PERKEMBANGAN PEMIKIRAN TENTANG KALENDER ISLAM INTERNASIONAL * Syamsul Anwar * *

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERKEMBANGAN PEMIKIRAN TENTANG KALENDER ISLAM INTERNASIONAL * Syamsul Anwar * *"

Transkripsi

1 A. Pendahuluan PERKEMBANGAN PEMIKIRAN TENTANG KALENDER ISLAM INTERNASIONAL * Syamsul Anwar * * Dunia Islam telah mengenal banyak kelender, akan tetapi kalenderkalender itu lebih merupakan kalender lokal yang hanya cocok bagi daerah untuk mana ia dibuat. Memang ada suatu kalender Islam yang dapat dianggap bersifat internasional, yaitu kalender hisab urfi. Kalender ini merupakan sistem penanggalan yang tertua dalam sejarah Islam dan digunakan secara luas bahkan hingga saat ini. Akan tetapi kalender ini juga banyak memiliki kelmahan baik secara teknis maupun dari segi kesesuaiannya dengan Sunnah Nabi saw sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian lain. 1 Ketiadaan kalender komprehensif dan terunifikasi di kalangan umat Islam menyebabkan Dunia Islam mengalami semacam kekacauan pengorganisasian waktu. Hal ini tampak sekali dalam kenyataan bahwa untuk hari raya idul fitri atau idul adha misalnya bisa terjadi perbedaan yang mencapai empat hari. Idul fitri tahun lalu (1428 H), misalnya, jatuh pada hari yang bervariasi sejak dari hari Kamis, Jumat, Sabtu hingga hari Ahad. Menyadari kenyataan ini dan sebagai upaya menyatukan sistem waktu dalam dunia Islam, para ahli di bidang ini telah mulai melakukan riset dan pengkajian untuk menemukan suatu bentuk kalender Islam internasional yang bersifat unifikasi. Pioner dalam arah ini dapat disebut nama Mohammad Ilyas dari Malaysia yang telah mewakafkan seluruh kehidupan ilmiah untuk bidang ini. Diakui bahwa upaya tersebut hingga hari ini memang belum mencapai kesepakatan bulat, karena masih terdapat beberapa hal prinsipil yang harus didiskusikan dan disepakati. Akan tetapi paling tidak sudah terdapat gerak yang semakin mendekat kepada titik temu bersama. Bagaimana usulan-usulan yang muncul dan sejauhmana kemajuan yang telah dicapai dalam bidang ini akan coba disajikan dalam tulisan ini. Namun pembicaraan akan didahului dengan uraian tentang arti penting kalender dalam agama dan peradaban Islam dan permasalahannya. * Makalah disampaikan pada Musyawarah Ahli Hisab dan Fikih Muhammadiyah, Yogyakarta Jumada - ±niah 1429 H / Juni * * Ketua Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah periode dan Majerlis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah periode Mengenai ini lihat Syamsul Anwar, Almanak Berdasarkan Hisab Urfi Kurang Sejalan dengan Sunnah Nabi saw,

2 2 B. Arti Penting Pembuatan Kalender dan Permasalahannya Kalender adalah suatu sistem waktu yang merefleksikan daya lenting dan kekuatan suatu peradaban. 2 Pengorganisasian waktu yang merupakan salah satu fungsi utama kalender amatlah penting dalam kehidupan manusia dan agama Islam menambah arti penting itu dengan mengaitkan permasalahannya kepada pelaksanaan berbagai bentuk ibadah. 3 Sebagai demikian kehadiran kalender yang akurat dan komprehensif merupakan suatu tuntutan peradaban (civilizational imperative) 4 dan sekaligus merupakan syarat bagi suatu peradaban untuk tetap eksis dan berkembang. 5 Pentingnya arti kehadiran suatu kalender yang akurat dan komprehensif tidak perlu mendapat penegasan lagi. Jelas bahwa gaibnya kalender semacam itu akan mengakibatkan masyarakat kehilangan kemampuan untuk membuat perencanaan ke depan, mengelola bisnis, dan kacaunya penyelanggaraan momen-momen keagamaan karena tidak adanya sistem waktu yang pasti. Di dalam al-quran terdapat penekanan arti penting pengorganisasian waktu secara keseluruhan yang harus dilakukan dengan cermat, dan bilamana diabaikan akan mengakibatkan kerugian (Q 103:1-3). Akan tetapi Allah tidak hanya memperingatkan arti penting pengorganisasian waktu saja, melainkan juga memberi petunjuk pokok bagaimana pengorganisasian waktu melalui kalender itu dilakukan. Dalam hal ini al-quran menegaskan bahwa bulan itu di sisi Allah jumlahnya adalah 12 bulan dalam satu tahun dan tidak boleh dilakukan interkalasi sebagaimana dilakukan di zaman Jahiliah (Q 9: 36-37). Al- Quran juga memberikan bimbingan agar menggunakan gerak benda-benda langit, khususnya Bulan dan matahari, sebagai dasar pengorganisasian waktu. Dalam hubungan ini Allah menegaskan bahwa matahari dan Bulan dapat dihitung geraknya (Q 55: 5) dan perhitungan gerak kedua benda langit itu berguna untuk menentukan bilangan tahun dan perhitungan waktu (Q. 10: 5). Gerak (semu) matahari 6 digunakan untuk menentukan waktu dalam hari, sementara gerak Bulan digunakan untuk menentukan satuan waktu (bulan) dalam tahun. 2 Ilyas, The Quest for a Unified Islamic Calendar (Penang, Malaysia: International Islamic Calendar Programme, 2000), h Abd ar-r±ziq, at-taqw³m al-qamar³ al-isl±m³ al-muwa ad (Rabat: Marsam, 2004), h. 4 Al-Alwani, The Islamic Lunar Calendar as a Civilizational Imperative, dalam Ilyas dan Kabeer (ed.), Unified World Islamic Calendar: Shari a, Science and Globalization (Penang, Malaysia: International Islamic Calendar Programme, 2001), h Qas m, Khu uw±t f³ ar³q all Musykilat at-taqw³m al- Isl±m³, < articles/art-nq.pdf>, h. 2, akses Dikatakan gerak semu karena matahari sebenarnya tidak bergerak, melainkan bumi lah yang berputar pada sumbunya dari barat ke timur sehingga terlihat matahari bergerak dari timur ke barat.

3 3 Beberapa penulis, dengan agak menyesal, menyatakan bahwa kaum Muslimin tampaknya kurang menangkap semangat dari kitab suci mereka dan tidak berusaha meneruskan langkah dari garis yang telah ditunjukkan oleh al- Quran dan Sunnah Nabi saw. Hal ini memberikan kesan seakan peradaban Islam tidak mengenal konsep waktu selain dalam bentuk metafisik sebagai tercermin dalam pandangan Ibn azm (w. 456/1064) yang mengatakan bahwa waktu adalah suatu yang ilusi: masa lalu telah lewat, sementara masa datang belum hadir, dan masa kini tidak lain hanya saat yang tidak lebih dari satu kerdipan mata. 7 Ada beberapa problem yang dihadapi dalam masalah ini, antara lain adalah bahwa umat Islam lebih banyak mencurahkan perhatiannya terhadap masalah bagaimana menentukan awal bulan Islam (kamariah). Pada hal sesungguhnya masalah penentuan awal bulan kamariah itu hanyalah salah satu saja dari keseluruhan problem pengorganisasian waktu melalui suatu bentuk kalender. Penyelesaian masalah metode penentuan awal bulan tidaklah dengan sendirinya menyelesaikan keseluruhan permasalahan. Selain dari cara menentukan awal bulan, dalam pembuatan kalender harus pula dipikirkan masalah pendefinisian hari: di mana dan kapan hari itu dimulai menurut kalender Islam. Selama ini dalam kehidupan sivil, umat Islam mengikuti konsep hari yang berlaku secara internasional, yaitu hari dimulai pada pukul (tengah malam) dan berakhir pada waktu yang sama pada malam berikutnya, dan hari itu dimulai dari Laut Pasifik, tepatnya pada garis bujur 180º. Dalam fikih, menurut jumhur fukaha (ahli hukum Islam), hari dimulai sejak terbenamnya matahari. Hal ini terlihat dalam hal waktu wajibnya membayar zakat fitrah (waktu jatuh tempo zakat fitrah), yaitu sejak mulainya hari idul fitri dalam hal ini sejak terbenamnya matahari akhir Ramadan. Oleh karena itu orang yang meninggal sebelum terbenamnya matahari akhir Ramadan tidak dikenai kewajiban zakat fitrah. Begitu pula bayi yang lahir atau orang yang masuk Islam sesudah matahari akhir Ramadan terbenam tidak dikenai zakat fitrah karena ia tidak lagi mengalami Ramadan yang menjadi penyebab ia wajib membayar zakat fitrah. Sebaliknya orang yang meninggal sesudah terbenamnya matahari akhir Ramadan dan bayi yang lahir atau orang masuk Islam sebelum terbenamnya matahari akhir Ramadan wajib membayar zakat fitrah karena mereka mengalami Ramadan dan saat berakhirnya Ramadan dengan terbenamnya matahari, maka zakat fitrah menjadi jatuh tempo bagi mereka. Di lain pihak fukaha Hanafi berpendapat bahwa hari itu dimulai dari sejak terbit fajar sehingga oleh karena itu waktu jatuh temponya (waktu wajibnya) zakat fitrah adalah sejak mulainya hari idul fitri, yaitu sejak terbit fajar. 7 Qas m, al- Atb³ dan Mizy±n, I b±t asy-syuh r al-hil±liyyah wa Musykil±t at-tauq³t al- Isl±m³: Dir±sah Falakiyyah wa Fiqhiyyah (Beirut: D±r a - al³ ah li a - ib± ah wa an-nasyr, 1977), h. 11.

4 4 Konsekuensinya orang yang meninggal sesudah matahari akhir Ramadan terbenam dan sebelum terbit fajar idul fitri atau bayi yang lahir serta orang yang masuk Islam sesudah terbit fajar semuanya tidak dikenai kewajiban zakat fitrah. Sebaliknya orang yang dikenai zakat fitrah adalah yang meninggal sesudah mulainya hari idul fitri, yakni sesudah terbitnya fajar hari itu. Begitu pula orang yang lahir atau masuk Islam masih di bulan Ramadan dan sebelum mulainya hari idul fitri, yakni sebelum terbit fajar hari itu, dikenai zakat fitrah. Dasar pandangan fukaha Hanafi ini adalah hadis Nabi saw bahwa beliau bersabda, Puasamu adalah hari kamu berpuasa dan fitrahmu adalah hari kamu beridul fitri. 8 Bagi mereka hari itu dimulai saat fajar. 9 Di zaman modern masyarakat yang mengikuti faham bahwa hari dimulai sejak terbit fajar adalah masyarakat Muslim kontemporer di Libia. Untuk Zulhijah 1428 H tahun lalu, negara ini memasuki tanggal 1 Zulhijah 1428 H pada hari Senin 10 Desember 2007, karena konjungsi terjadi malam Senin sebelum fajar, yakni sebelum mulainya hari baru. Masalah penentuan hari ini penting dalam pembuatan kalender. Beberapa pakar telah mendiskusikan masalah ini, namun masih belum mencapai titik temu. 10 Selain itu masalah lain terkait pembuatan kalender Islam internasional adalah penentuan suatu garis tanggal. Di dunia sekarang berlaku Garis Tanggal Internasional (International Date Line) yang menentukan di mana dan kapan suatu tanggal dan hari dimulai. Garis ini, seperti telah disinggung terdahulu, terletak di Laut Pasifik pada garis bujur 180º. Garis ini tidak lurus mengikuti garis bujur itu dari utara ke selatan, melainkan pada tempat tertentu membelok. Belokan yang paling mencolok adalah ketika melewati Kepulauan Kiribati. Sebelum tahun 1995, kepulauan ini dibelah dua oleh Garis Tanggal Internasional (GTI) dan pada masing-masing bagian berlaku waktu yang berbeda. Akan tetapi sejak tahun 1995, GTI ini dibelokkan ke arah timur kepulauan tersebut hingga mencapai titik ujung pada posisi 151º BB dan 10º LS, dan pada titik ujung ini berlaku waktu +14 WU (Waktu Internasional / GMT). Beberapa waktu yang lalu, astronom Muslim dari kawasan Asia Tenggara (Malaysia), Mohammad Ilyas, mengusulkan apa yang ia sebut Garis Tanggal Kamariah Internasional (International Lunar Date Line / ILDL). Garis tanggal 8 Hadis diriwayatkan oleh ad-d±raqu n³ dan Is ±q Ibn Rahawaih; diriwayatkan juga oleh Ab D±w d dan al-baihaq³ dengan lafal yang sedikit berbeda. Lihat ad-d±raqu n³, Sunan ad-d±raqu n³ (Beirut: D±r al-kutub al- Ilmiyyah, t.t.), II: 144; dan Is ±q Ibn Rahawaih, Musnad Is ±q Ibn Rahawaih (Madinah: Maktabat al- m±n, t.t.), h Al-K±s±n³, Bad± i a - an± i f³ Tart³b asy-syar± i, cet. ke-2 (Beirut: D±r al-i y± at- Tur± al- Arab³, 1419/1998), II: Lihat misalnya tulisan Jam±ludd³n Abd ar-r±ziq, Bid±yat al-yaum wa Bid±yat al- Lail wa an-nah±r, < akses ; Abs³m dan al-khanj±r³, Waqt al-fajr ka Bid±yat al-yaum, < akses

5 5 usulan Ilyas ini berubah-ubah sesuai dengan perubahan tampakan hilal pada saat visibilitas pertama setiap bulan. 11 Persoalannya adalah perlukah umat Islam membuat suatu garis tanggal baru dan kalau memang perlu bagaimana garis tanggal tersebut? Masalah ini juga perlu dipecahkan dalam pembuatan kalender internasional Islam. Beberapa masalah lain yang perlu didiskusikan dalam rangka membentuk kalender Islam internasional adalah prinsip transfer imkanu rukyat, prinsip satu hari satu tanggal, dan kaidah hisab kalender. Kembali kepada masalah penentuan awal bulan, persoalan ini memang telah banyak mendapat perhatian dan pembahasan dari para ulama dan para ahli sejak zaman klasik. Namun belum dapat dicapai suatu titik temu. Boleh dikatakan bahwa kebanyakan umat Islam, baik ulama (terutama yang kurang memiliki pengetahuan hisab) maupun orang awam, menganut faham bahwa penentuan awal bulan harus dilakukan dengan berdasarkan kepada rukyat. Tidak kurang Organisasi Konferensi Islam yang memutuskan wajib menetapkan awal bulan berdasarkan rukyat, sedangkan hisab hanya digunakan sebagai alat bantu saja. 12 Dalam Bab III yang lalu telah dikemukakan bahwa tidak mungkin menyusun suatu sistem kalender terpadu bilamana penyusunan itu berdasarkan rukyat karena terbatasnya tampakan hilal di muka bumi pada saat visibilitas pertama. Oleh karena itu dalam upaya pembuatan kalender Islam yang bersifat internasional sekarang terdapat dua kecenderungan pokok: pertama, kecenderungan kepada kalender zonal dan kedua, kecenderungan kepada kalender unifikasi. Kalender zonal masih bervariasi lagi dalam menentukan jumlah zonanya. Kalender zonal ini membagi-bagi bumi menjadi zona-zona kalender. Ada yang membagi bumi kepada empat zona atau tiga zona di mana pada masingmasing zona berlaku tanggal sendiri yang mungkin sesuai atau tidak sesuai dengan tanggal pada zona lain. Ada pula yang membagi bumi menjadi dua zona tanggal saja (kalender bizonal). Kalender bizonal membagi bumi menjadi zona timur yang meliputi benua Asia, Eropa, Afrika dan Australia di mana dunia Islam termasuk di dalamnya, dan zona barat yang meliputi benua Amerika. Pada masing-masing zona ini berlaku tanggal masing-masing yang pada bulan tertentu mungkin sama dengan tanggal pada zona lainnya dan pada bulan lain mungkin juga berbeda. Yang mendorong pembuatan kalender zonal ini adalah keinginan kuat untuk mempertahankan prinsip rukyat. Berhubung rukyat tidak dapat mengkaver seluruh permukaan bumi pada saat tampakan pertama hilal, maka oleh karena itu dunia dibagi ke dalam sejumlah zona tanggal agar masingmasing zona itu memasuki bulan kamariah baru sesuai dengan rukyat yang 11 Lihat beberapa tulisan Mohammad Ilyas, misalnya, The Quest for a Unified Islamic Calendar (Penang, Malaysia: International Islamic Calendar Programme, 2000), h. 15; dan A Modern Guid to Astronomical Calculations of Islamic Calendar, Times & Qibla (Kuala Lumpur: Berita Publishing Sdn. Bhd., 1984), h. 115 dst. 12 Keputusan Lembaga Fikih Islam Organisasi Konferensi Islam dalam putaran Muktamar III di Aman, Yordania, Safar 1407 H / Oktober 1986, angka 2.

6 6 terjadi (walaupun rukyatnya bukan rukyat langsung melainkan telah ditransfer). 13 Sementara itu kalender terpadu (unifikasi) menghendaki prinsip satu hari satu tanggal dan satu tanggal satu hari di seluruh dunia. Oleh karena itu kalender ini tidak memberikan arti penting besar terhadap penggunaan rukyat sebagai dasar penetapan awal bulan. Yang penting adalah adanya kaidah hisab yang pasti dan mudah untuk kalender, sebagaimana akan dijelaskan di belakang. C. Beberapa Alternatif Pikiran tentang Kalender Islam Terdahulu telah disinggung bahwa secara umum usulan kalender hijriah internasional yang ada dapat dipilah menjadi dua kelompok, yaitu (1) kalender zonal, dan (2) kalender terpadu (unifikasi). Berikut ini akan dikemukakan usulan-usulan sistem kalender dimaksud. Namun sebelumnya pertama-tama akan diberikan terlebih dahulu beberapa gambaran mengenai Kalender Ummul Qura, karena kalender ini selalu diklaim sebagai dasar pijak pembuatan kalender internasional oleh beberapa kalender lain. 1. Kalender Ummul Qura Kalender Ummul Qura adalah kalender resmi yang digunakan oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Kalender ini dipersiapkan oleh Institut Penelitian Astronomi dan Geofisika di bawah King Abdulaziz City for Science and Technology (KACST) berdasarkan terori modern astronomi tentang matahari dan Bulan. Kalender ini digunakan untuk keperluan-keperluan sivil saja dan tidak digunakan untuk menentukan hari-hari keagamaan penting seperti Ramadan, idul fitri dan idul adha. Khusus untuk ketiga momen agama ini kewenangan penentuannya berada di tangan Majlis al-qa«± al-a l± (Majlis Yudisial Agung) berdasarkan prinsip rukyat. Sering kali Majlis ini menetapkan awal ketiga bulan itu berbeda dengan yang tercantum dalam Kalender Ummul Qura. Majlis al-qa«± al-a l± sendiri juga menggunakan Kalender Ummul Qura untuk kepentingan administrasi dan sivil lainnya. Kalender Ummul Qura diikuti oleh banyak juga masyarakat Muslim di luararab Saudi. Beberapa negara tetangga dari kerajaan minyak ini, seperti Qatar dan Bahrain, menggunakan kalender ini. Begitu pula masyarakat Muslim di negara-negara non Islam cenderung mengikuti kalender ini seperti di mesjidmesjid yang didirikan dengan dana dari Arab Saudi. Dalam software komputer modern, Kalender Ummul Qura menjadi kalender hijriah default dalam setting Arab Microsoft Vista Misalnya ditransfer dari Maroko (ujung barat Dunia Islam) ke Indonesia (ujung timur Dunia Islam) yang jaraknya 7 jam, dalam arti bila bulan telah terukyat di Maroko, maka rukyat itu ditransfer dan berlaku bagi orang Indonesia, sehingga karena itu kedua negara itu memasuki bulan kamariah baru pada hari yang sama. 14 Aslaksen, The Umm al-qura Calendar of Saudi Arabia, < ~vgent/islam/ummalqura.htm>, akses

7 7 Kalender ini merupakan pelanjut dari dua kalender sebelumnya, yaitu Kalender Najd dan Kalender Kerajaan Arab Saudi. Kedua kalender ini dipadukan dan diberi nama Kalender Ummul Qura. 15 Sebelum mencapai bentuk final seperti sekarang Kalender Ummul Qura telah mengalami perubahanperubahan prinsip. Menurut Zak³ al-mu af± dan Y±sir Ma m d ±fi, keduanya dari Pusat Ilmu dan Teknologi Raja Abdulaziz (King Abdulaziz City for Science and Technology), kalender ini telah mengalami empat tahap perkembangan: a. Fase pertama, sejak tahun 1370/1950 hingga tahun 1392/1972. Pada fase ini digunakan prinsip bahwa bulan kamariah baru dimulai (pada keesokan hari) apabila menurut perhitungan hilalnya pada tanggal 29 bulan berjalan berada di atas ufuk pada ketinggian 9º pada saat matahari tenggelam (tidak ada keterangan apakah ketinggian dimaksud adalah di ufuk Mekah atau Riyad). 16 b. Fase kedua, sejak tahun 1393/1973 hingga tahun 1419/1998. Pada fase ini digunakan prinsip pembuatan kalender bahwa apabila terjadi konjungsi pada tanggal 29 bulan berjalan sebelum pukul 00:00 (tengah malam) menurut Waktu Universal (GMT), maka malam itu dan keesokan harinya adalah bulan baru. Prinsip ini menimbulkan masalah karena beda waktu tiga jam antara Arab Saudi dan Greenwich mengakibatkan bisa terjadi bahwa bulan baru di Mekah telah mulai pada hal belum terjadi konjungsi. Misalnya konjungsi terjadi pukul 21:00 WU, maka di Mekah adalah pukul 00:00 dan saat itu matahari sudah tenggelam. c. Fase ketiga, sejak tahun 1419/1998 hingga tahun 1422/2002. Pada fase ini digunakan prinsip bulan terbenam setelah terbenamnya matahari (moonset after sunset) di kota mulia Mekah dan pada fase ini untuk pertama kalinya digunakan koordinat Kakbah guna membuat kalender. Prinsip ini juga masih membawa kemusykilan karena bisa saja bulan terbenam sesudah terbenamnya matahari, namun pada saat terbenamnya matahari konjungsi belum terjadi, sehingga berakibat memasuki bulan baru pada saat belum terjadi ijtimak. Sebagai contoh adalah kasus bulan Rajab 1424 H ( ). Konjungsi terjadi hari Rabu pada pukul 20:26 waktu Mekah. Matahari pada hari itu terbenam pukul 18:45 dan bulan terbenam 8 menit kemudian, yakni pukul 18:53. Di sini bulan terbenam sesudah terbenamnya matahari, namun saat itu belum terjadi konjungsi. d. Fase keempat, sejak 1423/2003 hingga sekarang. Pada fase ini digunakan prinsip yang berdasarkan kepada dua kriteria, yaitu (1) pada tanggal 29 bulan berjalan telah terjadi konjungsi (meskipun hanya beberapa detik) sebelum terbenamnya matahari, dan (2) bulan terbenam 15 Q±«³, Dir±sah Falakiyyah Muq±ranah li Yaumai ad-dukh l ar-rasm³ wa al-falak³ li Syahr Rama«±n f³ al-mamlakah al- Arabiyyah as-sa diyyah li al-fatrah H, dalam AACII, h (teks Arab). 16 Menurut Abd al-mun im Q±«³, fase ini sejak 1346/1927. Lihat ibid.

8 8 sesudah terbenamnya matahari (bulan di atas ufuk saat matahari terbenam). Apabila kedua kriteria ini terpenuhi, maka malam itu dan keesokan harinya adalah bulan baru. 17 Kriteria pada fase keempat dari Kalender Ummul Qura ini sama dengan kriteria bulan baru dalam hisab hakiki wujudul hilal yang telah lama digunakan di lingkungan Muhammadiyah. Dalam Muhammadiyah kriteria bulan baru ada tiga, yaitu (1) telah terjadi konjungsi (ijtimak), (2) konjungsi terjadi sebelum matahari terbenam, dan (3) pada saat terbenamnya matahari bulan berada di atas ufuk. 18 Kalender Ummul Qura ini dijadikan dasar pijak oleh Jam±ludd³n Abd ar- R±ziq untuk membuat suatu kalender terpadu yang ia namakan Kalender Kamariah Islam Terpadu dan dinamakannya juga Kalender Ummul Qura Revisi. 2. Kalender-kalender Zonal a. Kalender Ilyas Upaya pertama kali untuk membuat suatu sistem kalender kamariah yang bersifat internasional di zaman modern adalah usaha yang dilakukan oleh astronom Muslim dari Malaysia, Mohammad Ilyas, sejak dekade ke-8 abad lalu. Ia menulis dan mengedit sejumlah buku untuk tujuan ini. 19 Kalender usulan Mohammad Ilyas ini didasarkan kepada dua hal: 1) hisab imkanu rukyat, yang sekaligus berfungsi untuk menemukan, 2) Garis Tanggal Kamariah Internasional (International Lunar Date Line). Hisab imkanu rukyat Ilyas menggunakan kriteria yang merupakan kombinasi dua parameter, yaitu parameter ketinggian relatif geosentrik (geocentric relative altitude) dan parameter azimut relatif (ralative azimuth) dan dalam hisab ini hanya ada satu kategori imkanu rukyat, rukyat dengan mata telanjang saja. 20 Hisab imkanu rukyat dilakukan tidak hanya pada tempat tertentu, melainkan secara global. Hisab dilakukan di berbagai tempat di muka bumi untuk menemukan titik imkanu rukyat. Misalnya hisab dimulai dari garis 17 Zak³ al-mu af± dan Y±sir Ma m d afi, Taqw³m Umm al-qur± at-taqw³m al- Mu tamad f³ al-mamlakah al- Arabiyyah as-sa diyyah, < Hafize_2001.pdf>, akses Oman Fathurahman, Kalender Muhammadiyah: Konsep dan Implementasinya, makalah untuk Musyawarah Ahli Hisab Muhammadiyah, Yogyakarta, Juli 2006, h Di antaranya New Moon s Visibility and International Islamic Calendar for The Asia- Pacific Region, 1407 H 1421 H (Islamabad-Kuala Lumpur: OIC dan RISEAP, 1414/1994); Unified World Islamic Calendar: Shari a, Science and Globalization (Penang, Malaysia: International Islamic Calendar Programme, 2001); di samping yang disebutkan pada catatan kaki no Dikutip oleh Audah, At-Taqw³m al- ijr³ al- ²lam³, < 2001_UHD.pdf>, (diperbaharui Januari 2007), h. 2, akses

9 9 lintang 0º guna menemukan titik visibilitas hilal pertama. Kemudian dilakukan hisab pada garis lintang berikutnya ke utara dan ke selatan dengan interval 5º sampai 15º guna menemukan titik imkanu rukyat. Bilamana itu semua telah selesai dilakukan dan telah ditemukan titik-titik imkanu rukyat, maka titik-titik visibilitas pertama rukyat itu dihubungkan satu sama dengan sebuah garis, sehingga akan ditemukan suatu garis lengkung (parabolik) yang lengkungannya menjorok ke timur. Garis itu akan memisahkan dua kawasan bumi: kawasan sebelah barat garis dan kawasan sebelah timur. Kawasan sebelah barat adalah kawasan yang mungkin bisa merukyat hilal dan kawasan sebelah timur adalah kawasan yang tidak mungkin terjadi rukyat, dengan suatu catatan bahwa garis itu tidak bersifat eksak. Garis itulah yang disebut dengan Garis Tanggal Kamariah Internasional (GTKI). 21 Seperti halnya Garis Tanggal Internasional (yang berlaku sekarang), GTKI berfungsi menjadi batas tanggal kamariah, dalam arti kawasan sebelah barat garis memasuki bulan baru, sementara kawasan sebelah timur yang belum dapat melakukan rukyat belum mulai bulan baru. Karena tampakan hilal yang tidak tetap setiap bulan, maka GTKI ini muncul secara berpindah-pindah dari bulan ke bulan. Garis ini, apabila membelah dua suatu negara, dapat ditarik ke arah timur sesuai dengan batas negara bersangkutan. Atas dasar GTKI ini, Mohammad Ilyas merumuskan suatu kalender Islam internasional, namun bersifat zonal, dan membagi bumi ke dalam tiga zona tanggal, yaitu zona Asia-Fasifik, zona Eropa, Asia Barat dan Afrika, dan zona Amerika. Kalender Mohammad Ilyas ini dipromosikan oleh suatu badan dari University of Science Malaysia yang disebut International Islamic Calendar Programme. Kesulitan dengan GTKI dari Mohammad Ilyas ini adalah sifat tidak tetap dan berpindah-pindahnya garis tanggal tersebut setiap bulan. Pertanyaan yang timbul sehubungan dengan GTKI ini adalah apakah garis tersebut hanya membatasi tanggal saja atau juga berlaku untuk mendefinisikan hari. Kalau hanya berlaku untuk membatasi tanggal saja (dan ini yang dapat difahami dari tulisan-tulisan Mohammad Ilyas), maka pada bulan tertentu akan terjadi akibat berupa adanya dua tanggal hijriah berbeda untuk satu hari yang sama. Apabila GTKI dijadikan juga dasar untuk mendefinisikan hari, akibatnya adalah bahwa di dunia akan terdapat dua hari yang berbeda: hari yang didefinisikan menurut GTI dan hari menurut GTKI. Ini akan lebih banyak menimbulkan problem daripada menyelesaikan problem. b. Konsep Kalender Usulan Qas m dkk (1993 dan 1997) Konsep lain kalender kamariah internasional adalah usulan Qas m, al- Atb³ dan Mizy±n dalam buku bersama mereka yang diterbitkan dengan judul I b±t asy-syuh r al-hil±liyyah wa Musykilat at-tauq³t al-isl±m³. 22 Menurut 21 Mohammad Ilyas, Science of New Moon s Visibility, International Islamic Calendar and Future Research Process, dalam Ilyas dan Kabeer (ed.), Unified Islamic World Calendar, h Lihat catatan kaki no. 6.

10 10 Qas m, buku ini merupakan karya ilmiah pertama dalam bahasa Arab pada zaman modern yang menyajikan hasil-hasil kajian ilmiah modern menggenai masalah kalender secara kritis dan rinci. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa persoalan kita tidak hanya berkutat di sekitar masalah rukyat belaka, meskipun buku ini sendiri melakukan kajian rinci menyangkut hal ini, tetapi persoalan kita lebih luas, yaitu menyangkut juga bagaimana membangun sistem penjadwalan waktu yang sesuai dengan kaidah syariah. Di samping itu buku ini juga menyajikan sisi fikih dari permasalahan. Berangkat dari analisis astronomi dan sekaligus fikih, buku ini coba membuat suatu usulan kalender kamariah internasional. Kalender yang diusulkan didasarkan kepada pembagian kawasan dunia menjadi empat zona tanggal sebagai berikut: 1) zona pertama dari posisi 150º BT hingga 75º BT, yang meliputi Asia Selatan, Timur dan Tenggara (India, Cina, Indonesia, Malaysia dst,); 2) zona kedua dari posisi 75º BT hingga 30º BT, yang meliputi Jazirah Arab, Syam, Iran, Afganistan, bekas republik-republik Sovyet dan Rusia; 3) zona ketiga dari posisi 30º BT hingga 15º BB, yang meliputi Afrika dan Eropa; dan 4) zona keempat dari posisi 45º BB hingga 120º BB, yang meliputi Amerika Utara dan Amerika Selatan. 23 Garis-garis yang membatasi keempat zona di atas sekaligus merupakan garis-garis batas tanggal kamariah. Karena ada empat garis yang membatasi empat zona, maka berarti ada empat garis batas tanggal, yang berfungsi secara bergantian setiap bulan sesuai dengan tempat di mana pertama kali terjadi visibilitas hilal. Pada setiap zona tanggal disatukan, namun tanggal bisa berbeda antara satu zona dengan zona lain. Apabila hilal terukyat pada zona pertama berdasarkan model yang dikemukakan oleh Schaefer, 24 maka seluruh zona akan memulai bulan baru secara serentak dan garis batas tanggalnya adalah garis batas timur zona pertama. Akan tetapi apabila visibilitas hilal terjadi pada zona kedua, maka zona pertama mulai bulan baru terlambat satu hari dari zona-zona lainnya dan batas antara zona kedua dan pertama menjadi garis batas tanggal. Apabila hilal terlihat pertama kali pada zona ketiga, maka zona kedua dan pertama mulai bulan baru terlambat satu hari dari zona ketiga dan keempat dan batas antara zona ketiga dan zona kedua menjadi garis batas tanggal. Begitulah seterusnya. Pertanyaan yang timbul sehubungan dengan usulan ini adalah bahwa kalender ini tidak menyatukan, melainkan membagi dunia ke dalam sejumlah zona. Di samping itu pembagian zona tersebut tampak agak arbitrer dan tidak 23 Qas m, al- Atb³ dan Mizy±n, op. cit., h. 82 dan Dalam tulisan lebih kemudian Qas m merevisi atau memperbaiki angka-angka bujur di atas. 24 Schaefer, Visibility of the Lunar Crescent, Quarterly Journal of the Royal Astronomical Society, 29: , dimuat juga pada < schaefer_1988.pdf>.

11 11 komprehensif, karena masih ada kawasan bumi yang tidak masuk ke dalam salah satu zona di atas, yaitu kawasan seluas 80º, yaitu posisi 150º BT ke timur melwati GTI hingga 120º BB. c. Kalender Qas m- Audah Belakangan Qas m (2006) mengajukan usul kalender lebih baru dengan prinsip bagaimana menyesuaikan jadwal penanggalan pada kalender dengan kemungkinan rukyat. Qas m menamakan kalender ini dengan Kalender Qas m- Audah, karena mengambil prinsip bizonal dan kriteria imkanu rukyat dari Audah. Oleh karena itu pilihannya masih pada model kalender zonal dengan membagi dunia menurut zona-zona tanggal. Prinsip kalender usulan baru ini adalah: 1) dunia dibagi menjadi dua zona, yaitu zona barat yang meliputi Benua Amerika dan zona timur yang meliputi bagian dunia lainnya; 2) bulan kamariah baru dimulai di kedua zona itu pada hari berikutnya apabila konjungsi terjadi sebelum fajar di Mekah; 3) bulan kamariah baru dimulai pada hari berikutnya di zona barat dan ditunda sehari pada zona timur apabila konjungsi terjadi antara fajar di Mekah dan pukul 12:00 WU. 25 Apabila diingat bahwa selisih antara waktu Mekah dan waktu universal (WU) adalah 3 jam, maka bila fajar terbit di Mekah sekitar pukul 04:30 pagi, maka itu sama dengan pukul 01:30 WU. Dengan demikian tampak bahwa rumusan kalender Qas m- Audah yang dibuat oleh Ni«±l Qas m ini bisa dirumuskan: (1) apabila konjungsi terjadi antara pukul 12:00 WU (tengah hari) dan sekitar pukul 01:30 WU (tengah malam), maka di seluruh dunia bulan baru dimulai pada hari berikutnya, dan (2) apabila konjungsi terjadi antara sekitar pukul 01:30 WU (tengah malam) dan pukul 12:00 WU (tengah hari), maka bulan baru kamariah dimulai pada hari berikutnya di zona barat dan ditunda sehari di zona timur. Kaidah kalender ini nampaknya mengambil kaidah Jam±ludd³n (yang akan dijelaskan di belakang) dengan sedikit modifikasi, kemudian diterapkan kepada kalender berdasarkan prinsip bizonal. Perbedaannya adalah bahwa dalam kalender Jam±ludd³n yang akan dijelaskan kemudian waktu tengah malam itu adalah pukul 00:00, sementara dalam kalender Qas m- Audah waktu tengah malam WU itu adalah sekitar pukul 01:30 WU sesuai dengan saat terbit fajar di Mekah. Bila Jam±ludd³n menerapkan kaidah ini terhadap kalender unifikasi, maka Qas m menerapkannya terhadap kalender bizonal. Berhubung kaidah kalender seperti ini diambil oleh Jam±ludd³n dari kaidah Kalender Ummul Qura (tahap 2), maka karena itu Qas m menyatakan bahwa kalender ini adalah revisi terhadap 25 Qas m, ²khir al-muqtara ±t li all Musykilat at-taqw³m al-isl±m³, dalam AACII, h. 94 (teks Arab); Audah, Ta b³q±t Tikn l jiy± al-ma l m±t li I d±d Taqw³m Hijr³ ²lam³, makalah untuk The Internasional Symposium Towards a Unified International Islamic Calendar, diselenggarakan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, 4-6 September 2007, Jakarta, h. 6.

12 12 Kalender Ummul Qur±, seperti halnya kalender Jam±ludd³n juga revisi terhadap Kalender Ummul Qura. Kalender ini berupaya untuk menyesuaikan permulaan bulan baru dengan terjadinya kemungkinan rukyat di suatu tempat di dunia. Akan tetapi kelemahannya adalah pertama, berdasarkan penelitian kemungkinan rukyat, dimungkinkan terjadi bahwa Bulan telah muncul, namun kalender ini belum memulai bulan baru dan kedua tidak menyatukan, melainkan membagi dunia terpecah dalam dua zona tanggal. d. Kalender Hijriah Universal Dengan Kalender Hijriah Universal dimaksudkan suatu sistem kalender yang dibuat oleh Komite Hilal, Kalender dan Mawaqit di bawah organisasi Arab Union for Astronomy and Space Sciences (AUASS) di mana salah seorang pendirinya adalah Ir. Mu ammad Syaukat Audah. Kalender ini pertama kali diperkenalkan dalam Konferensi Astronomi Islam II yang diselenggaraan oleh AUASS di Amman, Yordania, tahun Kalender ini mengalami beberapa perkembangan. Ketika diintrodusir pertama kali dalam Konferensi Astronomi Islam II, 2001, kalender ini merupakan kalender bizonal berdasarkan prinsip imkanu rukyat dengan kriteria imkanu rukyat yang dikembangkan oleh Yallop. Kemudian dikembangkan menjadi kalender trizonal dengan dasar kriteria imkanu rukyat yang sama. Kemudian setelah Audah merumuskan kriteria imkanu rukyat baru, kalender ini menggunakan kriteria Audah tersebut. Dengan berjalannya waktu dan berkembangnya diskusi kalender Islam internasional, kalender ini dikembalikan kepada bentuk semula, yaitu kalender bizonal berdasarkan kriteria imkanu rukyat Audah. 27 Kalender ini sekarang menjadi kalender resmi AUASS; selain itu digunakan secara resmi oleh dua negara, yaitu Yordania dan Aljazair. 28 Kaidah pokok yang menjadi landasan dari Kalender Hijriah Universal ini adalah dua prinsip pokok berikut: 1) bahwa bumi dibagi menjadi dua zona tanggal, sebagai berikut: a) Zona Kalender Hijriah Timur, yang meliputi kawasan dari garis 180º BT ke arah barat hingga 20º BB, yang mencakup empat benua (Australia, Asia, Afrika dan Eropa) dan dunia Islam seluruhnya termasuk di dalamnya; b) Zona Kalender Hijriah Barat, yang meliputi kawasan dari posisi 20º BB hingga mencakup kawasan barat Amerika Utara dan Amerika Selatan; 26 Universal Hejric Calendar (UHC), < akses Audah, Ta b³q±t, h Universal Hejric Calendar (UHC).

13 13 2) bulan baru dimulai pada keesokan hari di masing-masing zona bila pada tanggal 29 sore bulan berjalan dimungkinkan terjadi rukyat di daratan zona bersangkutan, baik dengan mata telanjang maupun dengan teleskop, berdasarkan kriteria imkanu rukyat Audah. 29 Kriteria imkanu rukyat Audah ini merupakan kombinasi dua parameter, yaitu (1) lebar hilal (crescent s width, samk al-hil±l) dan (2) busur rukyat (arc of vision, qaus ar-ru yah) yang dituangkan dalam suatu rumus (daftar) yang menggambarkan tingkat-tingkat imkanu rukyat. 30 Ada lima kategori imkanu rukyat dalam kriteria Audah, yaitu: 1) rukyat dengan mata telanjang secara mudah, 2) rukyat dengan alat optik, tetapi dapat juga dengan mata telanjang dengan sedikit sukar, 3) rukyat dengan alat optik, 4) rukyat tidak mungkin, dan 5) rukyat mustahil. 31 Kalender Hijriah Universal memegangi tiga kategori rukyat pertama yang terjadi di daratan. Apabila di daratan dari masing-masing zona terjadi rukyat menurut salah satu dari tiga kategori pertama, maka bulan baru dimulai keesokan harinya. Perlu diketahui bahwa berdasarkan dua kaidah kalender di atas, tanggal akan dimulai pada hari yang sama apabila visibilitas hilal terjadi di daratan Zona Timur, karena Zona Barat selalu mengikuti Zona Timur dan Bulan bergerak dari timur ke barat dengan semakin meninggi di mana apabila hilal terlihat di Zona Timur, otomatis terlihat pula di Zona Barat. Akan tetapi apabila pada tanggal 29 bulan berjalan visibilitas pertama hilal terjadi di Zona Barat, seperti halnya bulan Syawal 1428 H tahun lalu di mana hilalnya terlihat pertama kali sore Kamis di Zona Barat, dan tidak terlihat di Zona Timur, maka akan terjadi perbedaan memulai bulan baru. Dalam keadaan seperti itu Zona Barat memasuki bulan baru lebih dahulu dan tanggal baru tertunda sehari di Zona Timur. Menurut Kalender Hijriah Universal Zona Timur, 1 Syawal 1428 H jatuh hari Sabtu tanggal karena hilal tidak terlihat di zona itu pada hari Kamis Akan tetapi Kalender Hijriah Zona Barat menjatuhkannya pada hari Jumat tanggal 12 Oktober 2007, karena hilal terlihat di zona 29 Ibid. 30 Mengenai rumus (daftar) tersebut Audah, Mi y±r Jad³d li Ru yat al-hil±l, AACII, h. 22 (teks Arab); untuk versi Inggris lihat Odeh, New Criterion for Lunar Crescent Visibility, Experimental Astronomy, No. 18 (2004), h. 43; dimuat juga dalam situs ICOP < h. 43, akses Perbedaan antara rukyat tidak mungkin dengan rukyat mustahil adalah bahwa rukyat tidak mungkin menggambarkan posisi Bulan positif di atas ufuk saat terbenamnya matahari, namun masih rendah sehingga tidak mungkin dirukyat. Sedangkan rukyat mustahil menggambarkan posisi Bulan masih di bawah ufuk saat matahari terbenam.

14 14 bersangkutan pada hari Kamis Selain itu perlu diketahui, bahwa hilal harus terukyat di daratan, sekalipun rukyatnya hanya dengan alat optik. Apabila hilal terlihat hanya dari lautan dan tidak dapat dilihat dari daratan manapun, maka dipandang belum terukyat. Kelemahan Kalender Hijriah Universal adalah sama dengan kelemahan seluruh kalender zonal, yakni mengorbankan kesatuan dan prinsip satu hari satu tanggal di seluruh dunia, demi mempertahankan rukyat. Sesungguhnya bukan rukyat faktual yang dipertahankan, melainkan adalah rukyat yang diperkirakan terjadi (imkanu rukyat). Selain itu juga kalender zonal ini akan menimbulkan perbedaan tanggal 9 Zulhijah pada tahun tertentu sehingga menimbulkan masalah pelaksanaan puasa Arafah bagi orang di Zona Barat. 3. Kalender Unifikasi Usul untuk kalender hijriah yang ingin menyatukan seluruh dunia pertama kali digagas oleh Jam±ludd³n Abd ar-r±ziq dari Maroko. Ia menamakan kalender usulannya at-taqw³m al-qamar³ al-isl±mi al-muwa ad (Kalender Kamariah Islam Unifikasi (Terpadu). Upaya Jam±ludd³n ini memang dapat dikatakan sebagai suatu proyek yang amat ambisius karena ingin menyatukan seluruh dunia dalam satu sistem penjadwalan waktu yang terpadu (terunifikasi) dengan prinsip satu hari satu tanggal dan satu tanggal satu hari di seluruh dunia. Hal ini berangkat dari keprihatinan Jam±ludd³n atas kenyataan bahwa dalam dunia Islam sering terjadi satu tanggal meliputi beberapa hari seperti tanggal 1 Syawal 1428 H tahun lalu yang jatuh pada empat hari berlainan, sejak hari Kamis, Jumat, Sabtu hingga Ahad di berbagai belahan bumi. Sebaliknya hari Jumat 12 Oktober 2007 tahun lalu diberi empat tanggal berbeda di berbagai tempat: 2 Syawal, 1 Syawal, 30 Ramadan, dan 29 Ramadan. Kalendender Jam±ludd³n ini merupakan upaya pembuatan sistem penjadwalan waktu Islam terkini yang paling komprehensif. Untuk tujuan ini ia telah melakukan riset dalam waktu yang lama dan melakukan pengujian terhadap 600 bulan kamariah ke depan (dari tahun 1421 H hingga 1470 H). Hasil penelitiannya dituangkan dalam bukunya dengan judul at-taqw³m al- Qamar³ al-isl±m³ al-muwa ad (Calendarier Lunaire Islamique Unifié), 33 dan dalam berbagai artikel. Menurut Jam±ludd³n ada tiga prinsip dasar yang harus diterima untuk dapat membuat suatu kalender kamariah internasional. Ketiga prinsip dimaksud 32 Lihat lampiran kalender bersangkutan dalam Audah, at-taqw³m al-hijr³ al- Alam³, < (diperbaharui Januari 2007), h. 8-11, akses Jam±ludd³n Abd ar-r±ziq, at-taqw³m al-qamar³ al-isl±m³ al-muwa ad (Rabat: Marsam, 2004).

15 15 adalah pertama, prinsip hisab. Hal itu adalah karena kita tidak mungkin membuat suatu kalender dengan rukyat, karena kalender harus dibuat untuk waktu jauh ke depan dan sekaligus harus dapat menentukan tanggal di masa lalu secara konsisten. Penolakan terhadap hisab berarti pembubaran seluruh upaya penyusunan kalender. Kedua, prinsip transfer rukyat, yaitu apabila terjadi rukyat di kawasan ujung barat (hilal semakin ke barat semakin mudah dirukyat), maka rukyat itu ditransfer ke timur untuk diberlakukan bagi kawasan ujung timur, meskipun di situ belum mungkin rukyat, dengan ketentuan kawasan ini telah mengalami konjungsi sebelum pukul waktu setempat, kecuali kawasan GMT + 14 jam [Kiribati bagian timur], terhadapnya berlaku konjungsi sebelum fajar (tempat pertama di dunia yang mengalami terbit fajar). Ketiga, penentuan permulaan hari. Banyak pendapat menegenai kapan hari dimulai. Umumnya dipegangi pendapat bahwa hari dimulai sejak terbenamnya matahari. Namun ada pula pendapat bahwa hari dimulai sejak terbit fajar. 34 Dalam perdebatan ini Jam±ludd³n berpendapat bahwa kita harus menerima konvensi dunia tentang hari, yaitu dimulai sejak tengah malam di garis bujur 180º. Menurut Jam±ludd³n adalah mustahil untuk menjadikan terbenamnya matahari atau terbit fajar sebagai permulaan hari dan sistem waktu. Ada tiga alasan yang manjadi dasar pertimbangan dalam hal ini. Alasan pertama, gurub dan terbit fajar pada tempat tertentu berubah-ubah dan tidak ajeg dari satu hari ke hari lain. Alasan kedua, waktu gurub dan terbit fajar itu terkait dengan lokasi tertentu sehingga sistem waktu seperti itu tidak dapat diberlakukan secara umum ke seluruh negeri. Alasan ketiga, waktu-waktu ibadat tidak terpengaruh oleh penggunaan sistem waktu internasional dan konsep malam dan siang bagi kewajiban puasa melampauai konsep hari. Apabila kita menganggap permulaan yuridis dari bulan Ramadan adalah pada pukul hari Ahad, misalnya, maka hal itu tidaklah berarti adanya suatu pertentangan atau kontradiksi dengan kita memulai salat tarawih sesudah matahari terbenam. 35 Ada tujuh syarat yang harus diupayakan terpenuhi oleh suatu kalender untuk menjadi kalender kamariah internasional unifikasi, meskipun harus ada beberapa perkecualian. Syarat-syarat dimaksud adalah: (1) syarat kalender, yaitu memposisikan hari dalam aliran waktu secara tanpa kacau dengan prinsip satu hari satu tanggal dan satu tanggal satu hari di seluruh dunia, dan jangan sampai terjadi satu hari dua tanggal atau lebih dan sebaliknya; (2) syarat bulan kamariah, yaitu berdasarkan peredaran faktual Bulan (qamar) di langit; 34 Abs³m dan al-khanj±r³, op. cit. 35 Jam±ludd³n Abd ar-r±ziq, Bidayat al-yaum, h. 1-2; idem., At-Taqw³m al-isl±m³: al-muq±rabah asy-syum liyyah, makalah disampaikan pada The International Symposium Towards A Unified International Islamic Calendar, diselenggarakan oleh Majelis Tarjih dan Tadid PP Muhammadiyah, Jakarta, 4-6 September 2007, h. 8.

16 16 (3) syarat kelahiran Bulan, yaitu tidak boleh masuk bulan baru sebelum kelahiran Bulan (konjungsi), karena itu berarti memasuki bulan baru sementara Bulan di langit belum menggenapkan putaran sinodisnya, khususnya bagi kawasan ujung timur, kecuali zona waktu GMT + 14 jam, yaitu bagian Kepulauan Kiribati yang terketak di sebelah timur Garis Tanggal Internasional sebelum tahun 1995, dan yang di sana terletak titik K [φ = 10 LS dan λ = 151 BB, ada pembelokan garis tanggal] yang menandai tempat pertama terbit fajar setiap hari di dunia; (4) syarat imkanu rukyat, yaitu untuk masuk bulan baru hilal harus mungkin terlihat, khususnya bagi kawasan ujung barat yang memiliki peluang pertama rukyat, (5) syarat tidak boleh menunda masuk bulan baru ketika hilal telah terlihat secara jelas dengan mata telanjang; (6) syarat penyatuan, yaitu berlaku di seluruh dunia secara terpadu tanpa membagi-bagi bumi ke dalam sejumlah zona; (7) syarat globalitas, yaitu bahwa sistem waktu yang diterapkan sejalan dengan kesepakatan dunia tentang waktu. 36 Lebih lanjut hal yang amat penting dalam Kalender Kamariah Islam Unifikasi usulan Jam±ludd³n ini adalah kaidah hisab kalender. Menurut Jam±ludd³n suatu kalender harus didasarkan kepada suatu kaidah hisab yang sederhana, dalam arti mudah diterapkan; pasti, dalam arti tidak bersifat probabilitas; dan konsisten, dalam arti tidak diintervensi oleh campur tangan manusia. Kaidah seperti itu diperoleh dari suatu pendekatan global terhadap gerak Bulan dalam kaitannya dengan apa yang oleh Jam±ludd³n disebut sebagai Hari Universal dan diilhami oleh Kalender Ummul Qura (tahap 2), sehingga kalender unifikasi ini oleh perancangnya disebut pula Kalender Ummul Qura Revisi. Dengan Hari Universal dimaksudkan lama (durasi) waktu suatu hari dari pukul 00:00 hingga pukul 00:00 berikutnya di seluruh dunia, tidak pada lokasi tertentu. Memang bilamana kita berada di lokasi tertentu, misalnya di kota Yogyakarta atau kota lainnya, maka kita mengalami suatu hari hanya 24 jam lamanya. Akan tetapi durasi waktu dari Hari Universal di seluruh dunia adalah 48 jam. Hari Jumat, misalnya, di seluruh dunia lamanya adalah 48 jam. Hari Jumat itu mulai pada garis bujur 180º BT pada pukul 00:00 (waktu setempat) dan berakhir pada garis bujur 180º BB (kedua garis bujur ini berdempet) pada pukul 00:00 waktu setempat malam Sabtu. Lama waktu tersebut adalah 48 jam. Untuk mudah memahaminya mari kita hitung secara sederhana. Dari pukul 00:00 waktu setempat di zona WU +12 jam hingga pukul 12:00 siang hari Jumat saat orang di zona waktu +12 jam (zona ujung timur) melakukan salat Jumat di tempat yang sama, lamanya waktu (bumi berputar pada sumbunya) adalah 12 jam. Kemudian bumi terus berputar sebesar 15º (1 jam) sehingga 36 Idem., At-Taqw³m al-qamar³ al-isl±m³ al-muwa ad, h ; dan At-Taqw³m al- Isl±m³, h

17 17 waktu salat Jumat (pukul 12:00) masuk di zona waktu universal + 11 jam. Begitulah bumi berputar terus sebesar 15º (1 jam) melewati keseluruhan 24 zona waktu orang mengerjakan salat Jumat di seluruh dunia sampai putaran bumi pada garis bujur 180º BB (yang juga adalah garis bujur 180º BT) di mana matahari melintas di atas garis itu, dan putaran melewati 24 zona waktu itu adalah 24 jam lamanya. Kemudian lama waktu dari pukul pada zona waktu universal 12 jam (zona waktu ujung barat) hingga berakhirnya hari Jumat di zona waktu yang sama tengah malam Sabtu adalah 12 jam. Jadi 12 jam dari tengah malam Jumat hingga siang Jumat ditambah 24 jam perputaran bumi saat di mana orang mengerjakan salat Jumat di seluruh dunia sejak dari garis bujur 180º BT hingga 180º BB dan ditambah lagi 12 jam sejak siang Jumat hingga tengah malam Sabtu di zona ujung barat jumlahnya adalah 48 jam. Jadi hari Jumat itu di seluruh dunia berlangsung 48 jam dan itulah yang disebut Hari Universal. Sama dengan hari Jumat adalah hari-hari lainnya. Ciri dari Hari Universal itu adalah bahwa permulaan Hari Universal berikutnya tidak pada saat berakhirnya Hari Universal sebelumnya, melainkan pada pertengahannya. Bertitik tolak dari kosep Hari Universal ini, Jam±ludd³n merumuskan kaidah hisab untuk Kalender Kamariah Islam Unifikasi usulannya sebagai berikut: Apabila waktu konjungsi sama atau lebih besar dari pukul 00:00 dan lebih kecil dari pukul 24:00 dari suatu Hari Universal, maka awal bulan kamariah baru jatuh pada Hari Universal berikutnya. 37 Rumusan ini, karena berangkat dari konsep Hari Universal yang tidak dengan cepat dapat difahami terutama oleh mereka yang tidak terbiasa dengan diskursus semacam ini, terasa agak sukar difahami. Dalam tulisan sebelumnya, Jam±ludd³n membuat rumusan kaidah hisab kalendernya dengan formulasi yang lebih mudah dan cepat difahami, tetapi isinya sama, dengan bertitik tolak dari konsep hari biasa, yaitu: 1. Apabila J lebih besar dari atau setara dengan WU dan lebih kecil dari WU, maka tanggal 1 bulan baru adalah H Apabila J lebih besar dari atau setara dengan WU dan lebih kecil dari WU, maka tanggal 1 bulan baru adalah H Kaidah hisab kalender ini sama dengan kaidah hisab kalender terdahulu, hanya formulasinya saja yang berbeda. Arti kaidah hisab ini adalah bahwa apabila konjungsi terjadi antara pukul 00:00 WU dan sebelum pukul 12:00 WU, maka bulan kamariah baru dimulai keesokan hari konjungsi. Akan tetapi apabila konjungsi terjadi antara pukul 12:00 WU dan sebelum pukul 24:00 WU, maka bulan baru dimulai lusa hari konjungsi. Dengan kata lain, apabila konjungsi 37 Idem., at-taqw³m al-islam³, h. 14. hari. 38 Idem., at-taqw³m al-qamar³ al-isl±m³ al-muwa ad, h. 90. J = jam konjungsi; H =

18 18 terjadi pada periode pagi, maka bulan baru mulai keesokan harinya; dan apabila konjungsi terjadi pada periode petang, maka bulan baru mulai lusa. Pukul 00:00 WU hingga menjelang 12:00 WU merupakan periode pagi, dan pukul 12:00 WU hingga menjelang pukul 24:00 WU merupakan periode petang. Sebagai contoh, konjungsi jelang Syawal 1428 H tahun lalu terjadi pukul 05:02 WU (periode pagi) hari Kamis Oleh karena itu menurut kaidah hisab kalender Jam±ludd³n 1 Syawal di seluruh dunia jatuh keesokan hari konjungsi, yaitu hari Jumat Contoh lain adalah Zulhijah 1428 H tahun lalu juga. Konjungsi jelang awal Zulhijah terjadi hari hari Ahad 9 Desember 2007 pukul 17:40 WU (periode petang). Sesuai kaidah hisab kalender Jam±ludd³n, maka tanggal 1 Zulhijah 1428 H di seluruh dunia jatuh lusa hari konjungsi, yaitu hari Selasa Kembali kepada 7 syarat di atas dalam kaitannya dengan kaidah hisab kalender, perlu diperhatikan bahwa terhadap syarat ketiga dan juga syarat kelima perlu dibuat pengecualian. Pengecualian terhadap syarat ketiga adalah karena kenyataan bahwa Negara Kiribati di Pasifik yang terletak pada posisi antara 170º BT dan 150º BB serta posisi 5º LU dan 10º LS sejak 1 Januari 1995 membelokkan Garis Tanggal Internasional (GTI) ke timur negeri itu sejauh kurang lebih 29º sehingga GTI ketika melewati Kepulauan Kiribati tidak lagi lurus, melainkan membelok dan menjorok jauh ke timur. Semula, sebelum tahun 1995, GTI lurus dan karena itu membelah dua negeri tersebut di mana bagian baratnya masuk zona waktu WU + 12 jam (zona waktu ujung timur) dan bagian timurnya masuk zona WU 12 jam (zona waktu ujung barat). Jadi dalam satu wilayah negara ada dua hari yang berbeda, yakni bila di bagian barat harinya adalah Kamis, umpamanya, maka di bagian timur baru hari Rabu. Untuk mengatasi kesukaran yang timbul karena adanya dua hari berbeda dalam satu wilayah negara, maka seluruh wilayah Kiribati dimasukkan ke dalam zona waktu ujung timur, sehingga karenanya ada tambahan baru zona waktu, yaitu zona waktu WU +13 jam untuk Kiribati bagian tengah dan zona waktu WU + 14 bagi Kiribati bagian timur. Sementara Kiribati bagian barat zona waktunya adalah WU + 12 jam. 39 Akibat perubahan zona waktu dan pembelokan GTI ini terhadap kaidah hisab kalender Jam±ludd³n adalah bahwa apabila konjungsi terjadi terjadi pada pukul 24:00 dari Hari Universal, maka bagian tengah dan timur Kiribati akan memasuki bulan kamariah baru sebelum kelahiran hilalnya. Sedangkan apabila konjungsi terjadi pada pukul 23:00 dari Hari Universal, maka bagian timur memasuki bulan baru pada saat hilalnya belum lahir. Sedangkan untuk syarat kelima, yaitu tidak boleh menunda masuk bulan baru apabila hilal sudah terlihat secara jelas, maka dari 600 bulan (50 tahun) yang telah diuji (dengan kriteria imkanu rukyat Audah), maka ada dua bulan 39 Lihat situs-situs tentang Kiribati, a.l. html> dan <

KORESPONDENSI KALENDER HIJRIAH INTERNASIONAL: DARI JAMALUDDIN KEPADA SYAMSUL ANWAR. Syamsul Anwar

KORESPONDENSI KALENDER HIJRIAH INTERNASIONAL: DARI JAMALUDDIN KEPADA SYAMSUL ANWAR. Syamsul Anwar KORESPONDENSI KALENDER HIJRIAH INTERNASIONAL: DARI JAMALUDDIN KEPADA SYAMSUL ANWAR Syamsul Anwar Menjelang Iduladha tahun lalu, saya mengirim ucapan Selamat Iduladha 1430 H kepada Ir. Jam±ludd³n Abd ar-r±ziq

Lebih terperinci

MENYATUKAN SISTEM PENANGGALAN ISLAM. Syamsul Anwar

MENYATUKAN SISTEM PENANGGALAN ISLAM. Syamsul Anwar MENYATUKAN SISTEM PENANGGALAN ISLAM Syamsul Anwar Tentu merupakan suatu keprihatinan bahwa umat Islam sampai saat ini belum dapat menyatukan sistem penanggalannya sehingga selebrasi momenmomen keagamaan

Lebih terperinci

Kelemahan Rukyat Menurut Muhammadiyah PERMASALAHAN RUKYAT

Kelemahan Rukyat Menurut Muhammadiyah PERMASALAHAN RUKYAT Kelemahan Rukyat Menurut Muhammadiyah PERMASALAHAN RUKYAT Pertanyaan dari: Seorang mahasiswa S2 Ilmu Falak IAIN Walisanga, Semarang, tidak ada nama, disampaikan lewat pesan pendek (sms) (disidangkan pada

Lebih terperinci

DARI SYAMSUL ANWAR KEPADA JAMALUDDIN: KORESPONDENSI KALENDER HIJRIAH INTERNASIONAL. Syamsul Anwar

DARI SYAMSUL ANWAR KEPADA JAMALUDDIN: KORESPONDENSI KALENDER HIJRIAH INTERNASIONAL. Syamsul Anwar DARI SYAMSUL ANWAR KEPADA JAMALUDDIN: KORESPONDENSI KALENDER HIJRIAH INTERNASIONAL Syamsul Anwar Yogyakarta, 12-11-2009 Kepada Yth. Ustaz Jam±ludd³n Di Rabat, Maroko As-salamu alaikum w.w. Kullu ±m wa

Lebih terperinci

Rukyat Legault, Ijtimak Sebelum Gurub, dan Penyatuan Kalender Islam

Rukyat Legault, Ijtimak Sebelum Gurub, dan Penyatuan Kalender Islam Rukyat Legault, Ijtimak Sebelum Gurub, dan Penyatuan Kalender Islam Sabtu, 03-05-2014 Yogyakarta- Berhasilnya rukyat yang dilakukan Ilmuan Perancis Thierry Legault dengan menangkap hilal pada sudut elongasi

Lebih terperinci

PERADABAN TANPA KALENDER UNIFIKATIF: INIKAH PILIHAN KITA? Syamsul Anwar

PERADABAN TANPA KALENDER UNIFIKATIF: INIKAH PILIHAN KITA? Syamsul Anwar PERADABAN TANPA KALENDER UNIFIKATIF: INIKAH PILIHAN KITA? Syamsul Anwar Kalender adalah sarana penataan waktu dan penandaan hari dalam guliran masa yang tiada henti. Kehadiran kalender merefleksikan daya

Lebih terperinci

PENJELASAN TENTANG HASIL HISAB BULAN RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1436 H (2015 M)

PENJELASAN TENTANG HASIL HISAB BULAN RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1436 H (2015 M) PENJELSN TENTNG HSIL HIS ULN RMDN, SYWL, DN ZULHIJH 1436 H (2015 M) Data dan kesimpulan sebagaimana dimuat dalam Hasil Hisab Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang merupakan lampiran

Lebih terperinci

Kapan Idul Adha 1436 H?

Kapan Idul Adha 1436 H? Kapan Idul Adha 1436 H? Hari Raya Idul Adha 1436 H diprediksi akan kembali berbeda setelah Ramadhan 1436 H dan Syawwal 1436 H bisa serempak dirayakan ummat Islam di Indonesia. Penyebabnya karena posisi

Lebih terperinci

DARI ISTANBUL KEMBALI KE ISTANBUL: MENGINTIP JALAN PANJANG UPAYA PENYATUAN PENANGGALAN ISLAM. Syamsul Anwar

DARI ISTANBUL KEMBALI KE ISTANBUL: MENGINTIP JALAN PANJANG UPAYA PENYATUAN PENANGGALAN ISLAM. Syamsul Anwar DARI ISTANBUL KEMBALI KE ISTANBUL: MENGINTIP JALAN PANJANG UPAYA PENYATUAN PENANGGALAN ISLAM Syamsul Anwar Awal tahun ini, tepatnya tanggal 18-19 Februari 2013, di kota Istanbul, Turki, diadakan Pertemuan

Lebih terperinci

SEKALI LAGI MENGAPA MENGGUNAKAN HISAB. Syamsul Anwar (Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah)

SEKALI LAGI MENGAPA MENGGUNAKAN HISAB. Syamsul Anwar (Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah) SEKALI LAGI MENGAPA MENGGUNAKAN HISAB Syamsul Anwar (Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah) Website Muhammadiyah telah banyak memuat kajian tentang masalah hisab dan rukyat. Bahkan website ini

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KALENDER HIJRIYAH GLOBAL TUNGGAL

IMPLEMENTASI KALENDER HIJRIYAH GLOBAL TUNGGAL IMPLEMENTASI KALENDER HIJRIYAH GLOBAL TUNGGAL Revisi Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hisab Rukyah Kontemporer Dosen Pengampu : Dr. Rupi i, M. Ag Oleh: RIZA AFRIAN MUSTAQIM N I M : 1 6

Lebih terperinci

Unifikasi Kalender Islam di Indonesia Susiknan Azhari

Unifikasi Kalender Islam di Indonesia Susiknan Azhari Unifikasi Kalender Islam di Indonesia Susiknan Azhari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta siknanazmi@yahoo.com/susiknanazhari69@gmail.com +6285868606911/www.museumastronomi.com 1 Peristiwa Syawal 1428 Idul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Polemik yang terjadi di Indonesia seputar masalah penetuan awal puasa dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh kalangan masyarakat.

Lebih terperinci

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Disampaikan pada Diseminasi Hisab Rukyat di BPPR- LAPAN Pameungpeuk 30 Juli 2011

Lebih terperinci

KAJIAN ALGORITMA MEEUS DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN HIJRIYAH MENURUT TIGA KRITERIA HISAB (WUJUDUL HILAL, MABIMS DAN LAPAN)

KAJIAN ALGORITMA MEEUS DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN HIJRIYAH MENURUT TIGA KRITERIA HISAB (WUJUDUL HILAL, MABIMS DAN LAPAN) KAJIAN ALGORITMA MEEUS DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN HIJRIYAH MENURUT TIGA KRITERIA HISAB (WUJUDUL HILAL, MABIMS DAN LAPAN) Oleh: Indri Yanti 1 dan Rinto Anugraha NQZ 2 1 Fakultas Teknik, Universitas Wiralodra,

Lebih terperinci

KONSEP DAN KRITERIA HISAB AWAL BULAN KAMARIAH MUHAMMADIYAH

KONSEP DAN KRITERIA HISAB AWAL BULAN KAMARIAH MUHAMMADIYAH KONSEP DAN KRITERIA HISAB AWAL BULAN KAMARIAH MUHAMMADIYAH Di antara konsep-konsep dan kriteria hisab yang sudah berkembang, Muhammadiyah menggunakan konsep dan kriteria Hisab Hakiki Wujudul-Hilal. Hisab

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan analisis dalam pembahasan disertasi ini, peneliti. 1. Matlak menurut fikih adalah batas daerah berdasarkan jangkauan

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan analisis dalam pembahasan disertasi ini, peneliti. 1. Matlak menurut fikih adalah batas daerah berdasarkan jangkauan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dalam pembahasan disertasi ini, peneliti menyimpulkan bahwa : 1. Matlak menurut fikih adalah batas daerah berdasarkan jangkauan terlihatnya hilal atau

Lebih terperinci

Modul Pelatihan HISAB - RUKYAT AWAL BULAN HIJRIYAH

Modul Pelatihan HISAB - RUKYAT AWAL BULAN HIJRIYAH Modul Pelatihan HISAB - RUKYAT AWAL BULAN HIJRIYAH Oleh : MUTOHA ARKANUDDIN ============================================================ HISAB AWAL BULAN HIJRIYAH Oleh : Mutoha Arkannuddin *) Sistem Kalender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penentuan waktu merupakan hal yang sangat penting artinya dalam kehidupan manusia. Suatu peradaban dikatakan maju apabila peradaban tersebut memiliki penanggalan

Lebih terperinci

PENYATUAN KALENDER ISLAM SECARA GLOBAL BAGAI PUNGGUK MERINDUKAN BULAN? Syamsul Anwar

PENYATUAN KALENDER ISLAM SECARA GLOBAL BAGAI PUNGGUK MERINDUKAN BULAN? Syamsul Anwar PENYATUAN KALENDER ISLAM SECARA GLOBAL BAGAI PUNGGUK MERINDUKAN BULAN? Syamsul Anwar A. Surat Tausiah Beberapa waktu lalu Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menerima satu lembar surat,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam 82 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam Program Mawaaqit Mawaaqit merupakan salah satu contoh

Lebih terperinci

PERMASALAHAN RUKYAT. Majelis Tarjih dan Tajdid

PERMASALAHAN RUKYAT. Majelis Tarjih dan Tajdid PERMASALAHAN RUKYAT Majelis Tarjih dan Tajdid Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, disidangkan pada hari Jumat 22 Juli 2011 / 20 Syakban 1432 H, dimuat dalam Suara Muhammadiyah, No. 16 / Th.

Lebih terperinci

Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI)

Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI) Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI) NAMA : AYUB SIREGAR INSTANSI : DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PANGKAT/GOL : PENATA MUDA TK.I / III.B Contoh Artikel/Makalah

Lebih terperinci

HASIL OBSERVASI BULAN SABIT JANUARI 2007 JANUARI 2008 RUKYATUL HILAL INDONESIA

HASIL OBSERVASI BULAN SABIT JANUARI 2007 JANUARI 2008 RUKYATUL HILAL INDONESIA HASIL OBSERVASI BULAN SABIT JANUARI 7 JANUARI RUKYATUL HILAL INDONESIA M. Ma rufin Sudibyo Rukyatul Hilal Indonesia A. DATA No Tempat Lintang Bujur First / Best Umur Elevasi Sunset Moonset Lag s a o LU

Lebih terperinci

PERBEDAAN IDUL FITRI: HISAB, RU YAH LOKAL, DAN RU YAH GLOBAL

PERBEDAAN IDUL FITRI: HISAB, RU YAH LOKAL, DAN RU YAH GLOBAL 1 Anda berada di: Home > Puasa > Perbedaan Idul Fitri: Hisab, Ru yah Lokal, dan Ru yah Global http://www.cantiknya-ilmu.co.cc/2010/07/perbedaan-idul-fitri-hisab-ruyahlokal.html 10-12-2010 20.45 PERBEDAAN

Lebih terperinci

Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah

Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah Puasa merupakan rukun islam yang ke-tiga, di dalam islam puasa berarti menahan diri dari

Lebih terperinci

PREDIKSI KEMUNGKINAN TERJADI PERBEDAAN PENETAPAN AWAL RAMADHAN 1433 H DI INDONESIA. Oleh : Drs. H. Muhammad, MH. (Ketua PA Klungkung)

PREDIKSI KEMUNGKINAN TERJADI PERBEDAAN PENETAPAN AWAL RAMADHAN 1433 H DI INDONESIA. Oleh : Drs. H. Muhammad, MH. (Ketua PA Klungkung) PREDIKSI KEMUNGKINAN TERJADI PERBEDAAN PENETAPAN AWAL RAMADHAN 1433 H DI INDONESIA Oleh : Drs. H. Muhammad, MH. (Ketua PA Klungkung) Persoalan penentuan awal bulan qamariyah, khususnya bulan Ramadhan,

Lebih terperinci

PERUMUSAN GARIS TANGGAL KAMARIAH INTERNASIONAL BERDASARKAN KONJUNGSI

PERUMUSAN GARIS TANGGAL KAMARIAH INTERNASIONAL BERDASARKAN KONJUNGSI PERUMUSAN GARIS TANGGAL KAMARIAH INTERNASIONAL BERDASARKAN KONJUNGSI Oleh : Nur Anshari * Abstract Inside knowledge more develop is following with demand periode is more develop too, Islamic Internasional

Lebih terperinci

Proposal Ringkas Penyatuan Kalender Islam Global

Proposal Ringkas Penyatuan Kalender Islam Global Proposal Ringkas Penyatuan Kalender Islam Global T. Djamaluddin Profesor Riset Astronomi-Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Anggota Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama RI http://tdjamaluddin.wordpress.com/

Lebih terperinci

IMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)

IMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA) IMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA) T. Djamaluddin Peneliti Utama Astronomi dan Astrofisika, LAPAN Bandung Alhamdulillah,

Lebih terperinci

PENENTUAN AWAL RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1432 H

PENENTUAN AWAL RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1432 H PENENTUAN AWAL RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1432 H PENGAJIAN RAMADAN 1432 H PIMPINAN WILAYAH MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA, 5-7 RAMADAN 1432 H/ 5-7 AGUSTUS 2011 M Oleh: OMAN FATHUROHMAN SW. KONSEP AWAL BULAN

Lebih terperinci

ALMANAK KALENDER TAHUN 2017 LEMBAGA FALAKIYAH PWNU JAWA TIMUR

ALMANAK KALENDER TAHUN 2017 LEMBAGA FALAKIYAH PWNU JAWA TIMUR ALMANAK KALENDER TAHUN 2017 PWNU Keterangan Hisab : - Perhitungan kalender hijriyah qamariyah berdasarkan metode Al-Durru Al-Aniqu dengan markas Condrodipo, Gresik : 112 37' 3.5 BT dan 7 10' 11,1 LS. Tinggi:

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H

INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam

Lebih terperinci

OTORITAS DAN KAIDAH MATEMATIS: REFLEKSI ATAS PERAYAAN IDULFITRI 1432 H. Syamsul Anwar

OTORITAS DAN KAIDAH MATEMATIS: REFLEKSI ATAS PERAYAAN IDULFITRI 1432 H. Syamsul Anwar OTORITAS DAN KAIDAH MATEMATIS: REFLEKSI ATAS PERAYAAN IDULFITRI 1432 H Syamsul Anwar Alhamdulillah hari raya Idulfitri 1432 H telah dapat dirayakan dengan khidmat. Walaupun ada perbedaan tentang hari jatuhnya

Lebih terperinci

Awal Ramadan dan Awal Syawal 1433 H

Awal Ramadan dan Awal Syawal 1433 H Awal Ramadan dan Awal Syawal 1433 H Kalendar Taqwim Standard merupakan rujukan resmi pemerintah Republik Indonesia dan sekaligus kalendar rujukan bagi umat Islam Indonesia. Walaupun dalam kalendar tersebut

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari

Lebih terperinci

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB A. Gerak Semu Benda Langit Bumi kita berputar seperti gasing. Ketika Bumi berputar pada sumbu putarnya maka hal ini dinamakan

Lebih terperinci

LEBARAN KAPAN PAK?? Oleh : Mutoha Arkanuddin Koord. Rukyatul Hilal Indonesia (RHI)

LEBARAN KAPAN PAK?? Oleh : Mutoha Arkanuddin Koord. Rukyatul Hilal Indonesia (RHI) LEBARAN KAPAN PAK?? Pertanyaan ini menjadi semakin ngetrend menjelang akhir Ramadhan ini. Hampir setiap hari saya dihujani pertanyaan seperti itu yang menurut saya jawabannya cukup mudah (1 Syawwal) tapi

Lebih terperinci

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH 1. Analisis Komparasi Metode Penentuan Awal Ramadan, Syawal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE HISAB WAKTU SALAT DALAM PROGRAM SHOLLU VERSI 3.10

BAB IV ANALISIS METODE HISAB WAKTU SALAT DALAM PROGRAM SHOLLU VERSI 3.10 BAB IV ANALISIS METODE HISAB WAKTU SALAT DALAM PROGRAM SHOLLU VERSI 3.10 A. Analisis Metode Hisab Waktu Salat Program Shollu Versi 3.10 Karya Ebta Setiawan Sistem hisab waktu salat di Indonesia sangat

Lebih terperinci

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Disampaikan pada Diseminasi Hisab Rukyat di BPPR- LAPAN Pameungpeuk 30 Juli 2011

Lebih terperinci

Penentuan Awal Bulan Qamariyah & Prediksi Hisab Ramadhan - Syawal 1431 H

Penentuan Awal Bulan Qamariyah & Prediksi Hisab Ramadhan - Syawal 1431 H Prolog Setiap menjelang Ramadhan & Syawal biasanya umat Islam disibukkan dengan persoalan hisab & rukyat berkaitan penentuan awal bulan yang telah lama menjadi perbincangan di negri ini. Perbedaan dan

Lebih terperinci

Idul Fitri 2007, Akankah Kita Berbeda Lagi?

Idul Fitri 2007, Akankah Kita Berbeda Lagi? Idul Fitri 2007, Akankah Kita Berbeda Lagi? Oleh: Rafdian Rasyid (*) Kita sudah berlebaran pada hari yang berbeda pada tahun 2006. Tahun ini, akankah itu terjadi lagi? Saya menduga Idul Fitri tahun 2007

Lebih terperinci

PENYATUAN KALENDER ISLAM

PENYATUAN KALENDER ISLAM PENYATUAN KALENDER ISLAM Oleh: Taufiqurrahman Kurniawan Abstract This study discusses the question of determining the Islamic calendar that has become dilemma among Muslims and causes endless disputes.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya perbedaan kriteria dalam menentukan awal bulan Hijriyah ditengarai menjadi penyebab umat Islam Indonesia dalam beberapa kesempatan tidak serentak dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu astronomi di Indonesia sudah terasa manfaatnya. Objek kajian yang diamatinya pun semakin berkembang, tidak hanya terbatas pada Matahari,

Lebih terperinci

Hisab dan rukyat - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklop...

Hisab dan rukyat - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklop... 1 of 6 10/10/12 08:16 Hisab dan rukyat Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya

Lebih terperinci

1 ZULHIJJAH 1430 HIJRIYYAH DI INDONESIA Dipublikasikan Pada Tanggal 11 November 2009

1 ZULHIJJAH 1430 HIJRIYYAH DI INDONESIA Dipublikasikan Pada Tanggal 11 November 2009 Risalah Elektronik RHI Nomor 2 Volume I Tahun 13 H 1 ZULHIJJAH 13 HIJRIYYAH DI INDONESIA Dipublikasikan Pada Tanggal 11 November 29 I. PENDAHULUAN Sistem kalender yang digunakan Umat Islam, selanjutnya

Lebih terperinci

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) SKRIPSI

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) SKRIPSI HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Syari ah (S. Sy)

Lebih terperinci

Imkan Rukyat: Parameter Penampakan Sabit Hilal dan Ragam Kriterianya (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)

Imkan Rukyat: Parameter Penampakan Sabit Hilal dan Ragam Kriterianya (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA) Imkan Rukyat: Parameter Penampakan Sabit Hilal dan Ragam Kriterianya (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA) T. Djamaluddin LAPAN Bandung t_djamal@bdg.lapan.go.id, t_djamal@hotmail.com http://t-djamaluddin.spaces.live.com/

Lebih terperinci

mat{ {la : menelusuri pemikiran M.S. Odeh

mat{ {la : menelusuri pemikiran M.S. Odeh Tinjauan fikih dan astronomis penyatuan mat{ {la : menelusuri pemikiran M.S. Odeh tentang ragam penyatuan mat} }la Muh. Nashirudin Fakultas Syari ah dan Ekonomi Islam IAIN Surakarta E-mail: din_ima@yahoo.com

Lebih terperinci

Ihtiar Metodologis Nidhal Qassum Menuju Kalender Islam Internasional

Ihtiar Metodologis Nidhal Qassum Menuju Kalender Islam Internasional Ihtiar Metodologis Nidhal Qassum Menuju Kalender Islam Internasional Muh Rasywan Syarif STAIN Watampone ǀ awan_elnaja@yahoo.co.id Abstrak Nidlāl Qassūm adalah intelektual muslim abad 21 yang turut serta

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI 2001 A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001 Sistem hisab waktu salat di Indonesia sangat beragam dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI TENTANG UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DAN PROSPEKNYA MENUJU UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI TENTANG UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DAN PROSPEKNYA MENUJU UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI TENTANG UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DAN PROSPEKNYA MENUJU UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA A. Analisis Pemikiran Susiknan Azhari tentang Unifikasi Kalender

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB 1. Analisis Metode Hisab Irtifa Hilal Menurut Sistem Almanak Nautika Dalam hisab awal bulan Qamariyah, hasil ketinggian

Lebih terperinci

MAKALAH ASTRONOMI KALENDER BULAN. Dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi. Dosen Pengampu: Arif Widiyatmoko, M.Pd.

MAKALAH ASTRONOMI KALENDER BULAN. Dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi. Dosen Pengampu: Arif Widiyatmoko, M.Pd. MAKALAH ASTRONOMI KALENDER BULAN Dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi Dosen Pengampu: Arif Widiyatmoko, M.Pd. Disusun oleh: Mugi Rahayu 4001411007 Anies Rahmayati 4001411033 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara nasional maupun internasional dalam halnya menentukan awal bulan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara nasional maupun internasional dalam halnya menentukan awal bulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unifikasi kalender hijriah merupakan sebuah upaya menyatukan kalender baik secara nasional maupun internasional dalam halnya menentukan awal bulan kamariah. Kalender

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nampaknya semua orang sepakat terhadap hasil hisab, namun penentuan awal

BAB 1 PENDAHULUAN. nampaknya semua orang sepakat terhadap hasil hisab, namun penentuan awal BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penentuan awal bulan Kamariah penting bagi umat Islam sebab selain untuk menentukan hari-hari besar, juga yang lebih penting adalah untuk menentukan awal dan

Lebih terperinci

Buku ini diawali dengan puisi "Bulan, Apa Betul itu, Kau Sulit Dilihat" katya Tauflq Ismail, yang dapat menambah semangat dalam membaca buku ini.

Buku ini diawali dengan puisi Bulan, Apa Betul itu, Kau Sulit Dilihat katya Tauflq Ismail, yang dapat menambah semangat dalam membaca buku ini. BOOK REVIEW Judul : Hisab & Rukyat, Wacana untuk Membangun Kebeisamaan di Tengah Perbedaan Pengatang : Dr. Susiknan Azhari Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta Tahun : 2007 Tebal : xviii + 206 Perbedaan

Lebih terperinci

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu Al-daqaiq al-tamkiniyyah (Ar.) : Tenggang waktu yang diperlukan oleh Matahari sejak piringan atasnya menyentuh ufuk hakiki sampai terlepas dari ufuk mar i Altitude (ing) Bayang Asar Bujur tempat Deklinasi

Lebih terperinci

(Fenomena Matahari di Atas Ka bah) Pandapotan Harahap NIM: Abstrak

(Fenomena Matahari di Atas Ka bah) Pandapotan Harahap NIM: Abstrak MENENTUKAN ARAH KE SEBUAH KOTA DAN MENGHITUNG JARAK DUA BUAH KOTA MEAUI BAYANG-BAYANG TONGKAT OEH MATAHARI (Fenomena Matahari di Atas Ka bah) Pandapotan Harahap NIM: 765 Progran Studi Pengajaran Fisika

Lebih terperinci

BAB III RESPONS ULAMA NU DAN MUHAMMADIYAH KUDUS TERHADAP UPAYA UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA PERSPEKTIF ASTRONOMI

BAB III RESPONS ULAMA NU DAN MUHAMMADIYAH KUDUS TERHADAP UPAYA UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA PERSPEKTIF ASTRONOMI BAB III RESPONS ULAMA NU DAN MUHAMMADIYAH KUDUS TERHADAP UPAYA UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA PERSPEKTIF ASTRONOMI A. Respons Ulama Kudus Terhadap Upaya Unifikasi Kalender Hijriah di Indonesia

Lebih terperinci

Post

Post - 2 - Imam Nasser Mohammad Al-Yamani 29-09 - 1437 AH 04-07 - 2016 AD 11:32 am Urgent Bayan-Keterangan penting kepada semua Umat Muslim di dunia bagi penjelasan pernyataan sebelumnya dan penjelasan lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan

BAB I PENDAHULUAN. muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penentuan awal bulan Qamariah sangat penting artinya bagi segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan dengan perhitungan

Lebih terperinci

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) NASKAH PUBLIKASI

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) NASKAH PUBLIKASI HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) NASKAH PUBLIKASI Oleh: AHMAD BASORI I 000 090 004 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 2 PENGESAHAN

Lebih terperinci

PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIAH DI INDONESIA BERDASARKAN DATA PENGAMATAN HILAL BMKG

PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIAH DI INDONESIA BERDASARKAN DATA PENGAMATAN HILAL BMKG PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIAH DI INDONESIA BERDASARKAN DATA PENGAMATAN HILAL BMKG QOMARIAH MONTHS EARLIER DEFINITION IN INDONESIA UNDER THE SUPERVISION OF DATA HILAL BMKG Rukman Nugraha Pusat Seismologi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU A. Analisis Metode dan Dasar Penentuan Hisab Awal Bulan Kamariah Qotrun Nada dalam Kitab Methoda Al-Qotru Hisab

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KONSEP MUH. MA RUFIN SUDIBYO TENTANG KRITERIA VISIBILITAS HILAL RHI. A. Kriteria Visibilitas Hilal RHI Perspetif Astronomi

BAB IV ANALISIS KONSEP MUH. MA RUFIN SUDIBYO TENTANG KRITERIA VISIBILITAS HILAL RHI. A. Kriteria Visibilitas Hilal RHI Perspetif Astronomi BAB IV ANALISIS KONSEP MUH. MA RUFIN SUDIBYO TENTANG KRITERIA VISIBILITAS HILAL RHI A. Kriteria Visibilitas Hilal RHI Perspetif Astronomi Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya bahwa yang

Lebih terperinci

Oleh PENGAJIAN RAMADAN 9 RAMADAN 1433 H/28 JULI 2012 M PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH. Oman Fathurohman SW

Oleh PENGAJIAN RAMADAN 9 RAMADAN 1433 H/28 JULI 2012 M PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH. Oman Fathurohman SW METODE DAN KRITERIA AWAL BULAN KAMARIAH Oleh Oman Fathurohman SW. PENGAJIAN RAMADAN 9 RAMADAN 1433 H/28 JULI 2012 M PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH Oman Fathurohman SW 0 PENYEBAB PERBEDAAN AWAL BULAN KAMARIAH

Lebih terperinci

PENGANTAR REDAKSI. iii. Pengantar Redaksi

PENGANTAR REDAKSI. iii. Pengantar Redaksi PENGANTAR REDAKSI Harus diakui bahwa sebagian besar umat Islam sudah mengenal kalender hijriyah, akan tetapi kalender-kalender yang ada masih bersifat lokal dan regional. Hal ini sebagaimana disampaikan

Lebih terperinci

Inilah Hisab 1 syawal 1430 dan prediksi 1 Syawwal 1430 H diperbagai negara «MUSLI...

Inilah Hisab 1 syawal 1430 dan prediksi 1 Syawwal 1430 H diperbagai negara «MUSLI... Page 1 of 11 Inilah Hisab 1 Syawal 1430 Dan Prediksi 1 Syawwal 1430 H Diperbagai Negara Posted on September 15, 2009. Filed under: berita Tags: 'idul fitri, 1 syawal, afrika, asean, bulan, dunia, eropa,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode Pengukuran Arah Kiblat Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa

Lebih terperinci

Hisab dan Rukyat Setara: Astronomi Menguak Isyarat Lengkap dalam Al-Quran tentang Penentuan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah

Hisab dan Rukyat Setara: Astronomi Menguak Isyarat Lengkap dalam Al-Quran tentang Penentuan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah I Hisab dan Rukyat Setara: Astronomi Menguak Isyarat Lengkap dalam Al-Quran tentang Penentuan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah Diskusi soal penentuan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah seringkali

Lebih terperinci

BAB II HISAB AWAL BULAN QAMARIYAH

BAB II HISAB AWAL BULAN QAMARIYAH BAB II HISAB AWAL BULAN QAMARIYAH A. Pengertian Awal Bulan Qamariyah Penanggalan adalah sistem satuan satuan ukuran waktu yang digunakan untuk mencatat peristiwa peristiwa penting, baik mengenai kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB NATIJAT AL MIQĀT KARYA AHMAD DAHLAN Al-TARMASI A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam Kitab Natijat al-miqāt Manusia mempunyai

Lebih terperinci

KONSEP BEST TIME DALAM OBSERVASI HILAL MENURUT MODEL VISIBILITAS KASTNER

KONSEP BEST TIME DALAM OBSERVASI HILAL MENURUT MODEL VISIBILITAS KASTNER KONSEP BEST TIME DALAM OBSERVASI HILAL MENURUT MODEL VISIBILITAS KASTNER Judhistira Aria Utama Laboratorium Bumi dan Antariksa, Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris

Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris ROTASI DAN REVOLUSI BUMI Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris Bumi sebagai pusat tata surya Planet-planet (termasuk Mth.) berputar mengelilingi bumi Sambil mengelilingi Bumi, planet-planet bergerak melingkar

Lebih terperinci

Muchtar Salimi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta

Muchtar Salimi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta VISIBILITAS HILAL MINIMUM: STUDI KOMPARATIF ANTARA KRITERIA DEPAG RI DAN ASTRONOMI MINIMUM VISIBILITY OF CRESCENT: A COMPARISON BETWEEN DEPAG AND ASTRONOMY CRITERIA Muchtar Salimi Fakultas Agama Islam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN BUKIT WONOCOLO BOJONEGORO SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN BUKIT WONOCOLO BOJONEGORO SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH BAB IV ANALISIS KELAYAKAN BUKIT WONOCOLO BOJONEGORO SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH A. Latar Belakang Digunakannya Bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai Tempat Rukyat Sejak sebelum

Lebih terperinci

BAB III KONSEP UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI

BAB III KONSEP UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI BAB III KONSEP UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI A. Biografi Susiknan Azhari Susiknan Azhari lahir di Blimbing Lamongan pada tanggal 11 Juni 1968 M/15 Rabi ul Awal 1388 H. Ia adalah

Lebih terperinci

ZAARI BIN MOHAMAD HBSC4203_V2 - EARTH AND SPACE / BUMI DAN ANGKASA BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN

ZAARI BIN MOHAMAD HBSC4203_V2 - EARTH AND SPACE / BUMI DAN ANGKASA BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN Seperti yang kita ketahui, selain planet bumi, di alam semesta terdapat banyak lagi benda-benda lain di langit. Kenampakan objek-objek samawi lain di langit yang umumnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN KETINGGIAN HILAL PERSPEKTIF ALMANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN KETINGGIAN HILAL PERSPEKTIF ALMANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN KETINGGIAN HILAL PERSPEKTIF ALMANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS 1. Analisis Metode Perhitungan Irtifa al-hilal Perspektif Sistem Almanak Nautika Irtifâ al-hilâl, sesuai

Lebih terperinci

1. Fenomena Alam Akibat Perubahan Kedudukan Bumi, Bulan, terhadap Matahari. Gerhana Matahari

1. Fenomena Alam Akibat Perubahan Kedudukan Bumi, Bulan, terhadap Matahari. Gerhana Matahari 1. Fenomena Alam Akibat Perubahan Kedudukan Bumi, Bulan, terhadap Matahari Gerhana Matahari Peristiwa gerhana matahari cincin (GMC) terlihat jelas di wilayah Bandar Lampung, Lampung, pada letak 05.21 derajat

Lebih terperinci

KRITERIA VISIBILITAS HILAL RUKYATUL HILAL INDONESIA (RHI) (KONSEP, KRITERIA, DAN IMPLEMENTASI)

KRITERIA VISIBILITAS HILAL RUKYATUL HILAL INDONESIA (RHI) (KONSEP, KRITERIA, DAN IMPLEMENTASI) KRITERIA VISIBILITAS HILAL RUKYATUL HILAL INDONESIA (RHI) (KONSEP, KRITERIA, DAN IMPLEMENTASI) Mutoha Arkanuddin & Muh. Ma rufin Sudibyo Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Falak Rukyatul Hilal Indonesia

Lebih terperinci

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan

Lebih terperinci

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain BAB IV ANALISIS FUNGSI DAN KEDUDUKAN DEKLINASI BULAN DAN LINTANG TEMPAT DALAM MENGHITUNG KETINGGIAN HILAL DALAM KITAB SULLAM AN-NAYYIRAIN DAN ALMANAK NAUTIKA A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013 BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013 A. Konsep Penentuan Arah Kiblat Dengan Theodolit Dalam Buku Ephemeris Hisab Rukyat 2013 Konsep penentuan

Lebih terperinci

Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal

Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal Di antara bentuk kemudahan yang telah Allah Subhanahu wa Ta ala tetapkan di dalam syariat-nya adalah telah ditentukannya waktu untuk memulai dan mengakhiri ibadah dengan

Lebih terperinci

Mengkaji Konsep Kalender Islam Internasional Gagasan Mohammad Ilyas

Mengkaji Konsep Kalender Islam Internasional Gagasan Mohammad Ilyas Mengkaji Konsep Kalender Islam Internasional Gagasan Mohammad Ilyas Siti Tatmainul Qulub UIN Sunan Ampel Surabaya nungky_diamond@yahoo.com Abstrak Bagi umat Islam, kebutuhan akan sebuah kalender yang universal

Lebih terperinci

Sistem Penanggalan Hijriyah/Islam

Sistem Penanggalan Hijriyah/Islam Sistem Penanggalan Hijriyah/Islam Dr. Muhamad Irfan Hakim AS3006, Pekan Ke-5, 27 Maret 2014 Pendahuluan Kalender Hijriyah (dan kalender Revolusi Perancis) adalah contoh kalender yang resmi dideklarasikan

Lebih terperinci

MELACAK KONSTRUK METODOLOGI KALENDER ISLAM INTERNASIONAL MOHAMMAD ILYAS. Sakirman. STAIN Jurai Siwo Metro

MELACAK KONSTRUK METODOLOGI KALENDER ISLAM INTERNASIONAL MOHAMMAD ILYAS. Sakirman. STAIN Jurai Siwo Metro MELACAK KONSTRUK METODOLOGI KALENDER ISLAM INTERNASIONAL MOHAMMAD ILYAS Sakirman STAIN Jurai Siwo Metro Abstract International Islamic calendar becomes urgent needs of the people. Various attempts have

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya hilal. Pemahaman tersebut melahirkan aliran rukyah dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya hilal. Pemahaman tersebut melahirkan aliran rukyah dalam penentuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imam al-sindi memberikan catatan bahwa dengan hadis yang menerangkan haramnya puasa sebelum melihat hilal dan tidak ada kewajiban puasa sebelum hadirnya hilal.

Lebih terperinci

BAB IV KELAYAKAN POS OBSERVASI BULAN BUKIT SYEH BELA-BELU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBAGAI TEMPAT RUKYATUL HILAL

BAB IV KELAYAKAN POS OBSERVASI BULAN BUKIT SYEH BELA-BELU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBAGAI TEMPAT RUKYATUL HILAL BAB IV KELAYAKAN POS OBSERVASI BULAN BUKIT SYEH BELA-BELU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBAGAI TEMPAT RUKYATUL HILAL A. Analisis Latar Belakang Perekomendasian Pos Observasi Bulan Bukit Syeh Bela Belu Daerah

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 16 OKTOBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1433 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 16 OKTOBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1433 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 16 OKTOBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1433 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari

Lebih terperinci

Menjelang tahun 1390H / 1970, isu penentuan awal Ramadhan dan Syawal menjadi

Menjelang tahun 1390H / 1970, isu penentuan awal Ramadhan dan Syawal menjadi Menjelang tahun 1390H / 1970, isu penentuan awal Ramadhan dan Syawal menjadi semakin hangat. 29 Ulama berbahas mengenai cadangan meminda rukyah kepada rukyah dan hisab. Akhirnya, Jawatankuasa Fatwa Kebangsaan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MATLAK WILAYATUL ḤUKMI

IMPLEMENTASI MATLAK WILAYATUL ḤUKMI IMPLEMENTASI MATLAK WILAYATUL ḤUKMI DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH (PERSPEKTIF NAHDLATUL ULAMA DAN MUHAMMADIYAH) Oleh : Nugroho Eko Atmanto Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang Jl. Untung

Lebih terperinci

Disampaikan pada Dauroh III Ilmu Falak RHI-Surakarta, di PPMI Assalaam; Ahad, 30 Januari 2011

Disampaikan pada Dauroh III Ilmu Falak RHI-Surakarta, di PPMI Assalaam; Ahad, 30 Januari 2011 Disampaikan pada Dauroh III Ilmu Falak RHI-Surakarta, di PPMI Assalaam; Ahad, 30 Januari 2011 Makkah Al Mukarramah Kota Suci Umat Islam yang memiliki banyak keistimewaan Luas 550 km2-200 km Timur Jeddah

Lebih terperinci

Hilal Ramadhan Monday, 25 July 2011

Hilal Ramadhan Monday, 25 July 2011 Hilal Ramadhan Monday, 25 July 2011 Hilal Ramadhan Sumber: http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/14/32814/teknologi/hilal_ramadhan.html KONSEKUENSI ISTIKMAL RAJAB 1432H Laporan dari daerah-daerah menyatakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA A. Analisis Metode Penggunaan Bintang Sebagai Penunjuk Arah Kiblat

Lebih terperinci