PENYUSUNAN ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYUSUNAN ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA"

Transkripsi

1

2 PENYUSUNAN ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

3

4

5

6

7 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan memasuki tahapan kedua yakni mencapai birokrasi yang berkinerja tinggi (Performance Based Beureaucracy) pada akhir tahun 2019, suatu proses yang harus dilalui. Keberhasilan dalam tahap pertama memberikan bekal yang cukup dalam menghadapi dan menata pada tahapan berikutnya. Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan merupakan dokumen yang digunakan sebagai alat bantu dalam pengukuran pencapaian kinerja serta monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan Reformasi Birokrasi di Kementerian Kesehatan dalam mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik. Road Map ini memuat program dan kegiatan yang selaras dengan sasaran strategis Kementerian Kesehatan dalam mendukung pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan. Melalui kesempatan ini saya mengharapkan dan mengajak kepada seluruh pegawai di Kementerian Kesehatan untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan dan kinerja individu yang akan bermuara pada kinerja organisasi. Kepada Tim Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan hendaknya mampu menjadi lokomotif dengan membuat terobosan yang inovatif dalam mengembangkan reformasi di lingkungan Kementerian Kesehatan dengan mengacu pada Road Map yang telah dibuat serta mengembangkan jejaring di setiap unit. Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan i

8 , semoga mampu mewujudkan sasaran guna mencapai Birokrasi yang berkinerja tinggi. Semoga upaya kita mendapat Ridho Allah SWT dan diberikan kemudahan dalam menjalankannya. Jakarta, 16 Mei 2016 Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp. M (K) ii

9 Daftar Isi KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii v viii I. PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1.1 Reformasi Birokrasi dan RPJMN Reformasi Birokrasi dan Renstra Kemenkes Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Penguatan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan II. KEMAJUAN DAN TANTANGAN REFORMASI BIROKRASI 2.1 Kemajuan Pelaksanaan Tantangan Permasalahan III. ARAH PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN KESEHATAN 3.1 Road Map Reformasi Birokrasi Tahun Agenda Kementerian Kesehatan Sasaran Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Ukuran Keberhasilan Strategi Area Perubahan yang diharapkan IV. STRATEGI PELAKSANAAN DAN PROGRAM REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN KESEHATAN 4.1 Strategi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi iii

10 4.2 Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi V. QUICK WINSS REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN KESEHATAN 5.1 Pendekatan Penjaringan Quick Winss Kementerian Kesehatan Penetapan Usulan Quick Wins Kementerian Kesehatan Penjelasan Usulan Quick Wins Kementerian Kesehatan VI. RENCANA AKSI REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN KESEHATAN 6.1. Tahapan Pencapaian Sasaran Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Kegiatan dan Tahapan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Rencana Aksi VII. MANAJEMEN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI 7.1 Organisasi Pelaksana Reformasi Birokrasi Uraian Tugas Tim Pelaksana RB Tata Kerja Tim Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Monitoring dan Evaluasi iv

11 Daftar Tabel Tabel 1 Delapan Area Perubahan Capaian Sasaran Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Tabel 2 Tabel Indeks Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Tabel 3 Isu Strategis-Agenda Prioritas RB Kementerian Kesehatan Tabel 4 Fungsi Pengintegrasian Sistem Berbasis TIK dan Penerapan E-government Tabel 5 Renstra, Isu Strategis-Agenda Prioritas, dan Arah Kebijakan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Tabel 6 Ukuran Keberhasilan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Tabel 7 Area Perubahan dan Hasil Yang diharapkan Tabel 8. Ketentuan atau Kriteria Cakupan AOC Tabel 9 Program Manajemen Perubahan Tabel 10 Kondisi yang diharapkan Program Penguatan Sistem Pengawasan Tabel 11 Kondisi yang diharapkan dari Program Penguatan Akunbilitas Kerja Tabel 12 Kondisi yang diharapkan dari Program Penguatan Kelembagaan Tabel 13 Kondisi yang diharapkan dari Program Penguatan Tatalaksana v

12 Tabel 14 Kondisi yang diharapkan dari Program Penguatan Sistem Manajemen SDM ASN Tabel 15 Kondisi yang diharapkan 0064ari Program Penguatan Perundang-undangan Tabel 16 Kondisi yang diharapkan dari Program Penguatan Kualitas Pelayanan Publik Tabel 17 Pemangku Kepentingan Utama Kementerian Kesehatan Tabel 18 Identifikasi 5 Keluaran Utama Kementerian Kesehatan.. 79 Tabel 19 Identifikasi Harapan Pemangku Kepentingan Utama terhadap Kementerian Kesehatan Tabel 20 Penilaian Tingkat Pencapaian Kinerja Saat ini Tabel 21 Peningkatan Kinerja Tabel 22 Kegiatan Terpilih yang akan dijadikan Quick Wins Tabel 23 Quick Wins Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Tabel 24 Tahapan Pencapaian Sasaran RB Kemenkes Berkinerja Tinggi yang Bersih dan Akuntabel Tabel 25 Tahapan Pencapaian Sasaran RB Kemenkes Berkinerja Tinggi yang Efektif dan Efisien Tabel 26 Tahapan Pencapaian Sasaran RB Kemenkes Berkinerja Tinggi memiliki Pelayanan Publik yang berkualitas Tabel 27 Kegiatan dan Tahapan Pelaksanaan Program Manajemen Perubahan Tabel 28 Kegiatan dan Tahapan Pelaksanaan Program Penguatan Sistem Pengawasan vi

13 Tabel 29 Kegiatan dan Tahapan Pelaksanaan Program Penguatan Akuntabilitas Kinerja Tabel 30 Kegiatan dan Tahapan Pelaksanaan Program Penguatan Kelembagaan Tabel 31 Kegiatan dan Tahapan Pelaksanaan Program Penguatan Tata Laksana Tabel 32 Kegiatan dan Tahapan Pelaksanaan Program Penguatan Sistem Manajemen SDM ASN Tabel 33 Kegiatan dan Tahapan Pelaksanaan Program Penguatan Paraturan Perundang-undangan Tabel 34 Kegiatan dan Tahapan Pelaksanaan Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Tabel 35 Pembagian Tim Asesor vii

14 Daftar Gambar Gambar 1 Strategi Pembangunan Nasional Gambar 2 Program Indonesia Sehat serta Kaitannya dengan Visi-Misi Presiden... 6 Gambar 3 Peta Strategi Pencapaian Visi Kementerian Kesehatan Gambar 4 Tujuan Jangka Panjang Pelaksanaan Reformasi Birokrasi... 9 Gambar 5 Keterkaitan Road Map Reformasi Birokrasi dengan RPJPN, RPJMN dan Renstra Kementerian Kesehatan Gambar 6 Faktor-faktor Pendukung Perlunya Penguatan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Gambar 7 Penilaian PMPRB dan Kemenpan RB atas Komponen Hasil Reformasi Birokrasi Kemenkes Gambar 8 Penilaian PMPRB dan Kemenpan RB atas Pencapaian Komponen Pengungkit Reformasi Birokrasi Kemenkes Gambar 9 Hubungan Pengarusutamaan RB Kemenkes dengan Peningkatan Kapasitas Birokrasi dan Kualitas Pelayanan Publik Gambar 10 Strategi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kemenkes Tahun dari Segi Proses Gambar 11 Manajemen Perubahan sebagai Lokomotif Reformasi Birokrasi Kemenkes Tahun Gambar 12 Organisasi Tim Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan viii

15 I. PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1.1 Reformasi Birokrasi dan RPJMN Reformasi Birokrasi dan Renstra Kemenkes Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Penguatan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan

16 1.1. Reformasi Birokrasi dan RPJMN Dalam Strategi Pembangunan Nasional , yang terdapat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) , tata kelola dan reformasi birokrasi merupakan kondisi perlu untuk mewujudkan 3 (tiga) dimensi pembangunan. Aspek yang lain untuk dapat mewujudkan 3 dimensi tersebut adalah kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi. Gambar 1. Strategi Pembangunan Nasional (Norma, Dimensi, dan Prasyarat Pembangunan Nasional) Dengan demikian, pelaksanaan reformasi birokrasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung pelaksanaan pembangunan nasional. Tanpa adanya dukungan tata kelola yang baik, target-target pembangunan nasional tidak mungkin dapat dicapai dengan baik pula. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permen PAN & RB) Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi menegaskan pentingnya keberlanjutan pelaksanaan reformasi birokrasi dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Hasil-hasil yang telah diperoleh dari 2

17 pelaksanaan reformasi birokrasi pada periode menjadi dasar bagi pelaksanaan reformasi birokrasi pada tahapan selanjutnya ( ). Karena itu, pelaksanaan reformasi birokrasi merupakan penguatan dari pelaksanaan reformasi birokrasi tahapan sebelumnya. Penguatan dilakukan melalui langkah-langkah umum sebagai berikut. 1. Memelihara dan atau meningkatkan/memperkuat. Reformasi birokrasi dilakukan melalui upaya memelihara dan atau meningkatkan/memperkuat area perubahan yang sudah mencapai kemajuan, sehingga terjadi perbaikan berkelanjutan. 2. Melanjutkan upaya-upaya perubahan. Reformasi birokasi dilakukan melalui upaya untuk melanjutkan langkah-langkah perubahan positif yang sedang berlangsung terhadap seluruh aspek dalam area perubahan. Langkah-langkah perubahan dilakukan dengan melihat berbagai pengalaman masa lalu, keterkaitannya dengan langkah-langkah perubahan lainnya, serta hasil pembelajaran dari instansi lain, sebagai upaya untuk mempercepat keberhasilan. 3. Mengidentifikasi masalah lain dan mencari solusi pemecahannya. Reformasi birokrasi dilakukan untuk menjawab secara cepat berbagai permasalahan baru yang muncul dalam penyelenggaraan pemerintahan. 4. Memperluas cakupan pelaksanaan reformasi birokrasi Reformasi birokrasi dilakukan dengan memperluas cakupan dari berbagai aspek yang belum tersentuh dan muncul sesuai dengan perkembangan terkini. Dalam lima tahun ke depan diharapkan melalui reformasi birokrasi pemerintah sudah beranjak ke tahapan pemerintahan yang berbasis kinerja dan pada tahun 2025 diharapkan pemerintahan sudah sampai pada tatanan pemerintahan yang dinamis. 3

18 1.2 Reformasi Birokrasi dan Renstra Kemenkes Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa setiap Kementerian perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Pembangunan nasional bidang kesehatan pada periode yang tercantum dalam RPJMN diarahkan untuk mencapai peningkatan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN bidang kesehatan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak. 2. Meningkatnya pengendalian penyakit. 3. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan. 4. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)Kesehatan. 5. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin. 6. Meningkatnya responsivitas sistem kesehatan. Selanjutnya, Kementerian Kesehatan menetapkan bahwa keenam sasaran pokok tersebut akan dicapai melalui Program Indonesia Sehat. Dengan telah ditetapkannya RPJMN , Kementerian Kesehatan kemudian menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun Renstra Kementerian Kesehatan Tahun merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif dan memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan serta menjadi acuan dalam penyusunan 4

19 rencana tahunan. Penyusunan Renstra Kementerian Kesehatan dilaksanakan melalui pendekatan teknokratik, politik, partisipatif, atasbawah (top-down), dan bawah-atas (bottom-up). Program Indonesia Sehat memiliki 3 pilar utama yaitu (1) Penerapan Paradigma Sehat, (2) Penguatan Pelayanan Kesehatan, dan (3) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), serta dilaksanakan dengan pendekatan keluarga. Dengan demikian Indonesia Sehat akan dicapai melalui pencapaian Keluarga-keluarga Sehat. Untuk daerah-daerah tertentu, yakni daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan (DTPK), diterapkan konsep Nusantara Sehat, dengan tujuan serupa, yakni tercapainya Keluarga Sehat. 1. Pilar Penerapan Paradigma Sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat; 2. Pilar Penguatan Pelayanan Kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan; 3. Sementara itu Pilar Jaminan Kesehatan Nasional dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya Untuk jelasnya dapat disimak Gambar 2 dibawah ini. 5

20 PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN 3 DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN MANUSIA VISI DAN MISI PRESIDEN TRISAKTI: Berdaulat di Bidang Politik; Mandiri di Bidang Ekonomi; Berkepribadian dalam Budaya 9 AGENDA PRIORITAS (NAWA CITA) Agenda ke 5: Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia PROGRAM INDONESIA PINTAR PENERAPAN PARADIGMA SEHAT RPJMN PROGRAM INDONESIA SEHAT RENSTRA PENGUATAN YANKES PROGRAM INDONESIA KERJA PROGRAM INDONESIA SEJAHTERA JAMINAN KES NAS (JKN) NORMA PEMBANGUNAN KABINET KERJA PENDEKATAN KELUARGA KELUARGA SEHAT Gambar 2. Program Indonesia Sehat serta Kaitannya Dengan Visi-Misi Presiden Dalam Renstra Kementerian Kesehatan disebutkan bahwa strategi Kemenkes merupakan rangkaian pencapaian sasaransasaran strategisuntuk mencapai tujuan Kementerian Kesehatan (T1 dan T2), dalam rangka mencapai visi dan misi Presiden. Terdapat 12 (dua belas) sasaran strategis yang secara hipotesis membentuk jalinan sebab-akibat untuk mewujudkan tercapainya T1 dan T2. Keduabelas sasaran strategis dikelompokkan ke dalam tiga lapisan, yaitu kelompok sasaran strategis pada aspek masukan (organisasi, sumber daya manusia, dan manajemen); kelompok sasaran strategis pada aspek penguatan kelembagaan; dan kelompok sasaran strategis pada aspek upaya strategis (lihat Gambar 3). 6

21 PROGRAM GENERIK & TEKNIS KEMENTERIAN PETA STRATEGI PENCAPAIAN VISI 2019 KEMENTERIAN KESEHATAN T1. MENINGKATNYA STATUS KESEHATAN MASYARAKAT AKI, AKB, % STUNTING, % RMH TANGGA PHBS, VISI & MISI VISI KEMENKES 2019 Masy Sehat Yg Mandiri & KEMENKES Berkeadilan (MENGIKUTI VISI & MISI KEMENKES MISI PRESIDEN) T2. MENINGKATNYA RESPONSIVENESS & PERLIN- DUNGAN MASY THD RISIKO SOSIAL & FINANSIAL DI BIDANG KESEHATAN % PASIEN YG PUAS, CAKUPAN JKN, % UNMET NEED, PEMANFAATAN BAHAN BAKU OBAT ARAH KEBIJAKAN & STRATEGI NASIONAL (RPJMN ) SASARAN STRATEGIS/PROGRAM (1) (2) (3) Meningkatnya Kesehatan Masyarakat Meningkatnya Pengendalian Penyakit Meningkatnya Akses & Mutu Faskes KERANGKA REGULASI: Percepatan Regulasi Penyempurnaan Sistem JKN ARAH KEBIJAKAN KEMENKES: Penguatan Primary Health Care (UKP dan UKM) Continum of Care thru Life Cycle Intervensi Berbasis Health Risk (4) Meningkatnya Jumlah, Jenis, (5) Meningkatnya Kemandirian, Kualitas, dan Pemerataan Tenaga Akses & Mutu Sediaan Farmasi Kesehatan (Obat, Vaksin, Biosimilar) & Alkes Meningkatnya Sinergitas Antar K/L Pusat & Daerah (6) Meningkatnya Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Bersih Meningkatnya Dayaguna Kemitraan (DN & LN) Meningkatnya Integrasi Perencanaan, Bimtek & Monev Meningkatnya Kompetensi & Kinerja Aparatur Kemenkes Meningkatnya Koordinasi & Efektivitas Litbangkes (9) Meningkatnya Sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi (10) (11) (12) (7) (8) KERANGKA PENDANAAN: Peningkatan Pendanaan Preventif & Promotif Peningkatan Efektivitas Pembiayaan Kesehatan KERANGKA KELEMBAGAAN: Peningkatan Efektivitas Organisasi Gambar 3. Peta Strategi Pencapaian Visi Kementerian Kesehatan A. Kelompok sasaran strategis pada aspek masukan. Dalam lapisan ini berlangsung proses-proses organisasi, sumber daya manusia dan manajemen yang merupakan fondasi dalam pencapaian sasaran-sasaran lainnya. Fondasi ini berupa pencapaian sasaran-sasaran strategis (SS) berikut. 1. Meningkatnya Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Bersih (SS10). 2. Meningkatnya Kompetensi dan Kinerja Aparatur Kementerian Kesehatan (SS11). 3. Meningkatnya Sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi (SS12). LINGKUNGAN STRATEGIS: GLOBAL, REGIONAL, NASIONAL 7

22 B. Kelompok sasaran strategis pada aspek penguatan kelembagaan. Dalam lapisan ini berlangsung upaya pencapaian sasaran-sasaran strategis sebagai berikut. 1. Meningkanya Sinergitas Antar kementerian/lembaga (SS6). 2. Meningkatnya Daya Guna Kemitraan DN & LN (SS7). 3. Meningkatnya Integrasi Perencanaan, Bimbingan Teknis serta Pemantauan dan Evaluasi (SS8). 4. Meningkatnya Efektivitas Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (SS9). C. Kelompok sasaran strategis pada aspek upaya strategis Dalam lapisan ini berlangsung upaya pencapaian sasaran-sasaran strategis sebagai berikut. 1. MeningkatnyaKesehatan Masyarakat (SS1). 2. MeningkatnyaPengendalian Penyakit (SS2). 3. MeningkatnyaAkses dan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan (SS3). 4. MeningkatnyaJumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga Kesehatan (SS4). 5. Meningkatnya Akses, Kemandirian dan Mutu Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (SS5). Dari Gambaran peta strategi Pencapaian Visi Kementerian Kesehatan dapat dilihat bahwa kelompok sasaran strategis pada aspek masukan dan penguatan kelembangan memberikan arti penting sebagai daya dukung dalam pencapaian sasaran strategis pada aspek upaya strategis. Dari sisi reformasi birokrasi dapat dikatakan bahwa aspek reformasi pelayanan publik (kelompok sasaran strategis pada aspek upaya strategis) akan didukung oleh aspek-aspek reformasi birokrasi lainnya (kelompok sasaran strategis pada aspek 8

23 input dan kelompok sasaran strategis pada aspek penguatan kelembagaan). 1.3 Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Melalui reformasi birokrasi, dalam lima tahun ke depan diharapkan pemerintahan sudah beranjak ke tahapan pemerintahan yang berbasis kinerja. Dengan demikian, pada tahun 2025 diharapkan pemerintahan sudah sampai pada tahapan pemerintahan yang dinamis. Gambar 4. Tujuan Jangka Panjang Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pemerintahan berbasis kinerja ditandai dengan beberapa hal, antara lain sebagai berikut. 1. Penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan dengan berorientasi pada prinsip efektif, efisien, dan ekonomis. 2. Kinerja pemerintah difokuskan pada upaya untuk mewujudkan outcomes (hasil). 9

24 3. Seluruh instansi pemerintah menerapkan manajemen kinerja yang didukung dengan penerapan sistem berbasis elektronik untuk memudahkan pengelolaan data kinerja. 4. Setiap individu pegawai memiliki kontribusi yang jelas terhadap kinerja unit kerja terkecil, satuan unit kerja di atasnya, hingga pada organisasi secara keseluruhan. Setiap instansi pemerintah, sesuai dengan tugas dan fungsinya, secara terukur juga memiliki kontribusi terhadap kinerja pemerintah secara keseluruhan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, dirumuskan sasaran reformasi birokrasi berikut. 1. Birokrasi yang bersih dan akuntabel. 2. Birokrasi yang efektif dan efisien. 3. Birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas. Di tingkat Kementerian Kesehatan, rencana pelaksanaan reformasi birokrasi dijabarkan dalam Road Map Reformasi Birokrasi yang menjadi panduan bagi pengelola reformasi birokrasi di tingkat Kementerian Kesehatan dalam melakukan langkah-langkah konkrit memperbaiki kualitas birokrasi Kementerian Kesehatan. Dari uraian yang sudah dimukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan harus menganut 2 (dua) prinsip dasar yaitu Prinsip Kesinambungan dan Prinsip Keselarasan. Kedua prinsip ini perlu ditegaskan untuk menjaga sinergisme semua aspek birokrasi dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang sudah ditetapkan. Prinsip Kesinambungan bermakna penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan tahun harus merupakan proses kesinambungan, yang secara konsisten melanjutkan capaian pelaksanaan reformasi yang ada sampai saat ini dengan mengacu pada hal-hal sebagai berikut. 10

25 a. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Tahun b. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2014 Tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Institusi Pemerintah. c. Progress Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan sampai dengan Desember tahun d. Profil pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan e. Surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi kepada Menteri Kesehatan Nomor B/319.1/M.PANRB/09/2015 tanggal 30 September 2015 tentang Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Prinsip keselarasan bermakna penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan harus selaras dengan: a. Amanat Undang Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJP Nasional b. Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) c. Peraturan Presiden Nomor 35 tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan. d. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015 tentang Roadmap Reformasi Birokrasi e. Dokumen Perencanaan Strategis Kementerian Kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK 02.02/Menkes /52/2015. Sebagaimana tercantum dalam Dokumen Grand Design Reformasi Birokrasi , Road Map Reformasi Birokrasi juga harus mengacu pada RPJPN (UU Nomor 17 Tahun 2007) 11

26 dan RPJMN (Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010). Untuk konteks Road Map Kementerian Kesehatan , keterkaitannya dalam hubungan sinergi perencanaan dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini. Gambar 5. Keterkaitan Road Map Reformasi Birokrasi dengan RPJPN, RPJMN dan Renstra Kementerian Kesehatan 1.4 Penguatan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Penguatan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan dilandasi pemahaman menyeluruh terhadap pencapaian reformasi birokrasi saat ini dan pilihan yang terbaik jalan untuk mencapai sasaran reformasi birokrasi , yaitu membangun pemerintahan berbasis kinerja. Sasaran reformasi birokrasi dan strategi implementasinya disusun berdasarkan pendekatan 8 (delapan) area perubahan, programprogram, prioritas, quick wins, dan rencana aksi. Sedangkan Renstra Kementerian Kesehatan Tahun disusun berdasarkan 12

27 pendekatan kinerja yang dikembangkan secara sistematis melalui 3 (tiga) kelompok sasaran strategis pada aspek masukan, aspek penguatan kelembangaan dan aspek upaya strategis untuk mencapai sasaran Pembangunan Kesehatan pada RPJMN Keselarasannya terletak pada pencapaian sasaran Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan ,yaknimembangun birokrasi Kementerian Kesehatan berbasis kinerja, sedangkan Renstra Kementerian Kesehatan disusun berdasarkan basis kinerja yang diterjemahkan secara detail dalam Matrik Target Kinerja Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Oleh sebab itu jelas bahwa keberhasilan Renstra Kementerian Kesehatan harus didukung oleh penguatan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan. Selain itu, perlunya penguatan Reformasi Birokrasi Kementerian juga dikarenakan adanya faktor internal lain dan faktor-faktor eksternal seperti pada Gambar 6 dibawah ini. INTERNAL KEMENKES HASIL-HASIL REFORMASI BIROKRASI KEMENKES REORGANISASI KEMENKES (TINDAK LANJUT PERPRES NO. 35 TH 2015) REFORMASI BIROKRASI KEMENKES EKSTERNAL KEMENKES UU NO. 40 TH 2004 (SJSN) PP NO. 46 TH 2014 (SIK) UU NO. 5 TH 2015 (ASN) ASEAN ECONOMIC COMM (2016) Gambar 6. Faktor-faktor Pendukung Perlunya Penguatan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Faktor Internal. Selain hasil-hasil Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan (baik capaian maupun tantangan permasalahan), perlunya penguatan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan dalam periode juga dikarenakan adanya reorganisasi Kementerian Kesehatan yang 13

28 merupakan tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun Dengan berubahnya struktur organisasi, sudah pasti diperlukan langkah-langkah berikutnya, khususnya penyusunan kembali orang-orang yang akan mengemban jabatan-jabatan baru (staffing, serta perumusan tatalaksana dan tata hubungan kerja (sistem dan prosedur kerja) baru. Langkah-langkah tindak lanjut tersebut harus diintegrasikan dengan langkah-langkah Reformasi Birokrasi agar tercapai organisasi dan birokrasi Kementerian Kesehatan yang bersih dan akuntabel, efektif dan efisien, serta memiliki pelayanan publik yang berkualitas. 2. Faktor-faktor Eksternal. Banyak faktor eksternal yang mendukung perlunya penguatan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan, namun yang terpenting adalah hal-hal berikut. a. Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Menurut Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional ditargetkan pada tahun 2019 semua penduduk Indonesia telah tercakup dalam JKN (Universal Health Coverage - UHC). Diberlakukannya JKN ini jelas menuntut dilakukannya peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan, baik pada fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) maupun fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (FKRTL), serta perbaikan sistem rujukan pelayanan kesehatan. Untuk mengendalikan beban anggaran negara yang diharuskan dalam JKN, diperlukan dukungan dari upaya kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif agar masyarakat tetap sehat dan tidak mudah jatuh sakit. Sementara itu, perkembangan kepesertaan JKN ternyata cukup baik. Sampai awal September 2014, jumlah peserta telah mencapai orang (105,1% dari target). Penambahan peserta yang cepat ini belum diimbangi dengan peningkatan jumlah fasilitas kesehatan, sehingga terjadi 14

29 antrian panjang yang bila tidak segera diatasi, kualitas pelayanan bisa turun. b. Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan. Peraturan Pemerintah (PP) ini mensyaratkan agar data kesehatan terbuka untuk diakses oleh unit kerja instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang mengelola SIK sesuai dengan kewenangan masing- masing. Jelas bahwa dengan demikian keterbukaan informasi di Kementerian Kesehatan harus semakin ditingkatkan. c. Penerapan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang memberi arah baru dalam pengembangan pegawai pemerintahan. Dalam ASN ada beberapa pendekatan yang berbeda dengan Undang- UndangKepegawaian sebelumnya yaitu mendorong penerapan sistem merit dalam promosi aparatur, mendorong transformasi manajemen ASN menuju human capital management, menjadikan ASN sebagai aset, dan menjadikan ASN sebuah profesi yang harus terus mengembangkan dirinya termasuk mengikuti serangkaian pelatihan. d. Mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) secara efektif pada tanggal 1 Januari Pemberlakuan ASEAN Community yang mencakup total populasi lebih dari 560 juta jiwa, akan memberikan peluang (akses pasar) sekaligus tantangan tersendiri bagi Indonesia. Implementasi ASEAN Economic Community mencakup liberalisasi perdagangan barang dan jasa serta investasi sektor kesehatan. Untuk itu perlu dilakukan upaya meningkatkan daya saing (competitiveness) dari fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan dalam negeri. Pembenahan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, baik dari segi sumber daya manusia, peralatan, sarana dan prasarana, maupun dari segi 15

30 manajemennya perlu digalakkan. Akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dan lain-lain) harus dilakukan secara serius, terencana, dan dalam tempo yang tidak terlalu lama. 16

31 II. KEMAJUAN DAN TANTANGAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN KESEHATAN 2.1 Kemajuan Pelaksanaan 2.2 Tantangan Permasalahan 17

32 2.1 Kemajuan Pelaksanaan Kemajuan pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan ditinjau dari 8 (delapan) area perubahan yang harus dicapai oleh Kementerian Kesehatan dalam Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan , sebagaimana tergambar dalam tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Delapan Area Perubahan Capaian Sasaran Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Sasaran Birokrasi (Hasil) 1. Birokrasi yang Bersih dan Bebas KKN 2. Birokrasi yang Efektif dan Efisien 3. Kualitas Pelayanan Publik Area Perubahan (Pengungkit) 1. Manajemen Perubahan 2. Penguatan Sistem Pengawasan 3. Penguatan Akuntabilitas Kinerja 1. Penguatan Kelembagaan 2. Penguatan Tata Laksana 3. Penguatan Sistem Manajemen SDM ASN 4. Penguatan Peraturan Perundangan 1. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 2. Quick Win Adapun data dan informasi yang digunakan untuk menyusun bab ini berasal dari berbagai dokumen yang diperoleh baik dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) maupun dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB). Dari perbandingan antara target Reformasi Birokrasi dengan hasil penilaian Kemenpan RB tahun 2014 dan hasil Penilaian Mandiri Program Reformasi Birokrasi (PMPRB) Kemenkes tahun 2015 (sampai dengan Mei 2015), dapat diketahui Gambaran hasil pencapaian sasaran seperti pada Gambar 7 dibawah ini. 18

33 25.00 Penilaian Hasil Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Organisasi Pemerintahan yang bersih dan bebas KKN Target RB Penilaian Kemenpan dan RB 2014 Penilaian Kemenkes 2015 Kulaitas Pelayanan Publik PENILAIAN HASIL Target RB Penilaian Kemenpan & RB Tahun 2014 Penilaian PMPRB Kemenkes 2015 I. Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Organisasi II. Pemerintahan yang bersih dan bebas KKN III. Kulaitas Pelayanan Publik Gambar 7. Penilaian PMPRB dan Kemenpan RB Atas Komponen Hasil Reformasi Birokrasi Kemenkes Sampai dengan akhir 2014 telah terjadi kemajuan dalam hal peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja Kemenkes, walaupun pencapaian nilainya (13,94) masih agak jauh dari target nilai yang telah ditetapkan (20,00). Dengan terus dilanjutkannya Reformasi Birokrasi di Kemenkes, pada awal tahun 2015 nilai sasaran ini, menurut PMPRB Kemenkes, telah meningkat lagi menjadi 15,72. Kemajuan yang cukup bermakna terjadi pada pencapaian sasaran peningkatan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN. Sampai dengan akhir 2014 telah tercapai nilai sebesar 8,48, yang berarti sudah dekat dengan target nilai yang telah ditetapkan (10,00). Bahkan menurut PMPRB Kemenkes, sampai dengan awal tahun 2015, target nilai peningkatan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN telah tercapai. 19

34 Demikian pula dengan pencapaian sasaran kualitas pelayanan publik. Sampai dengan akhir 2014 telah tercapai nilai 8,05, yang berarti sudah dekat dengan target nilai yang telah ditetapkan (10,00). Menurut PMPRB Kemenkes, sampai dengan awal tahun 2015, target nilai kualitas pelayanan publik juga telah tercapai. Hasil pencapaian nilai sasaran Reformasi Birokrasi tersebut di atas tentu tidak terlepas dari kemajuan-kemajuan yang dicapai faktorfaktor pengungkit sebagaimana tampak pada Gambar 8 dibawah ini. Perbandingan Nilai Pengungkit Target RB Penilaian Kemenpan dan RB 2014 Penilaian Kemenkes Manajemen Perubahan Penataan Peraturan Penataan dan Penataan Tatalaksana Perundang-undangan Penguatan Organisasi Penataan Sistem Manjemen SDM Penguatan Akuntabilitas Penguatan Pengawasan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik URAIAN POKJA Target RB Penilaian Kemenpan & RB Tahun 2014 Penilaian PMPRB Kemenkes 2015 I. Manajemen Perubahan II. Penataan Peraturan Perundang-undangan III. Penataan dan Penguatan Organisasi IV. Penataan Tatalaksana V. Penataan Sistem Manjemen SDM VI. Penguatan Akuntabilitas VII. Penguatan Pengawasan VIII. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Gambar 8. Penilaian PMPRB dan Kemenpan RB Atas Pencapaian Komponen Pengungkit Reformasi Birokrasi Kemenkes Manajemen perubahan mengalami kemajuan, sehingga mencapai nilai 3,43, walaupun angka itu masih agak jauh dari target nilai yang sebesar 5,00. Betapapun pada awal 2015, menurut PMPRB Kemenkes, nilai manajemen perubahan telah naik lagi nilainya menjadi 4,26. 20

35 Penataan peraturan perundang-undangan sampai dengan akhir 2014 telah mencapai nilai 3,13. Walaupun pada saat itu pencapaiannya masih agak jauh dari target nilai yang telah ditetapkan (5,00), menurut PMPRB Kemenkes target nilai akhirnya tercapai juga pada awal tahun Penataan dan penguatan organisasi juga mencapai kemajuan, yakni pada akhir 2014 telah mencapai nilai 2,82, walaupun masih cukup jauh dari target nilai yang sebesar 6,00. Sampai awal 2015 target nilai tersebut belum tercapai, namun sudah terjadi kemajuan, yang menurut PMPRB Kemenkes nilainya telah mencapai 5,01. Penataan tatalaksana yang ditargetkan mencapai nilai 5,00, pada akhir 2014 baru mencapai nilai 3,47 (masih agak jauh dari target). Tidak banyak kemajuan dicapai dalam penataan tatalaksana sampai dengan awal Menurut PMPRB Kemenkes, sampai dengan awal 2015, penataan tatalaksana baru mencapai nilai 3,88. Hal ini dapat dipahami sebab penataan tatalaksana adalah upaya tindak lanjut dari penataan organisasi. Karena sampai dengan awal 2015 penataan dan penguatan organisasi Kemenkes masih belum mencapai target nilai, maka dengan sendirinya penataan tatalaksananya pun belum banyak mengalami kemajuan. Penataan sistem manajemen SDM telah mencapai nilai 8,96 pada akhir Tetapi nilai ini ternyata masih jauh dari target nilai yang telah ditetapkan, yakni sebesar 15,00. Walaupun sampai dengan awal 2015 pencapaian masih meningkat lagi, tetapi menurut PMPRB Kemenkes baru mencapai nilai 13,36. Penguatan akuntabilitas, walaupun juga mengalami kemajuan, tetapi kemajuan tersebut masih belum sesuai harapan. Pada akhir 2014 ditargetkan mencapai nilai 6,00, dan pencapaiannya hanya 2,45. Walaupun sampai awal 2015 terjadi peningkatan, menurut menurut PMPRB Kemenkes nilainya baru mencapai 4,99. 21

36 Penguatan pengawasan yang ditargetkan mencapai nilai 12,00, pada akhir 2014 ternyata baru mencapai nilai 8,10. Sampai dengan awal 2015, menurut PMPRB Kemenkes, penguatan pengawasan telah mencapai nilai 10,70. Peningkatan kualitas pelayanan publik pada akhir 2014 telah mencapai nilai 4,26, yang berarti masih agak jauh dari target nilai yang sebesar 6,00. Namun demikian, selanjutnya terjadi kemajuan yang cukup bermakna dalam peningkatan kualitas pelayanan ini. Menurut PMPRB Kemenkes, sampai dengan awal 2015, peningkatan kualitas pelayanan telah mencapai nilai 5,40. PMPRB adalah penilaian terhadap pencapaian Reformasi Birokrasi yang dilakukan oleh internal Kementerian Kesehatan, yakni oleh Kelompok Kerja (Pokja) Monitoring dan Evaluasi. Nilai dari PMPRB ini selanjutnya diserahkan ke Kantor MenpanRB secara daring (online) untuk dievaluasi. Evaluasi yang dilakukan oleh Kemenpan RB pada umumnya memberikan nilai yang lebih rendah dibanding nilai dari PMPRB Kemenkes. Namun demikian, betapa pun telah terjadi peningkatan kinerja Reformasi Birokrasi di Kemenkes. Surat MenpanRB kepada Menteri Kesehatan Nomor B/3198.1/M.PANRB/09/2015 tanggal 30 September 2015 tentang Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi menyatakan bahwa Indeks Reformasi Birokrasi Kemenkes menjadi 72,07 (BB). Secara lebih terinci capaian tersebut dapat dilihat di Tabel 2 dibawah ini. No. A Tabel 2. Tabel Indeks Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Komponen Penilaian Pengungkit Nilai Maksimal Nilai Capaian % Capaian 1 Manajemen Perubahan 5,00 3,89 77, Penataan Peraturan Perundang-undangan Penataan dan Penguatan Organisasi 5,00 3,13 6,00 3,84 62,50 64,06 22

37 No. 4 5 Komponen Penilaian Penataan Tatalaksana Penataan Sistem Manajemen SDM Nilai Maksimal Nilai Capaian 5,00 3,60 15,00 11,50 % Capaian 71,90 76,67 6 Penguatan Akuntabilitas 6,00 3,85 64,16 7 Penguatan Pengawasan 12,00 8,22 68,54 Peningkatan Kualitas 8 Pelayanan Publik Sub Total Komponen Pengungkit B 1 2 Hasil Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Organisasi Pemerintah yang Bersih dan Bebas KKN 6,00 3,58 59,59 60,00 41,60 69,33 20,00 13,94 10,00 8,48 69,72 84,82 3 Kualitas Pelayanan Publik 10,00 8,05 80,50 Sub Total Komponen Hasil 40,00 30,48 76,19 INDEKS REFORMASI BIROKRASI 100,00 72,07 72,07 Secara khusus, surat Menpan RB tersebut memberikan apresiasi atas kemajuan pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Kesehatan dalam hal-hal sebagai berikut. 1. Telah dilaksanakannya pengisian jabatan pimpinan tinggi secara terbuka sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. 2. Pengukuran kinerja individu telah dilaksanakan berdasarkan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS. 3. Telah diterapkan sistem pemberian penghargaan kepada pegawai berprestasi seperti pengharagaan Satria Bhakti Husada yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 38 Tahun

38 4. Telah dioperasikan Halo Kemenkes sebagai sarana komunikasi untuk mempermudah stakeholders dalam menyampaikan pengaduan mengenai layanan Kementerian Kesehatan dan memperoleh informasi mengenai produk-produk Kementerian Kesehatan, baik produk regulasi maupun produk layanan lainnya. Di luar hal-hal yang mendapat apresiasi Menpan RB di atas, beberapa kemajuan lain yang perlu dicatat adalah sebagai berikut. 1. Telah terbentuk Tim Reformasi Birokrasi dan tersusun Road Map Reformasi Birokrasi Tahun Tim telah diperbarui dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/266/2015 tentang Tim Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan tanggal 9 Juli Selain itu juga sudah terbentuk Agent of Change secara formal dan sesuai ukuran organisasi, serta sudah mengikuti pelatihan sebagai role model dalam perubahan. 2. Telah terdapat kebijakan penanganan gratifikasi dan evaluasi terhadap kebijakan tersebut, public campaign secara berkala, laporan secara berkala tentang praktik gratifikasi, kebijakan penanganan pengaduan dan Whistle Blowing System, dan pelaksanaan kebijakan Penanganan Benturan Kepentingan. Di samping itu, telah disusun pula Dokumen Pencanangan Zona Integritas yang ditandatangani sesuai ketentuan dan ada Surat Keputusan tentang unit yang ditetapkan. Juga telah ada nota kesepahaman (Memorandum of Understanding-MoU) antara Kemenkes dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). 3. Telah disusun rencana pengembangan e-government di lingkungan Kemenkes dan telah ada kebijakan pimpinan tentang keterbukaan informasi publik. 4. Telah dilaksanakan analisis jabatan dan analisis beban kerja, perhitungan kebutuhan pegawai, disusun dokumen rencana redistribusi pegawai, disusun dokumen tentang proyeksi 24

39 kebutuhan 5 tahun, serta perhitungan formasi jabatan yang menunjang kinerja utama instansi. 5. Pengumuman penerimaan menjadi ASN telah disebarluaskan melalui berbagai media (misal: website, jejaring sosial, dsb), pendaftaran menjadi ASN dapat dilakukan secara online dan dapat segera diperoleh informasi mengenai kepastian status pendaftaran, seleksi jelas kriteria dan prosesnya (tahapan diumumkan secara terbuka, tidak terjadi KKN dan dapat dipertanggungjawabkan), dan pengumuman hasil seleksi dapat diakses oleh publik dengan mudah. 6. Telah dikembangkan sistem informasi kepegawaian yang dapat diakses oleh pegawai dan digunakan sebagai pendukung pengambilan kebijakan manajemen SDM, di mana seluruh unit organisasi terus memutakhirkan datanya. 7. Sistem pengendalian penyusunan peraturan perundangan telah mensyaratkan adanya rapat koordinasi, naskah akademis/ kajian/policypaper, dan paraf koordinasi, yang harus dipenuhi seluruhnya. 8. Telah terdapat kebijakan standar pelayanan publik yang mencakup kejelasan biaya, waktu, dan persyaratan perijinan, bukti inovasi pelayanan yang diciptakan dan bermanfaat bagi penerima pelayanan, media pengaduan pelayanan yang jelas, terbuka, dan telah ditetapkan unit pengelola pengaduannya, serta tersedia media untuk mengakses data hasil survei dengan mudah. 25

40 2.2 Tantangan Permasalahan Di samping kemajuan yang telah dicapai dan apresiasi dari KemenpanRB, Surat MenpanRB kepada Menteri Kesehatan Nomor B/3198.1/M.PANRB/09/2015 juga menyampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan Kementerian Kesehatan dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi, yaitu antara lain sebagai berikut. 1. Perlu diimplementasikannya sistem pengukuran kinerja yang berbasis elektronik. 2. Perlu diterapkannya penetapan kinerja individu yang terkait dengan kinerja organisasi dan sesuai dengan indikator kinerja individu level di atasnya, sehingga hasil penilaian kinerja individu dapat menjadi dasar untuk pemberian tunjangan kinerja. 3. Perlu dilakukannya pengukuran kesenjangan kompetensi bagi seluruh pegawai sebagai bahan untuk penyusunan rencana kebutuhan pendidikan dan pelatihan berorientasi pada peningkatkan kompetensi. 4. Perlu dilakukannya tindak lanjut rekomendasi atas hasil evaluasi Whistle Blowing System yang telah dilakukan. 5. Perlu diperluas ruang lingkup Reformasi Birokrasi hingga ke UPT- UPT yang berada dalam lingkungan organisasi Kementerian Kesehatan, terutama berkaitan dengan peningkatan pelayanan publik. Selain hal-hal yang yang disebutkan Menpan RB tersebut di atas, dapat diidentifikasi tantangan permasalahan lain sebagai berikut. 1. Birokrasi belum sepenuhnya bersih dan akuntabel. Beberapa tantangan dalam permasalahan ini adalah: Baru sebagian kecil pegawai Kemenkes yang telah mendapatkan sosialisasi dan internalisasi Road Map Reformasi Birokrasi. 26

41 Rencana Aksi dan Tindak Lanjut (RATL) Road Map Reformasi Birokrasi belum dikomunikasikan dan dilaksanakan. Belum semua unit organisasi di Kemenkes mengimplementasikan penanganan pengaduan masyarakat, menindaklanjuti hasil penanganan pengaduan masyarakat, serta penanganan pengaduan masyarakat pun belum dipantau dan dievaluasi secara berkala. Belum semua unit organisasi disosialisasi tentang Whistle Blowing System, dan Whistle Blowing System itu pun belum dipantau dan dievaluasi secara berkala. Penanganan Benturan Kepentingan belum dipantau dan evaluasi secara berkala, serta belum semua hasil evaluasi atas Penanganan Benturan Kepentingan telah ditindaklanjuti. Pembangunan zona integritas belum dilakukan secara intensif dan zona integritas yang telah ditentukan belum dipantau dan evaluasi secara berkala. Unit-unit organisasi di Kemenkes telah membangun Sistem Pengendalian Intern (SPI), tetapi belum melaksanakan penilaian risiko, melakukan kegiatan pengendalian untuk meminimalisir risiko yang telah diidentifikasi, serta SPI tidak secara berkala dipantau dan dievaluasi. Baru 1 (satu) unit kerja yang berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK), baru sebagian rekomendasi yang memerlukan komitmen pimpinan telah di tindaklanjuti, dan baru sebagian kecil fungsi pengawasan internal yang tertangani oleh SDM kompeten. 2. Birokrasi belum efektif dan efisien. Beberapa tantangan dalam permasalahan ini adalah: Belum semua unit organisasi memiliki peta proses bisnis yang sesuai dengan tugas dan fungsi, serta belum semua peta 27

42 proses bisnis telah dijabarkan dalam Prosedur Operasional Tetap (SOP). Belum semua unit organisasi menerapkan SOP, serta belum dilakukan analisis efisiensi dan efektivitas peta proses bisnis dan SOP. E-government di lingkungan internal dalam rangka mendukung proses birokrasi (misal: intranet, sistem perencanaan dan penganggaran, sistem data base SDM, dll) dan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat (misal: website untuk penyediaan informasi kepada masyarakat, sistem pengaduan) belum terintegrasi. E-government untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dalam tingkatan transaksional (masyarakat dapat mengajukan perijinan melalui website, melakukan pembayaran, dll) belum terintegrasi. Belum semua peraturan perundang-undangan yang tidak harmonis/sinkron diidentifikasi, dianalisis, dan dipetakan, upaya revisi atas peraturan perundang-undangan yang tidak harmonis/tidak sinkron belum selesai dilakukan, serta evaluasi atas pelaksanaan sistem pengendalian penyusunan peraturan perundang-undangan belum dilakukan secara berkala. 3. Pelayanan publik belum mencapai kualitas yang diharapkan Belum semua kegiatan sosialisasi/pelatihan telah dilakukan dalam upaya penerapan budaya pelayanan prima, dan sistem reward&punishment bagi pelaksana layanan belum diimplementasikan. Belum semua jenis pelayanan dibuatkan SOP, review dan perbaikan atas standar pelayanan dan SOP belum dilaksanakan secara berkala dan melibatkan stakeholders. 28

43 Belum seluruh SOP pengaduan pelayanan dibuat, belum semua pengaduan pelayanan untuk perbaikan kualitas pelayanan ditindaklanjuti, dan evaluasi atas penanganan keluhan/masukan belum dilakukan secara berkala. Survei kepuasan masyarakat terhadap pelayanan belum dilakukan secara berkala, dan belum semua hasil survei kepuasan masyarakat ditindaklanjuti. Belum semua pelayanan telah menerapkan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan, dan perbaikan teknologi informasi tidak dilakukan secara terus menerus. 29

44 III. ARAH PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN KESEHATAN 3.1 Road Map Reformasi Birokrasi Tahun Agenda Kementerian Kesehatan Sasaran Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan 3.4 Ukuran Keberhasilan 3.5 Area Perubahan Yang Diharapkan 30

45 3.1 Road Map Reformasi Birokrasi Tahun Road Map Reformasi Birokrasi berdasarkan Permenpan RB Nomor 11 Tahun 2015 telah menempatkan Nawacita menjadi arahan pelaksanaan reformasi birokrasi untuk tahun Nawacita Nomor 2 menyebutkan frasa membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.secara utuh dapat dilihat dalam penjelasannya sebagai berikut. Kami memberikan prioritas pada upaya pemulihan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.diikuti dengan upaya mewujudkan tata kelola pemerintahan yang transparan.dengan meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, mewajibkan instansi pemerintah pusat dan daerah untuk membuat laporan kinerja serta membuka akses informasi publik seperti diatur dalam UU No. 12 Tahun Kami juga akan secara konsisten menjalankan agenda reformasi birokrasi secara berkelanjutan dengan restrukturisasi kelembagaan, perbaikan kualitas pelayanan publik, meningkatkan kompetensi aparatur, memperkuat monitoring dan supervisi atas kinerja pelayanan publik, serta membuka ruang partisipasi publik melalui citizen charter dalam UU Kontrak Layanan Publik. Mendorong partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan publik dengan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan badan publik yang baik. Penyebutan secara spesifik komitmen untuk menjalankan reformasi birokrasi dan pelayanan publik, dapat dilihat pada butir 12 agenda yang diberi perhatian khusus dalam Visi-Misi pemerintah Joko Widodo dan Jusuf Kalla, sebagai berikut. 31

46 Kami berkomitmen menjalankan Reformasi Birokrasi dan pelayanan publik. Dalam kebijakan Reformasi Birokrasi dan pelayanan publik, kami akan memberi penekanan pada 5 (lima) prioritas utama berikut. a. Kami akan mengambil inisiatif penetapan payung hukum yang lebih kuat dan berkesinambungan bagi agenda reformasi birokrasi. Hal ini penting untuk memberikan kepastian dan kesinambungan perhatian terhadap arah, tahapan, strategi, dan capaian reformasi birokrasi di Indonesia. b. Kami akan menjalankan aksi-aksi konkrit untuk restrukturisasi kelembagaan yang cenderung gemuk, baik di kelembagaan pemerintah pusat yang berada di bawah Presiden maupun kelembagaan Pemerintah Daerah melalui revisi UU Pemerintahan Daerah. c. Kami akan menjalankan secara konsisten UU Aparatur Sipil Negara sehingga tercipta aparatur sipil negara yang kompeten dan terpercaya. d. Kami berkomitmen memberantas korupsi di kalangan aparatur sipil negara dengan memastikan komitmen terbuka dan terekspos dari Presiden untuk secara tegas menegakkan aturan yang terkait dengan korupsi. e. Kami akan melakukan aksi-aksi bagi perbaikan kualitas pelayanan publik. Perbaikan layanan publik dilakukan dengan berbagai cara: meningkatkan kompetensi aparatur, memperkuat monitoring dan supervisi atas kinerja pelayanan publik, serta membuka ruang partisipasi publik melalui citizen charter dalam UU Kontrak Layanan Publik. Pada tahapan lima tahun kedua tahun sesuai Grand Design Reformasi Birokrasi, Reformasi Birokrasi memasuki tahapan penguatan. Tahapan penguatan bertujuan menciptakan performance based bureaucracy. Arah kebijakan ini menjadi acuan 32

47 Kementerian/Lembaga dalam melaksanakan program-program konkrit guna memperbaiki kualitas birokrasi pemerintahan, sehingga Road Map Reformasi Birokrasi yang disusun memenuhi prinsip-prinsip reformasi birokrasi yang menekankan kepada prinsip outcomes oriented, terukur, efisien, efektif, realistik, konsisten, sinergi, inovatif, kepatuhan, dan dimonitor. 3.2 Agenda Kementerian Kesehatan A. Agenda Kementerian Kesehatan dalam Renstra Langkah penyusunan Road Map reformasi birokrasi di Kementerian Kesehatan harus memperhatikan keberadaan Renstra Kementerian Kesehatan tahun Renstra Kementerian Kesehatan menjadi entry point dalam kegiatan penyusunan Road Map reformasi birokrasi pada tingkat mikro ini. Terkait hal itu, Kementerian Kesehatan pada tahun 2015 telah menyusun dan memiliki Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun , yang disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan R.I NomorHK /MENKES/52/2015. Renstra Kemenkes ini merupakan pelaksanaan amanah Undang-undang R.I Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang mengharuskan kementerian memiliki Rencana Strategis yang disusun secara berkala lima tahunan. Sasaran strategis terkait agenda reformasi birokrasi pada Renstra Kemenkes adalah sebagai berikut. 1. Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih, dengan sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut. a. Persentase satuan kerja yang diaudit dan memiliki temuan kerugian negara 1% sebesar 100%. 33

48 2. Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur Kementerian Kesehatan, dengan sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut. a. Persentase pejabat struktural di lingkungan Kementerian Kesehatan yang kompetensinya sesuai persyaratan jabatan sebesar 90%. b. Persentase pegawai Kementerian Kesehatan dengan nilai kinerja minimal baik sebesar 94%. 3. Meningkatnya sistem informasi kesehatan terintegrasi, dengan sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut. a. Persentase Kabupaten/Kota yang melaporkan data kesehatan prioritas secara lengkap dan tepat waktu sebesar 70%. b. Persentase tersedianya jaringan komunikasi data yang diperuntukkan bagi akses pelayanan e-health sebesar 50%. 4. Meningkatnya akses dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan dengan sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut. a. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskemas yang terakreditasi sebanyak b. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertfikasi akreditasi nasionalsebanyak 481 kabupaten/kota. 5. Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauan-evaluasi, dengan sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut. a. Jumlah provinsi yang memiliki rencana lima tahun dan anggaran kesehatan terintegrasi sebanyak 34 provinsi. 34

49 b. Jumlah rekomendasi pemantauan evaluasi terpadu sebanyak 100 rekomendasi. Kelima sasaran utama Kementerian Kesehatan ini akan menjadi arahan dalam penyusunan Road Map Kementerian Kesehatan B. Isu-Isu Strategis-Agenda Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Isu strategis-agenda Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hal-hal berikut. (i) Isu-agenda strategis Reformasi Birokrasi Makro (Nasional), yaitu bahwa reformasi birokrasi tahapan memasuki tahapan penguatan dengan tujuan tercapainya birokrasi pemerintah yang berbasis kinerja; (ii) Tuntutan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, sampai ke daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (iii) Lingkungan strategis (peraturan perundangan, lingkungan internal dan eksternal Kementerian Kesehatan), yaitu terkait dengan organisasi Kemenkes, SDM Aparatur dan pemberlakuan peraturan di bidang kesehatan dan lainnya. (iv) Capaian Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan dengan hasil capaian sangat baik (BB/72,07). Memperhatikan kaitan isu strategis-agenda Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan dengan empat hal tersebut di atas, maka dapat dirumuskan agenda prioritas Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan sebagaimana tercantum dalam tabel 3 berikut ini. 35

50 Tabel. 3. Isu Strategis-Agenda Prioritas RB Kementerian Kesehatan No Isu Strategis Agenda Prioritas a. RB Kemenkes Secara Umum (a) Perluasan ruang lingkup implementasi Reformasi Birokrasi Kemenkes hingga lingkup UPT dan Unit Pelayanan Lainnya milik Pusat. (b) Pengintegrasian sistem berbasis TIK dan penguatan lembaga dan SDM pengelolanya dalam rangka mewujudkan Birokrasi Kemenkes yang lebih efektif dan efisien. (c) Penguatan manajemen pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kemenkes melalui peningkatan anggaran, penguatan fungsi organisasi dan tata kerja Tim Reformasi Birokrasi. (d) Peningkatan kompetensi dan kinerja Tim RB, Asesor dan Agent of Change (AoC). (e) Peningkatan persepsi positif pemangku kepentingan terhadap Reformasi Birokrasi Kemenkes. (f) Peningkatan engagement pegawai terhadap RB Kemenkes. (g) Pencapaian Quick Wins Reformasi Birokrasi Kemenkes b. Pengawasan (a) Penguatan sistem pengaduan yang berindikasi kerugian negara yang terintegrasi di Kemenkes. (b) Sinergi pengawasan internal dan eksternal. (c) Penguatan pelaksanaan Whistle Blowing System di semua unit organisasi. (d) Peningkatan pelaksanaan benturan kepentingan di semua unit organisasi (e) Peningkatan pelaksanaan SPIP di unit-unit organisasi (f) Pembangunan unit-organisasi Kemenkes untuk mendapat predikat WBK dan WBBM 36

51 No Isu Strategis Agenda Prioritas (g) Peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM APIP c. Akuntabilitas Kinerja (a) Penyempurnaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) (b) Pembangunan/pengembangan sistem dan teknologi informasi dalam manajemen kinerja untuk pengukuran/pelaporan akuntabilitas kinerja Kemenkes berbasis TIK (c) Pelibatan secara aktif unsur pimpinan dalam penyusunan, penetapan sertapemantauan dan evaluasi pencapaian kinerja secara berkala. (d) Pelaporan kinerja Kemenkes secara terbuka. d. Kelembagaan (a) Pelembagaan Reformasi Birokrasi ke dalam Organisasi Kemenkes. (b) Penyesuaian organisasi Kemenkes dengan perkembangan dan tantangan (c) Sinergisme organisasi Kemenkes dengan organisasi Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota. e. Ketatalaksanaan (a) Perluasan penerapan e-government Yang terintegrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan dikementerian Kesehatan (b) Penerapan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan di Kementerian Kesehatan (c) Penerapan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik di Di Kementerian Kesehatan (d) Penerapan sistem kearsipanyang handal di Di Kementerian Kesehatan f. SDM Aparatur (a) Penetapan kinerja individu ASN Kemenkes yang terkait kinerja organisasi dan indikator kinerja individu level di atasnya untuk pemberian tunjangan kinerja. 37

52 No Isu Strategis Agenda Prioritas (b) Pengukuran kesenjangan kompetensi bagi seluruh pegawai untuk penyusunan rencana pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi. (c) Penetapan dan penerapan secara konsisten terbuka sistem promosi dan pola karir berbasis kompetensi ASN Kemenkes. (d) Penyempurnaan sistem diklat untuk mendukung kinerja. (e) Penguatan reward and punishment secara fair. (f) Penguatan budaya disiplin, integritas, budaya kerja, dan budaya melayani ASN Kemenkes. (g) Penyempurnaan pemutakhiran dan pengintegrasian sistem informasi kepegawaian Kemenkes. g. Peraturan Perundang- Undangan (a) Harmonisasi peraturan perundang-undangan untuk tahun berjalan. (b) Penguatan pengendalian penyusunan peraturan perundang-undangan di Kemenkes (c) Penguatan pengendalian penyusunan peraturan perundang-undangan di Kemenkes h. Pelayanan Publik (a) Penguatan sistem pelayanan satu atap Kemenkes berbasis TIK. (b) Modernisasi sistem dan manajemen Pelayanan Publik (SDM, ICT, Standar Pelayanan). (c) Peningkatan akses dan mutu pelayanan publik sampai ke tingkat UPT milik Pusat. (d) Monitoring dan Supervisi Kinerja pelayanan public 38

53 C. Pengarusutamaan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Road Map Reformasi Birokrasi di tingkat makro telah menetapkan pengarusutamaan diarahkan untuk memperkuat kapasitas birokrasi dan mendorong partisipasi masyarakat. Pengarusutaman Reformasi Birokrasi tingkat Kementerian Kesehatan akan diarahkan pada upaya memperkuat kapasitas birokrasi Kementerian Kesehatan sampai ke seluruh unit kerja Pusat dan unit pelaksana teknis (UPT) Pusat yang ada di daerah. Tujuannya adalah tercapainya kinerja penguatan pelayanan birokrasi Kementerian Kesehatan melalui: (i) peningkatan akses pelayanan kesehatan, (ii) optimalisasi sistem rujukan, (ii) peningkatan mutu layanan kesehatan, (iii) pendekatan continum of care dan (iv) intervensi berbasis risiko kesehatan. Pengarusutamaan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan dilaksanakan dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Penguatan peran komunikasi dan pelayanan masyarakat untuk memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan dan akses informasi. Di internal peran komunikasi diperkuat dalam rangka sosialisasi dan internalisasi agenda Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan. 2. Perluasan agenda reformasi birokrasi Kementerian Kesehatan hingga lingkup UPT Kemenkes. 3. Peningkatan integritas dan kompetensi SDM, nilai inti dan budaya birokrasi Kementerian Kesehatan. 4. Modernisasi birokrasi melalui komputerisasi dan pengintegrasian sistem berbasis TIK. Dari keempat pengarusutamaan reformasi birokrasi yang disebutkan di atas, modernisasi birokrasi melalui komputerisasi dan pengintegrasian sistem berbasis TIK memiliki peran pengungkit terbesar dalam menciptakan Kementerian Kesehatan yang efektif dan 39

54 efisien.modernisasi organisasi juga akan mampu mendorong meningkatnya kapasitas birokrasi dalam peningkatan kualitas pelayanan masyarakat di Kementerian Kesehatan. Modernisasi birokrasi melalui komputerisasi dan pengintegrasian sistem berbasis TIK dapat meningkatkan diseminasi, interaksi, transaksi, kolaborasi, dan transformasi sebagaimana disajikan table 4 berikut ini. Tabel. 4. Fungsi Pengintegrasian Sistem Berbasis TIK dan Penerapan E-government No Fungsi Penjelasan 1. Diseminasi Sarana untuk memudahkan penyebarluasan informasi terkait semua aspek dari Kementerian Kesehatan 2. Interaksi 3. Transaksi Sarana untuk bisa lebih akrab melalui: Pelaporan yang melibatkan partisipasi masyarakat. Forum, diskusi, tanya-jawab, tematik dengan moderator. Survei, jajak pendapat. Sarana pendukung pelaksanaan kegiatan dan layanan Kementerian Kesehatan. Kebutuhan masyarakat. Kebutuhan Kemenkes. 4. Kolaborasi Sarana untuk memudahkan terjadinya kolaborasi. 5. Transformasi Sarana untuk mengubah budaya kerja Kementerian Kesehatan. 40

55 Peningkatan Kapasitas Birokrasi dan Kualitas Pelayanan Publik Pengarusutamaan "2" Perluasan Agenda Reformasi Pengarusutamaan "4" Modernisasi Birokrasi Kemenkes Pengarusutamaan "3" Peningkatan Kapasitas SDM Pengarusutamaan "1". Peguatan Peran Komunikasi & Pelayanan Masyarakat Gambar 9. Hubungan Pengarusutamaan RB Kemenkes dengan Peningkatan Kapasitas Birokrasi dan Kualitas Pelayanan Publik Dengan demikian hubungan keempat pengarustamaan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan dalam meningkatkan kapasitas birokrasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik dapat di gambarkan sebagai berikut. 3.3 Sasaran Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Mengacu pada Road Map Reformasi Birokrasi berdasarkan Permen PAN & RB Nomor 11 Tahun 2015 dapat ditetapkan bahwa hasil (output) yang diharapkan dari Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan periode adalah terwujudnya birokrasi Kementerian Kesehatan yang berkinerja tinggi. Adapun sasarannya adalah: 1. Birokrasi Kementerian Kesehatan yang bersih dan akuntabel. 2. Birokrasi Kementerian Kesehatan yang efektif dan efisien. 41

56 3. Birokrasi Kementerian Kesehatan yang memiliki pelayanan publik berkualitas. Mencermati apa yang sudah dicapai saat ini, isu strategis dan agenda prioritas, serta pengarusutamaan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan, maka arah kebijakan yang sesuai untuk mencapai ketiga sasaran reformasi birokrasi tersebut adalah sebagai berikut. 1. Birokrasi Kementerian Kesehatan yang bersih dan akuntabel Arah kebijakan Kementerian Kesehatan untuk mencapai sasaran ini adalah sebagai berikut. a. Peningkatan integritas dan kompetensi, serta pembentukan mental model dan nilai inti aparatur birokrasi Kementerian Kesehatan yang bersih dan melayani. b. Penurunan tingkat penyimpangan, baik yang berakibat kerugian negara maupun yang tidak berakibat kerugian negara, melalui peningkatan capaian rata-rata Opini WTP per-satuan kerja di Kementerian Kesehatan. c. Peningkatan unit organisasi Kementerian Kesehatan yang berpredikat WBK, WBBM. d. Penguatan pelaksanaan Whistle Blowing System dari sudut evaluasi, penanganan dan tindak lanjut. e. Peningkatan implementasi SPIP. f. Penyempurnaan sistem manajemen dan pelaporan kinerja untuk meningkatkan satuan kerja di Kementerian Kesehatan yang akuntabel. g. Penerapan open government. 2. Birokrasi Kementerian Kesehatan yang efektif dan efisien Arah kebijakan Kementerian Kesehatan untuk mencapai sasaran ini adalah sebagai berikut. 42

57 a. Peningkatan ruang lingkup dan kualitas pelaksanaan Agenda Reformasi Birokrasi sampai ke seluruh unit Kementerian Kesehatan dan UPT Pusat. b. Peningkatan sinergitas perencanaan, bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi pembangunan kesehatan dengan provinsi di seluruh Indonesia. c. Modernisasi birokrasi melalui komputerisasi dan pengintegrasian sistem berbasis TIK. d. Pengembangan dan peningkatan penerapan e-government secara terintegrasi. e. Peningkatan penerapan manajemen ASN Kementerian Kesehatan yang transparan, kompetitif, berbasis merit untuk mewujudkan ASN yang profesional dan bermartabat. f. Peningkatan kompetensi dan kinerja aparatur Kementerian Kesehatan baik pejabat struktural maupun pejabat fungsional. 3. Peningkatan kualitas regulasi Kementerian Kesehatan melalui peningkatan keterlibatan publik. Birokrasi Kementerian Kesehatan yang memiliki pelayanan publik berkualitas Arah kebijakan Kementerian Kesehatan untuk mencapai sasaran ini adalah sebagai berikut. a. Peningkatan sistem informasi kesehatan (SIK) untuk layanan laporan data kesehatan dan jaringan komunikasi untuk akses layanan. b. Peningkatan akses fasilitas dan peningkatan pelayanan kesehatan di UPT Kemenkes. c. Penguatan peran komunikasi dan pelayanan masyarakat untuk memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan dan akses informasi. 43

58 d. Penguatan kelembagaan, manajemen pelayanan publik dan kapasitas pengelolaan kinerja pelayanan publik Kementerian Kesehatan. 44

59 Tabel 5. Renstra, Isu Strategis-Agenda Prioritas, dan Arah Kebijakan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Renstra Kemenkes Terkait dengan Isu Strategis-Agenda Prioritas Arah Kebijakan RB Kemenkes RB 2019 Renstra Kemenkes Terkait Birokrasi Bersih dan Akuntabel adalah sebagai berikut. 1. Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih, dengan sasaran yang akan dicapai: a. Persentase satuan kerja yang dilakukan audit memiliki temuan kerugian negara 1% sebesar 100%. 2. Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur Kemenkes, dengan sasaran yang akan dicapai: a. Meningkatnya persentase pegawai Kemenkes dengan nilai kinerja minimal baik A. RB Kemenkes Tingkat Pusat c. Perluasan ruang lingkup implementasi RB Kemenkes hingga, UPT-UPT dilingkungan Kementerian Kesehatan. d. Pengintegrasian sistem berbasis TIK dan penguatan lembaga dan SDM pengelolanya dalam rangka mewujudkan Birokrasi Kemenkes yang lebih efektif dan efisien. e. Penguatan manajemen pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kemenkes melalui peningkatan anggaran, penguatan fungsi organisasi dan tata kerja Tim Reformasi Birokrasi. f. Peningkatan kompetensi dan kinerja Tim RB, Asesor dan 1. Birokrasi Kementerian Kesehatan yang bersih dan akuntabel a. Peningkatan integritas dan kompetensi, serta pembentukan mental model dan nilai inti Aparatur Birokrasi Kementerian Kesehatan yang bersih dan melayani. b. Penurunan tingkat penyimpangan, baik yang berakibat kerugian negara maupun yang tidak berakibat kerugian negara, melalui peningkatan capaian rata-rata Opini WTP per satuan kerja di Kementerian Kesehatan. c. Peningkatan unit organisasi Kementerian Kesehatan yang berpredikat WBK, WBBM. 45

60 Renstra Kemenkes Terkait dengan RB sebesar 94%. b. Persentase pegawai Kementerian Kesehatan dengan nilai kinerja minimal baik sebesar 94%. 3. Meningkatnya sistem informasi kesehatan terintegrasi, dengan sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut. a. Persentase Kabupaten/Kota yang melaporkan data kesehatan prioritas secara lengkap dan tepat waktu sebesar 70%. b. Persentase tersedianya jaringan komunikasi data yang diperuntukkan bagi akses pelayanan e-health sebesar 50%. 4. Meningkatnya akses dan mutu Isu Strategis-Agenda Prioritas Agent of Change (AoC). g. Peningkatan persepsi positif pemangku kepentingan terhadap RB Kemenkes. h. Peningkatan engagement pegawai terhadap RB Kemenkes. i. Pencapaian Quick Wins RB Kemenkes B. Akuntabilitas Kinerja a. Pengelolaan dan pengukuran akuntabilitas kinerja Kemenkes berbasis TIK yang dapat diakses oleh seluruh ASN. b. Pelibatan secara aktif unsur pimpinan dalam penyusunan, penetapan serta pemantauan dan evaluasi pencapaian kinerja secara berkala. c. Pelaporan kinerja Kemenkes secara terbuka. Arah Kebijakan RB Kemenkes d. Penguatan pelaksanaan Whistle Blowing System dari sudut evaluasi, penanganan dan tindak lanjut. e. Peningkatan implementasi SPIP. f. Penyempurnaansistem manajemen dan pelaporan kinerja untuk meningkatkan satuan kerja di Kementerian Kesehatan yang akuntabel. g. Penerapan open government. 2. Birokrasi Kementerian Kesehatan yang efektif dan efisien a. Peningkatan ruang lingkup dan kualitas pelaksanaan Agenda Reformasi Birokrasi sampai ke seluruh unit Kementerian Kesehatan dan UPT Pusat. b. Peningkatan sinergitas perencanaan, bimbingan teknis, pemantauan dan 46

61 Renstra Kemenkes Terkait dengan RB fasilitas pelayanan kesehatan dengan sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut. a. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskemas yang terakreditasi sebanyak b. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertfikasi akreditasi nasionalsebanyak 481 kabupaten/kota. 5. Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauan-evaluasi, dengan sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut. a. Jumlah provinsi yang memiliki rencana lima tahun dan anggaran kesehatan Isu Strategis-Agenda Prioritas C. Pengawasan a. Penguatan sistem pengaduan yang berindikasi kerugian negara yang terintegrasi di Kemenkes. b. Penguatan pelaksanaan Whistle Blowing System disemua unit organisasi. c. Peningkatan penanganan benturan kepentingan di semua unit organisasi d. Peningkatan pelaksanaan SPIP di unit-unit organisasi e. Pembangunan unit-organisasi Kemenkes untuk mendapat predikat WBK dan WBBM di Kemenkes. f. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM APIP. D. Kelembagaan a. Pelembagaan Reformasi Arah Kebijakan RB Kemenkes evaluasi pembangunan kesehatan dengan provinsi di seluruh Indonesia. c. Modernisasi birokrasi melalui komputerisasi dan pengintegrasian sistem berbasis TIK. d. Pengembangan dan peningkatan penerapan e- Government secara terintegrasi. e. Peningkatan penerapan manajemen ASN Kementerian Kesehatan yang transparan, kompetitif, berbasis merit untuk mewujudkan ASN yang profesional dan bermartabat. f. Peningkatan kompetensi dan kinerja aparatur Kementerian Kesehatan baik pejabat struktural maupun pejabat fungsional. 47

62 Renstra Kemenkes Terkait dengan RB terintegrasi dari berbagai sumber sebanyak 34 provinsi. b. Jumlah rekomendasi pemantauan evaluasi terpadu sebanyak 100 rekomendasi. Isu Strategis-Agenda Prioritas Birokrasi ke dalam Organisasi Kemenkes. b. Penyesuaian organisasi Kemenkes dengan perkembangan dan tantangan. c. Sinergisme organisasi Kemenkes dengan organisasi Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota. E. Ketatalaksanaan a. Penyiapan proses bisnis birokrasi yang sederhana, cepat, dan terintegrasi (review dan penyempurnaan). b. Pelaksanaan asessment TIK Kemenkes menuju sistem TIK terintegrasi, efektif dan efisien. c. Harmonisasi SOP Kementerian Kesehatan. d. Pemantapan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Nasional Arah Kebijakan RB Kemenkes g. Peningkatan kualitas regulasi Kementerian Kesehatan melalui peningkatan keterlibatan publik. 3. Birokrasi Kementerian Kesehatan yang memiliki pelayanan publik berkualitas a. Peningkatan sistem informasi kesehatan (SIK) untuk layanan laporan data kesehatan dan jaringan komunikasi untuk akses layanan. b. Peningkatan akses fasilitas dan peningkatan pelayanan kesehatan di UPT Kemenkes. c. Penguatan peran komunikasi dan pelayanan masyarakat untuk memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan dan akses informasi. d. Penguatan kelembagaan, 48

63 Renstra Kemenkes Terkait dengan RB Isu Strategis-Agenda Prioritas terintegrasi dan berbasis TIK. e. Mengembangkan e-government secara terintegrasi. F. SDM Aparatur a. Penetapan kinerja individu ASN Kemenkes yang terkait kinerja organisasi dan indikator kinerja individu level di atasnya untuk pemberian tunjangan kinerja. b. Pengukuran kesenjangan kompetensi bagi seluruh pegawai untuk penyusunan rencana pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi. c. Penetapan dan penerapan secara konsisten terbuka sistem promosi dan pola karir berbasis kompetensi ASN Kemenkes. d. Penyempurnaan sistem diklat untuk mendukung kinerja. e. Penguatan reward and Arah Kebijakan RB Kemenkes manajemen pelayanan publik dan kapasitas pengelolaan kinerja pelayanan publik Kementerian Kesehatan. 49

64 Renstra Kemenkes Terkait dengan RB Isu Strategis-Agenda Prioritas punishment secara fair. f. Penguatan budaya disiplin, integritas, budaya kerja, dan budaya melayani ASN Kemenkes. g. Penyempurnaan pemutakhiran dan pengintegrasian sistem informasi kepegawaian Kemenkes. G. Peraturan Perundang-Undangan a. Harmonisasi peraturan perundang-undangan untuk tahun berjalan. b. Penguatan pengendalian penyusunan peraturan perundang-undangan di Kemenkes. c. Penguatan pengendalian penyusunan peraturan perundang-undangan di Kemenkes. d. Penguatan partisipasi pemangku Arah Kebijakan RB Kemenkes 50

65 Renstra Kemenkes Terkait dengan RB Isu Strategis-Agenda Prioritas kepentingan dalam penyusunan peraturan perundang-undangan bidang kesehatan. H. Pelayanan Publik a. Penguatan sistem pelayanan satu atap Kemenkes berbasis TIK. b. Modernisasi sistem dan manajemen Pelayanan Publik (SDM, ICT, Standar Pelayanan). c. Peningkatan akses dan mutu pelayanan publik sampai ke tingkat UPT milik Pusat. Arah Kebijakan RB Kemenkes 51

66 3.4. Ukuran Keberhasilan Ukuran keberhasilan dan indikator untuk mengukur pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan diambil dari Permen PAN & RB Nomor 11 Tahun 2015, dan peraturan yang terkait. Ukuran keberhasilan tersebut adalah sebagaimana tercantum pada tabel 6 di bawah ini. Sasaran Tabel 6. Ukuran Keberhasilan Reformasi Birokrasi Indikator Keberhasilan Satuan Base Line Target Opini WTP Atas Laporan Keuangan K/L 2. Tingkat Kapabilitas APIP % Skor Birokrasi yang Bersih dan Akuntabel 3. Tingkat Kematangan Implementasi SPIP 4. Satuan Pemerintah yang Akuntabel (Skor B Atas SAKIP) K/L Skor 1-5 % , Penggunaan e- Procurement untuk belanja pengadaan % Birokrasi yang Efektif dan Efisien 1. Indeks Reformasi Birokrasi Rata-rata Nasional K/L 2. Indeks Profesionalitas ASN Skor Skor Birokrasi dgn Pelayanan Publik yang 3. Indeks e Govermant Nasional K/L 1. Indeks Integritas Pelayanan Publik Pusat Skor 1-4 Skor ,66 3,4 7,

67 Sasaran Indikator Keberhasilan Satuan Base Line Target 2019 Berkualitas 2. Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) % Presentasi Kepatuhan Pelaksanaan UU Pelayanan Publik (Zona Hijau) Kementerian % Area Perubahan Yang Diharapkan Untuk menjamin tercapainya sasaran Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan diperlukan kejelasan hasil yang diharapkan dari setiap area perubahan. Hasil yang diharapkan merupakan pemahaman yang utuh dari capaian Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan dan isu strategis terkait dengan target yang harus dicapai dalam masing-masing area perubahan. Hasil yang diharapkan dalam 8 (delapan) area perubahan reformasi birokrasi ada di tabel 7 berikut ini. 53

68 Area Perubahan 1. Mental Aparatur 2. Pengawasan 3. Akuntabilitas Tabel 7. Area Perubahan dan Hasil Yang diharapkan Hasil yang diharapkan Ruang lingkup implementasi RB Kemenkes hingga UPT Kementerian Kesehatan. Meningkatnya penerapan/internalisasi asas, prinsip, nilai dasar, kode etik, dan kode perilaku, termasuk penguatan budaya kerja dan budaya pelayanan di Kemenkes. Meningkatnya profesionalisme aparatur Kemenkes. Meningkatnya citra positif aparatur Kemenkes sebagai pelayan masyarakat. Meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan aparatur Kemenkes. Semakin baik dan terintegrasinya penanganan pengaduan yang berindikasi kerugian negara di Kemenkes. Meningkatnya Pelaksanaan Whistle Blowing System di Kemenkes. Semakin sedikitnya temuan benturan kepentingan di semua unit organisasi Kemenkes. Semakin meningkatnya jumlah unit kerja yang memperoleh predikat WBK dan WBBK di Kemenkes. Meningkatnya penerapan SPIP di semua unit organisasi Kemenkes. Meningkatnya kapasitas APIP Kemenkes. Pengelolaan dan pengukuran kinerja Kemenkes berbasis TIK yang dapat diakses oleh seluruh aparatur. Meningkatnya kualitas penerapan sistem pengadaan barang dan jasa yang adil, transparan, dan profesional. Meningkatnya keterlibatan secara aktif unsur pimpinan di Kemenkes dalam penyusunan, penetapan, pemantauan dan evaluasi pencapaian kinerja secara berkala. Terlaksananya pelaporan kinerja Kemenkes secara terbuka. 54

69 4. Kelembagaan 5. Tatalaksana Area Perubahan 6. Sumber daya manusia aparatur sipil negara Hasil yang diharapkan Meningkatnya kualitas pelaksanaan agenda Reformasi Birokrasi Kemenkes. Meningkatnya ketepatan ukuran, ketepatan fungsi dan sinergisme kelembagaan Kemenkes. Menurunnya tumpang tindih tugas dan fungsi antar unit organisasi di Kemenkes. Terlaksananya kajian organisasi secara berkala untuk mengantisipasi tantangan organisasi Kemenkes ke depan. Meningkatnya sinergisme kelembagaan antara instansi pemerintah pusat dan daerah di bidang kesehatan. Percepatan penerapan sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, cepat, terukur, sederhana, transparan, partisipatif, dan berbasis e-government di Kemenkes. Terselesaikannya semua proses bisnis birokrasi Kemenkes yang sederhana, cepat dan harmonis. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi organisasi melalui komputerisasi dan TIK yang terintergasi. SIK yang terintegrasi didukung kualitas SDM yang semakin baik. Meningkatnya kemampuan unit yang mengelola SDM ASN untuk mewujudkan SDM aparatur yang kompeten dan kompetitif di Kemenkes. Meningkatnya penerapan manajemen SDM aparatur yang berbasis merit di Kemenkes. Meningkatnya penerapkan manajemen kinerja individu untuk mengidentifikasi dan meningkatkan kompetensi SDM aparatur di Kemenkes. Terbentuknya talent pool (kelompok suksesi) untuk pengembangan karier pegawai di Kemenkes. Terlaksananya pengukuran kesenjangan kompetensi bagi seluruh pegawai secara berkala untuk penyusunan rencana pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi. Semakin baiknya sistem informasi manajemen SDM yang terintegrasi di Kemenkes. 55

70 Area Perubahan 7. Peraturan Perundang-undangan 8. Pelayanan Publik Hasil yang diharapkan Semakin baiknya pelaksanaan reward and punishment secara fair di Kemenkes. Meningkatnya profesionalisme aparatur Kemenkes. Terdapatnya daftar peraturan yang telah dan akan direvisi berdasarkan periodisasi tahunan; Meningkatnya kualitas regulasi Kemenkes yang melindungi, berpihak pada publik, harmonis, tidak tumpang tindih dan mendorong iklim kondusif bagi publik. Terlaksananya mekanisme partisipasi pemangku kepentingan dalam penyusunan peraturan perundang-undangan. Meningkatnya kualitas proses bisnis, standar pelayanan, SOP, kepuasan masyarakat dan sistem monitoring dan evaluasi pelayanan publik semua unit kerja pelayanan Kemenkes. Meningkatnya kinerja dan mutu pelayanan publik sampai UPT Kemenkes. Sistem penilaian, evaluasi kinerja dan tindak lanjut di Kemenkes yang semakin baik dalam meningkatkan kualitas pelayan publik semua unit organisasi kemenkes. 56

71 IV. STRATEGI PELAKSANAAN DAN PROGRAM REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN KESEHATAN 4.1 Strategi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 4.2 Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi 57

72 4.1. Strategi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Strategi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan pada dasarnya adalah suatu carayang dipilih dan digunakan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan periode Sebagaimana telah dikemukakan di Bab I, Reformasi Birokrasi periode memasuki tahapan penguatan dari pelaksanaan reformasi birokrasi tahapan sebelumnya ( ). Kondisi saat ini, berupa hasil-hasil yang telah diperoleh dari pelaksanaan reformasi birokrasi pada periode , menjadi dasar bagi pelaksanaan reformasi birokrasi pada tahapan hal-hal yang sudah tercapai dengan baik harus dipelihara, dilanjutkan, ditingkatkan/diperkuat, dan bahkan diperluas cakupannya.sedangkan hal-hal yang belum tercapai dengan baik harus dipecahkan permasalahan dan dihadapi tantangannya melalui pembentukan/ penciptaan, penerapan dan pelaksanaan sistem dan prosedur yang sesuai. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Strategi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (RB) Kementerian Kesehatan Tahun dari segi proses terdiri atas dua dimensi besar, yakni: 1. Strategi Pelaksanaan RB untuk mengelola kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dalam RB Tahun Strategi Pelaksanaan RB untuk mengelola permasalahan dan tantangan dalam RB Tahun Strategi Pelaksanaan RB untuk mengelola kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dalam RB Tahun berupa pemeliharaan, peningkatan, penguatan/percepatan, dan perluasan. Hal-hal yang telah baik (dengan nilai A) harus terus dipelihara dengan tetap mempertahankan faktor-faktor pengaruh/penentunya.bahkan jika dimungkinkan, hal-hal tersebut diperluas skala penerapannya, sehingga mencakup unit-unit kerja yang lebih banyak atau lingkup yang lebih luas. Terhadap hal yang sudah cukup baik (dengan nilai B), harus dilakukan peningkatan dan penguatan atau percepatan, dengan 58

73 cara memperbaiki faktor-faktor pengaruh/penentunya. Sedangkan terhadap hal-hal yang belum baik (dengan nilai C ke bawah), harus dilakukan kajian terhadap faktor-faktor yang kuat pengaruhnya, agar dapat diupayakan pembentukan/penciptaan, penerapan dan pelaksanaan sistem dan prosedur yang sesuai.untuk jelasnya dapat disimak Gambar 10 berikut. Gambar 10. Strategi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kemenkes Tahun dari Segi Proses. Sedangkan dari segi area perubahan, mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi dan Permen PAN & RB Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi , strategi pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan berupa menjadikan Manajemen Perubahan sebagai lokomotif yang akan mendorong perubahan di area-area lain. Hal ini berarti bahwa Manajemen Perubahan akan diberi perhatian khusus dan dilakukan seawal mungkin. Walaupun pada akhirnya perubahan di semua area akan berjalan parallel, diharapkan imbas dari Manajemen Perubahan akan mengakselerasi perubahan di area-area lain. Dalam bentuk diagram, strategi ini digambarkan sebagai Gambar 11 berikut. 59

74 Gambar 11. Manajemen Perubahan sebagai Lokomotif Reformasi Birokrasi Kemenkes Tahun Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi Mengacu pada Road Map Reformasi Birokrasi dari Kementerian PAN & RB, Program-program Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan (sebagai program tingkatan mikro) harus mencakup: 1. Program Manajemen Perubahan. 2. Program Penguatan Sistem Pengawasan. 3. Program Penguatan Akuntabilitas Kinerja. 4. Program Penguatan Kelembagaan. 5. Program Penguatan Tatalaksana. 6. Program Penguatan Sistem Manajemen SDM ASN. 7. Program Penguatan Peraturan Perundang-undangan. 8. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Penjelasan dan perincian kegiatan dari masing-masing program tersebut adalah sebagai berikut. 60

75 1. Program Manajemen Perubahan. Program ini ditujukan untuk mengubah mental model/perilaku aparatur Kementerian Kesehatan yang diharapkan akan mendorong terciptanya budaya kerja positif. Pada gilirannya, budaya kerja ini akan menjadi sarana yang kondusif bagi terciptanya birokrasi yang bersih dan akuntabel, efektif dan efisien, serta mampu memberikan pelayanan yang berkualitas. Dalam hal ini Kementerian Kesehatan telah memiliki kelompok Agent of Change (AoC) yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Nomor Hk.03.01/III/SK/073/2015 tentang Tim Asesor dan Agen Perubahan (AoC) Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan. Agen perubahan (AoC) dibentuk dalam rangka mengubah sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan budaya kerja individu atau unit kerja menjadi lebih baik sesuai tujuan Reformasi Birokrasi.Dalam Permen PAN & RB Nomor 27 tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Agen Perubahan di Instansi Pemerintah disebutkan bahwa agen perubahan adalah individu /kelompok terpilih yang menjadi pelopor perubahan dan sekaligus dapat menjadi contoh dan panutan dalam berperilaku yang mencerminkan integritas dan kinerja yang tinggi di lingkungan organisasinya. Tugas dan tanggung jawab AoC adalah: 1. Katalis, untuk meyakinkan pegawai yang ada di masing-masing unit organisasi tentang pentingnya perubahan menuju kondisi yang lebih baik (tujuan yang direncanakan). 2. Pemberi Solusi, sebagai pemberi alternatif solusi kepada pegawai di masing-masing unit organisasi yang mengalami kendala dalam proses berjalannya perubahan menuju tujuan akhir. 3. Mediator, untuk melancarkan proses perubahan terutama menyelesaikan masalah yang muncul dalam pelaksanaan reformasi birokrasi dan membina hubungan antara pihak-pihak 61

76 yang ada di dalam dan pihak di luar unit organisasi terkait dalam proses perubahan. 4. Penghubung Sumber Daya, untuk menghubungkan pegawai yang ada di dalam unit organisasi kepada pembuat kebijakan. 5. Kompilator, untuk mengkompilasi dokumen pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan satuan kerjanya masingmasing. Di Kementerian Kesehatan telah terdapat 335 orang AoC, di mana di masing-masing unit eselon 2 terdapat 1 orang koordinator AoC yaitu pimpinan/kepalanya dan 1 orang wakil koordinator dengan 3 orang anggota. Bila dirasiokan dengan jumlah aparatur di tingkat pusat yaitu orang, maka rasionya adalah 1: 15. Untuk tingkat pusat rasio ini relatif sudah cukup memadai. Namun demikian, sebenarnya jumlah aparatur Kementerian Kesehatan terbesar ada di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat, yaitu sebesar orang. Oleh karena itu, Reformasi Birokrasi Kemenkes akan meluaskan cakupan AoC sampai ke UPT-UPT Pusat, dengan berpegang pada ketentuan atau kriteria berikut. 62

77 Tabel 8. Ketentuan atau Kriteria Cakupan AOC Proses Rekruitmen AoC direkrut berdasarkan kriteria ketaatan, disiplin, tanggung jawab, kemampuan memberi pengaruh positif, inovatif dan produktif. Proses seleksi dilakukan melalui 2 tahap yaitu tahapan penjaringan dan assessment. Assesment dilakukan untuk mengetahui kepribadian dan potensi. Kualifikasi AoC Potensi AoC untuk manajemen perubahan Pembinaan, pelatihan dan pengembangan kapasitas AoC Kemenkes Karena direkrut melalui proses yang baik, maka AoC adalah pegawai terpilih yang memiliki integritas dan kompetensi yang memadai dan memiliki kinerja baik dalam pekerjaannya. AoC merupakan pegawai potensial, di mana di dalam UU ASN dapat dimasukkan ke dalam talent pool. Karena AoC merupakan pegawai potensial, AoC harus diberi wadah dan fasilitas untuk membangun forum berkala dan melakukan rencana tindak dalam melaksanakan manajemen perubahan. Dengan demikian AoC akan dapat menularkan ciri-ciri baiknya kepada pegawaipegawai lain. Pembinaan AoC harus dilakukan dengan: 1. Dimulai dari membangun rasa bangga menjadi AoC. Pimpinan harus mengumumkan dengan cara melantik dan memberi penghargaan, untuk menunjukkan bahwa penetapan seorang pegawai sebagai AoC merupakan bagian dari reward pimpinan secara objektif kepada pegawai yang berprestasi. Para anggota AoC otomatis masuk ke dalam talent pool yang mendapat 63

78 prioritas pembinaan, peningkatan kompetensi dan pengembangan karir. 2. Kegiatan pembinaan dan pelatihan dilakukan untuk meningkatkan kompetensi mereka sebagai tim AoC. Pada gilirannya yang bersangkutan juga dapat menjadi pembina dan pelatih di unitnya masing-masing. a. Kegiatan Team Building yang ditujukan untuk mengembangkan soft skill AoC terutama untuk meningkatkan kemampuan team work, manajerial, kemandirian, kepedulian, empati, kepemimpinan, komunikasi, kesabaran dan lain-lain, sesuai dengan tujuan pembentukan soft skill yang ingin dicapai. b. Kegiatan training untuk AoC diprioritaskan untuk meningkatkan kemampuan spesifik terutama yang terkait dengan peningkatan kompetensi, komunikasi dan lain-lain. c. Kegiatan coaching dan mentoring, menyediakan kegiatan bimbingan dan instruksi secara one on-one untuk pengembangan pengetahuan, kemampuan dan performa kerja. Mentoring lebih kepada bimbingan senior ke yunior tentang bagaimana organisasi menjalankan proses bisnisnya (bussiness proccess). d. Kegiatan konseling, AoC harus diberi kemampuan dengan melatih bagaimana memberikan motivasi dan meningkatkan kualitas kerja. 3. Melakukan perekrutan dan penambahan anggota AoC secara berkala setiap tahun dengan model penjaringan sama sampai ke UPT Pusat di daerah, sehingga tercapai tingkat rasio yang sama antara AoC dengan pegawai ASN di pusat dan di daerah. 64

79 4. Sekretariat Reformasi Birokrasi untuk team RB Kemenkes, Asesor dan AoC sesuai dengan tingkatan. a. Untuk Tingkat Kementerian Kesehatan diperlukan sekretariat yang representatif yang di kelola oleh Tim sekretariat di bawah kendali Biro Hukor. Sekretariat ini penting untuk menjadi pusat informasi, koordinasi, dan monitoring evaluasi pelaksanaan agenda Reformasi Birokrasi kementerian Kesehatan. b. Untuk tingkat unit eselon 1diperlukan sekretariat yang representatif yang di kelola oleh bagian Hukormas/Hukorpeg/Tahupeg di sekretariat unit eselon 1. Sekretariat ini penting untuk pusat informasi, koordinasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi di tingkat Unit Eselon Tugas prioritas AoC untuk Reformasi Birokrasi Kemenkes Harus ditetapkan skala prioritas yang jelas dan terukur rencana tindak AoC dalam melakukan perubahan di Kemenkes. Prioritas rencana tindak AoC tersebut adalah: a. Memahami dan menyiapkan rencana aksi untuk skala unit kerja masing-masing. b. Memahami tugas dan fungsi unit kerja, kuantitas dan kualitas pegawai di unitnya, dan melakukan pemetaan organisasi unit berdasarkan tugas, fungsi, kuantitas dan kualitas pegawai. c. Identifikasi masalah dan menetapkan target tujuan perubahan di unit masing masing. d. Merumuskan dan menetapkan rencana prioritas perubahan atau from-to, yang diformulasikan di unitnya masing-masing. Rencana perubahaan from-to merupakan bagian 65

80 dari agenda pengarustamaan Reformasi Birokrasi yaitu mempercepat proses modernisasi organisasi. e. Menyepakati aktivitas Capacity Building di unitnya masing-masing dalam rentang rencana waktu tertentu. Karena AoC terdiri dari koordinator dan wakil yang merupakan unsur pimpinan di unitnya masing-masing, proses merumuskan, menetapkan dan menyepakati kegiatan Capacity Building tidaklah sulit. f. Kegiatan Capacity Building di unitnya masing-masing yang dapat dilakukan adalah kegiatan sama untuk meningkatkan kapasitas AoC yaitu (i) team building, (ii) training, (iii) coaching dan mentoring, serta (iv) konseling. g. Melakukan evaluasi Capacity Building dengan menggunakan format evaluasi yang tersedia. h. Sesuai dengan Permen PAN & RB tentang AoC, tim AoC secara berkala melakukan mekanisme kerja dengan pimpinan, Tim RB Kemenkes, terutama pokja manajemen perubahan dan sesama AoC untuk mensinergikan rencana perubahan dan meningkatkan lingkup perubahaan baik secara vertikal maupun horizontal. i. Menjaga capaian kinerja individu sehingga performa sebagai AoC tidak mengalami degradasi (penurunan). Manajemen Mutu Untuk AoC Manajemen Mutu terhadap kegiatan AoC harus dilaksanakan secara sistematis dan terukur sehingga proses perubahan di semua unit organisasi Kemenkes dapat terjadi secara gradual, dan bersamaan. Sub Kelompok Kerja Jaminan Mutu bersama Asesor di Unit Eselon I, membuat stategi 66

81 komunikasi dan publikasi yang memberikan rangsangan kepada unit yang melakukan rencana perubahan from to dengan benar dan mendorong unit yang lambat berbenah. Sub Kelompok Kerja Manajemen Mutu bersama Asesor di Unit Eselon I, menetapkan secara jangka menengah ( ) bahwa target perubahan unit organisasi kementerian tingkat pusat telah dapat dievaluasi pelaksanaan rencana perubahannya. Pendampingan dapat dilakukan baik dengan menggunakan unsur Kemen PAN & RB, pihak ketiga atau lainnya, maupun dengan unsur di tingkat kementerian, untuk memperkuat kinerja AoC. Sedangkan kondisi yang diharapkan dan kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam Program Manajemen Perubahan adalah sebagai berikut. Tabel 9. Program Manajemen Perubahan Kondisi Yang diharapkan 1. Ruang lingkup implementasi RB Kemenkes hingga ke UPT di lingkungan Kementerian Kesehatan. 2. Meningkatnya penerapan/internalisasi asas, prinsip, nilai dasar, kode etik, dan kode perilaku, termasuk penguatan budaya kerja dan budaya pelayanan di Kemenkes. 3. Meningkatnya profesionalisme aparatur Kemenkes. 4. Meningkatnya citra positif aparatur Kemenkes sebagai pelayan masyarakat. 5. Meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan aparatur Kemenkes. 67

82 Kegiatan 1. Sosialisasi Roadmap Reformasi Birokrasi Kemenkes Meningkatkan peran AoC dalam RB Kemenkes 3. Meningkatkan gerakan perubahan unit-unit organisasi di Kemenkes 4. Mendorong gerakan perubahan di RS Pusat dan UPT Pusat 5. Meningkatkan engagement pegawai terhadap RB Kemenkes 6. Meningkatkan persepsi positif pemangku kepentingan thd RB Kemenkes 7. Menyiapkan Sekretariat representatif RB di tingkat Kementerian Kesehatan, dan unit eselon Program Penguatan Sistem Pengawasan. Program ini ditujukan untuk memelihara, meningkatkan dan memperkuat pencegahan berbagai penyimpangan yang terjadi dalam birokrasi, yang mendorong tumbuhnya perilaku koruptif dan/atau perilaku negatif lainnya menjadi kebiasaan. Adapun kondisi yang diharapkan dan kegiatan-kegiatan dari program ini adalah sebagai berikut. Tabel 10. Kondisi Yang Diharapkan Program Penguatan Sistem Pengawasan Kondisi Yang Diharapkan 1. Semakin baik dan terintegrasinya penanganan pengaduan yang berindikasi kerugian negara di Kemenkes. 2. Meningkatnya Pelaksanaan Whistle Blowing System di Kemenkes. 3. Semakin kecil temuan benturan kepentingan di semua unit organisasi Kemenkes. 68

83 4. Semakin meningkat jumlah unit kerja yang memperoleh predikat WBK dan WBBK di Kemenkes. 5. Meningkatnya penerapan SPIP disemua unit organisasi Kemenkes. 6. Meningkatnya kapasitas APIP Kemenkes. Kegiatan 1. Meningkatkan implementasi penanganan pengaduan masyarakat di semua unit organisasi 2. Meningkatkan implementasi Whistle Blowing System (WBS) di semua unit organisasi 3. Meningkatkan pencegahan benturan kepentingan di semua unit organisasi 4. Meningkatkan pelaksanaan dengan baik SPIP di unit-unit organisasi 5. Membangun unit-organisasi Kemenkes untuk mendapat predikat WBK (Wilayah Bebas Korupsi) dan WBBM (Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani) 6. Meningkatkan kapabilitas APIP 3. Program Penguatan Akuntabilitas Kinerja. Program ini ditujukan untuk terciptanya kemampuan Kemenkes menunjukkan kinerja melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang menghasilkan dampak bagi masyarakat. Program ini diharapkan dapat mendorong birokrasi Kemenkes lebih berkinerja dan mampu mempertanggungjawabkan kinerjanya sesuai dengan semua sumber daya yang telah digunakannya. Adapun kondisi yang diharapkan dan kegiatan-kegiatan dalam program ini adalah sebagai berikut. 69

84 Tabel 11. Kondisi Yang Diharapkan Dari Program Penguatan Akunbilitas Kerja Kondisi Yang Diharapkan 1. Pengelolaan dan pengukuran kinerja Kemenkes berbasis TIK yang dapat diakses oleh seluruh aparatur. 2. Meningkatnya kualitas penerapan sistem pengadaan barang dan jasa yang adil, transparan, dan profesional. 3. Meningkatnya keterlibatan secara aktif unsur pimpinan di Kemenkes dalam penyusunan, penetapan, pemantauan dan evaluasi pencapaian kinerja secara berkala. 4. Terlaksananya pelaporan kinerja Kemenkes secara terbuka. Kegiatan 1. Memperluas unit-unit organisasi yang menggunakan e-procurement (termasuk e-catalog) 2. Meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan dan barang milik negara 3. Mengintegrasikan manajemen kinerja Kemenkes secara terbuka 4. Program Penguatan Kelembagaan. Program ini diitujukan untuk terlaksananya kajian-kajian kelembagaan Kementerian Kesehatan guna dapat dilakukannya perubahan yang mungkin dilakukan dan/atau disusunnya rekomendasi untuk perubahan pada periode mendatang, dalam rangka mencegah timbulnya proses yang berbelit, kelambatan pelayanan dan pengambilan keputusan yang dapat menciptakan budaya feodal pada aparatur. Program ini diharapkan akan mendorong efisiensi, efektivitas, dan percepatan proses pelayanan dan pengambilan keputusan dalam birokrasi di Kementerian Kesehatan. Dengan demikian, akan tercipta 70

85 budaya/perilaku yang lebih kondusif dalam upaya mewujudkan birokrasi yang efektif dan efisien di Kementerian Kesehatan. Adapun kegiatan-kegiatan dalam program ini adalah sebagai berikut. Tabel 12. Kondisi Yang Diharapkan Dari Program Penguatan Kelembagaan Kondisi Yang Diharapkan 1. Meningkatnya kualitas pelaksanaan agenda Reformasi Birokrasi Kemenkes. 2. Meningkatnya ketepatan ukuran, ketepatan fungsi dan sinergisme kelembagaan Kemenkes. 3. Menurunnya tumpang tindih tugas dan fungsi antar unit organisasi di Kemenkes. 4. Terlaksananya kajian organisasi secara berkala untuk mengantisipasi tantangan organisasi Kemenkes ke depan. 5. Meningkatnya sinergisme kelembagaan antara instansi pemerintah pusat dan daerah di bidang kesehatan. Kegiatan 1. Melembagakan pelaksanaan Agenda Reformasi Birokrasi ke dalam organisasi Kemenkes 2. Menyesuaikan organisasi Kemenkes dengan perkembangan/tantangan 3. Menyinergikan organisasi Kemenkes dengan organisasi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota 71

86 5. Program Penguatan Tatalaksana. Program ini ditujukan untuk menciptakan kejelasan tatalaksana/tatakerja atau proses bisnis di Kementerian Kesehatan, guna mencegah terciptanya perilaku hirarkhies, feodal, dan kurang kreatif pada birokrat Kementerian Kesehatan. Dengan demikian, program ini juga diharapkan dapat berdampak pada perubahan sistem dan prosedur kerja yang diperlukan untuk efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan, serta perubahan mental aparatur. Adapun kondisi yang diharapkan dan kegiatan-kegiatan dalam program ini adalah sebagai berikut. Tabel 13. Kondisi Yang Diharapkan Dari Program Penguatan Tatalaksana Kondisi Yang diharapkan 1. Percepatan penerapan sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, cepat, terukur, sederhana, transparan, partisipatif, dan berbasis e-government di Kemenkes. 2. Terselesaikannya semua proses bisnis birokrasi Kemenkes yang sederhana, cepat dan harmonis. 3. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi organisasi melalui komputerisasn dan TIK yang terintergasi. 4. SIK yang terintegrasi didukung kualitas SDM yang semakin baik. Kegiatan 1. Merumuskan tatalaksana (proses-proses bisnis) di Kemenkes sesuai organisasi baru 2. Melaksanakan asesmen TIK Kemenkes menuju sistem TIK terintegrasi, efektif, efisien 3. Harmonisasi Standard Operating Procedure (SOP) Kementerian Kesehatan 4. Memantapkan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Nasional terintegrasi berbasis TIK 5. Mengembangkan e-government di Kemenkes 72

87 6. Program Penguatan Sistem Manajemen SDM ASN. Program ini ditujukan untuk mengupayakan terbentuknya SDM aparatur Kementerian Kesehatan yang kompeten, melalui penerapan secara baik sistem manajemen SDM yang meliputi perencanaan, pengadaan, penempatan, pengembangan, dan pemberhentian. Dengan demikian program ini diharapkan juga berdampak pada peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan di Kementerian Kesehatan. Adapun kondisi yang diharapkan dan kegiatan-kegiatan dalam program ini adalah sebagai berikut. Tabel 14. Kondisi Yang Diharapkan Dari Program Penguatan Sistem Manajemen SDM ASN Kondisi Yang diharapkan 1. Meningkatnya kemampuan unit yang mengelola SDM ASN untuk mewujudkan SDM aparatur yang kompeten dan kompetitif di Kemenkes. 2. Meningkatnya penerapan manajemen SDM aparatur yang berbasis merit di Kemenkes. 3. Meningkatnya penerapkan manajemen kinerja individu untuk mengidentifikasi dan meningkatkan kompetensi SDM aparatur di Kemenkes. 4. Terbentuknya talent pool (kelompok suksesi) untuk pengembangan karier pegawai di Kemenkes. 5. Terlaksananya pengukuran kesenjangan kompetensi bagi seluruh pegawai secara berkala untuk penyusunan rencana pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi. 6. Semakin baiknya sistem informasi manajemen SDM yang terintegrasi di Kemenkes. 7. Semakin baiknya pelaksanaan reward and punishment secara fair di Kemenkes. 8. Meningkatnya profesionalisme aparatur Kemenkes. 73

88 Kegiatan 1. Merencanakan kembali kebutuhan pegawai sesuai organisasi baru 2. Menempatkan pegawai sesuai bakat/minat dan kompetensi 3. Meningkatkan pembinaan disiplin pegawai 4. Mengembangkan sistem penilaian kinerja pegawai berbasis TIK 5. Mengembangan sistem karier pegawai Kemenkes 6. Meningkatkan sistem pengembangan pegawai melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) 7. Program Penguatan Peraturan Perundang-undangan. Program ini ditujukan untuk meminimalkan tumpangtindih, disharmoni, ketidakjelasan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan, yang dapat membuka peluang untuk penyimpangan atau perilaku negatif aparatur Kementerian Kesehatan. Dengan demikian, program ini diharapkan mengubah sistem peraturan perundang-undangan di Kementerian Kesehatan kea rah yang lebih efektif dan menyentuh kebutuhan masyarakat. Adapun kondisi yang diharapkan dan kegiatankegiatan dari program ini adalah sebagai berikut. 74

89 Tabel 15. Kondisi Yang Diharapkan Dari Program Penguatan Perundang-undangan Kondisi Yang diharapkan 1. Terdapatnya daftar peraturan yang telah dan akan direvisi berdasarkan periodesasi tahunan. 2. Meningkatnya kualitas regulasi Kemenkes yang melindungi dan berpihak pada publik, harmonis, tidak tumpang tindih, dan mendorong iklim kondusif bagi publik. 3. Tersedianya dan dapat diterapkannya SOP untuk evaluasi dan pengendalian penyusunan peraturan perundang-undangan. Kegiatan 1. Melakukan harmonisasi peraturan perundang-undangan untuk tahun berjalan 2. Memperkuat pengendalian penyusunan peraturan perundang-undangan di Kemenkes 3. Memperkuat partisipasi pemangku kepentingan dalam penyusunanperaturan perundangundangan bidang kesehatan` 8. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Program ini ditujukan untuk diterapkannya sistem manajemen pelayanan publik yang sepenuhnya mampu mendorong peningkatan kualitas pelayanan, yakni yang lebih cepat, murah, berkekuatan hukum, nyaman, aman, jelas, dan terjangkau, serta dilandasi profesionalisme aparatur, di Kementeritan Kesehatan. Adapun kondisi yang diharapkan dan kegiatan-kegiatan dalam program ini adalah sebagai berikut. 75

90 Tabel 16. Kondisi Yang Diharapkan Dari Program Penguatan Kualitas Pelayanan Publik Kondisi Yang diharapkan 1. Meningkatnya kualitas proses bisnis, standar pelayanan, SOP, kepuasan masyarakat dan sistem monitoring dan evaluasi pelayanan publik semua unit kerja pelayanan Kemenkes. 2. Meningkatnya kinerja dan mutu pelayanan publik sampai UPT Kemenkes. 3. Sistem penilaian, evaluasi kinerja dan tindak lanjut di Kemenkes yang semakin baik dalam meningkatkan kualitas pelayan publik semua unit organisasi kemenkes. Kegiatan 1. Penyempurnaan Proses Bisnis pelayanan publik Kemenkes. 2. Melakukan Pemetaan Kualitas Pelayanan Publik di UPT Kementerian Kesehatan 3. Penilaian dan evaluasi kinerja pelayanan publik Kemenkes. 4. Mengupayakan kepuasan publik terhadap pelayanan Kemenkes 76

91 V. QUICK WINS REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN KESEHATAN 5.1 Pendekatan Penjaringan Quick Wins Kementerian Kesehatan 5.2 Penetapan Usulan Quick Wins Kementerian Kesehatan 5.3 Penjelasan Usulan Quick Wins Kementerian Kesehatan 77

92 5.1 Pendekatan Penjaringan Quick Wins Kementerian Kesehatan Quick Wins menurut Permen PAN & RB Nomor 11 tahun 2011 disebut juga low-hanging fruit, yakni suatu inisiatif yang mudah dan cepat dicapai yang mengawali suatu program besar dan sulit. Dalam penerapannya Quick Wins bermanfaat untuk mendapatkan momentum awal yang positif dan kepercayaan diri untuk selanjutnya melakukan sesuatu yang berat. Sesuatu yang berat ini merupakan inti dari suatu program besar tersebut. Secara spesifik kriteria dalam merumuskan Quick Wins adalah sebagai berikut. 1) Merupakan program reformasi birokrasi. 2) Merupakan bagian utama dari peran, tugas, fungsi, dan karakteristik perundang-undangan. 3) Memberikan dampak perubahan yang besar. 4) Manfaat perbaikan dan perubahan dapat dirasakan secepatnya (waktu pelaksanaan kurang dari 12 bulan). Pendekatan penjaringan Quick Wins Kementerian Kesehatan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut. 1) Penetapan pemangku kepentingan utama Kementerian Kesehatan. 2) Identifikasi keluaran utama Kementerian Kesehatan. 3) Identifikasi harapan pemangku kepentingan utama terhadap Kementerian Kesehatan. 4) Penilaian pencapaian tingkat kinerja saat ini. 5) Peningkatan kineja. 6) Memilih kegiatan yang akan dijadikan Quick Wins. Adapun langkah untuk secara detailnya disampaikan pada table-tabel dibawah ini 78

93 Tabel 17. Pemangku Kepentingan Utama Kementerian Kesehatan No Pemangku Kepentingan Utama Masyarakat Indonesia Fasilitas pelayanan kesehatan Organisasi Profesi Kesehatan (Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, dll) Dewan Perwakilan Rakyat Asosiasi Perusahaan Farmasi, obat tradisional, dll Pemerintah Propinsi, Kabupaten/kota Tabel 18. Identifikasi 5 Keluaran Utama Kementerian Kesehatan No. Keluaran Utama 1. Meningkatnya kesehatan masyarakat 2. Meningkatnya akses dan mutu fasilitaspelayanankesehatan 3. Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan 4. Meningkatnya, Jumlah,Jenis,KualitasdanPemerataanTenaga Kesehatan 5. Meningkatnya Pengendalian Penyakit 79

94 Tabel 19. Identifikasi Harapan Pemangku Kepentingan Utama terhadap Kementerian Kesehatan No. Keluaran Utama Ekspektasi Utama 1. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat 1) Kemenkes mampu mendorong penurunan umlah masyarakat yang terkena penyakit. 2. Meningkatnya Akses dan Mutu FasilitasPelayananKesehatan 2) Kemekes mampu mendorong penciptaan llingkungan dan ruang publik yang menjamin kesehatan masyarakat. 3) Kemenkes mampu menciptakan aturan yang mengurangi resiko masyarakat terkena penyakit terutama penyakit berbahaya dan mematikan. 1) Kemenkes mampu menciptakan kemudahan masyarakat mengakses fasilitas kesehatan. Akses informasi ketersediaan tempat tidur RS UPT Kemenkes. 2) Kemenkes mampu menciptakan kemudahan masyarakat mengakses fasilitas kesehatan. Akses pelayanan gawat darurat terpadu berupa layanan ambulans, informasi faskes terdekat, Pemangku Kepentingan Masyarakat, DPR Fasilitas layanan kesehatan (FKTP, RS), masyarakat dan DPR 80

95 No. Keluaran Utama Ekspektasi Utama 3) Kemenkes mampu menciptakan kemudahan layanan informasi publik pelayanan kesehatan di fasilitas layanan kesehatan UPT Kemenkes. Layanan melalui pojok informasi di setiap lobby rumah sakit yang dilengkapi dengan perangkat layanan informasi tentang aktivitas rumah sakit, mekanisme dan penanganan pengaduan masyarakat. Signane TV(tanda informasi publik melalui media elektronik lainnya/disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit) di tempat keramaian, lift, ruang tunggu yang menginformasikan jalur penanganan keluhan, keluhan yang diselesaikan, dan lain-lain. 4) Kemenkes mampu mendorong penerapan standar customer care dengan customer service online di UPT Kemenkes. 5) Kemenkes mampu mendorong peningkatan inovasi dan kreativitas pelayanan dan mutu fasilitas Pemangku Kepentingan 81

96 No. Keluaran Utama Ekspektasi Utama 3. Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan kesehatan UPT Kemenkes melalui layanan unggulan. Ruang inovasi dan kreativitas dibuka luas dan diberi reward untuk UPT Kemenkes. 6) Kemenkes mampu mendorong inovasi dan kreativitas pemangku kepentingan terkait bidang pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pelayanan dan mutu fasilitas kesehatan. 1) Kemenkes mampu mendorong kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan dari karya dan produksi anak bangsa. 2) Kemenkes mampu mendorong inovasi dan kreasi dibidang kesediaan farmasi, alat kesehatandalam negeri dan memfasilitasi pembuatan paten HAKI. 3) Kemenkes mampu mendorong inovasi dan kreasi dalam negeri di bidang obat-obatan dan obat alternatif yang mudah dan murah serta memfasilitasi pembuatan paten HAKI dan pengurusan ijin usahanya. Pemangku Kepentingan Masyarakat, Asosiasi Farmasi, Obat dan Alkes. 82

97 No. Keluaran Utama Ekspektasi Utama 4. MeningkatnyaJumlah,Jenis,KualitasdanP emerataantenaga Kesehatan 1) Kemenkes mampu mendorong tenaga kesehatan profesional semakin merata sampai ke wilayah terpencil. 2) Kemenkes mampu mendorong puskesmas memiliki tenaga kesehatan yang lengkap dan memiki kemampuan profesional dan pelayanan yang baik. 3) Kemenkes mampu mendorong kualitas pelayanan & profesi kesehatan dengan regulasi dan akreditasi. 4) Kemenkes mampu mendorong sistem pendidikan, pelatihan dan akreditasi profesi di bidang kesehatan terjamin dan transparan. 5. Meningkatnya Pengendalian Penyakit 1) Kemenkes mampu mendorong sistem penanganan penyakit berbahaya yang dapat menjamin masyarakat tidak terjangkit di wilayah endemi. 2) Kemenkes mampu menciptakan pusat-pusat penanggulanagan dan pengendalian penyakit yang semakin merata di seluruh Indonesia, serta mudah dan murah di akses masyarakat dari rumah sakit Pemangku Kepentingan Assosiasi Profesi, Lembaga Pendidikan Kesehatan, DPR Masyarakat, Asosiasi Profesi Kesehatan, Asosiasi Farmasi, Obat dan Alkes. 83

98 No. Keluaran Utama Ekspektasi Utama 3) Kemenkes mampu menciptakan inovasi dan kreasi dalam pengendalian penyakit. 4) Kemenkes mampu menyediakan layanan informasi & pengaduan terkait pengendalian penyakit. Pemangku Kepentingan 84

99 Tabel 20. Penilaian Tingkat Pencapaian Kinerja Saat ini No Keluaran Utama Ekspektasi Utama 1. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat, 1) Kemenkes mampu mendorong penurunan jumlah masyarakat yang terkena penyakit. Tingkat Pencapaian Kinerja (1-5) 3 2. Meningkatnya Akses dan Mutu FasilitasPelayananKesehatan 2) Kemenkes mampu mendorong penciptaan lingkungan dan ruang publik yang menjamin kesehatan masyarakat. 3) Kemenkes mampu menciptakan aturan yang mengurangi resiko masyarakat terkena penyakit terutama penyakit berbahaya dan mematikan. 1) Kemenkes mampu menciptakan kemudahan masyarakat mengakses fasilitas kesehatan. Akses informasi ketersediaan tempat tidur RS UPT Kemenkes. 2) Kemenkes mampu menciptakan kemudahan masyarakat mengakses fasilitas kesehatan Akses pelayanan gawat darurat terpadu berupa

100 No Keluaran Utama Ekspektasi Utama layanan ambulans, informasi faskes terdekat, ketersediaan tempat tidur, dan algoritma kegawat daruratan. 3) Kemenkes mampu menciptakan kemudahan layanan informasi publik pelayanan kesehatan di fasilitas layanan kesehatan UPT Kemenkes. Layanan melalui pojok informasi di setiap lobby rumah sakit yang dilengkapi dengan perangkat layanan informasi tentang aktivitas rumah sakit, mekanisme dan penanganan pengaduan masyarakat. Signane TV(tanda informasi publik melalui media elektronik lainnya/disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit) di tempat keramaian, lift, ruang tunggu yang menginformasikan jalur penanganan keluhan, keluhan yang diselesaikan, dan lain-lain. Tingkat Pencapaian Kinerja (1-5) 3 86

101 No Keluaran Utama Ekspektasi Utama 4) Kemenkes mampu mendorong penerapan customer care dengan customer service online di UPT Kemenkes. 5) Kemenkes mampu mendorong peningkatan inovasi dan kreativitas pelayanan dan mutu fasilitas kesehatan UPT Kemenkes melalui layanan unggulan. Tingkat Pencapaian Kinerja (1-5) Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutusediaan farmasidanalat kesehatan Ruang inovasi dan kreativitas dibuka luas dan diberi reward untuk UPT Kemenkes. 6) Kemenkes mampu mendorong inovasi dan kreativitas pemangku kepentingan terkait bidang pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pelayanan dan mutu fasilitas kesehatan. 1) Kemenkes mampu mendorong kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan dari karya dan produksi anak bangsa. 2) Kemenkes mampu mendorong inovasi dan kreasi

102 No Keluaran Utama Ekspektasi Utama 4. MeningkatnyaJumlah,Jenis,KualitasdanPe merataantenaga Kesehatan dibidang kesediaan farmasi, alat kesehatandalam negeri dan memfasilitasi pembuatan paten HAKI. 3) Kemenkes mampu mendorong inovasi dan kreasi dalam negeri di bidang obat-obatan dan obat alternatif yang mudah dan murah serta memfasilitasi pembuatan paten HAKI dan pengurusan ijin usahanya. 1) Kemenkes mampu mendorong tenaga kesehatan semakin merata sampai ke wilayah terpencil. 2) Kemenkes mampu mendorong puskesmas memiliki tenaga kesehatan yang lengkap dan memiki kemampuan profesionaldan pelayanan yang baik. 3) Kemenkes mampu mendorong kualitas pelayanan dan profesi kesehatan yang semakin baik dengan regulasi dan akreditasi. Tingkat Pencapaian Kinerja (1-5)

103 No Keluaran Utama Ekspektasi Utama 4) Kemenkes mampu mendorong sistem pendidikan, pelatihan dan akreditasi profesi di bidang kesehatan yang terjamin dan transparan. 5. Meningkatnya Pengendalian Penyakit 1) Kemenkes mampu mendorong penanganan penyakit berbahaya yang dapat menjamin masyarakat tidak terjangkit di wilayah endemi. 2) Kemenkes mampu menciptakan pusat-pusat penanggulangan dan pengendalian penyakit yang semakin merata di seluruh Indonesia, mudah dan murah diakses masyarakat dari rumah sakit yang ada saat ini. 3) Kemenkes mampu menciptakan inovasi dan kreasi dalam pengendalian penyakit. 4) Kemenkes mampu menyediakan layanan informasi dan pengaduan masyarakat yang terpadu dan terintegrasi terkait pengendalian penyakit. Tingkat Pencapaian Kinerja (1-5)

104 No. K e l u a r a n DenganTingkatPencapaianKinerja (Skor < 4) 1. 1) Kemenkes mampu mendorong penurunan jumlah masyarakat yang terkena penyakit. 2) Kemenkes mampu mendorong penciptaan lingkungan dan ruang publik yang menjamin kesehatan masyarakat. Tabel 21. Peningkatan Kinerja Identifikasi Kegiatan terpilih Dapat Ditingkatkan? (Y/T) Dalam Kendali Penuh? (Y/T) Kurang Dari 12 Bulan? (Y/T) Kandidat Q u i c k wins? Program Penurunan Penderita Penyakit menular. Y T T T Penghargaan Inovasi penerapan ruang bebas asap rokok kategori pusat perbelanjaan, stasiun dan terminal, pusat perkantoran, pendidikan, dll. (Y/T) Y T Y T 90

105 No. K e l u a r a n DenganTingkatPencapaianKinerja (Skor < 4) 3) Kemenkes mampu menciptakan aturan yang mengurangi resiko masyarakat terkena penyakit terutama penyakit berbahaya dan mematikan. Identifikasi Kegiatan terpilih Dapat Ditingkatkan? (Y/T) Dalam Kendali Penuh? (Y/T) Kurang Dari 12 Bulan? (Y/T) Kandidat Q u i c k wins? Pusat data Publik informasi Penanganan penyakit berbahaya di Indonesia. Y T Y T (Y/T) 2. 1) Kemenkes mampu menciptakan kemudahan masyarakat mengakses fasilitas kesehatan. Akses informasi ketersediaan tempat tidur RS UPT Kemenkes. Sistem Informasi Ketersediaan Tempat Tidur online dan real time Rumah Sakit Nasional Kementerian Kesehatan yang bisa di akses via gadget. Y T Y T 2) Kemenkes mampu menciptakan kemudahan masyarakat mengakses fasilitas kesehatan. Akses pelayanan gawat darurat terpadu berupa Sistem Penanganan Gawat Darurat Terpadu Inpres No. 4 Tahun Y T Y T 91

106 No. K e l u a r a n DenganTingkatPencapaianKinerja (Skor < 4) layanan ambulans, informasi faskes terdekat, ketersediaan tempat tidur. Identifikasi Kegiatan terpilih Dapat Ditingkatkan? (Y/T) Dalam Kendali Penuh? (Y/T) Kurang Dari 12 Bulan? (Y/T) Kandidat Q u i c k wins? (Y/T) 3) Kemenkes mampu menciptakan kemudahan layanan informasi publik pelayanan kesehatan di fasilitas layanan kesehatan UPT Kemenkes. Melalui pojok informasi dan Signane TV (tanda informasi publik melalui media elektronik lainnya/disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit). Pojok informasi di setiap lobbyrumah sakit yang dilengkapi dengan perangkat layanan informasi tentang aktivitas rumah sakit, mekanisme dan penanganan pengaduan masyarakat. Signane TV (tanda informasi publik melalui media elektronik lainnya/disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit) Y Y Y Y 92

107 No. K e l u a r a n DenganTingkatPencapaianKinerja (Skor < 4) Identifikasi Kegiatan terpilih Dapat Ditingkatkan? (Y/T) Dalam Kendali Penuh? (Y/T) Kurang Dari 12 Bulan? (Y/T) Kandidat Q u i c k wins? (Y/T) di tempat keramaian, lift, ruang tunggu yang menginformasikan jalur penanganan keluhan, keluhan yang diselesaikan, dan lain-lain. 4) Kemenkes mampu mendorong penerapan customer care dengan customer service online di UPT Kemenkes. Penerapan customer care dan customer online UPT Kemenkes. Y Y Y Y 5) Kemenkes mampu mendorong peningkatan inovasi dan kreativitas pelayanan dan mutu fasilitas kesehatan UPT Kemenkes melalui layanan unggulan. Penghargaan Inovasi dan Kreatifitas Bidang Pelayanan dan Mutu Fasilitas Kesehatan UPT Kemenkes melalui layanan Unggulan. Y Y Y Y 93

108 No. K e l u a r a n DenganTingkatPencapaianKinerja (Skor < 4) Identifikasi Kegiatan terpilih Dapat Ditingkatkan? (Y/T) Dalam Kendali Penuh? (Y/T) Kurang Dari 12 Bulan? (Y/T) Kandidat Q u i c k wins? (Y/T) 6) Kemenkes mampu mendorong fasilitas kesehatan melakukan inovasi dan kreasi bidang pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pelayanan dan mutu fasilitas kesehatan. Penghargaan inovasi dan kreasi Faskes (kategori Puskesmas dan Rumah Sakit) dan Bidang Layanan dan Mutu Fasilitas Kesehatan. Y Y Y Y 3. 1) Kemenkes mampu mendorong kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan dari karya dan produksi anak bangsa. 2) Kemenkes mampu mendorong inovasi dan kreasi penemuan obat alternatif dari produksi anak bangsa dan memfasilitasi pembuatan paten HAKI. Peningkatan mutu penelitian terkait peningkatan mutu dan temuan baru bidang farmasi dan alat kesehatan. Penghargaan inovasi dan kreasi bidang penemuan obat dan pengobatan alternatif untuk meningkatkan kesehatan Y T T T Y Y Y Y 94

109 No. K e l u a r a n DenganTingkatPencapaianKinerja (Skor < 4) 3) Kemenkes mampu mendorong inovasi dan kreasi dalam negeri di bidang obat-obatan dan obat alternatif yang mudah dan murah serta memfasilitasi pembuatan paten HAKI dan pengurusan ijin usahanya. 4. 1) Kemenkes mampu mendorong tenaga kesehatan profesional semakin merata sampai ke wilayah terpencil. 2) Kemenkes mampu mendorong puskesmas memiliki tenaga kesehatan yang lengkap dan memiliki kemampuan profesionalisme dan pelayanan yang baik. Identifikasi Kegiatan terpilih Penghargaan inovasi dan kreasi bidang obat obatan dan obat alternatif untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Perekrutan tenaga kesehatan profesional untuk daerah terpencil prioritas. Standarisasi dan akreditasi bidang tenaga kesehatan puskesmas. Dapat Ditingkatkan? (Y/T) Dalam Kendali Penuh? (Y/T) Kurang Dari 12 Bulan? (Y/T) Kandidat Q u i c k wins? (Y/T) Y Y Y Y Y Y T T Y T T T 95

110 No. K e l u a r a n DenganTingkatPencapaianKinerja (Skor < 4) 3) Kemenkes mampu mendorong kualitas pelayanan dan profesi kesehatan semakin baik dengan regulasi dan akreditasi. 4) Kemenkes mampu mendorong sistem pendidikan, pelatihan dan akreditasi profesi di bidang kesehatan terjamin dan transparan. Identifikasi Kegiatan terpilih Standar kompetensi dan sertifikasi tenaga kesehatan. Dapat Ditingkatkan? (Y/T) Dalam Kendali Penuh? (Y/T) Kurang Dari 12 Bulan? (Y/T) Kandidat Q u i c k wins? (Y/T) Y T T T Akreditasi dan sertifikasi lembaga pendidikan dan pelatihan bidang kesehatan. Y T T T 5. 1) Kemenkes mampu mendorong penanganan penyakit berbahaya yang dapat menjamin masyarakat tidak terjangkit di wilayah endemi. 2) Kemenkes mampu menciptakan pusat-pusat penanggulangan dan pengendalian penyakit yang Peningkatan penanganan peyakit berbahaya di wilayah endemi. Meningkatkan sistem informasi publik dan memperbanyak Rumah Y T T T Y Y T Y 96

111 No. K e l u a r a n DenganTingkatPencapaianKinerja (Skor < 4) semakin merata di seluruh Indonesia, mudah dan murah di akses masyarakat dari rumah sakit yang ada saat ini. 3) Kemenkes mampu menciptakan inovasi dan kreasi dalam pengendalian penyakit yang semakin berkembang. 4) Kemenkes mampu menyediakan layanan informasi dan pengaduan masyarakat terpadu, terintegrasi terkait pengendalian penyakit. Identifikasi Kegiatan terpilih Sakit Rujukan pusat penanggulanagan dan pengendalian penyakit. Penghargaan inovasi dan kreasi bidang penanganan dan pengendalian penyakit masyarakat. Dapat Ditingkatkan? (Y/T) Dalam Kendali Penuh? (Y/T) Kurang Dari 12 Bulan? (Y/T) Kandidat Q u i c k wins? (Y/T) Y Y Y Y Pusat layanan Masyarakat penanganan dan pengendalian penyakit. Y Y Y Y 97

112 No. Kandidat Quick wins 1. Sistem Informasi Ketersediaan Tempat Tidur online dan real time Rumah Sakit Nasional Kementerian Kesehatan yang bisa di akses via gadget. 2. Pojok informasi di setiap loby rumah sakit yang dilengkapi dengan perangkat layanan informasi tentang aktivitas rumah sakit, mekanisme dan penanganan pengaduan Tabel 22. Kegiatan Terpilih yang akan dijadikan Quick Wins Apa Yang H a r u s Diperbaiki? 1) Sistem Informasi internal rumah sakit terkait informasi real time ketersediaan tempat tidur. 2) Layanan Informasi real time ketersediaan tempat tidur untuk pasien rawat inap dapat di akses melalui gadget. 3) Untuk pemeliharaan sistem di butuhkan SDM yang selalu melakukan up date real time TT online. 1) Menyiapkan Unit layanan pengaduan meliputi mekanisme dan SOP serta evaluasi target. B a g a i m a n a Memperbaikinya? 1) Menyiapkan anggaran operasional untuk mantenance sistem informasi dan Rumah Sakit menyediakan SDM untuk mengupdate data TT online secara real time. 2) Melakukan audit dan asessment sistem informasi rumah sakit untuk mendapatkan standar informasi yang diinginkan. 3) Mengintegrasikan sistem untuk dapat diakses masyarakat. 4) Dilakukan secara bertahap di seluruh rumah sakit UPT Kementerian Kesehatan. 1) Melakukan monev dan tindak lanjut peningkatan standar layanan. 2) Membentuk tim unit layanan penanganan pengaduan. Tingkat Kesulitan Perbaikan (Tinggi, Sedang, Rendah) Tingkat kesulitan perbaikan tinggi Tingkat kesulitan perbaikan sedang. 98

113 No. masyarakat. Kandidat Quick wins Signane TV (tanda informasi publik melalui media elektronik lainnya/disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit) di tempat keramaian, lift, ruang tunggu yang menginformasikan jalur penanganan keluhan, keluhan yang diselesaikan, dan lain-lain. Apa Yang H a r u s Diperbaiki? 2) Menyiapkan desain dan standar pojok layanan informasi di UPT Kementerian Kesehatan. 3) Menyiapkan tanda-tanda informasi di UPT Kementerian Kesehatan. B a g a i m a n a Memperbaikinya? 3) Implementasi standar layanan penanganan pengaduan masyarakat. 4) Melakukan penilaian kecepatan respon terhadap komplain. 5) Merekapitulasi hasil penanganan pengaduan komplain. Tingkat Kesulitan Perbaikan (Tinggi, Sedang, Rendah) 3. Penerapan customer care dan customer service online UPT Kemenkes. 1) Memperbaiki mekanisme customer care berdasarkan karakteristik layanan. 2) Mengumumkan ke publik 3) Memperbaiki sistem dan Kualitas SDM 1) Menyiapkan aturan peningkatan standar customer care dengan customer onlinesesuai dengan karakteristiknya. 2) Melakukan assesment. 3) Melakukan pilot project. Tingkat kesulitan perbaikan sedang. 4) Memperbaiki monitoring dan evaluasi penerapannya. 4) Melakukan monev dan tindak lanjut. 4. Kompetisi inovasi dan kreasi bidang kesehatan. (penggabungan identifikasi kegiatan 1) Mendorong semua pemangku kepentingan melakukan inovasi dan kreasi dalam percepatan Pelayanan Publik 1) Mendorong pengembangan model inovasi dan kreasi bidang kesehatan untuk semua pemangku kepentingan bidang Tingkat kesulitan perbaikan sedang. 99

114 No. Kandidat Quick wins terpilih pada ekspektasi utama Kemenkes) Apa Yang H a r u s Diperbaiki? Bidang Kesehatan. 2) Melakukan kerjasama dengan semua stakeholder, mulai dari masyarakat, asosiasi profesi kesehatan, DPR/D, pemerintah daerah propinsi/kab/kota, Asosiasi Faskes, Perguruan Tinggi, alkes dan farmasi, obat tradisional untuk melahirkan inovasi dan kreasi yang bisa diangkat di tingkat nasional. 3) Kerjasama dengan riset, DIKTI dan HAKI dalam menindak lanjuti inovasi dan kreasi. kesehatan. B a g a i m a n a Memperbaikinya? 2) Melakukan sosialisasi akan adanya kompetisi model inovasi dan kreasi bidang kesehatan kepada semua pemangku kepentingan. 3) Melakukan kerjasama kelembagaan dengan instansi terkait untuk menindak lanjuti hasil inovasi dan kreasi. 4) Kompetisi secara bertingkat sampai puncaknya tingkat nasional. Tingkat Kesulitan Perbaikan (Tinggi, Sedang, Rendah) 100

115 5.2 Penetapan Usulan Quick Wins Kementerian Kesehatan Berdasarkan analisis melalui langkah-langkah tersebut di atas, ditetapkan Quick Wins Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan dapat dilihat pada table 23 dibawah ini. Tabel 23. Quick Wins Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan No. Quick Wins 1. Pojok informasi di setiap lobby rumah sakit yang dilengkapi dengan perangkat layanan informasi tentang aktivitas rumah sakit, mekanisme dan penanganan pengaduan masyarakat. Signane TV (tanda informasi publik melalui media elektronik lainnya/disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit) di tempat keramaian, lift, ruang tunggu yang menginformasikan jalur penanganan keluhan, keluhan yang diselesaikan, dan lain-lain. 2. Penerapan customer care dan customer service online UPT Kemenkes. 3. Kompetisi inovasi dan kreasi bidang kesehatan Penjelasan Usulan Quick Wins Kementerian Kesehatan Pojok dan Tanda Informasi Publik (PTIP) A. Latar Belakang Pojok Informasi adalah fasilitas layanan informasi publik melalui proses tatap muka. Tanda Informasi Publik adalah fasilitas/media layanan informasi tentang semua layanan penting yang ada di Rumah Sakit, seperti dokter yang bertugas, ketersediaan tempat tidur, alur layanan, penanganan pengaduan/keluahan dan informasi lainnya di Rumah Sakit yang mudah di akses oleh pemangku kepentingan. Ketersediaan layanan Pojok dan Tanda Informasi Publik (PTIP) di Rumah Sakit sangat penting untuk membantu masyarakat memperoleh informasi yang berhubungan dengan kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang bersangkutan. Oleh karena 101

116 itu, standar layanan ini harus selalu di tingkatkan agar menjadi pengungkit peningkatan kepuasan masyarakat. B. Tujuan Tujuan dari Quick Wins Pojok dan Tanda Informasi Publik (PTIP) adalah meningkatnya akses informasi masyarakat terkait dengan aktivitas rumah sakit, mekanisme dan penanganan pengaduan masyarakat secara lebih mudah dan terjangkau. C. Sasaran Sasaran Quick Wins Pojok dan Tanda Informasi Publik (PTIP) adalah: 1. Bagi Pemerintah: Menjadikan PTIP sebagai Instrumen untuk menerapkan keterbukaan informasi pada publik/masyarakat terutama terkait dengan aktivitas rumah sakit, mekanisme dan penanganan pengaduan masyarakat dan lain-lain; Sebagai salah satu sarana untuk akuntabilitas publik. 2. Bagi Masyarakat: Mendapatkan akses informasi terkait dengan aktivitas rumah sakit, mekanisme dan penanganan pengaduan masyarakat secara lebih mudah karena ditempatkan di tempat-tempat strategis; Meningkatkan kepercayaan masyarakat atas kualitas pelayanan publik oleh Kemenkes. D. Keluaran Keluaran (deliverables) yang diharapkan dapat diperoleh dengan tergarapnya QuickWins ini adalah: Tersedianya Pojok informasi di setiap lobby rumah sakit yang dilengkapi dengan perangkat layanan informasi tentang 102

117 aktivitas rumah sakit, mekanisme dan penanganan pengaduan masyarakat. Tersedianya Signane TV (tanda informasi publik melalui media elektronik lainnya/disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit) di tempat keramaian, lift, ruang tunggu yang menginformasikan jalur penanganan keluhan, keluhan yang diselesaikan, dan lain-lain. E. Rencana Aksi Menyiapkan aturan dan standar pojok informasi, dan signane TV di UPT pelayanan publik dan RS sesuai dengan karakteristik masing-masing. Melakukan assessment dan supervisi penyiapan pojok layanan Melakukan assesment dan supervisi atas publikasi layanan dan implementasi standar layanan. Melakukan monitoring dan evaluasi dan tindak lanjut peningkatan standar layanan. Melaksanakan ploting dan ditargetkan dalam waktu 2 tahun semua unit layanan dan RS UPT Kemenkes sesuai dengan karakteristik memiliki pojok informasi dan signane TV yang mampu meningkatkan kepuasan publik Customer Care Online UPT A. Latar Belakang Customer Care dalam bahasa lainnya adalah pelayanan prima. Dalam pendekatan marketing, pelayanan prima bukan hanya sekedar memberikan suatu layanan, tapi sampai kepada membangun kedekatan dengan pelanggan melalui attitute (sikap), attention (perhatian) dan action (tindakan). Pengejawantahannya dilakukan dalam sistem pelayanan terpadu (online), responsif, cepat, mudah dan murah, yang di dukung oleh SDM yang kompeten. 103

118 Menerapkan Customer Care Online di UPT Kemenkes yang memiliki Fungsi Layanan (RS dan UPT layanan lainnya) akan memberikan daya ungkit yang sangat besar untuk meningkatkan kepuasan dan kepercayaan masarakat kepada Kementerian Kesehatan. a. Tujuan Tujuan dari Quick Wins Customer Care Online UPT adalah meningkatkan standar customer care melalui customer service online di UPT Layanan yang ada di Kemenkes. b. Sasaran Sasaran dari Quick Wins Customer Care Online UPT adalah. 1. Bagi Pemerintah Menjadikan Customer Care Online UPTsebagai salah satu cara untuk mengimplementasikan amanat UU Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik yang berfokus pada kepentingan pelanggan (masyarakat). Mendapatkan informasi umpan balik terhadap layanan pengaduan atau penanganan pasien yang diberikan oleh RS yang menjadi PT Kemenkes. 2. Bagi Masyarakat Mempunyai cara yang mudah untuk memberikan informasi pengaduan atas pelayanan yang diberikan UPT Kemenkes. Meningkatkan kepercayaan masyarakat atas kualitas pelayanan publik oleh Kemenkes. B. Keluaran Keluaran (deliverables) yang diharapkan dapat diperoleh dengan tergarapnya QuickWins ini adalah tersedianya online system 104

119 yang memungkinkan masyarakat (customer)mendapatkan pelayanan prima di UPT Pelayanan Kemenkes. C. Rencana Aksi Menyiapkan online system Customer Care yang handal. Menyiapkan aturan peningkatan standar customer care dengan mekanisme citizen charter di UPT Pelayanan dan Rumah sakit sesuai dengan karakteristiknya. Melakukan assesment dan supervisi. Melakukan pilot project Melakukan monev dan tindak lanjut Kompetisi Inovasi dan Kreasi Bidang Kesehatan A. Latar Belakang Kesehatan merupakan satu pilar penting dalam kehidupan manusia. Pembangunan bidang kesehatan merupakan satu bagian besar dalam pembangunan. Oleh karena itu, partisipasi semua pemangku kepentingan harus dibuka dan didorong secara bersamasama untuk mencapai hasil terbaik bidang kesehatan. Ruang partisipasi yang paling besar daya ungkitnya dalam meningkatkan capaian hasil pembangunan bidang kesehatan adalah membuka dan mendorong inovasi dan kreasi bidang kesehatan untuk semua pemangku kepentingan baik individu, kelompok masyarakat maupun institusi. Ruang inovasi dan kreasi yang bisa didorong mencakup bidang pelayanan, penanggulangan penyakit, penanganan penyakit, budaya dan lingkungan sehat, inovasi bidang obat lokal dan lain sebagainya dalam bentuk kompetisi. B. Tujuan Mendorong berbagai pihak (individu, kelompok masyarakat, maupun institusi) untuk menampilkan inovasi dan kreasi bidang pelayanan kesehatan prima, penanggulangan penyakit, penanganan 105

120 penyakit, budaya dan lingkungan sehat, inovasi bidang obat lokal dan inovasi lainnya dalam bentuk kompetisi. C. Sasaran Sasaran dari Quick Wins Kompetisi Inovasi Dan Kreasi Bidang Kesehatan adalah. 1. Bagi Pemerintah Menjadikan Kompetisi Inovasi dan Kreasi Bidang Kesehatan sebagai salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan dan best practices terkait pelayanan bidang kesehatan yang dilakukan oleh berbagai pihak (individu, kelompok masyarakat, maupun institusi). Sarana untuk membangun kerjasama dengan pemangku kepentingan (stakeholder). Memberikan fasilitasi bagi tindak lanjut temuan baru atau inovasi bidang kesehatan pada institusi berwenang dalam pemberian HAKI. 2. Bagi Masyarakat Menjadi sarana untuk mengembangkan kreasi dan inovasi di bidang kesehatan yang dapat memberikan nilai tambah dalam memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Mendapatkan apresiasi atas inovasi dan kreasi bidang kesehatan yang sudah mereka buat. D. Keluaran Keluaran (deliverables) yang diharapkan dapat diperoleh dengan tergarapnya QuickWins ini adalah terselenggaranya kegiatan Kompetisi Inovasi dan Kreasi Bidang Kesehatanuntuk berbagai kategori secara berjenjang dan berkesinambungan. 106

121 E. Rencana Aksi Menyiapkan fasilitasiuntuk menggalakkan inovasi dan kreasi bidang kesehatan untuk semua pemangku kepentingan bidang kesehatan. Melakukan sosialisasi kepada semua pemangku kepentingan (stakeholder). Melakukan kerjasama kelembagaan dengan instansi terkait untuk menindak lanjuti hasil inovasi dan kreasi. Melaksanakan kompetisi secara bertingkat sampai puncaknya di tingkat nasional 107

122 VI. RENCANA AKSI REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN KESEHATAN 6.1 Tahapan Pencapaian Sasaran Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan 6.2 Kegiatan dan Tahapan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan 6.3 Rencana Aksi 108

123 6.1 Tahapan Pencapaian Sasaran Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Tahapan pencapaian sasaran Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan merupakan arah dari Rencana aksi kegiatan. Tahapan ini memberikan peta jalan reformasi birokrasi untuk menuju kondisi yang diharapkan di tahun Tahapan pencapaian sasaran ini dapat menjadi panduan bagi pengelola reformasi birokrasi Kementerian Kesehatan melaksanakan rencana aksi kegiatan dalam memperbaiki kualitas birokrasi Kementerian Kesehatan setiap tahunnya. Tahapan pencapaian sasaran disusun berdasarkan 3 (tiga) sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan yaitu: 1. Tahapan pencapaian Sasaran Reformasi Birokrasi Kemenkes Berkinerja Tinggi yang Bersih dan Akuntabel. 2. Tahapan pencapaian Sasaran Reformasi Birokrasi Kemenkes Berkinerja Tinggi yang Efektif dan Efisien 3. Tahapan pencapaian Sasaran Reformasi Birokrasi Kemenkes Berkinerja Tinggi yang memiliki Pelayanan Publik yang berkualitas. Untuk lengkapnya disajikan pada tabel-tabel berikut ini. 109

124 K O N D I S I S A A T I N I K O N D I S I YANG DIHARAPKAN Tersusunnya Road Map RB Kemenkes Tabel 24. Tahapan Pencapaian Sasaran RB Kemenkes Berkinerja Tinggi yang Bersih dan Akuntabel Terseleksinya Satuan Kerja yang akan diajukan WBK, WBBM untuk tahun Terbentuknya Tim RB, Asesor dan AoC Kemenkes (Pokja Manajemen Perubahan dan Pokja Pengawasan) Tersosialisasikannya Road Map RB (Kantor Pusat, Eselon 1 dan 2 melalui rakorpimtas), Unit utama menindaklajuti ke UPT masingmasing. Paparan dikoordinir oleh MP dengan materi semua Pokja. oleh Eselon I) Meningkatnya kesadaran dan peningkatan penerapan RB (kuesioner Manajemen Perubahan/Puskom bersama Badan Litbangkes) Terlaksanangya midterm review Meningkatnya profil mental aparatur (AoC dievaluasi/ EBA ulang) Meningkatnya kapasitas AoC di lingkungan Kementerian Kesehatan sampai dengan UPT Kemenkes. (kuesioner oleh Pokja Manajemen Perubahan/Puskom bersama Badan Litbangkes) Terinternalisasinya seluruh nilainilai Kemenkes oleh seluruh pegawai. Satuan kerja berkinerja tinggi, bersih dan akuntabel sebagai wujud transformasi dalam institusi. 110

125 K O N D I S I S A A T I N I K O N D I S I YANG DIHARAPKAN Terbitnya peraturan Menkes terkait teknis penanganan WBS Terlaksananya peningkatan Kapasitas Asesor, AoC dan APIP. PenguatanAoC melalui keahlian sebagai Coach Terbentuknya tim penanganan pengaduan masyarakat pada setiap satuan kerja di lingkungan Kantor Pusat Kemenkes (Pokja Pengawasan) Terbitnya Juknis Penanganan Benturan kepentingan dan penerapan SPIP di semua satuan kerja. (Pokja Pengawasan) Terlaksananya peningkatan Kapasitas AoC di lingkungan Kementerian Kesehatan sampai dengan UPT (SK AoC UPT tandatangan Sekretaris Jenderal) dan Jambore AoC Tertanganinya dengan baik semua pengaduan masyarakat. (Pokja Pengawasan) Meningkatnya penanganan WBS dan benturan kepentingan. (Pokja Pengawasan) Semakin kecilnya pengaduan masyarakat karena tidak ada penyimpangan yang berakibat kerugian negara. (a.semakin kecilnya opini negatif dan b. Semakin kecilnya kerugian negara). Semakin kecilnya penyimpangan dari penanganan WBS. (Pokja Pengawasan) Meningkatnya kepatuhan satuan kerja dalam pelaksanaan SPIP. (Pokja Pengawasan) Semakin berkurangnya pengaduan masyarakat. Totalitas tingkat kepatuhan. (Pokja Pengawasan) Meningkatnya kepatuhan semua satuan kerja dalam pelaksanaan SPIP. (Pokja Pengawasan) 111

126 K O N D I S I S A A T I N I K O N D I S I YANG DIHARAPKAN Diperolehnya penghargaan dari Menpan: Penetapan Satker Berpredikat WBBM : 1 Terlaksananya pembinaan dan pendampingan satker pelayanan untuk menerapkan indikator WBK, baik pusat maupun UPT vertikal. Diusulkannya satker pelayanan berpredikat WBK : 10 satker. Meningkatnya pelaksanaan SPIP yang baik di semua satuan kerja di lingkungan Kemenkes. (Pokja Pengawasan) Diusulkannya satker pelayanan berpredikat WBK : 10 Diusulkannya satker pelayanan berpredikat WBK : 10 Diusulkannya satker pelayanan berpredikat WBK : 10 Diusulkannya satker pelayanan berpredikat WBBM : 1 Diusulkannya satker pelayanan berpredikat WBBM : 1 Diusulkannya satker pelayanan berpredikat WBBM : 1 Terselesaikannya asesmen dan konsep integrasi e-planning, e-budgeting, e- Terlaksananya pembinaan dan pendampingan satker pelayanan untuk menerapkan indikator WBK, baik pusat maupun UPT vertikal. Terbangunnya integrasi sistem e- planning, e budgeting, e procurement, e Terlaksananya pembinaan dan pendampingan satker pelayanan untuk menerapkan indikator WBK, baik pusat maupun UPT vertikal. Dapat diimplementasikannya sistem e-planning, e- budgeting, e- Terlaksananya pembinaan dan pendampingan satker pelayanan untuk menerapkan indikator WBK, baik pusat maupun UPT vertikal. Terwujudnya sistem e-planning, e-budgeting, e-procurement, e- catalog dan e-akun kinerja pada setiap satuan kerja. (Pokja 112

127 K O N D I S I S A A T I N I K O N D I S I YANG DIHARAPKAN procurement, e- catalog dan e-akun kinerja di semua satuan kerja (Pokja Akuntabilitas) catalog dan e-akun kinerja yang dapat di akses oleh semua satuan kerja (Pokja Akuntabilitas) procurement, e-catalog dan e-akun kinerja yang dapat diakses oleh semua satuan kerja. (Pokja Akuntabilitas) Akuntabilitas) 113

128 K O N D I S I S A A T I N I K O N D I S I YANG DIHARAPKAN 1. Tahapan pencapaian Sasaran Reformasi Birokrasi menuju Birokrasi Kemenkes Berkinerja Tinggi yang Efektif dan Efisien adalah seperti pada Tabel berikut. Dimasukkannya agenda Reformasi Birokrasi ke dalam tugas dan fungsi di masing-masing Unit eselon I 2. Tabel 25. Tahapan Pencapaian Sasaran RB Kemenkes Berkinerja Tinggi yang Efektif dan Efisien Dimasukkannya kegiatan Pelaksanaan RB Kemenkes ke dalam Rencana Kegiatan masing-masing Unit eselon I Dilaporkannya secara berkala pelaksanaan agenda RB di Unit eselon I kepada Sekretaris Jenderal. Dilaporkannya secara berkala pelaksanaan agenda RB di Unit eselon I kepada Sekretaris Jenderal. Dilaporkannya secara berkala pelaksanaan agenda RB di Unit eselon I kepada Sekretaris Jenderal. Terselesaikannya Analisa Jabatan dan Informasi Jabatan berdasarkan Organisasi Baru. Diindentifikasinya tumpang tindih tugas dan fungsi serta adanya tugas tambahan di masing-masing satker dan dilaporkannya ke Biro Hukor Diinventarisasinya organisasi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/ Kota yang telah sesuai dengan pedoman Diinventarisasinya organisasi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota yang telah sesuai dengan pedoman Disusunnya proses bisnis semua satuan kerja dan harmonisasi SOP unit Kemenkes sesuai dengan organisasi baru dalam rangka peningkatan kecepatan proses penyelenggaraan pemerintah 114

129 K O N D I S I S A A T I N I K O N D I S I YANG DIHARAPKAN Terlaksananya perencanaan kebutuhan pegawai di Unit-unit Eselon II (dengan memperhitungkan kondisi saat ini dan kebutuhan) sesuai struktur organisasi baru) Direncanakannya kembali kebutuhan pegawai sesuai organisasi baru Ditempatkannya pegawai sesuai bakat/minat dan kompetensi Meningkatnya pembinaan disiplin pegawai Meningkatnya pembinaan disiplin pegawai Meningkatnya pembinaan disiplin pegawai Meningkatnya pembinaan disiplin pegawai Dikembangkannya sistem penilaian kinerja pegawai berbasis TIK Dikembangkannya sistem karier pegawai Kemenkes Dikembangkannya sistem pengembangan pegawai melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) Dikembangkannya sistem penilaian kinerja pegawai berbasis TIK Dikembangkannya sistem karier pegawai Kemenkes Dikembangkannya sistem pengembangan pegawai melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) Dikembangkannya sistem penilaian kinerja pegawai berbasis TIK Dikembangkannya sistem karier pegawai Kemenkes Meningkatnya sistem pengembangan pegawai melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) Dikembangkannya sistem penilaian kinerja pegawai berbasis TIK Dikembangkannya sistem karier pegawai Kemenkes Meningkatnya sistem pengembangan pegawai melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) 115

130 A T I N I K O N D I S I S A A T I N I K O N D I S I YANG DIHARAPKAN Dirumuskannya tatalaksana (prosesproses bisnis) di Kemenkes sesuai organisasi baru Harmonisasi Standard Operating Procedure (SOP) Kementerian Kesehatan Meningkatnya Penerapan TIK Kemenkes menuju sistem TIK terintegrasi, efektif, dan efisien Mantapnya Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Nasional terintegrasi berbasis TIK Dikembangkannya e- Government di Kemenkes Terlembagakannya Agenda RB kedalam Organisasi Kemenkes Meningkatnya organisasi Kemenkes yang right sizing serta menurunkan tumpang tindih tugas dan fungsi sampai dengan UPT Sinergi organisasi Kemenkes dengan organisasi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota Sinergi organisasi Kemenkes dengan organisasi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota Meningkatnya pelaksanaan kinerja aparatur Tersusunnya Pedoman tentang Road Map Teknologi Informasi Kesehatan Terlaksananya e- office di lingkungan Kemenkes Diusulkannya perubahan organisasi dan tata kerja satker di lingkungan Kemenkes s/d UPT kepada Kemen PAN & RB Tersusunnya Naskah Akademik (NA) tentang pedoman organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Meningkatnya penggunaan teknologi informasi dalam upaya pelaksanaan e Government Kemenkes yang terintegrasi, efektif dan efisien. Meningkatnya penggunaan teknologi informasi dalam upaya pelaksanaan e Kemenkes yang terintegrasi, efektif dan efisien. Meningkatnya penggunaan teknologi informasi dalam upaya pelaksanaan e Government Kemenkes yang terintegrasi, efektif dan efisien. 116

EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH

EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH Sasaran Reformasi Birokrasi Maraknya KKN Buruknya Pelayanan Publik Rendahnya Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja 8 Area Perubahan Bersih dari KKN Pelayanan

Lebih terperinci

EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH

EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH SASARAN REFORMASI BIROKRASI pemerintahan belum bersih, kurang akuntabel dan berkinerja rendah pemerintahan belum efektif dan efisien pemerintahan yang bersih,

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : PENGADILAN AGAMA SOE TAHUN : 2017

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : PENGADILAN AGAMA SOE TAHUN : 2017 LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : PENGADILAN AGAMA SOE TAHUN : 2017 A. PROSES (60) I. MANAJEMEN PERUBAHAN (5) 3,46 1 Tim Reformasi Birokrasi (1) 0,78 a. Tim Reformasi Birokrasi

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : TAHUN : 2014

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : TAHUN : 2014 LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : TAHUN : 2014 BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN PENILAIAN A. PROSES (60) I. MANAJEMEN PERUBAHAN (5) 5.0

Lebih terperinci

PERAN INSPEKTORAT UTAMA DALAM MENDUKUNG REFORMASI BIROKRASI

PERAN INSPEKTORAT UTAMA DALAM MENDUKUNG REFORMASI BIROKRASI PERAN INSPEKTORAT UTAMA DALAM MENDUKUNG REFORMASI BIROKRASI INSPEKTORAT UTAMA 7 AGUSTUS 2017 OUTLINE 1 2 3 Tujuan, Sasaran, Arah dan Kerangka Kebijakan RB Ukuran Keberhasilan RB Peran Inspektorat dalam

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : POLDA NTB TAHUN : 2016

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : POLDA NTB TAHUN : 2016 LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : POLDA NTB TAHUN : 2016 PENILAIAN A. PROSES (60) I. MANAJEMEN PERUBAHAN (5) 5.00 100.00% 1 Tim Reformasi Birokrasi (1) 1.00 100.00% a. Tim

Lebih terperinci

Disampaikan oleh : Kepala Bagian Program dan Informasi Pada acara Pertemuan Sinkronisasi dan Validasi Data Rumah Sakit

Disampaikan oleh : Kepala Bagian Program dan Informasi Pada acara Pertemuan Sinkronisasi dan Validasi Data Rumah Sakit Disampaikan oleh : Kepala Bagian Program dan Informasi Pada acara Pertemuan Sinkronisasi dan Validasi Data Rumah Sakit Dasar Hukum Selayang Pandang Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Sistem Informasi

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA - 2-2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PETA JALAN REFORMASI BIROKRASI BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN 2015-2019 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : SETJEN WANTANNAS TAHUN : 2017

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : SETJEN WANTANNAS TAHUN : 2017 LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : SETJEN WANTANNAS TAHUN : PENILAIAN A. PROSES (60) I. MANAJEMEN PERUBAHAN (5) 5.00 100.00% 1 Tim Reformasi Birokrasi (1) 1.00 100.00% a.

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA buku 1 PEDOMAN pengajuan dokumen usulan reformasi birokrasi kementerian/lembaga Peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 7 tahun 2011 kementerian pendayagunaan

Lebih terperinci

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN BPKP TERNATE, 12 APRIL 2017

REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN BPKP TERNATE, 12 APRIL 2017 1 REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN BPKP TERNATE, 12 APRIL 2017 2 REFORMASI BIROKRASI PENGERTIAN Upaya melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut

Lebih terperinci

2016, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 13); 4. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 201

2016, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 13); 4. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 201 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1430, 2016 KEMEN-DPDTT. Road Map RB 2015-2019. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SESUAI DENGAN SURAT MENPAN RB NOMOR : B/14/D.I.PANRB-UPRBN/12/2015 TANGGAL 22 DESEMBER 2015

EVALUASI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SESUAI DENGAN SURAT MENPAN RB NOMOR : B/14/D.I.PANRB-UPRBN/12/2015 TANGGAL 22 DESEMBER 2015 EVALUASI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SESUAI DENGAN SURAT MENPAN RB NOMOR : B/14/D.I.PANRB-UPRBN/12/2015 TANGGAL 22 DESEMBER 2015 Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) adalah Model

Lebih terperinci

- 2 - Pasal 3. Pasal 5 Area sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Kepala Badan ini.

- 2 - Pasal 3. Pasal 5 Area sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Kepala Badan ini. - 2 - Pasal 1 Menetapkan Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika tentang Road Map Reformasi Birokrasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika 2015 2019. Pasal 2 Road Map Reformasi

Lebih terperinci

Pelaksanaan Evaluasi berpedoman pada Peraturan MenPAN RB 14/2014 ttg Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah

Pelaksanaan Evaluasi berpedoman pada Peraturan MenPAN RB 14/2014 ttg Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah 1 Sesuai PP 81/2010 ttg Grand Design Reformasi Birokrasi Tahun 2010-2025 dan PerMenPAN RB 11/2015 ttg Road Map RB 2015-2019, Tim Kementerian PAN RB telah melakukan Evaluasi atas Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

Lebih terperinci

SAMBUTAN DAN PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

SAMBUTAN DAN PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN SAMBUTAN DAN PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNDANG-UNDANG KESEHATAN Pasal 106 NO. 36 TAHUN 2009 Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PRT/M/2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN PENILAIAN MANDIRI PROGRAM REFORMASI BIROKRASI BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PELAKSANAAN PENILAIAN MANDIRI PROGRAM REFORMASI BIROKRASI BAB I PENDAHULUAN TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR LAPORAN PELAKSANAAN PENILAIAN MANDIRI PROGRAM REFORMASI BIROKRASI BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan

Lebih terperinci

Panel 2 : Konsensus Panel Asesor Penetapan Nilai Pelaksanaan RB dan Rencana Aksi Tindak Lanjut

Panel 2 : Konsensus Panel Asesor Penetapan Nilai Pelaksanaan RB dan Rencana Aksi Tindak Lanjut Panel 2 : Konsensus Panel Asesor Penetapan Nilai Pelaksanaan RB dan Rencana Aksi Tindak Lanjut Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Sesuai PP 81/2010 ttg Grand Design Reformasi

Lebih terperinci

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Menteri PAN dan RB, pelaksanaan proses pembangunan zona integritas harus dilaksanakan dengan perencanaan yang baik, karena di sini akan menentukan

Lebih terperinci

Hasil Laporan Evaluasi

Hasil Laporan Evaluasi Hasil Laporan Evaluasi Instansi : Badan Narkotika Nasional Nama Inspektur : IRTAMA BNN Waktu Pengisian : 2015-04-21 14:10 Waktu Pengevaluasian : Tahap : Tahap 3 *) Penilaian Penjelasan Jawaban Nilai Presentase

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN 2015-2019 Biro Perencanaan dan Anggaran Kemenkes Disampaikan pada: RAPAT KONSULTASI NASIONAL PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALKES PALU, 31 MARET 2015 VISI PRESIDEN Terwujudnya

Lebih terperinci

- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS

- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS - 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS A. KEMAJUAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Sebagai langkah strategis,

Lebih terperinci

ARAH PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA TERWUJUDNYA 3 (TIGA) SASARAN REFORMASI BIROKRASI NASIONAL

ARAH PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA TERWUJUDNYA 3 (TIGA) SASARAN REFORMASI BIROKRASI NASIONAL ARAH PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA TERWUJUDNYA 3 (TIGA) SASARAN REFORMASI BIROKRASI NASIONAL AZWAR ABUBAKAR Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI. (Presentasi Materi Subtansi Instansi) Jakarta, 18 Juli 2017

REFORMASI BIROKRASI. (Presentasi Materi Subtansi Instansi) Jakarta, 18 Juli 2017 REFORMASI BIROKRASI (Presentasi Materi Subtansi Instansi) Jakarta, 18 Juli 2017 Kegiatan Belajar 1 Reformasi Birokrasi Pengertian Reformasi Birokrasi Salah satu cara untuk membangun kepercayaan masyarakat.

Lebih terperinci

LAPORAN PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

LAPORAN PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 1 LAPORAN PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2016 2 KATA PENGANTAR Dalam

Lebih terperinci

PROSES PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN REFORMASI BIROKRASI

PROSES PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN REFORMASI BIROKRASI Lampiran II Peraturan Menpan dan RB No. 31 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Secara Online PROSES PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan

BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI A. Pendahuluan Salah satu area perubahan dalam reformasi birokrasi yang wajib dilaksanakan oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah adalah penataan tata

Lebih terperinci

PENGUATAN AREA PENGAWASAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI. Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

PENGUATAN AREA PENGAWASAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI. Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia PENGUATAN AREA PENGAWASAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Sasaran Reformasi Birokrasi Maraknya KKN Buruknya Pelayanan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai lima tahun secara

Lebih terperinci

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi Ir. Deddy S. Bratakusumah, BE., MURP., M.Sc, PhD. DEPUTI BIDANG TATALAKSANA deddys@menpan.go.id

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Nganjuk. 03 Maret 2017 Ketua Pengadilan Agama Nganjuk. Drs. H. SYAIFUL HEJA, M. H. NIP

KATA PENGANTAR. Nganjuk. 03 Maret 2017 Ketua Pengadilan Agama Nganjuk. Drs. H. SYAIFUL HEJA, M. H. NIP KATA PENGANTAR Sebagai bagian dari implementasi kebijakan nasional sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2015-2019, dalam rangka

Lebih terperinci

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO Lampiran A 73 KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI 2015 2019 TINGKAT MAKRO Sasaran Reformasi A. yang bersih dan akuntabel. 1. Penerapan sistem nilai dan integritas birokrasi yang efektif. 2.

Lebih terperinci

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Rapat Koordinasi Nasional Palu, 31 Maret 2015 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI BALAI BESAR TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Rapat PRA RAKER B2TKE 2017 Tangsel, 30 Maret 2017

REFORMASI BIROKRASI BALAI BESAR TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Rapat PRA RAKER B2TKE 2017 Tangsel, 30 Maret 2017 REFORMASI BIROKRASI BALAI BESAR TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI Rapat PRA RAKER B2TKE 2017 Tangsel, 30 Maret 2017 DAFTAR ISI LATAR BELAKANG DASAR HUKUM PROGRAM RB REVIEW KEG RB 2015/2016 KEGIATAN RB 2016/2017

Lebih terperinci

KESIAPAN PUSDIKLAT MIGAS UNTUK BERKONTRIBUSI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI (QUICK WINS) DI KESDM

KESIAPAN PUSDIKLAT MIGAS UNTUK BERKONTRIBUSI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI (QUICK WINS) DI KESDM KESIAPAN PUSDIKLAT MIGAS UNTUK BERKONTRIBUSI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI (QUICK WINS) DI KESDM Oleh : Drs. Buntaram *) ABSTRAK Memasuki Tahun 2013 sebagai pelaksanaan Reformasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KECAMATAN CICURUG KABUPATEN SUKABUMI NOMOR : 30 Tahun 2018

KEPUTUSAN KECAMATAN CICURUG KABUPATEN SUKABUMI NOMOR : 30 Tahun 2018 PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI KECAMATAN CICURUG Jalan Siliwangi Nomor 111 Telepon (0266) 731002 Faksimil (0266) 731002 Website: sidikcicurug@yahoo.com email: cicurug.marema@gmail.com CICURUG 43359 KEPUTUSAN

Lebih terperinci

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI BNN Jakarta, 11 Februari 2016

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI BNN Jakarta, 11 Februari 2016 ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI BNN 2015-2019 Jakarta, 11 Februari 2016 GRAND DESIGN & ROAD MAP RB 2010-2025 PERPRES NO. 81 TAHUN 2010 GRAND DESIGN RB 2010-2025 ROAD MAP RB 2010-2014 RMRB 2015-2019 RMRB 2020-2024

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS APARAT PENGAWAS INTERNAL DALAM MELAKUKAN AUDIT BERBASIS RESIKO

PENINGKATAN KAPASITAS APARAT PENGAWAS INTERNAL DALAM MELAKUKAN AUDIT BERBASIS RESIKO PENINGKATAN KAPASITAS APARAT PENGAWAS INTERNAL DALAM MELAKUKAN AUDIT BERBASIS RESIKO Disampaikan dalam Training Peningkatan Kapasitas Aparat Pengawasan Internal Itjen Kemenristekdikti Bogor 29 April 2016

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI BNN TAHUN Jakarta, Juli 2015

EVALUASI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI BNN TAHUN Jakarta, Juli 2015 EVALUASI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI BNN TAHUN Jakarta, Juli 1 SURAT KEPUTUSAN KEPALA BNN KEANGGOTAAN REFORMASI BIROKRASI 1. Keputusan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor : KEP/146/IV/2013/BNN tanggal

Lebih terperinci

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI BNN Jakarta, 1 Desember 2015

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI BNN Jakarta, 1 Desember 2015 ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI BNN 2015-2019 Jakarta, 1 Desember 2015 LANDASAN PENYUSUNAN ROAD MAP BNN 2015-2019 1. Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 (Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010); 2.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI 2015-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK Melayani Informasi, Memajukan Negeri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu prasyarat penting dalam

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBAGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WBK / WBBM DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA DENPASAR

RENCANA KERJA PEMBAGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WBK / WBBM DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA DENPASAR RENCANA KERJA PEMBAGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WBK / WBBM DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA DENPASAR A. DASAR 1. Peraturan Menteri Pendayagunanaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WBK / WBBM DI UNIT KERJA BAPPEDA KOTA BANDA ACEH

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WBK / WBBM DI UNIT KERJA BAPPEDA KOTA BANDA ACEH RENCANA KERJA PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WBK / WBBM DI UNIT KERJA BAPPEDA KOTA BANDA ACEH A. DASAR HUKUM Dengan berlakunya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi

Lebih terperinci

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Rapat Koordinasi Nasional Padang, 16 Maret 2015 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL PADA RAPAT KOORDINASI PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH REGIONAL II RIAU

SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL PADA RAPAT KOORDINASI PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH REGIONAL II RIAU KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL Jalan Medan Merdeka Utara Nomor 7 Jakarta 10110 SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL PADA RAPAT KOORDINASI PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

2017, No Tertinggal, dan Transmigrasi tentang Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 2

2017, No Tertinggal, dan Transmigrasi tentang Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 2 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1140, 2017 KEMEN-DPDTT. Road Map. 2017-2019. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG ROAD

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN 2015-2019 Dr. Wirabrata, Apt Kabag. Perencanaan Strategis, Kebijakan, dan Program Biro Perencanaan dan Anggaran Kemenkes Disampaikan pada: Rapat Konsultasi Nasional

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.710, 2015 LEMSANEG. Zona Integritas. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WILAYAH

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah,

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah, KATA PENGANTAR Alhamdulillaah, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan petunjuk- Nya kami telah menyusun dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT S A L I N A N BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS KORUPSI DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WBK / WBBM DI UNIT KERJA BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN BANYUWANGI

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WBK / WBBM DI UNIT KERJA BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN BANYUWANGI RENCANA KERJA PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WBK / WBBM DI UNIT KERJA BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN BANYUWANGI A. DASAR HUKUM Dengan berlakunya Peraturan Menteri Pendayagunaan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WBK DAN WBBM

PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WBK DAN WBBM PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WBK DAN WBBM Jakarta, Mei 2015 DAFTAR ISI Halaman Pengertian.... 2 Syarat Penetapan WBK/WBBM. 3 Komponen Pengungkit dan Hasil. 3 I. Komponen Pengungkit... 3 II. Komponen

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi KONDISI UMUM SEBELUM REFORMASI BIROKRASI 2 MASIH DIWARNAI DENGAN

Lebih terperinci

lingkungan Kementerian/Lembaga dan Pemerintahan Daerah

lingkungan Kementerian/Lembaga dan Pemerintahan Daerah PERATURAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN OBSEVASI LAUT NOMOR PER. IOI.9 IBALITBANG KP.3.1/BPOL/RC.31O11112016 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEFARMASIAN DAN ALKES DI ERA JKN DALAM KORIDOR IMPLEMENTASI UU No. 23/2014 TTG PEMERINTAH DAERAH

KEBIJAKAN KEFARMASIAN DAN ALKES DI ERA JKN DALAM KORIDOR IMPLEMENTASI UU No. 23/2014 TTG PEMERINTAH DAERAH KEBIJAKAN KEFARMASIAN DAN ALKES DI ERA JKN DALAM KORIDOR IMPLEMENTASI UU No. 23/2014 TTG PEMERINTAH DAERAH Direktur Jenderal Bina Kefarmasian & Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Pertemuan Policy

Lebih terperinci

BIDANG PENATAAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN

BIDANG PENATAAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN MATRIKS HASIL EVALUASI REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2016 UNTUK DITINDAKLANJUTI DI TAHUN 2017 TIM POKJA LANGKAH-LANGKAH RENCANA AKSI 1 MENINDAKLANJUTI PERMENDAGRI 88 TAHUN 2013 PENATAAN

Lebih terperinci

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu prasyarat penting

Lebih terperinci

SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2015 2019 SEKRETARIS JENDERAL

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MELALUI PELAYANAN PUBLIK INSPEKTORAT JENDERAL 2016

PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MELALUI PELAYANAN PUBLIK INSPEKTORAT JENDERAL 2016 PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MELALUI PELAYANAN PUBLIK INSPEKTORAT JENDERAL 2016 SASARAN REFORMASI BIROKRASI Maraknya KKN Rendahnya Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Buruknya Pelayanan Publik 8 Area Perubahan

Lebih terperinci

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B MANUAL MUTU PENJAMINAN MUTU PENGADILAN

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B MANUAL MUTU PENJAMINAN MUTU PENGADILAN PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B MANUAL MUTU PENJAMINAN MUTU PENGADILAN KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BANTUL NOMOR 23 TAHUN 2017 PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.1.24.11.12.7154 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN TIM REFORMASI BIROKRASI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERUBAHAN. Johnson K Rajagukguk, SH, MH (Kepala Badan Keahlian DPR RI)

MANAJEMEN PERUBAHAN. Johnson K Rajagukguk, SH, MH (Kepala Badan Keahlian DPR RI) MANAJEMEN PERUBAHAN Johnson K Rajagukguk, SH, MH (Kepala Badan Keahlian DPR RI) GAMBARAN UMUM AGENDA Salah satu tonggak penting pelaksanaan Reformasi Birokrasi adalah ditetapkannya budaya unggul Religius,

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016 Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016 DIREKTORAT PELAYANAN KEFARMASIAN Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan KEMENTERIAN KESEHATAN RI KATA PENGANTAR Kami memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY 3 DIMENSI PEMBANGUNAN: PEMBANGUNAN MANUSIA, SEKTOR UNGGULAN, PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN VISI DAN MISI PRESIDEN TRISAKTI: Mandiri di bidang ekonomi;

Lebih terperinci

PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT

PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE-57 25 JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT 3 DIMENSI PEMBANGUNAN: PEMBANGUNAN MANUSIA, SEKTOR UNGGULAN, PEMERATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI. Memperkuat Birokrasi Pemerintahan Melalui Perubahan Secara Terencana

BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI. Memperkuat Birokrasi Pemerintahan Melalui Perubahan Secara Terencana 2019 2018 2017 2016 2015 Daftar Isi BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI Memperkuat Birokrasi Pemerintahan Melalui Perubahan Secara Terencana 1 BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS Kemajuan dan Tantangan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1 Kata Pengantar Reformasi birokrasi dilingkungan Kementerian Hukum dan HAM pada hakikatnya adalah perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

Lebih terperinci

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan ( REVISI I ) KATA PENGANTAR Rencana Strategis Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA) 205 209 merupakan turunan dari Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2016

LAPORAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2016 LAPORAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2016 DAFTAR ISI Kata Pengantar..... i Daftar Isi..... ii Daftar Gambar... v Daftar Tabel... vi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Keberadaan BKN secara yuridis formal termuat di dalam Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

Rencana Aksi Kegiatan

Rencana Aksi Kegiatan Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019 DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA PADA PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI

REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI Jakarta, 11 Agustus 2015 Disampaikan pada acara : Rapat kerja Tengah Tahun Lembaga Penyiaran RRI Tahun 2015 Esensi Reformasi

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK MELALUI REFORMASI BIROKRASI PEMDA MELALUI PTSP

ARAH KEBIJAKAN PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK MELALUI REFORMASI BIROKRASI PEMDA MELALUI PTSP KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA ARAH KEBIJAKAN PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK MELALUI REFORMASI BIROKRASI PEMDA MELALUI PTSP Jeffrey Erlan Muler, SH Asisten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan dengan amanat Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Strategis

Lebih terperinci

SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL & KOORDINASI TINDAK LANJUT PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI

SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL & KOORDINASI TINDAK LANJUT PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SOSIALISASI ROADMAP REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL & KOORDINASI TINDAK LANJUT PELAKSANAAN

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 1 ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI 2015-2019 DASAR HUKUM ARAH KEBIJAKAN 1. UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Lembaga Berbasis Reformasi Birokrasi Internal (RBI) Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Lembaga Berbasis Reformasi Birokrasi Internal (RBI) Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan PANDUAN Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Lembaga Berbasis Reformasi Birokrasi Internal (RBI) Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Disusun oleh Tim Pengembang Lembaga (TPL) LPMP/ BDK Klaster II BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI DI DAERAH

IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI DI DAERAH IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI DI DAERAH 1 1 Program RB Grand Design RB Road Map RB 6 Program Makro 8 Area Perubahan 9 Program Percepatan RB 9 Program Mikro K/L & Pemda 2 Keterkaitan Program Makro Dengan

Lebih terperinci

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B 1 PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BANTUL NOMOR 26 TAHUN 2017 T E N T A N G RENCANA KERJA PEMBANGUNAN REFORMASI BIROKRASI PADA PENGADILAN NEGERI BANTUL KETUA PENGADILAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH

RENCANA STRATEGIS PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH 1 i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan Rencana Strategis (Renstra) Pengadilan Negeri Muara Teweh Tahun 2015-2019.

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Saat Ini telah melaksanakan program reformasi birokrasi pada periode 2005-2009. Sampai saat ini program reformasi birokrasi masih terus berlanjut, dan telah memberikan manfaat

Lebih terperinci

ARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA

ARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA ARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG TEPAT UNTUK DAERAH Assalammu alaikum Wr.Wb

Lebih terperinci

Kata Pengantar. massive di seluruh instansi pemerintah dengan kadar kedalaman yang berbedabeda.

Kata Pengantar. massive di seluruh instansi pemerintah dengan kadar kedalaman yang berbedabeda. 2019 2018 2017 2016 2015 Kata Pengantar Reformasi birokrasi bukan lagi sekedar tuntutan dari segenap elemen masyarakat yang mengharapkan agar birokrasi dan terutama aparatur dapat berkualitas lebih baik

Lebih terperinci

PENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS APARATUR DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI

PENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS APARATUR DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS APARATUR DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI Herry Yana Sutisna Deputi Bidang Pengawasan dan

Lebih terperinci

KASN SEBAGAI PILAR REFORMASI BIROKRASI CERAMAH PADA MUKERTAS KABUPATEN BANGKA UTAMA

KASN SEBAGAI PILAR REFORMASI BIROKRASI CERAMAH PADA MUKERTAS KABUPATEN BANGKA UTAMA KASN SEBAGAI PILAR REFORMASI BIROKRASI CERAMAH PADA MUKERTAS KABUPATEN BANGKA UTAMA Jakarta, 8 Maret 2017 UU 5/2014 sebagai Pilar Ref Birokrasi UU ASN merupakan salah satu karya besar DPR 2009-2014 dalam

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

MEMULAI PERUBAHAN DENGAN REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIS JENDERAL OMBUDSMAN RI

MEMULAI PERUBAHAN DENGAN REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIS JENDERAL OMBUDSMAN RI MEMULAI PERUBAHAN DENGAN REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIS JENDERAL OMBUDSMAN RI SASARAN REFORMASI BIROKRASI pemerintahan belum bersih, kurang akuntabel dan berkinerja rendah pemerintahan belum efektif dan

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

2 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.753, 2015 KEMEN-ESDM. Reformasi Birokrasi. Unit Pengelola. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG UNIT PENGELOLA

Lebih terperinci

PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 1 Februari 2016 1 PERMASALAHAN BIROKRASI Mengapa Harus

Lebih terperinci