De Minimus Value. 3. Barang Pribadi Awak Sarana Pengangkut 4. Barang Pribadi Awak Sarana Pengangkut yang merupakan Barang Kena Cukai

Transkripsi

1 De Minimus Value Impor barang adalah suatu kegiatan memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean yang dapat dilakukan melalui melalui darat, laut, maupun udara. Salah satu diantaranya adalah kiriman melalui pos atau Perusahaan Jasa Titipan (PJT) di Indonesia, yang saat ini diatur melalui melalui PMK 188/PMK.04/2010 (PMK 188). PMK ini terkait langsung de minimus value, yang menjadi dasar dalam perhitungan pembebasan nilai bea masuk atau nilai cukai yang diberikan fasilitas melalui Undang-Undang Kepabeanan pasal 25 ayat (1) huruf m, kepada 4 (empat) obyek pajak, yaitu: barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman sampai batas tertentu. Namun demikian, tulisan ini hanya difokuskan pada barang kiriman yang dilakukan melalui kantor pos dan PJT, yang didefinisikan sebagai perusahaan yang memperoleh ijin usaha jasa titipan dari instansi terkait serta memperoleh persetujuan untuk melaksanakan kegiatan kepabeanan dari Kepala Kantor Pabean. Sebut saja FEDEX, DHL, TNT, dan UPS. Secara keseluruhan, nilai de minimus dalam PMK 188 dapat dikategorikan seperti pada tabel berikut: No Obyek Pajak De Minimus Value 1. Barang Pribadi Penumpang FOB USD 250/Orang atau FOB USD 1,000/Keluarga untuk tiap kedatangan 2. Barang Pribadi Penumpang yang merupakan Barang Kena Cukai 3. Barang Pribadi Awak Sarana Pengangkut 4. Barang Pribadi Awak Sarana Pengangkut yang merupakan Barang Kena Cukai a. 200 batang sigaret, 25 batang cerutu, atau 100 gram tembakau iris/hasil tembakau lainnya (dalam hal hasil tembakau lebih dari 1 jenis, pembebasan bea masuk dan cukai diberikan setara perbandingan jumlah per jenis hasil tembakau tersebut); dan b. 1 liter minuman mengandung etil alkohol. FOB USD 50/Orang untuk tiap kedatangan a. 40 batang sigaret, 10 batang cerutu, atau 40 gram tembakau iris/hasil tembakau lainnya (dalam hal hasil tembakau lebih dari 1 jenis, pembebasan bea masuk dan cukai diberikan setara perbandingan jumlah per jenis hasil tembakau tersebut); dan b. 350 mililiter minuman mengandung etil alkohol. 5. Barang Pribadi Pelintas Batas a. IND-Papua New Guinea FOB USD 300/Orang untuk jangka waktu 1 (satu) bulan b. IND-Malaysia: i. FOB MYR 600/Orang untuk jangka waktu 1 (satu) bulan, apabila melewati batas daratan (land border); ii. FOB MYR 600/Perahu untuk setiap trip, apabila melalui batas lautan (sea border). c. IND-Filipina FOB USD 250/Orang untuk jangka waktu 1 (satu) bulan d. IND-Timor Leste FOB USD 50/Orang per hari 6. Barang Kiriman FOB USD 50/Orang per kiriman 1

2 Seperti terlihat pada tabel di atas, konsep de minimis value yang telah diterapkan pada barang impor berupa barang kiriman maupun barang bawaan, baik barang bawaan pribadi penumpang, barang pribadi awak sarana pengangkut, dan barang pribadi pelintas batas, pada prinsipnya adalah sama. Dalam penerapan de minimus value untuk barang kiriman pada beberapa negara sangat barvariasi, baik dalam besaran maupun aplikasi pembebasannya. Besaran de minimus value di suatu negara dibandingkan negara lain mempunyai nilai antara kurang dari USD 1 sampai lebih dari USD Sebagai perbandingan, penerapan besaran de minimus value di beberapa negara adalah sebagai berikut: No Negara De Minimis Value USD Equivalent 1. USA USD Canada CAD Jepang JPY 10, Korea KRW 150, Australia AUD 1, ASEAN: 6. Filipina PHP Thailand THB 1, Vietnam VND 1,000, Indonesia (saat ini) USD Cambodia USD Lao PDR USD Myanmar USD Malaysia MYR Singapura SGD Brunei Darussalam BND Contoh pada WCO Guidelines For The Immediate Release Of Consignments By Customs SDR 50 (senilai USD 75.41) *sumber : diolah dari berbagai sumber kurs tengah BI per 3 April 2014, USD 1 = Rp Sedangkan dari sisi aplikasi pembebasannya, Indonesia menerapkan hal yang berbeda kebanyakan negara, yaitu menggunakan de minimus value sebagai discount factor, bukan sebagai threshold. Untuk lebih mudahnya kami ilustrasikan perhitungan sebagai berikut: Nilai FOB USD 103 Tarif BM 10% Maka perhitungan nilai bea masuknya adalah sebesar = tarif BM x FOB Metode Discount Factor 10% x (103-50) = 5.3 Metode Threshold 10% x 103 =

3 Berdasarkan data yang telah dikumpulkan melalui salah satu PJT, periode Januari Agustus 2013, didapat jumlah barang kiriman kategori nilai FOB sebagai berikut: Value Group (dalam USD) Jumlah Barang Kiriman (dalam unit) < > TOTAL 1,269,151 Menurut penelitian ITS Global and The Centre for Customs and Excise of the University of Canberra Australia, dalam bukunya De Minimis Threshold in APEC, Report on Behalf of the Conference of Asia Pasific Express Carrier, disebutkan bahwa penentuan de minimis value sebenarnya mempunyai dampak negatif antara lain: 1. Semakin kecil besaran de minimis value akan meningkatkan entry process sehingga dimungkinkan dapat menaikkan biaya administrasi yang dapat dikategorikan sebagai halangan dalam perdagangan. 2. Adanya usaha penghindaran pajak berbagai cara misalnya underinvoicing dan split shipments. Untuk mengetahui dampak dari kenaikan de minimis value, berikut kami paparkan simulasi impor Pos dan PJT baik yang menggunakan discount factor maupun threshold, beserta pengaruhnya terhadap potensi penerimaan. Beberapa skenario simulasi de minimis value yang kami pilih adalah sebagai berikut (Lampiran 1): a. USD 50 discount factor b. USD 50 threshold c. USD 100 threshold d. USD 150 threshold e. USD 200 threshold f. USD 300 threshold Di lain sisi, perlu juga dihitung terkait nilai persentase barang kiriman berupa non dokumen yang dapat di-release oleh otoritas kepabeanan dalam jangka waktu satu jam, yang lazim disebut Clear on Arrival (COA). Nilai COA dapat digunakan untuk mengetahui kecepatan layanan clearance yang merupakan salah satu faktor dari Logistic Perfomance Index (LPI). Rumus menghitung COA adalah sebagai berikut: COA = number of pre-cleared shipment + number of shipment cleared within 1hour Pre-cleared shipment + total number of shipment with positive clearance time Untuk mengetahui pengaruh besar de minimus value pada LPI maka dibuatlah perbandingan de minimis (dalam USD) nilai COA (Lampiran 2). Dari tabel perbandingan tersebut (de minimis value COA) nampak bahwa besarnya de minimis value tidak berbanding lurus nilai COA. 3

4 Dari hal-hal yang telah disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Kenaikan de minimis value secara langsung akan mengurangi potensi penerimaan negara, namun tidak berbanding lurus kenaikan/peningkatan LPI. 2. Permasalahan yang ada di lapangan tidak hanya terkait de minimis value namun juga terkait COA, yang merupakan salah satu faktor dari LPI. 3. Penggunaan sistem threshold dapat meningkatkan efisiensi proses clearance karena penghitungan nilai bea masuk sistem threshold relatif lebih mudah dan sederhana daripada menggunakan sistem discount factor (yang berlaku saat ini). 4. Dengan digunakannya sistem threshold, selain untuk meningkatkan efisiensi proses clearance, juga dapat meningkatkan potensi penerimaan negara sebagai counter balance kenaikan de minimis value. 4

5 Lampiran 1 Value Group Jumlah Dokumen akumulasi Jan 2012 s.d. Aug 2013 (buah) Jumlah Dokumen Per Layer (buah) Jika USD 50 disc factor (USD) SIMULASI DE MINIMIS VALUE Jika USD 50 Jika USD 100 Jika USD 150 Jika USD 200 kurs per 13 April 2014 Jika USD 300 < 50 USD < 100 USD < 150 USD < 200 USD < 300 USD > 300 USD Jumlah Nilai Pabean yang dibebaskan (USD) Jumlah Nilai Pabean Yang Dibebaskan (dalam Rupiah) tarif Bea Masuk (misal 5%) 5% 5% 5% 5% 5% 5% Jumlah Bea Masuk Yang Dibebaskan (dalam rupiah) Jumlah Peningkatan Bea Masuk pada sampel Persentase Peningkatan Penerimaan Bea Masuk terhadap Bea Masuk yang dibebaskan pada sampel ,42% 42,46% 38,60% 34,73% 30,06% Berdasarkan tabel tersebut di atas, pada kolom 6 yaitu simulasi USD 100 threshold didapat bahwa peningkatan bea masuk yang dipungut pada sampel adalah sebesar Rp atau sebesar 42,46% peningkatan penerimaan bea masuk terhadap bea masuk yang dibebaskan pada saat kondisi menggunakan simulasi USD 50 discount factor. Keterangan: data sampel diperoleh dari salah satu PJT untuk periode Januari 2012 sampai Agustus 2013, perkiraan kurang lebih 60% dari jumlah total dokumen transaksi melalui Pos dan PJT. 5

6 Lampiran 2 Perbandingan De Minimis Value (dalam USD) COA di Beberapa Negara De minimis value (USD) Jepang (96,23) Korea (141,71) Singapura (316,97) Malaysia (152,53) Filipina (0,34) Thailand (30,78) Brunei (316,97) Indonesia Cambodia LaoPDR Myanmar Vietnam (47,37) COA 2012 COA 2013 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Oct Nov Dec YTD Jan Feb Mar Apr May Jun Jul 84,18 85,39 84,57 85,05 85,50 85,91 85,75 86,10 85,77 85,88 87,16 86,27 85,68 86,41 85,25 85,88 86,42 86,44 86,40 87,21 64,65 67,27 64,86 68,61 72,04 70,86 71,16 68,50 72,07 72,46 74,26 73,63 70,21 72,45 69,95 69,75 72,03 72,65 71,41 69,51 98,30 97,91 98,50 98,56 99,07 98,93 98,92 98,65 98,87 98,79 98,98 98,95 98,72 99,18 99,06 99,05 99,08 98,82 98,96 97,96 90,00 89,55 88,94 85,88 87,53 86,89 82,24 84,46 78,54 76,54 74,94 74,52 83,11 75,77 75,35 74,80 75,71 77,42 76,39 76,84 63,10 60,05 63,83 61,61 62,87 63,21 65,21 64,86 66,88 68,25 67,42 68,89 64,82 69,09 68,07 67,30 66,22 68,40 66,93 65,42 63,55 63,74 65,78 66,60 69,40 68,10 66,35 66,73 65,40 68,32 69,94 70,86 67,18 71,21 67,28 68,45 69,40 68,84 70,14 71,31 4,51 3,42 4,03 25,07 26,90 26,25 44,40 45,67 65,48 58,65 61,96 65,73 37,66 62,72 57,93 55,61 54,90 45,08 51,10 50,53 32,68 30,03 29,31 30,78 42,40 40,82 34,55 31,66 38,67 48,01 50,68 53,84 39,02 40,07 41,11 36,19 36,84 35,59 33,11 30,55 95,53 95,63 95,29 95,42 96,62 96,87 96,84 97,18 97,33 97,29 97,23 97,47 96,63 97,12 96,69 96,55 97,03 97,39 97,60 97,00 86,28 85,86 87,87 86,47 84,64 88,16 94,00 96,20 90,76 98,02 98,66 98,11 91,72 96,92 94,25 96,01 95,83 96,08 97,27 93,73 90,43 89,99 89,60 87,53 85,21 92,18 89,39 90,26 89,08 89,83 91,03 82,42 88,80 89,18 89,91 89,77 90,22 91,28 96,40 96,30 32,28 35,65 37,83 38,19 39,61 38,23 37,82 40,32 37,98 37,92 38,93 39,80 38,13 39,80 37,97 39,83 41,37 40,37 41,50 41,37 *sumber: salah satu PJT 6