hanya pengurus inti dan FK yang menyusun kegiatan

8 5 Tabel. Lanjutan 6. Suasana Kelompok 7. Tekanan Kelompok 8. Kefektifan Kelompok Besarnya anggota kegiatan Hubungan antar anggota Kebebasan berpartisipasi Adanya peraturan dan sanksi Ada faktor yang berasal dari luar (eksternal) yang memberikan tekanan Keberhasilan mencapai tujuan Ketepatan waktu mencapai tujuan a anggota masyarakat b. 5-8 anggota masyarakat c a nggota masyarakat a. Pengurus Pokmas sangat dekat karena rasa senasib sepenanggungan masalah pembangunan kampung, dan sering dilakukan diskusi antar pengurus b. Ada kedekatan antar pengurus pokmas, namun kurang dilakukan pertemuan antar pengurus c. Tidak ada kedekatan antar pengurus a. Semua pengurus menyatakan bahwa tidak ada paksaan berpendapat pada tiap pertemuan b. Sebagian pengurus menyatakan terkekang dan terpaksa mengeluarkan pendapat c. Tidak ada kebebasan berpendapat, hanya mengikuti perintah ketua Pokmas a. Diberi peringatan apabila > kali tidak hadir kegiatan GSMK b. Tidak ada hukuman bagi pengurus yang tidak kegiatan GSMK c. Tidak ada peraturan bagi pengurus Pokmas kegiatan GSMK a. Ada tekanan dari pihak luar, tetapi sesuai dengan tujuan b. Ada tekanan dari pihak luar, tetapi tidak sesuai dengan tujuan c. Tidak ada tekanan dari pihak luar yang sesuai dengan tujuan a. > 70% tujuan tercapai tepat waktu b. 0% - 60% tujuan tercapai tepat waktu c. <40% tujuan tercapai tepat waktu a. Semua tujuan tercapai tepat waktu b. Semua tujuan tercapai namun terlambat karena pencairan dana yang terlambat c. Hanya sebagian tujuan yang tercapai karena pencairan dana terlambat

9 5 Tabel. Lanjutan 9. Agenda Terselubu ng Sumber : Asari, 00 Kepuasan anggota terhadap Adanya tujuan pribadi yang belum terakomodasi Pengaruh tujuan yang belum terakomodasi terhadap a. Belum puas karena masih menginginkan pencapaian lebih b. Sudah puas karena pencapaian tujuan melebihi target perencanaan c. Kurang puas, karena kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan kebutuhan a. Terdapat 5-6 tujuan yang sama dengan tujuan GSMK b. Terdapat -4 tujuan yang sama dengan tujuan GSMK c. Terdapat - tujuan yang sama dengan tujuan GSMK a. Semua tujuan mempengaruhi partisipasi masyarakat GSMK b. Beberapa tujuan mempengaruhi kinerja pengurus Pokmas pada kegiatan GSMK c. Tujuan yang belum tersampaikan tidak berpengaruh pada kegiatan GSMK dan kinerja Pokmas Untuk mengetahui tingkat dinamika analisis dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari sembilan sub variabel tersebut setelah data ordinal diubah menjadi data interval menggunakan metode MSI. Pengklasifikasian tingkat dinamika masyarakat kelas dengan rumus Sturges (Dajan, 996), sehingga diperoleh dinamika yang tidak dinamis, dinamika cukup dinamis, dan dinamika dinamis.. Variabel (Y) Variabel Y adalah partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan seseorang atau se anggota masyarakat suatu kegiatan. Partisipasi penelitian ini adalah tingkat keterlibatan

10 5 masyarakat sebagai anggota masyarakat, yaitu berupa : a) Partisipasi pada tahap perencanaan, yaitu keikutsertaan masyarakat menberikan sumbangan pemikiran penyusunan perencanaan kegiatan masyarakat. Partisipasi pada tahap perencanaan diukur berdasarkan indikator, yaitu : () Frekuensi rapat pengambilan keputusan, () Prioritas yang digunakan rapat pengambilan keputusan, kemudian diklasifikasikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. b) Partisipasi memikul beban pembangunan (berswadaya), yaitu modal sosial masyarakat baik berupa materi ataupun non materi kegiatan program GSMK. Partisipasi berswadaya diukur berdasarkan indikator, yaitu : () Sumbangan berupa tenaga yang diukur HOK (Hari Orang Kerja), () Sumbangan peralatan yang diberikan masyarakat kegiatan GSMK, dan () Sumbangan berupa bahan material yang diberikan masyarakat kegiatan GSMK, kemudian diklasifikasikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. c) Partisipasi pada tahap pelaksanaan, yaitu keikutsertaan masyarakat pelaksanaan kegiatan masyarakat yang telah direncanakan program GSMK. Partisipasi pada tahap perencanaan diukur berdasarkan indikator, yaitu : () Frekuensi mengikuti kegiatan program GSMK, () Partisipasi memberikan sumbangan konsumsi kegiatan, dan () Partisipasi aktif bekerja melaksanakan kegiatan program GSMK, kemudian diklasifikasikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi.

11 54 d) Partisipasi pada tahap pemantauan dan evaluasi, yaitu keikutsertaan masyarakat memberikan tanggapan dan penilaian dari kegiatan masyarakat. Partisipasi pada tahap pemantauan dan evaluasi diukur berdasarkan 4 indikator, yaitu : () Partisipasi memonitoring kesesuaian kegiatan GSMK, () Partisipasi monitoring anggaran kegiatan GSMK, () Penilaian terhadap hasil kegiatan GSMK, (4) Partisipasi evaluasi kegiatan GSMK, kemudian diklasifikasikan menjadi menjadi rendah, sedang, dan tinggi. e) Partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil, yaitu sejauh mana masyarakat memanfaatkan hasil dari kegiatan masyarakat. Partisipasi pada tahap perencanaan diukur berdasarkan indikator, yaitu : () Manfaat yang dirasakan secara ekonomis dari kegiatan GSMK, () Manfaat teknis yang dirasakan dari kegiatan GSMK, () Hasil sesuai dengan tujuan GSMK, kemudian diklasifikasikan menjadi menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Pengukuran variabel partisipasi masyarakat setelah di adopsi dari tulisan Fitri Asari pada tahun 00 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pengukuran sub variabel partisipasi masyarakat No Variabel (Y). Partisipasi tahap perencanaan Indikator Kriteria Skor Frekuensi kehadiran pertemuan pada tiap tahap pencairan dana a. 5 6 kali mengikuti pertemuan b. 4 kali mengikuti pertemuan c. < kali mengikuti pertemuan

12 55 Tabel 4. Lanjutan. Partisipasi (berswadaya). Partisipasi tahap pelaksanaan Prioritas pengambilan keputusan yang digunakan musyawarah perencanaan Partisipasi memberikan sumbangan tenaga Partisipasi membrikan sumbangan peralatan Partisipasi memberikan sumbangan material Frekuensi masyarakat hadir pelaksanan kegiatan GSMK Partisipasi memberikan sumbangan konsumsi kegiatan Kegiatan yang dilakukan pembangunan GSMK a. Keputusan dilakukan dengan musyawarah untuk mufakat perencanaan pembangunan b. Pengambilan keputusan dilakukan oleh Ketua, Sekretaris dan Bendahara Pokmas c. Hasil hanya diputuskan oleh ketua Pokmas dan pemerintah a. HOK - HOK b. 4 HOK - 4 HOK c. HOK a. Menyumbang alternatif peralatan b. Menyumbang alternatif peralatan c. Menyumbang alternatif peralatan a. Menyumbang alternatif bahan material bangunan b. Menyumbang alternatif material bangunan c. Tidak menyumbang a. 8 kali gotong royong b. 6 7 kali gotong royong c. 4 5 kali gotong royong a. Memberikan alternatif konsumsi b. Memberikan alternatif konsumsi c. Memberikan alternatif konsumsi a. Melakukan alternatif kegiatan gotong royong b. Melakukan alternatif kegiatan c. Melakukan alternatif kegiatan

13 56 Tabel 4. Lanjutan 4. Partisipasi tahap pemantauan dan evaluasi 5. Partisipasi tahap pemanfaatan hasil Partisipasi monitoring kegiatan tepat guna dan sesuai rencana Partisipasi Monitoring anggaran pemerintah Penilaian terhadap hasil kegiatan GSMK Evaluasi yang dilakukan kepada masyarakat Keuntungan secara ekonomi pada masyarakat a. Kegiatan pembangunan sesuai musrenbang, kebutuhan dan prioritas masyarakat b. Kegiatan pembangunan sesuai musrenbang dan kebutuhan namun kurang sesuai prioritas masyarakat c. Kegiatan tidak sesuai musrenbang dan kebutuhan kampung a. Anggaran sebesar Rp ,00 tersalurkan ke Pokmas dan dilakukan sosialisasi kepada masyarakat b. Anggaran sebesar Rp ,00 tersalurkan ke Pokmas, namun kurang dilakukan sosialisasi c. Masyarakat tidak tahu tentang anggaran yang turun dari pemerintah a. Target sesuai dengan yang direncanakan saat musrenbang, sarana/prasarana selesai tepat waktu b. Target sesuai dengan yang direncanakan saat musrenbang, namun sarana/prasarana tidak selesai tepat waktu c. Pembangunan tidak sesuai target yang direncanakan a. Evaluasi dilakukan saat musrenbang dan pelaksanaan gotong royong b. Evaluasi dilakukan saat akhir program GSMK c. Tidak dilakukan evaluasi oleh pokmas kepada masyarakat kampung a. Menguntungkan secara ekonomi (memperbaiki akses jalur perdagangan, mendukung kegiatan jual beli hasil produksi) b. Cukup menguntungkan c. Tidak menguntungkan

14 57 Tabel 4. Lanjutan Sumber : Asari, 00 Keuntungan secara teknis pada masyarakat Hasil kegiatan sesuai dengan program GSMK a. Menguntunkan karena memperlancar akses transportasi, jalan tidak lagi susah dilewati b. Cukup menguntungkan secara teknis c. Tidak menguntungkan secara teknis a. Hasil kegiatan sesuai dengan 6 tujuan GSMK b. Hasil kegiatan sesuai dengan 5 tujuan GSMK c. Hasil kegiatan sesuai dengan 4 tujuan GSMK Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat analisis dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari lima sub variabel tersebut setelah data ordinal diubah menjadi data interval menggunakan metode MSI. Pengklasifikasian tingkat partisipasi masyarakat kelas dengan menggunakan rumus Sturges (Dajan, 996), sehingga diperoleh partisipasi masyarakat rendah, partisipasi masyarakat sedang, dan partisipasi masyarakat tinggi. Penentuan jarak antar kelas pada variabel menggunakan rumus Sturges (Dajan, 986) sebagai berikut: X Y Z k k = +, log n Keterangan : Z = Interval kelas X = Nilai tertinggi Y = Nilai terendah K = banyaknya kelas/kategori

15 58 B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang pada empat belas kampung/kelurahan, meliputi : Bogatama, Tri Rejo Mulyo, Sidoharjo, Tri Jaya, Tri Tunggal Jaya, Wiratama, Pulo Gadung, Sidodadi, Dwimulyo, Rejosari, Wira Agung Sari, Sidomakmur dan Trikarya. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan bahwa () Kecamatan Penawar Tama merupakan kecamatan dengan jumlah kampung terbanyak, akan tetapi jumlah penduduk bukan merupakan yang terbesar di Kabupaten Tulang Bawang, () Kecamatan Penawar Tama merupakan kecamatan yang paling besar jumlah penerimaan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) program GSMK. Dasar pertimbangan yang diajukan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Penduduk Kabupaten Tulang Bawang menurut Kecamatan 0 No Kecamtan Penduduk Jumlah Kampung Banjar Agung 5.7 Banjar Margo 7.0 Gedung Aji Penawar Aji Meraksa Aji Menggala Penawar Tama Rawajitu Selatan Gedung Meneng Rawajitu Timur Rawa Pitu Gedung Aji Baru Dente Teladas Banjar Baru Menggala Baru.95 0 Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang Tahun 0

16 59 Tabel 5. menunjukkan bahwa Kecamatan Penawar Tama merupakan kecamatan dengan jumlah desa terbanyak dengan jumlah 4 desa. Jumlah penduduk di Kecamatan Penawar Tama sebanyak 6.07 jiwa. Walaupun jumlah penduduk di kecamatan tersebut bukan merupakan jumlah yang terbesar di Kabupaten Tulang Bawang, akan tetapi penerimaan BLM di Kecamatan Penawar Tama tetap mendapatkan bantuan yang paling besar karena pemberian BLM diberikan pada masing masing desa sebesar Rp ,00. Populasi adalah total semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya, sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 004). Populasi penelitian ini adalah masyarakat dari 4 kampung/kelurahan penerima BLM program GSMK di Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang. Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan dua cara. Sampel pertama yaitu Pokmas dengan menggunakan teknik purposive sampling terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan 4 orang anggota pada setiap kampung/kelurahan.

17 60 Tabel 6. Jumlah sampel pengurus Pokmas No Nama Kelurahan Sampel Pokmas Responden Bogatama 7 Tri Rejo Mulyo 7 Sidoharjo 7 4 Sidomulyo 7 5 Tri Jaya 7 6 Tri Tunggal Jaya 7 7 Wiratama 7 8 Pulo Gadung 7 9 Sidodadi 7 0 Dwimulyo 7 Rejosari 7 Wira Agung Sari 7 Sidomakmur 7 4 Trikarya 7 Jumlah 4 98 Sumber : Analisis data primer 0 Sampel berikutnya menggunakan teknik proporsional random sampling dengan data jumlah masyarakat dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Banyaknya penduduk menurut kampung/kelurahan di Kecamatan Penawar Tama Tahun 0 No Nama Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa) Bogatama.094 Tri Rejo Mulyo.994 Sidoharjo Sidomulyo Tri Jaya.49 6 Tri Tunggal Jaya Wiratama Pulo Gadung Sidodadi.09 0 Dwimulyo 908 Rejosari 986 Wira Agung Sari 789 Sidomakmur.5 4 Trikarya 898 Jumlah 5.79 Sumber : Badan Pusat Statistik Kecamatan Penawar Tama Tahun 0

18 6 Tabel 7. menunjukkan jumlah masyarakat yang ada di Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang sebanyak 5.79 jiwa. Jumlah penduduk terbesar adalah pada kampung/kelurahan Sidoharjo dengan jumlah 4.4 jiwa, sedangkan jumlah terkecil terletak pada desa Pulo Gadung dengan jumlah 757 jiwa. Sampel yang akan dijadikan responden penelitian ini adalah setiap kepala keluarga di 4 kampung/kelurahan Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang. Data rumah tangga di kecamatan Penawar Tama dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 8. Banyaknya rumah tangga menurut kampung/kelurahan di Kecamatan Penawar Tama Tahun 0 No Nama Kampung/ Kelurahan Jumlah Rumah Tangga Bogatama 8 Tri Rejo Mulyo 790 Sidoharjo.54 4 Sidomulyo 78 5 Tri Jaya Tri Tunggal Jaya Wiratama Pulo Gadung 89 9 Sidodadi 0 0 Dwimulyo 45 Rejosari 76 Wira Agung Sari 0 Sidomakmur 49 4 Trikarya 68 Jumlah 7.0 Sumber : Badan Pusat Statistik Kecamatan Penawar Tama Tahun 0 Penarikan sampel penelitian ini menggunakan sampel acak sederhana (Simple Random sampling) yaitu sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa

19 6 sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Apabila besarnya sampel yang diinginkan itu berbeda-beda maka besarnya kesempatan bagi tiap satuan elementer untuk dipilih pun berbeda-beda (Singarimbun, 995). Teknik pengambilan jumlah unit sampel digunakan rumus Taro Yamane Riduwan (005), sebagai berikut : n = N Nd + Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d = Presesi (ditetapkan 0% dengan α = 90% Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut : n = N Nd + = N N 0, + = (0,) = 98, Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas diperoleh jumlah unit sampel sebanyak 98 responden masyarakat. Berdasarkan jumlah unit sampel tersebut dapat ditentukan alokasi proporsi sampel tiap kampung/ kelurahan dengan menggunakan rumus proporsional random sampling sebagai berikut: ni = Ni N n Keterangan : ni = jumlah sampel menurut n = jumlah sampel N = jumlah populasi seluruhnya Ni = jumlah anggota

20 6 Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah unit sampel untuk masing-masing masyarakat adalah sebagai berikut : Jumlah responden untuk Kampung Bogatama adalah : n i = =,64 responden Jumlah responden untuk Kampung Tri Rejo Mulyo adalah : n i = =,0 responden Jumlah responden untuk Kmpung Sidoharjo adalah : n i = = = 6, 6 responden Jumlah responden Kampung Sidomulyo adalah : n i = = 0,0 0 responden Jumlah responden Kampung Tri Jaya adalah : n i = = 5,7 6 responden Jumlah responden Kampung Tri Tunggal Jaya adalah : n i = =,6 responden 7.0 Jumlah responden untuk Kampung Wiratama adalah : n i = = 6,6 7 responden Jumlah responden untuk Kampung Pulo Gadung adalah : n i = =.64 responden Jumlah responden untuk Kampung Sidodadi adalah : n i = = 4,0 4 responden

21 64 Jumlah responden Kampung Dwimulyo adalah : n i = =,4 responden Jumlah responden Kampung Rejosari adalah : n i = =,86 4 responden 7.0 Jumlah responden untuk Kampung Wira Agung Sari adalah : n i = =,8 responden Jumlah responden untuk Kampung Sidomakmur adalah : n i = = 4,87 5 responden Jumlah responden untuk Kampung Trikarya adalah : n i = =,74 4 responden Penelitian ini dimulai dari proses prasurvei yang dilakukan pada bulan Januari 04. Pengambilan data dan pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 04. C. Metode Pengumpulan Data Pengambilan data yang digunakan adalah menggunakan kuesioner sebagai pengumpul data. Data penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh peneliti melalui pengumpulan data yang menggunakan kuesioner. Data sekunder merupakan data mengenai monografi wilayah, dokumen desa dan yang sebelumnya sudah tersedia yang mendukung kegiatan penelitian. Sumber data primer adalah responden yang menjadi sampel penelitian ini,

22 65 sedangkan sumber data sekunder berasal dari kecamatan, Badan Pusat Statistik (BPS), dan pemerintah Kabupaten Tulang Bawang. D. Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Data yang didapat dianalisis secara tabulasi dan statitistik dengan menggunakan analisis deskriptif untuk menjawab tujuan penelitian tentang hubungan dinamika masyarakat (Pokmas) terhadap tingkat partisipasi masyarakat Program GSMK di Kabupaten Tulang Bawang. Dinamika masyarakat dibagi menjadi kategori, yaitu tidak dinamis, cukup dinamis, dan dinamis. Tingkat partisipasi masyarakat juga dibagi menjadi kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Kategori pengukurannya menggunakan rumus lebar interval kelas, yaitu: Kelas Kategori = nilai tertinggi nilai terendah jumlah kelas Untuk mengetahui derajat hubungan dinamika masyarakat dengan tingkat partisipasi masyarakat di Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang digunakan uji korelasi Rank Spearman (Siegel,997) dengan rumus sebagai berikut : r s = 6 n i= di N N Keterangan : r s = Koefisien korelasi di = Selisih antara ranking dari variabel N = Jumlah sampel

23 66 Pengujian dilanjutkan untuk menjaga tingkat signifikasi pengujian bila terdapat rank kembar baik pada variabel X maupun pada variabel Y, sehingga dibutuhkan faktor koreksi t (Siegel, 997) dengan rumus sebagai berikut: r s X Y X Y di n n n n X Y T T X Y T t t Keterangan : X = Jumlah kuadrat variabel X yang dikoreksi Y = Jumlah kuadrat variabel Y yang dikoreksi T X = Jumlah faktor koreksi variabel X Ty = Jumlah faktor koreksi variabel Y T = Faktor koreksi t = Banyaknya observasi berangka sama pada peringkat tertentu n = Jumlah sampel Untuk menguji tingkat signifikansi hubungan digunakan uji-t karena sampel yang diambil lebih dari 0 (N>0) dengan tingkat kepercayaan 95% dengan rumus (Siegel, 997). t hitung r s N r s Keterangan t hitung = Nilai t yang dihitung n = Jumlah sampel

24 67 Kriteria pengambilan keputusan :. Apabila t hitung > t tabel (μ =0,05), maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara dinamika masyarakat terhadap tingkat partisipasi masyarakat Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK).. Tetapi apabila t hitung < t tabel (μ =0,05), maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara dinamika masyarakat terhadap tingkat partisipasi masyarakat Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK).

III. METODE PENELITIAN. digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis dan diuji sesuai

III. METODE PENELITIAN. digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis dan diuji sesuai 41 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi. mendapatkan dan menganalisis data sesusai dengan tujuan.

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi. mendapatkan dan menganalisis data sesusai dengan tujuan. 38 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi Definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesusai dengan tujuan. Dalam

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi

III.METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi 29 III.METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi. Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang

METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi. Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang 29 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar, Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian-pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data-data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang 41 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang sekaligus

I. PENDAHULUAN. meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang sekaligus 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang sekaligus merupakan proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar negara-negara

I. PENDAHULUAN. merupakan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tingkat kemiskinan merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan taraf kehidupan masyarakat secara umum. Kemiskinan dan kesenjangan sosial merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk. mewujudkan tujuan nasional. Tujuan nasional yang tercantum dalam alenia

I. PENDAHULUAN. pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk. mewujudkan tujuan nasional. Tujuan nasional yang tercantum dalam alenia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan nasional merupakan upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan

Lebih terperinci

Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program GSMK Kabupaten Tulang Bawang

Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program GSMK Kabupaten Tulang Bawang Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 302-308 Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 10 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Peranan Ndraha (1987) dalam bukunya yang berjudul Pembangunan Masyarakat yang dimaksud dengan peranan (role)

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016 KEEFEKTIFAN PROGRAM GERAKAN SERENTAK MEMBANGUN KAMPUNG (GSMK) DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT PEDESAAN DI KECAMATAN RAWA PITU KABUPATEN TULANG BAWANG (Stimultaneous Movement for Village Development Program

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GERAKAN SERENTAK MEMBANGUN KAMPUNG (GSMK) DI KECAMATAN GEDUNG AJI BARU KABUPATEN TULANG BAWANG (Society participation of Simultaneus Movement for Village Development

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu untuk melepaskan diri dari

I. PENDAHULUAN. lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu untuk melepaskan diri dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Statistik Kabupaten Tulang Bawang, 2013), disamping harus memanfaatkan. seoptimal mungkin potensi daerahnya, dituntut juga untuk mampu

I. PENDAHULUAN. Statistik Kabupaten Tulang Bawang, 2013), disamping harus memanfaatkan. seoptimal mungkin potensi daerahnya, dituntut juga untuk mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kabupaten Tulang Bawang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provisi Lampung dengan luas wilayah seluas 3.466,32 Ha yang terbagi dalam 15 kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi Variabel Batasan definisi operasional ini mencakup semua pengertian yang

III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi Variabel Batasan definisi operasional ini mencakup semua pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi Variabel Batasan definisi operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang menjadi fokus

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang menjadi fokus 39 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional dan Indikator Pengukuran Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang menjadi fokus Penelitian, untuk memahami beberapa istilah tersebut, berikut

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. berlokasi di desa Toyomarto, Malang Jawa Timur. Variabel yang diamati yaitu

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. berlokasi di desa Toyomarto, Malang Jawa Timur. Variabel yang diamati yaitu 25 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pegawai di UPT BBIB Singosari yang berlokasi di desa Toyomarto, Malang Jawa Timur. Variabel yang diamati yaitu gaya kepemimpinan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. variabel X yang akan diukur untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. variabel X yang akan diukur untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan 37 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1.Variabel (X) Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diuraikan beberapa batasan, dan ukuran dari variabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. 34 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Menurut Sugiyono (2012) Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Jenis penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani karet dengan perilaku menabung

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Populasi dan Contoh

IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Populasi dan Contoh IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai. Menurut Singarimbun (1995) survai adalah metode yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 27 III. METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Batasan definisi operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang digunakan akan dianalisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian penelitian. Konsep

III. METODE PENELITIAN. kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian penelitian. Konsep 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan istilah khusus dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2009 di PT. Samawood Utama Works Industries, Medan-Sumatera Utara. Penentuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan UUD Salah satu arahan. pembangunan jangka panjang nasional Tahun seperti yang

I. PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan UUD Salah satu arahan. pembangunan jangka panjang nasional Tahun seperti yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia bertujuan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Salah satu arahan pembangunan jangka panjang nasional

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Dari beberapa hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini, batasan

METODE PENELITIAN. Dari beberapa hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini, batasan 26 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel Dari beberapa hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini, batasan operasional yang dapat diuraikan tentang definisi, ukuran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. berdasarkan pada pengalamannya terdahulu dan derajat persetujuannya terhadap

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. berdasarkan pada pengalamannya terdahulu dan derajat persetujuannya terhadap 11 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Peranan Peranan adalah pola tingkah laku yang dilakonkan individu pada saat berinteraksi berdasarkan pada pengalamannya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor dan subsektor unggulan di

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor dan subsektor unggulan di III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor dan subsektor unggulan di Kabupaten Tulang Bawang adalah data sekunder berupa Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia tidak lagi dipandang sebagai faktor produksi, namun telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia tidak lagi dipandang sebagai faktor produksi, namun telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tidak lagi dipandang sebagai faktor produksi, namun telah dipandang sebagai sumber daya yang penting bagi kemajuan suatu perusahaan. Manusia sebagai kunci keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan analisa kuantitatif, tujuannya untuk melihat apakah ada pengaruh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Variabel X merupakan variabel faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Variabel X merupakan variabel faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti serta penting untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIKA KELOMPOKTANI KARET (Hevea brasiliensis) DI KECAMATAN XIII KOTO KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS DINAMIKA KELOMPOKTANI KARET (Hevea brasiliensis) DI KECAMATAN XIII KOTO KAMPAR KABUPATEN KAMPAR ANALISIS DINAMIKA KELOMPOKTANI KARET (Hevea brasiliensis) DI KECAMATAN XIII KOTO KAMPAR KABUPATEN KAMPAR AN ANALYSIS ON THE DYNAMICS OF RUBBER FARMER GROUPS (Hevea brasiliensis) IN XIII KOTO KAMPAR, KAMPAR

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam kelompok peternak Lebaksiuh yang ada di desa Sindanggalih, kecamatan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam kelompok peternak Lebaksiuh yang ada di desa Sindanggalih, kecamatan 25 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek penelitian Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah peternak yang tergabung dalam kelompok peternak Lebaksiuh yang ada di desa Sindanggalih, kecamatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel 31 METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Lokasi penelitian di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lokasi ini dipilih secara purposif (sengaja). Adapun pertimbangan memilih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran Definisi opersional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai bagaimana variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 45 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu metode penelitian yang berusaha menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah kesulitan belajar yang dihadapi siswa dalam mata pelajaran ekonomi pada siswa kelas XI jurusan IPS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Setiap melakukan penelitian ilmiah perlu ditetapkan metode. Suatu metode penelitian akan memberikan arah dan cara untuk memecahkan suatu permasalahan penelitian

Lebih terperinci

Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bermaksud mengadakan. pemeriksaan atau pengukuran-pengukuran terhadap gejala tertentu (Fathoni,

Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bermaksud mengadakan. pemeriksaan atau pengukuran-pengukuran terhadap gejala tertentu (Fathoni, Dalam penulisan ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan atau pengukuran-pengukuran terhadap gejala tertentu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. kecamatan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang dengan letak geografis

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. kecamatan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang dengan letak geografis 59 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Rawa Pitu yang menjadi lokasi penelitian merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang dengan letak geografis 04

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 51 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif menurut Suyanto dan Sutinah (2008) melibatkan lima komponen informasi ilmiah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik,

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011:7), metode penelitian kuantitatif diartikan

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 17 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di salah satu desa penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yaitu Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian asosiatif korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini merupakan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian asosiatif korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini merupakan BAB II METODE PENELITIAN A. BENTUK PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian ini adalah metode penelitian asosiatif korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan dan diukur dalam satuan tahun. responden dan diukur dalam satuan tahun.

III. METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan dan diukur dalam satuan tahun. responden dan diukur dalam satuan tahun. 37 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Variabel bebas yang diteliti meliputi: a. Usia (X 1 ), adalah usia responden dari awal kelahiran sampai pada saat penelitian dilakukan dan diukur dalam

Lebih terperinci

Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta

Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta Disusun Oleh : Eliya Saidah H0402035 III. METODE PENELITIAN A. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah preferensi konsumen smartphone merek Blackberry. Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini, yaitu konsumen smartphone

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan metode yang akan ditempuh dalam penelitian, sehingga rumusan masalah dan hipotesis yang akan diajukan dapat dijawab dan diuji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rangkaian sistematis dari penjelasan secara rinci tentang keseluruhan rencana penelitian mulai dari perumusan masalah, tujuan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Tenaga kerja merupakan salah satu asset perusahaan yang paling utama oleh karena itu perlu dibina secara baik. Pada setiap unit IUPHHK-HA PT. Ratah Timber

Lebih terperinci

Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP

Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP Prosiding SNaPP011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 089-590 Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP Achmad Faqih Jurusan Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatif. Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (2002: 1): Penelitian eksplanatif adalah suatu jenis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Desa dengan pola hutan rakyat yang berbeda dimana, desa tersebut terletak di kecamatan yang berbeda juga, yaitu:

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. kolektif dari responden dengan mempergunakan kuesioner. Penelitian survei adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. kolektif dari responden dengan mempergunakan kuesioner. Penelitian survei adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Metodologi Penelitian ini merupakan penelitian survei, dimana data diperoleh secara kolektif dari responden dengan mempergunakan kuesioner. Penelitian survei

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Umur responden merupakan usia responden dari awal kelahiran. sampai pada saat penelitian ini dilakukan.

III. METODE PENELITIAN. Umur responden merupakan usia responden dari awal kelahiran. sampai pada saat penelitian ini dilakukan. 26 III. METODE PENELITIAN A. dan 1. Umur Umur merupakan usia dari awal kelahiran sampai pada saat penelitian ini dilakukan. Umur diukur dalam satuan tahun. Umur diklasifikasikan menjadi tiga kelas sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting karena hal ini menentukan berhasil atau tidaknya hasil penelitian. Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengadakan suatu penelitian, perlu diketahui dahulu metode yang akan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengadakan suatu penelitian, perlu diketahui dahulu metode yang akan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Untuk mengadakan suatu penelitian, perlu diketahui dahulu metode yang akan digunakan, sesuai dengan pedoman atau langkah-langkah yang harus dilakukan dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang menggambarkan, mendeskripsikan dan memaparkan fakta-fakta

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG PANITIA PENGADAAN BARANG / JASA D I N A S P E K E R J A A N U M U M

PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG PANITIA PENGADAAN BARANG / JASA D I N A S P E K E R J A A N U M U M PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG PANITIA PENGADAAN BARANG / JASA D I N A S P E K E R J A A N U M U M Jalan Cemara Komplek Perkantoran Pemerintah KabupatenTelp. (0726) 21425 M E N G G A L A BERITA ACARA

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang digunakan 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang ditetapkan penulis adalah pelaksanaan audit pemasaran dan efektivitas penjualan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sub DAS Keduang, daerah hulu DAS Bengawan Solo, dengan mengambil lokasi di sembilan Desa di Kabupaten Wonogiri yang menjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu memberikan gambaran

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu memberikan gambaran III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu memberikan gambaran tentang masalah yang diteliti, menyangkut keefektifan dari program GSMK/K di Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang memiliki 15 kecamatan dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang memiliki 15 kecamatan dan 62 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tulang Bawang 1. Keadaan Geografis Kabupaten Tulang Bawang merupakan salah satu dari 15 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Populasi dan Sampel 9 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga kampung yaitu: Kampung Legon Pakis da Kampung Cikawung Girang Desa Ujung Jaya serta Kampung Kopi Desa Kertajaya, Kecamatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini di desain sebagai suatu penelitian survai yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) penelitian survai adalah penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Gerakan Serentak Membangun Kampung GSMK

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Gerakan Serentak Membangun Kampung GSMK 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Gerakan Serentak Membangun Kampung GSMK Program Gerakan Serentak Membangun Kampung/Kelurahan yang selanjutnya disebut GSMK (Juklak-Juknis

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. maka penulis menggunakan metodologi penelitian sebagai berikut :

BAB II METODE PENELITIAN. maka penulis menggunakan metodologi penelitian sebagai berikut : BAB II METODE PEELITIA Metodologi Penelitian Untuk mendapatkan data dan keterangan yang mendukung dalam penulisan ini, maka penulis menggunakan metodologi penelitian sebagai berikut : Bentuk Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Bekasi yang beralamat di Jalan Belanak II, Perumnas II, Bekasi, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini meneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini meneliti 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Sugiyono (2011:3) metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini meneliti

Lebih terperinci

BAB III. Objek dan Metode Penelitian

BAB III. Objek dan Metode Penelitian 46 BAB III Objek dan Metode Penelitian 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan proses yang mendasari pemilihan, pengolahan, dan penafsiran semua data dan keterangan yang berkaitan dengan apa yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial Kabupaten Tulang Bawang merupakan wilayah yang dilalui oleh jalan lintas sumatera. Kecamatan Menggala merupakan pertemuan antara jalan lintas timur sumatera

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. petunjuk terhadap variabel-variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

III. METODE PENELITIAN. petunjuk terhadap variabel-variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan 36 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan pengertian atau definisi yang dijadikan petunjuk terhadap variabel-variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tulang

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tulang 19 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tulang Bawang dan analisis dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah suatu yang menjadi titik perhatian dari suatu

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah suatu yang menjadi titik perhatian dari suatu III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian adalah suatu yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian (Arikunto, 2006). Objek pada penelitian ini adalah hubungan karakteristik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif.

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Hadari Nawawi (2001: 44), penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. organisasi pramuka di lingkungan SMP Kartika II-2 dalam menumbuhkan sikap

III. METODE PENELITIAN. organisasi pramuka di lingkungan SMP Kartika II-2 dalam menumbuhkan sikap 45 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini beranjak untuk mengetahui seberapa besar peranan komunikasi organisasi pramuka di lingkungan SMP Kartika II-2 dalam menumbuhkan sikap kemandirian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 47 III. METODE PEELITIA A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode explanatory (penjelasan), sedangkan teknik pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metode Penelitian Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini akan menguraikan dan memaparkan mengenai sikap pengguna maupun bukan pengguna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian desktiptif. Sugiyono

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian desktiptif. Sugiyono 53 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pada penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian desktiptif. Sugiyono (006:11) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian 22 3. Terdapat hubungan nyata positif antara karakteristik personal, karakteristik lingkungan sosial, dan tingkat pengelolaan program dengan tingkat penghargaan masyarakat terhadap PDPT. 4. Terdapat hubungan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 40 METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) mengatakan, desain penelitian survei adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

BAB I PENDAHULUAN. berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara berkembang yang sedang giat melaksanakan pembangunan. Di mana pembangunan Nasional Indonesia bertujuan untuk mewujudkan sesuatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis. Pengumpulan data dilakukan pada Bulan Desember 2011 dan Bulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan jenis studi korelasional, yakni mendeskripsikan mengenai hubungan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan jenis studi korelasional, yakni mendeskripsikan mengenai hubungan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan jenis studi korelasional, yakni mendeskripsikan mengenai hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Pada tanggal 7 Mei 999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas Depok diubah fungsinya menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan dikelola oleh pemerintah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan dari perolehan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. wilayah Cikajang, Kabupaten Garut yang masih aktif sebagai anggota KPGS.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. wilayah Cikajang, Kabupaten Garut yang masih aktif sebagai anggota KPGS. 35 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 2.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah Kelompok Pamegatan wilayah Cikajang, Kabupaten Garut yang masih aktif sebagai anggota KPGS. 2.2.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai alat pengumpulan data primer ( Hamidi, 2010: 140). sampel penelitian sudah pasti ada ( Darmawan, 2014: 68).

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai alat pengumpulan data primer ( Hamidi, 2010: 140). sampel penelitian sudah pasti ada ( Darmawan, 2014: 68). BAB III METODE PENELITIAN Metode dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei yaitu mengambil sample dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data primer ( Hamidi,

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pengamatan dilakukan terhadap karyawan di Daerah Operasional II PT.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pengamatan dilakukan terhadap karyawan di Daerah Operasional II PT. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Pengamatan dilakukan terhadap karyawan di Daerah Operasional II PT. Kereta Api (Persero) Daop II Bandung Adapun Variabel-variabel yang akan diteliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang gaya kepemimpinan yang dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang gaya kepemimpinan yang dapat BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang gaya kepemimpinan yang dapat memberikan motivasi kerja terhadap karyawan, digunakan metode deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Alasan pemilihan lokasi karena pada wilayah Kecamatan Cibinong

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) desain penelitian survei adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian, Subjek Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 6 Bandung, yang beralamat di Jalan Pasirkaliki No.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KEPEMIMPINAN DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA DALAM KEGIATAN GAPOKTAN PUSAKAMUKTI

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KEPEMIMPINAN DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA DALAM KEGIATAN GAPOKTAN PUSAKAMUKTI HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KEPEMIMPINAN DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA DALAM KEGIATAN GAPOKTAN PUSAKAMUKTI (Suatu Kasus di Desa Pusakasari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis) Oleh: Nendi Setiawan 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi

METODE PENELITIAN. deskriptif bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. antara variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional, artinya

BAB III METODE PENELITIAN. antara variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional, artinya BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan descriptive correlational, yang bertujuan untuk mengungkapkan korelasi antara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumberjaya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumberjaya 48 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumberjaya Lampung Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja). Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. verifikatif. Menurut Fathoni (2006:96-97) menyatakan bahwa :

BAB III METODE PENELITIAN. verifikatif. Menurut Fathoni (2006:96-97) menyatakan bahwa : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian survey verifikatif. Menurut Fathoni (2006:96-97) menyatakan bahwa : Penelitian survey yaitu suatu

Lebih terperinci