Pusat Pembinaan JFA BPKP I. PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pusat Pembinaan JFA BPKP I. PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 Badan P eengawasan K eeuangan dan P eembangunan ((BPKP )) Hiimpunan Tanya Jawab Seputar Jabatan Fungsiional Audiitor Dii Liingkungan Bpkp Forrum Komuni iikkassi Kepegawai iian Dan JJFA 2002 Pusbin JFA -- BPKP

2 I. PENDAHULUAN Berdasarkan Keputusan MENPAN Nomor 19 Tahun 1996, BPKP ditunjuk sebagai Instansi Pembina Jabatan Fungsional Auditor (JFA) di lingkungan BPKP dan instansi pemerintah lainnya, keculai BEPEKA. Sebagai Instansi Pembina JFA, BPKP mempunyai tugas membuat standar dan peraturan-peraturan serta menyelenggarakan diklat sertifikasi JFA dan diklat lainnya yang berkenaan dengan jabatan fungsional auditor. Untuk melaksanakan tugas pembinaan JFA tersebut, dibentuk unit organisasi tersendiri dengan nama Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor (Pusbin JFA). Sedangkan tugastugas kediklatan JFA dilaksanakan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan (Pusdiklatwas). Dalam rangka pembinaan JFA, telah dan terus dilaksanakan berbagai kegiatan, baik di lingkungan BPKP maupun aparat pengawasan intern pemerintah (APIP). Salah satu kegiatan tahunan yang dilaksanakan di lingkungan BPKP adalah Rapat Koordinasi Kepegawaian dan JFA. Rapat Koordinasi Kepegawaian dan JFA tahun 2002 merupakan kegiatan lanjutan dari Forum Komunikasi JFA dan Kepegawaian tahuntahun sebelumnya. Rapat Koordinasi dihadiri oleh utusan dari seluruh Perwakilan BPKP dan unit kerja BPKP Pusat dengan mengangkat, mendiskusikan, dan memberikan jawaban atau penyelesaian atas permasalahan JFA dan kepegawaian yang terdapat pada unit-unit tersebut. Mengingat banyaknya permasalahan yang diajukan, sebelum pelaksanaan Rapat Koordinasi telah diselenggarakan Pra Rapat Koordinasi yang dihadiri utusan dari unit kerja BPKP Pusat, Perwakilan BPKP DKI 1, dan Perwakilan BPKP DKI 2 untuk membahas dan mendiskusikan permasalahan seputar JFA yang terjadi di lingkungan unit kerja tersebut. Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

3 Buku Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA ini merupakan salah satu hasil Rapat Koordinasi tersebut yang menghimpun pertanyaan dan jawaban atas permasalahan yang disampaikan pada Pra Rapat Koordinasi, permasalahan tertulis yang ditujukan ke Pusat Pembinaan JFA, dan permasalahan yang muncul pada saat Rapat Koordinasi dilaksanakan. Jawaban yang diberikan dalam buku ini mengacu pada Himpunan Peraturan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya di Lingkungan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah dan Surat Edaran Kepala BPKP Nomor SE /K/1999 serta ketentuan terkait lainnya. II. DASAR HUKUM 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; 5. Keputusan MENPAN Nomor 19 Tahun 1996 tanggal 2 Mei 1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya; 6. Keputusan Bersama Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara, Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan, dan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; Nomor 10 Tahun 1996, Nomor 49/SK/K/1996 dan Kep-386/K/1996 tanggal 6 Juni 1996 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan dan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya; Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

4 7. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan No. KEP /K/1997 tgl 5 Maret 1997 tentang Pelaksanaan JFA dan Angka Kreditnya di Lingkungan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah; 8. Surat Edaran Kepala BPKP Nomor SE /K/1999 tanggal 11 Januari 1999 tentang Organisai, Mutasi, Tata Usaha, dan Tata Kerja Penetapan Angka Kredit bagi Pejabat Fungsional Auditor di Lingkungan BPKP; 9. Surat Edaran Deputi Bidang Administrasi Nomor Se /DI/1999 tanggal 23 Desember 1999 tentang Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan BPKP; III. TUJUAN Buku Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA di Lingkungan BPKP Tahun 2002 bertujuan: 1. Memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan dan permasalahan yang terjadi berkaitan dengan pelaksanaan dan pengembangan JFA; 2. Memberikan acuan/panduan bagi Pejabat Fungsional Auditor, Tim Penilai Angka Kredit, maupun pejabat lainnya dalam menerapkan ketentuan dalam JFA; dan 3. Meningkatkan keseragaman dalam memahami ketentuan-ketentuan JFA. IV. TANYA JAWAB Permasalahan atau pertanyaan yang dibahas dalam bagian ini terdiri dari 100 pertanyaan yang dikelompokkan sebagai berikut: Pendidikan Formal 8 Pertanyaan Pendidikan dan Pelatihan 15 Pertanyaan Pengawasan 22 Pertanyaan Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

5 Pengembangan Profesi 17 Pertanyaan Penunjang Pengawasan 9 Pertanyaan Organisasi, Mutasi, dan Tata Usaha JFA 29 Pertanyaan A. PENDIDIKAN FORMAL Permasalahan yang dibahas dalam kelompok ini menyangkut kegiatan pada Unsur Pendidikan, sub unsur Mengikuti Pendidikan Sekolah dan Mencapai Gelar Ijazah yang merupakan bagian dari Unsur Utama kegiatan PFA sebagaimana tercantum dalam Huruf A.1 Lampiran 1 A dan 1 B Keputusan MENPAN Nomor 19/1996 tanggal 2 Mei Secara garis besar, permasalahan yang telah dibahas dalam Rapat Koordinasi Kepegawaian dan JFA Tahun 2002 mengenai topik ini antara lain menyangkut : Pengakuan Ijazah yang diperoleh sebelum pegawai diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Berdasarkan pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002, Ijazah yang diperoleh sebelum pegawai diangkat menjadi CPNS dapat digunakan untuk kenaikan pangkat. Dengan kata lain, ijazah yang diperoleh sebelum CPNS dapat diakui secara kedinasan. Sesuai dengan surat edaran Sekretaris Utama No. SE- 1627/SU/02/2002 tanggal 23 September 2002, tentang Penertiban Penggunaan Gelar Akademik dalam Kedinasan, gelar akademik yang dapat dicantumkan dalam berbagai dokumen kedinasan adalah gelar akademik yang ijazahnya telah diakui secara kedinasan yaitu yang telah dicantumkan dalam Keputusan Kepangkatan dan/atau telah memperoleh sertifikat lulus UPI, dan/atau telah memperoleh Surat Keterangan Peningkatan Pendidikan. Dengan demikian, PFA yang mempunyai ijazah yang diperoleh sebelum CPNS dapat mengajukan Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

6 ijazah tersebut kepada Sekretaris Utama untuk dapat diakui secara kedinasan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku. Penetapan Kualifikasi Pendidikan yang diberlakukan sebagai Unsur Utama pada masing-masing Instansi Pengawasan Berdasarkan angka VI huruf C.1 Keputusan Kepala BPKP No. KEP /K/1997 tgl 5 Maret 1997, pendidikan / ijazah yang dapat diberikan angka kredit unsur utama adalah pendidikan sekolah yang sesuai dengan bidang tugas auditor yang bersangkutan. Penetuan kualifikasi pendidikan yang sesuai dengan bidang tugas auditor yang bersangkutan ditentukan oleh Kepala / Pimpinan Unit Organisasi masing-masing setelah mendapat persetujuan Instansi Pembina (BPKP). Kualifikasi pendidikan untuk auditor di lingkungan BPKP adalah DIII, DIV, S1, S2, dan S3 jurusan Akuntansi dan Manajemen sesuai Surat Edaran Deputi Bidang Administrasi Nomor Se /DI/1999 tanggal 23 Desember 1999 tentang Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan BPKP. Kualifikasi pendidikan untuk unit pengawasan lainnya di lingkungan APIP ditentukan oleh Kepala / Pimpinan unit organisasi masing-masing setelah memperoleh persetujuan Kepala BPKP. Perbedaan antara pengakuan angka kredit Ijazah Sarjana (S1) pada masa berlakunya jabatan fungsional Pengawas Keuangan dan Pembangunan (PKP) dengan setelah diberlakukannya JFA. Ketentuan Jabatan Fungsional Auditor diberlakukan sejak 1 Oktober 1996 dan berlaku untuk seluruh auditor di lingkungan BEPEKA dan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. JFA adalah merupakan perubahan nomenklatur jabatan dari jabatan fungsional sebelumnya yaitu Pegawas Keuangan dan Pembangunan (PKP) yang hanya berlaku di lingkungan BPKP serta penyesuaian dengan ketentuan yang berlaku mengenai jabatan fungsional sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil. Salah satu perbedaan antara ketentuan PKP dengan JFA adalah menyangkut pemberian angka kredit atas perolehan ijazah S1 jurusan akuntansi, dimana dalam ketentuan PKP, ijazah S1 jurusan Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

7 akuntansi diberikan nilai angka kredit sebesar 16 dan perolehan sertifikat Ujian Nasional Akuntansi (UNA) diberikan angka kredit sebesar 9, sedangkan dalam ketentuan JFA seluruh perolehan Ijazah S1 yang sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang berlaku diberikan angka kredit sebesar 25 dan perolehan sertifikat UNA tidak lagi diberikan angka kredit, sesuai Surat Deputi Bidang Administrasi No. S /DI.1/ 1998 tanggal 16 Maret 1998 tentang Penilaian Angka Kredit bagi Auditor yang memperoleh Ijazah Sarjana. Secara rinci, permasalahan pendidikan formal dan solusinya diuraikan dalam tanya jawab berikut ini : 1. Pertanyaan: Seorang PFA Pangkat Pengatur Tk.I (IId) jabatan Auditor Pelaksana lulusan DIII STAN kurikulum khusus, yang bersangkutan memiliki ijazah S1 Manajemen Informatika dan Komputer dan ijazah tersebut diperoleh sebelum CPNS serta telah dinilai angka kreditnya sebagai unsur penunjang pada penilaian per 30 Juni Saat ini yang bersangkutan sedang mengajukan permohonan izin melanjutkan program S2 Manajemen Keuangan. 1) Apakah yang bersangkutan diharuskan untuk mengikuti UPI? 2) Apakah ijazah S1 tersebut dapat digunakan untuk pemberian izin belajar yang lebih tinggi (S2)? 3) Apabila S2 yang bersangkutan lulus, ijazah tersebut masuk unsur utama atau penunjang? 1) Ijazah S1 Manajemen Informatika dan Komputer yang diperoleh sebelum CPNS dapat diakui secara kedinasan apabila telah dicantumkan dalam Keputusan Kepangkatan dan/atau telah memperoleh sertifikat lulus UPI, dan/atau telah memperoleh Surat Keterangan Peningkatan Pendidikan sesuai dengan Surat Edaran Sekretaris Utama No. SE-1627/SU/02/2002 tanggal 23 September 2002, tentang Penertiban Penggunaan Gelar Akademik dalam Kedinasan. Ijazah yang diperoleh sebelum Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

8 CPNS tersebut agar diajukan kepada Sekretaris Utama untuk memperoleh pengakuan secara kedinasan. Angka kredit Ijazah S1 tersebut yang telah diakui sebagai Unsur Penunjang dan telah dimasukkan dalam SK PAK s.d periode 30 Juni 2002 tidak perlu dikoreksi. Untuk berikutnya, bagi PFA lain yang angka kredit S1 nya belum diakui, angka kredit S1 dapat diberikan setelah ijazah dimaksud diakui secara kedinasan. 2) Dengan diakuinya ijazah S1 tersebut secara kedinasan, maka ijazah tersebut dapat digunakan untuk pemberian izin melanjutkan pendidikan setingkat lebih tinggi (S2). 3) Ijazah S2 Manajemen Keuangan dapat diberikan angka kredit sebagai Unsur Utama (25) setelah S1 pada butir 1 diakui secara kedinasan. Alih Jabatan dari Auditor Trampil ke Auditor Ahli dapat dilakukan setelah ijazah S2 diakui secara kedinasan serta telah lulus sertifikasi dan memenuhi persyaratan lain sesuai ketentuan yang berlaku. 2. Pertanyaan: Apakah Surat Tanda Tamat Pendidikan (Ijazah) yang diperoleh sebelum PFA diangkat sebagai PNS dapat diajukan dalam DUPAK. Ijazah tersebut telah disesuaikan dalam UPI. Angka kredit atas perolehan ijazah sebelum diangkat sebagai CPNS/PNS dapat diberikan jika ijazah tersebut telah diakui secara kedinasan (lihat jawaban no.1). Pemberian angka kredit Unsur Utama atau Unsur Penunjang didasarkan pada kualifikasi pendidikannya. 3. Pertanyaan: Pada Warta Pengawasan No. 31/November 2001 dalam masalah Pegawai dan JFA diuraikan masalah pengangkatan ke dalam JFA bagi lulusan Ajun Akuntan Khusus yang berasal dari pegawai Administrasi dan memiliki pangkat III/a ke atas. Dalam hal ijazah Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

9 yang dipunyai dari pendidikan di luar kedinasan berbeda dengan ijin yang dikeluarkan oleh SESMA, maka ijazah tersebut belum dapat diberikan angka kredit apabila perubahan tersebut belum disetujui oleh SESMA. Mengapa demikian? Perolehan Ijazah dari pendidikan di luar kedinasan dapat diberikan angka kredit setelah terpenuhinya ketentuan kepegawaian, antara lain kesesuaian ijazah yang diperoleh dengan ijin pendidikannya dan lulus UPI, sesuai dengan Surat Edaran Sekretaris Utama No. SE-1627/SU/02/2002 tanggal 23 September 2002, tentang Penertiban Penggunaan Gelar Akademik dalam Kedinasan. 4. Pertanyaan: Mohon penegasan kriteria unsur pendidikan apa saja yang dapat diberikan angka kredit Unsur Utama sebesar 25. Untuk belajar di luar kedinasan jenjang S2, mengapa disiplin ilmunya dibatasi / dipersempit yang bersifat ekonomi. sedangkan disiplin ilmu yang lain juga diperlukan dalam pelaksanaan pengawasan (misalnya di lingkungan Bawasda dan Itjen). Kualifikasi pendidikan yang diberikan angka kredit sebagai Unsur Utama di lingkungan BPKP sampai saat ini, sesuai dengan SE /DI/1999 tanggal 23 Desember 1999 tentang Pelaksanaan JFA di Lingkungan BPKP, adalah Diploma IV / S1 / S2/ S3 jurusan Akuntansi dan Manajemen (dalam lingkup Fakultas Ekonomi). Kualifikasi ini dapat dikembangkan sesuai perkembangan bidang tugas BPKP. Kualifikasi pendidikan yang diberikan angka kredit sebagai Unsur Utama di lingkungan APIP lainnya ditetapkan oleh masing-masing pimpinan unit organisasi sesuai bidang tugas auditor yang bersangkutan setelah memperoleh persetujuan instansi pembina/kepala BPKP (sesuai KEP /K/1997 tentang Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

10 Petunjuk Teknis Ketentuan dan Pelaksanaan JFA dan Angka Kreditnya di Lingkungan APFP). Berdasarkan surat Sekretaris Utama BPKP Nomor S-1380/SU/2002 tanggal 16 Agustus 2002 perihal Kualifikasi Pendidikan PFA dan Angka Kreditnya, BPKP telah meminta unit-unit pengawasan di lingkungan APIP untuk menetapkan kualifikasi pendidikan sebagai unsur utama di lingkungan kerja masing-masing setelah memperoleh persetujuan Kepala BPKP.. 5. Pertanyaan: Seorang PFA yang telah menyelesaikan pendidikan S1 Manajemen angka kredit diakui 16, setelah itu yang bersangkutan memperoleh ijazah S1 Akuntansi dan mendapat tambahan angka kredit 9 (tambahan angka kredit = 25). Sesuai peraturan, penambahan angka kredit ijazah akuntan = 25, apakah untuk ijazah S1 manajemen tersebut bisa diperhitungkan tambahan angka kredit 5 lagi? a. Angka kredit perolehan ijazah S1 Akuntansi atau Manajemen sebelum 1 Oktober 1996 (masa PKP) adalah sebesar 66 dan perolehan UNA Profesi dinilai 9 (sesuai Surat Deputi Bidang Administrasi No. S /DI.1/1998 tanggal 16 Maret 1998, tentang Penilaian Angka Kredit bagi Auditor yang memperoleh Ijazah Sarjana). b. Angka kredit perolehan ijazah S1 Akuntansi atau Manajemen setelah 1 Oktober 1996 (setelah berlakunya Ketentuan JFA) adalah sebesar 25 dan perolehan UNA Profesi tidak diberikan angka kredit. c. Dalam hal S1 Manajemen diperoleh sebelum 1 Oktober 1996, kemudian memperoleh S1 Akuntansi setelah 1 Oktober 1996, maka angka kredit S1 Manajemen adalah 66 dan angka kredit S1 Akuntansi adalah 5 (gelar kesarjanaan lainnya Unsur Penunjang). Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

11 6. Pertanyaan: Seorang PFA yang berasal dari dari D III STAN mendapat ijin belajar di luar jam dinas dari BPKP, setelah lulus dan berijasah S1 Akuntansi dinilai angka kreditnya sebesar 16. Berdasarkan jawaban Buku Himpunan Tanya Jawab Forum Komunikasi seputar JFA tahun 2001 halaman 4, disebutkan angka kredit untuk S1 Akuntansi dan Manajemen adalah sebesar 25. Bagaimana cara melakukan koreksi terhadap unsur pendidikan tersebut? Sesuai surat Deputi Bidang Administrasi No. S /DI.1/1998 tanggal 16 Maret 1998 sebagaimana diuraikan pada jawaban butir 5 di atas, apabila ijazah S1 Akuntansi tersebut diperoleh sebelum 1 Oktober 1996, maka pemberian angka kredit sebesar 16 sudah benar dan tidak perlu dikoreksi. Apabila ijazah S1 Akuntansi tersebut diperoleh setelah 1 Oktober 1996 dan masih diberi angka kredit sebesar 16, maka dilakukan koreksi dengan menambah angka kredit sub unsur Pendidikan sebesar 9 dalam periode penilaian berjalan. 7. Pertanyaan: PFA dengan latar belakang pendidikan Pembantu Akuntan (PA) telah memperoleh ijazah S1 (S.Ip) dan telah diberikan angka kredit sebesar 5 (Unsur Penunjang). Saat ini yang bersangkutan telah memiliki S2 (MM Konsentrasi Keuangan) dan S1 Ekonomi. Bagaimana pemberian angka kreditnya? Perolehan ijazah S1 Ekonomi jurusan Akuntansi atau Manajemen dapat diberikan angka kredit Unsur Utama sebesar 25 setelah ijazah tersebut diakui secara kedinasan. Perolehan ijazah S1 Ekonomi selain jurusan Akuntansi atau Manajemen dapat diberikan angka kredit sebesar 5 (Unsur Penunjang). Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

12 Perolehan ijazah S2 (MM) dapat diberikan angka kredit Unsur Utama sebesar 25 setelah ijazah S1 Ekonomi diakui secara kedinasan. Alih Jabatan dari Auditor Trampil ke Auditor Ahli dapat dilakukan setelah ijazah S1 Ekonomi jurusan Akuntansi / Manajemen atau S2 / MM (dalam hal S1 Ekonomi tersebut selain jurusan Akuntansi / Manajemen) diakui secara kedinasan serta telah lulus sertifikasi dan memenuhi persyaratan lain sesuai ketentuan yang berlaku. 8. Pertanyaan: Pada bulan Maret 2001 telah dilaksanakan UPI untuk PFA Trampil yang telah mempunyai Pangkat III b sd III d dan mempunyai Ijazah S 1. Apabila kebijakan PFA wajib ikut UPI terus dilaksanakan (semoga ada perubahan peraturan menjadi tidak perlu UPI untuk PFA), berarti akan ada penerbitan Sertifikat Lulus UPI bagi para PFA. Apakah jerih payah PFA untuk mengikuti UPI dan perolehan Sertifikat lulus UPI tersebut dapat memperoleh angka kredit, berapa angka kreditnya dan bagaimana menghitungnya/ disetarakan dengan butir kegiatan yang mana? Kegiatan mengikuti dan lulus Ujian Penyesuaian Ijazah (UPI) adalah dalam rangka pengakuan ijazah secara kedinasan dan termasuk dalam pemberian angka kredit untuk perolehan ijazah dimaksud sehingga tidak dapat diberikan angka kredit tersendiri. B. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Permasalahan yang dibahas dalam kelompok ini menyangkut kegiatan pada Unsur Pendidikan, sub unsur Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kedinasan serta memperoleh STTPL yang merupakan bagian dari Unsur Utama kegiatan PFA sebagaimana tercantum dalam Huruf A.2 Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

13 Lampiran 1 A dan 1 B Keputusan MENPAN Nomor 19/1996 tanggal 2 Mei Secara garis besar, permasalahan yang telah dibahas dalam Rapat Koordinasi Kepegawaian dan JFA Tahun 2002 mengenai topik ini antara lain menyangkut : Angka kredit diklat Prajab dan Manajemen Audit yang diperoleh pada masa PKP Kegiatan diklat Prajabatan dan Manajemen Audit umumnya dilaksanakan sebelum pegawai diangkat sebagai pejabat fungsional. Pada masa PKP, bagi pegawai yang diangkat pertama kali dalam jabatan PKP diberikan angka kredit kumulatif minimal sesuai pangkat terakhirnya berdasarkan tabel angka kredit yang telah ditentukan. Pemberian angka kredit kumulatif minimal tersebut adalah merupakan angka kredit awal bagi PKP yang bersangkutan dan dianggap mewakili seluruh prestasi (termasuk keikutsertaan/kelulusan dalam diklat Prajabatan dan Manajemen Audit) sebelum yang bersangkutan diangkat dalam jabatan PKP. Oleh karena itu, terhadap kegiatan diklat dimaksud tidak dapat diberikan angka kredit tersendiri. Dalam ketentuan JFA, berbeda dengan ketentuan PKP, untuk keperluan Pengangkatan Pertama dalam JFA, calon PFA harus mengumpulkan angka kredit kumulatif minimal sesuai pangkat terakhirnya dan tidak disediakan tabel angka kredit sebagaimana pada ketentuan PKP. Oleh karena itu, untuk diklat yang diikuti sejak 1 Oktober 1996 (sejak berlakunya ketentuan JFA), dapat diberikan angka kredit tersendiri untuk memenuhi angka kredit kumulatif minimal yang dipersyaratkan untuk pengangkatan tersebut. Keikutsertaan pejabat struktural dalam diklat sertifikasi auditor PNS yang diangkat menjadi pejabat struktural dapat berasal dari PFA, demikian pula sebaliknya seorang pejabat struktural dapat pula diangkat kembali menjadi PFA. Untuk mengantisipasi hal tersebut, timbul pemikiran untuk mengikutsertakan para pejabat struktural Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

14 dalam diklat sertifikasi JFA untuk mempersiapkan apabila suatu waktu yang bersangkutan diangkat kembali dalam JFA. Sampai saat ini, pemikiran tersebut masih dalam kajian dengan memperhatikan manfaat dan kendala yang ada. Diklat yang dikelompokkan sebagai Pengembangan Profesi Dalam rangka meningkatkan profesionalitas auditor secara berkesinambungan, salah satu alternatif kegiatan yang dapat dilakukan auditor adalah mengikuti Pendidikan Profesi Berkelanjutan / PPL (Continuing Proffessional Education). Dalam ketentuan JFA, diklat yang dapat dikelompokkan sebagai PPL ini seharusnya dimasukkan sebagai Unsur Utama kegiatan PFA, sub unsur Pengembangan Profesi Berdasarkan Lampiran 1 A dan 1 B Keputusan MENPAN Nomor 19/1996 tanggal 2 Mei 1996, kegiatan diklat yang termasuk dalam unsur Pengembangan Profesi hanya kegiatan Melakukan pelatihan di kantor sendiri (PKS / In House Training), sedangkan kegiatan diklat yang bersifat sebagai PPL belum termasuk dalam kegiatan unsur Pengembangan Profesi. Sesuai dengan pasal 35 ayat (1) Keputusan MENPAN Nomor 19/1996 tanggal 2 Mei 1996, ketentuan dalam keputusan MENPAN tersebut ditinjau setiap 5 (lima) tahun sejak tanggal berlakunya. Saat ini telah terbentuk Tim yang ditugasi untuk mengkaji ketentuan JFA dan merumuskan revisinya, dan salah satu bahan masukan untuk revisi ketentuan JFA adalah memasukkan diklat PPL dalam unsur Pengembangan Profesi. Sementara menunggu realisasi revisi ketentuan dimaksud, telah diterbitkan surat edaran Kepala Pusbin JFA No. SE /PJFA/2002 tanggal 18 Januari 2002 perihal Penjelasan Unsur Pengembangan Profesi, Jam Kerja, dan Alokasi Angka Kredit yang antara lain mengelompokkan diklat-diklat tertentu ke dalam unsur Pengembangan Profesi. Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

15 Kewajiban mengulang kembali diklat bagi PFA yang tidak lulus diklat sertifikasi Dalam Keputusan Kepala BPKP Nomor Kep /K/1998 tanggal 11 Nopember 1998 tentang Pola Diklat Auditor bagi APFP, ditetapkan bahwa peserta diklat sertifikasi yang belum lulus seluruh mata ajaran sampai dengan 3 (tiga) kali Ujian Ulangan dalam waktu 2 (dua) tahun, peserta tersebut diwajibkan untuk mengikuti kembali diklat tersebut secara lengkap untuk semua mata ajaran. Ketentuan mengulang kembali diklat bagi PFA yang tidak lulus tersebut dimaksudkan untuk menjaga mutu dan profesionalitas PFA, sehingga diharapkan mekanisme sertifikasi tersebut dapat dijadikan standardisasi kualitas PFA. Secara rinci, permasalahan dan solusi tersebut diuraikan dalam tanya jawab berikut ini : 9. Pertanyaan: Apakah sertifikat diklat yang diperoleh pegawai sebelum diangkat menjadi PKP/ PFA (Prajab, Manajemen Audit, dll) dapat diajukan kembali untuk dinilai setelah pegawai menjadi PFA? Apabila diklat tersebut diikuti pada masa PKP (sebelum 1 Oktober 1996) tidak dapat diberikan angka kredit, karena pengangkatan pertama PKP menggunakan tabel angka kredit. Apabila sertifikat diklat tersebut diperoleh setelah 1 Oktober 1996 dan digunakan untuk Pengangkatan Pertama dalam JFA, dapat diberikan angka kredit sesuai dengan Keputusan Kepala BPKP No: Kep /K/1997 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan dan Pelaksanaan JFA dan Angka Kreditnya di Lingkungan APFP, halaman 198. Dalam hal PNS telah diangkat menjadi PFA, batas waktu pengakuan angka kredit sertifikat diklat adalah selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah perolehan sertifikat tersebut, sesuai kesepakatan Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

16 dalam Rakor Kepegawaian dan JFA tahun Penegasan mengenai hal ini akan dituangkan dalam surat edaran tersendiri. 10. Pertanyaan: Apakah sertifikat pra jabatan dapat diberikan angka kredit, mengingat seorang baru bisa diangkat dalam JFA apabila sudah diangkat dalam PNS (Pasal 1, Bab 1 UU No. 43/99), sementara seorang hanya dapat diangkat dalam PNS setelah diantaranya lulus pra jabatan? Sesuai dengan Keputusan Kepala BPKP No: Kep /K/1997 (Buku Himpunan Ketentuan JFA halaman 198), sertifikat pra jabatan dapat diberikan angka kredit karena pemenuhan angka kredit untuk Pengangkatan Pertama ke dalam JFA adalah dengan mengumpulkan angka kredit dari kegiatankegiatan sebelum diangkat dalam JFA termasuk kegiatan pada masa CPNS. Pengangkatan dalam JFA baru dapat dilakukan setelah yang bersangkutan berstatus PNS. Menunjuk jawaban pada butir 9 di atas, kegiatan prajabatan yang dapat diberikan angka kredit adalah kegiatan setelah 1 Oktober 1996 (setelah berlakunya ketentuan JFA). 11. Pertanyaan: Apakah ada kriteria bagi pegawai Bawasda yang dapat diikutkan dalam Diklat Sertifikasi Auditor mengingat latar belakang pendidikan mereka yang sangat beragam dan hampir tidak ada yang akuntan? Salah satu syarat pengangkatan ke dalam JFA adalah pendidikan dengan kualifikasi yang ditetapkan oleh masing-masing pimpinan unit organisasi sesuai bidang tugas auditor yang bersangkutan setelah memperoleh persetujuan instansi pembina/kepala BPKP. Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

17 Dengan demikian, kualifikasi pendidikan bagi PFA / Calon PFA di lingkungan Bawasda berbeda dengan yang diberlakukan di lingkungan BPKP. Oleh karena itu, kepesertaan dalam diklat sertifikasi (sebagai salah satu syarat pengangkatan dalam JFA) di lingkungan Bawasda dapat diikuti oleh calon PFA dengan latar belakang pendidikan yang lebih beragam dibandingkan dengan BPKP. 12. Pertanyaan: Apakah tidak ada kebijakan mengikutsertakan para Pejabat Eselon IV di lingkungan BPKP dalam Diklat Sertifikasi Peran Pengendali Teknis, mengingat Eselon IV yang murni belum pernah diangkat kembali sebagai PFA setelah re-organisasi BPKP tidaklah begitu banyak? Penyelenggaraan diklat sertifikasi JFA bagi para pejabat struktural sampai saat ini masih dalam kajian dengan mempertimbangkan: a. Ketersediaan dan skala prioritas anggaran. b. Penandingan manfaat dengan biaya. c. Adanya fasilitas Ujian Bebas Matrikulasi (UBM) dan diklat matrikulasi dalam hal pejabat struktural diangkat kembali ke dalam JFA. 13. Pertanyaan: Agar dipertimbangkan untuk mengikutsertakan Pejabat Struktural mengikuti diklat sertifikasi JFA mengingat tidak selamanya seseorang akan menduduki jabatan struktural. Suatu saat yang bersangkutan akan dialihkan ke JFA dan menurut ketentuan yang bersangkutan harus lulus sertifikasi JFA sesuai dengan jenjang pangkat dan jabatannya. Penyelenggaraan diklat sertifikasi JFA bagi para pejabat struktural sampai saat ini masih dalam kajian (lihat jawaban no. 12). Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

18 14. Pertanyaan: Menunjuk pada Surat Edaran Kepala Pusbin JFA No. SE /PJFA/2002 tanggal 18 Januari 2002, a. Diklat yang dapat dikategorikan sebagai unsur pengembangan profesi meliputi diklat fungsional dan diklat teknis tanpa ada penegasan waktu perolehannya. b. Diklat yang tidak dapat dikategorikan sebagai unsur pengembangan profesi meliputi diklat lainnya yang tidak ada hubungannya dengan tugas auditor diperhitungkan sebagai unsur pengawasan. a. Perhitungan angka kredit berdasarkan SE ini diberlakukan sejak tanggal SE (18 Januari 2002). b. Angka kredit diklat lainnya (selain yang dapat dikelompokkan sebagai sub unsur pengembangan profesi) tercantum: diperhitungkan sebagai unsur pengawasan, seharusnya: diperhitungkan sebagai sub unsur pendidikan. Hal ini akan segera direvisi. Disamping itu, dalam Rakor Kepegawaian dan JFA tahun 2002 disepakati bahwa ketentuan dalam Surat Edaran Kepala Pusbin JFA No. SE /PJFA/2002 tanggal 18 Januari 2002 yang menyangkut pembatasan HP bagi Pengendali Teknis dan Pengendali Mutu dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi sejak 1 Juli Perubahan SE tersebut akan dituangkan dalam SE tersendiri. 15. Pertanyaan: PFA mengajukan penilaian angka kredit diklat berdasarkan Sertifikat Mengikuti, sedangkan diklat yang bersangkutan menerbitkan Sertifikat Mengikuti dan Sertifikat Lulus. Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

19 a. Untuk diklat yang menerbitkan Sertifikat Mengikuti dan Sertifikat Lulus, yang diberikan angka kredit adalah Sertifikat Lulus. b. Untuk diklat yang hanya menerbitkan Sertifikat Mengikuti (misalnya diklat matrikulasi), yang diberikan angka kredit adalah Sertifikat Mengikuti. 16. Pertanyaan: Persyaratan mengikuti Diklat Sertifikasi Pembentukan Auditor Trampil maupun Auditor Ahli Anggota Tim yang diberlakukan pada Pegawai BPKP dan Pegawai Pemda (Bawasda) tidak sama, cenderung lebih ketat persyaratan bagi Pegawai BPKP padahal acuan aturannya sama, yaitu Kep Menpan No. 19/1996 dan Surat Edaran Kepala BPKP No. SE /K/1999. Contohnya: yang berhak mengikuti Diklat Sertifikasi Auditor Trampil, bagi Pegawai Pemda adalah yang memiliki ijazah minimal SLTA dan pangkat minimal gol. II/b, sedangkan bagi Pegawai BPKP yang bersangkutan harus telah lulus D III STAN atau Ajun Khusus. Tidak ada perbedaan persyaratan mengikuti diklat sertifikasi bagi seluruh APIP. Khusus mengenai kualifikasi pendidikan, ditetapkan oleh unit organisasi masing-masing setelah mendapat persetujuan Instansi Pembina/KepalaBPKP (lihat jawaban no. 11) 17. Pertanyaan : Bagaimana pemberian angka kredit pelaksanaan diklat dengan jumlah jamlat 27 jam, mengingat jumlah jamlatnya kurang untuk diberikan angka kredit (min. 30 jam) dan diklat yang dilakukan oleh non-pusdiklatwas yang dalam sertifikatnya menyebutkan lokakarya. Sesuai dengan Lampiran 1 SK Menpan No. 19/1996, kegiatan diklat yang dapat diberikan angka kredit adalah kegiatan diklat lamanya Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

20 minimal 30 jam pelatihan (jamlat). Dalam Rakor Kepegawaian dan JFA tahun 2002 disepakati bahwa kegiatan diklat yang lamanya kurang dari 30 jamlat, sepanjang memperoleh STTPP (Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan), dapat diberikan angka kredit dengan besaran yang akan diatur dalam surat edaran tersendiri. Pengertian Lokakarya sesuai SK Menpan No. 19/1996 adalah pertemuan yang dilaksanakan untuk membahas suatu karya baik di bidang pengawasan maupun yang menunjang pengawasan. Kegiatan lokakarya diberikan angka kredit sebagai Unsur Penunjang dengan besaran angka kredit sebagaimana diatur dalam Lampiran 1 SK Menpan No. 19/ Pertanyaan: Bagaimana cara menghitung angka kredit untuk jenis diklat yang termasuk dalam pengembangan profesi dan yang tidak termasuk dalam pengembangan profesi? Pemberian angka kredit untuk diklat yang termasuk dalam kelompok Pengembangan Profesi adalah dengan menggunakan besaran angka kredit sub unsur Mengikuti Diklat Kedinasan serta memperoleh STTPP sesuai Lampiran 1 SK Menpan No. 19/1996, namun dalam SK PAK dikelompokkan sebagai perolehan angka kredit unsur Pengembangan Profesi. Pemberian angka kredit untuk diklat yang tidak termasuk dalam kelompok Pengembangan Profesi adalah dengan menggunakan besaran angka kredit sub unsur Mengikuti Diklat Kedinasan serta memperoleh STTPP sesuai Lampiran 1 SK Menpan No. 19/1996, dan dalam SK PAK dikelompokkan sebagai perolehan angka kredit unsur Pendidikan. 19. Pertanyaan: Ujian Sertifikasi JFA yang belum lulus sampai batas waktu yang ditentukan, apakah kebijakan untuk mengulang diklat dari awal dapat diubah. Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

21 Sesuai dengan ketentuan dalam Pola Diklat Auditor, PFA / Calon PFA yang belum lulus Ujian Sertifikasi sampai batas waktu yang ditentukan dapat diusulkan kembali oleh Pimpinan Unitnya untuk mengikuti diklat dengan mengulang diklat dari awal tanpa memperhitungkan mata ajaran yang telah lulus pada diklat sebelumnya. Ketentuan tersebut dipandang sudah cukup memberi kesempatan lulus bagi PFA dan dimaksudkan agar yang bersangkutan berupaya maksimal untuk dapat lulus dalam waktu yang ditentukan, sehingga tidak mengakibatkan keterlambatan kenaikan jabatan/pangkat karena belum terpenuhinya syarat sertifikasi. 20. Pertanyaan: Auditor Trampil yang sudah lulus S2 apakah bisa langsung mengikuti Diklat Ketua Tim (yang bersangkutan belum ikut Diklat Pindah Jalur)? Apabila yang bersangkutan belum memiliki Sertifikat Pindah Jalur, maka yang bersangkutan harus mengikuti dan lulus Diklat Sertifikasi Pindah Jalur kemudian dapat diikutkan dalam Diklat Sertifikasi Penjenjangan Ketua Tim (dalam hal yang bersangkutan akan alih jabatan dari Auditor Penyelia menjadi Auditor Ahli Muda). Apabila yang bersangkutan telah memiliki Sertifikat Masuk Auditor Ahli, maka tidak perlu mengikuti Diklat Sertifikasi Pindah Jalur dan langsung dapat mengikuti Diklat Sertifikasi Penjenjangan Ketua Tim. 21. Pertanyaan: Auditor Pelaksana Lanjutan telah memiliki Sertifikat Auditor Ahli (Anggota Tim) sedangkan yang bersangkutan belum pindah jalur (berijazah Sarjana Ekonomi UI). Apakah bisa langsung mengikuti Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

22 Diklat Sertifikasi Ketua Tim atau harus mengikuti Diklat Sertifikasi Pindah Jalur terlebih dahulu. Auditor Pelaksana Lanjutan (Gol. Ruang III/a III/b) apabila memperoleh ijazah Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi atau Manajemen yang telah tercantum dalam SK Kepangkatan dan telah memiliki Sertifikat Pindah Jalur atau Sertifikat Masuk Auditor Ahli dapat dialihkan jabatannya menjadi Auditor Ahli Pertama. Setelah yang bersangkutan dialihkan menjadi Auditor Ahli Pertama dan telah memiliki angka kredit kumulatif minimal 175 dengan pangkat minimal Penata Muda Tk. I (Gol. Ruang III/b) dapat diusulkan mengikuti Diklat Sertifikasi Penjenjangan Ketua Tim. 22. Pertanyaan: Apa urgensinya penerbitan Sertifikat Mengikuti, apabila angka kredit yang diberikan Sertifikat Lulus dan kebijakan pemberian angka kredit untuk PFA yang belum lulus diklat sampai dengan batas waktu yang ditentukan? Sertifikat Mengikuti dikeluarkan sebagai apresiasi terhadap keikutsertaan yang bersangkutan dalam diklat yang dilaksanakan dan sebagai bukti pendaftaran untuk mengikuti Ujian Sertifikasi JFA. Angka kredit diberikan setelah yang bersangkutan memperoleh Sertifikat Lulus. 23. Pertanyaan: Dalam Surat Edaran Kepala Pusbin JFA nomor : SE /PJFA/2002 tanggal 18 Januari 2002, terdapat 2 (dua) kategori diklat, yaitu diklat dikategorikan sebagai unsur pengembangan profesi dan tidak dapat dikategorikan sebagai Pengembangan Profesi : Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

23 1) Apakah Diklat yang dapat dikelompokan dalam 2 (dua) kategori di atas, adalah hanya untuk Diklat yang diselenggarakan dan diterbitkan sertifikatnya oleh Pusdiklatwas BPKP? 2) Kalau tidak, apa batasan dan kriteria suatu kegiatan dapat dimasukkan sebagai Diklat tersebut di atas (ditinjau dari penyelenggara, pengajar/penatar, penerbit/ penandatangan sertifikat mengikuti/lulus? 3) Kalau ya, bagaimana status diklat-diklat yang diselenggarakan oleh Deputi dan diterbitkan sertifikat mengikuti Diklat oleh Deputi yang bersangkutan dan atau mungkin oleh Perwakilan BPKP setempat? 4) Mengapa Diklat TOT dinyatakan sebagai tidak dapat dikategorikan sebagai pengembangan profesi, misalnya Diklat TOT LAKIP, padahal dalam Diklat TOT ini selain membahas tehnik presentasi juga sekaligus membahas materi LAKIP itu sendiri? 1) Diklat yang tercantum dalam SE-27 tersebut pada dasarnya seluruhnya diselenggarakan oleh Pusdiklatwas BPKP. Namun demikian, apabila ada diklat yang diselenggarakan oleh Deputi atau Perwakilan BPKP hendaknya dikoordinasikan dengan Pusdiklatwas BPKP untuk ditetapkan kesetaraannya. Diklat dengan batasan sebagaimana tercantum dalam SE-27 tersebut dapat diberikan angka kredit baik dilaksanakan oleh Pusdiklatwas maupun oleh Deputi/Perwakilan BPKP sepanjang dibuktikan dengan adanya sertifikat mengikuti/lulus yang juga mencantumkan jumlah jam pelaksanaan diklat. 2) Diklat TOT tidak dapat dikelompokkan sebagai Pengembangan Profesi karena ditujukan untuk mempersiapkan para Trainers (Pengajar) dan tidak mengembangkan profesi selaku auditor, sehingga diberikan angka kredit Unsur Pendidikan (diklat). Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

24 C. PENGAWASAN Permasalahan yang dibahas dalam kelompok ini menyangkut kegiatan pada Unsur Pengawasan yang merupakan bagian dari Unsur Utama kegiatan PFA sebagaimana tercantum dalam Huruf B Lampiran 1 A dan 1 B Keputusan MENPAN Nomor 19/1996 tanggal 2 Mei Secara garis besar, permasalahan yang telah dibahas dalam Rapat Koordinasi Kepegawaian dan JFA Tahun 2002 mengenai topik ini antara lain menyangkut : HP Maksimal Pada hakekatnya, sesuai dengan angka III huruf B.3 surat edaran Kepala BPKP Nomor SE /K/1999 tanggal 11 Januari 1999, atasan langsung PFA bertanggung jawab atas kewajaran perhitungan angka kredit yang diajukan oleh PFA yang berada di bawah supervisinya. Namun, pada prakteknya masih ditemukan adanya PFA yang mengajukan penilaian angka kredit dengan jumlah HP per tahun yang melebihi jumlah HP yang mungkin dilaksanakan oleh PFA. Dalam Rakor Kepegawaian dan JFA Tahun 2002 disepakati perlu adanya penetapan HP Maksimal per tahun untuk mencegah pengajuan angka kredit dengan jumlah HP yang tidak wajar. Penetapan HP maksimal ini akan dilakukan melalui surat edaran tersendiri. Penugasan yang dibatalkan Pada dasarnya, pemberian angka kredit atas suatu penugasan didasarkan pada lamanya waktu yang direncanakan untuk menyelesaikan penugasan tersebut. Rencana waktu dimaksud dituangkan dalam form Anggaran Waktu (KM3) dan Kartu Penugasan (KM4). Dalam hal penugasan dapat diselesaikan atau norma hasil telah tercapai sebelum berakhirnya waktu yang direncanakan, perhitungan angka kredit tetap didasarkan pada rencana (anggaran waktu). Sebaliknya, apabila penugasan diselesaikan dalam waktu yang lebih Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

25 lama dari waktu yang direncanakan, perhitungan angka kredit juga tetap didasarkan pada rencana. Apabila suatu penugasan, karena sesuatu hal, tidak dapat diselesaikan sebagaimana mestinya atau dibatalkan, perhitungan angka kredit tidak dapat didasarkan pada rencana karena tidak tercapainya norma hasil sebagaimana tujuan penugasan. Perhitungan angka kredit bagi penugasan yang tidak dapat diselesaikan atau dibatalkan tersebut didasarkan pada waktu realisasi (jumlah HP terpakai) dengan menyusun suatu laporan sumir atau laporan kemajuan/pelaksanaan penugasan (progress report) sebagai pemenuhan norma hasil. Angka kredit pada masa magang Berdasarkan surat edaran Deputi Bidang Administrasi Nomor SE /DI/1999 tanggal 23 Desember 1999 tentang Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan BPKP, bagi calon PFA yang akan diangkat ke dalam JFA melalui Pengangkatan Pertama, perhitungan angka kredit sampai dengan terpenuhinya angka kredit kumulatif minimal sesuai pangkat terakhirnya (masa magang) dilakukan dengan menggunakan jam diklat. Apabila angka kredit kumulatif minimal telah terpenuhi, perhitungan angka kredit berikutnya dilakukan dengan menggunakan jam pengawasan. Dalam Rakor Kepegawaian dan JFA Tahun 2002 disepakati bahwa penggunaan jam diklat seyogyanya diberlakukan juga bagi Pengangkatan Kembali para PFA yang dibebaskan sementara karena mengikuti tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan mengingat yang bersangkutan dapat dianggap magang sebelum melaksanakan tugas barunya sesuai ijazah yang telah diperolehnya. Disepakati akan diusulkan kepada Sekretaris Utama untuk merevisi surat edaran Deputi Bidang Administrasi Nomor Se /DI/1999 berkaitan dengan hal tersebut. Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

26 Surat Tugas yang bersifat Payung Dalam perkembangan penugasan di lingkungan BPKP, terdapat beberapa surat tugas yang bersifat sebagai pembentukan Tim dengan jangka waktu penugasan yang relatif lama (1 tahun atau lebih), misalnya Tim Pengendali Audit atau Satgas tertentu. Dalam pelaksanaan tugasnya, anggota Tim atau Satgas ini melakukan kegiatan hanya pada bulan-bulan tertentu dan tidak terus menerus sepanjang tahun. Untuk keperluan perhitungan angka kredit, diperlukan adanya Surat Tugas / Nota Dinas (minimal eselon II) tersendiri untuk setiap kegiatan yang dilakukan oleh anggota Tim atau Satgas tersebut dengan mencantumkan HP yang direncanakan dan diberikan angka kredit pengawasan untuk setiap kegiatan. Surat Tugas atau Surat Keputusan pembentukan Tim atau Satgas tersebut bersifat sebagai payung atas kegiatan-kegiatan tim dimaksud. Apabila tidak ada Surat Tugas tersendiri maka angka kredit yang diberikan adalah angka kredit kepanitiaan (Angka kredit diberikan hanya satu kali kepanitiaan dalam satu tahun anggaran yaitu 0,5) yang masuk dalam unsur penunjang. Penugasan sebagai Pejabat Proyek / Plh Pejabat Struktural Untuk kepentingan dinas, adakalanya PFA ditugaskan sebagai pejabat proyek (Pemimpin Proyek/Bagian Proyek) atau sebagai Plh pejabat struktural. Dalam Rakor Kepegawaian dan JFA Tahun 2002 disepakati bahwa PFA yang ditunjuk sebagai Pejabat Proyek atau Pelaksana Harian (Plh) atau Pelaksana Tugas (PT) pejabat struktural, maka atas kegiatan tersebut tidak dapat dinilai/diberikan angka kredit karena bukan merupakan kegiatan auditor dan tidak dapat disepadankan dengan kegiatan pengawasan dalam Kep Menpan Nomor 19 Tahun Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

27 Secara rinci, permasalahan dan solusi tersebut diuraikan dalam tanya jawab berikut ini : 24. Pertanyaan: Seperti telah kita ketahui bersama bahwa penilaian angka kredit atas suatu kegiatan didasarkan pada orientasi hasil dan bukan proses. Dalam praktek, terdapat kemunginan PFA mengajukan angka kredit atas suatu kegiatan yang norma hasilnya tercapai pada periode penilaian sekarang (Misalnya periode Januari Juni 2002) sedangkan pelaksanaan kegiatannya dilakukan pada periode penilaian sebelumnya (Misalnya periode Juni Desember 2001). Mengingat pengakuan angka kredit dibatasi oleh HP Maksimal, maka Tim Penilai harus membuka kembali DUPAK sebelumnya (periode Juni Desember 2001) untuk meyakini apakah DUPAK yang lalu telah mencapai HP Maksimal untuk periode tersebut. Keharusan untuk melihat kembali berkas penilaian periode sebelumnya seringkali menyulitkan Tim Penilai. Pada hakekatnya, sesuai dengan angka III huruf B.3 surat edaran Kepala BPKP Nomor SE /K/1999 tanggal 11 Januari 1999, atasan langsung PFA bertanggung jawab atas kewajaran perhitungan angka kredit yang diajukan oleh PFA yang berada di bawah supervisinya, sehingga perhitungan angka kredit yang diajukan dalam SPMK sesuai dengan prestasi auditor yang bersangkutan. Namun, dalam prakteknya, timbul keragaman pelaksanaan penetapan HP dalam suatu penugasan yang cenderung mengarah kepada jumlah HP yang tidak wajar dan menimbulkan perdebatan yang tidak terselesaikan, misalnya adanya PFA yang mengajukan angka kredit dengan jumlah 500 HP dalam satu tahun atau lebih dari 400 HP per tahun per PFA. Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

28 Oleh karena itu, dalam Rakor Kepegawaian dan JFA tahun 2002 disepakati penetapan HP Maksimal per tahun yang akan ditetapkan dalam surat edaran tersendiri. Terhadap kegiatan yang norma hasilnya dicapai pada periode penilaian Januari - Juni, sedangkan kegiatannya dilaksanakan pada periode Juli Desember tahun lalu, maka Tim Penilai perlu meyakini apakah pemakaian HP pada periode Juli Desember tahun lalu telah mencapai HP Maksimal. Kegiatan tersebut tidak dapat diberikan angka kredit apabila pada periode tahun lalu pemakaian HP telah mencapai batas HP Maksimal. Dalam hal demikian, Tim Penilai perlu melihat berkas/kertas kerja penilaian sebelumnya yang datanya dapat diperoleh dari sekretariat Tim Penilai atau menciptakan media tersendiri untuk memonitor penggunaan HP dimaksud. 25. Pertanyaan: Penugasan pada suatu obrik ditolak oleh pimpinan obrik yang bersangkutan. Berapa HP yang dapat diperhitungkan dalam penugasan tersebut? Jika pada saat pembicaraan pendahuluan, Pemimpin Proyek tidak ada (ke luar kota) dan tim pemeriksa diterima oleh Pimpinan Instansi. Pimpinan Instansi tersebut mempersilakan tim melakukan pemeriksaan sambil menunggu Pemimpin Proyek. Setelah Pemimpin Proyek kembali dari luar kota ternyata Pemimpin Proyek tersebut keberatan dilakukan pemeriksaan padahal tim telah melakukan pemeriksaan selama 2 (dua) minggu. Dalam hal demikian berapa HP yang dapat diperhitungkan dalam penugasan tersebut? Pemberian angka kredit didasarkan pada norma hasil. Dalam hal terdapat penugasan yang ditolak oleh Obrik (tidak dapat dilaksanakan sebagaimana seharusnya) agar dibuatkan laporan Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

29 (laporan sumir) dan diberikan angka kredit dengan menggunakan HP realisasi (bukan HP dalam surat tugas). 26. Pertanyaan: Ada tim yang akan melakukan pemeriksaan atas Proyek ABC di Kabupaten XYZ (HP untuk setiap tim 12 hari), namun informasi yang diperoleh tim dari Kepala Dinas terkait bahwa tidak terdapat kegiatan proyek dalam tahun Beberapa hari setelah tim kembali ke ibukota Provinsi, diperoleh informasi dari proyek induk bahwa terdapat kegiatan proyek ABC pada Kab. XYZ yang dilaksanakan dalam tahun 2001 yang dananya berasal dari DIP tahun anggaran Berdasarkan informasi tersebut tim berupaya mengumpulkan data yang diperlukan untuk bahan laporan kompilasi. Sedangkan laporan per kabupaten (management letter) tidak dibuat karena tidak ditemukan permasalahan. Terhadap masalah tersebut berapa hari yang dapat diperhitungkan angka kreditnya untuk setiap tim? Pada dasarnya terhadap penugasan yang tidak dapat diselesaikan / batal dilaksanakan, dibuatkan Laporan Sumir dan diberikan angka kredit berdasarkan HP Realisasi. 27. Pertanyaan: Terdapat pertanyaan mengenai perbedaan hari kerja Perwakilan BPKP (5 hari kerja/ minggu) dengan hari kerja di Instansi Kabupaten (6 hari kerja/ minggu). Bagaimana perlakuan jam kerja produktif? Tetap menggunakan hari kerja Perwakilan BPKP (5 hari kerja/ minggu). Perhitungan angka kredit dilakukan dengan acuan jam Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

30 kerja dalam satu minggu adalah 37,5 jam (7,5 jam perhari untuk unit dengan 5 hari kerja/ minggu). 28. Pertanyaan: Sesuai Surat Edaran dari Pusbin JFA tentang jam efektif per hari tahun 2001 = 6 jam, atau 1950 jam per tahun. Apakah diperkenankan memberikan angka kredit untuk kegiatan lembur (di luar 6 jam per hari) sesuai Nota Dinas yang dikeluarkan pejabat yang berwenang? Dalam ketentuan JFA, angka kredit secara umum diberikan berdasarkan HP rencana dan bukan berdasarkan HP realisasi (kecuali untuk penugasan yang dibatalkan). Dalam hal dilakukan kegiatan lembur, sehingga penugasan dapat diselesaikan lebih cepat dari rencana, angka kredit tetap diberikan berdasarkan HP rencana. Dengan demikian, seolah-olah kegiatan lembur tidak dapat diberikan angka kredit tersendiri, namun sebenarnya penghargaan atas lembur tersebut telah diwujudkan dengan pemberian angka kredit berdasarkan HP rencana. 29. Pertanyaan: PFA memakai tarif jam efektif yaitu 7,5 jam/ hari untuk kegiatan pengawasan bukan tahun 2002, padahal ketentuan tersebut belum berlaku pada saat itu. Penggunaan jam kerja efektif 7,5 jam/hari dimulai sejak ditetapkannya SE /PJFA/2002 tanggal 18 Januari 2002 tentang Penjelasan Unsur Pengembangan Profesi, Jam Kerja, dan Alokasi Angka Kredit. Pengajuan angka kredit tersebut agar dikoreksi oleh Tim Penilai dan disesuaikan dengan ketentuan jam kerja efektif yang berlaku pada tahun yang bersangkutan. Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

31 30. Pertanyaan: Bagaimana pemberian angka kredit atas Surat Tugas yang terbit dalam periode magang, setelah pegawai yang bersangkutan memperoleh angka kredit minimal yang dipersyaratkan untuk diangkat pertama kali sebagai PFA. Dalam periode magang, angka kredit penugasan pengawasan dihitung dengan menggunakan HP Pengawasan dengan tarif angka kredit pada jam diklat pada Unsur Pendidikan sesuai Lampiran 1 SK Menpan 19/1996. Dalam SK PAK, angka kredit magang tersebut dikelompokkan pada Unsur Pengawasan. Cara perhitungan ini hanya dapat dilakukan sampai dengan yang bersangkutan mencapai angka kredit kumulatif minimal yang dibutuhkan untuk Pengangkatan Pertama dalam JFA. Angka kredit penugasan pengawasan setelah tercapainya angka kredit kumulatif minimal dimaksud, dihitung dengan menggunakan HP Pengawasan dengan butir kegiatan pada Unsur Pengawasan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan. 31. Pertanyaan: Perhitungan jam magang apakah berlaku hanya untuk pengangkatan pertama atau bisa dipakai untuk pengangkatan kembali? Sesuai dengan Surat Deputi Kepala BPKP Bidang Administrasi Nomor: S /DI/1999, angka kredit pengawasan dengan menggunakan jam magang hanya berlaku untuk pengangkatan pertama. Dalam Rakor Kepegawaian dan JFA tahun 2002 disepakati untuk mengusulkan kepada Sesma BPKP untuk juga memberlakukan penggunaan jam magang bagi Pengangkatan Kembali ke dalam JFA, khusus bagi Pengangkatan Kembali bagi PFA yang dibebaskan sementara karena mengikuti tugas belajar lebih dari 6 (enam) Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

32 bulan, dengan merevisi Surat Deputi Kepala BPKP Bidang Administrasi Nomor: S /DI/ Pertanyaan: Seorang PFA ditugaskan dalam suatu Satgas dengan SK Kepala BPKP sebagai salah satu staf dalam suatu bidang/koordinator. Dalam pelaksanaannya, tanpa adanya surat tugas lain, yang bersangkutan melakukan fungsi dalam Satgas, yaitu Verifikasi hasil-hasil audit dari Perwakilan, Kompilasi hasil-hasil audit dari Perwakilan, dan Penyusunan Laporan Nasional : 1. Apa yang menjadi dasar penugasan, apakah cukup dengan SK Kepala BPKP Pembentukan Satgas? 2. Dalam pelaksanaan fungsi Satgas yang terlibat mempunyai peran yang berbeda-beda, bagaimana menilai angka kreditnya, apakah sesuai peran masing-masing saja? 3. Untuk penyusunan laporan nasional, apakah penugasan sebagai perorangan atau Tim/Satgas, karena yang melaksanakan penyusunan laporan nasional + 12 orang dengan masing-masing fungsinya dan dalam Tim penyusunan laporan nasional mempunyai peran yang berbeda-beda (ada peran Anggota Tim dan Ketua Tim) Penghitungan angka kredit PFA hendaknya didasarkan pada surat tugas yang secara jelas mencantumkan HP dan dapat diidentifikasi hasilnya (norma hasil). SK Kepala BPKP mengenai pembentukan satgas merupakan payung dalam penugasan. Seharusnya untuk setiap kegiatan diterbitkan surat tugas dengan mencantumkan peran masing-masing PFA. Apabila dalam surat tugas tidak secara tegas menyebutkan peran, maka sesuai dengan kesepakatan Rakor Kepegawaian dan JFA tahun 2002, angka kredit diberikan berdasarkan peran yang seharusnya dilaksanakan sesuai dengan kepangkatan dan sertifikasi yang bersangkutan. Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR Jl. Hayam Wuruk No. 7 Jakarta 10120 Telepon (021) 3841273 Email : pusbinajfa@bpkp.go.id Faksimili : (021) 3855713 Nomor

Lebih terperinci

A. PENDIDIKAN FORMAL, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT)

A. PENDIDIKAN FORMAL, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) A. PENDIDIKAN FORMAL, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) Permasalahan yang dibahas dalam kelompok ini berkenaan dengan kegiatan pada unsur Pendidikan, yang merupakan bagian dari Unsur Utama Kegiatan PFA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER-709/K/JF/2009

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER-709/K/JF/2009 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER-709/K/JF/2009 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN, KENAIKAN JABATAN/PANGKAT, PEMBEBASAN SEMENTARA,

Lebih terperinci

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, PUSBIN JFA menyelenggarakan fungsi:

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, PUSBIN JFA menyelenggarakan fungsi: I. PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 271 Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: Kep-06.00.00-080/K/2001 tanggal 20 Pebruari 2001 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengawasan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN ( B P K P )

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN ( B P K P ) REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN ( B P K P ) Nomor Lampiran Perihal : : : SE-06.04.00-518/K/2001 1 (satu) set Himpunan Permasalahan dan Seputar JFA di lingkungan BPKP edisi

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (B P K P)

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (B P K P) BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (B P K P) PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR Jalan Hayam Wuruk 7 Jakarta 10120 Telepon: (021) 3841273 email :pusbinajfa@bpkp.go.id Faksimili: (021) 3855713

Lebih terperinci

HIMPUNAN TANYA JAWAB SEPUTAR JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DI LINGKUNGAN BPKP

HIMPUNAN TANYA JAWAB SEPUTAR JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DI LINGKUNGAN BPKP HIMPUNAN TANYA JAWAB SEPUTAR JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DI LINGKUNGAN BPKP BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN 1999 DAFTAR ISI Halaman I. PENDAHULUAN...1 II. DASAR HUKUM...1 III. TUJUAN...2 T A N

Lebih terperinci

Pusat Pembinaan JFA I. PENDAHULUAN

Pusat Pembinaan JFA I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Dalam pembinaan Jabatan Fungsional Auditor, tahun 2003 2004 merupakan tahun pengembangan pembinaan yang cukup signifikan, terutama dengan telah disetujuinya inpassing sejumlah 3.881 PNS

Lebih terperinci

ORGANISASI, MUTASI, TATA USAHA, DAN TATA KERJA PENETAPAN ANGKA KREDIT BAGI PEJABAT FUNGSIONAL AUDITOR DI LINGKUNGAN BPKP

ORGANISASI, MUTASI, TATA USAHA, DAN TATA KERJA PENETAPAN ANGKA KREDIT BAGI PEJABAT FUNGSIONAL AUDITOR DI LINGKUNGAN BPKP ORGANISASI, MUTASI, TATA USAHA, DAN TATA KERJA PENETAPAN ANGKA KREDIT BAGI PEJABAT FUNGSIONAL AUDITOR DI LINGKUNGAN BPKP SURAT EDARAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : SE-060400-22/K/1999

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PENGANGKATAN KE DALAM JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR MELALUI PERPINDAHAN JABATAN DENGAN PERLAKUAN KHUSUS

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) NOMOR: PER 1275 /K/JF/2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) NOMOR: PER 1275 /K/JF/2006 TENTANG REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN ( B P K P ) PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) NOMOR: PER 1275 /K/JF/2006 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER- 706 /K/JF/2009 TENTANG PENGANGKATAN KE DALAM JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR MELALUI PERPINDAHAN JABATAN DENGAN PERLAKUAN KHUSUS DENGAN

Lebih terperinci

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN IV. ANALIS KEPEGAWAIAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER 1274/K/JF/2010 TENTANG

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER 1274/K/JF/2010 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER 1274/K/JF/2010 TENTANG PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN SERTIFIKASI AUDITOR APARAT PENGAWASAN INTERN

Lebih terperinci

XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM

XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 16 tahun 1997

Lebih terperinci

XVI. AUDITOR A. DASAR HUKUM

XVI. AUDITOR A. DASAR HUKUM XVI. AUDITOR A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32

Lebih terperinci

BPKP. Auditor. Jabatan fungsional. Perpindahan Jabatan. Perlakukan Khusus. Pengangkatan.

BPKP. Auditor. Jabatan fungsional. Perpindahan Jabatan. Perlakukan Khusus. Pengangkatan. No.1365, 2014 BPKP. Auditor. Jabatan fungsional. Perpindahan Jabatan. Perlakukan Khusus. Pengangkatan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014

Lebih terperinci

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege No.439, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Inpassing. Jabatan Fungsional Auditor. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM

XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR Jl. Hayam Wuruk No. 7 Jakarta 10120 Telepon (021) 3841273 Email : pusbinajfa@bpkp.go.id Faksimili : (021) 3855713 Nomor

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.331, 2013 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN. Pengangkatan. Sertifikasi. Perpindahan. Fungsional Auditor. Petunjuk Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER- 709 /K/JF/2009 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN, KENAIKAN JABATAN/PANGKAT,.PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALl, DAN PEMBERHENTIAN

Lebih terperinci

XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM

XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4

Lebih terperinci

XIV. WIDYAISWARA A. DASAR HUKUM

XIV. WIDYAISWARA A. DASAR HUKUM XIV. WIDYAISWARA A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2. Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER-1363/K/SU/2012 TENTANG PELAKSANAAN UJIAN DINAS DAN UJIAN PENYESUAIAN DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN

Lebih terperinci

XX. TEKNISI LITKAYASA

XX. TEKNISI LITKAYASA XX. TEKNISI LITKAYASA A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DI DAERAH DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER- 503 /K/JF/2010 TENTANG PROSEDUR KEGIATAN BAKU PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT AUDITOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010 MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 26B /PER/M. KOMINFO/7/2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGANGKATAN, KENAIKAN JABATAN/PANGKAT, PEMBEBASAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.288, 2014 KEMENPAN RB. Pemeriksa Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya

Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya Satuan Audit Internal UGM 11-12 Oktober 2012 9/13/2014 Pusbin JFA BPKP

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (B P K P) PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (B P K P) PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (B P K P) PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR Gedung BPKP Lantai 11 Jalan Pramuka No. 33 Jakarta 13120 Telepon (021) 85910031 E-mail: pusbinajfa@bpkp.go.id

Lebih terperinci

-4- MEMUTUSKAN: Pasal 1

-4- MEMUTUSKAN: Pasal 1 -2-3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 4. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.288, 2014 KEMENPAN RB. Pemeriksa Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

XVII. PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

XVII. PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN XVII. PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2.

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT UTAMA Jalan Pramuka Nomor 33 Jakarta 13120 Telepon (021) 85910031 (Hunting), Faksimile (021) 85901328 SURAT EDARAN Nomo : SE- 34/K.SU /JF/2009 Tentang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1312,2014 BPKP. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Pendidikan. Pelatihan. Sertifikasi. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN ( B P K P )

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN ( B P K P ) s Badan P eengawasan K eeuangan dan P eembangunan ((BPKP )) Hiimpunan Tanya Jawab Seputar Jabatan Fungsiional Audiitor Dii Liingkungan Bpkp Forrum Komunikkasii Keeppeegawaian Dan JFA 2001 Pusbin JFA -

Lebih terperinci

V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM

V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 entang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR PER-1274/K/JF/2010

Lebih terperinci

X. GURU A. Dasar Hukum

X. GURU A. Dasar Hukum X. GURU A. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

PERMASALAHAN PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT AUDITOR PENJELASAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR

PERMASALAHAN PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT AUDITOR PENJELASAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR PERMASALAHAN PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT AUDITOR PENJELASAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR PERMASALAHAN 1 Apakah ada pembatasan jam kerja dalam satu tahun? Dalam Permenpan 220/2008 tidak mengatur

Lebih terperinci

XVIII. PENELITI A. DASAR HUKUM

XVIII. PENELITI A. DASAR HUKUM XVIII. PENELITI A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara. No.31, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

2014, No

2014, No 2014, No.889 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 143 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGANGKATAN, KENAIKAN JABATAN/PANGKAT, PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

NOMOR: 10 TAHUN 1996 NOMOR : 49/SK/S/1996 NOMOR : KEP-386/K/1996 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

NOMOR: 10 TAHUN 1996 NOMOR : 49/SK/S/1996 NOMOR : KEP-386/K/1996 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN NEGARA, SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN, DAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: 10 TAHUN 1996 NOMOR : 49/SK/S/1996

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.47, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Jabatan Fungsional. Pengendali. Dampak Lingkungan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 1 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013

PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013 BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TUGAS BELAJAR, IZIN BELAJAR, UJIAN KENAIKAN PANGKAT PENYESUAIAN IJAZAH DAN KENAIKAN PANGKAT PENYESUAIAN IJAZAH SERTA PENCANTUMAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

POLA PEMBINAAN. SOFYAN ANTONIUS, Ak. MM KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR

POLA PEMBINAAN. SOFYAN ANTONIUS, Ak. MM KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR POLA PEMBINAAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR SOFYAN ANTONIUS, Ak. MM KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI JAKARTA, 2 DESEMBER 2013 Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010 PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: KEP-817/K/JF/2002 TENTANG PROSEDUR KEGIATAN BAKU PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT BAGI JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DI LINGKUNGAN APARAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.179, 2013 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Jabatan Fungsional. Auditor Kepegawaian. Ketentuan Pelaksana. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA -1- PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGANGKATAN, KENAIKAN JABATAN/PANGKAT, PEMBEBASAN SEMENTARA, PENURUNAN JABATAN, PENGANGKATAN

Lebih terperinci

XXIII. PERENCANA A. DASAR HUKUM

XXIII. PERENCANA A. DASAR HUKUM XXIII. PERENCANA A. DASAR HUKUM 1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Umum

BAB I PENDAHULUAN Umum LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI BAB I PENDAHULUAN A. Umum Jabatan Fungsional

Lebih terperinci

XIII. INSTRUKTUR A. DASAR HUKUM

XIII. INSTRUKTUR A. DASAR HUKUM XIII. INSTRUKTUR A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2. Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.574, 2016 KEMENHUB. Penyesuaian Ijazah. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 42 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYESUAIAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR BAB I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Kepala BPKP Nomor : Kep-971/SU/2005 Tanggal : 28 Oktober 2005 PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Dalam Pasal 17 ayat (2) Undang-undang

Lebih terperinci

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan No.409, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Polisi Pamong Praja. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L No.287, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA Di Sampaikan Pada Acara Sosialisasi Pembinaan Jabatan Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan Kementerian PUPR Yogyakarta, 9 Februari

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

III. PENGAWAS BENIH IKAN

III. PENGAWAS BENIH IKAN III. PENGAWAS BENIH IKAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Undang-Undang Nomor 31

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1307, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Pemeriksa Merk. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fu

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.200, 2017 KEMENPAN-RB. Jabatan Fungsional. Penguji Perangkat Telekomunikasi. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1237, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemeriksa Bea dan Cukai. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184/PMK.04/2014

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 28 TAHUN 2005 T E N T A N G

PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 28 TAHUN 2005 T E N T A N G BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 28 TAHUN 2005 T E N T A N G KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/60/M.PAN/6/2005 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.287, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fu

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.201, 2017 KEMENPAN-RB. Jabatan Fungsional. Asisten Penguji Perangkat Telekomunikasi. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.875, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI.. Auditor Kepegawaian. Jafung. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPEGAWAIAN DAN ANGKA KREDITNYA

- 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPEGAWAIAN DAN ANGKA KREDITNYA - 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA

Lebih terperinci

I. PENGAWAS PERIKANAN

I. PENGAWAS PERIKANAN I. PENGAWAS PERIKANAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/2/M.PAN/3/2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

XV. PRANATA KOMPUTER

XV. PRANATA KOMPUTER XV. PRANATA KOMPUTER K. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2. Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Ketentuan yang mengatur tenaga fungsional penyuluh kehutanan adalah Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 130/KEP/M.PAN

KATA PENGANTAR Ketentuan yang mengatur tenaga fungsional penyuluh kehutanan adalah Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 130/KEP/M.PAN PETUNJUK PELAKSANAAN DAN TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KEHUTANAN DAN ANGKA KREDITNYA KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENGEMBANGAN PENYULUHAN KEHUTANAN Jakarta,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA Disampaikan pada Sosialisasi Pembinaan Jabatan Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Makassar,

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 19/1996 TENTANG

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 19/1996 TENTANG MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 19/1996 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENILIK DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.458, 2015 PERATURAN BERSAMA. Penera. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Ketentuan Pelaksanaan. PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

Lebih terperinci

1. Pengangkatan Pertama

1. Pengangkatan Pertama LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : TANGGAL : URAIAN PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PEMERINTAHAN I. JABATAN FUNGSIONAL DAN ANGKA KREDITNYA A. Pembinaan Karier 1. Pengangkatan

Lebih terperinci

II. PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT IKAN

II. PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT IKAN II. PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT IKAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Undang-Undang

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : PER- 726 /K/SU/2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENILAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL UNTUK PENGANGKATAN KE DALAM JABATAN FUNGSiONAL AUDITOR

Lebih terperinci

VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM

VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman. No.726, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.505, 2015 KEMENHUB. Jabatan Fungsional. Perencana. Petunjuk Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 58 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

Setyanta Nugraha Ketua Tim Penyusun Jabatan Fungsional Analis APBN Sekretariat Jenderal DPR RI

Setyanta Nugraha Ketua Tim Penyusun Jabatan Fungsional Analis APBN Sekretariat Jenderal DPR RI Setyanta Nugraha Ketua Tim Penyusun Jabatan Fungsional Analis APBN Sekretariat Jenderal DPR RI 2006 Kajian pembentukan jabatan fungsional di Setjen DPR RI: Wiyakarsa/Analis Kebijakan Parlemen/Analis Anggaran

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2018 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENATA LAKSANA BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci