dalam Pemerintahan Fasisme Jerman
|
|
- Ridwan Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Peranan Militer dalam Pemerintahan Fasisme Jerman ANWAR SARAGIH Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan, Jl. Dr. Sofyan No.1 Medan, 20155, Telepon: , anwarsaragih6161@yahoo.co.id Diterima tanggal 28 Juli 2012/Disetujui tanggal 12 Agustus 2012 This study is a study of the role of the military in the government of German fascism. The focus discusses the role of the military in government fascist Germany in the leadership of Adolf Hitler. The findings of this study, there are four important things about the military's role in the government of German fascism: First, civilian control over the military; Second, conflict management in Germany; Third, the concept and strategy of national development; Fourth, lebensraum or power expansion. The method used is descriptive method, which describes an incident in more detail. Keywords: Fascism, militarism, power. Pendahuluan Kekuasaan yang ada ditangan penguasa dapat melahirkan tindak kekerasan. Dalam negara totaliter, kekerasan negara timbul akibat penguasa dalam membuat peraturan atau hukum yang akan ditetapkan justru untuk memperluas kekuasaan, tujuannya dominasi total atas manusia. 1 Dalam bukunya Mein Kampt Adolf Hitler menjelaskan bahwa negara adalah sebuah cara mencapai tujuan, tujuannya terletak pada pelanggengan dan peningkatan sebuah komunitas yang secara fisik maupun psikis terdiri dari maklukmakluk homogen. Pelanggengan ini terdiri atas makhluk-makhluk homogeni. Pelanggengan ini terdiri atas semua eksistensi sebagai suatu ras dan arena perkembangan bebas semua kekuatan yang terbengkalai dalam ras ini. Dari mereka sebagian akan selalu melayani pelanggengan kehidupan spiritual, dan hanya harapan yang tersisa yang mendukung spiritual lanjutan, sesungguhnya yang satu selalu menciptakan prasyarat untuk yang lain. 2 Hubungan militer dan sipil merupakan suatu permasalahan klasik di beberapa negara, terutama di negara yang rapuh dimana kondisi sosial, ekonomi dan politiknya cenderung tidak stabil. Dalam keadaan pemerintahan sipil tidak lagi mampu mengelola permasalahan negaranya, militer cenderung untuk masuk dalam politik demi menstabilkan keadaan, militer berkewajiban melindungi pemerintah dari intervensi pihak mana saja. Disini terlihat ketergantungan pemerintahan sipil terhadap pihak militer. Pertanyaannya adalah apakah, kapan dan dalam kondisi mana militer harus bertindak 1 Rieke Diah Pitaloka, Kekerasan Negara Menular ke Masyarakat, (Galang Press: Jakarta, 2004), hal Adolf Hitler, Mein Kampt, (Yogyakarta: Narasi, 2007), hal. 29.
2 untuk mencegah terjadinya konflik sosial. Para pemimpin militer yang menyusul agar mereka melancarkan aksi-aksi nekat untuk menjawab persoalan persatuan nasional. 3 Kepatuhan militer terhadap otoritas sipil tersebut bukan karena gejala yang alamiah. Kepatuhan tersebut justru ditimbulkan oleh kepemimpinan sipil terhadap militer karena adanya legitimasi dan diakui oleh kedua belah pihak dalam batasan yang wajar dan bisa ditolerir. Dan batasan itu disusun sesuai perilaku politik suatu negara. Oleh karena itu, bisa diperkirakan ketika harapan terhadap sebuah legitimasi atau otonomi rendah, hubungan sipil-militer akan terganggu dan kepatuhan akan menjadi problematik. Secara teoritis, ketika rezim tidak ada, lemah, atau tidak terpadu, maka hubungan sipil-militer tidak akan stabil dan kontrol sipil terancam. Sebaliknya, jika muncul rezim kuat yang dibangun oleh sipil akan melahirkan hubungan sipil-militer yang stabil dan kontrol sipil menjadi kuat, dan meskipun rezim ciptaan militer juga bisa menciptakan hubungan sipil-militer yang stabil tetapi kondisi tersebut bisa mengurangi kontrol sipil. Campur tangan militer rupanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari modernisasi politik di benua dan Negara manapun. 4 Teori kekuasaan negara, dengan penekanan utamanya pada pengembangan kekuatan militer yang efektif oleh negara, pertama kali didengungkan di jerman pada abad ke 19 oleh para filosof seperti Friedrich Nietzshe dan juga didukung oleh penulis di sana pada abad ke 20. Erich Kauffmann telah menulis sebuah buku yang di terbitkan pada 1911 bahwa esensi negara adalah Machtentfaltung (pengembangan, peningkatan dan penyebaran kekuasaan) bersama-sama dengan kemauan untuk menjaga dan mempertahankan diri dengan sukses. Upaya utama negara adalah 3 Morris Janowitz, Hubungan-Hubungan Sipil-Militer, (Bima Aksara: Jakarta, 1985), hal Samuel P Huntington, Tertib Politik di Tengah Pergeseran Kepentingan Massa, (PT. Raja Grafindo: Jakarta, 2003), hal penanaman kekuatan yang tertinggi, bukan energi-energi mental dan moral bangsa yang merupakan hasil sampingan. Ide sosial dari negara bukanlah masyarakat dengan kemauan bebas tetapi kejayaan dalam perang, dalam perang negara menunjukan diri sendiri kebenaran esensinya, perang merupakan penampilan negara yang tertinggi, dimana sifat istimewanya mencapai pengembangan maksimal. 5 Kekuasaan yang menggunakan institusi militer dalam aktivitasnya identik dengan kata fasisme. Setelah Perang Dunia I berakhir, muncullah beberapa bangsa yang tidak menyukai demokrasi liberal. Mereka anti-demokrasi, dan menonjolkan kepentingan negara diatas segala-galanya. Demi kepentingan negara, bila perlu kepentingan perseorangan harus dikorbankan. Umumnya istilah fasisme selalu dikaitkan pada peristiwa masa lalu di Eropa, jauh dari kita dan bahkan jauh dari bangsa dan tanah air kita. Padahal fasisme sebagai suatu keyakinan dan sikap hidup maupun pendirian politik sangat mungkin tumbuh subur dimana-mana termasuk dirumah tangga kita bahkan dikepala kita. Fasisme merupakan sebuah paham politik yang menjunjung kekuasaan absolut tanpa demokrasi, fasisme sebagai gerakan politik berkembang dalam kehidupan politik di Eropa antara tahun 1919 sampai 1945 satu hal yang menarik, ciri penting hampir semua gerakan fasisme adalah meletakan negara sebagai pengatur dan pusat seluruh sejarah dan kehidupan. Dalam paham ini, nasionalisme yang sangat fanatik dan juga otoriter sangat kentara. Pada awalnya, Mussolini mengembangkan ideologi ini dalam rangka merestorasi kembali kekaisaran Romawi dan fasisme sama sekali tidak ada hubungannya dengan anti-semitisme, hanya saja, Adolf Hitler lah yang memasukkan unsur anti-semit pada fasisme karena kebencian Hitler terhadap Yahudi. Dalam paham ini, nasionalisme yang sangat fanatik dan juga otoriter sangat kentara, Hubungan 5 SP Varma, Teori Politik Modern, (PT. Rajagrafindo Persada: Jakarta, 2003), hal. 243.
3 sipil dan militer profesional di Jerman, seiring dengan sistem demokrasi yang berlaku di negara tersebut, dapat dilihat dengan mengacu pada konsep Model Negara Barat, Hal ini berkaitan dengan hubungan sipil-militer yang menekankan supremasi sipil atas militer, yang mana negara tidak mewakili tujuan melainkan cara. Tentu saja, itu merupakan dasar pikiran bagi pembentukan bagi sebuah budaya manusia yang lebih tinggi bukan penyebabnya, yang terletak khusus dalam eksistensi ras yang mampu berbudaya. 6 Studi ini membahas tentang peranan militer dalam pemerintahan fasis Jerman di masa kepemimpinan Adolf Hitler. Metode Penelitian ini bersifat deskriptif. Pengumpulan data dengan teknik perbandingan sejarah. Analisis data menggunakan analisis kualitatif. Peranan Militer Hitler mencoba menguasai dunia dengan moto Deutsland Uber Alles. Hitler menggunakan militer sebagai kekuatan utama pada periode Ada beberapa peran militer dalam pemerintahan fasisme Jerman. Pertama, kontrol militer atas sipil. Hubungan sipil-militer merupakan satu masalah yang sangat penting bagi suatu bangsa. Hal ini disebabkan karena berpengaruh besar kepada ketahanan nasional negara tersebut, yang mana salah satu gejala yang muncul dalam kehidupan bernegara adalah ketika militer menjalankan dua fungsi yaitu militer dan non-militer, militer sebagai stabilitas ketahanan nasional dan militer masuk ke ranah politik praktis yang hal ini dapat mengakibatkan adanya ketidakstabilan sistem politik. Keadaan yang demikian ini menyebabkan terbukanya kesempatan dan peluang yang besar untuk menggunakan kekerasan di dalam kehidupan politik disisi yang lain kemampuan golongan militer untuk 6 Samuel Huntington, op.cit., hal mempengaruhi atmosfer kehidupan politik, bahkan untuk memperoleh peranan-peranan politik yang menentukan Militer akan melakukan intervensi politik untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih besar yang oleh petinggi militer dianggap lebih sesuai dengan struktur-struktur plitik yang ada dalam masyarakat, kemudian kepentingan bersama dapat berupa kepentingan militer sebagai satu institusi, satu kepentingan kelas, kepentingan daerah, kepentingan politisi dan juga dapat sebagai kepentingan pribadi, yang berupa ambisi untuk memajukan karier atau pangkat pribadi. Karakteristik individual dari para pemimpin sipil dan militer telah banyak digunakan untuk menjelaskan perubahan dalam kontrol militer atas sipil, teori control militer atas sipil dengan penjelasan yang lebih luas dan memiliki daya prediksi yang harus menggabungkan beberapa elemen, yang dibentuk oleh faktor-faktor struktural khususnya ancaman yang mempengaruhi sosok pemimpin, organisasi militer, negara dan masyarakat. Teori Struktural semacam ini berpendapat agar akar pola-pola kontrol militer atas sipil tidak sepenuhnya dapat direduksi hanya pada konsep-konsep tertentu, seperti pola-pola struktural lainnya 7. Dalam perkembangannya pemerintahan Jerman selalu menghadapi kesulitan serius menempatkan militer pada posisi yang sesungguhnya, ketika Hitler berkuasa, pemerintahan Hitler berhasil meletakkan sipil di bawah kontrol militer secara sentralistik. Tetapi pada saat yang sama militer selalu bernafsu untuk masuk ke sektor politik dan meruntuhkan kontrol sipil terhadap militer. Pada tanggal 7 november 1935, Dalam meminimalisir peran sipil dalam pemerintahan, militer kemudian member batasan dan melarang politisi-politisi yang berpengaruh di Jerman, untuk berpolitik praktis baik itu dari partai tengah Heinrich Brüning dan Partai SPD Hermann Müller 7 Michael C Desch, Politisi vs Jendral, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), hal
4 yang berasal dari masyarakat sipil yang pada waktu itu masih memiliki pengaruh yang kuat di Jerman, namun militer menganggap ketika politisi-politisi tersebut di biarkan dapat menimbulkan kekacauan bagi Partai Nazi. Di Heinrich Bruning adalah kanselir Jerman sebelum Adolf Hitler, Dikenal akan kemampuan ekonominya, dia dilantik menjadi Kalensir Jerman pada 29 Maret 1930 setelah runtuhnya pemerintahan koalisi Hermann Muller, seorang Demokrat Sosial, dalam usaha memperbaiki krisis ekonomi yang di sebabkan oleh Hiper inflasi yang terjadi di Jerman pada saat itu.namun dalam waktu sebulan langkah penyembuhan ekonominya, meningkatkan pajak dan pemotongan anggaran belanja negara yang berat, ditolak Reinchstag dan hanya di terapkan pada musim panas namun kebijakannya ditolak oleh militer Nazi pada saat itu. Militer kemudian mempropagandakan dan menyebarkan beritaberita tentang Bruning yang berisikan Bruning adalah politisi pembangkang dan tidak nasionalis, sebab apa yang menjadi kebijakannya selama ini dianggap sebagai sebuah penghianatan terhadap bangsa Jerman. Hitler kemudian mengumumkan bahwa pimpinan partai tengah Heinrich Bruning tidak boleh masuk ke ranah politik lagi dalam arti dalam tempo 5 x 24 jam sejak 22 oktober 1934 Heinrich Bruning harus menyerahkan diri, untuk kemudian di Adili oleh militer. Kedua, manajemen konflik di Jerman. Konflik merupakan sesuatu yang lumrah dalam setiap sistem pemerintahan, hal ini juga terjadi dalam pemerintahan Hitler yang mana terjadi konflik yang terjadi di Jerman bahkan konflik tersebut berencana pada proses kudeta terhadap pemerintahan Hitler. Gerakan fasis dalam tahap pasca Perang dunia terus menerus dikoyakkan dan dilemahkan oleh berbagai konflik diantara orang-orang yang dekat dengan fuhrer, dalam berbagai kasus, partai-partai fasis telah kehilangan para pemimpin dan pendiri mereka, lewat kekerasan politik atau sebabsebab yang lain, pada tahap yang sangat penting, justru ketika mereka telah memungkinkan untuk mencapai kekuatan yang lebih besar, baik itu bahan-bahan, orang-orang, dan pembiayaan, kondisi pelayanan yang lebih baik, modernisasi Angkatan Bersenjata, daya pukau pekerjaan baru dan tekanan terhadap profisiensi profesional berhubung-hubungan dalam pikiran banyak prajurit, dan dengan alasan pembenar yang berarti, dengan pemerintah Nasional-Sosialis yang berkuasa. Terlepas dari pertentangan-pertentangan lokal dengan para penjabat partai ditingkat bawah yang sering dirasioanalisasi dalam istilah-isltilah minimnya pengetahuan Fuhrer tentang kelakuan buruk para juniornya, banyak mengenai Third Reich ini dalam tahun-tahun sebelum perang dianggap oleh Tentara Jerman sebagai seluruhnya benar dan wajar. Keseluruhan sistem yang dimaksud telah menghasilkan hal-hal yang baik, yang perlu bagi Militer hanyalah membersihkan kekurangan-kekurangan ditingkat bawah, kalau memang mungkin, untuk menegakkan Jerman agar dapat berdiri kembali diatas kakinya sebagai suatu bangsa yang sehat dan kuat yang telah membuang kesuraman dan rasa malu yang dialami pada tahun-tahun 1920-an. Sangat mudah bagi mesin propaganda partai untuk menjejali pola pemikiran yang represtif ini kepada para prajurit dan untuk membuat orang lain yang agak sulit diyakinkan, tidak berani mengkritik partai. Pada 9 November 1938 terjadi kerusuhan yang besar di kota Berlin dan Hamburg dimana pada saat itu, sekitar massa turun ke Jalan untuk menolak pemerintahan yang baru, alasan mereka adalah menolak rancangan UU tentang pelarangan terhadap partai-partai kecil yang akan dilarang mengikuti pemilu. Hal ini kemusiaan membuat amukan massa yang meluap dimanan masa tersebut bersama-sama menyerang kantor-kantor pemerintahan di Jerman dan post-post militer di Jerman. Terjadi sebuah dilema yang dihadapi oleh Militer, karena sebagian besar massa adalah bangsa aria dalam artian ketika militer 10
5 melakukan kekerasaan dan konfrontasi yang terbuka itu dapat membuat citra militer dan Pemerintah menjadi hancur untuk itu. Partai Nazi khususnya Schutzstaffel (SS), berusaha mengambil alihnya dengan melakukan campur tangan terhadap pekerjaaan yang dilakukan oleh negara normatif ini. Militer mengeluarkan keputusan-keputusan yang bertentangan dengan norma-norma hukum yang telah ada sejak lama, dan tidak satupun norma-norma hukum itu telah dihapuskan secara resmi. Sebagai misalnya militer mengeluarkan keputusan, bahwa pada peristiwa malam 9 Nopember 1938, merupkan malam refleksi untuk bangsa Jerman dalam perbaikan Jerman kedepannya. Kondisi ini kemudian berhasil menenangkan massa yang turun ke jalan. Namun, disisi yang lain setelah kondisinya aman militer kemudian melakukan pendataan orang-orang yang turun ke jalan Militer kemudian melakukan penyusupan untuk mencari dan menculik orang-orang non-yahudi yang melakukan pemberontak di Berlin dan Hamburg. Sekitar laki-laki dan perempuan dibawa ke sebuah tempat atau kamp untuk di proses, yang kemudian dimasukan ke dalam ruangan yang berisi gas Ziklon B dan akhirnya mati terbunuh. Ketiga, konsep dan strategi pembangunan nasional. Pasca terpilihnya hitler menjadi kanselir Jerman, militer menetapkan kebijakan pemerataan ekonomi, meningkatkan lapangan pekerjaan dan sarana sarana umum serta proyek-proyek umum. Salah satu sumbangannya dalam dunia otomotif adalah usulannya untuk membuat kendaraan murah yang dijangkau oleh rakyat Jerman pada saat itu yang akhirnya diwujudkan dalam bentuk mobil Volkswagen (VW). Tatkala akhirnya meraih kekuasaan, Hitler pun konsekuen dan berani mengambil risiko, dengan sepihak membatalkan klausul pembayaran ganti rugi dan pembatasan persenjataan terhadap Jerman. Kondisi politik dunia ketika itu juga memberi peluang bagi Hitler untuk melaksanakan niatnya menjayakan kembali Jerman Ketika itu, awalawal tahun 1930-an dunia melihat bangkitnya komunisme di Rusia, berkuasanya fasisme di Italia, timbulnya perbedaan Inggris dengan Prancis dalam soal pendudukan wilayah Jerman, mundurnya Amerika dari Perjanjian Versailles, serta kondisi ekonomi Jerman yang porak poranda. Semua peluang itu dimanfaatkan Hitler untuk melaksanakan niatnya membangun kembali kejayaan militer Jerman. Tahun 1935 is pun langsung memberlakukan peraturan baru bahwa berdinas dalam angkatan bersenjata Jerman, Wehrmacht, tidak lagi berdasar kesukarelaan, melainkan kewajiban. Hitler mengetahui bahwa keharusan tersebut tidak akan menimbulkan tentangan, karena ia memahami kultur masyarakat Jerman yang mempunyai tradisi sebagai masyarakat disiplin, yang militeris. Keempat, lebensraum atau perluasan kekuasaan. Gagasan Hitler dalam menyampaikan konsep Lebensraum sangat serius dan disosialisasikan secara intens kepada rakyat Jerman pada saat itu. Lebensraum menyediakan kebutuhan material dan tempat yang memadai bagi pembangunan bangsa Jerman, dan itu bisa diwujudkan dengan cara penaklukan militer Jerman ke arah Timur, Uni Soviet. Hitler mulai melancarkan permainan diplomasinya dengan dunia Internasional. Pada awalnya implementasi konsep Lebensarum ini dengan Hitler mulai memprotest Perjanjian Versailles terhadap negara-negara yang terlibat karena berdampak pada berkurangnya wilayah Jerman, dan tertekannya militer Jerman. Pada saat yang bersamaan Hitler juga memimpikan aliansi dengan bangsa Inggris untuk menghantam Uni Soviet karena Uni Soviet dianggap sebagai salah satu kekuatan dunia yang besar. Militer Jerman melakukan serangan ke arah timur dimana Front Timur atau Eastern Front adalah sebutan untuk pertempuran dalam perang Dunia II yang terjadi diwilayah timur Eropa atau wilayah bagian barat Rusia, antara Jerman melawan Uni Soviet. Pertempuran yang terjadi di front ini merupakan rangkaian dari sei pertempuran darat terbesar dan terdasyat selama 11
6 berlangsung Perang dunia II, bahkan yang terbesar dalam sepanjang sejarah umat manusia. Tak hanya besar dalam jumlah korban jiwa, kerugian materil, dan tinggkat kerusakan atau kehancuran yang ditimbulkannya, tetapi juga didalam jumlah pengerahan atau mobilisasi manusia dan peralatan perang yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Baik Jerman maupun Uni Soviet mengerahkan pasukan infanteri dalam jumlah yang sangat kolosal dan besarbesaran yang belum pernah ada bandingannya dalam sejarah. Pada bulan januari 1941, di depan para Jendralnya, Hitler memutuskan untuk menyerang dan menguasai Uni Soviet. Keputusan ini diambilnya dengan rasa optimisme yang tinggi bahwa tentara Jerman akan dapat menaklukan Uni Soviet dengan mudah, hanya dalam waktu 8 minggu saja. 8 Invasi yang dilakukan oleh Militer Jerman dengan menyerang wilayah Eropa Barat, Eropa Timur dan Afrika merupakan salah satu perluasan konsep Lebensraum yang erat hubungannya dengan Geopolitik yang tidak didasarkan pada ilmu pengetahuan (pseudoscience) yang menjadikan faktor geografi sebagai hal yang mutlak yang mesti menentukan kekuatan dan selanjutnya nasib suatu negara. Pemikiran dasarnya adalah ruang (space). Namun, meski ruang itu adalah statis, rakyat yang hidup dalam ruang didunia adalah dinamis, menurut konsep geopolitik, sudah menjadi hukum sejarah bahwa rakyat harus berkembang dengan menaklukkan ruang atau binasa dan bahwa kekuatan relatif dari bangsa (negara) ditentukan oleh saling hubungan antara ruang-ruang yang ditaklukkan. 9 Penutup 8 Ari Subiakto, Operasi Barbarossa, Ketika Hitler Menyerang Stalin, (Yogyakarta: Narasi, 2008), hal Hans J Morgenthau, Politik Antar Bangsa, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010), hal Militer merupakan unsur penting dalam pemerintahan Jerman ketika Hitler berkuasa. Adolf Hitler membangun berbagai organisasi yang kemudian dimililiterisasikan, dan lalu diubah menjadi alat perang. Organisasiorganisasi yang dimaksud termasuk Schuntzstaffeln, SS dimiliterisasi mulai bulan maret 1933, SA (Sturmabteilung) yang pada waktu didirikan adalah organisasi para militer yang kemudian digunakan untuk memerangi musuh politik Nazi, kemudian Hitler Jugent (HJ) yang menyelenggarakan latihan militer bagi pemuda Jerman pada usia dini. Latihan bersama dengan SA dan Wehrmartch bermacam bentuknya. Kehormatan dan kebanggan adalah dua hal yang dikejar oleh pasukan pilihan dari kesatuan militer Jerman pada saat itu. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh penguasa dalam memerintah Jerman. Terdapat empat hal penting mengenai peran militer dalam pemerintahan fasisme Jerman: Pertama, kontrol militer atas sipil; Kedua, manajemen konflik di Jerman; Ketiga, konsep dan strategi pembangunan nasional; Keempat, lebensraum atau perluasan kekuasaan. Daftar Pustaka Desch, Michael C Politisi vs Jendral, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hitler, Adolf Mein Kampt, Yogyakarta:, Narasi. Huntington, Samuel P Tertib Politik Ditengah Pergeseran Kepentingan Massa, Jakarta: PT Raja Grafindo. Janowitz, Morris Hubungan Hubungan Sipil-Militer, Jakarta: Bima Aksara. Morgenthau, Hans J , Politik Antar Bangsa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Pitaloka, Rieke Diah Kekerasan Negara Menular Ke Masyarakat, Jakarta: Galang Press. SP Varma, Teori Politik Modern, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Subiakto, Ari Operasi Barbarossa, Ketika Hitler Menyerang Stalin, Yogyakarta: Narasi.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari sebuah kajian skripsi dengan judul PERANAN ADOLF HITLER DALAM PERKEMBANGAN SCHUTZSTAFFEL (1925-1945): Suatu Perspektif
Lebih terperinci1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME
1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2014 Peranan Adolf Hitler dalam perkembangan Schutzstaffel ( )
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam sejarah, aktor merupakan figur yang penting, baik sebagai individu, maupun sebagai partisipan dalam kelompok atau masyarakat. Secara kolektif, masyarakat
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia
68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan
Lebih terperinciBAB III PERANG DUNIA II
Page1 BAB III PERANG DUNIA II I. Sebab Tidak Langsung 1. Lahirnya negara totalitarian Nazisme Jerman (Adolf Hitler), Fasisme Italia (Benito Mussolini) dan Militerisme 2. Munculnya chauvinisme (nasionalisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia
Lebih terperinciPara filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.
Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama
Lebih terperinciMatakuliah : PANCASILA Oleh : Dewi Triwahyuni
PERBANDINGAN IDEOLOGI Matakuliah : PANCASILA Oleh : Dewi Triwahyuni MAKNA IDEOLOGI KARL MARX Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat. HAROLD H. TITUS
Lebih terperinciHubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia
Hubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia Lebih dari dua abad lamanya Negara Rusia tidak pernah jauh dari pusat perpolitikan Iran, baik itu sebagai musuh politik dan terkadang menjadi
Lebih terperinciSMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.2
1. Negara-negara yang tergabung dalam blok fasis adalah... Jerman, Jepang, dan Italia Jerman, Jepang, dan Inggris Jepang, Italia, dan Uni Soviet Jerman, Hungaria, dan Amerika Serikat SMP kelas 9 - SEJARAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia
BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar
Lebih terperinciKEBIJAKAN MUSSOLINI DI ITALIA ( ) Martin Singarimbun ( )
KEBIJAKAN MUSSOLINI DI ITALIA (1922-1943) Martin Singarimbun ( 080906066 ) DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 KATA PENGANTAR Skripsi ini
Lebih terperinciPERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA
PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA Materi Kuliah Sistem Politik Indonesia [Sri Budi Eko Wardani] Alasan Intervensi Militer dalam Politik FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL 1. Nilai dan orientasi perwira
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia
101 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Fokus utama dari bab ini adalah menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi jawaban yang dapat ditarik dari pembahasan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. II ( ) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini sumber-sumber literatur tentang sejarah Perang Dunia II (1939-1945) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam suatu negara selalu menjadi salah satu faktor utama kemenangan atau kekalahan suatu negara
Lebih terperincijumlah tentara FFL jauh lebih kecil dari jumlah tentara Sekutu dan tidak memadai untuk membebaskan Paris tanpa bantuan Sekutu.
BAB 5 KESIMPULAN Pembebasan Prancis merupakan sebuah proses yang terdiri dalam 3 tahap. Tahap pertama adalah penyerangan ke Normandie yang memungkinkan Sekutu mendirikan pangkalan untuk mengatur pembebasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Blokade ekonomi adalah perang ekonomi yang pernah diterapkan oleh Napoleon Bonaparte di Eropa pada saat memerintah Prancis tahun 1806-. Penulis ingin mengetahui
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan
BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan
Lebih terperinciPOLITIK & SISTEM POLITIK
POLITIK & SISTEM POLITIK Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Kesehatan merupakan hak semua warga negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu.komunikasi massa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah kebutuhan dasar bagi manusia. Komunikasi dapat dikatakan sebagai suatu perilaku interaksi yang terjadi di dalam diri seseorang atau di antara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator
BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah umat manusia di dunia, sejarah negara Jerman yang menyimpan misteri. Jerman merupakan negara yang terletak di Pedalaman benua Eropa dan hanya sebagian
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM
BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan
Lebih terperinciWestget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.
Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,
Lebih terperinciBAB I PASUKAN KAMIKAZE DALAM SEJARAH MILITER JEPANG PADA PERANG DUNIA II
BAB I PASUKAN KAMIKAZE DALAM SEJARAH MILITER JEPANG PADA PERANG DUNIA II 1.1 Latar Belakang Masalah Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan
Lebih terperinciAtika Puspita Marzaman. Recep Tayyib Erdogan:
Atika Puspita Marzaman Recep Tayyib Erdogan: Turki, Islam, dan Uni Eropa HEPTAcentrum Press Recep Tayyib Erdogan: Turki, Islam, dan Uni Eropa Oleh: Atika Puspita Marzaman Copyright 2011 by Atika Puspita
Lebih terperinciyang dihadapi pasukan mereka. Tingginya jumlah korban jiwa baik dari pihak sipil maupun pasukan NATO serta besarnya dana yang harus dialirkan menjadi
BAB V PENUTUP Penelitian ini berawal dari sebuah keputusan berani yang dikeluarkan oleh Presiden Perancis Nicholas Sarkozy pada tahun 2012 terkait penarikan pasukan Perancis dari Afghanistan. Dikatakan
Lebih terperinciRESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,
RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Sekutu memutus jalur suplai dari udara maupun laut mengakibatkan pertahanan Jerman-Italia dapat dikalahkan di Afrika Utara. Sehingga kemenangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya
Lebih terperinciKebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Internet
Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Internet Oleh Asep Mulyana Revolusi teknologi informasi yang ditandai oleh kehadiran Internet telah mengubah pola dan gaya hidup manusia yang hidup di abad modern,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan
BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggal 22 Agustus 1991, ribuan orang berkumpul memadati lapangan utama kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada diambang kehancuran.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan
BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah pada bab I, terdapat empat hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan tokoh besar dengan mendokumentasikan asal-usul kejadian, menganalisis geneologi, lalu membangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ideologi marxisme pada saat ini telah meninggalkan pemahaman-pemahaman pertentangan antar kelas yang dikemukakan oleh Marx, dan menjadi landasan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Simpulan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi berjudul Peranan Hjalmar Schacht dalam Membangun Perekonomian Jerman (1933-1939). Kesimpulan ini merujuk
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA
Modul ke: Fakultas MKCU PENDIDIKAN PANCASILA Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain (Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi liberalism) Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi
Lebih terperinciTUJUAN NEGARA. Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara
IDEOLOGI POLITIK TUJUAN NEGARA Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara tersebut MINGGU DEPAN 1. Ideologi : Anarkisme dan Komunisme
Lebih terperinciDemokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi
Rani Apriliani Aditya 6211111049 Hubungan Internasional 2011 Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Apa yang diprediksikan oleh Huntington dalam bukunya Gelombang Demokrasi Ketiga dapat dikatakan benar.
Lebih terperinciyang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan
BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah pada bab I, terdapat lima hal
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.
BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat
Lebih terperinciBAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN
www.bimbinganalumniui.com 1. Perang Dingin a. Perang terbuka antara Blok Barat dan Blok Timur b. Ketegangan antara Blok Barat dalam masa ideologi c. Persaingan militer antara Amerika Uni di Timur Tengah
Lebih terperinciBAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-
166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme
Lebih terperinci1.PENDAHULUAN. Pemikiran politik modern di Indonesia mulai sejak bangkitnya nasionalisme tahun
1 1.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemikiran politik modern di Indonesia mulai sejak bangkitnya nasionalisme tahun 1900 yang diawali dengan munculnya sekelompok mahasiswa yang membentuk perkumpulan
Lebih terperinci[Studi Keamanan Internasional] MEMAHAMI KONFLIK. Dewi Triwahyuni
[Studi Keamanan Internasional] MEMAHAMI KONFLIK Dewi Triwahyuni 1 KONFLIK : KONSEP DAN TEORI 2 Konflik pada dasarnya merupakan hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari penulisan skripsi yang berjudul Blokade Ekonomi Napoleon Bonaparte dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Inggris
Lebih terperinciEropa Pasca Perang Dingin.
Eropa Pasca Perang Dingin sudrajat@uny.ac.id/ Konstelasi Politik Global Runtuhnya Uni Soviet mengubah peta politik dunia dari bipolar menjadi multipolar. Amerika Serikat menjadi polisi dunia yang berusaha
Lebih terperinciDefinisi dan Pengertian Sistem Pemerintahan pengertian sistem pemerintahan 1. Meritokrasi (Meritocracy) 2. Geniokrasi (Geniocracy)
Definisi dan Pengertian Sistem Pemerintahan Istilah sistem pemerintahan pada dasarnya berasal dari dua kata berbahasa Indonesia yaitu kata sistem yang artinya kesatuan pengaturan, dan kata pemerintah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang berambisi untuk menjajah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang berawal dari ketidakpuasan suatu golongan masyarakat, misalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh
Lebih terperinciIni Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI
Selasa 26 September 2017, 15:58 WIB CIA Pantau PKI Momen Krusial! Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI Fitraya Ramadhanny detiknews https://news.detik.com/berita/d-3658975/momen-krusial-ini-pantauan-cia-saat-kejadian-g30spki
Lebih terperinciturut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis
BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Dampak Nasakom Terhadap Keadaan Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966, penulis menarik kesimpulan bahwa Sukarno sebagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan
Lebih terperincimemperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.
BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini,
Lebih terperincibilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika
BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni
BAB VI KESIMPULAN Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni sejak tahun 1961 hingga 1963, akan tetapi Kennedy tetap mampu membuat kebijakan-kebijakan penting yang memiliki dampak
Lebih terperinciSosialisme Indonesia
Sosialisme Indonesia http://sinarharapan.co/news/read/140819049/sosialisme-indonesia 19 Agustus 2014 12:50 Ivan Hadar* OPINI Sosialisme-kerakyatan bisa diterapkan di Indonesia. Terpilihnya Jokowi sebagai
Lebih terperinciEKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL
EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Diajukan Guna Memenuhi Sebahagian Persyaratan Untuk Memperoleh
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Revolusi Revolusi dipahami sebagai proses yang sangat luar biasa, sangat kasar, dan merupakan sebuah gerakan yang paling terpadu dari seluruh gerakan-gerakan
Lebih terperinciKomunisme dan Pan-Islamisme
Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat
Lebih terperincipenjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.
BAB V KESIMPULAN Keadaan umum Kebumen pada masa kemerdekaan tidak jauh berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Konflik atau pertempuran yang terjadi selama masa Perang Kemerdekaan, terjadi juga di Kebumen.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini modus kejahatan semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Dalam perkembangannya kita dihadapkan untuk bisa lebih maju dan lebih siap dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya Spanyol pada Perang Dunia II tahun 1939-1945 merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak
Lebih terperinciResensi buku: Barrington Jr Moore.1967 SOCIAL ORIGINS OF DICTATORSHIP AND DEMOCRACY: LORD AND PEASENT IN THE MAKING OF THE MODERN WORLD
Resensi buku: Barrington Jr Moore.1967 SOCIAL ORIGINS OF DICTATORSHIP AND DEMOCRACY: LORD AND PEASENT IN THE MAKING OF THE MODERN WORLD 11 Oleh: Sulthan Zainuddin ABSTRAK Dalam bukunya Social Origins of
Lebih terperinciREPRESENTASI PERAMPASAN HAK HIDUP INDIVIDU YANG DIANGGAP TAPOL DALAM NOVEL MENCOBA TIDAK MENYERAH KARYA YUDHISTIRA ANM MASSARDI
REPRESENTASI PERAMPASAN HAK HIDUP INDIVIDU YANG DIANGGAP TAPOL DALAM NOVEL MENCOBA TIDAK MENYERAH KARYA YUDHISTIRA ANM MASSARDI Bangga Pramesti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI bangga_108@yahoo.com
Lebih terperinciAgen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan
Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa
Lebih terperincimembuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan negara di Asia yang pernah menjadi Negara imperialis. Dengan usaha melakukan politik ekspansi ke kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, Jepang
Lebih terperinciEmbrio Sosiologi Militer di Indonesia
Pengantar Redaksi Embrio Sosiologi Militer di Indonesia GENEALOGI SOSIOLOGI MILITER Kalau diteliti lebih dalam, setiap sosiolog besar pasti pernah berbicara tentang institusi militer, tak terkecuali Marx,
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008
BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek
Lebih terperinciHubungan Internasional (daring), 1 November 2013, <http://dinasulaeman.wordpress.com/2013/11/01/sistemdemokrasi-ala-iran-demokrasi-tangan-tuhan/>,
BAB V PENUTUP Dalam pandangan konstruktivisme, kebijakan diplomasi fatwa antinuklir sebagai senjata pemusnah massal adalah hasil proses dialektis antara kondisi sentimen anti-islam pasca 11 September,
Lebih terperinciLATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat
Lebih terperinciPERANG SAUDARA DI RUSIA
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada tahun 1917, Rusia mengalami sebuah peristiwa yang menandai munculnya sebuah pemerintahan baru yang berbentuk Republik Sosialis. Peristiwa itu yakni
Lebih terperinciMeskipun investor secara historis dimasukkan unsur penilaian risiko geopolitik di pasar negara
Rabu 19 September 2012 09:27 - Risiko politik - mulai dari intervensi politisi kerusuhan sipil dan perang - merupakan pengaruh yang berkembang pada investasi di pasar negara maju dan salah satu yang kemungkinan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. alam atau krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh benturan kepentingan antara para aktor
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bantuan luar negeri (foreign aid) digunakan saat suatu kawasan sedang dilanda bencana alam atau krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh benturan kepentingan antara para aktor
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a. bahwa pertahanan negara
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep
Lebih terperinciLampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja
Lampiran Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Maret 2011 Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja membuat graffiti politik, puluhan orang tewas ketika pasukan keamanan menindak Demonstran Mei
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. pembuatan kebijakan serta pengaplikasiannya dari awal hingga akhir masa
BAB VI PENUTUP Mengangkat kebijakan ekonomi Ronald Reagan dalam proses pemikiran pembuatan kebijakan serta pengaplikasiannya dari awal hingga akhir masa kepemimpinannya sebagai presiden. Reagan demikian
Lebih terperinciSEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 SEJARAH PEAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Perang 30 Tahun & Perang Napoleon Perang Dunia I & Perang Dunia II Perang Dingin & Perang Global Melawan Terorisme
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA Disusun Oleh: I Gusti Bagus Wirya Agung, S.Psi., MBA UPT. PENDIDIKAN PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA U N I V E R S I T A S U D A Y A N A B A L I 2016 JUDUL: PENDIDIKAN
Lebih terperinciSMP Kelas 3 Semester 1 BAB II. Pertemuan ke 2
SMP Kelas 3 Semester 1 BAB II Pertemuan ke 2 BAB II PERANG DUNIA II Jepang merupakan salah satu negara yang terlibat dalam perang dunia. Gambar di atas merupakan serangan kamikaze yang dilakukan oleh Jepang
Lebih terperinciNOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk
Lebih terperinciDari Kekuatan Ekonomi hingga Teknologi: Potensi China dan India Menyalip Amerika Serikat. Oleh: Hendra Permana
Dari Kekuatan Ekonomi hingga Teknologi: Potensi China dan India Menyalip Amerika Serikat Oleh: Hendra Permana Pendahuluan Dua peristiwa besar beberapa Minggu terakhir ini mengguncang dunia. Pertama, China
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.
BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi
Lebih terperinci3. KENDALA BAGI HAK ASASI MANUSIA DAN KEBEBASAN PERS
3. KENDALA BAGI HAK ASASI MANUSIA DAN KEBEBASAN PERS Profesi jurnalisme digerakkan dengan kode etik yang dianut oleh jurnalisnya. Tetapi profesi ini tidak berada di ruang hampa. Struktur sosial yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik perhatian umat manusia karena berbagai hal. Jepang mula-mula terkenal sebagai bangsa Asia pertama
Lebih terperinciRANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.
Modul ke: MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN MODUL 2 NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI. ( DITERBITKAN OLEH UMB GRAHA ILMU ) Fakultas
Lebih terperinciGerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para
BAB 5 KESIMPULAN Gerwani adalah organisasi perempuan yang disegani pada masa tahun 1950- an. Gerwani bergerak di berbagai bidang. Yang menjadi fokus adalah membantu perempuan-perempuan terutama yang tinggal
Lebih terperinci