STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBINAAN DAN PERAWATAN TAHANAN POLRES GORONTALO KOTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBINAAN DAN PERAWATAN TAHANAN POLRES GORONTALO KOTA"

Transkripsi

1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA PEMBINAAN DAN PERAWATAN TAHANAN SOP/SAT TAHTI /01 DIBUAT OLEH BAURMINTU DIPERIKSA OLEH KASAT TAHTI 1/7 DISAHKAN OLEH KA MARWAN DJUBU BRIGADIR POLISI KEPALA NRP LIMON PAKAYA INSPEKTUR POLISI SATU NRP RONY YULIANTO, SH. SIK AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP Tujuan a. Sebagai pedoman kerja bagi seluruh pejabat / personel dilingkungan Polres Gorontalo Kota dalam menyelenggarakan penjagaan dan pengawalan tahanan. b. Terselenggaranya koordinasi secara harmonis, efektif dan efisien guna menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas. 2. Pedoman/acuan a. Undang-undang RI nomor 2 Tahun 22 tanggal 08 Januari 22 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia NO. POL.: 4 TAHUN 25 tanggal 15 Juli 25 tentang Pengurusan Tahanan pada Rumah Tahanan Kepolisian Negara Republik Indonesia. c. Perkap Nomor 23 tahun 2010 tanggal 30 september 2010 tentang susunan organisasi pada tingkat kepolisian Resor dan Sektor 3. Pengertian a. Pembinaan adalah pelayanan kepada tahanan yang mencakup di dalamnya suatu kegiatan bimbingan dan penyuluhan.. b. Perawatan adalah upaya memberikan pelayanan kepada tahanan dalam bentuk standardisasi ruang tahanan, pelayanan makan, dukungan kesehatan, pakaian, angkutan/kendaraan, kesempatan melaksanakan ibadah, kesempatan berkomunikaai dengan Pengacara/ Penasehat hukumnya, kesempatan bertemu dengan keluarganya, rasa aman dan hak-hak lainnya.

2 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA PEMBINAAN DAN PERAWATAN TAHANAN 4. Alat SOP/ SAT TAHTI /01 2/7 a. Sarana dan prasarana yang terdapat pada Rutan Polri adalah : 1) Ruang tahanan/kamar tahanan/sel tahanan; 2) MCK (Mandi, Cuci, Kakus,); 3) Ruang pertemuan; 4) Ruang pembinaan; 5) Ruang kunjungan; 6) Ruang makan; 7) Ruang jaga; 8) Ruang ibadah; 9) Poliklinik; 10) Kelengkapan Rutan; dan 11) Sarana angkutan tahanan (kendaraan tahanan). b. Kelengkapan Rutan sebagaimana dimaksud pada huruf a nomor 11 meliputi: 1) Tongkat Polisi; 2) Borgol; 3) Flashlight (lampu senter); 4) Kunci gembok data tempat penyimpanannya; 5) Kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK); 6) Kotak surat perintah penahanan; 7) Hydran/pemadam kebakaran; 8) Buku-buku. c. Komputer d. Printer e. Alat tulis 5. Prosedur Pembinaan Tahanan a. Setiap tahanan diberi kesempatan beribadah menurut agama dan kepercayaannya masing- masing di dalam Rutan.

3 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA PEMBINAAN DAN PERAWATAN TAHANAN SOP/ SAT TAHTI /01 3/7 b. Setiap tahanan berhak mendapatkan pembinaan rohani dan jasmani yang meliputi : 1) Ceramah/penyuluhan agama; 2) Kegiatan beribadah; 3) Olah raga; 4) Membaca buku agama, c. Selain pembinaan rohani dan jasmani sebagaimana dimaksud pada huruf b, tahanan diberikan pembinaan disiplin berupa : 1) Apel untuk pengecekan setiap pagi/malam; 2) Kebersihan; 3) Waktu berobat d. Setiap kegiatan dimaksud pada huruf a, b dan c diawasi oleh petugas jaga Polri. 6. Prosedur Perawatan Tahanan a. Setiap tahanan barhak mendapat perawatan berupa ; 1) Dukungan kesehatan; 2) Makanan; 3) Pakaian; dan 4) Kunjungan b. Dukungan kesehatan di Rutan Polri dilakukan oleh dokter Polri yang bertugas memelihara dan merawat kesehatan tahanan. c. Apabila dokter Polri tidak tersedia sebagaimana dimaksud pada huruf e, maka Penyidik dapat meminta dokter umum / tenaga medis setempat. d. Petugas jaga tahanan harus meneliti kesehatan tahanan pada waktu / sebelum, selama dan pada saat akan dikeluarkan dan Rutan dengan bantuan dokter atau petugas kesehatan. e. Dalam keadaan darurat/tahanan sakit keras, seorang dokter atau petugas kesehatan dapat didatangkan ke Rutan yang berada dan / atau ke rumah sakit dengan dikawal oleh petugas kawal sesuai dengan prosedur.

4 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA PEMBINAAN DAN PERAWATAN TAHANAN SOP/ SAT TAHTI /01 4/7 f. Petugas kawal tahanan sebagaimana dimaksud huruf e adalah petugas pengawalan yang ditunjuk sesuai sprin Kapolres Gorontalo Kota. g. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan terhadap tahanan yang baru masuk atau yang sakit. h. Kepala jaga tahanan bertanggung jawab terhadap tahanan yang dianiaya oleh sesama tahanan. i. Apabila ada tahanan yang meninggal dunia karena sakit segera dimintakan surat keterangan dokter dan dibuat berita acara oleh dokter Polri serta diberitahukan kepada keluarganya. j. Apabila ada tahanan yang meninggal dunia bukan karena sakit, petugas jaga segera melaporkan kepada penyidik untuk dimintakan visum et repertum dan dibuat berita kejadian. k. Sebelum jenazah diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan, petugas identifikasi mengambil sidik jari (tiga jari kiri) jenazah, untuk pembuktian dan kepastian bahwa jenazah adalah tahanan yang dimaksud dalam surat-surat dan dokumen yang sah. l. Barang-barang milik tahanan yang meninggal dunia/petugas jaga segera menyerahkan kepada keluarganya dan dibuat berita acara penyerahan yang ditandatangani keluarga atau ahli-waris tahanan yang meninggal dunia, apabila setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan tidak ada keluarganya yang mengambil/maka barang-barang tersebut diserahkan kepada negara. m. Pakaian / baju tahanan 1) Tahanan wajib memakai pakaian tahanan dengan uniform dan model yang telah ditetapkan. 2) Tahanan diperkenankan membawa 2 pasang pakaian untuk pakaian tidur. 3) Tahanan yang akan melaksanakan kegiatan tertentu (Ibadah, olah raga, peringatan hari besar nasional/dll) dapat menggunakan pakaian sendiri dengan memperhatikan kesopanan dan ketertiban. 4) Pembiayaan pengadaan pakaian dan baju tahanan dibebankan pada anggara Kepolisian Negara Republik Indonesia.

5 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA PEMBINAAN DAN PERAWATAN TAHANAN SOP/ SAT TAHTI /01 5/7 7. Prosedur Penjadwalan Kegiatan Pembinaan dan Perawatan Tahanan a. Penjadwalan kegiatan pembinaan dan perawatan Tahanan diatur dalam satu format yang menggambarkan hari, tanggal, waktu, sasaran dan cara bertindak, yang meliputi tiga tahap yaitu: 1) Tahap persiapan yang meliputi: a) Pedoman petunjuk dan arahan pimpinan; b) Koordinasikan dengan Satuan/Unit atau instansi terkait tentang rencana kegiatan dimana mereka akan dilibatkan. 2) Tahap penyusunan yang meliputi ; a) Menyusun acara kegiatan mingguan; b) Kegiatan disusun dalam satuan waktu jam/menit; c) Kegiatan yang dilakukan dan penanggung jawab. 3) Tahap pelaksanaan yang meliputi a) Setiap hendak melaksanakan kegiatan yang sudah dijadwalkan / hendaknya disiapkan material/alat yang akan digunakan; b) Seluruh kegiatan dilakukan di dalam koridor/ruang lahanan; c) Dalam melaksanakan kegiatannya, para petugas harus tetap bersifat mengawasi dan selalu bersikap teliti, waspada, dan berwibawa, 8. Pembiayaan Segala biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan pembinaan dan perawatan tahanan dibebankan kepada anggaran Kepolisian Negara Republik Indonesia.

6 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA PEMBINAAN DAN PERAWATAN TAHANAN SOP/ SAT TAHTI /01 6/7 9. Mekanisme Pembinaan Tahanan. KA JAGA TAHANAN TAHANAN Pembinaan Rohani Ceramah/penyuluhan agama Kegiatan beribadah Membaca buku agama Pembinaan Jasmani Olahraga Pembinaan Disiplin Apel Pengecekan Pagi dan Malam Berobat/ Pengecekan kesehatan Dilaksanakan oleh Dokter Polri

7 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA PEMBINAAN DAN PERAWATAN TAHANAN SOP/ SAT TAHTI /01 7/7 10. Mekanisme Perawatan Tahanan. KASAT TAHTI Pengelolaan Makan dan Perawatan tahanan Pengadaan Baju tahanan Koordinasi dgn Kabag Sumda 11. Mekanisme Penjadwalan kegiatan Pembinaan dan Perawatan Tahanan. KASAT TAHTI BANIT WATTAH a) Pedoman petunjuk dan arahan pimpinan; b) Koordinasikan dengan Satuan/Unit atau instansi terkait tentang rencana kegiatan dimana mereka akan dilibatkan. a) Setiap hendak melaksanakan kegiatan yang sudah dijadwalkan / hendaknya disiapkan material/alat yang akan digunakan; b) Seluruh kegiatan dilakukan di dalam koridor/ruang lahanan; c) Dalam melaksanakan kegiatannya, para petugas harus tetap bersifat mengawasi dan selalu bersikap teliti, waspada, dan berwibawa, a) Menyusun acara kegiatan mingguan; b) Kegiatan disusun dalam satuan waktu jam/menit; c) Kegiatan yang dilakukan dan penanggung jawab.

8 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA PENEMPATAN TAHANAN SOP/SAT TAHTI /02 DIBUAT OLEH BAURMINTU DIPERIKSA OLEH KASAT TAHTI 1/4 DISAHKAN OLEH KA MARWAN DJUBU BRIGADIR POLISI KEPALA NRP LIMON PAKAYA INSPEKTUR POLISI SATU NRP RONY YULIANTO, SH. SIK AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP Tujuan a. Sebagai pedoman kerja bagi seluruh pejabat / personel dilingkungan Polres Gorontalo Kota dalam menyelenggarakan penempatan tahanan. b. Terselenggaranya koordinasi secara harmonis, efektif dan efisien guna menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas. 6. Pedoman/acuan a. Undang-undang RI nomor 2 Tahun 22 tanggal 08 Januari 22 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia NO. POL.: 4 TAHUN 25 tanggal 15 Juli 25 tentang Pengurusan Tahanan pada Rumah Tahanan Kepolisian Negara Republik Indonesia. c. Perkap Nomor 23 tahun 2010 tanggal 30 september 2010 tentang susunan organisasi pada tingkat kepolisian Resor dan Sektor 7. Pengertian a. Tahanan adalah seorang/para tersangka yang ditempatkan pada tempat tertentu oleh penyidik karena diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup. b. Rumah Tahanan Polri yang selanjutnya disebut Rutan Polri adalah suatu tempat khusus untuk menahan seseorang sesuai dengan tindak pidana yang dipersangkakan kepadanya dalam proses penyidikan.

9 8. Alat SOP/ SAT TAHTI /02 PENEMPATAN TAHANAN 2/4 a. Sarana dan prasarana yang terdapat pada Rutan Polri adalah : 12) Ruang tahanan/kamar tahanan/sel tahanan; 13) MCK (Mandi, Cuci, Kakus,); 14) Ruang pertemuan; 15) Ruang pembinaan; 16) Ruang kunjungan; 17) Ruang makan; 18) Ruang jaga; 19) Ruang perkantoran; 20) Ruang ibadah; 21) Poliklinik; 22) Kelengkapan Rutan; dan 23) Sarana angkutan tahanan (kendaraan tahanan). b. Kelengkapan Rutan sebagaimana dimaksud pada huruf a nomor 11 meliputi: 5. Prosedur 9) Tongkat Polisi; 10) Borgol; 11) Flashlight (lampu senter); 12) Kunci gembok data tempat penyimpanannya; 13) Kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK); 14) Kotak surat permtah penahanan; 15) Hydran/pemadam kebakaran; 16) Buku-buku. a. Setiap tahanan yang dalam proses penyidikan dapat di tempatkan di Rutan Polri dengan disertai surat perintah penahanan yang dikeluarkan oleh penyidik. b. Penempatan tahanan pada ruang tahanan dipisahkan berdasarkan jenis kelamin dan umur. c. Tahanan khusus merupakan pelaku pidana yang menurut pertimbangan penyidik perlu mendapat perlakuan khusus dengan menempatkan pada ruangan khusus yaitu tersangka dalam kasus narkoba, teroris separatis dan anak serta tersangka lainnya berdasarkan penilaian penyidik. d. Tahanan yang menderita sakit menular dan/atau gawat darurat, ditempatkan dirumah sakit dan dibuat cacatan dalam buku khusus tentang penyakitnya.

10 SOP/ SAT TAHTI /02 PENEMPATAN TAHANAN 3/4 e. Tahanan anggota Polri ditempatkan di ruangan terpisah dengan ruangan tahanan lainnya f. Penerimaan tahanan dicatat dalam buku register daftar tahanan oleh petugas jaga yang meliputi : 1) penelitian surat perintah penahanan sementara; 2) pencocokan identitas tahanan; 3) pemeriksaan badan; 4) kondisi fisik dan kesehatan tahanan. g. Pemeriksaan sebagaimana huruf f nomor 4 dilaksanakan oleh dokter Polri yang bertugas memelihara dan merawat kesehatan tahanan, h. Dalam melakukan pemeriksaan badan wajib mengindahkan dan menjunjung tinggi norma kesopanan dan hak asasi manusia. i. Pemeriksaan badan sebagaimana dimaksud pada huruf f nomor 3) terhadap tahanan wanita dilakukan oleh Polisi Wanita. j. Dalam hal di kantor Polisi tersebut tidak ada Polisi Wanita, pemeriksaan badan sebagaimana dimaksud pada huruf h dapat dilakukan oleh PNS Polri Wanita atau Bhayangkari. k. Semua barang-barang yang didapat dari pemeriksaan badan dicatat secara terperinci dalam buku register dan ditandatangani oleh petugas jaga dan tahanan yang bersangkutan serta diketahui oleh penyidik serta disimpan di tempat yang telah ditentukan/kemudian catatan jumlah dan jenis barang yang disimpan diberikan kepada tahanan/keluarga yang bersangkutan. l. Barang-barang yang berbahaya atau terlarang yang diperoleh dari hasil pemeriksaan, diserahkan kepada penyidik untuk disita. m. Setiap tahanan tidak diperkernankan memakai ikat pinggang, tali/barang-barang tajam dan barang berbahaya lainnya yang dapat digunakan untuk bunuh diri, melarikan diri atau mencederai rekan dalam tahanan. n. Tahanan dilarang ditempatkan di luar Rutan Polri, kecuali sebagaimana ditentukan dalam huruf g, h dan i.

11 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA PENEMPATAN TAHANAN SOP/ SAT TAHTI /02 4/4 6. Penempatan Tahanan. PENYIDIK KA JAGA TAHANAN Penerimaan Tahanan Dicatat Dalam Buku Register Daftar Tahanan a. penelitian surat perintah penahanan sementara; b. pencocokan identitas tahanan; c. pemeriksaan badan; d. kondisi fisik dan kesehatan tahanan. PEMERIKSAAN BADAN Tahanan Wanita diperiksa oleh Polwan atau PNS Polri Wanita serta Bhayangkari jika di kantor polisi tersebut tdk memiliki Polwan. Dipisahkan berdasarkan jenis kelamin dan umur Tahanan anggota Polri ditempatkan di ruangan terpisah dengan ruangan tahanan lainnya TAHANAN Barang-barang yang berbahaya atau terlarang yang diperoleh dari hasil pemeriksaan, diserahkan kepada penyidik untuk disita Tahanan kasus Narkoba, Teroris separatis dan anak di tempatkan diruangan khusus Tahanan yang menderita sakit menular dan/atau gawat darurat, ditempatkan dirumah sakit dan dibuat cacatan dalam buku khusus tentang

12 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA SARANA DAN PRASARANA RUMAH TAHANAN SOP/SAT TAHTI /03 DIBUAT OLEH BAURMINTU DIPERIKSA OLEH KASAT TAHTI 1/3 DISAHKAN OLEH KA MARWAN DJUBU BRIGADIR POLISI KEPALA NRP LIMON PAKAYA INSPEKTUR POLISI SATU NRP RONY YULIANTO, SH. SIK AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP Tujuan a. Sebagai pedoman kerja bagi seluruh pejabat / personel dilingkungan Polres Gorontalo Kota khususnya satuan tahanan dan barang bukti. b. Terselenggaranya koordinasi secara harmonis, efektif dan efisien guna menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas. 10. Pedoman/acuan a. Undang-undang RI nomor 2 Tahun 22 tanggal 08 Januari 22 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia NO. POL.: 4 TAHUN 25 tanggal 15 Juli 25 tentang Pengurusan Tahanan pada Rumah Tahanan Kepolisian Negara Republik Indonesia. c. Perkap Nomor 23 tahun 2010 tanggal 30 september 2010 tentang susunan organisasi pada tingkat kepolisian Resor dan Sektor 11. Pengertian. Rumah Tahanan Polri yang selanjutnya disebut Rutan Polri adalah suatu tempat khusus untuk menahan seseorang sesuai dengan tindak pidana yang dipersangkakan kepadanya dalam proses penyidikan. 12. Alat a. Komputer b. Printer c. Alat Tulis

