BAB III Pembuatan Perangkat Keras dan Perangkat Lunak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III Pembuatan Perangkat Keras dan Perangkat Lunak"

Transkripsi

1 BAB III Pembuatan Perangkat Keras dan Perangkat Lunak 3.1 Pendahuluan Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya pada subbab 1.4, penelitian ini meliputi pembuatan perangkat keras dan perangkar lunak. Perangkat keras terdiri atas rangkaian pengkondisi sinyal, relay, mikrokontroler, dan catu daya. Perangkat lunak dibuat agar dapat mendukung sistem filter anti-gempa dengan proses perhitungan deret Fourier dan mengatur proses switching pada relay. Persyaratan utama perancangan sistem filter anti-gempa adalah sistem yang akan dibuat tidak boleh mengganggu sistem yang telah ada disekitarnya. Filter ini akan dipasangkan setelah sensor kecepatan PR 9268 dan diparalelkan dengan alat pemantau getaran VBM 010 (Vibration Monitoring). Skema sistem pemantau getaran yang sudah ada dapat dilihat pada Gambar Perangkat Keras Sebelum dilakukan proses perancangan perangkat keras, terlebih dahulu perlu dipikirkan mengenai konsep design dari perangkat yang akan dibuat. Perangkat filter antigempa yang dikembangkan pada tugas sarjana ini dirancang memiliki 12 kanal masukan dan keluaran. Dengan pertimbangan kompleksitas jalur, ukuran, dan kerapatan antar komponen, maka perangkat filter anti-gempa akan dibagi menjadi 3 buah PCB utama yang masing-masing memuat 4 kanal masukan dan keluaran. PCB catu daya akan dibuat terpisah dari PCB utama karena harus terhubung dekat dengan transformator. Selain itu, dikarenakan dipasaran hanya tersedia komponen resistor dengan tingkat toleransi paling kecil sebesar 1%, maka pada beberapa rangkaian pada perangkat keras digunakan trimpot untuk memperoleh nilai hambatan yang tepat. Pada Gambar 3.2 diperlihatkan skema perangkat keras dari filter anti-gempa. Dari skema tersebut dapat dilihat bahwa sinyal masukan filter akan dibagi menjadi tiga cabang. Cabang pertama sinyal masukan dihubungkan dengan mikrokontroler untuk dilakukan proses perhitungan deret Fourier. Pada cabang kedua, sinyal masukan dihubungkan dengan rangkaian pengkondisi sinyal yang berfungsi untuk membatasi amplitudo sinyal masukan. Rangkaian pengkondisi sinyal itu sendiri tersusun atas rangkaian differential input, rangkaian penguat, rangkaian pembatas tegangan, dan rangkaian pembagi tegangan. 23

2 Keluaran dari rangkaian pengkondisi sinyal tersebut selanjutnya dihubungkan dengan relay. Pada cabang ketiga, sinyal masukan dihubungkan langsung dengan relay (di-bypasskan). Gambar 3.1 Skema sistem pemantau getaran di PLTP Gunung Salak Selain melakukan perhitungan deret Fourier, tugas mikrokontroler adalah untuk mengatur pengaktifan relay, sehingga sinyal keluaran filter dapat berupa sinyal masukan yang sebenarnya atau sinyal masukan yang melalui pengkondisi sinyal. Selain menggunakan relay, sinyal masukan juga dapat di-bypass-kan menggunakan sebuah 24

3 tombol secara manual. Skema rangkaian keseluruhan perangkat keras filter anti-gempa beserta fotonya dapat dilihat masing-masing padaa Gambar 3. 3 dan Gambar 3.4. By-Pass Sinyal masukan Rangkaian pengkondisi sinyal Relay Sinyal keluaran ya Mikrokontroler ATmega32 trip? tidak Gambar 3.2 Diagram alir perangkat keras Gambar 3.3 Perangkat keras filter anti-gempa 25

4 Gambar 3.4 Foto perangkat keras filter anti-gempa Rangkaian Pengkondisi Sinyal Rangkaian pengkondisi sinyal dirancang agar memiliki kemampuan untuk memotong sinyal masukan pada kondisi trip turbin-generator unit 3, yaitu pada tegangan 380 mv. Selain itu, sinyal keluaran rangkaian ini harus memiliki faktor pembesaran total sebesar satu kali (unity gain). Rangkaian ini tersusun atas 4 rangkaian utama, yaitu rangkaian proteksi tegangan, differential input dan penguat, pembatas tegangan dan pembagi tegangan Rangkaian Proteksi Tegangan Opamp Rangakaian proteksi tegangan diperlukan agar tegangan masukan sesuai dengan tegangan yang diijinkan oleh sistem yang ingin dibuat agar terlindungi dari kerusakan. Dalam rangkaian pengkondisi sinyal digunakan komponen aktif berupa opamp yang kinerjanya sangat penting bagi fungsi keseluruhan rangkaian tersebut, oleh sebab itu komponen ini harus dilindungi dari kerusakan. Apabila tegangan masukan opamp melebihi tegangan catu dayanya, maka komponen tersebut dapat mengalami kerusakan. Toleransi yang diijinkan oleh opamp untuk dapat beroperasi secara normal adalah sekitar 0,3 Volt dari tegangan catu daya positif maupun negatif yang diberikan. 26

5 Komponen opamp merupakan IC yang terdiri dari beberapa transistor. Tegangan masukan opamp dihubungkan dengan base dari transistor untuk mengatur besarnya beda tegangan yang terjadi antara collector dengan emitter. Beda tegangan tersebut dibatasi oleh tegangan catu daya opamp, sehingga tegangan masukan opamp tidak boleh melebihi tegangan catu daya opamp agar dapat beroperasi secara normal. Skema rangkaian proteksi tegangan opamp dapat dilihat pada Gambar 3.5. Perangkat keras yang digunakan adalah dua buah dioda 1N4148 dan dua buah resistor 10 kω. Dioda berfungsi sebagai katup satu arah, dimana apabila tegangan masukan lebih kecil daripada -15 Volt, maka arus akan mengalir dari VCC(-15V) menuju titik A sehingga tegangan di titik A akan sama dengan -15 Volt. Apabila tegangan masukan lebih besar dari tegangan +15 Volt, maka arus akan mengalir dari titik A menuju VCC (+15V), sehingga tegangan di titik A akan sama dengan +15V. Hal ini menyebabkan tegangan di titik A tidak akan kurang dari -15 Volt dan tidak akan lebih dari +15 Volt. Resistor R-P3 dan R-P4 berfungsi menjaga agar arus yang melewati dioda tidak terlalu besar karena akan dapat merusak komponen tersebut. Gambar 3.5 Rangkaian proteksi tegangan opamp Rangkaian Differential Input dan Penguat Rangkaian differential input berfungsi untuk mengurangi efek noise yang masuk ke dalam sistem. Komponen yang berperan penting dalam rangkaian ini adalah opamp 27

6 (operational amplifier). Untuk menunjang kinerja perangkat filter anti-gempa, pemilihan komponen opamp pada penelitian ini harus memenuhi persyaratan antara lain memiliki impedansi masukan dan CMRR yang besar. Dalam penelitian ini digunakan opamp dengan seri LF347 karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu: Konsumsi daya yang kecil Jangkauan tegangan masukan (sampai dengan tegangan catu daya) dengan kondisi common mode maupun differential Tegangan offset yang rendah, sekitar 3 mv Perlindungan terhadap hubungan pendek Impedansi masukan J-FET yang besar, sekitar Ω CMRR yang besar, sekitar 70 db Kompak, dalam satu IC terdapat 4 buah opamp yang independen Mudah ditemui di pasaran dan harganya relatif murah Sistem yang akan dibuat harus dapat membatasi amplitudo tegangan masukan agar tidak melebihi batas tegangan yang dapat menyebabkan trip, yaitu 380 mv. Sayangnya dipasaran tidak ditemui komponen elektronik yang dapat membatasi tegangan sekecil itu. Oleh sebab itu, sinyal masukan filter harus diperbesar terlebih dahulu menggunakan penguat. Rangkaian penguat dirancang dengan faktor penguatan sebesar 27 kali. Rangkaian differential input dan penguat dapat dibuat menggunakan satu buah opamp, dengan rangkaian seperti terlihat pada Gambar 3.6. Gambar 3.6 Rangkaian differential input 28

7 Rangkaian differential input memiliki persyaratan dimana R-1 harus sama dengan R-2 dan R-3 harus sama dengan R-4, sedangkan untuk rangkaian penguat ditentukan oleh nilai hambatan R-2 dan R-4, sesuai dengan Persamaan 3.1. ( ) V = V -V Out IN GND R-4 R-2 (3.1) Pemilihan R-2 dan R-4 harus terlebih dahulu ditentukan agar R-1 dan R-3 dapat dengan mudah dicari. Untuk mendapatkan faktor penguatan yang diinginkan, maka perbandingan antara R-4 harus sama dengan 27 kali R-2. R-2 dipilih sebesar 10 kω, sehingga R-4 harus sama dengan 270 kω. Dengan begitu nilai R-1 sama dengan 10 kω dan R-3 sama dengan 270 kω Rangkaian Pembatas Tegangan Dalam penelitian ini diperlukan suatu rangkaian yang dapat membatasi amplitudo sinyal masukan agar tidak melebihi batas trip yang diperbolehkan, yaitu 380 mv. Secara sederhana rangkaian pembatas tegangan dapat dirancang dengan menggunakan diode zener, akan tetapi di pasaran tidak terdapat diode zener dengan tegangan breakdown sebesar 380 mv. Berdasarkan alasan tersebut rangkaian pembatas tegangan dirancang dengan menggunakan komponen IC TL431. Fungsi IC ini sama dengan diode zener, hanya saja tegangan breakdown-nya dapat diatur dari nilai tegangan referensinya, V reff (2,5 volt), sampai dengan 36 Volt dengan menggunakan rangkaian yang dapat dilihat pada Gambar 3.7. Gambar 3.7 Rangkaian pembatas tegangan unipolar 29

8 Dikarenakan sinyal masukan filter berupa sinyal AC yang mempunyai tegangan positif maupun negatif, maka diperlukan dua buah TL431 yang akan dirangkai seperti pada Gambar 3.8. Tegangan breakdown (V o ) dapat diatur dengan pemilihan dua buah hambatan sesuai dengan Persamaan 3.2. R-16 V o = 1+ V R-15 ref (3.2) Nilai hambatan R-15 dirancang sama dengan R-14 yaitu 10 kω, sedangkan R-13 yang berfungsi untuk membatasi arus yang mengalir ke TL431 bernilai 1 kω. Agar V o sama dengan 380 mv atau 10,26 Volt setelah melewati rangkaian differential input, maka R-16 harus bernilai 31,04 Ω. Untuk pengaturan V o dari 0,342 (9,234) sampai dengan 0,418 (11,286) Volt, maka R-16 harus dapat diatur nilai hambatanya dari 26,936 sampai dengan 35,144 Ω. Oleh sebab itu, R-16 dirancang menggunakan trimpot dengan nilai pengaturan hambatan dari 0 sampai dengan 50 kω. Gambar 3.8 Rangkaian permbatas tegangan bipolar Rangkaian Pembagi Tegangan Setelah melewati rangkaian differential input dan penguat mengalami pembesaran 27 kali, sinyal masukan diperkecil kembali sebesar 1/27 kali menggunakan rangkaian 30

9 pembagi tegangan agar diperoleh sinyal keluaran dengan pembesaran total (dari rangkaian penguat dan rangkaian pembagi tegangan) sebesar satu kali. Skema rangkaian pembagi tegangan dapat dilihat pada Gambar 3.9. Gambar 3.9 Rangkaian pembagi tegangan Karena hambatan yang digunakan memiliki nilai toleransi sebesar 1 persen, maka untuk memperoleh harga pembesaran yang tepat digunakan trimpot single-turn (R-12) yang besar hambatanya dapat diatur. Adapun asumsi diambil bahwa I2 mendekasi nol karena terhubung dengan voltage follower yang memiliki impedansi masukan sangat besar, sehingga arus yang mengalir menuju komponen tersebut sangat kecil. Dengan demikian, berdasarkan hukum Kirchoff didapat Persamaan (3.3) untuk mendapatkan nilai hambatan yang dibutuhkan. Vout R-7 + R-12 = V R-6 + R-7 + R-12 in (3.3) Dalam persamaan diatas, untuk memudahkan perancangan, R-6 dipilih sebesar 100 kω. Karena perbandingan V out dengan V in sama dengan 1/27, maka (R-7 + R-12) harus sama dengan 3,7 kω. Faktor pembagi tegangan ini sangat bergantung dari ketelitian dari nilai hambatan yang digunakan. Oleh sebab itu, R-7 dipilih sebesar 1 kω sedangkan R-12 dirancang menggunakan trimpot 5 kω Rangkaian Relay Relay merupakan komponen switch yang digerakkan secara elektrik dengan prinsip elektromagnetik menggunakan kumparan. Berdasarkan konfigurasnyai, relay dibedakan 31

10 atas SPST (Single Pole Single Throw), SPDT (Single Pole Double Throw), DPST (Double Pole Single Throw), DPDT (Double Pole Double Throw), dan lain-lain. Relay juga dibedakan atas besar tegangan untuk pengaktifan kumparannya, yaitu 5, 6, 12, dan 24 Volt DC. Untuk memenuhi kebutuhan sistem yang akan dibuat, maka digunakan relay 5V dengan jenis DPDT. Kumparan yang terdapat dalam relay memiliki sifat sebagai induktor. Salah satu sifat induktor adalah apabila terjadi perubahan tegangan secara tiba-tiba, komponen ini akan merespon dengan cara menghasilkan tegangan yang berkebalikan. Dengan begitu, dalam rentang waktu yang singkat, relay akan bertindak sebagai catu daya dan dapat menghasilkan tegangan yang sangat besar. Berdasar pada alasan tersebut, perlu dibuat suatu rangkaian khusus yang dapat melindungi komponen-komponen dalam sistem, khususnya mikrokontroller, dari kerusakan. Dalam rangkaian pengaman tersebut terdapat tambahan komponen optokopler sebagai penghubung antara mikrokontroler dengan relay dan diode untuk membatasi arah arus yang terjadi akibat tegangan balik dari relay. Optokopler atau optoisolator merupakan komponen penghubung antara dua buah rangkaian. Di dalam komponen ini terdapat sebuah LED dan phototransistor. Setiap kali LED dialiri arus dan menghasilkan cahaya, phototransistor akan mengaktifkan rangkaian yang terhubung dengannya. Di pasaran terdapat banyak jenis optokopler, tapi yang paling mudah dan murah ditemui adalah 4N25. Pin LED pada 4N25 terhubung dengan PORT B pada mikrokontroler ATmega32 yang dapat menghasilkan tegangan +5 Volt. Berdasarkan petunjuk manual 4N25, arus yang mengalir melalui LED (I F ) harus sebesar 10 ma. Oleh sebab itu harus ditambahkan sebuah resistor untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain LED internal optokopler, juga terdapat LED indikator sebagai tanda relay sedang aktif. Perlu diketahui bahwa masing-masing LED memiliki voltage drop sebesar 1,2 Volt sehingga nilai resistor yang dibutuhkan dapat dicari menggunakan Persamaan (3.4). V PORTB - V D_M - VD_4N25 R_M = I (3.4) R_M = 5-1,2-1, R_M = 260 Ω Dikarenakan di pasaran tidak terdapat resistor 260 Ω, maka akan digantikan dengan nilai yang paling dekat, yaitu 220 Ω. Nilai hambatan ini menghasilkan arus sebesar 11,8 ma yang mana masih aman untuk pengoperasian LED. 32

11 Rangkaian yang ingin dikendalikan terdiri atas dua buah hambatan, sebuah relay, dan sebuah transistor NPN (2N222). R_O1 bernilai 10 kω dan berfungsi sebagai pull-down resistor agar kaki base pada transistor 2N222 tidak dalam keadaan floating. R_O2 bernilai 750 Ω dan berfungsi untuk mengatur arus yang mengalir menuju kaki base pada transistor, sehingga secara tidak langsung mengatur besarnya arus yang mengalir melalui relay. Penempatan diode dimaksudkan untuk melindungi rangkaian dari loncatan tegangan akibat perubahan tegangan secara tiba-tiba pada kumparan relay. Gambar 3.10 memperlihatkan skema keseluruhan rangkaian relay. Gambar 3.10 Rangkaian relay Rangkaian Mikrokontroler Perusahaan Atmel sudah merancang mikrokontroler ATmega128 agar hanya membutuhkan sesedikit mungkin komponen pendukung sebagai syarat minimal operasinya. Komponen-komponen pendukung tersebut antara lain adalah catu daya +5 Volt, rangkaian clock, dan rangkaian reset. Fungsi-fungsi mikrokontroler yang digunakan dalam penelitian ini adalah ADC dan port output/input. Kaki-kaki ATmega32 yang digunakan untuk menjalankan ADC adalah kaki AVCC dan AREFF. ADC internal ATmega32 diaktifkan dengan cara memberikan catu daya +5 Volt pada kaki AVCC, sedangkan untuk memberikan tegangan referensi ADC digunakan kaki AREF. Tegangan 33

12 referensi ADC yang digunakan, sama dengan catu daya mikrokontroler (+5 Volt). Skema rangkaian mikrokontroler secara lebih merinci dapat dilihat pada Gambar Gambar 3.11 Rangkaian mikrokontroler ATmega Rangkaian Proteksi Tegangan ADC Proses konversi sinyal analog menjadi sinyal digital dilakukan oleh ADC, dimana tegangan sinyal masukannya tidak boleh melebihi tegangan referensi dari ADC. Oleh sebab itu sebelum masuk ke rangkaian ADC, tegangan sinyal masukan harus dikondisikan terlebih dahulu agar tidak melebihi jangkauan yang diizinkan. Dalam penelitian ini digunakan ADC internal dari mikrokontroler ATmega 32. ADC internal ini hanya dapat menerima tegangan masukan positif 0 sampai dengan +5 volt. Tegangan masukan yang berada di luar jangkauan dapat merusak Rangkaian ADC. Sesuai dengan batas jangkauan tegangan ADC, rangkaian proteksi tegangan dirancang untuk membatasi tegangan agar berada dalam jangkauan 0 sampai dengan +5 Volt. Skema rangkaian proteksi tegangan ADC dapat dilihat pada Gambar Prinsip kerjanya mirip dengan rangkaian proteksi tegangan opamp yang telah dijelaskan pada subbab , perbedaannya hanya terletak pada batas tegangan yang digunakan GND (0V) dan VCC(+5V) Rangkaian Clock Osilator internal yang dimiliki mikrokontroler ATmega32 memungkinkan empat pilihan frekuensi clock, yaitu: 1, 2, 4, dan 8 MHz. Apabila mikokontroler diset 34

13 menggunakan osilator internal ini sebagai frekuensi clock sistem, maka tingkat kepresisian akan kurang bagus karena variasinya mencapai ± 3% dari frekuensi nominal, tergantung kepada variasi tegangan catu daya dan temperatur. Hal ini tidak diinginkan dalam aplikasi perangkat akuisisi data berbasis mikrokontroler, karena parameter yang memerlukan tingkat kepresisian dan kestabilan tinggi adalah frekuensi cuplik dari ADC. ADC internal mikrokontroler akan mencuplik sinyal masukan dengan menggunakan acuan frekuensi clock sistem. Untuk mendapatkan tingkat kepresisian yang tinggi dapat digunakan kristal pembangkit clock eksternal dengan variasi kurang dari 0,1%. Kristal eksternal ini mudah ditemui di pasaran dengan nilai yang bervariasi. Dalam penelitian ini digunakan kristal dengan frekuensi clock sebesar 16 MHz Pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa perangkat yang ingin dibuat harus dapat mengolah data dengan cepat dan tepat, sehingga frekuensi clock sistem mikrokontroler yang digunakan harus diset pada kondisi maksimumnya. Frekuensi maksimum kristal eksternal yang dapat dipasangkan pada mikrokontroler ATmega32 adalah 16 MHz. Sesuai dengan petunjuk manual mikrokontroler ATmega32, bila kecepatan kristal yang digunakan adalah 16 MHz, maka nilai kapasitor C_M1 dan C_M2 dipilih sebesar 22 pf. Skema rangkaian clock dapat dilihat pada Gambar Gambar 3.12 Rangkaian proteksi tegangan ADC 35

14 Gambar 3.13 Rangkaian clock Rangkaian Reset Rangkaian reset berfungsi untuk me-reset mikrokontroler, yaitu mengembalikan program counter pada alamat ROM internal 0000h. Pe-reset-an mikrokontroler akan mengeksekusi program pada alamat yang ditunjuk oleh program counter. Kaki RESET pada mikrokontroler bersifat aktif low, artinya jika terjadi perubahan level tegangan dari high ke low dan kondisi low serta ditahan kondisinya selama 50 ns, maka mikrokontroler akan ter-reset. Rangkaian reset diperlihatkan dalam Gambar Gambar 3.14 Rangkaian reset Rangkaian reset akan me-reset mikrokontroler pada dua kondisi, yaitu saat perangkat akuisisi data dihidupkan dan saat tombol reset ditekan. Pada saat perangkat akuisisi data dihidupkan mikrokontroler akan mendapatkan catu daya dan secara otomatis mikrokontroler akan mengeksekusi program di dalamnya mulai dari alamat 0000h. Pada 36

15 saat tombol reset yang merupakan tombol push button ditekan, GND akan langsung berhubungan dengan kaki RESET sehingga statusnya kembali low. Mikrokontroler akan kembali ter-reset. Pada prakteknya, tombol reset ini dipasang pada casing perangkat akuisisi data. Pemasangan resistor pull-up RM_RST (10 kω) adalah untuk menghilangkan keadaan mengambang (floating condition) pada kaki RESET, sedangkan penggunaan kapasitor CM_RST (100 nf) adalah untuk menanggulangi bouncing pada tombol reset Rangkaian Catu Daya Sistem filter berbasis mikrokontroler dirancang menggunakan beberapa komponen aktif, sehingga memerlukan catu daya dari luar untuk dapat beroperasi. Komponen tersebut adalah opamp LF347 dan mikrokontroller ATmega32. Agar dapat beroperasi, opamp memerlukan catu daya dual supply ±15 Volt karena harus dapat mengkondisikan sinyal masukan yang bersifat bipolar, yaitu mengandung tegangan positif dan negatif. Di lain pihak, mikrokontroller ATmega32 bekerja dengan single supply +5 Volt untuk dapat mengoperasikan fungsi-fungsi internalnya. Gambar 3.15 Rangkaian catu daya Sistem yang akan dibuat memiliki 12 kanal masukan dan terbagi menjadi 3 buah PCB. Untuk satu kanal masukan digunakan satu buah IC opamp dan untuk empat buah 37

16 kanal masukan digunakan satu buah mikrokontroller. Jadi, untuk 12 kanal masukan digunakan 12 buah opamp dan 3 buah mikrokontroller. Satu buah IC opamp bekerja memerlukan arus sebesar 2,7 ma, sedangkan satu buah mikrokontroler memerlukan 200 ma. Gambar 3.15 menunjukan skema rangkaian rangkaian catu daya yang dibuat. Sebagaimana tampak dalam Gambar 3.15, tegangan bolak-balik 220 V rms dari PLN dihubungkan dengan transformator 3 Amper, yang berfungsi untuk menurunkan tegangan bolak-balik dari 220 V rms menjadi tegangan bolak-balik sebesar 18 V rms. Setelah diperkecil oleh transformator, tegangan masukan dikondisikan ke diode bridge (bridge rectifier) 3 Amper yang berfungsi untuk menyearahkan tegangan bolak-balik menjadi tegangan searah (berbentuk half sine). Untuk menghasilkan tegangan yang konstan sebesar +18 dan -18 Volt, tegangan keluaran diode bridge dirangkaikan dengan kapasitor 4700 μf. Kemudian tegangan ini diturunkan kembali menggunakan voltage regulator sesuai dengan kebutuhan sistem filter, yaitu +15, -15, dan +5 volt. Untuk dapat menghasilkan tegangan searah +15 dan -15 Volt digunakan IC LM7815 dan LM7915, sedangkan untuk menghasilkan tegangan searah +5 Volt, digunakan IC LM7805. Tiap-tiap nomor seri IC voltage regulator, LM7XYZ, memiliki arti yang berhubungan dengan fungsinya. Angka yang terisi pada X menentukan apakah IC regulator meneruskan tegangan positif (8) atau negatif (9), sedangkan angka yang terisi pada YZ menentukan tegangan keluaran dari voltage regulator. Kapasitor 220 μf berfungsi untuk memberikan tegangan keluaran voltage regulator yang benar-benar konstan sehingga tidak akan merusak komponen aktif pada sistem. Untuk mengatisipasi terjadinya penurunan tegangan akibat kapasitansi kabel, maka dipasangkan kapasitor sebesar 100 nf sebelum dan sesudah voltage regulator. Gambar 3.16 memperlihatkan foto dari rangkaian catu daya yang telah dibuat. 3.3 Perangkat Lunak Program untuk sistem operasi ATmega32 dibuat dengan bantuan kompiler CodeVisionAVR yang menggunakan bahasa C sebagai dasar bahasa pemrogramannya. Fitur kompiler ini sangat memudahkan pengguna dalam memrogram fungsi-fungsi mikrokontroler ATMEL. Pengguna tidak perlu mencari alamat register untuk menjalankan fungsi tertentu pada mikrokontroler, karena hal ini akan dilakukan oleh CodeVisionAVR pada saat pengguna melakukan pengaturan secara GUI. Tampilan dari CodeVisionAVR dapat dilihat pada Gambar

17 Gambar 3.16 Foto rangkain catu daya Gambar 3.17 Tampilan CodeWizardAVR Dalam pembuatan program mikrokontroler ATmega32 untuk sistem operasi filter, perlu dilakukan beberapa pegaturan, diantaranya adalah : Chip Initialitation o Chip : ATmega32 o Clock 16 MHz 39

18 ADC Initialitaion o ADC enabled o Volt. Ref. : AREF pin o ADC Clock : Hz Timer/Counter 1 initialization o Clock source : System Clock o Clock value : Hz o Mode : Normal o Interupt on : Timer 1 Overflow o Value : FB1E h Port B Bit 1-7 : Out Setelah insisialisasi dilakukan, langkah selanjutnya adalah membuat program inti filter. Tahap pemrograman ini diawali dengan pengaturan waktu pengambilan data atau waktu cuplik data yang ingin diambil dan disimpan. Pengaturan ini dilakukan dengan bantuan Timer/Counter1. Untuk keperluan ini, register TCNT1H dan TCNT1L diisi dengan suatu nilai agar dapat menghasilkan Overflow Interupt dengan frekuensi tertentu. Subprogram Overflow Interupt berisi perintah untuk untuk mengaktifkan fungsi ADC, sehingga proses pencuplikan data dapat berlangsung. Hubungan antara frekuensi pencuplikan data (f ADC ) dengan register TCNT1 (TCNT1H dan TCNT1L) adalah sebagai berikut, f timer f ADC = (3.6) TCNT1 Frekuensi cuplik ADC yang diinginkan adalah sebesar 200 Hz. Agar hal ini tercapai, frekuensi Timer/Counter1 (f timer ) dipilih sebesar Hz, sehingga register TCNT1 harus diisi dengan nilai Dalam perhitungan deret Fourier diperlukan data minimal 5 gelombang sinyal masukan untuk memperoleh hasil perhitungan yang baik. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan minimal 5 gelombang sinyal getaran mesin (50 Hz), maka waktu pengambilan datanya harus lebih dari 0,1 detik. Dengan kecepatan cuplik yang diatur sebesar 200 Hz, jumlah data minimum yang harus disimpan di dalam memori RAM mikrokontroler adalah sebesar 20 data. Pada penelitian ini jumlah data yang akan disimpan di dalam RAM adalah sebesar 100 data per kanal. Dengan begitu untuk 3 kanal masukan, 40

19 data yang harus disimpan adalah sebesar 300 data dan dengan ukuran satu datanya adalah 2 byte, besarnya kapasitas yang harus disediakan di dalam RAM mikrokontroler adalah sebesar kurang lebih 1,2 kb dari 2 kb yang tersedia. Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, tahap berikutnya adalah perhitungan nilai tegangan masukan yang sebenarnya menggunakan Persamaan 3.7. V 1024 ADC V in = Vref (3.7) Setelah sinyal diperoleh, maka langkah berikutnya adalah perhitungan deret Fourier. Deret ini mengharuskan tiap-tiap data tegangan masukan dikalikan dengan sinus dan cosinus yang kemudian dijumlahkan dan disimpan dalam variabel temp_a dan temp_b. Sebelum perhitungan amplitudo getaran dilakukan, kedua variabel temp_a dan temp_b masing-masing dikalikan dengan 2/N, dalam hal ini 2/100 atau 1/50, dan disimpan dalam variabel a dan b. Dikarenakan deret Fourier mengandung komponen real dan imajiner, maka amplitudo mutlaknya diperoleh dengan menggunakan Persamaan (3.10). Dengan menetapkan harga f o sebesar 50 Hz, maka berdasarkan Persamaan (3.10) akan didapat karakteristik Xp seperti terlihat pada Gambar X = 2 N N-1 n=0 [ π ] x(nt ) cos(2 f (nt )) s o s p N x(nt s) [ sin(2π f o(nt s)) ] N n=0 2 (3.10) Gambar 3.18 Karakteristik X p 41

20 Persamaan deret Fourier berfungsi untuk memilah antara sinyal getaran mesin dengan sinyal getaran akibat gempa. Amplitudo sinyal masukan yang berasal dari gempa (4 Hz) akan terhitung sangat kecil, sedangkan amplitudo sinyal masukan yang berasal dari getaran mesin (50 Hz) akan sama dengan amplitudo sinyal masukan. Dalam perancangan sistem filter, diinginkan agar apabila sinyal masukan yang berasal dari mesin memiliki amplitudo melebihi suatu harga maka mikrokontroler akan mengaktifkan relay melalui port B, sehingga secara tidak langsung akan mem-bypass-kan sinyal masukan menuju keluaran (tidak melalui rangkaian pembatas tegangan). Besarnya harga tersebut ingin diset sebesar 0,380 Volt, tetapi karena tingkat akurasi ADC internal mikrokontroler ATmega32 sebesar ± 10 mv maka harga tersebut diset sebesar 0,390 Volt. Program yang akan di-download-kan ke dalam mikrokontroler bukan hanya berisi perhitungan, tetapi juga berisi program yang dapat menyalakan indikator berupa LED dengan menggunakan port B yang kosong. Hal ini dimaksudkan agar pengguna dapat melihat apakah program yang telah ter-download ke dalam mikrokontroler, khususnya program perhitungan deret Fourier, berkerja dengan baik atau tidak. LED diatur agar menyala setiap kali perhitungan ke lima (setelah LED mati) selesai dilakukan, sedangkan indikator tersebut diset agar menyala selama dua kali perhitungan. 42

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB IV Pengujian. Gambar 4.1 Skema pengujian perangkat keras

BAB IV Pengujian. Gambar 4.1 Skema pengujian perangkat keras BAB IV Pengujian 4.1 Pendahuluan Untuk mengetahui kinerja perangkat filter anti-gempa yang telah dibuat, dalam tahap akhir penelitian ini dilakukan beberapa pengujian. Pengujian yang dilakukan terdiri

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan merupakan proses yang kita lakukan terhadap alat, mulai dari rancangan kerja rangkaian hingga hasil jadi yang akan difungsikan. Perancangan dan pembuatan alat merupakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS 3.1. Pendahuluan Perangkat pengolah sinyal yang dikembangkan pada tugas sarjana ini dirancang dengan tiga kanal masukan. Pada perangkat pengolah sinyal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 3 PENERAPAN FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 23 Pendahuluan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN 34 BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirakit. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 1.1 Blok Diagram Sensor Kunci kontak Transmiter GSM Modem Recivier Handphone Switch Aktif Sistem pengamanan Mikrokontroler Relay Pemutus CDI LED indikator aktif Alarm Buzzer Gambar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Blok Diagram Modul Baby Incubator Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. PLN THERMOSTAT POWER SUPPLY FAN HEATER DRIVER HEATER DISPLAY

Lebih terperinci

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 TUGAS UTS MATA KULIAH E-BUSSINES Dosen Pengampu : Prof. M.Suyanto,MM

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram alir metodologi perancangan

Gambar 3.1. Diagram alir metodologi perancangan 19 BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Perancangan Berikut merupakan diagram alur kerja yang menggambarkan tahapantahapan dalam proses rancang bangun alat pemutus daya siaga otomatis pada Peralatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT 3.1 DIAGRAM BLOK sensor optocoupler lantai 1 POWER SUPPLY sensor optocoupler lantai 2 sensor optocoupler lantai 3 Tombol lantai 1 Tbl 1 Tbl 2 Tbl 3 DRIVER ATMEGA 8535

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Instrumentasi jurusan Fisika

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Instrumentasi jurusan Fisika 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Instrumentasi jurusan Fisika Universitas Lampung. Penelitian dimulai pada tanggal Juni 2012 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Microcontroller Arduino Uno. Power Supply. Gambar 3.1 Blok Rangkaian Lampu LED Otomatis

BAB III PERANCANGAN. Microcontroller Arduino Uno. Power Supply. Gambar 3.1 Blok Rangkaian Lampu LED Otomatis BAB III PERANCANGAN Bab ini membahas perancangan Lampu LED otomatis berbasis Platform Mikrocontroller Open Source Arduino Uno. Microcontroller tersebut digunakan untuk mengolah informasi yang telah didapatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro Fakultas Tekik, Universitas Lampung, yang dilaksanakan mulai bulan Oktober

Lebih terperinci

BAB II Teori Dasar 2.1 Pendahuluan 2.2 Karakteristik Gempa Bumi 2.3 Teknik Filtering Sinyal Filter Analog

BAB II Teori Dasar 2.1 Pendahuluan 2.2 Karakteristik Gempa Bumi 2.3 Teknik Filtering Sinyal Filter Analog BAB II Teori Dasar 2.1 Pendahuluan Penelitian ini dimaksudkan untuk merancang suatu sistem filter anti-gempa menggunakan prinsip deret Fourier yang berbasis mikrokontroler. Untuk mendukung proses perancangan

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Blok Diaram Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari sistem pendeteksi kebocoran gas pada rumah yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. Instrumentasi Medis Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. Instrumentasi Medis Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan di Laboratorium Elektronika, dan Laboratorium Instrumentasi Medis Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Perangkat Keras Sistem Perangkat Keras Sistem terdiri dari 5 modul, yaitu Modul Sumber, Modul Mikrokontroler, Modul Pemanas, Modul Sensor Suhu, dan Modul Pilihan Menu. 3.1.1.

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Diagram Blok Sistem Blok diagram dibawah ini menjelaskan bahwa ketika juri dari salah satu bahkan ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak ( Software). Pembahasan perangkat keras meliputi perancangan mekanik

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin 4 BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori mengenai perangkatperangkat pendukung baik perangkat keras dan perangkat lunak yang akan dipergunakan sebagai pengukuran

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN BAB III PROSES PERANCANGAN 3.1 Tinjauan Umum Perancangan prototipe sistem pengontrolan level air ini mengacu pada sistem pengambilan dan penampungan air pada umumnya yang terdapat di perumahan. Tujuan

Lebih terperinci

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR 1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN ALAT

BAB IV PEMBAHASAN ALAT BAB IV PEMBAHASAN ALAT Pada bab pembahasan alat ini penulis akan menguraikan mengenai pengujian dan analisa prototipe. Untuk mendukung pengujian dan analisa modul terlebih dahulu penulis akan menguraikan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan perancangan mekanik, perangkat elektronik dan perangkat lunak untuk membangun Pematrian komponen SMD dengan menggunakan conveyor untuk indutri kecil dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL. Diagram Blok Diagram blok merupakan gambaran dasar membahas tentang perancangan dan pembuatan alat pendeteksi kerusakan kabel, dari rangkaian sistem

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 13 BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 3.1 Perancangan Sistem Aplikasi ini membahas tentang penggunaan IC AT89S51 untuk kontrol suhu pada peralatan bantal terapi listrik. Untuk mendeteksi suhu bantal terapi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISEM 3.1. Perancangan Perangkat Keras Blok diagram yang dibuat pada perancangan tugas akhir ini secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 3.1. Keypad Sensor 1 Sensor 2 Sensor 3

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Blok Diagram Hot Plate Program LCD TOMBOL SUHU MIKROKON TROLER DRIVER HEATER HEATER START/ RESET AVR ATMega 8535 Gambar 3.1. Blok Diagram Hot Plate Fungsi masing-masing

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 22 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan keseluruhan dari sistem atau alat yang dibuat. Secara keseluruhan sistem ini dibagi menjadi dua bagian yaitu perangkat keras yang meliputi komponen

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan konsep dasar sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler menggunakan modul Xbee Pro. Konsep dasar sistem ini terdiri dari gambaran

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PEANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Pendahuluan Dalam Bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat yang ada pada Perancangan Dan Pembuatan Alat Aplikasi pengendalian motor DC menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Perancangan Alat Dalam merealisasikan sebuah sistem elektronik diperlukan perancangan komponen secara tepat dan akurat. Tahap perancangan sangat penting dilakukan untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Susunan perangkat keras sistem steel ball magnetic levitation

Gambar 3.1 Susunan perangkat keras sistem steel ball magnetic levitation Bab III Perancangan Perangkat Keras Sistem Steel Ball Magnetic Levitation Dalam perancangan perangkat keras sistem Steel Ball Magnetic Levitation ini dibutuhkan pengetahuan dasar tentang elektromagnetik,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. MOSFET MOSFET atau Metal Oxyde Semiconductor Field Effect Transistor merupakan salah satu jenis transistor efek medan (FET). MOSFET memiliki tiga pin yaitu gerbang (gate), penguras

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan perangkat keras (hardware) yang berupa komponen fisik penunjang seperti IC AT89S52 dan perangkat

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan Alat Simulasi Pembangkit Sinyal Jantung, berupa perangkat keras (hardware) dan perangkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan Laboratorium Pemodelan Jurusan Fisika Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat akuisisi data termokopel 8 kanal. 3.1. Gambaran Sistem Alat yang direalisasikan

Lebih terperinci

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak PINTU GERBANG OTOMATIS DENGAN REMOTE CONTROL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 Robby Nurmansyah Jurusan Sistem Komputer, Universitas Gunadarma Kalimalang Bekasi Email: robby_taal@yahoo.co.id ABSTRAK Berkembangnya

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Dalam perancangan sistem otomatisasi pemakaian listrik pada ruang belajar berbasis mikrokontroler terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

kali tombol ON ditekan untuk memulai proses menghidupkan alat. Setting

kali tombol ON ditekan untuk memulai proses menghidupkan alat. Setting 27 BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Blok dan Cara Kerja Diagram blok dan cara kerja dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok diagram Prototipe Blood warmer Tegangan PLN diturunkan dan disearahkan

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Ringkasan Pendahuluan Mikrokontroler Mikrokontroler = µp + Memori (RAM & ROM) + I/O Port + Programmable IC Mikrokontroler digunakan sebagai komponen pengendali

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Pendahuluan Bab ini akan membahas pembuatan seluruh perangkat yang ada pada Tugas Akhir tersebut. Secara garis besar dibagi atas dua bagian perangkat yaitu: 1.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN STAND ALONE RFID READER. Dalam penelitian ini, perancangan sistem meliputi :

BAB III PERANCANGAN STAND ALONE RFID READER. Dalam penelitian ini, perancangan sistem meliputi : BAB III PERANCANGAN STAND ALONE RFID READER 3.1 Perancangan Sistem Dalam penelitian ini, perancangan sistem meliputi : a. perancangan perangkat keras (hardware) dengan membuat reader RFID yang stand alone

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Setelah memahami penjelasan pada bab sebelumnya yang berisi tentang metode pengisian, dasar sistem serta komponen pembentuk sistem. Pada bab ini akan diuraikan mengenai perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas BAB III PERANCANGAN 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem yang akan dirancang dan direalisasikan merupakan sebuah inkubator bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Elektronika Dasar Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Elektronika Dasar Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Lampung. 30 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai dengan Maret 2015. Perancangan, pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat yang dibangun. Pengujian dilakukan pada masing-masing subsistem

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat yang dibangun. Pengujian dilakukan pada masing-masing subsistem IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Alat Pengujian dilakukan bertujuan untuk mengetahui kinerja dan kemampuan dari perangkat yang dibangun. Pengujian dilakukan pada masing-masing subsistem dari perangkat,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan dan implementasi timbangan digital daging ayam beserta harga berbasis mikrokontroler ini terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT III.1. Diagram Blok Secara garis besar, diagram blok rangkaian pendeteksi kebakaran dapat ditunjukkan pada Gambar III.1 di bawah ini : Alarm Sensor Asap Mikrokontroler ATmega8535

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem yang dirancang merupakan sistem pengatur intensitas cahaya lampu Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 Oleh : Andreas Hamonangan S NPM : 10411790 Pembimbing 1 : Dr. Erma Triawati Ch, ST., MT. Pembimbing 2 : Desy Kristyawati,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan dioda biasa, komponen elektronika ini akan mengubah cahaya menjadi arus listrik. Cahaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. telur,temperature yang diperlukan berkisar antara C. Untuk hasil yang optimal dalam

BAB II LANDASAN TEORI. telur,temperature yang diperlukan berkisar antara C. Untuk hasil yang optimal dalam BAB II LANDASAN TEORI Temperatur merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan mesin penetas telur,temperature yang diperlukan berkisar antara 38-39 0 C. Untuk hasil yang optimal dalam Pembuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konverter Elektronika Daya Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan daya elektrik dari satu bentuk ke bentuk daya elektrik lainnya di bidang elektronika

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran sistem Gambaran cara kerja sistem dari penelitian ini adalah, terdapat sebuah sistem. Yang didalamnya terdapat suatu sistem yang mengatur suhu dan kelembaban pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro 37 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung. Penelitian dimulai pada bulan Februari 2011

Lebih terperinci

BAB III MIKROKONTROLER

BAB III MIKROKONTROLER BAB III MIKROKONTROLER Mikrokontroler merupakan sebuah sistem yang seluruh atau sebagian besar elemennya dikemas dalam satu chip IC, sehingga sering disebut single chip microcomputer. Mikrokontroler merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015. 44 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015. Perancangan, pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN ROBOT PENJEJAK GARIS BERBASIS MIKROKONTROLER

PEMROGRAMAN ROBOT PENJEJAK GARIS BERBASIS MIKROKONTROLER PEMROGRAMAN ROBOT PENJEJAK GARIS BERBASIS MIKROKONTROLER Oleh : Ihyauddin, S.Kom Disampaikan pada : Pelatihan Pemrograman Robot Penjejak Garis bagi Siswa SMA Negeri 9 Surabaya Tanggal 3 Nopember 00 S SISTEM

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik dan instalasi

Lebih terperinci

Bab III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III METODOLOGI PENELITIAN 8 Bab III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai perangkat keras dan perangkat lunak serta beberapa hal mengenai perancangan sistem keseluruhan sehingga sistem bekerja dengan baik sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perencanaan pembuatan alat telemetri suhu tubuh.perencanaan dilakukan dengan menentukan spesfikasi system secara umum,membuat system blok

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 21 BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 3.1 Gambaran umum Perancangan sistem pada Odometer digital terbagi dua yaitu perancangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Blok Diagram LED indikator, Buzzer Driver 1 220 VAC Pembangkit Frekuensi 40 KHz 220 VAC Power Supply ATMEGA 8 Tranduser Ultrasounik Chamber air Setting Timer Driver 2 Driver

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM Pada bab ini akan di uraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan,dan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (secara hardware).hasil implementasi akan dievaluasi untuk mengetahui apakah

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (secara hardware).hasil implementasi akan dievaluasi untuk mengetahui apakah BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pelaksanaan dari perancangan telah dibuat dan dijelaskan pada Bab 3, kemudian perancangan tersebut diimplementasi ke dalam bentuk yang nyata (secara hardware).hasil implementasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Realisasi Perangkat Keras Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara otomatis menggunakan sensor suhu LM35 ditunjukkan pada gambar berikut : 8 6

Lebih terperinci

USER MANUAL PALANGAN KERETA API OTOMATIS MATA DIKLAT : SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA

USER MANUAL PALANGAN KERETA API OTOMATIS MATA DIKLAT : SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA USER MANUAL PALANGAN KERETA API OTOMATIS MATA DIKLAT : SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA SISWA KELAS XII TAHUNAJARAN 2010/2011 JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU TULUNGAGUNG CREW 2

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan skripsi yang dibuat yang terdiri dari perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat

Lebih terperinci

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 Dwisnanto Putro, S.T., M.Eng. MIKROKONTROLER AVR Jenis Mikrokontroler AVR dan spesifikasinya Flash adalah suatu jenis Read Only Memory yang biasanya diisi dengan program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroler ATmega16 Mikrokontroler merupakan suatu system kendali dengan program yang tertanam di dalamnya digunakan untuk suatu aplikasi tertentu. Pada alat ini, digunakan

Lebih terperinci

Bayati. Chairinisa Napitupulu. Khairina Ulfa Nst. Pendahuluan. Lisensi Dokumen:

Bayati. Chairinisa Napitupulu. Khairina Ulfa Nst. Pendahuluan. Lisensi Dokumen: Resistor Pull Up dan Pull Down Bayati bayati_b@yahoo.com Chairinisa Napitupulu chairinisakoto@yahoo.com Khairina Ulfa Nst ukhairina@gmail.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 3.1 Tujuan Perancangan Tujuan dari perancangan alat ini adalah untuk mewujudkan gagasan dan didasari oleh teori serta fungsi dari software arduino dan perangkat remote control,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Diagram Blok Untuk blok diagram dapat dilihat pada gambar 3.1. di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Diagram Blok Untuk blok diagram dapat dilihat pada gambar 3.1. di bawah ini: 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Blok Untuk blok diagram dapat dilihat pada gambar 3.1. di bawah ini: Sensor infrared Mikrokontroler Atmega 8535 Driver UV Driver dryer Lampu UV Dryer Sensor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung, dari bulan Februari 2014 Oktober 2014. 3.2. Alat dan Bahan Alat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu 37 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dan dilaksanakan mulai bulan Maret 2012 sampai

Lebih terperinci