Oleh : ABDUR RAHMAN, S.Pi, M.Sc

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh : ABDUR RAHMAN, S.Pi, M.Sc"

Transkripsi

1 ( Oleh : ABDUR RAHMAN, S.Pi, M.Sc UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS PERIKANAN BANJARBARU 2011 Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 1

2 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamiin, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat, Karunia dan kemudahan Ilmu-Nya jualah Modul Ajar Pengolahan Citra Digital dan Aplikasinya dengan Menggunakan ENVI 4.4. ini dapat diselesaikan. Inderaja dan SIG Perairan (GMKB604) dengan beban kredit 3 SKS merupakan mata kuliah Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan yang dapat diperoleh pada semester IV. Penuntun Praktikum ini merupakan pengantar yang dapat digunakan oleh mahasiswa/i untuk mengetahui konsep-konsep tentang Pengolahan Citra Digital. Penulis berharap semoga Modul ini dapat berguna bagi kemajuan mahasiswa/i dan kemajuan ilmu kartografi pada dunia kerja dan di masa mendatang. Tak ada Gading yang Tak retak adalah sifat ilmu yang dihasilkan oleh insan kamil, oleh karena itu kritik dan saran ke arah perbaikan sangat penulis harapkan. Banjarbaru, April 2011 Penyusun ii Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 2

3 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I. DISPLAY CITRA, PEMBACAAN NILAI PIKSEL DAN PENYUSUNAN CITRA KOMPOSIT WARNA... 1 BAB II. PENGAMATAN POLA SPEKTRAL DENGAN SCATTER PLOT BAB III. PENYUSUNAN CITRA KOMPOSIT BAB IV. KOREKSI RADIOMETRIK DAN GEOMETRIK BAB V. APLIKASI PERUBAHAN LAHAN DAFTAR PUSTAKA iii Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 3

4 DISPLAY CITRA, PEMBACAAN NILAI PIKSEL DAN PENYUSUNAN CITRA KOMPOSIT WARNA BAB 1 A. PENYIMPANAN & PEMBACAAN CITRA DIGITAL File citra digital dibagi atas 2 (dua) bagian : 1. Image atau citra itu sendiri 2. Header atau petunjuk untuk membaca citra Abdur Rahman Pada file-file image standar yang ada di dalam Microsoft Windows, seperti TIFF, JPEG, BMP, GIF, PNG, dan sebagainya, antara file image dan file header biasanya sudah dijadikan satu (header disimpan dalam satu file dengan file image). Tetapi pada citra satelit format standar (seperti format ENVI), file header disimpan terpisah dari file image. File header adalah file yang berisi petunjuk yang akan digunakan oleh software image processing untuk membaca citra. File header pada file citra format standar ENVI memuat informasi berikut : File header berisi informasi jumlah kolom (samples), jumlah baris (lines), jumlah saluran (band), offset, dan sebagainya. Pada citra format ENVI standar, jika file headernya tidak ada maka kita bisa mengisikan jumlah kolom, baris, dan salurannya pada waktu kita membuka citra. Teknisnya seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini : Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 4

5 Kotak dialog di atas secara otomatis akan muncul jika file header tidak ada pada waktu kita membuka citra format ENVI standar. B. KONVERSI FORMAT DATA Langkah pertama dalam pengolahan citra digital adalah melakukan konversi data sehingga data tersebut dapat dibaca dan dikenali oleh software yang digunakan. Dalam praktikum ini data yang dimaksud adalah data citra Penginderaan Jauh, yaitu citra Landsat 7 ETM+. Keterangan data sebagai berikut : Citra : Landsat 7 ETM+ Perekaman : Juli 2002 Daerah : Semarang dan sekitarnya Dimensi : 700 x 1000 piksel Saluran : 6 saluran (ETM1, ETM2, ETM3, ETM4, ETM5 dan ETM7) Format : *.Ian (ERDAS 7.5) Langkah-Langkah Kerja : 1. Jalankan program ENVI 4.5, Start>All Programs>RSI ENVI 4.5>ENVI 2. Klik menu File>Open External File>IP Software>ERDAS 7.5 (.Ian) 3. Atau langsung Open Image>Folder File Data>smg.Ian, Klik OK untuk mengakhiri. Jendela Dialog akan terlihat seperti di bawah ini. Catatan : Tipe penyimpanan pada format standar ENVI adalah BSQ, sedangkan pada format *.Ian adalah BIL. Sehingga diperlukan proses konversi untuk dapat membaca file tersebut. Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 5

6 4. Muncul Jendela Available List. Ada 6 saluran yang akan muncul, namun saluran 6 yang terlihat pada jendela tersebut sebenarnya adalah saluran ETM7 (Infra Merah Tengah II). Saluran ETM6 tidak disertakan karena berupa saluran inframerah Thermal dengan ukuran piksel yang berbeda. C. MENAMPILKAN OBYEK CITRA Setelah mengimpor data citra, langkah selanjutnya adalah menampilkan citra di layar komputer untuk mengetahui kondisi liputan citra, baik dari segi sebaran pola obyek secara geografis maupun kualitas citra itu sendiri. Cara display citra digital yang pertama adalah dalam mode Gray Scale atau berdasar tingkat keabuan yang merepresentasikan intensitas pantulan spektral obyek pada saluran tertentu (single band). Langkah-langkah kerja : 1. Pada jendela Available Band List, klik button Gray Scale 2. Klik button New Display, (sebagai gantinya akan tampil button Display#1). Setiap akan menampilkan image baru, dengan cara mengklik New Display, maka berturutturut akan terbentuk Display#1, Display#2, Display#3, dst. Catatan : Setiap bekerja pada image, selalu diperhatikan Display yang aktif, agar tidak mengganggu kerja yang telah berlangsung. Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 6

7 3. Pilih salah satu saluran yang akan ditampilkan. 4. Klik Load Band, sehingga muncul 3 jendela display citra, yaitu : Jendela Scroll : Display keseluruhan citra sekaligus navigator Jendela Image : Perbesaran dari jendela Scroll, sekaligus memuat beberapa menu informasi citra dan pengolahan sederhana, dll Jendela Zoom : Perbesaran dari jendela image, dimana kenampakkan per piksel dapat dengan mudah diamati. 5. Amati seluruh citra, geserlah box merah pada jendela Scroll maupun image. Pada jendela Zoom, Anda bisa melakukan zoom-in atau zoom-out dengan klik tanda + atau di sebelah kiri bawah kotak jendela Zoom. Akan perbesaran akan muncul di bar jendela zoom. 6. Tampilkan juga saluran yang lain dan amati perbedaannya. 7. Jika anda ingin menampilkan saluran yang lain pada jendela display citra baru, klik button Display#... (di sebelah kanan button Load Band)>New Display, sehingga muncul jendela display kosong yang baru. 8. Pilih slauran yang diinginkan, klik Load Band. Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 7

8 D. LINK DISPLAY Salah satu kelebihan software ENVI adalah adanya fungsi Linkage antara saluran citra (bahkan antar citra). Basis hubungan berdasarkan posisi piksel atau koordinat geografis. Langkah-langkah kerja : 1. Tampilkan 2 jendela display citra dengan saluran yang berbeda, atur sehingga tampak nyaman dilihat. 2. Pada salah satu jendela image, klik menu Tools>Link>Link Displays 3. Pada jendela Link Displays, tentukan Display #1 Yes, Display #2 Yes. Link Size/Position pilih salah satu, Dynamic Overlay on Transparency 0 lalu klik OK. Dibawah ini adalah contoh 2 image citra Semarang yang sudah di Link Display dengan display#1 citra komposit 321 dan display#2 citra komposit 432 Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 8

9 4. Perhatikan kenampakkan display citra pada kedua jendela display akan sama. 5. Klik kiri mouse dan tahan pada citra jendela image untuk mengetahui perbedaan respon spektral obyek terhadap saluran yang berbeda. Lepas klik untuk kembali ke semula. 6. Lakukan untuk semua variasi saluran. Anda bisa menambahkan jendela menjadi 3 atau 4 display sesuai dengan kebutuhan. 7. Jika display citra lebih dari 2, pada jendela Link Displays anda bisa mengatur Display # yang akan diaktifkan. 8. Untuk menghilangkan Link, pada jendela image klik menu Tools>Link>Unlink Display. E. PEMBACAAN NILAI PIKSEL Resolusi (disebut juga resolving power = daya pisah) adalah kemampuan suatu sistim optik-elektronik untuk membedakan informasi yang secara spasial berdekatan atau secara spektral mempunyai kemiripan (Swain dan Davis, 1978). Pengertian ini akhirnya berkembang, dengan menambahkan aspek waktu (temporal) didalamnya. Dalam bidang Penginderaan Jauh, terdapat empat konsep resolusi yang sangat penting, yaitu resolusi spasial, resolusi spektral, resolusi radiometrik, dan resolusi temporal. Dalam praktek pengolahan citra digital, resolusi layar juga memegang peranan penting. Pengertian praktis resolusi spasial adalah ukuran terkecil obyek yangmasih dapat dideteksi oleh sistim pencitraan. Semakin kecil obyek (terkecil) yagn dapat terdeteksi, semakin halus atau tinggi resolusinya. Begitu pula sebaliknya, semakin besar ukuran obyek terkecil yang dapat terdeteksi, semakin kasar atau rendah resolusinya. Citra SPOT yang beresolusi 10 dan 20 meter dapat disebut beresolusi (lebih) tinggi, dibandingkan dengan citra Landsat TM yang beresolusi 30 meter, ataupun Landsat MSS yang beresolusi 79 meter. Ukuran dalam meter ini juga menunjukkan bahwa obyek yang lebih kecil daripada resolusi itu (misal 79 meter) tidak akan dapat dikenali, atau dipresentasikan sebagai obyek itu sendiri secara individual. Obyek tersebut akan tercatat sebagai satu sel penyusun citra (pixel = picture element, elemen gambar). Yang sebenarnya memuat informasi beberapa obyek. Piksel semacam ini disebut mixed-pixel (mixel) (Kannegeieter, 1987). Mixel diperlawankan dengan piksel murni (pure pixel) yang memuat informasi satu jenis obyek saja. Obyek berupa liputan padang rumput yang luas mempunyai kemungkinan untuk menyajikan sejumlah besar piksel murni. Semakin besar resolusinya, semakin besar kemungkinan suatu citra untuk menyajikan banyak mixel. Langkah-Langkah Kerja : 1. Perhatikan perbedaan respon nilai spektral pada obyek air, lahan terbuka, vegetasi kerapatan tinggi dan bangunan industri. 2. Pilih titik-titik pengamatan yang ekstrim (misalnya laut atau danau untuk obyek air, daerah pegunungan untuk vegetasi kerapatan tinggi, dsb) dan posisinya Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 9

10 tetap untuk setiap saluran (gunakan koordinat posisi piksel sebagai panduan pengamatan nilai piksel setiap saluran). 3. Untuk membaca posisi dan nilai piksel, klik menu Tools>Cursor Location/Value 4. Pada jendela Cursor Location/Value muncul angka posisi dan nilai piksel yang mengikuti kemampuan kursor Anda dan arahkan pada citra. Jika kedua jendela masih dalam kondisi link, maka nilai piksel kedua saluran akan muncul seperti gambar di bawah ini. 9 titik pengamatan piksel pada vegetasi sedang Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 10

11 TUGAS 1. Amati minimal 9 piksel (seperti gambar di atas) untuk setiap obyek per saluran. Catat koordinat, nilai piksel, dan rerata nilai piksel untuk satu obyek pada saluran tertentu dianggap mewakili nilai pantulan spektral obyek tersebut pada saluran yang digunakan. 2. Buat tabel catatan nilai piksel untuk obyek-obyek di atas pada semua saluran. Sehingga anda memiliki pantulan spektral obyek yang diukur pada semua saluran JAWAB 1. Tabel Pengamatan Nilai Rata-rata Pengamatan pada 9 piksel untuk masingmasing obyek Tubuh Air, Lahan Terbuka, Vegetasi Kerapatan Tinggi, dan Bangunan Industri adalah sebagai berikut : Tabel. Nilai Piksel Beberapa Obyek Pengamatan Band Nilai Pixel Obyek Air (nm) Obyek Rata-Rata Band ,78 Band ,44 Band ,89 Band ,11 Band ,56 Band ,22 Saluran/Band Nilai Pixel Obyek Lahan Terbuka Rata-Rata Band ,89 Band ,56 Band ,78 Band ,00 Band ,22 Band ,78 Saluran/Band Nilai Pixel Obyek Vegetasi Kerapatan Tinggi Rata-Rata Band ,89 Band ,00 Band ,78 Band ,22 Band ,78 Band ,56 Saluran/Band Nilai Pixel Obyek Bangunan Industri Rata-Rata Band ,33 Band ,56 Band ,11 Band ,89 Band ,67 Band ,11 Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 11

12 250,00 200,00 Pixel Value (DN) 150,00 100,00 50,00 0,00 Blue ( ) Green ( ) Red ( ) NIR ( ) MIR1 ( ) MIR2 ( ) Air Lahan Terbuka Vegetasi Kerapatan Tinggi Bangunan Industri Wavelength (nm) Gambar. Grafik Pola Spektral Obyek Pengamatan Nilai Piksel 250 Grafik Nilai Spektral Rata-Rata Obyek Untuk Band3 dan Band4 Band Air Lahan Terbuka Vegetasi Kerapatan Tinggi Bangunan Industri Band3 Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 12

13 PENGAMATAN POLA SPEKTRAL DENGAN SCATTER PLOT BAB 2 Abdur Rahman Scatter Plot atau diagram pencar menggambarkan hubungan pantulan antara 2 saluran. Bentuk hubungan digambarkan dalam pola pengelompokkan nilai piksel. Diagram pencar ini sangat bermanfaat untuk pengenalan obyek terkait dengan besar pantulan spektralnya. Sebelum menampilkan scatter plot, ambil sampel beberapa obyek terlebih dahulu agar dapat diketahui pola pengelompokkan piksel pada scatter plot dengan cara sebagai berikut : Langkah-Langkah Kerja : 1. PENGAMBILAN OBYEK 1. Tampilkan salah satu saluran citra 2. Pada menu jendela image display klik Overlay>Region of Interest 3. Pada jendela #1ROI Tool, pilih radio button window Zoom. Klik ROI_Type>Poligon. Double Klik Region #1(Red) 0 points, Ubah nama dan warna (jika perlu), misalnya tubuh air (biru). Klik OK jika sudah selesai. 4. Arahkan kursor ke jendela scroll atau image, arahkan box ke obyek air yang sebelumnya diamati, pastikan posisinya tepat. 5. Arahkan kursor ke jendela Zoom, perbesar hingga anda bisa melihat jelas per piksel. Tentukan kelompok piksel yang cenderung homogen untuk obyek air, ambil sampelnya dengan membuat polygon, klik kanan 2x untuk menutup poligon, pada kolom warna klik kanan untuk memunculkan warna. 6. Untuk menambah daerah baru (region baru) klik New Region, plot daerah baru pada jendela Zoom. Lakukan prosedur serupa untuk obyek yang lain. Simpan ROI, pada jendela ROI Tool klik File > Save ROIs, klik Select All Item, masukkan direktori penyimpanan dan nama File ROI, pilih Choose pada masing-masing direktori. Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 13

14 2. MENAMPILKAN SCATTER PLOT Langkah-Langkah Kerja : 1. Pada jendela Image, klik File > Preference. Set image window Xsize = 700 dan Ysize = 1000, klik OK. Ini dimaksudkan untuk menampilkan keseluruhan potongan citra pada diagram pencar. 2. Pada menu image klik Tools > 2-D Scatter Plots, tentukan saluran untuk sumbu x dan y, klik OK. Muncul diagram pencar, kemudian atur sehingga jendela diagra,m pencar berada di luar jendela. 3. Pada jendela Scatter Plot klik File > Import ROIs, klik Select All Items. OK. Warna obyek akan muncul baik di citra mupun di diagram pencar. Amati kecenderungan pengelompokkan obyek pada diagra pencar. Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 14

15 4. Cobalah untuk variasi x dan y yang lain, pada jendela scatter plot klik Options > Change Bands, tentuka saluran yang dibutuhkan. Amati juga pola spektral untuk obyek-obyek di atas. 5. Untuk lebih memperjelas dimana obyek scatter plot, klik kiri pada citra dan gerakkan, maka pada scatter plot akan mengikuti gerakan kursor Anda dimana spektral obyek berada. 6. Simpan salah satu diagram pencar dengan pola pengelompokkan obyek, beri notasi untuk pengelompokkan spektralnya. Gambar Pola Pengelompokan spektral obyek air, Tanah Kosong, Vegetasi Rapat dan Bangunan Industri pada Band 3 vs 4 Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 15

16 PENYUSUNAN CITRA KOMPOSIT WARNA BAB 3 Penyusunan citra komposit warna adalah cara yang paling umum untukmenonjolkan masing-masing keunggulan saluran secara serentak dalam suatu display, sehingga memudahkan pengguna dalam interpretasi citra secara visual. Citra ini merupakan perpaduan 3 saluran, dengan masing-masing saluran diberi warna dasar, yaitu merah, hijau, dan biru (RGB). Warna yang terjadi adalah kombinasi dari tingkat kecerahan pada suatu obyek di setiap saluran. Citra komposit standar merupakan paduan tiga saluran dengan rujukan foto udara inframerah dekat. Pada umumnya saluran ETM4 (inframerah dekat) diberi warna merah, saluran ETM3 (merah) diberi warna hijau, dan saluran ETM2 (hijau) diberi warna biru. Citra warna yang terbentuk disebut dengan citra warna semu standar (standar false color composite). Meskipun demikian bukan berarti citra komposit ini tidak dapat digunakan dalam proses pengenalan obyek. Kadang-kadang justru citra komposit tak standar lebih ekspresif dalam menyajikan kenampakkan obyek yang dijadikan pusat perhatian (misal tubuh air di sela-sela hutan lahan basah). Ketersediaan citra multispektral dengan jumlah saluran yang lebih banyak, termasuk saluran biru dan dan inframerah tengah, memberikan kemungkinan yang lebih banyak dalam membuat kombinasi citra komposit. Citra komposit warna asli pun dapat dihasilkan, bila tersedia saluran-saluran biru, hijau dan merah. Langkah-Langkah Kerja : 1. Pada jendela available Band List, pilih radio button RGB, jendela Selected Band berubah menjadi 3 saluran dengan urutan pewarnaan RGB. 2. Untuk pertama kali, buatlah komposit warna semu standar. Masukkan saluran input komposit, perhatikan radio button warna (RGB) yang aktif, dan klik saluran untuk input. Jika ketiga saluran sudah Anda masukkan, cek sekali lagi agar tidak terjadi kesalahan. 3. Klik Load RGB, untuk menampilkan citra komposit pada jendela Display. Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 16

17 4. Amati kenampakkan yang terjadi pada citra komposit, catat warna yang terjadi pada ke-empat obyek yang sebelumnya Anda teliti. Lihat posisi koordinatnya pada Tabel. 5. Amati juga nilai piksel pada ketiga saluran yang membentuk warna tersebut, gunakan prosedur point D3. Karena komposit, maka nilai piksel yang muncul adalah ketiga saluran penyusun komposit. 6. Contoh di bawah ini adalah komposit warna Red (ETM3), Green (ETM2) dan Biru (ETM1)-Komposit 321, 452, 457, dan 352, untuk kenampakkan obyek air, lahan terbuka, vegetasi kerapatan tinggi, dan bangunan industri, untuk warna komposit asli dan komposit warna semu Nilai piksel 3 saluran Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 17

18 Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 18

19 Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 19

20 Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 20

21 TUGAS 1. Apa yang disebut dengan komposit warna asli (true color composite), dan bagaimana cara memperolehnya?. Apa bedanya dengan komposit warna semu (false color composite). 2. Berdasarkan catatan nilai piksel Anda untuk tiap obyek pada 3 komposit yang berbeda. Jelaskan mengapa warna vegetasi kerapatan tinggi pada citra komposit 432 berwarna merah pekat, sedangkan pada citra komposit 321 berwarna hijau kehitaman? Jelaskan pula untuk warna yang terbentuk pada citra komposit non-standar yang Anda pilih. 3. Perbandingkan ketiga citra komposit, buat tabel tingkat kemudahan pengenalan ke-empat obyek dari sangat mudah, mudah, agak sulit dan sulit sekali. Buatlah kesimpulan. 4. Bagaimana prinsip membuat citra komposit yang lebih menonjolkan obyek tanah. JAWABAN 1. Komposit warna asli (true color composite) adalah Citra standar merupakan paduan tiga saluran warna yang sebenarnya. Artinya komposit warna (RGB) pada saluran Red diberi warna Band 3 (ETM3) warna Merah, Green diberi warna Band ETM2 (Hijau) dan Blue diberi warna ETM1 (berwarna biru). Sehingga dengan kombinasi warna tersebut akan terbentuk warna komposit asli 321 yang menggambarkan Biru untuk tubuh air dan Hijau untuk vegetasi, menggambarkan warna sebenarnya dari obyek. Sedangkan Komposit Warna Semu (false color composite), yaitu komposit tiga saluran dengan rujukan foto udara inframerah dekat. Artinya, warna merah pada saluran Red diberi warna ETM4 (Band Inframerah dekat), Green diberi warna Band ETM3 (Band merah) dan Blue diberi warna Band ETM2 (Hijau). Sehingga warna yang terbentuk adalah komposit warna yang tidak sebenarnya menjadi komposit warna semu (432). Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 21

22 Warna vegetasi kerapatan tinggi pada citra komposit 432 berwarna merah pekat, dikarenakan pada warna komposit RGB pada saluran Red diberi warna Band ETM4 (inframerah dekat), saluran Green diberi warna Band ETM3 (merah) dan saluran Biru diberi warna Band ETM2 (Hijau). Warna vegetasi berwarna merah pekat, dikarenakan hampir tidak ada sumbangan warna lain selain warna merah hanya warna biru pada saluran biru. Sedangkan warna biru lebih banyak dibiaskan dalam perjalanannya ketika melewati jendela atmosfir. Oleh karena itu vegetasi dengan kerapatan tinggi berwarna merah pekat, warna ini dihasilkan dari kombinasi band ETM4 dan Band ETM3. Pada citra komposit 321 pada saluran RGB diberi warna sesuai dengan warna Band yang ada dimana warna Band3 (merah) ditempatkan pada saluran Red, Band2 (Hijau) ditempatkan pada saluran Hijau dan Band1 (Biru), ditempatkan pada saluran Biru. Sehingga penampakkan obyek yang berwarna biru akan dipantulkan berwarna biru, obyek hijau berwarna hijau sesuai dengan pantulan obyek. Pada pembentukan warna selain warna dasar (Merah, Hijau, dan Biru) akan membentuk komposit citra warna semu. Seperti komposit warna 543 lebih cocok untuk melihat kenampakan obyek sungai yang berwarna magenta karena adanya warna tambahan dari warna merah dan biru. Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 22

23 3a. Tabel tingkat kemudahan pengenalan Obyek OBYEK CITRA KOMPOSIT Air sm sm sm ss as Lahan Terbuka sm as ss am m Vegetasi Kerapatan m sm s s sm Tinggi Bangunan Industri m s ss s s Keterangan : sm = sangat mudah, m = mudah, as = agak sulit, s = sulit ss = sangat sulit 3b. Obyek Kota 321 PANTULAN PADA RGB DISPLAY RED GUN BLUE GREEN GUN GUN B3-RED BAND Tinggi (240) B2-GREEN BAND Tinggi (240) B1-BLUE BAND Tinggi (251) WARNA OBYEK white PENGENALAN OBYEK mudah WARNA CITRA 432 B4-NIR BAND Sedang (80) B3-RED BAND Tinggi (200) B2-GREEN BAND Tinggi (210) light blue green sedang 243 B2-GREEN BAND Tinggi (190) B4-NIR BAND Sedang (60) B3-RED BAND Tinggi (230) light magenta (pink) sedang 4. Prinsip membuat citra komposit yang lebih menonjolkan obyek tanah adalah dengan melihat panjang gelombang tertinggi yang dipantulkan dari nilai spektral yang dipantulkan oleh obyek dan besarnya nilai persentase pantulan obyek. Bila dilihat dari grafik spektral nilai pantulan obyek yang dikemukakan oleh Jensen (2004), obyek tanah memantulkan panjang gelombang sebesar 40 % pada panjang gelombang nm. Ini berarti untuk citra Landsat7 ETM+ nilai tersebut berada pada Band ETM4 dengan ETM5. Dengan demikian untuk obyek tanah dapat dibuat kombinasi yang melibatkan kedua band tersebut seperti 452 atau 457 Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 23

24 KOREKSI RADIOMETRIK DAN GEOMETRIK BAB 4 A. KOREKSI RADIOMETRIK Koreksi citra merupakan suatu operasi pengkondisian supaya citra yang digunakan benar-benar memberikan informasi yang akurat secara geometris dan radiometris. Oleh karena itu, operasi koreksi disebut juga dengan operasi prapengolahan (preprocessing) (Danoedoro, 1996). Ada dua koreksi yang dilakukan yaitu koreksi radiometrik dan koreksi geometri. Koreksi radiometrik diperlukan atas dua dasar alasan, yaitu untuk memperbaiki kualitas visual citra dan sekaligus memperbaiki nilai-nilai piksel yang atidak sesuai dengan nilai pantulan atau pancaran spektral obyek yang sebenarnya. Koreksi radiometrik yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas viasul citra berupa pengisian kembali baris yang kosong karena drop out baris maupun masalah kesalahan awal pelarikan (scanning start). Baris yang tidak sesuai dengan yang seharusnya dikoreksi dengan mengambil nilai piksel satu baris di atas dan di bawahnya, kemudian dirata-ratakan (Guindon, 1984, dalam Danoedoro, 1996). Koreksi radiometrik yang ditujukan untuk memperbaiki nilai piksel supaya sesuai dengan yang seharusnya biasanya mempertimbangkan faktor gangguan atmosfer sebagai sumber kesalahan utama. Pada koreksi ini, diasumsikan bahwa nilai piksel terendah pada suatu kerangka liputan seharusnya nol, sesuai dengan nilai bit coding sensor. Apabila nilai terendah piksel pada kerangka liputan tersebut bukan nol, maka nilai penambah tersebut dipandang sebagai hamburan atmosfer. Nilai piksel merupakan hasil bit-koding informasi spektral dari obyek bayangan di permukaan bumi. Informasi spektral ini mencapai detektor pada sensor dalam bentuk radiansi spektral (spektral radiance) dengan satuan miliwatt cm -2 sr -1 µm -1. secara teoritik, pada suatu sistim penginderaan jauh ideal, nilai pantulan spektral obyek di permukaan bumi sama dengan nilai radiansi spektral yang terekam di detektor. Namun pada spektrum tampak dan perluasannya (0,36 sekitar 0,9 µm), informasi spektral obyek di permukaan bumi biasanya mengalami bias, karena ada hamburan dari obyek lain di atmosfer, khususnya partikel debu, uap air dan gas triatomik. Dengan adanya bias maka tersebut diperlukan koreksi untuk memperbaiki nilai piksel supaya sesuai dengan yang seharusnya. Rumus umum koreksi nilai piksel pada setiap scene adalah dengan mengurangi setiap nilai citra yang akan dikoreksi dengan nilai bias : BV terkoreksi BV asli bias Pencarian nilai bias dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan ; penyesuaian histogram (histogram adjusment), penyesuaian regresi, kalibrasi Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 24

25 bayangan (shdow calibration), dan metode pencar (metode bronsveld) (Danoedoro, 1996). Gambar 1. Citra komposit saluran 752 Kota Semarang yang belum terkoreksi radiometrik Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 25

26 Gambar 2. Citra komposit saluran 752 Kota Semarang yang telah terkoreksi radiometrik Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 26

27 A.2.1. Pembacaan Nilai Minimum dan Maksimum Saluran Adapun Langkah-Langkah Kegiatan adalah sebagai berikut : 1. Buka citra yang akan dikoreksi radiometrik-nya. 2. Hitung statistik citra, pada bar menu klik Basic Tools > Statistics > Compute Statistics, muncul jendela Calculate Statistics Input File. 3. Pilih file citra yang akan dihitung statistiknya, dengan kondisi sebagai berikut : Stats Subset : Full Scene Spectral Subset : 6/6 Bands 4. Klik OK, sehingga muncul jendela Calculate Statistics Parameters. 5. Aktifkan tanda chek Text Report, Min/Max/Mean Plot, Calculate Histogram Statistic, Histogram Plots, dan Histogram plots per window = Masukkan nama dan direktori file statistik output. Tentukan pada folder Anda, beri nama radiometrik.sta. 7. Aktifkan juga Report untuk Screen dan File, tentukan direktori save-in dan beri nama smg_minmax.txt. 8. Klik OK, muncul text report statistik citra, histogram citra per-saluran, dan grafik min-max nilai piksel. 9. Catat nilai minimum dan maksimum tiap saluran (sebenarnya Anda sudah punya file dalam bentuk txt (smg_minmax.txt)). 10. Tentukan saluran yang akan Anda koreksi, cari histogramnya. Untuk mengetahui saluran histogram klik kanan pada plot histogram > Plot Key. 11. Simpan gambar histogram saluran yang akan dikoreksi. Pada jendela histogram klik File > Save Plot As > Image File. Output File Type: JPEG dan tentukan nama serta direktori save-in, klik OK. (Histogram ini digunakan untuk memperbandingkan dengan histogram setelah koreksi). Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 27

28 Gambar Histogram Citra Semarang pada Plot Key, Min, Max, Mean, dan Stdev dan Band 1 Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 28

29 A.2.2. Proses Koreksi Radiometrik Langkah-Langkah Kerja : 1. Pada bar menu klik Basic Tools > Band Math, sehingga muncul jendela Band Math. 2. Pada text box Enter an expression ketikkan bx bias (misalnya b1 62, dimana b1 adalah band input), kemudian klik Add to List, klik OK. 3. Masukkan saluran yang dimaksud, save output sebagai file, tentukan direktori dan beri nama smg_rx (r adalah radiometrik dan x adalah saluran). 4. Lakukan untuk saluran yang lain. Meskipun nilai minimum 0 lakukan juga Band Math dengan bias 0, sehingga akan terbentuk file saluran secara terpisah. 5. Tampilkan citra salah satu saluran sebelum dikoreksi dan tampilkan juga citra saluran tersebut setelah dikoreksi radiometrik-nya. 6. Link-kan keduanya, amati perbedaan kecerahan antara keduanya. Catat perubahannya. 7. Cek nilai pikselnya. Apakah nilai piksel citra terkoreksi sesuai dengan pengurangan bias? 8. Tampillkan statistik citra terkoreksi beserta histogramnya, catat perubahannya, simpan juga histogramnya. Perbandingkan dengan histogram sebelum koreksi, beri komentar dan sertakan dalam laporan. A B Gambar 1. Histogram Citra Kota Semarang Band 321 yang sudah (A) dan yang belum (B) telah dikoreksi dengan metode Histogram Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 29

30 (a) (b) Gambar 2. Hasil Histogram Citra Kota Semarang yang sudah (a) dan yang blum (b) dikoreksi dengan metode Histogram Garis Vegetasi Garis Tanah Obyek Air Gambar 5. Contoh Metode Koreksi Radiometrik Citra dengan Feature Space Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 30

31 Pada Gambar 1 dan 2 di atas dapat dilihat perbandingan nilai piksel antara Citra yang belum dikoreksi dan yang telah dikoreksi dengan metode Penyesuaian Histogram. Citra yang telah terkoreksi (A) tercatat nilai piksel pada RGB masing-masing menjadi R:3; G:45 dan B:141, sedangkan pada Citra yang belum (B) dikoreksi R:46; G:118 dan B:154. ini berarti ada penyesuaian histrogram dan pengurangan nilai piksel pada masing-masing saluran RGB pada Band1 untuk obyek air. Hal ini berati ada pengurangan nilai piksel (pengurangan efek hamburan yang diakibatkan oleh atmosfer) untuk citra yang telah terkoreksi sebesar R:43, G:73 dan B:13 untuk citra komposit 321. Pengurangan nilai piksel pada citra yang telah terkoreksi mengindikasikan bahwa pada proses koding digital sensor, obyek air memberikan respon sebesar R:3; G:45 dan B:141 pada band biru untuk komposit warna 321. Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa resolusi citra semakin jelas setelah dikoreksi dengan metode histogram dibandingkan dengan citra yang belum dikoreksi. (Danoedoro, 1996). B. KOREKSI GEOMETRIK Koreksi geometrik atau biasa juga disebut transformasi geometrik citra, yang paling mendasar adalah penempatan kembali nilai-nilai piksel sedemikian rupa, sehingga hasilnya dapat dilihat Gambaran onyek di permukaan bumi yang terekam sensor. Perubahan bentuk kerangka liputan dari bujur sangkar menjadi jajaran genjang merupakan hasil dari transformasi ini. Ada beberapa cara untuk melakukan koreksi geometrik, yaitu rektifikasi dan registrasi geometrik, Jensen (1986). Rektifikasi adalah proses dimana citra dibuat planimetrik berdasarkan rujukan pada peta yang mempunyai proyeksi standar, cara ini dikenal dengan rektifikasi citra ke peta (image to map rectification). Cara yang kedua adalah regristrasi geometrik citra, yaitu registrasi citra ke citra (image to image registration) dengan menggunakan citra lain pada daerah yang sama yang udah dikoreksi terlebih dahulu. Koreksi ini mencakup perujukan titik-tititk tertentu pada citra ke titik-titik yang sama ke medan maupun di peta. Pasangan titik-titik kemudian digunakan untuk membangun fungsi matematis yang menyatakan hubungan antara posisi sembarang titik pada citra dengan titik onyek yang sama pada peta maupun lapangan. Posisi piksel yang dimaksud adalah posisi pusat piksel. Pada koreksi ini, telah dipertimbankan bahwa perubahan posisi piksel itu juga mencakup perubahan informasi nilai spektralnya. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan interpolasi nilai spektral baru selama transformasi geometri, sehinggan dihasilkan geometri baru dengan nilai baru. Proses interpolasi nilai spektral selama transformasi geometri disebut resampling. Interpolasi spasial adalah penentuan hubungan geometrik antara lokasi piksel pada citra masukan dan peta. Pada proses ini dibutuhkan beberapa titik kontrol medan (Ground Control Point/ GCP) yang dapat diidentifikasi pada citra dan peta. Apabila persamaan transformasi koordinat diterapkan pada titik-titik kontrol maka diperoleh residual x dan residual y. Residual adalah penyimpangan posisi titik yang bersangkutan terhadap posisi yang Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 31

32 diperoleh melalui transformasi koordinat yang kemudian dinyatakan sebagai nilai Residual Means Square Error atau RMS(error). Tingkat keberhasilan dalam tahap ini biasanya ditentukan dengan besarnya nilai ambang RMS(error) total, atau yang dikenal dengan istilah sigma. Menurut ketelitian baku peta nasional Amerika Serikat (US National Map Standard), nilai sigma citra harus lebih kecil daripada setengah resolusi spasial citra yang bersangkutan (Eastman, 1997, dalam Like Indrawati, 2001), sehingga rata-rata pergeseran posisi yang dapat diterima dari hasil koreksi ini nantinya adalah 0,5 x ukuran piksel. Dalam melakukan transformasi koordinat, terdapat beberapa macam transfromasi polinomial yang satu dengan yang lain memberikan ketelitian yang berbeda-beda (Jensen, 1996) yaitu : Transformasi affine, yaitu memerlukan minimal 4 titik kontrol untuk mengubah posisi geometrik citra sama dengan posisi geometerik referensi (peta). Transformasi ini lebih sesuai untuk daerah yang bertopografi relatif datar atau landai. Transformasi orde dua, yang dapat dijalankan minimal dengan 6 titik kontrol (atau 12 parameter), dengan ketelitian yang pada umumnya lebih akurat dibandingkan dengan transformasi affine. Transformasi orde tiga, yang dapat dijalankan minimal dengan 10 titik kontrol (20 parameter), dan lebih tepat untuk daerah dengan variasi topografi yang besar. Interpolasi intensitas dilakukan dengan proses resampling. Resampling merupakan proses penentuan kembali nilai piksel sehubungan dengan koordinat baru setelah interpolasi spasial (ilustrasi di atas). Secara umum terdapat tiga macam teknik untuk resampling, yaitu : Interpolasi nearest neighbor, dimana nilai baru untuk piksel dengan posisi baru diambil dari nilai piksel lama pada posisi lama yang terdekat. Interpolasi bilinear, dimana nilai piksel baru pada posisi baru dihitung dengan mempertimbangkan 4 nilai piksel lama pada posisi lama yang terdekat. Interpolasi cubic-convolution, yang memperhitungkan 16 nilai piksel lama pada posisi lama terdekat. B.1.1. PENENTUAN GROUND CONTROL POINTS Langkah-Langkah Kerja : 1. Buka citra yang sudah dikoreksi radiometrik. Sebaiknya komposit. 2. Pada bar menu, klik Map > Registration > Select GCPs : Image to Map 3. Pada jendela Image to Map Registration tentukan parameter sistem koordinat UTM, datum WGS 84, unit meter, zona 49 S, klik OK. 4. Perhatikan kenampakan obyek pada citra dan peta. Analisis daerah liputan citra, dan tentukan berapa Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 32

33 banyak GCP yang akan Anda gunakan, serta di mana saja. Diskusikan dengan asisten jika perlu. 5. Pada jendela GCP Selection, masukkan koordinat peta suatu titik pada box yang kosong, perhatikan easting dan northing-nya. 6. Untuk memasukkan koordinat tersebut sebagai GCP, arahkan cross hair cursor pada citra ke posisi titik yang sama dengan peta (gunakan zoom agar lebih teliti), jika sudah yakin klik Add Point, sehingga Anda memperoleh GCP nomor Lanjutkan untuk GCP yang lain. Jika Anda sudah memiliki minimal 4 GCP maka nilai RMS akan muncul. 8. Untuk menampilkan list titik-titik GCP Anda, klik Show List, untuk mengurangi besarnya RMS, pada list ini Anda bisa menonaktifkan GCP yang bermasalah, dan/atau melakukan editing. 9. Jika jumlah GCP telah sesuai dengan rencana dan RMS kecil, simpan GCP Anda. Pada jendela GCP Selection, klik File > Save GCPs w/ map coords. Tentukan direktori dan beri nama. Gambar 1. Citra Semarang dengan beberapa nilai GCP Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 33

34 B.1.2. PROSES REKTIFIKASI Langkah-Langkah Kerja : 1. Pada jendela GCP Selection, klik Option > Warp File, tentukan file yang akan direktifikasi, klik OK. 2. Pada jendela Registration Parameters, tentukan parameter interpolasi spasial, interpolasi intensitas, background (0=hitam, 255=putih), dan file output. Tentukan direktori dan beri nama smg_rgx (rg = radiometrik dan geometrik, x = saluran citra). OK untuk eksekusi. 3. Pada jendela Available Bands List muncul file hasil rektifikasi dengan tambahan header citra berupa Map Info yang menyimpan informasi seputar sistem proyeksi dan koordinat citra. 4. Tampilkan citra hasil rektifikasi pada jendela image yang baru, amati perubahannya. Cek koordinatnya dengan Cursor Location/Value. 5. Untuk melakukan rektifikasi terhadap saluran yang lain pada bar menu utama klik Map > Registration > Warp from GCPs : Image to Map 6. Panggil file GCP Anda. Cek parameter Image to Map Registration. Tentukan file saluran lain yang akan di rektifikasi. 7. Tentukan Registration Parameters dan output file, klik OK untuk eksekusi. Lakukan hingga semua saluran ter-rektifikasi. Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 34

35 Gambar 2. Gambar Citra yang belum dikoreksi dan yang sudah dikoreksi Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 35

36 Tugas : 1. Sumber kesalahan pada citra dapat dibagi menjadi kesalahan sistimatik dan non sistimatik. Apa yang dimaksud dengan kesalahan sistimatik dan nonsistimatik? Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? 2. Proses resampling nilai piksel dapat menggunakan teknik neighbours, bilinear, dan cubic-convolution. Jika anda akan menggunakan citra hasil koreksi geometrik untuk analisis berbasis nilai spektral (misalnya klasifikasi multispektral), maka teknik mana yang akan anda gunakan untuk resampling?. Jelaskan mengapa anda menggunakan teknik tersebut? Jawaban : 1. Kesalahan Sistimatik atau Kesalahan Geometri adalah kesalahan diakibatkan oleh wahana/alat perekam, dalam hal ini kesalahan yang diakibatkan oleh satelit pada saat melakukan perekaman obyek yang ada di permukaan bumi. Kesalahan ini terjadi sebagai akibat adanya gerakan satelit, rotasi bumi, gerakan cermin pada sensor skaner, dan juga faktor kelengkungan bumi. Pada satelit sumberdaya yang umumnya bergerak secara polar, kombinasi mekanisme lintasan satelit dengan arah rotasi bumi menyebabkan terjadinya pergeseran ujud gambardari kelompok baris penyiaman berikutnya. Hasil dari perekaman juga merupakan model dua dimensi yang menggambarkan kenyataan tiga dimensi pada bidang sferoid permukaan bumi. Disini muncul kesalahan citra yang lain. Perbedaan tinggi obyek di permukaan bumi secara langsung direkam sehingga menghasilkan citra dengan skala yang tidak seragam. Kesalahan ini masih ditambah dengan adanya variasi ketinggian lintasan satelit. Kesalahan Non-Sistimatik : adalah kesalahan yang disebabkan oleh faktorfaktor diluar kesalahan yang diakibatkan oleh faktor geometri. Kesalahan ini terutama disebabkan oleh kondisi atmosfer pada saat terjadinya proses perekaman obyek. Keadaan atmosfer yang terdiri dari partikel debu, gas dan molekul uap air akan mengakibatkan pancaran spektrum elektromagnetik yang dipancarkan oleh sensor akan mengalami beberapa peristiwa seperti hamburan (refractance) meliputi (hamburan releygh, mie), pantulan (reflectance), penyerapan (absorption), dan penerusan (transmittance). Hal yang sama terjadi juga di permukaan bumi, bila kondisi permukaan bumi menyebabkan terjadinya proses di atas seperti keadaan permukaan yang tidak rata, kasar, obyek air, terdapatnya partikel dalam air dan sebagainya Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 36

37 2. Teknik yang saya gunakan untuk menganalisis citra yang sudah terkoreksi geometrik yang berbasis nilai spektral (multispektral) adalah dengan menggunakan metode resampling nearest neighbour. Dengan asumsi bahwa nilai spektral tidak akan mengalami perubahan, dikarenakan metode ini mengambil kembali nilai piksel terdekat ( mengambil empat piksel) yang telah bergeser ke posisi baru. Dengan menggunakan metode ini analisa citra multispektral akan memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode belinear interpolation (mengambil enam piksel) dan cubic convolution (mengambil 16 nilai piksel) untuk menggantikan nilai piksel yang telah bergeser akibat proses perekaman obyek. (Jensen, 1986). Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 37

38 APLIKASI PERUBAHAN LAHAN BAB 5 Keadaan Umum Wilayah Secara geografis Kabupaten Klaten terletak diantara 110 o 30' -110 o 45' Bujur Timur dan 7 o 30' - 7 o 45' Lintang Selatan. Luas wilayah kabupaten Klaten mencapai 665,56 km2. Di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo. Di sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Gunungkidul (Daerah Istimewa Yogyakarta). Di sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta) dan di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Boyolali. Menurut topografi kabupaten laten terletak diantara gunung Merapi dan pegunungan Seribu dengan ketinggian antara meter diatas permukaan laut yang terbagi menjadi wilayah lereng Gunung Merapi di bagian utara areal miring, wilayah datar dan wilayah berbukit di bagian selatan Ditinjau dari ketinggiannya, wilayah kabupaten Klaten terdiri dari dataran dan pegunungan, dan berada dalam ketinggian yang bervariasi, yaitu 9,72% terletak di ketinggian meter dari permukaan air laut. 77,52% terletak di ketinggian meter dari permukaan air laut dan 12,76% terletak di ketinggian meter dari permukaan air laut. Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun, temperatur udara rata-rata 28-30o Celsius dengan kecepatan angin rata-rata sekitar 153 mm setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi bulan Januari (350mm) dan curah hujan terrendah bulan Juli (8mm). (Anonim, 2008). Kegiatan : ACARA I DAN II A. Tujuan dan Manfaat Praktikum : Praktikum ini bertujuan meningkatkan kemampuan analisis mahasiswa dengan pemahaman terhadap materi praktikum dan studi kasus, melalui fasilitas Pengolahan Citra Digital. B. Manfaat Praktikum Praktikum ini mempunyai manfaat antara lain : 1. Mengetahui dan memahami dasar-dasar teori pengolahan citra digital dengan menggunakan software ENVI. 2. Memberikan informasi yang cepat berupa data kebumian mengenai perubahan yang terjadi pada contoh studi kasus Perubahan Penggunaan Lahan di wilayah Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah. Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 38

39 C. Waktu dan Tempat Praktikum Pengolahan dan Analisis Citra Digital ini dilaksanakan di Laboratorium Inderaja dan SIG Terapan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan, Banjarbaru. D. Metode Pengumpulan Data Data Praktikum terdiri dari dua bagian yaitu : 1. Data Latihan Praktikum : Data berupa Citra Satelit Landsat ETM Kota Semarang 2. Data Studi Kasus ; Data Citra Satelit TM Klaten tahun 1998 dan Citra Satelit ETM Klaten Data pendukung yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah Peta Rupa Bumi Digital. Perangkat lunak pengolahan data yang digunakan adalah ; ENVI 4.5, Arc.GIS, ArcView 3.3, MS. Excel. E. Analisis Data Pengolahan data pada Praktikum ini dibagi menjadi dua bagian yaitu pengolahan data untuk latihan dan menjawab soal-soal latihan dan pengolahan data untuk melihat/mendeteksi perubahan pemanfaatan lahan di Wilayah Kabupaten Klaten. Proses pengolahan data adalah sebagai berikut : (Gambar 1. ) E.1. Data Praktikum 1. Melaksanakan analisis data terhadap soal-soal yang diberikan mengenai Display Citra, Pembacaan Nilai Piksel, dan Penyusunan Citra Komposit. 2. Melaksanakan analisis data terhadap soal-soal yang diberikan Mengenai Koreksi Radiometrik dan Koreksi Geometrik Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 39

40 Langkah-Langkah kerja yang digunakan untuk mengamati perubahan penggunaan Lahan Kabupaten Klaten tahun 1998 dan tahun 2002 adalah diikhtisarkan seperti Gambar di bawah ini : Citra Landsat TM Klaten 1998 Citra Landsat7 ETM+ Klaten 2002 INPUT Koreksi Radiometrik & Geometrik Klasifikasi Terselia (Supervised Classification) Cropping Citra Ekspor Citra Raster to Vektor PROSES Klasifikasi Terselia (Supervised Classification) Klaten2008.shp Ekspor Citra Raster to Vektor Klaten1998.shp OVERLAY HASIL PETA PERUBAHAN LAHAN KAB.KLATEN Gambar 1. Langkah Kerja Analisis Perubahan Lahan (Chane Detection) di Kabupaten Klaten Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 40

41 I. CITRA TM KLATEN TAHUN KOREKSI RADIOMETRIK 1.1. Proses input band pada Bandmath Langkah-Langkah Kerja : 1. Buka citra klaten1998 dengan cara ; File>Open Image File>Pilih klaten Pada available bandlist pilih New Display, setelah itu eksekusi dengan Load. 3. Tampilkan Histogram Statistik melalui : Basic Tools > Statistic > Compute Statistic > Pilih klaten1998 > OK. Pilih Compute Statistic Parametric dengan memberi centang pada ; Histogram, Covariance, Basic Statistic, OK. 4. Pada Statistic Results: Klik kanan > Centang Plot key > pada File pilih Band1 5. Pada bar menu klik Basic Tools > Band Math, sehingga muncul jendela Band Math. 6. Pada text box Enter an expression ketikkan bx bias (misalnya b1 45, dimana b1 adalah band input), kemudian klik Add to List, klik OK. 7. Masukkan saluran yang dimaksud (pilih band1 pada citra klaten1998). Simpan file, pilih choose untuk pilihan direktori, beri nama b1 klik OK. 8. Lakukan prosedur 5 s/d 7 untuk semua saluran sampai seluruh band diproses save output sebagai file, tentukan direktori dan beri nama b1 b6. seperti tampak pada gambar di bawah. Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 41

42 1.2. Proses Penggabungan Band Menjadi Saluran Baru Band yang sudah diproses dengan bandmath masih merupakan band-band yang berdiri sendiri. Diperlukan proses untuk menggabungkan ke enam band tersebut menjadi saluran baru yang dapat diproses menjadi citra komposit. Langkah-langkah penggabungan adalah sebagai berikut : 1. Pada menu utama pilih : File > Save As > ENVI Standard 2. Pada New File Builder pilih Import File, sorot b1 b6, OK. 3. Masih pada Kotak Dialog New File Builder, pilih reorder file > susun urutan band1 b6 dengan cara drag, lakukan sampai urutan band sesuai (band1 s/d b6). 4. Pilih direktori pada Enter output file; Choose > direktori > beri nama klaten1998_rd > OK 5. Pada jendela Available bandlist akan terbentuk citra klaten1998_rd yang dapat ditampilkan secara komposit Hasil Proses Koreksi Radiometrik Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 42

43 2. KOREKSI GEOMETRIK 2.1. PENENTUAN GROUND CONTROL POINTS Langkah-Langkah Kerja : 10. Buka citra klaten1998_rd, komposit Pada bar menu, klik Map > Registration > Select GCPs : Image to Image 12. Pada jendela Image to Image Registration tentukan Base Image dengan Citra klaten2002 (sudah dikoreksi) dan pada Warp Image pilih citra klaten1998 (citra yang belum dikoreksi), klik OK 13. Pada Kotak dialog Ground Control Points Selection, tentukan beberapa titik GCP 14. Klik GCP pada citra terkoreksi, secara otomatis nilai X dan Y tertulis, klik add point. Lakukan untuk beberapa titik GCP, sampai nilai RMSE < 0,5. 6. Dialog GCP, Image to Image List dan Citra klaten1998 yang telah diberi ± 16 titik kontrol dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 43

44 Gambar 1. Citra Landsat TM 1998 dengan beberapa nilai GCP Gambar 2. Citra Landsat TM 1998 yang telah dikoreksi Geometrik Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 44

45 2.2. CROPPING AREA Langkah-Langkah Kerja : 1. Catat koordinat UTM Citra ETM Klaten 2002 pada pojok kiri atas, (tercatat : E, S), dan pojok kanan bawah ( E, S) 2. Koordinat ini digunakan untuk memotong citra TM Klaten1998 yang telah terkoreksi Geometrik. Adapun langkah-langkah kerja adalah sebagai berikut : Pada menu utama pilih : File > Save File As >ENVI Standard Pada Kotak Dialog New File Builder pilih Import File > Klaten_rgx > Spatial Subset > Map Pada Spatial Subset by Map Coordinat masukkan koordinat UTM seperti pada point 1 di atas. Koordinat Geografis otomatis akan tertulis, jangan diubah. Klik OK 3. Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 45

46 Gambar 3. Citra TM Klaten1998 yang telah dicropping Band 432 Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 46

47 Gambar 4. Citra ETM+ Klaten2002 g Band Klasifikasi Terselia (Supervised) Citra TM Klaten1998 dan Citra Klaten ETM 2002 Dilakukan klasifikasi terselia terhadap Citra TM Klaten1998 dan Citra ETM2002. adapaun langkah-langkah kerja adalah sebagai berikut : Langkah-Langkah Kerja : 1. Buka File Citra Klaten1998_rgx (sudah terkoreksi geometri) 2. Tampilkan File resampling obyek (Roi) dengan cara : Klik Kanan > Roi Tool > File >Restrore ROIs 3. Masuk ke menu utama dengan cara : Classification > Supervised > Paralelepiped 4. Pada Kotak Dialog Classification Input File pilih Klaten1998_rgx > OK. 5. Pada kotak dialog Paraleleepiped select all items >Save sebagai File atau memori. 6. Pada kotak dialog ENVI Output to Memori Warning (jika disimpan di memory), Klik OK. 7. Agar tampilan citra lebih menarik perlu dilakukan operasi perapian (cosmetic operation) dengan cara : pada menu utama pilih ; Classification >Post Classification > Majority/Minority Analysis > Pilih File > OK 8. Lakukan langkah 1 sampai 7 untuk Citra Klaten Pada Gambar dibawah ini dapat dilihat hasil proses klasifikasi terselia (Supervised classification) untuk Citra TM Klaten1998 dan Citra ETM+ Klaten Modul Ajar Pengolahan Citra Digital an Aplikasinya (Bekerja Dengan ENVI 4.4.) 47

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN Dosen Pengampu : Bambang Kun Cahyono S.T, M. Sc Dibuat oleh : Rahmat Muslih Febriyanto 12/336762/SV/01770 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK GEOMATIKA SEKOLAH VOKASI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Georeferencing dan Resizing Enggar Budhi Suryo Hutomo 10301628/TK/37078 JURUSAN S1 TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 BAB

Lebih terperinci

ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK

ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK 65 ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK A. TUJUAN: 1) Mahasiswa mampu melakukan koreksi geometric pada foto udara maupun citra satelit dengan software ENVI 2) Mahasiswa dapat menemukan berbagai permasalahan saat

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH REGISTRASI DAN REKTIFIKASI DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ENVI. Oleh:

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH REGISTRASI DAN REKTIFIKASI DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ENVI. Oleh: LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH REGISTRASI DAN REKTIFIKASI DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ENVI Oleh: Nama : Rhaisang Al Iman Taufiqul Hakim Genena NRP : 3513100023 Dosen Pembimbing: Nama : Lalu Muhamad

Lebih terperinci

TUTORIAL DASAR PERANGKAT LUNAK ER MAPPER

TUTORIAL DASAR PERANGKAT LUNAK ER MAPPER TUTORIAL DASAR PERANGKAT LUNAK ER MAPPER Adhitya Novianto (G24080066) Geofisika Dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Alat dan Bahan Seperangkat alat komputer Perangkat lunak ER Mapper Pada tutorial

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik 5. PEMBAHASAN Penginderaan jauh mempunyai peran penting dalam inventarisasi sumberdaya alam. Berbagai kekurangan dan kelebihan yang dimiliki penginderaan jauh mampu memberikan informasi yang cepat khususnya

Lebih terperinci

LAPORAN ASISTENSI MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH. Dosen : Lalu Muhammad Jaelani ST., MSc., PhD. Cherie Bhekti Pribadi ST., MT

LAPORAN ASISTENSI MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH. Dosen : Lalu Muhammad Jaelani ST., MSc., PhD. Cherie Bhekti Pribadi ST., MT LAPORAN ASISTENSI MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH Dosen : Lalu Muhammad Jaelani ST., MSc., PhD Cherie Bhekti Pribadi ST., MT Oleh: Mutia Kamalia Mukhtar 3514100084 Jurusan Teknik Geomatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Juli-Agustus 2010 dengan pemilihan lokasi di Kota Denpasar. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PETUNJUK PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL (MENGGUNAKAN SOFTWARE ENVI 4.0) Disiapkan Oleh : Muhammad Kamal LABORATORIUM PENGINDERAAN JAUH DASAR JURUSAN KARTOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH FAKULTAS GEOGRAFI

Lebih terperinci

PENGOLAHAN IDENTIFIKASI MANGROVE

PENGOLAHAN IDENTIFIKASI MANGROVE PENGOLAHAN IDENTIFIKASI MANGROVE Software ENVI 4.4 Pengolalahan citra menggunakan perangkat lunak ENVI 4.4 salah satunya untuk mengidentifikasi, menginterpretasikan vegetasi hutan mangrove dan menentukan

Lebih terperinci

REGISTRASI PETA TUTORIAL I. Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO)

REGISTRASI PETA TUTORIAL I. Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO) TUTORIAL I REGISTRASI PETA Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO) A. Dasar Teori Peta dasar yang digunakan sebagai sumber dalam pemetaan yang berupa gambar citra/peta hasil proses

Lebih terperinci

GD 319 PENGOLAHAN CITRA DIGITAL KOREKSI GEOMETRIK CITRA

GD 319 PENGOLAHAN CITRA DIGITAL KOREKSI GEOMETRIK CITRA LAPORAN PRAKTIKUM I GD 319 PENGOLAHAN CITRA DIGITAL KOREKSI GEOMETRIK CITRA Tanggal Penyerahan : 20 Oktober 2016 Disusun Oleh : Kelompok : 7 (Tujuh) Achmad Faisal Marasabessy / 23-2013-052 Kelas : B Nama

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sukabumi, Jawa Barat pada 7 wilayah kecamatan dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai November 2009. Pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB IV. Ringkasan Modul:

BAB IV. Ringkasan Modul: BAB IV REKTIFIKASI Ringkasan Modul: Pengertian Rektifikasi Menampilkan Data Raster Proses Rektifikasi Menyiapkan Semua Layer Data Spasial Menyiapkan Layer Image Menambahkan Titik Kontrol Rektifikasi Menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 KOREKSI KOORDINAT

BAB 3 KOREKSI KOORDINAT BAB 3 KOREKSI KOORDINAT Sebagai langkah awal dalam memproduksi data spasial dalam format digital, petapeta analog (berupa print out atau cetakan) di-scan ke dalam format yang dapat dikenali oleh ArcGIS.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai bulan November 2009. Objek penelitian difokuskan pada wilayah Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan Juni 2013 dengan lokasi penelitian meliputi wilayah Pesisir Utara dan Selatan Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002) BAB III METODA 3.1 Penginderaan Jauh Pertanian Pada penginderaan jauh pertanian, total intensitas yang diterima sensor radar (radar backscattering) merupakan energi elektromagnetik yang terpantul dari

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini serta tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengklasifikasi tata guna lahan dari hasil

Lebih terperinci

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi 31 IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini adalah dimulai dari bulan April 2009 sampai dengan November 2009 yang secara umum terbagi terbagi menjadi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH TERAPAN KALIBRASI RADIOMETRIK PADA CITRA LANDSAT 8 DENGAN MENGGUNAKAN ENVI 5.1

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH TERAPAN KALIBRASI RADIOMETRIK PADA CITRA LANDSAT 8 DENGAN MENGGUNAKAN ENVI 5.1 LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH TERAPAN KALIBRASI RADIOMETRIK PADA CITRA LANDSAT 8 DENGAN MENGGUNAKAN ENVI 5.1 Nama Oleh : : Mohammad Luay Murtadlo NRP : 3512100068 Dosen Pembimbing Nama : Lalu Muhamad

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP :

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP : LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP : 3513100016 Dosen Pembimbing: Nama : Prof.Dr.Ir. Bangun Muljo Sukojo, DEA, DESS NIP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September dengan mengambil lokasi penelitian di wilayah Kecamatan Cikalong, Tasikmalaya (Gambar

Lebih terperinci

3 MEMBUAT DATA SPASIAL

3 MEMBUAT DATA SPASIAL 3 MEMBUAT DATA SPASIAL 3.1 Pengertian Digitasi Peta Digitasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses konversi data analog ke dalam format digital. Objek-objek tertentu seperti jalan, rumah, sawah

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DATA. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini.

BAB III PENGOLAHAN DATA. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini. BAB III PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini. 3.1 Lokasi Area Studi Dalam tugas akhir ini daerah Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel. Lampiran 1. Praproses Citra 1. Perbaikan Citra Satelit Landsat Perbaikan ini dilakukan untuk menutupi citra satelit landsat yang rusak dengan data citra yang lainnya, pada penelitian ini dilakukan penggabungan

Lebih terperinci

ix

ix DAFTAR ISI viii ix x DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Emisivitas dari permukaan benda yang berbeda pada panjang gelombang 8 14 μm. 12 Tabel 1.2. Kesalahan suhu yang disebabkan oleh emisivitas objek pada suhu 288

Lebih terperinci

BAB 4 DIGITASI. Akan muncul jendela Create New Shapefile

BAB 4 DIGITASI. Akan muncul jendela Create New Shapefile BAB 4 DIGITASI 4.1. Membuat Data Spasial Baru Pada bagian ini, akan dipelajari bagaimana membuat data spasial baru dengan format shapefile yang merupakan format standard Arc View. Buka ArcCatalog Tentukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di daerah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dan sekitarnya, Jawa Barat (Gambar 1). DAS Cipunagara berada dibawah pengelolaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN Menggabungkan Citra dari Wikimapia dengan metode Panavue; Metode Panavue. 2. Kemudian pilih File, lalu New Project

LAMPIRAN Menggabungkan Citra dari Wikimapia dengan metode Panavue; Metode Panavue. 2. Kemudian pilih File, lalu New Project LAMPIRAN Menggabungkan Citra dari Wikimapia dengan metode Panavue; Metode Panavue 1. Buka Logo Panavue 2. Kemudian pilih File, lalu New Project 3. Pada kotak dialog New Project, pastikan Project Types

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan 15 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai dengan April 2011 dengan daerah penelitian di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengolahan Awal Citra (Pre-Image Processing) Pengolahan awal citra (Pre Image Proccesing) merupakan suatu kegiatan memperbaiki dan mengoreksi citra yang memiliki kesalahan

Lebih terperinci

2. GEO REFERENCING. A. Georeferencing menggunakan koordinat yang tertcantum dalam peta analog.

2. GEO REFERENCING. A. Georeferencing menggunakan koordinat yang tertcantum dalam peta analog. G e o r e f e r e n c i n g 12 2. GEO REFERENCING Georeferencing merupakan proses pemberian reference geografi dari objek berupa raster atau image yang belum mempunyai acuan sistem koordinat ke dalam sistem

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DENGAN ENVI 4.1.

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DENGAN ENVI 4.1. MODUL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DENGAN ENVI 4.1. APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DASAR UNTUK PELAKSANA LAPANGAN Disusun oleh : Hero Marhaento, S.Hut., M.Si Bagian Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di DAS Citarum Hulu Jawa Barat dengan luasan sebesar + 230.802 ha. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di wilayah yang tercemar tumpahan minyak dari

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di wilayah yang tercemar tumpahan minyak dari 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah yang tercemar tumpahan minyak dari anjungan minyak Montara Australia. Perairan tersebut merupakan perairan Australia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahapan penting dalam penelitian ini. Proses persiapan data ini berpengaruh pada hasil akhir penelitian. Persiapan yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

Registrasi Peta. Practical Module Geographic Information System STMIK-STIKOM Balikpapan Firmansyah, S.Kom. Page 1

Registrasi Peta. Practical Module Geographic Information System STMIK-STIKOM Balikpapan Firmansyah, S.Kom. Page 1 Registrasi Peta Tujuan 1. Memahami Membuat Peta di Aplikasi Arcview 3.3 2. Mengetahui Konsep Koordinat 3. Mampu Melakukan Registrasi Citra Raster Alat dan Bahan 1. PC/Laptop 2. Modul Praktikum 3. Aplikasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapang. Pengolahan citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial dan penentuan

Lebih terperinci

BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN

BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN Untuk keperluan penelitian ini, sangat penting untuk membangun basis data SIG yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan variabel yang

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ILWIS JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ILWIS JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ILWIS Oleh: Deni Ratnasari 3513100040 Rizky Annisa Putri 3513100041 Cristian Febrianto 3513100051 Dody Pambudhi 3513100054 Kelas : Sistem Informasi Geografis

Lebih terperinci

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : 3.1 Data BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : 1. Citra Landsat-5 TM, path 122 row 065, wilayah Jawa Barat yang direkam pada 2 Juli 2005 (sumber: LAPAN). Band yang digunakan

Lebih terperinci

Identifikasi Mangrove dan Kerapatan Mangrove. Tutorial Ringkas Identifikasi Ekosistem Mangrove dan Pemetaan Kerapatan Mangrove

Identifikasi Mangrove dan Kerapatan Mangrove. Tutorial Ringkas Identifikasi Ekosistem Mangrove dan Pemetaan Kerapatan Mangrove Page 1 of 19 Tutorial Ringkas Identifikasi Ekosistem Mangrove dan Pemetaan Kerapatan Mangrove Dipersiapkan oleh Aji Putra Perdana, S.Si Pengantar SIngkat Tutorial ini merupakan hasil kegiatan atau tugas

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

3. METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2004 sampai bulan Desember 2006. Lokasi yang dipilih untuk studi kasus adalah Gugus Pulau Pari, Kepulauan

Lebih terperinci

Penginderaan Jauh Dan Interpretasi Citra Khursanul Munibah Asisten : Ninda Fitri Yulianti

Penginderaan Jauh Dan Interpretasi Citra Khursanul Munibah Asisten : Ninda Fitri Yulianti Penginderaan Jauh Dan Interpretasi Citra Khursanul Munibah Asisten : 1. Muh. Tufiq Wiguna (A14120059) 2. Triawan Wicaksono H (A14120060) 3. Darwin (A14120091) ANALISIS SPEKTRAL Ninda Fitri Yulianti A14150046

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai September 2011 di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan

Lebih terperinci

Instruksi Kerja Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan INSTRUKSI KERJA. PROGRAM ArcGIS 9.3

Instruksi Kerja Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan INSTRUKSI KERJA. PROGRAM ArcGIS 9.3 INSTRUKSI KERJA PROGRAM ArcGIS 9.3 UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011 i Instruksi Kerja PROGRAM ArcGIS 9.3 Laboratorium Pedologi & Sistem Informasi Sumberdaya Lahan Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : NDVI=(band4 band3)/(band4+band3).18 Nilai-nilai indeks vegetasi di deteksi oleh instrument pada

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Penampilan Citra Dual Polarimetry PALSAR / ALOS Penampilan citra dual polarimetry : HH dan HV level 1. 5 PALSAR/ALOS masing-masing dapat dilihat pada ENVI 4. 5 dalam bentuk

Lebih terperinci

LATIHAN GPS SUNGAI TIGO. Di Ambil dari Berbagai Sumber

LATIHAN GPS SUNGAI TIGO. Di Ambil dari Berbagai Sumber LATIHAN GPS SUNGAI TIGO Di Ambil dari Berbagai Sumber Perlengkapan Unit GPS Komputer dengan serial/usb port Kabel data serial/usb transfer data Software (GIS, RS & GPS) Peta dasar MAIN PAGES Garmin GPS

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI Sistem Informasi Geografis merupakan sistem berbasis computer yang didesain untuk mengumpulkan, mengelola, memanipulasi, dan menampilkan informasi spasial (keruangan)1. Yakni

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam bab ini akan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan dalam Tugas Akhir ini. Tahapan dimulai dengan pengumpulan data dan alat yang

Lebih terperinci

16) Setelah layer contour masuk pilihan, pada kolom height_field pilih Elevation, dan pada kolom tag_field pilih <None>. Klik tombol OK.

16) Setelah layer contour masuk pilihan, pada kolom height_field pilih Elevation, dan pada kolom tag_field pilih <None>. Klik tombol OK. 16) Setelah layer contour masuk pilihan, pada kolom height_field pilih Elevation, dan pada kolom tag_field pilih . Klik tombol OK. 17) Proses pembuatan TIN memakan waktu cukup lama. Berbagai macam

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 9 bulan (Maret - November 2009), dan obyek penelitian difokuskan pada tiga kota, yaitu Kota Padang, Denpasar, dan Makassar.

Lebih terperinci

GD 319 PENGOLAHAN CITRA DIGITAL KOREKSI RADIOMETRIK CITRA

GD 319 PENGOLAHAN CITRA DIGITAL KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LAPORAN PRAKTIKUM II GD 319 PENGOLAHAN CITRA DIGITAL KOREKSI RADIOMETRIK CITRA Tanggal Penyerahan : 2 November 2016 Disusun Oleh : Kelompok : 7 (Tujuh) Achmad Faisal Marasabessy / 23-2013-052 Kelas : B

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi Lampung kawasan ini berada

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Koreksi Geometrik Langkah awal yang harus dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan koreksi geometrik pada citra Radarsat. Hal ini perlu dilakukan karena citra tersebut

Lebih terperinci

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UNPAK.

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UNPAK. Pembuatan Peta Penutup Lahan Menggunakan Klasifikasi Terbimbing Metode Maximum Likelilhood Pada Citra Landsat 8 (Studi Kasus: Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat) Making Land Cover Map Using Supervised

Lebih terperinci

Registrasi Image dengan ARC VIEW

Registrasi Image dengan ARC VIEW MODUL 5 DIGITASI dengan Arc View Registrasi Image dengan ARC VIEW Aktifkan extension image analysis, TIFF or JPEG Add Theme, pilih gambar yang mau didigitasi. Tool Align akan aktif. Pilih Tool Align Klik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 14 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan sejak bulan April 2009 sampai November 2009 di Laboratorium Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penginderaan Jauh Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan September 2012 yang berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way Kambas

Lebih terperinci

CARA DOWNLOAD CITRA RESOLUSI TINGGI DARI GOOGLE EARTH DAN TRANSFORMASI KOORDINAT DATA RASTER MENGGUNAKAN SOFTWARE ARCMAP 10.1 PART 1 : download citra resolusi tinggi dari Google Earth Bagi sebagaian besar

Lebih terperinci

ISSN Jalan Udayana, Singaraja-Bali address: Jl. Prof Dr Soemantri Brodjonogoro 1-Bandar Lampung

ISSN Jalan Udayana, Singaraja-Bali  address: Jl. Prof Dr Soemantri Brodjonogoro 1-Bandar Lampung ISSN 0216-8138 73 SIMULASI FUSI CITRA IKONOS-2 PANKROMATIK DENGAN LANDSAT-7 MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN METODE PAN-SHARPEN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS CITRA DALAM UPAYA PEMANTAUAN KAWASAN HIJAU (Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan Citra SPOT 4 dan IKONOS yang digunakan merupakan dua citra yang memiliki resolusi spasial yang berbeda dimana SPOT 4 memiliki resolusi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMBINASI BAND PADA CITRA SATELIT LANDSAT 8 DENGAN PERANGKAT LUNAK BILKO OLEH: : HILDA ARSSY WIGA CINTYA

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMBINASI BAND PADA CITRA SATELIT LANDSAT 8 DENGAN PERANGKAT LUNAK BILKO OLEH: : HILDA ARSSY WIGA CINTYA LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMBINASI BAND PADA CITRA SATELIT LANDSAT 8 DENGAN PERANGKAT LUNAK BILKO OLEH: NAMA : HILDA ARSSY WIGA CINTYA NRP :3513100061 DOSEN PEMBIMBING: NAMA : LALU MUHAMAD JAELANI,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4 Subset citra QuickBird (uint16).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4 Subset citra QuickBird (uint16). 5 Lingkungan Pengembangan Perangkat lunak yang digunakan pada penelitian ini adalah compiler Matlab versi 7.0.1. dengan sistem operasi Microsoft Window XP. Langkah persiapan citra menggunakan perangkat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai September 2011. Kegiatan penelitian ini meliputi tahap prapenelitian (persiapan, survei), Inventarisasi (pengumpulan

Lebih terperinci

BAB VII. Ringkasan Modul:

BAB VII. Ringkasan Modul: BAB VII MENAMPILKAN DATA SPASIAL Ringkasan Modul: Menampilkan Data Berdasarkan Kategori Data Attribut Menampilkan Data dalam Semua Kategori Menampilkan Data Berdasarkan Kategori yang Diinginkan Membuat

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 10 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO Citra nonfoto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor nonfotografik atau sensor elektronik. Sensornya

Lebih terperinci

Masukkan CD Program ke CDROM Buka CD Program melalui My Computer Double click file installer EpiInfo343.exe

Masukkan CD Program ke CDROM Buka CD Program melalui My Computer Double click file installer EpiInfo343.exe Epi Info Instalasi File Installer Masukkan CD Program ke CDROM Buka CD Program melalui My Computer Double click file installer EpiInfo343.exe File installer versi terbaru dapat diperoleh melalui situs

Lebih terperinci

KOREKSI GEOMETRIK. Tujuan :

KOREKSI GEOMETRIK. Tujuan : Tujuan : KOREKSI GEOMETRIK 1. rektifikasi (pembetulan) atau restorasi (pemulihan) citra agar kordinat citra sesuai dengan kordinat geografi 2. registrasi (mencocokkan) posisi citra dengan citra lain atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pengambilan data atribut berupa data sosial masyarakat dilakukan di Kampung Lebak Picung, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak Banten (Gambar

Lebih terperinci

1. Mengenal ER Mapper 5.5

1. Mengenal ER Mapper 5.5 1. Mengenal ER Mapper 5.5 1.1 Memulai ER Mapper 5.5 Untuk memulai atau menjalankan ERMapper 5.5 menggunakan tombol Start yang ada di Taskbar, ikuti langkah berikut ini : 1. Nyalakan komputer Anda, tunggu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang. III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2010. Lokasi penelitian di Kota Palembang dan Laboratorium Analisis Spasial Lingkungan, Departemen Konservasi Sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN LITERATUR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra yang direkam oleh satelit, memanfaatkan variasi daya, gelombang bunyi atau energi elektromagnetik. Selain itu juga dipengaruhi oleh cuaca dan keadaan atmosfer

Lebih terperinci

MEMBUAT PETA POTENSI LONGSOR DAN RAWAN BANJIR BANDANG MENGGUNAKAN ArcGIS 10.0

MEMBUAT PETA POTENSI LONGSOR DAN RAWAN BANJIR BANDANG MENGGUNAKAN ArcGIS 10.0 MODUL PELATIHAN MEMBUAT PETA POTENSI LONGSOR DAN RAWAN BANJIR BANDANG MENGGUNAKAN ArcGIS 10.0 Februari 2012 Versi 2.1 DAFTAR ISI I. Mempersiapkan Data... 1 I.1. Digitasi area longsor dan mikrotopografi

Lebih terperinci

KULIAH ICD KE 4 PEMROSESAN DATA

KULIAH ICD KE 4 PEMROSESAN DATA KULIAH ICD KE 4 PEMROSESAN DATA PERANGKAT KERAS Perangkat keras : komputer mikro hingga super Single task dan single user hingga multi task & multi user Perangkat Keras Utama Ada dua macam perangkat keras

Lebih terperinci

BAB VI. Ringkasan Modul. Mengedit Data Vektor Membuat Setting Snap Menambah Feature Linier Menambahkan Feature Titik Menggunakan Koordinat Absolut

BAB VI. Ringkasan Modul. Mengedit Data Vektor Membuat Setting Snap Menambah Feature Linier Menambahkan Feature Titik Menggunakan Koordinat Absolut BAB VI MENGEDIT DATA VEKTOR Ringkasan Modul Mengedit Data Vektor Membuat Setting Snap Menambah Feature Linier Menambahkan Feature Titik Menggunakan Koordinat Absolut 6.1. Mengedit Data Vektor Langkah awal

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997 LAMPIRAN Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997 17 Lampiran 2. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 2006 18 Lampiran 3. Peta sebaran suhu permukaan Kodya Bogor tahun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Hutan Adat Kasepuhan Citorek, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pengambilan data lapangan dilaksanakan bulan Februari

Lebih terperinci

STUDI PERKEMBANGAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DAN SIG. Walbiden Lumbantoruan 1. Abstrak

STUDI PERKEMBANGAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DAN SIG. Walbiden Lumbantoruan 1. Abstrak STUDI PERKEMBANGAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DAN SIG Walbiden Lumbantoruan 1 Abstrak Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: (1) Untuk mengtetahui perubahan ruang sebagai permukiman

Lebih terperinci

III. METODOLOGIPENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan

III. METODOLOGIPENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan III. METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan laporan kembali dilakukan pada bulan Agustus hingga September 2009. Pengamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai analisis data Landsat 7 untuk estimasi umur tanaman kelapa sawit mengambil daerah studi kasus di areal perkebunan PTPN VIII

Lebih terperinci

Dewa Putu Adikarma Mandala G Tutorial ERMapper

Dewa Putu Adikarma Mandala G Tutorial ERMapper Tutorial ERMapper ERmapper merupakan salahsatu Softwere yang dapat digunakan dalam melakukan pengolahan data satelit. Setelah program ERMapper dijalankan akan tampak tampilan seperti berikut. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian dan Scene Data Satelit Lokasi penelitian ini difokuskan di pantai yang berada di pulau-pulau terluar NKRI yang berada di wilayah Provinsi Riau. Pulau-pulau

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei 3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei sampai September 2010. Lokasi penelitian di sekitar Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu,

Lebih terperinci

Sudaryanto dan Melania Swetika Rini*

Sudaryanto dan Melania Swetika Rini* PENENTUAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DENGAN INDEX VEGETASI NDVI BERBASIS CITRA ALOS AVNIR -2 DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI KOTA YOGYAKARTA DAN SEKITARNYA Sudaryanto dan Melania Swetika Rini* Abstrak:

Lebih terperinci

Membuat Layout Data Citra Satelit Menggunakan ENVI November 2012 Hal. 1

Membuat Layout Data Citra Satelit Menggunakan ENVI  November 2012 Hal. 1 www.citrasatelit.wordpress.com November 2012 Hal. 1 INTRO ENVI merupakan salah satu software pengolahan data citra satelit yang populer disamping PCI Geomatica maupun ERDAS ER Mapper. Penggunaannya yang

Lebih terperinci

SCREEN DIGITIZING. A. Digitasi Point (Titik)

SCREEN DIGITIZING. A. Digitasi Point (Titik) SCREEN DIGITIZING Screen digitizing merupakan proses digitasi yang dilakukan di atas layar monitor dengan bantuan mouse. Screen digitizing atau sering disebut juga dengan digitasi on screen dapat digunakan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum III KLASIFIKASI CITRA SATELIT MENGGUNAKAN ERDAS IMAGINE

Laporan Praktikum III KLASIFIKASI CITRA SATELIT MENGGUNAKAN ERDAS IMAGINE Mata Kuliah Dasar Sistem Informasi Geografi dan Lingkungan [PSL640] Dosen : Prof.Dr.Ir. Lilik B. Prasetyo Laporan Praktikum III KLASIFIKASI CITRA SATELIT MENGGUNAKAN ERDAS IMAGINE Oleh : Muhammad Ramdhan

Lebih terperinci

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP Oleh A. Suradji, GH Anto, Gunawan Jaya, Enda Latersia Br Pinem, dan Wulansih 1 INTISARI Untuk meningkatkan

Lebih terperinci

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan : MAKSUD DAN TUJUAN q Maksud dari kegiatan ini adalah memperoleh informasi yang upto date dari citra satelit untuk mendapatkan peta penggunaan lahan sedetail mungkin sebagai salah satu paramater dalam analisis

Lebih terperinci

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi Ukuran Hubungan antar obyek Informasi spasial dari obyek Pengambilan data fisik dari

Lebih terperinci

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut

Lebih terperinci

LOCUS GIS. Oleh : IWAN SETIAWAN

LOCUS GIS. Oleh : IWAN SETIAWAN LOCUS GIS Oleh : IWAN SETIAWAN FORUM FUNGSIONAL TERTENTU PROVINSI SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2016 LOCUS GIS Locus GIS adalah program GIS berbasis Android yang dibuat oleh Asamm Software, Praha, Republik

Lebih terperinci