yeliyunita PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "yeliyunita PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1

2 LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2016 yeliyunita PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2016 merupakan pelaksanaan dari Undang- Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, serta Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Penyusunan RKPD Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2016 mengakomodir aspirasi masyarakat di daerah yang dihasilkan melalui penyelenggaraan forum-forum perencanaan secara berjenjang dan terjadwal mulai dari Musrenbang Tingkat Desa/Kelurahan, Musrenbang Tingkat Kecamatan, Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (F-SKPD) serta Musrenbang Tingkat Kabupaten dan hasil Musrenbang Tingkat Provinsi. RKPD Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2016 merupakan dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah dan akan menjadi periode pertama kepemimpinan Kepala Daerah Terpilih tahun 2015 ini. Bertitik tolak dari uraian tersebut, maka penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, dapat diarahkan pada program dan kegiatan prioritas yang berorientasi pada pemenuhan hak-hak dasar masyarakat dan pencapaian keadilan yang berkesinambungan dan berkelanjutan. BAB 1 Hal - 1 -

3 1.2. DASAR HUKUM PENYUSUNAN Dasar Hukum sebagai pijakan dalam penyusunan RKPD Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2015 adalah : 1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kabupaten di Provinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Sarolangun Bangko dan Daerah Tingkat II Tanjung Jabung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2755); 2) Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3903) sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 14 Tahun 2000 ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3969); 3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); BAB 1 Hal - 2 -

4 7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republlik Indonesia Nomor 5679); 8) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 9) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 10) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 11) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 12) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5272); 13) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun BAB 1 Hal - 3 -

5 2011 tentang perubahan kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310); 14) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517); 15) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 540); 16) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32); 17) Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2006 Nomor 23); 18) Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 13 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008 Nomor 13) sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 6 Tahun 2012 (lembaran Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2013 Nomor 6); BAB 1 Hal - 4 -

6 19) Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 14 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008 Nomor 14) sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 7 Tahun 2012 (Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2013 Nomor 7); 20) Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 15 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008 Nomor 15); 21) Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 3 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2009 Nomor 3); 22) Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2011 Nomor 11); 23) Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2011 Nomor 12); 1.3. HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN Dalam kaitannya dengan sistem perencanaan pembangunan sebagaimana yang telah diamanatkan dalam UU Nomor 25 tahun 2004 maupun UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemeritahan Daerah maka keberadaan RKPD Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2016 merupakan bagian yang tidak terpisahkan didalam Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, khususnya dalam menjalankan agenda pembangunan yang telah tertuang baik dalam RPJPD maupun RTRW BAB 1 Hal - 5 -

7 Kabupaten Tanjung Jabung Barat, serta dari keberadaannya untuk dijadikan pedoman bagi SKPD untuk penyusunan Renja SKPD. Dalam kaitannya dengan sistem keuangan sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 17 tahun 2003, maka penyusunan RKPD Kabupaten Tanjung Jabung Barat untuk setiap tahunnya, akan dijadikan pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Gambaran tentang hubungan antara RKPD Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2016 dengan dokumen perencanaan lainnya baik dalam kaitan dengan sistem perencanaan pembangunan maupun dengan sistem keuangan adalah sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut ini: Dengan ditetapkanya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang menggantikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pada pasal 9 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 menjelaskan bahwa urusan pemerintahan terdiri dari 3 jenis, yaitu urusan pemerintahan absolut, urusan BAB 1 Hal - 6 -

8 pemerintahan konkuren dan urusan pemerintahan umum. Pemerintah Daerah Kab. Tanjung Jabung Barat akan menjalankan urusan pemerintahan konkuren sebagai dasar pelaksanaan otonomi daerah. Urusan pemerintahan konkuren dimaksud terdiri atas 24 jenis urusan pemerintahan wajib yang terbagi menjadi 6 urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan 18 urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar, serta 8 jenis urusan pemerintahan pilihan, dan berdasarkan pasa 14 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang kehutanan, kelautan, serta energi dan sumber daya mineral dibagi antara pemeritah pusat dan daerah provinsi yang memungkinkan terjadinya perubahan nomenklatur Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) SKPD di Pemerintah Daerah Kab. Tanjung Jabung Barat. Berkenaan dengan hal tersebut Pemerintah Daerah Kab. Tanjung Jabung Barat pada tahun 2016 dapat melakukan penyerasian dan/ penyesuaian dalam penyusunan RKPD Perubahan tahun 2016 dengan mempedomani RPJMN dan RKP Tahun 2016 serta peraturan dan perundang-undangan yang berlaku SISTEMATIKA PENULISAN RKPD RKPD Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2016 adalah disusun dengan sistimatika penyusunan sebagai berikut : BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum Penyusunan 1.3. Hubungan Antar Dokumen 1.4. Sistematika Penulisan RKPD 1.5. Maksud dan Tujuan EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1. Kondisi Umum Kondisi Daerah BAB 1 Hal - 7 -

9 2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun 2014 dan Realisasi RPJMD 2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan 4.2. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Tahun 2016 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB VI PENUTUP 1.5. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud Penyusunan RKPD Kabupaten Tanjung Jabung Barat 1. RKPD Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2016 merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah dari hasil penjaringan aspirasi melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dan forum-forum perencanaan lainnya. 2. RKPD Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2016 ini mengakomodir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun , yang memuat evaluasi RPJMD, rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas dan sasaran pembangunan daerah beserta kerangka pendanaannya. 3. RKPD Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2016 dapat menjadi salah satu acuan untuk mengukur efektivitas pencapaian tujuan dan sasaran yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun BAB 1 Hal - 8 -

10 Tujuan Penyusunan RKPD Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 1. RKPD Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2016 menjadi pedoman dalam penyempurnaan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Tahun RKPD Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2016 menjadi pedoman dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun RKPD Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2016 menjadi pedoman dalam penyusunan Rancangan APBD Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Anggaran RKPD Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2016 digunakan sebagai instrumen evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah. BAB 1 Hal - 9 -

11

12 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN Pemerintah Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam melakukan penyusunan Perbup RKPD Tahun 2016 ini menggunakan hasil evaluasi kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah (EKPOD), dilakukan proses pengumpulan dan analisa data secara sistematik terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah (peyelenggaraan urusan wajib dan urusan pilihan), kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah, dan kelengkapan aspek-aspek penyelenggaraan pemerintah beserta fokus dan indikator kinerja kuncinya dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja, sehingga kemampuan daerah dalam mencapai tujuan otonomi daerah yang meliputi peningkatan kesejahteraan masyarakat, kualitas pelayanan umum dan kemampuan daya saing daerah dapat terpantau dan terukur, untuk menciptakan lingkungan atau atmosfer kelembagaan yang memungkinkan adanya interaksi antar strata pemerintahan dan antara pemerintah dan rakyat berada dalam suatu tata nilai yang baik. Pencapaian hasil evaluasi kinerja pemerintah daerah tersebut disampaikan kepada pemerintah, dewan perwakilan rakyat daerah dan dinformasikan kepada masyarakat sebagai bentuk transparansi capaian pembangunan pemerintah daerah dalam bentuk dokumen-dokumen laporan penyelenggaraan pemerintah daerah (LPPD, ILPPD dan LKPJ) atau dokumen evaluasi, dokumen perencanaan pembangunan daerah (RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan RKPD). Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa pemerintah pusat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintah oleh daerah, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat melakukan penyesuaian dan penyerasian terhadap aspek-aspek beserta fokus dan indikator kunci yang tertuang dalam Perda BAB 2 Hal

13 RKPD Tahun 2016 sesuai peraturan dan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Aspek Geografi dan Demografi Karakteristik lokasi dan wilayah Tanjung Jabung Barat adalah salah satu Kabupaten yang terletak di Pantai Timur Provinsi Jambi, tepatnya antara 0 o o 41 Lintang Selatan dan antara 103 o o 21 Bujur Timur. Berdasarkan letak geografisnya Kabupaten Tanjung Jabung Barat berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Batanghari 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Berhala dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Tebo. Pusat pemerintahan Kabupaten Tanjung Jabung Barat berada di Kota Kuala Tungkal yang berjarak ± 125 Km dari Kota Jambi (Ibukota Provinsi Jambi). Posisi Kabupaten Tanjung Jabung Barat cukup strategis sebagai Kawasan Pantai Timur (KPT) Provinsi Jambi yang langsung berhadapan dengan kawasan pertumbuhan ekonomi yaitu IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapura Growth Triangle). Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari 13 (tiga belas) kecamatan, dengan 114 (seratus empat belas) desa dan 20 (Dua puluh) kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat keseluruhan adalah 5.375,16 Km 2, dimana kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah Kecamatan Batang Asam yaitu 1.042,37 Km 2 dan wilayah tersempit adalah Kecamatan Tungkal Ilir yang merupakan Ibu Kota Kabupaten dengan luas 222,09 Km 2. BAB 2 Hal

14 Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2014 No Kecamatan Ibukota Luas (Km 2 ) Kelurahan/Desa Kel. Desa Jml. 1 Tungkal Ulu Pelabuhan Dagang 345, Merlung Merlung 311, Batang Asam Dusun Kebun 1.042, Tebing Tinggi Tebing Tinggi 342, Renah Mendaluh Lubuk Kambing 473, Muara Papalik Rantau Badak 336, Pengabuan Teluk Nilau 440, Senyerang Senyerang 426, Tungkal Ilir Kuala Tungkal 222, Bram Itam Bram Itam Kiri 312, Seberang Kota Tungkal V 243, Betara Mekar Jaya 570, Kuala Betara Betara Kiri 307, Jumlah 5.375, Sumber : BPS Kab.Tanjab Barat, tahun 2014, data di olah Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki topografi wilayah yang bervariasi mulai dari ketinggian 0 m dpl (diatas permukaan laut) di bagian timur sampai pada ketingian di atas 500 m dpl. Secara topografis, Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri atas 3 (tiga) kelompok variasi ketinggian yaitu (BPS, 2014): 1) Daerah dataran rendah 0-25 m seluas ,4 ha (42,8%), terdapat di Kecamatan Tungkal Ilir, Kecamatan Seberang Kota, Kecamatan Kuala Betara, Kecamatan Bram Itam, Betara, Kecamatan Pengabuan dan Kecamatan Senyerang; 2) Daerah dataran dengan ketinggian sedang m seluas ,9 ha (54,8%), terdapat di Kecamatan Tungkal Ulu, Kecamatan Merlung, sebagian Kecamatan Batang Asam, Kecamatan Tebing Tinggi, sebagian Kecamatan Renah Mendaluh dan Kecamatan Muara Papalik; dan BAB 2 Hal

15 3) Daerah dataran tinggi >500 m seluas ha (2,4%), terdapat di sebagian Kecamatan Batang Asam dan Kecamatan Renah Mendaluh. Kondisi air permukaan dan air tanah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dipengaruhi oleh musim dan fluktuasi pasang surut. Pada saat musim penghujan fluktuasi air tanah dan permukaan akan tinggi sehingga menyebabkan dibeberapa tempat terjadi genangan atau banjir sedangkan pada saat kemarau dimana air sungai rendah dan terjadi penyusutan air laut jatuh ke wilayah pedalaman. Dibagian muara sungai dan pesisir keadaan tata airnya sangat tergantung pada pengaruh pasang surut yang terjadi di Selat Berhala. Frekwensi pasang surut terjadi pada setiap 12 jam dengan ketinggian permukaan antara 2-3 meter, bahkan pada saat pasang besar (spring tide) dapat lebih tinggi lagi. Batas jangkauan pasang surut yang langsung maupun yang tidak sehingga intrupsi air laut dapat berpindah-pindah sesuai dengan keadaan sungai dan pergantian musim. Berdasarkan pengaruh pasang surut pada dataran rendah dapat diidentifikasikan sebagai daerah yang sedikit atau sama sekali tanpa pengaruh pasang surut yakni jalur aliran sungai perential dan tawar, dataran banjir musiman dan daerah belakang. Berdasarkan ketersediaan sumberdaya air dibagi dalam 3 (tiga) wilayah sebagai berikut : (1) Wilayah Basah, di wilayah ini dikembangkan padi, sayur-sayuran, palawija tambak/kolam keramba dan pengembangan peternakan unggas; (2) Wilayah Basah/Kering, di wilayah ini dikembangkan padi, palawija termasuk sayur-sayuran dan ternak seperti kambing dan ayam; dan (3) Wilayah Kering, di wilayah ini dikembangkan ternak besar dan perkebunan. Kabupaten Tanjung Jabung Barat beriklim tropis dengan temperatur rata-rata 26.9 o C, suhu minimun adalah 21,9 o C dan maksimum 32 o C. Curah hujan rata-rata berkisar 2238,5 mm/tahun atau rata berkisar antara 186,54 mm/bulan dengan hari hujan berkisar antara 5 11 hari/bulan. Artinya distribusi hujan bulanan cukup merata. Puncak bulan basah terjadi pada bulan Nopember Januari dan bulan kering pada bulan Juni sampai dengan Agustus sebagaimana daerah lain yang ada di Provinsi Jambi. BAB 2 Hal

16 Potensi Pengembangan Wilayah Potensi pengembangan wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. 1) Kawasan Lindung Kawasan lindung yaitu kawasan yang berfungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya binaan, nilai sejarah, dan budidaya bangsa untuk kepentingan pembangunan yang berkelanjutan. Luas kawasan lindung di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah ,00 Ha, yang terdiri hutan lindung gambut, sempadan pantai, sempadan sungai, taman Nasional Bukit Tigapuluh, Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur dan perlindungan lainnya. Luas dan penyebaran masing-masing kawasan lindung dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Luas Kawasan Lindung Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2014 NO JENIS KAWASAN LUAS (HA) % THD LUAS KAB. I KAWASAN YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KAWASAN BAWAHANNYA ,00 2,80 1 Hutan Lindung Gambut ,00 2,80 II KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT 7.439,00 1,40 1 Sempadan Pantai 450,00 0,80 2 Sempadan Sungai 6.989,00 1,30 III KAWASAN SUAKA ALAM DAN CAGAR BUDAYA 12,014,18 2,20 1 Taman Nasional Bukit Tigapuluh ,00 2,10 2 Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur 126,09 0,02 IV PERLINDUNGAN LAINNYA 365,30 0,07 LUAS KAWASAN LINDUNG ,00 6,40 LUAS WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT ,00 Sumber : Perda RTRW, ) Kawasan Budidaya Kawasan budidaya yaitu kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya binaan dan sumberdaya manusia. BAB 2 Hal

17 Luas Kawasan Budidaya Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar Ha, terdiri dari Hutan Produksi, Hutan Produksi Terbatas, Pertanian dan Non Pertanian. Luas dari masing-masing jenis kawasan dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut : Tabel 2.3 Luas Kawasan Budidaya Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun No Jenis Kawasan Luas (Ha) % thd luas Kab. 1 Hutan Produksi ,42 2 Hutan Produksi Terbatas ,62 3 Pertanian dan Non Pertanian ,48 LUAS KAWASAN BUDIDAYA ,52 LUAS WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Sumber : Perda RTRW, Dalam kawasan budidaya terdapat pula kawasan andalan yang merupakan keterpaduan dan keterkaitan berbagai kegiatan produksi dan kawasan fungsional yang mempunyai dampak terhadap perkembangan perekonomian daerah Wilayah Rawan Bencana Bencana alam yang dikategorikan besar dan yang menimbulkan korban jiwa belum pernah terjadi dalam kurun waktu beberapa tahun ini, Secara umum wilayah Kab. Tanjung Jabung Barat dapat dikenali memiliki beberapa potensi bahaya yang dapat menimbulkan bencana; yakni potensi bencana banjir yang sering terjadi di Desa Lubuk Bernai dan sepanjang sungai di Betara Kiri, serta potensi bencana kebakaran yang sering dialami di Kota Kuala Tungkal Demografi Jumlah penduduk merupakan modal dasar dalam pembangunan namun jumlah penduduk yang besar jika tidak diikuti dengan peningkatan kualitasnya justru dapat menjadi beban pembangunan. Oleh karena itu masalah kependudukan harus mendapat perhatian yang BAB 2 Hal

18 serius, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai modal pembangunan. Pada tahun 2014 penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat berjumlah jiwa dengan kepadatan 62 jiwa per km 2. Dilihat sebaran menurut kecamatan, penduduk lebih terkonsentrasi pada Kecamatan Tungkal Ilir dengan jumlah penduduk jiwa atau sekitar 23,97 % jumlah penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Tabel 2.4 Jumlah, Penyebaran Penduduk dan Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2014 Kecamatan Penduduk Kepadatan Penduduk Per Km2 Penyebaran Penduduk (%) Luas Wilayah (Km2) Tungkal Ulu ,37 345,69 Merlung ,74 311,65 Batang Asam , ,37 Tebing Tinggi ,69 342,89 Renah Mendaluh ,80 473,72 Muara Papalik ,88 336,38 Pengabuan ,91 440,13 Senyerang ,57 426,63 Tungkal Ilir ,97 100,31 Bram Itam ,75 312,66 Seberang Kota ,87 121,29 Betara ,76 570,21 Kuala Betara ,22 185,89 Jumlah , ,82 Sumber : BPS Kab. Tanjung Jabung Barat, tahun 2014, data diolah Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1) Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan ekonomi dengan memperhitungkan migas Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama periode memperlihatkan kecenderungan melambat. Tabel 2.5 menunjukan bahwa pada tahun 2011 BAB 2 Hal

19 PDRB dengan Migas sebesar 7,85 % dan melambat di tahun 2012 menjadi 7,68 % dan terus melambat di tahun 2013 menjadi sebesar 7,55 %, dan pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan memperhitungkan migas sebesar 7,23 %. Tabel 2.5 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat Menurut Lapangan Usaha Periode (%) Tahun Lapangan Usaha Pertanian 11,30 8,77 7,38 11,30 Pertambangan & Penggalian 20,35 6,86 1,40 1,81 Industri Pengolahan 2,17 7,48 9,67 4,87 Listrik, Gas& Air Bersih 10,87 9,55 18,51 12,14 Konstruksi 9,22 17,54 19,85 28,03 Perdagangan, Hotel & Restoran 5,91 8,03 9,61 6,85 Pengangkutan & Komunikasi 3,19 4,59 3,69 5,06 Keuangan, Real Estat& Jasa Perusahaan 5,64 7,14 7,17 6,78 Jasa-Jasa 4,41 5,19 5,82 8,36 PDRB Dengan Migas 7,85 7,68 7,55 7,23 PDRB Tanpa Migas 6,27 8,66 7,36 7,66 Sumber : BPS Kab. Tanjung Jabung Barat, tahun 2014, data diolah. Apabila dilihat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat menurut lapangan usaha pada kurun waktu , sektor pertambangan dan penggalian cenderung melambat dari 20,35 % di tahun 2011 hingga mencapai 1,81 % di tahun Sektor konstruksi dan jasajasa cenderung mengalami percepatan dimana sektor konstruksi mengalami percepatan yang signifikan dari 9,22 % di tahun 2011 menjadi 28,03 % di tahun Sedangkan pertumbuhan ekonomi tanpa memperhitungkan migas memperlihatkan pertumbuhan yang fluktuatif, dimana tahun 2011 sebesar 6,27 % dan mengalami percepatan tahun 2012 menjadi 8,66 %, di tahun 2013 mengalami perlambatan menjadi 7,36 % kemudian tahun 2014 mengalami percepatan menjadi 7,66%. BAB 2 Hal

20 2) Sumber-Sumber Pertumbuhan Selama kurun waktu sumber-sumber pertumbuhan ekonomi lebih didominasi oleh sektor pertanian dimana tahun 2011 sebesar 2,85 % mengalami penurunan di tahun 2012 menjadi 2,28 % dan pada tahun 2013 menjadi 1,94 %, namun di tahun 2014 memberikan kontribusi terhadap sumber pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 2,94 %. Posisi kedua sektor industri pengolahan dimana tahun 2011 sebesar 0,64% menjadi 2,10% dan mengalami kenaikan di tahun 2013 menjadi 2,71% sedangkan tahun 2014 memberikan kontribusi terhadap sumber pertumbuhan ekonomi sebesar 1,39 %. Sementara sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran berada pada urutan ketiga sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dimana tahun 2014 memberikan kontribusi sebesar 1,16 % (Tabel 2.6). Ketiga sektor tersebut perlu mendapat perhatian serius dalam konteks pengembangan, sehingga mampu menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi ke depan. Tabel 2.6 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Tahun Lapangan Usaha Pertanian 2,85 2,28 1,94 2,96 Pertambangan & Penggalian 2,59 0,98 0,20 0,24 Industri Pengolahan 0,64 2,10 2,71 1,39 Listrik, Gas& Air Bersih 0,05 0,05 0,10 0,07 Konstruksi 0,13 0,25 0,30 0,48 Perdagangan, Hotel & Restoran 1,00 1,33 1,60 1,16 Pengangkutan & Komunikasi 0,11 0,16 0,12 0,16 Keuangan, Real Estat& Jasa Perusahaan 0,10 0,13 0,13 0,12 Jasa-Jasa 0,36 0,41 0,45 0,64 PDRB Dengan Migas 7,85 7,68 7,55 7,23 PDRB Tanpa Migas 6,27 8,66 7,36 7,66 Sumber : BPS Kab. Tanjung Jabung Barat, tahun 2014, data diolah. BAB 2 Hal

21 Tingginya tingkat pertumbuhan suatu sektor tidak otomatis menjadi penyumbang terbesar bagi laju pertumbuhan PDRB secara total. Faktor lain yang menentukan adalah berapa besar kontribusi suatu sektor terhadap pembentukan PDRB. Hal ini tergambar pada struktur ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama Empat tahun terakhir (Tabel 2.7). Tabel 2.7 Struktur Perekonomian Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun (%) Tahun Lapangan Usaha Pertanian 30,49 30,19 29,97 30,84 Pertambangan & Penggalian 17,43 17,16 16,39 14,84 Industri Pengolahan 23,34 24,07 24,33 23,35 Listrik, Gas& Air Bersih 0,63 0,64 0,70 0,75 Konstruksi 1,49 1,63 1,88 2,30 Perdagangan, Hotel & Restoran 14,91 15,15 15,82 16,17 Pengangkutan & Komunikasi 2,62 2,49 2,51 2,57 Keuangan, Real Estat& Jasa Perusahaan 1,93 1,89 1,84 1,78 Jasa-Jasa 7,17 6,78 6,56 7,41 PDRB Dengan Migas 100,00 100,00 100,00 100,00 PDRB Tanpa Migas 81,62 82,35 82,18 83,70 Sumber : BPS Kab. Tanjung Jabung Barat, tahun 2014, data diolah Sektor konstruksi pada tahun 2011 memiliki pertumbuhan ekonomi sebesar 9,22 % namun peran dalam struktur perekonomian hanya 1,49 %, kecenderungan selalu naik tiap tahun hingga pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi 28,03 % dan peran dalam struktur ekonomi hanya 2,30 %. Hal tersebut berbanding terbalik dengan sektor pertanian yang memberikan kontribusi terbesar dalam struktur ekonomi namun pertumbuhannya cenderung menurun. Untuk itu sektor pertanian harus mendapat prioritas, karena disamping sebagai basis ekonomi kerakyatan juga dapat mendukung pencapaian ketahanan pangan daerah. Begitu juga sektor industri pengolahan, memberikan kontribusi kedua dalam BAB 2 Hal

22 struktur perekonomian yaitu sebesar 23,35 % pada tahun 2014 namun pertumbuhannya melambat menjadi 4,87 % dibanding tahun 2013 sebesar 9,67 %. Posisi ketiga yang berperan dalam struktur perekonomian Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun adalah sektor pertambangan & penggalian, namun tahun 2014 telah beralih ke sektor Perdagangan, Hotel & Restoran dengan kontribusi sebesar 16,17 % dengan pertumbuhan sebesar 6,85 %. Hal ini menggambarkan keseriusan untuk mengurangi ketergantungan terhadap hasil pertambangan & penggalian. 3) PDRB dan Pendapatan Regional per Kapita Pola peningkatan PDRB perkapita dengan Migas berdasarkan harga berlaku mempunyai kecenderungan yang sama dengan Tanpa Migas. Tabel 2.8 menujukkan bahwa pada tahun 2011 PDRB perkapita dengan migas sebesar Rp. 27,486 juta naik menjadi Rp 30,659 juta pada tahun 2012 dan cenderung naik hingga tahun 2014 menjadi Rp. 37,080 juta. Begitu juga pada PDRB perkapita tanpa Migas dimana pada tahun 2011 sebesar Rp 22,435 juta naik menjadi Rp 25,249 juta pada tahun 2012 dan mengalami kenaikan di tahun 2013 menjadi Rp. 28,320 juta dan terus mengalami perkembangan positif di tahun 2014 menjadi Rp. 30,472 juta. Secara makro Pendapatan Regional per kapita dengan Migas atas dasar harga berlaku menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2011 pendapatan perkapita dengan memperhitungkan migas sebesar Rp. 27,054 juta naik menjadi Rp. 30,229 juta di tahun 2012, begitu juga tahun 2013 naik menjadi sebesar Rp. 34,011 juta dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2014 menjadi Rp. 36,596 juta. Kecenderungan yang sama juga terjadi pada Pendapatan perkapita tanpa Migas, pada tahun 2011 sebesar Rp. 22,125 juta meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp. 23,775 juta. Begitu juga tahun 2013 meningkat menjadi sebesar Rp. 26,666 juta dan terus mengalami peningkatan sampai tahun 2014 menjadi Rp. 28,693 juta. (lihat Tabel 2.8). BAB 2 Hal

23 Tabel 2.8 Pendapatan Regional Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun (Rp. 000) U r a i a n Tahun Dengan Migas PDRB Per Kapita Pendapatan Per kapita Tanpa Migas PDRB Per Kapita Pendapatan Per kapita Sumber : BPS Kab. Tanjung Jabung Barat, tahun 2014, data diolah. Gambaran PDRB dan Pendapatan Ragional per kapita atas dasar harga berlaku (ADHB) di atas tidak dapat dijadikan sebagai ukuran peningkatan kemakmuran ekonomi maupun penyebaran pendapatan di setiap strata ekonomi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 4) Inflasi Tingkat inflasi nasional pada tahun 2011 sebesar 3,79 % dan mengalami kenaikan menjadi 4,30 % di tahun Pada tahun 2013 terjadi lonjakan laju inflasi menjadi 8,38 %, hal tersebut terjadi karena melemahnya nilai rupiah serta kenaikan harga BBM. Sedangkan tahun 2014 laju inflasi mencapai 8,36 %, sedikit lebih rendah dari tahun sebelumnya. Masih tingginya inflasi tersebut penyebabnya adalah kenaikan harga BBM yang terjadi pada november 2014, kenaikan tarif dasar listrik yang keduanya berpengaruh terhadap harga-harga kebutuhan dasar. Nilai inflasi Kabupaten Tanjung Jabung Barat mengacu pada kota jambi karena pasar induk terdapat di kota jambi. Tabel 2.09 menunjukkan bahwa lonjakan tingkat inflasi kota jambi tertinggi terjadi tahun 2013 mencapai angka 8,74 % dan menurun di tahun 2014 menjadi 8,72 %. BAB 2 Hal

24 Tabel 2.9 Tingkat Inflasi Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun DESKRIPSI Tingkat Inflasi Nasional 3,79 4,30 8,38 8,36 Provinsi Jambi 2,76 4,22 8,74 8,72 Kab. Tanjung Jabung Barat 2,76 4,22 8,74 8,72 Sumber : BPS Kab. Tanjung Jabung Barat, tahun 2014, data diolah Sumber Daya Alam 1) Sektor Pertanian a) Tanaman Pangan Pada tahun 2011 luas panen padi sawah dan ladang mencapai ha dengan produktivitas sebesar 36,38 kw/ha dan produksi sebanyak 93,139 ton GKG (Gabah Kering Giling), pada tahun 2012 luas panen menurun menjadi ha dengan produktivitas sebesar 36,92 kw/ha dan produksi sebanyak ton KGK, tahun 2013 terjadi peningktan yang signifikan, luas panen meningkat menjadi ha, produktivitas meningkat menjadi 39,01 kw/ha dan produksi meningkat menjadi sebanyak ton GKG, tetapi pada tahun 2014 terjadi penurunan yang sangat drastis, luas panen menurun menjadi ha atau mengalami penurunan (52,03) % apabila di rata-rata selama empat tahun turun (19,38) %, dengan produktivitas 38,39 kw/ha atau mengalami penurun (1,59) %, apabila di rata-rata selama empat tahun mengalami kenaikan 1,85 %, dan produksi sebanyak ton GKG atau turun (52,79) %, apabila di rata-rata selama empat tahun mengalami penurunan (17,11) %. Perkembangan Luas panen sawah turun (57,65) % dengan ratarata perkembangan selama empat tahun menurun (21,98) % dan produktifitas mengalami perkembangan positif 1,46 % dengan perkembangan rata-rata selama empat tahun 2,06 % serta perkembangan produksi mengalami penurunan (57,04) % dengan perkembangan rata-rata selama empat tahun menurun (20,31) %. BAB 2 Hal

25 Tabel 2.10 Luas panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah dan Ladang Kabupaten Tanjung Jabung Barat Padi Sawah Uraian Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) 37,82 38,85 39,62 40,20 Produksi (Ton GKG) Padi Ladang Luas Panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) 24,12 24, ,46 Produksi (Ton GKG) Sawah + Ladang Luas Panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) 36,38 36,92 39,01 38,39 Produksi (Ton GKG) Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Tanjab Barat, tahun 2014 Sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 ketersediaan beras untuk konsumsi masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Barat sudah mencukupi kebutuhannya sendiri, bahkan cenderung surplus (tabel 2.11). Dalam rangka swasembada pangan terutama beras di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, ke depan diperlukan upaya intensifikasi padi disamping usaha ekstensifikasi salah satunya bisa saja dengan pemanfaatan lahan tidur atau yang belum diusahakan untuk meningkatkan produksi padi sawah terutama di lima kecamatan potensial penghasil padi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Bila lahan yang ada dimanfaatkan untuk program ekstensifikasi, maka kedepan Kabupaten Tanjung Jabung Barat akan menjadi lumbung pangan Provinsi. Pada tahun 2011 jumlah penduduk sebanyak jiwa, dengan produksi beras sebanyak ton dan kebutuhan komsumsi beras sebanyak ton, kelebihan beras sebesar ton atau 41,35 %. Tahun 2012 jumlah penduduk sebanyak jiwa, BAB 2 Hal

26 dengan produksi beras sebanyak ton dan kebutuhan komsumsi beras sebanyak ton, kelebihan beras sebesar ton atau 27,64 %. Tahun 2013 jumlah penduduk sebanyak jiwa, dengan produksi beras sebanyak ,8 ton dan kebutuhan komsumsi beras sebanyak ton, kelebihan beras sebesar ,8 ton atau 37,01 %. Tahun 2014 dengan asumsi jumlah penduduk pertengahan tahun sebanyak jiwa, dengan produksi beras sebanyak ton atau mengalami perkembangan 3,96 % dengan perkembangan rata-rata selama empat tahun 1,73 % dan kebutuhan komsumsi beras sebanyak ton, kelebihan beras sebesar ton atau 1,2 %. Tabel 2.11 Ketersedian Beras Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Keterangan Jumlah Penduduk Tanjung Jabung Barat Produksi beras (ton) , Kebutuhan Konsumsi Beras (Ton) Plus/minus (Ton) , % kelebihan kebutuhan konsumsi 41,35 27,64 37,01 1,2% Sumber: BPS Kab. Tanjung Jabung Barat, tahun 2014, data di olah b) Peternakan Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat, maka perlu ketersediaan sumber protein tersebut. Keberadaan ternak besar dan kecil di suatu daerah adalah upaya memenuhi kebutuhan protein hewani dalam rangka menciptakan kualitas sumberdaya manusia yang lebih baik. Pada periode tahun populasi ternak terjadi peningkatan pada setiap tahunnya (tabel 2.12), pada populasi sapi BAB 2 Hal

27 potong dari tahun 2011 sebanyak ekor meningkat menjadi ekor pada tahun 2014, populasi kerbau tahun 2011 sebanyak 444 ekor, pada tahun 2014 berkembang menjadi 546 ekor, populasi kambing pada tahun 2011 sebanyak ekor, pada tahun 2014 meningkat menjadi ekor, populasi domba tahun 2011 sebanyak ekor meningkat menjadi ekor pada tahun 2014, populasi babi tahun 2011 sebanyak 788 ekor cenderung menurun dan menjadi 778 ekor pada tahun 2014, populasi ayam kampung pada tahun 2011 sebanyak ekor pada tahun 2014 meningkat menjadi ekor, begitu juga pada populasi ayam broiler pada tahun 2011 sebanyak ekor meningkat menjadi ekor pada tahun 2014, untuk populasi itik pada tahun 2011 sebanyak ekor, pada tahun 2014 meningkat menjadi sebanyak ekor. Tabel 2.12 Populasi Ternak Kabupaten Tanjung Jabung Barat Selama Kurun Waktu Jenis Ternak Tahun (Ekor) Sapi Potong Kerbau Kambing Domba Babi Ayam Kampung Ayam Broiler Itik Sumber : Dinas Peternakan Kab. Tanjung Jabung Barat Perkembangan populasi ternak tertinggi sebesar 89,7 % pada jenis ternak itik dengan perkembangan rata-rata selama empat tahun 33,84 % sedangkan perkembangan populasi ternak terendah pada jenis ternak kerbau dengan perkembagan 3,02 % dengan perkembangan rata-rata selama empat tahun 7,27 %. BAB 2 Hal

28 Produksi daging sapi potong dari tahun 2011 sampai dengan 2014 cenderung fluktuativ (tabel 2.13), tahun 2011 produksi daging sapi potong mencapai angka kg, tahun 2012 menurun menjadi kg, tahun 2013 naik menjadi kg dan tahun 2014 kembali meningkat menjadi kg. Produksi daging kerbau tahun 2011 sebanyak kg, tahun 2012 menurun menjadi kg, tahun 2013 meningkat menjadi kg dan pada tahun 2014 menjadi kg. Produksi daging kambing tahun 2011 sebanyak kg, tahun 2012 meningkat menjadi kg, tahun 2013 meningkat kembali menjadi kg dan tahun 2014 kembali meningkat menjadi kg. Produksi daging domba tahun 2011 sebanyak kg, tahun 2012 meningkat menjadi kg, tahun 2013 kembali meningkat menjadi kg dan tahun 2014 meningkat kembali menjadi kg. Produksi daging babi tahun 2011 sebanyak kg, tahun 2012 menjadi kg, tahun 2013 meningkat menjadi kg dan pada tahun 2014 menjadi kg. Tabel 2.13 Produksi Daging Kabupaten Tanjung Jabung Barat Selama Kurun Waktu Tahun Jenis Ternak Tahun (Kg) Sapi Potong Kerbau Kambing Domba Babi Ayam Kampung Ayam Broiler Itik Sumber : Dinas Peternakan Kab. Tanjung Jabung Barat Produksi daging unggas ayam kampung tahun 2011 sebanyak kg, tahun 2012 meningkat menjadi kg, tahun 2013 meningkat kembali menjadi kg dan tahun 2014 menjadi BAB 2 Hal

29 kg. Produksi ayam broiler tahun 2011 sebanyak kg, tahun 2012 menjadi kg, tahun 2013 menjadi kg dan pada tahun 2014 meningkat menjadi kg. Produksi daging itik tahun 2011 sebanyak kg, tahun 2012 menurun menjadi kg, tahun 2013 naik menjadi kg, dan tahun 2014 meningkat menjadi kg. Perkembangan produksi daging tertinggi pada jenis ternak itik sebesar 14,72 % dengan perkembangan rata-rata selama empat tahun 23,8 % dan perkembangan terendah pada jenis ternak domba sebesar 1,9 % dengan perkembangan rata-rata selama empat tahun 12,46 %. Peningkatan ini terjadi karena secara umum masyarakat cenderung mengkonsumsi daging ayam setiap hari. Sementara untuk daging ternak itik lebih banyak dikonsumsi pada rumah makan dan restoran, baik pada tingkat lokal maupun daerah tetangga. c) Perkebunan Pada tahun 2011 tanaman kelapa dalam dengan luas areal ha dengan produksi sebanyak ton, tahun 2012 luas areal menjadi ,5 ha dengan produksi sebanyak 56,242,2 ton, tahun 2013 luas areal ha dengan produksi sebanyak ton dan tahun 2014 luas areal ha dengan produksi sebanyak ton. Tahun 2011 sampai dengan 2014 perkembangan luas areal perkebunan dan produksi komoditi unggulan dimaksud diatas cukup menjanjikan, terlihat pada tabel 2.14 Komoditi kelapa sawit tahun 2011 luas areal ,5 ha dengan produksi sebesar ton, tahun 2012 luas areal ,5 ha dengan produksi ,9 ton, tahun 2013 luas areal ha dengan produksi ton, dan tahun 2014 luas areal bertambah menjadi ha dengan produksi ton. Komoditi karet tahun 2011 luas areal ha dengan produksi sebesar ton, tahun 2012 luas areal ha dengan produksi 7.069,4 ton, tahun 2013 luas areal ha dengan produksi ton, dan tahun 2014 luas areal bertambah menjadi ha dengan BAB 2 Hal

30 produksi ton. Komoditi pinang tahun 2011 luas areal ha dengan produksi sebesar ton, tahun 2012 luas areal 8.615,4 ha dengan produksi 9.761,6 ton, tahun 2013 luas areal ha dengan produksi ton, dan tahun 2014 luas areal bertambah menjadi ha dengan produksi ton. Komoditi kopi tahun 2011 luas areal ha dengan produksi sebesar ton, tahun 2012 luas areal ha dengan produksi 1.608,4 ton, tahun 2013 luas areal ha dengan produksi ton, dan tahun 2014 luas areal bertambah menjadi ha dengan produksi ton. Tabel 2.14 Perkembangan Luas Areal Perkebunan dan Produksi Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Komoditi Kelapa Dalam (Ha) Produksi (Ton) Kelapa Sawit (Ha) Produksi (Ton) Karet (Ha) Produksi (Ton) Pinang (Ha) Produksi (Ton) Kopi (Ha) Produksi (Ton) T a h u n , , , , , , Sumber: Statistik Disbun Kab. Tanjung Jabung barat, tahun Perkembangan luas areal perkebunan terbesar pada jenis komoditi sawit sebesar 120,75 % dengan perkembangan rata-rata selama empat tahun 41,92 % dan yang terendah pada komoditi pinang sebesar 2,35 % dengan perkembangan rata-rata selama empat tahun 1,53 %. Perkembangan produksi tertinggi pada jenis komoditi sawit sebesar 286,38 % dengan perkembangan rata-rata selama empat tahun 95,82 % dan terendah pada komoditi kelapa dalam sebesar 0,19 % dengan perkembangan rata-rata selama empat tahun (2,70) %. BAB 2 Hal

31 d) Kehutanan Berdasarkan SK Gubernur No. 727/Menhut-ii/2012 tanggal 10 Desember 2012 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan, bahwa luas kawasan hutan Kabupaten Tanjung Jabung Barat seluas Ha dengan ditribusi penggunaan seperti pada Tabel 2.16 berikut ini. Tabel 2.16 Distribusi Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsinya Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2014 Penggunaan Hutan Luas ( Ha ) Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Tetap Hutan Lindung Gambut Taman Nasional Bukit Tiga Puluh Hutan Cagar Alam Pantai Timur 126 Jumlah Sumber : Dinas Kehutanan (data diolah), tahun 2014 Untuk merespon aspirasi masyarakat dalam upaya ikut serta dalam pengelolaan hutan, dengan adanya kekuatan dan kepastian hukum, maka sebagai Implementasi dari kebijakan pro poor, pro job dan pro growth (triple track strategy). Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat telah mencadangkan areal untuk Hutan Tanaman Rakyat (HTR) seluas Ha, sesuai dengan SK. Menteri Kehutanan RI Nomor 70/ Menhut-II/2009 tanggal 29 Februari 2009 yang tersebar di dua kecamatan, yaitu (1) Kecamatan Batang Asam seluas 659 Ha dan (2) Kecamatan Renah Mendaluh Seluas Ha. e) Perikanan Produksi ikan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2011 sebesar ,1 ton meningkat menjadi ,15 ton di tahun 2012 dan pada tahun 2013 sebesar ,2 ton namun menurun di tahun 2014 menjadi sebesar ton. BAB 2 Hal

32 Sektor perikan laut seperti terlihat pada tabel 2.17, tahun 2011 sebanyak ,20 ton, tahun 2012 meningkat menjadi ,92 ton, tahun 2013 kembali meningkat menjadi ton, tahun 2014 terjadi penurunan menjadi ,2 ton. Sektor perairan umum tahun 2011 sebanyak 782,1 ton, tahun 2012 meningkat menjadi 860,31 ton, tahun 2013 menurun menjadi 808,85 ton, tahun 2014 kembali terjadi penurunan menjadi 811,4 ton. Sektor budidaya perikanan tahun 2011 sebanyak 2.605,8 ton, tahun 2012 meningkat menjadi 2.852,60 ton, tahun 2013 menurun menjadi 2.416,30 ton, tahun 2014 terjadi penurunan menjadi ton. Perkembangan produksi ikan secara keseluruhan menurun (2,74) % dengan perkembangan rata-rata selama empat tahun 2,41 %, apabila dilihat dari jenisnya, produksi ikan perairan umum mengalami perkembangan tertinggi yaitu 0,32 % dengan perkembangan rata-rata selama empat tahun 1,44 % dan terendah jenis budidaya perikanan mengalami penurunan (2,74) % dengan perkembangan rata-rata selama empat tahun 2,41 %. Tabel 2.17 Produksi Ikan Kabupaten Tanjung Jabung Barat Selama Kurun Waktu Tahun Uraian Tahun (Ton) Perikanan laut , , ,2 Perairan umum 782,1 860,31 808,85 811,4 Budidaya perikanan 2.605, , , Jumlah , , , Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Tanjung Jabung Barat, tahun 2014 Perkembangan budidaya perikanan Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2011 sebesar ton naik di tahun 2012 menjadi 2.852,60 ton dan di tahun 2013 turun menjadi 2.416,30 ton namun tahun 2014 kembali mengalami peningkatan menjadi sebesar 2.761,6 ton. BAB 2 Hal

33 Pada tabel 2.18 menjelaskan perkembangan budidaya perikanan sesuai dengan jenis pengembangan dimana Perkembangan budidaya tambak tahun 2011 sebesar 1.501,70 ton, tahun 2012 menurun menjadi 1.017,30 ton, tahun 2013 meningkat menjadi 266 ton dan tahun 2014 kembali meningkat menjadi 473,7 ton. Budidaya kolam tahun 2011 sebesar 1.024,80 ton, tahun 2012 meningkat menjadi 1.512,60 ton, tahun 2013 kembali menurun menjadi 2,035,70 ton dan tahun 2014 kembali meningkat menjadi 2.108,30 ton. Perkembangan budidaya keramba/ Keramba Jaring Apung (KJA) tahun 2011 sebesar 73,1 ton, tahun 2012 meningkat menjadi sebesar 297 ton, tahun 2013 terjadi penurunan yang sangat signifikan menjadi sebesar 94,4 ton, pada tahun 2014 kembali terjadi peningkatan menjadi sebesar 110,7 ton. Perkembangan mina padi tahun 2011 sebesar 6,2 ton, tahun 2012 terjadi peningkatan menjadi sebesar 25,7 ton, tahun 2013 kembali terjadi penurunan menjadi 20,20 ton dan pada tahun 2014 kembali menurun menjadi 15,9 ton. Tabel 2.18 Perkembangan Budidaya Perikanan Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Uraian Tahun (Ton) Budidaya tambak 1.501, , ,7 Budidaya kolam 1.024, , , ,30 Budidaya keramba/ KJA 73, ,4 110,7 Mina Padi 6,2 25,7 20,20 15,9 Jumlah , , ,761,6 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Tanjung Jabung Barat, tahun 2014 Budidaya perikanan mengalami perkembangan 6,62 % dengan perkembangan rata-rata selama empat tahun 1,01 %, apabila dilihat dari jenisnya, budidaya perikanan tertinggi pada budidaya tambak mengalami perkembangan 78,08 dengan perkembangan rata-rata BAB 2 Hal

34 selama empat tahun (9,34) % dan terendah pada jenis budidaya kolam sebesar 3,57 dengan perkembangan rata-rata selama empat tahun 28,58 %. 2) Pertambangan. Potensi pertambangan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang paling menonjol adalah Minyak Bumi, Gas dan Batubara. Bahan tambang tersebut termasuk kategori golongan Bahan Galian yang strategis. Bahan tambang yang sudah dieksploitasi adalah Minyak Bumi dan Gas. Sementara bahan tambang lainnya (batu bara) masih dalam tahap penelitian eksplorasi dan inventarisasi potensi. a) Minyak Bumi Lokasi tambang Minyak yang berproduksi terletak di Kecamatan Betara dan Kecamatan Tungkal Ilir dengan perkiraan kapasitas cadangan potensi deposit sebesar ,74 M 3 sedangkan lokasi lainnya masih dalam tahap eksplorasi. b) Gas Lokasi tambang Gas yang berproduksi juga terletak di Kecamatan Betara dan Kecamatan Tungkal Ilir dengan perkiraan kapasitas cadangan Potensi Deposit sebesar MMSCF sedangkan lokasi lainnya masih dalam tahap eksplorasi. c) Batu Bara Lokasi tambang Batu Bara masih dalam tahap Eksplorasi terletak di Kecamatan Merlung, Batang Asam yaitu di Desa Lubuk Bernai dengan luas areal sekitar Ha, Kecamatan Renah Mendaluh yaitu di Desa Lubuk Kambing dengan luas areal sekitar 2.044,796 Ha dan Kecamatan Muara Papalik. Untuk lebih jelasnya penyebaran potensi tambang di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dilihat pada Tabel 2.19 berikut ini. BAB 2 Hal

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN Lampiran : Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor : 11 Tahun 2011 Tanggal : 25 Nopember 2011 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2005-2025 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5. IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0 0 45 sampai 2 0 45 lintang selatan dan antara 101 0 10

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH TAHUN DAFTAR ISI DAFTAR ISI,... DAFTAR TABEL,... DAFTAR GAMBAR,...

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH TAHUN DAFTAR ISI DAFTAR ISI,... DAFTAR TABEL,... DAFTAR GAMBAR,... DAFTAR ISI DAFTAR ISI,... DAFTAR TABEL,... DAFTAR GAMBAR,... Hal i iv ix BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang,... I-1 1.2. Maksud dan tujuan,... I-3 1.3. Dasar Hukum Penyusunan,... I-5 1.4. Hubungan

Lebih terperinci

Gambaran Umum Kondisi Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Bab 2. Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun

Gambaran Umum Kondisi Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Bab 2. Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah Tanjung Jabung Barat adalah salah satu Kabupaten yang terletak di Pantai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA MERLUNG DAN DESA TANJUNG MAKMUR KECAMATAN MERLUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Dasar Hukum 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Dasar Hukum Provinsi Jambi merupakan salah satu Provinsi di wilayah Sumatera yang dibentuk berdasakan Undang-Undang Darurat Nomor 19 tahun 1957, tentang Pembentukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA BRAM ITAM RAYA, DESA PANTAI GADING, DESA JATI EMAS, DESA KEMUNING,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA MEKAR ALAM, DESA HARAPAN JAYA, DESA KUALA KAHAR DAN DESA MUARA SEBERANG

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA TERJUN GAJAH, DESA LUBUK TERENTANG, DESA PEMATANG BULUH, DESA MUNTIALO,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA TELUK PENGKAH, DESA TALANG MAKMUR, DESA SUNGAI KERUH, DESA DATARAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA DATARAN PINANG, DESA TANJUNG PASIR, DESA SUNGAI GEBAR BARAT, DESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT : TINJAUAN SECARA MAKRO

PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT : TINJAUAN SECARA MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT 2011-2015: TINJAUAN SECARA MAKRO Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Guru Besar Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi Disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA RANTAU BADAK LAMO, DESA LUBUK SEBONTAN, DESA SUNGAI PAPAUH, DESA SUNGAI

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat

I. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) dikenal sebagai tanaman serbaguna. Bagi Indonesia, tanaman kelapa merupakan salah satu tanaman perkebunan yang bukan impor kolonialis

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA SUNGAI LANDAK, DESA SUNGSANG DAN DESA SUNGAI KEPAYANG KECAMATAN SENYERANG

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir. 37 BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu 1. Wilayah Pembentukan Kabupaten Indragiri Hulu pada awainya ditetapkan dengan UU No. 12 Tahun 1956 tentang pembentukan

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2016 2021 Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pendidikan, kesehatan dan pelestarian lingkungan hidup Meningkatkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA RAWA MEDANG, DESA SUNGAI PENOBAN, DESA RAWANG KEMPAS, DESA LUBUK LAWAS

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI H. AKHYAR Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari PENDAHULUAN Kabupaten Batang Hari dengan penduduk 226.383 jiwa (2008) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan mempunyai tujuan yaitu berusaha mewujudkan kehidupan masyarakat adil dan makmur. Pembangunan adalah suatu proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Indikator Kinerja Utama ( IKU ) DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN KAB.TANJUNG JABUNG BARAT - PROV.JAMBI Jalan Prof.Dr.Sri Soedewi Maschun Sofyan, SH Kuala Tungkal 36512 Phone/Fax

Lebih terperinci

Selayang Pandang Kabupaten Musi Rawas Utara 1

Selayang Pandang Kabupaten Musi Rawas Utara 1 MAKMUR AMAN CERDAS DAN BERMARTABAT 1 Sambutan BUPATI Musi Rawas Utara Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Berkat Rahmat dan Karunia-Nya jualah, buku dapat diselesaikan. Buku ini

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 Oleh : Thamrin 1), Sabran 2) dan Ince Raden 3) ABSTRAK Kegiatan pembangunan bidang pertanian di Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

PRODUKSI PERTAMBANGAN MENURUT JENIS BARANG TAHUN

PRODUKSI PERTAMBANGAN MENURUT JENIS BARANG TAHUN PRODUKSI PERTAMBANGAN MENURUT JENIS BARANG TAHUN 2010 2015 JENIS BARANG TAHUN MINYAK BUMI (000 barel) GAS BUMI (MMBTU) BATUBARA (ton) BIJIH BESI (ton) 2010 6.588,05 17.410,00 3.876.280,00 317.300,00 2011

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBUATAN SERTIFIKAT GRATIS BAGI MASYARAKAT MISKIN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Utara 1. Kondisi Geografis Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Lampung. Kabupaten

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

MAJU, MANDIRI, ADIL DAN SEJAHTERA. RPJMD

MAJU, MANDIRI, ADIL DAN SEJAHTERA. RPJMD Pendahuluan 1. 1 LATAR BELAKANG Rencana Jangka Menengah Daerah () Provinsi Jambi 2010-2015 merupakan penjabaran visi, misi dan program Gubernur dan Wakil Gubernur Jambi terpilih berdasarkan Pemilihan Kepala

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

DAFTAR ISI. Kata Pengantar.. DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar.. Daftar Isi. Daftat Tabel. Daftar Gambar i-ii iii iv-vi vii-vii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang. 1 I.2. Dasar Hukum...... 4 I.3. Tujuan..... 5 I.4. Manfaat......

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kerangka pembangunan good Governance, kebijakan umum pemerintah adalah ingin menjalankan pemerintah yang berorientasi pada hasil ( Result Oriented government).

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : TAHUN 2011 TANGGAL :

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : TAHUN 2011 TANGGAL : LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : TAHUN 2011 TANGGAL : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini memaparkan sejarah dan kondisi daerah pemekaran yang terjadi di Indonesia khususnya Kota Sungai Penuh. Menguraikan tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat luas untuk peningkatan produktivitas tanaman pangan khususnya tanaman padi. Beras sebagai salah satu sumber pangan utama

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI Hasan Basri Agus Gubernur Provinsi Jambi PENDAHULUAN Provinsi Jambi dibagi dalam tiga zona kawasan yaitu: 1) Zona Timur, yang merupakan Kawasan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BUNGO TAHUN 2016

PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BUNGO TAHUN 2016 BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BUNGO TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Nanga Bulik, 27 Mei 2013 BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN

KATA PENGANTAR. Nanga Bulik, 27 Mei 2013 BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perkenan- Nya penyusunan dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Lamandau Tahun 204 akhirnya dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

L U R A H S E M B IL A N S E P U C U K JA M B I

L U R A H S E M B IL A N S E P U C U K JA M B I S E P U C U K JA M B I S E M B IL A N L U R A H Pendahuluan Bab ini Menjelaskan Dasar Hukum tentang pembentukan daerah yang bersangkutan dan perundangan lainnya yang diperlukan; Gambaran Umum Daerah yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA SUNGAI PAMPANG, DESA PARIT SIDANG, DESA SUNGAI JERING, DESA PARIT

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : TAHUN 2011 TANGGAL :

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : TAHUN 2011 TANGGAL : LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : TAHUN 2011 TANGGAL : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN 4.. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten PPU secara geografis terletak pada posisi 6 o 9 3-6 o 56 35 Bujur Timur dan o 48 9 - o 36 37 Lintang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR : 31 TAHUN 2011 TANGGAL : 24 MEI 2011 1.1. Latar Belakang RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkaan uraian sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Topografinya, Kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) zona/klasifikasi

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NERACA PER 31 Desember 2009 dan 2008

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NERACA PER 31 Desember 2009 dan 2008 4 1. NERACA KOMPARATIF NERACA PER 31 Desember 2009 dan 2008 No Rek Uraian Ref 2009 2008 (dalam Rupiah) 1. A. ASET 5.1.1 1.1 I. ASET LANCAR 5.1.1.a 1.1.1 1. Kas di Kas Daerah 5.1.1.a.1 55.109.719.193,82

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Geografis, Administrasi, dan Kondisi Fisik 2.1.1 Geografis Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi Sumatera Selatan yang secara geografis terletak

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci