BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan UMKM Jawa Barat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan UMKM Jawa Barat"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan UMKM Jawa Barat Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Jawa Barat terus mengalami perkembangan pada periode Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat dapat dilihat jumlah serapan tenaga kerja berdasarkan tabel 1.1 dibawah ini : Tabel 1.1 Jumlah Serapan Tenaga Kerja (Jiwa) Jawa Barat Periode Tahun Mikro Kecil Menengah Besar Total ,861, , ,325 2,374,805 17,382,500 Sumber : BPS Jawa Barat (2013) Pada tabel 1.1 menunjukkan jumlah serapan tenaga kerja di Jawa Barat terdapat kenaikan jumlah tenaga kerja yang meliputi unit usaha mikro,kecil,menengah dan unit usaha besar. Serapan tenaga kerja untuk usaha mikro mengalami peningkatan dari jiwa menjadi jiwa. Selain itu,serapan tenaga kerja untuk usaha kecil, menengah dan usaha besar juga mengalami peningkatan. Untuk usaha kecil, jumlah tenaga kerja serapan pada tahun 2011 adalah sebesar jiwa dan menjadi jiwa pada tahun Lalu, jumlah tenaga kerja untuk usaha menengah pada tahun 2011 sebesar unit meningkat menjadi jiwa pada tahun Dan untuk usaha besar juga mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja dari jiwa menjadi jiwa pada tahun Berikut peranan UMKM terhadap PDRB Jawa Barat periode dapat dilihat pada tabel 1.2 : 1

2 Tabel 1.2 Peranan Terhadap PDRB (Persen) Jawa Barat Periode Tahun Skala Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Besar ,20 % 45,80 % ,55 % 45,45 % Sumber : BPS Jawa Barat (2013) Pada tabel 1.2 ini menjelaskan peranan UMKM terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat. Pada tahun 2011,peranan (UMKM) memiliki 54,20% terhadap PDRB Jawa Barat dan mengalami peningkatan menjadi 54,55 % pada tahun Sebaliknya, usaha besar mengalami penurunan dari 45,80% pada tahun 2011 menjadi 45,45% pada tahun Berikut PDRB per kapita Jawa Barat periode dapat dilihat pada tabel 1.3 : Tabel 1.3 PDRB Per Kapita Jawa Barat Periode PDRB Per Kapita Tahun 2011 Tahun 2012 Atas Dasar Harga Berlaku 19,65 21,00 (Rupiah) Atas Dasar Harga Konstan 7,83 8,08 (Rupiah) Sumber : BPS Jawa Barat (2013) Berdasarkan tabel 1.3 menunjukkan PDRB per kapita dengan 2 cara perhitungan, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. Untuk PDRB atas dasar harga berlaku, pada tahun 2011 menunjukkan 19,65 mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi 21,00. Sementara itu PDRB atas dasar harga konstan juga mengalami peningkatan dari 7,83 pada tahun 2011 menjadi 8,08 pada tahun

3 1.1.2 Profil Industri Rajut Binong Jati Sentra rajut Binong terletak di Jalan Binong Jati, kecamatan Batununggal, Bandung. Fokus sentra ini adalah memproduksi berbagai macam jenis pakaian yang berbahan rajut.macam-macam produk rajutan yang diproduksi diantaranya seperti Sweater, Jaket, Cardigan, Syal dan Baju hangat. Terdapat kurang lebih 293 pengrajin rajut. Kapasitas produksi per tahunnya sebanyak Lusin dengan nilai investasi Rp.31,366 Milyar dan menyerap tenaga pekerja sebanyak Orang. ( diakses 2 April) Binong Jati terkenal sebagai tempat produksi perajin rajutan di Bandung. Gapura yang bertuliskan "Sentra Industri Rajutan Binong Jati" di Jl. Gatot Subroto, Bandung, menjadi penandanya. Di sekitar gapura, terdapat sebuah pasar yang bernama Pasar Binong. Saat memasuki gapura itu, kita akan melihat jalan setapak yang dipadati oleh rumah penduduk sepanjang kurang lebih 5 km. Daerah itu tak ubah seperti pemukiman pada umumnya. Namun, bila menyusuri jalan setapak tersebut, dapat terlihat di beberapa rumah, belasan perajin sedang merajut. ( diakses 2 April) Meski kawasan ini sudah di resmikan sebagai sentra industri sejak 2007 namun para pengrajin kerap mengeluhkan infrastruktur yang kurang memadai. Akses masuk dari jalan Gatot Subroto maupun jalan Ibrahim Adjie (Kiaracondong) dinilai terlalu sempit sehingga menyulitkan rombongan pengunjung yang biasanya menggunakan bus untuk masuk ke lokasi. Selain itu pengrajin tidak banyak yang membuka toko sehingga Sentra industri rajutan Binongjati kurang menarik sebagai kawasan belanja. ( diakses 19 Januari 2015) 3

4 1.2 Latar Belakang Penelitian Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-9 di Bali pada tahun 2003, para kepala Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) menyepakati pembentukan komunitas ASEAN (ASEAN Community) dalam bidang Keamanan Politik (ASEAN Political-Security Community), Ekonomi (ASEAN Economic Community), dan Sosial Budaya (ASEAN Socio-Culture Community) dikenal dengan Bali Concord II. Untuk pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015, ASEAN menyepakati pewujudannya diarahkan pada integrasi ekonomi kawasan yang implementasinya mengacu pada ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint. Implementasi AEC 2015 akan berfokus pada 12 sektor prioritas, yang terdiri atas 7 sektor non migas (industri pertanian, peralatan elektonik, otomotif, perikanan, industri berbasis karet, industri berbasis kayu, dan tekstil) dan 5 sektor jasa (transportasi udara, pelayanan kesehatan, pariwisata, logistik, dan industri teknologi informasi) (depkop.go.id) diakses 18 Februari. Pada tahun 2015, apabila AEC tercapai, maka ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal dimana terjadi arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil yang bebas, serta arus modal yang lebih bebas diantara Negara ASEAN. Dengan terbentuknya pasar tunggal yang bebas tersebut maka akan terbuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasarnya di kawasan ASEAN. (Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2013) Konsep AEC ini berawal dari Krisis keuangan dan ekonomi yang terjadi di kawasan Asia Tenggara pada periode memicu kesadaran negaranegara ASEAN mengenai pentingnya peningkatan dan penguatan kerjasama intra kawasan. Pada tahun 1997, para Kepala Negara ASEAN menyepakati ASEAN Vision 2020 yaitu mewujudkan kawasan yang stabil, makmur dan berdaya-saing tinggi dengan pembangunan ekonomi yang merata yang ditandai dengan penurunan tingkat kemiskinan dan perbedaan sosial ekonomi (Departemen Perdagangan Republik Indonesia,2013). Pembentukan AEC akan memberikan peluang bagi negara-negara anggota ASEAN untuk memperluas cakupan skala ekonomi, mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi, meningkatkan daya tarik sebagai tujuan bagi investor dan wisatawan, mengurangi biaya transaksi perdagangan, serta memperbaiki 4

5 fasilitas perdagangan dan bisnis. Di samping itu, pembentukan AEC juga akan memberikan kemudahan dan peningkatan akses pasar intra-asean serta meningkatkan transparansi dan mempercepat penyesuaian peraturan- peraturan dan standardisasi domestik. Potensi Indonesia untuk merebut persaingan AEC 2015, yaitu Indonesia merupakan pasar potensial yang memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk yang terbesar di kawasan (40% dari total penduduk ASEAN). Hal ini dapat menjadikan Indonesia sebagai negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan dengan kesempatan penguasaan pasar dan investasi. Selain itu, Indonesia merupakan negara tujuan investor ASEAN. Proporsi investasi negara ASEAN di Indonesia mencapai 43% atau hampir tiga kali lebih tinggi dari rata-rata proporsi investasi negara-negara ASEAN di ASEAN yang hanya sebesar 15%. Dan Indonesia juga berpeluang menjadi negara pengekspor, dimana nilai ekspor Indonesia ke intra-asean hanya 18-19% sedangkan ke luar ASEAN berkisar 80-82% dari total ekspornya. Hal ini berarti peluang untuk meningkatkan ekspor ke intra-asean masih harus ditingkatkan agar laju peningkatan ekspor ke intra-asean berimbang dengan laju peningkatan impor dari intra-asean. ( diakses 26 Januari Salah satu tujuan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah untuk meningkatkan daya saing ASEAN. Banyak organisasi melakukan studi daya saing termasuk World Economic Forum (WEF), yang menerbitkan Global Competitiveness Report (Kementrian Perdagangan dan Perindustrian Malaysia). Peringkat WEF ini berdasarkan dari Gross Domestic Product (GDP) setiap negara untuk menggabungkan pada peringkat tersebut dan memberikan gambaran posisi ASEAN secara keseluruhan yang dapat dilihat pada tabel 1.4 : 5

6 Tabel 1.4 Global Competitive Index Negara Brunei Kamboja Indonesia Malaysia Filipina Singapura 3 2 Thailand Vietnam Sumber : World Economic Forum dan Berdasarkan tabel 1.4 bahwa posisi Indonesia dalam daya saing global dinilai masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Brunei, Thailand dan Singapura. Hal ini bahwa Indonesia yang mempunyai sumber daya alam dan manusia yang sangat melimpah, namun sumber daya tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal dan pengelolaan sumber daya manusia yang belum baik. Menurut Susilo (2010) dengan diberlakukannya AEC pada tahun 2015, menjadi peluang sekaligus tantangan bagi produk-produk yang dihasilkan oleh UMKM di Indonesia. Dalam hal ini peningkatan daya saing UMKM menjadi faktor kunci agar mampu menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang dari implementasi China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA) 2010 dan MEA Hal lain yang harus menjadi prioritas UMKM adalah meningkatkan kerjasama antar unit UKM atau antar sentra UKM dan juga meningkatkan jaringan kerjasama dengan stakeholders. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia terus mengalami perkembangan. Berikut perkembangan UKM di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.5 di bawah ini : 6

7 Tabel 1.5 Perkembangan UKM Indonesia Periode Indikator Satuan Tahun 2011 Tahun 2012 Unit Usaha (UK + UM) Unit Usaha Kecil (UK) Unit Usaha Menengah (UM) Unit Tenaga Kerja (UK +UM) Orang Usaha Kecil (UK) Orang Usaha Menengah (UM) Orang PDB Atas Dasar Harga Berlaku (UK + UM) Rp. Milyar , ,5 - Usaha Kecil (UK) Rp. Milyar , ,2 - Usaha Menengah (UM) Rp. Milyar , ,3 PDB Atas Dasar Harga Konstan (UK + UM) Rp. Milyar , ,6 - Usaha Kecil (UK) Rp. Milyar , ,7 - Usaha Menengah (UM) Rp. Milyar , ,9 Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM (2013) Tabel 1.5 menunjukkan perkembangan UKM di Indonesia yang meliputi perkembangan unit usaha, tenaga kerja, Produk Domestik Bruto (PDB) atas harga berlaku dan PDB atas harga konstan. Perkembangan unit usaha kecil mengalami peningkatan dari unit pada tahun 2011 menjadi unit pada tahun 2012, dengan kata lain unit usaha mengalami peningkatan dari tahun 2011 ke tahun 2012 sebesar unit atau 4,52%. Sementara itu pada unit usaha menengah juga mengalami peningkatan jumlah unit usaha. Pada tahun 2011, jumlah unit usaha menengah sebesar unit dan meningkat menjadi unit, yang berarti meningkat sebesar unit atau 10,65%. Perkembangan tenaga kerja untuk usaha kecil mengalami peningkatan dari orang pada tahun 2011 menjadi orang pada tahun 2012, meningkat sebesar orang. Sementara itu untuk usaha menengah mengalami peningkatan dari orang pada tahun 2011 menjadi orang pada tahun 2012, meningkat sebesar orang. 7

8 Selain jumlah unit usaha dan jumlah tenaga kerja mengalami peningkatan. Perkembangan unit usaha dan tenaga kerja, PDB atas harga berlaku dan harga konstan juga mengalami perkembangan. PDB atas harga berlaku untuk usaha kecil mengalami peningkatan dari ,3 Milyar pada tahun 2011 menjadi ,2 Milyar pada tahun 2012, mengalami peningkatan sebesar Milyar. Sementara itu PDB atas dasar harga konstan untuk usaha kecil mengalami peningkatan dari ,8 Milyar pada tahun 2011 menjadi ,7 Milyar pada tahun PDB atas dasar harga berlaku untuk usaha menengah mengalami peningkatan dari ,3 Milyar pada tahun 2011 menjadi ,3 Milyar pada tahun 2012, sementara itu PDB atas dasar harga konstan untuk usaha menengah mengalami peningkatan dari ,4 Milyar pada tahun 2011 dan ,9 Milyar pada tahun 2012, meningkat sebesar Milyar. Saat ini UMKM banyak tersebar di berbagai provinsi di Indonesia tidak terkecuali pada provinsi Jawa Barat. Berikut adalah perkembangan UMKM di Jawa Barat periode tahun pada tabel 1.6: Tabel 1.6 Jumlah Unit Usaha Jawa Barat Periode Tahun Kecil Menengah Total Sumber : BPS Jawa Barat (2013) Tabel 1.6 menunjukkan perkembangan UMKM dari jumlah unit UMKM pada periode Pada tahun 2011, unit usaha kecil mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar unit menjadi unit pada tahun Sementara itu unit usaha menengah mengalami peningkatan jumlah yang tidak terlalu besar,yaitu dari jumlah unit pada tahun 2011 menjadi unit pada tahun Selain perkembangan UKM di Jawa Barat, kota Bandung memiliki tujuh kawasan industri dan perdagangan yang berpotensi menjadi pusat bisnis sekaligus tempat wisata industri berkelas internasional di masa yang akan datang. Pemerintah setempat bersama berbagai pihak tengah bahu membahu 8

9 mewujudkannya. Pemerintah Kota Bandung menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan industri dan perdagangan dengan mengembangkan tujuh kawasan sentra industri perdagangan antara lain Sentra Industri dan Perdagangan Rajutan Binongjati, Sentra Perdagangan Kain Cigondewah, Sentra Perdagangan Jeans Cihampelas, Sentra Industri Kaos Suci, Sentra Industri Sepatu Cibaduyut, Sentra Industri Tahu & Tempe Cibuntu dan terakhir Sentra Industri Boneka Sukamulya Sukajadi Kota Bandung, menjadi kawasan industri potensial, menjadi ikon Kota Bandung yang mendorong meningkatnya kota tujuan wisata. ( Tujuh sentra industri Bandung yang berpotensi dapat dilihat pada tabel 1.7 : Tabel Sentra Industri Berpotensi di Bandung Tahun 2012 No Sentra Industri Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi/Thn 1 Sentra Industri Rajut Binong Jati Lusin 2 Sentra Industri Produk Tekstil Cigondewah Sentra Industri Jeans Cihampelas Sentra Industri Sepatu Cibaduyut Pcs 5 Sentra Industri Sablon Kaos Suci Lusin 6 Sentra Industri Tahu Cibuntu ,6 Juta Pcs 7 Sentra Industri Boneka Sukamulya Lusin Total Sumber : sentraindustribandung.com (2013) Pada tabel 1.7 menunjukkan tujuh sentra industri yang berpotensi di Bandung yang terdiri dari jumlah unit usaha, tenaga kerja dan kapasitas produksi per tahun. Pada sentra industri rajut Binong Jati memiliki unit usaha kurang lebih sebanyak 293 unit,memiliki tenaga kerja dan berkapasitas lusin untuk setiap produksi per tahun. Sentra industri tekstil Cigondewah memiliki kurang lebih 313 pengusaha tekstil dan memiliki 567 tenaga kerja. Sentra industri Jeans Cihampelas memiliki kurang lebih 59 pengrajin jeans dan menyerap tenaga 9

10 kerja sebesar 352 orang. Sentra industri sepatu Cibaduyut memiliki kurang lebih 577 pengusaha sepatu,memiliki 3008 pengrajin sepatu dan memproduksi tiap tahunnya sebesar sepatu. Pada sentra industri kaos suci memiliki kurang lebihnya 409 unit usaha, memiliki pengrajin sablon dan setiap tahunnya memproduksi lusin. Sentra industri tahu cibuntu memiliki kurang lebih 408 pengusaha tahu,memiliki tenaga kerja orang dan setiap tahunnya memproduksi 2160,6 Juta tahu. Dan sentra industri boneka Sukamulya mempunyai kurang lebih 17 unit usaha, menyerap tenaga kerja sebesar 212 orang dan menghasilkan lusin untuk setiap tahunnya. Perkembangan UKM menarik perhatian yang lebih serius dari berbagai kalangan baik pemerintah ataupun masyarakat umum. Peran UKM dalam perekonomian nasional dinilai sangat strategis. Sektor ini juga dianggap sebagai penyelamat krisis yang dihadapi Indonesia sejak tahun 1997 karena fleksibilitasnya dalam menyiasati perubahan dan kemampuannya menyerap tenaga kerja sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan (Darwanto,2011). UKM memainkan peran penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan negara berkembang (Kalpande et al,2010). UKM adalah entitas pertama yang berkembang ketika ekonomi berada pada jalan yang benar, tetapi UKM juga yang pertama untuk membayar harga dari resesi ekonomi. Hal ini juga diketahui bahwa UKM merupakan tulang punggung perekonomian beradaptasi lebih baik untuk permintaan pasar, beradaptasi lebih mudah untuk strategi alternatif, karena fleksibilitas mereka dalam ukuran dan orientasi dan memainkan peran sosial yang besar melalui penciptaan lapangan kerja baru (Vasilescu, 2008). Pada tahun 2012, UKM di Indonesia menyerap 90 juta tenaga kerja atau sekitar 97% dari total tenaga kerja. (Kementrian Koperasi dan UKM, 2012) Menurut kepala Dinas KUKM Jabar (Anton Gustomi), ada beberapa permasalahan mendasar dalam KUKM seperti kurangnya infrastruktur yang mendukung, sumber daya manusia yang masih kurang dari standar internasional, regulasi yang masih belum jelas dan produktivitas terhadap modal. Lalu, Anton mengatakan ada beberapa peluang dan tantangan bagi KUKM Jabar untuk dapat 10

11 dikenal dan bersaing dengan negara lain. Peluang dan tantangan ini berhubungan dengan persaingan di tingkat pasar internasional. KUKM perlu mempunyai dukungan teknologi yang mutakhir, perlu adanya sumber daya manusia dari pengelola KUKM yang profesional, dan posisi nilai tawar yang dimiliki tiap UKM. (Diskumkm Jabar, 2013). Menurut Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UMKM (I Wayan Dipta) mengatakan bahwa ada tantangan UMKM lainnya, yaitu UKM perlu melakukan diversifikasi produk yang dibuatnya dan UKM juga perlu memanfaatkan fasilitas yang sudah sepakati yaitu pembiayaan yang disepakati dalam kerjasama ASEAN ( diakses 3 Maret). Menurut Kristiyanti (2012) Pengembangan UKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan UKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya. Menurut Darwanto (2011) Pemberdayaan UKM secara terstruktur dan berkelanjutan diharapkan akan mampu menyelaraskan struktur perekonomian nasional, mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional, mengurangi tingkat pengangguran terbuka, menurunkan tingkat kemiskinan, mendinamisasi sektor riil, dan memperbaiki pemerataan pendapatan masyarakat. Pemberdayaan UKM seharusnya diarahkan pada upaya meningkatkan produktivitas dan daya saingnya, serta secara sistimatis diarahkan pada upaya menumbuhkan wirausaha baru di sektor-sektor yang memiliki produktivitas tinggi yang berbasis pengetahuan, teknologi dan sumber daya lokal. Berikut kendala pemberdayaan UKM yang di analisis oleh BPS pada tabel 1.8: 11

12 Tabel 1.8 Kendala Pemberdayaan KUMKM Tahun 2013 No Jenis Kendala Persentase 1 Persaingan 29,57 2 Permodalan 21,62 3 Sarana dan Prasarana 5,09 4 Biaya Produksi Tinggi, Harga Bahan Baku Tinggi 6,36 5 Cuaca 6,04 6 Sulit Memperoleh Bahan Baku 3,34 7 Pemasaran 7,63 8 Lain-Lain 20,35 Total 100,0 Sumber : BPS (2013) Pada tabel 1.8 menunjukkan jenis-jenis kendala KUMKM pada tahun Jenis kendala yang pertama adalah persaingan sebesar 29,57%,lalu yang ke dua permodalan sebesar 21,62 %, kendala ketiga yaitu sarana dan prasarana sebesar 5,09%,selanjutnya kendala ke empat yaitu biaya produksi tinggi dan harga bahan baku sebesar 6,36%, lalu kendala yang ke lima adalah cuaca sebesar 6,04,kendala ke enam adalah sulit memperoleh bahan baku memiliki nilai persentase sebesar 3,34%, selanjutnya kendala yang ke tujuh adalah pemasaran memiliki nilai sebesar 7,63% dan kendala yang terakhir adalah kendala lain-lain memiliki nilai 20,35%. Bandung terkenal sebagai pusat mode Indonesia. Banyak butik, distro, dan industri fesyen tumbuh di Kota Kembang. Termasuk sentra kain rajutan di Kampung Binong Jati yang sudah ada sejak tahun 1970-an. Hampir seluruh warga kampung yang menjadi salah satu tujuan wisata ini berprofesi sebagai perajut. Perkembangan mode di ibukota Jawa Barat ini ditandai dengan menjamurnya industri fesyen, baik yang berskala rumahan hingga besar, seperti butik, factory outlet, dan distro. Perkembangan mode di Bandung tak lepas juga dari sentra kain rajutan Kampung Binong Jati, Batununggal. Kampung yang sebagian besar warganya bekerja sebagai perajin kain rajutan ini telah bertahan lebih dari 35 tahun. Sehingga Pemerintah Kota Bandung menetapkan Kampung Binong Jari sebagai salah satu tujuan wisata pada ( diakses 19 Januari 2015) 12

13 Usaha Rajut Binong Jati merupakan usaha yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Untuk generasi senior yang berpengalaman dalam merajut mempunyai tugas khusus untuk membina dan mengkaderisasi untuk berbagi pengalaman dan kemampuannya untuk mendirikan usaha di Sentra Rajut Binong Jati. Lalu untuk generasi yang muda fokus pada inovasi, mengumpulkan dan mengelola informasi, membuat event-event promosi dan mengikuti program pemerintah seperti pelatihan, pengembangan dan studi banding. (Hasil wawancara dengan Eka, selaku koordinator Sentra Rajut Binong Jati Tanggal 6 Mei 2015) Permasalahan utama pada UKM di Sentra Rajut Binong Jati adalah infrastruktur yang kurang memadai,karena jalannya yang sempit sehingga menyulitkan rombongan yang membawa bis untuk masuk ke dalam sentra rajut. Para pengrajin menginginkan adanya akses jalan baru ke arah terusan kiaracondong agar konsumen lebih nyaman dan industri lebih berkembang. Lalu, permasalahan lainnya adalah manajemen yang masih belum dikelola dengan baik. Eka mengatakan bahwa manajemen UKM di sentra Industri Rajut ini memiliki 20% yang sudah memiliki manajemen yang terstruktur dan 80% manajemennya masih belum terstruktur. Eka juga menyebutkan permasalahan lainnya adalah kurangnya SDM ketika permintaan banyak dan tenaga pemasaran yang masih kurang karena pesanan para pelaku UKM di Sentra Rajut ini tidak secara kontinuitas yang artinya pesanannya itu tidak berkelanjutan seperti hal nya retail, jadi mereka hanya mendapatkan pesanan hanya dalam bentuk musiman. Oleh karena itu, produk pelaku UKM di Sentra Rajut selalu mengikuti event nasional untuk melakukan branding ke luar negeri ataupun ke dalam negeri yang diharapkan mampu menarik wisatawan untuk datang ke Sentra Rajut. Pelaku UKM di Sentra Rajut juga mengharapkan adanya showroom. Dengan adanya showroom ini, diharapkan menjadi sebuah peluang ekspansi untuk memperkuat manajemen sentra itu sendiri. Showroom bertujuan agar para pengunjung bisa melihat proses rajutan dan bisa membuat langsung rajutannya sendiri. (Hasil wawancara dengan Eka, selaku Koordinator Sentra Rajut Binong Jati Tanggal 6 Mei 2015) 13

14 Peran Stakeholder dalam memberdayakan UKM sangatlah penting dalam menentukan keberhasilannya. Semua elemen terus mengalami perkembangan terkait cara pandang dan kebijakan pemerintah terhadap UKM (Karsidi, 2007). Unsur-unsur yang terlibat dalam stakeholder UKM dalam konteks Binong Jati antara lain, instansi pemerintah, konsumen, masyarakat, supplier, koperasi dan lembaga keuangan. Keterlibatan pemerintah dalam menentukan kebijakankebijakan yang memberdayakan UKM dapat mempermudah kelancaran bisnis pelaku UKM yang sangat diharapkan para pelaku UKM di sentra rajut. Pelaku UKM menuntut untuk terus diberdayakan oleh pemerintah melalui kemudahankemudahan yang didapatkan. Adapun peran pemerintah terhadap UKM di sentra rajut adalah memfasilitasi dan memberdayakan UKM seperti fasilitas Hak Kekayaan Intelektual, permodalan, pelatihan, pameran, infrastruktur dan layanan perizinan keberadaan UKM. Lalu, peran masyarakat yang berada di lingkungan sentra rajut adalah mendukung kelancaran aktivitas bisnis yang berada di sentra rajut Binong Jati berupa mental, moral dan modal. Seperti menjalin baik dengan para pelaku UKM, berperilaku baik kepada pelaku UKM. Masyarakat juga dapat menjadi bagiannya dengan ikut serta menjadi tenaga kerja serta investor bagi UKM. Selanjutnya peran supplier yang berada di sentra rajut diantaranya menjalin hubungan dengan baik kepada para pelaku UKM di sentra rajut, selalu menjaga komunikasi,memastikan ketersediaan bahan baku ketika sewaktu-waktu diperlukan oleh pelaku UKM dan disiplin dalam menjaga ketepatan waktu hingga pesanan sampai di tangan pelaku. Semua hal itu dilakukan demi terciptanya loyalitas dan kepercayaan antara kedua belah pihak. Peran lembaga keuangan bagi para pelaku UKM untuk meminjam dana modal bukan melalui bank, namun meminjam dana dari koperasi yang dikelola oleh Telkom (PKBL) yang memberikan pelatihan, pengembangan dan pinjaman modal yang memiliki bunga lebih rendah dari bank konvensional sehingga dapat dimanfaatkan para pelaku UKM di sentra rajut untuk memajukan usahanya. Dan peran pelaku UKM selalu menjalin komunikasi dengan konsumen sehingga konsumen mendapatkan ruang untuk beraspirasi memberi masukkan kepada pelaku UKM mengenai kualitas, perkembangan produk yang ada sehingga dapat terciptanya kepercayaan satu 14

15 sama lain. serta peranan koperasi terhadap pelaku UKM di sentra rajut adalah memfasilitasi simpan pinjam pelaku usaha dan sebagai wadah penyatu keanggotaan untuk saling bertukar informasi serta sharing knowledge mengenai perkembangan sentra rajut Binong Jati. UKM di Sentra Rajut Binong Jati membutuhkan strategi terutama pada pemasaran untuk dapat mendongkrak penjualan dan persiapan SDM yang memadai atau kompeten. (Hasil wawancara dengan Eka selaku koordinator Sentra Rajut Binong Jati Tanggal 6 Mei 2015) Oleh karena itu, percepatan pelaksanaan AEC dari tahun 2020 menjadi 2015 memerlukan peta strategi yang jelas (Suatma, 2012). UKM perlu menyusun strategi untuk bertahan hidup dan berkembang dalam lingkungan yang kompetitif yang disebabkan oleh proses liberalisasi dan globalisasi. Strategi perlu dilaksanakan melalui taktik. Kebanyakan UKM yang dibebani dengan masalah operasional sehari-hari cenderung mengadopsi taktik tanpa pandangan strategis. (Sharma, 2011) Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti yang berjudul Pengembangan Strategi Daya Saing Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) Di Bandung Pada UKM Di Sentra Industri Rajut Binong Jati Bandung. 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah mengenai: 1. Bagaimana kondisi lingkungan internal UMKM di Sentra Industri Rajut Binong Jati Kota Bandung? 2. Bagaimana kondisi lingkungan eksternal UMKM di Sentra Industri Rajut Binong Jati Kota Bandung? 3. Bagaimana strategi UMKM di Sentra Industri Rajut Binong Jati Kota Bandung untuk meningkatkan daya saing dengan menggunakan analisis SWOT? 15

16 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi untuk menjawab masalah penelitian yang telah dirumuskan diatas. Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk Mengetahui Kondisi Lingkungan Internal UMKM Sentra Industri Rajut Kota Bandung. 2. Untuk Mengetahui Kondisi Lingkungan Eksternal UMKM Sentra Industri Rajut Kota Bandung. 3. Untuk Mengetahui Strategi UMKM di Sentra Industri Rajut Binong Jati Kota Bandung Untuk Meningkatkan Daya Saing dengan Menggunakan Analisis SWOT. 1.5 Kegunaan Penelitian Kegunaan dengan melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Aspek teoritis: Penelitian ini berguna bagi peneliti untuk mengaplikasikan teori dan memberikan kontribusi teori untuk manajemen strategi dimana teori tersebut bisa dihubungkan langsung dengan kondisi bisnis di lapangan serta dapat merumuskan formulasi strategi untuk AEC 2015 yang sedang berlangsung sehingga dapat dijadikan referensi penelitian. 2. Aspek praktis: Hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif bagi Sentra Industri Rajut Binong Jati dan Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Bandung dalam menjalankan bisnis untuk meningkatkan dan mengformulasikan strategi daya saing di UKM untuk menghadapi AEC Sistematika Penulisan Tugas Akhir Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan, maka disusun suatu sistematika penulisan yang berisi informasi yang akan dibahasa tiap bab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut : 16

17 BAB I Pendahuluan, Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka dan Lingkup Penelitian, Bab ini mengemukakan tentang hasil kajian kepustakaan yang terkait dengan topik dan variabel penelitian. BAB III Metode Penelitian, Bab ini menegaskan pendekatan, metode dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan hasil penelitiaan. BAB V Kesimpulan dan Saran, Bab ini menjelaskan kesimpulan dari penelitian yang telah dilaksanakan dan penulis memberikan saran mengenai masalah yang terjadi dalam penelitian. 17

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Potensi UMKM Kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung yang semakin berkembang ternyata membuat jumlah unit usaha tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kawasan Cigondewah merupakan salah satu kawasan pemukiman, sekaligus dikenal sebagai kawasan industri tekstil sejak tahun 1990-an, yang tumbuh seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan industri kreatif di Kota Bandung menunjukkan peningkatan yang cukup memuaskan. Kota Bandung memiliki kawasan produksi yang strategis diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Perkembangan UMKM Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Perkembangan UMKM Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 UMKM Kota Bandung Bandung adalah kota dengan penduduk yang sangat aktif, berkembang semakin cepat. Dampak positif yang dapat terlihat adalah ikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Unit Usaha di Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Unit Usaha di Kota Bandung Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peran yang sangat penting terhadap perekonomian di daerah maupun nasional, baik dari segi unit usaha, maupun tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Data UMKM Indonesia Periode

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Data UMKM Indonesia Periode BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia terus mengalami perkembangan. Perkembangan UMKM di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sentra Industri yaitu kelompok industri yang dari segi satuan usaha mempunyai skala kecil tetapi membentuk suatu pengelompokan atau kawasan produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Sentra industri merupakan suatu wilayah dimana didalamnya terdapat pengelompokan industri-industri yang sejenis atau memiliki kaitan erat diantara

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) BONEKA KAIN DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

2015 PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) BONEKA KAIN DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki luas wilayah dan penduduk yang besar serta dianugerahi sumberdaya alam melimpah. Seiring perkembangannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Saat ini peran Koperasi dan Usaha Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam pembentukan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat sangat besar, Jawa Bara sendiri memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu penyumbang terbesar perekonomian Indonesia. UMKM di negara berkembang seperti di Indonesia, sering dikaitkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun Sektor / Kegiatan UKM Usaha Kecil

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun Sektor / Kegiatan UKM Usaha Kecil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Perkembangan UMKM kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung memiliki peran yang penting dalam perekonomian nasional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Sentra Industri Boneka Sukamulya adalah salah satu sentra yang sangat berpotensi terletak di Jl. Sukamulya Indah No.18 RT 01/02 Bandung. Mayoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sentra industri yaitu pusat kegiatan dari kelompok industri pada suatu lokasi/tempat tertentu yang dimana terdiri dari berbagai usaha yang sejenis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini perkembangan dunia usaha sedang meningkat pesat, terlihat bahwa usaha kecil dan menengah (UKM) memiliki peranan yang sangat besar untuk pembangunan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UMKM memiliki peranan penting dalam laju perekonomian masyarakat yaitu membantu pemerintah dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan. Dari UMKM banyak tercipta lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan Profil Perusahaan Gambar 1.1 Ruang Produksi Pioncini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan Profil Perusahaan Gambar 1.1 Ruang Produksi Pioncini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan 1.1.1 Profil Perusahaan Pioncini merupakan salah satu dari sekian pengrajin Industri Kecil Menengah sepatu yang berada di daerah Cibaduyut Bandung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seperti di Indonesia, tetapi juga di negara-negara yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seperti di Indonesia, tetapi juga di negara-negara yang sudah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha saat ini sangat pesat, dari perspektif dunia, bisa disebutkan bahwa usaha kecil, dan menengah memiliki peranan yang sangat besar

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 segera dimulai. Tinggal setahun lagi bagi MEA mempersiapkan hal ini. I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada KTT ASEAN ke-20 yang dihadiri oleh seluruh anggota yaitu: Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, Laos, Myanmar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan UMKM dan Usaha Besar terhadap PDRB Non Migas Jawa Barat tahun tergambar dalam tabel 1.1 berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Peranan UMKM dan Usaha Besar terhadap PDRB Non Migas Jawa Barat tahun tergambar dalam tabel 1.1 berikut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Provinsi Jawa Barat memiliki kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional serta berperan sebagai pusat kegiatan industri manufaktur dan strategis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan ekspor non-migas. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa industri

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan ekspor non-migas. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia senantiasa melakukan pembangunan disegala bidang, termasuk pembangunan di bidang ekonomi. Salah satu sektor dalam bidang ekonomi yakni

Lebih terperinci

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara dengan sumberdaya yang begitu melimpah ternyata belum mampu dikelola untuk menghasilkan kemakmuran yang adil dan merata bagi rakyat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM merupakan sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 maka ada beberapa kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia, di antaranya: (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. omzet, namun karena jumlahnya cukup besar, maka peranan UMKM cukup

BAB I PENDAHULUAN. omzet, namun karena jumlahnya cukup besar, maka peranan UMKM cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah.peran penting tersebut telah mendorong banyak

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang ditandai dengan globalisasi ekonomi, merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang ditandai dengan globalisasi ekonomi, merupakan suatu proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Abad 21 yang ditandai dengan globalisasi ekonomi, merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, negara-negara di seluruh dunia menjadi satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bandung menjadi kota yang memiliki daya saing paling kompetitif dibanding kota-kota lainnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bandung menjadi kota yang memiliki daya saing paling kompetitif dibanding kota-kota lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bandung menjadi kota yang memiliki daya saing paling kompetitif dibanding kota-kota lainnya dengan berhasil memamfaatkan secara optimal dan sinergis

Lebih terperinci

1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi

1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum Sentra Rajut Binong Jati Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian, Perdagangan Kota Bandung menyatakan Binong Jati sebagai kawasan industri

Lebih terperinci

REVITALISASI KOPERASI DI TENGAH MEA. Bowo Sidik Pangarso, SE Anggota DPR/MPR RI A-272

REVITALISASI KOPERASI DI TENGAH MEA. Bowo Sidik Pangarso, SE Anggota DPR/MPR RI A-272 REVITALISASI KOPERASI DI TENGAH MEA Bowo Sidik Pangarso, SE Anggota DPR/MPR RI A-272 Apa itu Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) MEA adalah agenda integrasi ekonomi negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk meminimalisasi

Lebih terperinci

Sumber: Data Biro Perencanaan Stratistik UMKM tahun 2011 (data diolah)

Sumber: Data Biro Perencanaan Stratistik UMKM tahun 2011 (data diolah) 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Salah satu langkah strategis dalam rangka mengatasi ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan Usaha Mikro,

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Strategi a. Konsep Strategi Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Strategi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

2015 PENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah meningkatkan pendapatan per kapita penduduk negara tersebut secara merata. Karena dengan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sektor industri merupakan sektor yang banyak dikembangkan oleh pemerintah karena sektor industri banyak membantu pertumbuhan ekonomi negara. Pada saat ini, bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat persaingan usaha sangatlah tinggi. Hal ini secara otomatis memaksa para pelaku usaha untuk terus mengembangkan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi

Lebih terperinci

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 wbab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang terus berupaya untuk mencapai pembangunan ekonomi ke arah yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting terutama di negara - negara berkembang di dunia, karena UKM mampu menjadi tulang punggung perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan dewasa ini dituntut agar lebih inovatif dan kreatif dalam bersaing agar mampu memenangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian penting dalam membangun perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan upaya pemerintah untuk mengatasi pengangguran, memperluas kesempatan kerja, memerangi

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN telah menghasilkan banyak kesepakatan-kesepakatan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya. Pada awal berdirinya, kerjasama ASEAN lebih bersifat politik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memproduksi banyak ragam alas kaki. Tingkat produksi domestik diperkirakan mencapai lebih dari 135 juta pasang dengan jumlah pekerja manufaktur alas

Lebih terperinci

INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 1 : 1 Potret Kabupaten Malang 2 Pengertian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 3 Kesiapan Kabupaten Malang Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM Usaha Kecil dan Mikro (UKM) merupakan sektor yang penting dan besar kontribusinya dalam mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan ekonomi nasional, seperti pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada di peringkat 55 dari 134 negara, menurun satu peringkat dari tahun sebelumnya. Dalam hal ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing ekonomi menunjukkan kemampuan suatu wilayah menciptakan nilai tambah untuk mencapai kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Perkembangan Koperasi dan UMKM ini langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerjasama

BAB I PENDAHULUAN. untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerjasama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diawal pembentukanya pada 1967, ASEAN lebih ditunjukan pada kerjasama yang berorientasi politik guna pencapaian kedamaian dan keamanan dikawasan Asia Tenggara. Dimulai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain untuk melangsungkan kehidupannya. Sebuah negara tidak bisa berdiri sendiri

I. PENDAHULUAN. lain untuk melangsungkan kehidupannya. Sebuah negara tidak bisa berdiri sendiri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara seperti halnya individu sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Sebuah negara tidak bisa berdiri sendiri dan memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, perdagangan internasional merupakan inti dari ekonomi global dan mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan Internasional dilakukan

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat membuat perusahaan mengalami kerugian. material bagi Perusahaan. Sifat materialitas dari nilai Piutang Usaha

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat membuat perusahaan mengalami kerugian. material bagi Perusahaan. Sifat materialitas dari nilai Piutang Usaha BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN Umum nya bagi perusahaan piutang usaha merupakan salah satu aktiva yang besar dari aktiva lancar serta bagian terbesar dari total aktiva. Bagi perusahaan pemberian piutang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan dalam aliran-aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan manfaat (benefit) kepada

Lebih terperinci

perlu emberikan perhatian yang besar untuk mendorong pengembangannya. Pengembangan UKM melalui pendekatan pemberdayaan usaha, perlu

perlu emberikan perhatian yang besar untuk mendorong pengembangannya. Pengembangan UKM melalui pendekatan pemberdayaan usaha, perlu 2 Dengan batasan tersebut diharapkan peranan pemerintah maupun masyarakat perlu emberikan perhatian yang besar untuk mendorong pengembangannya. Pengembangan UKM melalui pendekatan pemberdayaan usaha, perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat terjadinya krisis ekonomi yang melanda Asia pada tahun 1997-1998, banyak negara-negara di Asia seperti Thailand, Singapura, Filipina, Malaysia dan lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Salah 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Salah satu problematika yang di hadapi negara berkembang adalah pertumbuhan penduduk di kota-kota besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Hasan dalam Republika

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Hasan dalam Republika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional sangatlah besar. Hal itu sudah tidak dapat diragukan lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil

Lebih terperinci

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia =============================================================================== Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia !" #$ %$#&%!!!# &%!! Tujuan nasional yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sejak lama terkenal dengan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sejak lama terkenal dengan 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sejak lama terkenal dengan kerajinan batiknya. Kerajinan batik telah secara turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi,

Lebih terperinci

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA By: DR SUTRISNO IWANTONO Board Member of Indonesian Hotel and Restaurant Association Dialogue

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro kecil dan menengah memberikan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Menggenjot UMKM dan Pasar Domestik Sebagai Tantangan di MEA Oleh: Mauled Moelyono 2

Menggenjot UMKM dan Pasar Domestik Sebagai Tantangan di MEA Oleh: Mauled Moelyono 2 Menggenjot UMKM dan Pasar Domestik Sebagai Tantangan di MEA 2015 1 Oleh: Mauled Moelyono 2 Pengantar Isu tentang penguatan sektor UMKM dan pasar domestik akhir-akhir ini kembali marak diperbincangkan setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian ini merupakan peserta program Pencetakan Seratus Ribu Wirausaha Baru yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk jiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk 2.483.977 jiwa (Data BPS tahun 2013) memiliki potensi perekonomian luar biasa. Kota Bandung memiliki

Lebih terperinci

Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung

Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung Prosiding Ilmu Ekonomi ISSN: 2460-6553 Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung 1 Siti Laila Aprilia, 2 Ria Haryatiningsih, 3 Noviani 1,2,3 ProdiIlmu Ekonomi, Fakultas IlmuEkonomidanBisnis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil dan Menengah (IKM) memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia, karena sektor ini dapat mengatasi permasalahan pemerataan dalam distribusi pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia yang semakin terbuka memaksa perusahaanperusahaan Indonesia untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan sejenis yang berasal dari negara lain.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencerminkan wujud nyata sebagian besar kehidupan sosial dan ekonomi dari rakyat Indonesia. Peran usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perdagangan internasional penting dalam ekonomi terutama sebagai sumber devisa negara. Keberhasilan suatu negara dalam perdagangan internasional salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki awal abad 21 dunia ditandai dengan terjadinya proses integrasi ekonomi di berbagai belahan dunia. Proses integrasi ini penting dilakukan masing-masing kawasan

Lebih terperinci

Peluang dan Tantangan Indonesia Pada ASEAN Economic Community 2015 Rabu, 04 Juni 2014

Peluang dan Tantangan Indonesia Pada ASEAN Economic Community 2015 Rabu, 04 Juni 2014 Peluang dan Tantangan Indonesia Pada ASEAN Economic Community 2015 Rabu, 04 Juni 2014 Komunitas ASEAN 2015 Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam arti terdapat sistem perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya

Lebih terperinci