LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI MAKANAN ASIN, SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN DENGAN HIPERTENSI PADA PENDERITA OBESITAS DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI MAKANAN ASIN, SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN DENGAN HIPERTENSI PADA PENDERITA OBESITAS DI INDONESIA"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI MAKANAN ASIN, SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN DENGAN HIPERTENSI PADA PENDERITA OBESITAS DI INDONESIA Disusun Oleh : AFNI, S.Gz Rr. NUR FAUZIYAH, SKM, MKM MILADIL FITRA, SKM NURRACHMA SARI, S.Gz BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014

2 SUSUNAN TIM PENELITI NO NAMA JURUSAN JABATAN 1. Afni, S.Gz Mahasiswa Magister IKM Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat Koordinator Peneliti FKM UI 2. Rr. Nur Fauziyah, SKM, MKM Mahasiswa Program doktoral IKM FKM UI Pembantu Peneliti 3. Miladil Fitra, SKM Mahasiswa Magister IKM Jurusan Kesehatan Lingkungan Pembantu Peneliti FKM UI 4. Nurrachma Sari, S.Gz Mahasiswa Magister IKM Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UI Pembantu Peneliti

3 KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT atas karunia dan ridhonya sehingga laporan akhir penelitian analisis lanjut Riskesdas 2014 ini dapat diselesaikan pada waktu yang tepat. Judul pada penelitian ini mengalami tiga kali perubahan. Pada awalnya penelitian ini berjudul Hubungan Obesitas dan Pola Konsumsi dengan hipertensi di Indonesia. Kemudian atas masukan dari para pakar judul penelitian ini berubah menjadi Hubungan Obesitas, Pola Konsumsi Garam dan Serat dengan Hipertensi Di Indonesia. Pada akhirnya judul ini kembali mengalami perubahan Hubungan Tingkat Konsumsi Makanan Asin, Sayuran dan Buah Buahan dengan Hipertensi Pada Penderita Obesitas di Indonesia. Perubahan judul dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran dan hasil analisa secara lebih spesifik baik dari segi variabel independen, variabel dependen maupun subjek penelitian. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada : 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI, terutama tim sekretariat analisis lanjut yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk ikut berpartisipasi pada kegiatan ini. 2. Seluruh Tim Reviewer yang telah memberikan banyak masukan kepada peneliti mulai dari penulisan proposal sampai penulisan laporan akhir penelitian ini. 3. Dekan FKM Universitas Indonesia atas izin yang diberikan kepada peneliti dan tim. 4. Ibu Nur Fauziyah, SKM, MKM yang selalu memberikan semangat, waktu dan tenaga serta bersedia menjadi tempat curhat peneliti dalam menyelesaikan kegiatan analisis lanjut ini. 5. Teman-teman anggota tim yang telah memberikan sumbangsih pemikiran, tenaga dan waktu untuk menyelesaikan kegiatan analisis lanjut riskesdas Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dorongan dan doa restu. 7. Teman-teman peserta analisis lanjut dari FKM UI Loli dan Okky, terima kasih atas kerjasama dan diskusinya. 8. Seluruh pihak yang telah membantu peneliti yang tidak bisa peneliti disebutkan satu persatu. i

4 Peneliti sadar bahwa laporan akhir analisis lanjut ini masih perlu pendalaman dan kajian lebih lanjut. Peneliti berharap semoga laporan ini dapat menjadi salah satu pijakan dan bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dan pengelola program gizi ditingkat propinsi sampai puskesmas dalam upaya pencegahan dan penanggulangan masalah hipertensi di Indonesia. Akhir kata penulis berharap semoga laporan kegiatan analisis lanjut ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pembaca. Jakarta, 2014 Penyusun ii

5 RINGKASAN EKSEKUTIF Analisis lanjut merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan analisis lanjut dan mendalam terhadap data Riskesdas tahun 2013 yang telah dikumpulkan. Penelitian ini berjudul Hubungan Tingkat Konsumsi Makanan Asin, Sayuran dan Buah buahan dengan Hipertensi Pada Penderita Obesitas di Indonesia. Penelitian ini dilakukan oleh Afni, S.Gz bersama 3 orang rekan mahasiswa dari Faklutas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan tingkat konsumsi makanan asin, sayuran dan buah-buahan dengan hipertensi pada penderita obesitas di Indonesia. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin tingginya angka kejadian hipertensi di Indonesia yang menunjukkan trend dan kondisi yang mengkhawatirkan, dan menjadi faktor resiko utama terjadinya penyakit kardiovaskuler di seluruh belahan dunia, sehingga tidak mengherankan jika hipertensi selalu disebut sebagai The Silent Killer. Selain itu hipertensi yang terjadi pada masa kini juga menyerang masyarakat yang berusia produktif. Hal ini tentu akan menimbulkan dampak buruk terhadap kualitas kesehatan dan tingkat produktifitas. Dari ketiga variabel yang menjadi fokus peneliti terlihat bahwa konsumsi buah- buahan yang sering memiliki efek mencegah hipertensi setelah mempertimbangkan variabel lain (usia, jenis kelamin, aktifitas fisik dan kebiasaan merokok). Merujuk pada hasil penelitian ini, diharapkan para pemangku kebijakan dan pengelola program gizi dapat lebih mempopulerkan dan mensosialisasikan Tumpeng Gizi yang terdapat dalam buku Pesan Gizi Seimbang yang baru diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan RI tahun iii

6 ABSTRAK Pada tahun 2008, di seluruh dunia, sekitar 40% dari orang dewasa berusia 25 keatas telah didiagnosis dengan hipertensi. Jumlah orang dengan kondisi ini meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi 1 miliar pada tahun Konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang berhubungan langsung dengan status kesehatan disamping infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan tingkat konsumsi makanan asin, sayuran dan buah-buahan dengan hipertensi pada penderita obesitas di Indonesia. Penelitian bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional menggunakan sumber data sekunder dari Riskesdas Pengolahan data dilakukan dalam rentang waktu 3 bulan (Oktober s.d Desember 2014). Analisis dilakukan secara bivariat dan multivariat menggunakan metode uji Chi square dan Multiple Logistic Regression Test. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat konsumsi makanan asin dan buah-buahan dengan hipertensi serta tidak ada hubungan bermakna tingkat konsumsi sayur dengan hipertensi. Setelah mempertimbangkan faktor lain (usia, jenis kelamin, aktifitas fisik dan kebiasaan merokok) uji regresi logistik menunjukkan bahwa konsumsi buah-buahan dengan frekuensi sering menjadi faktor dominan dan memiliki efek protektif dalam mencegah terjadinya hipertensi yaitu sebesar 0,74 kali. Oleh karena itu, tingkat konsumsi buah-buahan harus lebih ditingkatkan untuk mencegah hipertensi. kata kunci : hipertensi, makanan asin, sayur dan buah iv

7 DAFTAR ISI Halaman Judul... Susunan Tim Peneliti... Surat Keputusan Penelitian... Kata Pengantar... i Ringkasan Eksekutif... iii Abstrak... iv Daftar Isi... v Daftar Tabel... vii Daftar Gambar/Grafik... viii Daftar Lampiran... vii BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang b. Rumusan Masalah c. Pertanyaan Penelitian d. Tujuan e. Manfaat f. Hipotesis BAB II Tinjauan Pustaka I. HIPERTENSI a. Pengertian Hipertensi b. Patogenesis Hipertensi c. Gejala Klinis Hipertensi d. Diagnosis Hipertensi e. Pengukuran Tekanan Darah f. Jenis- jenis Hipertensi g. Faktor Resiko Hipertensi h. Penatalaksaan Hipertensi II. DIET DASH a. Diet DASH b. Upaya Penerapan DASH BAB III METODE PENELITIAN a. Kerangka Teori b. Kerangka Konsep c. Tempat dan Waktu d. Desain e. Populasi dan Sampel f. Variabel g. Defenisi Operasional h. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data i. Manajemen dan Analisis Data BAB IV HASIL a. Hasil b. Pengujian Hipotesis v

8 BAB V PEMBAHASAN I. Pembahasan a. Konsumsi buah b. Konsumsi Makanan Asin c. Konsumsi Sayur d. Usia dan Hipertensi e. Jenis Kelamin dan Hipertensi f. Aktifitas fisik dan Hipertensi g. Kebiasaan merokok dan Hipertensi II. Keterbatasan Penelitian BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan b. Saran c. Ucapan Terima Kasih DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... vi

9 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah dari International Society Of Hypertension (ISH) For Recently Updated WHO Tahun Tabel 2.2 Diatary Approaches to Stop Hypertension (DASH ) Diet Basisc Based on 2,000 kcal diet Tabel 3.1 Defenisi Operasional Tabel 3.2 Instrumen Penelitian Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Gambaran subjek penelitian menurut usia, jenis kelamin, aktifitas fisik dan kebiasaan merokok pada penduduk dewasa yang berusia antara tahun berdasarkan data Riskesdas Gambaran subjek penelitian menurut proporsi hipertensi pada penduduk dewasa yang berusia antara tahun berdasarkan data Riskesdas Gambaran subjek penelitian menurut tingkat konsumsi makanan asin, konsumsi sayur-sayuran dan konsumsi buah-buahan pada penduduk dewasa yang berusia antara tahun berdasarkan data Riskesdas Hubungan usia, jenis kelamin, aktifitas fisik dan kebiasaan merokok dengan hipertensi pada penderita obesitas di Indonesia berdasarkan data Riskesdas Hubungan tingkat konsumsi makanan asin dengan hipertensi pada penderita obesitas di Indonesia berdasarkan data Riskesdas Hubungan tingkat konsumsi makanan asin, sayur dan buah dengan hipertensi pada penderita obesitas setelah mempertimbangkan variabel lain (usia, jenis kelamin, aktifitas fisik dan kebiasaan merokok) berdasarkan data Riskesdas vii

10 DAFTAR GAMBAR/GRAFIK Gambar 3.1 Kerangka Teori Gambar 3.2 Kerangka Konsep Gambar 5.1 Gambaran subjek penelitian menurut usia, jenis kelamin, aktifitas fisik dan kebiasaan merokok pada penduduk dewasa yang berusia antara tahun berdasarkan data Riskesdas Gambar 5.2 Gambaran subjek penelitian menurut proporsi hipertensi pada penduduk dewasa yang berusia antara tahun berdasarkan data Riskesdas Gambar 5.3 Gambaran subjek penelitian menurut tingkat konsumsi makanan asin, konsumsi sayur-sayuran dan konsumsi buah-buahan pada penduduk dewasa yang berusia antara tahun Gambar 5.4 Hubungan usia, jenis kelamin, aktifitas fisik dan kebiasaan merokok dengan hipertensi pada penderita obesitas di Indonesia berdasarkan data Riskesdas Gambar 5.5 Hubungan tingkat konsumsi makanan asin dengan hipertensi pada penderita Obesitas di Indonesia berdasarkan data Riskesdas viii

11 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada bab X, bagian kedua tentang penyakit tidak menular pasal antara lain disebutkan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat melakukan upaya pencegahan, pengendalian, penanganan Penyakit Tidak Menular (PTM) beserta akibat yang ditimbulkan serta upaya sebagaimana dimaksud diatas untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemampuan berperilaku sehat dan mencegah terjadinya penyakit tidak menular (PTM) beserta akibat yang ditimbulkannya ( Kemenkes RI 2010). Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian pada tahun 2005 (WHO) dan 80% kematian tersebut terjadi di negara-negara yang berpendapatan rendah dan menengah. Penyakit tidak menular banyak ditemukan antara lain penyakit jantung dan pembuluh darah (30%), penyakit pernafasan kronik dan penyakit kronik lainnya (16%), kanker (13%) dan diabetes mellitus (2%). Penyakitpenyakit tersebut diatas umumnya terjadi di negara berkembang dan mengalami peningkatan kejadian dengan cepat yang berdampak pada peningkatan angka kematian dan kecacatan (Kemenkes,2010). Berdasarkan data mutakhir (BAPPENAS, 2004) yang diambil dari berbagai kota dan kabupaten yang mewakili daerah fiskal rendah, sedang dan tinggi ditemukan bahwa pola penyakit utama masih didominasi oleh penyakit-penyakit infeksi. Akan tetapi yang lebih menarik lagi ialah bahwa pada urutan 4-6 sudah banyak ditempati oleh penyakit non-infeksi khususnya penyakit hipertensi. Pada saat ini, manusia hidup dalam lingkungan yang berubah dengan cepat. Di seluruh dunia, kesehatan manusia sedang berbentuk oleh kekuatan besar yang sama: yaitu penuaan demografi, urbanisasi dan globalisasi yang cepat serta gaya hidup yang tidak sehat. Salah satu contoh yang paling mencolok dari pergeseran ini adalah kenyataan bahwa penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, kanker, diabetes dan penyakit paru-paru kronis telah mengambil alih penyakit menular sebagai penyebab 1

12 kematian terkemuka di dunia. Salah satu faktor risiko utama untuk penyakit tidak menular tersebut adalah hipertensi. Hipertensi sudah mempengaruhi satu miliar orang diseluruh dunia, dan menyebabkan serangan jantung dan stroke. Para peneliti telah memperkirakan bahwa tekanan darah yang meningkat dapat membunuh sembilan juta orang setiap tahun ( WHO,2013). Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah (sistolik atau diastolik) di dalam arteri melebihi batas normal yaitu >140/90 mm Hg (WHO, 2013). Pada tahun 2008, di seluruh dunia, sekitar 40% dari orang dewasa berusia25 keatas telah didiagnosis dengan hipertensi. Jumlah orang dengan kondisi ini meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi 1 miliar pada tahun Prevalensi hipertensi tertinggi di wilayah Afrika pada 40% orang dewasa berusia 25 tahun keatas, sedangkan prevalensi terendah ditemukan di Amerika yaitu sebesar 35% (WHO, 2013). Berdasarkan data Riskesdas 2013, Penyakit tidak menular, terutama hipertensi terjadi penurunan dari 31,7 persen tahun 2007 menjadi 25,8 persen tahun Namun demikian, terjadi peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara (apakah pernah didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi) dari 7,6% pada tahun 2007 menjadi 9,5% tahun Prevalensi hipertensi di perkotaaan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pedesaan, selain itu prevalensi cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan rendah dan kelompok tidak bekerja. Kemungkinan hal ini disebabkan ketidaktahuan tentang pola makan yang baik. Peningkatan prevalensi hipertensi dikaitkan dengan pertumbuhan penduduk, penuaan dan faktor resiko perilaku seperti diet yang tidak sehat, penggunaan alkohol, kurangnya aktifitas fisik, obesitas dan paparan stres secara menerus (WHO, 2013). Faktor resiko pada hipertensi meliputi faktor yang tidak dapat diubah seperti usia, jenis kelamin riwayat keluarga, ras dan genetik, sedangkan faktor yang dapat diubah antara lain konsumsi garam, obesitas, aktifitas fisik, konsumsi lemak jenuh, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol ( Brown, 2011). Obesitas merupakan epidemi di negara Amerika. Kelebihan berat badan atau obesitas menyebabkan resiko untuk sejumlah penyakit, termasuk penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, kanker, stroke, penyakit kandung empedu, osteoarthritis dan gangguan pernapasan. Risiko terkena penyakit ini bahkan lebih tinggi ketika berat terkonsentrasi pada daerah pinggang (lemak perut). Prevalensi obesitas terus mengalami peningkatan. Menurut National Institutes of Health, 60% orang dewasa Amerika 2

13 kelebihan berat badan dan 35 % dianggap obesitas, sementara sekitar 25 % dari anakanak Amerika kelebihan berat badan atau obesitas. Jika kecenderungan ini terus berlanjut, lebih dari setengah orang dewasa Amerika mungkin akan mengalami obesitas pada tahun 2030 ( Prevalensi overweight dan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia- Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari penduduk Korea Selatan tergolong overweight dan 1,5% tergolong obes. Di Thailand, 16% penduduknya mengalami overweight dan 4% mengalami obes. Di daerah perkotaan Cina, prevalensi overweight adalah 12,% pada laki-laki dan 14,4% pada perempuan, sedangkan di daerah pedesaan prevalensi overweight pada laki-laki dan perempuan masing masing adalah 5,3% dan 9,8% (Inoue, 2000). Studi prospektif pada 300 wanita sehat usia tahun di Framingham menemukan bahwa wanita dengan resiko status gizi lebih mengkonsumsi lebih banyak lemak, alkohol serta kurang mengkonsumsi serat, memiliki resiko 2-3 kali untuk menderita obesitas dan metabolik sindrom secara keseluruhan selama 12 tahun diikuti ( OR 2,3.95%CI:1.2, 4.3 dan 3,0. 95% CI:1.2, 7.6 (Millen et al, 2006). Data dari Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7 persen, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%), sedangkan prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9%, naik 18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5% dari tahun 2010 (15,5%). Status gizi dewasa berdasarkan indikator lingkar perut (LP) menunjukkan bahwa prevalensi obesitas sentral penduduk umur 15 tahun menurut provinsi. Obesitas sentral dianggap sebagai faktor risiko yang berkaitan erat dengan beberapa penyakit kronis. Untuk laki-laki dengan LP >90 cm atau perempuan dengan LP >80 cm dinyatakan sebagai obesitas sentral (WHO Asia-Pasifik, 2005). Secara nasional, prevalensi obesitas sentral adalah 26.6 persen, lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%). Prevalensi obesitas sentral terendah di Nusa Tenggara Timur (15,2 %) dan tertinggi di DKI Jakarta (39,7 %). Sebanyak 18 provinsi memiliki prevalensi obesitas sentral di atas angka nasional, yaitu Jawa Timur, Bali, Riau, DI Yogyakarta, Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Papua Barat, Kalimantan Timur, Bangka Belitung, Papua, Gorontalo, Sulawesi Utara, dan DKI Jakarta. 3

14 Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar % memiliki berat badan lebih (Nurkhalida, 2003). Berdasarkan hasil penelitian Bogalusa Heart Study, yang dilakukan untuk menilai intake pada 1181 orang berusia tahun (38,1% pria, 25% ras Afrika Amerika dan 75% kulit putih) dihubungkan dengan faktor resiko metabolik sindrom, menunjukkan hasil bahwa konsumsi buah dan sayuran yang kurang serta konsumsi minuman yang manis merupakan faktor yang berhubungan dengan sindrom metabolik pada jenis kelamin spesifik dan ras tertentu pada suatu populasi (Sunmi Yoo et al, 2004). Kebiasaan mengkonsumsi sayuran <7 kali seminggu. Secara keseluruhan 86% penduduk Indonesia umur 10 tahun ke atas mengkonsumsi buah - buahan <7 kali dalam seminggu, hanya 2% penduduk yang mengkonsumsi buah-buahan 14 kali seminggu. Penelitian Hatma pada empat etnis (Minangkabau, Jawa, Sunda dan Bugis) di Indonesia memperoleh hasil bahwa tingginya asupan asam lemak jenuh rata-rata 21% energi total. Sementara menurut anjuran AHA (American Heart Association), asupan asam lemak jenuh <10% energi total. Usia merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi, karena semakin tua usia seseorang maka akan semakin beresiko untuk menderita hipertensi. Hal ini senada dengan hasil studi yang dilakukan pada pekerja di Perusahaan Migas X, menunjukkan hasil bahwa usia merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan terjadinya hipertensi. Pekerja yang berumur >40 tahun mempunyai risiko mengalami hipertensi 4,2 kali lebih tinggi dibandingkan pekerja yang berumur <40 tahun, setelah dikontrol oleh indeks massa tubuh dan pendidikan (Makara Seri Kesehatan, 2013). Jenis kelamin menentukan rasio peningkatan tekanan darah sistolik. Seseorang dengan jenis kelamin pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita. Hal ini disebabkan oleh beban kerja yang lebih berat pada pria dengan rasio sekitar 2,29 mmhg untuk peningkatan tekanan darah sistolik (Nurkhalida, 2003). Secara umum aktifitas fisik penduduk tergolong kurang aktif sebesar 26,1%. perilaku sedentari 3-5,9 jam pada kelompok umur 10 tahun sebesar 42,0%, sedangkan sedentari 6 jam perhari hampir 1 dari 4 penduduk.proporsi perilaku sedentari 6 jam 4

15 lebih banyak pada perempuan, pendididkan rendah, tidak bekerja dan tinggal didaerah perkotaan (Riskesdas 2013). Proporsi perokok di Indonesia saat ini sebesar 29,3% (24% perokok setiap hari) dan 5,0% perokok kadang-kadang. Proporsi perokok terbanyak aktif setiap hari pada usia tahun sebesar 33,4% dan umur tahun sebesar 32,2%. Proporsi perokok setiap hari pada laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan (47,5% banding 1%). Berdasarkan jenis pekerjaan petani/nelayan/buruh adalah proporsi aktif setiap hari sebesar (44,5%) dibandingkan kelompok pekerjaan lain (Riskesdas 2013). B. RUMUSAN MASALAH Hipertensi sebagai salah satu penyakit yang memberikan kontribusi besar terhadap terjadinya kesakitan dan kematian. Prevalensi hipertensi di dunia terus mengalami peningkatan sejak tahun 1980 sampai tahun 2008, jumlahnya meningkat mulai dari 600 juta orang menjadi 1 miliar orang. Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi hipertensi mengalami penurunan dari 31,7% tahun 2007 menjadi 25,8% tahun Namun demikian, terjadi peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara (apakah pernah didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi) dari 7,6% pada tahun 2007 menjadi 9,5% tahun Usia rawan mengalami hipertensi terjadi pada kisaran tahun. Peningkatan penyakit hipertensi mulai terjadi ketika seseorang memasuki usia paruh baya yaitu sekitar usia 40 tahun bahkan bisa berlanjut samapi usia lebih dari 60 tahun apabila tidak ditanggulangi sedini mungkin (Bustan, 2007). Kejadian penyakit hipertensi tidak terlepas dari berbagai faktor resiko baik yang tidak dapat diubah seperti usia, jenis kelamin, riwayat keluarga dan genetik maupun dari faktor yang dapat diubah seperti konsumsi garam, obesitas, hiperlipidemia, aktifitas fisik, konsumsi lemak jenuh, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol ( Brown, 2011). Obesitas merupakan suatu keadaan dimana terdapat jaringan adipose dalam proporsi abnormal dalam tubuh. timbulnya hipertensi pada orang yang obesitas diduga berkaitan dengan meningkatnya volume plasma dan curah jantung akibat berbagai perubahan hormonal, metabolik, neurologi dan hemodinamik yang terjadi pada obesitas (Sanif, 2008). 5

16 Berat badan dan indeks massa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah terutama tekanan darah sistolik. Resiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang yang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang dengan berat badan normal. Menurut Mc.Mahon (1987) dalam Kodim(2004), obesitas meningkatkan resiko hipertensi 2 sampai 6 kali lebih besar daripada berat badan normal. Peningkatan asupan garam dalam makanan beriringan dengan peningkatan tekanan darah. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena dapat menarik cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga meningkatkan volume dan tekanan darah. Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang dapat menimbulkan kematian, sehingga harus ditanggulangi secara cepat dan tepat. Oleh karena itu perlu diteliti hubungan tingkat konsumsi makanan asin, sayur-sayuran dan buah-buahan dengan hipertensi pada penderita obesitas berdasarkan data Riskesadas C. PERTANYAAN PENELITIAN 1. Bagaimana gambaran subjek penelitian menurut usia, jenis kelamin, aktifitas fisik dan kebiasaan merokok pada usia tahun berdasarkan data Riskesdas 2013? 2. Bagaimana gambaran proporsi hipertensi pada penderita obesitas berdasarkan data Riskesdas 2013? 3. Bagaimana gambaran tingkat konsumsi makanan asin pada penderita obesitas berdasarkan data Riskesdas 2013? 4. Bagaimana gambaran tingkat konsumsi sayur-sayuran pada penderita obesitas berdasarkan data Riskesdas 2013? 5. Bagaimana gambaran tingkat konsumsi buah-buahan pada penderita obesitas berdasarkan data Riskesdas 2013? 6. Bagaimana hubungan tingkat konsumsi makanan asin dengan hipertensi pada penderita obesitas di Indonesia berdasarkan data Riskesdas 2013? 7. Bagaimana hubungan tingkat konsumsi sayur-sayuran dengan hipertensi pada penderita obesitas di Indonesia berdasarkan data Riskesdas 2013? 8. Bagaimana hubungan tingkat konsumsi buah-buahan dengan hipertensi pada penderita obesitas di Indonesia berdasarkan data Riskesdas 2013? 6

17 9. Bagaimana hubungan tingkat konsumsi makanan asin, sayur dan buah dengan hipertensi pada penderita obesitas setelah mempertimbangkan variabel lain (usia, jenis kelamin, aktifitas fisik dan kebiasaan merokok) berdasarkan data Riskesdas 2013? D. TUJUAN 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tingkat konsumsi makanan asin, sayur dan buah-buahan dengan hipertensi pada penderita obesitas di Indonesia. 2. Tujuan Khusus a) Diperoleh informasi tentang proporsi hipertensi pada penderita obesitas b) Diperoleh informasi tentang tingkat konsumsi konsumsi makanan asin pada penderita obesitas c) Diperoleh informasi tentang tingkat konsumsi sayur pada penderita obesitas d) Diperoleh informasi tentang tingkat konsumsi buah-buahan pada penderita obesitas e) Diperoleh informasi tentang hubungan tingkat konsumsi makanan asin dengan hipertensi pada penderita obesitas f) Diperoleh informasi tentang hubungan tingkat konsumsi sayur dengan hipertensi pada penderita obesitas g) Diperoleh informasi tentang hubungan tingkat konsumsi buah-buahan dengan hipertensi pada penderita obesitas h) Diperoleh informasi tentang faktor dominan yang berperan dengan kejadian hipertensi setelah mempertimbangkan faktor usia, jenis kelamin, aktifitas fisik dan kebiasaan merokok E. MANFAAT 1. Bagi Masyarakat Melalui publikasi artikel ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat terhadap kejadian hipertensi terutama bagi kelompok usia produktif berusia antara tahun di seluruh wilayah Indonesia. 7

18 2. Bagi Program a) Sebagai bahan evaluasi program bagi tenaga pelaksana gizi dan Posbindu PTM baik di tingkat puskesmas maupun di tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten dan Propinsi di Indonesia. b) Sebagai materi penyuluhan promosi kesehatan tentang pencegahan dan penanggulangan hipertensi secara umum maupun khusus pada penderita obesitas. 3. Bagi Instansi Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan dibidang kesehatan dalam penyusunan dan perencanaan teknis penanggulangan hipertensi. F. HIPOTESIS a. Ada hubungan tingkat konsumsi makanan asin dengan hipertensi pada penderita obesitas usia tahun di Indonesia berdasarkan data Riskesdas 2013 b. Ada hubungan tingkat konsumsi sayur dengan hipertensi pada penderita obesitas usia tahun di Indonesia berdasarkan data Riskesdas 2013 c. Ada hubungan tingkat konsumsi buah-buahan dengan hipertensi pada penderita obesitas usia tahun di Indonesia berdasarkan data Riskesdas 2013 d. Ada hubungan tingkat konsumsi makanan asin, sayur dan buah-buahan dengan hipertensi pada penderita obesitas setelah mempertimbangkan variabel lain (usia, jenis kelamin, aktifitas fisik dan kebiasaan merokok) berdasarkan data Riskesdas

19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. HIPERTENSI a. Pengertian Hipertensi Tekanan darah merupakan desakan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan bervariasi sesuai pembuluh darah terkait dan denyut jantung. Tekanan darah pada arteri besar bervariasi menurut denyutan jantung. Tekanan paling tinggi terjadi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi yaitu tekanan diastolik (Kaplan M. Norman, 1998; ) Price, Sylvia Anderson, et.al, 1995). Ketika jantung memompa darah melewati arteri, darah menekan dinding pembuluh darah. Seseorang dengan hipertensi akan memiliki tekanan darah yang tidak normal. Penyempitan pembuluh nadi atau aterosklerosis merupakan gejala awal pada hipertensi. Pada kondisi ini, arteri-arteri terhalang lempengan kolesterol dalam aterosklerosis, sehingga sirkulasi darah melewati pembuluh darah menjadi sulit. Ketika arteri-arteri mengeras dan mengerut dalam aterosklerosis, darah memaksa melewati jalam yang sempit itu, sebagai hasilnya tekanan darah menjadi tinggi (Balch, James S, dan Balch, Phillis A, 1990; Gunawan, 2001; Staessen A Jan, Jiguang Wang, Giuseppe Bianchi, Willem H Birkenhager, 2003). Tekanan darah digolongkan normal jika tekanan darah sistolik tidak melampaui 140 mmhg dan tekanan darah diastolik tidak melampaui 90 mmhg dalam keadaan istirahat, sedangkan hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal. Tekanan darah normal pada tiap orang bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia. Secara umum, seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140 mmhg sistolik atau 90 mmhg diastolik ditulis 140/90. (Balch, James S, dan Balch, Phillis A, 1990; Gunawan, 2001; Staessen A Jan, Jiguang Wang, Giuseppe Bianchi, Willem H Birkenhager, 2003). Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada arteri. Hipertensi juga disebut dengan tekanan darah tinggi, tekanan tersebut 9

20 dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah sehingga hipertensi ini berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Standar hipertensi adalah sistolik 140 mmhg dan diastolik 90 mmhg (Gunawan, 2001). Tekanan darah tinggi adalah tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan mmhg. Tekanan diastolik biasanya juga akan meningkat dan tekanan diastolik yang tinggi misalnya mmhg atau lebih, akan berbahaya karena merupakan beban jantung (Kaplan M. Norman, 1998). Menurut WHO yang dikutip oleh Slamet Suyono (2001:253) batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmhg dan tekanan darah sama dengan atau lebih dari 160/95 mmhg dinyatakan sebagai hipertensi. Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastolik 140/90 mmhg dengan batas normalnya 120/80 mmhg (Suyono-Slamet, 2001). Menurut Jan A. Staessen, et.al., Seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik (TDS) 140 mmhg atau tekanan darah diatolik (TDD) 90 mmhg. Beberapa tahun lalu WHO memberi batasan TDS mmhg atau TDD mmhg sebagai batasan normal tinggi. Dengan makin banyaknya penelitian tentang komplikasi hipertensi terhadap Kardiovaskuler dan Ginjal, maka ditetapkan batasan tekanan darah untuk hipertensi semakin rendah. Vasum et.al dalam penelitiannya menyatakan bahwa tekanan darah normal tinggi (prehipertensi) yaitu sistolik 130 sampai dengan 139 mmhg, distolik 85 s/d 89 mmhg mempunyai risiko tinggi untuk kejadian kardiovaskuler dibandingkan dengan kelompok tekanan darah optimal sistolik <120 mmhg dan distolik <80 mmhg. Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastolik 140/90 mmhg dengan batas normalnya 120/80 mmhg (Suyono-Slamet, 2001; Mosterd Arend, D Agostino Ralph B, Silbershatz Halit, et.al, 1999). Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat seperti Stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang tinggi), Penyakit Jantung Koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Selain penyakit tersebut dapat pula menyebabkan Gagal Ginjal, Penyakit Pembuluh lain, Diabetes Mellitus dan lain-lain (Suyono-Slamet, 2001; Mosterd Arend, D Agostino Ralph B, Silbershatz Halit, et.al, 1999). Hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama stroke, dimana stroke merupakan penyakit yang sulit disembuhkan dan 10

21 mempunyai dampak yang sangat luas terhadap kelangsungan hidup penderita dan keluarganya. Hipertensi sistolik dan distolik terbukti berpengaruh pada kejadian stroke. Dikemukakan bahwa penderita dengan tekanan diastolik diatas 95 mmhg mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk terjadinya infark otak dibanding dengan tekanan diastolik kurang dari 80 mmhg, sedangkan kenaikan sistolik lebih dari 180 mmhg mempunyai risiko tiga kali terserang stroke iskemik dibandingkan dengan dengan tekanan darah kurang 140 mmhg. Akan tetapi pada penderita usia lebih 65 tahun risiko stroke hanya 1,5 kali daripada normotensi (Yundini, 2006; Bustan, M.N., 1997). Sasaran pengobatan hipertensi untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler dan ginjal. Dengan menurunkan tekanan darah kurang dari 140/90 mmhg, diharapkan komplikasi akibat hipertensi berkurang. Klasifikasi prehipertensi bukan suatu penyakit, tetapi hanya dimaksudkan akan risiko terjadinya hipertensi. Terapi non farmakologi antara lain mengurangi asupan garam. Olah raga, menghentikan rokok dan mengurangi berat badan, dapat dimulai sebelum atau bersama-sama obat farmakologi (Bustan, M.N., 1997). Peningkatan tekanan darah didalam artei dapat terjadi melalui beberapa cara yaitu : 1) jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. 2) arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut, sehingga darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang lebih sempit daripada biasanya dan menyebabkan tekanan darah menjadi naik. Kondisi inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya menebal dan kaku karena aterosklerosis. Melalui cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat vasokontradiksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena rangsangan saraf atau hormon didalam darah. 3) bertambahnya cairan dalam sirkulasi dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dalam tubuh, hal ini mengakibatkan volume darah meningkat dan tekanan darah juga ikut meningkat. 11

22 Tabel 2.1 Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah dari International Society Of Hypertension (ISH) For Recently Updated WHO Tahun 2003 Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik (mmhg) Optimal < 120 dan < 80 Normal <130 dan < 85 Normal Tinggi/ Pra Hipertensi atau Hipertensi Derajat I atau Hipertensi Derajat II atau Hipertensi Derajat III 180 atau 110 Sumber: (Brookes-Linda, 2004) Menurut Linda Brookes, The update WHO/ISH hypertension guideline, yang merupakan divisi dari National Institute of Health di AS secara berkala mengeluarkan laporan yang disebut Joint National Committee on Prevention, Detectioan, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Laporan terakhir diterbitkan pada bulan Mei 2003, memberikan resensi pembaharuan kepada WHO/ISH tentang kriteria hipertensi yang dibagi dalam empat kategori yaitu optimal, normal dan normal tinggi/prahipertensi, kemudian hipertensi derajat I, hipertensi derajat II dan hipertensi derajad III (Brookes-Linda, 2004). Prahipertensi, jika angka sistolik antara 130 sampai 139 mmhg atau angka diastolik antara 85 sampai 89 mmhg. Jika orang menderita prahipertensi maka risiko untuk terkena hipertensi lebih besar. sebagai contoh, seseorang yang masuk kategori prahipertensi dengan tekanan darah 130/85mmHg - 139/89mmHg mempunyai kemungkinan dua kali lipat untuk mendapat hipertensi dibandingkan dengan yang mempunyai tekanan darah lebih rendah. Jika tekanan darah anda masuk dalam kategori prahipertensi, maka dianjurkan melakukan penyesuaian pola hidup yang dirancang untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal (Bustan, M.N., 1997; Brookes-Linda, 2004). Hipertensi derajat I. Sebagian besar penderita hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Jika kita termasuk dalam kelompok ini maka perubahan pola hidup 12

23 merupakan pilihan pertama untuk penanganannya. Selain itu juga dibutuhkan pengobatan untuk mengendalikan tekanan darah (Sutedjo, 2002; Brookes-Linda, 2004; Sheps, Sheldon G, 2005; Staessen A Jan, Jerzy Gasowsky, Ji G Wang, et. Al, 2000). Hipertensi derajat II dan III. kelompok ini memiliki risiko terbesar untuk terkena serangan jantung, stroke atau masalah lain yang berhubungan dengan hipertensi. Pengobatan untuk setiap penderita dalam kelompok ini dianjurkan menggunakan kombinasi dari dua jenis obat tertentu diiringi oleh perubahan pola hidup (Sutedjo, 2002; Brookes-Linda, 2004). b. Patogenesis Hipertensi Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/co) dan dukungan dari arteri (peripheral resistance/pr). Fungsi kerja masing-masing penentu tekanan darah ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang kompleks. Hipertensi sesungguhnya merupakan abnormalitas dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai dengan peningkatan curah jantung dan/atau ketahanan peripheral (Kaplan M. Norman, 1998). Berbagai faktor dapat mempengaruhi konstriksi dan relaksasi pembuluh darah yang berhubungan dengan tekanan darah. Jika seseorang dalam kondisi emosi yang hebat, maka sebagai respon, korteks adrenal mengekskresi efinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Selain itu korteks adrenal mengekskresi kortisol dan steroid lainnya, yang bersifat memperkuat respon vasokontriksi pembuluh darah. Vasokokntriksi mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelapsan renin. Renin akan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi enzim ACE (angiotensin Converting Enzym) menjadi angiotensin II. Suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. c. Gejala Klinis Hipertensi Menurut Elizabeth J. Corwin, sebagian besar tanpa disertai gejala yang mencolok dan manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi bertahun-tahun berupa: (Corwin, Elizabeth J., 2001). 13

24 1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat tekanan darah intrakranium. 2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi. 3. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf. 4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasiglomerolus. 5. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler. Peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang dan pusing (Mansjoer-Arif, 2001). d. Diagnosis Hipertensi Menurut Slamet Suyono (2001), evaluasi pasien hipertensi memiliki tiga tujuan utama yaitu : 1. Mengidentifikasi penyebab hipertensi. 2. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler, beratnya penyakit, serta respon terhadap pengobatan. 3. Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler yang lain atau penyakit penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan pengobatan. Data yang diperlukan untuk evaluasi diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan (fisik, laboratorium dan penunjang). Peninggian tekanan darah kadang sering merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah yang akurat. Berbagai faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran seperti faktor pasien, alat dan tempat pengukuran. (Suyono-Slamet,2001). Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderita, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan lainnya. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala yang berkaitan dengan penyakit hipertensi, perubahan aktifitas atau kebiasaan (seperti merokok, konsumsi makanan, riwayat dan faktor psikososial lingkungan keluarga, pekerjaan, dan lain-lain). Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih dengan jarak dua menit, kemudian diperiksa ulang dengan kontrol atera (Mansjoer-Arif, 2001). 14

25 e. Pengukuran Tekanan Darah Menurut Roger Watson, tekanan darah diukur berdasarkan berat kolum air raksa yang harus ditanggungnya. Tingginya dinyatakan dalam millimeter. Tekanan darah arteri yang normal adalah (sistolik) dan mm (diastolik). Alat untuk mengukur tekanan darah disebut spigmomanometer. Ada beberapa jenis spigmomanometer, tetapi yang paling umum terdiri dari sebuah manset karet, yang dibalut dengan bahan yang difiksasi disekitarnya secara merata tanpa menimbulkan konstriksi. Sebuah tangan kecil dihubungkan dengan manset karet ini. Dengan alat ini, udara dapat dipompakan kedalamnya, mengembangkan manset karet tersebut dan menekan akstremita dan pembuluh darah yang ada didalamnya. Bantalan ini juga dihubungkan juga dengan sebuah manometer yang mengandung air raksa sehingga tekanan udara didalamnya dapat dibaca sesuai skala yang ada (Kaplan M. Norman, 1998). Menurut Lany Gunawan, dalam pengukuran tekanan darah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (Gunawan-Lany, 2005). 1. Pengukuran tekanan darah boleh dilaksanakan pada posisi duduk ataupun berbaring. Namun yang penting, lengan tangan harus dapat diletakkan dengan santai. 2. Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk, akan memberikan angka yang agak lebih tinggi dibandingkan dengan posisi berbaring meskipun selisihnya relatif kecil. Tekanan darah juga dipengaruhi kondisi saat pengukuran. Pada orang yang bangun tidur, akan didapatkan tekanan darah paling rendah. Tekanan darah yang diukur setelah berjalan kaki atau aktifitas fisik lain akan memberi angka yang lebih tinggi. Di samping itu, juga tidak boleh merokok atau minum kopi karena merokok atau minum kopi akan menyebabkan tekanan darah sedikit naik. 3. Pada pemeriksaan kesehatan, sebaiknya tekanan darah diukur 2 atau 3 kali berturutturut, dan pada detakan yang terdengar tegas pertama kali mulai dihitung. Jika hasilnya berbeda maka nilai yang dipakai adalah nilai yang terendah. 4. Ukuran manset harus sesuai dengan lingkar lengan, bagian yang mengembang harus melingkari 80% lengan dan mencakup dua pertiga dari panjang lengan atas. f. Jenis-Jenis Hipertensi Berdasarkan penyebab, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya dijumpai lebih kurang 90% dan hipertensi sekunder yang penyebabnya diketahui yaitu 10% 15

26 dari seluruh hipertensi (Suyono-Slamet, 2001; Gunawan-Lany, 2005). Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar,yaitu:(suyono-slamet,2001; Gunawan-Lany,2005; Mansjoer-Arif,2001; Gunawan, 2001; Staessen A Jan, Jiguang Wang, Giuseppe Bianchi, Willem H Birkenhager,2003; Brookes-Linda,2004; Sheps, Sheldon G, 2005; Kaplan M. Norman, 1998). 1. Hipertensi Primer Artinya hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas. Berbagai faktor yang diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer seperti bertambahnya umur, stress psikologis, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90% pasien hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini. Pengobatan hipertensi primer sering dilakukan adalah membatasi konsumsi kalori bagi mereka yang kegemukan (obes), membatasi konsumsi garam, dan olahraga. Obat antihipertensi dapat digunakan, namun terkadang menimbulkan efek samping seperti meningkatnya kadar kolesterol, menurunnya kadar natrium (Na) dan kalium (K) didalam tubuh dan dehidrasi. 2. Hipertensi Sekunder Artinya penyebab boleh dikatakan telah pasti yaitu hipertensi yang diakibatkan oleh kerusakan suatu organ. Yang termasuk hipertensi sekunder seperti: hipertensi jantung, hipertensi penyakit ginjal, hipertensi penyakit jantung dan ginjal, hipertensi diabetes melitus dan hipertensi sekunder lain yang tidak spesifik (Kaplan M. Norman,,1998). g. Faktor Risiko Hipertensi 1. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol a) Umur Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar risiko terserang hipertensi. Usia 40 tahun keatas memiliki risiko terkena hipertensi (Yundini, 2006; Bustan, M.N., 1997, Mansjoer-Arif, 2001). Seiring bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar 50 % diatas usia 60 tahun (Nurkhalida, 2003). Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya dan tekanan darah meningkat seiring 16

27 bertambahnya usia, kebanyakan orang hipertensinya meningkat ketika berusia lima puluhan dan enam puluhan (Staessen A Jan, Jiguang Wang, Giuseppe Bianchi, Willem H Birkenhager, 2003). Bertambahnya usia, risiko terjadi hipertensi juga meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi (Gunawan, 2001; Staessen A Jan, Jiguang Wang, Giuseppe Bianchi, Willem H Birkenhager, 2003). b) Jenis Kelamin Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah diperoleh angka hipertensi untuk pria 6,0% dan wanita 11,6%. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) diperoleh angka untuk pria 14,6% dan wanita 13,7% (Yundini, 2006; Bustan, M.N., 1997, Mansjoer-Arif, 2001). Ahli lain mengatakan pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmhg untuk peningkatan darah sistolik (Nurkhalida, 2003). Sedangkan menurut Arif Mansjoer,dkk, pria dan wanita menapouse mempunyai pengaruh yang sama untuk terjadinya hipertensi (Mansjoer-Arif,2001). Menurut MN.Bustan bahwa wanita lebih banyak yang menderita hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita (Bustan, M.N., 1997). Penelitian yang dilakukan pada anggota persatuan istri karyawan PT Angkasa Pura I Semarang membuktikan bahwa kejadian hipertensi terjadi 12,1% dengan IMT >25 sebanyak 36,4%, dengan lemak tubuh 32,0% sebanyak 21,2%, dengan lingkar pinggang 80 cm sebanyak 24,4%, dengan RLPP 0,8 sebanyak 27,3% dan dengan RLPTB 0,5 sebanyak 24,2% (Widyastuti et al 2004). c) Riwayat Keluarga Menurut Nurkhalida, seseorang dengan sejarah keluarga yang mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi (Nurkhalida, 2003). Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga 17

28 meningkatkan risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer (Nurkhalida, 2003). Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat (Chunfang Qiu, Michelle A. Williams, Wendy M. Leisenring, at. al., 2003). Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi (WHO dalam Soenarta Ann Arieska, 2005). Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang memiliki orang tua dengan hipertensi maka sepanjang hidup mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60% (Sheps, Sheldon G, 2005) d) Genetik Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar tahun akan timbul tanda dan gejala (Chunfang Qiu, Michelle A. Williams, Wendy M. Leisenring, at. al., 2003). 2. Faktor yang dapat diubah/dikontrol a) Kebiasaan Merokok Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari lama merokok, resiko terbesar juga bergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan menderita hipertensi daripada mereka yang tidak merokok (Price, Sylvia Anderson, et.al, 1995). Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi (Nurkhalida,2003). Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segera setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia 18

29 lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil didalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin dapat mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmhg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang dan tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari (Sheps, Sheldon G, 2005). Kebiasaan merokok memiliki resiko untuk menderita hipertensi sebesar 1,11 kali dibandingkan yang tidak merokok (Rahajeng 2009). Merokok dan obesitas memberikan respon yang dapat meningkatkan resiko hipertensi (OR 1,22 95%CI,1,11-1,35) bila dibandingkan dengan mereka yang obesitas tetapi tidak merokok (Sihombing,2010). Lama merokok lebih dari 20 tahun memiliki resiko sebesar 1,5 kali untuk menderita hipertensi (Pradono,2010). b) Konsumsi Asin/Garam Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. (Gunawan-Lany, 2005; Radecki Thomas E. J.D, 2000). Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari (Kaplan M. Norman, 1998; Nurkhalida, 2003; Radecki Thomas E. J.D, 2000). Menurut Alison Hull, penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium dengan hipertensi pada beberapa individu. Asupan natrium 19

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi masih tetap menjadi masalah hingga saat ini karena beberapa hal seperti meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Remaja 1 Definisi Remaja Menurut WHO, remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan manusia di seluruh dunia saat ini ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain, demografi penuaan, urbanisasi yang cepat, dan gaya hidup tidak sehat. Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg. 1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita jumpai banyak orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol darah yang dikenal dengan istilah hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kabo (2010) hipertensi adalah suatu penyakit kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh Report of the Joint National Committe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara kronik. Joint National Committee VII (the Seventh US National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun 2003, hipertensi adalah peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner atau PJK adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh adanya penyempitan dan hambatan arteri koroner yang mengalirkan darah ke otot jantung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnyausia harapan hidup penduduk akibatnya jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun

Lebih terperinci

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU Yeni Mulyani 1, Zaenal Arifin 2, Marwansyah 3 ABSTRAK Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit infeksi atau penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global Penyakit Tidak Menular (PTM) membunuh 38 juta orang setiap tahun. (1) Negara Amerika menyatakan 7 dari 10 kematian berasal dari PTM dengan perbandingan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah gaya yang diberikan oleh darah kepada dinding pembuluh darah yang dipengaruhi oleh volume darah, kelenturan dinding, dan diameter pembuluh darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah normal pada anak dan remaja bervariasi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu kelompok penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan serius yang mengakibatkan mortalitas dan morbiditas (Ba ttegay et al., 2005). Jika dibiarkan, hipertensi menyebabkan komplikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, 1 di antara 5 orang dewasa menderita hipertensi. Penderita hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu mendatang jumlah golongan usia lanjut akan semakin bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi secara paralel, transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengubah pola penyebaran penyakit dari penyakit

Lebih terperinci

Karakteristik Umum Responden

Karakteristik Umum Responden mengonsumsinya, kelompok jarang jika belum tentu seminggu sekali mengonsumsinya dan kelompok tidak pernah jika tidak pernah makanan yg mengandung lemak jenuh. Makanan berlemak adalah makanan yang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan di pembuluh darah naik secara persisten. Setiap kali jantung berdenyut maka darah akan terpompa ke seluruh pembuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan ukuran tekanan yang digunakan oleh aliran darah melalui arteri berdasarkan dua hal yaitu ketika jantung berkontraksi dan ketika jantung beristirahat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Berdasarkan data WHO (2013), pada tahun 2008 angka kematian Penyakit Tidak Menular

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesian saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang sifatnya tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini memiliki banyak kesamaan dengan beberapa sebutan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran selang waktu lima

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Hipertensi Hipertensi merupakan kondisi medis dimana tekanan darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World Health Organization (WHO) dalam Soenardi & Soetarjo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu gejala peningkatan tekanan darah yang berpengaruh pada sistem organ yang lain, seperti stroke untuk otak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat melaksanakan masing-masing tugasnya (Kertohoesodo, 1979).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat melaksanakan masing-masing tugasnya (Kertohoesodo, 1979). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi 2.1.1 Tekanan Darah Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Gaya yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darah. Kejadian hipertensi secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. (1) Obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit degeneratif tersebut antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler

BAB II TINJAUAN TEORITIS. antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Hipertensi Tekanan darah (Blood Pressure = BP) adalah perkalian antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler perifer (Pheripheral Vascular Resistance

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau yang sering disebut dengan hipertensi. Menurut Santoso (2010) hipertensi merupakan keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah merupakan salah satu tanda vital kehidupan manusia. Tekanan darah dibagi menjadi tekanan sistolik yaitu tekanan dalam arteri saat jantung berdenyut (ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat yang terutama tinggal di kota-kota besar cenderung mempunyai pola makan yang tidak sehat, karena sering mengonsumsi makanan siap saji, hal ini meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004). BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif.

BAB 1 PENDAHULUAN. membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah dengan membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. Transisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini tidak hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi yang mengubah gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah menyebabkan transisi epidemiologi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan proporsi tertinggi angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World Health Organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus (DM). Permasalahan obesitas sekarang ini semakin banyak begitu pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada di atas batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi beragam diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi dan defisiensi menjadi penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya penyempitan pembuluh darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri, mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik di atas 90 mmhg (Sheps,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang yang dapat menyebabkan berbagai penyakit berat dan komplikasi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan jaman dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat. Banyak masyarakat saat ini sering melakukan pola hidup yang kurang baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol merupakan konstituen utama membrane plasma dan lipoprotein plasma. Senyawa ini sering ditemukan sebagai ester kolesteril, dengan gugus hidroksil di posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya berbagai fasilitas dan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan hidup (UHH) yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan oleh adanya penyempitan pembuluh darah koroner.

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbanyak keempat setelah China, India,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit kardiovaskular yang meningkat setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju (Adrogue and Madias, 2007). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas pada anak sampai kini masih merupakan masalah, satu dari sepuluh anak di dunia ini mengalami obesitas dan peningkatan obesitas pada anak dan remaja saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transformasi luar biasa dibidang ekonomi dan urbanisasi telah mengubah struktur demografi sosial di Indonesia sehingga menyebabkan pergeseran besar dalam pola makan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah suatu gangguan fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun global, yang terjadi secara mendadak, berlangsung

Lebih terperinci