BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suku bunga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat saving

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suku bunga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat saving"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis Suku Bunga (Interest Rate) Suku bunga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat saving pada perekonomian suatu negara. Dalam beberapa kasus, terdapat penemuan yang tidak konsisten terhadap pernyataan tersebut, tetapi secara umum opini yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga mempunyai hubungan yang positif dengan saving sudah dapat diterima. Hal ini berkaitan dengan motif nasabah dalam menabung di suatu bank yaitu untuk mendapatkan profit. Menurut Kasmir (2005: 121), bunga dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Selain itu, bunga juga diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah yang memiliki simpanan dan harga yang harus diterima bank dari nasabah yang memperoleh pinjaman. Sedangkan suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman, yang biasanya dinyatakan dalam persen (%). Dalam kegiatan operasionalnya, bank memberikan dua macam bunga kepada para nasabah, yakni: a. Bunga Simpanan, merupakan balas jasa bank kepada nasabah yang menyimpan uangnya pada bank yang bersangkutan (misalnya jasa giro, bunga tabungan, dan bunga deposito).

2 b. Bunga Pinjaman, merupakan sejumlah harga yang harus dibayarkan oleh nasabah yang melakukan kegiatan peminjaman dana kepada bank yang bersangkutan. Bunga-bunga bank tersebut memiliki hubungan yang positif. Keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Apabila bunga simpanan mengalami kenaikan, maka bunga pinjaman pun akan mengalami kenaikan dan sebaliknya Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga (Kasmir, 2005: ) adalah: a. Kebutuhan dana Kebutuhan dana yang diperlukan oleh bank akan mempengaruhi naik atau tidaknya suku bunga. Apabila bank membutuhkan dana yang cukup besar, namun permohonan pinjaman meningkat, maka bank perlu meningkatkan suku bunga simpanan. Dengan demikian nasabah terdorong untuk menyimpankan uangnya pada bank tersebut dan akhirnya bank dapat menggunakannya dalam kegiatan operasional mereka. b. Persaingan Kompetisi dalam menentukan tingkat suku bunga juga dapat mempengaruhi seberapa banyak dana yang akan masuk pada bank tersebut. Misalkan ketika suatu bank memerlukan dana dalam waktu yang sempit, sedangkan rata-rata tingkat suku bunga berkisar 14% maka bank perlu meningkatkan suku

3 bunganya agar nasabah lebih memilih memasukkan dan kepada bank tersebut. c. Jangka waktu Dalam setiap pengambilan keputusan khususnya yang berhubungan dengan finansial, perlu dilakukan pertimbangan-pertimbangan kemungkinan timbulnya risiko. Hal ini berkaitan dengan prinsip Risk and Return. Ketika seseorang mengharapkan keuntungan yang besar, maka terdapat risiko yang besar. Begitu juga halnya dengan bank dalam meminimalkan kemungkinan terjadinya pengembalian pinjaman yang macet di kemudian hari. Pinjaman dengan rentang waktu yang cukup lama akan menyebabkan bunga yang tinggi. Begitu juga halnya dengan bunga simpanan. Semakin panjang waktunya, maka bunga simpanan semakin rendah dan sebaliknya. d. Reputasi perusahaan Reputasi perusahaan juga mempengaruhi besar dan kecilnya tingkat bunga. Bonafiditas perusahaan dalam memperoleh kredit akan menentukan suku bunga yang dibebankan. Perusahaan yang bonafit akan memiliki citra yang baik, di mana bank memperkirakan bahwa kemungkinan kredit macet di masa mendatang relatif kecil dan begitu pun sebaliknya. e. Hubungan baik Hubungan baik berkenaan dengan kebijakan bank dalam menggolongkan nasabahnya menjadi nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini berkaitan dengan keaktifan dan loyalitas nsabah terhadap

4 bank. Nasabah utama memiliki loyalitas yang lebih besar dibandingkan nasabah biasa, sehingga penentuan suku bunganya pun berbeda. f. Produk yang kompetitif Produk yang kompetitif artinya adalah produk-produk yang mampu bersaing dan laku di pasaran. Pada produk yang kompetitif, bunga kredit yang dikenakan relatif rendah karena tingkat pengembalian (pembayaran) yang diharapkan bank akan lancar. g. Kebijakan pemerintah Dalam penentuan bunga baik simpanan maupun pinjaman, pemerintah menentukan batasan maksimal dan batasan minimal. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi persaingan yang tidak sehat di antara bank konvensional. h. Kualitas jaminan Jaminan juga mempengaruhi penentuan suku bunga. Semakin likuid jaminan yang diberikan oleh nasabah, maka bunga kredit yang dibebankan bank pun rendah. Hal ini untuk menanggulangi risiko di kemudian hari, misalnya kredit yang bermasalah. i. Target laba yang diharapkan Laba (profit) merupakan salah satu motif bank konvensional dalam menentukan tingkat suku bunga. Jika bank menginginkan laba yang besar maka bunga pinjaman pun besar. Namun bank dihadapkan pada persaingan, sehingga laba yang diharapkan pun diturunkan seminimal mungkin.

5 2.1.3 Teori Penentuan Tingkat Suku Bunga Penentuan Tingkat Suku Bunga dalam Moneter Terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk menganalisis penentuan tingkat suku bunga, yaitu loanable funds framework dan liquidity preference. a. Loanable Funds Framework Pendekatan ini digunakan untuk menganalisa penentuan tingkat suku bunga dari penawaran dan permintaan pada pasar obligasi. Bunga diartikan sebagai dana yang tersedia untuk dipinjamkan atau dana investasi, karena menurut teori kaum Klasik, bunga adalah harga yang terjadi di pasar investasi. Semakin tinggi tingkat bunga (tingkat bunga kredit), maka keinginan untuk melakukan investasi juga semakin kecil. Hal ini dikarenakan penambahan biaya yang harus dikeluarkan seorang pengusaha dalam investasinya sebagai biaya untuk penggunaan dana (cost of capital). Tingkat keseimbangan suku bunga riil bergantung pada permintaan dan penawaran obligasi. Artinya jika permintaan atas obligasi meningkat mengindikasikan permintaan untuk investasi dalam bentuk obligasi pun meningkat. b. Liquidity Preference Keynes menyatakan bahwa tingkat bunga ditentukan pada pasar uang. Diasumsikan bahwa aset yang digunakan masyarakat untuk menunjukkan kekayaannya yaitu uang dan obligasi. Keseimbangan tingkat suku bunga ditentukan atas interaksi antara permintaan dan penawaran uang di pasar uang. Berkenaan dengan asumsi dasar bahwa uang bukan hanya digunakan

6 sebagai tujuan transaksi, berjaga-jaga, namun juga untuk tujuan spekulatif. Ketiga motif permintaan uang ini disebut juga liquidity preference yang mengandung makna bahwa adanya keinginan seseorang untuk tetap berada pada kondisi yang liquid, merupakan faktor seseorang bersedia untuk membayar harga tertentu atas penggunaan uang. Ketika masyarakat cenderung memiliki uang yang lebih banyak dibandingkan obligasi, dimaksudkan untuk memperoleh laba dari kondisi di mana terjadi peningkatan suku bunga yang berakibat turunnya harga obligasi. Dengan demikian, permintaan dan penawaran uang maupun obligasi berkaitan dengan ekspetasi tingkat suku bunga di masa depan Penentuan Tingkat Suku Bunga Non Moneter Penentuan tingkat suku bunga non moneter ditandai oleh kenyataan bahwa masyarakat mengelola pendapatannya baik yang sekarang maupun yang akan datang dengan memberi pinjaman atau meminjam serta menginvestasikannnya dalam bentuk barang modal maupun tabungan. Teori ini terutama dikemukakan oleh kaum klasik yakni F.H Knight, Irving Fisher, dan Boehm Bowerk. Oleh karena itu, keseimbangan akan dicapai ketika suku bunga menyamakan jumlah pinjaman yang diberikan (desired lending) dengan jumlah pinjaman yang diinginkan atau diterima (desired borrowing). Artinya, tabungan yang direncanakan akan sama dengan investasinya. Kaum klasik menekankan bahwa tingkat suku bunga ditentukan oleh kekuatan tabungan dan investasi.

7 Jumlah tabungan dan tingkat suku bunga memiliki hubungan positif, berarti peningkatan return melalui tingkat suku bunga akan mendorong masyarakat untuk menabung. Namun sebaliknya, tingkat suku bunga memiliki hubungan negatif dengan investasi. Artinya ketika biaya pinjaman meningkat (sebagai akibat peningkatan suku bunga) maka tingkat pengembalian dana yang diinvestasikan menurun. Akibatnya permintaan sumber dana untuk diinvestasikan pun mengalami penurunan. Bank konvensional mendapatkan keuntungan (profit)-nya melalui tingkat suku bunga yang dikenakan pada nasabah. Hal ini bertentangan dengan prinsip yang dipakai oleh perbankan syariah. Penetapan bunga dianggap sebagai riba oleh perbankan syariah. Dalam hal ini, pengertian riba adalah setiap penambahan yang diambil tanpa adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan oleh syariah (sesuai prinsip muamalah). Menurut Wirdyaningsih (2005: 44), riba adalah tambahan (ziyadah) tanpa imbalan yang terjadi karena penangguhan dalam pembayaran yang diperjanjikan sebelumnya, yang juga disebut riba nasi ah. Transaksi pengganti yang dimaksudkan adalah transaksi bisnis yang melegitimasi adanya penambahan tersebut secara adil, seperti: tranksaksi jual beli, gadai, sewa, ataupun bagi hasil (profit sharing) Bagi Hasil (Profit Sharing) Bagi hasil (profit sharing) merupakan sistem pembagian hasil keuntungan yang diterapkan oleh perbankan syariah, di mana porsi bagi hasilnya ditentukan pada saat kontrak (akad) kerjasama. Penentuan besarnya porsi bagi hasil antara

8 kedua belah pihak ditentukan dengan kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (At-Tarodhin) oleh masing-masing pihak tanpa adanya paksaan (Rivai, 2010: 800). Dasar yang digunakan dalam perhitungan bagi hasil berupa laba bersih usaha, setelah dikurangi dengan biaya operasional (Fadhila, 2003). Namun jika terjadi kerugian, maka dalam konsep bagi hasil kedua belah pihak akan bersama-sama menanggung risiko. Di satu pihak, pemilik modal menanggung kerugian modalnya, di pihak lain pelaksana proyek akan mengalami kerugian atas tenaga atau biaya tenaga kerja yang dikeluarkan. Tetapi jika modal berasal dari kedua belah pihak, maka porsi bagi hasil disesuaikan dengan kontribusi modal masing-masing pihak. Bagi hasil terjadi antara bank dengan nasabah, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Bank syariah perlu mempertimbangkan mekanisme perhitungan bagi hasil yang terdiri dari dua sistem (Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Institut Bankir Indonesia, 2001): 1. Profit Sharing, merupakan perhitungan bagi hasil berdasar pada net dari total pendapatan setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. 2. Revenue Sharing, merupakan perhitungan bagi hasil berdasar pada total keseluruhan pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biayabiaya yang telah dikeluarkan. Pihak manajemen perbankan syariah terlebih dahulu memproyeksikan tingkat bagi hasil yang diterima nasabah (% p.a) sebelum menetapkan nisbah bagi

9 hasil pada awal kontrak kerjasama. Secara teknis, bagi hasil merupakan persentase tertentu yang ditetapkan per tahun perhitungan keuntungan secara bulanan. Secara syariah, prinsip bagi hasil (profit sharing) berdasar pada kaidah almudharabah. Berdasarkan prinsip ini, bank syariah akan berperan sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha peminjam dana. Bank akan bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana, sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal atau penyandang dana. Diantara keduanya akan diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak (Antonio, 2001: ). PENABUNG Shahibul maal BANK Mudharib BANK Shahibul maal NASABAH PEMINJAM Mudharib Sumber: Antonio (2001), diolah oleh peneliti Gambar 2.1 Hubungan yang Terjalin antara Bank Syariah dan Nasabah dengan Satu Akad Dalam perkembangannya, para pengguna dana bank syariah tidak hanya membatasi dirinya pada satu akad, yaitu mudharabah. Sesuai dengan jenis dan nature usahanya, ada juga yang memperoleh dananya melalui sistem perkongsian, sistem jual beli, sewa menyewa, dan lain sebagainya.

10 PENABUNG BANK NASABAH Shahibul maal PEMINJAM Mudharib Shahibul maal Mudharib Akad Mudharabah Akad: Mudharabah Musyarakah Murabahah Bai as-salam Bai al-istishna Ijarah, dll Sumber: Antonio (2001), diolah oleh peneliti Gambar 2.2 Hubungan yang Terjalin antara Bank Syariah dan Nasabah dengan Beberapa Akad Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil ada dua (Antonio, 2001: ), yaitu: 1. Faktor langsung a. Investment rate merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana. Apabila bank menetapkan 80% sebagai investment rate, maka 20% dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuidasi. b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan. c. Nisbah (profit sharing ratio) Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian. Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat berbeda.

11 Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu pada satu bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Nisbah dapat berbeda antara satu account dengan account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya. 2. Faktor tidak langsung a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya (profit and sharing). Jika seluruh biaya ditanggung bank, maka hal ini disebut revenue sharing. b. Kebijakan akunting (prinsip dan model akunting) Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya. Perhitungan tingkat bagi hasil Perhitungan tingkat bagi hasil x Total pendapatan bulanan a. Pendapatan yang dibagikan merupakan pendapatan operasional bank syariah, yang terdiri dari: Pendapatan Jual Beli, seperti: pendapatan margin mudharabah, pendapatan bersih salam, dan pendapatan bersih istishna. Pendapatan Sewa, seperti: pendapatan bersih ijarah. Pendapatan Bagi Hasil, seperti: mudharabah dan musyarakah.

12 Pendapatan Operasional utama lainnya, seperti: pendapatan bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), penempatan pada bank lain, dan surat berharga syariah lainnya. b. Pendapatan operasional lainnya, berasal dari biaya administrasi, fee dan komisi, fee mudharabah muqayyadah, pendapatan devisa, dan lainnya. Bagi Hasil = Distribusi bagi hasil x Nisbah 12(360/30) x Penghimpunan Dana Bank Syariah Pada bank konvensional, selain modal, sumber dana lainnya cenderung bertujuan untuk menahan uang. Hal ini sesuai dengan pendekatan yang dilakukan oleh Keynes yang mengemukakan bahwa seseorang membutuhkan uang untuk tiga tujuan, yaitu: transaksi, cadangan (berjaga-jaga), dan investasi. Oleh karena itu, produk penghimpunan dana pun disesuaikan dengan tiga tujuan tersebut, yaitu: giro, tabungan, dan deposito. Berbeda dengan hal tersebut, bank syariah tidak melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya. Misalnya, pada tabungan, beberapa bank memperlakukannya seperti giro. Sementara itu, ada juga yang memperlakukannya seperti deposito. Bahkan, ada yang tidak menyediakan produk tabungan sama sekali. Pada dasarnya, dana pada bank syariah diperoleh dari tiga sumber, yaitu: modal, titipan, dan investasi.

13 Modal Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner). Pada akhir periode tahun buku, setelah dihitung keuntungan yang didapat pada tahun tersebut, pemilik modal akan memperoleh bagian dari hasil usaha yang biasa dikenal dengan dividen. Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan, dan sebagainya, yang secara langsung tidak menghasilkan (fixxed asset/non earning asset). Selain itu, modal juga dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, misalnya pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari modal, tentu saja hasilnya menjadi milik pemilik modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana lainnya. Dalam perbankan syariah, mekanisme penyertaan modal pemegang saham dapat dilakukan melalui musyarakah fi sahm asy-syarikah atau equity participation pada saham perseroan bank (Antonio, 1999). INVESTOR Shahibul Sahm (Pemegang Saham) 1.Sektor Modal 4.Bagi Dividen BANK Musyarik (Partner) 3.Bagi Hasil 2.Pemanfaatan Dana USER Sumber: Antonio (2001), diolah oleh peneliti Gambar 2.3 Sumber Dana dari Modal (Pemegang Saham)

14 Keterangan: Salah satu sumber dana bank berasal dari pemegang saham dengan setoran modal, kemudian disalurkan menjadi pembiayaan. Dalam satu periode pembukuan, sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham, investor akan mendapatkan hasil dalam bentuk dividen Titipan (Prinsip Wadi ah) Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dananya adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad yang sesuai dengan prinsip tersebut adalah al-wadi ah. Al-wadi ah merupakan titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki. Secara umum, prinsip wadi ah terdiri dari dua jenis yaitu: wadi ah amanah (murni titipan) dan wadi ah dhamanah (barang atau uang yang dititip boleh dimanfaatkan). NASABAH Muwaddi (Penitip) 1.Titip Barang 2.Bebankan Biaya Penitipan Sumber: Antonio (2001), diolah oleh peneliti Gambar 2.4 Skema al-wadi ah Yad al-amanah BANK Mustawda (Penyimpan) Keterangan: Pada konsep wadi ah amanah, pihak yang menerima titipan tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Pihak penerima titipan (bank) dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan.

15 Dalam perbankan syariah, yang diterapkan adalah wadi ah dhamanah pada produk rekening giro. Pada prinsip ini, nasabah berlaku sebagai penitip dan meminjamkan uang, sedangkan bank sebagai pihak yang dipinjami dan dititipi uang. NASABAH Muwaddi (Penitip) 1.Titip Dana 4.Beri Bonus BANK Mustawda (Penyimpan) 3.Bagi Hasil 2.Pemanfaatan Dana USER OF FUND (Nasabah pengguna dana) Sumber: Antonio (2001), diolah oleh peneliti Gambar 2.5 Skema al-wadi ah Yad adh-dhamanah Keterangan: Pada konsep wadi ah dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Tentu saja, pihak penerima titipan (bank) akan mendapatkan hasil dari pemanfaatan dana. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus Investasi (Prinsip Mudharabah) Secara teknis, mudharabah adalah akad kerjasama antara pihak pertama (shahibul maal) yang menyediakan 100% modal dan pihak lainnya yang menjadi pengelola dana (mudharib). Menurut Karim (2006: ), jenis-jenis mudharabah terdiri dari:

16 a. Mudharabah Muthlaqah (General Investment) Shahibul maal tidak memberikan batasan-batasan atas dana yang diinvestasikan. Mudharib diberi wewenang penuh untuk mengelola dana tersebut tanpa terikat waktu, tempat, jenis usaha, dan jenis pelayanannya. Aplikasi perbankan yang sesuai adalah time deposit biasa. Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah, tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian keuntungan secara risiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Kesepakatan yang terjadi harus dicantumkan dalam akad. Terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu: tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, namun tidak diperkenankan mengalami saldo negatif. Bank dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti penyimpanan, kartu ATM, dan atau alat penarikan lainnya. Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati yaitu 1,3,6,12 bulan. Deposito yang diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama seperti deposito baru, tetapi nilai pada akad sudah tercantum perpanjangan otomatis sehingga tidak perlu dibuat akad baru. Bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan. Ketentuan lain yang berkaitan dengan tabungan dan deposito tetap berlaku dengan ketentuan tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

17 Penabung/ deposan Titip dana Bagi hasil Bank Pemanfaat dana Pemanfaat dana Dunia Usaha Sumber : Antonio (2001), Karim (2006) diolah oleh peneliti Gambar 2.6 Skema Mudharabah Muthlaqah b. Mudharabah Muqayyadah Shahibul maal memberikan batasan dana yang akan diinvestasikan. Mudharib hanya bisa mengelola dana tersebut sesuai dengan batasan atau ketetapan yang diberikan shahibul maal. Aplikasi perbankan yang sesuai adalah special investment. Menurut Sudarsono (2004: 60-61) dan Karim (2006: ), mudharabah muqayyadah terdiri dari dua jenis, yaitu: 1) Mudharabah Muqayyadah on Balanse Sheet Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet merupakan simpanan khusus (restricted investment). Dalam hal ini pemilik dana dapat menetapkan syaratsyarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Misalnya, disyaratkan harus digunakan untuk bisnis tertentu, atau disyaratkan digunakan dengan akad tertentu, atau disyaratkan digunakan untuk nasabah tertentu. Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut: Pemilik dana wajib menetapkan syarat tertentu yang harus diikuti oleh bank. Bank wajib membuat akad yang mengatur persyaratan penyaluran dana simpanan khusus.

18 Bank wajib memberitahu pemilik dana mengenai nisbah, tata cara pemberitahuan keuntungan, dan atau pembagian keuntungan secara risiko yang dapat ditimbulkan ditimbulkan dari penyimpanan dana. Kesepakatan yang terjadi harus dicantumkan dalam akad. Sebagai tanda bukti simpanan, bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank wajib menisbahkan dana dari rekening lainnya. Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan. 2) Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya. Dalam hal ini, bank bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksanaan usahanya. Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut: Bank menerbitkan bukti simpanan khusus sebagai tanda bukti simpanan. Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya. Simpanan khusus dicatat pada porsi tersendiri dalam rekening administrasi. Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak yang diamanatkan oleh pemilik dana. Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak. Sedangkan antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah bagi hasil.

19 Special Project 5.Bagi hasil 1.Proyek tertentu 4.Penyaluran dana 6.Bagi hasil BANK Mudharib (Pengelola dana) 3.Invest dana INVESTOR Shahibul maal (pemilik modal) 2.Hubungi Investor Sumber : Antonio (2001), Karim (2006) diolah oleh peneliti Gambar 2.7 Skema Mudharabah Muqayyadah Tabungan Mudharabah Menurut Azis, et.al. (1996: 1198), tabungan mudharabah adalah simpanan pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai perjanjian. Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana). Bank syariah sebagai mudharib, mempunyai kuasa untuk melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak lain. Namun, di sisi lain, bank syariah juga memiliki sifat sebagai seorang wali amanah (trustee), yang berarti bank harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya.

20 Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi adalah mismanagement (salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut. Dalam mengelola harta mudharabah, bank menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. Di samping itu, bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah penabung tanpa persetujuan yang bersangkutan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, PPH bagi hasil tabungan mudharabah dibebankan langsung ke rekening tabungan mudharabah pada saat perhitungan bagi hasil. Ketentuan umum tabungan mudharabah adalah sebagai berikut: a. Dalam transaksi ini, nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya melakukan akad mudharabah dengan pihak lain. c. Jumlah modal harus dinyatakan dalam bentuk tunai dan bukan piutang. d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pada saat pembukaan rekening.

21 e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. f. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan Deposito Mudharabah Perbankan syariah juga menggunakan teknik mudharabah untuk menghimpun dana masyarakat melalui bentuk investasi mudharabah atau yang disebut dengan deposito mudharabah selain melalui tabungan mudharabah. Deposito mudharabah (time deposit) merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai jangka waktu (jatuh tempo) dan dapat ditarik dengan bilyet deposito atau sertifikat deposito. Fatwa DSN No.3/DSN-MUI/IV/2000 memutuskan bahwa deposito yang berdasarkan bunga tidak dibenarkan secara syariah. Deposito mudharabah diklasifikasikan ke dalam deposito berjangka 1,3,6,12 bulan. Aturannya hampir sama dengan deposito bank konvensional kecuali pembayaran bunga, karena perbankan syariah tidak mengenal adanya sistem bunga. Namun simpanan dalam deposito mudharabah ditetapkan nisbah (porsi pembagian) keuntungan. Ketentuan umum deposito berprinsip mudharabah: a. Nasabah bertindak sebagai shahibul maal dan bank sebagai mudharib (pengelola dana).

22 b. Bank dapat menjalankan kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. c. Modal dinyatakan dalam bentuk tunai dan bukan piutang. d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan diatur dalam akad pembukaan rekening. e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi bagiannya. 2.2 Penelitian Terdahulu Haron dan Ahmad (2000) melakukan penelitian dengan judul The Effects Of Conventional Interest Rates And Rate Of Profit On Funds Deposited With Islamic Banking System In Malaysia. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisa hubungan antara total dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan syariah Malaysia dengan tingkat bagi hasil yang ditawarkan oleh masing-masing bank syariah dan bank konvensional. Dalam penelitian tersebut, mereka menggunakan Adaptive Expectation Model untuk mengukur efek dari tingkat bagi hasil yang dikeluarkan oleh bank syariah terhadap jumlah dana yang disimpan oleh para nasabah bank syariah tersebut. Dari penelitian tersebut didapat beberapa temuan antara lain, setiap kenaikan satu persen dari bagi hasil bank syariah akan menyebabkan kenaikan jumlah dana deposito sebanyak 71 milyar ringgit. Sedangkan setiap kenaikan satu persen suku bunga bank konvensional akan menyebabkan penurunan jumlah dana deposito sebesar 65 milyar ringgit. Penelitian ini menunjukkan bahwa para

23 nasabah yang menyimpan dananya pada tabungan dan deposito mudharabah didorong oleh motif mencari profit. Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bagi hasil bank syariah mempunyai hubungan positif terhadap jumlah dana deposito bank syariah, sedangkan tingkat suku bunga konvensional mempunyai hubungan negatif terhadap jumlah dana deposito bank syariah. Indrawan (2006) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Tingkat Bagi Hasil dan Suku Bunga Terhadap Simpanan Mudharabah (Studi Kasus BPR Syariah Bangun Drajat Warga Yogyakarta) Periode Tahun Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan tingkat bagi hasil dan suku bunga pada jumlah simpanan mudharabah di BPRS yang bersangkutan. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat bagi hasil tidak berpengaruh signifikan terhadap volume simpanan mudharabah. Namun suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume simpanan mudharabah pada BPRS Bangun Drajat Warga. Budiati (2007) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Bagi Hasil Tehadap Pendanaan Pada Bank Muamalat Indonesia. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh suku bunga konvensional dan bagi hasil pada Bank Muamalat Indonesia selaku Bank Syariah Pertama di Indonesia untuk semua jangka waktu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode S-VAR (System-Vector Autoregressive). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, Pertama tingkat bagi hasil dan tingkat suku bunga memiliki pengaruh terhadap jumlah tabungan mudharabah di

24 Bank Muamalat Indonesia. Kedua, tingkat bagi hasil dan tingkat suku bunga memiliki pengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah di Bank Muamalat Indonesia untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan. Ketiga, tingkat kekayaan dan pendapatan masyarakat memiliki pengaruh yang kuat terhadap jumlah tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah dana pihak ketiga pada Bank Muamalat Indonesia berhubungan positif dengan kekayaan dan pendapatan masyarakat. Sementara itu, pengaruh return terhadap jumlah tabungan dan deposito mudharabah mengindikasikan bahwa nasabah BMI masih mempertimbangkan profit ketika menabung dalam bentuk tabungan mudharabah ataupun deposito mudharabah. Anifah (2009) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Profit Sharing dan Suku Bunga Terhadap Kinerja Bank Syariah Indonesia. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh profit sharing dan suku bunga terhadap kinerja perbankan syariah. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja bank syariah yang menerapkan sistem bagi hasil berlandaskan pada syariat Islam. Baik bagi hasil maupun suku bunga di bank konvensional, keduanya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja bank syariah. Namun, hasil lain juga diperoleh yaitu pada kenyataannya bahwa nasabah yang memilih bank syariah bukan hanya karena prinsip syariah saja, tetapi juga motif mencari keuntungan.

25 2.3 Kerangka Konseptual Dalam mendapatkan nasabah, tentunya bank syariah harus dapat bersaing dengan bank-bank konvensional yang ada. Salah satu faktor penentu persaingan dapat dilihat dari keuntungan-keuntungan yang ditawarkan masing-masing bank kepada nasabah. Bank syariah harus dapat menawarkan bagi hasil yang lebih menguntungkan daripada sistem bunga, begitu pun sebaliknya yang berlaku pada bank konvensional. Tingkat bunga merupakan variabel penting yang mempengaruhi profitabilitas pada bank konvensial (Kasmir, 2005). Ketika bank menaikkan tingkat suku bunga pinjamannya, maka akan terjadi peralihan di yakni nasabah akan mencari bank yang menawarkan tingkat suku bunga yang lebih rendah. Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong seseorang menabung atau mendepositokan dananya dan mengorbankan konsumsinya saat ini untuk dimanfaatkan di masa yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian penabung atau deposan bersifat profit motive, yaitu mengandalkan keuntungan di saat bunga bank tinggi (Khairunnisa, 2000). Metawa dan Almossawi (1998) dari hasil penelitiannya di Bahrain menemukan bahwa keputusan nasabah dalam memilih bank dikarenakan faktor agama. Selain itu, keputusan nasabah juga didorong oleh faktor keuntungan, faktor dorongan keluarga dan teman, serta faktor lokasi bank. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Erol dan El-Bdour (1989), yang menemukan bahwa motif nasabah dalam memilih bank syariah didasarkan pada motif keuntungan (profit motive), dan bukan motif agama. Kesadaran nasabah terhadap keuntungan yang diperoleh melalui investasi profit/loss sharing, serta

26 distribusi pendapatan sistem bank syariah juga mempengaruhi keputusan memilih bank. Bank syariah harus dapat mengelola dana yang dikumpulkan dari nasabah dengan penuh amanah. Dengan harapan akan mendatangkan keuntungan baik kepada bank maupun kepada nasabah. Prinsip yang digunakan oleh bank syariah adalah prinsip bagi hasil, di mana bank syariah harus mampu memberikan bagi hasil pada nasabah minimal sama dengan atau lebih besar dari suku bunga yang berlaku pada bank konvensional. Konsep bagi hasil (profit sharing) pada bank syariah berbeda dengan konsep suku bunga pada bank konvensional, di mana simpanan yang ditabung pada bank syariah nantinya digunakan untuk pembiayaan ke sektor riil oleh perbankan syariah, kemudian hasil atau keuntungan yang didapat akan dibagi menurut nisbah yang disepakati bersama. Konsekuensi dari sistem mudharabah adalah adanya untung rugi, di mana baik untung maupun rugi akan ditanggung oleh bank dan pemilik dana (Ghafur, 2003). Tingkat suku bunga dan bagi hasil sama-sama mempengaruhi banyaknya jumlah dana yang masuk bagi bank yang bersangkutan. Jika tingkat suku bunga lebih tinggi dari tingkat bagi hasil, maka nasabah akan memilih untuk menyimpan dananya di bank konvensional. Dan sebaliknya, jika tingkat bagi hasil lebih besar dibandingkan tingkat suku bunga maka nasabah akan memilih untuk menyimpan dana pada bank syariah. Tingkat suku bunga memiliki hubungan positif dengan tingkat tabungan. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya penabung berorientasi pada

27 keuntungan yang akan didapat. Konsep ini berbeda dengan konsep yang dianut perbankan syariah yang menggunakan sistem bagi hasil atas penggunaan dana oleh peminjam (baik pihak nasabah maupun bank). Seperti halnya dengan bank konvensional, bank syariah juga memiliki penghimpunan dana seperti Giro Wadi ah, Tabungan Mudharabah dan Musyarakah, serta Deposito Mudharabah (Antonio, 2001: 146). Penelitian yang dilakukan oleh Haron dan Ahmad (2000) menunjukkan bahwa bagi hasil bank syariah mempunyai hubungan positif terhadap jumlah dana deposito bank syariah, sedangkan tingkat suku bunga konvensional mempunyai hubungan negatif terhadap jumlah dana deposito bank syariah. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa para nasabah yang menyimpan dananya pada tabungan dan deposito mudharabah didorong oleh motif mencari profit. Hasil ini bertentangan dengan prinsip syariah yaitu keputusan seseorang menabung di perbankan syariah seharusnya ditujukan pada tujuan-tujuan syariah (maqashid alsyariah) yang mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat (Budiati, 2007). Pada banyak penelitian sebelumnya di Bahrain (Metawa dan Almossawi, 1997) juga ditunjukkan bahwa faktor utama yang menentukan konsumen memilih perbankan syariah adalah agama bukanlah keuntungan (profit). Hasil ini mengindikasikan bahwa sebenarnya tingkat suku bunga tidak berpengaruh pada jumlah dana yang terhimpun dari nasabah pada bank syariah, karena pada prinsipnya, faktor agama yang mendorong nasabah memilih menabung di perbankan syariah. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Indrawan (2006). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat bagi hasil tidak

28 berpengaruh signifikan terhadap volume simpanan mudharabah. Namun suku bunga berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap volume simpanan mudharabah. Hasil ini bertentangan secara teori yang menyatakan sistem bagi hasil berpengaruh secara langsung terhadap jumlah dana yang dihimpun oleh perbankan syariah, karena pada dasarnya perbankan syariah menggunakan prinsip bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya, penelitian ini bermaksud untuk melihat pengaruh dari tingkat suku bunga konvensional dan bagi hasil terhadap banyaknya jumlah dana yang terhimpun, khususnya pada tabungan mudharabah di bank-bank syariah. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut: SUKU BUNGA KONVENSIONAL (X 1 ) BAGI HASIL (X 2 ) JUMLAH TABUNGAN MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH (Y) Sumber: Indrawan (2006), diolah oleh peneliti Gambar 2.8 Kerangka Konseptual Penelitian Keterangan: ---- : hubungan simultan (serempak) variabel bebas (X 1 dan X 2 ) terhadap variabel terikat (Y).

29 : hubungan parsial (individu) masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat (variabel X 1 terhadap Y, dan variabel X 2 terhadap Y). 2.4 Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan dugaan yang bersifat sementara tentang hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Dengan kata lain, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, berdasarkan teori yang ada (Sugiyono, 2006: 51). Adapun hipotesis yang diambil berdasarkan rumusan masalah yang dirumuskan sebelumnya adalah tingkat suku bunga konvensional dan bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap jumlah tabungan mudharabah pada bank syariah.

PRODUK PERHIMPUNAN DANA

PRODUK PERHIMPUNAN DANA PRODUK PERHIMPUNAN DANA Produk & Jasa Lembaga Keuangan Syariah Operasional Bank Syariah di Indonesia Penghimpunan Dana Penggunaan Dana Wadiah Mudharabah Equity Financing Debt Financing Giro (Yad Dhamanah)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Perbankan merupakan salah satu Lembaga Keuangan yang memiliki pengaruh besar dalam roda perekonomian masyarakat. Dimana bank adalah sebuah lembaga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. antara pihak investor atau penabung, istilahnya shahibul maal dengan pihak pengelola

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. antara pihak investor atau penabung, istilahnya shahibul maal dengan pihak pengelola BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1. Bagi Hasil 2.1.1.1. Pengertian Bagi Hasil Bagi hasil atau profit sharing ini dapat diartikan sebagai sebuah bentuk kerjasama antara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi. sebagai tempat untuk memindahkan uang, menerima segala bentuk

BAB II LANDASAN TEORI. juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi. sebagai tempat untuk memindahkan uang, menerima segala bentuk 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Bank 1. Pengertian Bank Konvensial Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU Perbankan no.10 tahun 1998 Pasal 1: Menurut Ketut Rindjin pada penelitian Elionasari (2008) bank memiliki

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU Perbankan no.10 tahun 1998 Pasal 1: Menurut Ketut Rindjin pada penelitian Elionasari (2008) bank memiliki BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Menurut UU Perbankan no.10 tahun 1998 Pasal 1: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap deposito mudharabah. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap deposito mudharabah. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sebagai landasan dalam penelitian ini mengacu pada lima penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh tingkat suku bunga dan bagi hasil terhadap deposito

Lebih terperinci

pengiriman uang. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa

pengiriman uang. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia perbankan mengalami perkembangan seiring dengan kondisi perekonomian yang sempat bergejolak. Prospek ekonomi yang dibayangi oleh kelesuan ekonomi Eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi menempati posisi yang sangat vital pada era perekonomian modern saat ini. Lalu lintas perdagangan dalam skala domestik,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Bank Bank pada dasarnya dikenal dan diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatannya adalah menghimpun dana dari masyarakat baik dalam bentuk giro, tabungan maupun

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL Nama : Suci Lestari NPM : 26210706 Kelas : 3EB14 Jurusan : Akuntansi Latar Belakang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH Heny Kurniati dan Hendri Maulana Universitas Ibn Khaldun Bogor ABSTRAK Industri perbankan syariah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi syariah secara konsisten telah menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di wilayah mesir pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank menurut istilah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa-jasa lainnya. Menurut UU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti di susun berdasarkan pada penelitian-penelitian yang terdahulu beserta persamaan dan perbedaannya yang mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI) 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja tim perbankan MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI) yang akte pendiriannya ditandatangani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bank muamalat merupakan bank pertama yang ada di indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dan bank muamalat merupakan bank pertama yang ada di indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan syariah merupakan salah satu inovasi yang baru dalam dunia perbankan di indonesia. Perbankan syariah mulai diperkenalkan di indonesia dengan beroprasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian yang mengelola dana dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Ada dua penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh : Raden Okky Murdani P.A. tahun 2010 yang

Lebih terperinci

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari Bank Konvensional dan Syariah Arum H. Primandari UU No. 10 tahun 1998: Pasal 1 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 997 telah menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan di awali berdirinya Bank Syariah pada tahun 1992 oleh bank yang di beri nama dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI), sebagai pelopor berdirinya perbankan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya yaitu menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Syariah Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, definisi bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

Bank Konvensional dan Syariah. Arum H. Primandari

Bank Konvensional dan Syariah. Arum H. Primandari Bank Konvensional dan Syariah Arum H. Primandari UU No. 10 tahun 1998: Pasal 1 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tinjauan Umum Tentang Bagi Hasil Dan Bonus Simpanan

BAB II LANDASAN TEORI. Tinjauan Umum Tentang Bagi Hasil Dan Bonus Simpanan BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Umum Tentang Bagi Hasil Dan Bonus Simpanan A. Perbedaan Bank Konvensional Dengan Bank Syariah Bank syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan syariah atau prinsip agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Produk Simpanan Berjangka (Simka) / Deposito Mudharabah di KSPPS Arthamadina Banyuputih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Produk Simpanan Berjangka (Simka) / Deposito Mudharabah di KSPPS Arthamadina Banyuputih BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Produk Simpanan Berjangka (Simka) / Deposito Mudharabah di KSPPS Arthamadina Banyuputih Deposito mudharabah merupakan simpanan dana dengan akad mudharabah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip. Menurut pendapat lain, Wadi ah adalah akad penitipan

BAB II LANDASAN TEORI. yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip. Menurut pendapat lain, Wadi ah adalah akad penitipan BAB II LANDASAN TEORI A. WADI AH 1. Pengertian Wadi ah Dalam tradisi fiqih islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan prinsip al-wadi ah. Hal ini dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang memiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah kegiatan ekonomi. Menurut Ismail (2010: 10) menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan i BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Menurut UU Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, perbankan nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem bagi hasil merupakan salah satu faktor pembeda antara bank syariah dengan bank konvensional. Seiring berkembangnya aset yang dimiliki perbankan syariah sekarang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Pengertian Lembaga Keuangan Dalam sistem keuangan suatu Negara, lembaga keuangan berperan dalam menyediakan fasilitas jasa-jasa di bidang keuangan. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial intermediary, artinya lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak (Kasmir, 2002; 23).

BAB II LANDASAN TEORI. rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak (Kasmir, 2002; 23). 23 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan bank sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keuangan memegang peranan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan akan dana. Sehubungan dengan hal tersebut sudah

Lebih terperinci

BAB II TINAJAUAN PUSTAKA

BAB II TINAJAUAN PUSTAKA 20 BAB II TINAJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Bank 2.1.1 Definisi Bank Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan usahanya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan usahanya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Bank dan Bank Umum Menurut UU perbankan nomor 10 tahun 1998, pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan, salah satunya adalah bank. Dalam al-qur an, istilah

BAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan, salah satunya adalah bank. Dalam al-qur an, istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di Indonesia diiringi dengan munculnya berbagai institusi komersial yang bergerak di bidang keuangan, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB II. Tentang Perbankan Syariah, bank syariah didefinisikan sebagai : Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah.

BAB II. Tentang Perbankan Syariah, bank syariah didefinisikan sebagai : Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah 2.1.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, bank syariah didefinisikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 adalah badan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, peran lembaga keuangan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan perekonomian Indonesia. Menurut SK Menkeu RI No. 792 Tahun 1990, lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun 1971 yaitu Social Bank, di Jeddah yaitu Saudi Arabian Islamic Bank pada tahun 1975, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA A. Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah Mudharabah atau yang disebut juga dengan qirad adalah suatu bentuk akad kerja sama antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Umum Perbankan Syariah 2.1.1.1 Pengertian Bank Syariah Bank syariah merupakan lembaga keuangan perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan

Lebih terperinci

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Dasar atau acuan yang berupa temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian tentang perbankan syariah, sistem bagi hasil produk penghimpunan dana terus dilakukan sebagai sarana kajian. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Awal kelahiran sistem perbankan syariah di latar belakangi oleh pembentukan sistem berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut

Lebih terperinci

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008 PERBANKAN SYARIAH Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi Bengkulu, 13 Februari 2008 1 Bank Syariah BANK yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, serta tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan Syariah (hukum) Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam Islam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga perbankan sebagai lembaga intermediasi mempunyai peran yang sangat penting dalam sebuah perekonomian agar tumbuh dan berkembang, dan juga sebagai gambaran ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara dibangun atas dua sektor, yaitu sektor riil dan sektor moneter. Sektor riil adalah sektor ekonomi yang ditumpukan pada sektor manufaktur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Stakeholder Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan ekonomi syariah. Perkembangan bank syariah di Indonesia secara umum cukup menggembirakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah sebagaimana bank konvensional memiliki fungsi sebagai perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu menghimpun

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Tabungan Wadi ah Terhadap Pembiayaan Pada PT. Bank

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Tabungan Wadi ah Terhadap Pembiayaan Pada PT. Bank BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Tabungan Wadi ah Terhadap Pembiayaan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah Pengaruh tabungan wadi ah terhadap pembiayaan berdasarkan uji regresi linier berganda pada tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL Produk & Jasa Lembaga Keuangan Syariah Operasional Bank Syariah di Indonesia Penghimpunan Dana Penggunaan Dana Wadiah Mudharabah Equity Financing Debt Financing Giro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah tidak mengenal pinjaman uang tetapi yang ada adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah tidak mengenal pinjaman uang tetapi yang ada adalah 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah tidak mengenal pinjaman uang tetapi yang ada adalah kemitraan/kerja sama dengan prinsip bagi hasil, hal ini merupakan sesuatu yang menarik untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 72 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penerapan PSAK No. 105 Tentang Sistem Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. 1. Penerapan sesuai dengan PSAK No. 105 Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai peranan yang cukup besar dalam usaha untuk meningkatkan perhimpunan dana dari masyarakat dan dapat mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi dan Bank Syariah 1. Pengertian Akuntansi Syariah Akuntansi syariah adalah teori yang menjalankan bagaimana mangalokasikan sumber-sumber yang ada secara adil bukan pelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan( NPL), Likuiditas dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kinerja dan tingkat perekonomian yang dihasilkan, dimana salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para investor untuk menginvestasikan dananya di bank syariah. Hal ini karena bank syariah mampu memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan khususnya sektor perbankan menempati posisi sangat strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi riil dengan pemilik dana.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal, keadilan sosial ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal, keadilan sosial ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bank syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai fungsi dan tujuan penting dalam perekonomian. Fungsi dan tujuan Bank Umum Syariah meliputi kemakmuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan sejak dikeluarkannya UU No.10 Tahun 1998 yang mengatur dual banking system dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter yang mampu merubah perekonomian menjadi sangat terpuruk. Hal ini berakibat kepada perusahaanperusahaan yang ada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA)

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA) BAB IV PEMBAHASAN A. Prosedur Simpanan Berjangka (SIJANGKA) Di KJKS BMT Walisongo Semarang 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA) a. Syarat syarat pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA), antara lain

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA PENGERTIAN LEMBAGA KEUANGAN Lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menanamkannya dalam bentuk aset keuangan lain, misalnya kredit,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang tersendiri. Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 pasal 1 Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang tersendiri. Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 pasal 1 Bank BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Keberadaan institusi perbankan di Indonesia diatur dengan Undang- Undang tersendiri. Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 pasal 1 Bank adalah badan usaha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-Teori 1. Pengertian, Fungsi dan Aktivitas Bank Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan Bank adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENGHIMPUNAN DANA

MANAJEMEN PENGHIMPUNAN DANA BAB II MANAJEMEN PENGHIMPUNAN DANA BANK SYARIAH SUMBER DANA BANK SYARIAH Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemampuannya menghimpun dana masyarakat, dengan masa pengendapan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan dunia perbankan. Hampir semua aktivitas perekonomian memanfaatkan perbankan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting didunia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting didunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, sistem keuangan dinegara kita telah mengalami kemajuan. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting didunia bisnis. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah Menurut Undang undang nomor 10 Tahun 1998, Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan

Lebih terperinci

Manajemen dana bank syariah

Manajemen dana bank syariah Manajemen dana bank syariah Manajemen dana bank syariah adalah upaya yang dilakukan oleh lembaga bank syariah dalam mengelola atau mengatur dana yang diterima dari aktifitas funding untuk disalurkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan merupakan salah satu instrumen yang penting dalam ekonomi modern, terutama dalam pembangunan suatu negara di bidang ekonomi. Bank memiliki peran sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peran perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari sistem perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti bahwa Islam diperuntukan bagi seluruh umat manusia di muka bumi dan dapat diterapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembangunan perekonomian tidak dapat lepas dari sektor perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A Landasan Teori 1. Pengertian Bank Syariah Pertama-tama perlu dipahami betul bahwa bank berdasarkan prinsip syariah atau Bank Syariah ini bukanlah sistem perbankan Arab. Bank

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut dengan Ekonomi Islam, semakin popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negaranegara barat. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telah menjadi pengetahuan umum bahwa perkembangan ekonomi Islam

BAB I PENDAHULUAN. Telah menjadi pengetahuan umum bahwa perkembangan ekonomi Islam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah menjadi pengetahuan umum bahwa perkembangan ekonomi Islam identik dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah. Bank syariah sebagai motor utama lembaga keuangan

Lebih terperinci

melakukan penelitian yang berkaitan dengan rasio keuangan khususnya pada perusahaan perbankan syariah di Indonesia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

melakukan penelitian yang berkaitan dengan rasio keuangan khususnya pada perusahaan perbankan syariah di Indonesia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hasil penelitian diharapkan dapat mendukung penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan rasio keuangan khususnya pada perusahaan perbankan syariah di Indonesia. BAB II TINJAUAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi syariah merupakan bagian dari muamalat (hubungan antara manusia. Al-Qur`an dan As-sunnah sebagai sumber hukum Islam.

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi syariah merupakan bagian dari muamalat (hubungan antara manusia. Al-Qur`an dan As-sunnah sebagai sumber hukum Islam. BAB II LANDASAN TEORI A. Perbankan Syariah 1. Pengertian Perbankan Syariah Perbankan syariah merupakan bagian dari ekonomi syariah, dimana ekonomi syariah merupakan bagian dari muamalat (hubungan antara

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Bunga Pada Bank Konvensional (Non Syariah) 1. Penerapan sistem bunga pada bank konvensional Operasional perbankan konvensional sebagian besar ditentukan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Umum Tentang Bank 2.1.1 Pengertian Bank Menurut UU RI No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Bank Syariah Perbankan syariah dalam dunia internasional dikenal sebagai Islamic Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Sebagai landasan dalam penelitian ini, digunakan beberapa penelitian yang dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia ditandai dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Konsep perbankan syariah telah terbukti bertahan

Lebih terperinci

Konsep dan Perhitungan Bagi Hasil Bank Syariah Tri Irawati 4)

Konsep dan Perhitungan Bagi Hasil Bank Syariah Tri Irawati 4) Konsep dan Perhitungan Bagi Hasil Bank Syariah Tri Irawati 4) ISSN : 1693 1173 Abstrak Bagi hasil dalam perhitungan pendapatan di Bank Syariah berbeda konsep dengan bank konvensional. Dalam bank syariah

Lebih terperinci

BAB II. pendapatan total perusahaan dengan biaya totalnya. Menurut Kusnadi dkk (2004),

BAB II. pendapatan total perusahaan dengan biaya totalnya. Menurut Kusnadi dkk (2004), BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Pendapatan/Laba Teori Pendapatan/Laba adalah pendapatan bersih yang di lihat dari selisih antara pendapatan total perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara maka semakin baik pula perekonomian negara tersebut. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. negara maka semakin baik pula perekonomian negara tersebut. Mengingat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebaradaan bank dalam suatu negara merupakan sesuatu keharusan, hal ini dikarenakan bank mempunyai peranan yang sangat penting di dalam sistem perekonomian

Lebih terperinci

AKUNTANSI BANK SYARIAH

AKUNTANSI BANK SYARIAH AKUNTANSI BANK SYARIAH Akuntansi Perbankan Syariah Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah (KDPPLK Bank Syariah) landasan konseptual jika tidak diatur, berlaku KDPPLK umum,

Lebih terperinci