BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai anugerah Tuhan YME, dalam UU No 39 Tahun 1999 menyatakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai anugerah Tuhan YME, dalam UU No 39 Tahun 1999 menyatakan"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Hak Asasi Manusia 1. Pengertian Hak Asasi Manusia Hak Asasi Manusia adalah hak pokok yang dimiliki manusia sebagai anugerah Tuhan YME, dalam UU No 39 Tahun 1999 menyatakan bahwa : Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgem, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun. Kelahiran manusia di muka bumi ini membawa hak-hak dasar yang harus dihormati oleh setiap orang. Budiardjo (1983 : 93) memberikan batasan bahwa Hak asasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya sejak lahir bersamaan dengan kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Hak-hak yang dimiliki oleh setiap manusia itu menjamin setiap orang untuk menentukan isi jiwanya sendiri, untuk melahirkan isi jiwanya itu melalui suara atau aktivitas lain dan mengembangkan aktivitas itu secara perorangan maupun berorganisasi dengan orang lain menurut kehendaknya, tanpa gangguan atau paksaan dari orang lain. Hardjowirogo (1981 : 7) mengungkapkan bahwa : 13

2 Hak-hak manusia ialah hak-hak yang memungkinkan kita tanpa diganggu gugat menjalani kehidupan bermasyarakat dan bernegara sebagai warga negara dari suatu kehidupan. Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Hak Asasi Manusia adalah hak yang bersifat dasar atau hak pokok yang dimiliki oleh manusia, seperti hak hidup, hak berbicara, dan hak mendapat perlindungan. Karena sifatnya yang dasar dan pokok ini, maka hak asasi manusia sering dianggap sebagai hak yang tidak dapat dicabut atau dihilangkan. Dengan kata lain, hak asasi manusia perlu mendapat jaminan oleh negara atau pemerintah dan siapa saja yang melanggarnya maka harus mendapatkan sangsi yang tegas. Pada umumnya ada sejumlah hak yang tidak dapat dicabut atau dihilangkan, seperti kebebasan berbicara dan berpendapat, kebebasan beragama dan berkeyakinan, kebebasan berserikat, dan hak untuk mendapatkan perlindungan yang sama di depan hukum. Presiden Roosevelt yang dikutip Budiardjo (2004 : 121), mengemukakan The Four Freedoms (Empat Kebebasan) manusia dalam hidup bermasyarakat dan bernegara, yaitu : 1. Kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat (Freedom of Speech) 2. Kebebasan beragama (Freedom of religion/worship) 3. Kebebasan dari rasa takut (Freedom from Fear) 4. Kebebasan dari kemelaratan (Freedom from Want) 14

3 Hak asasi manusia adalah hak yang diberikan sebagai karunia Tuhan. Karena semua hak asasi manusia itu dari Tuhan maka tidak diperbolehkan ada pihak lain termasuk manusia kecuali Tuhan sendiri yang mencabutnya. Di dalam Undang-Undang RI No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia terdapat rumusan sebagai berikut : Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, harkat dan martabat manusia. Dari rumusan diatas jelas bahwa dibalik adanya hak asasi manusia yang perlu dihormati mengandung makna adanya kewajiban asasi dari setiap orang. Kewajiban asasi yang dimaksud adalah kewajiban dasar manusia yang ditekankan dalam undang-undang tersebut sebagai seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia. Hak asasi manusia yang dalam kepustakaan Barat dikenal dengan istilah Human Rights telah lama diperjuangkan hingga akhirnya diterima oleh bangsa-bangsa di dunia yang tergabung dalam organisasi internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dalam bentuk Universal Declaration of Human Rights tahun Perjuangan dalam menegakkan hak asasi manusia hingga berhasil diterima oleh masyarakat dunia dan menjadi dokumen antara lain : 15

4 1. Piagam Magna Charta (1215), ialah dokumen yang berisi beberapa hak yang diberikan oleh Raja John di Inggris kepada para bangsawan atas tuntutan mereka yang sekaligus membatasi kekuasaan raja dan menghormati hak-hak rakyat. 2. Dokumen Bill of Rights (1689), ialah sebuah undang-undang yang diterima oleh Parlemen Inggris sesudah berhasil mengadakan perlawanan terhadap Raja James II dalam suatu revolusi tak berdarah. 3. Piagam Derclaration des droits de l homme et du citoyen (1789), ialah suatu pernyataan hak-hak manusia dan warga negara yang dicetuskan pada permulaan Revolusi Perancis sebagai perlawanan terhadap rejim yang berkuasa secara absolut. 4. Piagam Bill of Rights (1789), ialah suatu naskah undang-undang tentang hak yang disusun oleh rakyat Amerika. Piagam ini sekarang telah menjadi bagian dari undang-undang dasar Amerika pada tahun Pernyataan Sedunia tentang Hak-hak Asasi Manusia (Universal declaration of Human Rights) yang diproklamirkan oleh Resolusi Majelis Umum PBB No. 217 A pada tanggal 10 Desember 1948 pada dasarnya berisi tentang hal-hal yang bersifat umum dan memungkinkan dapat diterima oleh seluruh bangsa di dunia. Deklarasi yang terdiri atas 30 pasal ini diawali oleh bagian Mukadimah yang mengemukakan beberapa pertimbangan perlunya hak asasi manusia. Secara singkat pertimbangan dalam mukadimah itu sebagai berikut : 16

5 a. Pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dihilangkan dari semua anggota masyarakat dunia, ialah dasar kemerdekaan, keadilan, dan perdamaian dunia b. Mengabaikan dan memandang rendah hak-hak manusia telah mengakibatkan perbuatan yang bengis dan kejam c. Perlunya peningkatan persahabatan antar bangsa. Bangsa Indonesia mempunyai pandangan dan dasar hukum tersendiri mengenai konsep HAM. Konsep HAM yang dianut dan diterapkan bangsa Indonesia didasarkan ideologi bangsa dan konstitusi negara kita, yaitu Pancasila dan UUD HAM menurut ideologi bangsa (Pancasila). Pancasila dasar dari konsep HAM yang dianut bangsa Indonesia adalah penjabaran dari sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang disemangati oleh sila pertama, ketiga, keempat dan kelima Pancasila. HAM menurut konstitusi negara UUD 1945, HAM dalam konstitusi bangsa Indonesia tidak termuat dalam suatu piagam khusus, akan tetapi tersebar dalam pasal-pasal UUD Budiardjo (1983 : 127), memberikan gambaran bahwa : Hak-hak asasi yang tercantum dalam UUD 1945 tidak termuat dalam suatu piagam terpisah, tetapi tersebar dalam beberapa pasal, terutama pasal 27 sampai 31, yang mengatur mengenai kebebasan bekerja dan hidup yang layak, berserikat dan berkumpul, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, pikiran, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, pikiran, kemerdekaan, bela negara dan mendapat pengajaran. 17

6 Menurut tertib hukum di Indonesia, semua peraturan perundangundangan yang berlaku mengacu pada Hukum Dasar atau Konstitusi baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Hukum dasar yang tertulis yang berlaku di Indonesia saat ini adalah UUD Istilah hak asasi manusia dalam UUD 1945 sebelum diamandemen, secara eksplisit tidak ada namun secara implisit kita dapat menafsirkan bahwa hak asasi manusia dapat ditemukan pada bagian Pembukaan UUD 1945 Alinea Pertama dan pada bagian Batang Tubuh UUD 1945 mulai pasal 27 sampai dengan Pasal 31. Pembukaan UUD 1945 antara lain menyatakan sebagai berikut : Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dari bunyi paragraf pertama Pembukaan UUD 1945 ini jelaslah bahwa hak asasi manusia terutama hak kemerdekaan bagi semua bangsa mendapat jaminan dan dijunjung oleh seluruh bangsa Indonesia. Lebih rinci lagi, jaminan hak asasi manusia dinyatakan pada bagian Batang Tubuh. 2. Perkembangan HAM di Indonesia Pada tanggal 20 Mei 1908 muncul organisasi yang merupakan pergerakan pertama yang ada di Hindia Belanda yang menjadi cikal bakal tumbuhnya kesadaran berorganisasi di kalangan bumi putera sekaligus ditandainya perkembangan HAM di Indonesia yaitu Budi Utomo, organisasi yang bergerak di bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Pendapat 18

7 ini dapat kita lihat dari adanya suatu pemikiran, terutama dari kaum intelektualnya yang berkaitan dengan HAM, dalam hal ini kebebasan untuk berserikat dan mengeluarkan pendapat. Hal ini senada dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Manan (2006 : 62), yaitu sebagai berikut : Berdirinya Budi Utomo ini kemudian diikuti oleh beberapa gerakan atau organisasi persatuan lainnya, dan beberapa di antara mereka bahkan ada yang mengkhususkan diri bergerak dalam bidang tertentu, seperti Sarekat Islam dan Indische Partij. Dalam konteks pemikiran HAM, para pemimpin Budi Utomo telah memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi-petisi yang ditujukan kepada pemerintah kolonial maupun dalam tulisan-tulisan yang dimuat dalam Goeroe Desa. Selain itu, Budi Utomo telah pula memperlihatkan kepeduliannya tentang konsep perwakilan rakyat. Langkah tersebut diambil sebagai bentuk kewajiban mempertahankan negeri di bawah pemerintahan kolonial. Kesemuanya itu menunjukkan adanya pergeseran pemikiran dalam upaya memperoleh kebutuhan sosial, yang pada mulanya melalui pendidikan akhirnya berubah dengan jalan berpolitik. Pada saat dicetuskannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, perkembangan HAM di bidang sosial budaya semakin tampak. Sumpah Pemuda mengindikasikan bahwa bangsa Indonesia sudah mulai menghargai perbedaan, baik itu dalam suku, agama, ras, maupun golongan dan bersatu dalam NKRI. Puncak perkembangan pemikiran HAM di 19

8 bidang sosial di Indonesia adalah pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia dan disahkannya UUD 1945 yang secara nyata memuat konsep pemikiran HAM di bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Salah satunya yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi Bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Sejak kelahiran Negara RI tanggal 17 Agustus 1945, sebenarnya para pendiri negara telah memikirkan dan bahkan telah menuangkan gagasan tentang HAM ini namun dalam pelaksanaanya telah mengalami masa pasang surut. Banyak pendapat bahkan kritikan yang ditujukan kepada pemerintah RI baik dari dalam maupun dari pihak masyarakat internasional kaitanya dengan pelaksanaan HAM di Indonesia. Kritikan yang paling besar berpengaruhnya adalah terjadi pada dekade terakhir sehingga mendorong pihak Pemerintah dan Presiden RI Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi manusia yang tujuannya tercantum dalam Pasal 4, sebagai berikut : 1. Membantu pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Piagam Perserikatan Bangsa- Bangsa serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia; 2. Meningkatkan perlindungan hak asasi manusia guna mendukung terwujudnya tujuan pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. 20

9 Pemikiran HAM sejak awal pergerakan kemerdekaan hingga saat ini mendapat pengakuan dalam bentuk hukum tertulis yang dituangkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang berpuncak pada konstitusi sebagai peraturan perundang-undangan tertinggi di Indonesia. Hal ini terdapat dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia yang telah melewati kurun waktu berlakunya tiga konstitusi, yakni UUD 1945, Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950, yang kesemuanya memuat ketentuan-ketentuan HAM di bidang sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Sampai sekarang instrumen pelengkap pelaksanaan HAM selalu dipikirkan pemerintah, agar HAM dapat ditegakan dalam berbagai kehidupan. Instrumen tersebut berisi aturan-aturan bagaimana HAM itu ditegakkan dan mengikat seluruh warga negara. Menurut Ismail Sunny dalam Manan (2006 : 80) terdapat tiga kemungkinan bentuk hukum yang dapat menampung rincian HAM, yaitu : a. Pertama, menjadikannya bagian yang integral dari UUD 1945, yaitu dengan cara melakukan amandemen pada UUD 1945, sebagai yang ditempuh dengan Piagam Hak-hak warganegara (The Bill of Rights), yang merupakan amandemen I-X pada Konstitusi Amerika Serikat. b. Kedua, menetapkan dalam Ketetapan MPR. c. Ketiga, mengundangkannya dalam suatu undang-undang berikut sanksi hukuman terhadap pelanggarnya. Dari ketiga bentuk hukum di atas, tampaknya ketiga-tiganya dipergunakan oleh Pemerintah Indonesia dalam menguraikan rincian HAM. UUD 1945 yang pada awalnya hanya memuat enam pasal yang mengatur tentang HAM, kemudian mengalami perubahan-perubahan yang 21

10 sangat signifikan yang kemudian dituangkan dalam Perubahan Kedua UUD 1945 pada bulan Agustus Dalam UUD 1945 dimuat hak-hak khusus seperti hak anak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta hak anak atas perrlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Bahkan dalam UUD 1945 juga ditentukan hak-hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun (non-derogable rights), yaitu hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut. UUD 1945 menegaskan bahwa perlindungan, pemajuan, penegakkan dan pemenuhan HAM adalah tanggung jawab negara terutama Pemerintah. Penegasan ini menunjukkan betapa pentingnya peran pemerintah dalam perlindungan dan penegakkan HAM. Rumusan HAM dalam UUD 1945 dapat dibagi ke dalam beberapa aspek yaitu : 1. HAM berkaitan dengan hidup dan kehidupan; 2. HAM berkaitan dengan keluarga; 3. HAM berkaitan dengan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan teknologi; 4. HAM berkaitan dengan pekerjaan; 5. HAM berkaitan dengan kebebasan beragama dan meyakini kepercayaan, kebebasan bersikap, berpendapat, dan berserikat; 6. HAM berkaitan dengan informasi dan komunikasi; 22

11 7. HAM berkaitan dengan rasa aman dan perlindungan dari perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat manusia; 8. HAM berkaitan dengan kesejahteraan sosial; 9. HAM berkaitan dengan persamaan dan keadilan; 10. HAM berkewajiban menghargai hak orang dan pihak lain. Karena setiap orang memiliki HAM, bukan tidak mungkin akan terjadi benturan hak satu orang dengan hak orang yang lain. Jika terjadi benturan, bukan perlindungan dan pemenuhan HAM yang terjadi, melainkan pelanggaran HAM seseorang oleh orang lain yang juga mengatasnamakan HAM. Setiap orang juga wajib menghormati HAM orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara. Untuk itu diperlukan pengaturan dan pembatasan tertentu yang harus dimuat dalam undang-undang. Namun pembatasan tersebut sematamata adalah untuk (a) menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain ; (b) memenuhi tuntutan yang adil yang sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam masyarakat yang demokratis. Sebenarnya, sebelum Perubahan Kedua dilakukan telah terdapat beberapa peratuan perundang-undangan yang dapat dikatakan sebagai pembuka terjadinya Perubahan. Ketentuan itu antara lain Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tantang HAM, Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 tantang GBHN, serta UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM. Apabila dibandingkan Deklarasi PBB tentang Universal 23

12 Declaration of Human Rights, maka isi UU RI No.39/1999 ini lebih lengkap dan terperinci mengatur tentang HAM. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pasal dalam UU tersebut yang terdiri atas 106 pasal sedangkan dalam Deklarasi yang dikeluarkan PBB hanya 30 pasal. Sistematika UU RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia terdiri atas 11 bab dan 106 pasal, sebagai berikut : Bab I Ketentuan Umum Bab II Asas-Asas Dasar Bab III Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar Manusia Bab IV Kewajiban Dasar Manusia Bab V Kewajiban dan Tanggung Jawab Pemerintahan Bab VI Pembatasan dan Larangan Bab VII Komisi Nasional Hak Asasi manusia Bab VIII Partisipasi Masyarakat Bab IX Pengadilan Hak Asasi Manusia Bab X Ketentuan Peralihan Bab XI Ketentuan Penutup Ketentuan tentang dasar-dasar HAM menurut UU di atas diatur dalam Bab II tentang Asas-Asas dasar antara lain dalam Pasal 2, pasal 3, dan Pasal 4. Yang berkenaan dengan siapa yang bertanggung jawab untuk menegakkan hak asasi manusia terdapat dalam Pasal 8 bahwa yang bertanggung jawab adalah Pemerintah yang ditegaskan pada Bab III dari Pasal 9 sampai dengan Pasal 66 yang pada intinya meliputi : hak untuk 24

13 hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita dan hak anak. Demikian sejumlah hak asasi yang dimiliki oleh seluruh warga negara Indonesia dan mendapat jaminan dari Pemerintah. Namun demikian, selain memiliki hak yang melekat dalam diri setiap individu, setiap warga negara juga memiliki kewajiban yang harus dijalankan dan dipatuhi. Ketentuan ini terdapat dalam Bab IV tentang Kewajiban Dasar Manusia, yakni Pasal Salah satu pasal tentang kewajiban dasar manusia ini adalah Pasal 69 yang berbunyi : 1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain, moral, etika, dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 2) Setiap hak asasi manusia seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab untuk menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik serta menjadi tugas Pemerintah untuk menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukannya. Dengan terdapatnya jaminan terhadap HAM yang dilakukan Pemerintah ini membuktikan bahwa HAM di Indonesia bukanlah suatu hal yang baru. Hal ini sebaiknya terus dipertahankan dan ditindaklanjuti dengan mengembangkan upaya perlindungan dan pemajuan HAM di Indonesia oleh pihak-pihak yang terkait. Pemajuan HAM ditujukan untuk 25

14 memberikan pengetahuan, wawasan,, dan kesadaran kepada warga akan hak-hak dasar dan kewajiban asasinya, yang dalam pemenuhannya menjadi tanggung jawab negara. Agar semua unsur tersebut terlaksana dengan baik, pemerintah wajib menegakkan HAM dengan merumuskan aturan, melaksanakan, dan menegakkannya secara konsisten. B. Kajian tentang Pembelajaran HAM 1. Pengertian Pembelajaran HAM Inti dari proses pendidikan secara formal adalah mengajar, sedangkan inti dari proses pengajaran adalah siswa belajar. Oleh karena itu mengajar tidak bisa dipisahkan dari belajar, sehingga dalam peristilahan pendidikan kita mengenal proses belajar mengajar. Secara umum belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar ini dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk perubahan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses pembelajaran sangat terkait dengan berbagai komponen yang sangat kompleks. Antara komponen yang satu dengan komponen lainnya memiliki hubungan yang bersifat sistemik, maksudnya masingmasing komponen memiliki peranan sendiri-sendiri tetapi memiliki hubungan yang saling terkait. Menurut Natawidjaja dan Moein Moesa (1991 : 23) Pembelajaran adalah upaya pembimbingan terhadap siswa itu secara sadar dan terarah keinginan untuk belajar sebaik-baiknya, sesuai dengan 26

15 keadaan dan kemampuan siswa yang bersangkutan. Kegiatan tersebut tidak selalu dalam bentuk interaksi langsung antara siswa dengan guru, bisa juga dengan cara siswa membaca buku misalnya yang menarik. Jadi fokus utamanya adalah pada peserta didik, sedangkan pengajar hanya berperan sebagai fasilitator, bertugas membimbing atau mengarahkan peserta didik untuk mau belajar, sebagaimana yang dikemukakan oleh Natawidjaja bahwa proses kegiatan tersebut dilakukan oleh guru atau tim pengajar, kematangan dan tujuan belajar anak didik. Batasan pembelajaran yang hampir senada juga dikemukakan oleh Abdulhak (2000 : 25) yaitu proses pembelajaran adalah interaksi edukatif antara peserta dengan komponen-komponen pembelajaran lainnya. Menurutnya ketetapan komponen yang digunakan dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Senada dengan pernyataan dari Abdulhak, dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UUSPN No. 20 Tahun 2003). Sedangkan menurut Winataputra (1997 : 14) Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari komponen atau unsur tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa dan guru. Jadi dalam pembelajaran terdapat enam unsur yaitu tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa dan guru. Semua unsur atau komponen tersebut saling 27

16 berkaitan, saling mempengaruhi dan semuanya berfungsi dengan berorientasi kepada tujuan (Winataputra, 1997 : 16). Dilihat dari pernyataan-pernyataan yang dikemukakan diatas bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya. Pada dasarnya suatu proses pembelajaran terkait dengan berbagai komponen yang sangat kompleks. Komponen tersebut meliputi tujuan, materi, media, siswa, guru dan komponen lainnya yang saling terkait. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Proses pembelajaran aktivitasnya dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan. Dengan demikian pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksana, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar. 28

17 Menurut Natawidjaja dan Moein Moesa (1991 : 72-73), didalam kegiatan membelajarkan siswa berhadapan dengan 2 aspek dari anak didik, yaitu aspek kematangan (naturation) dan aspek belajar (learning). Aspek kematangan adalah hasil proses perkembangan sifat-sifat perorangan anak didik yang berbeda-beda dan telah terbentk sejak sebelum lahir (pembawaan/bakat). Sedangkan aspek belajar adalah proses perubahan yang terus menerus terjadi dalam diri individu yang ditentukan oleh unsur keturunan, tetapi lebih banyk ditentukan oleh faktor dari luar (faktor eksternal). Perubahan tersebut bisa berupa pandangan hidup, perilaku, keterampilan, persepsi, motivasi atau gabungan dari unsur-unsur tersebut. Sedangkan belajar adalah suatu proses pembentukan, perubahan, penambahan atau pengurangan perilaku individu. Pembentukan atau perubahan itu bersifat menetap atau permanen dan disebabkan adanya latihan yang terarah. Djahiri (1986 : 12) mengemukakan bahwa : Belajar adalah proses internalisasi atau dialog atau transaksi internal siswa (pikiran, perasaan dan pengalaman) dan potensi internalnya itu sendiri atau dengan potensi eksternal lainnya (guru, siswa, kondisi, fakta, atau konsep) sehingga lahir tanggapan sebagaimana diharapkan (conditioned desired respons) serta melahirkan sesuatu atau sejumlah perubahan sebagaimana diharapkan (desire out comes). Dari pendapat di atas terlihat bahwa belajar merupakan suatu proses internalisasi, yakni potensi diri siswa dengan melibatkan potensi eksternal lainnya sehingga menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan. 29

18 Adapun pengertian belajar menurut Usman (2000:5) adalah sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Hamalik (2001:27) mengemukakan bahwa Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as themodification or stringing of behavior through experiencing). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan dalam tingkah laku yang dimanifestasikan dalam seluruh aspek psikomotor, kognitif, dan afektif. Perubahan tersebut harus bersifat menetap dalam diri individu masing-masing. Pada setiap saat dalam kehidupan terjadi suatu proses pembelajaran, disadari atau tidak disadari proses belajar mengajar ini akan diperoleh hasil, seperti yang dikatakan oleh Sardiman A.M (2000:23): Belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa perubahan pada individu-individu belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan perubahan ilmu pengetahuan, tetapi juga kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek tingkah laku seseorang. Menurut Natawidjaja dan Moesa (1992:73) mengemukakan bahwa pengertian belajar adalah : Proses perubahan yang terus-menerus terjadi dalam diri individu yang tidak ditentukan oleh unsur keturunan, tetapi lebih banyak ditentukan oleh faktor-faktor dari luar (eksternal). Perubahan itu mungkin terjadi dalam pandangan hidup, perilaku, ketrampilan, persepsi, motivasi ataupun gabungan dari unsur-unsur itu. Dengan demikian, pengertian belajar itu selalu menunjuk pada perubahan yang terjadi secara sistematis dalam perilaku anak didik. Perubahan 30

19 ini terjadi sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang ditemukan dalam situasi khusus. Apabila kita amati, dalam pembelajaran perlu diperhatikan pula beberapa aspek yang mendukung terhadap keberhasilan belajar yang diharapkan, dimana proses belajar yang diharapkan tidak hanya berlangsung di sekolah tetapi juga berlangsung di lingkungan keluarga ataupun masyarakat. Belajar yang dilakukan di sekolah waktunya terbatas, dibandingkan dengan belajar di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Oleh karena itu hasil belajar seseorang bukan hanya menjadi tanggung jawab pendidik saja, tetapi juga tanggung jawab semua pihak. Menurut Natawidjaya dan Moesa (1992:75) ada beberapa ciri belajar, antara lain: a. Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus. b. Belajar adalah perbuatan sadar, karena itu peristiwa belajar selalu mempunyai tujuan. c. Belajar hanya melalui pengalaman yang bersifat individual. Belajar hanya terjadi apabila dialami sendiri oleh orang yang bersangkutan, yang tidak digantikan oleh orang lain. d. Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh melibatkan keseluruhan tingkah laku yang mengintegrasikan semua aspekaspek yang terlibat di dalamnya, baik norma, fakta, sikap, pengertian, kecakapan maupun keterampilan. e. Belajar adalah proses interaksi, bukan sekedar proses penyerapan yang berlangsung tanpa usaha aktif dari individu yang belajar. f. Perubahan tingkah laku berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada yang komplek. Pendapat di atas merupakan ciri yang membedakan belajar dari kematangan, pertumbuhan atau insting, dalam proses belajar terjadi perubahan yang disengaja, dan tidak terjadi perubahan secara kebetulan, 31

20 proses belajar yang baik secara efetif dibawah bimbingan pendidik, tanpa tekanan dan paksaan, karena belajar pada dasarnya ditunjukkan oleh adanya perubahan tingkah laku melalui pengalaman pribadi yang tidak disebabkan kematangan, pertumbuhan atau insting. Dari pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat penulis simpulkan bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang dengan seluruh potensi dirinya (kognitif, afektif, psikomotor) untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil individu tersebut berinteraksi dengan diri dan lingkungannya. Maka jelas bahwa belajar merupakan perubahan yang secara sistematik dalam perilaku peserta didik secara terus menerus melalui proses pembelajaran. Selain itu, terdapat komponen lain yang baik secara langsung atau tidak langsung terkait dan dapat mempengaruhi proses dan kualitas pembelajaran yang meliputi : a. Raw input, adalah kondisi dan keberadaan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran (minat, sikap dan kebiasaan). b. Instrumental input, adalah sarana dan prasarana yang terkait dengan proses pembelajaran seperti metode, guru, teknik, media dan bahan pembelajaran. c. Environmental input, adalah situasi dan keberadaan lingkungan baik fisik, sosial maupun budaya, dimana kegiatan pembelajaran dilaksanakan. d. Expected output, merujuk pada rumusan normatif yang menjadi milik siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran. (Ibrahim,2002:51) 32

21 Empat komponen pembelajaran di atas sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran yang sedang berlangsung, mengingat komponen yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Oleh karena itu, sebaiknya guru sebelum memberikan pembelajaran, harus memperhatikan lingkungan sosial dan lingkungan sekitarnya yang bisa digali oleh siswa. Kemudian hal lain yang terdapat dalam pembelajaran adalah mekanisme pembelajaran. Dimana mekanisme pembelajaran ini dibagi dalam beberapa pokok bahasan yaitu, tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi serta tahap tindak lanjut. Berikut akan dipaparkan mengenai keempat tahapan pembelajaran sebagai berikut: 1) Tahap persiapan Tahap persiapan ini diawali dengan kesiapan guru dalam penguasaan bidang keilmuan yang menjadi kewenangannya, merupakan modal bagi terlaksananya proses pembelajaran yang baik. Guru yang professional dituntut untuk memiliki persiapan dan penguasaan yang cukup memadai, baik dalam bidang keilmuan maupun dalam merancang program pembelajaran yang akan disajikan. Persiapan proses pembelajaran menyangkut pula penyesuaian desain (rancangan) kegiatan belajar mengajar yang akan diselenggarakan. Adapun desain tersebut meliputi : tujuan, metode, sumber, evaluasi, dan kegiatan belajar siswa. 33

22 2) Tahap pelaksanaan Pelaksanaan proses pembelajaran menggambarkan dinamika kegiatan belajar siswa yang dipadu dan dibuat dinamis oleh guru. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dalam mengaplikasikan metodologi dan pendekatan pembelajaran secara tepat. Kompetensi profesional dari guru tersebut perlu dikombinasikan dengan kemampuan dalam memahami dinamika perilaku dan perkembangan yang dijalani oleh siswa. Adapun keberhasilan proses pembelajaran banyak tertumpu pada sikap dan belajar siswa, baik perorangan maupun kelompok. Tersedianya sumber belajar dengan memanfaatkan media pembelajaran secara tepat merupakan kondisi positif yang mampu mendorong dan memelihara kegiatan belajar siswa yang proaktif dan efektif. Memelihara suasana pembelajaran yang dinamis dan menyenangkan merupakan kondisi esensial yang perlu ditanamkan persepsi positif pada setiap diri siswa, bahwa kegiatan belajar merupakan peluang yang sangat berharga untuk memperoleh kesuksesan dan kemajuan sebagaimana yang dicita-citakan. 3) Tahap evaluasi Adapun yang dimaksud dengan evaluasi adalah alat yang digunakan untuk mengungkap taraf keberhasilan proses pembelajaran, khususnya untuk mengukur hasil belajar siswa. Melalui evaluasi dapat diketahui efektifitas proses pembelajaran dan tingkat pencapaian tujuan 34

23 yang telah diterapkan. Evaluasi yang baik adalah alat ukur yang tepat (valid), dapat dipercaya (reliable) dan memadai (adequate). Pengukuran tingkat keberhasilan siswa dapat dilakukan dengan cara menggunakan tes tertulis (written test), tes lisan (oral test) ataupun tes praktek (performance test). Evaluasi merupakan laporan (akhir) dari proses pembelajaran khusunya laporan tentang kemajuan prestasi belajar siswa. Evaluasi secara otomatis merupakan pertangungjawaban guru dalam pelaksanaan pembelajaran. 4) Tahap Tindak Lanjut Tahap ke-empat yaitu tindak lanjut dari proses pembelajaran dapat dipilah menjadi promosi dan rehabilitasi. Di mana promosi adalah penetapan untuk melangkah dan peningkatan lebih lanjut akan keberhasilan belajar siswa. Bentuk promosi bisa berupa melanjutkan bahasan atas materi pembelajaran atau keputusan tentang kenaikan kelas. Sedangkan rehabilitasi adalah perbaikan atas kekurangan yang telah terjadi dalam proses pembelajaran, khususnya apabila terjadi tingkat keberhasilan siswa yang kurang memadai. Adapun bentuk dari rehabilitasi dalam proses pembelajaran dikenal dengan istilah pengajaran remedial (remedial teaching). Kegiatan ini dilakukan untuk memperkuat penguasaan atau memperbaiki kekurangan yang telah dialami oleh siswa tertentu dalam kegiatan belajar sebelumnya. Bentuk pengajaran remedial berupa pelajaran tambahan, penambahan tugas-tugas, memperpanjang waktu 35

24 belajar terhadap siswa-siswa tertentu yang mengalaminya. Pengajaran remedial diakhiri dengan pelaksanaan ujian perbaikan atas kekuarangan yang dialami siswa sebelumnya. Dengan demikian Pembelajaran HAM merupakan proses belajar mengajar didalam kelas berkenaan dengan materi HAM, yang melibatkan komponen pembelajaran lainnya. Sedikitnya, ada empat hal yang harus dipersiapkan untuk mengadakan proses pembelajaran, yakni menetapkan tujuan, merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode dan evaluasi. 2. Pokok-Pokok Materi HAM Dalam pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Pendapat ini sejalan dengan Jerome Bruner yang dikutip oleh Sagala (2003 : 63) mengatakan bahwa Perlu adanya teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas. Sedangkan menurut Suwardi (2007 : 39) mengenai materi pokok yang terdapat dalam proses belajar mengajar didalam kelas yaitu bahwa : Materi pokok atau materi pembelajaran adalah pokok-pokok materi yang harus dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian belajar. Secara umum materi 36

25 pokok atau materi pembelajaran dapat diklarifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu : fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Hal ini menggambarkan bahwa orang yang berpengetahuan adalah orang yang terampil memecahkan masalah, mampu berinteraksi dengan lingkungannya dalam menguji hipotesis dan menarik generalisasi dengan benar. Jadi belajar dan pembelajaran diarahkan untuk membangun kemampuan berfikir dan kemampuan menguasai materi pelajaran, dimana pengetahuan itu sumbernya dari luar diri, tetapi dikontruksi dalam diri individu siswa. Materi HAM penuh dengan nilai dan moral yang perlu diperkenalkan kepada peserta didik. Hak asasi yang dimiliki manusia sebagaimana yang tertuang dalam berbagai konvensi dan peraturan perundangan ditujukan kepada kelompok atau perorangan tertentu. Selain Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang HAM yang berlaku di Indonesia, terdapat pula sejumlah konvensi yang perlu pula disosialisasikan kepada para peserta didik, seperti Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik; Konvensi Internasional tentang Hakhak Ekonomi, Sosial, dan Budaya; Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman lain yang kejam, tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia; Konvensi hak-hak anak. Menurut Hendarman yang dikutip dari Sapriya dan Udin Winataputra (2004 : 152) menyatakan bahwa : Apabila ada kesepakatan perlunya materi atau konsep-konsep HAM diajarkan di sekolah, sebaiknya dilakukan penjenjangan dalam konsep atau materi yang diajarkan atas dasar berbagai pertimbangan 37

26 termasuk utamanya memperhatikan tingkat usia dan perkembangan anak. Selain pertimbangan hal tersebut, maka untuk menentukan penjenjangan dimaksud, rujukan lain yang perlu diperhatikan ialah: (1) terjadinya keseimbangan antara pribadi negara, (2) kehidupan moral yang menjunjung tinggi martabat manusia, (3) semangat yang universal, dan (4) kepekaan terhadap sesama dan lingkungan. Senada dengan pendapat Hendarman yang berkaitan dengan diperlukannya materi atau konsep-konsep HAM untuk diajarkan di sekolah, bahwa materi HAM termasuk ke dalam ruang lingkup mata pelajaran PKn. Hal tersebut sebagaimana terdapat dalam tabel 1. Tabel 1. Ruang lingkup mata pelajaran PKn ASPEK SISTEM BERBANGSA DAN BERNEGARA SUB ASPEK 1. Persatuan bangsa dan Negara 2. Nilai dan norma ( agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum ) 3. Hak Asasi Manusia 4. Kebutuhan hidup warga negara 5. Kekuasaan dan politik 6. Masyarakat demokratis 7. Pancasila dan konstitusi negara 8. Globalisasi Sumber : Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA BSNP Depdiknas Berdasarkan tabel diatas terdapat materi mengenai HAM yang merupakan sub komponen rumpun bahan pelajaran mata pelajaran PKn. Materi HAM dalam PKn terdapat dalam substansi kajian PKN di Indonesia sebagaimana dimuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar isi ini merupakan hasil kerja tim Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang statusnya diperkukuh oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 38

27 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Substansi Kajian dan Uraian Materi Kajian PKn Tahun 2006 Topik Substansi Uraian Materi Kajian Kajian 1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa 2. Norma, Hukum, dan Peraturan 3. Hak Asasi Manusia 4. Kebutuhan Warga Negara 5. Konstitusi Negara Hidup rukun dalam perbedaan; Cinta lingkungan; Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia; Sumpah Pemuda; Keutuhan Negara Kesatuan republik Indonesia Partisipasi dalam pembelaan negara; Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia; Keterbukaan dan jaminan keadilan. Tertib dalam kehidupan keluarga; Tertib di sekolah; Norma yang berlaku di masyarakat; Peraturan-peraturan daerah; Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; Sistem hukum dan peradilan nasional; Hukum dan peradilan internasional. Hak dan kewajiban anak; Hak dan kewajiban anggota masyarakat; Instrumen nasional dan internasional HAM; Pemajuan, dan penghormatan HAM. Hidup gotong royong; Harga diri sebagai warga masyarakat; Kebebasan berorganisasi; Kemerdekaan mengeluarkan pendapat; Menghargai keputusan bersama; Prestasi diri; Persamaan kedudukan warga negara. Proklamasi kemerdekaan dan Konstitusi pertama; Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia; Hubungan dasar negara dengan konstitusi. 39

28 Pemerintahan desa dan kecamatan; Pemerintahan daerah dan otonomi; Pemerintah pusat; 6. Kekuasaan Demokrasi dan sistem politik; dan Politik Budaya politik; Budaya Demokrasi menuju masyarakat madani; Sistem pemerintahan; Pers dalam masyarakat demokrasi. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara; Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara; 7. Pancasila Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari; Pancasila sebagai ideologi terbuka. Globalisasi di lingkungannya; Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi; 8. Globalisasi Dampak globalisasi; Hubungan internasional dan internasional; Mengevaluasi globalisasi. Sumber : Laporan Kajian Mandiri Kewarganegaran, Samsuri 2008 : 66 Secara eksplisit kajian HAM dalam kurikulum PKn di Indonesia dimuat untuk kelas tertentu sejak jenjang SMP/MTs hingga SMA/MA. Di tingkat SD pembahasan HAM masih inklusif dengan substansi kajian lainnya, seperti dalam standar kompetensi Memahami Kebebasan Berorganisasi dan Menghargai Keputusan Bersama di kelas V Semester 2 SD. Di bagian lain, pembahasan HAM dalam Mata Pelajaran PKn di SMP/MTs dimulai pada Kelas VII Semester 2 sebagai berikut : a. Standar Kompetensi untuk Substansi Kajian HAM Mata Pelajaran PKn Tingkat SMP/MTs : 3. Menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan penegakan Hak Asasi Manusia (HAM). 40

29 b. Kompetensi Dasar untuk Substansi Kajian HAM Mata Pelajaran PKn Tingkat SMP/MTs : c. Menguraikan hakikat, hukum dan kelembagaan HAM d. Mendeskripsikan kasus pelanggaran dan upaya penegakan HAM e. Menghargai upaya perlindungan HAM f. Menghargai upaya penegakan HAM Sementara itu, kajian HAM untuk tingkat SMA/MA/SMK/MAK disajikan pada kelas X semester 1 dengan rincian sebagai berikut : a. Standar Kompetensi untuk Substansi Kajian HAM Mata Pelajaran PKn Tingkat SMA/MA/SMK/MAK : 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM b. Kompetensi Dasar untuk Substansi Kajian HAM Mata Pelajaran PKn Tingkat SMA/MA/SMK/MAK : 3.1 Menganalisis upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM 3.2 Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM di Indonesia 3.3 Mendeskripsikan instrumen hukum dan peradilan internasional HAM Jika dibandingkan dengan uraian substansi kajian PKn, materi HAM dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di tingkat SMP 41

30 nampak kurang memadai. Kajian HAM masih perlu dipertajam dalam pengembangan dan pengayaan materi pembelajaran di sekolah. Terlebih di tingkat sekolah dasar, persoalan HAM selain penting dan fundamental, juga perlu kecerdasan seorang guru untuk membumikan abstraksi HAM dalam sejumlah instrumen internasional dan nasional di ruang kelas dan pengalaman hidup siswa, sehingga pembelajaran HAM lebih bermakna. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang memadai agar tujuan PKn secara umum dan khususnya pembelajaran HAM mencapai tujuan yang diharapkan. C. PKn sebagai Media Pembelajaran HAM 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Terdapat dua istilah yang harus dijelaskan terlebih dahulu sebelum kita memahami konsep dari Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah tersebut adalah Civics (kewarganegaraan) dan Civics Education (Pendidikan Kewarganegaraan). Setiap individu memiliki dua bentuk kehidupan, yaitu kehidupan publik dan kehidupan pribadi. Istilah Civics lebih banyak bersangkut paut dengan kehidupan pribadi. Civics berkaitan dengan status seseorang dalam sebuah negara bangsa. Pada dasarnya, Civics lebih banyak mengatur hubungan individu dengan negara. Hubungan Civics (kewarganegaraan) dan Civics Education (Pendidikan Kewarganegaraan). Setiap individu memiliki dua bentuk kehidupan, yaitu kehidupan publik dan kehidupan pribadi. Istilah Civics lebih banyak bersangkut paut 42

31 dengan kehidupan publik namun tetap memperhatikan kehidupan pribadi. Civics berkaitan dengan status seseorang dalam sebuah negara-bangsa. Pada dasarnya Civics lebih banyak mengatur hubungan individu dengan negara. Hubungan tersebut bersifat publik karena dengan menjadi warga negara berarti menjadi bagian dari political community. Menurut Charter Van Good yang dimaksud dengan Civics adalah bagian atau cabang ilmu politik yang memfokuskan diri pada kajiannya tentang hak dan kewajiban warga negara``. Sedangkan menurut A.S Hornby, ``Civics merupakan suatu studi tentang pemerintahan kota, hakhak, serta kewajiban-kewajiban dari warga negara, dan sebagainya``. Dari kedua definisi yang telah disebutkan di atas dapat diketahui bahwa batasan-batasan Civics terfokus pada hak-hak dan kewajiban-kewajiban warga negara. Hubungan antara civics dengan civic education sangatlah erat. Untuk mendidik warga negara yang baik diperlukan adanya pendidikan kewarganegaraan (civics education). Pembentukan karakter warga negara selain bergantung pada kaidah dan hukum yang berlaku di negara tersebut juga bergantung pada sistem pendidikan yang dijalankan di negara tersebut. Pada dasarnya, dapat dikatakan bahwa Civics Education merupakan lanjutan dari Civics berupa pendidikan untuk mempraktekan bagaimana seharusnya seorang warga negara berperilaku, bersikap, dan merespon berbagai kejadian di lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu, Pendidikan 43

32 Kewaganegaraan yang dimaksud adalah pendidikan yang mampu mendidik siswa untuk menjadikan warga negara yang baik dalam memahami, mengemban, dan melaksanakan segala tanggung jawab sebagai warga negara. Civics pertama kali lahir di Amerika pada tahun Pada waktu itu yang menjadi fokus ajarannya hanya seputar civil government, yaitu khusus mempelajari tentang sistem pemerintahan saja. Tujuan dari diadakannya pelajaran Civics adalah untuk memupuk rasa nasionalisme pada warga negara Amerika yang pada saat itu baru merdeka. Namun tujuan tersebut ternyata tidak dapat tercapai karena yang diajarkan hanya sebatas sistem pemerintahan saja. Oleh karena itu, diadakan perombakan dan dibuatlah Civics sebagai pembelajaran kewarganegaraan Civics mempunyai tiga bahasan utama yaitu Economy Civics, Community Civics dan Vocational Civics. Pada tahapan selanjutnya Civics berganti nama menjadi Community Civics. Istilah Civics Education pertama kali ada pada awal tahun 1900 yang kemudian pada tahun 1945 mengubah namanya kembali menjadi Citizenship Education yang memfokuskan diri pada pembentukan karakter warga negara melalui jalur pendidikan formal. Perkembangan Civics Education (Pendidikan Kewarganegaraan) di Indonesia di mulai pada tahun 1960-an. Latar belakang pembelajaran Civics di Indonesia dipicu oleh keberagaman suku bangsa. Tujuan Civics diajarkan di Indonesia adalah untuk menjaga kebersatuan dan persatuan. 44

33 Civics pertama kali diperkenalkan di sekolah pada tahun 1962 dengan dimasukkan pada Kurikulum 1964 dan merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan Kemasyarakatan yang disatukan bersama-sama dengan ilmu bumi dan sejarah. Selanjutnya pada Kurikulum 1968 terjadi perubahan pengelompokkan mata pelajaran, yaitu Pendidikan Kemasyarakatan diganti menjadi Pendidikan Kewarganegaraan yang merupakan korelasi dari ilmu bumi, sejarah, dan pengetahuan kewarganegaraan. Pada perkembangan selanjutnya, Civics Education (PKN) di Indonesia tidak mengalami perubahan yang signifikan. Adapun perubahan yang dilakukan bukan mengenai substansinya namun lebih pada perubahan nama atau istilah. Tahun Pendidikan Kewarganegaraan berubah menjadi PMP Tahun PMP berubah menjadi PPKN Tahun PPKN + Suplemen Tahun PPKN + Budi Pekerti Tahun berubah kembali menjadi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam penjelasan pasal 37 Ayat (1) UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Berdasarkan hal tersebut menurut Winataputra dan Budimansyah (2007 : 156) bahwa : 45

34 Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya merupakan pendidikan kebangsaan atau pendidikan karakter bangsa. Semua imperatif atau keharusan itu menuntut perlunya penghayatan baru kita terhadap pendidikan kewarganegaraan sebagai suatu konsep keilmuan, instrumentasi, dan praksis pendidikan yang utuh, yang pada gilirannya dapat menumbuhkan civic intelligence dan civic participation serta civic responsibility sebagai anak bangsa dan warga negara Indonesia. PKn merupakan subjek pembelajaran yang memiliki tujuan untuk membentuk kepribadian bangsa, yakni sebagai upaya sadar bagi keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Senada dengan hal tersebut, menurut Somantri (2001 : 166) PKn memiliki pengertian sebagai berikut : Usaha sadar yang dilakukan secara ilmiah dan psikologis untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik agar terjadi internalisasi moral pancasila dan pengetahuan kewarganegaraan untuk melandasi tujuan pendidikan nasional, yang diwujudkan dalam integritas pribadi dan perilaku sehari-hari. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang menuntut nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 serta nilai-nilai luhur yang harus diberikan kepada para siswa dalam rangka mewujudkan generasi yang mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia. Dalam hal ini Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan nilainilai yang mendasari sikap dan tingkah laku yang diharapkan dari perbuatan manusia yang sesuai dengan norma yang telah diakui untuk dapat mencapai tujuan pendidikan moral. 46

35 Hakikat dari PKn adalah membina dan mengembangkan nilai moral Pancasila sehingga mempribadi dalam setiap langkah gerak kehidupan anak didik, yang mana hal tersebut dapat dilihat dari tujuan pendidikan nasional sebagai berikut : 1. Memberikan pengertian, pengetahuan dan pemahaman tentang Pancasila yang benar dan sah. 2. Meletakkan dan menanamkan pola berfikir yang sesuai dengan Pancasila dan watak kemanusiaan. 3. Menanamkan nilai-nilai moral Pancasila ke dalam diri anak didik. 4. Menggugah kesadaran anak didik sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia untuk selalu mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai moral Pancasila. 5. Memberikan motivasi agar setiap tingkah lakunya bertindak sesuai dengan norma-norma dan nilai Pancasila. Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan, bahwa PKn merupakan pendidikan nilai serta pendidikan yang membina keyakinan dalam diri manusia dan PKn tidak lain juga merupakan pendidikan nilai-nilai Pancasila dan aspek moral yang berhubungan dengan sikap tingkah laku dan perbuatan manusia, hal ini merupakan suatu hal yang sangat penting yang telah diakui dalam dirinya untuk mencapai tujuan pendidikan moral. Nilai moral Pancasila menjadi sistem nilai dan keyakinan diri dalam kehidupan serta menjadi landasan berfikir, bersikap, dan perbuatan 47

36 manusia, masyarakat dan negara Indonesia. Dengan kata lain tugas yang dibawakan dalam pengajaran PKn sangat berat karena menyangkut nilai, norma, moral yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Sehubungan dengan itu, PKn mencakup dimensi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), dan nilai-nilai (values) kewarganegaraan. Maka dari itu Pkn merupakan wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia, yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat, warga negara dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang dimaksud, adalah seperti yang tercantum dalam penjelasan Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39 ayat 2 yaitu : a. Perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai berbagai golongan agama. b. Perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab. c. Perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan. 48

37 d. Perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran pendapat, ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah dan mufakat. e. Serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Disamping itu PKn juga dimaksudkan sebagai usaha membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara sesama warga negara maupun antara warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. 2. Fungsi dan Tujuan PKn Fungsi utama dari PKn adalah sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa. Tujuan dari PKn sebagaimana tertuang dalam Kurikulum 2006 adalah sebagai berikut : a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi. 49

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. www.kangmartho.c om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (PKn) Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (PKn) Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan Berdasarkan UU Nomor

Lebih terperinci

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan

Lebih terperinci

C. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999

C. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999 6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan Hak mendapatkan pengajaran Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat C. Konsep

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: 09 Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Hak Asasi Manusia : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono*

STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono* STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn SMP @ Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono* PENDAHULUAN Standar Isi maupun SKL ( Lulusan) merupakan sebagian unsur yang ada dalam SNP (Standar Nasional

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB Mata Pelajaran Pendidikan Kewargaan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

HAK AZASI MANUSIA. Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd

HAK AZASI MANUSIA. Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd HAK AZASI MANUSIA Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd Hak Asasi Manusia (HAM) Universal Declaration of Human Right UU RI No. 39 Tahun 1999 Landasan Hukum HAM di Indonesia Universal Declaration of Human

Lebih terperinci

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR XVII /MPR/1998

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR XVII /MPR/1998 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA -------------- KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR XVII /MPR/1998 TENTANG HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Hak Asasi Manusia. Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Hak Asasi Manusia. Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Hak Asasi Manusia Modul ke: Pada Modul ini kita akan membahas tentang pengertian, tujuan, perkembangan pemikiran, permasalahan penegakan dan lembaga penegak hak asasi manusia neg Fakultas DESAIN SENI KREATIF

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA DOSEN PENGAMPU : HARI SUDIBYO S.KOM UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA NAMA: HERI SANTOSO NIM: 11.11.5151

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

PEMETAAN SK KD. Indikator Pencapaian Kompetensi. Menjelaskan pengertian norma, kebiasaan dan adat istiadat. Menjelaskan manfaat norma

PEMETAAN SK KD. Indikator Pencapaian Kompetensi. Menjelaskan pengertian norma, kebiasaan dan adat istiadat. Menjelaskan manfaat norma Mata Pelajaran : PPKn Kelas : VII Semester : 1 dan 2 Ruang lingkup mata pelajaran PPKn di SMP/MTs meliputi: PEMETAAN SK 1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan,

Lebih terperinci

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi MANAJEMENT MODUL 1 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA,

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

Modul ke: Hak Asasi Manusia. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

Modul ke: Hak Asasi Manusia. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi. Modul ke: Hak Asasi Manusia Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Pengertian HAM Hak asasi manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada diri manusia, dan tanpa hak-hak itu manusia

Lebih terperinci

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

B. Tujuan C. Ruang Lingkup 27. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah (MA)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A. Latar Belakang Pendidikan di diharapkan

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

KEWARGANEGARAAN NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika KEWARGANEGARAAN Modul ke: NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan Pengertian dan

Lebih terperinci

PLEASE BE PATIENT!!!

PLEASE BE PATIENT!!! PLEASE BE PATIENT!!! CREATED BY: HIKMAT H. SYAWALI FIRMANSYAH SUHERLAN YUSEP UTOMO 4 PILAR KEBANGSAAN UNTUK MEMBANGUN KARAKTER BANGSA PANCASILA NKRI BHINEKA TUNGGAL IKA UUD 1945 PANCASILA MERUPAKAN DASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Indonesia merupakan inti utama untuk menunjang pengembangan sumber daya manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA dalam UUD Negara RI tahun Dr.Hj. Hesti

HAK ASASI MANUSIA dalam UUD Negara RI tahun Dr.Hj. Hesti HAK ASASI MANUSIA dalam UUD Negara RI tahun 1945 Dr.Hj. Hesti HAK ASASI MANUSIA NASIONAL INTERNASIONAL LOKAL / DAERAH INTERNASIONAL dalam konteks pergaulan antar bangsa (Internasional) Penghargaan dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.Mata pelajaran PKn 2.1.1.1.Pengertian PKn SD Pendidikan kewarganegaraan SD adalah program pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai pancasila sebagai wahana

Lebih terperinci

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental Bab III Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental Sumber: http://www.leimena.org/id/page/v/654/membumikan-pancasila-di-bumi-pancasila. Gambar 3.1 Tekad Kuat Mempertahankan Pancasila Kalian telah

Lebih terperinci

Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sebagaimana lazimnya semua mata pelajaran, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki visi, misi, tujuan, dan ruang lingkup isi. Visi mata

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

Dikdik Baehaqi Arif

Dikdik Baehaqi Arif Dikdik Baehaqi Arif dik2baehaqi@yahoo.com PENGERTIAN HAM HAM adalah hak- hak yang secara inheren melekat dalam diri manusia, dan tanpa hak itu manusia Idak dapat hidup sebagai manusia (Jan Materson) PENGERTIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Sejarah Kelahiran Pendidikan Kewarganegaraan. pada saat itu merumuskan pengertian Civics dengan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Sejarah Kelahiran Pendidikan Kewarganegaraan. pada saat itu merumuskan pengertian Civics dengan: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan 1. Sejarah Kelahiran Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan pada awalnya diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1790

Lebih terperinci

Modul ke: HAK ASASI MANUSIA. 09Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

Modul ke: HAK ASASI MANUSIA. 09Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Modul ke: HAK ASASI MANUSIA Fakultas 09Teknik Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Tujuan Instruksional Khusus 1. Mengetahui pengertian hak asasi manusia (HAM) 2. Memahami tujuan (HAM) 3. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question 1 BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn (Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat semakin berkembang

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008 DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008 Mata Pelajaran : PPKn Kelas : VII ( TUJUH ) Hari, tanggal : Senin, 9 Juni 2008 Waktu : 60 Menit PETUNJUK UMUM:

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA. Pengertian HAM

HAK ASASI MANUSIA. Pengertian HAM HAK ASASI MANUSIA Pengertian HAM HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati yang fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP 2013 Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP Perhatian : Jawaban tertera pada kalimat yang ditulis tebal. 1. Di bawah ini merupakan harapan-harapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang mumpuni.

Lebih terperinci

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK A. SD/MI KELAS: I STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK Kompetensi Dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 1. Menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar dan terencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia dalam membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

(Analisis Semiotika Terhadap Film Garuda di Dadaku)

(Analisis Semiotika Terhadap Film Garuda di Dadaku) PENANAMAN DAN PENGEMBANGAN ASPEK PRESTASI DIRI DAN NILAI OPTIMISME DALAM FILM GARUDA DI DADAKU (Analisis Semiotika Terhadap Film Garuda di Dadaku) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: 09Fakultas Matsani EKONOMI DAN BISNIS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi & Rule of Law, SE.,MM. Program Studi AKUNTANSI PENGERTIAN HAM yaitu hak dasar yg dimiliki manusia sejak lahir sebagai

Lebih terperinci

KONSEP DASAR HAM. Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)

KONSEP DASAR HAM. Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) KONSEP DASAR HAM Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) Kompetensi Dasar : 3.1 Menganalisis upaya pemajuan, Penghormatan,

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA KELOMPOK 2: 1. Hendri Salim (13) 2. Novilia Anggie (25) 3. Tjandra Setiawan (28) SMA XAVERIUS BANDAR LAMPUNG 2015/2016 Hakikat Warga Negara Dalam Sistem Demokrasi Warga Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan bangsa, kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan bangsa, kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan bangsa, kualitas pendidikan yang baik akan melahirkan generasi muda yang dapat diandalkan untuk memajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi : 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai salah satu lembaga yang membantu pemerintah dalam menyiapkan generasi penerus bangsa bertanggung jawab dalam menangani masalah pendidikan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem politik Indonesia dewasa ini sedang mengalami proses demokratisasi yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan politik nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI EKSPERIMEN DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA) PROPOSAL TESIS Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak

Lebih terperinci

PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekua

PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekua Hak Azazi Manusia 2012 PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekuasaan atau wewenang yang dimiliki

Lebih terperinci

NAMA : WAHYU IFAN AGASTYO NIM : KELOMPOK : I (NUSA) DOSEN : Drs.Muhammad Idris STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

NAMA : WAHYU IFAN AGASTYO NIM : KELOMPOK : I (NUSA) DOSEN : Drs.Muhammad Idris STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MAKALAH RANCANGAN PANCASILA MENYANGKUT `HAM` NAMA : WAHYU IFAN AGASTYO NIM : 11.12.5850 KELOMPOK : I (NUSA) PROGRAM STUDI: S1 SISTEM INFORMASI DOSEN : Drs.Muhammad Idris STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Latar Belakang

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tertulis dalam Pembukaan UUD Negara Indonesia Tahun 1945 dalam Alinea

BAB I PENDAHULUAN. yang tertulis dalam Pembukaan UUD Negara Indonesia Tahun 1945 dalam Alinea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang tertulis dalam Pembukaan UUD Negara Indonesia Tahun 1945 dalam Alinea ke Empat yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu proses perubahan pada pembentuk sikap, kepribadian dan keterampilan manusia untuk menghadapi masa depan. Dalam proses pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia sebagai negara berkembang dalam pembangunannya membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia Indonesia yang pada

Lebih terperinci

Negara Hukum. Manusia

Negara Hukum. Manusia Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia Negara hukum / Rule of Law / Rechtsstaat yang bersumber dari pengalaman demokrasi konstitusional di Eropa Negara demokrasi adalah negara hukum, namun negara hukum belum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu merupakan hasil dari proses belajar. Belajar merupakan berbuat, memperoleh pengalaman tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting berkaitan dengan pembentukan karakter siswa. Pada dasarnya karakter yang dibentuk

Lebih terperinci

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk Australian Defence Force Staff di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Indonesia 10 September 2007

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemampuan bangsa dan negara. Hal ini karena pendidikan merupakan proses budaya yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Di Indonesia, hak organisasi diatur oleh undang-undang. Hak berorganisasi secara tidak langsung tersirat dalam pancasila, sebagai sumber hukum Indonesia, dan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan. Modul 1

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan. Modul 1 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Materi Kuliah Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan Modul 1 0 1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerus. Selaku

Lebih terperinci

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PPKn

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PPKn KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PPKn No 1 Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual 1.1. Memahami karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merosotnya moralitas bangsa terlihat dalam kehidupan masyarakat dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab, kesetiakawanan sosial (solidaritas),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. oleh tiap-tiap individu sebagai warga negara. Karena itu, apakah negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. oleh tiap-tiap individu sebagai warga negara. Karena itu, apakah negara tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesadaran berkonstitusi setiap warga negara merupakan sesuatu yang diidam-idamkan oleh negara manapun, namun hal itu tidak mudah, karena sadar atau taat

Lebih terperinci

KONSEPSI KAJIAN PKN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARANNYA

KONSEPSI KAJIAN PKN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARANNYA KONSEPSI KAJIAN PKN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARANNYA oleh: Samsuri FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MURRAY PRINT (1999; 2000) civic education yang mencakup kajian tentang pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter

Lebih terperinci

Mata Kuliah Kewarganegaraan

Mata Kuliah Kewarganegaraan Mata Kuliah Kewarganegaraan Modul ke: 01 Fakultas Design Komunikasi dan Visual Program Studi Pokok Bahasan PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN Dosen : Cuntoko, SE., MM. Informatika

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA.

HAK ASASI MANUSIA. HAK ASASI MANUSIA www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN HAM yaitu hak dasar yg dimiliki manusia sejak lahir sebagai anugrah Tuhan YME Menurut Tilaar, hak-hak yang melekat pada diri manusia dan tanpa hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Belajar Proses belajar mengajar merupakan aktivitas antara guru dengan siswa di dalam kelas. Dalam proses itu terdapat proses pembelajaran yang berlangsung akibat penyatuan

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI (SK) DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester

Lebih terperinci

BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA (MORAL)POLITIK

BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA (MORAL)POLITIK BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA (MORAL)POLITIK A. Pengertian Nilai, Moral, dan Norma 1. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin dan menyadarkan manusia akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Perempuan merupakan hak-hak dasar yang dijamin oleh Hak Asasi Manusia (HAM) sehingga patut untuk diketahui, dihargai, dihormati dan dijunjung tinggi oleh setiap

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-2

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-2 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-2 Substansi Hak dan Kewajiban asasi Manusia dalam Pancasila PANCASILA UNDANG UNDANG DASAR 1945 PASAL 28A -28J UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu mandiri sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan

Lebih terperinci

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pada Modul ini kita akan mempelajari tentang arti penting serta manfaat pendidikan kewarganegaraan sebagai mata kuliah

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Hak Asasi Manusia

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Hak Asasi Manusia Modul ke: 08 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Hak Asasi Manusia Fakultas EKONOMI Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc Sub Bahasan 1. Pengertian Hak Asasi Manusia 2. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA PASAL 1

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA PASAL 1 PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku. Karena

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin NEGARA = State (Inggris), Staat (Belanda),Etat (Perancis) Organisasi tertinggi

Lebih terperinci

PENGARUH KEAKTIFAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN PEMAHAMAN PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII

PENGARUH KEAKTIFAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN PEMAHAMAN PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII PENGARUH KEAKTIFAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN PEMAHAMAN PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 1 JUWIRING KABUPATEN KLATEN TAHUN 2009/2010

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERTEMUAN KE 8 OLEH : TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA Pancasila Material ; Filsafat hidup bangsa, Jiwa bangsa, Kepribadian bangsa, Sarana tujuan hidup bangsa, Pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah yang luas dan komplek, Indonesia harus bisa menentukan prioritas atau pilihan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju mundurnya suatu bangsa ditandai oleh sumber daya manusia yang bermutu. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu, itu diperlukan suatu upaya melalui

Lebih terperinci

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Maria Alfonsa Chintia Dea P. NIM : A12.2013.04844 Kelompok : A12.6701 FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI SISTEM

Lebih terperinci

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS.

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS. Modul ke: Kewarganegaraan Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan Fakultas Teknik Uly Amrina ST, MM Program Studi Teknik Industri Kode : 90003 Semester 1 2 SKS Deskripsi Mata

Lebih terperinci

MAKALAH HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA HAK ASASI MANUSIA

MAKALAH HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA HAK ASASI MANUSIA MAKALAH HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA HAK ASASI MANUSIA DISUSUN OLEH Nama : Brian kristover NIM : 11.11.5282 Kelompok : E Program Studi : S1 Jurusan : Teknik Informatika Dosen Pembimbing : Dr Abidarin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan kehidupan dalam masyarakat bangsa dan Negara, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan

Lebih terperinci