DESKRIPSI PENYELENGGARAAN PROGRAM KEGIATAN BINA KELUARGA BALITA DI BKB LAMAHU DESA LONUO KECAMATAN TILONGKABILA KABUPATEN BONE BOLANGO.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DESKRIPSI PENYELENGGARAAN PROGRAM KEGIATAN BINA KELUARGA BALITA DI BKB LAMAHU DESA LONUO KECAMATAN TILONGKABILA KABUPATEN BONE BOLANGO."

Transkripsi

1 DESKRIPSI PENYELENGGARAAN PROGRAM KEGIATAN BINA KELUARGA BALITA DI BKB LAMAHU DESA LONUO KECAMATAN TILONGKABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh Iyam Sinubu Ruslin W. Badu, Nunung Suryana Jamin Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum optimalnya peran pengelola dan kader BKB dalam penyelenggaraan program kegiatan Bina Keluarga Balita di BKB Desa Lonuo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Tujuan penelitian ini adalah mendekripsikan peran pengelola dan peran kader dalam penyelenggaraan program kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) di PAUD Lamahu Desa Lonuo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Metode penelitian kualitatif Dalam pengumpulan data menggunakan teknik observasi wawancara dan dokumentasi Materi wawancara menyangkut peran pengelola (penyelenggara) dalam penyelenggaraan program kegiatan BKB Informan penelitian adalah keluarga balita (orang tua) dan anak balitanya di PAUD Lamahu Desa Lonuo kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelola dan kader telah berperan penting dalam penyelenggaraan program kegiatan BKB di PAUD Lamahu Desa Lonuo kecamatan Tilongkabila kabupaten Bone Bolango Dan peran tersebut dapat diwujudkan karena adanya kerjasama antara pengelola kader dan keluarga balita lainnya yang ikut serta dalam program tersebut Dalam hasil observasi diketahui bahwa ada beberapa keluarga balita yang belum memahami tentang program BKB yang diadakan di Paud Lamahu hal ini terlihat masih kurangnya kehadiran dan peran serta keluarga balita dalam pelaksanaan kegiatan BKB Kata Kunci Penyelenggaraan Bina Keluarga Balita

2 PENDAHULUAN Dalam keseluruhan siklus hidup manusia, masa dibawah usia lima tahun (balita) merupakan periode yang paling kritis dalam menentukan kualitas sumber daya manusia, pada lima tahun pertama kehidupan manusia, proses tumbuh kembang berjalan sangat cepat. Menurut Rosadi, (dalam Asmani, 2009:39) bahwa masa balita disebut sebagai masa emas (golden age period) khususnya pada usia 0-2 tahun perkembangan otak mencapai 80%. Apabila pada masa tersebut anak balita tidak dibina secara baik, maka anak tersebut akan mengalami gangguan perkebangan baik emosi, sosial, mental, intelektual, dan moral yang akan sangat menentukan sikap serta nilai pola perilaku anak dikemudian hari, oleh karena itu diperlukan program Bina Keluarga Balita (BKB) program yang bertujuan untuk meningkatkan peran orang tua (ayah dan ibu) serta anggota keluarga lainnya dalam pembinaan tumbuh kembang anak balita sesuai dengan usia dan tahap perkembangan yang harus dimiliki agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang mandiri dan berkualitas. Keluarga sebagai lembaga pendidikan informal dilindungi dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional. Menurut Ki Hadjar Dewantara (dalam Direktorat Pembinaan PAUD, 2012:1) Keluarga adalah Lingkungan Pendidikan yang Pertama dan Utama. Dengan demikian, peran keluarga dalam hal pendidikan bagi anak, tidak dapat tergantikan sekalipun anak telah dididik di lembaga pendidikan formal maupun nonformal. Untuk itu, keluarga harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan proses peningkatan gizi dan kesehatan, perawatan, pengasuhan, pendidikan dan perlindungan. Kenyataan yang dijumpai di masyarakat, masih banyak keluarga yang belum memahami peran penting tersebut. Oleh karena itu, diperlukan adanya kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga agar orang tua (keluarga balita) dapat memberikan dukungan kepada anak usia dini secara lebih optimal. Salah satu kegiatan tersebut adalah Gerakan Bina Keluarga Balita (BKB).

3 BKB atau bina keluarga balita merupakan sebuah program dari pemerintah dalam rangka pembinaan keluarga untuk mewujudkan tumbuh kembang balita secara optimal. BKB tidak sama dengan PAUD (Pendidikan anak usia dini) ataupun TPA karena sasaran dari BKB adalah keluarga/orangtua yang memiliki anak balita 0-5 tahun. Hasil penelitian pusat studi keluarga BKKBN tentang peranan orangtua (ayah dan ibu) dan anggota keluarga lainnya dalam upaya pemantapan pembinaan tumbuh kembang anak menunjukkan bahwa anak dapat belajar dengan baik di sekolah yang lebih lanjut bila mana telah dipersiapkan terlebih dahulu antara lain dengan mengikuti kelompok BKB. Namun masalah yang terjadi di BKB Lamahu Desa Lonuo Kecamatan Tilongkabila justru sebaliknya. Dimana program kegiatan BKB tersebut jauh dari harapan. Contoh kongkrit yang dijumpai di lapangan masih banyak orang tua (keluarga balita) yang tidak memiliki pendidikan dalam mengasuh serta mendidik anak sehingga banyak anak-anak yang terhambat pertumbuhan dan perkembanganya, misalnya dalam hal kesehatan anak yaitu kekurangan gizi, anak selalu sakit-sakitan, dalam hal pendidikan adalah banyak anak yang tidak sekolah karena kurangnya kesadaran orang tua untuk mengantar anaknya kesekolah, kurangnya pendidikan karakter yang diberikan oleh orang tua terhadap anak sehingga banyak anak-anak yang berperilaku yang tidak baik sehingga anak hanya suka berkelahi, berbohong, berkata-kata yang tidak baik serta tidak patuh pada orang tua. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk membahas masalah tersebut dalam skripsi yang berjudul: Deskripsi Penyelenggaraan Program Kegiatan Bina Keluarga Balita di PAUD Lamahu Desa Lonuo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penyelengaaraan program kegiatan Bina Keluarga Balita di BKB Lamahu Desa Lonuo Kecamatan TilongKabila Kabupaten Bone Bolango. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi sekolah, guru serta orang tua anak tentang program kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB).

4 KAJIAN TEORI 1. Pengertian BKB Bina Keluarga Balita adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada orang tua dan anggota keluarga lainnya tentang bagaimana mendidik dan mengasuh anak balitanya serta bagaimana memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya (BKKBN, 2001:5-6). Bina keluarga balita adalah kegiatan yang khusus mengelola tentang pembinaan tumbuh kembang anak melalui pola asuh yang benar berdasarkan kelompok umur, yang dilaksanakan oleh sejumlah kader dan berada ditingkat RW (Burankara, 2012:2). Program kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya peningkatan peranan dan kemampuan orang tua dan anggota keluarga lainnya untuk memberikan stimulasi dini dalam berbagai aspek tumbuh kembang anak balita melalui rangsangan fisik, mental, intelektual dan spiritual, sosial emosional, serta moral yang berlangsung dalam proses interaksi antara orang tua dan anak (BKKBN, 2001:2). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Bina Keluarga balita merupakan program yang sangat penting bagi orang tua, untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengasuh, mendidik serta memantau semua perkembangan dan pertumbuhan anak balita sesuai dengan usianya. 2. Tujuan Program Bina Keluarga Balita (BKB) Dalam program BKB dapat dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut : a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu dan anggota keluarga lainnya tentang pentingnya Proses tumbuh kembang balita dalam aspek fisik, mental dan sosial dan pelayanan yang tepat dan terpadu yang tersedia bagi anak, misalnya di Posyandu. b. Meningkatkan keterampilan ibu dan anggota keluarga lainnya dalam mengusahakan tumbuh kembang anak secara optimal, antara lain dengan stimulus mental dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) dan memanfaatkan pelayanan yang tersedia.

5 Dalam BKKBN (2003:2-3) kegiatan BKB mempunyai dua tujuan yaitu sebagai berikut : 1. Tujuan umum yakni memberdayakan orang tua (ayah dan ibu) dan anggota keluarga lainnya dalam membina tumbuh kembang anak untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. 2. Tujuan Khusus yakni: (1) Meningkatkan pengetahuan orang tua (ayah dan ibu) dan anggota keluarga lainnya tentang tumbuh kembang balita melalui kegiatan rangsangan fisik, mental, intelektual dan spiritual, sosial, emosional serta moral (2) Meningkatkan sikap dan perilaku orang tua (ayah dan ibu) dan anggota kelurga lainnya dalam membina tumbuh kembang anak (3) Meningkatkan keterampilan orang tua (ayah dan ibu) dan anggota kelurga lainnya dalam pengasuhan anak (4) Meningkatkan kesadaran perhatian dan keterlibatan lembaga-lembaga masyarakat yang ada dalam lingkungan untuk membina tumbuh kembang anak (5) Melembagakan kegiatan BKB dalam lingkungan keluarga dan masyarakat luas. 3. Manfaat Program Bina Keluarga Balita (BKB) Program kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) mempunyai manfaat bagi orang tua maupun anak, berikut manfaat BKB adalah : a. Bagi orang tua Orang tua akan menjadi: (a) Pandai mengurus dan merawat anak, serta pandai membagi waktu dan mengasuh anak; (b) Lebih luas wawasan dan pengetahuannya tentang pola asuh anak; (c) Meningkat keterampilannya dalam hal mengasuh dan mendidik balita; (d) Lebih baik dalam pembinaan anaknya; (e) Lebih dapat mencurahkan perhatian pada anaknya sehingga tercipta ikatan bathin yang kuat antara anak dan orang tua; (f) Akhirnya akan tercipta keluarga yang berkualitas. b. Bagi anak Anak akan tumbuh dan berkembang sebagai anak yang : (a) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) Berkepribadian luhur; (c) Tumbuh dan berkembang secara optimal, cerdas, trampil dan sehat; (d) Memiliki dasar kepribadian yang kuat, guna perkembangan selanjutnya (BKKBN, 2009:4).

6 d. Ciri-Ciri Program Bina Keluarga Balita (BKB) Program kegiatan BKB memiliki beberapa ciri utama diantaranya sebagai berikut: (1) Menitikberatkan pada pembinaan ibu dan anggota keluarga lainnya yang memiliki balita; (2) Membina tumbuh kembang anak; (3) Menggunakan alat bantu seperti Alat Permainan Edukatif (APE), dongeng, nyanyian sebagai perangsang tumbuh kembang anak; (4) Menekankan pada pembangunan manusia pada usia dini, baik fisik maupun mental; (5) Tidak langsung ditujukan kepada balita; (6) Meningkatkan keterampilan ibu dan anggota keluarga lainnya agar dapat mendidik dan mendidik balitanya (Sipayung, 2012: 2). e. Pokok-Pokok Kegiatan Program Bina Keluarga Balita (BKB) Dalam program kegiatan Bina Keluarga Balita memiliki pokok-pokok kegiatan (BKKBN, 2003: 17-23) sebagai berikut: 1. Penggalangan kesepakatan Untuk meningkatkan dan memantapkan kesepakatan politis dan operasional disemua tingkat wilayah, dapat dilakukan melalui berbagai upaya antara lain pertemuan-pertemuan baik ditingkat pusat maupun di daerah untuk memantapkan kesepakatan diantara unsur terkait. Kegiatan BKB dititik beratkan kepada upaya pembinaan proses interaksi antara orang tua dan anak agar lebih bermakna. Pelaksanaan kegiatan BKB dilakukan secara komprehensif dan holistik meliputi menjaga kelangsungan hidup bagi balita, pembinaan tumbuh kembang anak balita secara menyeluruhdan tidak dapat dipisahkan dengan aspek-aspek lain yang sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang balita antara lain aspek kesehatan, gizi dan pendidikan pengasuhan balita. 2. KIE/BKB a. Persiapan Kegiatan KIE/BKB yang memanfaatkan semua kegiatan strategis yang berhubungan dengan persiapan KIE/BKB, antara lain: a) identifikasi karakteristik dari kelompok sasaran; b) kesepakan tentang tema sentral; c) pembuatan bahan KIE/BKB seperti brosure, leaflet, billboard dan bahan informasi lainnya; d)

7 pengembangan strategi kegiatan KIE/BKB yang lain seperti: sponsorship dan kampanye sosial marketing. b. Pelaksanaan (a) Kegiatan KIE/BKB untuk penggalangan kesepakatan dengan sector unsur potensial yang ada, seperti: kunjungan atau anjangsana, peyebar luasan hasil anjangsana lewat media masa yang tepat, pemanfaatan momentum yang ada dalam menciptakan suasana kondusif. (b) Kegiatan KIE/BKB yang ditujukan kepada sasaran langsung yaitu orang tua dan anggota keluarga lainnya, tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman kesadaran dan perilaku positif orang tua dan keluarga terhadap pembinaan tumbuh kembang balita yang optimal. (c) Kegiatan KIE/BKB yang ditujukan kepada masyarakat luas, tujuannya untuk mewujudkan pengetahuan dan sikap yang positif dari masyarakat tentang pentingnya gerakan BKB (BKKBN, 2003: 17-18). 3. Pelatihan Kegiatan pelatihan yang dapat dilaksanakan secara berjenjang yaitu : a. Pelatihan pelatih BKB (TOT) bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bagi pelatih BKB dengan melibatkan para tenaga ahli, LSM, widyaiswara dan tenaga structural serta sektor terkait yang akan dilaksanakan disemua tingkatan wilayah. b. Pelatihan peyegaran PLKB/BKB bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas lapangan dalam pengelolaan kegiatan BKB sesuai dengan kebijakan, strategi dan mekanisme operasional. c. Pelatihan komunikasi/konseling Inter Personal (KIP) bagi petugas/pelaksana di lapangan d. Orientasi bagi pengelolaan gerakan BKB bagi pokja di setiap tingkatan e. Pelatihan kader BKB bertujuan untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader dalam penyelenggaraan kegiatan BKB (BKKBN, 2003: 19-20).

8 4. Pelayanan a. Pelayanan kegiatan BKB diberikan dalam bentuk : penyuluhan kepada orang tua (ayah dan ibu) memiliki balita, memantau pertumbuhan dan perkembangan anak melalui Kartu Menuju Sehat (KMS), Kartu Kembang Anak (KKA), bagi pengembangan keluarga BKB paripurna, dapat mengembangkan pelayanan bagi orang tua (ayah dan ibu) yang mempunyai anak usia 5-6 tahun b. Keterpaduan BKB dengan gizi dan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses perubahan meliputi aspek fisik, mental, spiritual, emosional dan sosial yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena saling mempengaruhi. c. Memadukan materi pembentukan karakter sejal dini sebagai salah satu materi inti penyuluhan BKB. 5. Pembinaan Untuk meningkatkan pelaksanaan kegiatan BKB, dilakukan pembinaan secara berjenjang dan berkesinambungan melalui : forum-forum pertemuan dan momentum yang ada, pembinaan kunjungan rumah, pemilihan pengelola kelompok BKB terbaik dan pemilihan balita sehat sejahtera. (BKKBN, 2003: 21-22) 6. Monitoring dan Evaluasi a. Untuk memantau perkembangan kegiatan BKB, maka dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala. Monitoring dan evaluasi dilakukan melalui pencatatan pelaporan, pendataan keluarga, penelitian, review, rapat koordinasi, kunjungan lapangan dan forum-forum pertemuan lainnya. b. Memantau pertumbuhan perkembangan balita maka digunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan Kartu Kembang Anak (KKA) 7. Penelitian dan pengembangan Untuk mengkaji dan mengembangkan program BKB, maka diadakan penelitian-penelitian (Operasional research, pengembangan model) (BKKBN, 2003: 23).

9 f. Mekanisme Pengelolaan Bina Keluarga Balita (BKB) Mekanisme pengelolaan BKB terdapat beberapa tahapan (BKKBN, 2003:9) yaitu antara lain : 1. Pengorganisasian a) Koordinasi Tingkat Pusat 1) Koordinasi dan penanggung jawab umum dan kebijakan di tingkat pusat adalah Kementrian Pemeberdayaan perempuan; 2) Kepala BKKBN sebagai penanggung jawab pelaksanaan operasional; 3) Susunan kelompok kerja BKB tingkat pusat. 2) Koordinasi Tingkat Daerah Penanggung jawab umum gerakan BKB di daerah adalah pimpinan wilayah setempat. Susunan keanggotaan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah. Untuk melaksanakan pengelolaan gerakan BKB dibentuk pokja disetiap tingkatan wilayah dengan susunan keanggotaannya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing daerah. 3) Koordinasi Tingkat Kabupaten/Kotamadya (a) Bupati/Walikota penanggung jawab umum; (b) Kepala BKKBN Dati II sebagai penanggung jawab operasional; (c) Susunan kelompok kerja BKB Dati II disesuaikan dengan kebutuhan wilayah. 4) Koordinasi Tingkat kecamatan (a) Camat adalah penanggung jawab umum pelaksanaan gerakan BKB; (b) Dikecamatan dibentuk tim operasional BKB yang membantu camat dalam pelaksanaan gerakan BKB didaerahnya dan berada dalam bimbingan tim pembina LKMD; (c) Susunan tim operasional BKB Kecamatan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan wilayah masing-masing. 5) Koordinasi Tingkat Desa/Kelurahan (a) Lurah/Kepala Desa adalah penanggung jawab umum gerakan BKB dibantu oleh tim pelaksanaan gerakan BKB; (b) Susunan tim pelaksana program BKB di desa/kelurahan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah; (c) Tugas tim pelaksana BKB tingkat desa adalah melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan; (d) Petugas Lapangan keluarga Berencana

10 (PLKB) bertugas membantu kelancaran penyelenggaraan gerakan BKB di desa yang bersangkutan; (e) Kader. 2. Mekanisme Kerja Bina Keluarga Balita (BKB) Gerakan BKB yang ditangani secara menyeluruh disemua tingkatan wilayah mulai dari tingkat pusat,propinsi,kabupaten/tingkat kota,kecamatan dan desa, memerlukan kerja sama terpadu dan beberapa sektor sehingga kegiatan BKB merupakan bagian integral dan program-program yang dilaksanakan oleh instansi dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam mendayagunakan program tersebut telah diatur mekanisme kerja sesuai dengan tingkatan wilayah program mulai dari tahapan pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan evaluasi. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif berupa deskriptif. Penelitian ini hanya mendeskripsikan data apa adanya dan menjelaskan data atau kejadian dengan kalimat-kalimat secara kualitatif. Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi sumber. Trianggulasi dengan sumber data dilakukan dengan cara pengecekan data (cek, cek ulang, dan cek silang). Mengecek adalah melakukan wawancara kepada dua atau lebih sumber informan dengan pertanyaan yang sama. Cek ulang berarti melakukan proses observasi secara berulang dengan menggunakan pedoman observasi yang sama dalam waktu yang berlainan. Cek silang berarti menggali keterangan tentang keadaan antar observasi yang satu dengan observasi yang lain. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa model interaktif yang meliputi koleksi data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.

11 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pembahasan Terhadap Hasil Wawancara Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa penyelenggara BKB Lamahu memberikan pembinaan serta pelayanan yang baik pada keluarga balita melalui penyelenggaraan program Bina Keluarga Balita di BKB Lamahu Desa Lonuo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango, namun melalui hasil wawancara tersebut terlihat masih banyak orang tua atau keluarga balita yang belum memahami dan tidak mau ikut dalam program tersebut walaupun berbagai upaya yang dilakukan ketua penyelengara dalam memberikan pengertian dan motivasi akan tetapi keluarga balita masih ada keraguan dalam mengikuti program tersebut. Dalam proses penyelenggaraan Bina Keluarga Balita di Paud Lamahu ketua penyelenggara sangat mengharapkan program berjalan dengan lancar dan berupaya dalam mengelola semua program kegiatan dengan dibantu oleh para kader yang siap melayani, membina, memberikan penyuluhan, berdiskusi dengan keluarga balita, melakukan monitoring, pengawasan serta membuat pelaporan kepada ketua penyelenggara dan mengadakan bekerjasama dengan sesama tim pelaksana baik dari kecamatan maupun dari desa setempat serta kerjasama dari kelurga balita sebagai peserta BKB. Dari hasil penelitian yang telah diwawancarai sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa jelas peran penyelenggara dalam program Bina Keluarga Balita (BKB) adalah sangat baik karena adanya hubungan kerjasama antara para kader, sesama tim pelaksana BKB dari kecamatan, dan kerjasama dengan keluarga balita sehingga program kegiatan BKB berjalan dengan baik. 2. Pembahasan Terhadap Hasil Observasi Peneliti melaksanakan awal penelitian dengan melakukan observasi terhadap peran penyelenggara (pengelola) dalam menyelenggarakan program kegiatan BKB dan melihat sejauh mana peran kader dalam penyelenggaraan tersebut, berdasarkan hasil observasi tersebut diketahui bahwa Pengelola bina keluarga balita adalah sebagai kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pada anak balita untuk mencapai tujuan

12 pendidikan secara efektif dan efisien, dan mengingat pentingnya kegiatan bina keluarga balita, maka penyelenggaraan bina keluarga balita harus dikelola semaksimal mungkin. Dalam menyelenggarakan program kegiatan BKB Lamahu, maka pengelola (penyelenggara) telah mempersiapkan beberapa upaya untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu dimulai dengan menyusun jadwal pertemuan, mengadakan pertemuan sebulan sekali, menyelenggarakan program. Adapun tugas kader adalah untuk memberikan penyuluhan sesuai dengan materi, mengadakan pengamatan perkembangan peserta BKB dan anak balitanya, memberikan pelayanan dan mengadakan kunjungan rumah dan memotivasi orang tua dalam merujuk anak apabila mengalami masalah dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini dilakukan penyelenggara dan para kader agar peserta BKB (orang tua dan anak balitanya) mendapatkan pendidikan dan pelayanan yang terbaik dalam mengasuh dan mendidik anak melalui program kegiatan BKB dan program tersebut dapat bermanfaat bagi keluarga balita demi terwujudnya keluarga bahagia sejahtera dan anak mendapatkan pengasuhan yang baik dari orang tuanya sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri. Berdasarkan hasil observasi yang telah diuraikan di atas telah menunjukkan bahwa keluarga balita (orang tua anak didik) belum sepenuhnya memahami program tersebut dan ada beberapa orang tua yang menolak untuk ikut dalam program BKB Lamahu Desa Lonuo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango tersebut. 3. Analisis Data Hasil Observasi Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data melalui teknik wawancara yang merupakan teknik utama dalam penelitian ini. Dengan teknik wawancara peneliti memperoleh gambaran tentang deskripsi penyelenggaraan Bina Keluarga Balita di BKB Lamahu Desa Lonuo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango, kemudian peneliti melakukan observasi terhadap beberapa kriteria yang berhubungan dengan pendidikan, pengasuhan dan pembinaan kepada keluarga balita dan anak balitanya melalui penyelenggaraan program bina keluarga balita di

13 Paud Lamahu, Kegiatan observasi ini dilakukan dengan lembar observasi yang telah disusun sebelumnya. Dari analisis data hasil observasi dapat disimpulkan bahwa peran penyelenggara dalam menjalankan program kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) belum berjalan dengan baik karena masih ada beberapa keluarga balita (orang tua) yang tidak mau mengikuti program tersebut. Observasi dan pengamatan dilakukan pada keluarga balita dan anak balitanya yang berjumlah 30 orang. Setiap penilaian dilakukan oleh pengelola program dan para kader BKB Lamahu Desa Lonuo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Pada awal penelitian dilakukan ada beberapa kriteria yang diamati oleh penyelenggara (pengelola) BKB terhadap keluarga balita adalah: a) Kehadiran keluarga balita dalam kegiatan BKB; b) Peran serta keluarga balita dalam pelaksanaan kegiatan BKB; c) Pemahaman keluarga balita tentang materi yang diberikan oleh kader. Berdasarkan dari hasil observasi tersebut dapat diketahui bahwa ada beberapa keluarga balita (orang tua) yang belum memahami tentang program BKB yang diadakan di Paud Lamahu, hal ini terlihat masih kurangnya kehadiran dan peran serta keluarga balita dalam pelaksanaan kegiatan BKB. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Dari keseluruhan proses penelitian yang peneliti lakukan mengenai deskripsi penyelenggaraan program kegiatan Bina Keluarga Balita di BKB Lamahu Desa Lonuo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango, akhirnya dapat peneliti ambil kesimpulan bahwa pengelola dan kader telah berperan dengan baik dalam penyelenggaraan program Bina Keluarga Balita di BKB Lamahu Desa Lonuo. Peran tersebut dapat diwujudkan karena adanya kerjasama antara pengelola, kader dan keluarga balita lainnya yang ikut serta dalam program tersebut. Dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh pengelola berupa mengunjungi keluarga balita kerumah-rumah, memberikan motivasi dan nasehat kepada keluarga balita yang tidak mau datang ke pelaksanaan program kegiatan BKB, dan upaya

14 dilakukan juga oleh para kader dengan melalui sosialisasi, mengundang para keluarga balita dalam pertemuan, memberikan materi tentang cara pengasuhan dan mendidik anak dengan baik, hal ini dapat membantu para keluarga balita tentang Bina Keluarga Balita (BKB) mengenai tata cara pengasuhan dan pemberian pendidikan yang layak bagi anak balita mereka nanti agar anak balita mereka akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangannya dan menjadi anak yang baik, sehat, cerdas dan ceria. 2. Saran Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti memberikan sedikit saran yang mudah-mudahan bisa bersifat membangun yang didasarkan pada hasil penelitian ini yakni: 1. Berdasarkan hasil penelitian, penyelenggaraan program Bina Keluarga Balita di BKB Lamahu Desa Lonuo sudah cukup baik, namun alangkah baiknya pengelola (penyelenggara) dan kader lebih meningkatkan lagi perhatiannya dan berusaha lebih dekat lagi dengan para keluarga balita yang tidak mau ikut dalam program kegiatan BKB agar keluarga balita ikut termotivasi dalam program tersebut. 2. Jalinlah kerjasama yang baik antara pengelola, kader, guru dan keluarga balita agar komunikasi dapat berjalan dengan baik guna terwujudnya tujuan bersama. DAFTAR PUSTAKA Asmani, M.Jamal Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta. Diva Press. BKKBN Pedoman Pengembangan Model keterpaduan Bina keluarga balita (BKB) dengang pelayanan Kesehatan Ibid an Anak (KIA). Jakarta BKKBN Pedoman Pola dan Strategi Peningkatan Pelaksanaan Gerakan BKB. Jakarta BKKBN Badan Penyuluhan Bina Keluarga balita Pengasuhan dan Pembinaan Tumbuh Kembang Anak. Bone Bolango.

15 Burankara,2012. Mengenal Kelompok Bina Keluarga balita. (online) di akses 20 Maret 2013 Direktorat Pembinaan PAUD,2012. Pedoman Pendidikan Karakter Pada Pendidikan Anak Usia Dini Jakarta: Depdiknas. Sipayung, Hendra Program BKB Mengawal Tumbuh Kembang Anak Pada Periode Emas. Latbang Perwakilan BKKBN. Kalimantan Tengah. diakses 01 Februari 2013

BAB II KAJIAN TEORI. keluarga lainnya tentang bagaimana mendidik dan mengasuh anak balitanya serta

BAB II KAJIAN TEORI. keluarga lainnya tentang bagaimana mendidik dan mengasuh anak balitanya serta BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Program Bina Keluarga Balita (BKB) 2.1.1 Pengertian BKB Bina Keluarga Balita adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada orang tua

Lebih terperinci

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA 1 SAMBUTAN Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan SDM seutuhnya dimana untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas harus dimulai sejak usia dini. Berbagai studi menunjukkan bahwa periode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia diperlukan satu upaya pembinaan dan pembentukan karakter sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia diperlukan satu upaya pembinaan dan pembentukan karakter sejak BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Menurut BKKBN (2008), proses pembangunan kualitas sumber daya manusia diperlukan satu upaya pembinaan dan pembentukan karakter sejak dini (Ariesta, 2011). Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Balita Anak balita adalah anak yang sudah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih. Anak balita sering disebut anak di bawah usia lima tahun. Terdapat pulka istilah umum

Lebih terperinci

Dasar Pembentukan Bina Keluarga Balita

Dasar Pembentukan Bina Keluarga Balita BAB II BINA KELUARGA BALITA II.1 Dasar Pembentukan Bina Keluarga Balita Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak balita merupakan hal yang sangat penting untuk dipenuhi. Telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak dari usia 0-8 tahun disebut masa emas (golden age)

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak dari usia 0-8 tahun disebut masa emas (golden age) BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Masa kanak-kanak dari usia 0-8 tahun disebut masa emas (golden age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia sehingga sangatlah penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, pembinaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia secara berkelanjutan. Salah satu hal yang harus diperhatikan secara khusus adalah

Lebih terperinci

KETERPADUAN BKB-POSYANDU-PAUD (SEBUAH PENGALAMAN DARI KULON PROGO)

KETERPADUAN BKB-POSYANDU-PAUD (SEBUAH PENGALAMAN DARI KULON PROGO) KETERPADUAN BKB-POSYANDU-PAUD (SEBUAH PENGALAMAN DARI KULON PROGO) Oleh: Ny. Hj. Wiwik Toyo Santoso Dipo Ketua TP PKK Kabupaten Kulon Progo Disampaikan dalam Pertemuan Telaah Program KB Nasional Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bisri Fitriani Afina Meiti Eka Isdhiyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Bisri Fitriani Afina Meiti Eka Isdhiyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha manusia dalam meningkatan sumber daya manusia yang diwujudkan dengan proses belajar. Jalur pendidikan dikelompokkan menjadi pendidikan

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi

Lebih terperinci

BIDANG PENDIDIKAN. Ida Rindaningsih, M.Pd

BIDANG PENDIDIKAN. Ida Rindaningsih, M.Pd BIDANG PENDIDIKAN Ida Rindaningsih, M.Pd BIDANG PENDIDIKAN Keaksaraan Fungsional Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan SD Advokasi Hukum KEAKSARAAN FUNGSIONAL KEAKSARAAN FUNGSIONAL sebuah usaha pendidikan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEGIATAN BINA KELUARGA BALITA (BKB) SECARA HOLISTIK DAN INTEGRATIF. Farihah dan Masitowarni S. *) ABSTRACT

PENGELOLAAN KEGIATAN BINA KELUARGA BALITA (BKB) SECARA HOLISTIK DAN INTEGRATIF. Farihah dan Masitowarni S. *) ABSTRACT PENGELOLAAN KEGIATAN BINA KELUARGA BALITA (BKB) SECARA HOLISTIK DAN INTEGRATIF Farihah dan Masitowarni S. *) ABSTRACT Efforts 0f developing of human resources is a long-term process that should begin in

Lebih terperinci

2015 PELAKSANAAN PROGRAM BINA KELUARGA BALITA D ALAM PENINGKATAN PERAN PENGASUHAN IBU UNTUK ANAK USIA D INI D I BKB D AHLIA PURWAKARTA

2015 PELAKSANAAN PROGRAM BINA KELUARGA BALITA D ALAM PENINGKATAN PERAN PENGASUHAN IBU UNTUK ANAK USIA D INI D I BKB D AHLIA PURWAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan manusia Indonesia adalah pembangunan berbagai aspek untuk membangun manusia dengan pembangunan yang fokus pada pemenuhan penegakan perlindungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. PAUD terintegrasi BKB adalah program layanan pendidikan bagi anak usia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. PAUD terintegrasi BKB adalah program layanan pendidikan bagi anak usia 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan PAUD terintegrasi BKB adalah program layanan pendidikan bagi anak usia dini yang termasuk pada kategori PAUD sejenis yang programnya terintegrasi dengan program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak merupakan masa emas (golden period) atau Jendela

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak merupakan masa emas (golden period) atau Jendela 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbagai studi menunjukkan bahwa periode 5 (lima) tahun pertama kehidupan anak merupakan masa emas (golden period) atau Jendela Kesempatan (window opportunity)

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM PENGINTEGRASIAN BINA KELUARGA BALITA HOLISTIK - INTEGRATIF KABUPATEN SIAK

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM PENGINTEGRASIAN BINA KELUARGA BALITA HOLISTIK - INTEGRATIF KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM PENGINTEGRASIAN BINA KELUARGA BALITA HOLISTIK - INTEGRATIF KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah lebih setengah abad Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Tutor Oleh Gugus PAUD Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Tutor PAUD Di Desa Cangkuang Rancaekek

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Tutor Oleh Gugus PAUD Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Tutor PAUD Di Desa Cangkuang Rancaekek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini non formal dipandang memiliki peran penting dalam pembentukan sumber daya manusia ke depan. Namun kesiapan tenaga pendidik di lembaga PAUD

Lebih terperinci

2015 PENYELENGGARAAN PROGRAM PAUD HOLISTIK INTEGRATIF MELALUI KEMITRAAN DALAM MENINGKATKAN ASPEK PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI

2015 PENYELENGGARAAN PROGRAM PAUD HOLISTIK INTEGRATIF MELALUI KEMITRAAN DALAM MENINGKATKAN ASPEK PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dari dalam kandungan hingga lanjut usia. Dalam siklus hidup manusia,

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dari dalam kandungan hingga lanjut usia. Dalam siklus hidup manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembentukan kepribadian anak harus dilaksanakan secara berkesinambungan yang dimulai dari dalam kandungan hingga lanjut usia. Dalam siklus hidup manusia, periode anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kemanusian untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kemanusian untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses dalam rangka memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia berbudaya dan beradab. Pendidikan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. No.289, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga bagi setiap Negara. Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-3 di dunia, memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR MINIMAL PELAYANAN POSYANDU PLUS DI KABUPATEN ACEH TIMUR

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR MINIMAL PELAYANAN POSYANDU PLUS DI KABUPATEN ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR MINIMAL PELAYANAN POSYANDU PLUS DI KABUPATEN ACEH TIMUR DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helga Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helga Annisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan seorang anak di masa depan bergantung dari pendidikan yang diperoleh sebelumnya. Keberhasilan anak di jenjang Sekolah Dasar (SD), misalnya, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam seluruh rangkaian tumbuh kembang manusia, usia dini merupakan usia yang sangat menentukan. Pada usia dini itulah seluruh peletak dasar tumbuh kembang fisik

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Pada masa ini

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sumber

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2006

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2006 1 LAPORAN KEGIATAN PPM SOSIALISASI MENGENAI PENTINGNYA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI BAGI PARA IBU MUDA Oleh: Ririn Darini, M.Hum. Puji Lestari, M.Hum. Dyah Kumalasari, M.Pd. FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif masyarakat dalam bentuk

Lebih terperinci

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan secara etimologis berasal dari kata kembang yang artinya maju, menjadi lebih baik. Perkembangan secara termitologis adalah proses kualitatif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usia emas atau golden age adalah masa yang paling penting dalam proses kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam pendidikan dasar,

Lebih terperinci

d. Mendistribusikan kartu panggilan/undangan penimbangan melalui pengurus kelompok PKK RT 2. Hari Pelaksanaan Penimbangan (H) Pada hari buka Posyandu

d. Mendistribusikan kartu panggilan/undangan penimbangan melalui pengurus kelompok PKK RT 2. Hari Pelaksanaan Penimbangan (H) Pada hari buka Posyandu 1. BKR (Bina Keluarga Remaja) Dalam upaya meningkatkan peran keluarga dalam membina tumbuh kembang anak dan remaja baik fisik, intelektual dan kesehatan reproduksi mental emosional sosial dan moral spiritual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam setiap kehidupan manusia. Setiap manusia membutuhkan pendidikan. Dalam pendidikan diajarkan berbagai ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan pendidikan yang sangat fundamental dan sangat menentukan perkembangan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KABUPATEN ACEH TIMUR

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KABUPATEN ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KABUPATEN ACEH TIMUR DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan maksud agar orang yang dihadapinya mengalami perubahan dan peningkatan dari segi pengetahuan, kemampuan,

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1170, 2015 BNPP. Garda Batas RI. Pembinaan. Pedoman. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan usia dini merupakan masa yang sangat tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa negara kita sedang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa negara kita sedang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa negara kita sedang giat giatnya melaksanakan pembangunan, apakah itu pembangunan secara fisik maupun mental spiritual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak merupakan masa emas. Hal tersebut ditunjukkan dengan perkembangan yang cepat pada beberapa aspek yakni aspek sosial, emosional, kognitif, bahasa, seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perubahan tidak akan terjadi dan tujuan tidak akan tercapai. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perubahan tidak akan terjadi dan tujuan tidak akan tercapai. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah upaya untuk membantu manusia mencapai kedewasaan. Upaya ini menuntut adanya proses yang harus dicapai, karena tanpa proses tersebut perubahan tidak

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa Pos Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar yaitu, learning to know,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siklus hidup manusia terdiri dari beberapa fase kehidupan, salah satunya adalah masa di bawah usia lima tahun (balita) yang merupakan masa keemasan atau golden period

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP) PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : ANIK

Lebih terperinci

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini tumbuh subur di masyarakat, baik dalam bentuk formal dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini tumbuh subur di masyarakat, baik dalam bentuk formal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini tumbuh subur di masyarakat, baik dalam bentuk formal dan nonformal. Rentang anak usia dini dari lahir sampai usia enam tahun adalah

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU Yusari Asih* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Yusariasih@gmail.com Masa balita adalah masa keemasan (golden

Lebih terperinci

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Alasan Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dilihat dari kedudukan usia dini bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYELENGGARAAN KELOMPOK BERMAIN DI KB IDAMAN DESA SOGU KECAMATAN MONANO KABUPATEN GORONTALO UTARA.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYELENGGARAAN KELOMPOK BERMAIN DI KB IDAMAN DESA SOGU KECAMATAN MONANO KABUPATEN GORONTALO UTARA. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYELENGGARAAN KELOMPOK BERMAIN DI KB IDAMAN DESA SOGU KECAMATAN MONANO KABUPATEN GORONTALO UTARA Oleh: Sulastri Pakaya Samsiah, Irvin Novita Arifin Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seluruh manusia mengalami kemajuan melalui fase petumbuhan dan perkembangan yang pasti tetapi tahapan dan perilaku kemajuan ini sifatnya sangat individual (Potter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu usaha dalam menjawab permasalahan serta berbagai tantangan yang selalu hadir dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mencerdaskan

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT 1. Abstrak Golden age period adalah masa-masa dimana otak anak berkembang sangat pesat dan paling cepat dalam menyerap informasi. Periode emas merupakan suatu periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini memiliki peran yang sangat penting bagi anak karena pendidikan pada masa tersebut merupakan landasan atau fondasi bagi anak untuk mempersiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu negara, karena pendidikan dapat memberdayakan sumber daya manusia yang berkualitas dan diharapkan

Lebih terperinci

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006 Oleh : Rini Rahmawati NIM K 7402135 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan sebelum memasuki pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan sebelum memasuki pendidikan selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan sebelum memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan saat ini menghadapi tantangan besar sebagai akibat dari arus globalisasi, sehingga berbagai upaya dilakukan agar peserta didik kelak mampu mendapatkan

Lebih terperinci

: KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

: KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu perhatian yang serius yaitu mendapatkan gizi yang baik, stimulasi yang memadahi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu membudayakan manusia. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional jangka panjang menitikberatkan pada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tangguh dan produktif. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan upaya mengusahakan

Lebih terperinci

NSPK Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria

NSPK Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN NSPK Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria PETUNJUK TEKNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peranan yang penting, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan perkembangan berbangsa dan bernegara. Hal ini sebagaimana tercantum undang-undang

Lebih terperinci

Tangani PAUD Secara Holistik-Integratif! Monday, 04 November :18

Tangani PAUD Secara Holistik-Integratif! Monday, 04 November :18 Mempersiapkan generasi emas Indonesia adalah kebijakan Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Semua komponen diharapkan terlibat dan bekerja sama menyukseskan gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan investasi yang sangat penting bagi penyiapan sumber daya manusia (SDM) di masa depan. Dalam rangka mempersiapakan SDM yang berkualitas untuk masa

Lebih terperinci

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA Nurlaila*, Nurchairina* Masa balita adalah Masa Keemasan (golden age) dimana peranan ibu sangat diperlukan untuk tumbuh kembang yang optimal.

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia dalam menjalani aktivitasnya sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode emas atau yang lebih dikenal dengan golden age adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode emas atau yang lebih dikenal dengan golden age adalah masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode emas atau yang lebih dikenal dengan golden age adalah masa dimana otak anak mengalami perkembangan paling cepat sepanjang sejarah kehidupannya. Periode ini

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BONTANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS BONTANG SELATAN II Jl. Hayam Wuruk RT.18 No.01 Berbas Tengah Bontang Selatan Telp.

PEMERINTAH KOTA BONTANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS BONTANG SELATAN II Jl. Hayam Wuruk RT.18 No.01 Berbas Tengah Bontang Selatan Telp. PEMERINTAH KOTA BONTANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS BONTANG SELATAN II Jl. Hayam Wuruk RT.18 No.01 Berbas Tengah Bontang Selatan Telp. 0548-21265 KERANGKA ACUAN PROGRAM POSYANDU BALITA PUSKESMAS BONTANG

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 57 / HUK / 2010 TENTANG PENDIRIAN TAMAN ANAK SEJAHTERA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 57 / HUK / 2010 TENTANG PENDIRIAN TAMAN ANAK SEJAHTERA SALINAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 57 / HUK / 2010 TENTANG PENDIRIAN TAMAN ANAK SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa 26 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling penting dalam perkembangan manusia. Pada fase inilah seorang pendidik dapat menanamkan prinsip-prinsip yang

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM POS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI TERPADU

PEDOMAN UMUM PROGRAM POS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI TERPADU LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA. NOMOR : 20 TAHUN 2008 TANGGAL : 15 MEI 2008 PEDOMAN UMUM PROGRAM POS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI TERPADU I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Pembinaan anak secara utuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia emas perkembangan ( golde age ). Untuk melejitkan potensi perkembangan tersebut, setiap

BAB I PENDAHULUAN. usia emas perkembangan ( golde age ). Untuk melejitkan potensi perkembangan tersebut, setiap 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Usia dini merupakan masa emas perkembangan. Pada masa itu terjadi lonjakan luar biasa pada perkembangan anak yang terjadi pada periode berikutnya. Para ahli menyebutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut undang undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 14 merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan, dalam kehidupan manusia memegang peranan yang sangat penting terutama dalam pencapaian keberhasilan seseorang. Pendidikan sejatinya merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.102,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN SOSIAL. Taman Anak Sejahtera. Pendirian. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN ANAK SEJAHTERA

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN ANAK SEJAHTERA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN ANAK SEJAHTERA PERATURAN NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN ANAK SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang :, a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

ISSN: VOLUME XV, No. 1, 2009 LEMBAR BERITA

ISSN: VOLUME XV, No. 1, 2009 LEMBAR BERITA ISSN: 0854-2996 VOLUME XV, No. 1, 2009 LEMBAR BERITA Keberadaan Posyandu sangat strategis dalam pencapaian sasaran kesehatan dan gizi. Demikian disampaikan Ibu Negara, Hj. Ani Bambang Yudhoyono dalam pembukaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (paud) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT MEMANFAATKAN WAKTU INTENSIF BELAJAR WAJIB DI KOTA KENDARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm 3. 1 Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011),

BAB I PENDAHULUAN. hlm 3. 1 Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dipublikasikannya hasil-hasil riset mutakhir di bidang neuroscience dan psikologi, fenomena Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan keniscayaan. Pasalnya, perkembangan

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PAUD HOLISTIK INTEGRATIF. Oleh : Dr. Sri Sutarsi, M.Si

PENYELENGGARAAN PAUD HOLISTIK INTEGRATIF. Oleh : Dr. Sri Sutarsi, M.Si PENYELENGGARAAN PAUD HOLISTIK INTEGRATIF Oleh : Dr. Sri Sutarsi, M.Si LATAR BELAKANG Untuk menyiapkan SDM berkualitas harus diawali sejak usia dini, bahkan sejak masa konsepsi dalam kandungan Pemenuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilakukan di Negara Indonesia dilakukan secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan anak usia dini pada hakekatnya adalah pendidikan yang diselenggarakandengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy,

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy, BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Posbindu 1. Definisi Posbindu Posbindu adalah suatu forum komunikasi alih tehnologi dan pelayanan bimbingan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai

Lebih terperinci