13 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA SARANA DAN PRASARANA RUMAH TAHANAN SOP/ SAT TAHTI /03 2/3 5. Prosedur a. Sarana dan prasarana yang terdapat pada Rutan Polri adalah : 24) Ruang tahanan/kamar tahanan/sel tahanan; 25) MCK (Mandi, Cuci, Kakus,); 26) Ruang pertemuan; 27) Ruang pembinaan; 28) Ruang kunjungan; 29) Ruang makan; 30) Ruang jaga; 31) Ruang perkantoran; 32) Ruang ibadah; 33) Poliklinik; 34) Kelengkapan Rutan; dan 35) Sarana angkutan tahanan (kendaraan tahanan). b. Sarana dan prasarana sebagaimana dalam huruf a nomor 12) belum dimiliki oleh Sattahti, Kasat Tahti dapat berkoordinasi dan meminta bantuan Ranmor Sat Sabhara setelah mendapat rekomendasi dari Kapolres Gorontalo Kota. c. Kelengkapan Rutan sebagaimana dimaksud pada huruf a nomor 11 meliputi: 17) Tongkat Polisi; 18) Borgol; 19) Flashlight (lampu senter); 20) Kunci gembok data tempat penyimpanannya; 21) Kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK); 22) Kotak surat permtah penahanan; 23) Hydran/pemadam kebakaran; 24) Buku-buku. d. Sarana angkutan tahanan digunakan untuk kepentingan penyidikan, serah terima ke Kejaksaan dan Kepentingan Khusus tahanan serta dalam rangka pelayanan perawatan rujukan ke Rumah Sakit e. Untuk kepentingan sebagaimana dimaksud pada huruf c, diperlukan beberapa kendaraan yang disesuaikan jenis maupun jumlahnya antara lain: 1) Truk angkutan tahanan massal; atau 2) Bus, untuk Tahanan yang akan melakukan kegiatan rekonstruksi

14 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA SARANA DAN PRASARANA RUMAH TAHANAN SOP/ SAT TAHTI /03 3/3 1) Dengan pengawalan ketat / besar; atau 2) Minibus; atau 3) Ambulance; atau 4) Kendaraan lapis baja. f. Tempat / ruang jaga tahanan berjarak dekat dengan ruang tahanan. 6. Mekanisme Sarana Dan Prasarana Rumah Tahanan. Sarana dan prasarana Rumah Tahanan Kelengkapan Rumah Tahanan Tempat / ruang jaga tahanan berjarak dekat dengan ruang tahanan Sarana angkutan tahanan digunakan untuk kepentingan penyidikan, serah terima ke Kejaksaan dan Kepentingan Khusus tahanan serta dalam rangka pelayanan perawatan rujukan ke Rumah Sakit Untuk kepentingan sebagaimana dimaksud diatas diperlukan beberapa kendaraan yang disesuaikan jenis maupun jumlahnya.

15 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA PENJAGAAN RUMAH TAHANAN SOP/SAT TAHTI /04 DIBUAT OLEH BAURMINTU DIPERIKSA OLEH KASAT TAHTI 1/4 DISAHKAN OLEH KA MARWAN DJUBU BRIGADIR POLISI KEPALA NRP LIMON PAKAYA INSPEKTUR POLISI SATU NRP RONY YULIANTO, SH. SIK AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP Tujuan a. Sebagai pedoman kerja bagi seluruh pejabat / personel dilingkungan Polres Gorontalo Kota dalam menyelenggarakan penjagaan rumah tahanan b. Terselenggaranya koordinasi secara harmonis, efektif dan efisien guna menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas. 14. Pedoman/acuan a. Undang-undang RI nomor 2 Tahun 22 tanggal 08 Januari 22 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia NO. POL.: 4 TAHUN 25 tanggal 15 Juli 25 tentang Pengurusan Tahanan pada Rumah Tahanan Kepolisian Negara Republik Indonesia. c. Perkap Nomor 23 tahun 2010 tanggal 30 september 2010 tentang susunan organisasi pada tingkat kepolisian Resor dan Sektor 15. Pengertian a. Petugas jaga adalah Polri yang bertugas melaksanakan penjagaan tahanan pada rutan Polri. b. Petugas Kawal adalah anggota Polri yang diberi tugas untuk melaksanakan pengawalan Polri selama tahanan berada diluar Rutan Polri..

16 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA PENJAGAAN RUMAH TAHANAN 16. Alat SOP/ SAT TAHTI /04 2/4 a. Sarana dan prasarana yang terdapat pada Rutan Polri adalah : 1) Ruang tahanan / kamar tahanan / sel tahanan. 2) MCK ( Mandi, Cuci, Kakus ). 3) Ruang pertemuan. 4) Ruang pembinaan. 5) Ruang kunjungan. 6) Ruang makan. 7) Ruang jaga. 8) Ruang perkantoran. 9) Ruang ibadah. 10) Poliklinik. 11) Kelengkapan Rutan b. Kelengkapan Rutan meliputi : 1) Tongkat polisi. 2) Borgol. 3) Flashlight ( lampu senter ). 4) Kunci gembok dan tempat penyimpanannya. 5) Kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ( PPPK ). 6) Kotak surat perintah penahanan. 7) Hydran / pemadam kebakaran. 8) Buku-buku. 5. Prosedur a. Tanggung jawab kemanan dan ketertiban Rutan berada ditangan Kepala Jaga Tahanan yang memimpin regu jaga tahanan. b. Apabila Kepala Jaga Tahanan tidak ditempat, wewenangnya berada pada Wakil Kepala Jaga Tahanan atau pejabat lain yang ditunjuk untuk mewakilinya. c. Apabila Anggota jaga tahanan tidak lebih dari 1 (satu) maka tanggung jawab kemananan dan ketertiban rutan berada pada anggota jaga tahanan tersebut.

17 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA PENJAGAAN RUMAH TAHANAN SOP/ SAT TAHTI /04 3/4 d. Setiap petugas jaga wajib ikut serta memelihara keamanan dan ketertiban rumah tahanan. e. Tugas Pokok Petugas Jaga Tahanan adalah : 1) Mencegah tidak terjadi penindasan, pemerasan, perkelahian, gangguan kesusilaan, dan lain-lain. 2) Menjaga agar tahanan tidak melarikan diri atau bunuh diri. 3) Memelihara, mengawasi dan menjaga keutuhan barang inventaris rumah tahanan. 4) Melaksanakan administrasi keamanan dan ketertiban. f. Petugas Jaga Tahanan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Hadir selambat-lambatnya 15 menit sebelum jam dinas dan apabila berhalangan hadir agar segera memberitahu kepada atasan. 2) Mempersiapkan buku jaga untuk mencatat kegiatan atau peristiwa pergantian tugas jaga dengan mencatat jumlah tahanan, jumlah dan keadaan senjata api serta situasi khusus yang perlu diketahui oleh petugas jaga berikut. 3) Mengecek dan memastikan blok / kamar hunian terkunci dan menyimpan kuncikunci blok / kamar-kamar hunian, kantor, gudang, lemari senjata api, harus disimpan ditempat penyimpanan. 4) Merawat kelengkapan keamanan dan ketertiban sebaik-baiknya. 5) Tidak diperkenankan menjadi penghubung dari dan untuk tahanan atau orang lain maupun penegak hukum. 6) Tidak boleh sewenang-wenang terhadap tahanan dan menyalahgunakan kewenangannya.

18 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA PENJAGAAN RUMAH TAHANAN SOP/ SAT TAHTI /04 4/4 7) Memahami dan mengerti cara menggunakan perlengkapan keamanan dan ketertiban. 8) Harus selalu waspada dalam melaksanakan tugas pejagaan terutama pada malam hari atau pada waktu hujan. 9) Apabila tahanan melarikan diri, maka petugas jaga melakukan antara lain hal-hal sebagai berikut : (a) (b) (c) Segera mengumpulkan tahanan yang masih ada dan diperintahkan untuk masuk kamar tahanan masing-masing. Melapor kepada atasan untuk mengambil tindakan lebih lanjut. Melakukan tindakan sesuai dengan ketentuan prosedur dinas dan peraturan perundang-undangan. 10) Melakukan pengawasan terhadap ruangan-ruangan tahanan secara berkala, sekurang-kurangnya setiap 2 (dua) jam sekali. 11) Apabila tahanan bunuh diri dirutan Polri, petugas jaga segera menghubungi penyidik untuk mengambil sidik jari dan membuat berita acara dan mengirim ke rumah sakit untuk keperluan Visum Et Repertum serta melaporkan kepada atasan untuk mengambil tindakan selanjutnya. g. Petugas jaga tahanan melaporkan kondisi rumah tahanan dan kelengkapannya 1 (satu) minggu sekali secara berjenjang kepada pimpinanya.

19 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA PENJAGAAN RUMAH TAHANAN SOP/ SAT TAHTI /04 4/5 6. Mekanisme Keamanan dan Ketertiban Rumah Tahanan. Petugas Jaga Tahanan Ka Jaga Tahanan Melaksanakan tugas pokok jaga tahanan Hal-hal yang Harus diperhatikan Jaga Tahanan Tahanan Melarikan Diri (a) Segera mengumpulkan tahanan yang masih ada dan diperintahkan untuk masuk kamar tahanan masingmasing. (b) Melapor kepada atasan untuk mengambil tindakan lebih lanjut. (c) Melakukan tindakan sesuai dengan ketentuan prosedur dinas dan peraturan perundang-undangan. Melaporkan Kondisi rumah tahanan dan kelengkapannya 1 (satu) minggu sekali secara berjenjang kepada pimpinannya Pengawan Ruangan Tahanan Sekurang-kurangnya setiap 2 (dua) jam sekali

20 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA PENGELUARAN, PEMINJAMAN DAN PEMINDAHAN TAHANAN SOP/SAT TAHTI /05 DIBUAT OLEH BAURMINTU DIPERIKSA OLEH KASAT TAHTI 1/7 DISAHKAN OLEH KA MARWAN DJUBU BRIGADIR POLISI KEPALA NRP LIMON PAKAYA INSPEKTUR POLISI SATU NRP RONY YULIANTO, SH. SIK AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP Tujuan a. Sebagai pedoman kerja bagi seluruh pejabat / personel dilingkungan Polres Gorontalo Kota dalam menyelenggarakan penjagaan dan pengawalan tahanan. b. Terselenggaranya koordinasi secara harmonis, efektif dan efisien guna menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas. 18. Pedoman/acuan a. Undang-undang RI nomor 2 Tahun 22 tanggal 08 Januari 22 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia NO. POL.: 4 TAHUN 25 tanggal 15 Juli 25 tentang Pengurusan Tahanan pada Rumah Tahanan Kepolisian Negara Republik Indonesia. c. Perkap Nomor 23 tahun 2010 tanggal 30 september 2010 tentang susunan organisasi pada tingkat kepolisian Resor dan Sektor 19. Pengertian a. Pengeluaran tahanan adalah keluarnya tahanan dari ruang tahanan karena berubah status atau pindah ketempat pcnahanan lain. b. Peminjaman atau bon tahanan adalah surat permintaan yang diajukan oleh pejabat yang berwenang kepada penyidik untuk melaksanakan proses penyidikan. c. Petugas kawal adalah anggota Polri yang diberi tugas untuk melaksanakan pengawalan tahanan Polri selama tahanan berada di luar Rutan Polri.

21 PENGELUARAN, PEMINJAMAN DAN PEMINDAHAN TAHANAN 20. Alat SOP/ SAT TAHTI /05 2/7 a. Komputer b. Printer. c. Alat Tulis d. Tongkat polisi e. Borgol f. Sarana angkutan tahanan 5. Prosedur a. Pengeluaran tahanan 1) Pengeluaran tahanan dilakukan dengan alasan: a) Penangguhan penaharan; b) Dialihkannya jenis penahanan; c) Dipindahkan ke rumah tahanan negara; d) Dikirim ke kesatuan/instansi lain. 2) Prosedur pengeluaran tahanan adalah : Penyidik yang akan mengeluarkan tahanan membawa surat pengeluaran tahanan yang dilampiri Surat Perintah Pengeluaran Tahanan yang merupakan kelengkapan sahnya seoranh tahanan dikeluarkan dari ruang tahanan Polri, ditujukan kepada Kepala Jaga Tahanan dengan tembusan kepada Kabag Ops Kasat Tahti dan Kasium 3) Setiap pengeluaran tahanan dilakukan pada hari dan jam kerja. b. Peminjaman tahanan atau bon tahanan 1) Peminjaman tahanan atau bon tahanan dilakukan oleh penyidik dalam rangka pemeriksaan dan pengembangan penyidikan. 2) Peminjaman tahanan atau bon tahanan harus menggunakan bon pinjaman yang dibuat secara tertulis oleh penyidik yang menangani perkaranya dengan diketahui oleh Kanit / Kasat yang dibuat rangkap dua, satu untuk arsip peminjam dan satu diserahkan pada Kepala Jaga Tahanan dengan tembusan kepada Kabag Ops, Kasat Tahti dan Kasium.

22 PENGELUARAN, PEMINJAMAN DAN PEMINDAHAN TAHANAN SOP/ SAT TAHTI /05 3/7 1) Surat bon pinjaman diserahkan kepada petugas Jaga tahanan untuk diketahui dan dicatat dalam buku mutasi tahanan. 2) Surat bon pinjaman ditunjukkan kepada tahanan yang selanjutnya tahanan yang dimaksud dikeluarkan dari ruang tahanan. 3) Petugas jaga tahanan memeriksa keadaan fisik tahanan, dan dicatat dalam buku mutasi tahanan serta diketahui oleh Penyidik/Penyidik Pembantu, selanjutnya tanggung jawab keamanan beralih kepada petugas Penyidik/Penyidik Pembantu yang membawa/meminjam tahanan, selama masa peminjaman, 4) Surat bon pinjaman disimpan di tempat yang telah ditentukan oleh petugas jaga tahanan sebagai bukti bahwa seorang tahanan sedang berada di luar ruang tahanan. 5) Peminjaman tahanan dilarang digunakan untuk kepentingan pribadi Penyidik/Penyidik Pembantu maupun untuk tahanan itu sendiri. 6) Setiap peminjaman dan pengembalian tahanan dilakukan pada hari dan jam kerja. 7) Pelaksanaan bon tahanan maksimal 5 jam, apabila diperlukan waktu tambahan Penyidik/Penyidik Pembantu mengajukan secara tertulis hal tersebut kepada Atasan Penyidik dengan tembusan Kabag Ops, Kasat Tahti dan Kasium. 8) Dalam keadaan perlu dan mendesak bon tahanan dapat dilaksanakan di luar jam kerja dan Penyidik/ Penyidik pembantu memberikan penjelasan tentang keadaan yang perlu dan mendesak tersebut kepada atasan Penyidik/Penyidik pembantu serta diketahui oleh Kabag Ops dan Kasat Tahti dan Ka SPK. 9) Tahanan yang di bon wajib memakai pakaian tahanan yang disediakan oleh penjaga tahanan dan di borgol. 10) Penyidik / Penyidik Pembantu harus segera mengembalikan tahanan apabila waktu pelaksanaan bon tahanan sudah berakhir. 11) Pengembalian tahanan yang dipinjam/bon dilaksanakan dengan ketentuan: a) Tahanan yang dipinjam/dibon, wajib diserahkan kembali oleh penyidik / penyidik pembantu kepada petugas jaga tahanan dan dicatat dalam buku mutasi tahanan;

23 PENGELUARAN, PEMINJAMAN DAN PEMINDAHAN TAHANAN SOP/ SAT TAHTI /05 4/7 b) Sebelum dimasukkan kedalam ruang tahanan, petugas jaga tahanan harus lebih dahulu memeriksa kondisi fisik/kesehatan tahanan; c) Apabila saat menerima/pengembalian tahanan terdapat perubahan kondisi fisik tahanan petugas jaga harus membuat Laporan Polisi untuk proses lebih lanjut ; d) Petugas jaga tahanan mengembalikan surat bon tahanan kepada penyidik/ penyidik pembantu. 12) Dalam hal petugas jaga tahanan menilai bon tahanan tidak sesuai SOP, petugas jaga tahanan dapat menolak permintaan bon tahanan yang diajukan Penyidik/Penyidik Pembantu. c. Pemindahan tahanan 1) Pemindahan tahanan dapat dilakukan dengan alasan ; a) Tidak tersedianya sarana yang memadai untuk menampung tahanan (kelebihan daya tampung tahanan); b) Untuk perawatan kesehatannya sampai dinyatakan sembuh; c) Terjadi bencana alam, kebakaran, dan huru-hara. 2) Pemindahan tahanan sebagaimana dimaksud pada a n g k a 1) huruf a) dan c) dilaksanakan oleh Kepala Jaga Tahanan, setelah; lebih dahulu penyidik yang bersangkutan mendapat surat Lain dari Kapolres Gorontalo Kota. 3) Pemindahan tahanan sebagaimana dimaksud pada angka 1) huruf b dilaksanakan oleh Kepala Jaga Tahanan, setelah lebih dahulu mendapat surat keterangan kesehatan dari dokter Polri/yang ditunjuk dan persetujuan dari Kapolres Gorontalo Kota. 4) Pemindahan tahanan sebagaimana dimaksud pada angka 3) dilaporkan kepada Kabag Ops, Kasat Tahti dan Kasium

24 PENGELUARAN, PEMINJAMAN DAN PEMINDAHAN TAHANAN SOP/ SAT TAHTI /05 5/7 6. Mekanisme Pengeluaran Tahanan. PENYIDIK PENGELUARAN TAHANAN DILAKUKAN PADA HARI DAN JAM KERJA TEMBUSAN KABAG OPS, KASAT TAHTI, KA SIUM membawa surat pengeluaran tahanan yang dilampiri Surat Perintah Pengeluaran Tahanan yang merupakan kelengkapan sahnya seorang lahanan dikeluarkan dari ruang tahanan Polri PENGELUARAN TAHANAN KA JAGA TAHANAN

25 PENGELUARAN, PEMINJAMAN DAN PEMINDAHAN TAHANAN SOP/ SAT TAHTI /05 6/7 7. Mekanisme Peminjaman atau Bon Tahanan. PENYIDIK Peminjaman tahanan atau bon tahanan di laksanakan pada hari dan jam kerja serta harus menggunakan bon pinjaman yang dibuat secara tertulis. Diketahui oleh Kanit / Kasat Pengembalian Tahanan KA JAGA TAHANAN TEMBUSAN KABAG OPS, KASAT TAHTI, KA SIUM Rutan pengembalian tahanan terdapat perubahan kondisi fisik tahanan petugas jaga harus membuat Laporan Polisi untuk proses lebih lanjut memeriksa keadaan fisik tahanan, dan dicatat dalam buku mutasi tahanan serta diketahui oleh Penyidik/Penyidik Pembantu Surat bon pinjaman disimpan di tempat yang telah ditentukan sebagai bukti bahwa seorang tahanan sedang berada di luar ruang tahanan PENGELUARAN TAHANAN Tahanan memakai pakaian/baju tahanan dan di borgol.

26 PENGELUARAN, PEMINJAMAN DAN PEMINDAHAN TAHANAN SOP/ SAT TAHTI /05 7/7 8. Mekanisme Pemindahan Tahanan. KA JAGA TAHANAN Penyidik bersangkutan mendapat surat lain dari Kapolres Surat keterangan kesehatan dari dokter Polri/yang ditunjuk dan persetujuan dari Kapolres Diketahu/dilaporkan kepada Kabag Ops, Kasat Tahti dan Kasium PEMINDAHAN TAHANAN

27 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA KUNJUNGAN / BESUK TAHANAN SOP/SAT TAHTI /06 DIBUAT OLEH BAURMINTU DIPERIKSA OLEH KASAT TAHTI 1/4 DISAHKAN OLEH KA MARWAN DJUBU BRIGADIR POLISI KEPALA NRP LIMON PAKAYA INSPEKTUR POLISI SATU NRP RONY YULIANTO, SH. SIK AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP Tujuan a. Sebagai pedoman kerja bagi seluruh pejabat / personel dilingkungan Polres Gorontalo Kota dalam menyelenggarakan penjagaan dan pengawalan tahanan. b. Terselenggaranya koordinasi secara harmonis, efektif dan efisien guna menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas. c. Kunjungan / besuk tahanan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada keluarga, teman dan pengacara tahanan untuk mengunjungi tahanan. 22. Pedoman/acuan a. Undang-undang RI nomor 2 Tahun 22 tanggal 08 Januari 22 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia NO. POL.: 4 TAHUN 25 tanggal 15 Juli 25 tentang Pengurusan Tahanan pada Rumah Tahanan Kepolisian Negara Republik Indonesia. c. Perkap Nomor 23 tahun 2010 tanggal 30 september 2010 tentang susunan organisasi pada tingkat kepolisian Resor dan Sektor 23. Pengertian a. Pembinaan adalah pelayanan kepada tahanan yang mencakup di dalamnya suatu kegiatan bimbingan dan penyuluhan. b. Perawatan adalah upaya memberikan pelayanan kepada tahanan dalam bentuk standardisasi ruang tahanan, pelayanan makan, dukungan kesehatan, pakaian, angkutan/kendaraan, kesempatan melaksanakan ibadah, kesempatan berkomunikaai dengan Pengacara/ Penasehat hukumnya, kesempatan bertemu dengan keluarganya, rasa aman dan hak-hak lainnya.

28 SOP/ SAT TAHTI /06 KUNJUNGAN / BESUK TAHANAN 2/4 c. Tahanan adalah seorang/para tersangka yang ditempatkan pada tempat tertentu oleh penyidik karena diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup. 24. Alat a. Sarana dan prasarana yang terdapat pada Rutan Polri adalah : 36) Ruang tahanan/kamar tahanan/sel tahanan; 37) MCK (Mandi, Cuci, Kakus,); 38) Ruang pertemuan; 39) Ruang pembinaan; 40) Ruang kunjungan; 41) Ruang makan; 42) Ruang jaga; 43) Ruang perkantoran; 44) Ruang ibadah; 45) Poliklinik; 46) Kelengkapan Rutan; dan 47) Sarana angkutan tahanan (kendaraan tahanan). b. Kelengkapan Rutan sebagaimana dimaksud pada huruf a nomor 11 meliputi: 25) Tongkat Polisi; 26) Borgol; 27) Flashlight (lampu senter); 28) Kunci gembok data tempat penyimpanannya; 29) Kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK); 30) Kotak surat permtah penahanan; 31) Hydran/pemadam kebakaran; 32) Buku-buku. f. Komputer g. Printer h. Alat tulis

29 SOP/ SAT TAHTI /06 KUNJUNGAN / BESUK TAHANAN 3/4 5. Prosedur Kunjungan / Besuk Tahanan a. Kunjungan / besuk tahanan 1) Tahanan diberi hak untuk menerima kunjungan keluarga/teman sesuai jadwal kunjungan dan tempat yang telah ditentukan serta diawasi oleh petugas jaga. 2) Tahanan diberi hak untuk menerima kunjungan pengacara dalam kaitan kepentingan proses pembelaan, setelah mendapat izin dari penyidik. 3) Petugas jaga wajib meneliti dan mencatat identitas pengunjung yang telah mendapat izin kunjungan serta menggeledah / memeriksa barang yang dibawanya. 4) Surat menyurat antara tahanan dengan pengacaranya atau keluarganya tidak perlu diperiksa, kecuali jika terdapat cukup alasan diduga bahwa surat tersebut disalahgunakan 5) Waktu kunjungan / besuk tahanan di berikan kesempatan dengan jadwal sbb : a) Hari selasa dan kamis jam 15. s/d 17. wita. b) Hari hari libur keagamaan jam 10. s/d 12. wita 6) Ka Jaga dapat mengatur kunjungan keluarga / teman secara bergantian sesuai dengan situasi dan kondisi tempat / ruang kunjungan. 7) Keluarga / teman tidak diperkenankan untuk membawa barang yang dibawahnya kedalam ruang kunjungan tahanan. 8) Barang bawaan keluarga / teman tahanan dititip di ruangan jaga tahanan. 9) Petugas jaga tahanan bertanggung jawab dan menjaga barang bawaan keluarga/ teman tahanan 10) Barang bawaan keluarga / teman tahanan sebelum dikembalikan terlebih dahulu diperiksa oleh petugas jaga tahanan apakah masih baik dan lengkap.

30 SOP/ SAT TAHTI /06 KUNJUNGAN / BESUK TAHANAN 4/4 6. Mekanisme Kunjungan / Besuk Tahanan. KELUARGA, TEMAN, PENGACARA TAHANAN PETUGAS JAGA TAHANAN KUNJUNGAN BESUK TAHANAN TAHANAN Apel Pengecekan

31 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA MAKANAN TAHANAN SOP/SAT TAHTI /07 DIBUAT OLEH BAURMINTU DIPERIKSA OLEH KASAT TAHTI 1/4 DISAHKAN OLEH KA MARWAN DJUBU BRIGADIR POLISI KEPALA NRP LIMON PAKAYA INSPEKTUR POLISI SATU NRP RONY YULIANTO, SH. SIK AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP Tujuan a. Sebagai pedoman kerja bagi seluruh pejabat / personel dilingkungan Polres Gorontalo Kota dalam menyelenggarakan penjagaan dan pengawalan tahanan. b. Terselenggaranya koordinasi secara harmonis, efektif dan efisien guna menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas. c. SOP Makanan tahanan bertujuan untuk memberikan pelayanan terhadap tahanan dalam pengelolaan makanan tahanan. 26. Pedoman/acuan a. Undang-undang RI nomor 2 Tahun 22 tanggal 08 Januari 22 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia NO. POL.: 4 TAHUN 25 tanggal 15 Juli 25 tentang Pengurusan Tahanan pada Rumah Tahanan Kepolisian Negara Republik Indonesia. c. Perkap Nomor 23 tahun 2010 tanggal 30 september 2010 tentang susunan organisasi pada tingkat kepolisian Resor dan Sektor 27. Pengertian a. Perawatan adalah upaya memberikan pelayanan kepada tahanan dalam bentuk standardisasi ruang tahanan, pelayanan makan, dukungan kesehatan, pakaian, angkutan/kendaraan, kesempatan melaksanakan ibadah, kesempatan berkomunikaai dengan Pengacara/ Penasehat hukumnya, kesempatan bertemu dengan keluarganya, rasa aman dan hak-hak lainnya.. b. Tahanan adalah seorang/para tersangka yang ditempatkan pada tempat tertentu oleh penyidik karena diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup.

32 SOP/ SAT TAHTI /07 MAKANAN TAHANAN 2/4 28. Alat a. Sarana dan prasarana yang terdapat pada Rutan Polri adalah : 48) Ruang tahanan/kamar tahanan/sel tahanan; 49) MCK (Mandi, Cuci, Kakus,); 50) Ruang pertemuan; 51) Ruang pembinaan; 52) Ruang kunjungan; 53) Ruang makan; 54) Ruang jaga; 55) Ruang perkantoran; 56) Ruang ibadah; 57) Poliklinik; 58) Kelengkapan Rutan; dan 59) Sarana angkutan tahanan (kendaraan tahanan). b. Kelengkapan Rutan sebagaimana dimaksud pada huruf a nomor 11 meliputi: 33) Tongkat Polisi; 34) Borgol; 35) Flashlight (lampu senter); 36) Kunci gembok data tempat penyimpanannya; 37) Kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK); 38) Kotak surat permtah penahanan; 39) Hydran/pemadam kebakaran; 40) Buku-buku. i. Komputer j. Printer k. Alat tulis 5. Prosedur Makanan Tahanan 1) Makanan standar yang memenuhi gizi dan kalori diberikan kepada tahanan dengan Menu dan porsi serta jadwal yang telah ditentukan dalam daftar makanan.

33 SOP/ SAT TAHTI /07 MAKANAN TAHANAN 3/4 2) Pemberian makanan kepada tahanan dilakukan di ruang makan yang telah ditentukan. 3) Tahanan dapat diberikan kesempatan menikmati makanan yang dikirim oleh keluarga setelah diperiksa terlebih dahulu oleh petugas jaga tahanan. 4) Pemberian makanan sebagaimana yang dimaksud pada huruf c, diberikan kesempatan dari jam 07. s/d 08. wita 5) Pemberian makanan sebagaimana di maksud pada huruf d, menggunakan tempat makanan yang terbuat dari bahan plastik atau di bungkus. 6) Tempat makanan milik tahanan sebagaimana huruf e, setelah digunakan dikumpulkan dan selanjutnya petugas jaga tahanan menyimpanya dilemari/loker masing-masing tahanan untuk diserahkan kembali kepada keluarga, teman tahanan. 7) Tahanan yang sakit, hamil, menyusui dan anak-anak dapat diberikan makanan tambahan sesuai dengan petunjuk dokter. 8) Pemasukan bahan makanan dan penyimpanan makanan oleh petugas jaga harus memperhatikan syarat kebersihan dan kesehatan (hygiene makanan). 9) Petugas jaga tahanan wajib memeriksa semua makanan / minuman yang masuk kedalam ruangan tahanan. 10) Makanan yang dibawa oleh keluarga/teman tahanan wajib dicicipi/dirasa untuk keamanan tahanan. 11) Apabila ada makanan yang basi, maka petugas jaga tahanan melaporkan kepada Ka SPKT untuk diteruskan kepada Kasat Tahti. 12) Apabila ada tahanan yang keracunan makanan, maka petugas jaga tahanan membawa tahanan tersebut ke Poliklinik Polres Gorontalo Kota untuk di periksa. 13) Dalam keadaan darurat, tahanan keracunan makanan sebagaimana huruf j, seorang dokter atau petugas kesehatan dapat didatangkan ke Rutan yang berada dan / atau ke rumah sakit dengan dikawal oleh petugas kawal sesuai dengan prosedur. 14) Kasat Tahti berkoordinasi dengan Kabag Sumda sehubungan dengan pengadaan Makanan tahanan

34 SOP/ SAT TAHTI /07 MAKANAN TAHANAN 4/4 8. Mekanisme Makanan Tahanan. PEMERIKSAAN MAKANANAN TAHANAN MAKANAN TAHANAN PETUGAS JAGA TAHANAN 1. Pengelola makanan Tahanan 2. Keluarga/kerabat, teman TAHANAN

35 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA OLAHRAGA TAHANAN SOP/SAT TAHTI /08 DIBUAT OLEH BAURMINTU DIPERIKSA OLEH KASAT TAHTI 1/7 DISAHKAN OLEH KA MARWAN DJUBU BRIGADIR POLISI KEPALA NRP LIMON PAKAYA INSPEKTUR POLISI SATU NRP RONY YULIANTO, SH. SIK AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP Tujuan a. Sebagai pedoman kerja bagi seluruh pejabat / personel dilingkungan Polres Gorontalo Kota dalam menyelenggarakan olahraga tahanan. b. Terselenggaranya koordinasi secara harmonis, efektif dan efisien guna menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas. c. Olahraga tahanan bertujuan untuk menyehatkan badan, memberikan kebugaran jasmani selama cara-cara melakukanya sudah dalam kondisi yang benar. 30. Pedoman/acuan a. Undang-undang RI nomor 2 Tahun 22 tanggal 08 Januari 22 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia NO. POL.: 4 TAHUN 25 tanggal 15 Juli 25 tentang Pengurusan Tahanan pada Rumah Tahanan Kepolisian Negara Republik Indonesia. c. Perkap Nomor 23 tahun 2010 tanggal 30 september 2010 tentang susunan organisasi pada tingkat kepolisian Resor dan Sektor. 31. Pengertian a. Pembinaan adalah pelayanan kepada tahanan yang mencakup di dalamnya suatu kegiatan bimbingan dan penyuluhan. b. Perawatan adalah upaya memberikan pelayanan kepada tahanan dalam bentuk standardisasi ruang tahanan, pelayanan makan, dukungan kesehatan, pakaian, angkutan/kendaraan, kesempatan melaksanakan ibadah, kesempatan berkomunikaai dengan Pengacara/ Penasehat hukumnya, kesempatan bertemu dengan keluarganya, rasa aman dan hak-hak lainnya.

36 SOP/SAT TAHTI /08 OLAHRAGA TAHANAN 2/7 c. Olahraga tahanan adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara jasmani dan meningkatkatkan kemampuan gerak masing-masing tahanan Alat a. Sarana dan prasarana berupa ruang olahraga b. Kelengkapan Rutan sebagaimana dimaksud pada huruf a nomor 11 meliputi: 41) Tongkat Polisi; 42) Borgol; 43) Flashlight (lampu senter); 44) Kunci gembok data tempat penyimpanannya; 45) Kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK); 46) Kotak surat permtah penahanan; 47) Hydran/pemadam kebakaran; 48) Buku-buku. l. Komputer m. Printer n. Alat tulis 5. Prosedur Olahraga Tahanan e. Setiap tahanan diberi kesempatan mendapatkan pembinaan jasmani berupa olahraga menurut kemampuan masing- masing di dalam Rutan. f. Sebelum pembinaan jasmani sebagaimana dimaksud pada huruf a, tahanan diberikan pembinaan disiplin berupa : 4) Apel untuk pengecekan jam 07. wita; 5) Kebersihan g. Setiap kegiatan dimaksud pada huruf a dan b diawasi oleh petugas jaga Polri. h. Kegiatan olahraga sebagaimana dimaksud dalam huruf a dilaksanakan jam s/d 08. wita. i. Kegiatan pada huruf k dilaksanakan setiap hari.

37 SOP/SAT TAHTI /08 OLAHRAGA TAHANAN 3/7 j. Gerakan Olahraga yang dilaksanakan tahanan adalah : 1) Pemanasan adalah gerakan persiapan tubuh untuk melakukan kegiatan yang lebih berat : (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) Kepala diputar, mata tidak ditutup, Kebalikanya Kepala keatas sekali, lalu kebawah sekali. Kepala patah kanan sekali, lalu kekiri sekali. Pundak diputar, kebalikanya Pundak dimajukan kedepan Pundak dimundurkan ke belakang. Pundak diangkat keatas. Tangan diputar, Konsentrasi : titik putaran di sikut. Tangan kanan searah jarum jam, tangan kiri kebalikannya. Tangan seperti berhias. Tangan kanan digerakkan dari kiri kekanan. Tangan kiri dari kanan ke kiri. Tangan digerakkan dari bawah ke atas. Konsentarasi titik engsel gerakan tetap di sikut. Putar pergelangan tangan. Konsentrasi : titik putar di pergelangan tangan. Pergelangan tangan kanan diputar searah jarum jam, tangan kiri kebalikannya. (l) (m) (n) (o) Pergelangan tangan digerakkan ke samping. Tangan kanan digerakkan dari kiri ke kanan. Tangan kiri kebalikannya. Pergelangan tangan digerakkan keatas. Pergelangan tangan digerakkan ke bawah. Tangan kanan digerakkan ke atas, seolah-olah mengambil barang diatas, sementara tangan kiri tetap dibawah. Terus gantian tangan kiri yang keatas, tangan kanan diam.

38 SOP/SAT TAHTI /08 OLAHRAGA TAHANAN TANGGAL TERBIT: JANUARI /7 (p) (q) (r) (s) (t) (u) (v) (w) (x) (y) (z) (aa) (bb) (cc) Pinggang diputar, kebalikannya. Pinggang digerakkan ke depan 1 gerakan, kemudian ke belakang 1 gerakan. 20. Pinggang digerakkan ke samping kanan 1 gerakan, kemudian ke kiri 1 gerakan. Paha kaki kanan diangkat, putar keluar. Gantian dengan paha kaki kiri. Paha kaki kanan diangkat, putar kedalam. Gantian dengan paha kaki kiri. Paha kaki kanan diangkat sampai rata-rata air (kayak jalan di tempat). Gantian dengan kaki kiri selang-seling. Paha dan kaki diayun keatas. Paha kaki lurus, tidak ditekuk. Diusahakan setinggi mungkin. Gantian dengan kaki kiri. Kaki kanan diangkat ke samping atas. Kemudian gantian, kaki kiri diangkat ke samping kiri atas. Kaki kanan diangkat ke belakang atas. Gantian, kaki kiri diangkat ke belakang atas. Paha kaki kanan diangkat, kaki ditekuk dipengang oleh kedua tangan. Kaki diputar, poros putar ada di lutut. Gerakan yang sama untuk kaki kiri. Paha kaki kanan diangkat seperti huruf (x) kaki digerakkan ke depan 1 kali, ke belakang 1 kali. Setelah 8 hitungan, kaki digerakkan ke kanan 1 kali dan kekiri 1 kali. Kemudian gantian kaki kiri dengan gerakan yang sama. Paha kaki kanan diangkat seperti huruf (x), pergelangan kaki diputar. Kemudian gantian, kaki kiri dengan gerakan yang sama Paha kaki kanan diangkat seperti huruf (x), pergelangan kaki digerakkan ke kanan 1 kali dan ke kiri 1 kali. Kemudian gantian, kaki kiri dengan gerakan yang sama. Tangan dipinggang, berjinjit. Tangan dipinggang, jari kaki kanan ditekuk ke depan. Gantian, kaki kiri.

39 SOP/SAT TAHTI /08 OLAHRAGA TAHANAN 5/7 (dd) (ee) Tangan dipinggang, samping telapak kaki kanan-kiri bagian dalam diangkat. Gerakan (a) sampai dengan (dd) dilaksanakan dengan 8 (delapan) hitungan. 2) Gerakan Inti : (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) Lari putar ruang Olahraga 10 menit dan tahanan yang tdk mampu berlari dapat berjalan. Kedua kaki meloncat (kedua kaki melayang). Tangan diputar-putar seperti megang skipping, makin lama tangan makin ke atas, 8 (delapan) hitungan. Pukulan lurus ke depan, kanan kiri, 20 hitungan. Pukulan kurung, kanan kiri 8 (delapan) hitungan. Pukulan uppercat dari bawah ke atas, kanan kiri 8 (delapan) hitungan. Pukulan uppercat kanan ke samping, kuda-kuda melebar dicondongkan ke kanan (berat badan ke kanan, kaki kanan ditekuk lututnya). Tangan kiri diatas kepala. Gantian, uppercut kiri samping 8 (delapan) hitungan. Pukulan uppercat kebelakang, kanan kiri 8 (delapan) hitungan. Tendangan lurus ke depan (kaki lurus), kanan kiri kiri 8 (delapan) hitungan. Tendangan ke samping, telapak kaki seperti pisau, kanan kiri kiri 8 (delapan) hitungan. Tendangan kebelakang menggunakan tumit, kanan kiri kiri 8 (delapan) hitungan. 3) Gerakan Pendinginan : (a) (b) Kaki kanan ke depan, lutut ditekuk. Kaki kiri dipanjangkan ke belakang yang lurus. Tangan memegang paha kanan. 8 hitungan, napas ditahan. Bersila, dengan kedua telapak kaki bersentuhan. Paha samping dirapatkan ke tanah.

40 SOP/SAT TAHTI /08 OLAHRAGA TAHANAN 6/7 (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) Sikap seperti kodok, kedua kaki ditekuk, paha samping bagian dalam dirapatkan ke tanah. Ngangkang, paha-lutut ditahan tangan. Split, jangan dipaksa. Kalau tidak bisa sampai bawah, pantat di atas saja. Sikut ditekuk di belakang kepala. Kanan kiri. Tangan kanan dari atas ke belakang, tangan kiri dari bawah keatas. Kedua telapak tangan sampai bersentuhan. Kebalikannya. Seperti memeluk, tangan kanan diatas, tangan kiri dibawah. Kebalikannya. Telapak kanan dibuka oleh tangan kiri, bagian dalam menghadap ke depan. Gantian, tangan kiri. Telapak kanan dibuka oleh tangan kiri, bagian luar menghadap ke depan, Gantian, tangan kiri. Kedua tangan lurus ke depan, ditarik ke pinggang, sambil menghirup napas. Napas ditahan di dada. Dada agak dibusungkan. Tahan. Kemudian tangan diturunkan di depan, sambil mengeluarkan napas pelan-pelan melalui mulut. Kaki dirapatkan. Posisi tangan disamping. Gerakan (b) sampai dengan (k) dilaksanakan dengan 8 (delapan) hitungan. k. Gerakan sebagaimana yang dimaksud dalam huruf f disesuaikan dengan kemampuan masing-masing tahanan. l. Petugas jaga tahanan dilarang memaksa tahanan yang sakit dan tdk mampu berolahraga untuk melaksanakan pembinaan jasmani sebagaimana huruf f. m. Untuk tahanan yang sakit dan tdk mampu berolahraga dipisahkan dari tahanan lain dan diberikan pembinaan jasmani khusus sebagaimana huruf g. n. Apabila ada tahanan yang cedera dalam melaksanakan pembinaan jasmani sebagaimana huruf f, maka petugas jaga tahanan membawa tahanan tersebut ke Poliklinik Polres Gorontalo Kota untuk di periksa. o. Dalam keadaan darurat/tahanan cedera keras sebagaimana huruf j, seorang dokter atau petugas kesehatan dapat didatangkan ke Rutan yang berada dan / atau ke rumah sakit dengan dikawal oleh petugas kawal sesuai dengan prosedur. p. Setelah pelaksanaan pembinaan jasmani sebagaimana huruf f, tahanan diberikan waktu beristirahat selama 15 menit. q. Sebelum tahanan di masukan keruangan masing-masing petugas jaga tahanan terlebih dahulu memberikan apel pengecekan terakhir bersama petugas jaga tahanan yang baru.

41 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA OLAHRAGA TAHANAN SOP/SAT TAHTI /08 7/7 6. Mekanisme Olahraga Tahanan. KA JAGA TAHANAN TAHANAN Apel Pengecekan Olahraga Apel pengecekan Istirahat Dilaksanakan bersama petugas jaga tahanan yang baru

42 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO KOTA PENITIPAN TAHANAN DARI INSTANSI LAIN SOP/SAT TAHTI /09 DIBUAT OLEH BAURMINTU DIPERIKSA OLEH KASAT TAHTI 1/5 DISAHKAN OLEH KA MARWAN DJUBU BRIGADIR POLISI KEPALA NRP LIMON PAKAYA INSPEKTUR POLISI SATU NRP RONY YULIANTO, SH. SIK AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP Tujuan a. Sebagai pedoman kerja bagi seluruh pejabat / personel dilingkungan Polres Gorontalo Kota dalam menyelenggarakan penjagaan dan pengawalan tahanan. b. Terselenggaranya koordinasi secara harmonis, efektif dan efisien guna menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas. 34. Pedoman/acuan a. Undang-undang RI nomor 2 Tahun 22 tanggal 08 Januari 22 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia NO. POL.: 4 TAHUN 25 tanggal 15 Juli 25 tentang Pengurusan Tahanan pada Rumah Tahanan Kepolisian Negara Republik Indonesia. c. Perkap Nomor 23 tahun 2010 tanggal 30 september 2010 tentang susunan organisasi pada tingkat kepolisian Resor dan Sektor 35. Pengertian a. Tahanan adalah seorang/para tersangka yang ditempatkan pada tempat tertentu oleh penyidik karena diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup. b. Rumah Tahanan Polri yang selanjutnya disebut Rutan Polri adalah suatu tempat khusus untuk menahan seseorang sesuai dengan tindak pidana yang dipersangkakan kepadanya dalam proses penyidikan.

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 4 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 4 TAHUN 2005 TENTANG Hsl Rpt Tgl 7-7-05 (6) PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 4 TAHUN 2005 TENTANG PENGURUSAN TAHANAN PADA RUMAH TAHANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGURUSAN TAHANAN PADA RUMAH TAHANAN DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGURUSAN TAHANAN PADA RUMAH TAHANAN DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGURUSAN TAHANAN PADA RUMAH TAHANAN DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA BARAT RESOR PARIAMAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Tentang SAT TAHTI DILINGKUNGAN KEPOLISIAN RESOR PARIAMAN PARIAMAN, OKTOBER 2012 KEPOLISIAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR PENJAGAAN TAHANAN

STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR PENJAGAAN TAHANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR PENJAGAAN TAHANAN I. PENJAGAAN TAHANAN 1) Tahap Persiapan a) Membuat rencana kegiatan b) Membuat

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165); 3. Undang-Undang No

2016, No Undang-Undang 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165); 3. Undang-Undang No No.69, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Tahanan. Pengawasan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN TAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran N

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran N No.1490, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Pengelolaan Barang Bukti. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BARANG

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 58 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.870, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Tahanan. Perawatan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERAWATAN TAHANAN DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA

Lebih terperinci

PP 58/1999, SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN

PP 58/1999, SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN PP 58/1999, SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 58 TAHUN 1999 (58/1999) Tanggal: 22 JUNI 1999 (JAKARTA)

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN BADAN

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESESRE NARKOBA KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESESRE NARKOBA KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT RESERSE NARKOBA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESESRE NARKOBA

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK (UNIT PPA)

Lebih terperinci

2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor

2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1528, 2015 KEMENKUMHAM. Lembaga Pemasyarakatan. Rumah Tahanan Negara. Pengamanan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2015

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS LINTAS Selong, Januari 2015 BIDANG LAKA LANTAS

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT TAHANAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pada hakikatnya perlakuan terhadap

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 7 Tahun 2000 Seri D PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 7 Tahun 2000 Seri D PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 7 Tahun 2000 Seri D PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL ( PPNS ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENERIMAAN LAPORAN POLISI SATUAN RESERSE NARKOBA POLRES MATARAM Mataram, 02 Januari 2016

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PENANGANAN TINDAK PIDANA PERIKANAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR 1 2 PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR Menimbang NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL HSL RPT TGL 13 JULI 2009 PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL GUBERNUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.187, 2012 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346) PERATURAN

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENANGANAN BARANG BUKTI SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES MATARAM Mataram, 01 Januari 2015

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.194, 2015 PIDANA. Diversi. Anak. Belum Berumur 12 Tahun. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5732). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGGELEDAHAN SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES MATARAM Mataram, 01 Januari 2016 STANDAR OPERASIONAL

Lebih terperinci

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA METRO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penegakan atas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR, PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR, Menimang : a. b. bahwa dalam upaya penegakan Peraturan Daerah

Lebih terperinci

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERAUKE, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keamanan dalam negeri

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEJABAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) INISIATIF. Tentang SISTEM PENGUNGKAPAN KASUS SAT RESKRIM DENGAN TEAM ELITE SAT SABHARA POLRES LOMBOK TIMUR

PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) INISIATIF. Tentang SISTEM PENGUNGKAPAN KASUS SAT RESKRIM DENGAN TEAM ELITE SAT SABHARA POLRES LOMBOK TIMUR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) INISIATIF Tentang SISTEM PENGUNGKAPAN KASUS SAT RESKRIM DENGAN TEAM ELITE SAT

Lebih terperinci

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-RESTRO TNG KOTA-

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-RESTRO TNG KOTA- KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR DOKUMEN : /III/2013 Tentang PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA NARKOBA Tangerang, Maret 2013 KASAT RESNARKOBA KAPOLRES METRO TANGERANG KOTA KABIDKUM POLDA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PROSEDUR KERJA. Kencana Loka BLOK F JABATAN : KOORDINATOR SECURITY TGL TERBIT : 19 1-2014 SATUAN PENGAMAN / SECURITY NO REVISI : 0

PROSEDUR KERJA. Kencana Loka BLOK F JABATAN : KOORDINATOR SECURITY TGL TERBIT : 19 1-2014 SATUAN PENGAMAN / SECURITY NO REVISI : 0 JABATAN : KOORDINATOR SECURITY A. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 1. Melakukan Rekrut anggota Security sesuai dengan kebutuhan, Yang telah di setujui warga melalui keputusan Ketua RT. 2. Sebagai jembatan komonikasi

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA,

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PENANGKAPAN DILINGKUNGAN RESKRIM POLRES LOMBOK TIMUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PENANGKAPAN DILINGKUNGAN RESKRIM POLRES LOMBOK TIMUR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR 1. Pengertian STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PENANGKAPAN DILINGKUNGAN RESKRIM POLRES LOMBOK TIMUR Penangkapan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENGAWALAN TAHANAN POLRES MATARAM

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENGAWALAN TAHANAN POLRES MATARAM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENGAWALAN TAHANAN POLRES MATARAM I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELKAKANG a. Bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DAN PENANGANAN ANAK YANG BELUM BERUMUR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.368, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HUKUM. Luar Negeri. Pengungsi. Penanganan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG HSL RPT TGL 13 JULI 2009 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TATA TERTIB LEMBAGA PEMASYARAKATAN DAN RUMAH TAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1610, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. PPNS. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARAN BARAT RESOR BIMA KOTA STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) Tentang PENYIMPANAN DAN PEMUSNAHAN BARANG BUKTI TINDAK PIDANA NARKOBA POLRES BIMA KOTA

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 8 TAHUN 2014

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 8 TAHUN 2014 BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DAN PENANGANAN ANAK YANG BELUM BERUMUR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN USAHA RUMAH KOST DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN USAHA RUMAH KOST DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN USAHA RUMAH KOST DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, Menimbang : a. bahwa dengan perkembangan Kota Banjarbaru yang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 52/2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 15 TAHUN 2006 SERI E =============================================================== PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 20 TAHUN 2007 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS SATPAM INTERNAL

URAIAN TUGAS SATPAM INTERNAL A. Identitas URAIAN TUGAS SATPAM INTERNAL Nama : Unit Kerja : Satpam B. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab 1. Bertanggung jawab kepada manajemen atas keamanan, ketertiban, rasa aman dan nyaman di rumah sakit

Lebih terperinci

SALINAN. jdih.bulelengkab.go.id

SALINAN. jdih.bulelengkab.go.id PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL ( PPNS ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, SALINAN Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa kewenangan penegakan dan penyidikan terhadap

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, 1 BUPATI BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGHENTIAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES MATARAM Mataram, 01

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN DAN PENYELENGGARAAN PEMAKAMAN JENAZAH

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN DAN PENYELENGGARAAN PEMAKAMAN JENAZAH SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN DAN PENYELENGGARAAN PEMAKAMAN JENAZAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI SALINAN BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR : 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG HARI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB XX KETENTUAN PIDANA

BAB XX KETENTUAN PIDANA Undang-undang Kesehatan ini disyahkan dalam sidang Paripurna DPR RI tanggal 14 September 2009 1 PASAL-PASAL PENYIDIKAN DAN HUKUMAN PIDANA KURUNGAN SERTA PIDANA DENDA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN DAN PENYELENGGARAAN PEMAKAMAN JENAZAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 T E N T A N G PEJABAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang : a. bahwa untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBINAAN DAN PEDOMAN OPERASIONAL PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBINAAN DAN PEDOMAN OPERASIONAL PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBINAAN DAN PEDOMAN OPERASIONAL PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013 SALINAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT Menimbang : a. Mengingat : 1. BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.844, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Rehabilitasi. Penyalahgunaan. Pencandu. Narkotika. Penanganan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efektifitas dan

Lebih terperinci

( SOP BALIKPAPAN, PEBRUAR

( SOP BALIKPAPAN, PEBRUAR 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KALIMANTAN TIMUR DIREKTORATT RESERSEE KRIMINAL KHUSUS STANDAR OPERASIONAL PROSEDURR ( SOP ) PENYITAAN BALIKPAPAN, PEBRUAR RI 2013 2 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NO : 7 2001 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 11 TAHUN 2001 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BEKASI Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENANGANAN TERSANGKA ATAU TERDAKWA PENYALAH GUNA, KORBAN PENYALAHGUNAAN, DAN PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 5 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 5 TAHUN 2005 TENTANG Hasil rapat 7-7-05 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 5 TAHUN 2005 TENTANG TEKNIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TERHADAP SAKSI, PENYIDIK, PENUNTUT UMUM, HAKIM DAN KELUARGANYA DALAM

Lebih terperinci

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da No.24, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLHUKAM. Saksi. Korban. Kompensasi, Restitusi, dan Bantuan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6184) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH JAWA TIMUR RESORT BOJONEGORO LAPORAN PELAKSANAAN PELAYANAN BESUK TAHANAN SATTAHTI POLRES BOJONEGORO

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH JAWA TIMUR RESORT BOJONEGORO LAPORAN PELAKSANAAN PELAYANAN BESUK TAHANAN SATTAHTI POLRES BOJONEGORO KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH JAWA TIMUR RESORT BOJONEGORO LAPORAN PELAKSANAAN PELAYANAN BESUK TAHANAN SATTAHTI POLRES BOJONEGORO Bojonegoro, Maret 2018 BAB I PENDAHULUAN A. Latas Belakang

Lebih terperinci

Bagian Kedua Penyidikan

Bagian Kedua Penyidikan Bagian Kedua Penyidikan Pasal 106 Penyidik yang mengetahui, menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana wajib segera melakukan tindakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang a. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor

Lebih terperinci

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te No.1133, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penggunaan Senjata Api Dinas. Ditjen Bea dan Cukai. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PENGGUNAAN SENJATA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN TERSANGKA DAN/ATAU TERDAKWA PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA KE DALAM LEMBAGA REHABILITASI

Lebih terperinci