PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION UNTUK MEMBANGUN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VIII PADA MATERI FUNGSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION UNTUK MEMBANGUN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VIII PADA MATERI FUNGSI"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION UNTUK MEMBANGUN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VIII PADA MATERI FUNGSI 1 Taufiq Hidayanto dan 2 Edy Bambang Irawan Universitas Negeri Malang taufiqhidayanto749@gmail.com; ib_ide@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian dan pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar berbasis Realistic Mathematic Education yang valid dan efektif sehingga dapat digunakan untuk membangun kemampuan komunikasi matematis siswa pada submateri memahami relasi dan fungsi serta menentukan nilai fungsi. Bahan ajar dikembangkan dengan model 4-D yang direkomendasikan oleh Thiagarajan (1974) dan dimodifikasi menjadi tiga tahapan yaitu define, design, dan develop. Bahan ajar yang dikembangkan dinyatakan valid dan berkriteria efektif berdasarkan hasil uji coba kepada siswa. Kata kunci: bahan ajar, realistic mathematic education, komunikasi matematis, fungsi Komunikasi matematis merupakan kemampuan penyampaian ide atau gagasan baik secara lisan, visual, maupun dalam bentuk tertulis dengan menggunakan istilah matematika dan berbagai representasi yang sesuai serta memperhatikan kaidah-kaidah matematika. Komunikasi termasuk salah satu kemampuan yang menjadi tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum yaitu mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah (BSNP, 2006:140). Kemampuan komunikasi matematis juga salah satu aspek dalam standar proses pembelajaran matematika menurut rekomendasi NCTM (2000:12). Indikator standar proses komunikasi yang direkomendasikan NCTM meliputi 1) mengatur dan menggabungkan ide matematis siswa melalui komunikasi, 2) mengkomunikasikan ide matematis siswa secara koheren dan jelas kepada siswa lain, guru, maupun dengan yang lainnya, 3) menganalisis dan mengevaluasi ide dan strategi matematis orang lain, dan 4) menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide matematis dengan tepat. Komunikasi sebagai bagian dari standar proses pembelajaran matematika membantu membangun konsep dan memperkuat ide siswa. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa tergolong masih lemah. Khususnya pada materi fungsi, hasil observasi lapangan, wawancara, dan uji coba awal peneliti memberikan hasil bahwa siswa masih mengalami kesalahan dalam mengkomunikasikan konsep fungsi, kesalahan dalam menotasikan fungsi, kurang tepat dalam menyajikan fungsi, serta kesalahan dalam menuliskan prosedur pencarian nilai fungsi. Selain itu, siswa dijumpai tidak menuliskan informasi pendukung dari soal dan menguraikan jawabnnya dengan tidak runtut serta kurang jelas. Hal ini akan menyebabkan berbedanya penafsiran dan membingungkan pembaca lain. Oleh karena itu, guru perlu menyusun suatu terobosan untuk mengatasi berbagai permasalahan di atas. Bahan ajar sangatlah diperlukan karena siswa dapat membangun kemampuan komunikasi matematisnya melalui aktivitas-aktivitas di dalamnya. 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang 2 Dosen pembimbing dan Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang

2 Sanjaya (2011:55) berpendapat bahwa pembelajaran dapat dipandang dari dua dimensi, yaitu sebagai proses penyampaian materi pelajaran dan proses pengaturan lingkungan agar siswa dapat belajar. Jika pembelajaran merupakan proses penyampaian materi, pembelajaran membutuhkan peran bahan ajar yang dapat menyalurkan pesan secara efektif dan efisien. Jika pembelajaran merupakan proses pengaturan lingkungan agar siswa dapat belajar, pembelajaran membutuhkan berbagai sumber belajar berupa bahan ajar yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Oleh karena itu, keberadaan bahan ajar sangatlah diperlukan karena melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dalam belajar. Salah satu bahan ajar yang digunakan dapat berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Realita di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak ditemukannya bahan ajar yang beredar dipasaran belum memenuhi karakter konstruktivistik dan kurang mendorong siswa dalam membangun kemampuan komunikasi matematisnya. Oleh karena itu, perlu disusun dan dikembangkan bahan ajar yang berkualitas menurut kriteria tertentu. Seorang guru menambahkan bahwa bahan ajar yang menggunakan masalah nyata dari kehidupan sehari-hari sebagai titik awal pembelajaran dapat memberikan motivasi lebih kepada siswa untuk belajar matematika. Salah satu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalahmasalah nyata dari kehidupan sehari-hari sebagai titik awal pembelajaran untuk menunjukkan matematika sebenarnya dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa dikenal dengan pendekatan realistik atau Realistic Mathematics Education (RME). Gravemaijer (2010:23) mengungkapkan terdapat tiga prinsip utama dalam mendesain pembelajaran berbasis RME yaitu penemuan (kembali) secara terbimbing (guided reinvention), fenomena didaktik (didactical phenomenology), pemodelan (emerging models). Zulkardi (2011) dan Izzati (2010) menambahkan terdapat lima karakteristik pemeblajaran berbasis RME, yaitu 1) penggunaan masalah kontekstual sebagai titik awal pembelajaran, 2) penggunaan model, situasi, skema dan simbol-simbol sebagai jembatan ke arah matematika formal, 3) penggunaan kontribusi siswa (sumbangan pemikiran dari siswa), 4) penggunaan metode interaktif dalam belajar matematika, dan 5) adanya keterkaitan antartopik dalam matematika. Tujuan penelitian dan pengembangan adalah untuk menghasilkan bahan ajar berbasis Realistic Mathematic Education yang valid dan efektif sehingga dapat digunakan untuk membangun kemampuan komunikasi matematis siswa pada submateri memahami relasi dan fungsi serta menentukan nilai fungsi. Agar bahan ajar yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa di Indonesia, pengembangan bahan ajar ini juga memperhatikan standar bahan ajar PMRI. Menurut Marpaung (2010) dan Hadi (2012), terdapat lima aspek dalam standar bahan ajar PMRI, yaitu 1) Bahan ajar yang disusun sesuai dengan kurikulum yang berlaku, 2) bahan ajar menggunakan permasalahan realistik untuk memotivasi siswa dan membantu siswa belajar matematika, 3) bahan ajar memuat berbagai konsep matematika yang saling terkait sehingga siswa memperoleh pengetahuan matematika yang bermakna dan utuh, 4) bahan ajar memuat materi pengayaan yang mengakomodasi perbedaan cara dan kemampuan berpikir siswa, dan 5) bahan ajar dirumuskan/ disajikan sedemikian sehingga mendorong/ memotivasi siswa berpikir kritis, kreatif dan inovatif serta berinteraksi dalam belajar.

3 METODOLOGI Bahan ajar yang dikembangkan berbentuk Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Pengembangan bahan ajar didasarkan pada model yang direkomendasikan oleh Thiagarajan (1974: 6-11) yaitu model 4-D yang meliputi pembatasan (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebarluasan (disseminate). Peneliti memodifikasi model pengembangan tersebut dengan penyederhanaan model yaitu terbatas pada tahapan pengembangan (develop) dengan pertimbangan terbatasnya waktu serta biaya. Produk pengembangan divalidasi oleh validator yang terdiri atas pakar matematika, yaitu dosen matematika, dan praktisi, yaitu guru matematika SMP. Uji kevalidan dilaksanakan dengan memberikan angket kepada validator. Tujuan dari uji kevalidan ini adalah menilai ketercapaian produk pada syarat kevalidan yaitu mencapai skor di atas standar yang telah ditentukan. Uji keefektifan dilaksankan dengan mengujicobakan produk kepada siswa SMP dan mengukur ketercapaian kemampuan komunikasi matematis tulis siswa melalui analisis hasil pengerjaan soal uji kompetensi. Spesifikasi siswa yang dijadikan sebagai subjek uji keefektifan adalah 10 siswa dari suatu SMP yang belum menempuh materi Fungsi dengan rincian 3 siswa kelompok atas, 4 siswa kelompok tengah, dan 3 orang kelompok bawah dari tingkatan prestasi siswa dalam suatu kelas yang dipilih secara acak.tujuan uji keefektifan adalah untuk menilai keefektifan produk dalam membangun kemampuan komunikasi matematis siswa. Data hasil wawancara diperoleh dari kegiatan wawancara dengan siswa uji. Wawancara dilaksanakan untuk menggali tanggapan siswa terhadap sajian bahan ajar. Wawancara dilaksanakan melalui interaksi langsung kepada siswa ketika proses ujicoba. Aspek yang akan digali dalam wawancara ini yaitu aspek pembelajaran RME, aspek kejelasan petunjuk, aspek kebahasaan, dan aspek kegrafisan. Teknik analisis data hasil uji kevalidan berupa teknik analisis deskriptif. Data kuantitatif hasil validasi dianalisis melalui beberapa tahapan yaitu menentukan rata-rata skor hasil penilaian validator (I i ) pada setiap indikator dan selanjutnya menentukan skor kevalidan (V a ) dengan menghitung rata-rata I i dari semua indikator. Bahan ajar yang dikembangkan dikatakan valid jika hasil uji validasi terhadap bahan ajar mencapai skor dengan minimal berkriteria valid. Kriteria penilaian untuk menguji kevalidan bahan ajar disajikan dalam tabel 1: Tabel 1 Kriteria Kevalidan Skor Kevalidan (V a ) Kriteria Kevalidan Keterangan V a = 4 Sangat valid Tidak perlu revisi 3,25 V a < 4 Valid Tidak perlu revisi 2,50 V a < 3,25 Cukup valid Revisi sebagian 1,75 V a < 2,50 Kurang valid Revisi sebagian 1 V a < 1,75 Tidak valid Revisi total (dimodifikasi dari Hobri, 2010:53) Teknik analisis data hasil uji keefektifan berupa teknik analisis deskriptif analitis. Setiap soal uji kompetensi mewakili indikator kemampuan komunikasi matematis tertentu. Kemampuan komunikasi matematis diukur dari hasil setiap pengerjaan soal pada uji kompetensi yang diberi skor level 1, 2, 3, dan 4.

4 Penilaian kemampuan komunikasi matematis tiap siswa dihitung dengan menggunakan rumus: Ti = f 1 + 2f 2 + 3f 3 + 4f 4 10 f 1 + f 2 + f 3 + f 4 Keterangan: Ti = skor kemampuan komunikasi siswa ke-i, fj = banyaknya level j yang dicapai oleh seorang siswa Penentuan skor keefektifan produk (E) diperoleh dengan menghitung rata-rata skor kemampuan komunikasi matematis tiap siswa. Bahan ajar yang dikembangkan dikatakan membangun komunikasi matematis siswa jika hasil pencapaian kemampuan komunikasi matematis subjek uji minimal berkriteria efektif dalam menyelesaikan uji kompetensi di LKS. Adapun kriteria keefektifannya disajikan di tabel 2: Tabel 2 Kriteria Keefektifan pembangunan Komunikasi Matematis Interval skor level kriteria efektif efektif Belum efektif 28 1 Belum efektif (dimodifikasi dari Nyoto, 2008:80) Teknik analisis hasil wawancara berupa teknik analisis deskriptif naratif karena hasil dari wawancara berupa tanggapan yang diberikan oleh siswa terhadap sajian bahan ajar yang dikembangkan. Peneliti menguraikan tanggapan yang diberikan oleh siswa terkait sajian bahan ajar yang meliputi ketertarikan siswa terhadap sajian bahan ajar berbasis RME, kejelasan instruksi, kebahasaan yang digunakan, dan kegrafisan tampilan produk. Peneliti menarik kesimpulan dari hasil uraian yang didapatkan. Kesimpulan yang telah diperoleh digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk merevisi produk yang dikembangkan. HASIL Hasil Validasi Validasi bahan ajar terdiri atas validasi sajian produk dan validasi soal uji kompetensi dalam mengukur kemampuan komunikasi matematis tulis siswa. Hasil validasi produk ditunjukkan pada tebel 3 dan 4, sedangkan hasil validasi soal uji kompetensi ditunjukkan pada tabel 5. Tabel 3 dan tabel 4 menginformasikan bahwa untuk indikator sebanyak 20 dengan banyaknya m i=1 I i = 47, Sehingga diperoleh V a = 2,35. validator (n) adalah 3, diperoleh Berdasarkan pedoman penilaian kevalidan produk pengembangan pada Tabel 1, kriteria kevalidan untuk V a = 2,35 adalah kurang valid dengan keterangan revisi sebagian. Tabel 5 menginformasikan bahwa untuk indikator sebanyak 4 dengan m i=1 I i = 9,33, Sehingga diperoleh banyaknya validator (n) adalah 3, diperoleh V a = 2,33. Berdasarkan pedoman penilaian kevalidan produk pengembangan pada Tabel 3.1, kriteria kevalidan untuk V a = 2,33 adalah kurang valid dengan keterangan revisi sebagian.

5 Tabel 3 Hasil validasi kesesuaian aspek RME terhadap sajian bahan ajar oleh Validator ASPEK RME v 1 v 2 v 3 V ji n j=1 I i AKTIVITAS 1 Siswa dihadapkan pada masalah kontekstual dan diberi kesempatan untuk memahaminya ,67 Siswa memecahkan permasalahan melaui pembuatan model siswa dibimbing untuk menemukan matematika formal melalui diskusi/ interaksi kelas Mengaplikasikan dalam matematika maupun dalam bidang lain AKTIVITAS 2 Siswa dihadapkan pada masalah kontekstual dan diberi kesempatan untuk memahaminya ,00 Siswa memecahkan permasalahan melaui pembuatan model siswa dibimbing untuk menemukan matematika formal melalui diskusi/ interaksi kelas Mengaplikasikan dalam matematika maupun dalam bidang lain AKTIVITAS 3 Siswa dihadapkan pada masalah kontekstual dan diberi kesempatan untuk memahaminya ,67 Siswa memecahkan permasalahan melaui pembuatan model siswa dibimbing untuk menemukan matematika formal melalui diskusi/ interaksi kelas Mengaplikasikan dalam matematika maupun dalam bidang lain AKTIVITAS 4 Siswa dihadapkan pada masalah kontekstual dan diberi kesempatan untuk memahaminya ,33 Siswa memecahkan permasalahan melaui pembuatan model siswa dibimbing untuk menemukan matematika formal melalui diskusi/ interaksi kelas Mengaplikasikan dalam matematika maupun dalam bidang lain Jumlah ,67 Tabel 4 Hasil validasi kesesuaian indikator terhadap sajian bahan ajar oleh Validator INDIKATOR v 1 v 2 v 3 V ji Memahami relasi dan fungsi Menentukan Notasi fungsi Menyajikan fungsi dalam diagram panah, himpunan pasangan berurutan, dan koordinat kartesius n j=1 Menentukan nilai fungsi Jumlah ,33 I i

6 Tabel 5 Hasil validasi kesesuaian soal uji kompetensi terhadap aspek komunikasi SOAL matematis yang akan diukur Aspek Komunikasi Matematis yang diukur v 1 v 2 v 3 V ji soal no 1 K1 dan K2 soal no 2 K1 dan K4 soal no 3 K4 soal no 4 K2 dan K4 Jumlah ,33 Revisi dilakukan dengan memperhatikan komentar dan saran dari para validator. Tabel 6 merupakan analisis komentar dan saran yang diberikan validator untuk revisi produk. Tabel 7 merupakan analisis komentar dan saran yang diberikan validator untuk revisi soal uji kompetensi. Tabel 6 komentar dan saran validator terhadap bahan ajar Saran dan koreksi Alasan n j=1 I i Sajian bahan ajar perlu direvisi ke bentuk standar sajian bahan ajar berbasis RME Masalah yang disajikan sebagai titik awal pembelajaran perlu lebih kontekstual Mengurangi istilah baru yang kurang berperan pada materi Fugsi Lebih menampakkan stimulus kepada siswa untuk menyusun suatu model pemecahan masalah dan pemberian kesempatan kepada siswa untuk berkontribusi dalam membangun konsep suatu materi Menggunakan bahasa yang lebih simpel, efektif, dan mudah difahami oleh siswa SMP RME menggunakan judul aktivitas berupa masalah kontekstual yang akan digunakan sebagai titik awal dalam pembelajaran sedangkan dalam kurikulum KTSP menyajikan judul aktivitas berupa materi yang akan dipelajari siswa. Hal ini disajikan demikian dengan mempertimbangkan pandangan bahwa RME berupaya untuk mendekatkan matematika kepada diri siswa. Hal ini mempertimbangkan prinsip rasionalitas bahwa masalah kontekstual yang disajikan merupakan suatu masalah yang memungkinkan dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-harinya. Istilah-istilah baru, seperti variabel input, variabel output, variabel bebas, dan variabel bergantung, perlu diminimalisir untuk mengurangi kecenderungan siswa pada pola fikir menghafal, bukan bernalar. Oleh karena itu, bahan ajar yang dikembangkan diupayakan untuk berorientasi pada pengembangan mendalam, bukan pada pengembangan melebar. Bahan ajar yang disusun masih minim stimulus kepada siswa untuk menyusun suatu model pemecahan masalah dan pemberian kesempatan kepada siswa untuk berkontribusi dalam membangun konsep suatu materi. Bahasa yang digunakan dan istilah-istilah baru dalam bahan ajar masih terlalu tinggi untuk tingkat siswa SMP

7 Tabel 7 komentar dan saran validator terhadap soal uji kompetensi Saran dan koreksi Alasan Perlu penambahan soal aplikasi yang berupa masalah kontekstual Penulisan himpunan pada soal disajikan dalam notasi pembentuk himpunan agar lebih efisien dan variatif Perlu penambahan soal dalam bentuk Fungsi yang beragam Semua soal yang disajikan dalam uji kompetensi masih tergolong soal abstrak. Pada soal no. 1, himpunan disajikan dalam bentuk pernyataan himpunan secara langsung sehingga kurang variatif dan kadang membingungkan siswa. Agar siswa mendapat pengalaman lebih dalam menyelesaikan permasalahan yang beraneka ragam Bahan ajar yang telah direvisi selanjutnya diajukan validasi ulang kepada validator karena belum dinyatakan valid oleh validator. Sesuai dengan prosedur penelitian, dosen pembimbing selaku expert dipilih sebagai validator bahan ajar yang telah direvisi. Hasil validasi menghasilkan keputusan bahwa bahan ajar yang telah direvisi dinyatakan valid oleh validator, baik sajian bahan ajar maupun soal uji kompetensi untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis tulis siswa. Selanjutnya, bahan ajar yang telah direvisi dan dinyatakan valid oleh validator diujicobakan kepada subjek uji untuk diuji keefektifannya dalam membangun kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi fungsi. Hasil Uji Kompetensi Analisis hasil uji kompetensi diawali dengan skoring indikator kemampuan komunikasi matematis tulis hasil pengerjaan siswa uji pada setiap soal. Hasil analisis data pada tabel 6 diperoleh E = 33,11. Kriteria keefektifan pembangunan komunikasi matematis produk pengembangan untuk E = 33,11 adalah efektif menurut tabel 2. Dengan demikian, bahan ajar yang dikembangkan efektif dan layak diaplikasikan untuk membangun kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi fungsi. Tabel 8 Skor ketercapaian kemampuan komunikasi matematis siswa uji Siswa Uji Soal No. 1 Soal No. 2 Soal No. 3 Soal No. 4 K1 K4 K1 K4 K1 K2 K2 K4 GS UD DY NN HF AF SK AS PA NA Catatan: dalam penelitian ini, GS, UD, dan NN mewakili kelompok atas, DY, HF, AS, dan SK mewakili kelompok tengah, serta AS, PA, dan NA mewakili kelompok bawah. K3

8 Hasil Wawancara Analisis terhadap hasil wawancara dengan siswa didapatkan bahwa bahan ajar berbasis RME dapat memberikan pengalaman baru bagi siswa, terutama dalam hal membangun konsep baru. Siswa menunjukkan ketertarikannya terhadap bahan ajar berbasis RME. Grafis yang disajikan membuat siswa lebih tertarik untuk belajar matematika dan membantunya dalam memahami permasalahan yang disajikan. PEMBAHASAN Bahan ajar yang dikembangkan telah dinyatakan valid oleh validator dan berkriteria efektif untuk membangun kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi fungsi, yaitu mencapai skor 33, 11. Skor kemampuan komunikasi matematis siswa uji dapat mencapai kriteria efektif meskipun skor yang diperoleh kurang maksimal. Berdasarkan tabel 8, kemampuan matematis yang memiliki skor lemah adalah K2, yaitu kemampuan menggunakan bahasa matematik untuk menyatakan ide matematika. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengerjaan soal uji kompetensi yang menunjukkan bahwa siswa masih lemah dalam menyampaikan alasan fungsi yang tidak tepat dan menuliskan prosedur menentukan nilai fungsi kurang tepat. Gambar 1 dan gambar 2adalah sajian alasan fungsi dan prosedur penentuan nilai fungsi yang dituliskan oleh siswa: Gambar 1 Perbedaan alasan fungsi dari siswa Gambar 2 prosedur penentuan nilai fungsi yang dituliskan siswa uji Oleh karena itu, revisi bahan ajar yang menekankan pada aktivitas siswa dalam menyampaikan argumen alasan fungsi dan menuliskan prosedur penentuan nilai fungsi dengan tepat perlu dilakukan.

9 Berbagai revisi telah dilakukan dengan memperhatikan hasil validasi, hasil uji coba produk, dan tanggapan hasil wawancara dengan siswa uji sehingga tersusunlah suatu bahan ajar berbasis Realistic Mathematic Education (RME) untuk membangun kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi fungsi melalui hasil aktivitas pengembangan yang sistematis. Bahan ajar yang dikembangkan memenuhi tiga prinsip dan lima karakteristik RME. Bahan ajar ini dikembangkan dengan memperhatikan standar bahan ajar PMRI karena pada dasarnya produk ini diaplikasikan untuk siswa Indonesia yang memiliki karakteristik berbeda dengan negara asal RME dilahirkan, negara Belanda. Kajian bahan ajar dalam bentuk Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang telah dikembangkan adalah sebagai berikut: Bagian Awal Bagian Awal bahan ajar terdiri atas halaman judul (cover), petunjuk siswa, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan daftar isi. Cover disajikan menarik dilengkapi dengan gambar ilustrasi yang berkenaan dengan fungsi serta form isian identitas siswa. Petunjuk siswa berisi penjelasan kepada siswa mengenai prosedur penggunaan bahan ajar dan menjelaskan aktivitas yang harus dilakukan siswa pada setiap fitur bagian inti dalam bahan ajar. Daftar SK, KD, dan indikator menampilkan kompetensi yang akan dicapai setelah melaksanakan aktivitas dalam bahan ajar. Daftar isi memuat judul aktivitas-aktivitas yang akan dikerjakan siswa dalam bahan ajar dan dikemas dengan menyebutkan masalah kontekstual yang akan dipecahkan oleh siswa. Bagian Inti Bagian inti bahan ajar memiliki enam aktivitas yang akan diselesaikan oleh siswa. Masing-masing aktivitas memberikan kesempatan siswa untuk membangun kemampuan komunikasi matematisnya. Fitur tiap Aktivitas diawali dengan suatu masalah kontekstual yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-harinya. Masalah yang diberikan mengantarkan siswa untuk menemukan suatu konsep baru yang berkenaan dengan materi fungsi. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan untuk memodelkan solusi masalah tersebut dalam bentuk tabel, gambar, skema, situasi, maupun grafik menurut cara mereka sendiri maupun mengikuti petunjuk yang diberikan. Hal ini dapat membangun kemampuan siswa dalam mengatur dan menggabungkan idenya melalui komunikasi. Fitur diskusi pada tiap aktivitas dapat membangun interaktivitas siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkontribusi pada penemuan bentuk formal suatu konsep baru pada materi fungsi dalam suasana interaktif baik antarsiswa maupun dengan guru. Pada aktivitas ini kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan idenya secara runtut dan jelas, kemampuan mengevaluasi ide maupun pemikiran matematis siswa lain, dan kemampuan menggunakan bahasa matematis secara tepat akan dibangun. Fitur terakhir yaitu uji pemahaman siswa mengenai konsep baru yang telah ditemukannya serta pengaitannya dengan konsep himpunan sebagai aktivitas pengayaan.

10 Bagian Akhir Bagian akhir berbentuk aktivitas uji kompetensi. Bagian ini berisi permasalahn-permasalahan pada materi fungsi yang telah ditemuakan dan dikonstruk oleh siswa. Bagian ini juga merupakan bentuk bahan uji pengintegrasian antara kompetensi siswa pada materi fungsi dan kemampuan komunikasi matematis siswa yang terbangun. Uji kompetensi dapat digunakan sebagai assesmen pembelajaran yang mengaplikasikan bahan ajar ini. Bahan ajar materi Fungsi yang telah dikembangkan memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bahan ajar dikembangkan dengan model penelitian dan pengembangan 4-D, sehingga telah sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. 2. Bahan ajar dikembangkan untuk membangun kemampuan komunikasi matematis siswa sehingga akan mampu mengatasi permasalahan siswa yang berkenaan dengan kemampuan komunikasi matematis, memenuhi standar proses menurut NCTM, dan mampu memenuhi tujuan pembelajaran matematika menurut kurikulum yang berlaku. 3. Bahan ajar dikembangkan secara sistematis dengan prinsip konstruktivistik melalui aktivitas pendekatan pembelajaran berbasis Realistic Mathematic Education (RME) sehingga layak diaplikasikan di SMP dan dapat memenuhi kebutuhan bahan ajar di lapangan. 4. Bahan ajar telah divalidasi oleh dosen dan guru serta telah diuji coba kepada siswa sehingga modul sudah layak sebagi bahan ajar untuk SMP. 5. Bahan ajar ini dikembangkan berbasis Realistic Mathematic Education, namun pengaplikasian produk ini tidak harus menggunakan strategi pembelajaran dengan pendekatan RME. Selain memiliki keunggulan, bahan ajar yang telah dikembangkan ini juga memiliki kekurangan. Kekurangan dapat dilihat dari analisis data hasil uji coba pada setiap siswa. Bahan ajar ini lebih efektif pada siswa kelompok atas, dengan demikian aplikasi bahan ajar ini akan lebih efektif untuk pembelajaran pada golongan siswa kelompok atas atau pada kelas unggulan di sekolah. Bahan ajar ini tergolong tebal dan memungkinkan perlunya waktu lebih banyak ketika diaplikasikan dalam pembelajaran. Hal ini dapat diantisipasi dengan menerapkan pembelajaran bersetting cooperative learning agar siswa dapat mengerjakan aktivitas-aktivitas dalam bahan ajar tidak memerlukan waktu yang relatif lama. PENUTUP Kesimpulan Bahan ajar yang dikembangkan memenuhi tiga prinsip dan lima karakteristik RME. Bahan ajar ini dikembangkan dengan memperhatikan standar bahan ajar PMRI agar lebih sesuai dengan karakter siswa di Indonesia. Validasi bahan ajar menghasilkan keputusan bahwa produk yang telah dikembangkan dinyatakan valid oleh validator, baik sajian bahan ajar maupun soal uji kompetensi untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis tulis siswa. Uji coba produk mencapai skor E = 33,11, sehinggga bahan ajar yang dikembangkan efektif dan layak diaplikasikan untuk membangun kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi fungsi. Analisis terhadap hasil wawancara dengan siswa didapatkan bahwa bahan ajar berbasis RME dapat memberikan pengalaman

11 baru bagi siswa, terutama dalam hal membangun konsep baru. Grafis dan sajian bahan ajar berbasis RME ini membuat siswa lebih tertarik untuk belajar matematika dan membantunya dalam memahami permasalahan yang disajikan. Temuan dari analisis hasil uji coba produk menunjukkan bahwa bahan ajar ini lebih efektif pada siswa kelompok atas, dengan demikian aplikasi bahan ajar ini akan lebih efektif untuk pembelajaran pada golongan siswa kelompok atas atau pada kelas unggulan di sekolah. Saran RME merupakan pendekatan pembelajaran yang diadopsi dari Negara Belanda. Pengembangan bahan ajar berbasis RME untuk jenjang pendidikan dan materi yang lain disarankan untuk memperhatikan karakteristik siswa lokal sebagai calon user produk meskipun content dari bahan ajar harus memenuhi tiga prinsip dan lima karakteristik RME. Keberlanjutan pengembangan bahan ajar berbasis Realistic Mathematics Education (RME) untuk jenjang pendidikan dan materi yang lain perlu untuk dilakukan agar pembelajaran dan bahan ajar yang digunakan lebih variatif. Pengembang hendaknya memilih fenomena-fenomena yang lebih sering ditemui dan mudah difahami oleh siswa sebagai masalah kontekstual yang dipilih untuk mengawali pembelajaran. Untuk pengaplikasian produk, guru hendaknya memperhatikan karakteristik siswa di sekolah ketika hendak menggunakan bahan ajar ini agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal. DAFTAR RUJUKAN BSNP Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah: Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar SMP/MTs.Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional. Gravemeijer, Koeno.2010.Realistic mathematic EducationTheory as a Guideline for Problem Centered, Interactive Mathematics Education. Dalam Robert Sembiring (Ed.), A Decade of PMRI in Indonesia (hlm ). Bandung: IP-PMRI. Hadi, Sutarto Mathematics Education Reform Movement in Indonesia. Makalah disajikan pada 12th International Congress on Mathematical Education, Seoul, 8 July 15 July dalam COEX database, (Online), ( diakses 21 November Hobri.2010.Metodologi Penelitian Pengembangan.Jember:Pena Salsabila Izzati, Nur dan Didi Suryadi Komunikasi Matematik dan Pendidikan Matematika Realistik. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Yogyakarta,UNY, 27 Nov 2010, dalam prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNY ISBN : (online).

12 ( diakses 25 November Nyoto Pembelajaran Penjumlahan Pecahan melalui Waca sebagai Upaya Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Tesis tidak diterbitkan. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang. Principle and Standards for School Mathematics.2000.Reston:National Council of Teachers of Mathematics Sanjaya, W Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Thiagarajan, S., Dorothy S.S., & Melvyn I.S Instructional Development for Training Teachers for Exceptional Children: A Source Book. Indiana: Indiana University.

13 Artikel ilmiah oleh Taufiq Hidayanto ini telah diperiksa dan disetujui oleh Malang, Mei 2013 Pembimbing, Dr. Edy Bambang Irawan, M.Pd. NIP Malang, Mei 2013 Penulis Taufiq Hidayanto NIM

Oleh : Qomaria Amanah Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang

Oleh : Qomaria Amanah Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK SISWA KELAS VIII SEMESTER I Oleh : Qomaria Amanah Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

Ika Santia 1, Jatmiko 2 Pendidikan matematika, Universitas Nusantara PGRI Kediri 1 2.

Ika Santia 1, Jatmiko 2 Pendidikan matematika, Universitas Nusantara PGRI Kediri 1 2. Santia dan Jatmiko, Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika... 11 Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika Berdasarkan Proses Berpikir Relasional Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LKS DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL UNTUK SMP KELAS VIII

PENGEMBANGAN LKS DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL UNTUK SMP KELAS VIII Vol.4, No.1, April 2016 PENGEMBANGAN LKS DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL UNTUK SMP KELAS VIII (THE DEVELOPMENT OF STUDENS WORKSHEET USING PMRI APPROACH ON TWO VARIABLE

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pembelajaran Matematika Realistik a. Pengertian matematika realistik Pembelajaran matematika realistik atau Realistic Mathematics Education (RME) adalah sebuah pendekatan pembelajaran

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN OUTLINE EXECUTIVE SUMMARY HIBAH BERSAING

ABSTRAK DAN OUTLINE EXECUTIVE SUMMARY HIBAH BERSAING Bidang Ilmu : Pendidikan ABSTRAK DAN OUTLINE EXECUTIVE SUMMARY HIBAH BERSAING PENGEMBANGAN KARAKTER TELITI, KONSISTEN DAN KREATIF PADA SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN PENDEKATAN REALISTIC

Lebih terperinci

berupa LKS berbasis Creative Problem Solving (CPS) pada pokok bahasan fungsi. Model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan

berupa LKS berbasis Creative Problem Solving (CPS) pada pokok bahasan fungsi. Model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini termasuk penelitian pengembangan yang menghasilkan produk pengembangan berupa LKS berbasis

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) Oleh : Iis Holisin Dosen FKIP UMSurabaya ABSTRAK Objek yang ada dalam matermatika bersifat abstrak. Karena sifatnya yang abstrak, tidak jarang guru maupun siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembelajaran matematika di sekolah diantaranya adalah melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUM LIMAS YANG SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK PMRI DI KELAS VIII SMP NEGERI 4 PALEMBANG

PENGEMBANGAN MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUM LIMAS YANG SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK PMRI DI KELAS VIII SMP NEGERI 4 PALEMBANG PENGEMBANGAN MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUM LIMAS YANG SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK PMRI DI KELAS VIII SMP NEGERI 4 PALEMBANG Hariyati 1, Indaryanti 2, Zulkardi 3 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis), BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis), design (perancangan), development (pengembangan), implementation (implementasi),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengembangan LKS berbasis masalah yang berorientasi pada kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengembangan LKS berbasis masalah yang berorientasi pada kemampuan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan LKS berbasis masalah yang berorientasi pada kemampuan penalaran matematis siswa SMP kelas VII pada materi himpunan dilakukan dengan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN REALISTIK UNTUK SISWA SMP KELAS VII SEMESTER 2

PENGEMBANGAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN REALISTIK UNTUK SISWA SMP KELAS VII SEMESTER 2 PENGEMBANGAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN REALISTIK UNTUK SISWA SMP KELAS VII SEMESTER 2 Rilfi Helmanda 1), Sri Elniati 2), Nonong Amalita 3) 1) FMIPA UNP, email : rilfi.math@gmail.com 2,3) Staf

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LKS MATEMATIKA MENGGUNAKAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH POLYA MATERI KELILING DAN LUAS LINGKARAN KELAS VIII SEMESTER II SMP

PENGEMBANGAN LKS MATEMATIKA MENGGUNAKAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH POLYA MATERI KELILING DAN LUAS LINGKARAN KELAS VIII SEMESTER II SMP PENGEMBANGAN LKS MATEMATIKA MENGGUNAKAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH POLYA MATERI KELILING DAN LUAS LINGKARAN KELAS VIII SEMESTER II SMP Nurneyla Hadrotul Ula *, Cholis Sa dijah ** Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

Pengembangan LKM Dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Calon Guru

Pengembangan LKM Dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Calon Guru SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 PM - 25 Pengembangan LKM Dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Calon Guru Tri Andari Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs Lussy Midani Rizki 1), Risnawati 2), Zubaidah Amir MZ 3) 1) UIN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATA KULIAH ALJABAR LINIER MATERI RUANG-n EUCLIDES.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATA KULIAH ALJABAR LINIER MATERI RUANG-n EUCLIDES. JPM IAIN Antasari Vol. 02 No. 2 Januari Juni 2015, h. 43-58 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATA KULIAH ALJABAR LINIER MATERI RUANG-n EUCLIDES Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Matematika juga dapat menjadikan siswa menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada skripsi ini adalah penelitian pengembangan, model yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada skripsi ini adalah penelitian pengembangan, model yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian pada skripsi ini adalah penelitian pengembangan, model yang digunakan adalah model pengembangan atau Research and Development (R&D). Metode penelitian

Lebih terperinci

Pengembangan Lembar Aktivitas Mahasiswa Berbasis Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Microsoft Mathematics

Pengembangan Lembar Aktivitas Mahasiswa Berbasis Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Microsoft Mathematics SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Pengembangan Lembar Aktivitas Mahasiswa Berbasis Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Microsoft Mathematics Novaliyosi, Aan Subhan Pamungkas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini menyebabkan kita harus selalu tanggap menghadapi hal tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan Sumber Daya

Lebih terperinci

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM - 104 Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA Samsul Feri

Lebih terperinci

Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia pada Materi Lingkaran untuk Siswa Kelas VIII SMP

Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia pada Materi Lingkaran untuk Siswa Kelas VIII SMP SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 M-70 Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia pada Materi Lingkaran untuk Siswa Kelas VIII SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi belajar mengajar yang baik adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia dalam jangka panjang. Pendidikan juga

Lebih terperinci

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Realistic Mathematics Education (RME) Untuk Siswa SMP Materi Teorema Pythagoras

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Realistic Mathematics Education (RME) Untuk Siswa SMP Materi Teorema Pythagoras SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Realistic Mathematics Education (RME) Untuk Siswa SMP Materi Teorema Pythagoras Sukmo Purwo Diharto

Lebih terperinci

Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mendukung Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas VIII

Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mendukung Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas VIII SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mendukung Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas VIII Rizqi Annisavitri Program Magister Pendidikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA SMA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DAN KESETIMBANGAN KIMIA

PENGEMBANGAN BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA SMA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DAN KESETIMBANGAN KIMIA PENGEMBANGAN BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA SMA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DAN KESETIMBANGAN KIMIA Imalia Imaniarta, Oktavia Sulistina, Yahmin, Universitas Negeri Malang Email:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kemampuan Komunikasi Matematika 2.1.1.1 Kemampuan Kemampuan secara umum diasumsikan sebagai kesanggupan untuk melakukan atau menggerakkan segala potensi yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MATERI SEGI EMPAT BERBASIS KONTEKSTUAL KELAS VII SMPN 2 BAKUNG

PENGEMBANGAN MATERI SEGI EMPAT BERBASIS KONTEKSTUAL KELAS VII SMPN 2 BAKUNG PENGEMBANGAN MATERI SEGI EMPAT BERBASIS KONTEKSTUAL KELAS VII SMPN 2 BAKUNG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Matematika FKIP

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS Ike Evi Yunita Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) PADA POKOK BAHASAN REAKSI OKSIDASI REDUKSI UNTUK SISWA SMK KELAS X

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) PADA POKOK BAHASAN REAKSI OKSIDASI REDUKSI UNTUK SISWA SMK KELAS X PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) PADA POKOK BAHASAN REAKSI OKSIDASI REDUKSI UNTUK SISWA SMK KELAS X Tarini Mawantia, Fauziatul Fajaroh, Dermawan Afandy Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan mengembangkan LKS berbasis masalah yang berorientasi pada kemampuan penalaran matematis siswa

Lebih terperinci

Pengembangan LKS Berbasis Pendekatan Rme Untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa

Pengembangan LKS Berbasis Pendekatan Rme Untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Suska Journal of Mathematics Education (p-issn: 2477-4758 e-issn: 2540-9670) Vol. 2, No. 2, 2016, Hal. 103 110 Pengembangan LKS Berbasis Pendekatan Rme Untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATEMATIKA BERBASIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI STATISTIKA

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATEMATIKA BERBASIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI STATISTIKA Jurnal Teori dan Riset Matematika (TEOREMA) Vol. 2 No. 1, Hal, 29, September 2017 p-issn 2541-0660, e-issn 2597-7237 2017 LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATEMATIKA BERBASIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA

Lebih terperinci

PENANAMAN NORMA-NORMA SOSIAL MELALUI INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SEKOLAH DASAR

PENANAMAN NORMA-NORMA SOSIAL MELALUI INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SEKOLAH DASAR PENANAMAN NORMA-NORMA SOSIAL MELALUI INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SEKOLAH DASAR Rini Setianingsih Jurusan Matematika, FMIPA, Unesa ABSTRAK. Salah satu pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Segitiga dan Segiempat untuk siswa SMP sekaligus mengetahui. kevalidan, keefektifan, dan kepraktisannya.

BAB III METODE PENELITIAN. Segitiga dan Segiempat untuk siswa SMP sekaligus mengetahui. kevalidan, keefektifan, dan kepraktisannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS matematika dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERBANDINGAN KELAS VII SMP/MTs

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERBANDINGAN KELAS VII SMP/MTs 1 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERBANDINGAN KELAS VII SMP/MTs Metti Sukri 1, Syofni 2, Syarifah Nur Siregar 3 Email: mettisukri@gmail.com,

Lebih terperinci

DESKRIPSI BUTIR ANGKET PENILAIAN MODUL MATEMATIKA PROGRAM BILINGUAL PADA MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI

DESKRIPSI BUTIR ANGKET PENILAIAN MODUL MATEMATIKA PROGRAM BILINGUAL PADA MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI Lampiran B3 DESKRIPSI BUTIR ANGKET PENILAIAN MODUL MATEMATIKA PROGRAM BILINGUAL PADA MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI UNTUK SISWA SMP KELAS VII SEMESTER GENAP UNTUK AHLI MATERI 1. Kelayakan Isi

Lebih terperinci

Tri Andari, Pengembangnan Perangkat Pembelajaran... Tri Andari 1 Restu Lusiana 2

Tri Andari, Pengembangnan Perangkat Pembelajaran... Tri Andari 1 Restu Lusiana 2 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING BERBASIS TUGAS TERSTRUKTUR PADA MATA KULIAH STRUKTUR ALJABAR I Tri Andari 1 Restu Lusiana 2 1 Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MELATIH KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA TULIS SISWA DI KELAS VIII

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MELATIH KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA TULIS SISWA DI KELAS VIII PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MELATIH KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA TULIS SISWA DI KELAS VIII Rahma Dwi Khoirunnisa 1), Tatag Yuli Eko Siswono 2) 1) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika,

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permendiknas nomor 22 tahun 2006 menjelaskan tujuan pembelajaran matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu faktor yang mendasar majunya suatu negara. Untuk mampu bersaing, suatu negara harus mengupayakan pendidikan yang bermutu dan berkualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumber daya manusia yang mempunyai pemikiran kritis, kreatif, logis, dan sistematis serta mempunyai kemampuan bekerjasama secara efektif sangat diperlukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi itu ada yang baik dan mungkin ada yang kurang baik. Agar seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Informasi itu ada yang baik dan mungkin ada yang kurang baik. Agar seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini pada umumnya orang sangat mungkin mendapatkan informasi dengan cara yang sangat cepat, mudah dan murah dari berbagai sumber. Informasi itu ada yang baik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran pendidikan matematika sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Siswa sebagai sumber daya manusia harus memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu pengetahuan universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan memiliki peranan penting yang dapat diterapkan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya mata pelajaran matematika adalah diujikannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS pada

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS pada A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN MODEL GROUP INVESTIGATION PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN MODEL GROUP INVESTIGATION PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN MODEL GROUP INVESTIGATION PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI Furintasari Setya Astuti, Sri Mulyati Universitas Negeri Malang E-mail: furintasari.sa@gmail.com

Lebih terperinci

Pengembangan Media Komik Matematika Berbasis Pendekatan Scientific pada Materi Bilangan Bulat

Pengembangan Media Komik Matematika Berbasis Pendekatan Scientific pada Materi Bilangan Bulat Pengembangan Media Komik Matematika Berbasis Pendekatan Scientific pada Materi Bilangan Bulat Dian Fitriani *, Edrizon, Yusri Wahyuni, Rita Desfitri Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas

Lebih terperinci

DEVELOPMENT MATHEMATICS LEARNING INSTRUMENT THROUGH APPROACH REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION ON MATTER OF BUILD FLAT QUADRILATERAL FOR SMP/MTs

DEVELOPMENT MATHEMATICS LEARNING INSTRUMENT THROUGH APPROACH REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION ON MATTER OF BUILD FLAT QUADRILATERAL FOR SMP/MTs 1 DEVELOPMENT MATHEMATICS LEARNING INSTRUMENT THROUGH APPROACH REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION ON MATTER OF BUILD FLAT QUADRILATERAL FOR SMP/MTs Vivi Warni 1, Kartini 2, Sehatta Saragih 3 vivi.warni@yahoo.com,

Lebih terperinci

T-1 PENGEMBANGAN MATERI INTEGRAL BERBASIS MODUL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

T-1 PENGEMBANGAN MATERI INTEGRAL BERBASIS MODUL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI T-1 PENGEMBANGAN MATERI INTEGRAL BERBASIS MODUL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI Allen Marga Retta 1 1 Email: Allen_marga_retta@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada masa kini diseluruh dunia telah timbul pemikiran baru terhadap status pendidikan. Pendidikan diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU Kristanti 1), Widha Sunarno 2), Cari 3) 1 tantiwidodo@gmail.com 2 widhasunarno@gmail.com 3 carinln@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN DI KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN DI KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) Jurnal Ilmiah Edukasi Matematika (JIEM) 93 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN DI KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) Khosmas Aditya 1, Rudi Santoso

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN STUDENT S WORKSHEET DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI PELUANG UNTUK SISWA SMP KELAS IX BILINGUAL. Abstrak

PENGEMBANGAN STUDENT S WORKSHEET DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI PELUANG UNTUK SISWA SMP KELAS IX BILINGUAL. Abstrak PENGEMBANGAN STUDENT S WORKSHEET DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI PELUANG UNTUK SISWA SMP KELAS IX BILINGUAL Oleh : Selfi Dwi Fulandari Jurusan Matematika FMIPA UM email : cheppy_math@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dikembangkan potensinya. Salah satu cara untuk mengembangkan potensi generasi penerus bangsa yaitu melalui

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR Taufiq 1, Fahrul Basir

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS GURU DAN CALON GURU MATEMATIKA MENGGUNAKAN DIDACTICAL DESIGN RESEARCH (DDR)

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS GURU DAN CALON GURU MATEMATIKA MENGGUNAKAN DIDACTICAL DESIGN RESEARCH (DDR) PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS GURU DAN CALON GURU MATEMATIKA MENGGUNAKAN DIDACTICAL DESIGN RESEARCH (DDR) Kartinah Pendidikan Matematika IKIP PGRI Semarang tina.math507@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dikembangkan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengembangan modul himpunan dengan pendekatan Pendidikan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dikembangkan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengembangan modul himpunan dengan pendekatan Pendidikan 134 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap modul yang dikembangkan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengembangan modul himpunan dengan pendekatan

Lebih terperinci

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran Matematika Realistik Di Sekolah Menengah Pertama

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran Matematika Realistik Di Sekolah Menengah Pertama Pengembangan Perangkat Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran Matematika Realistik Di Sekolah Menengah Pertama Utami Murwaningsih 1 Nuryani Tri Rahayu 2 1 Program Studi Pendidikan Matematika FKIP 2 Program

Lebih terperinci

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA Diselenggarakan oleh FMIPA UNY Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk berupa perangkat pembelajaran. Perangkat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERORIENTASI PADA PENDEKATAN REALISTICSMATHEMATICS EDUCATION

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERORIENTASI PADA PENDEKATAN REALISTICSMATHEMATICS EDUCATION PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERORIENTASI PADA PENDEKATAN REALISTICSMATHEMATICS EDUCATION (RME) SUBPOKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN SISWA KELASVII SMP Desi 43, Suharto 44, Dinawati T. 45

Lebih terperinci

Arwinda Probowati 1, Amy Tenzer 2, dan Siti Imroatul Maslikah 3 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang

Arwinda Probowati 1, Amy Tenzer 2, dan Siti Imroatul Maslikah 3 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI SISTEM EKSKRESI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 1 REJOTANGAN TULUNGAGUNG Arwinda Probowati 1, Amy Tenzer 2,

Lebih terperinci

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP DI KOTA BANDUNG DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATIONS PADA SISWA SMP DI KOTA BANDUNG Siti Chotimah chotie_pis@yahoo.com Pendidikan

Lebih terperinci

Pengembangan Modul Fisika Berbasis Saintifik untuk Siswa SMA/MA Kelas XI pada Materi Teori Kinetik Gas

Pengembangan Modul Fisika Berbasis Saintifik untuk Siswa SMA/MA Kelas XI pada Materi Teori Kinetik Gas Pengembangan Modul Fisika Berbasis Saintifik untuk Siswa SMA/MA Kelas XI pada Materi Teori Kinetik Gas 1. Elliza Efina Rahmawati Putri, 2. Sukarmin, 3. Cari 1,2,3. Magister Pendidikan Sains Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiyono (2010: 297) menyatakan bahwa R&D adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiyono (2010: 297) menyatakan bahwa R&D adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitan ini merupakan desain Research and Development (R&D). Sugiyono (2010: 297) menyatakan bahwa R&D adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan produk tertentu, dan menguji keektifan produk. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan produk tertentu, dan menguji keektifan produk. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini merupakan desain Research and Development (R&D). Sugiyono (2009:407) menjelaskan bahwa, metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompentensi. sesuai bidang keahlian yang dipilih atau yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompentensi. sesuai bidang keahlian yang dipilih atau yang dimilikinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pendidikan merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya. Pendidikan terdiri dari pendidikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBANTUAN MEDIA MANIPULATIF DENGAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK SISWA SMP KELAS VIII MATERI LINGKARAN

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBANTUAN MEDIA MANIPULATIF DENGAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK SISWA SMP KELAS VIII MATERI LINGKARAN PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBANTUAN MEDIA MANIPULATIF DENGAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK SISWA SMP KELAS VIII MATERI LINGKARAN Linda Listriana (1) Ety Tejo Dwi Cahyowati (2) Indriati Nurul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang turut memberikan sumbangan signifikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan sumber daya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Semmel, dan Semmel (1974) 4-D yang meliputi kegiatan pendefinisian

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Semmel, dan Semmel (1974) 4-D yang meliputi kegiatan pendefinisian BAB V PEMBAHASAN A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran Proses pengembangan perangkat pembelajaran dengan model investigasi kelompok mengacu pada model pengembangan pembelajaran Thiagarajan, Semmel,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN PMRI. Oleh Muhammad Ridhoni (Mahasiswa Magister Pend. Matematika Universitas Sriwijaya, Palembang)

PEMBELAJARAN PMRI. Oleh Muhammad Ridhoni (Mahasiswa Magister Pend. Matematika Universitas Sriwijaya, Palembang) PEMBELAJARAN PMRI Oleh Muhammad Ridhoni (Mahasiswa Magister Pend. Matematika Universitas Sriwijaya, Palembang) Pendahuluan Kebanyakan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas masih bersifat konvensional,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK KELAS VIII SMP/MTs SEMESTER GANJIL

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK KELAS VIII SMP/MTs SEMESTER GANJIL PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK KELAS VIII SMP/MTs SEMESTER GANJIL Prof. Dr. Nurhayati Abbas, M.Pd 1), Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd 2) 1) Univeristas Negeri

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI

MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI Carolin Olivia 1, Pinta Deniyanti 2, Meiliasari 3 1,2,3 Jurusan Matematika FMIPA UNJ 1 mariacarolineolivia@gmail.com,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW PADA SISWA KELAS VII A

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW PADA SISWA KELAS VII A PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW PADA SISWA KELAS VII A Feri Ambar Wati, Supriyono Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi era globalisasi itu diperlukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi era globalisasi itu diperlukan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi era globalisasi itu diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang handal yang memiliki pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI LIMAS MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI LIMAS MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI LIMAS MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) Rizky Putri Jannati 1 Muhammad Isnaini 2 Muhammad Win Afgani 3 1 Alumni UIN Raden

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mengikuti perkembangan zaman, pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam kemajuan suatu daerah bahkan kemajuan suatu negara sehingga dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi yang dapat diajarkan kepada peserta didik melalui pembelajaran matematika disebut komunikasi matematis. Komunikasi dalam matematika memang memiliki

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Jurnal yang Berjudul DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT (Suatu Penelitian pada Siswa Kelas VII SMP N 10 Gorontalo) Oleh RAHMAWATY

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK DAN SELF EFFICACY

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK DAN SELF EFFICACY PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK DAN SELF EFFICACY SISWA Nursahara Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Realistik (PMR) bagi siswa SMP kelas VIII sesuai Kurikulum 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Realistik (PMR) bagi siswa SMP kelas VIII sesuai Kurikulum 2013. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Produk yang dihasilkan dari penelitian ini berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) materi perbandingan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan mengenyam pendidikan di sekolah baik sekolah formal maupun informal, manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Peran pendidikan sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal bagi proses pembangunan. Siswa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERMAKNA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

PEMBELAJARAN BERMAKNA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PEMBELAJARAN BERMAKNA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA Dr. Karlimah, M.Pd. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya e-mail:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul fisika berbasis inkuiri pada materi listrik dinamis untuk siswa SMA/MA. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan dan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendekatan Matematika Realistik Pendekatan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan

Lebih terperinci

DESAIN PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN BILANGAN 1-29 BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SD NEGERI 117 PALEMBANG

DESAIN PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN BILANGAN 1-29 BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SD NEGERI 117 PALEMBANG DESAIN PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN BILANGAN 1-29 BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SD NEGERI 117 PALEMBANG Oleh : Dewi Hamidah Abstrak : Observasi ini bertujuan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

DEVELOP MATHEMATICS LEARNING INSTRUMENTS WITH APPROACH REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) ON PLANE OF TRIANGLE FOR 7 th GRADE SMP/ MTs

DEVELOP MATHEMATICS LEARNING INSTRUMENTS WITH APPROACH REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) ON PLANE OF TRIANGLE FOR 7 th GRADE SMP/ MTs 1 DEVELOP MATHEMATICS LEARNING INSTRUMENTS WITH APPROACH REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) ON PLANE OF TRIANGLE FOR 7 th GRADE SMP/ MTs Violita Sari 1, Jalinus 2, Sehatta Saragih 3 violita.sari@ymail.com,

Lebih terperinci

Pengembangan Media Pembelajaran dengan GeoGebra untuk Visualisasi Penggunaan Integral pada Siswa SMA

Pengembangan Media Pembelajaran dengan GeoGebra untuk Visualisasi Penggunaan Integral pada Siswa SMA SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM -41 Pengembangan Media Pembelajaran dengan GeoGebra untuk Visualisasi Penggunaan Integral pada Siswa SMA Chairun Nisa Zarkasyi Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pemahaman Konsep Matematika Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Dalam matematika,

Lebih terperinci

Rizallisa Ariyanti*), Anna Cesaria**), Merina Pratiwi**) ABSTRACT

Rizallisa Ariyanti*), Anna Cesaria**), Merina Pratiwi**) ABSTRACT PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS MATEMATIKA REALISTIK PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG Rizallisa Ariyanti*), Anna Cesaria**), Merina Pratiwi**)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perangkat pembelajaran matematika realistik dengan langkah heuristik

BAB III METODE PENELITIAN. perangkat pembelajaran matematika realistik dengan langkah heuristik 69 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan dan metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian pengembangan digunakan untuk mengembangkan perangkat

Lebih terperinci