MODUL PELATIHAN IMPLEMENTASI PPSP MELALUI PENGUATAN PILAR-PILAR STBM. April Draft Final USDP-R-PIU.AE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL PELATIHAN IMPLEMENTASI PPSP MELALUI PENGUATAN PILAR-PILAR STBM. April Draft Final USDP-R-PIU.AE"

Transkripsi

1 MODUL PELATIHAN IMPLEMENTASI PPSP MELALUI PENGUATAN PILAR-PILAR STBM April 2014 Draft Final USDP-R-PIU.AE

2 MODUL PELATIHAN IMPLEMENTASI PPSP MELALUI PENGUATAN PILAR-PILAR STBM April 2014 Draft Final USDP-R-PIU.AE Struktur Program Pelatihan IPP-STBM

3

4 DAFTAR ISI : DAFTAR ISI :... I DAFTAR TABEL :... VI DAFTAR GAMBAR :... VII PENDAHULUAN... 1 STRUKTUR PROGRAM PELATIHAN IPP-STBM... 2 SUB MODUL 1 : KEBIJAKAN TERKAIT SANITASI... 3 I. DESKRIPSI SINGKAT... 3 II. TUJUAN KEGIATAN... 3 III. POKOK BAHASAN... 3 IV. WAKTU... 3 V. METODE... 3 VI. ALAT BANTU DAN MEDIA... 4 VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN... 4 VIII. URAIAN MATERI... 4 ARAH DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SANITASI DI INDONESIA... 4 A. Arah Kebijakan Pembangunan Sanitasi Latar Belakang PPSP Maksud Tujuan dan Lingkup Program PPSP Target Program PPSP Komponen Program Tahapan dan Road Map PPSP... 6 Pembagian peran dalam PPSP Pendanaan Road Map PPSP... 8 Kebijakan Pembangunan Sanitasi pada RPJMN tahun B. Arah Kebijakan STBM Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Pembangunan Sanitasi Arah Kebijakan dan Strategi STBM... 9 C. Peran dan Strategi STBM Strategi STBM Pemetaan Peran dan Tanggung Jawab Stakeholder di Masing-Masing Tingkatan LAMPIRAN 1 : SLIDE PRESENTASI SUB MODUL 2 : SKEMA IPP-STBM I. DESKRIPSI SINGKAT II. TUJUAN KEGIATAN III. POKOK BAHASAN IV. WAKTU V. METODE VI. ALAT BANTU DAN MEDIA VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN VIII. URAIAN MATERI SKEMA IMPLEMENTASI PPSP MELALUI PENGUATAN PILAR-PILAR STBM A. Pengertian Intervensi Perubahan Perilaku Faktor yang menentukan Perilaku Komponen Perubahan Perilaku B. Komunikasi Perubahan Perilaku Promosi Higiene dan Sanitasi : C. Skema Implementasi PPSP melalui Penguatan Pilar-pilar STBM Tujuan Umum Implementasi PPSP melalui penguatan pilar-pilar STBM : LAMPIRAN 1 : EVALUASI AKHIR SESI LAMPIRAN 2 : SLIDE PRESENTASI Daftar Isi i

5 SUB MODUL 3 : F DIAGRAM I. DESKRIPSI SINGKAT II. TUJUAN KEGIATAN III. POKOK BAHASAN IV. WAKTU V. METODE VI. ALAT BANTU DAN MEDIA VI. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN VIII. URAIAN MATERI Diagram F (Alur Penularan Penyakit) LAMPIRAN 1 : EVALUASI AKHIR SESI LAMPIRAN 2 : SLIDE PRESENTASI SUB MODUL 4 : PEMICUAN I. DESKRIPSI SINGKAT II. TUJUAN KEGIATAN III. POKOK BAHASAN IV. WAKTU: V. METODE VI. ALAT BANTU DAN MEDIA VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN VIII. URAIAN MATERI PENDAHULUAN A. Penilaian Kondisi Sanitasi Klasifikasi Kesejahteraan Pembuatan peta sanitasi Transect Walk/Penelusuran Wilayah LAMPIRAN 1 : EVALUASI AKHIR SESI LAMPIRAN 2 : MATRIK UNTUK KLASIFIKSI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT LAMPIRAN 3 : MATRIK PEMETAAN SANITASI LAMPIRAN 4 : SLIDE PRESENTASI SUB MODUL 5 : ELEMEN PEMICUAN LAINNYA I. DESKRIPSI SINGKAT II. TUJUAN KEGIATAN III. POKOK BAHASAN IV. WAKTU V. METODE VI. ALAT BANTU DAN MEDIA VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN VIII. URAIAN MATERI ELEMEN PEMICUAN LAIN A. Penghitungan beban limbah padat dan limbah cair Menghitung Volume Tinja Menghitung Volume sampah Menghitung Volume Limbah Cair B. Simulasi air terkontaminasi C. Diagram manfaat (Free floating Diagram) LAMPIRAN 1 : EVALUASI AKHIR SESI LAMPIRAN 2 : SLIDE PRESENTASI SUB MODUL 6 : PENGORGANISASIAN PERENCANAAN MASYARAKAT I. DESKRIPSI SINGKAT II. TUJUAN KEGIATAN III. POKOK BAHASAN IV. WAKTU V. METODE VI. ALAT BANTU DAN MEDIA VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN KEGIATAN ii Daftar Isi

6 VIII. URAIAN MATERI PENGORGANISASIAN MASYARAKAT A. Four File Sorting/Tiga Prioritas Aksi B. Tingkatan partisipasi masyarakat C. Diagram Venn D. Pembuatan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) LAMPIRAN 1 : EVALUASI AKHIR SESI LAMPIRAN 2 : CONTOH FORM RKM LAMPIRAN 3 : SLIDE PRESENTASI SUB MODUL 7 : PILIHAN TEKNOLOGI SANITASI I. DESKRIPSI SINGKAT II. TUJUAN KEGIATAN III. POKOK BAHASAN IV. WAKTU V. METODE VI. ALAT BANTU DAN MEDIA VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN VIII. URAIAN MATERI BERBAGAI PILIHAN TEKNOLOGI SANITASI A. Jamban Bangunan atas jamban Bangunan Tengah Jamban Bangunan Bawah Jamban B. Saluran Pembuangan Air Limbah Sederhana (SPAL) Pengelolaan Air Limbah Pembuatan SPAL C. Pilihan Sistem Pengolahan Air Limbah Komunal : Sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Komunal Tangki Septik Komunal D. Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun E. Pengolahan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT): Pengolahan air minum Penyimpanan yang aman Penanganan air minum F. Pengelolaan Sampah Jenis-jenis sampah Sampah Organik : Sampah Non Organik : Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) : Pengelolaan Sampah berbasis masyarakat : (Community Based Solid Waste Management = CBSWM) Pola Pemilihan Pola Pengolahan G. Pengomposan/Komposting Prinsip Dasar Pengomposan/Komposting Jenis Sampah yang dapat dikomposkan Berbagai metode pembuatan kompos Windrow composting H. Langkah-langkah membuat kompos Sistem Individual Takakura Sistem Komunal Windrow Komposting (Metode Gundukan) Standar Kualitas Kompos dari Sampah Rumah Tangga Rencana Tindak Lanjut I. Pemanfaatan Kompos Penghijauan dan Budidaya Tanaman Penjualan Kompos Daur Ulang Sampah Kebiasaan Hidup Ramah Lingkungan Pusat Daur Ulang Aneka Kreasi Daur Ulang Daur Ulang Kertas Daur Ulang Plastik Daftar Isi iii

7 9. Tas Anyaman dari Bungkus Mi Instan dan Kopi LAMPIRAN : 1 EVALUASI AKHIR SESI LAMPIRAN : 2 SLIDE PRESENTASI SUB MODUL 8 : PERAN MULTI PIHAK DALAM KETERSEDIAAN LAYANAN SANITASI YANG BAIK I. DESKRIPSI SINGKAT II. TUJUAN KEGIATAN III. POKOK BAHASAN IV. WAKTU V. METODE VI. ALAT BANTU DAN MEDIA VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN VIII. URAIAN MATERI PERAN MULTI PIHAK DALAM KETERSEDIAAN LAYANAN SANITASI YANG BAIK A. Pengertian Sanitasi B. Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah Domestik C. Diagram Sistem Sanitasi Persampahan Tahapan dalam sistem sanitasi persampahan : D. Drainase berwawasan lingkungan E. Peluang Kerjasama dalam pembangunan sanitasi LAMPIRAN 1 : EVALUASI AKHIR SESI LAMPIRAN 2 : SLIDE PRESENTASI SUB MODUL 9 : TEKNIK FASILITASI I. DESKRIPSI SINGKAT II. TUJUAN KEGIATAN III. POKOK BAHASAN IV. WAKTU V. METODE VI. ALAT BANTU DAN MEDIA VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN VIII. URAIAN MATERI TEHNIK FASILITASI A. Seni Memfasiltasi Fasilitasi sebagai Ilmu dan Seni Tingkatan fasilitasi Fasilitasi Vibran B. Fasilitasi Kepemimpinan dan Perubahan Sosial C. Manfaat Sanitasi D. Tujuan Fasilitasi yang Efektif E. Nilai Dasar Fasilitasi Partisipasi penuh Kesepahaman mutual Solusi inklusif Berbagi tanggung jawab F. Peran Fasilitator G. Manajer Proses Kelompok Tujuan dan tantangan menjadi pemandu proses Apa tantangan menjadi pemandu proses? Tanggung Jawab fasilitator Menciptakan perubahan di mana saja Fasilitator Memanusiakan Pertemuan Tujuan dan tantangan menjadi Netral pada substansi (content neutral) Peran penting lainnya H. Sikap-sikap Dasar Fasilitator Apakah sikap itu? Mengapa sikap-sikap tertentu penting bagi fasilitator? I. Keterampilan Dasar Fasilitasi Seni Bertanya Segitiga Bertanya J. Seni Mengali Lebih Dalam K. Seni Membuat Ikhtisar L. Seni Mengaitkan (Pertanyaan dan Komentar) iv Daftar Isi

8 M. Seni Mengamati O. Seni Menyimak Tunjukkan empati dan minat Menyimaklah dengan aktif Menyimak secara baik lebih sulit dari dugaan kita P. Dinamika Kelompok Siklus Perkembangan Kelompok Manfaatkan Pendukung Anda Karakter Individu dan Cara mengatasinya LAMPIRAN 1 : KOMUNIKASI SATU ARAH DAN DUA ARAH (45 menit) LAMPIRAN 2 : PRAKTEK FASILITASI (50 menit) LAMPIRAN 3 : EVALUASI AKHIR SESI LAMPIRAN 4 : SLIDE PRESENTASI Daftar Isi v

9 DAFTAR TABEL : Tabel Sub Modul 1-1 : Road Map PPSP... 7 Tabel Sub Modul 1-2 : Pembagian Peran dalam PPSP... 7 Tabel Sub Modul 1-3 : Pendanaan Roadmap PPSP... 8 Tabel Sub Modul 1-4 : Perkiraan kebutuhan anggaran pembangunan sanitasi Tabel Sub Modul 1-5 : Tujuan Millenium Development Goal (MDG s) Tabel Sub Modul 1-6 : Tahapan Pelaksanaan STBM Tabel Sub Modul 2-1 : Tahapan perubahan perilaku Tabel Sub Modul 2-2 : Kegiatan yang mendukung setiap tahapan perubahan perilaku Tabel Sub Modul 4-1 : Matrik klasifikasi kesejahteraan Masyarakat Tabel Sub Modul 4-2 : Matrik Jamban Keluarga/Jamban Umum Tabel Sub Modul 4-3 : Matrik Tempat Sampah Tabel Sub Modul 4-4 : Matrik Saluran Pembuangan Air Limbah Tabel Sub Modul 4-5 : Matrik Sumber Air Tabel Sub Modul 4-6 : Matrik Ketersediaan Tempat dan sabun untuk Cuci tangan Tabel Sub Modul 5-1 : Elemen yang harus dipicu dan alat PRA yang digunakan Tabel Sub Modul 5-2 : Penghambat pemicuan dan solusinya Tabel Sub Modul 6-1 : Contoh matrik Rencana Aksi masyarakat Tabel Sub Modul 7-1 : Pilihan jenis kloset dan persyaratannya Tabel Sub Modul 7-2 : Rencana Tindak lanjut pembuatan kompos vi Daftar Isi

10 DAFTAR GAMBAR : Gambar Sub Modul 1-1 : Tahapan pelaksanaan PPSP... 6 Gambar Sub Modul 1-2 : Komponen Pokok STBM Gambar Sub Modul 1-3 : Tupoksi STBM Gambar Sub Modul 2-1 : Tahapan perubahan perilaku Gambar Sub Modul 2-2 : Komponen Perubahan Perilaku Gambar Sub Modul 2-3 : Skema IPP-STBM Gambar Sub Modul 2-4 : Pembagian peran dalam IPP-STBM Gambar Sub Modul 2-5 : Milestone pelaksanaan IPP-STBM Gambar Sub Modul 3-1 : Diagram F (alur penularan penyakit) Gambar Sub Modul 4-1 : Pembuatan Klasifikasi Kesejahteraan Masyarakat Gambar Sub Modul 4-2 : Contoh peta sanitasi Gambar Sub Modul 5-1 : Contoh diagram manfaat mempunyai jamban Sehat Gambar Sub Modul 6-1 : Empat baris kondisi/praktek higiene/sanitasi Gambar Sub Modul 6-2 : Tingkatan partisipasi Gambar Sub Modul 6-3 : Contoh Diagram Venn Gambar Sub Modul 7-1 : Pilihan konstruksi bangunan atas jamban Gambar Sub Modul 7-2 : Berbagai jenis kloset dengan bangunan bawah berupa cubluk Gambar Sub Modul 7-3 : Berbagai jenis kloset dengan bangunan bawah tangki septik Gambar Sub Modul 7-4 : Cara membuat kloset sederhana Gambar Sub Modul 7-5 : Tangki Septik Gambar Sub Modul 7-6 : Semi tangki septik berbentuk bulat dan persegi Gambar Sub Modul 7-7 : Bak penampung air limbah/bekas Gambar Sub Modul 7-8 : Air Limbah ke sumur resapan Gambar Sub Modul 7-9 : Drum yang Dilubangi Gambar Sub Modul 7-10 : Pembuatan lubang Gambar Sub Modul 7-11 : Bak Saluran Bekas Mandi dan Cuci serta Saluran air bekas mandi dan cuci : A : Kamar mandi dan cuci B : Bak kontrol C : Bak resapan Gambar Sub Modul 7-12 : Lahan basah buatan Gambar Sub Modul 7-13 : Lahan basah buatan horizontal Gambar Sub Modul 7-14 : Pilihan teknologi pengolahan air limbah secara komunal Gambar Sub Modul 7-15 : Cuci Tangan Pakai Sabun Gambar Sub Modul 7-16 : Pilihan pembuatan sarana cuci tangan pakai sabun Gambar Sub Modul 7-17 : Biosand filter Gambar Sub Modul 7-18 : Keramik filter Gambar Sub Modul 7-19 : Khlorinasi Tablet dan cair Gambar Sub Modul 7-20 : Contoh Penggumpalan dan disinfeksi Gambar Sub Modul 7-21 : SODIS Gambar Sub Modul 7-22 : Berbagai contoh tempat penyimpanan air yang sudah diolah Gambar Sub Modul 7-23 : Sistem pengolahan berbasis masyarakat Gambar Sub Modul 7-24 : Contoh tempat untuk memilah sampah di rumah tangga Gambar Sub Modul 7-25 : Faktor yang mempengaruhi proses pembuatan kompos Gambar Sub Modul 7-26 : Berbagai jenis sampah organik Gambar Sub Modul 7-27 : Takakura (kiri) dan Bambookura (kanan) Gambar Sub Modul 7-28 : Gentong dari tanah liat Gambar Sub Modul 7-29 : Doskura (Kiri dan kanan) Gambar Sub Modul 7-30 : Ember bekas cat, Gambar Sub Modul 7-31 : Menggunakan tong plastik berukuran 120L yang dilengkapi pipa vertical dan horizontal, Gambar Sub Modul 7-32 : Masih dengan tong plastik serupa, Daftar Isi vii

11 Gambar Sub Modul 7-33: Bak/Kotak, Gambar Sub Modul 7-34 : Metoda ini menggunakan keranjang berlubang dan kemudian dilapisi dengan gelangsing Gambar Sub Modul 7-35 : Alat dan bahan untuk komposter Takakura (kiri) Gambar Sub Modul 7-36 : Langkah langkah membuat kompos dengan keranjang Takakura Gambar Sub Modul 7-37 : Pembuatan kompos skala komunal dengan metoda windrow (gundukan) Gambar Sub Modul 7-38 : Peralatan monitoring komposting yang terdiri dari termometer, sarung tangan karet, sekop, dan tabel/formulir monitoring Gambar Sub Modul 7-39 : Penghijauan Gambar Sub Modul 7-40 : (1). Tas anyaman dari bungkus mi instan; (2). Amplop dan kertas surat dari kertas daur ulang; (3). Tas anyaman dari aluminium foil; (4). Taplak dari sedotan plastic; (5). Berbagai produk dari flexible plastik Gambar Sub Modul 7-41 : Cara membuat kertas daur ulang Gambar Sub Modul 7-42 : Proses daur ulang plastik menjadi bijih plastik dan digunakan kembali sebagai barang rumah tangga. 1.Produksi barang baru; 2. Pemilahan sampah plastik; 3. Pembersihan dan pengepakan; 4. Pencacahan; 5. Peleburan (pembuatan pelet); 6. Pelet Gambar Sub Modul 7-43 : 1. Bahan baku bungkus mie instan; 2. proses melipat; 3. hasil lipatan; 4. Proses menganyam; 5. Hasil anyaman dirangkai dengan cara dijahit menggunakan benang Gambar Sub Modul 8-1 : Diagram Sistem Sanitasi (DSS) Air Limbah Domestik Gambar Sub Modul 8-2 : Diagram Sistem Sanitasi Persampahan Gambar Sub Modul 8-3 : Pengelolaan Drainase Berwawasan Lingkungan viii Daftar Isi

12 PENDAHULUAN Sampai dengan tahun 2014 pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) sudah memasuki tahun ke 5 sejak dicanangkan oleh Wakil Presiden pada tahun Sebanyak 446 Kabupaten/Kota sudah mengikuti program PPSP, akan tetapi tantangan untuk pencapaian target nasional yang tertuang dalam RPJMN masih sangat besar yaitu : (1) Terbebas dari Buang Air Besar Sembarangan (SBS); (2) Pelaksanaan praktek 3 R serta peningkatan TPA menjadi sanitary landfill serta; (3) Pengurangan genangan air di 100 wilayah perkotaan seluas Ha. Masyarakat memiliki potensi yang sangat besar dalam pengelolaan sanitasi, namun sejauh ini partisipasi mereka belum mendapat perhatian yang proporsional dari pihak pemerintah. Masyarakat diharapkan mampu mengenali permasalahan terkait dengan sanitasi rumah tinggal dan lingkungan mereka, merencanakan kegiatan, melaksanakan melalui kerjasama dengan berbagai pihak, serta melakukan evaluasi dan pengembangan kegiatan program secara mandiri. Sementara itu pelaksanaan program sanitasi juga diharapkan dapat secara partisipatif, tanpa harus menunggu perintah dari pemerintah. Permasalahan sanitasi bukan hanya sekedar permasalahan pembangunan sarana dan prasarana sanitasi tetapi permasalahan perilaku higiene masyarakat. Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Kementerian Kesehatan No 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) menetapkan bahwa STBM sebagai pendekatan dan paradigma baru pembangunan sanitasi di Indonesia yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan perubahan perilaku. Pendekatan ini diharapkan dapat mempercepat pencapaian MDGs tujuan 7C, yaitu mengurangi hingga setengah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi pada tahun Diharapkan pada tahun 2025, Indonesia bisa mencapai sanitasi total untuk seluruh masyarakat, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia. STBM sebagai salah satu strategi yang melibatkan peran serta masyarakat secara total dalam pembangunan sanitasi perlu dicantumkan dalam dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK). Posisi SSK sebagai dokumen referensi bidang sanitasi bagi RPJMD diharapkan dapat memberikan amunisi yang tepat bagi para penentu kebijakan. Namun pada kenyataanya masih banyak stakeholder terkait pembangunan sanitasi melihat STBM dan PPSP secara terpisah, sehingga diperlukan adanya advokasi dan juga peningkatan kapasitas bagi Pokja Sanitasi/AMPL di Provinsi maupun Kabupaten yang bertugas menyusun dokumen Buku Putih dan SSK. Sehubungan dengan itu berdasarkan pilot project Implementasi PPSP melalui penguatan pilar-pilar STBM yang dilakukan di Kota Lhokseumawe dan Kota Cimahi perlu disusun modul terkait implementasi PPSP melalui penguatan pilar-pilar STBM bagi fasilitator STBM. Modul ini nantinya akan melengkapi modul STBM yang ada yaitu kurikulum dan Modul Pelatihan bagi Fasilitator STBM. Pendahuluan 1

13 STRUKTUR PROGRAM PELATIHAN IPP-STBM (Implementasi PPSP Melalui Penguatan Pilar-Pilar STBM) Bagi Fasilitator Jam Pelajaran (JPL) No Materi Pelatihan Teori (T) Praktek (P) Praktek Lapangan (PL) A MATERI DASAR 1. Arah Kebijakan Pembangunan Sanitasi dan Kebijakan STBM di Indonesia 2. Kebijakan dan Strategi Pembangunan Sanitasi Kabupaten/Kota 1 JPL 1 JPL - - B MATERI INTI 1. Skema IPP-STBM 2. Fase 1: Pemicuan 1 : Alur penularan penyakit, 3. Fase 1: Pemicuan 2 : Klasifikasi Kesejahteraan & Pemetaan sanitasi,transect walk 4. Fase 2 : Elemen Pemicuan lainnya: Penghitungan beban tinja, sampah, limbah cair; Simulasi kontaminasi air dan Diagram manfaat 5. Praktek Lapangan : Pemicuan 6. Fase 3: Pengorganisasian Perencanaan Komunitas : Prioritas 3 aksi /Four File Sorting di semua pilar STBM, Tingkatan partisipasi masyarakat; Diagram Venn dan Rencana Kerja Masyarakat. 7. Fase 4 : Pilihan/Opsi teknologi sanitasi (Jamban; Tempat Cuci Tangan; Pengolahan air minum; Pengelolaan Sampah dan Pengelolaan Air Limbah) 8. Peran Multi pihak dalam pembangunan sanitasi 9. Teknik Fasilitasi 1 JPL 1 JPL 2 JPL 1 JPL 2 JPL 1 JPL 1 JPL 1 JPL 2 JPL 1 JPL 5 JPL 4 JPL 5 JPL 2 JPL 1 JPL 3 JPL 6 JPL C MATERI PENUNJANG 1. BLC 2. RTL 1 JPL 1 JPL 2 JPL 1 JPL 14 JPL 26 JPL 6 JPL TOTAL 46 JPL 2 Struktur Program Pelatihan IPP-STBM

14 SUB MODUL 1 : KEBIJAKAN TERKAIT SANITASI I. DESKRIPSI SINGKAT Sampai dengan tahun 2014 pelaksanaan Program PPSP sudah memasuki tahun ke 5 dan sebanyak 446 Kabutapen/Kota sudah mempunyai dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK); serta 337 Kabupaten/Kota sudah mempunyai dokumen Memorandum Program Sanitasi (MPS). Tahun 2014 ini PPSP memasuki tahap Implementasi, akan tetapi tantangan untuk pencapaian target nasional yang tertuang dalam RPJMN masih sangat besar yaitu : 1. Terbebas dari Buang Air Besar Sembarangan (SBS). 2. Pelaksanaan praktek 3 R serta peningkatan TPA menjadi sanitary landfill. 3. Pengurangan genangan air di 100 wilayah perkotaan seluas Ha. Kementerian Kesehatan melalui program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang dicanangkan sejak tahun 2008 bertujuan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan kondisi sanitasi total di komunitas yang berkelanjutan dengan metode pemicuan dan pengorganisasian masyarakat. STBM sebagai salah satu strategi yang melibatkan peran serta masyarakat secara total dalam pembangunan sanitasi perlu dicantumkan dalam dokumen SSK. Posisi SSK sebagai dokumen referensi bidang sanitasi bagi RPJMD diharapkan dapat memberikan amunisi yang tepat bagi para penentu kebijakan agar permasalahan sanitasi menjadi urusan bersama untuk mengejar ketertinggalan bidang sanitasi. Modul ini menggambarkan arah kebijakan pembangunan sanitasi, arah kebijakan STBM, dan kebijakan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan sanitasi. II. III. IV. TUJUAN KEGIATAN Tujuan Kegiatan Umum: Peserta mampu memahami arah dan kebijakan pembangunan sanitasi. Tujuan Kegiatan Khusus: Setelah pelatihan peserta diharapkan mampu: Memahami arah kebijakan pembangunan sanitasi di Indonesia. Memahami arah dan kebijakan STBM. Memahami kebijakan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan sanitasi. POKOK BAHASAN a. Arah dan kebijakan pembangunan sanitasi di Indonesia. b. Arah dan kebijakan STBM. c. Kebijakan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan sanitasi. WAKTU 135 menit (3 JPL) V. METODE 1. Diskusi panel narasumber. 2. Ceramah dan tanya jawab. Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi 3

15 VI. ALAT BANTU dan MEDIA 1. Slide Presentasi. 2. LCD. 3. Laptop. VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN SESI 1: Pengkondisian (10 menit). Langkah 1: Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk memperlancar proses. Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masing-masing. Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau melakukan energizer. Langkah 2: Jelaskan pada peserta bahwa dalam pertemuan ini topik yang akan dibahas adalah : a. Arah dan kebijakan pembangunan sanitasi di Indonesia. b. Arah dan kebijakan STBM. c. Kebijakan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan sanitasi. Langkah 3: Jelaskan bahwa pada sesi ini akan dilaksanakan melalui diskusi panel dari dengan narasumber dari Bappenas, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Dalam Negeri. Diskusi panel akan dipandu oleh moderator. Langkah 4: Selanjutnya persilahkan moderator dan juga para narasumber untuk menempati tempat yang telah disediakan. Waktu untuk diskusi panel 135 menit. VIII. URAIAN MATERI ARAH DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SANITASI DI INDONESIA A. Arah Kebijakan Pembangunan Sanitasi Latar Belakang PPSP Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa kondisi sanitasi di Indonesia masih relatif buruk dan jauh tertinggal dari sektor-sektor pembangunan lainnya. Buruknya kondisi sanitasi ini berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian Diare dan munculnya penyakit pada balita, turunnya daya saing maupun citra kabupaten/kota, hingga menurunnya perekonomian kabupaten/kota. Untuk memperbaiki kondisi sanitasi, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya guna meningkatkan kapasitas dan kualitas sarana dan prasarana sanitasi di daerah. Pada November 2007, pemerintah telah menyelenggarakan Konferensi Sanitasi Nasional dengan agenda penyiapan langkah-langkah penting bagi pembangunan sanitasi ke depan yang sejalan dengan pencapaian sasaran MDGs. Tahun 2008 bersamaan dengan International Year of Sanitation (IYOS), pemerintah dan para stakeholder yang terkait dengan pengelolaan dan pembangunan sanitasi menyepakati perlunya peningkatan kesadaran dan komitmen pemerintah di semua tingkatan pada pembangunan sanitasi. 4 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi

16 Pada April 2009, untuk mendorong akselerasi pembangunan sanitasi, pemerintah menyelenggarakan Konvensi Strategi Sanitasi Perkotaan untuk mengidentifikasi permasalahan dan sasaran pembangunan sanitasi di masa depan. Acara ini juga dimaksudkan untuk memperkenalkan pendekatan strategi sanitasi kota yang lebih terintegrasi untuk bisa diadopsi oleh pemerintah daerah. Upaya-upaya tersebut akhirnya mendorong lahirnya program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), yang diarahkan untuk menciptakan lingkungan kondusif yang mendukung terciptanya percepatan pembangunan sanitasi, melalui advokasi, perencanaan strategis, dan implementasi yang komprehensif dan terintegrasi. Selanjutnya, PPSP mendapatkan penegasan pada Konferensi Sanitasi Nasional II yang dihadiri oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, pada Desember Program PPSP merupakan program pembangunan sanitasi yang terintegrasi dari pusat hingga ke daerah, melibatkan seluruh stakeholder dari kalangan pemerintah dan non-pemerintah di seluruh tingkatan. Program ini setidaknya melibatkan 330 Kabupaten/Kota di 33 provinsi yang termasuk dalam kategori rawan sanitasi, yang mencakup kota metropolitan besar dan sedang, ibukota provinsi, kota-kota yang berstatus otonom, serta kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten/Kota. Dengan demikian, pelaksanaan program PPSP membutuhkan sumber daya yang sangat besar, dan dilakukan secara bertahap mulai tahun 2010 hingga tahun Maksud Tujuan dan Lingkup Program PPSP a. Maksud Program PPSP dimaksudkan untuk mengarusutamakan percepatan pembangunan sektor sanitasi yang meliputi sub sektor, yaitu: air limbah domestik, persampahan rumah tangga, dan juga drainase perkotaan, dalam rangka pencapaian target RPJMN dan MDGs b. Tujuan Mewujudkan kondisi sanitasi permukiman yang layak, yaitu yang dapat diakses oleh masyarakat sesuai dengan standar teknis, berfungsi secara berkelanjutan, dan tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. c. Lingkup Program PPSP Mendukung pencapaian target pembangunan nasional di sektor sanitasi pada tahun 2014, melalui upaya sebagai berikut : Membangun sinergi secara vertikal dan horizontal dalam pembangunan sanitasi. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pembangunan dan pengelolaan sanitasi di daerah. Memaksimalkan seluruh stakeholder yang terkait dengan pembangunan dan pengelolaan sanitasi di daerah. 3. Target Program PPSP Target Program PPSP hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut: a. Sedikitnya 330 kabupaten/kota di 34 propinsi telah menyusun rencana Strategi Sanitasi kabupaten/kota. b. Sedikitnya 225 kabupaten/kota di 34 Propinsi telah menyusun Memorandum Program sektor sanitasi. c. Sedikitnya 160 kabupaten/kota di 34 Propinsi telah melakukan implementasi yang komprehensif dan terintegrasi terhadap rencana Strategi Sanitasi kabupaten/kota. Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi 5

17 4. Komponen Program Pembangunan sanitasi permukiman didefinisikan sebagai upaya peningkatan pengelolaan air limbah domestik, sampah rumah tangga, dan drainase lingkungan yang layak dan berkelanjutan, mulai dari tingkat rumah tangga, hingga sistem pengelolaan di tingkat kabupaten/kota. Dengan demikian sanitasi permukiman dalam PPSP dibagi ke dalam tiga komponen yaitu: 1) Air Limbah Domestik, yaitu limbah cair rumah tangga yang mencakup limbah black water dan grey water. Limbah black water adalah limbah cair yang dihasilkan dari WC rumah tangga, yakni berupa urin, tinja, air pembersih anus, air guyur, dan materi pembersih atau materi lainnya. Limbah grey water adalah limbah cair dari berbagai aktivitas yang berlangsung di dapur dan kamar mandi rumah tangga, yakni mandi, mencuci pakaian atau peralatan makan. Penanganan air limbah domestik harus mempertimbangkan kaitan antara pengelolaan air limbah domestik yang aman dan pengelolaan air minum khususnya dalam pengamanan sumber daya air. 2) Sampah Rumah Tangga, yaitu limbah padat (sampah) basah dan kering yang dihasilkan dari rumah tangga. 3) Drainase lingkungan, yaitu drainase tersier/mikro dengan cakupan layanan kurang dari 4 (empat) hektar, dengan lebar dasar saluran kurang dari 0,80 meter. Drainase lingkungan pada umumnya direncanakan, dibangun, dan dirawat oleh masyarakat dan atau pemeritah kabupaten/kota. 5. Tahapan dan Road Map PPSP Tahapan pelaksanaan PPSP terdiri dari: 1) Kampanye, edukasi, advokasi, dan pendampingan. 2) Pengembangan kelembagaan dan peraturan. 3) Penyusunan Rencana Strategis. 4) Penyusunan Memorandum Program. 5) Implementasi. 6) Pemantauan dan Evaluasi. Gambar Sub Modul 1-1 : Tahapan pelaksanaan PPSP 6 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi

18 Sampai tahun 2013 program PPSP telah dilaksanakan di 351 kabupaten/kota. Adapun perinciannya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Sub Modul 1-1 : Road Map PPSP Tahapan Total PPSP Advokasi Penyiapan kelembagaan Penyusunan rencana strategis Program memorandum Implementasi Monitoring Evaluasi Sumber: Kick Off PPSP Pokja Provinsi Maret Pembagian peran dalam PPSP Semua pihak mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan sanitasi. Dalam program PPSP pembagian peran masing-masing pihak dapat dilihat pada tabel di bawah ini : PIHAK TERLIBAT Tabel Sub Modul 1-2 : Pembagian Peran dalam PPSP PERANAN Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kab/Kota Lembaga donor Dunia usaha dan swasta LSM Masyarakat Advokasi dan penguatan kelembagaan, bantuan teknis, fasilitasi kegiatan di provinsi, kabupaten dan kota, peningkatan akses pendanaan, dan monev. Advokasi dan penguatan kelembagaan, koordinasi dan pengorganisasian kabupaten/kota, bantuan teknis, fasilitasi kegiatan di provinsi, kabupaten dan kota, danpeningkatan akses pendanaan dan monev. Penyusunan rencana strategis (SSK), program memorandum, implementasi dan monev. Dukungan pendanaan. Dukungan pendanaan dan suplai produk-produk sanitasi. Fasilitasi masyarakat dan pemerintah. Pembangunan dan pengelolaan sarana sanitasi di tingkat komunitas, pengelola sanitasi di tingkat rumah tangga dan partisipasi dalam pembangunan sanitasi. Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi 7

19 7. Pendanaan Road Map PPSP Kebutuhan pendanaan sanitasi pada tahun diperkirakan sebesar 62,6 Trilyun, sementara dana yang tersedia sebesar 44,9 Trilyun. Tabel Sub Modul 1-3 : Pendanaan Roadmap PPSP Sumber: Kick Off PPSP Pokja Provinsi Maret Kebijakan Pembangunan Sanitasi pada RPJMN tahun Kebijakan pembangunan sanitasi yang tertuang dalam rancangan RPJMN tahun adalah: Tercapainya universal access untuk bidang sanitasi (100 %) dengan perincian: Capaian standar pelayanan minimum sebesar 85 %. Life line : 15 %. Perkiraan kebutuhan anggaran sebesar 305 Trilyun. Tabel Sub Modul 1-4 : Perkiraan kebutuhan anggaran pembangunan sanitasi Sumber: Kick Off PPSP Pokja Provinsi Maret 2014 B. Arah Kebijakan STBM 1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Pembangunan Sanitasi Undang-Undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun menetapkan bahwa Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat setinggitingginya dapat terwujud. Selanjutnya dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (Renstra Kemenkes) Tahun yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Repulik Indonesia No. HK.03.01/160/1/2010 ditetapkan bahwa Visi Kemenkes adalah Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan. 8 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi

20 Adapun Misi Kemenkes adalah 1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani; 2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan; 3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; dan 4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik. Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan, khususnya bidang air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Berdasarkan hasil studi Indonesian Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, sebanyak 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar sembarangan. Lebih lanjut berdasarkan studi Basic Human Services di Indonesia, kurang dari 15% penduduk Indonesia yang mengetahui dan melakukan cuci tangan pakai sabun pada waktuwaktu kritis. Kondisi ini berkontribusi terhadap tingginya angka Diare yaitu 423 per seribu penduduk pada tahun 2006 dengan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52. Untuk memperbaiki capaian ini, perlu dilakukan intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Untuk itu, pemerintah merubah pendekatan pembangunan sanitasi nasional dari pendekatan sektoral dengan penyediaan subsidi perangkat keras yang selama ini tidak memberi daya ungkit terjadinya perubahan perilaku higiene dan peningkatan akses sanitasi, menjadi pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat yang menekankan pada 5 (lima) perubahan perilaku hiegene. Pada tahun 2005, pemerintah melakukan uji coba implementasi Community Led Total Sanitation (CLTS) atau Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di 6 kabupaten. Pada tahun 2006, uji coba ini telah berhasil menciptakan 160 desa bebas buang air besar sembarangan (open defecation free-odf), sehingga pada tahun 2006, pemerintah mencanangkan gerakan sanitasi total dan kampanye cuci tangan pakai sabun nasional. Pada tahun 2007, sebanyak 500 desa sudah ODF dan pada tahun 2008 pemerintah menetapkan kebijakan nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 852/MENKES/SK/IX/ Arah Kebijakan dan Strategi STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk merubah perilaku hiegene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Program STBM memiliki indikator outcome dan indikator output. Indikator outcome STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit Diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Sedangkan indikator output STBM adalah sebagai berikut : a. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF). b. Setiap rumah tangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga. c. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar. d. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar. e. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar. Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi 9

21 Untuk mencapai outcome tersebut, STBM memiliki 6 (enam) strategi nasional STBM, yaitu: 1) Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment); Prinsip: Meningkatkan dukungan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam meningkatkan perilaku higienis dan saniter. Pokok Kegiatan: Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya secara berjenjang. Mengembangkan kapasitas lembaga pelaksana di daerah. Meningkatkan kemitraan antara pemerintah, pemerintah daerah, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan swasta. 2) Peningkatan kebutuhan (demand creation); Prinsip: Menciptakan perilaku komunitas yang higienis dan saniter untuk mendukung terciptanya sanitasi total. Pokok Kegiatan: Meningkatkan peran seluruh pemangku kepentingan dalam perencanaan dan pelaksanaan sosialisasi peningkatan kebutuhan. Mengembangkan kesadaran masyarakat tentang konsekuensi dari kebiasaan buruk sanitasi (buang air besar) dan dilanjutkan dengan pemicuan perubahan perilaku komunitas. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilih teknologi, material dan biaya sarana sanitasi yang sehat. Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat (natural leader) untuk memfasilitasi pemicuan perubahan perilaku masyarakat. Mengembangkan sistem penghargaan kepada masyarakat untuk meningkatkan dan menjaga keberlanjutan sanitasi total. 3) Peningkatan penyediaan (supply improvement) Prinsip: Meningkatkan kertersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pokok Kegiatan: Meningkatkan kapasitas produksi swasta lokal dalam penyediaan sarana sanitasi. Mengembangkan kemitraan dengan kelompok masyarakat, koperasi, lembaga keuangan dan pengusaha lokal dalam penyediaan sarana sanitasi. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian perguruan tinggi untuk pengembangan rancangan sarana sanitasi tepat guna. 4) Pengelolaan pengetahuan (knowledge management); Prinsip: Melestarikan pengetahuan dan pembelajaran sanitasi lokal. Pokok Kegiatan: Mengembangkan dan mengelola pusat data dan informasi. Meningkatkan kemitraan antar program-program pemerintah, non pemerintah dan swasta dalam peningkatan pengetahuan dan pembelajaran sanitasi di Indonesia. Mengupayakan masuknya pendekatan sanitasi total dalam kurikulum pendidikan. 10 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi

22 5) Pembiayaan; Prinsip: Meniadakan subsidi untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar. Pokok kegiatan: Menggali potensi masyarakat untuk membangun sarana sanitasi sendiri. Mengembangkan solidaritas sosial (gotong royong). Menyediakan subsidi diperbolehkan untuk fasilitas sanitasi komunal. 6) Pemantauan dan evaluasi. Prinsip: Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi. Pokok kegiatan: Memantau kegiatan dalam lingkup komunitas oleh masyarakat. Pemerintah daerah mengembangkan sistem pemantauan dan pengelolaan data. Mengoptimumkan pemanfaatan hasil pemantauan dari kegiatan-kegiatan lain yang sejenis. Pemerintah dan pemerintah daerah mengembangkan sistem pemantauan berjenjang. Dari 6 (enam) strategi tersebut, 3 (tiga) strategi pertama merupakan strategi utama dalam pelaksanaan program nasional STBM. Tiga strategi ini disebut Komponen Sanitasi Total. C. Peran dan Strategi STBM 1. Peran program STBM dalam pencapaian RPJPN, RPJMN, dan MDGs tujuan 7C STBM adalah program nasional pembangunan sanitasi di Indonesia yang dipilih untuk: memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses sanitasi dasar yang layak dan berkesinambungan. Komitmen pemerintah tersebut tercantum dalam pencapaian target pembangunan millennium (Millenium Development Goal), khususnya target 7C, yaitu mengurangi hingga setengah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi pada ahun Komitmen pemerintah terkait sanitasi lainnya tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) adalah sanitasi total untuk seluruh rakyat Indonesia pada tahun Kontribusi program nasional STBM dalam MDGs, terlihat pada tabel di bawah: Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi 11

23 Target 10 Tabel Sub Modul 1-5 : Tujuan Millenium Development Goal (MDG s) Goal 7 Menjamin Kelestarian Lingkungan Hidup Menurunkan hingga separuhnya proporsi rumah tangga tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada tahun 2015 INDIKATOR Baseline Baseline Target MDGs Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak ( Kota & Desa) Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak (Kota & Desa) *) 2015 Kota 50,58% 42,51% 75,29% Desa 31,61% 45,85% 65,81% Total 37,73% 44,19% 68,87% Kota 53,64% 72,78% 76,82% Desa 11,10% 38,50% 55,55% Total 24,81% 55,54% 62,41% *)BPS; Susenas 2. Strategi STBM Dari 6 strategi nasional STBM, ada 3 strategi utama atau Gambar Sub Modul 1-2 : Komponen Pokok STBM komponen pokok STBM, yaitu: Peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi, yaitu menciptakan kondisi yang mendukung tercapainya sanitasi total, melalui dukungan kelembagaan, regulasi dan kemitraan antar pelaku STBM, termasuk di dalamnya pemerintah, masyarakat, institusi pendidikan, institusi keagamaan, dan swasta. Peningkatan layanan penyediaan sanitasi, yaitu upaya sistematis untuk meningkatkan kebutuhan menuju perubahan perilaku yang higienis dan saniter. Penciptaan lingkungan yang kondusif/mendukung, yaitu dengan meningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan akses terhadap produk dan layanan sanitasi yang layak dan terjangkau dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar sanitasi. Ketiga komponen pokok ini saling terkait satu sama lain, dan harus dilakukan semuanya, agar program STBM sukses dilakukan. Ketiga komponen sanitasi total tersebut menjadi landasan strategi pelaksanaan untuk pencapaian 5 (lima) pilar STBM, yaitu: 1) Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS). 2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). 3) Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT). 4) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT). 5) Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT). 12 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi

24 3. Pemetaan Peran dan Tanggung Jawab Stakeholder di Masing-Masing Tingkatan STBM dilakukan di semua tingkatan dengan memperhatikan koordinasi lintas memperhatikan koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan, termasuk lintas program pembangunan air minum dan sanitasi, sehingga keterpaduan dalam persiapan dan pelaksanaan STBM dapat tercapai. Tahapan pelaksanaan program STBM terlihat pada bagan dibawah: Tabel Sub Modul 1-6 : Tahapan Pelaksanaan STBM Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi 13

25 Tugas dan fungsi stakeholder pelaksana STBM di setiap tingkatan, digambarkan pada bagan dibawah: a. Advokasi kebijakan program, penggalian pendanaan, koordinasi dan penyediaan bantuan teknis. b. Penyiapan NSPK, modul pelatihan, sistem monitoring dan evaluasi. A. Advokasi program, pendanaan, dan koordinasi. B. Menyapkan panel pelatih master STBM propinsi. C. Pemantauan dan fasilitasi pembelajaran. D. Bekerjasama dengan lembaga riset pasar untuk mengembangkan strategi pemasaran & komunikasi perubahan perilaku. a. Mengelola dan memantau program. b. Advokasi dan komunikasi kepada Bupati/DPRD untuk pendanaan dan dukungan program. c. Mengorganisir pelatihan fasilitator CLTS Memfasilitasi wirausaha sanitasi melayani konsumen warga ekonomi rendah. Gambar Sub Modul 1-3 : Tupoksi STBM a. Memicu masyarakat & melakukan pendampingan tindak lanjut pasca pemicuan. b. Memantauan, melaporkan data secara regular ke kabupaten, verifikasi ODF. c. Melakukan fasilitasi kepada masyarakat dalam memilih teknologi sanitasi. d. Melakukan fasilitasi di antara masyarakat yang dipicu dan wirausaha sanitasi. 14 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi

26 Referensi : 1. Bappenas, Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Sanitasi, Kementerian Kesehatan RI, Renstra , Jakarta Peraturan Kementerian Kesehatan No 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. 4. Buku Profil Program Penyehatan Lingkungan. 5. Pokja Nasional AMPL, Petunjuk Praktis Penyusunan Buku Putih Sanitasi, Pokja Nasional AMPL, Petunjuk Praktis Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota, Pokja Nasional AMPL, Petuntuk Praktis Penyusunan Memorandum Program Sanitasi,2013. Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi 15

27 LAMPIRAN 1 : SLIDE PRESENTASI 16 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi

28 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi 17

29 18 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi

30 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi 19

31 20 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi

32 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi 21

33 22 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi

34 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi 23

35 24 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi

36 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi 25

37 26 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi

38 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi 27

39 28 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi

40 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi 29

41 30 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi

42 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi 31

43 32 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi

44 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi 33

45 34 Sub Modul 1 : Kebijakan Terkait Sanitasi

46 SUB MODUL 2 : SKEMA IPP-STBM (IMPLEMENTASI PPSP MELALUI PENGUATAN PILAR-PILAR STBM) I. DESKRIPSI SINGKAT Sub modul ini menjelaskan tentang konsep dan skema Intervensi Perubahan Perilaku, Komunikasi perubahan perilaku di dalam Implementasi PPSP melalui penguatan Pilar-pilar STBM (IPP-STBM). Permasalahan sanitasi tidak terlepas dari permasalahan perilaku, sehubungan dengan hal itu maka diperlukan rancangan kegiatan yang tepat untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan yaitu mengurangi perilaku sanitasi yang tidak aman dan mempertahankan serta meningkatkan perilaku sanitasi yang aman. II. III. IV. TUJUAN KEGIATAN Tujuan Kegiatan Umum: Setelah mempelajari materi peserta mampu memahami konsep dan skema intervensi perubahan perilaku dan komunikasi perubahan perilaku di dalam Implementasi PPSP melalui penguatan pilar-pilar STBM (IPP-STBM). Tujuan Kegiatan Khusus: Setelah pelatihan peserta diharapkan mampu : Memahami pengertian intervensi perubahan perilaku sanitasi. Memahami tujuan intervensi perubahan perilaku sanitasi. Memahami pengertian komunikasi perubahan perilaku. Memahami komponen perubahan perilaku. Memahami tahapan perubahan perilaku. Menguraikan dan memahami tahapan komunikasi perubahan perilaku. Mengetahui dan memahami skema IPP-STBM. Menguraikan dan memahami tahapan pelaksanaan IPP- STBM. POKOK BAHASAN a. Pengertian intervensi perubahan perilaku sanitasi. b. Tujuan intervensi perubahan perilaku sanitasi. c. Pengertian komunikasi perubahan perilaku sanitasi. d. Komponen perubahan perilaku. e. Tahapan perubahan perilaku. f. Tahapan komunikasi perubahan perilaku. g. Skema IPP-STBM. h. Tahapan Implementasi PPSP melalui penguatan pilar-pilar STBM (IPP-STBM). WAKTU 135 menit (3 JPL) V. METODE 1. Ceramah dan tanya jawab. 2. Curah pendapat. 3. Diskusi kelompok. 4. Diskusi pleno. Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM 35

47 VI. ALAT BANTU dan MEDIA 1. Slide presentasi. 2. Lembar Aktivitas 1: Mencari pasangan strategi & kegiatan 5 buah amplop besar untuk LA Tulisan strategi dan kegiatan IPP STBM. 4. Kertas flipchart. 5. Spidol warna warni. 6. Selotip kertas. 7. LCD. 8. Laptop. VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN SESI 1: Pengkondisian (10 menit). Langkah 1: Langkah 2: Langkah 3: Langkah 4: Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk memperlancar proses. Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masingmasing. Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau melakukan energizer. Jelaskan pada peserta bahwa dalam pertemuan ini topik yang akan dibahas adalah : Konsep IPP-STBM, sampaikan mengapa topik ini penting untuk dibahas. Jelaskan tujuan dari kegiatan ini dengan menayangkan slide tujuan. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Tanyakan kepada peserta apakah sudah siap mengikuti sesi berikutnya? Apabila sudah siap segera lanjutkan dengan sesi selanjutnya. SESI 2 : Langkah 1: Langkah 2: Pembahasan Sub Pokok Bahasan Perilaku dan Intervensi Perubahan Perilaku Sanitasi, Tujuan Intervensi Perubahan Perilaku Sanitasi dan Komunikas Perubahan Perilaku Sanitasi ( 15 menit). Pengantar : sampaikan kepada peserta bahwa permasalahan sanitasi tidak terlepas dari permasalahan perilaku. Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan intervensi perubahan perilaku sanitasi yang bertujuan untuk mengurangi perilaku/praktek sanitasi yang tidak aman dan menciptakan lingkungan hidup yang sehat sehingga akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Intervensi yang dilakukan harus efektif. Untuk merancang intervensi yang efektif diperlukan pemahaman yang tepat mengenai intervensi perubahan perilaku sanitasi sehingga rancangan intervensi yang dikembangkan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan semula. Tanyakan kepada peserta mengenai pengertian Intervensi? Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart. Selanjutnya tanyakan kepada peserta intervensi apa saja yang sudah dilakukan terkait dengan sanitasi. Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart. Selanjutnya tanyakan apakah intervensi yang sudah dilakukan sudah terbukti efektif/mampu menimbulkan dampak (terjadi perubahan perilaku)? 36 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM

48 Langkah 3: Langkah 4: Selanjutnya tanyakan kepada peserta mengenai : Pengertian Intervensi Perubahan Perilaku Sanitasi. Tujuan Intervensi Perubahan Perilaku dan Intervensi Perubahan Perilaku Sanitasi. Komunikasi perubahan perilaku sanitasi. Tulis kata-kata kunci yang disampaikan peserta pada kertas flipchat. Ajak peserta untuk merangkum pengertian Intervensi perubahan perilaku Sanitasi, Tujuan intervensi perubahan perilaku sanitasi serta komunikasi perubahan perilaku sanitasi berdasarkan kata-kata kunci yang sudah dituliskan. Tayangkan slide pengertian dan tujuan intervensi perubahan perilaku sanitasi serta komunikasi perubahan perilaku sanitasi. Sampaikan kepada peserta bahwa Intervensi perubahan perilaku sanitasi dalam hal ini dikemas sebagai IPP-STBM. Kemasan Komunikasi perubahan perilaku sanitasi dalam hal ini dikemas sebagai Promosi Higiene dan Sanitasi. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. Jelaskan kepada peserta bahwa intervensi perubahan perilaku sanitasi terdiri dari : Komunikasi perubahan perilaku, advokasi, pelibatan peran serta masyarakat, dan akses ke layanan sanitasi. Tanyangkan slide sehubungan dengan hal tersebut. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. SESI 3 : Langkah 1: Langkah 2: Pembahasan Sub Pokok Bahasan Komponen Perubahan Perilaku dan Tahapan Perubahan perilaku Individu serta tahapan melakukan komunikasi perubahan perilaku/promosi higiene dan sanitasi ( 40 menit). Minta kesediaan beberapa relawan untuk menceritakan pengalamannya melakukan perubahan perilaku selama hidup dalam hal apapun. Tanyakan faktor apa saja yang membuat peserta tersebut mau melakukan perubahan perilaku. Catat kunci jawaban peserta pada kertas flipchart. Ucapkan terima kasih kepada relawan. Tanyakan kepada peserta komponen apa saja selain yang disebutkan oleh relawan sebelumnya yang membuat seseorang mau melakukan perubahan perilaku. Catat jawaban peserta pada kertas flipchart. Ajak peserta untuk membuat rangkuman komponen perubahan perilaku berdasarkan pengalaman dan jawaban peserta. Tayangkan slide komponen perubahan perilaku, jelaskan setiap komponen perubahan perilaku beserta contohnya. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM 37

49 Langkah 3: Langkah 4: Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. Sampaikan kepada peserta bahwa untuk melakukan perubahan perilaku tidaklah mudah ada beberapa tahapan perubahan perilaku sebelum perilaku baru yang diharapkan benar-benar dilakukan dan bertahan untuk seterusnya. Tanyakan kepada peserta tahapan seseorang untuk melakukan perubahan perilaku. Rangkum jawaban peserta dengan menayangkan slide tahapan perubahan perilaku individu. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. Sampaikan bahwa untuk mendukung terjadinya perubahan perilaku diperlukan kegiatan promosi higiene dan sanitasi yang terencana dengan baik. Tanyakan pengalaman peserta tahapan melakukan kegiatan promosi kesehatan yang pernah dilakukan. Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart. Rangkum jawaban peserta dengan menayangkan slide tahapan perubahan perilaku individu. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. SESI 4 Langkah 1 : Langkah 2 : Pembahasan Sub Pokok Bahasan : Skema dan Tahapan melakukan IPP-STBM (60 menit). Jelaskan bahwa untuk mengembangkan suatu intervensi perubahan perilaku perlu dilakukan beberapa tahapan kegiatan. Minta kesediaan beberapa relawan untuk menceritakan pengalamannya melakukan intervensi perubahan perilaku yang pernah dilakukan. Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart. Ucapkan terima kasih terhadap relawan tersebut. Ajak peserta untuk membuat rangkuman tahapan kegiatan intervensi yang telah dilakukan berdasarkan pengalaman tersebut. Jelaskan Skema IPP-STBM. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. 38 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM

50 Langkah 3 : Langkah 4 : Langkah 5: Selanjutnya jelaskan tahapan melakukan IPP-STBM dengan menayangkan slide. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. Sampaikan bahwa : Intervensi perubahan perilaku sanitasi yang dikemas dalam IPP-STBM merupakan peta untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama dalam bidang sanitasi. Dengan demikian setiap tahapan dalam kegiatan ini harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya karena satu tahapan dengan tahapan lainnya saling berkaitan dengan erat. Buatlah rangkuman sesi. Rangkuman dan Pembulatan ( 10 menit). Langkah 1: Langkah 2: Lakukan rangkuman sesi Konsep Intervensi Perubahan Perilaku sanitasi dan komunikasi perubahan perilaku sanitasi serta skema IPP-STBM. Ucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan lanjutkan ke tahap/sesi berikutnya yaitu peran multi pihak dalam pembangunan sanitasi. VIII. URAIAN MATERI SKEMA IMPLEMENTASI PPSP MELALUI PENGUATAN PILAR-PILAR STBM A. Pengertian Intervensi Perubahan Perilaku Seperti kita ketahui bersama permasalahan sanitasi tidak terlepas dari permasalahan perilaku. Perilaku Higiene dan sanitasi dalam hal ini mengacu kepada 5 pilar STBM yaitu : 1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS). 2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). 3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT). 4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT). 5. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT). Sehubungan dengan itu diperlukan intervensi perubahan perilaku. Intervensi Perubahan Perilaku adalah suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap, keyakinan, perilaku atau tindakan individu maupun populasi untuk mengurangi perilaku/praktek higiene dan sanitasi yang tidak aman. Sebuah intervensi memiliki proses yang jelas, apa yang ingin kita capai, dan protokol yang memuat petunjuk mengenai tahap-tahap implementasinya. Intervensi yang dilakukan harus efektif (terbukti mampu menghasilkan efek/dampak). Intervensi perubahan perilaku merupakan: Kombinasi dari berbagai kegiatan yang terencana secara strategis (terintegrasi dan komprehensif). Berkaitan dengan kebutuhan kelompok masyarakat tertentu dan dikembangkan bersama kelompok masyarakat tersebut (bottom up). Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM 39

51 Strategi merupakan metode atau pendekatan tertentu yang secara konsisten digunakan selama intervensi. Salah satu contoh strategi adalah pemicuan. Intervensi perubahan perilaku sanitasi dapat didefinisikan sebagai pendekatan umum yang berupaya mengubah perilaku/praktek higiene dan sanitasi yang tidak aman dan mempertahankan perilaku/praktek higiene dan sanitasi yang aman melalui serangkaian kegiatan sesuai kebutuhan kelompok dengan menciptakan lingkungan yang mendukung perubahan baik secara individu maupun perubahan secara kolektif. Dalam kaitannya dengan program PPSP intervensi perubahan perilaku ini di kemas dalam Implementasi PPSP melalui penguatan pilar-pilar STBM. Tujuan intervensi perubahan perilaku antara lain : Mengurangi perilaku/praktek higiene dan sanitasi yang tidak aman. Mempertahankan perilaku/praktek higiene dan sanitasi yang aman dengan menciptakan lingkungan yang mendukung perubahan perilaku baik individu maupun secara kolektif. Tujuan akhir program Implementasi PPSP melalui penguatan Pilar-pilar STBM adalah : Perubahan perilaku sanitasi yang terjadi melalui kegiatan pemicuan, pengorganisasian masyarakat dan promosi higiene dan sanitasi yang berkelanjutan. Upaya menurunkan prevalensi penyakit Diare, meningkatkan kesehatan masyarakat dan meningkatnya usia harapan hidup. Menyediakan sarana dan prasarana sanitasi yang akan menunjang terjadinya perubahan perilaku sanitasi. Intervensi perubahan perilaku terdiri dari : Komunikasi Perubahan Perilaku (dikemas dalam Promosi Higiene dan sanitasi). Advokasi. Pelibatan peran serta masyarakat. Akses ke layanan sanitasi. Berdasarkan Grimley (1997) dan Prochaska (1992), tahapan perubahan perilaku adalah : Tabel Sub Modul 2-1 : Tahapan perubahan perilaku No Tahapan Perubahan Perilaku Contoh 1 Precontemplation : Tidak mengetahui ada permasalahan. 2 Contemplation : Sudah menyadari masalah dan perubahan perilaku yang diinginkan. 3 Preparation : Siap-siap untuk mengambil tindakan. 4 Action : Melakukan praktek dari perilaku yang diinginkan. 5 Maintenance : Berupaya untuk mempertahankan perilaku. Masyarakat tidak mengetahui bahwa BABS dapat mencemari lingkungan dan menyebabkan tertular penyakit Diare. Masyarakat sudah sadar bahwa BABS dapat mencemari lingkungan yang berujung pada penularan penyakit Diare. Sudah mempunyai keinginan untuk membangun jamban sehat. Mencari tahu dan memilih desain jamban yang diinginkan sesuai dengan kemampuan. Mengumpulkan bahan dan biaya untuk membuat jamban sehat. Membangun dan menggunakan jamban sehat. Memelihara jamban sehat dan mempertahankan perilaku SBS serta mengajarkan kepada anggota keluarga dan lingkungannya untuk melakukan hal yang sama. 40 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM

52 Gambar Sub Modul 2-1 : Tahapan perubahan perilaku Sehubungan dengan tahapan perubahan perilaku tersebut di atas beberapa kegiatan dampingan kepada masyarakat yang dirancang untuk dapat mendukung terjadinya perubahan perilaku antara lain dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Sub Modul 2-2 : Kegiatan yang mendukung setiap tahapan perubahan perilaku No Tahapan Perubahan Perilaku Kegiatan untuk merubah perilaku 1 Precontemplation : Tidak mengetahui ada permasalahan. 2 Contemplation : Sudah menyadari masalah dan perubahan perilaku yang diinginkan. 3 Preparation : Siap-siap untuk mengambil tindakan. 4 Action : Melakukan praktek dari perilaku yang diinginkan. 5 Maintenance : Berupaya untuk mempertahankan perilaku. Tumbuhkan kesadaran dan tawarkan solusi, misalnya melalui pemicuan, promosi higiene dan sanitasi. Sampaikan informasi terkait : identifikasi kan hambatan dan keuntungan yang dirasakan untuk merubah perilaku. Berikan informasi yang logis, manfaatkan kelompok masyarakat. Sediakan informasi, dorong secara terus menerus, gunakan jasa media dengan menekankan keuntungannya (Promosi higiene dan sanitasi). Kurangi hambatan melalui penyelesaian masalah, tingkatkan kemam puan melalui uji coba, dukungan sosial. Ingatkan mereka akan keuntungan perilaku baru.yakinkan bahwa mereka mampu untuk meningkatkan dukungan sosial. Di dalam program pembangunan sanitasi perubahan perilaku yang diharapkan mengacu kepada 5 pilar STBM antara lain: Perilaku Tidak aman Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Tidak Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di 5 waktu penting. Tidak mengelola air minum dan makanan dengan benar. Tidak mengelola sampah di rumah dengan benar. Tidak mengelola limbah cair dengan baik. Tidak mengelola drainase dengan baik. Perilaku aman Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS). Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di Lima Waktu Penting. Mengelola air minum dan makanan dengan baik. Mengelola sampah mulai dari rumah dengan benar. Mengelola limbah cair dengan baik. Mengelola drainase lingkungan dengan baik. Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM 41

53 1. Faktor yang menentukan Perilaku Ada dua faktor yang menentukan perilaku seseorang yaitu: a) Faktor Penentu langsung. Faktor penentu langsung dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor dari dalam diri dan faktor dari luar. Faktor dari dalam diri Niat atau apa yang membuatnya terpicu. Persepsi seseorang tentang perilakunya. Keyakinan dan kemampuan untuk melakukan perubahan. Keterampilan yang dimiliki untuk melalkukan perubahan perilaku. Persepsi yang bersangkutan tentang norma sosial yang ada. Faktor dari luar diri Akses terhadap layanan sanitasi. Pendanaan. Ada tidaknya role model. b) Faktor penentu tidak langsung Faktor penentu tidak langsung terdiri dari : individual (pendidikan, akses dan kontrol terhadap sumber-sumber, tahapan hidup), keluarga/komunitas (norma, nilai-nilai, budaya), sistem layanan sanitasi ( sarana dan prasarana, kebijakan, kelompok pendukung, opini publik), serta pada skala nasional apakah ada kebijakan/regulasi terkait dengan sanitasi yang mendukung dan kesetaraan gender. Kesetaraan gender, misalnya, apakah ada aturan yang menjelaskan bahwa sarana dan prasarana sanitasi juga harus mempertimbangkan aspek kesetaraan gender. Ketika ada program pembangunan toilet untuk murid atau toilet umum misalnya apakah sudah mempertimbangkan jumlah yang sesuai dengan perbandingan 1 : 25 untuk laki-laki dan 1 : 40 untuk perempuan, serta konstruksi yang sesuai untuk menjamin kenyamanan kaum perempuan. 2. Komponen Perubahan Perilaku Untuk terlaksananya perubahan perilaku sanitasi yang aman ada 5 komponen perubahan perilaku yang terkait satu sama lainnya. Kelima komponen tersebut antara lain : a) Persepsi Risiko: merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap risiko dirinya. Tentu saja agar seseorang atau sekelompok orang memahami risikonya, maka orang tersebut harus mempunyai akses terhadap informasi dengan mudah, memahami informasi tersebut, dan mengkaitkan antara keadaan dirinya dengan risiko tersebut. Kegiatan ini dilakukan pada saat pemicuan. b) Efektivitas Penyelesaian Masalah: Intervensi efektif yang berkaitan dengan kondisi untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan solusi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah adalah pendampingan masyarakat yang berkesinambungan. Atau melalui promosi higiene dan sanitasi yang berkesinambungan. Dengan informasi yang berkesinambungan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat diharapkan dapat memudahkan terjadinya perubahan perilaku sesuai dengan yang diharapkan. c) Kemampuan dan Keyakinan Diri: Intervensi yang berkaitan dengan kondisi untuk membekali msyarakat sehingga mereka memiliki kemampuan dan keyakinan untuk mengubah perilakunya dicerminkan dalam intervensi yang sama dengan komponen ke dua yaitu melalui pendampingan kepada masyarakat secara berkesimbungan. 42 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM

54 d) Menciptakan lingkungan yang mendukung, merupakan salah satu faktor penting bagi masyarakat agar terjadinya perubahan perilaku. Intervensi efektif yang berkaitan dengan faktor lingkungan yang mendukung adalah advokasi, pemasaran sosial sanitasi, pembentukan forum konsultasi, dan pembentukan kelompok dukungan masyarakat. e) Produk dan layanan Tersedianya produk dan layanan yang berkualitas sehingga mendorong masyarakat untuk menggunakan sarana dan prasarana yang ada. Intervensi yang terkait dengan faktor ini adalah pemasaran sosial sanitasi dan pembangunan sarana sanitasi. Gambar Sub Modul 2-2 : Komponen Perubahan Perilaku B. Komunikasi Perubahan Perilaku Komunikasi perubahan perilaku: Suatu proses interaktif yang melibatkan masyarakat untuk merancang beragam pesan menggunakan berbagai macam media dan saluran untuk mempromosikan, mengembangkan dan memelihara perilaku/praktek higiene dan sanitasi yang aman Tujuan Komunikasi perubahan perilaku adalah : Meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap sanitasi. Mengubah sikap dan kepercayaan masyarakat. Mengubah persepsi risiko. Meningkatkan kebutuhan terhadap layanan sanitasi. Tahapan membuat komunikasi perubahan perilaku : 1. Merumuskan tujuan komunikasi. 2. Melibatkan pemangku kepentingan. 3. Identifikasi masyarakat. 4. Melakukan penilaian terhadap masyarakat (Profiling). 5. Melakukan segmentasi kelompok masyarakat. 6. Merumuskan tujuan perubahan perilaku. 7. Merancang strategi KPP dan M&E. 8. Mengembangkan media komunikasi. 9. Pra test media komunikasi. 10. Implementasi dan pemantauan. 11. Evaluasi. 12. Melakukan analisis dan memberikan umpan balik. Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM 43

55 Penilaian terhadap masyarakat (Profiling) merupakan kegiatan untuk mencari tahu aspek psikografi dan demografi masyarakat. Adapun hal-hal yang dilihat antara lain: 1) Harapan di masa depan, ketakutan, dan tujuan hidup. 2) Kebiasaan terkait media dan hiburan yang dibaca/ditonton. 3) Perilaku menyediakan dan mengakses layanan sanitasi. 4) Orang-orang yang berperilaku sangat positif. 5) Aktivitas sehari-hari. 6) Hobi, makanan, tokoh idola, warna, musik, film. 7) Kemampuan baca tulis. 8) Topik obrolan yang disukai. 9) Aktivitas pribadi di waktu senggang. 10) Pada situasi apa merasa bahagia, sedih, biasa saja. Dalam kaitannya dengan Implementasi PPSP melalui penguatan pilar-pilar STBM komunikasi perubahan perilaku dikemas dalam promosi higiene dan sanitasi. 1. Promosi Higiene dan Sanitasi : Promosi higiene didefinisikan sebagai pendekatan yang direncanakan untuk mencegah penyakit Diare, penyakit yang ditularkan melalui air dan penyakit terkait sanitasi lainnya melalui penerapan praktik higiene yang aman 1. Promosi higiene adalah sebuah pendekatan yang melibatkan masyarakat dalam rangka meyakinkan dan mendukung anggota keluarganya untuk mengadopsi praktik higiene dan sanitasi yang aman. Tujuan promosi higiene adalah mendukung masyarakat dalam mengembangkan perilaku higiene dan sanitasi yang baik untuk : mencegah penyakit, mempromosikan sikap dan praktik positif tentang penyediaan, penggunaan dan pemeliharaan fasilitas dan layanan sanitasi. Mengapa promosi higiene itu penting? Penyakit yang penularannya lewat air dan berhubungan dengan sanitasi antara lain penyakit Diare, cacingan, penyakit kulit, mata dan penyakit yang ditularkan melalui vektor. Studi kesehatan telah menunjukkan bahwa peningkatan perilaku higiene dan sanitasi dapat mengurangi kasus Diare sebesar 48%, dan meningkatkan penggunaan sarana sanitasi sebesar 36%. Mencuci tangan pakai sabun telah mengurangi infeksi saluran pernapasan atas pada anak-anak sebesar lebih dari 40%. Higiene dan sanitasi yang baik juga mengurangi serangan cacing usus sebesar 60%. 2 Bagi pemerintah dan masyarakat perilaku higiene dan sanitasi yang baik juga mengurangi biaya yang ditimbulkan akibat penyakit dan kematian terkait higiene. Lebih lanjut, perilaku tersebut mengurangi pendapatan akibat hilangnya waktu dan hari untuk bekerja dan hilangnya waktu untuk sekolah ketika mereka tidak dapat bersekolah karena sakit atau harus merawat keluarga yang sakit. Prioritas Program Pengendalian Penyakit dari Bank Dunia / WHO memberi peringkat pertama pada promosi higiene melalui investasi biaya kesehatan secara efektif di negara-negara berkembang, dan peringkat kedua adalah investasi pada infrastruktur sanitasi yang baik. 3 Selain itu, promosi higiene meningkatkan penggunaan sarana dan prasarana air bersih, higiene dan sanitasi secara optimal dan komitmen masyarakat agar sarana Cairncross, Sandy dan Vivian Valdmanis (2006). Water Supply, Sanitation and Hygiene Promotion. Bab 41 dalam Jamison, Dean, dkk., eds. Disease Control Priorities in Developing Countries. Washington D.C., USA: World Bank Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM

56 dan prasarana dapat berfungsi dengan baik secara berkelanjutan. Pengalaman sebelumnya telah menunjukkan bahwa penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi sering tidak digunakan secara efektif dan berkelanjutan kecuali jika dilakukan promosi higiene. C. Skema Implementasi PPSP melalui Penguatan Pilar-pilar STBM Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan di bawah Subdit PASD mempunyai 2 program yaitu STBM dan PPSP. Selama ini masih banyak pihak yang melihat ke dua program tersebut berdiri sendiri. Pelaksanaan STBM sudah dilakukan oleh banyak pihak antara lain : IUWASH, High Five, PLAN, Program USRI, SIMAVI, Program PAMSIMAS, Plan, CD Bethesda, Yayasan Rumsram, Yayasan Dian Desa, dan WSP. Sebagian besar pelaksanaan STBM dilakukan di daerah pedesaan yang fokus pilar 1 dan 2 saja. Beberapa kegiatan STBM sudah menyentuh semua pilar dan juga sudah mulai dilaksanakan di perkotaan. Permasalahan sanitasi di perdesaan dan perkotaan berbeda baik dari segi kultur dan budaya masyarakat maupun dari prioritas permasalahan sanitasi yang dialami. Berdasarkan kondisi sanitasi di Indonesia yang masih jauh tertinggal dibanding dengan Negara di ASEAN masih di bawah Vietnam dan Myanmar maka untuk mengejar ketertinggalan tersebut diperlukan upaya bersama dalam integrasi dan sinkronisasi program sanitasi. Beberapa contoh integrasi program sanitasi sudah mulai dilakukan antara lain : 1. Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (PAM STBM) Tahap I tahun 2012 dilaksanakan di 20 Provinsi dan 28 Kabupaten. Tahap II tahun 2013 dilaksanakan di 33 Provinsi dan 159 Kabupaten. 2. Integrated Citarum Water Resources Management Investment Project (ICWRMIP) yang dilaksanakan di: Tahap I ( ) di Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi. Tahap II ( ) di 9 Kabupaten dan 3 Kota. 3. Pensinergian STBM dalam PPSP (Implementasi PPSP melalui Penguatan Pilar-Pilar STBM), dilaksanakan pilot project di Kota Lhokseumawe dan Kota Cimahi. 4. PAMSIMAS Tahap I tahun (implementasi komponen demand STBM) dilaksanakan di 96 kabupaten dan 15 provinsi. 5. PAMSIMAS Tahap II tahun (implementasi komponen demand STBM) dilaksanakan di 221 kabupaten dan 32 Provinsi. 6. Program Urban Sanitation and Rural Infrastucture (USRI) Direktoral PPLP- Kementerian PU. 7. Program DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (DAK-SLBM) Direktorat PPLP-Kementerian PU yang dilaksanakan di 33 Provinsi pada tahun Tantangannya selanjutnya adalah : Bagaimana dengan pilar lainnya (pilar 2-5), sistem monitoring, dan pelaksanaan STBM di wilayah perkotaan? Di dalam PPSP, proses perencanaan strategis menghasilkan 3 (tiga) dokumen berikut: Buku Putih Sanitasi (BPS), Strategi Sanitasi Kota (SSK), dan Memorandum Program Sanitasi (MPS). Ketiga dokumen tersebut perlu disiapkan Kabupaten/Kota sebelum implementasi fisik dapat dilakukan. Buku Putih Sanitasi dan SSK merupakan dokumen yang dihasilkan dari pelaksanaan Tahap 3 di dalam PPSP, yaitu Perencanaan Strategis Sanitasi. Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM 45

57 Buku Putih Sanitasi (BPS) hakekatnya adalah gambaran karakteristik dan kondisi sanitasi serta prioritas/arah pengembangan kabupaten/kota dan masyarakat saat ini. Kegunaan Buku Putih Sanitasi sebagai baseline data tentang kondisi sanitasi kabupaten/kota saat ini bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota dan monev sanitasi. Proses penilaian kondisi sanitasi aktual tersebut tidak hanya terbatas kepada pemetaan aspek teknis pada fasilitas sanitasi yang ada tetapi juga pada aspek-aspek non teknis termasuk perilaku yang mengacu kepada 5 pilar STBM. Buku Putih Sanitasi menghasilkan area beresiko sanitasi sebagai prioritas wilayah pengembangan sanitasi dan arah pembangunan sanitasi kabupaten/kota di masa mendatang. Penetapan area berisiko merupakan proses klasifikasi dan pemetaan wilayah kabupaten/kota berdasarkan tingkat/derajat risiko sanitasi yang dimiliki kawasan tersebut. Risiko yang dimaksud mencakup risiko: penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan, dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sanitasi dan perilaku higiene dan sanitasi. Strategi Sanitasi Kota (SSK) adalah rencana pembangunan sanitasi yang terpadu dan menyeluruh untuk jangka menengah. SSK berisi visi, misi, sasaran dan tujuan sanitasi, strategi, program dan kegiatan pembangunan untuk meningkatkan kondisi sanitasi. Tiga hasil utama SSK adalah : 1. Kerangka Kerja Pengembangan Sanitasi Jangka Panjang, pernyataan Visi dan Misi sanitasi, tahap pelaksanaan skenario untuk sistem dan teknologi sanitasi terpilih dan informasi kapasitas pemerintah lokal untuk mendanai pembangunan sanitasi. 2. Strategi jangka menengah untuk mempercepat perbaikan kondisi sanitasi, yang digambarkan dalam pernyataan tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi dan rumusan pencapaiannya. 3. Daftar program dan kegiatan, daftar ini memberikan informasi mengenai progam dan kegiatan prioritas untuk meningkatkan kondisi sanitasi. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan merupakan salah satu strategi yang penting untuk mempercepat pencapaian tujuan pembangunan sanitasi di Indonesia. Memorandum program merupakan suatu komitmen bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dan para pemangku kepentingan lainnya dalam rangka mempercepat pelaksanaan pembangunan sanitasi permukiman mengacu kepada dokumen SSK yang telah disusun sebelumnya. Isi MPS terdiri dari: Memorandum Jangka Menengah, berupa nota kesepakatan/memorandum Program yang berisi resume umum dukungan untuk implementasi program dan kegiatan yang didanai oleh sumber dana pemerintah baik tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat maupun sumber dana non pemerintah baik dari swasta, masyarakat dan lembaga donor. Rencana Implementasi dan Pengelolaan Prorgam, berisi uraian rencana tindak lanjut setelah adanya komitmen/nota kesepakatan terkait tahapan persiapan untuk implementasi dan pengelolaan program. Rencana Implementasi dan Pengelolaan program terdiri dari : manajemen dan organisasi pengelola, rencana pengadaan barang dan jasa, serta rencana monitoring dan evaluasi. Tantangannya bagaimana sinkronisasi antara STBM dan PPSP? Sinkronisasi STBM dan PPSP dilakukan mulai tahap perencanaan strategis skala permukiman di kabupaten/kota, maupun pada tahap implementasi (sebelum dan realisasi sesudah pembangunan fisik). Gambar berikut menggambarkan skema Implementasi PPSP melalui penguatan pilar-pilar STBM atau IPP-STBM. 46 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM

58 Gambar Sub Modul 2-3 : Skema IPP-STBM Pada gambar berikut ini dijelaskan bagaimana pembagian peran serta sumber pendanaan STBM pusat, provinsi, kabupaten/kota dalam implementasi PPSP melalui penguatan Pilarpilar STBM. Gambar Sub Modul 2-4 : Pembagian peran dalam IPP-STBM Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM 47

59 1. Tujuan Umum Implementasi PPSP melalui penguatan pilar-pilar STBM : Memformulasikan skema penguatan sinergi dan integrasi STBM dalam PPSP, baik dari tahap perencanaan strategis skala permukiman di kabupaten/kota, maupun pada tahap implementasi (sebelum dan realisasi sesudah pembangunan fisik). Tujuan Khusus: Munculnya kebutuhan masyarakat serta kemauan untuk berkontribusi. Adanya perencanaan tingkat masyarakat berdasarkan kepada perencanaan sanitasi kabupaten/kota (SSK). Terjadinya peningkatan kesadaran masyarakat, TOMA, TOGA, dan pemerintah Kabupaten/Kota. Adanya kegiatan peningkatan penyediaan sarana sanitasi. Menciptakan lingkungan yang kondusif. Membangun sinergi vertikal maupun horizontal dalam pembangunan sanitasi permukiman. Memaksimalkan kontribusi semua pihak. Strategi yang diterapkan dalam IPP-STBM adalah: 1. Mendayagunakan potensi lokal (Sanitarian, Staf Promosi Kesehatan, Kasie PMD Kecamatan, Kader di tingkat desa, tokoh masyarakat, pemuda, dan individu) yang memiliki komitmen terhadap program sanitasi/ kesehatan sekaligus untuk kegiatan peningkatan kapasitas lokal. 2. Pelatihan - On the Job Training (OJT) bagi Pokja Sanitasi Provinsi, Pokja Sanitasi Kabupaten, Sanitarian, staf Promkes, Kasie PMD Kecamatan, Kader, dan PKK. 3. Bekerjasama dengan pemerintah pusat dan lokal dari Provinsi sampai Desa/Kelurahan, terutama untuk sarana komunal dan layanan tingkat yang lebih tinggi. 4. Sinergi dan Koordinasi lintas sektor : Dinas Kesehatan, Dinas PU, Bappeda, Satker PLP, Bapermas, KLH, Dinas Pertanian, dan Swasta. Pendekatan dan metodologi yang dipergunakan dalam IPP-STBM mengacu kepada strategi utama STBM antara lain : 1) Meningkatkan kebutuhan : kegiatan ini merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap permasalah sanitasi serta memberikan pilihan untuk solusinya. 2) Memberikan pilihan biaya: merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk memberikan alternatif pilihan biaya dari solusi penyelesaian masalah sanitasi yang dipilih serta akses terhadap saluran pembiayaan yang mudah dan murah. 3) Dikelola oleh masyarakat : seluruh kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan masyarakat dan dikelola oleh masyarakat. 4) Meningkatkan penyediaan sarana sanitasi : penyediaan sarana sanitasi diperlukan untuk mendukung terjadinya perubahan perilaku higiene dan sanitasi yang diharapkan. Kegiatan ini dikelola oleh masyarakat. 5) Promosi Higiene : kegiatan promosi higiene dilakukan dalam semua tahapan perubahan perilaku. Mulai proses peningkatan kebutuhan sampai mempertahankan perilaku baru. 6) Monitoring pembangunan dan penggunaan sarana : kegiatan monitoring dilakukan bukan saja pada tahap pembangunan tetapi juga pada tahan penggunaan sarana. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat dengan menggunakan format yang sederhana dan mudah. 48 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM

60 Tahapan pelaksanaan IPP-STBM terdiri dari 6 tahapan pencapaian utama (milestone) yaitu : 1) Persiapan : Pada tahap ini ada dua kegiatan yaitu pengecekan dokumen (BPS, SSK, dan MPS serta dokumen lain yang mendukung seperti RPJMD, RAD dll) dan sosialisasi kepada Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten/Kota. Buku Putih Sanitasi: perlu dicek area beresiko dan faktor yang menyebabkan suatu wilayah beresiko sanitasi. Strategi Sanitasi Kota: perlu dicek Kerangka Kerja Logis terutama strategi pemberdayaan masyarakat, apakah terdapat program dan kegiatan STBM. Memorandum Program Sanitasi: perlu dicek bagaimana komitmen Pemda terkait program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat atau program-program pembangunan sanitasi berbasis masyarakat (STBM, dan program berbasis masyarakat lainnya). 2) Komitmen : Setelah melakukan pengecekan dokumen, yang perlu dilakukan selanjutnya adalah memastikan komitmen Pemda untuk mendukung kegiatan STBM terutama alokasi anggaran yang disediakan sampai kebijakan penggunaan dana BOK. 3) Menentukan lokasi : Ada dua kegiatan pada tahap ini yaitu menentukan desa/kelurahan terpilih (berdasarkan area beresiko dan juga penetapan lokasi di dalam dokumen SSK dan MPS) serta melakukan sosialisasi kepada desa/kelurahan terpilih. Setelah lokasi terpilih Pokja Sanitasi/AMPL juga perlu menyusun strategi dan kegiatan yang lebih terperinci di masing-masing lokasi. (Catatan: Akan lebih baik apabila lokasi yang dipilih sudah pernah melakukan kegiatan STBM pilar 1). 4) Pelatihan (peningkatan kapasitas SDM): Setelah lokasi terpilih, langkah selanjutnya adalah memilih tenaga sanitarian, staf promkes, staf PMD (Kecamatan/Kelurahan), tokoh masyarakat, kader yang akan dilatih sebagai agent of change /fasilitator di lapangan. Susun rencana untuk pelatihan yang melibatkan Pokja Kabupaten/Kota serta Pokja Provinsi selama 5 hari. Pada akhir kegiatan pelatihan akan disusun RTL. Catatan: Modul IPP-STBM telah tersedia. 5) Pelaksanaan kegiatan: Setelah pelatihan tenaga terlatih melakukan kegiatan di lokasi terpilih dimulai dengan melakukan sosialisasi kepada tokoh masyarakat serta menentukan lokasi prioritas yang akan di damping. (RT/RW). Rangkaian kegiatan terdiri dari: a) Pemicuan kepada masyarakat, dan penyusunan RKM. b) Melakukan promosi higiene dan sanitasi melalui berbagai saluran media yang sesuai dengan masyarakat. c) Pelatihan masyarakat : sesuai dengan prioritas masalah dan penyelesaian yang telah ditentukan. d) Pembangunan sarana sanitasi sesuai permasalahan dan prioritas penyelesaian masalah yang dipilih oleh masyarakat termasuk menentukan lembaga masyarakat yang akan mengorganisir seluruh kegiatan. e) Operasi dan pemeliharaan sarana sanitasi : memilih lembaga masyarakat yang akan mengelola sarana sanitasi. f) Mengembangkan aturan lokal terkait sanitasi. Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM 49

61 g) Mengembangkan dan meningkatkan akses layanan melalui program berbasis masyarakat yang berkelanjutan melalui : Mengembangkan wirausaha sanitasi ( 5 pilar ). Kerjasama multipihak. 6) Monitoring dan evaluasi Melakukan monitoring dan evaluasi dengan berbagai media antara lain : Pertemuan rutin. Kunjungan lapangan. Dokumentasi dan pelaporan. Gambar Sub Modul 2-5 : Milestone pelaksanaan IPP-STBM Peluang melakukan sinergi program Sanitasi dapat dilihat pada tabel Readiness Criteria Umum pembangunan sarana sanitasi yaitu: NO KRITERIA PELAKSANA 1 Surat minat pemerintah daerah. Pemda/Kepala Daerah. 2 Kawasan rawan sanitadi dalam Buku Putih Sanitasi. Pemda/Pokja. 3 Pelaksanaan kegiatan pemicuan/penyadaran masyarakat. Pemda/Pokja. 4 Kesediaan Master Plan/DED. Pemda/Pokja. 5 Ketersedian lahan. Pemda/Pokja. 6 Institusi pengelola pasca konstruksi (KSM, UPTD, BLUD, dll). Pemda/Pokja. 7 Surat kesediaan menerima hibah. Pemda/Kepala Daerah. 50 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM

62 Referensi : 1) Kementerian Kesehatan, 2009: Modul Intervensi Perubahan Perilaku Konsep Intervensi Perubahan Perilaku. 2) Peraturan Kementerian Kesehatan No 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. 3) Pokja AMPL Nasional, 2012 : Prohisanmas-JK (Promosi Higiene dan Sanitasi Berbasis Masyarakat dengan Kepedulian jender dan Kemiskinan), Seri 1 : Panduan Praktis Pelaksanaan Pelatihan untuk Pelatih. 4) Pokja AMPL Nasional, 2012 : Prohisanmas-JK (Promosi Higiene dan Sanitasi Berbasis Masyarakat dengan Kepedulian jender dan Kemiskinan), Seri 2 Pelaksanaan Promosi Higiene dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di Lapangan. Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM 51

63 LAMPIRAN 1 : EVALUASI AKHIR SESI Panduan : Sampaikan pertanyaan secara lisan satu persatu terkait dengan konsep Intervensi Perubahan Perilaku sanitasi dan komunikasi perubahan perilaku dalam IPP-STBM. Hindari peserta yang mendominasi jawaban, bisa dilakukan dengan permainan (Hot Potatopertanyaan disampaikan oleh fasilitator). Hindari menunjuk orang tertentu. Sediakan souvenir bagi peserta yang dapat menjawab. Pertanyaan : 1. Apa yang dimaksud dengan intervensi perubahan perilaku? 2. Apa yang dimaksud dengan intervensi perubahan perilaku sanitasi? 3. Apa yang dimaksud dengan komunikasi perubahan perilaku sanitasi? 4. Apa saja komponen perubahan perilaku? 5. Sebutkan tahapan pengembangan IPP-STBM? Apabila masih ada jawaban peserta yang belum tepat, fasilitator dapat menampilkan kembali silde presentasi terkait. 52 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM

64 LAMPIRAN 2 : SLIDE PRESENTASI Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM 53

65 54 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM

66 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM 55

67 56 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM

68 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM 57

69 58 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM

70 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM 59

71 60 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM

72 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM 61

73 62 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM

74 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM 63

75 64 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM

76 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM 65

77 66 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM

78 Sub Modul 2 : Skema IPP - STBM 67

79 SUB MODUL 3 : F DIAGRAM (ALUR PENULARAN PENYAKIT DIARE DAN CACINGAN) I. DESKRIPSI SINGKAT Sub modul ini menjelaskan apabila kita tidak mengelola tinja, sampah, dan limbah cair dengan baik sama saja artinya bahwa secara tidak langsung tinja, sampah dan limbah cair sampai ke mulut atau kita memakan tinja, sampah, air limbah kita sendiri. Dengan mengetahui alur penularannya peserta diharapkan mengetahui bagaimana cara mencegahnya. II. TUJUAN KEGIATAN Tujuan Kegiatan Umum: Setelah mempelajari materi peserta mampu memahami alur penularan penyakit Diare dan Kecacingan serta mengetahui cara mencegahnya. Tujuan Kegiatan Khusus: Setelah pelatihan peserta diharapkan mampu : a. Berbagi informasi & pengetahuan tentang penularan orang yang terjangkit Diare atau Cacing Perut kepada orang lainnya. b. Menguji pengetahuan peserta yang benar & lengkap tentang siklus penularan penyakit/alur kontaminasi. c. Membantu peserta menemukan dan menganalisa bagaimana penyakit Diare dan Kecacingan dapat menular dan menyebar melalui lingkungan serta cara mencegahnya. III. POKOK BAHASAN a. Mungkinkah limbah masuk ke dalam mulut? b. Praktek Pembuatan F-Diagram IV. WAKTU 90 menit (2 jpl) V. METODE 1. Curah pendapat. 2. Presentasi singkat. 3. Penugasan kelompok : Simulasi. VI. ALAT BANTU dan MEDIA 1. Slide Presentasi. 2. Lima set gambar F-Diagram. 3. Kertas Flipchart. 4. Spidol warna warni. 5. Selotip kertas. 6. LCD. 7. Laptop. 68 Sub Modul 3 : F Diagram

80 VI. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN SESI 1: Pengkondisian (10 menit). Langkah 1: Langkah 2: Langkah 3: Langkah 4: Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk memperlancar proses. Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masingmasing. Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau melakukan energizer. Jelaskan pada peserta bahwa dalam pertemuan ini topik yang akan dibahas adalah : F-Diagram, sampaikan mengapa topik ini penting untuk dibahas. Jelaskan tujuan dari kegiatan ini dengan menayangkan slide tujuan. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Tanyakan kepada peserta apakah sudah siap mengikuti sesi berikutnya? Apabila sudah siap segera lanjutkan dengan sesi selanjutnya. SESI 2 : Pembahasan Sub Pokok : Mungkinkan limbah masuk ke dalam mulut? ( 20 menit) Langkah 1: Langkah 2: Pengantar : sampaikan kepada peserta bahwa secara tidak sadar perilaku kita sehari-hari bisa menyebabkan kita sakit apabila kita kurang memperhatikan perilaku higiene dan sanitasi kita. Apabila kita kurang memperhatikan kebiasaan perilaku dan kebersihan diri bisa menyebabkan terjadinya penularan penyakit diare dan kecacingan. Sehubungan dengan itu kita perlu mengetahui alur penularan penyakit diare dan kecacingan agar kita bisa mencegahnya. Tanyakan kepada peserta bagaimana cara melakukannya? Apakah ada yang sudah pernah melakukannya? Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart. Ucapkan terima kasih kepada peserta yang telah mau berbagi. Selanjutnya tanyakan kepada peserta mengenai : Mungkinkah tinja yang dibuang di sembarang tempat masuk ke mulut kita (termakan)? Lewat apa saja? Bagaimana dengan sampah? Lewat apa saja? Bagaimana dengan limbah cair RT? Lewat apa saja? Ajak peserta untuk membuat kesimpulan dari jawaban-jawaban tersebut. Lanjutkan dengan pertanyaan berikut: Apa dampak (penyakit) yang ditimbulkan? Siapa saja yang terkena? Bagaimana perasaan kita? Tulis jawaban peserta pada papan flipchart. Ajak peserta membuat kesimpulan. Sub Modul 3 : F Diagram 69

81 Langkah 3: Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. SESI 3 : Langkah 1: Pembahasan Sub Pokok Bahasan : Praktek membuat F-Diagram ( 50 menit) Sampaikan kepada peserta bahwa sekarang kita akan melakukan praktek membuat F Diagram. Minta peserta membagi diri ke dalam 5 kelompok menggunakan metoda pembagian kelompok yang sudah disiapkan. Setiap kelompok diberikan satu set gambar F-Diagram, kertas flipchart dan spidol warna-warni. Sampaikan pada setiap kelompok tugasnya yaitu membuat alur perjalanan dan cara tinja/feces sampai ke mulut menggunakan gambar yang telah disediakan. Lakukan kegiatan selama 10 menit. Setelah selesai tempelkan hasilnya di kertas flipchart, dan bagi kelompok yang sudah selesai tempelkan hasil kerjanya di depan. Beri kesempatan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasilnya dengan semangat. Langkah 2 : Setelah selesai lakukan diskusi dengan seluruh peserta : Melalui praktek apa saja orang mempunyai resiko tertular kecacingan/diare. Tulis jawaban peserta pada kertas Flipchart. Ajak peserta untuk mengambil kesimpulan dari jawaban tersebut. Apabila sudah jelas bahwa semua mempunyai resiko dengan cara yang berbeda, ajukan pertanyaan berikutnya: Sebutkan tiga cara untuk mencegah hal tersebut. Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart. Selanjutnya tanyakan : Apa yang dapat dilakukan oleh masing-masing kelompok untuk mewujudkannya : Suami/Ayah. Istri/ibu. Anak laki-laki/anak perempuan : di sekolah, di rumah di masyarakat. Akhiri dengan menanyakan pengalaman yang dapat diambil dari kegiatan/latihan ini. Langkah 3: Langkah 4: Tayangkan slide dan jelaskan alur penularan penyakit Diare dan Kecacingan. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. Buatlah rangkuman sesi. 70 Sub Modul 3 : F Diagram

82 Rangkuman dan Pembulatan ( 10 menit) Langkah 1: Lakukan rangkuman sesi diagram F. Langkah 2: Ucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan lanjutkan ke tahap/sesi berikutnya yaitu elemen pemicuan. VIII. URAIAN MATERI Diagram F (Alur Penularan Penyakit) Laporan WHO tahun 2009 menyebutkan bahwa sekitar 1,1 juta anak usia di atas lima tahun meninggal karena Diare. Sementara UNICEF memperkirakan bahwa setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal karena Diare. Kematian Diare pada balita di negara-negara berkembang mencapai 1,5 juta jiwa. Data di Indonesia menunjukkan Diare adalah pembunuh balita kedua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Di Indonesia setiap tahun balita meninggal karena Diare. Penyebab utama Diare adalah bakteri Eschericia coli selanjutnya disingkat menjadi E.coli. E. coli adalah tipe bakteri fecal coliform yang biasanya terdapat pada alat pencernaan binatang dan manusia. Adanya E.coli di dalam air adalah indikasi kuat adanya kontaminasi adanya kotoran manusia dan hewan. Diagram penyebaran kuman Diare biasa di sebut Diagram F. Diagram ini pertama ditemukan oleh E.G. Wagner dan J.N Lanoix pada tahun Diagram F menggambarkan bagaimana bakteri E.coli bisa masuk ke dalam mulut. Kotoran manusia bisa masuk ke perut karena beberapa sebab antara lain melalui lalat. Lalat sering mengerubungi kotoran manusia atau kotoran hewan, karenanya kaki dan mulutnya bisa mengandung kuman penyakit dari kotoran itu. Makanan atau minuman yang tidak ditutupi dengan rapat dapat terkena kuman penyakit Diare, jika ada lalat yang menempel, atau terkena udara yang menerbangkan kuman penyakit. Kotoran manusia yang mencemari lingkungan, dapat membuat air di dalam tanah mengandung kuman, dan jika langsung diminum bisa berbahaya. Sehabis Buang Air Besar/Buang Air Kecil, tangan kita juga bisa mengandung kuman penyakit Diare, kalau kita memakan sesuatu yang kita pegang, kita akan terkena Diare. Perilaku buang air besar sembarangan merupakan perilaku yang dapat membantu penyebaran bakteri E. Coli. Saat turun hujan E.coli dapat terbawa ke sumber-sumber air misalnya ke sungai, danau, dan air bawah tanah. Jika sumber-sumber air ini tidak diolah dengan baik maka E.coli akan masuk ke dalam makanan dan minuman kita. Kuman penyakit yang terdapat dalam tinja, tidak sengaja masuk ke dalam mulut. Sumber utama penyakit diare dan cacingan berasal dari : Kotoran Manusia/Tinja Bagaimana kita bisa mencegah penyakit diare tersebut? 1. Pembuatan jamban sehat, sehingga lalat tidak dapat menyentuh kotoran manusia. 2. Pengelolaan air minum mulai dari sumber sampai siap untuk diminum. 3. Mengolah makanan dengan benar serta menutup makanan. 4. Mencuci tangan menggunakan sabun pada waktu-waktu penting. Sub Modul 3 : F Diagram 71

83 Gambar Sub Modul 3-1 : Diagram F (alur penularan penyakit) 1 gr tinja mengandung : virus Bakteri kista parasite 100 telur parasit Sumber : 72 Sub Modul 3 : F Diagram

84 Referensi : 1) Kementerian Kesehatan RI, Modul Pelatihan Fasilitator STBM. 2) Pokja AMPL Nasional, 2012 : Prohisanmas-JK (Promosi Higiene dan Sanitasi Berbasis Masyarakat dengan Kepedulian jender dan Kemiskinan), Seri 1 : Panduan Praktis Pelaksanaan Pelatihan untuk Pelatih. 3) Pokja AMPL Nasional, 2012 : Prohisanmas-JK (Promosi Higiene dan Sanitasi Berbasis Masyarakat dengan Kepedulian jender dan Kemiskinan), Seri 2 Pelaksanaan Promosi Higiene dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di Lapangan. Sub Modul 3 : F Diagram 73

85 LAMPIRAN 1 : EVALUASI AKHIR SESI Panduan : Sampaikan pertanyaan secara lisan satu persatu terkait dengan Alur Penularan penyakit Diare dan Kecacingan. Hindari peserta yang mendominasi jawaban, bisa dilakukan dengan permainan. Siapkan beberapa pertanyaan dan tulis pada metaplan, tempatkan metaplan tersebut di lantai dengan posisi berjauhan. Siapkan lagu yang menarik. Putar lagu tersebut, ketika lagu dimatikan minta peserta untuk memilih salah satu metaplan. Buatlah kelompok sesuai nomor yang disebutkan fasilitator. Setiap kelompok diminta menjawab pertanyaan yang ada di metaplan. Hindari menunjuk orang tertentu. Sediakan souvenir bagi peserta yang dapat menjawab. Pertanyaan : 1. Apa yang Kapan F- Diagram disampaikan? 2. Sebutkan langkah-langkah memfasilitasi pembuatan F-Diagram? 3. Diskusikan dimana dan melalui praktek yang mana orang-orang yang berbeda mengalami resiko yang berbeda dari penularan cacing/diare 4. Sebutkan 3 cara untuk mencegah penularan diare dan penyakit kecacingan? 5. Apa saja yang dapat dilakukan Suami/bapak-bapak, Istri/ibu-ibu, anak-anak lakilaki/perempuan baik di sekolah maupun di masyarakat? Apabila masih ada jawaban peserta yang belum tepat, fasilitator dapat menampilkan kembali silde presentasi terkait. 74 Sub Modul 3 : F Diagram

86 LAMPIRAN 2 : SLIDE PRESENTASI Sub Modul 3 : F Diagram 75

87 76 Sub Modul 3 : F Diagram

88 Sub Modul 3 : F Diagram 77

89 78 Sub Modul 3 : F Diagram

90 Sub Modul 3 : F Diagram 79

91 SUB MODUL 4 : PEMICUAN 2 I. DESKRIPSI SINGKAT Sub modul ini menjelaskan tentang metode yang dapat dilakukan untuk melakukan pemicuan yang dimulai dengan diskusi klasifikasi kesejahteraan bersama masyarakat dilanjutkan dengan pembuatan peta sanitasi dan Transect Walk/Penelusuran Wilayah. II. III. IV. TUJUAN KEGIATAN Tujuan Kegiatan Umum: Peserta mampu melakukan fasilitasi kepada masyarakat dalam pembuatan peta kondisi sanitasi dan memicu masyarakat untuk berubah perilaku sanitasinya. Tujuan Kegiatan Khusus: 1. Klasifikasi Kesejahteraan Masyarakat a. Mengklasifikasikan penduduk menjadi tiga kategori sosial ekonomi dengan menggunakan istilah yang sesuai secara budaya yaitu kelas atas/mampu, menengah, dan kelas bawah (tidak mampu). b. Mendapatkan gambaran mengenai kondisi sanitasi secara utuh dan distribusi yang lebih adil dari kontribusi keuangan untuk pembangunan dan pemeliharaan. 2. Peta Sanitasi a. Memetakan : Tempat pembuangan limbah cair dan padat. Sumber air masyarakat. Ketersediaan tempat dan sabun untuk cuci tangan. b. Memahami situasi dan permasalahan sanitasi. c. Alat untuk membuat rencana peningkatan sarana maupun perilaku Higiene dan Sanitasi masyarakat. 3. Transect Walk a. Mengetahui tempat-tempat dimana masyarakat biasa BAB, membuang sampah dan limbah cair rumah tangga. POKOK BAHASAN 1. Klasifikasi Kesejahteraan Masyarakat. 2. Peta Sanitasi. 3. Transect Walk. WAKTU: 315 menit (7 JPL) V. METODE 1. Curah pendapat. 2. Diskusi kelompok. 3. Diskusi Pleno. 4. Penelusuran di lapangan. 80 Sub Modul 4 : Pemicuan 2

92 VI. ALAT BANTU dan MEDIA 1. Kertas flipchart. 2. Double tape. 3. Spidol warna warni. 4. Bendera merah/kuning. VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN POKOK BAHASAN 1: Klasifikasi Kesejahteraan Masyarakat (75 menit) SESI 1 : Langkah 1: Langkah 2: Langkah 3: Langkah 4: Pengkondisian (10 menit). Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk memperlancar proses. Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masingmasing. Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau melakukan energizer. Jelaskan pada peserta bahwa dalam pertemuan ini topik yang akan dibahas adalah Klasifikasi Kesejahteraan Masyarakat. Sampaikan bahwa klasifikasi kesejahteraan perlu dilakukan untuk melihat kondisi sanitasi secara keseluruhan pada seluruh kategori sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi tidak sebanding lurus dengan kondisi sanitasi di rumahnya. Hal ini dapat menjelaskan bahwa walaupun kondisi sosial ekonomi termasuk ke dalam kategori golongan mampu belum tentu kondisi sanitasinya telah memenuhi standar kesehatan. Jelaskan tujuan dari kegiatan ini adalah: a. Mengklasifikasikan penduduk menjadi tiga kategori sosial ekonomi dengan menggunakan istilah yang sesuai secara budaya yaitu kelas atas/mampu, menengah, dan kelas bawah (tidak mampu). b. Mendapatkan gambaran mengenai kondisi sanitasi secara utuh dan distribusi yang lebih adil dari kontribusi keuangan untuk pembangunan dan pemeliharaan. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. SESI 2 : Pembuatan Klasifikasi Kesejahteraan Masyarakat (55 menit) Langkah 1: Sampaikan bahwa untuk memahami bagaimana membuat klasifikasi kesejahteraan masyarakat dan bagaimana fasilitasi yang diperlukan maka akan dilakukan kegiatan secara berkelompok. Bagi peserta menjadi 5 kelompok dengan metode pembagian kelompok yang sudah disiapkan sebelumnya. Apabila jumlah peserta laki-laki dan perempuan berimbang, bagilah kelompok berdasarkan jenis kelamin. Bagikan kepada setiap kelompok kertas flipchart, dan spidol warna-warni. Sub Modul 4 : Pemicuan 2 81

93 Langkah 2 : Langkah 3: Langkah 4: Langkah 5 : Sebelum memulai kerja kelompok, katakan bahwa tujuan dari metode ini bukan untuk mengetahui pendapatan masyarakat. Selanjutnya minta mereka untuk melakukan langkah-langkah berikut: Mintalah peserta untuk menentukan batasan area yang akan dipetakan, misal 1 RT atau 1 dasawisma, satu RW, satu lorong dan sebagainya. Mintalah peserta untuk menentukan ciri-ciri masyarakat berdasarkan klasifikasi : mampu, menengah dan tidak mampu berdasarkan kriteria dan status ekonomi. Klasifikasi tersebut dilihat berdasarkan pola makan, kepemilikan aset, kondisi rumah, pendidikan, kondisi kesehatan termasuk akses ke layanan kesehatan, dan fasilitas air dan sanitasi). Buatlah dalam bentuk tabel (terlampir). *Tabel bisa disiapkan sebelumnya oleh fasilitator sehingga memudahkan peserta untuk mengisi dan juga menghemat waktu. Tentukan simbol /gambar untuk masing-masing tingkatan. Minta peserta untuk menghitung/memperkirakan berapa banyak keluarga dari masing-masing tingkatan. Setelah tabel terisi lengkap, minta salah satu peserta menjelaskan hasil kesepakatan kelompok tersebut. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta Buatlah rangkuman sesi. Rangkuman dan Pembulatan (10 menit) Langkah 1: Lakukan rangkuman sesi Klasifikasi Kesejahteraan Masyarakat. Langkah 2: Ucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan lanjutkan ke tahap/sesi berikutnya yaitu pemetaan sanitasi. POKOK BAHASAN 2: Kegiatan Pemetaan Sanitasi (120 menit) SESI 1 : Langkah 1: Langkah 2: Langkah 3: Pengkondisian (10 menit). Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk memperlancar proses. Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masing-masing. Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau melakukan energizer. Jelaskan pada peserta bahwa dalam pertemuan ini topik yang akan dibahas adalah Peta Sanitasi. Sesi ini sangat penting untuk memberikan gambaran yang utuh mengenai kondisi sanitasi kepada masyarakat. Jelaskan tujuan pertemuan ini yaitu untuk: a. Memetakan: Tempat pembuangan limbah cair dan padat. Sumber air masyarakat. Ketersediaan tempat dan sabun untuk cuci tangan. 82 Sub Modul 4 : Pemicuan 2

94 b. Memahami situasi dan permasalahan sanitasi. c. Alat untuk membuat rencana peningkatan sarana maupun perilaku Higiene dan Sanitasi masyarakat. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. SESI 2 : Langkah 1: Langkah 2: Langkah 3: Langkah 4: Pelaksanaan Pemetaan Sanitasi (100 menit) Sebelum masuk ke pembuatan peta sanitasi, identifikasi perilaku beresiko dengan cara: Sepakati istilah-istilah yang berhubungan dengan sanitasi dalam bahasa setempat. Gunakan istilah yang disepakati selama proses pemicuan berlangsung. Ajukan pertanyaan : Di mana saja biasanya masyarakat: o BAB, o Buang sampah, o Mengambil air untuk masak dan minum, o Membuang limbah cair rumah tangga? Jawaban peserta tidak perlu dikomentari. Sampaikan bahwa untuk memahami bagaimana membuat peta sanitasi dan bagaimana fasilitasi yang diperlukan maka akan dilakukan kegiatan secara berkelompok. Bagi peserta menjadi 5 kelompok dengan metode pembagian kelompok yang sudah disiapkan sebelumnya. Apabila jumlah peserta laki-laki dan perempuan berimbang, bagilah kelompok berdasarkan jenis kelamin. Bagikan kepada setiap kelompok kertas flipchart dan spidol warna-warni. Sampaikan kepada peserta mengenai langkah-langkah membuat peta sanitasi, antara lain: Minta peserta untuk menggambar peta dimulai dengan menentukan area/daerah yang akan dipetakan misal 1 RW atau 1 RT. Tentukan batas area, tempat/fasilitas umum dan tentukan simbolnya. Lengkapi dengan letak rumah masing-masing KK dan jumlah keluarga yang tinggal dalam rumah tersebut. Sepakati simbol untuk masing-masing rumah (berdasarkan klasifikasi kesejahteraan yang telah dilakukan sebelumnya). Saat melengkapi letak rumah, pastikan semua peserta berpartisipasi. Setelah batas wilayah, fasilitas umum dan lokasi rumah penduduk terpetakan, lanjutkan dengan memetakan kondisi jamban, sampah, limbah cair, sumber air dan ketersediaan tempat dan sabun untuk cuci tangan. Untuk jamban, lakukan langkah-langkah berikut: Sebelum melakukan pemetaan, diskusikan dengan peserta apa yang dimaksud dengan jamban sehat (aman) dan tidak sehat (tidak aman). Jamban sehat/aman adalah jamban yang tidak mencemari lingkungan sekitar (memiliki tangki septik). Jika peserta belum sampai pada pengertian jamban sehat/ aman tersebut, fasilitasi sehingga timbul pengertian dan kesepakatan bersama mengenai pengertian jamban yang aman. Gunakan pengertian jamban sehat/aman ini sebagai dasar dalam menentukan apakah jamban di sebuah rumah sehat/aman atau tidak. Sepakati simbolnya dan warna. Untuk warna misalnya: jamban sehat/aman menggunakan warna hijau, sedangkan jamban yang tidak sehat/tidak aman menggunakan warna merah. Untuk tempat-tempat yang biasa dipakai BABS gunakan warna cokelat. Sub Modul 4 : Pemicuan 2 83

95 Langkah 5: Langkah 6: Langkah 7: Langkah 8: Setelah disepakati pengertian jamban sehat/aman dan jamban tidak sehat/tidak aman, simbol dan warna, lanjutkan dengan memetakan kondisi setiap jamban di setiap rumah penduduk. Pastikan semua peserta berpartisipasi aktif. Untuk sampah, lakukan langkah-langkah berikut: Diskusikan dengan peserta kebiasaan membuang sampah di area yang akan dipetakan. Tanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut: - Dimana biasanya sampah dibuang? - Apakah sudah ada yang melakukan pemilahan? Tentukan simbol dan warna. Misalnya warna hijau jika memiliki tempat sampah dan melakukan pemilahan sampah, kuning jika sudah memiliki tempat sampah namun belum melakukan pemilahan, dan merah jika tidak ada tempat sampah. Setelah didiskusikan kebiasaan membuang sampah di area tersebut, simbol dan warna, lanjutkan dengan memetakan kondisi persampahan di setiap rumah penduduk. Pastikan semua peserta berpartisipasi aktif. Untuk limbah cair, lakukan langkah-langkah berikut: Diskusikan kondisi saluran pembuangan air limbah yang ada di area yang dipetakan. Tanyakan pertanyaan berikut: - Apakah setiap rumah memiliki saluran pembuangan air limbah sendiri? - Bagaimana kondisi salurannya? Bersih atau kotor/penuh sampah? - Jika penuh dengan sampah apakah ada usaha untuk melakukan pembersihan? - Siapa dan kapan biasanya dilakukan pembersihan? - Apakah di daerah yang saluran air limbahnya penuh sampah, sering terjadi banjir? Sepakati simbol dan warna. Misalnya warna hijau jika memiliki SPAL yang sehat dan bersih, kuning jika memiliki SPAL namun tidak terpelihara, dan merah jika tidak memiliki SPAL Setelah didiskusikan kondisi saluran pembuangan air limbah yang ada di area tersebut, simbol dan warna, lanjutkan dengan memetakan kondisi saluran pembuangan air limbah setiap rumah penduduk. Pastikan semua peserta berpartisipasi aktif. Untuk sumber air yang dimaksud di sini adalah sumber air yang biasa digunakan (khusus untuk minum dan masak), lakukan langkah-langkah berikut: Sepakati simbol dan warna. Misalnya hijau jika sumber air tersebut terlindungi dan merah jika tidak terlindungi. Setelah disepakati pengertian sumber air terlindungi dan tidak terlindungi, simbol dan warna, lanjutkan dengan memetakan kondisi setiap jamban di setiap rumah penduduk. Pastikan semua peserta berpartisipasi aktif. Untuk ketersediaan sarana dan sabun untuk cuci tangan, lakukan langkahlangkah berikut: Diskusikan mengenai ketersediaan tempat dan sabun untuk cuci tangan. Tanyakan kepada peserta apa pentingnya cuci tangan pakai sabun. Sepakati simbol dan warna. Misalnya hijau jika tersedia sarana cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir dan sabun, dan merah jika tidak tersedia sarana cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir dan sabun. Setelah didiskusikan pentingnya cuci tangan pakai sabun, simbol dan warna, lanjutkan dengan memetakan kondisi ketersediaan sarana dan sabun untuk cuci tangan di setiap rumah penduduk. Pastikan semua peserta berpartisipasi aktif. 84 Sub Modul 4 : Pemicuan 2

96 Langkah 9: Setelah peta lengkap, minta peserta untuk mengamati peta. Ajukan pertanyaan kunci berikut : Bagaimana perasaan kita kalau melihat RT/RW/ kita seperti dalam peta? Apa dampaknya bagi masyarakat setempat? Langkah 10: Buatlah matrik untuk menyimpulkan hasil pemetaan sanitasi : Jamban, sampah, limbah cair, sumber air, dan CTPS. *Tabel bisa disiapkan oleh fasilitator sehingga memudahkan proses dan juga menghemat waktu. Langkah 11: Setelah matrik selesai dibuat. Diskusikan masing-masing matrik dan tanyakan kepada peserta apa yang dapat dilakukan agar semua orang dapat memperoleh sanitasi yang aman. Langkah 12 : Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. Langkah 13 : Buatlah rangkuman sesi. Rangkuman dan Pembulatan (10 menit) Langkah 1: Langkah 2: Lakukan rangkuman sesi pemetaan sanitasi. Ucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan lanjutkan ke tahapan berikutnya yaitu transect walk. POKOK BAHASAN 3: Transect Walk/Penelusuran Wilayah (120 menit) SESI 1: Langkah 1: Langkah 2: Langkah 3: Pengkondisian (10 menit). Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk memperlancar proses. Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masingmasing. Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau melakukan energizer. Jelaskan pada peserta bahwa dalam pertemuan ini, kegiatan yang akan dilakukan adalah penelusuran wilayah/transect walk. Berdasarkan peta sanitasi yang telah dibuat sebelumnya, sepakati dengan peserta rute dan daerah mana yang akan ditelusuri. Peserta dan fasilitator akan menelusuri rute dan daerah yang telah disepakati sebelumnya. SESI 2 : Langkah 1: Pelaksanaan Transect Walk/Penelusuran Wilayah (100 menit) Katakan kepada peserta bahwa di dalam kegiatan Transect Walk, ada tiga hal yang akan kita perhatikan, yaitu air limbah domestik, persampahan, dan drainase. Sub Modul 4 : Pemicuan 2 85

97 Langkah 2 : Langkah 3 : Langkah 4 : Jelaskan kepada peserta langkah-langkah untuk setiap komponen tersebut yaitu: Untuk air limbah domestik, yang akan diperhatikan adalah praktik buang air besar. Kegiatan ini dilakukan di lokasi-lokasi buang air besar sembarangan dan saluran pembuangan air limbah yang kotor/rumah yang tidak mempunyai saluran pembuangan air limbah. Saat menemukan kotoran, beri bendera warna kuning/merah. Saat berada di lokasi, ajukan pertanyaan di bawah ini: o Sampah siapa ini? o Siapa saja yang tadi malam/pagi membuangnya disini? o Bagaimana perasaan kita kalau melihat kotoran/sampah yang berserakan seperti ini? o Digunakan untuk apa saja tempat ini? Untuk persampahan, yang akan diperhatikan adalah praktik buang sampah. Kegiatan ini dilakukan di lokasi-lokasi tempat orang membuang sampah sembarangan. Saat menemukan kotoran, beri bendera warna kuning/merah. Saat berada di lokasi, ajukan pertanyaan di bawah ini: o Sampah siapa ini? o Siapa saja yang tadi malam/pagi membuangnya disini? o Bagaimana perasaan kita kalau melihat kotoran/sampah yang berserakan seperti ini? o Digunakan untuk apa saja tempat ini? Untuk drainase yang akan diperhatikan adalah kondisi saluran air Kegiatan ini dilakukan di daerah tanpa saluran air dan dengan saluran air mampet, daerah dengan genangan air (tempat berkembang biak nyamuk), jalan/jalur di mana banjir hanya mencakup jalan/jalur tersebut, jalan/jalur di mana air banjir memasuki rumah/toilet / tangki septik. Saat menemukan kotoran, beri bendera warna kuning/merah. Saat di lokasi, ajukan pertanyaan di bawah ini: o Sampah/kotoran siapa ini? o Siapa saja yang tadi malam/pagi membuangnya disini? o Bagaimana perasaan kita kalau melihat kotoran/sampah yang berserakan seperti ini? o Digunakan untuk apa saja tempat ini? Berdasarkan rute yang telah disepakati mulailah kegitan transect walk tersebut untuk setiap komponen air limbah, persampahan dan drainase. Lakukan seperti langkah-langkah yang telah dijelaskan sebelumnya. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta Buatlah rangkuman sesi. 86 Sub Modul 4 : Pemicuan 2

98 Rangkuman dan Pembulatan (10 menit) Langkah 1: Langkah 2: Lakukan rangkuman sesi Transect walk. Ucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan lanjutkan ke tahapan berikutnya yaitu Elemen pemicuan lain. VIII. URAIAN MATERI PENDAHULUAN Promosi higiene adalah sebuah pendekatan yang melibatkan masyarakat dalam rangka meyakinkan dan mendukung anggota keluarganya untuk mengadopsi praktik higiene dan sanitasi yang aman. Tujuan promosi higiene adalah mendukung masyarakat dalam mengembangkan perilaku higiene dan sanitasi yang baik untuk: mencegah penyakit, mempromosikan sikap dan praktik positif tentang penyediaan, penggunaan, dan pemeliharaan fasilitas dan layanan sanitasi Metode partisipatif adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mempromosikan kondisi dan praktik higiene dan sanitasi yang baik dalam: - Membantu sekelompok besar orang untuk menentukan sendiri perilaku dan kondisi apa yang baik dan tidak baik. - Memungkinkan masyarakat untuk menentukan sendiri apa yang akan mereka lakukan untuk memperkuat perilaku dan kondisi yang baik dan menghilangkan perilaku dan kondisi yang buruk di rumah dan masyarakat mereka. - Lebih mudah mengadopsi perilaku baru jika tetangga dan teman melakukan hal yang sama. - Berbagi pengetahuan antar peserta pertemuan (yang disebut efek belajar horisontal). Diskusi kelompok dapat dilakukan dengan kelompok ibu-ibu, kelompok bapak-bapak, kelompok remaja putri, dan kelompok remaja putra. Diskusi dapat dilakukan bersama-sama atau terpisah bagi pria dan wanita tergantung dari kondisi sosial budaya. Keuntungan jika diskusi dilakukan terpisah antara kelompok pria dan wanita yaitu: Mendapatkan informasi yang mendalam dari kedua kelompok tersebut. Memberikan kesempatan lebih banyak bagi bagi pria dan wanita untuk menyampaikan pendapatnya. Hal ini disebabkan bila pertemuan dijadikan satu antara kelompok pria dan wanita seringkali ada kelompok yang mendominasi karena pengaruh kultur/budaya. A. Penilaian Kondisi Sanitasi 1. Klasifikasi Kesejahteraan Tujuan : Mengklasifikasikan penduduk menjadi tiga kategori sosial ekonomi dengan menggunakan istilah yang sesuai secara budaya yaitu kelas atas/mampu, menengah, dan kelas bawah (tidak mampu). Mendapatkan gambaran mengenai kondisi sanitasi secara utuh dan distribusi yang lebih adil dari kontribusi keuangan untuk pembangunan dan pemeliharaan. Langkah-langkah melakukan klasifikasi kesejahteraan masyarakat : a. Jelaskan tujuan pertemuan bukan untuk mengetahui pendapatan masyarakat. b. Mintalah peserta untuk menentukan ciri-ciri masyarakat berdasarkan klasifikasi : mampu, menengah dan tidak mampu. c. Tentukan simbol /gambar untuk masing-masing tingkatan. d. Minta peserta untuk menghitung/memperkirakan berapa banyak keluarga dari masing-masing tingkatan. Sub Modul 4 : Pemicuan 2 87

99 Tabel Sub Modul 4-1 : Matrik klasifikasi kesejahteraan Masyarakat Kriteria dan Status Sosial Ekonomi Pola makan Kepemilikan set Kondisi rumah Pendidikan Kondisi dan akses kesehatan Akses dan fasilitas air dan saniitasi Ciri-ciri Mampu Menengah Kurang Mampu Jumlah : Simbol : Jumlah : Simbol : Jumlah : Simbol : Gambar Sub Modul 4-1 : Pembuatan Klasifikasi Kesejahteraan Masyarakat 2. Pembuatan peta sanitasi Tujuan 1) Memetakan : Tempat pembuangan limbah cair dan padat. Sumber air masyarakat. Ketersediaan tempat dan sabun untuk cuci tangan. 2) Memahami situasi dan permasalahan sanitasi. 3) Alat untuk membuat rencana peningkatan sarana maupun perilaku Higiene dan Sanitasi masyarakat. Langkah Awal : 1) Sepakati istilah-istilah yang berhubungan dengan sanitasi dalam bahasa setempat. 2) Gunakan istilah yang disepakati selama proses pemicuan berlangsung. 88 Sub Modul 4 : Pemicuan 2

100 3) Ajukan pertanyaan : Di mana saja biasanya masyarakat: BAB, Buang sampah, Mengambil air untuk masak dan minum, Membuang limbah cair rumah tangga? (jawaban yang disampaikan masyarakat tidak perlu dikomentari) Gambar Sub Modul 4-2 : Contoh peta sanitasi Langkah-langkah pembuatan peta sanitasi: 1) Minta beberapa orang dari peserta pertemuan untuk menggambar peta RW/kelurahan di atas tanah lapang atau di atas kertas flipchart/koran 2) Mulailah dengan : Batas RW/ kelurahan, Jalan kelurahan. Bangunan utama/pusat. Sarana kegiatan masyarakat lainnya (Sepakati simbolnya). 3) Lengkapi dengan letak rumah masing-masing KK dan jumlah keluarga yang tinggal dalam rumah tersebut. (Sepakati simbol untuk masing-masing rumah berdasarkan klasifikasi kesejahteraan) 4) Jamban Diskusikan jamban sehat (aman) dan jamban tidak sehat (Tidak aman). Sepakati simbolnya. Minta peserta untuk memberikan simbol dan warna Rumah yang memiliki jamban sehat (Hijau). Jamban tidak sehat (merah). Tempat-tempat yang biasa dipakai untuk BABS (coklat). 5) Sampah : Diskusikan mengenai kebiasaan membuang sampah. Sepakati simbolnya. Sepakati warna : Ada tempat sampah dan sudah melakukan pemilahan sampah (Hijau). Ada tempat sampah tanpa melakukan pemilahan (kuning). Tidak ada tempat sampah (Merah). Sub Modul 4 : Pemicuan 2 89

101 6) Limbah Cair (grey water) Diskusikan mengenai kondisi SPAL( Saluran Pembuangan Air Limbah). Sepakati simbolnya. Sepakati warna : memiliki SPAL yang sehat dan bersih (hijau). memiliki SPAL tetapi tidak dipelihara dan kotor (kuning). tidak mempunyai SPAL (ke halaman, kebun tanpa pengolahan (Merah). 7) Sumber Air Sumber air bersih yang biasa digunakan (Khusus untuk minum dan masak). Sepakati simbolnya. Sepakati warna sesuai dengan kondisi masing-masing : Terlindungi (Hijau). Tidak terlindungi (Merah). 8) Ketersediaan tempat dan sabun cuci tangan Diskusikan mengenai ketersediaan tempat dan sabun untuk cuci tangan. Sepakati simbolnya. Sepakati warna sesuai dengan kondisi masing-masing : Tersedia tempat cuci tangan dengan air mengalir dan sabun (Hijau). Tidak tersedia tempat cuci tangan dengan air mengalir dan sabun (Merah). 9) Minta masyarakat untuk mengamati yang terlihat di peta tersebut. 10) Ajukan pertanyaan kunci berikut : Bagaimana perasaan kita kalau melihat RW/kelurahan kita seperti dalam peta? Apa dampaknya bagi masyarakat setempat? Lanjutkan dengan elemen pemicuan lain. 11) Buatlah matrik untuk menyimpulkan hasil pemetaan sanitasi : Jamban, sampah, limbah cair, sumber air, dan CTPS. Tabel Sub Modul 4-2 : Matrik Jamban Keluarga/Jamban Umum RT/RW/Dusun/ Gampong Jamban Aman (Sehat) Jamban tidak aman (tidak sehat) Ke Jamban umum Masih BABS (Kebun, sungai, kolam dll) Jumlah RT/RW/ Dusun/ Gampong Tabel Sub Modul 4-3 : Matrik Tempat Sampah Ada tempat sampah dan dipilah Ada tempat sampah belum dipilah Tidak ada tempat sampah (sembarangan) Jumlah 90 Sub Modul 4 : Pemicuan 2

102 RT/RW/ Tabel Sub Modul 4-4 : Matrik Saluran Pembuangan Air Limbah Dusun/Gampong Ada SPAL* sehat Ada SPAL tidak sehat Tidak ada SPAL Jumlah RT/RW/ Dusun/Gampong Tabel Sub Modul 4-5 : Matrik Sumber Air Sumber air terlindungi Sumber air tidak terlindungi Jumlah Tabel Sub Modul 4-6 : Matrik Ketersediaan Tempat dan sabun untuk Cuci tangan RT/RW/ Dusun/Gampong Tersedia tempat cuci tangan dengan air mengalir dan sabun Tidak tersedia tempat cuci tangan dengan air mengalir dan sabun Jumlah 3. Transect Walk/Penelusuran Wilayah Teknik memfasilitasi pengkajian keadaan wilayah masyarakat dengan melakukan perjalanan menelusuri wilayah Desa/kelurahan. Kegiatan ini dilakukan setelah pembuatan peta sanitasi untuk melengkapi peta yang sudah dibuat juga sebagai langkah untuk melakukan pemicuan. Tujuannya : mengetahui tempat-tempat dimana masyarakat biasa BAB, membuang sampah dan limbah cair rumah tangga. (Peserta menyetujui daftar periksa dan lokasi sebelum dilakukan transect) a) Tempat-tempat biasa digunakan untuk buang air besar : 1) Lokasi-lokasi buang air besar sembarangan. 2) Jamban keluarga dan jamban umum. 3) Praktik buang air besar sembarangan anak-anak. 4) Toilet helikopter dan toilet yang mengalir ke saluran, air, atau bidang tanah. Di tempat terbuka (Kebun, sungai/kali, toilet helicopter) Lakukan diskusi dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut ini : 1) Apakah anda mencium aroma tidak sedap? Aroma apakah itu? 2) Berapa banyak kira-kira orang yang BAB di sini setiap hari? Siapa saja? 3) Kalau ada tinja, tanyakan: kira-kira tinja siapa saja ini? 4) Apakah ada diantara peserta yang BAB di tempat ini? 5) Apakah anda BAB di tempat ini secara rutin? Pernahkah anda tidak kebagian tempat ketika sudah sangat kebelet? Apa yang Anda lakukan? 6) Bagaimana dengan cebok? Apakah anda membawa air sendiri atau menggunakan bahan lain (daun, kertas, etc) Sub Modul 4 : Pemicuan 2 91

103 7) Bila melihat kecoak, coba minta mereka untuk menangkapnya. Bila tidak mau, tanyakan mengapa. Bagaimana kehidupan kecoak di sini? Bagaimana dengan lalat? 8) Adakah binatang lain yang sering berkeliaran ke area ini? Lokasi jamban pribadi/umum : Lakukan diskusi dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut ini : 1) Siapa yang punya jamban ini? 2) Siapa yang membangun jamban umum ini? Mengapa dibangun di sini (khusus pertanyaan untuk jamban umum)? 3) Berapa banyak kira-kira orang yang BAB di sini setiap hari? 4) Apakah selalu ada air di sini? Bila tidak, kapan saja air mengalir? Pernahkah terjadi tidak ada air? Adakah yang bisa menceritakan bagaimana Anda cebok dan menyiram jamban? 5) Tahukah Anda, ke mana tinja dari jamban disalurkan? Tangki septik Tahukah Anda tempatnya? Tahukah Anda ukurannya? Seingat Anda, kapan dibangun? Apakah pernah dikuras? Apabila sudah, pernah kapan terakhir kali dikuras? Siapa yang melakukan? Menurut Anda, apa sebenarnya tangki septik itu? Bagaimana Anda tahu bahwa tangki itu septik? (Observasi langsung konstruksi yang dikatakan peserta sebagai tangki septik: Apakah ada lubang kontrol? Apakah ada pipa udara? Apakah ada kebocoran? Apakah ada genangan air di sekitar tangki septik? Apakah Anda mencium aroma tidak sedap? Aroma apakah itu? Menurut anda berasal dari mana aroma tersebut? Got atau saluran air minta tunjukkan di mana. Tanyakan, Apakah Anda mencium aroma tinja yang kuat? Cubluk perhatikan apakah lubang tertutup atau terbuka. Bila perlu, dengan senter coba lihat seberapa banyak tinja, perhatikan apakah banyak serangga dan tikus di wilayah tersebut. Tanyakan, Sudah berapa lama cubluk ini digunakan? Berapa lama lagi kira-kira masih dapat digunakan? Apakah Anda mencium aroma tidak sedap? Aroma apakah itu? Menurut Anda, dari mana asalnya? 6) Bila melihat kecoak, coba minta mereka untuk menangkapnya. Bila tidak mau, tanyakan mengapa. Bagaimana kehidupan kecoak di sini? Apakah makmur? Bagaimana dengan lalat? Adakah binatang lain yang sering terlihat berkeliaran di area ini? Apa saja? Apa yang mereka lakukan? Tambahan pertanyaan di tempat biasa orang buang air besar sembarangan/tempat terbuka 1) Untuk kelompok ibu, tanyakan juga bagaimana bila sedang haid, apakah tetap BAB di situ? Bila ya, bagaimana? 2) Untuk kelompok bapak, bagaimana perasaan mereka bila anak, istri dan ibunya BAB di tempat terbuka? Catatan: Apabila tidak ada peserta yang mengaku buang air besar di tempat-tempat yang dilalui, tanyakan: 1) Di mana mereka biasa buang air besar? 2) Mengapa mereka tidak menggunakan tempat-tempat yang dilalui tersebut? 3) Bagaimana perasaan mereka ketika mengunjungi tempat-tempat terbuka di mana orang biasa BAB tersebut? 92 Sub Modul 4 : Pemicuan 2

104 Cuci Tangan Pakai Sabun Lakukan diskusi seputar cuci tangan pakai sabun. Diskusi dilakukan di sekitar tempat BAB. 1) Menurut Anda, setelah selesai BAB, berapa banyak dari Anda yang membawa kembali tinja Anda? 2) Apa yang biasanya Anda lakukan sesudah BAB? a) Bila cuci tangan tidak disebutkan atau bila ada yang tidak cuci tangan, tanyakan: Jadi Anda membawa pulang tinja Anda kembali? Berapa banyak dari Anda yang membawa pulang tinja Anda kembali? Dalam perjalanan pulang, biasanya apa yang terjadi? Ketika sampai di rumah, apa yang dilakukan? Jadi berapa banyak Anda menghadiahi teman/saudara/anggota keluarga Anda dengan tinja? Berapa banyak benda yang Anda tinggali tinja? Buat perhitungan: berapa orang disentuh kemudian menyentuh orang lain lagi, dst. b) Bila dikatakan cuci tangan, tanyakan: Bagaimana Anda mencuci tangan? Bila sabun tidak disebut, tanyakan pertanyaan di atas. Bila disebut, tanyakan: apakah Anda tahu bahwa teman-teman Anda tidak mencuci tangan? Pernahkah Anda menyangka bahwa Anda diare/mencret karena Anda menelan tinja teman Anda? Bila mencuci tangan dengan sabun, siapa yang menyediakan (bawa sendiri/ada dalam WC)? Mengapa Anda mencuci tangan Anda setelah BAB? Apakah sering dilakukan? Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Skala Tangga 1) Tanyakan: Sepengetahuan Anda, apakah ada sumur/ pipa distribusi PDAM yang bocor/dll di dekat sini (dalam radius 20 meter dari lokasi BAB) dimana masyarakat mengambil air untuk minum? Kunjungi sumur/pipa PDAM/sumber air lainnya tersebut untuk diobservasi kondisinya. a) Jika sumur/sumber air, berapa banyak keluarga yang mengambil air dari situ untuk sumber air minum? Bagaimana cara mengambilnya? Berapa jaraknya dari lokasi BABS b) Jika ada pipa PDAM yg bocor, apakah konsumen dr pipa2 tsb merupakan warga di kampung ini? 2) Tanyakan: Menurut anda, bagaimana dengan kualitas air dari sumber tersebut (pengamatan fisik: bau,rasa, keruh,warna,etc). Apakah ada yang pernah meminum langsung air dari tempat tersebut? Bagaimana rasanya? Apakah ada akibatnya pada diri anda? 3) Pakai metode simulasi air terkontaminasi menggunakan gelas air dan rambut di sini. b) Masalah limbah padat/sampah Lokasi tempat orang membuang limbah padat (tidak ada koleksi / pembersihan lokasi), dan lain-lain Lakukan diskusi dengan masyarakat dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut: 1) Apakah tempat ini merupakan tempat warga di sini membuang sampah? Ada lagikah tempat-tempat lain yang digunakan untuk membuang sampah? Sub Modul 4 : Pemicuan 2 93

105 2) Siapa saja yang membuang sampah di sini? Mengapa mereka membuang sampah di sini? 3) Sampah apa sajakah yang dibuang disini? Kapan orang biasa membuang sampah? 4) Adakah di antara Anda yang membuang sampah di sini? 5) Untuk satu keluarga kira-kira berapa banyak sampah dihasilkan setiap hari? Terdiri dari sampah apa saja? 6) Untuk menjadi sebanyak ini, kira-kira berapa keluarga yang membuang sampahnya di sini setiap hari? Selama berapa lama? Pernahkah tumpukannya lebih tinggi dari ini? Berapa lama biasanya sampah menumpuk di sini? Apa yang dilakukan bila sampah sudah menumpuk? Siapa yang melakukan? 7) Siapa saja yang mendapatkan keuntungan dari tumpukan sampah ini? Selain itu siapa lagi atau apa lagi? Bila disebutkan untuk kecoa, lalat, tikus, dll ke mana binatang-binatang tersebut berkeliaran? 8) Bagaimana perasaan Anda melihat situasi seperti ini? Apa yang akan dilakukan? c) Masalah Saluran Pembuangan Air Limbah dan drainase 1) Daerah tanpa saluran air dan dengan saluran air mampet. 2) Daerah dengan genangan air (tempat berkembang biak nyamuk). 3) Jalan-jalan / jalur-jalur di mana banjir hanya mencakup jalan-jalan / jalurjalur tersebut. 4) Jalan-jalan / jalur-jalur di mana air banjir memasuki rumah / toilet / tangki septik. Lakukan diskusi dengan masyarakat di saluran pembuangan air limbah-drainase yang bermasalah. Ajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut : 1) Siapa saja kah yang membuang sampah/bab/menyalurkan tinja langsung ke sini? 2) Adakah di antara Anda yang membuang sampah/bab/menyalurkan tinja langsung ke sini hari ini? 3) Dapatkah Anda menemukan kembali tinja/sampah yang Anda buang di antara tinja/sampah yang lain? 4) Bagaimana sumbangan warga lainnya terhadap tersumbatnya saluran ini? 5) Adakah waktu-waktu tertentu di mana saluran ini tersumbat atau meluap? Kapan saja? Mengapa? 6) Bila meluap, sampai seberapa besar? Apakah sampai terjadi banjir? Apa akibatnya? 7) Ke mana saluran ini mengalir? Bila ke wilayah lain, bagaimana menurut Anda perasaan warga wilayah lain mendapatkan kiriman dari Anda? Bila ditemukan penjual makanan/minuman di area yang dilewati 1) Perhatikan apakah ada penjual makanan/minuman di daerah BABS: Tertutup atau tidak jualan makanannya. Bagaimana sang penjual menyajikannya (dengan tangan telanjang/sendok/tangan berplastik). Ada/tidaknya lalat, genangan air. 2) Apabila ada lalat tanyakan ke peserta: Menurut anda, darimanakah asal lalat yang hinggap di makanan tersebut? Apakah itu lalat yang sama yang tadi kita temukan di lokasi BABS/Jamban Pribadi/Jamban umum/ selokan? 94 Sub Modul 4 : Pemicuan 2

106 Setelah selesai kegiatan penelusuran wilayah, peserta dipersilahkan untuk menambahkan hal-hal yang kurang pada peta sanitasi yang sudah dibuat. Bebarapa hal penting yang perlu ditambahkan dalam peta: siapa yang melakukan, apa yang dilakukan, kapan dilakukan, dan di mana dilakukan. Tanyakan apakah mereka merasa perlu untuk mengganti peta secara keseluruhan atau hanya menambahkan saja beberapa informasi yang belum lengkap. Keseluruhan rangkaian penelusuran ditutup dengan mendiskusikan pertanyaan berikut: 1) Bagaimana perasaan Anda setelah berjalan-jalan bersama tadi? 2) Apa saja yang menarik perhatian Anda? Mengapa? 3) Kesimpulan apa yang dapat Anda tarik dari perjalanan tadi? 4) Adakah hal-hal yang ingin Anda rubah? Perubahan yang seperti apa? Mengapa? 5) Kira-kira apa yang dapat dilakukan bersama untuk memastikan perubahan tersebut terjadi? Sub Modul 4 : Pemicuan 2 95

107 Referensi : 1) Kementerian Kesehatan RI, Modul Pelatihan Fasilitator STBM. 2) Pokja AMPL Nasional, 2012 : Prohisanmas-JK (Promosi Higiene dan Sanitasi Berbasis Masyarakat dengan Kepedulian jender dan Kemiskinan), Seri 1 : Panduan Praktis Pelaksanaan Pelatihan untuk Pelatih. 3) Pokja AMPL Nasional, 2012 : Prohisanmas-JK (Promosi Higiene dan Sanitasi Berbasis Masyarakat dengan Kepedulian jender dan Kemiskinan), Seri 2 Pelaksanaan Promosi Higiene dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di Lapangan. 4) Panduan Asessment partisipatif dan pemicuan STBM, High Five. 96 Sub Modul 4 : Pemicuan 2

108 LAMPIRAN 1 : EVALUASI AKHIR SESI Panduan : Sampaikan pertanyaan secara lisan satu persatu terkait dengan : Klasifikasi Kesejahteraan, Peta Sanitasi dan Transect Walk. Hindari peserta yang mendominasi jawaban, bisa dilakukan dengan permainan. Hindari menunjuk orang tertentu. Sediakan souvenir bagi peserta yang dapat menjawab. Pertanyaan : 1. Apa tujuan melakukan klasifikasi kesejahteraan? 2. Sebutkan langkah-langkah melakukan klasisikasi kesejahteraan masyarakat? 3. Apa tujuan membuat peta sanitasi? Ada berapa cara dalam membuat peta sanitasi? 4. Sebutkan masing-masing keuntungan dan kerugiannya? 5. Sebutkan langkah-langkah membuat peta sanitasi? 6. Apa tujuan melakukan transect walk? 7. Sebutkan langkah-langkah melakukan transect walk? Apabila masih ada jawaban peserta yang belum tepat, fasilitator dapat menampilkan kembali silde presentasi terkait. Sub Modul 4 : Pemicuan 2 97

109 LAMPIRAN 2 : MATRIK UNTUK KLASIFIKSI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kriteria dan Status Sosial Ekonomi Pola makan Ciri-ciri Mampu Menengah Kurang Mampu Simbol : Jumlah : Simbol : Jumlah : Simbol : Jumlah : Kepemilikan aset Kondisi rumah Pendidikan Kondisi kesehatan/akses layanan kesehatan Fasilitas air dan sanitasi 98 Sub Modul 4 : Pemicuan 2

110 LAMPIRAN 3 : MATRIK PEMETAAN SANITASI Matrik Jamban Keluarga/Jamban Umum : RT/RW/Dusun/ Gampong Jamban Aman (Sehat) Jamban tidak aman (tidak sehat) Ke Jamban umum Masih BABS (Kebun, sungai, kolam dll) Jumlah Matrik Pengelolaan sampah Rumah Tangga : RT/RW/ Dusun/Gampong Ada tempat sampah dan dipilah Ada tempat sampah belum dipilah Tidak ada tempat sampah (sembarangan) Jumlah Matrik Pengelolaan Limbah Cair RT/RW/ Dusun/Gampong Ada SPAL* sehat Ada SPAL tidak sehat Tidak ada SPAL Jumlah Matrik Sumber Air Utama untuk Minum dan makan RT/RW/ Dusun/Gampong Sumber air terlindungi Sumber air tidak terlindungi Jumlah Matrik Ketersediaan Tempat dan sabun untuk Cuci tangan pakai sabun RT/RW/ Dusun/Gampong Tersedia tempat cuci tangan dengan air mengalir dan sabun Tidak tersedia tempat cuci tangan dengan air mengalir dan sabun Jumlah Sub Modul 4 : Pemicuan 2 99

111 LAMPIRAN 4 : SLIDE PRESENTASI 100 Sub Modul 4 : Pemicuan 2

112 Sub Modul 4 : Pemicuan 2 101

113 102 Sub Modul 4 : Pemicuan 2

114 Sub Modul 4 : Pemicuan 2 103

115 104 Sub Modul 4 : Pemicuan 2

116 Sub Modul 4 : Pemicuan 2 105

117 106 Sub Modul 4 : Pemicuan 2

118 Sub Modul 4 : Pemicuan 2 107

119 108 Sub Modul 4 : Pemicuan 2

120 Sub Modul 4 : Pemicuan 2 109

121 110 Sub Modul 4 : Pemicuan 2

122 Sub Modul 4 : Pemicuan 2 111

123 112 Sub Modul 4 : Pemicuan 2

124 Sub Modul 4 : Pemicuan 2 113

125 114 Sub Modul 4 : Pemicuan 2

126 Sub Modul 4 : Pemicuan 2 115

127 SUB MODUL 5 : ELEMEN PEMICUAN LAINNYA I. DESKRIPSI SINGKAT Sub modul ini menjelaskan elemen pemicuan lainnya yang dapat dilakukan kepada masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kebutuhan terhadap sanitasi. Ada tiga kegiatan yang dapat dilakukan antara lain : Menghitung beban sampah (Padat dan Cair), simulasi air terkontaminasi (meminum air yang tercemar dan membasuh muka dengan air yang tercemar) dan diagram manfaat. II. III. TUJUAN KEGIATAN Tujuan Kegiatan Umum: Setelah mempelajari materi peserta mampu memahami dan memfasilitasi berbagai metode pemicuan. Tujuan Kegiatan Khusus: Setelah pelatihan peserta diharapkan mampu : Mengetahui dan mampu melakukan fasilitasi penghitungan limbah padat dan limbah cair. Mengetahui dan mampu melakukan fasilitasi simulasi air terkontaminasi. Mengetahui dan mampu melakukan fasilitasi diagram manfaat. POKOK BAHASAN a. Penghitungan Volume limbah (Padat dan Cair). b. Simulasi Air terkontaminasi. c. Diagram manfaat. d. Puncak pemicuan. IV. WAKTU 135 menit (5 JPL) V. METODE 1. Ceramah Tanya jawab. 2. Curah pendapat. 3. Presentasi singkat. 4. Diskusi kelompok. 5. Diskusi Pleno. 6. Simulasi. VI. ALAT BANTU dan MEDIA 1. Slide Presentasi. 2. Kertas Flipchart. 3. Spidol warna warni. 4. Selotip kertas. 5. LCD. 6. Laptop gelas Air mineral yang masih disegel. 8. Air bersih. 9. Baskom/ember. 10. Handuk. 116 Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya

128 VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN SESI 1: Pengkondisian (10 menit). Langkah 1: Langkah 2: Langkah 3: Langkah 4: Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk memperlancar proses. Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masingmasing. Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau melakukan energizer. Jelaskan pada peserta bahwa dalam pertemuan ini topik yang akan dibahas adalah : Elemen Pemicuan, sampaikan mengapa topik ini penting untuk dibahas. Jelaskan tujuan dari kegiatan ini dengan menayangkan slide tujuan. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Tanyakan kepada peserta apakah sudah siap mengikuti sesi berikutnya? Apabila sudah siap segera lanjutkan dengan sesi selanjutnya. SESI 2 : Langkah 1: Langkah 2: Langkah 3: Pembahasan Sub Pokok Penghitungan beban tinja, sampah, dan air limbah ( 30 menit) Pengantar : sampaikan kepada peserta bahwa untuk meningkatkan kebutuhan terhadap sanitasi perlu dilakukan kegiatan pemicuan yang dapat dilakukan pada saat melakukan pemetaan sanitasi ataupun pada saat transect walk. Tanyakan kepada peserta : Apakah ada yang mengetahui cara-cara melakukan pemicuan kepada masyarakat agar masyarakat timbul kesadarannya terhadap permasalahan sanitasi dan mau melakukan perubahan perilaku sanitasi? Apabila ada minta kepada peserta untuk menceritakannya. Tulis kata-kata kunci jawaban yang disampaikan peserta pada kertas flipchart. Ucapkan terima kasih terhadap peserta tersebut. Sampaikan kepada peserta bahwa sekarang kita akan membahas elemen pemicuan : Penghitungan beban tinja. Tanyakan kepada peserta tujuan melakukan penghitungan beban tinja? Ajak peserta merangkum tujuan tersebut selanjutnya tayangkan slide tujuan penghitungan beban tinja. Langkah 4: Sampaikan kepada peserta kita akan langsung praktek memfasilitasi menghitung beban tinja secara bersama-sama. a. Ajukan pertanyaan kepada masyarakat : Ada berapa orang yang masih BAB di sembarang tempat? Berapa kali setiap orang biasanya BAB dalam sehari? Berapa banyak (kg) dalam sekali BAB? b. Hitung jumlah tinja dalam sehari, seminggu, sebulan, setahun dst. c. Konversikan jumlah tinja dalam ukuran karung beras, berapa karung dan berapa tinggi jika ditumpuk seperti padi/ beras. Langkah 5: Sampaikan kepada peserta bahwa sekarang kita akan membahas elemen pemicuan : Penghitungan beban sampah. Tanyakan kepada peserta tujuan melakukan penghitungan beban sampah? Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya 117

129 Langkah 6: Langkah 7: Ajak peserta merangkum tujuan tersebut selanjutnya tayangkan slide tujuan penghitungan beban sampah. Sampaikan kepada peserta kita akan langsung praktek memfasilitasi menghitung beban sampah secara bersama-sama. a. Ajukan pertanyaan kepada masyarakat : Ada berapa jumlah rumah di Dusun/Kampung/RW/RT ini? Berapa rumah yang masih melakukan praktek buang sampah sembarangan? Berapa banyak (Kg) setiap rumah membuang sampah dalam sehari? b. Hitung jumlah sampah dalam sehari, seminggu, sebulan, setahun dst. c. Konversikan jumlah sampah dalam ukuran karung beras, berapa karung dan berapa tinggi jika ditumpuk seperti padi/ beras. Sampaikan kepada peserta bahwa sekarang kita akan membahas elemen pemicuan : Penghitungan volume limbah cair. Tanyakan kepada peserta tujuan melakukan penghitungan volume limbah cair? Ajak peserta merangkum tujuan tersebut selanjutnya tayangkan slide tujuan penghitungan volume limbah cair. Langkah 8: Sampaikan kepada peserta kita akan langsung praktek memfasilitasi menghitung volume limbah cair secara bersama-sama. a. Ajukan pertanyaan kepada masyarakat : Berapa banyak (liter/kubik) setiap rumah membuang limbah cair dalam sehari? b. Kalikan dengan jumlah rumah yang ada. c. Hitung jumlah limbah cair dalam sehari, seminggu, sebulan, setahun?. Langkah 9 : Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. SESI 3 : Langkah 1: Pembahasan Sub Pokok Bahasan Simulasi air terkontaminasi ( 25 menit) Sampaikan kepada peserta bahwa sekarang kita akan melakukan simulasi air terkontaminasi alternatif 1 (minum air tercemar). Tanyakan kepada peserta, apakah ada peserta yang sudah mengetahui dan melakukannya? Minta kesediaan peserta tersebut melakukan fasilitasi simulasi air terkontaminasi. Apabila tidak ada maka lakukan hal-hal berikut ini. Siapkan 2 gelas air mineral yang masih disegel. Minta salah seorang peserta untuk minum air tersebut. Fasilitator juga melakukan hal sama. Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian tempelkan rambut tersebut ke tinja/sampah/air limbah cair RT yang sudah diambil saat transect, celupkan rambut tersebut ke air mineral yang tadi diminum oleh peserta. Minta peserta yang minum air tadi untuk meminum kembali air yang telah diberi kotoran. Minta juga peserta yang lain untuk meminumnya. Ajukan pertanyaan: Kenapa tidak yang ada berani minum? Ajukan pertanyaan lain untuk menguatkan bahwa air yang kita minum dari rumah, makan yang kita makan sama tercemarnya seperti air tadi jika kita masih BAB, buang sampah dan limbah cair RT di sembarang tempat. 118 Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya

130 Langkah 2: Langkah 3: Langkah 4: Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. Sampaikan kepada peserta bahwa sekarang kita akan melakukan simulasi air terkontaminasi alternatif 2 (membasuh muka dengan air tercemar). Tanyakan kepada peserta, apakah ada peserta yang sudah mengetahui dan melakukannya? Minta kesediaan peserta tersebut melakukan fasilitasi simulasi air terkontaminasi. Apabila tidak ada maka lakukan hal-hal berikut ini: o Siapkan 1 ember/baskom air dari sumur milik warga atau dari sungai yang bersih. o Minta salah seorang peserta untuk mencuci muka dengan air tersebut. Fasilitator juga melakukan hal sama (mencuci muka). o Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian tempelkan rambut tersebut ke tinja/limbah cair RT/sampah yang sudah diambil saat transect, celupkan rambut tersebut ke air yang tadi digunakan untuk mencuci muka oleh peserta. o Minta peserta yang telah mencuci muka tadi untuk mencuci muka kembali dengan air yang telah diberi tinja. Minta juga peserta yang lain untuk melakukannya. o Ajukan pertanyaan: Kenapa tidak yang ada berani melakukan? o Ajukan pertanyaan lain untuk menguatkan bahwa air yang kita minum dari rumah, makanan yang kita makan sama tercemarinya seperti air tadi jika kita masih BAB, buang sampah dan buang limbah cair RT di sembarang tempat. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. SESI 4 : Langkah 1: Langkah 2 : Langkah 3 : Pembahasan Sub Pokok Bahasan : Diagram Manfaat (30 menit) Sampaikan kepada peserta bahwa sekarang untuk lebih meningkatkan kebutuhan akan layanan sanitasi seseorang perlu mengetahui manfaat perilaku higiene dan sanitasi. Semakin banyak manfaat perilaku higiene dan sanitasi diharapkan semakin memotivasi seseorang untuk melakukan peningkatan perilaku higiene dan sanitasi. Tanyakan kepada peserta apakah ada yang mengetahui bagaimana cara melakukan pembuatan diagram manfaat serta tujuannya melakukan pembuatan diagram manfaat? Apabila ada minta kepada peserta untuk menceritakannya. Tulis kata-kata kunci jawaban yang disampaikan peserta pada kertas flipchart. Ucapkan terima kasih terhadap peserta tersebut. Sampaikan kepada peserta bahwa untuk lebih memahami cara pembuatannya kita akan langsung melakukan simulasi pembuatan diagram manfaat dalam kelompok kecil. Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya 119

131 Langkah 4 : Langkah 5 : Langkah 6: Bagi peserta ke dalam 5 kelompok dengan cara yang sudah disiapkan. Apabila jumlah peserta laki-laki dan perempuan berimbang maka bagi kelompok terdiri dari kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Bagikan kepada setiap kelompok kertas flipchart dan spidol warna-warni. Sampaikan tugas kelompok untuk melakukan diskusi dalam kelompoknya mengenai manfaat dari setiap perilaku higiene dan sanitasi. Setiap kelompok diminta untuk menuliskan perilaku higiene dan sanitasi yang berbeda. Kelompok satu diminta membahas perilaku terkait pilar 1. Kelompok dua diminta membahas perilaku terkait pilar 2. Kelompok tiga diminta membahas perilaku terkait pilar 3. Kelompok empat diminta membahas perilaku terkait pilar 4. Kelompok lima diminta membahas perilaku terkait pilar 5. Minta kepada kelompok untuk menuliskan ditengah-tengah kertas flipchart perilaku yang dipilih, lingkari manfaat tersebut. Tentukan siapa yang paling termotivasi oleh manfaat tersebut apakah laki-laki, perempuan, anak laki-laki, dan anak perempuan. Tuliskan sebanyak-banyaknya manfaat yang dapat diterima oleh kelompok yang sudah ditentukan (laki-laki, perempuan, anak laki-laki, atau anak perempuan) di sekitar perilaku yang sudah dipilih. Lingkari setiap manfaat tersebut. Akhiri kegiatan dengan melihat banyaknya manfaat dari setiap perilaku, perbedaan untuk setiap kelompok dan mana yang menjadi faktor motivasi utama untuk melakukan peningkatan. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta SESI 5 : Langkah 1: Pembahasan Sub Pokok Bahasan : Puncak Pemicuan (20 menit) Sampaikan kepada peserta bahwa setelah rangkaian pemicuan dilakukan maka diakhir pertemuan buat kesepakatan dengan masyarakat dengan membuat komitmen siapa yang mau melakukan perubahan perilaku sanitasi. Caranya dengan mengajukan beberapa pertanyaan penguat seperti berikut ini : a. Ajukan pertanyaan penguat : Apakah BAB, buang sampah dan buang limbah cair RT di sembarang tempat itu lebih banyak mendatangkan manfaat atau lebih banyak kerugiannya? Apa saja kerugiannya? Apakah kita mau kondisinya terus seperti ini? Kalau tidak harus bagaimana? Apa yang akan kita lakukan setelah ini? b. Minta masyarakat yang mau berubah untuk ke depan dan berikan apresiasi dengan tepuk tangan. c. Minta mereka (yang mau berubah) untuk menanda tangani kontrak sosial (komitmen pembuatan sarana sanitasi) di dalam form yang sudah disiapkan. d. Sepakati jadwal pertemuan berikutnya (RTL). e. Tutup pertemuan dengan ucapan terimakasih kepada masyarakat dan ajak mereka untuk bertepuk tangan. 120 Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya

132 Langkah 2: Langkah 3: Jelaskan slide jumlah fasilitator untuk melakukan elemen pemicuan. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. Buatlah rangkuman sesi. Rangkuman dan Pembulatan ( 10 menit) Langkah 1: Langkah 2: Lakukan rangkuman sesi elemen pemicuan. Ucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan lanjutkan ke tahap/sesi berikutnya yaitu pengorganisasian dan perencanaan masyarakat/komunitas. VIII. URAIAN MATERI ELEMEN PEMICUAN LAIN Dalam melakukan pemicuan di masyarakat terdapat beberapa faktor yang harus dipicu sehingga target utama yang diharapkan yaitu: merubah perilaku higiene dan sanitasi masyarakat yang tidak aman menjadi perilaku higiene dan sanitasi yang aman. Elemen pemicuan ini dilakukan pada saat membuat peta sanitasi dan pada saat penelusuran wilayah. Secara umum faktor-faktor yang harus dipicu untuk menumbuhkan perubahan perilaku sanitasi dalam suatu komunitas, diantaranya: Perasaan jijik. Perasaan malu dan kaitannya dengan privacy seseorang. Perasaan takut sakit. Perasaan takut berdosa. Perasaan tidak mampu dan kaitannya dengan kemiskinan. Seberapa besar manfaat yang dapat dirasakan oleh perilaku baru. Beberapa metode elemen pemicuan lainnya antara lain : A. Penghitungan beban limbah padat dan limbah cair 1. Menghitung Volume Tinja Tujuan: Membantu masyarakat untuk : a) Menghitung dan menyadari berapa banyak tinja yang mereka buang bersamasama di tempat terbuka. b) Menyadari bahwa masyarakat benar-benar menelan / makan bagian dari tinja. c) Membuat keputusan STOP BABS (SBS). d) Menyusun rencana kegiatan untuk STOP BABS (SBS) dengan memperhatikan peran yang setara antara perempuan dan laki-laki dan solidaritas serta kesetaraan bagi anggota masyarakat yang termiskin dan terlemah. Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya 121

133 Langkah-langkah : Lakukan diskusi dengan kelompok masyarakat : 1) Ajukan pertanyaan kepada masyarakat berdasarkan temuan pada saat melakukan penelusuran wilayah: Ada berapa orang yang masih BAB di sembarang tempat? Berapa kali setiap orang biasanya BAB dalam sehari? Berapa banyak (kg) dalam sekali BAB? 2) Minta masyarakat menghitung jumlah tinja dalam sehari, seminggu, sebulan, setahun dst. 3) Konversikan jumlah tinja dalam ukuran karung beras, berapa karung dan berapa tinggi jika ditumpuk seperti padi/ beras. 4) Diskusikan akibat yang akan ditimbulkan oleh tumpukan tinja tersebut. 5) Tanyakan apa yang akan dilakukan dengan kondisi tersebut? 2. Menghitung Volume sampah Tujuan : Membantu masyarakat untuk : 1) Menghitung dan menyadari berapa banyak sampah yang mereka buang bersama-sama di tempat terbuka. 2) Sadar bahwa masyarakat benar-benar menelan / makan bagian dari sampah. 3) Keputusan untuk mengakhiri buang sampah sembarangan. 4) Menyusun rencana kegiatan untuk stop buang sampah sembarangan dengan memperhatikan peran yang setara antara perempuan dan laki-laki dan solidaritas serta kesetaraan bagi anggota masyarakat yang termiskin dan terlemah. Langkah-langkah : Lakukan diskusi dengan kelompok masyarakat : 1) Ajukan Pertanyaan kepada masyarakat : Ada berapa jumlah rumah di Dusun ini? Berapa rumah yang masih melakukan praktek buang sampah sembarangan? Berapa banyak (kg) setiap rumah membuang sampah dalam sehari? 2) Hitung jumlah sampah dalam sehari, seminggu, sebulan, setahun dst. 3) Konversikan jumlah sampah dalam ukuran karung beras, berapa karung dan berapa tinggi jika ditumpuk seperti padi/ beras. 4) Diskusikan akibat yang akan ditimbulkan oleh tumpukan sampah tersebut. 5) Tanyakan apa yang akan dilakukan dengan kondisi tersebut? 3. Menghitung Volume Limbah Cair Tujuan : Membantu masyarakat untuk : 1) Menghitung dan menyadari berapa banyak limbah cair yang mereka buang bersama-sama di tempat terbuka. 2) Sadar bahwa masyarakat benar-benar menelan / makan bagian dari limbah cair tersebut. 3) Keputusan untuk mengakhiri buang air limbah sembarangan. 4) Menyusun rencana kegiatan untuk stop buang air limbah sembarangan dengan memperhatikan peran yang setara antara perempuan dan laki-laki dan solidaritas serta kesetaraan bagi anggota masyarakat yang termiskin dan terlemah. 122 Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya

134 Langkah-langkah : Lakukan diskusi dengan kelompok masyarakat : 1. Ajukan Pertanyaan kepada masyarakat : Berapa banyak (liter/kubik) setiap rumah membuang limbah cair dalam sehari? 2. Kalikan dengan jumlah rumah. 3. Hitung jumlah limbah cair dalam sehari, seminggu, sebulan, setahun dst. 4. Diskusikan akibat yang akan ditimbulkan oleh limbah yang berlimpah tersebut. 5. Tanyakan apa yang akan dilakukan dengan kondisi tersebut? B. Simulasi air terkontaminasi Alternatif 1 : 1) Siapkan 2 gelas air mineral yang masih disegel. 2) Minta salah seorang peserta untuk minum air tersebut. Fasilitator juga melakukan hal sama. 3) Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian tempelkan rambut tersebut ke tinja/sampah/air limbah cair RT yang sudah diambil saat transect, celupkan rambut tersebut ke air mineral yang tadi diminum oleh peserta. 4) Minta peserta yang minum air tadi untuk meminum kembali air yang telah diberi kotoran. Minta juga peserta yang lain untuk meminumnya. 5) Ajukan pertanyaan: Kenapa tidak yang ada berani minum? 6) Ajukan pertanyaan lain untuk menguatkan bahwa air yang kita minum dari rumah, makan yang kita makan sama tercemarnya seperti air tadi jika kita masih BAB, buang sampah dan limbah cair RT di sembarang tempat. Alternatif 2 : 1) Siapkan 1 ember/baskom air dari sumur milik warga atau dari sungai yang bersih. 2) Minta salah seorang peserta untuk mencuci muka dengan air tersebut. Fasilitator juga melakukan hal sama (mencuci muka). 3) Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian tempelkan rambut tersebut ke tinja/limbah cair RT/sampah yang sudah diambil saat transect, celupkan rambut tersebut ke air yang tadi digunakan untuk mencuci muka oleh peserta. 4) Minta peserta yang telah mencuci muka tadi untuk mencuci muka kembali dengan air yang telah diberi tinja. Minta juga peserta yang lain untuk melakukannya 5) Ajukan pertanyaan: Kenapa tidak yang ada berani melakukan? 6) Ajukan pertanyaan lain untuk menguatkan bahwa air yang kita minum dari rumah, makanan yang kita makan sama tercemarinya seperti air tadi jika kita masih BAB, buang sampah dan buang limbah cair RT di sembarang tempat. C. Diagram manfaat (Free floating Diagram) Tujuan : 1) Meningkatkan kesadaran tentang manfaat dari peningkatan fasilitas, layanan atau praktik. 2) Memunculkan dan memasukkan pandangan dan pengalaman yang berbeda dari perempuan dan laki-laki. 3) Menciptakan permintaan terhadap fasilitas, layanan atau praktik dari perempuan dan laki-laki. 4) Memunculkan faktor yang dapat me-motivasi kelompok perempuan dan laki-laki. Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya 123

135 Langkah-langkah melakukannya antara lain : 1) Jelaskan tujuan pertemuan. 2) Jika peserta banyak bagi peserta ke dalam kelompok kecil terdiri dari Ibu-Ibu, dan Bapak-bapak secara terpisah. 3) Setiap kelompok diminta menuliskan di kertas flipchart manfaat dari setiap perilaku higiene dan sanitasi yang diharapkan serta alasannya. Lingkari manfaat tersebut. 4) Siapa yang paling termotivasi oleh manfaat tersebut : laki-laki, perempuan dan lainlain 5) Tuliskan sebanyak-banyaknya manfaat yang dapat diterima. Setiap manfaat dibuat dalam lingkaran-lingkaran sekitar layanan/perilaku yang dipilih. 6) Akhiri kegiatan dengan melihat banyaknya manfaat dari setiap perilaku, perbedaan untuk setiap kelompok dan mana yang menjadi faktor motivasi utama untuk melakukan peningkatan Gambar Sub Modul 5-1 : Contoh diagram manfaat mempunyai jamban Sehat Tabel Sub Modul 5-1 : Elemen yang harus dipicu dan alat PRA yang digunakan Hal hal yang Alat yang digunakan harus dipicu Rasa jijik Transect walk. Demo air yang mengandung tinja, untuk digunakan cuci muka, kumur-kumur, sikat gigi, cuci piring, cuci pakaian, cuci makanan / beras, wudlu, dll. Rasa malu Transect walk (meng-explore pelaku open defecation). FGD (terutama untuk perempuan). Takut sakit FGD: Perhitungan jumlah tinja. Pemetaan rumah warga yang terkena diare dengan didukung data puskesmas. Alur kontaminasi. Aspek agama Mengutip hadits atau pendapat-pendapat para ahli agama yang relevan dengan perilaku manusia yang dilarang karena merugikan manusia itu sendiri. Privacy FGD (terutama dengan perempuan). Kemiskinan Membandingkan kondisi di desa/dusun yang bersangkutan dengan masyarakat termiskin seperti di Bangladesh atau India. Manfaat Diagram Manfaat. 124 Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya

136 Dalam memicu elemen-elemen di atas pada suatu komunitas biasanya ada juga faktorfaktor penghambat pemicuan. Salah satunya adalah bahwa masyarakat sudah terbiasa dengan subsidi, sementara dalam pendekatan CLTS tidak ada unsur subsidi sama sekali untuk sarana individual. Berikut adalah beberapa hal yang biasanya menjadi penghambat pemicuan di masyarakat, dengan alternatif solusi untuk mengurangi atau mengatasi faktor penghambat tersebut. Tabel Sub Modul 5-2 : Penghambat pemicuan dan solusinya Hal-hal yang menjadi penghambat pemicuan di masyarakat Kebiasaan dengan subsidi / bantuan Faktor gengsi; malu untuk membangun jamban yang sangat sederhana (ingin jamban permanen) Tidak ada tokoh panutan Solusi Jelaskan dari awal bahwa kita tidak punya apa-apa, kita tidak membawa bantuan. Gali model-model jamban menurut masyarakat dan jangan memberikan 1 pilihan model jamban. Munculkan natural leader, jangan mengajari dan biarkan masyarakat mengerjakannya sendiri. Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya 125

137 LAMPIRAN 1 : EVALUASI AKHIR SESI Panduan : Sampaikan pertanyaan secara lisan satu persatu terkait dengan elemen pemicuan. Hindari peserta yang mendominasi jawaban, bisa dilakukan dengan permainan (Hot Potatobola panas Pertanyaan digulung pada bola). Hindari menunjuk orang tertentu. Sediakan souvenir bagi peserta yang dapat menjawab. Pertanyaan : 1. Ada berapa cara/teknik melakukan elemen pemicuan, sebutkan? 2. Apa tujuan melakukan penghitungan beban tinja, beban sampah dan beban limbah cair? 3. Bagaimana melakukan fasilitasi penghitungan beban tinja, beban sampah dan beban limbah cair? 4. Sebutkan 2 cara bagaimana melakukan simulasi kontaminasi air? 5. Sebutkan langkah-langkah membuat diagram manfaat? 6. Apa saja yang perlu dilakukan pada saat puncak pemicuan? Apabila masih ada jawaban peserta yang belum tepat, fasilitator dapat menampilkan kembali silde presentasi terkait. 126 Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya

138 LAMPIRAN 2 : SLIDE PRESENTASI Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya 127

139 128 Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya

140 Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya 129

141 130 Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya

142 Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya 131

143 132 Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya

144 Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya 133

145 134 Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya

146 Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya 135

147 136 Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya

148 Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya 137

149 138 Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya

150 Sub Modul 5 : Elemen Pemicuan Lainnya 139

151 SUB MODUL 6 : PENGORGANISASIAN PERENCANAAN MASYARAKAT I. DESKRIPSI SINGKAT Sub modul ini menjelaskan tentang metode yang dapat dilakukan untuk mengorganisasi masyarakat yaitu Four Pile Sorting (tiga prioritas aksi), Tingkatan Partisipasi Masyarakat, Diagram Venn, dan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat (RKM). II. III. IV. TUJUAN KEGIATAN Tujuan Kegiatan Umum: Peserta mampu melakukan pengorganisasian masyarakat untuk program sanitasi dan melakukan perubahan perilaku. Tujuan Kegiatan Khusus: 1. Four File Sorting/Tiga Prioritas Aksi a. Membedakan antara kondisi dan praktik yang baik dan buruk. b. Berbagi pengetahuan kesehatan terkait dengan higiene dan sanitasi berdasarkan pemahaman masyarakat. c. Identifikasi prioritas aksi. d. Menyepakati tiga prioritas aksi termasuk pembagian peran, tanggung jawab serta kesempatan untuk melakukan kegiatan. e. Dasar dari perencanaan kegiatan bersama. 2. Tingkatan Partisipasi Masyarakat a. Memahami pengertian dan tingkatan partisipasi. b. Menentukan bentuk partisipasi yang dapat diberikan sehubungan kegiatan promosi higiene dan sanitasi sesuai dengan kemampuannya masing-masing. 3. Diagram Venn a. Memetakan : potensi lembaga yang ada dalam masyarakat dan potensi SDM yang ada pada tiap lembaga masyarakat tersebut. b. Memilih lembaga yang akan melaksanakan dan mengelola program. 4. Rencana Kerja Masyarakat a. Mendokumentasikan rencana kerja masyarakat dan sebagai dasar perencanaan. POKOK BAHASAN 1. Tiga prioritas aksi. 2. Tingkatan partisipasi. 3. Diagram Venn. 4. Rencana Kerja Masyarakat. WAKTU 315 menit (7 JPL) V. METODE 1. Curah pendapat. 2. Diskusi kelompok. 3. Diskusi Pleno. 140 Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat

152 VI. VII. ALAT BANTU dan MEDIA 1. Gambar perilaku baik dan buruk. 2. Kertas flipchart. 3. Form Rencana Kerja Masyarakat. 4. Selotip kertas. 5. Spidol. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN KEGIATAN Pokok Bahasan 1: Four File Sorting/Tiga Prioritas Aksi (90 Menit). SESI 1 : Langkah 1: Langkah 2: Langkah 3: Pengkondisian (10 menit). Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk memperlancar proses. Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masingmasing. Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau melakukan energizer. Jelaskan pada peserta bahwa topik yang akan dibahas dalam pertemuan ini adalah four file sorting/tiga prioritas aksi. Jelaskan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk: a. Membedakan antara kondisi dan praktik yang baik dan buruk. b. Berbagi pengetahuan kesehatan terkait dengan higiene dan sanitasi berdasarkan pemahaman masyarakat. c. Identifikasi prioritas aksi. d. Menyepakati tiga prioritas aksi termasuk pembagian peran, tanggung jawab serta kesempatan untuk melakukan kegiatan. e. Dasar dari perencanaan kegiatan bersama. Berikan kesempatan pada peserta untuk bertanya. Tanyakan kepada peserta apakah sudah siap mengikuti sesi berikutnya? Apabila sudah siap segera lanjutkan dengan sesi selanjutnya SESI 2 : Langkah 1: Langkah 2: Pelaksanaan Four File Sorting/Tiga Prioritas Aksi (70 menit) Bagi peserta menjadi 2 yaitu kelompok bapak dan ibu. Bagikan 1 set gambar yang berisi perilaku baik dan buruk untuk 5 pilar (stop BABS, cuci tangan pakai sabun, pengolahan air bersih dan makanan, sampah, dan air limbah). Setelah peserta terbagi, minta mereka untuk melakukan langkah-langkah berikut: Pelajari kumpulan gambar yang telah disiapkan. Sepakati arti setiap gambar. Jika ada gambar yang tidak disepakati artinya, pisahkan. Pisahkan gambar perilaku baik dan gambar perilaku buruk. Setelah yakin, pisahkan gambar yang baik dan sudah dipraktekkan semua orang dan gambar buruk dan tidak lagi dipraktekkan Dari dua kelompok gambar yang tersisa yaitu gambar perilaku baik tapi belum dilakukan dan perilaku buruk dan masih dilakukan, pilihlah tiga gambar yang nantinya akan menjadi tiga prioritas aksi. Tiga prioritas aksi dipilih karena dianggap paling penting dan mudah dilakukan. Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat 141

153 Langkah 3: Setelah setiap kelompok menyepakati 3 gambar prioritas aksi yang akan dilakukan, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok beserta dasar pertimbangan yang dipakai saat memilih. Setiap kelompok berhak memberikan pendapat dan komentar atas hasil diskusi kelompok lain. Langkah 4: Sepakati 3 gambar prioritas aksi dari hasil kelompok. Jika terjadi ketidaksepahaman, fasilitasi agar dapat tercapai kesepakatan. Langkah 5: Langkah 6: Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta Buatlah rangkuman sesi. Rangkuman dan Pembulatan (10 menit) Langkah 1: Langkah 2: Lakukan rangkuman sesi four file sorting/tiga prioritas aksi. Jelaskan bahwa ketiga gambar yang telah terpilih akan menjadi prioritas peserta untuk diubah. Buat Rencana Tindak Lanjut (RTL) berdasarkan hasil kesepakatan (form terlampir). Ucapkan terima kasih dan lanjutkan ke sesi berikutnya yaitu tingkatan partisipasi masyarakat. Pokok Bahasan 2: Tingkatan Partisipasi Masyarakat (90 menit) SESI 1 : Langkah 1: Langkah 2: Langkah 3: Pengkondisian (10 menit). Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk memperlancar proses. Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masingmasing. Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau melakukan energizer. Jelaskan pada peserta bahwa topik yang akan dibahas adalah tingkatan partisipasi masyarakat. Jelaskan tujuan dari kegiatan ini adalah: a. Memahami pengertian dan tingkatan partisipasi. b. Menentukan bentuk partisipasi yang dapat diberikan sehubungan kegiatan promosi higiene dan sanitasi sesuai dengan kemampuannya masing-masing. SESI 2 : Langkah 1: Pelaksanaan Tingkatan Partisipasi Masyarakat (70 menit) Tanyakan kepada peserta, apa yang mereka ketahui mengenai partisipasi. Tulis jawaban di kertas plano. Simpulkan dan jelaskan pengertian partisipasi yaitu: Keikutsertaan atau peran serta aktif dalam suatu kegiatan. 142 Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat

154 Langkah 2: Langkah 3: Langkah 4: Langkah 5: Langkah 6: Setelah pengertian partisipasi sudah disepakati, tanyakan kepada mereka pertanyaan-pertanyaan berikut: - Apa saja bentuk peran serta masyarakat dalam pembangunan yang ada di daerah tersebut? Tuliskan jawabannya di kertas plano. Setelah semua bentuk partisipasi masyarakat teridentifikasi, katakan kepada masyarakat bahwa bentuk-bentuk partisipasi itu beragam. Partisipasi tidak hanya berupa uang namun juga bisa berupa ide, tenaga, material, waktu, dan lain-lain. Jelaskan bahwa ada tingkatan-tingkatan dalam partisipasi masyarakat yaitu: 1. Masyarakat hanya menerima informasi. 2. Masyarakat mulai diajak berunding. 3. Membuat keputusan bersama-sama. 4. Masyarakat mendapat wewenang dalam mengatur sumber daya dan memutuskan. *Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Setelah selesai menjelaskan tentang tingkatan dalam partisipasi masyarakat, tanyakan kepada peserta bentuk partisipasi yang akan masyarakat berikan dalam pembangunan sanitasi yang akan dilakukan di daerah tersebut (berdasarkan pada Rencana Kerja Masyarakat yang telah disepakati bersama). Tulis jawaban peserta dalam kertas flipchart. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. Buatlah rangkuman sesi. Rangkuman dan Pembulatan (10 menit) Langkah 1: Langkah 2: Lakukan rangkuman sesi tingkatan partisipasi masyarakat. Ucapkan terima kasih dan tutup sesi ini. Lanjutkan ke sesi selanjutnya yaitu Diagram venn. POKOK BAHASAN 3: Diagram Venn (90 Menit). SESI 1 : Langkah 1: Langkah 2: Pengkondisian (10 menit). Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk memperlancar proses. Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masingmasing. Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau melakukan energizer. Jelaskan pada bahwa topik yang akan dibahas adalah Diagram Venn. Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat 143

155 Langkah 3: Jelaskan tujuan dari kegiatan ini adalah: a. Memetakan: potensi lembaga yang ada dalam masyarakat dan potensi SDM yang ada pada tiap lembaga masyarakat tersebut. b. Memilih lembaga yang akan melaksanakan dan mengelola program. SESI 2 : Pelaksanaan Diagram Venn (70 menit) Langkah 1: Apabila peserta laki-laki dan perempuan jumlahnya seimbang bagi peserta 5 kelompok terdiri dari kelompok bapak dan kelompok ibu. Bagikan kertas plano dan spidol warna warni kepada masing-masing kelompok. Langkah 2: Langkah 3: Langkah 4: Langkah 5: Setelah peserta terbagi, minta mereka untuk melakukan langkah-langkah berikut: Sebutkan nama-nama organisasi yang ada di masyarakat, buat daftarnya. Buatlah gambar berbentuk lingkaran untuk mewakili setiap organisasi yang ada di masyarakat. Ukuran lingkaran ditentukan oleh besarnya pengaruh, manfaat, kedekatan organisasi dan kepercayaan masyarakat terhadap organisasi tersebut. *Semakin besar pengaruh, manfaat, kedekatan organisasi dan kepercayaan masyarakat terhadap organisasi tersebut, semakin besar ukuran lingkarannya. Setelah semua organisasi digambarkan, tuliskan pada masing-masing organisasi jumlah pengurus laki-laki dan perempuan. Sepakati simbol untuk masing-masing pengurus misalnya kursi untuk ketua Bahaslah masing-masing organisasi berdasarkan keahlian dan waktu pengurusnya untuk mengelola kegiatan Promosi Higiene dan Sanitasi berdasarkan simbol gambar yang telah disepakati. Simbol ditempatkan ketika orang yang bersangkutan memiliki keahlian dan waktu. Lakukan terhadap seluruh organisasi yang ada. Setelah diagram Venn selesai dibuat, minta kepada seluruh peserta untuk menempelkan tanda (misal ekspresi wajah) pada organisasi yang dipercayai tanpa diketahui peserta yang lain. Sepakati organisasi mana yang dipercaya dapat bertanggungjawab untuk kegiatan promosi higiene dan sanitasi dengan melihat jumlah suara peserta. Apabila organisasi banyak dipercaya tetapi tidak memiliki keahlian yang diharapkan sepakati apakah memungkinkan dilakukan re-organisasi, misalnya menempatkan orang yang sesuai. Apakah memerlukan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan organisasi tersebut? * Pastikan semua anggota berpartisipasi aktif Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. Langkah 6: Buatlah rangkuman Sesi. 144 Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat

156 Rangkuman dan Pembulatan ( 10 menit) Langkah 1: Langkah 2: Lakukan rangkuman sesi Diagram Venn. Sebutkan organisasi yang terpilih oleh peserta sebagai penanggungjawab kegiatan sanitasi. Ucapkan terimakasih dan tutup sesi ini. Lanjutkan ke sesi berikutnya yaitu penyusunan Rencana kerja Masyarakat POKOK BAHASAN 4: Rencana Kerja Masyarakat (45 Menit). SESI 1 : Langkah 1: Langkah 2: Langkah 3: Pengkondisian (10 menit). Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk memperlancar proses. Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masingmasing. Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau melakukan energizer. Jelaskan pada peserta topik yang akan dibahas dalam pertemuan ini adalah Rencana Kerja Masyarakat. Jelaskan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyepakati rencana kerja masyarakat untuk perubahan perilaku (tiga prioritas aksi/sesuai dengan kesepakatan sebelumnya). SESI 2 : Langkah 1: Langkah2: Langkah 3 : Langkah 4 : Pelaksanaan Sesi Rencana Kerja Masyarakat (25 menit) Bagikan form rencana kerja masyarakat/siapkan kertas flipchart dengan tabel yang nantikan digunakan sebagai form rencana kerja masyarakat. Minta peserta mempelajari form tersebut, minta kepada peserta untuk berperan sebagai masyarakat dan melakukan musyawarah dalam mengisi form rencana kerja masyarakat tersebut. Peserta bekerja dalam kelompok. Pembagian kelompok bisa disesuaikan dengan kondisi peserta. Bisa berdasarkan asal daerah peserta. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. Buatlah rangkuman sesi. Rangkuman dan Pembulatan (10 menit) Langkah 1: Langkah 2: Lakukan rangkuman sesi Rencana Kerja Masyarakat. Ucapkan terimakasih dan tutup sesi ini. Lanjutkan ke sesi berikutnya yaitu pilihan teknologi sanitasi. Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat 145

157 VIII. URAIAN MATERI PENGORGANISASIAN MASYARAKAT A. Four File Sorting/Tiga Prioritas Aksi Tujuan : 1) Membedakan antara kondisi dan praktik yang baik dan buruk. 2) Berbagi pengetahuan kesehatan terkait dengan higiene dan sanitasi berdasarkan pemahaman masyarakat. 3) Identifikasi prioritas aksi. 4) Menyepakati tiga prioritas aksi termasuk pembagian peran, tanggung jawab serta kesempatan untuk melakukan kegiatan. 5) Dasar dari perencanaan kegiatan bersama. Bahan: Foto atau gambar mengenai kondisi /praktik higiene dan sanitasi yang baik serta yang buruk (mengacu kepada 5 pilar STBM). Langkah-langkah : Kelompok masyarakat dibagi menjadi dua sub kelompok : Kelompok ibu-ibu, dan kelompok Bapak-bapak. Kumpulan gambar/foto yang telah disiapkan dibagikan ke setiap kelompok. (akan lebih baik apabila foto tersebut merupakan foto lokal yang diambil ketika penelusuran wilayah). Pelajari setiap gambar/foto dan diskusikan bila ada gambar/foto yang belum dipahami. Ketika kelompok telah selesai, tanyakan apakah mereka yakin bahwa semua gambar telah berada di baris yang tepat. Diskusikan jika masih diperlukan beberapa perubahan. Minta setiap kelompok untuk mengurutkan gambar ke dalam dua baris. Baris pertama kondisi/praktek yang baik dan baris kedua kondisi/praktek yang buruk. Setelah yakin dengan pilihannya, pisahkan gambar yang baik dan sudah dipraktekkan semua orang dan gambar buruk dan tidak lagi dipraktekkan diantara baris pertama dan baris kedua. Sekarang terdapat empat baris gambar : Baris pertama kondisi/praktek yang baik dan sudah dipraktekkan smua orang, baris kedua kondisi/praktek yang baik yang belum dipraktekkan semua orang, baris ketiga kondisi/praktek yang buruk yang masih dipraktekkan oleh beberapa/semua orang, dan baris ke empat kondisi/praktek yang buruk dan sudah tidak lagi dipraktekkan oleh semua orang. Gambar Sub Modul 6-1 : Empat baris kondisi/praktek higiene/sanitasi Setelah menyepakati ke empat baris tersebut diskusikan untuk memilih tiga gambar kondisi/praktek dari dua baris di dalam menjadi prioritas aksi yang paling penting. Persilahkan kelompok bapak-bapak mengunjungi kelompok ibu-ibu dan kelompok ibu-ibu menjelaskan pilihannya. Demikian sebaliknya 146 Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat

158 Apabila terjadi perbedaan antara kelompok ibu-ibu dan kelompok bapak-bapak, fasilitasi untuk mencapai kesepakatan 3 prioritas pilihan aksi kondisi/praktek higiene dan sanitasi yang akan diperbaiki.. Pada akhir kegiatan tanyakan kepada seluruh kelompok mengenai pengalaman melakukan kegiatan tersebut. Tanyakan beberapa hal berikut o Apakah kegiatan tersebut sesuai dengan masyarakat? Bisakah semua orang berpartisipasi sama baiknya? o Fokus jender: Apakah memiliki dua kelompok yang terpisah adalah hal yang penting? Apakah muncul prioritas yang berbeda bagi ibu-ibu dan bapak-bapak? Mengapa hal ini terjadi? Apakah hasil akhir (prioritas aksi masyarakat) dapat diterima bagi kedua kelompok? o Tindak lanjut: Apa yang akan menjadi langkah berikutnya? Dapatkah hasil tersebut digunakan untuk merencanakan aksi masyarakat, atau kegiatan yang sama harus dilakukan dengan kelompok masyarakat lain untuk mendapatkan pilihan aksi dari semua orang? Jika demikian, dapatkah kedua kelompok mengulangi kegiatan tersebut dengan ibu-ibu dan bapak-bapak, anak laki-laki dan anak perempuan lain dalam masyarakat dan melaporkan hasilnya? Bagaimana dan kapan pilihan akhir dapat dibuat? Jika diperlukan adanya replikasi, diskusikan bagaimana hal ini akan dilakukan dan siapa yang akan menjadi relawan. Susun gambar-gambar yang akan difotokopi, sehingga relawan masing-masing memiliki set sendiri. Sepakati salah satu fasilitator akan datang kembali untuk membantu masyarakat mempersiapkan rencana aksi lokal mereka atas dasar hasil dari kegiatan ini. Juga mendiskusikan di mana pertemuan perencanaan akan diadakan, siapa yang akan diundang, bagaimana hal ini akan dilakukan dan siapa yang akan mempersiapkan pertemuan. Membantu kelompok menentukan: o o o Di mana dan bagaimana semua rumah tangga dapat bertemu untuk perencanaan tindakan partisipatif, misalnya bersama-sama di satu tempat, atau bagian masyarakat yang terpisah di lokasi yang terpisah semua. Bagaimana suami dan istri dari setiap rumah tangga dapat berpartisipasi untuk memastikan pandangan laki-laki dan perempuan dan kepentingannya diwakili. Hari apa dan waktu yang paling cocok agar perempuan dan laki-laki dapat berpartisipasi. o Bagaimana juga perempuan dan laki-laki miskin dapat berpartisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. B. Tingkatan partisipasi masyarakat Tujuan kegiatan : 1. Memahami pengertian dan tingkatan partisipasi. 2. Menentukan bentuk partisipasi yang dapat diberikan sehubungan kegiatan promosi higiene dan sanitasi sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Pengertian partisipasi secara harfiah adalah keikutsertaan atau peran serta aktif dalam suatu kegiatan. Partisipasi dalam program pembangunan adalah suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam dirinya (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik), secara keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan. Adapun keterlibatan masyarakat berarti tumbuhnya kemampuan masyarakat untuk lebih berdaya menghadapi berbagai tantangan hidup tanpa harus bergantung kepada orang lain. Ketika masyarakat semakin kuat, peran orang luar semakin dikurangi. Pendekatan partisipatif disebut juga pendekatan pemberdayaan masyarakat. Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat 147

159 Langkah-langkah : a. Masyarakat dibagi menjadi dua kelompok laki-laki (Bapak-bapak) dan perempuan (ibu-ibu). b. Tanyakan kepada masing-masing kelompok bentuk partisipasi yang diketahui, gali dengan beberapa pertanyaan untuk mendapatkan jawaban bentuk partisipasi yang beragam. c. Catat jawaban peserta di kertas plano, sepakati gambar yang mewakili setiap jawaban peserta (fasilitator terlebih dahulu mempersiapkan gambar-gambar partisipasi) atau apabila waktu tersedia cukup dan ada peralatan yang mendukung buat menjadi permainan yang menarik : peserta dibagi kedalam beberapa kelompok, minta kepada setiap kelompok untuk membuat gambar dari setiap bentuk partisipasi yang diketahui) d. Pilih gambar partisipasi yang bisa diberikan sesuai dengan kemampuannya. e. Sepakati bentuk partisipasi yang akan diberikan masyarakat untuk mendukung kegiatan promosi higiene dan sanitasi sesuai dengan tingkatannya. Gambar Sub Modul 6-2 : Tingkatan partisipasi C. Diagram Venn Tujuan melakukan Diagram Venn: 1. Memetakan : potensi lembaga yang ada dalam masyarakat. potensi SDM yang ada pada tiap lembaga masyarakat tersebut. 2. Memilih lembaga yang akan melaksanakan dan mengelola program. Langkah-langkah : Diskusi dilakukan dengan kelompok masyarakat yang berbeda yaitu kelompok ibu-ibu dan kelompok Bapak-bapak : a. Mintalah kepada peserta untuk menyebutkan nama-nama organisasi yang ada di masyarakat, misalnya : PKK, Koperasi, karang Taruna, kelompok agama dan lain-lain. b. Buatlah gambar berbentuk lingkaran untuk mewakili setiap organisasi yang ada di masyarakat. Ukuran lingkaran ditentukan oleh besarnya pengaruh, manfaat, kedekatan organisasi dan kepercayaan masyarakat terhadap organisasi tersebut. 148 Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat

160 c. Setelah semua organisasi digambarkan, tuliskan pada masing-masing organisasi jumlah pengurus laki-laki dan perempuan. d. Sepakati simbol untuk masing-masing pengurus misalnya: Kursi besar untuk ketua, kursi yang lebih kecil untuk wakil ketua, Buku catatan untuk sekretaris, uang untuk bendahara, Sabun untuk Penyuluh kesehatan Kunci untuk teknisi e. Bahaslah masing-masing kelompok berdasarkan keahlian dan waktu yang tersedia dari pengurusnya untuk mengelola kegiatan Promosi Higiene dan Sanitasi berdasarkan simbol gambar yang telah disepakati. (Simbol ditempatkan ketika orang yang bersangkutan memiliki keahlian dan waktu). f. Lakukan analisa tersebut terhadap seluruh organisasi yang ada. g. Sepakati organisasi mana yang dipercaya dapat mewakili dari kegiatan promosi higiene dan sanitasi. h. Minta kepada seluruh peserta untuk Gambar Sub Modul 6-3 : Contoh Diagram Venn menempelkan tanda (misal ekspresi wajah) pada organisasi yang dipercayai tanpa diketahui peserta yang lain. i. Apabila organisasi banyak dipercaya tetapi tidak memiliki keahlian yang diharapkan sepakati apakah memungkinkan dilakukan re-organisasi, misalnya menempatkan orang yang sesuai. Diskusikan apakah memerlukan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan organisasi tersebut? Pelatihan apa yang diperlukan? D. Pembuatan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) Jika masyarakat telah mencapai kesepakatan mengenai perilaku/kondisi higiene dan sanitasi yang akan diperbaiki, pesan-pesan yang dapat digunakan untuk mempromosikannya (berdasarkan hasil pemicuan : apa yang paling memicu masyarakat untuk berubah), lembaga yang akan mengelola kegiatan maka masyarakat difasilitasi untuk membuat rencana aksi tentang kapan mereka ingin mencapai target dan siapa yang akan melakukan apa, kapan dan bagaimana. Lakukan diskusi dengan kelompok masyarakat mengenai rencana kegiatan/aksi. Sepakati kemballi berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh selama melakukan pemicuan, memilih tingkatan partisipasi yang akan diberikan dan analisa organisasi kelompok. Hasil kesepakatan dtuangkan menjadi Rencana Aksi masyarakat, yang terdiri dari : Deskripsi dari perilaku yang menjadi masalah utama. Kegiatan yang disepakati (Promosi Higiene dan sanitasi, pembangunan sarana sanitasi). Kelompok sasaran. Tim atau kelompok yang akan melaksanakan kegiatan. Hasil yang diharapkan. Waktu. Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat 149

161 Tabel Sub Modul 6-1 : Contoh matrik Rencana Aksi masyarakat Prioritas perilaku yang akan dirubah Semua orang menggunakan jamban sehat Tersedianya Air dan sabun untuk mencuci tangan di toilet Tidak ada lagi jamban helikopter Kegiatan yang dilaksanakan Melakukan pemicuan dan Promosi higiene keluarga Melakukan pemicuan dan Promosi higiene keluarga Para pria meyakinkan dan membantu penggantian toilet Strategi pembiayaan yang disepakati membantu keluarga termiskin Sasaran Semua keluarga di RT/RW/ Lingkungan Semua keluarga di RT/RW/ Lingkungan Keluarga yang memakai toilet helikopter Penangung Jawab Kelompok PKK / Karang Taruna Kelompok PKK/ Karang taruna Kelompok pria di masyarakat, Ketua RT/RW/ lingkungan Hasil yang diharapkan 48 keluarga mempunyai jamban sehat 48 keluarga menggunakan dan memelihara jamban sehat 48 keluarga memiliki air dan sabun untuk mencuci tangan 20 keluarga yang tadinya menggunakan jamban helikopter sudah memiliki jamban sehat Waktu Akhir bulan Akhir bulan.. Pada bulan. 150 Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat

162 Referensi: 1) Kementerian Kesehatan RI, Modul Pelatihan Fasilitator STBM. 2) Pokja AMPL Nasional, 2012 : Prohisanmas-JK (Promosi Higiene dan Sanitasi Berbasis Masyarakat dengan Kepedulian jender dan Kemiskinan), Seri 1 : Panduan Praktis Pelaksanaan Pelatihan untuk Pelatih. 3) Pokja AMPL Nasional, 2012 : Prohisanmas-JK (Promosi Higiene dan Sanitasi Berbasis Masyarakat dengan Kepedulian jender dan Kemiskinan), Seri 2 Pelaksanaan Promosi Higiene dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di Lapangan. 4) Panduan Asessment partisipatif dan pemicuan STBM, High Five. Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat 151

163 LAMPIRAN 1 : EVALUASI AKHIR SESI Panduan : Sampaikan pertanyaan secara lisan satu persatu terkait dengan : Tiga prioritas aksi, Tingkatan partisipasi Masyarakat, Diagram Venn dan Rencana Kerja Masyarakat. Hindari peserta yang mendominasi jawaban, bisa dilakukan dengan permainan. Hindari menunjuk orang tertentu. Sediakan souvenir bagi peserta yang dapat menjawab. Pertanyaan : 1. Apa tujuan melakukan tiga prioritas aksi? 2. Sebutkan langkah-langkah melakukan tiga prioritas aksi? 3. Apa tujuan membuat tingkatan partisipasi masyarakat? 4. Sebutkan langkah-langkah membuat tingkatan partisipasi masyarakat? 5. Apa Tujuan melakukan Diagram Venn? 6. Sebutkan langkah-langkah melakukan Diagram Venn? Apabila masih ada jawaban peserta yang belum tepat, fasilitator dapat menampilkan kembali silde presentasi terkait. 152 Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat

164 LAMPIRAN 2 : CONTOH FORM RKM FORM RENCANA KERJA SANITASI MASYARAKAT RT/RW : Desa/Kelurahan: Kecamatan : Kabupaten : I. TIGA PRIORITAS AKSI YANG DISEPAKATI: II. JENIS SARANA SANITASI YANG AKAN DIBANGUN : A. Jamban : No. Nama Warga Jenis Jamban Tanggal mulai Tanggal selesai Tanda tangan B. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) No. Nama Warga Jenis SPAL Tanggal mulai Tanggal selesai Tanda tangan C. Pembangunan/pemeliharaan Saluran Drainase Lingkungan No. Nama Warga Saluran Drainase/pengelolaan air hujan Tanggal mulai Tanggal selesai Tanda tangan D. Tempat Sampah dan pengolahan sampah - Tempat Sampah : No. Nama Warga Jenis Tempat sampah Tanggal mulai Tanggal selesai Tanda tangan Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat 153

165 - Pengolahan sampah No. Nama Warga Jenis Pengolahan sampah Tanggal mulai Tanggal selesai Tanda tangan E. Air Minum No. Nama Warga Jenis Pengolahan air minum Tanggal mulai Tanggal selesai Tanda tangan F. Organisasi/Lembaga pelaksana dan pengelola sanitasi : Nama Organisasi/Lembaga pelaksana : Susunan Kepengurusan : Pengarah : Ketua : Wakil Ketua : Bendahara : Sekretaris : Seksi Promosi Higiene dan sanitasi : 1. Air Limbah (jamban dan SPAL), drainase Lingkungan dan CTPS 2. Sampah 3. Air Minum Seksi Teknis : 154 Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat

166 LAMPIRAN 3 : SLIDE PRESENTASI Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat 155

167 156 Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat

168 Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat 157

169 158 Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat

170 Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat 159

171 160 Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat

172 Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat 161

173 162 Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat

174 Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat 163

175 164 Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat

176 Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat 165

177 166 Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat

178 Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat 167

179 168 Sub Modul 6 : Pengorganisasian Perencanaan Masyarakat

180 SUB MODUL 7 : PILIHAN TEKNOLOGI SANITASI I. DESKRIPSI SINGKAT Sub modul ini menjelaskan tentang pilihan teknologi sanitasi. Pilihan teknologi sanitasi tergantung kepada kondisi wilayah serta kondisi masyarakat. Melalui modul ini diharapkan dapat memberikan gambaran berbagai pilihan teknologi sanitasi mulai dari yang paling sedarhana sesuai dengan kondisi wilayah dan kondisi masyarakat untuk 5 pilar STBM. Hal yang harus diperhatikan pada saat memilih teknologi sanitasi adalah fungsi dari bangunan/sarana yang dipilih bukan kepada bentuk, desain, serta biaya yang dikeluarkan. II. III. IV. TUJUAN KEGIATAN Tujuan Kegiatan Umum: Setelah mempelajari materi peserta memahami berbagai jenis pilihan teknologi sanitasi. Tujuan Kegiatan Khusus: Setelah pelatihan peserta diharapkan mampu : Menyajikan pilihan teknis untuk peningkatan sanitasi rumah tangga. Memahami biaya pembangunan yang harus dikeluarkan termasuk untuk biaya pemeliharaan sesuai dengan pilihan teknisnya. Membantu membuat keputusan pilihan teknis yang diinginkan sesuai dengan kemampuan masyarakat. Membantu mencarikan alternatif pembiayaan dan pengorganisasian yang lebih murah. POKOK BAHASAN a. Pilihan teknis untuk meningkatkan sanitasi rumah tangga. 1) Air Limbah (Black water dan grey water). 2) CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun). 3) PAMM RT (Pengolahan air minum dan makanan skala rumah tangga). 4) Sampah. b. Biaya pembangunan dan biaya pemeliharaan masing-masing opsi teknologi. c. Alternatif pembiayaan dan pengorganisasian yang lebih murah. WAKTU 135 menit (3 JPL) V. METODE 1. Ceramah Tanya Jawab. 2. Curah pendapat. 3. Presentasi singkat. 4. Diskusi kelompok. 5. Diskusi Pleno. 6. Simulasi. VI. ALAT BANTU dan MEDIA 1. Slide Presentasi. 2. Dua set gambar opsi teknologi jamban individu, jamban komunal, SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah) 3. Dua set gambar opsi teknologi pengelolaan sampah skala rumah tangga dan kelompok. 4. Empat set gambar sarana CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun). 5. Empat set gambar pengelolaan air minum. 6. Spidol warna warni. Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 169

181 7. Selotip kertas. 8. Kertas flipchart. 9. LCD. 10. Laptop. VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN SESI 1: Pengkondisian (10 menit). Langkah 1: Langkah 2: Langkah 3: Langkah 4: Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk memperlancar proses. Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masingmasing. Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau melakukan energizer. Jelaskan pada peserta bahwa dalam pertemuan ini topik yang akan dibahas adalah : Pilihan Teknologi Sanitasi, sampaikan mengapa topik ini penting untuk dibahas. Jelaskan tujuan dari kegiatan ini dengan menayangkan slide tujuan. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Tanyakan kepada peserta apakah sudah siap mengikuti sesi berikutnya? Apabila sudah siap segera lanjutkan dengan sesi selanjutnya. SESI 2 : Langkah 1: Langkah 2: Pembahasan Sub Pokok Bahasan : Pilihan Teknis untuk meningkatkan sanitasi rumah tangga ( 115 menit) Pengantar : sampaikan kepada peserta bahwa ada beragam pilihan teknologi untuk sanitasi mulai dari yang paling sederhana sampai yang yang paling modern untuk setiap pilar. Tayangkan slide dan jelaskan mengenai langkahlangkah melakukan fasilitasi. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. Sampaikan bahwa untuk memudahkan proses fasilitasi pembahasan akan dilakukan dalam kelompok kecil. Bagi peserta menjadi 4 kelompok. Pembagian kelompok menggunakan metode yang sudah dipersiapkan fasilitator. Masingmasing kelompok akan melakukan diskusi kelompok dengan topik yang berbeda antara lain: a. Kelompok satu dan kelompok dua akan membahas pilihan teknologi jamban baik jamban individu maupun jamban komunal, Saluran pembuangan Air Limbah, pengelolaan air minum dan sarana CTPS. b. Kelompok tiga dan empat akan membahas pilihan teknologi pengolahan sampah skala rumah tangga dan skala kelompok, pengelolaan air minum dan sarana CTPS 170 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

182 Bagikan satu set gambar pilihan teknologi sanitasi kepada setiap kelompok sesuai dengan penugasan kelompoknya. Sampaikan tugas masing-masing kelompok adalah: 1. Melakukan identifikasi teknologi sanitasi yang sesuai dengan kondisi wilayah dan masyarakat. 2. Melakukan analisa perkiraan biaya yang diperlukan untuk pembangunan dan pemeliharaan sarana masing-masing pilihan teknologi. 3. Sebutkan beberapa alternatif pembiayaan dan pengorganisasian yang lebih murah dan mudah untuk masing-masing teknologi. 4. Tuliskan hasil kesepakatan kelompok pada kertas flipchart. Tanyakan kepada peserta apakah sudah memahami tugasnya. Apabila sudah, beri kesempatan kepada kelompok untuk bekerja dalam kelompok selama 30 menit. Lakukan dampingan kepada setiap kelompok kecil, jawablah apabila ada pertanyaan pada saat diskusi dalam kelompok kecil. Langkah 3: Setelah 30 menit beri kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya masing-masing selama 5 menit dan kelompok lain diberi kesempatan untuk menambahkan dan melengkapinya informasi yang diperlukan. Langkah 4: Langkah 5: Beri penjelasan tambahan dengan menayangkan slide presentasi. Setelah semua kelompok melakukan presentasi, beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. Buatlah rangkuman sesi. Rangkuman dan Pembulatan ( 10 menit) Langkah 1: Langkah 2: Lakukan rangkuman sesi pilihan opsi teknologi sanitasi. Ucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan lanjutkan ke tahap/sesi berikutnya yaitu peran multi pihak dalam pembangunan sanitasi. VIII. URAIAN MATERI Tujuan Umum : memahami berbagai jenis pilihan teknologi sanitasi. Tujuan Khusus : Menyajikan pilihan teknis untuk peningkatan sanitasi rumah tangga. Memahami biaya pembangunan yang harus dikeluarkan termasuk untuk biaya pemeliharaan sesuai dengan pilihan teknisnya. Membantu membuat keputusan pilihan teknis yang diinginkan sesuai dengan kemampuan masyarakat. Membantu mencarikan alternatif pembiayaan dan pengorganisasian yang lebih murah. Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 171

183 Langkah-langkah Fasilitasi kegiatan ini di masyarakat: 1. Jelaskan tentang tujuan dari kegiatan tersebut. 2. Mintalah peserta untuk membentuk dua kelompok terpisah (laki-laki dan perempuan) jika diharuskan demikian secara budaya. Buatlah lebih banyak sub-kelompok jika ada banyak peserta. 3. Bagikan set fotokopi pilihan teknologi masing-masing pilar STBM (Sesuaikan dengan 3 pilihan prioritas aksi). 4. Fasilitasi diskusi mengenai ciri-ciri berbagai jenis dan desain teknologi yang sesuai dengan kondisi wilayah tersebut dan jawablah setiap pertanyaan peserta. 5. Periksalah apakah semua peserta sudah memahami perbedaannya. 6. Fasilitasi peserta untuk mengetahui besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk setiap pilihan teknis sesuai dengan harga setempat. 7. Fasilitasi peserta untuk memutuskan pilihan teknis berdasarkan analisis yang dilakukan peserta. 8. Apabila ada kesulitan pendanaan diskusikan bagaimana mendapat kemudahan pembiayaan misalnya dengan cara arisan, kelompok simpan pinjam, pembangunan secara bersama-sama (mendapatkan potongan harga), mengambil pinjaman dari bank, pembelian barang/pemasangan fasilitas secara kredit dari sektor swasta dll. Cari tahu siapa saja yang ingin bergabung dalam pembangunan bersama dan / atau kegiatan pendanaan dan rencana tindak lanjut yang sesuai. 9. Apabila pilihan teknis yang akan dibangun adalah sistem komunal maka langkahnya : a) Tentukan pilihan teknologi secara komunal yang disepakati. b) Hitung besarnya biaya yang diperlukan sesuai pilihan teknologi tersebut, bagaimana cara mengumpulkannya. c) Sepakati lokasi yang akan dipergunakan untuk membangun sarana komunal tersebut. d) Sepakati siapa yang akan melakukan pembangunan. e) Buat rencana kerjanya. 10. Lakukan evaluasi kegiatan: Apakah kegiatan ini relevan? Bisakah semua orang berpartisipasi sama baiknya? Apakah memiliki dua kelompok yang terpisah adalah hal yang penting? Apakah muncul prioritas yang berbeda bagi perempuan dan laki-laki? Kenapa? Apakah hasil akhir dapat diterima bagi kedua kelompok? Tindak lanjut: 1. Apa yang harus dilakukan selanjutnya? 2. Dapatkah hasil ini digunakan untuk merencanakan aksi masyarakat, atau kegiatan yang sama harus dilakukan dengan kelompok masyarakat lain untuk mendapatkan pilihan aksi semua orang? 3. Dapatkah seorang perwakilan dari dua kelompok mengulangi kegiatan tersebut dengan ibu-ibu dan bapak-bapak, anak laki-laki dan perempuan lain dalam masyarakat dan melaporkan hasilnya? 4. Bagaimana dan kapan pilihan akhir dibuat? Pengertian air limbah rumah tangga : Limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, (grey water) dan kotoran manusia (tinja dan urine/black water). 172 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

184 BERBAGAI PILIHAN TEKNOLOGI SANITASI A. Jamban Jamban merupakan salah satu sarana untuk mengolah air limbah rumah tangga terutama black water (limbah yang dihasilkan dari WC sebagai pembuangan antara lain : Tinja, urine, air pembersih dan air penggelontor). Pilihan teknologi jamban harus mengikuti kriteria pengelolaan air limbah rumah tangga, antara lain : Tidak mencemari sumber air minum dan tanah. Menghindari penyebaran cacing tambang. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain. Jarak minimal dengan sumber air 10 m. Tidak menimbulkan bahaya terutama bagi anak-anak. Hal yang harus diperhatikan pada saat menentukan pilihan teknologi adalah fungsi dari bangunan/sarana yang dipilih BUKAN pada bentuk, desain, serta biaya yang dikeluarkan. Jamban adalah bangunan yang dipergunakan untuk tempat buang air besar. Bangunan Jamban terdiri dari tiga bagian antara lain : 1) Bangunan atas : fungsinya untuk kenyamanan, psikologis, dan estetika. 2) Bangunan Tengah/landasan : Fungsinya untuk keamanan saat orang buang air besar. 3) Bangunan bawah/ tempat pembuangan tinja : fungsinya untuk melokalisir tinja dan mengubahnya menjadi lumpur stabil. 1. Bangunan atas jamban Konstruksi bangunan atas jamban sesuai untuk fungsinya adalah untuk kenyamanan, psikologis dan estetika bisa disesuaikan dengan keinginan dan kemampuan masingmasing keluarga, mulai dari yang sangat sederhana sampai yang permanen. Pilihan konstruksi dan bentuk bangunan bisa disesuaikan dengan kondisi rumah. Beberapa contoh bangunan atas jamban dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar Sub Modul 7-1 : Pilihan konstruksi bangunan atas jamban Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 173

185 2. Bangunan Tengah Jamban Berdasarkan fungsi bangunan tengah jamban yaitu untuk menjaga keamanan ketika orang buang air besar maka konstruksinya dapat disesuaikan dengan kondisi daerah dan rumah. Berbagai jenis bangunan tengah jamban atau biasa di sebut kloset antara lain cemplung, plengsengan, dan leher angsa. Secara lebih jelasnya masingmasing pilihan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Sub Modul 7-1 : Pilihan jenis kloset dan persyaratannya KONSTRUKSI FUNGSI KONDISI SYARAT CEMPLUNG PLENGSENGAN LEHER ANGSA Bentuk bangunan sangat sederhana hanya berupa lubang yang menyalurkan tinja ke dalam bangunan pembuangan tinja. Dapat menggunakan material yang ada: bambu, kayu, pasangan batu, atau pasangan bata. Menyalurkan tinja ke tempat pembuangan, sebagai tempat pijakan. Biasa digunakan di daerah yang kurang air karena tidak membutuhkan air untuk bilas. Lubang tinja terlihat dari atas. Sebaiknya menggunakan tutup pada lubang yang mudah diangkat/bergagang. Kloset dibuat dengan kemiringan tertentu dengan permukaan halus, tidak terdapat air di kloset. Dapat dibuat sendiri. Menyalurkan tinja ke tempat pembuangan. Kemiringannya berfungsi untuk mengurangi bau karena tinja tidak langsung jatuh searah ke bawah. Dibutuhkan sedikit air untuk membilas media yang kering. Sebaiknya menggunakan tutup pada lubang yang mudah diangkat/bergagang. Terbuat dari cetakan berbentuk leher angsa. Bisa dibuat sendiri dalam jumlah banyak atau membeli di toko. Terdapat air di dalam kloset (leher angsa). Gambar berikut ini memperlihatkan bangunan jamban secara utuh (Bangunan atas, bangunan tengah dan bangunan bawah). Gambar 2 memperlihatkan berbagai jenis kloset dengan tempat penampungan/penyaluran tinjanya ke cubluk (untuk daerah dengan kepadatan penduduk masih sangat jarang dan jarak dengan sumber air lebih dari 10 m keliling). Gambar 3 memperlihatkan berbagai jenis kloset dengan tempat penampungan/penyaluran tinjanya ke septik tank (untuk daerah yang sangat padat dan jarak dengan sumber air kurang dari 10 m keliling) 174 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

186 Gambar Sub Modul 7-2 : Berbagai jenis kloset dengan bangunan bawah berupa cubluk Gambar Sub Modul 7-3 : Berbagai jenis kloset dengan bangunan bawah tangki septik Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 175

187 Kloset bisa juga dibuat dengan bahan-bahan yang sangat sederhana, berikut ini contoh pembuatan kloset sederhana : Gambar Sub Modul 7-4 : Cara membuat kloset sederhana Toilets That Make Compost Low-cost, sanitary toilets that produce valuable compost for crops in an African context, by Peter Morgan 3. Bangunan Bawah Jamban Sesuai dengan fungsinya untuk melokalisir tinja dan mengubahnya menjadi lumpur stabil maka bangunan bawah di buat sedemikian rupa agar fungsinya tercapai. Tangki septik adalah ruang kedap air di bawah tanah yang menampung kotoran dan air penggelontor (Black water) dari WC. Tangki septik biasanya paling tidak mempunyai dua ruangan. Panjang ruang pertama harus paling tidak 50 % dari panjang total dan jika hanya ada dua ruang maka panjang ruang pertama harus 2/3 dari panjang total. Endapan dari tangki septik di buang melalui truk penyedot atau kereta penyedot tinja. Pipa saluran masuk berbentuk T dipakai untuk mempermudah aliran masuk tanpa mengganggu kotoran di permukaan. Penapis atau pemisah di antara ruang, dipakai untuk mencegah agar sampah dan padatan tidak lolos masuk kedalam aliran limbah ke luar (effluent). Pipa saluran keluar berbentuk T akan mengurangi kotoran dan padatan yang terbuang. Pemeliharaan : Tangki septik hanya menerima buangan kakus/tinja saja, tidak untuk air bekas mandi/cuci (grey water). Perlu dilakukan penyedotan secara berkala. Penyedotan dilakukan ketika endapan (sludge) dan kotoran (scum) mencapai 2/3 dari kapasitas tangki, umumnya setiap 2 5 tahun. Tidak membuang bahan-bahan kimia berbahaya ke dalam tangki septik seperti insektisida, karbol pembersih lantai dan pemutih pakaian. Lumpur hasil pengurasan tidak boleh di buang ke sungai atau tempat terbuka tetapi harus ke tempat pembuangan akhir Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). 176 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

188 Aplikasi dan efesiensi : Tidak boleh dibangun di daerah dengan permukaan air tanahnya tinggi. Jika dipasang di daerah padat penghuni, resapan setempat (On site infiltration) tidak boleh dipakai. Sebagai gantinya tangki septik harus tersambung ke saluran limbah. Lokasinya harus bisa di masuki oleh truk/kereta penyedot tinja. Gambar Sub Modul 7-5 : Tangki Septik Gambar Sub Modul 7-6 : Semi tangki septik berbentuk bulat dan persegi B. Saluran Pembuangan Air Limbah Sederhana (SPAL) Pengertian Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah perlengkapan pengelolaan air limbah bisa berupa pipa dari semen atau pralon atau berupa tanah galian yang dipergunakan untuk membantu air buangan dari sumbernya sampai ke tempat pengelolaan atau ke tempat pembuangan Fungsi Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL: untuk membuang air cucian, air bekas mandi, air kotor/bekas lainnya). Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 177

189 1. Pengelolaan Air Limbah Air limbah merupakan air bekas yang berasal dari kamar mandi, dapur, atau cucian yang dapat mengotori sumber air seperti sumur, kali, ataupun sungai serta lingkungan secara keseluruhan. Banyak dampak yang ditimbulkan akibat tidak adanya SPAL yang memenuhi syarat kesehatan. Hal yang pertama dirasakan adalah mengganggu pemandangan, dan terkesan jorok karena air limbah mengalir kemanamana. Selain itu, air limbah juga dapat menimbulkan bau busuk sehingga mengurangi kenyamanan khususnya orang yang melintas sekitar rumah tersebut. Air limbah juga bisa dijadikan sarang nyamuk yang dapat menularkan penyakit seperti malaria serta adanya air limbah yang melebar membuat luas tanah yang seharusnya dapat digunakan menjadi berkurang. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut: Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah. Tidak mengotori permukaan tanah. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m. Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari dan suhu yang tinggi di daerah. 2. Pembuatan SPAL Pertama dibuat lubang di luar dapur dengan lebar, panjang dan tinggi 1 m atau disesuaikan dengan tempat dan kebutuhan. Selanjutnya dibuat saluran dari batu bata, pasir, semen, atau pakai bis. Bila saluran terbuka dapat ditutup dengan bambu, kayu, atau seng. Bak resapan diisi dengan pasir, kerikil, dan batu kali. Akan lebih baik kalau bak resapan ditutup dengan kayu/bambu/cor-coran pasir dan semen. Bak resapan dapat diberi saluran udara dari pralon. Berbagai jenis pembuatan SPAL sederhana : a) Penampung air limbah dan saluran air limbah ke bak resapan. b) Penampung air limbah dari drum yang dilubangi. c) Bak Saluran bekas mandi dan cuci. 178 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

190 a) Penampung air limbah dan saluran air limbah ke bak resapan Gambar Sub Modul 7-7 : Bak penampung air limbah/bekas Pemeliharaan Perlu dibersihkan setiap hari terutama pada saluran yang terbuka dan pada bak kontrol. Jangan memasukkan buangan berupa benda padat seperti kertas, kain, plastik, dsb. Keuntungan dan Kerugian Keuntungan : Mudah membuatnya, sederhana dan bahan-bahan mudah didapat. Selain itu ada hasil untuk menambah penghasilan keluarga yaitu ikan lele. Kerugian : Kadang-kadang baunya masih terasa sehingga dapat mengganggu lingkungan sekitarnya. Gambar Sub Modul 7-8 : Air Limbah ke sumur resapan Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 179

191 b) Penampung air limbah dari drum yang dilubangi Gambar Sub Modul 7-9 : Drum yang Dilubangi Pemeliharaan : Jangan memasukkan buangan berupa benda padat seperti kertas, kain, plastik, dsb. Keuntungan : Mudah dibuat dengan bahan yang tidak mahal dan merupakan pemanfaatan bahan-bahan bekas. Kerugian : Air yang meresap akan mempengaruhi air tanah di sekitarnya apabila struktur tanah merupakan tanah liat yang berbongkah- bongkah pada waktu musim kemarau, serta jaraknya kurang diperhatikan dengan sumur bersih (terlalu dekat). Gambar Sub Modul 7-10 : Pembuatan lubang 180 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

192 c) Bak saluran Bekas Mandi dan Cuci Gambar Sub Modul 7-11 : Bak Saluran Bekas Mandi dan Cuci serta Saluran air bekas mandi dan cuci : A : Kamar mandi dan cuci B : Bak kontrol C : Bak resapan. Pemeliharaan : 1. Saluran setiap hari perlu dibersihkan dengan memakai alat sapu. 2. Jangan membuang benda-benda padat seperti : batu kerikil, kertas, kain, plastik dan barang-barang lainnya. 3. Semua resapan perlu sering dikontrol, agar bagian-bagian yang tersumbat dibersihkan. Keuntungan : Pembuatannya mudah, bahan-bahan ada disekitar kita, dan konstruksinya sederhana. Kerugian : Pembuangan air kotor ini juga tergantung dari struktur lapisan tanah. Tanah yang liat pada musim kemarau akan bongkah-bongkah hal ini mungkin berpengaruh pada sumber air bersih. Untuk mengatasi hal ini agar jaraknya perlu lebih diperpanjang lagi. d) Lahan Basah Buatan Gambar Sub Modul 7-12 : Lahan basah buatan Tujuannya untuk meniru proses alami yang terjadi di daerah rawa dan payau. Sistem ini memiliki dasar dengan lapisan atau saluran yang diisi pasir atau media (batu, kerikil, pasir, dan tanah). Saluran atau mangkuk dilapisi penghalang tidak tembus air (tanah liat) untuk mencegah rembesan air limbah. Tumbuhan asli seperti (alang-alang atau sulur-sulur) dibiarkan tumbuh di bagian dasar. Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 181

193 Pemeliharaan : Bahan penyaring perlu dibersihkan secara berkala dan diganti setiap 8 hingga 15 tahun. Perawatan fokus untuk Gambar Sub Modul 7-13 : Lahan basah buatan horizontal memastikan bahwa pengolahan primer berfungsi efektif. Khususnya untu mengurangi padatan dalam air limbah, sebelum air limbah masuk ke lahan basah. Perlu perhatian agar orang tidak bersentuhan dengan aliran limbah. Sebab ada potensi penularan penyakit dan resiko tenggelam di perairan yang dalam. Aplikasi dan efesiensi : Sistem ini cocok jika mengikuti beberapa tipe pengolahan primer untuk memperkecil BOD. Sistem ini menjadi pengolahan yang bagus untuk masyarakat. Terutama yang mempunyai fasilitas pengolahan primer misalnya tangki septik. Tergantung volume air dan ukurannya, lahan basah bisa cocok untuk daerah perkotaan yang kecil atau daerah pinggiran kota dan perdesaan. C. Pilihan Sistem Pengolahan Air Limbah Komunal : Ada beberapa macam pilihan Sistem pengolahan Tinja secara komunal antara lain: 1) Sarana Mandi Cuci Kakus. 2) IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Komunal. 3) Tangki Septik Komunal. 1. Sarana Mandi Cuci Kakus (MCK). MCK biasanya dibangun di daerah yang padat penduduknya. Bangunan MCK terdiri dari sarana untuk mandi, mencuci, dan BAB. Pada beberapa pengembangan selanjutnya sarana MCK ini bisa di tambahkan pengolahannya secara anaerobic sehingga menghasilkan biogas yang dapat dipergunakan untuk kepentingan penerangan atau memasak bagi masyarakat. MCK yang dilengkapi dengan pengolahan biogas dinamakan MCK ++. ( orang) 2. IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Komunal. Apabila daerahnya cukup padat tetapi masyarakatnya ingin mempunyai jamban di rumah dan dialirkan ke bagunan IPAL komunal dengan sistem perpipaan maka sistem ini cocok diterapkan. Biasanya desain IPAL Komunal bisa untuk memenuhi kebutuhan antara orang. 3. Tangki Septik Komunal. Beberapa rumah karena lahan terbatas menggunakan tangki septik secara bersamasama. 182 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

194 Gambar Sub Modul 7-14 : Pilihan teknologi pengolahan air limbah secara komunal D. Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun. Syarat utama untuk penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun adalah menggunakan air bersih yang mengalir dan menggunakan sabun. Berbagai jenis sarana cuci tangan pakai sabun banyak tersedia di toko-toko, namun ada juga pembuatan sarana cuti tangan pakai sabun yang sederhana untuk masyarakat yang tidak mampu. Berbagai pilihan sarana cuci tangan pakai sabun dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar Sub Modul 7-15 : Cuci Tangan Pakai Sabun Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 183

195 Gambar Sub Modul 7-16 : Pilihan pembuatan sarana cuci tangan pakai sabun E. Pengolahan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT): Pengolahan air minum rumah tangga artinya : Merupakan pengelolaan air minum di rumah tangga. Meliputi pengolahan, penyimpanan yang aman, dan perilaku penanganan air minum. Mengapa perlu dilakukan pengelolaan air minum di rumah tangga? Air yang jernih belum tentu bebas dari kuman. Memperbaiki kualitas mikrobiologis air minum dengan teknologi yang sederhana. Mengurangi angka kejadian dan kematian yang disebabkan oleh penyakit yang dibawa oleh air. Menurunkan biaya kesehatan. Pengelolaan Air Minum terdiri dari : 1. Pengolahan air minum Pengolahan air minum bertujuan untuk memperbaiki dan menjaga kualitas air secara mikrobiologis untuk keperluan : air minum, produksi makanan termasuk mencuci sayuran dan buah-buahan siap saji, untuk mencuci peralatan makanan, air untuk keperluan berkumur, dan sikat gigi. Beberapa teknologi pengolahan air minum antara lain : a) Filtrasi : Biosand filter dan keramik filter. Biosand filter Merupakan proses disinfeksi melalui kombinasi proses biologis (lapisan biofilm) dan mekanisme (lapisan pasir). Air baru boleh diminum setelah 21 hari proses pembentukan lapisan biologis. Kapasitas : 20 lt/5 jam. Kelebihan: Efektif menghilangkan protozoa dan bakteri 90 %. Tidak membutuhkan bahan bakar. Hanya satu kali pemasangan dan perawatan minimal. Bertahan lama. 184 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

196 Keterbatasan Meski bisa melumpuhkan virus tetapi tidak begitu efektif. Jika wadah tidak aman memungkinkan terkontaminasi ulang karena tidak ada perlindungan residu. Investasi awal relatif mahal. Gambar Sub Modul 7-17 : Biosand filter Keramik Filter: Merupakan proses disinfeksi dengan kombinasi proses penyaringan bakteri secara mekanis dan kimia. Ada beberapa macam keramik yang dapat digunakan antara lain keramik tradisional yang biasa terdapat dipasar atau keramik buatan pabrik. Kelebihan keramik : Efektif menghilangkan bakteri dan protozoa. Mudah digunakan dan praktis. Bertahan cukup lama. Relatif murah karena bisa diproduksi secara lokal khusus untuk keramik tradisional. Kekurangan: Belum diketahui efektivitas dalam menangani virus. Gambar Sub Modul 7-18 : Keramik filter Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 185

197 Khlorinasi : Cair dan tablet Khlorinasi adalah proses pembubuhan zat khlor ke dalam air untuk membunuh bakteri dan virus. Khlorinasi tabet: Disinfeksi dengan tablet natrium dischloroicoscyanurat (NaDCC) yang dapat larut secara mandiri. Contoh : Aquatabs (5 lt dan 10 lt), masukkan satu tablet tunggu sampai larut diamkan 30 menit. Siap diminum Gambar Sub Modul 7-19 : Khlorinasi Tablet dan cair Khlorinasi Cair Metode disinfeksi dengan pembubuhan khlorin (sodium hypochorite 1,25 %) cair ke dalam air jernih. Contoh : Air Rahmat, tersedia dalam kemasan 100 ml atau sachet 3 ml. Masukkan ke dalam air, kocok selama 30 detik, diamkan 30 menit dan siap diminum. b) Pengumpulan dan Disinfeksi Adalah proses penggunaan bubuk penggumpal untuk menjernihkan air dan disinfeksi dengan khlor. Contohnya : PUR tersedia dalam kemasan sachet 4 gr cukup untuk 10 lt air. Cara penggunaan : Siapkan air keruh sebanyak 10 lt, masukkan bubuk penggumpal dan disinfektan kedalam air. Aduk selama 5 menit dan diamkan sehingga terpisah antara yang jernih dan gumpalan-gumpalan. Apabila masih keruh aduk kembali dan diamkan selama beberapa menit. Setelah air menjadi bersih saring air dengan menggunakan kain yang bersih. Diamkan air tersebut selama 20 menit. Air siap diminum. Kelebihan : Menghilangkan bakteri, virus, parasit, logam, dan pestisida. Menghasilkan residual khlorin yang berguna untuk melindungi dari kontaminasi ulang. Dapat digunakan pada air yang keruh. Kekurangan : Diperlukan beberapa langkah dalam mengolah air. Memerlukan bubuk penggumpal yang banyak. 186 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

198 Gambar Sub Modul 7-20 : Contoh Penggumpalan dan disinfeksi c) SODIS (Solar water Disinfection) SODIS adalah cara pengolahan air mentah menjadi air minum yang aman dengan memanfaatkan sinar matahari dan sesuai untuk diterapkan pada tingkat rumah tangga. Gambar Sub Modul 7-21 : SODIS Cara Kerja SODIS : Botol plastik yang transparan diisi dengan air yang terkontaminasi bakteri dan dijemur selama 6 jam pada cuaca cerah. Sinar matahari akan mematikan mikro organisme (bakteri dan virus ) dalam air karena ada radiasi dari spektrum UV-A. Terjadi sinergi antara sinar UV-A dengan panas. Apabila temperatur mencapai di atas 50 ºC: radiasi yang dibutuhkan hanya sepertiganya saja. E-Coli berkurang sampai 3-4 desimal (99,9%). Cara membuatnya : Siapkan botol plastik PET transparan ukuran 1,5 liter atau yang lebih kecil, cuci bersih dengan sabun dan gunakan kain yang halus. Isi botol dengan air mentah (jernih). Jemur ditempat terbuka, pastikan tempat tersebut tidak akan terkena bayang-bayang pohon ataupun lainnya. Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 187

199 Lama penjemuran : o Bila hari cerah jemur dari pagi hingga sore atau minimal 6 jam. o Apabila hari cerah kadang berawan atau hujan jemur 2 hari atau lebih (botol tidak perlu diambil bila hari hujan). Sinergi dari radiasi UV-A dan panas air akan membunuh mikroorganisme dalam air air aman untuk diminum. Kelebihan SODIS ; Menghilangkan bakteri, virus dan protozoa. Mudah dan murah. Tidak menimbulkan banyak perubahan pada rasa air. Potensi terkontaminasi ulang kecil karena langsung di konsumsi dari wadah yang memiliki mulut sempit dan tertutup. Ramah lingkungan (memanfaatkan botol bekas). Kekurangan SODIS : Volume air yang diolah sedikit sehingga membutuhkan banyak botol. Setelah botol kusam harus diganti. Kesulitan pengadaan botol di daerah terpencil. d) Merebus Merebus adalah proses mematikan mikroorganisme (virus, bakteri, protozoa, dan spora) dengan cara pemanasan. Air dapat diminum setelah dibiarkan mendidih selama 1-3 menit. Kelebihan : Efektif membunuh semua mikroorganisme penyebab sakit (Virus, bakteri, jamur, protozoa, dan spora). Operasionalnya mudah dan sudah di kenal masyarakat. Kekurangan : Kesulitan mendapatkan bahan bakar. Tidak ramah lingkungan (menimbulkan pencemaran). Relatif lebih mahal dari pada opsi lain. Kemungkinan terkontaminasi ulang besar karena tidak ada perlindungan residu apabila wadah dan perlakuan tida aman. 2. Penyimpanan yang aman Wadah yang aman adalah wadah yang tertutup, bersih, berleher sempit dan lebih baik jika di lengkapi kran. Air minum sebaiknya disimpan dalam wadah pengolahannya. Jangan meminum langsung dari wadah penyimpanannya. Letakkan wadah penyimpanan air di tempat yang bersih dan jauh dari jangkuan binatang. Wadah air sebaiknya di cuci 3 hari sekali atau saat air habis. Gunakan air yang sudah diolah untuk bilasan terakhir. 188 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

200 Gambar Sub Modul 7-22 : Berbagai contoh tempat penyimpanan air yang sudah diolah 3. Penanganan air minum Penting untuk dilakukan : Cucilah tangan dengan menggunakan sabun sebelum mengolah air minum dan makanan Mengolah air minum secukupnya sesuai dengan kebutuhan keluarga. Gunakan air yang sudah diolah untuk mencuci sayuran dan buah-buahan siap santap dan mengolah makanan siap santap. Hindari kontak tangan langsung dengan air yang sudah diolah. Pengelolaan Makanan Rumah Tangga : Berdasarkan WHO tahun 2001 ada 5 kunci mengolah makanan antara lain: Jagalah kebersihan : cuci tangan sebelum mengolah makanan. Pisahkan pangan mentah dan pangan matang. Masaklah dengan benar (rebus sayuran sampai mendidih, masak daging/ikan/telur sampai matang, panaskan hanya 1 kali saja). Gunakan air dan bahan baku yang aman (cuci buah dan sayur siap saji dengan air yang sudah diolah). Jagalah pangan pada suhu yang aman. Selain itu untuk mencegah tertular penyakit perlu menutup makanan yang sudah siap santap, mencuci bahan makanan dengan air mengalir. F. Pengelolaan Sampah 1. Jenis-jenis sampah Setiap hari manusia menghasilkan sampah yang jenisnya tergantung dari aktivitasnya. Setiap jenis memiliki metoda pengolahan yang berbeda. Sampah yang tercampur menyebabkan biaya pengolahan menjadi mahal. Oleh karena itu, kunci dari pengelolaan sampah adalah pemilahan, atau pemisahan antara jenis sampah yang satu dengan jenis sampah yang lain. Marilah kita memahami lebih lanjut apa saja jenis sampah dan bagaimana pengolahan masing-masing. Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 189

201 2. Sampah Organik : Sampah organik atau sering disebut sampah basah adalah jenis sampah yang berasal dari jasad hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara alami. Contohnya adalah sayuran, daging, ikan, nasi, dan potongan rumput/daun/ranting dari kebun. Pembusukan sampah organik terjadi karena proses biokimia akibat penguraian materi organik sampah itu sendiri oleh mikroorganime (makhluk hidup yang sangat kecil) dengan dukungan faktor lain yang terdapat di lingkungan. Metoda pengolahan sampah organik yang paling tepat tentunya adalah melalui pembusukan yang dikendalikan,yang dikenal dengan pengomposan atau komposting. 3. Sampah Non Organik : Sampah non-organik/sampah kering atau sampah yang tidak mudah busuk adalah sampah yang tersusun dari senyawa non-organik yang berasal dari sumber daya alam tidak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Contohnya adalah botol gelas, plastik, tas plastik, kaleng, dan logam. Sebagian sampah non-organik tidak dapat diuraikan oleh alam sama sekali, dan sebagian lain dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Mengolah sampah non-organik erat hubungannya dengan penghematan sumber daya alam yang digunakan untuk membuat bahan-bahan tersebut dan pengurangan polusi akibat proses produksinya di dalam pabrik. 4. Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) : Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup dan atau membahayakan kesehatan manusia. Perbandingan lamanya sampah organik dan non-organik hancur dapat dilihat pada tabel berikut: Jenis Sampah Lama Hancur Kertas 2-5 bulan Kulit Jeruk 6 bulan Dus Karton 5 bulan Filter Rokok tahun Kantong Plastik tahun Kulit Sepatu tahun Pakaian/Nylon tahun Plastik tahun Aluminium tahun Styrofoam tidak hancur Sumber: 5. Pengelolaan Sampah berbasis masyarakat : (Community Based Solid Waste Management = CBSWM) CBSWM adalah sistem penanganan sampah yang direncanakan, disusun, dioperasikan, dikelola dan dimiliki oleh masyarakat. Tujuannya adalah kemandirian masyarakat dalam mempertahankan kebersihan lingkungan melalui pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. 190 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

202 Prinsip-prinsip CBSWM adalah: (1) Partisipasi masyarakat. (2) Kemandirian. (3) Efisiensi. (4) Perlindungan lingkungan. (5) Keterpaduan. Gambar Sub Modul 7-23 : Sistem pengolahan berbasis masyarakat 3R: Reduce, Reuse dan Recycle. 3R adalah prinsip utama mengelola sampah mulai dari sumbernya, melalui berbagai langkah yang mampu mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir). Langkah utama adalah pemilahan sejak dari sumber salah satu contohnya dari rumah tangga. Reduce artinya mengurangi. Kurangilah jumlah sampah dan hematlah pemakaian barang. Misalnya dengan membawa tas belanja saat ke pasar sehingga dapat mengurangi sampah non organik. Reuse artinya pakai ulang. Barang yang masih dapat digunakan jangan langsung dibuang, tetapi sebisa mungkin gunakanlah kembali berulang-ulang. Misalnya menulis pada kedua sisi kertas dan menggunakan botol isi ulang, menyimpan kantong plastik untuk dipergunakan kembali. Recycle artinya daur ulang. Sampah kertas dapat dibuat kerajinan tangan, demikian pula dengan sampah kemasan mie instan, sabun, minyak, dll. Sampah organik dapat dibuat kompos dan digunakan sebagai penyubur tanaman maupun penghijauan. Langkah-langkah mewujudkan CBSWM adalah: (1) Pendekatan kepada pemuka masyarakat setempat dan izin dari pemimpin wilayah (RW, Lurah). (2) Pendekatan kepada warga yang mempunyai kemauan, kepedulian dan kemampuan untuk melaksanakan program serta dapat menjadi penggerak di lingkungannya. (3) Pemetaan masalah persampahan dan kebersihan lingkungan setempat dari berbagai aspek, termasuk pendataan jumlah dan komposisi sampah dari rumah tangga. (4) Studi banding (kalau memungkinkan). Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 191

203 (5) Pembentukan komite lingkungan atau kelompok kerja, penyusunan rencana kerja, dan kesepakatan kontribusi warga dalam bentuk materi maupun non-materi. (6) Pelatihan dan kampanye untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran penghijauan lingkungan dan 3R (reduce, reuse, recycle atau kurangi, pakai ulang, daur ulang). (7) Pendampingan, sosialisasi, penyebaran informasi dan pemantauan terus menerus sampai menghasilkan kompos, produk daur ulang, penghijauan, dan tanaman produktif. (8) Koordinasi dengan pemerintah setempat seperti Dinas/Sub Dinas Kebersihan, Tata Kota, Perumahan, Pekerjaan Umum, dll agar bersinergi dengan pengelolaan sampah skala kota. (9) Pemasaran hasil daur ulang, tanaman produktif, atau kompos bagi yang berminat menambah penghasilan. Melakukan promosi terhadap hasil daur ulang sampah misalnya berpartisipasi dalam perlombaan kebersihan, bazaar hasil kegiatan daur ulang, dan pameran foto. Bekerja sama dengan Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas Pariwisata dan perindustian, kelompok tani dll 6. Pola Pemilihan Langkah awal pengelolaan sampah adalah pemilahan. Tanpa pemilahan, pengolahan sampah menjadi sulit, mahal dan beresiko tinggi mencemari lingkungan, dan membahayakan kesehatan. Pemilahan adalah memisahkan antara jenis sampah yang satu dengan jenis yang lainnya. Minimal pemilahan menjadi dua jenis: sampah organik dan non organik. Sebab sampah organik yang menginap satu hari saja sudah dapat menimbulkan bau, namun tidak demikian halnya dengan sampah non organik. Berbagai bentuk dan bahan wadah pemilahan dapat digunakan. Setiap pilihan memiliki kelebihan dan kekurangan. Prinsipnya: disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kemampuan masyarakat yang akan memilah. Gambar Sub Modul 7-24 : Contoh tempat untuk memilah sampah di rumah tangga 192 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

204 7. Pola Pengolahan Pengolahan sampah adalah upaya yang sangat penting untuk mengurangi volume sampah dan mengubah sampah menjadi material yang tidak berbahaya. Pengolahan dapat dilakukan di sumber, di TPS, maupun di TPA. Prinsipnya adalah dilakukan setelah pemilahan sampah dan sebelum penimbunan akhir, sehingga sering juga disebut pengolahan antara. Pencacahan: pengolahan fisik dengan memotong/mengurangi ukuran sampah agar lebih mudah diolah, misalnya untuk proses pengomposan rumah tangga. Pemadatan: pengolahan fisik dengan menambah densitas (kepadatan) sampah agar volumenya berkurang, terutama untuk menghemat penggunaan truk untuk pengangkutan sampah ke TPA. Contohnya di DKI Jakarta adalah stasiun peralihan antara (transfer station)di Cakung. Pengomposan/komposting: pengolahan sampah organik melalui pembusukan (proses biologis) yang terkendali. Hasil yang diperoleh disebut kompos. Daur ulang sampah non organik: pengolahan fisik dan kimia untuk mengubah sampah non organik menjadi material baru yang dapat dimanfaatkan kembali. Contoh: melelehkan plastik dan mencacahnya menjadi bijih plastik, membuat bubur kertas untuk menjadikan kertas daur ulang, dan membuat kerajinan. Pembakaran: pengolahan fisik dengan membakar sampah pada temperatur tinggi (diatas 1000 derajat celcius). Pembakaran atau insinerasi sangat mahal dan perlu teknologi tinggi agar tidak berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Karena itu, insinerasi tidak cocok untuk tingkat RT atau RW, yang jumlah sampahnya masih dibawah 120 ton per hari. G. Pengomposan/Komposting Komposting adalah upaya mengolah sampah organik melalui proses pembusukan yang terkontrol atau terkendali. Produk utama komposting adalah kebersihan lingkungan, karena jumlah sampah organik yang dibuang ke TPA menjadi berkurang. Adapun kompos sebagai produk komposting adalah hasil tambahan atau bonus yang dapat kita gunakan untuk tanaman sendiri ataupun untuk dijual. 1. Prinsip Dasar Pengomposan/Komposting Proses perubahan sampah organik menjadi kompos merupakan proses metabolisme alami dengan bantuan makhluk hidup. Untuk itu, ada beberapa faktor yang wajib dipenuhi. a) Mikroorganisme atau mikroba. Yaitu makhluk hidup berukuran mikro (sangat kecil) yang hanya dapat dilihat melalui mikroskop, misalnya bakteri dan jamur. Mikroba inilah yang memakan sampah dan hasil pencernaannya adalah kompos. Semakin banyak jumlah mikroba maka semakin baik proses komposting. Mikroba ini dapat diperoleh dari kompos yang sudah jadi ataupun dari lapisan atas tanah yang gembur (humus). b) Udara. Komposting adalah proses yang bersifat aerob (membutuhkan udara). Aliran udara yang kurang baik selama komposting akan menyebabkan mikroba jenis lain (yang tidak baik untuk komposting) yang lebih banyak hidup, sehingga timbul bau menyengat dan pembentukan kompos tidak terjadi. Oleh karena itu, wadah yang berlubang ataupun, pembalikan dan pengadukan secara teratur sangat penting dalam komposting. Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 193

205 c) Kelembaban. Komposting berlangsung optimal dalam kelembaban antara 50 70%. Jika terlalu lembab maka udara akan terhambat masuk ke dalam materi organik sehingga bakteri mati karena kekurangan udara. Maka simpanlah di tempat yang cukup kering. Namun juga jangan terlalu kering karena mikroba membutuhkan air sebagai media hidupnya. Maka siram atau percikkan lah air jika terlalu kering. d) Suhu. Proses penguraian materi organik oleh mikroba menyebabkan suhu yang cukup tinggi (fase aktif). Suhu akan turun secara bertahap yang menandakan fase pematangan kompos. Kisaran suhu yang ideal untuk komposting adalah derajat celcius. e) Nutrisi. Seperti manusia, mikroba juga membutuhkan makanan atau nutrisi. Kandungan karbon dan nitrogen yang ada dalam sampah organik merupakan sumber makanan mikroba. Perbandingan kedua unsur ini akan berubah saat komposting berakhir. f) Faktor lainnya seperti waktu, ph (derajat keasaman), dan ukuran partikel sampah organik. Rata-rata proses komposting membutuhkan waktu sekitar 6 8 minggu. Variasi waktu tergantung pada jenis sampah organik dan ada tidaknya unsur tambahan yang mempercepat proses komposting seperti EM4. Ukuran partikel sampah juga perlu diperhatikan dalam pengomposan rumah tangga. Kulit pisang dan sayuran misalnya, perlu dicacah terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam komposter. Gambar Sub Modul 7-25 : Faktor yang mempengaruhi proses pembuatan kompos. 2. Jenis Sampah yang dapat dikomposkan Sampah organik atau sering disebut sampah basah adalah jenis sampah yang berasal dari jasad hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara alami. Contohnya adalah sayuran, daging, ikan, nasi, ampas perasan kelapa, dan potongan rumput /daun/ ranting dari kebun. Pembusukan sampah organik terjadi karena proses biokimia akibat penguraian materi organik sampah itu sendiri oleh mikroorganisme dengan dukungan faktor lain yang terdapat di lingkungan. 194 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

206 Gambar Sub Modul 7-26 : Berbagai jenis sampah organik 3. Berbagai metode pembuatan kompos Model 1 : Skala Rumah Tangga Takakura dan modifikasinya Gambar Sub Modul 7-27 : Takakura (kiri) dan Bambookura (kanan). Metoda Takakura sangat dikenal di Surabaya, karena murah dan sederhana. Menggunakan prinsip aerob (dengan udara), Takakura terdiri dari keranjang berpori, bantal sekam, kardus tebal, kain penutup, dan kompos jadi. Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 195

207 Gentong Gambar Sub Modul 7-28 : Gentong dari tanah liat Gentong dari tanah liat ini dapat disulap menjadi komposter karena sirkulasi udara yang cukup dan juga kelembabannya. Pembalikan dan pengadukan juga tetap perlu dilakukan. Doskura Gambar Sub Modul 7-29 : Doskura (Kiri dan kanan). Orang menyebutnya doskura, karena menggunakan kardus sebagai pengganti keranjang. Cukup kardus yang dilapisi dengan gelangsing dan diberi aktivator (kompos), doskura dapat juga mengubah sampah menjadi kompos. Hanya saja, karena kardus mudah lapuk maka kardus harus diganti secara kontinyu setiap 6-8 minggu sekali. Untuk memperpanjang umur kardus, sebaiknya kardus tidak diletakkan langsung di lantai namun diberi alas berupa kayu atau triplek. Ember berlubang Gambar Sub Modul 7-30 : Ember bekas cat, Ember bekas cat seperti ini dapat disulap menjadi komposter sederhana dengan memberi lubang yang cukup untuk aerasi. Mirip dengan Takakura, digunakan bantal sekam dan kardus untuk mengontrol kelembaban dan mengurangi bau. Komposter model ini digunakan di Penjaringan, Jakarta Utara. 196 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

208 Model 2 : Skala Komunal Drum/tong Gambar Sub Modul 7-31 : Menggunakan tong plastik berukuran 120L yang dilengkapi pipa vertical dan horizontal, Menggunakan tong plastik berukuran 120L yang dilengkapi pipa vertical dan horizontal, agar proses berlangsung secara aerob (dengan udara). Salah satu pengguna komposter jenis ini adalah masyarakat di Jambangan, Surabaya. Gambar Sub Modul 7-32 : Masih dengan tong plastik serupa, Masih dengan tong plastic serupa, namun aerasi dilakukan dengan menggoyang/memutar komposter. Kerangka yang kuat diperlukan agar mampu menyangga berat sampah organik saat komposter penuh (gambar kiri). Di bagian dalam tong terdapat pipa berlubang dan pemecah gumpalan sampah agar aerasi berjalan lebih optimum dan air yang belebih dapat dikeluarkan (gambar kanan). Komposter ini dipasang di kolong tol dan digunakan oleh masyarakat di Penjaringan, Jakarta. Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 197

209 Bak/kotak Gambar Sub Modul 7-33: Bak/Kotak, Metoda ini menggunakan konstruksi sederhana pasangan bata yang dikombinasikan dengan bilik kayu sebagai pintu untuk ruang pengomposan. Cara ini digunakan di Kebun Karinda Lebak Bulus, Jakarta. Takakura susun Gambar Sub Modul 7-34 : Metoda ini menggunakan keranjang berlubang dan kemudian dilapisi dengan gelangsing. Caranya: sampah organik dicampurkan dengan mikro organisme padat dari campuran bekatul, sekam padi, pupuk kompos, dan air. Kemudian dimasukkan kedalam keranjang dan ditutup dengan keset dari sabut kelapa. Cara ini diterapkan oleh Pusdakota - Universitas Surabaya. 4. Windrow composting Untuk lahan yang cukup luas, metode ini sangat efektif karena mudah dan murah untuk diterapkan. Sampah ditumpuk sesuai umur prosesnya dalam bentuk gundukan atau pile, dan dibalik secara berkala untuk memungkinkan proses aerob. Contoh metoda ini berada di TPS Rawasari, Jakarta Pusat. Gambar dan tahap proses dijelaskan pada bagian selanjutnya. H. Langkah-langkah membuat kompos 1. Sistem Individual Takakura Berikut ini adalah contoh penggunaan komposter Takakura. Metoda lain kurang lebih akan mirip dengan langkah-langkah yang digunakan dalam Takakura. Gambar Sub Modul 7-35 : Alat dan bahan untuk komposter Takakura (kiri). Susunan bagian dalam keranjang Takakura (kanan) F 198 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

210 Fungsi alat dan bahan: (1) Agar proses aerob berlangsung dengan baik, pilihlah keranjang yang berlubang, dan lapisi dengan kardus. Fungsi kardus adalah: (a) membatasi gangguan serangga, (b) mengatur kelembaban, dan (c) berpori-pori, sehingga dapat menyerap serta membuang udara & air. (2) Letakkan bantal sekam di bawah dan di atas keranjang. Fungsi bantal sekam adalah: (a) sebagai tempat mikrobakteri yang akan mempercepat pembusukan sampah organik, (b) karena berongga besar, maka bantal sekam dapat segera menyerap air dan bau sampah, dan (c) sifat sekam yang kering akan memudahkan pengontrolan kelembaban sampah yang akan menjadi kompos. (3) Media kompos jadi yang berasal dari sampah rumah tangga diisikan ½ sampai 2/3 bagian keranjang. Kompos yang ada dalam keranjang berfungsi sebagai aktivator/ragi bagi sampah baru. (4) Pilih kain penutup yang serat atau berpori besar. Tutupkan kain di atas bantal sekam, agar lalat tidak dapat bertelur dalam keranjang, serta mencegah metamorfosis (perubahan) dari belatung menjadi lalat, karena lalat tidak dapat keluar dan mati di dalam keranjang. (5) Tutup keranjang bagian atas sebagai pemberat agar tidak diganggu oleh predator (kucing/anjing). Pilih tutup yang berlubang agar udara dapat keluar masuk. Cara membuat : Gambar Sub Modul 7-36 : Langkah langkah membuat kompos dengan keranjang Takakura. Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 199

211 Catatan lain. (1) Hindarkan dari hujan (taruh di tempat teduh). (2) Sampah yang dimasukkan berumur maksimal 1 hari. (3) Sampah yang dalam ukuran besar harap dicacah dahulu. Cara perawatan (1) Cuci kain penutup satu minggu sekali. (2) Bila kompos kering, cipratkan air bersih, sambil diaduk. (3) Bila sudah lapuk, kardus harus diganti agar tidak robek dan menyebabkan lalat/serangga masuk. Cara pemanenan kompos (1) Bila keranjang penuh, diamkan selama 2-4 minggu agar kompos benar-benar matang. Sementara itu, gunakan keranjang lain untuk memulai proses baru. (2) Setelah matang, kompos dikeluarkan dari keranjang, diangin-anginkan dan kemudian diayak. Bagian yang halus dapat dijual/diberikan ke tanaman, sedangkan bagian yang kasar dapat digunakan sebagai starter awal proses komposting berikutnya. Jangan lupa, setelah membuat kompos, cuci tangan pakai sabun! 2. Sistem Komunal Windrow Komposting (Metode Gundukan) Gambar Sub Modul 7-37 : Pembuatan kompos skala komunal dengan metoda windrow (gundukan) Untuk komposting dengan metoda ini, dibutuhkan lahan yang cukup, yaitu untuk: Area penerimaan sampah. Area pemilahan dan pencacahan (jika diperlukan, terutama untuk sampah pertamanan). Area sampah non organik / lapak. Ruang pengomposan (windrow). Ruang pengayakan kompos. Gudang kompos. Gudang peralatan. Instalasi pengelolaan lindi (air sampah). Instalasi pengomposan sebaiknya dilengkapi juga dengan kantor, sebagai ruang untuk pemantauan, dan dilengkapi juga dengan fasilitas air bersih, toilet dsb. 200 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

212 Tahapan komposting (1) Penerimaan sampah. Sampah yang masuk ke lokasi dari gerobak/truk sebaiknya masih relatif segar dan didominasi oleh sampah organik, agar lebih cepat pemilahannya. Jumlahnya perlu dicatat secara rutin dalam buku catatan kegiatan. (2) Pemilahan dan pencacahan sampah organik. Secara manual, sampah organik dipisahkan untuk dibawa ke tempat pengomposan. Non-organik yang dapat di daur ulang dibawa ke area non organik/lapak, sedangkan residu (sisa) dikumpulkan dalam kontainer. Sampah yang berukuran besar dan panjang seperti dari pertamanan dicacah terlebih dahulu. (3) Pencampuran dan pembentukan tumpukan/gundukan. Agar lebih homogen (merata), beberapa jenis sampah organik (sampah dapur, taman, kotoran ternak dll) perlu dicampur terlebih dahulu. Kemudian ditumpuk berbentuk trapesium (windrow) memanjang atau dalam bak. (4) Pembalikan. Secara teratur tumpukan dibalik 1 2 kali seminggu secara manual dengan memindahkan tumpukan atau digulirkan. Catat waktu / tanggal pembalikan. (5) Penyiraman. Tumpukan perlu disiram secara rutin untuk menjaga kelembaban proses, menggunakan selang spray agar perata. Hentikan penyiraman untuk tumpukan yang telah berumur 5 minggu atau dua minggu sebelum panen. (6) Pemantauan. Agar masalah yang timbul dapat diantisipasi sedini mungkin, pemantauan sangat penting. Terutama terhadap suhu, tekstur, warna, bau, dan populasi lalat. Hasil pemantauan dicatat dengan rapi. (7) Pemanenan dan pengayakan. Produk kompos matang perlu diayak agar berukuran halus sesuai kemudahan penggunaan. (8) Pengemasan dan penyimpanan. Jika ingin dijual, kompos halus dapat dikemas sesuai volume yang diinginkan dan diberi informasi tentang nama kompos, bahan baku, produsen kompos, dan kegunaannya untuk tanaman. Setelah dilemas dapat disimpan dalam gudang yang terlindung dari panas matahari dan hujan. Pemantauan Proses Komposting Pemantauan atau monitoring penting dilakukan untuk memastikan proses komposting berjalan dengan baik, terutama pada 6 minggu pertama. Perlengkapan yang diperlukan diantaranya termometer yang mampu mengukur hingga 100 derajat Celcius, sarung tangan karet, dan sekop. Pemantauan ini sangat mudah dan dapat dilakukan oleh masyarakat, baik ibu-ibu, bapak, maupun pemuda/pemudi. Semakin banyak yang terlibat dalam pemantauan akan semakin baik. Gambar Sub Modul 7-38 : Peralatan monitoring komposting yang terdiri dari termometer, sarung tangan karet, sekop, dan tabel/formulir monitoring Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 201

213 PARAMETER YANG PERLU DIPANTAU Suhu Proses komposting ditandai dengan peningkatan suhu yang mampu mencapai 70ºC. Untuk memastikannya, gunakan termometer dengan hati-hati untuk mengukur suhu sampah organik dalam komposter. Pengukuran sebaiknya dilakukan sejak minggu pertama, dan dilanjutkan paling tidak dua kali seminggu hingga minggu ke-6. Jika suhu tidak lebih dari 30 ºC, kemungkinan besar proses komposting tidak terjadi. Hal ini dapat disebabkan kelembaban yang berlebihan, atau jumlah sampah organik yang terlalu sedikit. Kelembaban Memantau kelembaban dilakukan dengan mengambil segenggam sampah organik dalam komposter yang sedang diproses lalu diremas, jika keluar air dari sela-sela jari maka kadar airnya berlebih. Jika tanah yang digenggam menjadi hancur berarti kompos terlalu kering. Larva dan bau Perhatikan kondisi sampah organik yang sedang diproses, apakah terdapat larva atau belatung yang disertai bau yang tidak enak atau tidak. Jika ya, maka mungkin kondisi terlalu lembab atau sampah yang masuk sudah dihinggapi lalat. Bau yang timbul mungkin disebabkan kurangnya aerasi atau pembalikan dan pengadukan sehingga proses biologis yang terjadi menghasilkan gas yang berbau. Pemantauan juga sebaiknya dilakukan terhadap kompos yang telah dihasilkan, baik kualitasnya maupun kuantiítas atau jumlahnya. Kualitas kompos dari sampah rumah tangga telah dibuat standard, yaitu Standar Nasional Indonesia atau SNI No Untuk mengetahui kualitas kompos apakah sudah sesuai standar atau belum, perlu dilakukan uji laboratorium. 3. Standar Kualitas Kompos dari Sampah Rumah Tangga Parameter Kadar air ph Nitrogen Karbon Kalium (K2O) Fosfor (P2O5) Besi (Fe) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Timbal (Pb) Kromium (Cr) Standar Max 50% Min 0.4% % Min 0.2% Min 0.1% Max 2% Max 100 ppm Max 500 ppm Max 150 ppm Max 210 ppm Kuantitas atau jumlah kompos dapat dipantau dengan mudah melalui penimbangan setiap kali panen kompos. Melalui data ini, kita dapat memperkirakan sudah berapa banyak jumlah sampah organik yang berkurang dari lingkungan tempat tinggal kita. Jumlah ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi masyarakat untuk menilai apakah program komposting sudah dapat meningkatkan kebersihan lingkungan atau perlu diperluas dan ditingkatkan lagi. 4. Rencana Tindak Lanjut Langkah selanjutnya untuk melakukan program pengomposan di lingkungan adalah: (1) Memperkirakan jumlah sampah organik, berdasarkan jumlah keluarga yang akan berpartisipasi atau sumber sampah lainnya seperti warung, kios, pasar. 202 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

214 Metode Kompos Rumah Tangga Komunal (2) Menentukan metoda yang digunakan: individual, komunal, atau kombinasi keduanya. (3) Menyusun tabel rencana kerja dan membuat kesepakatan. Contoh tabel rencana tindak lanjut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel Sub Modul 7-2 : Rencana Tindak lanjut pembuatan kompos. Kegiatan 1. Pemilahan 2. Membuat kompos 1. Pengumpulan dari rumah ke rumah 2. Pembuatan kompos di lokasi khusus 3. Pembalikan secara teratur Penanggung Jawab Teknik Pelaksanaan Kebutuhan Potensi yang sudah ada Perlu dukungan lain I. Pemanfaatan Kompos 1. Penghijauan dan Budidaya Tanaman Selama ini tidak sedikit masyarakat yang melakukan penghijauan dan budidaya tanaman obat di lingkungan rumah masing-masing. Untuk menunjang kegiatan tersebut, sangatlah membantu jika pupuk yang digunakan tidak perlu dibeli dari luar tetapi dihasilkan sendiri melalui proses pengomposan. Membuat kompos memang gampang-gampang susah akan tetapi jika mengingat banyaknya manfaat yang bisa diperoleh, kesulitan dalam proses pembuatanpun dapat dilalui. Salah satu pemanfaatan kompos adalah dalam pemupukan untuk penghijauan dan budidaya tanaman obat. Kompos yang terbentuk dari proses penguraian materi organik oleh mikroorganisme pada sampah akan menjadi pupuk yang sangat baik jika memang telah melalui tahapan komposting yang benar. Gambar Sub Modul 7-39 : Penghijauan Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 203

215 2. Penjualan Kompos Selain untuk penghijauan di rumah tangga, kompos dapat digunakan untuk rehabilitasi lahan bekas tambang, dijual kepada petani atau tukang tanaman, atau dibeli untuk program pertamanan. Beberapa tambak udang juga menggunakan kompos untuk tanah tambak, agar plankton tumbuh lebih baik. Ini semua adalah potensi pemasaran kompos. Namun, penting untuk memperhatikan hal-hal berikut ini jika kompos akan dijual ke pasaran. (1) Pengendalian standar kualitas. Pemilahan sebelum proses maupun pengecekan setelah proses komposting sangat penting untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi produk kompos dengan materi anorganik dan logam berat. Adapun kemungkinan kontaminasi bakteri patogen dapat pula terjadi, jika selama proses kurang dilakukan pemantauan suhu dan kelembaban yang baik. (2) Harga. Harga jual kompos dengan bahan baku sampah rumah tangga akan sulit bersaing dengan kompos dari sampah yang lebih homogen, seperti kotoran hewan atau sampah pertanian. Hal ini disebabkan biaya produksi yang lebih tinggi untuk pemilahannya. 3. Daur Ulang Sampah Daur ulang adalah proses memanfaatkan bahan bekas atau sampah untuk menghasilkan produk yang dapat digunakan kembali. Daur ulang memiliki banyak manfaat, diantaranya: Mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Mengurangi dampak lingkungan yang terjadi akibat menumpuknya sampah di lingkungan. Dapat menambah penghasilan melalui penjualan produk daur ulang yang dihasilkan. Mengurangi penggunaan bahan alam untuk kebutuhan industri plastik, kertas, logam, dan lain-lain. 4. Kebiasaan Hidup Ramah Lingkungan Setiap rumah tangga dan anggota keluarga dapat melakukan banyak hal kecil tetapi berarti bagi lingkungan. Diantaranya adalah: Saat berbelanja, biasakan membawa tas belanja sendiri agar tidak memerlukan tas plastik lagi. Saat hajatan, arisan, jamuan atau kumpul keluarga usahakan untuk tidak menggunakan plastik/styrofoam untuk menempatkan makanan dan minuman. Gunakanlah gelas, piring atau cangkir yang dapat dipakai berulangkali, dan jika mungkin gunakan daun untuk membungkus kue. Makan dengan cara prasmanan lebih cocok dibandingkan dengan nasi di box untuk menghindari pemakaian kertas/kardus. Atau pakailah piring dari anyaman lidi daun lontar yang diberi alas kertas atau daun, sehinga dapat dipakai berulang kali. Saat di kantor, hematlah kertas, dengan membiasakan memakai kertas atau fotokopi secara bolak balik. Dengan menghemat kertas, berarti kita membantu mengurangi jumlah pohon yang harus ditebang. Saat kenaikan kelas anak, buku-buku lama yang tidak diminati dapat diserahkan ke perpustakaan, barangkali masih dapat dipakai. Buku petunjuk telepon lama dapat diberikan kepada tukang sayur untuk membungkus dagangannya. Kumpulkan sisa halaman dari buku tulis yang masih bersih, beri lubang, ikat dan beri sampul sehingga menjadi buku tulis yang baru. 204 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

216 Di tingkat masyarakat, para ibu kader, ketua RT, ketua RW, dan pemuda/pemudi perlu bekerjasama membiasakan warga hidup secara ramah lingkungan. Misalnya: Sesekali adakanlah acara dari warga untuk warga yaitu mengumpulkan barang yang sudah tidak terpakai dan biarkan orang yang membutuhkan untuk mengambil dan menggunakannya secara gratis atau dengan harga murah. Acara yang sama di sekolah untuk baju seragam, buku dll, dengan program dari kakak untuk adik kelas. Pemilahan sampah mulai dari rumah, dilanjutkan dengan pusat daur-ulang sederhana. Usulkanlah di lingkungan tempat tinggal agar diadakan suatu pusat daur ulang. Kerjabakti secara berkala untuk mengumpulkan sampah dan membersihkan selokan. Demi kesehatan, jangan lupa menggunakan sarung tangan, atau kantung plastik yang diikat di pergelangan tangan. Jangan lupa pula untuk mencuci tangan dengan sabun sesudah kegiatan. 5. Pusat Daur Ulang Kegiatan pengomposan dan daur ulang sampah non-organik dapat dilakukan baik di rumah tangga maupun komunal (tingkat RT, RW atau Kelurahan). Pada umumnya, tindak lanjut dari kegiatan ini adalah adanya Pusat Daur Ulang sebagai suatu kebutuhan untuk mata rantai sampah yang dikelola secara terpadu. Tips untuk pusat daur ulang skala rumah tangga (1) Untuk sampah organik, lakukanlah pengomposan, dan tempatkan komposter (alat pembuat kompos) tidak jauh dari jangkauan. (2) Untuk sampah non organik dan barang bekas lainnya, sediakanlah ruangan di suatu pojok di rumah yang tidak mengganggu kegiatan lainnya, namun diketahui dan mudah dicapai oleh semua anggota keluarga. (3) Gunakan kardus, keranjang, ember bekas atau apa saja sebagai wadah, dan tempatkan wadah-wadah tersebut di tempat yang kering. (4) Tulislah secara jelas fungsi masih-masing wadah, misalnya: wadah 1 untuk pecahan atau wadah gelas/botol, wadah 2 untuk plastik, wadah 3 untuk kertas, dll. (5) Pada akhir bulan, lihat apakah barang-barang tersebut dapat dijual, ditukar dengan barang lain, atau diberikan kepada pemulung. Jika kerjasama dengan pemulung sudah terjalin, diharapkan kegiatan ini dapat mengurangi beban pemulung dan memberi tambahan waktu kepada mereka untuk melakukan hal-hal lain yang positif. Tips untuk pusat daur ulang skala komunal 4 (1) Seperti skala rumah tangga, buatlah sistem pemilahan namun gunakan wadah yang lebih besar dan perhatikan kebersihan serta kerapihan agar tidak menjadi tempat kumuh yang dijauhi masyarakat. (2) Sampaikan informasi seluasnya kepada masyarakat tentang bagaimana melakukan kegiatan di pusat daur ulang: tata tertib, jam buka, dlsb. Penyebaran info ini sangat efektif jika dikerjakan bersama-sama baik oleh ibu kader, para ketua RT, maupun pemuda/pemudi. (3) Jika perlu, libatkan perangkat di tingkat Kelurahan dan Kecamatan untuk mendampingi kegiatan ini. 4 Untuk daerah yang kepadatannya tinggi dan kurang ketersediaan lahan, pusat daur ulang mungkin menjadi sulit. Perlu kerjasama antara masyarakat dan pihak kelurahan maupun kecamatan untuk mempelajari peta daerah/lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pusat daur ulang Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 205

217 6. Aneka Kreasi Daur Ulang Gambar Sub Modul 7-40 : (1). Tas anyaman dari bungkus mi instan; (2). Amplop dan kertas surat dari kertas daur ulang; (3). Tas anyaman dari aluminium foil; (4). Taplak dari sedotan plastic; (5). Berbagai produk dari flexible plastik Daur Ulang Kertas Berikut ini adalah cara sederhana membuat kertas daur ulang yang dapat dilakukan di rumah tangga atau masyarakat. Gambar Sub Modul 7-41 : Cara membuat kertas daur ulang A 206 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

218 Alat-alat: (1) Blender. (2) Screen (cetak saring). (3) Rekel (dapat dibeli di toko kertas). (4) Papan kayu yang dilapisi kain tipis (disebut sebagai kain hero). (5) Bak besar. Bahan: (1) Kertas bekas (sewarna dan sejenis lebih baik). (2) Lem kertas. (3) Air. Langkah pembuatan: (1) Kertas bekas dipotong kecil-kecil dengan ukuran sekitar 3 x 3 cm. Potongan kertas direndam di dalam bak air selama sekitar tiga jam (tergantung jenis kertasnya). Kertas dilunakkan dengan blender hingga halus hasilnya dan menyerupai bubur kertas (pulp). Masukkan bubur kertas (pulp) ke dalam bak besar lagi. Bubur kertas dan lem kemudian dimasukkan ke dalam bak besar berisi air. Perbandingan antara air, bubur kertas dan lem adalah: 15 liter air : 3 liter bubur kertas : 1 sendok makan lem. Masukkan karakteristik yang dipilih ke dalam bak, lalu aduk hingga merata dengan campuran pulp dan lem. (2) Masukkan screen ke dalam bak. Angkat screen hingga pulp tinggal di atas screen. (3) Basahi papan yang telah dilapisi dengan kain hero. Tempelkan screen ke papan lalu dirakel sehingga airnya turun. Angkat screen hingga kertas menempel di papan. (4) Ulangi langkah berkali-kali hingga papan dipenuhi oleh kertas secara merata. Jemur papan di tempat panas hingga kertas menjadi kering. (5) Setelah kering, cabut kertas dengan perlahan-lahan. 8. Daur Ulang Plastik Gambar Sub Modul 7-42 : Proses daur ulang plastik menjadi bijih plastik dan digunakan kembali sebagai barang rumah tangga. 1.Produksi barang baru; 2. Pemilahan sampah plastik; 3. Pembersihan dan pengepakan; 4. Pencacahan; 5. Peleburan (pembuatan pelet); 6. Pelet. Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 207

219 9. Tas Anyaman dari Bungkus Mi Instan dan Kopi Bahan-bahan: Kemasan mie instant. Alat-alat: (1) Gunting kecil. (2) Benang. (3) Jarum jahit strimin (sulaman). Cara pembuatan (1) Bagian dalam dan luar bekas kemasan mie instant dibersihkan. (2) Masing-masing ujung atas dan bawah kemasan digunting agar kemasan lebih rapi dan mudah untuk dilipat. (3) Bekas kemasan mi instant yang sudah dibersihkan dan dirapikan, dilipat menjadi tiga bagian dengan bentuk lipatan disesuaikan dengan bagian kemasan yang ingin ditampilkan. (4) Lipatan ditipiskan dan dirapikan dengan menggunakan ujung gunting. (5) Lipatan-lipatan kemasan mi instant yang sudah terbentuk, dirangkaikan satu sama lain membentuk anyaman tas. (6) Anyaman tas yang telah terbentuk diperkuat dengan cara dijahit menggunakan benang dan jarum jahit. (7) Tas anyaman siap untuk digunakan. Berikut adalah langkah kerja persiapan kemasan mi instant yang siap untuk dianyam membentuk tas dan produk-produk lainnya. Gambar Sub Modul 7-43 : 1. Bahan baku bungkus mie instan; 2. proses melipat; 3. hasil lipatan; 4. Proses menganyam; 5. Hasil anyaman dirangkai dengan cara dijahit menggunakan benang. Tas anyaman dari bungkus kopi memerlukan alat-alat dan cara pembuatan yang sama dengan tas anyaman dari bungkus mi instant, hanya berbeda pada bahan yang digunakan. 208 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

220 Referensi : 1. Depkes RI (1990), Pedoman penggunaan dan pemeliharaan sarana penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman. 2. Notoatmodjo (2007), Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta 3. Depkes RI (1984), Teknologi Desa. Depkes RI, Jakarta. 4. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan & Pemasya- rakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (1998), Teknologi Tepat Guna Pengelolaan Air dan Sanitasi, Menegristek RI, Jakarta. 5. Direktorat Perumahan, Ditjen Cipta Karya-Departemen Pekerjaan Umum, Pembuatan Saluran Bekas Mandi dan Cuci. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. 6. TTPS (Tim Teknis Pembangunan Sanitasi), 2010, Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi. 7. Peter Morgan Stockholm Environment Institute EcoSanRes Programme 2007, Toilets That Make Compost Low-cost, sanitary toilets that produce valuable compost for crops in an African context. 8. Kementerian Kesehatan, Modul Kebijakan Diklat Kesehatan Lingkungan dalam Pembuatan Saluran Pembuangan Air Limbah Sederhana. 9. Direktorat Penyehatan Lingkungan, Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI, 2009 : Modul Pelatihan Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga. 10. Modul Pelatihan Pilar 4 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga pada Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 209

221 LAMPIRAN : 1 EVALUASI AKHIR SESI Panduan : Sampaikan pertanyaan secara lisan satu persatu terkait dengan pilihan teknologi sanitasi. Hindari peserta yang mendominasi jawaban, bisa dilakukan dengan permainan. Hindari menunjuk orang tertentu. Sediakan souvenir bagi peserta yang dapat menjawab. Pertanyaan : 1. Sebutkan tujuan melakukan fasilitasi pilihan teknologi sanitasi? 2. Sebutkan tahapan fasilitasi pilihan teknologi? 3. Hal apa saja yang harus menjadi perhatian pada saat memilih teknologi sanitasi? Apabila masih ada jawaban peserta yang belum tepat, fasilitator dapat menampilkan kembali silde presentasi terkait. 210 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

222 LAMPIRAN : 2 SLIDE PRESENTASI Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 211

223 212 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

224 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 213

225 214 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

226 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 215

227 216 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

228 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 217

229 218 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

230 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 219

231 220 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

232 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 221

233 222 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

234 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 223

235 224 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

236 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 225

237 226 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

238 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 227

239 228 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

240 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 229

241 230 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

242 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 231

243 232 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

244 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi 233

245 234 Sub Modul 7 : Pilihan Teknologi Sanitasi

246 SUB MODUL 8 : PERAN MULTI PIHAK DALAM KETERSEDIAAN LAYANAN SANITASI YANG BAIK I. DESKRIPSI SINGKAT Sub modul ini menjelaskan tentang peran multi pihak yaitu masyarakat, pemerintah, swasta, dan LSM dalam ketersediaan layanan sanitasi yang baik. Permasalahan sanitasi tidak dapat diselesaikan hanya oleh pemerintah saja. Permasalahan sanitasi merupakan tanggung jawab semua pihak antara lain masyarakat, pemerintah, swasta, dan LSM. Untuk memahami peran masing-masing pihak, peserta perlu mengetahui diagram sistem sanitasi air limbah domestik, persampahan, dan juga drainase serta bagaimana peluang kerjasama antara pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap permasalahan sanitasi. Apabila semua pihak dapat menjalankan perannya maka tujuan pembangunan sanitasi yaitu untuk menciptakan lingkungan hidup lebih baik, tidak ada pencemaran terhadap badan air dan tanah dapat tercapai. II. III. IV. TUJUAN KEGIATAN Tujuan Kegiatan Umum: peserta mampu mengidentifikasi dan menjelaskan peran masing-masing pihak (masyarakat, pemerintah, swasta, dan LSM) dalam ketersediaan layanan sanitasi yang baik. Tujuan Kegiatan Khusus: 1. Memetakan peran masyarakat, pemerintah, sektor swasta/kelompok masyarakat, dan LSM dalam kegiatan penyediaan layanan sanitasi. 2. Melihat potensi untuk melakukan kerjasama multipihak. 3. Menentukan langkah-langkah untuk menjalin kerjasama. POKOK BAHASAN 1. Pengertian sanitasi. 2. Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah Domestik. 3. Diagram Sistem Sanitasi Persampahan. 4. Peluang kerjasama. WAKTU 90 menit (2 JPL) V. METODE 1. Curah pendapat. 2. Ceramah tanya jawab. 3. Diskusi kelompok. 4. Diskusi Pleno. VI. ALAT BANTU dan MEDIA 1. Gambar isian diagram sistem sanitasi air limbah domestik. 2. Gambar isian diagram sistem sanitasi persampahan. 3. Metaplan bertuliskan masyarakat, pemerintah, swasta, dan LSM. 4. Metaplan. 5. Sticky Cloth/selotip kertas. 6. Spraymount. 7. Kertas flipchart. 8. Spidol warna warni. Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik 235

247 VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN SESI 1: Pengkondisian (10 menit). Langkah 1: Langkah 2: Langkah 3: Langkah 4: Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta. Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masingmasing. Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau melakukan energizer. Jelaskan pada peserta topik-topik yang akan dibicarakan dalam pertemuan ini adalah: 1. Pengertian sanitasi. 2. Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah Domestik. 3. Diagram Sistem Sanitasi Persampahan. 4. Peluang kerjasama. Jelaskan tujuan pertemuan, yaitu: Peserta mampu mengidentifikasi dan menjelaskan peran masing-masing pihak (masyarakat, pemerintah, swasta, dan LSM) dalam ketersediaan layanan sanitasi yang baik. Melihat potensi untuk melakukan kerjasama multipihak. Menentukan langkah-langkah untuk menjalin kerjasama. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Tanyakan kepada peserta apakah sudah siap mengikuti sesi berikutnya? Apabila sudah siap segera lanjutkan dengan sesi selanjutnya. SESI 2: Langkah 1: Langkah 2: Pengertian Sanitasi (10 menit) Katakan bahwa sebelum masuk ke peran masing-masing pihak dalam pembangunan sanitasi, perlu diketahui dan sepakati bersama tentang pengertian sanitasi. Tanyakan kepada peserta apa saja komponen sanitasi. Tulis jawaban peserta di kertas flipchart. Simpulkan bersama dengan peserta selanjutnya tampilkan slide pengertian sanitasi yaitu: Upaya membuang limbah cair rumah tangga, dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat baik di tingkat rumah tangga maupun di lingkungan permukiman (Buku Opsi Teknologi, PPSP), Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. SESI 3 : Langkah 1: Langkah 2: Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah Domestik (20 menit) Bagi peserta menjadi 2 kelompok yaitu kelompok ibu-ibu dan kelompok bapakbapak. Sebelum memulai kerja kelompok, tanyakan kepada peserta permasalahan sanitasi merupakan tanggungjawab siapa saja? Jika belum semua pihak teridentifikasi, simpulkan dengan memberikan jawaban yang lengkap yaitu pemerintah, masyarakat, swasta, dan kelompok/lembaga swadaya masyarakat. Setelah peserta terbagi, minta mereka untuk melakukan langkah-langkah berikut: Pelajari kumpulan gambar yang telah disiapkan. Sepakati arti setiap gambar. 236 Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik

248 Langkah 3: Langkah 4: Langkah 5: Langkah 6 : Diskusikan dan letakkan gambar di kolom yang sesuai dalam diagram sanitasi yang telah disiapkan. Tulisan (pemerintah, swasta, masyarakat) diletakkan setelah gambar sudah diletakkan di kolom yang sesuai. Tulisan diletakkan di gambar, saat kegiatan dalam gambar tersebut dapat dilakukan oleh pemerintah/swasta/masyarakat/kelompok masyarakat. Setelah setiap kelompok meletakkan gambar dan tulisan di kolom yang disepakati, tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya beserta dasar pertimbangan yang dipakai saat memilih. Setiap kelompok berhak memberikan pendapat dan komentar atas hasil diskusi kelompok lain. Jika terjadi perbedaan hasil dari kedua kelompok, minta masing-masing kelompok untuk menjelaskan dasar pertimbangan mereka dan kemudian menyepakati bersama mana yang lebih benar. Setelah selesai, gunakan diagram sanitasi air limbah domestik untuk menjelaskan alur air limbah domestik dari sumber sampai pengolahan akhir. Jangan lupa menyebutkan peran masing-masing pihak di setiap tahapan. Pada saat ini tanyakan kepada peserta pertanyaan-pertanyaan berikut: - Apa saja layanan yang sudah disediakan oleh pemerintah terkait sanitasi? - Layanan apa lagi yang masih diperlukan? - Bagaimana cara mendapatkan layanan tersebut? Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. SESI 4 : Langkah 1: Langkah 2: Langkah 3: Langkah 4: Diagram Sistem Sanitasi Persampahan (20 menit) Bagi peserta menjadi 2 kelompok yaitu kelompok ibu-ibu dan kelompok bapakbapak. Setelah peserta terbagi, minta mereka untuk melakukan langkah-langkah berikut: Pelajari kumpulan gambar yang telah disiapkan. Sepakati arti setiap gambar. Diskusikan dan letakkan gambar di kolom yang sesuai dalam diagram sanitasi yang telah disiapkan. Tulisan (pemerintah, swasta, masyarakat) diletakkan setelah gambar sudah diletakkan di kolom yang sesuai. Tulisan diletakkan di gambar, saat kegiatan dalam gambar tersebut dapat dilakukan oleh pemerintah/swasta/masyarakat. Setelah setiap kelompok meletakkan gambar dan tulisan di kolom yang disepakati, minta tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya beserta dasar pertimbangan yang dipakai saat memilih. Setiap kelompok berhak memberikan pendapat dan komentar atas hasil diskusi kelompok lain. Jika terjadi perbedaan hasil dari kedua kelompok, minta masing-masing kelompok untuk menjelaskan dasar pertimbangan mereka dan kemudian menyepakati bersama mana yang lebih benar. Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik 237

249 Langkah 5: Langkah 6 : Setelah selesai, gunakan diagram sanitasi persampahan untuk menjelaskan alur persampahandari sumber sampai pengolahan akhir. Jangan lupa menyebutkan peran masing-masing pihak di setiap tahapan. Pada saat ini tanyakan kepada peserta pertanyaan-pertanyaan berikut: - Apa saja layanan yang sudah disediakan oleh pemerintah terkait sanitasi? - Layanan apa lagi yang masih diperlukan? - Bagaimana cara mendapatkan layanan tersebut? Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. SESI 5 : Langkah 1: Peluang Kerjasama (20 menit) Peserta berada tetap dalam kelompok masing-masing. Langkah 2: Tanyakan kepada peserta apakah ada pihak lain seperti swasta/kelompok masyarakat yang terlibat dalam penyediaan sanitasi baik di daerah mereka: penyediaan kloset, penyediaan tangki septik, pemulung/pengepul barang bekas, pembuat kerajinan dari barang bekas, pembuatan kompos, dan lain-lain. Langkah 3: Langkah 4: Langkah 5 : Langkah 6: Jika ada, minta mereka untuk membuat daftar tentang pihak yang terlibat tersebut. Diskusikan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menghubungi dan bekerja sama dengan pihak tersebut. Misalnya mencari informasi mengenai orang yang dapat dikontak, informasi mengenai layanannya, dan cara membuat kesepakatan bersama. Sepakati pihak mana yang dapat diajak bekerjasama dan siapa yang akan mempersiapkan kontrak. Buat rencana untuk melakukan kontak dan jajagi kemungkinan untuk kerjasama. Selanjutnya tanyakan pihak mana lagi yang dapat diajak bekerja sama selain pihak yang langsung terkait dengan masalah sanitasi tetapi pihak tersebut dapat membantu memperlancar upaya yang sedang dilaksanakan? Apa peran pihak tersebut? Contohnya kelompok tani sebagai pengguna pupuk. Sepakati hasil diskusi masing-masing kelompok. Bawa hasil diskusi kelompok kecil ke diskusi pleno. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. Buatlah rangkuman sesi. Rangkuman dan Pembulatan (10 menit) Langkah 1: Langkah 2: Langkah 3: Lakukan rangkuman pertemuan. Buat Rencana Tindak Lanjut sesuai dengan kesepakatan di diskusi pleno. Ucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan lanjutkan ke tahap/sesi berikutnya yaitu pengenalan metode partisipatif. 238 Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik

250 VIII. URAIAN MATERI PERAN MULTI PIHAK DALAM KETERSEDIAAN LAYANAN SANITASI YANG BAIK A. Pengertian Sanitasi Ada beberapa pengertian sanitasi yang dipakai selama ini. Dalam Program Percepatan Sanitasi Permukiman (PPSP) pengertian sanitasi yang dipakai adalah: Sanitasi adalah upaya membuang limbah cair rumah tangga, dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat baik di tingkat rumah tangga maupun di lingkungan permukiman (Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi, TTPS) Adapun komponen dalam sanitasi yaitu: 1. Persampahan. 2. Air limbah domesik. 3. Drainase perkotaan. 4. Perilaku higiene dan sanitasi. Sanitasi urusan kita bersama. Sanitasi tidak hanya tanggungjawab pemerintah namun juga tanggung jawab dari masyarakat, pihak swasta, dan kelompok/lembaga swadaya masyarakat. B. Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah Domestik Sistem sanitasi adalah proses multi-langkah dimana berbagai jenis limbah dikelola dari titik timbulan (sumber limbah) ke titik pemanfaatan kembali atau pemrosesan akhir (halaman 9) (Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi, TTPS) Dalam sistem sanitasi, ada 5 tahap yaitu: 1) Penghubung/pengguna; 2) Tempat pengumpulan/penampungan/pengolahan awal; 3) Pengangkutan/pengaliran; 4) Pengolahan akhir terpusat dan 5) Pembuangan akhir/daur ulang. Setiap tahap membutuhkan teknologi tersendiri dengan pengelolaan yang spesifik. Di setiap tahap juga menghasilkan produk lanjutan, yang merupakan masukan (input) untuk tahapan selanjutnya. Misalnya tangki septik yang berada di tahapan penghubung/pengguna akan menghasilkan air olahan tangki septik dan lumpur tinja. Lumpur tinja tersebut diangkut oleh truk tinja yang ada di tahapan pengumpulan/penampungan/pengolahan awal. Demikian seterusnya sampai pada tahap terakhir yaitu pembuangan akhir/daur ulang. Diagram sistem sanitasi air limbah domestik akan memberikan gambaran mengenai alur pengelolaan dari sumber air limbah domestik sampai pada pembuangan akhir/daur ulang termasuk di dalamnya peran masing-masing pihak di setiap tahapan. Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik 239

251 Gambar Sub Modul 8-1 : Diagram Sistem Sanitasi (DSS) Air Limbah Domestik 1. Tahapan dalam sistem sanitasi air limbah domestik: a) Sumber/jenis limbah cair Sumber/jenis limbah cair rumah tangga ada 2 yaitu: 1) Black water dihasilkan dari WC sebagai pembuangan. Yang termasuk dalam black water adalah: Tinja: tanpa urine dan air pembersih. Urine: banyak mengandung nitrogen dan limbah lain. Dalam konteks ini, urine adalah air kencing murni yang tidak tercampur tinja dan air. Air pembersih: air hasil bersih tubuh setelah buang air besar dan/atau air kecil. Ini hanyalah air yang dihasilkan oleh pengguna untuk membersihkan anus dan tidak termasuk materi kering seperti kertas toilet/tissue, dan lain-lain. Materi pembersih dan materi lainnya dapat berupa kertas toilet, tongkol jagung, kain lap, batu dan/atau materi kering lainnya yang dipakai untuk membersihkan anus (sebagai pengganti air). Tergantung kepada sistemnya, materi pembersih kering mungkin dibuang ke kloset atau dikumpulkan secara terpisah. Walau sangat penting, produk khusus untuk kebersihan seperti pembalut untuk haid tidak termasuk di sini. Air penggelontor/air guyur: air yang dipakai untuk menggelontor kotoran manusia dari jamban. Sumber air penggelontor dapat berupa air tawar, air hujan, air limbah rumah tangga yang didaur ulang, atau kombinasi ketiganya. 2) Grey water pada dasarnya air limbah yang dihasilkan dari air bekas mandi, mencuci pakaian, dan buangan cair dari dapur. Grey water sangat mudah terkontaminasi kotoran manusia sehingga mengandung bakteri pathogen. Selain itu, grey water seringkali mengandung material organik karena buangan yang berasal dari dapur. Material organik ini umumnya mudah terurai dan sering dibuang ke dalam WC dan drainase tersier. 240 Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik

252 b) Penghubung/pengguna Berdasarkan fungsinya, yang termasuk dalam penghubung/pengguna adalah: a. Kloset duduk biasanya terbuat dari porselen dan diproduksi masal (buatan pabrik). Kloset duduk terdiri atas tangki air yang menyediakan air untuk penggelontor dan mangkuk penerima tinja. b. Kloset jongkok biasanya terbuat dari porselen dan diproduksi masal (buatan pabrik). Air penggelontornya disediakan di bak air/penampungan air tersendiri. c. Tempat cucian piring/sink. d. Tempat mencuci pakaian. Dalam tahap ini, masyarakat berperan dalam menyediakan fasilitas seperti kloset (duduk dan jongkok), tempat cucian piring, dan tempat mencuci piring. c) Tempat pengumpulan/penampungan/pengolahan awal Berdasarkan fungsinya, yang termasuk dalam tempat pengumpulan/penampungan/pengolahan awal adalah: a. Tangki septik: bak kedap air yang terbuat dari beton, fiberglass, PVC, atau plastik yang digunakan untukk penampungan dan pengolahan black water. Tangki septik merupakan tangki pengendapan dan proses anaerobic untuk mengurangi padatan dan material organik. b. IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) komunal: adalah sebuah sistem pengelolaan air limbah yang melayani suatu daerah tertentu. Dalam sistem ini, air limbah tidak dikelola pada level rumah tangga melainkan disalurkan dan dikelola di IPAL komunal. c. Bak resapan:jaringan pipa berlubang yang diletakkan di dalam parit bawah tanah yang berisi kerikil. Fungsinya untuk membuang air limbah yang keluar dari sistem on-site atau pengolahan off-site (terpusat). d. Bak penangkap lemak: bak kontrol yang dibangun dari pasangan batu bata kedap yang berfungsi untuk memisahkan lemak dan sampah dari grey water. Dalam tahap ini, masyarakat berperan dalam menyediakan fasilitas seperti tangki septik, bak/bidang resapan dan bak penangkap lemak. Sedangkan pemerintah berperan dalam penyediaan IPAL komunal. d) Pengangkutan/pengaliran Berdasarkan fungsinya, yang termasuk dalam tempat pengumpulan/penampungan/pengolahan awal adalah: a. Truk tinja atau truk penyedot tinja mengacu pada vacuum truck atau kendaraan lain yang dilengkapi pompa dan tangki untuk menguras dan mengangkut lumpur tinja, lumpur tangki septik, dan urine. Tenaga manusia diperlukan untuk mengoperasikan pompa dan menggerakkan selang hisap. b. Kedoteng/kereta sedot septik tank merupakan bentuk kecil dari truk tinja. Kedoteng akan sangat berguna di daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh truk tinja. c. Perpipaan dibutuhkan jika sistem yang digunakan adalah IPAL komunal. Dalam tahap ini, pemerintah berperan dalam penyediaan perpipaan dan dengan bekerja sama dengan swasta, pemerintah juga berperan dalam menyediakan fasilitas truk tinja. Sedangkan peran masyarakat adalah penyediaan kedoteng. Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik 241

253 e) Pengolahan akhir terpusat Berdasarkan fungsinya, yang termasuk dalam tempat pengumpulan/penampungan/pengolahan awal adalah: a. IPLT/Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja: instalasi yang melakukan proses pengolahan lumpur tinja. Instalasi ini didesain hanya menerima lumpur tinja melalui mobil atau gerobak tinja (tanpa perpipaan). b. IPAL/Instalasi Pengolahan Air Limbah: instalasi yang melakukan proses pengolahan air limbah. c. Bidang resapan. Dalam tahap ini, pemerintah memegang peran penting dalam penyediaan fasilitas IPLT, IPAL, dan bidang resapan. f) Pembuangan akhir/daur ulang Di tahap ini, hasil pengolahan IPLT dan IPAL dapat dimanfaatkan kembali dan dipastikan tidak mencemari lingkungan. C. Diagram Sistem Sanitasi Persampahan Diagram sistem sanitasi persampahan akan memberikan gambaran mengenai alur pengelolaan dari sumber sampah sampai pada tahap pemrosesan termasuk di dalamnya peran masing-masing pihak di setiap tahapan. Gambar Sub Modul 8-2 : Diagram Sistem Sanitasi Persampahan 242 Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik

254 1. Tahapan dalam sistem sanitasi persampahan : a) Sumber/jenis sampah Jenis sampah ada tiga yaitu: 1) Organik. Jenis sampah ini dapat terurai secara alami walaupun membutuhkan waktu yang berbeda beda. Contoh: sisa pengolahan makanan, daun-daun kering, sisa makanan dsb. Sampah organik dapat diolah menjadi kompos. 2) Non Organik Jenis sampah ini tidak dapat/membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai. Contoh: benda/barang yang terbuat dari plastik, besi dsb. 3) B3 Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup dan atau membahayakan kesehatan manusia. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, sampah B3 merupakan sampah spesifik yang meliputi: Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun. Sampah yang mengandung limbah B3. Sampah yang timbul akibat bencana. Bongkaran puing bangunan. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah. Sampah yang timbul secara periodik. Sampah B3 Rumah Tangga dikelompokkan berdasarkan jenis aktifitas rumah tangga, yaitu bahan dan/atau bekas kemasan produk dari: Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik 243

255 b) Pewadahan Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum dikumpulkan, dipindahkan ke tempat penampungan sementara (TPS), diangkut dan selanjutnya dibuang ke tempat pemrosesan akhir (TPA). Sesuai dengan fungsinya, yang termasuk dalam pewadahan adalah tong sampah. Tong sampah dapat dibangun permanen dengan menggunakan beton dan batu bata, atau terbuat dari plastik (seperti yang dijual di pasaran), atau dapat terbuat dari anyaman bambu, maupun dari kantong plastik yang sudah terpakai. Dalam tahap ini, masyarakat berperan dengan menyediakan tempat sampah di level rumah tangga. c) Pengumpulan Pengumpulan sampah adalah cara atau proses pengambilan sampah. Prosesnya dimulai dari tempat pewadahan sampah dari sumber timbulan sampah sampai ke tempat penampungan sementara (TPS)/stasiun pemindahan atau sekaligus ke tempat pembuangan akhir (TPA) Sesuai dengan fungsinya, yang termasuk dalam pengumpulan adalah: Gerobak sampah merupakan alat pengumpul sampah. Motor sampah merupakan kendaraan pengumpul sampah. Biasanya terbuat dari sepeda motor yang digabungkan dengan bak sampah dari kayu dan roda sepeda, roda mobil, atau dapat juga terbuat dari rangka besi. Pemulung juga berperan dalam tahapan ini. Dalam tahap ini pihak swasta dapat berperan dalam penyediaan gerobak sampah, motor sampah maupun mengkoordinir pemulung. Masyarakat juga dapat berperan dengan menjadi pemulung. d) Tempat Penampungan Sementara (TPS) TPS adalah tempat penampungan sampah dari alat pengepul. Dari sana, sampah kemudian dipindahkan ke alat angkut sampah dan selanjutnya dibawa ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). TPS diperlukan apabila area sumber sampah sulit diakses oleh kendaraan pengangkut. Atau jarak sumber sampah ke TPA terlalu jauh sehingga pengangkutan (dengan truk sampah) menjadi tidak efisien. Berdasarkan fungsinya, yang termasuk dalam kelompok TPS adalah: TPS biasa adalah bin sampah dari pasangan batu bata untuk skala lingkungan. Dari TPS tersebut, alat angkut sampah (truk sampah) akan mengangkut sampah ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Kontainer adalah bin sampah dari rangka besi dan aluminium untuk skala lingkungan. Dari TPS tersebut, alat angkut sampah (truk sampah) akan mengangkut sampah ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Pengepul Sampah Plastik. Dalam tahap ini, pemerintah berperan dalam penyediaan TPS (baik TPS biasa maupun container). Swasta dan masyarakat dapat berperan dengan menjadi pengepul sampah. e) Pengangkutan Pengangkutan merupakan kegiatan membawa sampah dari lokasi pemindahan, atau langsung dari sumber sampah menuju ke tempat pemrosesan akhir. Persyaratan alat pengangkut yaitu: harus dilengkapi penutup sampah; minimal dengan jaring; tinggi bak minimum 1,6 m; sebaiknya ada alat ungkit; kapasitas disesuaikan dengan kelas jalan yang akan dilalui; dan bak/truk container sebaiknya dilengkapi dengan pengaman air sampah. 244 Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik

256 Berdasarkan fungsinya, yang termasuk dalam kelompok pengangkutan adalah: truk sampah. Dalam tahap ini, pemerintah memegang peranan penting dalam penyediaan truk sampah. f) Pengolahan sampah/daur ulang Daur ulang merupakan pengolahan fisik dan kimia untuk mengubah sampah non organik menjadi material baru, yang dapat dimanfaatkan kembali. Sampah non organik yang dapat didaur ulang yaitu: kertas/kardus, plastik, gelas/kaca dan logam. Untuk sampah organik dapat dimanfaatkan kembali sebagai kompos. Dalam tahap ini, semua pihak (pemerintah, swasta, LSM, dan masyarakat) dapat berperan dengan melakukan pengolahan sampah/daur ulang. g) Pemrosesan akhir Berdasarkan cara pengoperasiannya, ada beberapa metode pemrosesan akhir sampah kota yaitu: 1) TPA controlled landfill: sarana pengurugan sampah yang bersifat antara, sebeum mampu melaksanakan operasi sanitary landfill. Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping. Untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang dilingkungan maka setiap 7 hari sampah yang telah tertimbun ditutup lapisan tanah. Dalam operasionalnya, untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA, maka dilakukan juga perataan dan pemadatan sampah. Di Indonesia, metode controlled landfill dianjurkan untuk diterapkan di kota sedang dan kecil. 2) TPA sanitary landfill: sarana pengurugan sampah sampai ke lingkungan yang disiapkan dan dioperasikan secara sistematis. Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internasional. Untuk meminimalkan potensi gangguan lingkungan, maka penutupan sampah dilakukan setiap hari. Namun, untuk menerapkannya diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang cukup mahal. Dalam tahap ini, peran pemerintah sangat penting dalam penyediaan TPA controlled landfill maupun TPA sanitary landfill. D. Drainase berwawasan lingkungan Sistem drainase perkotaan (sistem drainase utama)terdiri dari saluran primer, sekunder, dan tersier dan bangunan pelengkapnya. Dalam konteks ini, kita hanya fokus di sistem drainase tersier. Sistem drainase tersier adalah sistem saluran awal yang melayani kawasan kota tertentu, seperti kompleks perumahan, area pasar, perkantoran, areal industri dan komersial. Hampir semua drainase tersier tidak dirawat/direncanakan dengan baik. Umumnya, drainase ini tercemar berat dengan kondisi tergenang tanpa aliran, yang sangat berpotensi membahayakan lingkungan/kesehatan. Dengan ini dalam praktiknya, dapat didefinisikan bahwa fungsi utama drainase tersier adalah menjamin aliran tidak akan terganggu karena adanya buangan grey dan black water selama sepanjang tahun. Fungsi yang lain, tentu saja adanya jaminan bahwa tidak akan terjadi banjir jika musim hujan tiba. Fungsi ideal drainase adalah sebagai penyaluran air hujan/limpasan saat musim hujan tiba. Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik 245

257 Gambar Sub Modul 8-3 : Pengelolaan Drainase Berwawasan Lingkungan Drainase perlu dikelola dengan memperhatikan wawasan lingkungan. Berwawasan lingkungan dapat diartikan sebagai usaha untuk tidak mencemari lingkungan serta membantu keseimbangan alam. Ada 3 opsi pengelolaan drainase yang berwawasan lingkungan: 1. Resapkan air Yang dimaksud dengan resapkan air adalah adanya usaha untuk meresapkan air hujan dengan membuat ruang hijau yang cukup sehingga air hujan dapat meresap ke tanah dengan maksimal. Hal ini dapat dilakukan oleh semua pihak (masyarakat, swasta maupun pemerintah). 2. Tampung air Yang dimaksud dengan tampung air adalah adanya usaha untuk menampung air hujan untuk dipergunakan kembali. Misalnya sebagai air penggelontor atau untuk cadangan saat musim kemarau. Hal ini dapat dilakukan oleh semua pihak (masyarakat, swasta, maupun pemerintah) 3. Alirkan air Yang dimaksud dengan alirkan air adalah adanya usaha untuk mengalirkan air hujan ke saluran drainase tersier. Agar aliran air hujan lancar, saluran drainase harus dirawat dan juga dibersihkan secara berkala. Hal ini dapat dilakukan oleh semua pihak (masyarakat, swasta, maupun pemerintah). E. Peluang Kerjasama dalam pembangunan sanitasi Dalam diagram sanitasi air limbah domestik dan diagram sanitasi persampahan terlihat dengan jelas bahwa pembangunan sanitasi membutuhkan peran dari semua pihak (masyarakat, pemerintah, swasta, dan lembaga/kelompok swadaya masyarakat). Agar kondisi sanitasi dapat tercapai maka dibutuhkan kerjasama dari semua pihak di atas. Dengan jelasnya peran setiap pihak di setiap tahapan pengelolaan air limbah domestik dan persampahan maka peluang kerjasama antar pihak sangat dimungkinkan dan perlu ditingkatkan. Pemetaan mengenai pihak-pihak yang berpotensi diajak bekerjasama dalam pembangunan sanitasi penting dilakukan. Melalui pemetaan ini akan diperoleh informasi seperti mengenai pihak-pihak mana saja yang berpotensi untuk diajak bekerjasama 246 Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik

258 (termasuk contact person), bentuk kerjasama dan pengaturannya/kesepakatan bersama. Pihak-pihak yang berpotensi ini bisa berupa kelompok masyarakat yang bisa menyediakan kloset, menyediakan tangki septik, pemulung/pengepul barang bekas, pembuat kerajinan dari barang bekas, pembuat kompos ataupun lembaga pendidikan yang memiliki program pengabdian masyarakat dsb. Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik 247

259 Referensi : 1. TTPS (Tim Teknis Pembangunan Sanitasi), 2010, Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi 248 Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik

260 LAMPIRAN 1 : EVALUASI AKHIR SESI EVALUASI AKHIR SESI Panduan : Sampaikan pertanyaan secara lisan satu persatu terkait dengan Peran Multipihak dalam penyediaan sarana sanitasi yang baik. Hindari peserta yang mendominasi jawaban, bisa dilakukan dengan permainan. Hindari menunjuk orang tertentu. Sediakan souvenir bagi peserta yang dapat menjawab. Pertanyaan : 1. Apa yang dimaksud dengan Sanitasi? 2. Apa yang dimaksud dengan Diagram Sistem sanitasi air limbah? 3. Apa yang dimaksud dengan Diagram Sistem sanitasi persampahan? 4. Apa saja sikap dasar fasilitator? 5. Bagaimana mewujudkan peluang kerjasama dengan berbagai pihak? Apabila masih ada jawaban peserta yang belum tepat, fasilitator dapat menampilkan kembali silde presentasi terkait. Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik 249

261 LAMPIRAN 2 : SLIDE PRESENTASI 250 Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik

262 Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik 251

263 252 Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik

264 Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik 253

265 254 Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik

266 Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik 255

267 256 Sub Modul 8 : Peran Multi Pihak dalam Ketersedian Layanan Sanitasi yang Baik

268 SUB MODUL 9 : TEKNIK FASILITASI I. DESKRIPSI SINGKAT Sub modul ini menjelaskan tentang Teknik fasilitasi dan komunikasi yang baik. Keberhasilan pendampingan kepada masyarakat sangat tergantung kepada kemampuan fasilitator/pendamping lapangan melakukan fasilitasi dan komunikasi yang baik kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu, teknik fasilitasi merupakan materi yang penting untuk disampaikan. Bagaimanapun baiknya sebuah metode apabila cara penyampaian/fasilitasinya tidak tepat maka tujuan pertemuan tidak akan tercapai. Fasilitasi adalah teknik untuk membuat lebih mudah, proses fasilitas adalah pertemuan sekelompok orang yang menghadirkan fasilitator sebagai perancang dan pengelola proses kelompok agar kelompok mencapai tujuannya. Fasilitator adalah orang yang membuat kerja kelompok menjadi lebih mudah karena kemampuannya untuk memandu partisipasi anggota kelompok. II. III. IV. TUJUAN KEGIATAN Tujuan Kegiatan Umum: Setelah mempelajari materi peserta mampu memahami teknik fasilitasi dan komunikasi yang baik sehingga dapat melaksanakan peran sebagai fasilitator di masyarakat. Tujuan Kegiatan Khusus: Setelah pelatihan peserta diharapkan mampu : Memahami pengertian fasilitasi dan fasilitator. Memahami perbedaan antara fasilitator, penyuluh, narasumber, dan pengamat. Memahami tingkatan fasilitasi dan peran fasilitator. Memahami sikap dasar fasilitator. Memahami keterampilan dasar fasilitasi. POKOK BAHASAN 1. Pengertian fasilitasi dan fasilitator. 2. Perbedaan antara fasilitator, penyuluh, narasumber, dan pengamat. 3. Tingkatan fasilitasi dan peran fasilitator. 4. Sikap dasar fasilitator. 5. Keterampilan dasar fasilitasi. WAKTU 180 menit (4 JPL) V. METODE 1. Ceramah tanya jawab. 2. Curah pendapat. 3. Presentasi singkat. 4. Diskusi kelompok. 5. Diskusi pleno. 6. Simulasi. Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi 257

269 VI. ALAT BANTU dan MEDIA 1. Slide Presentasi. 2. Lembar Aktivitas 1 : Komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah. 3. Kertas flipchart. 4. Spidol warna warni. 5. Selotip kertas. 6. LCD. 7. Laptop. VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN SESI 1: Pengkondisian (10 menit). Langkah 1: Langkah 2: Langkah 3: Langkah 4: Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk memperlancar proses. Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masingmasing. Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau melakukan energizer. Jelaskan pada peserta bahwa dalam pertemuan ini topik yang akan dibahas adalah : Teknik Fasilitasi dan komunikasi yang baik, sampaikan mengapa topik ini penting untuk dibahas. Jelaskan tujuan dari kegiatan ini dengan menayangkan slide tujuan. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Tanyakan kepada peserta apakah sudah siap mengikuti sesi berikutnya? Apabila sudah siap segera lanjutkan dengan sesi selanjutnya. SESI 2 : Langkah 1: Langkah 2: Langkah 3: Pembahasan Sub Pokok Bahasan Pengertian fasilitasi dan fasilitator, perbedaan penyuluh, fasilitator, narasumber, dan pengamat ( 20 menit) Pengantar : sampaikan kepada peserta bahwa Keberhasilan pendampingan kepada masyarakat sangat tergantung kepada kemampuan fasilitator/pendamping lapangan melakukan fasilitasi dan komunikasi yang baik kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu, teknik fasilitasi merupakan materi yang penting untuk disampaikan. Bagaimanapun baiknya sebuah metode apabila cara penyampaian/fasilitasinya tidak tepat maka tujuan pertemuan tidak akan tercapai. Tanyakan kepada peserta mengenai pengertian Fasilitasi? Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart. Selanjutnya tanyakan kepada peserta mengenai pengertian Fasilitator? Tulis kata-kata kunci yang disampaikan peserta pada kertas flipchat. Ajak peserta untuk merangkum pengertian fasilitasi dan fasilitator berdasarkan kata-kata kunci yang sudah dituliskan. Tayangkan slide Pengertian Fasilitasi dan fasilitator. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. 258 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi

270 Langkah 4: Langkah 5 : Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. Selanjutnya tanyakan perbedaan antara penyuluh, fasilitator, narasumber, dan pengamat. Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart. Ajak peserta untuk menyimpulkan perbedaan penyuluh, fasilitator, narasumber, dan pengamat berdasarkan jawaban peserta. Tayangkan slide perbedaan penyuluh, fasilitator, narasumber, dan pengamat. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. SESI 3 : Langkah 1: Langkah 2: Pembahasan Sub Pokok Bahasan Tingkatan Fasilitasi, peran fasilitator dan sikap dasar fasiltator( 20 menit) Tanyakan kepada peserta tingkatan fasilitasi yang diketahui peserta?. Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart. Tanyakan apa saja peran seorang fasilitator? Apakah peran fasilitator untuk setiap tingkatan fasilitasi sama? Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart. Ajak peserta untuk merangkum tingkatan fasilitasi serta peran fasilitator berdasarkan kata-kata kunci /jawaban yang sudah dituliskan. Selanjutnya tanyakan apa saja sikap dasar yang perlu dimiliki seorang fasilitator? Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart. Ajak peserta untuk merangkum sikap dasar yang perlu dimiliki seorang fasilitator berdasarkan kata-kata kunci /jawaban yang sudah dituliskan. Tayangkan slide dan jelaskan tingkatan partisipasi, peran fasilitator dan sikap dasar fasilitator. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. SESI 4 Langkah 1 : Pembahasan Sub Pokok Bahasan : Keterampilan dasar Fasilitasi ( 120 menit) Jelaskan bahwa keterampilan dasar fasilitasi intinya adalah kemampuan seorang fasilitator untuk melakukan komunikasi yang baik. Untuk memahami komunikasi yang baik kita akan melakukan simulasi komunikasi. Lakukan kegiatan sesuai dengan panduan melakukan LA 1 (terlampir) Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi 259

271 Langkah 4: Setelah melakukan permainan komunikasi selanjutnya tanyakan kepada peserta keterampilan dasar apa saja dalam proses fasillitasi yang perlu dimiliki oleh seorang fasilitator? Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart. Ajak peserta untuk merangkum keterampilan dasar fasilitasi berdasarkan katakata kunci/jawaban yang sudah dituliskan. Selanjutnya tayangkan dan jelaskan slide mengenai keterampilan dasar fasilitasi. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab. Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan menyampaikannya kepada peserta. Langkah 5 : Minta kepada peserta untuk menyampaikan contoh masing-masing keterampilan dasar fasilitasi. Langkah 6: Langkah 7 : Lakukan kegiatan LA 2 : Praktek fasilitasi pertemuan kelompok Buatlah rangkuman sesi. Rangkuman dan Pembulatan ( 10 menit) Langkah 1: Langkah 2: Lakukan rangkuman sesi teknik fasilitasi. Ucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan lanjutkan ke tahap/sesi berikutnya yaitu Penyusunan RTL (Rencana Tindak Lanjut). VIII. URAIAN MATERI TEHNIK FASILITASI A. Seni Memfasiltasi Kata fasilitasi berasal dari kata facile (bahasa Prancis) yang berarti mudah yang artinya membuat sesuatu menjadi mudah. Dalam bahasa Malaysia, orang yang melakukan fasilitasi disebut sebagai pemudah cara. Di Indonesia, dikenal sebagai fasilitator. Dengan demikian fasilitasi dapat diartikan sebagai membuat lebih mudah atau tidak terlalu sulit. (Inspirit Innovation Circles,2007) Fasilitator dapat didefinisikan sebagai orang yang membuat kerja kelompok menjadi lebih mudah karena kemampuannya dalam menstrukturkan dan memandu partisipasi anggota- anggota kelompok. Pada umumnya, fasilitator bekerja dalam sebuah rapat atau pertemuan. Tapi, juga dapat bekerja dengan kelompok di luar rapat. Seorang fasilitator juga mengambil peran netral (dengan bertanya dan mendengarkan aktif) ketika membantu yang lainnya. Fasilitasi adalah pertemuan sekelompok orang yang menghadirkan fasilitator sebagai perancang dan pengelola proses kelompok agar kelompok dapat mencapai tujuannya. Sebuah fasilitasi juga bisa berupa pertemuan antara dua orang yaitu fasilitator dan satu orang lain yang menerima bantuan dan panduan dalam prosesnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses fasilitasi adalah proses sadar dan sepenuh hati membantu kelompok agar sukses mencapai tujuannya dalam menemukan solusi-solusi baru dengan taat pada nilai dasar partisipasi dan menjadikan kelompok benar-benar berfungsi sebagai kelompok. 260 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi

272 1. Fasilitasi sebagai Ilmu dan Seni Fasilitasi adalah gabungan dari ilmu dan seni. Seorang fasilitator bekerja dengan mengaplikasikan satu set keahlian spesifik dan metode, teknologi kelompok, digabung dengan perhatian yang cermat dan sensitifitas pada orang lain. Dengan cara itu, fasilitator akan membawa kelompok pada penampilan terbaiknya. 2. Tingkatan fasilitasi Ada tiga tingkatan perkembangan keterampilan fasilitator antara lain: 1. Fasilitator pertemuan Fasilitator tingkat dasar berguna untuk mengarahkan sebuah diskusi atau pertemuan. Para manager, pemimpin, dan kebanyakan profesional kadangkala diperlukan untuk memfasilitasi pertemuan. 2. Fasilitator kelompok atau tim Fasilitator tingkat ini diperlukan untuk bekerja dengan tim yang sudah berjalan, tim-tim mandiri, dan tim proyek lintas fungsi. Memfasilitasi sebuah kelompok membutuhkan pengetahuan bagaimana sebuah tim membangun diri dari waktu ke waktu. Pada banyak organisasi, pemimpin tim biasanya juga berperan sebagai fasilitator tim pada saat yang bersamaan. 3. Fasilitator organisasi Fasilitator ini memiliki keahlian yang tinggi, berpengalaman dalam memfasilitasi dan juga mengerti keseluruhan topik dan kultur yang dihadapi organisasi. Mereka sering berperan dalam perubahan besar. 3. Fasilitasi Vibran Fasilitasi Vibran adalah sebuah pendekatan non linier dan swakelola untuk mengubah konflik menjadi ketegangan kreatif dalam sebuah pertemuan kelompok. Proses ini merefleksikan bagaimana nilai-nilai dasar demokrasi dijalankan pada sebuah pertemuan kecil. Fasilitasi Vibran menggunakan kekuatan hati dan sekaligus pikiran. Ia relevan diterapkan pada kelompok yang memiliki persepsi beragam seperti pada proses pertemuan multipihak, konsultasi kebijakan publik, partisipasi publik dan juga pada kelompok masyarakat yang berkonflik. (inspirit innovation circles) Tiga Kunci Fasilitasi Vibran Apa sebenarnya kunci Fasilitasi Vibran? Ada tiga hal penting membuat fasilitasi menjadi proses sadar dan sepenuh hati membantu kelompok sukses mencapai tujuan atau menemukan solusi-solusi baru. Pertama, menyimak adalah jantung fasilitasi. Kedua, membangun rasa saling percaya adalah kunci masuk pertemuan yang efektif. Ketiga, fasilitator percaya pada kekuatan kelompok dan kekuatan proses. Fasilitasi Vibran tidak selalu merinci aturan kelompok atau norma kelompok (ground rules). Ketimbang membuat aturan kelompok yang telah menjadi ritual pada setiap pertemuan, mengapa tidak Anda langsung saja bertanya: Anda semua ingin melakukan apa hari ini? Pertanyaan ini mirip dengan pertanyaan fokus yang mendorong orang mengubah mindset seseorang terhadap suatu pertemuan. Karena, inti orang hidup adalah proses belajar. Dengan mengubah tradisi membuat aturan pertemuan dengan pertanyaan fokus akan menjadikan pertemuan lebih terarah pada relasi antar-manusia yang saling percaya, saling menghargai dan saling peduli. Relasi yang baik akan menjadi Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi 261

273 kekuatan pada saat peserta menghadapi perbedaan gagasan, perbedaan persepsi, kebingungan, kegagalan dan salah pengertian. Tiga landasan Fasilitasi Vibran: menciptakan dialog, berempati sungguh-sungguh dan swakelola Bagi fasilitator, fasilitasi dialog yang efektif melalui active listening atau deep listening yang meliputi bagaimana kita menyimak emosi, menerima secara terbuka perbedaan dan melindungi setiap kontribusi peserta. Membangun rasa saling percaya pada anggota kelompok. Pada Fasilitasi Vibran, proses pertemuan dimulai dengan membangun rasa saling percaya antar-peserta. Mengapa? Karena, kelompok tidak pernah menjadi kelompok bila rasa saling percaya telah hancur melalui manipulasi (tujuan dan proses pertemuan). Fasilitator percaya pada kekuatan kelompok dan kekuatan proses. Ini harus ditunjukkan dengan sikap fleksibel menghadapi semua perubahan, terbuka pada gagasan baru atau aneh, dan selalu mencari sesuatu yang berbeda dari kebiasaan. Karena itu, fasilitator bisa mengabaikan desain prosesnya bila itu sesuai dengan kehendak peserta. B. Fasilitasi Kepemimpinan dan Perubahan Sosial Kelompok sudah jelas dibutuhkan dalam kehidupan berorganisasi. Terutama jika ada pekerjaan-pekerjaan yang tak bisa diselesaikan sendiri. Walaupun begitu, kelompok tidak selamanya efektif. Banyak dari kita pernah mengalami kemacetan dalam organisasi yang berisikan orang-orang hebat dan berbakat. Jika dibiarkan, tanpa ada training atau metode tertentu, kelompok dapat dipastikan akan berantakan dengan berbagai kemungkinan cara. Beberapa hal yang membuat kemajuan dalam kelompok lambat, antara lain: Miskinnya kehadiran anggota kelompok; Pertemuan terlalu jarang; Pertemuan terlalu banyak Diskusi bertele-tele tanpa ada solusi; Tujuan kelompok kabur; Tujuan kelompok kurang disepakati; Perubahan pada tujuan kelompok; Tokoh senior atau pemimpin terlalu dominan; Penolakan anggota tidak terpecahkan; Perbedaan kepribadian dan konflik personal; Anggota saling mengganggu anggota lainnya; Terjadi perbedaan pandangan penyebab cacatnya kerjasama; Problem terlalu cepat dipecahkan dan tidak efektif; Berlawanan faksi, departemen atau organisasi; Agenda personal mempengaruhi perilaku dan opini anggota; Anggota mengambil keputusan tanpa dukungan yang berarti; Keputusan dan aksi tidak ditulis, sehingga anggota lupa atau tidak jelas apa yang dikatakan dari rapat ke rapat; Komunikasi terhambat karena perbedaan letak geografis di antara anggota; Kesalahpahaman dan masalah lain yang berhubungan dengan perbedaan budaya atau pemahaman yang miskin tentang perbedaan kebiasaan. Daftar ini bisa bertambah panjang. Artinya, kelompok memang rumit dan sulit. Tanpa jiwa kepemimpinan yang terlatih dan metode yang ampuh, kelompok akan sulit sekali efektif. Dan, selama tahun-tahun belakangan, ada cukup banyak organisasi yang diselamatkan atau lebih produktif karena penggunaan keterampilan fasilitasi. 262 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi

274 C. Manfaat Sanitasi Anggota kelompok termotivasi untuk mendukung keputusan yang telah diambil. Usaha kelompok biasanya jauh lebih baik daripada usaha seorang diri. Partisipasi dan keterlibatan yang maksimum akan meningkatkan produktivitas. Para manajer dan pemimpin dapat lebih baik mengenali sumberdaya manusia organisasi, sebuah kemampuan yang menjadi kunci kesuksesan organisasi. Setiap orang punya kesempatan untuk lebih berpengaruh dan berguna, dan orang-orang merasakan mereka terintegrasi dalam satu tim. Sebuah forum disediakan untuk resolusi konflik yang konstruktif dan ruang klarifikasi kesalahpahaman. Keputusan-keputusan berkualitas tinggi dapat dibuat. Organisasi lebih fleksibel dan memproduksi hasil lebih cepat karena orang-orangnya berkomitmen pada keputusan yang telah dibuat. Keputusan diambil agar pekerjaan dapat selesai. Orang-orang menyadari tanggung jawab implementasi keputusan-keputusan terletak di tangan setiap orang. Keterampilan berinovasi, memecahkan masalah, dan implementasi terbangun. Orang-orang didorong untuk berpikir dan bertindak untuk seluruh kebaikan perusahaan. Efek-efek negatif seperti moral yang rendah, keterlibatan yang seadanya, dan menyimpan informasi dari yang lain, juga perilaku-perilaku seperti ini bukan kerjaan saya dan Cukup katakan apa yang harus saya kerjakan tidak akan terlalu disukai. D. Tujuan Fasilitasi yang Efektif Sebuah fasilitasi yang efektif akan membuat kerja kelompok menjadi lebih mudah. Seorang fasilitator tidak hanya menolong kelompok mendiskusikan isu, tapi sudah seharusnya juga memandu kelompok untuk merancang dan mencapai hasil-hasil yang tidak teridentifikasi sebelumnya. Anggota-anggota kelompok harus mampu memberitahu yang lain apa yang dicapai dalam sebuah rapat. Mereka seharusnya merasa terlibat dan berguna dalam rapat bukan membuang-buang waktu. Salah satu ciri sebuah fasilitasi yang efektif dapat dilihat dari keterlibatan anggota secara aktif dan adanya perasaan berguna; metode-metode fasilitasi diaplikasikan dengan tepat; dan hasil-hasil terukur yang berhasil dicapai akan berkontribusi pada kemajuan kelompok. Salah satu tes dari fasilitasi yang efektif adalah apa yang terjadi usai rapat. Perhatikan saja, usai pengambilan keputusan yang didukung 100 persen oleh seluruh anggota, aksi pasti akan lengkap, petunjuk- petunjuk kerja dibuat, dan kanal-kanal komunikasi tetap terbuka. Jika Anda hendak melakukan sesuatu hanya berdasar pada apa yang Anda sudah tahu, Anda tidak dapat mengharapkan inovasi terjadi (MASAHA IBUKU) Kadang kala fasilitasi tidak berjalan dengan baik. Ini disebabkan oleh beberapa alasan diantaranya: tehnik atau metode fasilitasi miskin. perilaku dan sikap anggota yang tercela. tidak siap atau hanya dipahami oleh sebagian peserta (sementara peserta yang lainnya stres karena rapat). perencanaan rapat yang buruk atau semua dari yang disebutkan di atas. Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi 263

275 Fasilitator, khususnya saat mereka mendapat pengalaman dan jadi semakin terlatih, dapat mengenali faktor- faktor apa saja yang berkontribusi pada kegagalan. Meski kadang kegagalan justru bisa dijadikan tanda apa yang perlu dilakukan di waktu mendatang. E. Nilai Dasar Fasilitasi 1. Partisipasi penuh Kadang-kadang orang tidak mengatakan apa yang mereka pikirkan sesungguhnya. Seringkali, mereka mengedit pikiran sebelum berbicara. Fasilitator mesti waspada pada indikasi ini dan menolong orang yang mengalaminya. Dibutuhkan: Keterampilan dan temperamen yang dapat membantu orang mengeluarkan pikirannya dan membiarkan setiap orang dalam ruang pertemuan mendengarkannya. Pengetahuan tentang cara memberi ruang berbicara kepada anggota yang pendiam dan tahu cara mengurangi kecelakaan karena kritik prematur. 2. Kesepahaman mutual Kelompok tidak akan dapat menghasilkan pemikiran terbaik jika tidak mengerti satu sama lain. Seorang fasilitator membantu kelompok untuk menyadari produktivitas tim dibangun di atas dasar kesepahaman yang saling menguntungkan. 3. Solusi inklusif Adalah sulit untuk membayangkan semua pihak dapat benar-benar meraih kesepakatan yang sama-sama menguntungkan. Banyak orang yang terjebak pada cara berpikir konvensional dalam memecahkan masalah dan menyelesaikan konflik dengan memilih satu dari dua atau lebih cara berpikir anggota. Fasilitator yang berpengalaman tahu cara menolong kelompok mencari ide- ide inovatif. Dia mesti memahami mekanisme membangun kesepakatan yang berkelanjutan. Ketika kelompok menemukan kekuatan dari cara berpikir baru ini, mereka kadang menjadi lebih punya harapan tentang efektifitas kelompok. 4. Berbagi tanggung jawab Apa penyebab pertemuan berjalan buruk? Banyak orang akan menjawab, penyebabnya sang bos, chairman, atau pemimpin mereka. Sepertinya tidak ada lagi selain pemimpin yang terlatih dalam proses partisipasi dan metode kolaborasi. Seorang fasilitator memiliki kesempatan dan tanggung jawab untuk mengajari anggota kelompok cara mendesain dan mengelola sharing yang efektif, pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan. Ingatkan akibat dari desain agenda yang buruk. Lagi pula, bagaimana sebuah kelompok dapat efektif jika orang-orang tidak tahu apa yang coba mereka raih. F. Peran Fasilitator Peran fasilitator membuat kelompok sukses dengan mudah dengan menggunakan proses kelompok yang efektif. Fasilitator akan menganjurkan anggota kelompok mengunakan metode yang paling efektif untuk menyelesaikan tugas secara efisien dan bermanfaat, dengan tetap memberi waktu kepada ide-ide atau alternatif lain. Fasilitator menyediakan metode dan struktur sehingga kelompok dapat memfokuskan energi dan kreatifitas pada tugas-tugas, topik, atau proyek yang penting. Fasilitator menempatkan dirinya sebagai seorang pemandu, pembantu, dan katalisator untuk membantu kelompok menyelesaikan pekerjaannya. 264 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi

276 G. Manajer Proses Kelompok Peran fasilitator mengelola proses dan bersikap netral terhadap isi (content) diskusi. Proses bagaimana anggota kelompok bekerja bersama, bagaimana anggota berinteraksi satu sama lain, bagaimana keputusan dibuat dan bilamana seluruh anggota hadir, yang menjadi perhatian seorang fasilitator. Isi merujuk materi yang sedang dibahas atau keputusan apa yang dihadapi kelompok, termasuk ide apa yang dikedepankan, argumen apa yang diajukan, keputusan apa yang diambil, dan aksi apa yang direncanakan. Perlu dicatat, proses dan isi selalu hadir setiap waktu dalam kerja-kerja kelompok, dan fasilitator harus memandu dan mengelola proses supaya kelompok dapat memfokuskan energi dan kreatifitas mereka pada isi atau materi pembicaraan. Untuk memandu proses, seorang fasilitator menganjurkan metode-metode yang akan menolong kelompok untuk memperjelas dan mencapai hasilnya. Meskipun fasilitator mungkin mempertimbangkan isi ketika menentukan proses apa yang akan digunakan, dia sama sekali tidak punya hak suara atas hal itu. Fasilitator mesti awas dan bisa membedakan antara proses dan isi, serta menentukan bagaimana kelompok seharusnya berproses. Dia akan secara aktif berperan untuk menerangkan, menyarankan, membimbing dan memudahkan cara agar kelompok dapat menyesaikan tugasnya dengan baik. Seorang fasilitator yang terlatih terus menerus akan mengamati proses kerja kelompok: Apakah tujuan pertemuan jelas? Apakah pertemuan tepat waktu? Apakah metode kelompok bekerja? Apakah orang-orang mendengarkan satu sama lain? Siapa bicara dengan siapa? Apakah semua orang telah berkontribusi? Tinggi atau rendah tingkat energi kelompok? Seorang fasilitator membimbing dengan memperlihatkan bagaimana sebuah kelompok dapat bekerja sama, dengan menggunakan struktur dan proses teruji, serta menantang dan melatih kelompok untuk terus menumbuhkan kemampuan bekerjasama 1. Tujuan dan tantangan menjadi pemandu proses Mengapa peran sebagai pemandu proses penting? Kebanyakan kelompok memiliki kecenderungan fokus pada substansi dan hasil, karena itu mereka mau berkumpul. Tetapi, jika pertemuan yang diadakan bukan sesuatu yang rutin, maka seringkali hasil yang diinginkan tidak tercapai. Banyak kelompok tidak menyadari ataupun menghargai pentingnya proses. Mereka tidak tahu bagaimana cara memandu proses atau mereka tidak berada pada posisi untuk melakukan itu. Fasilitator, karena ia bersikap netral pada substansi, memiliki posisi sebagai pengelola proses. Dalam melakukan fasilitasi dibutuhkan juga seni memobilisasi kekuatan suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama. 2. Apa tantangan menjadi pemandu proses? Boleh jadi kebanyakan kelompok yang Anda fasilitasi memiliki pandangan berbeda tentang peran atau pekerjaan Anda sebagai fasilitator. Maka ketika diminta membantu kelompok tersebut, Anda perlu melakukan beberapa hal berikut: Memastikan adanya kejelasan harapan anggota kelompok atas peran Anda. Menciptakan pemahaman bersama tentang peran seorang fasilitator. Memberikan penjelasan tentang peran Anda sebagai fasilitator. Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi 265

277 3. Tanggung Jawab fasilitator Fasilitator yang efektif memiki tanggung jawab berikut ini: Peserta secara umum Selalu netral atas isi atau materi pertemuan; Merancang partisipasi; Memastikan keseimbangan partisipasi; Mendorong dialog di antara para peserta; Mendengarkan secara aktif dan meminta yang lain melakukan hal yang sama; Mendorong perbedaan cara pandang; Mencatat, mengorganisir, dan meringkas masukan dari anggota. Kelompok Menyediakan struktur dan proses untuk kerja kelompok; Membawa kelompok melewati tingkatantingkat pengambilan keputusan dan konsensus; Menggunakan proses fasilitasi untuk membantu kelompok menyelesaikan konflik dengan cara yang positif dan produktif; Mendorong kelompok untuk mengevaluasi sendiri perkembangan dan kemajuan kerja; Melindungi anggota kelompok dan idenya dari serangan atau pengabaian perhatian; Meyakinkan bahwa kelompok itu kumpulan pengetahuan, pengalaman dan kreatifitas. Gunakan metode dan teknik fasilitasi untuk menggali sumberdaya ini; Memandu kelompok untuk mengidentifikasi perbedaan geografi dan lintas-budaya yang mungkin mempengaruhi tim kerja atau produktivitas, serta fasilitasi kelompok untuk menemukan cara-cara efektif dan kreatif untuk menghadapi tantangan ini. 4. Menciptakan perubahan di mana saja Fasilitator dan pemimpin fasilitatif juga dituntut punya cita rasa kemanusiaan dan spirit dalam organisasi. Dengan proses partisipatif yang dirancangnya, seorang fasilitator mampu mendorong kelompok aktif berkreasi dan berinovasi. Peran ini tidak hanya terbatas pada ruangan pelatihan saja. Melainkan, juga di ruang-ruang kehidupan sehari-hari, baik dalam tingkat rumah tangga, lingkungan sekitar, maupun di wilayah-wilayah yang jauh. Jika dengan kreatifitas dan inovasi kelompok dapat dibangun oleh fasilitasi, maka dengan sendirinya fasilitator mampu menciptakan perubahan dengan menggunakan alat, metode, tehnik, dan keterampilan yang dikuasainya. Kemampuan ini sangat penting dan bermanfaat ketika fasilitator berada dalam situasi seperti di Indonesia sekarang ini. Seorang fasilitator dapat mempraktekkan kemampuan fasilitasinya untuk membantu perseorangan, keluarga, kelompok anak muda, komunitas hobi tertentu, dan lain-lain, serta menghadirkan semangat untuk terus berinovasi, berkreatifitas, mencari alternatif solusi, dan bekerja sama. Fasilitasi dapat membantu orang-orang untuk merencanakan sesuatu dan memecahkan masalah. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi, jika semakin banyak orang mampu memfasilitasi. Tentu, kemacetan-kemacetan ide dan gagasan seperti yang sekarang ini terjadi dapat diterobos dengan kekuatan fasilitasi. Perubahan sosial dapat dibayangkan akan terjadi di mana-mana. Fasilitator adalah agen perubahan 266 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi

278 5. Fasilitator Memanusiakan Pertemuan Karakter utama seorang fasilitator yang baik adalah netral pada subtansi (content neutral). Netral pada substansi berarti ia tidak mengambil posisi pada isu yang sedang dibicarakan dan tidak memiliki kepentingan pada hasil yang dicapai dari proses diskusi tersebut. Peran utama seorang fasilitator adalah menjadi pemandu proses. Ia selalu mencoba proses yang terbuka, inklusif, dan adil sehingga setiap individu berpartisipasi secara seimbang. Fasilitator juga menciptakan ruang aman dimana semua pihak bisa sungguh-sungguh berpartisipasi. Kekuatan seorang fasilitator adalah menjadi Netral pada substansi dan pemandu proses. Gambar berikut menunjukkan perbedaan peran antara fasilitator dan peran-peran lain yang sering disandingkan seperti penyuluh, pendamping, pengamat dan narasumber. 6. Tujuan dan tantangan menjadi Netral pada substansi (content neutral) Mengapa penting menjadi netral pada substansi? Ketika melakukan fasilitasi Anda tidak boleh memberikan nasehat. Bahkan ketika diminta oleh peserta agar memberikan jawaban atau nasehat. Memberikan nasehat berarti Anda memberitahu kelompok apa yang menurut Anda sebaiknya mereka lakukan (atau tidak). Ketika memberikan nasehat, Anda dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi Anda, dan ada kesan bahwa apa yang Anda sampaikan adalah lebih baik daripada pikiran kelompok. Dengan memberikan nasehat berarti Anda mengabaikan keragaman pendapat dalam kelompok. Keputusan yang diambil kelompok selalu berbeda-beda karena pengalaman anggota kelompok berbeda-beda pula. Apa tantangan menjadi netral pada substansi? Apa yang Anda lakukan saat Anda diminta memberikan nasehat sebagai seorang fasilitator? Anda dapat menggunakan beberapa contoh tanggapan atau pertanyaan tidak langsung berikut ini: Apa ada pilihan-pilihan lain atau alternatif yang bisa Anda pikirkan? Apa keuntungan dan kelemahan pilihan- pilihan ini menurut pendapat Anda? Bagaimana kalau Anda mencoba menjawab pertanyaan itu sendiri? Apakah ada anggota kelompok yang ingin memberikan usulan? Apakah Anda meminta opini saya? Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi 267

279 7. Peran penting lainnya Selain berperan sebagai pemandu proses, fasilitator memiliki peran penting lainnya sebagai Tool Giver atau pemberi alat bantu. Untuk memudahkan sebuah proses mencapai tujuannya, fasilitator bisa menciptakan atau membuat alat-alat bantu sederhana agar proses dialog atau diskusi menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Biasanya alat-alat bantu itu berupa pertanyaan-pertanyaan kunci yang sederhana dan bisa membantu peserta mulai saling berdialog dan berdiskusi. Selain sebagai pemberi alat bantu, peran fasilitator juga sebagai Process Educator atau pendidik proses. Pada kehidupan sehari-hari orang senantiasa mengejar tujuannya masing- masing. Pada gilirannya seringkali para penyewa tenaga fasilitator lebih suka membicarakan hasil sebuah pertemuan daripada membicarakan prosesnya. Untuk itu peran penting fasilitator adalah berdakwah tentang proses. Mengapa? Karena, sistem pendidikan yang kita anut lebih cenderung mengajarkan tentang hasil. Semisal 4 X 4 = berapa? Bukan bagaimana cara Anda menghitung untuk memperoleh angka 16. Demikian pula pada proses pertemuan atau lokakarya yang penting adalah mendidik para penyewa tenaga fasilitator bagaimana cara mencapai hasil yang diinginkan dalam suatu pertemuan. Bagaimana dengan keahlian yang dimiliki seorang fasilitator? Jika Anda tidak bisa memberikan pengetahuan kepada mereka, lantas bagaimana dengan keahlian atau kepakaran yang Anda miliki? Penting diingat bahwa etika di atas bukan larangan bagi Anda untuk menyampaikan pengetahuan atau keahlian atau kecakapan yang Anda miliki kepada kelompok. Jika anda seorang sarjana ekonomi dan diminta kelompok menjelaskan tentang seluk beluk pasar bebas atau globalisasi, Anda bisa saja berbagi pengetahuan dengan mereka. Tetapi, pada saat melakukan hal tersebut, Anda tidak berperan sebagai seorang fasilitator. Peran Fasilitator adalah berdakwah tentang proses H. Sikap-sikap Dasar Fasilitator 1. Apakah sikap itu? Sikap merupakan kombinasi dari nilai-nilai, keyakinan dan opini seseorang. Sebagai manusia kita seringkali membicarakan sikap orang lain, tetapi tidak mau memikirkan sikap kita sendiri. Antara lain ini disebabkan oleh sulitnya mengukur sikap dan seringkali sikap kita lebih nampak bagi orang lain daripada bagi kita sendiri. Sikap ditunjukkan dengan beberapa cara: lewat kata-kata dan pendapat. lewat nada suara. lewat bahasa tubuh. lewat perilaku dalam kelompok. lewat raut muka. 2. Mengapa sikap-sikap tertentu penting bagi fasilitator? Ada beberapa sikap yang menjadi dasar fundamental bagi seseorang untuk menjadi fasilitator andalan. Seorang fasilitator akan selalu berada dalam situasi dimana kelompok yang difasilitasi terdiri dari orang-orang dengan latar belakang yang beragam. a) Minat atau kepedulian terhadap situasi dan kehidupan orang lain. Berpikirlah sejenak tentang bagaimana perasaan Anda ketika sedang menceritakan sesuatu tetapi yang mendengarkan tidak peduli. Kecil sekali kemungkinannya bahwa di kemudian hari Anda ingin bertemu lagi dan bekerja sama dengannya, kecuali jika terpaksa dan sudah pasti Anda tidak akan 268 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi

280 menceritakan hal yang sama kepadanya lagi. Orang lain akan merasa lebih percaya diri untuk bercerita kepada Anda jika mereka merasa bahwa Anda peduli terhadap kehidupan mereka, bukan hanya terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan pekerjaan Anda. b) Empati berarti Anda mampu menempatkan diri dalam situasi yang dihadapi orang lain guna memahami perspektif mereka terhadap isu tertentu. Empati penting ketika kita bekerja dengan komunitas untuk bisa mengerti keragaman kondisi, situasi dan kepentingan mereka. Ini kadang-kadang sulit dilakukan karena kita harus bebas dari asumsi- asumsi serta persepsi-persepsi orang lain dan harus bekerja keras untuk menempatkan diri kita dalam posisi mereka. Tantangan yang dihadapi ketika memfasilitasi kelompok dan bekerja dalam sebuah komunitas adalah Anda harus berempati dengan banyak orang secara bersama-sama! Tetapi, jika Anda bisa mengembangkan sikap ini, Anda akan menemukan bahwa lebih banyak orang yang akan percaya pada Anda dan oleh karenanya juga lebih responsif. Tantangannya adalah bagaimana bersikap empati tetapi tetap menjaga kenetralan. c) Selalu positif berarti bahwa apapun pandangan, pendapat, perilaku, gender ataupun latar belakang seseorang, Anda harus selalu menghormati keunikan setiap individu dan menghargai potensi yang dimilikinya. Anda harus menerima orang lain sebagaimana adanya jika Anda bekerja sama dengan mereka sebagai seorang fasilitator. Ini bukan berarti Anda harus menyukai atau setuju dengan mereka. Anda sudah bisa bayangkan bahwa ini tidak mudah karena mungkin ada orang-orang yang membuat kita terganggu. Tetapi Anda harus menyadari bahwa jika Anda tidak dapat menghargai dan menghormati orang yang kita anggap sulit, Anda tidak bisa memfasilitasi mereka. d) Percaya penuh pada potensi kelompok mengandung makna bahwa seorang fasilitator harus percaya kelompok yang difasilitasinya mempunyai kemampuan untuk mencari jalan atau solusi atas permasalahannya sendiri. Ini berarti, apapun komposisi kelompok itu, Anda percaya bahwa jawaban atas permasalahan mereka ada di dalam kelompok dan peran Anda sebagai fasilitator adalah membantu mereka menemukannya. Tentunya ada banyak sikap positif lain yang berguna bagi seorang fasilitator. Tetapi, keempat sikap ini adalah yang paling esensial. Sebagus apapun kecakapan Anda sebagai fasilitator, jika sikap Anda tidak mendukung maka Anda akan menghadapi kesulitan. I. Keterampilan Dasar Fasilitasi 1. Seni Bertanya Cara pandang Anda tidak membantu! Salah satu kesalahan terbesar seorang fasilitator adalah memaksakan gagasannya sendiri pada kelompok yang sedang mencari jalan keluar dari satu masalah. Ini sering terjadi karena si fasilitator mempunyai lebih banyak pengalaman dibandingkan dengan anggota kelompok dan mungkin sudah melihat situasi serupa di tempat lain di masa lampau. Seorang fasilitator selalu menghadapi godaan untuk mendesak kelompok agar mengikuti cara pandang si fasilitator. Fasilitator harus menyadari bahwa dalam banyak situasi kita bekerja dengan pesertapeserta yang sudah berpengalaman, dan karena itu kita harus mengesampingkan pandangan atau cara pandang kita sendiri dan tetap netral dalam membantu mereka. Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi 269

281 Bagaimana pertanyaan-pertanyaan fasilitator dapat membantu kelompok menganalisis masalah mereka sendiri? Kalau sebagai fasilitator kita tidak boleh memberikan jawaban kita sendiri terhadap masalah sebuah kelompok, bagaimana kita bisa membantu mereka? Sebagai satu titik awal, kita bisa menggunakan beberapa pertanyaan untuk merinci lebih jauh masalah yang sedang dibahas dan secara perlahan mendorong kelompok untuk menganalisis masalah itu. Kombinasi pertanyaan-pertanyaan terbuka secara sekuensial seperti yang digambarkan dalam model tehnik bertanya bisa membantu kita. Pastikan bahwa ketika bertanya Anda tidak memasukkan gagasan Anda sendiri dalam pertanyaan itu. Misalnya, Apakah Anda pernah mencoba...? atau Menurut saya, menggunakan pupuk itu cara terbaik. Bagaimana menurut Anda? 2. Segitiga Bertanya Enam pertanyaan pembantu: Siapa, Dimana, Kapan, Apa, Bagaimana, dan Mengapa dapat juga dilihat dengan cara lain sebagaimana digambarkan pada model di atas. Pertanyaan pembantu dapat membantu Anda mencari berbagai jenis informasi dan mendorong terciptanya pemahaman bersama antar anggota kelompok dengan cara yang berbeda-beda. Pertanyaan mengapa merupakan pertanyaan paling intens karena menggali apa yang menjadi nilai atau keyakinan kita dan jawabannya bisa jadi sangat personal sifatnya. Meskipun sangat penting bagi anggota kelompok untuk memahami nilainilai dan keyakinan sesama nggotanya, kadang-kadang pertanyaan mengapa bisa dipandang sebagai agresif atau defensif. Sebagai seorang fasilitator, Anda harus sadar tentang kapan menggunakan pertanyaan mengapa. Anda masih bisa mendorong terjadinya sharing nilai atau keyakinan dengan menggunakan model segitiga untuk bertanya. Misalnya, daripada langsung bertanya, mengapa Anda bisa bertanya, Apa yang mendorong Anda untuk berpendapat seperti itu? atau Bagaimana Anda sampai pada kesimpulan itu? Model segitiga bertanya ini dapat juga digunakan untuk menganalisis masalah dan membantu pencarian solusi atau pemecahan masalah tersebut. 270 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi

282 Kiat Menciptakan Pertanyaan yang Indah Latar Belakang Apa yang sudah Anda persiapkan untuk..? Apa yang sudah pernah Anda coba selama ini? Bisakah Anda mengingat bagaimana hal itu terjadi? Apa yang membuat Anda melakukan ini semua? Mencari Contoh Bisa Anda memberikan sebuah contoh? Apa contohnya? Seperti apa, misalnya? Bisakah Anda memberikan gambarannya? Penilaian Bagaimana perasaan Anda tentang hal ini? Bagaimana Anda menilai hal itu? Apa yang membuat hal ini seperti ini? Apa yang menurut Anda terbaik dari hal itu? Alternatif Apa ada kemungkinan lain? Jika Anda memiliki pilihan Apa yang akan Anda lakukan? Apa jawaban yang paling mungkin? Apa yang akan terjadi jika Anda lakukan dan Anda tidak lakukan hal itu? Pendalaman Bisa Anda ceritakan lebih lanjut? Apa lagi? Adakah hal lain yang ingin Anda tambahkan? Apa yang bisa Anda lakukan dalam kasus seperti ini? Gagasan apalagi yang Anda miliki? Prediksi dan Hasil Apa yang Anda pikirkan akan bisa berhasil? Apa yang pasti memiliki dampak besar? Apa yang terjadi jika hal ini dilakukan atau hal ini tidak dilakukan? Apa alur pikir dari kegiatan ini? Kegagalan Apa yang akan terjadi jika hal ini tidak berhasil? Apa yang akan terjadi jika hal ini tidak bekerja? Bagaimana hal ini bisa berbeda dengan gagasan awal? Apa ada rencana baru? Identifikasi Masalah Apa yang Anda lihat sebagai masalah? Apa yang Anda lihat sebagai hambatan utama? Apa paling membuat Anda khawatir terhadap.? Apa yang Anda pertimbangkan sebagai kesulitan utama? Penggambaran (Deskripsi) Seperti Apa, coba gambarkan? Ceritakan saya tentang hal itu? Apa yang terjadi? Bisa Anda ceritakan dengan bahasa Anda sendiri? Klarifikasi (Meminta Kejelasan) Bagaimana pendapat Anda jika hal ini Anda anggap tidak masuk akal? Apa yang membuat Anda bingung, bisa dijelaskan? Bisakah Anda jelaskan Apa yang Anda maksud dengan? Apa maksudnya? Explorasi (Penggalian) Bagaimana jika Anda menjelaskan lebih lanjut hal itu? Apa ada sisi pandang lain untuk menjelaskan hal itu? Apa reaksi Anda terhadap hal ini? Perencanaan Bagaimana Anda memperbaiki situasi ini? Apa yang Anda rencanakan untuk mengatasi hal itu? Apa yang Anda lakukan dalam kasus seperti itu? Apa rencana yang Anda butuhkan untuk melakukan hal itu? Alasan Apa alasan Anda memilih langkah ini? Bagaimana Anda menjelaskan hal ini? Mengapa Anda begitu yakin dengan kegiatan ini? Relasi Bagaimana hal ini cocok dengan perencanaan Anda? Bagaimana hal ini berpengaruh pada kerjaan Anda? Bagaimana hubungan antara dua perencanaan yang berbeda? Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi 271

283 Evaluasi Apakah hal ini baik, buruk atau sedang-sedang saja? Sesuai dengan ukuran Anda, apakah kegiatan berhasil? J. Seni Mengali Lebih Dalam Seni menggali lebih dalam termasuk dalam ketrampilan dasar fasilitasi. Biasa juga disebut probing. Teknik ini digunakan untuk menggali lebih dalam lagi dan menjaga agar orang tetap berbicara. Seni probing dapat dikatakan sebagai teknik wajib bagi para fasilitator. Ini karena probing dapat membuat sebuah perbedaan positif di tingkat kualitas dan kedalaman serta, tidak membiarkan diskusi sebuah kelompok macet. Sebagai contoh, ketika diskusi melebar ke kemana-mana sehingga orang kehilangan benang merah, probing dapat digunakan untuk memindahkan diskusi pada hal-hal yang lebih detil dan spesifik. Cara probing membantu kelompok. Mencari akar masalah; Mencerahkan anggota kelompok yang lain; Mengeksplorasi perhatian atau gagasan; Mendorong anggota kelompok untuk mengeksplorasi gagasan secara lebih mendalam dan untuk menolong proses berpikir mereka sendiri; Membuka kelompok agar lebih jujur membagi informasi dan perhatian; Menaikkan tingkat kepercayaan di dalam kelompok; Membongkar fakta-fakta kunci yang belum keluar; Meningkatkan kreatifitas dan berpikir positif. Komunikasi non verbal juga dapat digunakan untuk melakukan probing: menganggukkan kepala, menjaga kontak mata langsung, dan tetap berdiam diri. Cara ini seringkali lebih menyemangati anggota kelompok untuk mengeksplorasi pemikirannya lebih lanjut. Teknik verbal untuk menggali lebih dalam bisa dalam bentuk sederhana O ya atau Hmm. tapi bisa juga sampai pertanyaan atau permintaan langsung, seperti: Kenapa begitu? Kenapa mikir begitu? Bisa tolong ceritakan lebih detil soal Ini ada hubungannya tidak dengan yang dikatakan Joko tadi pagi? Tolong terangkan apa yang dimaksud dengan... Bisa lebih spesifik? Bisa kasih contoh? Apa yang terjadi kemudian? Gunakan pertanyaan dan permintaan ini secara selektif. Jika tepat penggunaannya, teknik probing ini akan menjadi pembuka jalan. Ini memang teknik yang sangat penting dan berguna. Pun begitu, jangan terlalu sering melakukan probing. Karena, ini akan menyebabkan hal-hal berikut: Anggota kelompok merasa diinterogasi. Anggota kelompok yang lain merasa tidak dipedulikan ketika Anda terlalu lama mem- probing salah satu anggota. Anda bisa kehilangan, atau hampir hilang, netralitas. Ini akan muncul jika Anda punya agenda tersembunyi. Probing juga dapat membuat orang berputar- putar di satu tempat saja, tidak kemana- mana. 272 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi

284 K. Seni Membuat Ikhtisar Seni membuat ikhtisar ini disebut juga parafrase. Teknik ini berarti mengulang, dalam bahasa Anda sendiri, apa yang telah dikatakan seseorang. Parafrase sangat berguna untuk memeriksa pemahaman dengan si pembicara. Ketika fasilitator mengulang kalimatkalimat si pembicara, peserta yang lain juga akan saling memeriksa pemahaman mereka atas apa yang dimaksudkan pembicara. Jika Anda salah menangkap pesan yang dimaksud, si pembicara akan dapat langsung memperbaiki kesalahpahaman itu. Contoh kalimat parafrase sebagai berikut: Baik, Bu Yuli. Kalau saya tidak salah, Anda tadi mengatakan. Gunakan teknik ini terutama untuk menaikkan kesepahaman di dalam sebuah kelompok. Tapi, hati-hati, jangan gunakan parafrase untuk menyelipkan opini Anda. Juga, hindari kesan bahwa Anda berusaha untuk memperbaiki, atau menambahkan, apa yang telah dikatakan pembicara. Prinsipnya sederhana, kata-kata yang dikeluarkan anggota kelompok haruslah dihargai dan didengar langsung dari orang yang bersangkutan dan parafrase sebagai media penghormatannya. Parafrase paling cocok digunakan untuk membantu kalimat-kalimat peserta yang tidak jelas, terlalu abstrak, konsep tidak terang, atau mempunyai terlalu banyak ide. Contoh kalimat parafrase. Kalimat tidak jelas: Coba kita lihat, Risma, supaya tidak salah mengerti, tadi Anda mengatakan. Terlalu banyak ide: Saya pikir saya tadi mendengar ada beberapa ide yang mau kita tangkap. Pertama, saya dengar Anda mengatakan. Benar begitu? (Setelah menangkap ide): Selanjutnnya, saya juga mendangar Anda juga mengatakan? Apakah ini juga akan kita ambil? Dalam beberapa kasus, seni membuat ikhtisar ini tidak perlu dilakukan, terutama jika Anda sudah mencatat input anggota di flip chart atau white board. Hindari memparafrase setiap input orang. Teknik terbaik yang bisa dilakukan, mendengar secara aktif dan mencatat kata-kata kunci pembicara. Beberapa tips cara menggunakan seni membuat ikhtisar ini: Parafrase hanya untuk memeriksa pemahaman; Jangan menggunakan parafrase untuk memperbaiki kalimat-kalimat pembicara; Hindari menambah atau mengubah apa yang dikatakan pembicara; Jika mungkin, gunakan kata-kata si pembicara setepat mungkin; Parafrase digunakan ketika Anda pikir ada anggota kelompok yang tidak mendengar apa yang dikatakan si pembicara. L. Seni Mengaitkan (Pertanyaan dan Komentar) Seni mengaitkan atau referencing back mendorong anggota untuk mengetahui dan membangun di atas salah satu ide yang lain. Ini juga memberi kesempatan untuk tidak setuju dan menunjuk perbedaan di antara ide-ide yang ada. Teknik ini juga mendorong partisipan untuk mendengarkan satu sama lain. Kadang kala, partisipan mengulang apa yang telah dikatakan sebelumnya karena mereka tidak mendengar apa yang dikatakan atau ingin mengatakan dengan caranya sendiri. Dengan menunjukkan komentar mirip yang telah disampaikan peserta lain sebelumnya, para peserta didorong untuk mendengar lebih teliti dan mengkaitkan komentar-komentar mereka pada apa yang telah dikatakan orang lain. Keuntungan lainnya, referencing back dapat dikatakan sebagai demonstrasi bahwa Anda mendengarkan setiap orang dan memberi perhatian pada para peserta atas komentarkomentar mereka. Ini memang fakta yang menyedihkan, ini biasa disebut referencing Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi 273

285 back. Ini teknik untuk mengkaitkan satu komentar peserta pada pernyataan-pernyataan anggota yang lain sebelumnya. Ketika peserta pertemuan mengatakan sesuatu yang mirip dengan komentar yang telah dikatakan lebih dulu, Anda bisa mengatakan: Ini mungkin masih nyambung dengan yang dikatakan Andri tadi siang. Adri, bagaimana pendapat Anda? atau Ini mirip dengan pendapat Bakri tadi pagi. Kok, bisa nyambung ya? Ini juga teknik yang bagus untuk menyeimbangkan partisipasi. Anda mungkin memilih referencing back pada sebuah ide yang dikatakan oleh anggota kelompok yang pendiam atau seseorang yang tidak dalam posisi berkuasa dalam organisasi. Ini sebagai cara untuk memberikan penghargaan dan respek karena telah membagi gagasan. M. Seni Mengamati Observasi atau pengamatan adalah kemampuan untuk: mengamati apa yang sedang terjadi tanpa menghakimi memahami tanda-tanda non-verbal seseorang dan kelompok secara objektif Mengapa ini penting? Seringkali kita menyampaikan sesuatu dengan katakata tetapi sebetulnya secara nonverbal ada pesan lain yang disampaikan. Ini terjadi karena lebih mudah mengendalikan kata-kata kita dibandingkan dengan kelakuan kita. Sebagai seorang fasilitator, pengamatan memberikan peluang bagi Anda untuk mengetahui apa yang dipikirkan atau diyakini seseorang dari perilakunya. Sesungguhnya komunikasi non- verbal dapat menyampaikan pesan-pesan yang sangat kuat. Apa saja yang dapat diamati? Di dalam sebuah kelompok, orang akan berinteraksi dengan cara yang berbeda-beda. Bukan saja karena apa yang dikatakan berbeda tetapi juga karena dipengaruhi bagaimana sesuatu dikatakan. Sebagai fasilitator pengamatan dilakukan pada tingkat: Individu Penggunaan suara: berbisik, berteriak. Gaya komunikasi: pernyataan, pertanyaan. Ekspresi muka: menguap, tersenyum. Kontak mata: menghindar atau mengajak. Gerakan tubuh: jenis gerakan seperti dengan tangan dan kaki. Postur tubuh: bagaimana orang duduk atau berdiri. Kelompok Siapa mengatakan apa? Siapa melakukan apa? Siapa melihat pada siapa ketika berbicara? Siapa yang menghindar kontak mata? Siapa duduk dekat siapa? Siapa menghindar dari siapa? Bagaimana tingkat energi kelompok? Bagaimana tingkat minat kelompok? Pengamatan yang baik akan membantu Anda untuk Mendapat gambaran tentang perasaan dan sikap para peserta. Memantau dinamika, proses-proses dan partisipasi kelompok. Karenanya, sangat penting bagi Anda sebagai fasilitator untuk mengembangkan ketrampilan mengamati jenis-jenis komunikasi non-verbal. Anda harus melakukannya dalam waktu singkat, dan tanpa diketahui oleh yang lain. O. Seni Menyimak Sifat dua arah dari komunikasi, yang penting untuk meningkatkan pemahaman antar pihak, seringkali diabaikan orang. Ketrampilan menyimak adalah ketrampilan kunci seorang fasilitator karena cara Anda menyimak mempunyai arti bagi orang yang sedang berbicara dan membantu meningkatkan kualitas komunikasi antara Anda dan orang itu. Disamping itu, fasilitator juga bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas komunikasi dalam kelompok, dan membantu anggota kelompok saling menyimak dengan lebih baik. 274 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi

286 Beberapa hal penting yang perlu diingat ketika menyimak : 1. Tunjukkan empati dan minat Dengan kata lain, tunjukkan bahwa Anda sedang menyimak. Caranya antara lain dengan bahasa tubuh Anda. Bayangkan diri Anda berada dalam posisi orang yang sedang bicara, dan berusahalah untuk memahami apa yang sedang mereka pikirkan. Perhatikan kata-katanya, dan jangan banyak bicara, biarkan orang itu menyampaikan apa yang ingin diungkapkannya. Berikan dukungan dengan memberikan fokus perhatian pada orang itu, dengan menganggukkan kepala, atau dengan kata-kata dukungan. Jangan menyela! 2. Menyimaklah dengan aktif Menyimak bukan berarti mendengar dengan pasif. Melainkan, Anda harus aktif mendengarkan seluruh pesan yang ingin disampaikan pembicara. Antara lain dengan: Perhatikan bahasa tubuh orang yang sedang berbicara dan kaitkan dengan pesan yang mereka sampaikan. Perhatikan jenis kata yang digunakan. Gunakan tehnik parafrase untuk memastikan bahwa Anda paham. Ajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang mendukung pembicara menyampaikan informasi lebih dalam atau alasan di belakangnya. 3. Menyimak secara baik lebih sulit dari dugaan kita Menyimak nampaknya mudah dilakukan. Tetapi dalam realitas, saat kita merasa sudah menyimak, seringkali ternyata kita hanya mendengar apa yang ingin didengar! Hal ini bukan proses sadar, bahkan sangat alamiah. Untuk menyimak dengan hatihati dan secara kreatif, Anda harus bisa menemukan aspek-aspek positif, isu, serta masalah yang diungkapkan pembicara.kesulitan dalam menyimak sering dihadapi antara lain disebabkan hambatan-hambatan terhadap kemampuan atau keinginan kita untuk menyimak. Berikut ini disampaikan beberapa hal yang menghambat orang untuk menyimak dengan baik. Dengan menyadari adanya hambatan- hambatan ini, diharapkan Anda bisa juga mencari jalan untuk mengatasinya a) Menyimak hidup-mati Kebiasaan menyimak yang tidak baik ini muncul dari fakta bahwa kebanyakan orang berpikir sekitar 4 kali lebih cepat dibanding rata- rata orang bisa bicara. Jadi pendengar memiliki kira-kira 3/4 menit waktu berpikir tersisa untuk tiap menit kegiatan menyimak. Kadang mereka menggunakan waktu ekstra ini untuk berpikir tentang hal-hal pribadinya dari pada untuk menyimak dan merumuskan apa yang harus pembicara katakan. Hal ini bisa diatasi dengan memperhatikan ucapan, bahasa tubuh seperti gerakan, dan cara bicara dll. b) Menyimak Bendera Merah Untuk beberapa orang, kata-kata tertentu bisa memancing emosi seperti banteng jika melihat bendera merah. Ketika mereka mendengarnya, mereka menjadi marah dan berhenti menyimak. Istilah ini mungkin ada dalam setiap kelompok peserta, tetapi ada kata- kata tertentu yang agak umum seperti istilah suku primitif, orang hitam, kapitalis, komunis, dll. Beberapa kata-kata sangat bermuatan sehingga pembicara langsung tidak didengar. Pendengar kehilangan kontak dengannya dan gagal untuk mengembangkan pemahaman terhadap orang tersebut. c) Menyimak dengan kuping terbuka pikiran tertutup Kadang-kadang pendengar memutuskan dengan cepat bahwa baik subjek atau pembicara bosan, dan apa yang sedang dikatakan tidak masuk di akal. Sering mereka mengambil kesimpulan bahwa mereka bisa meramalkan apa Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi 275

287 yang diketahui pembicara atau apa yang akan dikatakan; jadi mereka menyimpulkan bahwa percuma menyimak karena mereka tidak akan mendengar sesuatu yang baru jika mereka melakukannya. d) Menyimak dengan melamun Kadang-kadang pendengar melihat orang dengan tajam, dan kesannya sedang menyimak meskipun pikiran mereka mungkin menuju pada hal lain atau jauh di sana. Mereka tenggelam di dalam kenyamanan pikiran mereka sendiri. Mata mereka seakan-akan melamun, dan sering muka mereka menampilkan wajah sedang bermimpi atau dengan pikiran yang kosong. Jika kita perhatikan banyak peserta terlihat dengan mata melamun dalam sesi, kita harus menemukan saat yang tepat untuk berisitirahat atau merubah irama. e) Menyimak isu-terlalu-berat Ketika menyimak ide-ide yang terlalu kompleks dan rumit, kita sering harus memaksa diri untuk mengikuti diskusi dan benar-benar berusaha untuk memahaminya. Menyimak dan memahami apa yang dikatakan orang, mungkin membuat kita menemukan bahwa topik dan pembicaranya cukup menarik. Apabila ada satu orang atau beberapa orang yang tidak memahami, maka peserta lain bisa diminta untuk menjelaskan atau jika mungkin, memberikan contoh. f) Menyimak menggoyang keyakinan orang lain Orang tidak suka kalau ide-ide, prasangka, cara pandang favorit mereka dirusak; banyak yang tidak suka opini mereka ditentang. Jadi jika seorang pembicara mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang mereka pikir atau percayai, mereka mungkin secara tidak sadar berhenti menyimak atau bahkan bersikap bertahan. Bahkan jika hal ini dilakukan dengan sadar, maka lebih baik kita berusaha menyimak dan menemukan pikiran pembicara, dengan tujuan mendapatkan sisi lain dari permasalahan. Dengan demikian kerja pemahaman dan tanggapan secara konstruktif bisa dilakukan kemudian. P. Dinamika Kelompok 1. Siklus Perkembangan Kelompok Setiap kelompok membutuhkan waktu untuk berkembang menjadi sebuah tim. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk membangun sebuah kelompok. Salah satu model yang dapat membantu Anda sebagai seorang fasilitator mendorong terbangunnya kelompok adalah: a) Forming Tahap orang berkumpul dan membentuk sebuah kelompok. Mungkin ada yang tidak memilih untuk bergabung, tetapi diutus. Mungkin ada perasaan ketidakpastian atau keresahan. Apakah saya cocok dengan anggota yang lain? Apakah orang lain akan menerima saya? Peran Fasilitator: Pastikan bahwa Anda membantu setiap anggota kelompok merasa nyaman. Beri mereka waktu untuk saling berkenalan dan gunakan icebreaker. b) Informing Tahap penjelasan dimana anggota kelompok diberi penjelasan tentang tujuan dari tugas yang akan dilakukan. Ada interaksi antar anggota karena mereka sadar bahwa mereka menuju tujuan yang sama. Peran Fasilitator: Bantulah kelompok dalam mencari titik pijak yang sama, dan membentuk sendiri visi, misi serta tujuan kelompok. Gunakan kegiatankegiatan pengenalan dan agenda yang jelas. 276 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi

288 c) Storming Tahap membangun dimana masing-masing anggota mulai mengambil peran. Ini merupakan tahap yang penting karena mungkin terjadi uji coba, tarikmenarik, dan bahkan juga konflik.. Perebutan kekuasaan bisa juga terjadi. Benturan kepribadian mungkin ada dan pertentangan terhadap pemimpin kelompok. Peran Fasilitator : Berikan dukungan kepada seluruh kelompok. Kembangkan dan gunakan tehnik-tehnik fasilitasi serta ingatkan peserta akan tujuan dan norma-norma kelompok. Usahakan agar tercipta keterbukaan dan keinginan untuk mengatasi konflik. d) Norming Tahap stabilisasi dimana aturan, ritual, dan prosedur ditetapkan dan diterima. Identitas peran disepakati bersama dan tercipta suasana kebersamaan. Jalan menuju kemajuan disetujui bersama. Peran Fasilitator: Berikan bantuan dalam menghaluskan proses. Jika diperlukan, perbaiki atau sesuaikan norma dan serahkan kembali tanggung jawab kepada kelompok. e) Mourning Tahap akhir.tugas sudah selesai dikerjakan, dan tujuan utama pembentukan kelompok sudah terpenuhi. Siklus kehidupan kelompok secara resmi sudah berakhir. Ada rasa sedih dan anggota mulai memikirkan tugas lain. Peran Fasilitator: Siapkan peserta agar bisa menghadapi transisi dari pembentukan kelompok menuju bubarnya kelompok. Pastikan bahwa ada semacam ritual perpisahan, baik secara individu maupun sebagai kelompok. Gunakan beberapa metode umpan balik akhir. f) Transforming Tim menjadi dinamis dan tidak statis karena pembentukan kelompok sudah terjadi dan mulai ada perubahan baik di masing-masing anggota maupun pada kelompok secara keseluruhan. Peran Fasilitator: Tunjukkan dukungan dan rasa percaya pada kelompok. Hargai perubahan yang terjadi dengan memberikan pujian tetapi jaga agar tidak berlebihan. Setiap kelompok selalu memiliki dinamika sendiri. Fasilitator berperan sebagai penyeimbang (balancing) agar dinamika kelompok dapat mencapai hasil yang diinginkan (performing). Untuk membuat dinamika kelompok seimbang, Fasilitator perlu melakukan kombinasi berbagai tehnik fasilitasi seperti menyimak, mengamati, bertanya, probing, menyimpulkan, mengelola perbedaan pendapat, memberikan semangat (encouraging) dan lain-lain. Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi 277

289 Beberapa kiat yang dapat membantu fasilitator membangun kelompok: Belajar memahami sebanyak mungkin karakter dan sifat-sifat individu ketika ia menjadi anggota kelompok. Mendorong peserta mengembangkan norma belajar yang bersifat insentif agarbenar-benar menjadi rujukan semua peserta. Mengamati perkembangan kelompok dengan teliti dan mendorong peserta Menemukan normanya yang mampu mendorong kelompok mencapai tujuannya. Memberikan umpan balik kepada perilaku pribadi dan kelompok yang bisa mengganggu tujuan kelompok. Membentuk kelompok diskusi yang benar- benar kecil dan memungkinkan semua menyumbangkan pikiran dengan aman. Jangan malu meminta bantuan orang di luar kelompok jika memang diperlukan. 2. Manfaatkan Pendukung Anda Fasilitator hendaknya kembali meyakini peran utama sebagai fasilitator. Pada situasi dinamika kelompok yang sulit, fasilitator hendaknya mendorong peserta tidak bersengketa dengan fasilitator. Untuk itu, fasilitator memanfaatkan perilaku peserta yang konstruktif. Manfaatkan para pendukung Anda untuk mendorong kelompok mencapai puncak kinerjanya. Jenis-jenis perilaku konstruktif dan ciri-cirinya Inisiator Pemberi Opini Pembangun Pemberi Klarifikasi Penguji Pembuat Kesimpulan Penantang Pereda Ketegangan Mengusulkan gagasan-gagasan baru untuk didiskusikan serta pendekatan-pendekatan baru untuk mengatasi masalah. Menyampaikan pandangan-pandangan yang relevan dan menawar-kan solusi lainnya. Membangun dari apa yang diusulkan orang lain. Memberikan contoh-contoh relevan, menawarkan alasan, mencari pengertian dan pemahaman, melakukan klarifikasi atas masalah. Mengangkat pertanyaan-pertanyaan untuk menguji apakah kelompok sudah siap mengambil keputusan. Melakukan review atas diskusi dan menyimpulkannya. Menantang kelompok agar berpikir kritis tentang gagasan mereka sendiri. Menggunakan humor atau meminta rehat pada saat-saat yang tepat. Pencari Kompromi Mengalah sewaktu dibutuhkan agar kelompok dapat melangkah maju. Pencipta Keharmonisan Penjaga Gawang Membantu menciptakan suasana harmonis. Menjaga agar komunikasi berjalan lancar dan mendorong partisipasi. 278 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi

290 3. Karakter Individu dan Cara mengatasinya Berikut ini disampaikan tipe-tipe atau karakter individu di dalam sebuah kelompok dan cara mengatasinya bila fasilitator menghadapi karakter peserta seperti berikut ini. KARAKTER INDIVIDU Pendiam Orang pendiam harus dihargai apapun partisipasi mereka. Penghalang Agresor Dominator Luangkan waktu Menarik Diri TIPS Pada saat di luar ruang pertemuan, berikan semangat. Berikan umpan balik pribadi secara tersendiri. Berikan kesempatan memperoleh materi sebelumnya agar bisa mempersiapkan diri. Luangkan waktu bersama. Bersabarlah. Undang bicara dan cari tahu bagaimana pemahamannya atas isi pertemuan. Dorong kelompok membantu ia belajar. Bentuklah kelompok diskusi kecil. Cari penyebabnya. Berikan umpan balik. Ingatkan tentang norma belajar dan jika perlu disesuaikan bila akan mendorongnya lebih positif. Berikan tanggung jawab pada kelompok. Hadapi perilaku jika ia benar-benar menjadi penghalang. Dukung dan perkuat perilaku lain di dalam kelompok. Berikan kesempatan berbicara di luar pertemuan. Cari penyebabnya dan hilangkan jika memungkinkan. Berikan umpan balik. Ubah komposisi kelompok. Ingatkan kelompok tentang norma belajar. Hadapi perilakunya ketika terjadi dan perkuat perilaku lain ketika terjadi. Bentuk kelompok alternatif non-agresif. Diskusikan akibat perilakunya dengan seluruh anggota kelompok. Berikan umpan balik. Catat tingkat partisipasinya. Buat kelompok bagi orang-orang yang bertipe sama. Bisa meminta ia diam beberapa saat. Undang agar ikut bertanggung jawab atas peran serta yang lain. Kembangkan sikap asertif terhadap orang lain. Cari alasannya. Berikan peran saat memberikan tugas kepada kelompok. Perkuat, berikan semangat, dukung partisipasinya dan berikan tanggung jawab khusus. Tempatkan pada kelompok yang mau memberikan dukungan. Terima keputusannya dan bersabarlah. Dorong terus partisipasinya. Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi 279

291 KARAKTER INDIVIDU TIPS Pelawak Ingatkan kelompok akan manfaat dan penyalahgunaan humor. Hadapi perilakunya. Berikan umpan balik beri waktu agar bisa berubah. Dukung perilaku peserta yang berbeda dengan perilaku orang ini. Penyendiri Tunjukkan sikap menerima. Berikan umpan balik jika sesuai. Berikan dukungan khusus. Alokasikan peran atau tanggung jawab khusus. Dukung ciptakan kesempatan untuk meraih penghargaan. 280 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi

292 LAMPIRAN 1 : KOMUNIKASI SATU ARAH DAN DUA ARAH (45 menit) Panduan : Persiapan fasilitator 1. Siapkan cara untuk membagi kelompok, masing-masing peserta akan berpasangan dua-dua. Satu orang akan berperan sebagai komunikator, pasangannya berperan sebagai komunikan dan sebaliknya. 2. Fasilitator dan co fasilitator berbagi peran untuk mendampingi masing-masing komunikan dan komunikator. Langkah 1: Sampaikan kepada peserta bahwa Kita akan melakukan kegiatan dalam kelompok untuk memahami komunikasi yang efektif Kegiatan akan dilakukan dalam 3 tahap. Langkah 2 : Sampaikan instruksi sebagai berikut : Peserta di minta membagi diri masing-masing berpasangan dua orang-dua orang dengan cara yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Minta kepada masing-masing pasangan untuk menentukan siapa yang akan berperan sebagai komunikator/pembicara dan siapa yang akan berperan sebagai komunikan/pendengar. Tahap pertama : Peserta yang berperan sebagai pembicara untuk ikut dengan co fasilitator keluar ruangan dan ikuti instruksi yang disampaikan oleh Co Fasilitator. Sementara peserta yang berperan sebagai pendengar tetap berada di ruangan dan mengikuti instruksi dari fasilitator. Bagi peserta yang berperan sebagai pembicara co fasilitator menginstruksikan untuk menceritakan/menyampaikan topic apa saja terserah peserta yang akan disampaikan kepada peserta yang berperan sebagai pendengar. Bagi peserta yang berperan sebagai pendengar fasilitator menyampaikan instruksi untuk menjadi pendengar yang pasif (Tidak memberikan respon apapu baik verbal maupun non-verbal, bisa berpura-pura membaca, menerima telepon, focus kepada hal lainnya dan lain-lain). Tanyakan apakah semua peserta memahami instruksi yang diberikan? Apabila sudah beri kesempatan kepada peserta yang berperan sebagai pembicara untuk memasuki ruangan. Mintalah kepada pasangan untuk melakukan apa yang diintruksikan. Permainan ini dilakukan selama 2 menit. Tahap kedua : Peserta yang berperan sebagai pembicara untuk ikut dengan co fasilitator keluar ruangan dan ikuti instruksi yang disampaikan oleh Co Fasilitator. Sementara peserta yang berperan sebagai pendengar tetap berada di ruangan dan mengikuti instruksi dari fasilitator. Bagi peserta yang berperan sebagai pembicara co fasilitator menginstruksikan untuk menceritakan/menyampaikan topic apa saja terserah peserta yang akan disampaikan kepada peserta yang berperan sebagai pendengar. Bagi peserta yang berperan sebagai pendengar fasilitator menyampaikan instruksi untuk menjadi pendengar yang mulai memberikan respon tetapi hanya berupa respon non-verbal seperti anggukan kepala, senyum, angkat bahu dan lain-lain. Tanyakan apakah semua peserta memahami instruksi yang diberikan? Apabila sudah beri kesempatan kepada peserta yang berperan sebagai pembicara untuk memasuki ruangan. Mintalah kepada pasangan untuk melakukan apa yang diintruksikan. Permainan ini dilakukan selama 2 menit. Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi 281

293 Langkah 3 : Langkah 4: Tahap ketiga : Peserta yang berperan sebagai pembicara untuk ikut dengan co fasilitator keluar ruangan dan ikuti instruksi yang disampaikan oleh Co Fasilitator. Sementara peserta yang berperan sebagai pendengar tetap berada di ruangan dan mengikuti instruksi dari fasilitator. Bagi peserta yang berperan sebagai pembicara co fasilitator menginstruksikan untuk menceritakan/menyampaikan topic apa saja terserah peserta yang akan disampaikan kepada peserta yang berperan sebagai pendengar. Bagi peserta yang berperan sebagai pendengar fasilitator menyampaikan instruksi untuk menjadi pendengar yang aktif memberikan respon baik verbalmaupun non-verbal. Tanyakan apakah semua peserta memahami instruksi yang diberikan? Apabila sudah beri kesempatan kepada peserta yang berperan sebagai pembicara untuk memasuki ruangan. Mintalah kepada pasangan untuk melakukan apa yang diintruksikan. Permainan ini dilakukan selama 2 menit. Setelah ke tiga tahap selesai dilakukan tanyakan kepada seluruh peserta: Bagaimana proses tadi untuk memahami komunikasi yang efektif? Serta bagaimana menjadi pendengar yang aktif? Apa yang memudahkan, apa yang menyulitkan dari proses tadi? Lakukan langkah pembelajaran berikutnya. 282 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi

294 LAMPIRAN 2 : PRAKTEK FASILITASI (50 menit) Panduan: Persiapan fasilitator: 1. Siapkan cara untuk membagi kelompok, peserta di bagi menjadi 3 kelompok dengan cara yang sudah dipersiapkan. 2. Siapkan 3 topik yang akan dipilih oleh kelompok pada saat praktek fasilitasi dalam amplop tertutup atau dalam kertas yang digulung. 3. Siapkan kertas bertuliskan angka 1 sampai 3 untuk menentukan urutan kelompok yang akan tampil. Setelah ditulis gulung/lipat kertas tersebut. 4. Siapkan alat bantu yang mungkin diperlukan peserta seperti : a. Kertas flipchart. b. Spidol warna warni. c. Selotip kertas. d. LCD. e. Laptop. 5. Siapkan form penilaian. Langkah 1 : Langkah 2 : Langkah 3 : Langkah 4 : Sampaikan kepada peserta bahwa Kita akan melakukan kegiatan praktek fasilitasi di dalam kelompok kecil. Bagi peserta menjadi 3 kelompok dengan cara yang sudah disiapkan. Minta kepada setiap kelompok untuk menentukan siapa yang akan berperan sebagai fasilitator. Selanjutnya minta perwakilan kelompok untuk memilih satu topik fasilitasi dan juga memilih urutan tampil dengan cara mimilih gulungan/lipatan kertas yang berisi angka. Beri kesempatan kepada seluruh kelompok untuk mempersiapkan alat dan bahan fasilitasi selama 10 menit. Setelah 10 menit minta kepada seluruh peserta untuk siap-siap tampil dimulai dengan urutan pertama. Peserta yang telah ditunjuk sebagai fasilitator tampil sebagai fasilitator sementara peserta lainnya tampil sebagai peserta pertemuan. Fasilitator membagi peran tambahan untuk peserta yang berperan sebagai peserta pertemuan seperti peran menjadi peserta yang dominan dlaam pertemuan, peserta yang pasif, peserta yang sukanya melakukan interupsi, dan-lain-lain. Peran ini tidak boleh diketahui oleh peserta yang berperan sebagai fasilitator. Sementara kelompok lainnya berperan sebagai pengamat. Bagikan form penilaian kepada peserta kelompok lain. Masing-masing kelompok diberi kesempatan melakukan fasilitasi selama 10 menit. Setelah kelompok pertama selesai perwakilan kelompok lainnya yang berperan sebagai pengamat menyampaikan hasil kesimpulan hasil pengamatannya. Beri kesempatan kepada peserta yang berperan sebagai fasilitator untuk menyampaikan pendapatnya mengenai praktek yang baru saja disampaikan. Selanjutnya persiapan untuk urutan berikutnya. Lakukan seperti kelompok urutan pertama. Pada akhir praktek fasilitasi sampaikan kepada peserta: Menanyakan perasaan yang dialami oleh peserta selama melakukan mikrofasilitasi. Menyampaikan hasil pengamatannya terhadap proses pembelajaran yang dilakukan. Berikan pujian dan tepuk tangan untuk seluruh yang telah menyelesaikan praktek fasilitasi. Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi 283

295 LAMPIRAN 3 : EVALUASI AKHIR SESI Panduan : Sampaikan pertanyaan secara lisan satu persatu terkait dengan teknik fasilitasi. Hindari peserta yang mendominasi jawaban, bisa dilakukan dengan permainan. Hindari menunjuk orang tertentu. Sediakan souvenir bagi peserta yang dapat menjawab. Pertanyaan : 1. Apa yang dimaksud dengan Fasilitasi? 2. Apa yang dimaksud dengan Fasilitator? 3. Apa perbedaan penyuluh, fasilitator, narasumber dan pengamat? 4. Apa saja sikap dasar fasilitator? 5. Apa saja keterampilan dasar fasilitasi? Apabila masih ada jawaban peserta yang belum tepat, fasilitator dapat menampilkan kembali silde presentasi terkait. 284 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi

296 LAMPIRAN 4 : SLIDE PRESENTASI Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi 285

297 286 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi

298 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi 287

299 288 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi

300 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi 289

301 290 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi

302 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi 291

303 292 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi

304 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi 293

305 294 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi

306 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi 295

307 296 Sub Modul 9 : Tehnik Fasilitasi

MODUL PELATIHAN IMPLEMENTASI PPSP MELALUI PILAR-PILAR STBM UNTUK POKJA PROVINSI DAN POKJA KABUPATEN/KOTA. April Draft Final

MODUL PELATIHAN IMPLEMENTASI PPSP MELALUI PILAR-PILAR STBM UNTUK POKJA PROVINSI DAN POKJA KABUPATEN/KOTA. April Draft Final MODUL PELATIHAN IMPLEMENTASI PPSP MELALUI PILAR-PILAR STBM UNTUK POKJA PROVINSI DAN POKJA KABUPATEN/KOTA April 2014 Draft Final USDP-R-PIU.AE - 10093 MODUL PELATIHAN IMPLEMENTASI PPSP MELALUI PILAR-PILAR

Lebih terperinci

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT MODUL: KEBIJAKAN DIKLAT KESEHATAN LINGKUNGAN DALAM PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT I. DESKRIPSI SINGKAT P ada saat ini sekitar 70 juta penduduk Indonesia belum memiliki akses terhadap layanan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN 22010 TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang : a. bahwa tantangan

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI GAMBARAN UMUM CIMAHI OTONOMI SEJAK TAHUN 2001 LUAS CIMAHI = ± 40,25 Km2 (4.025,75 Ha) WILAYAH: 3 KECAMATAN 15 KELURAHAN 312 RW DAN 1724 RT 14 PUSKESMAS JUMLAH PENDUDUK 2012

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Sanitasi. Berbasis Masyarakat. Total. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 44 2014 SERI : E BEKAPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PROPOSAL KERJASAMA CSR dan SWASTA

PROPOSAL KERJASAMA CSR dan SWASTA PROPOSAL KERJASAMA CSR dan SWASTA 1.1. Latar Belakang Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP) adalah sebuah road map pembangunan sanitasi di Indonesia. Program ini digagas oleh Tim Teknis Pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STRATEGI NASIONAL SAN ITAS I TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STRATEGI NASIONAL SAN ITAS I TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DEPARTEMEN STRATEGI NASIONAL SAN ITAS I TOTAL BERBASIS MASYARAKAT MENTER I STRATEGI NASIONAL SAN IT AS I TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DEPARTEMEN RI JAKARTA 2008 REPUBUK DAFTAR 151 KEPUTUSAN MENTER I RI MENIMBANG

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN` Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN` Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya BAB I PENDAHULUAN` 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang akan menimbulkan hal-hal yang merugikan

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah kesehatan tersebut. diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 17.05).

BAB I PENDAHULUAN. segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah kesehatan tersebut. diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 17.05). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, yang saling berkaitan dengan masalahmasalah lain di

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2013 STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG POKJA SANITASI KABUPATEN TANGGAMUS POKJA BADAN SANITASI PERENCANAAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK PEMUTAKHIRAN 2016 POKJA SANITASI KOTA TOMOHON. of Sanitation (IYOS) pada tahun 2008, yang menghasilkan komitmen pemerintah dalam

BAB I PENDAHULUAN SSK PEMUTAKHIRAN 2016 POKJA SANITASI KOTA TOMOHON. of Sanitation (IYOS) pada tahun 2008, yang menghasilkan komitmen pemerintah dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Santasi yang baik dan layak merupakan salah satu faktor penunjang kesehatan masyarakat, akan tetapi belum seluruh stakeholder memberikan perhatian memadai terhadap

Lebih terperinci

KOTA TANGERANG SELATAN

KOTA TANGERANG SELATAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 2011 Daftar Isi Bagian 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kependudukan di Kabupaten Pohuwato sampai saat ini menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan penduduk yang makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. roadmap pembangunan Sanitasi di Indonesia. Program ini digagas oleh Tim

LATAR BELAKANG. roadmap pembangunan Sanitasi di Indonesia. Program ini digagas oleh Tim LATAR BELAKANG Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) adalah sebuah roadmap pembangunan Sanitasi di Indonesia. Program ini digagas oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS) dengan mempromosikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan sanitasi permukiman di Indonesia bertujuan meningkatkan kondisi dan kualitas pelayanan air limbah, pengelolaan persampahan, drainase, dan kesehatan. Targetnya adalah pada

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KABUPATEN TASIKMALAYA 2013

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KABUPATEN TASIKMALAYA 2013 CATATAN KEGIATAN PERTEMUAN POKJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PPSP TAHUN ANGGARAN 2013 Nama Kegiatan Lokasi Kegiatan : Kick off Meeting PPSP : Aula Wiratanubaya, Bappeda Kab. Tasikmalaya Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

PROGRAM PENGUATAN KEBERLANJUTAN UNTUK STBM KABUPATEN/KOTA DAN MASYARAKAT

PROGRAM PENGUATAN KEBERLANJUTAN UNTUK STBM KABUPATEN/KOTA DAN MASYARAKAT PROGRAM PENGUATAN KEBERLANJUTAN UNTUK STBM KABUPATEN/KOTA DAN MASYARAKAT PAMSIMAS II: Komponen Kesehatan Direktur Penyehatan Lingkungan Disampaikan Pada Rapat Koordinasi Regional 3 Denpasar, Bali 29 Sept

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN PERLUASAN & PENGARUS UTAMAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN

KEMENTERIAN KESEHATAN PERLUASAN & PENGARUS UTAMAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PERLUASAN & PENGARUS UTAMAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN 1 Target Pemerintah dalam bidang Sanitasi Akses Air Minum dan Sanitasi Layak Indikator

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Perumusan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan 7. URUSAN PERUMAHAN Penataan lingkungan perumahan yang baik sangat mendukung terciptanya kualitas lingkungan yang sehat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatnya kualitas

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN ( STOP BABS ) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat

bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat Menimbang Mengingat BI'PATI PA,IIPAI( BHARAT, bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat serta meningkatkan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan perlu ditingkatkan. Ketidaktahuan dan pemahaman masyarakat

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Disiapkan oleh: POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN NOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN

BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN 3.1. Enabling And Sustainability Aspect 3.1.1 Aspek Non Teknis 1) Kebijakan Daerah dan Kelembagaan Isu strategis aspek Kebijakan Daerah

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA TAHUN LOGO2013 VISI Terciptanya Kondisi Lingkungan Masyarakat yang Sehat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB I PENDAHULUAN i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pencapaian target RPJMN 2010-2014 dan MDGs 2015 pemerintah memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan percepatan

Lebih terperinci

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan Lampiran E. Deskripsi Program & Kegiatan Tabel Deskripsi Program / Kegiatan Komponen Air Limbah Program Penyusunan Masterplan Air Limbah Latar Belakang Dokumen masterplan merupakan suatu tahap awal dari

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Kick Off Meeting, Internalisasi dan Penyamaan Persepsi PPSP Kab. Wakatobi Wanci, 3 April 2013

Laporan Kegiatan Kick Off Meeting, Internalisasi dan Penyamaan Persepsi PPSP Kab. Wakatobi Wanci, 3 April 2013 Laporan Kegiatan Kick Off Meeting, Internalisasi dan Penyamaan Persepsi PPSP Kab. Wakatobi Wanci, 3 April 2013 Muhammad Dikman Maheng Provincial Facilitator Teknis (PF AT) Program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

Lebih terperinci

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan 1. Meningkatnya pembangunan Tersedianya Tersedianya Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan

Lebih terperinci

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN Sub Sektor Air Limbah Program Penyusunan Master Plan Air Limbah Latar Belakang Dokumen masterplan merupakan suatu tahap awal dari perencanaan. Dokumen ini sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memberikan arah bagi pengembangan sanitasi di Kabupaten Cilacap karena

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Program merupakan tindak lanjut dari strategi pelaksanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan sebagai rencana tindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah Sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan adalah isu yang sampai hari ini belum terselesaikan secara maksimal bahkan sehingga sangat memerlukan perhatian semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hingga saat ini akses masyarakat terhadap layanan sanitasi permukiman (air limbah domestik, sampah rumah tangga dan drainase lingkungan) di Indonesia masih relatif

Lebih terperinci

MENEROBOS KETERBATASAN BERBAGI PENGALAMAN IMPLEMENTASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI JAKARTA UTARA

MENEROBOS KETERBATASAN BERBAGI PENGALAMAN IMPLEMENTASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI JAKARTA UTARA MENEROBOS KETERBATASAN BERBAGI PENGALAMAN IMPLEMENTASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI JAKARTA UTARA OVERVIEW 1. WAHANA VISI INDONESIA 2. SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) 3. CLEAN

Lebih terperinci

RAPAT KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2013

RAPAT KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2013 RAPAT KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2013 Hari/ Tanggal : Kamis, 14 Maret 2013 Tempat : Ruang Rapat Sekretaris Daerah Kabupaten Bandung Hadir : Sekretaris Daerah Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

Terms of Reference Proyek Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi

Terms of Reference Proyek Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi Terms of Reference Proyek Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi 1. Gambaran Umum: Latar Belakang: AQUA berkomitmen untuk berkontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium dan Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PLP

KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PLP KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PLP Oleh: Direktur Pengembangan PLP Jakarta, 26 Januari 2017 KEMENTERIAN PEKERJAAN PEKERJAAN UMUM UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TARGET BIDANG SANITASI Amanat RPJPN 2005-2025 Pembangunan

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN PADA WORKSHOP NASIONAL PEMANTAUAN KENAIKAN REALISASI APBD DAN EVALUASI RAD-AMPL KAB/KOTA

DISAMPAIKAN PADA WORKSHOP NASIONAL PEMANTAUAN KENAIKAN REALISASI APBD DAN EVALUASI RAD-AMPL KAB/KOTA DISAMPAIKAN PADA WORKSHOP NASIONAL PEMANTAUAN KENAIKAN REALISASI APBD DAN EVALUASI RAD-AMPL KAB/KOTA NAWA CITA : INDONESIA SEHAT Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat dengan mencegah Masyarakat terkena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA Bab empat ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Bontang tahun 2011-2015 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Pengolahan air limbah permukiman secara umum di Kepulauan Aru ditangani melalui sistem setempat (Sistem Onsite). Secara umum

Lebih terperinci

B A B I I I ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

B A B I I I ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA B A B I I I ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1 ENABLING AND SUSTAINABILITY ASPECT Aspek-aspek non teknis yang menunjang keberlanjutan program dimaksudkan dalam bagian ini adalah isu-isu

Lebih terperinci

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Lampiran E: Deskripsi Program / Kegiatan A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Nama Maksud Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu

Lebih terperinci

ISSU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN. Jumlah KK yang tidak mempunyai jamban dari 30% menjadi 0% di tahun 2018

ISSU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN. Jumlah KK yang tidak mempunyai jamban dari 30% menjadi 0% di tahun 2018 KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) AIR LIMBAH PERMASALAHAN MENDESAK ISSU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN PERNYATAAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 30% penduduk Wakatobi tidak memiliki jamban

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1 1.1. Latar Belakang. Dalam kontek Program Pembangunan Sektor Sanitasi Indonesia (ISSDP), sanitasi didefinisikan sebagai tindakan memastikan pembuangan tinja, sullage dan limbah padat agar lingkungan rumah

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kota yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN DRAFF BUKU PUTIH SANITASI KOTA METRO

BAB 1 PENDAHULUAN DRAFF BUKU PUTIH SANITASI KOTA METRO BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) BAGI DOSEN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK KESEHATAN DI INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2013 363.72 Ind

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara Nasional Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang sangat serius dalam mencapai salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) khususnya yang terkait

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci