BIODIVERSITAS, ETNOBOTANI, DAN KEMAMPUAN ANTIOKSIDAN Selaginella spp. ASAL TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK (TNGHS) ANDIK WIJAYANTO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BIODIVERSITAS, ETNOBOTANI, DAN KEMAMPUAN ANTIOKSIDAN Selaginella spp. ASAL TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK (TNGHS) ANDIK WIJAYANTO"

Transkripsi

1 BIODIVERSITAS, ETNOBOTANI, DAN KEMAMPUAN ANTIOKSIDAN Selaginella spp. ASAL TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK (TNGHS) ANDIK WIJAYANTO DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 ABSTRAK ANDIK WIJAYANTO. Biodiversitas, Etnobotani, dan Kemampuan Antioksidan Selaginella spp. asal Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS). Dibimbing oleh TATIK CHIKMAWATI dan MIFTAHUDIN. Studi biodiversitas dan etnobotani Selaginella dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) dengan tujuan untuk mengungkapkan tingkat keanekaragamannya dan mengkaji kegunaannya sebagai tumbuhan obat. Studi keanekaragaman Selaginella dilakukan dengan mengeksplorasi Selaginella pada 6 titik pengambilan sampel. Studi etnobotani Selaginella dilakukan dengan mengadakan wawancara dengan masyarakat desa sekitar gunung Bunder, desa Citalahab Sentral, dan desa Kasepuhan Adat Banten Kidul. Terdapat delapan spesies Selaginella yang ditemukan di TNGHS yaitu S. willdenovii, S. ornata, S. plana, S. intermedia, S. involvens, S. alutacia, S. subalpina dan satu spesies belum teridentifikasi. Dua spesies pertama ditemukan dominan di lokasi ini. Masyarakat di ketiga desa tersebut telah mengenal Selaginella dengan nama paku rane. Selain itu masyarakat desa Citalahab Sentral dan desa sekitar gunung Bunder juga mengenalnya dengan nama rande. Tumbuhan ini dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat sekitar TNGHS untuk lalapan, perawatan pasca persalinan, pengobatan luka, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Kemampuan antioksidan Selaginella diuji dengan aktivitas penghilangan radikal hidroksil berdasarkan reaksi Fenton. Dari ketiga spesies Selaginella yang diuji aktivitas penghilangan radikal hidroksilnya, S. plana paling berpotensi sebagai antioksidan diikuti S. ornata dan S. willdenovii. Ekstrak S. plana menunjukkan kemampuan antioksidan terbaik pada konsentrasi 75 µg/ml. Kata kunci: Selaginella, biodiversitas, etnobotani, antioksidan, Taman Nasional Gunung Halimun- Salak (TNGHS) ABSTRACT ANDIK WIJAYANTO. Biodiversity, Ethnobotany, and Antioxidant Ability of Selaginella spp. from Halimun-Salak Mountain National Park (TNGHS). Supervised by TATIK CHIKMAWATI and MIFTAHUDIN. Biodiversity and ethnobotany of Selaginella were studied in Halimun-Salak Mountain National Park (TNGHS) to describe the diversity and the use of Selaginella as medicinal plant. The diversity study of Selaginella was done by exploring Selaginella at 6 sampling points. The ethnobotany study of Selaginella was done by interviewing respondents at the villagers around Bunder Mountain, Citalahab Sentral, and Kasepuhan Adat Banten Kidul. There were eight species Selaginella found in TNGHS which were S. willdenovii, S. ornata, S. plana, S. intermedia, S. involvens, S. alutacia, S. subalpina and one species that has not been identified yet. The first two species were found dominantly in this location. The community in the location of study called Selaginella as paku rane. At the villages around Bunder mountain and Citalahab Sentral, Selaginella is also called as rande. The plant was traditionally used as fresh vegetables, postnatal and wound treatment, and body fitness maintenance. Antioxidant ability of Selaginella was tested by performing hydroxyl radical scavenging activity based on Fenton reaction. Three species of Selaginella were tested their hydroxyl radical scavenging activity. S. plana was the most potential species as an antioxidant followed by S. ornata and S. willdenovii. The crude extract of S. plana showed the best antioxidant activity at concentration of 75 µg/ml. Key words: Selaginella, biodiversity, ethnobotany, antioxidant, Halimun-Salak Mountain National Park (TNGHS)

3 BIODIVERSITAS, ETNOBOTANI, DAN KEMAMPUAN ANTIOKSIDAN Selaginella spp. ASAL TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK (TNGHS) ANDIK WIJAYANTO Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

4 Judul : Biodiversitas, Etnobotani, dan Kemampuan Antioksidan Selaginella spp. asal Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) Nama : Andik Wijayanto NIM : G Disetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Tatik Chikmawati, M.Si NIP Dr. Ir. Miftahudin, M.Si NIP Diketahui, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Dr.Drh. Hasim DEA NIP Tanggal Lulus :

5 PRAKATA Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Tiada sekutu bagi-nya. Dia-lah yang maha berkehendak atas segala sesuatu. Sholawat dan salam kepada hamba dan utusan-nya, Muhammad bin Abdullah SAW, penutup para nabi dan rasul. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari sampai Desember 2008 dengan judul Biodiversitas, Etnobotani, dan Kemampuan Penghilangan Radikal Hidroksil dari Selaginella spp. asal Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS). Penulis menyampaikan terima kasih kepada umi, abi, dan kakak yang tetap setia menemani dengan penuh kehangatan; Dr. Ir. Tatik Chikmawati, M.Si selaku pembimbing I dan Dr. Ir. Miftahudin, M.Si selaku pembimbing II yang telah mencurahkan ilmu, waktu, dan perhatiannya; pihak TNGHS yang telah mengizinkan peneliti untuk mengambil sampel di TNGHS, Dr. Rita Megia selaku penguji yang telah memberikan saran dan kritik, serta semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan Bio41 IPB yang senantiasa memberikan motivasi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Mohon maaf atas segala kekurangan. Bogor, Januari 2009 Andik Wijayanto

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan tanggal 28 September 1985 di Ngawi, Jawa Timur. Anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Drs. Soetjipto dan Ibu Harni Suprihatin. Tahun 2004 penulis lulus dari SMUN 2 Ngawi dan pada tahun yang sama diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Selama masa SMU dan perkuliahan, penulis aktif berorganisasi di dalam maupun di luar kampus. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti berbagai kegiatan yang bersifat kerohanian, konservasi lingkungan, jurnalistik, seni sastra dan beladiri, latihan kepemimpinan, dan pendalaman ilmu hayati. Tahun penulis aktif menjadi asisten praktikum, yaitu mata kuliah Fisiologi Tumbuhan, Ilmu Lingkungan, dan Biologi Dasar. Penulis melaksanakan Praktik Lapangan pada tahun 2007 di PT. DaFa TEKNOAGRO MANDIRI, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang perbanyakan bibit beragam jenis tanaman dengan kultur jaringan maupun teknik konservatif, dengan judul Perbanyakan Jati (Tectona grandis Linn. f) di PT DaFa TEKNOAGRO MANDIRI. Penulis juga pernah menjadi pemakalah pada Lokakarya Nasional Herbarium Seminar dan Kongres PTTI ke VIII di Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi CSC-LIPI pada tahun 2008.

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... vix PENDAHULUAN... 1 Tujuan... 2 BAHAN DAN METODE... 2 Waktu dan Tempat... 2 Bahan dan Alat... 2 Biodiversitas... 2 Etnobotani... 2 Uji Aktivitas Penghilangan Radikal Hidroksil... 2 Metode... 2 Biodiversitas... 2 Etnobotani... 3 Uji Aktivitas Penghilangan Radikal Hidroksil... 3 HASIL... 4 Biodiversitas... 4 Etnobotani... 5 Aktivitas Penghilangan Radikal Hidroksil... 6 PEMBAHASAN... 6 SIMPULAN... 8 SARAN... 8 DAFTAR PUSTAKA... 8 LAMPIRAN... 10

8 DAFTAR TABEL Halaman 1 Jenis-jenis Selaginella dan kelimpahannya di TNGHS Pengelompokan spesies Selaginella berdasarkan ketinggian tempat Tingkat naungan spesies Selaginella Aspek-aspek etnobotani Selaginella pada masyarakat sekitar TNGHS DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Nilai % penghilangan radikal hidroksil pada inkubasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit Nilai % penghilangan radikal hidroksil S. willdenovii, S. ornata, dan S. plana pada konsentrasi 0, 25, 50, 75, dan 100 µg/ml Struktur bahan aktif Selaginella (A) flavonoid, (B) biflavonoid... 7

9 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Penghitungan bahan uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil Peta eksplorasi biodiversitas dan etnobotani di TNGHS Spesies Selaginella yang ditemukan di TNGHS dan pola percabangannya (A) S. willdenovii, (B) S. ornata, (C) S. plana, (D) S. involvens, (E) S. alutacia, (F) S. intermedia, (G) S. subalpina, (H) S. sp Kunci identifikasi sederhana spesies Selaginella Nilai absorban penghilangan radikal hidroksil spesies S. willdenovii, S. ornata, dan S. plana dengan konsentrasi 25, 50, 75, dan 100 µg/ml pada inkubasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit Rataan nilai % penghilangan radikal hidroksil pada inkubasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit ANOVA faktorial RAL 2 faktor aktivitas penghilangan radikal hidroksil pada α Rataan nilai % penghilangan radikal hidroksil spesies S. willdenovii, S. ornata, dan S. plana dengan konsentrasi 0, 25, 50, 75, dan 100 µg/ml pada inkubasi 30 menit Uji lanjut Duncan untuk interaksi faktor spesies dan konsentrasi α

10 PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu wilayah geografis yang memiliki keanekaragaman hayati dan budaya yang sangat tinggi. Namun pengelolaan maupun pemanfaatan berbagai kekayaan hayati dan budaya ini belum optimal, khususnya hasil hutan bukan kayu atau Non Timber Forest Product (NTFPs) serta pengkajian pengetahuan masyarakat terhadapnya. Selama ini hutan hanya dipandang sebagai sumber kayu bahan bangunan saja karena hasil kayu memberikan devisa yang cukup besar bagi pemerintah (Purwanto 2007). Hal ini mengakibatkan terjadinya penebangan pohon yang tidak memperdulikan kelestarian hutan yang berkelanjutan, sehingga kerusakan eksistem hutan tidak dapat dihindari. Untuk menanggulangi kerusakan ekosistem hutan, diperlukan solusi alternatif pengelolaan sumber daya hutan yang lebih konservatif dan menguntungkan masyarakat. Salah satu solusinya adalah mempertimbangkan peran NTFPs. Menurut Purwanto (2007) dan Ahmed dan Latif (2004), peran NTFPs berkisar 10-80% dari keseluruhan kebutuhan masyarakat di sekitar hutan, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih mendalam tentang potensi pemanfaatan NTFPs. Salah satu NTFPs yang berpotensi sebagai bahan obat adalah Selaginella. Selaginella termasuk divisi Lycopodiophyta, kelas Selaginellopsida, ordo Selaginalles, famili Selaginellaceae. Selaginella termasuk tumbuhan herba perennial. Akar ada yang panjang, pendek, atau rizofor. Batang kecil, tegak, atau menjalar dengan akar di setiap intervalnya. Percabangan menggarpu. Daun tersusun spiral atau berhadapan, sepasang daun kecil menyerupai sisik di bagian lateral dan median batang yang sebagian besar dengan ukuran yang berbeda. Daun median lebih kecil dan berbeda bentuk dengan daun lateral. Strobili terdapat di ujung percabangan. Spora dua tipe yaitu mikrospora dan megaspora. Selaginella tumbuh di berbagai iklim dan tipe tanah dengan keanekaragaman tertinggi di hutan hujan tropis (Tjitrosoepomo 1994, Xian- Chun 2001; Jinn-Lai & Wang-Cheung 2003; Setyawan & Darusman 2008). Lebih dari 400 spesies Selaginella tersebar di dunia (Winter & Amoroso 2003) bahkan dapat mencapai lebih dari 700 spesies (Jinn-Lai & Wang-Cheung 2003). Di Indonesia, khususnya di pulau Jawa, telah teridentifikasi sebanyak 23 spesies (Alston 1935), antara lain S. intermedia, S. ornata, S. willdenovii, S. plana, S. caudata, dan S. remotifolia (Tjitrosoepomo 1994). Di Indonesia, Selaginella mempunyai nama lokal yang beragam antara lain tapak dara, cakar ayam, cemara kipas gunung, rumput solo (suku Jawa), paku rane biru (suku Sunda), menter (Jakarta), tai lantuan (Madura), rutu rutu (Maluku) (Winter & Amoroso 2003; Setyawan & Darusman 2008), dan rorak (Minahasa) (Zumsteg & Weckerle 2007). Selain itu, Selaginella juga dikenal dengan nama shi shang bai, juan bai, chuan pai, huan hun ts ao (Cina), sondotnulogo (Malaysia), pakongcipres, pakaunkung, pakong-tulog (Filipina), dok hin (Thailand), mong lung rong, cay chan vit, thach bachi (Vietnam) (Winter & Amoroso 2003; Thomas 2002; Thomson 2007). Di Indonesia, Selaginella menyebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Maluku (Tagawa & Iwatsuki 1967; Iwatsuki 1973; Winter & Amoroso 2003). Selaginella juga menyebar di berbagai negara di dunia, antara lain dapat ditemukan di Malaysia, Taiwan, Filipina, Thailand, Burma, India, Jepang, Papua Nugini, Australia, Amerika Serikat, Meksiko, dan beberapa negara di Afrika (Tagawa & Iwatsuki 1967; Iwatsuki 1973; United States Department of Agriculture 2002; Winter & Amoroso 2003). Sebagai tanaman obat, Selaginella digunakan sebagai penenang dan perawatan pasca persalinan (Khare 2007), anti kanker dan antimutagenik (Thomson 2007), anti peroksidasi lipid (Gayathri et al. 2005), anti bakteri dalam pengobatan penyakit kardiovaskuler, kanker hidung, tenggorokan, paru-paru, dan hati; obat demam, meningkatkan sirkulasi darah dan menghilangkan darah statis, hepatitis, diare, dan disentri (Winter & Amoroso 2003), melindungi sel dari sinar ultra violet (Sah et al. 2005), dan antioksidan (Gayathri et al. 2005; Pambudi et al. 2007; Chikmawati & Miftahudin 2008). Antioksidan dapat disintesis dalam sel (misal glutathion peroksidase dan superoksidase dismutase/sod), diperoleh dari bahan makanan (misal vitamin E, vitamin C, fenolat, flavonoid, atau karotenoid), dan secara farmakologis dari suplemen dan obat (misal n- asetilsistein) (Tuminah 2000). Senyawa antioksidan ini penting untuk mengurangi kerusakan oksidatif sel maupun jaringan yang disebabkan antara lain oleh Reactive Oxygen Species (ROS). Banyak ROS yang merupakan radikal bebas seperti radikal superoksida, radikal nitrat oksida, radikal lipid peroksil, dan radikal hidroksil (Tuminah 2000; Arief 2007).

11 2 Radikal hidroksil merupakan jenis ROS yang paling reaktif dan dapat beregenerasi di dalam sel hidup melalui reaksi Fenton. Selain itu, radikal hidroksil juga dapat bereaksi dengan berbagai senyawa seperti protein, asam nukleat, dan lipid, bahkan radikal hidoksil dapat menyerang target tanpa spesifikasi tertentu sehingga berpotensi mengakibatkan kerusakan sel maupun jaringan (Lautan 1997; Halliwell 2002). Di dunia, eksplorasi keanekaragaman spesies Selaginella telah banyak dipelajari, antara lain keanekaragaman Selaginella di India (Panigrahi & Dixit 1966), Thailand (Tagawa & Iwatsuki 1967), Taiwan (Jinn-Lai & Wang-Cheung 2003), dan Cina (Xian-Chun 2001). Selain keanekaragaman, kegunaan Selaginella di dunia juga telah banyak dipelajari, seperti potensi S. bryopteris sebagai antioksidan dan perlindungan sel terhadap sinar UV (Sah et al. 2005), antioksidan pada S. labordei (Chen et al. 2005), Selaginellaceae sebagai indikator kualitas hutan (Beukema & Noordwijk 2004), antikanker pada S. tamariscina (Lee et al. 2004), dan antioksidan pada S. involvens, S. delicatula, dan S. wightii (Gayathri et al. 2005). Namun di Indonesia tumbuhan Selaginella belum banyak dieksplorasi, dikaji secara ilmiah, dan dipublikasikan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Hal ini terbukti dengan masih sedikitnya jurnal-jurnal atau artikel ilmiah yang membahas Selaginella di Indonesia sebagai tanaman obat. Tujuan Mengkaji dan mengidentifikasi keanekaragaman Selaginella spp., mengetahui kegunaannya sebagai obat tradisional oleh masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS), dan membuktikan secara ilmiah kemampuannya sebagai antioksidan dalam penghilangan radikal hidroksil. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari hingga Desember Pengambilan sampel dan studi etnobotani Selaginella dilakukan di wilayah Taman Nasional Gunung Halimun- Salak (TNGHS). Sampel untuk pembuatan ekstrak S. plana diambil dari kampus IPB Darmaga. Identifikasi dan pembuatan herbarium dan eksrak Selaginella dilakukan di Laboratorium Herbarium dan Taksonomi Tumbuhan. Uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil dilakukan di Laboratorium Penelitian Fisiologi Tumbuhan, Departemen Biologi, IPB.. Bahan dan Alat Biodiversitas. Bahan yang digunakan dalam eksplorasi ke lapang dan pembuatan herbarium yaitu buku catatan lapang, foto spesies Selaginella yang telah teridentifikasi, kertas koran, spesimen Selaginella kering, kertas HVS, dan kertas pembungkus. Alat yang digunakan kantong plastik besar, label, isolasi/tali, pisau, pensil, kamera, altimeter, lem, pulpen, alat pengepres, oven dan alat penerang. Bahan yang digunakan dalam identifikasi yaitu buku tulis. spesimen Selaginella segar, herbarium Selaginella, foto spesies Selaginella yang telah teridentifikasi, dan kunci khusus identifikasi Selaginella Alston (1935) dan Jinn-Lai & Wang-Cheung (2003). Alat yang digunakan yaitu kaca pembesar, penggaris, dan pulpen. Etnobotani. Bahan dan alat yang digunakan dalam studi etnobotani meliputi buku catatan lapang, kuesioner, Selaginella segar yang didapatkan disekitar lokasi studi, pensil, kamera, altimeter, alat penerang, dan alat perekam. Uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil. Bahan tanaman yang digunakan terdiri dari tiga spesies yaitu S. ornata, S. plana dan S. willdenovii. S. ornata, dan S. willdenovii berasal dari TNGHS sedangkan S. plana berasal dari kampus IPB Darmaga. Bahan kimia yang digunakan untuk uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil adalah ekstrak Selaginella, FeSO 4 1 mm, 1,10- phenanthroline 1 mm, bufer fosfat 0.2 M ph 5, dan H 2 O M (Lampiran 1). Alat yang digunakan untuk uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil adalah alat-alat standar uji laboratorium, meliputi blender, rotasi evaporator, corong gelas, freeze dryer, tabung reaksi, gelas piala, gelas ukur, ph meter, spektrofotometer cahaya tampak Genesis 20, oven, dan inkubator. Metode Biodiversitas. Studi biodiversitas Selaginella dilakukan dengan mengeksplorasi Selaginella di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) pada 6 titik pengambilan sampel yaitu : A : sekitar Stasiun Pusat Penelitian Cikaniki 950 mdpl. B : Stasiun Pusat Penelitian Cikaniki - HM 15 - Desa Citalahab Sentral - Timbangan 3 - Timbangan 2 - Timbangan 1

12 3 Stasiun Pusat Penelitian Cikaniki mdpl. C : Stasiun Pusat Penelitian Cikaniki Balai TNGHS mdpl. D : Balai TNGHS - Kelapanunggal mdpl. E : Cibatok - Gn. Bunder - Cikampak mdpl. F : Sukawayana - Ciptarasa mdpl (Lampiran 2). Hasil koleksi Selaginella yang diperoleh dari lapang sebagian digunakan untuk pembuatan herbarium dan sebagian yang lain untuk pembuatan ekstrak. Nilai kelimpahan diperoleh dengan pendekatan jumlah individu dalam satu rumpun dan frekuensi rumpun Selaginella yang diperoleh dari hasil eksplorasi dengan kriteria tertentu. Untuk jumlah individu dalam satu rumpun diklasifikasikan kedalam empat nilai, yaitu: 1-3 individu/rumpun : sangat sedikit 4-10 individu/rumpun : sedikit individu/rumpun : banyak > 50 individu/rumpun : sangat banyak Frekuensi rumpun juga diklasifikasikan kedalam empat nilai, yaitu: 1-3 kali : sangat jarang 4-10 kali : jarang kali : sering > 30 kali : sangat sering Pembuatan herbarium mengikuti metode standar (Lawrence 1955). Seluruh bagian tumbuhan dicuci. Satu individu Selaginella diletakkan diantara dua tumpukan kertas HVS didalam lipatan kertas koran. Tumpukan ditambah sesuai dengan banyaknya spesies yang akan dibuat herbarium dan disesuaikan dengan kapasitas oven yang akan dipakai. Kemudian tumpukan spesimen tadi dipres dengan alat pengepres dari kayu berukuran 31 cm x 40.5 cm di bagian terbawah dan teratas, dan dikeringkan dalam oven 60 0 C selama 3 hari untuk bagian daun dan selama 5 hari untuk bagian batang. Selanjutnya spesimen kering ditempelkan pada kertas herbarium dengan ukuran standar (30.5 cm x cm). Label herbarium (7 cm x 10.3 cm) diletakkan di sudut kanan bawah dari kertas. Informasi dalam label meliputi nama spesies, propinsi dan kabupaten, lokasi, tipe vegetasi, catatan, tanggal, altitut, kolektor, dan nomor koleksi. Herbarium disimpan di lemari herbarium dengan dibungkus kertas berwarna gelap berukuran 31 cm x 45.5 cm). Identifikasi jenis-jenis Selaginella dilakukan dengan membandingkan sampel segar maupun herbarium yang diperoleh dengan koleksi herbarium atau foto dari spesies yang telah teridentifikasi dan kunci khusus identifikasi Selaginella Alston (1935) dan Jinn-Lai & Wang-Cheung (2003). Etnobotani. Studi etnobotani dilakukan dengan menggunakan ethnodirect sampling methode, yaitu menggali informasi dari para ahli lokal terhadap aspek etnobotani Selaginella. Studi ini dilakukan di tiga titik pengambilan sampel yaitu masyarakat Desa Citalahab Sentral (20 Februari 2008), desa disekitar Gunung Bunder (12 April 2008), dan Desa Kasepuhan Adat Banten Kidul (17 April 2008) (Lampiran 2). Cara pengambilan data menggunakan wawancara semi struktural dengan 3 responden, yaitu dukun, pemandu, dan warga sekitar lokasi studi etnobotani. Uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil. Percobaan ini merupakan percobaan faktorial Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah spesies Selaginella yang terdiri dari tiga taraf, yaitu S. ornata, S. plana, dan S. willdenovii. Faktor kedua adalah konsentrasi ekstrak Selaginella yang terdiri dari lima taraf, yaitu 0, 25, 50, 75, dan 100 µg/ml. Percobaan dilakukan 3 kali ulangan sehingga total unit percobaan uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil adalah 45 unit. Aktivitas penghilangan radikal hidroksil diukur dengan menggunakan prinsip reaksi Fenton (Mahesh et al. 2007, dengan modifikasi katalis Fe, ph, dan waktu inkubasi). Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu dipersiapan ekstrak Selaginella. Ekstrak dibuat dari bagian tajuk (daun dan batang). Ekstraksi dimulai dengan mencuci ketiga spesies Selaginella tersebut dan memasukkan ke kantong kertas. Setelah itu kantong dimasukkan ke ruang pemanas dengan suhu o C selama 3 hari untuk bagian daun dan selama 5 hari untuk bagian batang. Setelah tumbuhan Selaginella remah, spesimen di blender hingga halus berbentuk tepung, kemudian dimasukkan ke botol untuk disimpan sementara. Selanjutnya tepung dimaserasi dengan etanol 70% (5g/100ml) selama 24 jam dengan 4 jam pengadukan tetap dengan kecepatan 200 rpm kemudian disaring dengan kertas saring. Hasil saringan diuapkan dengan alat rotasi evaporator pada suhu 60 0 C dengan kecepatan 200 rpm selama 2 jam. Hasilnya dikeringbekukan dengan freeze dryer sampai membentuk pasta dan disimpan di alat

13 4 pendingin pada suhu 4 0 C sampai siap dilakukan pengujian. Uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil dimulai dengan pencampuran reaksi yang mengandung 60 µl FeSO mm, 90 µl 1,10- phenanthroline 1mM, 2.4 ml buffer fosfat 0.2 M (ph 5), 1.5 ml ekstrak Selaginella (0, 25, 50, 75, dan 100 µg/ml) dan penambahan 150 µl H 2 O M untuk memulai reaksi. Setelah diinkubasi pada suhu 37 o C selama 30 menit, nilai absorban diukur dengan spektrofotometer pada λ 510 nm. Aktivitas penghilangan radikal hidroksil diukur dengan rumus : % Penghilangan = [(A 1 -A 0 ) / A 0 100] dengan A 0 sebagai absorban kontrol dan A 1 sebagai absorban perlakuan. Data hasil uji dianalisis sidik ragamnya (ANOVA) dengan uji lanjut Duncan. Analisis ini menggunakan program SPSS 15.0 pada selang kepercayaan α 0.05 dan HASIL Biodiversitas Terdapat delapan spesies Selaginella yang ditemukan di TNGHS yaitu S. willdenovii (Desv.) Baker, S. ornata (Hook. & Grev.) Spring, S. plana (Devs. Ex Poir) Hieron, S. intermedia (Blume) Spring, S. involvens (Sw.) Spring, S. alutacia Spring, S. subalpina Alderw dan satu spesies belum teridentifikasi (Lampiran 3). Kunci identifikasi sederhana dapat digunakan untuk membedakan antar spesies yang ditemukan (Lampiran 4). Selaginella willdenovii merupakan tumbuhan herba non xerofit. Perakaran kaku. Tipe pertumbuhan batang memanjat (scandent) atau condong menaik (ascending). Semua daun iridesen hijau kuning kebiruan, daun lateral pada batang utama renggang dengan jarak cm dan berbentuk jorong-lanset. Panjang tumbuhan ini dapat mencapai beberapa meter. Habitat di tanah remah atau padat, basah atau kering, ternaungi sebagian atau terpapar, dan terdapat pada ketinggian mdpl. Selaginella ornata merupakan tumbuhan herba non xerofit. Terdapat rizofor (akar udara pada setengah batang bagian pangkal). Tipe pertumbuhan batang tegak, mudah patah, dengan bagian bawah batang berwarna merah kecoklatan. Daun berwarna hijau, daun lateral jorong-garis. Tumbuhan ini tumbuh membentuk rumpun. Habitat di tanah basah, dipinggir aliran air, ternaungi penuh atau sebagian, dan terdapat pada ketinggian mdpl. Selaginella plana merupakan tumbuhan herba non xerofit. Perakaran hanya di ujung pangkal batang utama. Tipe pertumbuhan batang tegak. Daun berwarna hijau tua atau hijau muda kekuningan mengkilat, daun lateral jorong-lonjong, jarak antar daun median maupun lateral rapat. Tumbuhan ini tumbuh membentuk rumpun atau soliter. Habitat di tanah remah atau padat, terpapar, ditemukan pada ketinggian mpl. Selaginella involvens merupakan tumbuhan herba non xerofit. Rizoma panjang merayap. Tipe pertumbuhan batang scandent, pola percabangan meruncing. Daun berwarna hijau, merah, atau cokelat mengkilap, daun lateral bulat telur. Panjang tumbuhan ini dapat mencapai beberapa meter. Habitat tanah remah, pada tebing, ternaungi penuh atau sebagian, dan ditemukan pada ketinggian mdpl. Selaginella alutacia merupakan tumbuhan herba xerofit yang berukuran sangat kecil sekitar 3-5 cm. Perakaran kecil dan pendek, terdapat diantara percabangan batang utama. Tipe pertumbuhan batang merayap membentuk sudut sekitar 45 0 seperti mangkuk (decumbent). Perbandingan daun median dengan daun lateral sebesar 1/3-1/2, daun lateral bulat telur. Habitat pada tanah remah, kering, terpapar, dan ditemukan pada ketinggian mdpl. Selaginella intermedia merupakan tumbuhan herba non xerofit. Perakaran kuat dengan rizofor tumbuh di titik percabangan batang utama bagian bawah. Tipe pertumbuhan batang ascending atau parabola, percabangan membentuk setengah lingkaran teratur dan rapat. Daun lateral rapat, bergerigi kecil (denticulate), jorong-lanset; daun median tidak rapat dan tersusun dua daun; ujung daun median yang berbentuk jarum dan keras (arista) mempunyai panjang setengah dari panjang daun median. Tumbuhan ini tumbuh membentuk rumpun atau soliter. Habitat di tebing, tanah remah dan basah, ternaungi penuh atau sebagian, dan ditemukan pada ketinggian mdpl. Selaginella subalpina merupakan tumbuhan herba non xerofit. Rizofor yang tumbuh di titik percabangan batang utama bagian bawah. Tipe pertumbuhan batang ascending atau parabola, pola percabangan mengumpul di ujung percabangan primer dan membentuk setengah lingkaran yang renggang. Daun berwarna hijau, hijau kekuningan, dan merah keputihan; daun lateral denticulate, jorong-lanset; daun median rapat dan tersusun tiga daun; arista mempunyai panjang kurang

14 5 dari setengah panjang daun median. Tumbuhan ini tumbuh soliter. Habitat di tanah remah, basah atau kering, ternaungi sebagian, dan ditemukan pada ketinggian mdpl. Selaginella sp1 merupakan tumbuhan herba non xerofit. Perakaran hanya di ujung pangkal batang utama. Tipe pertumbuhan batang tegak, berwarna hijau muda keputihan. Daun berwarna hijau tua, mengkilap, terdapat variasi putih keperakan; jarak antar daun median maupun lateral renggang, daun lateral lanset-lonjong, dan orientasi horizontal. Tumbuhan ini tumbuh soliter. Habitat di tanah basah, remah, ternaungi penuh atau sebagian, dan ditemukan pada ketinggian sekitar 950 mdpl. Masing-masing spesies yang ditemukan mempunyai pola percabangan yang berbedabeda. S. willdenovii mempunyai pola percabangan dikotom berbentuk bulat telur teratur. S. ornata mempunyai pola percabangan dikotom berbentuk sudip. S. plana mempunyai pola percabangan dikotom berbentuk bulat telur teratur. S. involvens mempunyai pola percabangan dikotom berbentuk lanset. S. alutacia mempunyai pola percabangan dikotom berbentuk bulat telur acak. S. intermedia mempunyai pola percabangan dikotom berbentuk bulat telur dan rapat. S. subalpina mempunyai pola percabangan dikotom yang mengumpul di ujung percabangan membentuk setengah lingkaran seperti ginjal dan renggang. S. sp1 mempunyai pola percabangan dikotom berbentuk bulat telur (Lampiran 3). Masing-masing spesies yang ditemukan mempunyai kelimpahan berbeda. S. willdenovii dan S. ornata ditemukan dominan di lokasi ini (Tabel 1). Tabel 1 Jenis-jenis Selaginella dan kelimpahannya di TNGHS No Spesies Kode Kelimpahan wilayah Frekuensi ind/rumpun 1 S. willdenovii A, C, D, E, F banyak sangat sering 2 S. ornata A, B, C, D, E, F sangat banyak sangat sering 3 S. plana C, D, F sangat sedikit sangat jarang 4 S. involvens C sangat jarang sedikit 5 S. alutacia D, F sedikit sangat jarang 6 S. intermedia B, D, E sangat sering sedikit 7 S. subalpina B sangat sedikit sangat jarang 8 S. sp1 A sangat sedikit sangat jarang Spesies Selaginella ditemukan pada ketinggian yang berbeda-beda. Terdapat satu spesies yang ditemukan pada ketinggian m, yaitu S. alutacia; dua spesies ditemukan pada ketinggian m, yaitu S. subalpina dan S. sp1; dan spesies lainnya ditemukan pada kedua ketinggian tersebut. Pengelompokan ini merujuk pada Panigrahi & Dixit (1966) (Tabel 2). Tabel 2 Pengelompokan spesies Selaginella berdasarkan ketinggian tempat Ketinggian (m) Spesies S. willdenovii, S. ornata, S. plana, S. involvens, S. alutacia, S. intermedia S. willdenovii, S. ornata, S. plana, S. involvens, S. intermedia, S. subalpina, S. sp1 Selain itu, spesies Selaginella juga ditemukan pada tempat dengan tingkat naungan yang berbeda-beda. S. alutacia dan S. plana termasuk tipe terpapar, S. willdenovii tipe terpapar dan ternaungi sebagian, dan spesies lainnya termasuk tipe ternaungi penuh dan sebagian. Pengelompokan ini merujuk pada Panigrahi & Dixit (1966) (Tabel 3). Tabel 3 Tingkat naungan spesies Selaginella Tingkat naungan Ternaungi penuh (heliophobous) Spesies S. ornata, S. involvens, S. intermedia, S. sp1 Ternaungi sebagian S. willdenovii, S. ornata, S. involvens, S. intermedia, S. subalpina, S. sp1 Terpapar (heliophilous) S. willdenovii, S. plana, S. alutacia Etnobotani Masyarakat sekitar TNGHS, yaitu masyarakat Desa Citalahab Sentral, Desa sekitar Gunung Bunder, dan Desa Kasepuhan Adat Banten Kidul memanfaatkan Selaginella untuk lalapan, perawatan pasca persalinan, pengobatan luka, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara penggunaan yang berbeda-beda (Tabel 4). Tabel 4 Aspek-aspek etnobotani Selaginella pada masyarakat sekitar TNGHS Parameter Nama daerah Spesies yang digunakan Citalahab Sentral rane rande spesies Selaginella Masyarakat Desa Kasepuhan Adat Banten Kidul atau sekitar Gunung Bunder rane rane atau rande S.willdenovii (rane tangkal) S. willdenovii

15 6 % Penghilangan Radikal Hidroksil % Penghilangan Radikal Hidroksil Kegunaan lalapan pembersih darah kotor pasca persalinan menghentikan pendarahan pasca persalinan lalapan mengobati luka meningkat kan daya tahan tubuh Aktivitas penghilangan radikal hidroksil Uji ini diawali dengan optimasi inkubasi. Semakin lama waktu inkubasi (0-30 menit), nilai % penghilangan radikal hidroksil juga semakin tinggi (Gambar 1; Lampiran 5 & 6) Inkubasi (menit) Gambar 1 Nilai rata-rata % penghilangan radikal hidroksil pada inkubasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit. Faktor spesies dan konsentrasi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap penghilangan radikal hidroksil dan terdapat interaksi antara keduanya (Lampiran 7). Masing-masing spesies dengan berbagai konsentrasi yang diujikan memperlihatkan adanya aktivitas penghilangan radikal hidroksil yang berbeda-beda. Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan, relatif semakin tinggi pula nilai % penghilangan radikal hidroksilnya (Gambar 2; Lampiran 8). Selaginella plana mempunyai kemampuan penghilangan radikal hidroksil tertinggi dengan konsentrasi 75 µg/ml yaitu sebesar %, sedangkan S. willdenovii memiliki kemampuan penghilangan radikal hidroksil terendah dengan konsentrasi 25 µg/ml yaitu sebesar 0.51 % (Gambar 2; Lampiran 8) Konsentrasi (µg/ml) Gambar 2 Nilai % penghilangan radikal hidroksil S. willdenovii, S. ornata, dan S. plana pada konsentrasi 0, 25, 50,75, dan 100 µg/ml. PEMBAHASAN Secara umum spesies Selaginella ditemukan pada daerah dengan kelembaban yang cukup, cahaya matahari dengan intensitas sedang dan ternaungi, tanah remah, pada tebing, tepi sungai, maupun area dengan permukaan yang datar. Di sekitar tempat tumbuh Selaginella ditemukan tumbuhan harendong (Melastoma affine), Nephrolepis, rumput gajah (Pennisetum pupureum), rumput gewor (Commelina), cocor bebek (Kalanchoe), urang aring (Eclipta alba), alang-alang (Imperata), keji beling (Strobilanthes), Begonia, dan lumut hati seperti Marchantia. Masing-masing spesies Selaginella mempunyai karakter khas yang dapat digunakan untuk membedakan antara spesies yang satu dengan yang lainnya. Selaginella willdenovii mirip dengan S. involvens yaitu mempunyai pola pertumbuhan batang memanjat dan rizoma yang panjang merayap. Namun S. willdenovii mempunyai daun iridesen berwarna hijau kuning kebiruan sedangkan S. involvens hanya mempunyai satu warna pada daun dengan warna hijau atau merah kecoklatan mengkilap dan pola percabangan yang lebih meruncing ke ujung dibandingkan S. willdenovii. Selaginella ornata dan S. plana mempunyai tipe pertumbuhan batang yang sama, yaitu tegak. Namun kedua spesies ini mudah dibedakan karena S. ornata mempunyai rizofor dan batang bagian bawah berwarna merah kecoklatan dan mudah patah, sedangkan S. plana mempunyai bentuk percabangan seperti bulat telur dan daun lateral yang rapat. Selaginella alutacia sangat mudah dikenali dari ukurannya yang sangat kecil, yaitu 3-5 cm dan tumbuh pada habitat yang kering. Karakter ini tidak ditemukan pada spesies Selaginella lain yang ditemukan di TNGHS. Selaginella intermedia mempunyai pola percabangan yang mirip dengan S. subalpina yaitu membentuk setengah lingkaran. Namun S. intermedia mempunyai pola percabangan yang teratur dan rapat sedangkan S. subalpina mempunyai pola percabangan mengumpul di ujung percabangan primer dan renggang. Selain itu, kedua spesies ini mempunyai perbedaan pada perbandingan antara panjang arista dengan panjang daun median. S. intermedia mempunyai panjang arista setengah dari panjang daun median sedangkan S. subalpina mempunyai panjang arista kurang dari setengah panjang daun median.

16 7 Selaginella sp1 mempunyai jarak antar daun median maupun lateral yang renggang dengan orientasi daun lateral horizontal. Masyarakat sekitar TNGHS belum melakukan pembudidayaan terhadap tumbuhan Selaginella dan dalam pemanfaatannya, masyarakat mengambil Selaginella dari hutan, pinggir hutan, pinggir jalan, atau pekarangan rumah masyarakat. Masyarakat Desa Citalahab Sentral mengenal Selaginella dengan nama rane atau rande, dan tidak ada pembedaan spesies yang digunakan. Mereka memanfaatkan tumbuhan Selaginella sebagai pembersih darah kotor pasca persalinan dengan beberapa cara penggunaan, yaitu dimakan langsung sebagai lalapan, langsung direbus dan diambil airnya, dikeringkan lalu direbus dan diambil airnya, maupun ditumbuk dan dicampur dengan tumbuhan lain seperti ki rapet (Parameria laevigata), tangkur (Selliguea feei), dan kina (Chincona). Setelah itu direbus lalu disaring dan diambil airnya. Masyarakat Desa Kasepuhan Adat Banten Kidul menggunakan Selaginella untuk menghentikan pendarahan pasca persalinan tetapi mereka hanya menggunakan rane tangkal (S. willdenovii) dan tidak menggunakan rane diuk (S. plana). Hal ini berbeda dengan masyarakat Dayak dan masyarakat di sekitar Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Mereka memanfaatkan S. plana sebagai obat untuk menghentikan pendarahan (Uluk et al. 2001; Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat I 2000). Kemampuan S. plana sebagai obat pendarahan diperkuat dengan adanya uji secara ilmiah seperti yang telah dilakukan oleh Agustini (1995), membuktikan bahwa S. plana mampu mempersingkat waktu pendarahan pada mencit putih jantan. Masyarakat Desa Kasepuhan Adat Banten Kidul menggunakan Selaginella dengan cara dimakan langsung sebagai lalapan atau ditumbuk untuk dijadikan sambal dengan dicampur sirih (Piper betle), kunyit (Curcuma longa), jahe (Zingiber officinale), dan beberapa bahan tumbuhan lainnya (sekitar 40 jenis) yang dikenal dengan nama peupeuh. Berbeda pula dengan masyarakat desa di sekitar Gunung Bunder, yang masih termasuk kedalam wilayah TNGHS, mereka menggunakan S. willdenovii untuk mengobati luka dengan cara mengunyahnya didalam mulut lalu mengoleskan ke bagian tubuh yang terluka. Selain itu, S. willdenovii juga digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dengan memakannya secara langsung sebagai lalapan. Data tersebut menunjukkan bahwa setiap suku atau budaya masyarakat yang berbeda memungkinkan perbedaan pola pemanfaatan suatu sumberdaya, dalam hal ini Selaginella, seperti penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Thulsi et al. (2006). Hasil uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil menunjukkan bahwa ekstrak S. willdenovii, S. ornata, dan S. plana mempunyai kemampuan penghilangan radikal hidroksil dengan tingkat penghilangan yang berbedabeda. Penghilangan ini relatif terus meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak (Gambar 2) dan terdapat interaksi antara faktor spesies dengan konsentrasi (Lampiran 7). Ekstrak S. willdenovii memiliki aktivitas penghilangan radikal hidroksil terendah, yaitu pada kisaran nilai 0.51 sampai %. Diikuti S. ornata dengan aktivitas penghilangan radikal hidroksil yang lebih tinggi daripada S. willdenovii, yaitu pada kisaran nilai sampai %, dan S. plana dengan aktivitas penghilangan radikal hidroksil tertinggi, yaitu pada kisaran nilai sampai % (Lampiran 8). Konsentrasi 25 µg/ml S. willdenovii belum menunjukkan adanya aktivitas penghilangan radikal hidroksil. S. willdenovii, S. ornata, dan S. plana pada konsentrasi tertentu mempunyai aktivitas penghilangan radikal hidroksil yang tidak berbeda nyata, antara lain S. plana pada konsentrasi 25 µg/ml dengan S. willdenovii dan S. ornata pada konsentrasi 75 µg/ml. Untuk efisiensi pemakaian ekstrak dan hasil terbaik, konsentrasi 75 µg/ml S. plana adalah solusi yang tepat. Data selengkapnya disajikan dalam lampiran 9. Kemampuan Selaginella sebagai antioksidan dipengaruhi oleh senyawa metabolit sekunder yang terkandung didalamnya. Metabolit utama pada Selaginella adalah biflavonoid (Setyawan & Darusman 2008). Biflavonoid merupakan dimer flavonoid yang dibentuk dari dua unit flavon atau dimer campuran flavon dengan flavonon (Smith et al. 2000) (Gambar 3A dan B). A Gambar 3 Struktur bahan aktif Selaginella (A) flavonoid, (B) biflavonoid B

17 8 Biflavonoid efektif dalam penghilangan radikal hidroksil, radikal peroksil, dan anion superoksida (Packer dan Cadenas 2002). Potensi antioksidan senyawa biflavonoid diperkirakan disebabkan oleh pelepasan atom hidrogen yang terdapat pada gugus hidroksil (-OH). Radikal bebas berikatan dengan atom hidrogen tersebut sehingga energi aktivitasnya berkurang (Gurr et al. 2002). Hal ini dapat mencegah atau memperlambat terjadinya penuaan dini dan berbagai penyakit yang disebabkan cekaman oksidatif (Rose et al. 1982). SIMPULAN Terdapat delapan spesies Selaginella yang ditemukan di TNGHS yaitu S. willdenovii, S. ornata, S. plana, S. intermedia, S. involvens, S. alutacia, S. subalpina dan satu spesies belum teridentifikasi. S. willdenovii dan S. ornata merupakan spesies Selaginella yang dominan. Masyarakat sekitar TNGHS, yaitu masyarakat Desa Citalahab Sentral, desa sekitar Gunung Bunder, dan Desa Kasepuhan Adat Banten Kidul, memanfaatkan Selaginella untuk lalapan, perawatan pasca persalinan, pengobatan luka, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara penggunaan yang berbeda-beda. Dari ketiga spesies Selaginella yang diuji aktivitas penghilangan radikal hidroksilnya, S. plana paling berpotensi sebagai antioksidan diikuti S. ornata dan S. willdenovii. S. plana dengan konsentrasi 75 µg/ml adalah solusi yang tepat untuk efisiensi pemakaian ekstrak dan kemampuan antioksidan terbaik. SARAN Pemilihan jalur eksplorasi keanekaragaman dan etnobotani Selaginella yang berbeda, misalnya ke Suku Badui. Penggunaan spesies Selaginella dan jenis Reactive Oxygen Spesies (ROS) yang lain dalam uji antioksidan serta uji antioksidan secara in vivo. Penggunaan akar Selaginella sebagai ekstrak dalam uji antioksidan sehingga diketahui perbandingannya dengan ekstrak dari batang dan daun Selaginella. DAFTAR PUSTAKA Agustini M Pengaruh pemberian ekstrak etanol tumbuhan sigaga (Selaginella plana Hieron) terhadap waktu pendarahan mencit putih jantan [abstrak]. Di dalam: [Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi]. Penelitian Tanaman Obat di beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Ahmed A dan Latif A Non-Timber Forest Products: A Substitute for Livelihood of the Marginal Community in Kalash Valley, Northern Pakistan. [Terhubungberkala]. ~ebl/leaflest/ajaz.htm [27 Des 2007] Alston AHG The Selaginella of the Malay Island:1 Java and the Lesser Sunda Island. Bul Jard Bot Buitenzorg Serie 3,13: Arief S Radikal Bebas. Surabaya: SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo. [Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat I] Laporan Inventarisasi Flora dan Fauna di Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Bandung: Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat. Beukema H dan Noordwijk M van Terrestrial pteridophytes as indicator of a forest-like environment in rubber production system in the lowland of Jambi, Sumatra. J Agr Ecos Env 104: Chen K, Plumb GW, Bennett RN, dan Bao Y Antioxidant activities of extract from five anti-viral medicinal plants. J Ethnophar 96: Chikmawati T dan Miftahudin Biodiversitas dan potensi marga Selaginella sebagai antioksidan dan antikanker. [Laporan Hasil Penelitian]. Bogor: FMIPA, IPB. Gayathri V, Asha VV, and Subramoniam A Preliminary studies on the immunomodulatory and antioxidant properties of Selaginella species. Indian J. Phar 2005;37: Gurr MI, Harwood JL, dan Frayn KN Lipid Biochemistry 5 th edition. UK: Blackwell Science. Halliwell B Food-derived Antioxidants: How to evaluate their importance in food and in vivo. London: Taylor & Francis Pr. Iwatsuki K Pteridophytes of Northern Sumatra: a report of botanical trip in Southeast Asian Studies 11(2): Jinn-Lai T dan Wang-Cheung S Flora of Taiwan 2 nd Vol 1. Taiwan: National Taiwan Univ Pr.

18 9 Khare CP, editor Indian Medical Plant an illustrated dictionary. New York: Springer. Lautan J Radikal bebas pada eritrosit dan lekosit. J Cermin Dunia Kedokteran 116: Lawrence GHM Taxonomy of Vascular Plants. New York: The Macmillan Co. Lee IS, Nishikawa A, Furukawa F, Kasahara K, dan Kim SU Effect of Selaginella tamariscina on in vitro tumor cell growth, p53 expression, G1 arrest and in vivo gastric cell proliferation. J Plant Med 70: [terhubung berkala]. b=pubmed&uid= &cmd=showdet ailview&indexed=google [26 Nov 2007]. Mahesh R, Nagulendran KR, Velavan S, Ramesh T, dan Begum VH Studies on the antioxidative and free radical scavenging activities of myrobalan (Terminalia chebula Retz) throught various in vitro models. J Phar online 2:1-11. Packer L dan Cadenas E, editor Handbook of Antioxidant 2 nd edition. New York: Marcel Dekker Inc. Pambudi A, Rosita I, Jazilah A, dan Faulina SA Analisis kandungan senyawa golongan flavonoid Selaginella yang berpotensi sebagai antioksidan [PKM penulisan ilmiah]. Bogor: IPB. Panigrahi G dan Dixit RD Studies in the systematics of Indian Selaginella I. J Indian Bot Soc 34(4): Purwanto Y Hasil hutan bukan kayu (NTFPs): terminologi dan perannya bagi masyarakat di sekitar hutan. Bogor: LIPI. Rose WM, Creighton MO, Stewart DHPJ, Sanwal M, dan Trevithick GR In vivo effects of vitamin E on cataractogenesis in diabetic rats. Canadian J Opht 17: Sah NK, Singh SNP, Sahdev S, Banerji S, Jha V, Khan Z, dan Hasnain SE Indian herb Sanjeevani (Selaginella bryopteris) can promote growth and protect against heat shock dan apoptotic activities of ultra violet and oxidative stress. J Biol Sci 30(4): Setyawan AD dan Darusman LK Review: Senyawa biflavonoid pada Selaginella Pal. Beauv. dan pemanfaatannya. J Biol Div Biodiv 9: Smith AD, Datta SP, Smith GH, Champbell PN, Bentley R, McKenzie HA, Bender DA, Harris AJ, Goodwin TW, dan Parish JA Oxford Dictionary of Biochemistry and Molecular Biology Revised Edition. New York: Oxford Univ Pr. Tagawa M dan Iwatsuki K Enumeration of Thai pteridophytes collected during Tokyo: Tokyo Univ Pr. Thomas SCL Chinese and Related North American Herbs: Phytopharmacology and Therapeutic Values. New York: CRC Pr. Thomson GE The Health Benefit of Traditional Chinese Plant Medicine: Weighing the scientific evidence. Australia: RIRDC Pr. Thulsi RK, Reddy KN, Pattanaik C, and Reddy CS Ethnomedicinal Importance of Pteridophytes used by Chenchus of Nallamalais, Andhra Pradesh, India. [terhubung berkala]. ~ebl/leaflest/reddy3.htm [27 Des 2007] Tjitrosoepomo G Taksonomi Tumbuhan. Jakarta: Bhratara Karya Aksara Pr. Tuminah S Radikal bebas dan antioksidan kaitannya dengan nutrisi dan penyakit kronis. J Cermin Dunia Kedokteran 128: Uluk A, Sudana M, dan Wollenberg E Ketergantungan Masyarakat Dayak terhadap Hutan di sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang. Bogor: Center for International Forestry Research (CIFOR) Pr. [United States Department of Agriculture] National Genetic Resources Program. Germplasm Resources Information Network - (GRIN) National Germplasm Resources Laboratory, Beltsville, Maryland. [terhubung berkala]. taxon.pl?33581 (11 April 2008) Winter WP de dan Amoroso VB, editor Plant Resources of South-East Asia No 15(2). Cryptogams: Fern and Fern Allies. Bogor: Prosea Foundation Pr. Xian-Chun Z Studies on the Chinese species of Selaginellaceae (I): Selaginella subgenus Tetragonostachys Jermy. J Acta Phytotax Sinica 39(4): Zumsteg IS dan Weckerle CS Bakera, a herbal steam bath for postnatal care in Minahasa (Indonesia): documentation of the plants used and assessment of the method. J Ethnophar 111:

19 LAMPIRAN

20 11 Lampiran 1 Penghitungan bahan uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil Bahan Konsentrasi (mm) ph Volume Stok (ml) Penghitungan FeSO M = g/l 1mM = g/1000 ml 1mM = g/ 100 ml 1, M = g/l phenanthro 1mM = g/1000 line ml 1mM = g/100 ml Bufer fosfat Bahan A = NaH 2 PO 4. 2H 2 O 0.2 M 27.8 g dalam 1 l aquadest Bahan B = Na 2 HPO 4.2H 2 O 0.2 M 35.6 g dalam 1 l aquadest H 2 O M= g/1000 ml 1 L= 1.11 kg 1 L H 2 O 2 30% = 0.3 x 1110 g = 333 g jadi H 2 O 2 30% = 333 g/l : g/l = 9.79 M M1V1 = M2V V1 = 0.17 x 20 V1 = ml Pencampuran g FeSO 4 + aquadest sampai volume 100 ml g 1,10- phenanthroline + aquadest sampai volume 100 ml 39 ml A + 61 ml B dilarutkan dalam 100 ml aquadest Untuk menaikkan ph tambahkan NaOH dan untuk menurunkan ph tambahkan HCl 0.35 ml H 2 O 2 30% ml aquadest

21 12 Lampiran 2 Peta eksplorasi biodiversitas dan etnobotani di TNGHS Citalahab Sentral Desa sekitar Gunung Bunder B E Kasepuhan Adat Banten Kidul A C D F Keterangan: : Jalur eksplorasi biodiversitas : Lokasi studi etnobotani - : Titik pengambilan sampel

22 14 Lampiran 4 Kunci identifikasi sederhana spesies Selaginella 1.a. Xerofit, ukuran sangat kecil 3-5 cm S. alutacia 1.b. Non xerofit, ukuran lebih besar dari 5 cm a. Batang tegak b. Batang menjalar atau memanjat a. Batang bagian bawah berwarna merah kecokelatan... S. ornata 3.b. Batang bagian bawah berwarna hijau muda sampai tua a. Daun tidak iridesen; berwarna hijau, merah, atau cokelat mengkilap; daun lateral bulat telur...s. involvens 4.b. Semua daun iridesen; berwarna hijau kuning kebiruan; daun lateral jorong-lanset.. S. willdenovii 5.a. Pola pertumbuhan batang tegak menaik atau parabola 6 5.b. Pola pertumbuhan batang tegak a. Arista mempunyai panjang setengah dari panjang daun median.....s. intermedia 6.b. Arista mempunyai panjang kurang dari setengah panjang daun median... S. subalpina 7.a. Jarak antar daun median maupun lateral rapat..s. plana 7.b. Jarak antar daun median maupun lateral renggang..s. sp1

23 15 Lampiran 5 Nilai absorban penghilangan radikal hidroksil spesies S. willdenovii, S. ornata, dan S. plana dengan konsentrasi 25, 50, 75, dan 100 µg/ml pada inkubasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit Spesies Konsentrasi Ulangan Inkubasi (menit) (µg/ml) S. willdenovii S. ornata S. plana Rata-rata Kontrol Rata-rata Lampiran 6 Rataan nilai % penghilangan radikal hidroksil pada inkubasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit Nilai % Penghilangan Inkubasi (menit)

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Distribusi Selaginella

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Distribusi Selaginella 3 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Distribusi Selaginella Selaginella termasuk divisi Lycopodiophyta, kelas Lycopodiopsida, ordo Selaginellales, famili Selaginellaceae. Selaginella termasuk tumbuhan herba

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan paku merupakan salah satu tumbuhan tertua yang masih sering kita

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan paku merupakan salah satu tumbuhan tertua yang masih sering kita 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tumbuhan Paku Tumbuhan paku merupakan salah satu tumbuhan tertua yang masih sering kita jumpai di daratan. Memiliki kormus merupakan ciri yang khas dari tumbuhan ini. Arti dari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN BAHAN BIOAKTIF Selaginella plana dan S. willdenovii PADA BEBERAPA MEDIA TANAM DWI SUCI SETIYANINGSIH

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN BAHAN BIOAKTIF Selaginella plana dan S. willdenovii PADA BEBERAPA MEDIA TANAM DWI SUCI SETIYANINGSIH PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN BAHAN BIOAKTIF Selaginella plana dan S. willdenovii PADA BEBERAPA MEDIA TANAM DWI SUCI SETIYANINGSIH DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH Dian Pratiwi, Lasmaryna Sirumapea Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang ABSTRAK

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN DAN PENYEBARAN Selaginella spp. DI INDONESIA DARI TAHUN Andik Wijayanto

KEANEKARAGAMAN DAN PENYEBARAN Selaginella spp. DI INDONESIA DARI TAHUN Andik Wijayanto Keanekaragaman dan Penyebaran (31-42) El-Hayah Vol. 5, No.1 September 2014 KEANEKARAGAMAN DAN PENYEBARAN Selaginella spp. DI INDONESIA DARI TAHUN 1998-2014 Andik Wijayanto Jurusan Biologi, Fakultas Sains

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia bersama sejumlah negara tropis lain seperti Brazil, Zaire dan Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiversity).

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) Nazmy Maulidha*, Aditya Fridayanti, Muhammad Amir Masruhim Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN SELAGINELLA DI JAWA TENGAH HERLINA PANJAITAN

KEANEKARAGAMAN SELAGINELLA DI JAWA TENGAH HERLINA PANJAITAN KEANEKARAGAMAN SELAGINELLA DI JAWA TENGAH HERLINA PANJAITAN DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Long Alango, Kecamatan Bahau Hulu, SPTN Wilayah II Taman Nasional Kayan Mentarang, Kabupaten Malinau, Kalimantan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih elektron tidak berpasangan sehingga, sangat reaktif. Radikal bebas dapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih elektron tidak berpasangan sehingga, sangat reaktif. Radikal bebas dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih elektron tidak berpasangan sehingga, sangat reaktif. Radikal bebas dapat dijumpai pada lingkungan

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng.)

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng.) AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng.) SKRIPSI OLEH: DEWI SARTIKA NIM 081501016 PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

PENGHAMBATAN PEROKSIDASI LIPID SEL KHAMIR Candida sp. Y390 OLEH EKSTRAK DAGING BUAH SALAK BONGKOK (Salacca edulis Reinw.

PENGHAMBATAN PEROKSIDASI LIPID SEL KHAMIR Candida sp. Y390 OLEH EKSTRAK DAGING BUAH SALAK BONGKOK (Salacca edulis Reinw. PENGHAMBATAN PEROKSIDASI LIPID SEL KHAMIR Candida sp. Y390 OLEH EKSTRAK DAGING BUAH SALAK BONGKOK (Salacca edulis Reinw.) DEDE FALAHUDIN PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2015. Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. dilakukan di daerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Pebruari 2011. Tempat pelaksanaan kultur jaringan tanaman adalah di Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK SELAGINELLA RINI SYAHRAYNI HASIBUAN

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK SELAGINELLA RINI SYAHRAYNI HASIBUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK SELAGINELLA RINI SYAHRAYNI HASIBUAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron tidak berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat yang reaktif sehingga cenderung bereaksi

Lebih terperinci

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE

III BAHAN DAN METODE meliputi daerah Jawa, Kalimantan dan Sumatera. Tanaman Kilemo di daerah Jawa banyak ditemui pada daerah dengan ketinggian 230 700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tanaman ini terutama banyak ditemui

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

Studi Potensi Bioherbisida Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia catappa) Terhadap Gulma Rumput Teki (Cyperus rotundus)

Studi Potensi Bioherbisida Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia catappa) Terhadap Gulma Rumput Teki (Cyperus rotundus) TUGAS AKHIR - SB09 1358 Studi Potensi Bioherbisida Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia catappa) Terhadap Gulma Rumput Teki (Cyperus rotundus) Oleh: Denada Visitia Riskitavani (1509 100 019) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Waktu penelitian selama 2 bulan, yang dimulai Februari sampai

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PANCASILA DESEMBER 2009

UNIVERSITAS PANCASILA DESEMBER 2009 PENAPISAN FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK n-heksana DAN METANOL DAUN KELADI TIKUS Oleh: Drs. Ahmad Musir, MS, Apt Dra. Yunahara Farida, M.Si, Apt Dra. Titiek Martati, M.Si, Apt Bernard

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI TANAMAN PEKARANGAN RUMAH PENDUDUK DI KECAMATAN PACIRAN DAN LAREN, KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR MOH.

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI TANAMAN PEKARANGAN RUMAH PENDUDUK DI KECAMATAN PACIRAN DAN LAREN, KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR MOH. IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI TANAMAN PEKARANGAN RUMAH PENDUDUK DI KECAMATAN PACIRAN DAN LAREN, KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR MOH. QOMARUDIN DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan kegiatan penelitian diperlukan peralatan laboratorium, bahan serta prosedur penelitian yang akan dilakukan. Tiga hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode eksperimental karena adanya manipulasi terhadap objek penelitian dan adanya kontrol

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat 25 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Juli 2011. Pengambilan sampel dilakukan di kawasan restorasi resort Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aktivitas antioksidan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. 3.2 Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

Umumnya bungkil kedelai didatangkan dari beberapa negara seperti Amerika, Argentina, Brazil, Cina dan India., sehingga mutu dan komposisinyapun sangat

Umumnya bungkil kedelai didatangkan dari beberapa negara seperti Amerika, Argentina, Brazil, Cina dan India., sehingga mutu dan komposisinyapun sangat PENGARUH CARA EKSTRAKSI DALAM UJI TINGKAT KEMATANGAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN METODE MERAH-KRESOL SAULINA SITOMPUL Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Bungkil kedelai yang digunakan

Lebih terperinci

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan in. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan Balai Penelitian Sei Putih Medan Sumatra Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama 4

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 2 dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah, selain itu daun anggrek merpati juga memiliki kandungan flavonoid yang tinggi, kandungan flavonoid yang tinggi ini selain bermanfaat sebagai antidiabetes juga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan 21 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pembuatan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

RIZKI SITI NURFITRIA

RIZKI SITI NURFITRIA RIZKI SITI NURFITRIA 10703058 EFEK ANTIOKSIDAN IN VITRO EKSTRAK BAWANG PUTIH, KUNYIT, JAHE MERAH, MENGKUDU, SERTA BEBERAPA KOMBINASINYA DAN EX VIVO EKSTRAK BAWANG PUTIH, KUNYIT, DAN KOMBINASINYA PROGRAM

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang jahe segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Aromatik dan Obat (Balitro) Bogor berumur 8

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hijau yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara Gunung Mas di Bogor. Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN SELAGINELLA DI JAWA BARAT RAHMADIAN HARLI

KEANEKARAGAMAN SELAGINELLA DI JAWA BARAT RAHMADIAN HARLI KEANEKARAGAMAN SELAGINELLA DI JAWA BARAT RAHMADIAN HARLI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 ABSTRAK RAHMADIAN HARLI. Keanekaragaman Selaginella

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian 23 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian berlangsung selama 7 bulan, yaitu penelitian in vitro bulan Januari sampai Maret 2009 di Laboratorium Biokimia Institut Pertanian Bogor (IPB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anacardiaceae

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anacardiaceae 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas, mempunyai tidak kurang 17000 pulau, baik yang besar maupun yang kecil. Dengan sendirinya Indonesia

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 202 di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 3.2 Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki luas hutan terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki luas hutan terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki luas hutan terbesar di dunia. Hutan Indonesia memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh banyak negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Institut Pertanian Bogor (PPLH IPB) dari bulan Oktober

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia terletak di daerah tropis dan sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh

Lebih terperinci

Tanaman Obat Keluarga TOGA

Tanaman Obat Keluarga TOGA Surabaya Januari 10, 2015 Tanaman Obat Keluarga TOGA Djoko Agus Purwanto FAKULTAS FARMASI Universitas Airlangga Apa itu TOGA? TOGA atau Tanaman Obat Keluarga adalah tanaman hasil budidaya yang dikenal

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya dan merupakan suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green House Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, di Desa Tamantirto,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Daun gamal diperoleh dari Kebun Percobaan Natar, Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Sampel pada penelitian ini adalah jamur Fusarium oxysporum. Penelitian eksperimen yaitu penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013. 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013. Tempat penelitian adalah Laboratorium Botani dan Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dibagi menjadi 7 strata ketinggian. Strata IV ( m dpl) Karakter morfologi bambu tali dicatat (lampiran 2).

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dibagi menjadi 7 strata ketinggian. Strata IV ( m dpl) Karakter morfologi bambu tali dicatat (lampiran 2). A. Bagan Alir Penelitian III. METODE PENELITIAN Lokasi dibagi menjadi 7 strata ketinggian Strata I (100-199 m ) Strata VII (700-799 m ) Strata II (200-299 m ) Strata VI (600-699 m ) Strata III (300-399

Lebih terperinci

II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji 2.2 Persiapan Pakan Uji

II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji 2.2 Persiapan Pakan Uji II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak terpal dengan ukuran 2 m x1m x 0,5 m sebanyak 12 buah (Lampiran 2). Sebelum digunakan, bak terpal dicuci

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hitam yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor grade BP1 (Broken Pekoe 1).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Universitas 26 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Universitas Lampung dari bulan Februari-Juni 2015. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas

MATERI DAN METODE di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2014 di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas Pertanian dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 PEMANFAATAN KOMPOS TANDAN KOSONG SAWIT (TKS) SEBAGAI CAMPURAN MEDIA TUMBUH DAN PEMBERIAN MIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MINDI (Melia azedarach L.) SKRIPSI Oleh Nina Astralyna 051202017/ Budidaya Hutan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium,

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium, 36 BAB III METODELOGI PENELITIAN Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium, bahan, dan cara kerja penelitian. Dibawah ini adalah uraian mengenai tiga hal tersebut. 3.1

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. agar, arang, NaOH, HCl dan akuades. spirtus, timbangan analitik, beker gelas, LAF vertikal.

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. agar, arang, NaOH, HCl dan akuades. spirtus, timbangan analitik, beker gelas, LAF vertikal. 6 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi 1.1.1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi jalar varietas cilembu, ubi jalar varietas sukuh,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Pelaksanaannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap penyiapan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath, termometer, spatula, blender, botol semprot, batang pengaduk, gelas kimia, gelas

Lebih terperinci

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Muhammad Ridla, M.Agr.

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Muhammad Ridla, M.Agr. RINGKASAN Nur Aini. D24103025. Kajian Awal Kebutuhan Nutrisi Drosophila melanogaster. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Timbal merupakan logam yang secara alamiah dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2. Logam ini telah digunakan sejak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lebih terperinci

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Isolasi dan perbanyakan sumber inokulum E. carotovora dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Mahkota Dewa 1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., dengan nama sinonim Phaleria papuana. Nama umum dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan jenis pendekatan eksperimen laboratorium. Pelaksanaannya dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas

III. METODE PENELITIAN. Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2013 di laboratorium Biologi Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci