BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian E-learning Pengertian E-learning menurut Effendi dan Zhuang (2005, h6) adalah semuakegiatan pendidikan yang menggunakan media komputer dan atau internet. Horton (Shackelford, 2005, h3) menyatakan definisi e-learning e-learning adalah penggunaan web dan teknologi internet untuk menciptakan pengalaman yang mendidik antar sesama manusia. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa E-learning adalah metode pembelajaran yang dilakukan melalui jaringan internet untuk pembelajaran, pelatihan serta pendidikan dalam mencapai suatu tujuan tertentu pada organisasi maupun perusahaan Tipe tipe E-learning : Menurut Effendi dan Zhuang ( 2005, h7 ) e-learning dapat dibedakan dalam beberapa jenis, namun pada dasarnya ada dua tipe e-learning yaitu synchronous dan asynchronous. Synchronous Training Synchronous berarti pada waktu yang sama. Jadi, synchronous training adalah tipe pelatihan, dimana proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama ketika pengajar sedang mengajar dan murid sedang belajar. Pelatihan e-learning synchronous lebih banyak digunakan untuk seminar atau konferensi yang pesertanya berasal dari beberapa negara. Penggunaan tersebut sering pula dinamakan web confrence atau webinar (web seminar) yang sering digunakan di kelas atau kuliah universitas online. Jadi, 4

2 5 synchronous training sifatnya mirip pelatihan di ruang kelas namun bersifat maya ( virtual ) dan peserta tersebar di seluruh dunia dan terhubung melalui internet. Asynchronous Training Asynchronous berarti tidak pada waktu yang bersamaan. Jadi, seseorang dapat mengambil pelatihan pada waktu yang berbeda dengan pengajar memberikan pelatihan. Pelatihan ini lebih populer di dunia e-learning karena memberikan keuntungan lebih bagi peserta pelatihan karena dapat mengakses pelatihan kapanpun dan dimanapun. Oleh karena itu, pelajar dapat memulai pelajaran dan meyelesaikannya setiap saat. Paket pelajaran berbentuk bacaan dengan animasi, simulasi, permainan edukatif, maupun latihan atau tes dengan jawabannya. Akan tetapi, ada pelatihan asynchronous training yang terpimpin, dimana pengajar memberikan materi pelajaran lewat internet dan peserta pelatihan mengakses materi pada waktu yang berlainan. Peserta dapat berdiskusi atau berkomentar dan bertanya melalui bulletin board Fungsi E-learning di Sekolah Fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplemen yang sifatnya pilihan/ opsional, pelengkap (komplemen), atau pengganti (subtitusi). 1. Suplemen (tambahan) Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun

3 6 sifatnya opsional, pesrta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan. 2. Komplemen (pelengkap) Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap), apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional. Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai enrichment, apabila peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka ( Fast learners ) diberikan kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang disajikan guru di dalam kelas. Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan guru secara tatap muka ( slow learners ) diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan guru di kelas. 3. Pengganti ( subtitusi ) Beberapa sekolah di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran kepada para siswanya. Tujuannya agar para siswa dapat secara fleksibel mengelola kegiatan pembelajaranya sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari siswa.

4 7 Ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu : 1. Sepenuhnya secara tatap muka (konvensional) 2. Sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan 3. Sepenuhnya melalui internet. Alternatif model pembelajaran mana pun yang akan dipilih siswa tidak menjadi masalah dalam penilaian. Karena ketiga model penyajian materi pembelajaran mendapat pengakuan atas penilaian yang sama. Jika siswa dapat menyelesaikan program pembelajarannya dan lulus secara konvensional atau sepenuhnya melalui internet, atau bahkan melaui perpaduan kedua model ini, maka institusi penyelenggaraan pendidikan akan memberikan pengakuan yang sama. Keadaan yang sangat fleksibel ini dinilai sangat membantu para siswa untuk mempercepat penyelesaian pembelajarannya Keuntungan E Learning Menurut Effendi dan Zhuang ( 2005, h9 ), keuntungan yang dapat diambil dalam menerapkan e-learning adalah: Pengurangan biaya Kelebihan pertama e-learning adalah mampu mengurangi biaya pelatihan. Dengan adanya e-learning, perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menyewa pelatih dan ruang kelas serta transportasi peserta pelatihan atau pelatih. Manajemen e-learning yang tidak tepat akan membuat biaya pelatihan semakin membengkak.

5 8 Fleksibilitas Waktu Administrator sering mengalami kesulitan menyesuaikan waktu beberapa karyawan yang ingin dilatih. Hal ini karena untuk mengikuti pelatihan di kelas, seorang karyawan harus meninggalkan pekerjaannya selama 1 atau 2 hari. Dengan tuntutan kompetisi perusahaan yang kian meningkat, kekurangan pegawai selama lebih dalam 1 hari akan sangat mengganggu produktifitas perusahaan. E-learning membuat karyawan atau pelajar dapat menyesuaikan waktu belajar. Karyawan dan pelajar mudah mengakses e-learning ketika waktu sudah tidak memungkinkan atau ada hal lain yang lebih mendesak, mereka dapat meninggalkan pelajaran di e-learning saat itu juga. Karena banyak program pelajaran e-learning memiliki fasilitas bookmark. Fleksibilitas Tempat Apabila tempat pendidikan aktif menyelenggarakan acara pelatihan, akan sulit mencari ruang kelas yang memadai dan dapat menampung sekitar orang pelajar serta menyediakan alat-alat pembelajarannya. Para karyawan dan pelajar yang dilatihpun harus menempuh perjalanan jauh ke kelas. Mereka hanya perlu ke laboratorium komputer sekolah, dimana e-learning tersebut diinstal, untuk mengikuti tambahan pelajaran. Fleksibilitas Kecepatan Pembelajaran Pelajar memiliki gaya belajar berbeda beda. Oleh karena itu, wajar bila di dalam suatu kelas ada siswa yang mengerti dengan cepat dan ada yang harus mengulang pelajaran untuk memahaminya. Akan tetapi, karena pelatih atau guru di kelas mengajar dengan kecepatan sama untuk semua siswa, maka siswa yang lebih lambat akan sulit memahami. Terlebih lagi, guru sering tidak memiliki waktu menjawab pertanyaan siswa atau berdiskusi setelah waktu pelajaran di kelas

6 9 habis. Siswa menjadi frustasi. Siswa yang lebih cepat menginginkan lebih banyak materi, sedangkan siswa yang lebih lambat menginginkan pengulangan pelajaran. Standarisasi Pengajaran Anda pasti pernah memiliki guru atau pelatih favorit, yang terasa dapat mengajar dengan baik sehingga materi sesulit apapun mudah diserap dan sebaliknya. Hal tersebut disebabkan perbedaan kemampuan dan metode pengajaran yang diterapkan guru. Perbedaan tersebut menyebabkan kualitas pengajaran sulit dijaga karena guru favorit tidak mungkin diminta mengajarkan semua pelajaran. E-learning dapat menghapuskan perbedaan tersebut. Pelajaran e-learning selalu memiliki kualitas sama setiap kali diakses dan tidak tergantung suasana hati pengajar. Efektifitas Pengajaran Karena e-learning merupakan teknologi baru, karyawan dan pelajar dapat tertarik dan mencobanya sehingga jumlah peserta meningkat. E-learning yang didesain dengan instruksional desain mutakhir membuat karyawan atau pelajar lebih mengerti isi pelajaran. Suatu studi oleh J. D. Fletcher menunjukkan bahwa tingkat retensi dan aplikasi pelajaran e-learning meningkat 25% dibandingkan pelatihan secara tradisional. Kecepatan distribusi Kemajuan teknologi yang pesat menuntut suatu pelatihan teknologi baru dilaksanakan secepatnya dan menjangkau area luas secara singkat. E-learning dapat cepat menjangkau karyawan yang berada di luar wilayah pusat. Tim desain pelatihan hanya perlu mempersiapkan bahan pelatihan secepatnya dan menginstal hasilnya di server pusat e-learning. Jadi semua komputer yang terhubung ke server dapat langsung mengakses. Apabila terdapat cabang yang

7 10 tidak memiliki sambungan network ke server, pelajaran hanya perlu di simpan di compact disk (CD) dan dikirim melalui pos. Ketersediaan On Demand Karena e-learning dapat sewaktu waktu diakses, anda dapat menganggapnya sebagai buku saku yang membantu pekerjaan setiap saat. Otomatisasi Proses Administrasi E-learning menggunakan suatu Learning Management System (LMS) yang berfungsi sebagai platform pelajaran pelajaran e-learning. LMS berfungsi pula menyimpan data data pelajar, pelajaran, dan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. LMS yang baik dapat menyimpan dan membuat laporan tentang kegiatan belajar seorang siswa, mulai dari pelajaran yang telah diambil, tanggal akses, berapa persen pelajaran diselesaikan, berapa lama pelajaran diikuti, sampai berapa hasil tes akhir yang diambil. Dengan adanya laporan di dalam sistem, administrator pelatihan sangat terbantu. Waktu dan proses menyelesaikan tugas administrasi laporan akan lebih singkat dan mudah Keterbatasan E-learning Selain berbagai manfaat yang dapat diperoleh dengan e-learning, namun terdapat pula kekurangan dan keterbatasan dalam penerapan e-learning yang harus diperhatikan organisasi. Menurut Effendi dan Zhuang ( 2005, h15 ) keterbatasan tersebut adalah : Budaya Beberapa orang merasa tidak nyaman mengikuti peltihan melalui komputer. Penggunaan e-learning menuntut budaya self learning, dimana seseorang memotivasi diri sendiri agar mau belajar. Dalam pelatihan di ruang kelas, 60% energi berasal dari pengajar, sedangkan pelajar hanya mendengar dan mencatat.

8 11 Namun dalam e-learning, 100% energi dari pelajar. Oleh karena itu beberapa orang masih merasa segan berpindah dari pelatihan di kelas ke pelatihan e- learning. Investasi Walaupun e-learning menghemat banyak biaya, tetapi suatu organisasi harus mengeluarkan investasi awal cukup besar untuk mulai mengimplementasikan e- learning. Investasi dapat berupa biaya desain dan paket pembuatan program Learning Managemet System (LMS), paket pelajaran dan biaya biaya lain seperti promosi dan change management system. Apabila infrastruktur yang dimiliki belum memadai, organisasi harus mengeluarkan sejumlah dana untuk membeli komputer, jaringan, server, dan lain sebagainya. Teknologi Karena teknologi yang digunakan beragam, ada kemungkinan teknologi tersebut tidak sejalan dengan yang sudah ada dan terjadi konflik teknologi sehingga e-learning tidak berjalan baik. Infrastruktur Internet belum menjangkau semua kota di Indonesia. Layanan broadband baru ada di kota kota besar. Akibatnya belum semua orang atau wilayah belum dapat merasakan e-learning dengan internet. Materi Walaupun e-learning menawarkan berbagai fungsi, ada beberapa materi yang tidak dapat diajarkan melalui e-learning. Pelatihan yang memerlukan banyak kegiatan fisik, seperti olahraga dan instrument musik, sulit disampaikan melalui e- learning secara sempurna.

9 Tahapan Strategi E-learning Strategi E-learning menurut Effendi dan Zhuang ( 2005, h26 ) terdapat empat tahapan, yaitu: 1. Analisa, Faktor faktor yang kita analisa : Kebutuhan Organisasi Analisa kebutuhan organisasi akan melihat keadaan organisasi sekarang dan apakah keberadaan e-learning akan memberikan dampak positif. Kita akan melihat pula ekspektasi manajemen terhadap peran pelatihan di organisasi dan bagaimana e-learning membantu pencapaiannya. Kita sangat membutuhkan jalinan komunikasi yang kuat dengan pihak manejemen untuk mendeskripsikan tujuan yang ingin dicapai perusahaan itu. Kebutuhan Pelatihan Analisa kebutuhan pelatihan akan melihat kebutuhan organisasi dari segi pelatihan secara lebih spesifik dan hubungannya dengan e-learning. Analisa mengulas dasar dasar praktik analisa kebutuhan pelatihan ( Training Need Analysis ), di mana kita dapat melihat perbedaan ( gap ) antara kinerja yang dibutuhkan organisasi dengan kinerja sumber daya manusia yang sesungguhnya. Analisa perbedaan sering disebut job analysis. Dalam analisa, kita akan berhubungan dengan pihak karyawan dan atasannya agar mengetahui kondisi dan masalah pelatihan. Budaya Organisasi Kita juga akan melakukan analisa terhadap kultur perusahaan dan apakah kultur tersebut cocok dan kondusif untuk menerapkan e-learning. Infrastruktur kitapun harus menganalisa keadaan teknologi dan infrastruktur organisasi dari segi pelaksanaan e-learning.

10 13 2. Perencanaan Network Di bagian ini, kita akan merencanakan apa yang harus disiapkan dari segi infrastruktur dan teknologi agar dapat menerapkan e-learning sesuai keinginan sekolah. Learning Management System E-learning memerlukan suatu sistem sebagai platform untuk menjalankannya. Sistem tersebut sering dinamakan Learning Management System ( LMS ). Oleh karena itu, kita perlu merencanakan pula fungsi fungsi yang harus dimiliki LMS dan bagaimana kita mengembangkannya agar sesuai kebutuhan sekolah. Materi Hasil analisa kebutuhan belajar - mengajar yang dilakukan tahap sebelumnya berhubungan erat dengan merencanakan materi pelajaran e-learning. Materi yang ditawarkan harus sesuai hasil analisa kebutuhan belajar mengajar. Kita merencanakan apakah materi pelajaran ingin dibuat sendiri atau dibeli dari perusahaan penyedia jasa e-learning. Marketing Agar mencapai hasil maksimal, kita harus membuat pelajar tertarik dan berminat mencoba e-learning. Oleh karena itu, kita harus merencanakan cara pemasaran dan promosi yang cocok.

11 14 3. Pelaksanaan, Tahap pelaksanaan dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan waktu pelaksanaan : Pre lauch Di sini, kita akan melaksanakan kegiatan yang harus dipersiapkan sebelum peluncuran e-learning di sekolah. Pada dasarnya kita harus memastikan bahwa materi tidak memiliki kelemahan atau kekurangan. Kita mulai melakukan usaha untuk memancing minat siswa. Tindakan yang dilakukan termasuk testing terakhir. Launch Setelah semua persiapan selesai, kita akan masuk bagian peluncuran atau pengenalan e-learning kepada seluruh siswa. Peluncuran perdana bisa diadakan melalui berbagai pendekatan dan cara, baik yang besar maupun sederhana. Kita akan membahas seluruhnya. Post launch Setelah memperkenalkan program e-learning kepada seluruh siswa, kitapun harus melakukan beberapa kegiatan untuk menjaga tingkat keikutsertaan anggota dalam program e-learning dan cara menjaga kepuasan pembelajaran siswa. 4. Evaluasi, Penilaian akan dilakuakan secara berikut : Level 1 Mengukur kepuasan siswa dari segi interaksi dan tampilan program e- learning. Level 2 Mengukur hasil pembelajaran, apakah siswa dapat menyerap materi.

12 15 Level 3 Mengukur apakah materi pembelajaran benar benar digunakan oleh siswa ketika melakukan proses belajar mengajar sehingga prestasi meningkat. Level 4 Mengukur berapa banyak hasil yang didapat oleh sekolah dengan adanya proses belajar mengajar e-learning sehingga prestasi mereka meningkat. Hasil tersebut dapat dibandingkan dengan jumlah investasi yang ditanam agar mendapat hasil ROI ( Return On Investment ) dari penerapan e- learning. Gambar 2.1 TAHAPAN STRATEGI E-LEARNING Sumber : Effendi dan Zhuang, e-learning konsep & aplikasi

13 Pengertian E-business Menurut O brien (2005, h212) e-business adalah penggunaan Internet dan jaringan serta teknologi informasi lainnya untuk mendukung e-commerce, komunikasi dan kerjasama perusahaan, dan berbagai proses yang dijalankan melalui web, baik dalam jaringan perusahaan maupun dalam para pelanggan serta mitra bisnisnya. E-business meliputi e-commerce yang melibatkan pembelian dan penjualan, serta mitra bisnisnya. E-business meliputi e-commerce yang melibatkan pembelian dan penjualan serta pemasaran dan pelayanan produk, jasa, dan informasi melalui internet dan jaringan lainnya. 2.3 Metode Penelitian Jenis dan Metode Penelitian Menurut Zikmund (Suliyanto, 2006, h2) riset merupakan proses pengumpulan, pencatatan dan analisis data yang sistematik dan obyektif untuk membantu pembuatan keputusan. Berdasarkan pendapat Sugiyono (2004, h7) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi Populasi menurut Sugiyono (2004, h72) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

14 Teknik Pengambilan Sampel Berdasarkan pendapat Sugiyono (2004, h73) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel tersebut, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang dari populasi harus betul-betul representatif. Menurut Suliyanto (2006, h113) probability sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana setiap anggota poulasi mempunyai kesempatan (probabilitas) untuk dijadikan sampel. Menentukan ukuran sampel adalah menentukan besarnya sampel yang harus diambil agar dapat menggambarkan populasi yang sebenarnya. Pengambilan sampel yang terlalu kecil dikhawatirkan tidak mampu menggambarkan populasi yang sesungguhnya. Sebaliknya, pengambilan sampel yang terlalu besar akan membuang waktu, biaya dan tenaga secara percuma. Dalam penelitian ini ukuran sampel ditentukan menggunakan pendapat Slovin seperti yang dikutip oleh Suliyanto (2006, h100), yaitu : n = N 1 + Ne 2 Dimana : n = jumlah sampel minimal N = jumlah populasi e = persentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel.

15 18 Proportionate stratified random sampling digunakan jika populasi memiliki starata dan anggota setiap strata memiliki jumlah yang relatif proporsional. Oleh karena anggota strata memiliki jumlah yang proporsional maka setiap strata akan terwakili dalam sampel secara proporsional juga. Demikian juga sebaliknya, pada strata yang memiliki jumlah populasi yang sedikit, sampel yang akan diambil kecil Teknik Pengumpulan Data Angket (kuesioner) Menurut Sugiyono (2004, h135) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Pada penelitian ini digunakan metode kuesioner tertutup. Menurut Suliyanto (2006, h141) dalam kuesioner tertutup, jawaban sudah disediakan oleh peneliti sehingga jawabannya akan sesuai dengan kebutuhan dalam riset Wawancara (interview) Berdasarkan pendapat Suliyanto (2006, h137), wawancara merupakan teknik pengambilan data dimana penelitian langsung berdialog dengan responden untuk menggali informasi dari responden. Dalam wawancara, peneliti tidak harus bertatap muka langsung, tetapi dapat melalui media tertentu misalnya melalui telepon, teleconference atau chatting melalui internet.

16 Desain Pengukuran dan Instrumen Penelitian Desain Pengukuran Menurut Sugiyono (2004, h84) skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada di dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Skala interval adalah salah satu jenis skala pengukuran yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Analisis statistik yang sesuai adalah : Uji t (t-test), Uji t (t-test) dua sampel; Anova satu jalur (One Way-Anova); Anova dua jalur (Test-Ways Anova); Uji Pearson product moment; Uji Korelasi Parsial (partial correlation); Uji Korelasi Ganda (Multiple Correlation); Uji Regresi (Regression Test); dan Uji Regresi Ganda (Multiple Regression Test). Uji statistik yang digunakan ialah uji statistik parametrik dan non parametrik Instrumen Penelitian Berdasarkan pendapat Sugiyono (2004, h84) instrumen penelitian digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti.

17 20 Tabel 2.1 Variabel e-learning VARIABEL PARAMETER SKALA Tingkat Peminatan Mata Pelajaran Tingkat Kepentingan Mata Pelajaran Tingkat Kecocokan Mata Pelajaran Skala prioritas Skala prioritas Skala prioritas Tingkat Peminatan 1-12 Bobot : 1-12 Tingkat Kepentingan 1-12 Bobot : 1-12 Tingkat Kecocokan 1-12 Bobot : 1-12 Sumber : peneliti Teknik Analisis Data Uji Validitas Menurut Suliyanto (2006, h146) validitas sebuah alat ukur ditunjukkan dari kemampuannya mengukur apa yang seharusnya diukur. Kuesioner riset dikatakan valid apabila instrumen tersebut benar-benar mampu mengukur besarnya nilai variabel yang diteliti. Keputusan pada sebuah butir pertanyaan dapat dianggap valid, yang bisa dilakukan dengan beberapa cara : Jika koefisien korelasi product moment melebihi 0,3. Jika koefisien korelasi product moment > r-tabel (α ; n -2) n = jumlah sampel. Nilai sig. α

18 21 Rumus Pearson Product Moment ( Koefisien Korelasi ) : r hitung = n ( Σ Xi Yi ) ( Σ Xi ). ( Σ Yi ) { n. Σ Xi 2 - ( Σ Xi ) 2 }. { n. Σ Yi 2 - ( Σ Yi ) 2 } Dimana : r hitung Σxi ΣYi N = Koefisien Korelasi = Jumlah skor item = Jumlah skor total = Jumlah responden Jika r hitung > r tebel berarti valid Jika r hitung < r tabel berarti tidak valid Uji Reliabilitas Masih menurut Suliyanto (2006, h149) pengertian reliabilitas pada dasarnya adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Jika hasil pengukuran yang dilakukan secara berulang relatif sama maka pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat reliabilitas yang baik. Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha adalah sebagai berikut : 1. Menghitung varians tiap skor pada setiap item dengan rumus : Σ Xi 2 - ( Σ Xi ) 2 Si = N N Dimana : Si Σ Xi 2 = Varians skor tiap-tiap item = Jumlah kuadrat item Xi ( Σ Xi ) 2 = Jumlah item Xi dikuadratkan N = Jumlah responden

19 22 2. Menjumlahkan varians seluruh item dengan rumus : ΣSi = S1 + S2 +...Sn Dimana : ΣSi = Jumlah varians semua item S1, S2...Sn = Varians item ke-1,2,...n 3. Menghitung varians total dengan rumus : Σ Xt 2 - ( Σ Xt ) 2 St = N N Dimana: St Σ Xt 2 = Varians total = Jumlah kuadrat X total ( Σ Xt ) 2 = Jumlah X total dikuadratkan N = jumlah responden 4. Memasukkan nilai Alpha dengan rumus : R 11 = k 1 Σ Si k 1 S t 5. Keputusan dengan membandingkan r 11 dengan r tabel (Tabel r Product Moment dengan dk = N 1) : Jika r 11 > r tabel berarti Reliabel Jika r 11 < r tabel berarti Tidak Reliabel

20 Skala Likert Berdasarkan pendapat Sugiyono (2004, h86) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misal : 1. Sangat Setuju = 4 2. Setuju = 3 3. Tidak Setuju = 2 4. Sangat Tidak Setuju = 1 Berdasarkan skor yang telah ditetapkan maka : Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab SS = Y X 4 Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab S = Y X 3 Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab TS = Y X 2 Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab STS = Y X 1 + Jumlah = X Persentase jawaban yang diinginkan = (X : total jawaban yang diinginkan) x 100% Skala kontinum sebagai berikut : STS TS S SS Gambar 2.2 Skala kontinum tingkat persetujuan Sumber : Sugiyono

21 24 Keterangan Kriteria Interpretasi Skor : Angka 0% - 25% Angka 26% - 50% Angka 51% - 75% Angka 76% - 100% = Sangat Lemah = Lemah = Kuat = Sangat Kuat Metode Pembobotan Dikutip dari Christansen (Proses pembobotan AHP, 2008), Bobot didefinisikan sebagai sebuah nilai yang ditetapkan pada suatu kriteria evaluasi yang mengidentifikasikan kepentingan relatif terhadap kriteria lain berdasarkan suatu pertimbangan. Perhitungan bobot menggunakan matriks seperti di bawah ini, sebagai contoh: Tabel 2.2 Contoh perhitungan pembobotan No Mata Pelajaran Diminati Penting Cocok Jumlah F W S F W S F W S Rata - rata Jumlah Sumber : Peneliti Keterangan: Baris mata pelajaran : kriteria yang akan dibobotkan. Kolom diminati, penting dan cocok : tiga pertimbangan untuk mencapai suatu kepentingan dalam pembobotan. F : Frekuensi, frekuensi adalah jumlah dari perhitungan modus hasil perolehan data kuesioner. W : Bobot, bobot memiliki rank atau peringkat yang telah ditentukan.

22 25 S : Skor, skor adalah perhitungan frekuesi dikalikan dengan bobot. Skor memperlihatkan perbandingan hasil pembobotan. Rata rata : dilakukan perhitungan rata rata, karena hasil perhitungan jumlah modus yang lebih dari satu. Jumlah : total penjumlahan dari semua baris dan kolom Korelasi Spearman Menurut Supranto (2008, h338), Koefisien korelasi peringkat Spearman, r s, adalah ukuran erat-tidaknya kaitan antara dua variabel ordinal; artinya, r s merupakan ukuran atas kadar/ derajat hubungan abtara data yang telah disusun menurut peringkat (ranked data). Koefisien korelasi (r) dihitung dengan menggunakan nilai peringkat untuk X dan Y, dan bukan nilai aktual. Prosedur untuk menghitung dan menguji koefisien korelasi peringkat Spearman 1) Rumus hipotesis nol dan hipotesis alternatif 2) Tentukan taraf nyata (α) 3) Kumpulan data dan kemudian susun peringkat data tersebut 4) Hitung perbedaan antara pasangan peringkat 5) Hitung r s 6) Jika n > 10, hitung CR 7) Bandingkan nilai CR yang dihitung dengan nilai dari tabel t dengan menggunakan derajat kebebasan n 2 8) Tarik kesimpulan tentang statistik tentang H o

23 26 Mengitungung r s 6 Σ D² r s = 1 - n ( n² - 1 ) di mana : r s = Koefisien korelasi spearman D = Perbedaan skor antar variabel n = Jumlah sampel Menurut Sugiyono ( 2010, h246) jika terdapat nilai yang sama, maka cara merangkingnya adalah dengan menjumlahkan urutan rangking yang sama, lalu dibagi jumlah rangking dan hasilnya masing-masing diberi nilai jumlah rangking yang sama. Menguji signifikan r s Ho : r s = 0 H 1 : r s > 0 tidak ada hubungan Ada hubungan Rumus : n - 2 CR = r s 1 - r s ² di mana : CR = Critical ratio r s = Koefisien korelasi spearman n = Jumlah sampel Pengambilan keputusan Terima H o jika CR < nilai t tabel Tolak H o jika CR > nilai t tabel

24 Kerangka Pemikiran Analisis dan Perancangan e-learning pada SMPN 127 Metode pengumpulan data : - data primer: wawancara, kuesioner. - data sekunder : kepustakaan Metode penelitian : Analisa tingkat kebutuhan e- learning: Skala Likert Analisa mata pelajaran yang ingin dimasukkan dalam e-learning : Metode Pembobotan Analisa hubungan antar variabel : Metode Spearman Hasil Analisis Perancangan e-learning SMPN 127 Gambar 2.3 Sumber : Peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013. 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013. 3.2 Teknik Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Deskriptif Kuantitatif, dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Deskriptif Kuantitatif, dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Deskriptif Kuantitatif, dengan teknik pengambilan data yaitu kuesioner untuk mengukur data variabel x (kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah level of explanation yaitu penelitian deskriptif dan asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Siregar (2013, p.15)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Obyek Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Butik Kharisma Indonesia yang berlokasi di Jalan Gajahmada No. 134, Semarang. Obyek penelitian ini adalah karyawan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu. Melalui penelitian, manusia dapat menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu. Melalui penelitian, manusia dapat menggunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode bagi suatu penelitian merupakan suatu alat didalam pencapaian suatu tujuan untuk memecahkan suatu masalah. Metode penelitian (Sugiyono, 2010:2) pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan memberikan gambaran tentang detail-detail sebuah situasi, lingkungan

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan memberikan gambaran tentang detail-detail sebuah situasi, lingkungan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif yang bertujuan memberikan gambaran tentang detail-detail sebuah situasi, lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Kota Kudus yang merupakan kedudukan dari R&D PT Pura Group Kudus. 3.1.2. Waktu Penelitian Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pengamatan dilakukan terhadap karyawan PT. Inhutani I Kantor Direksi Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif. Dengan penelitian asosiatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Tempat penelitian adalah tempat melakukan kegiatan penelitian guna memperoleh data yang berasal dari responden.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Teknik Pengumpulan Data A. Pengumpulan Data a. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT AJC, yang berlokasi di Jl. Gelong Baru Utara No. 5-8 Jakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Narbuko dan Achmadi (2004: 2) metode penelitian adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Narbuko dan Achmadi (2004: 2) metode penelitian adalah : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Menurut Narbuko dan Achmadi (2004: 2) metode penelitian adalah : Metode penelitian adalah ilmu yang mempelajari cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti yaitu mengenai Situasi Pembelian Pengaruhnya

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti yaitu mengenai Situasi Pembelian Pengaruhnya 44 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek yang akan diteliti yaitu mengenai Situasi Pembelian Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Pada Bandung. Dalam penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian yang ilmiah pula, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian yang ilmiah pula, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan salah satu dari tindakan yang dapat dikatakan sebagai tindakan dalam mencari kebenaran dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan. Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan, menggambarkan dan menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Nasir (1999:64), menjelaskan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai perilaku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitiatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Metodologi penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan dengan tujuan dan kegunaan tertentu, Sugiyono (2013:01).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2008:13). Objek penelitian adalah Mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP UKSW

BAB III METODE PENELITIAN. dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2008:13). Objek penelitian adalah Mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP UKSW BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena data penelitian berupa angkaangka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2008:13). 3.2 Objek Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang tepat sangat diperlukan dalam pelaksanaan suatu penelitian. Metode penelitian dapat digunakan sebagai pedoman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan teoritis pada Bab II, maka langkah berikutnya pada Bab III ini adalah menguji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, diperlukan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, diperlukan BAB III METODE PENELITIAN Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, diperlukan metode penelitian. Seperti yang sudah Penulis paparkan pada bab satu, metode penelitian yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peniliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang

BAB III METODE PENELITIAN. peniliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara utama yang digunakan peniliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian ini menguji bagaimana pengaruh kompensasi dan pengembangan karir terhadap kepuasan kerja karyawan di PT. Bata Purwakarta. Dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang berbentuk sebab akibat (Sugiyono, 2012:297).

BAB III METODE PENELITIAN. yang berbentuk sebab akibat (Sugiyono, 2012:297). 42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan metode anaisis jalur (path analysis). Analisis jalur digunakan untuk melukiskan dan menguji model hubungan antar variabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah statistik deskriptif. Menurut Sugiyono

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah statistik deskriptif. Menurut Sugiyono III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Objek Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2012:147) statistik deskriptif adalah: Statistik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Objek Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2010:118) objek merupakan segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN Bab III membahas mengenai lokasi, populasi, sampel, desain penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2010, hlm.118), obyek penelitian adalah variabel penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Subjek Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di yang beralamatkan di Jl. Penghulu KH. Hasan Mustapa No. 23 kota Bandung Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat ataupun wilayah yang akan diteliti. Peneliti melakukan penelitian di SMPN 3 Bandung,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2014. Adapun lokasi penelitian akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Babussalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. supaya dapat mempermudah proses pengambilan data. Penelitian ini dilakukan di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. supaya dapat mempermudah proses pengambilan data. Penelitian ini dilakukan di 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan bagian yang harus diperhatikan bagi peneliti supaya dapat mempermudah proses

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. (penjelasan), yaitu menyoroti pengaruh antara variabel-variabel penelitian dan

METODE PENELITIAN. (penjelasan), yaitu menyoroti pengaruh antara variabel-variabel penelitian dan III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang sifatnya ekplanatif (penjelasan), yaitu menyoroti pengaruh antara variabel-variabel penelitian

Lebih terperinci

horizon penelitian ini yaitu cross sectional, di mana informasi yang didapat hanya

horizon penelitian ini yaitu cross sectional, di mana informasi yang didapat hanya BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan penelitian asosiatif. Menurut Sugiyono (2007, p.11) mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun karakteristik,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang ingin dicapai yaitu penelitian deskriptif asosiatif, dengan menggunakan

III. METODE PENELITIAN. yang ingin dicapai yaitu penelitian deskriptif asosiatif, dengan menggunakan 32 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu penelitian deskriptif asosiatif, dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan bersifat kuantitatif, yaitu sebuah penelitian yang sarat akan nuansa angka-angka dalam teknik pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu suatu metode dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mardalis (2009: 24) mengartikan metode sebagai:

BAB III METODE PENELITIAN. Mardalis (2009: 24) mengartikan metode sebagai: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Mardalis (2009: 24) mengartikan metode sebagai: Suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian, sedangkan penelitian itu sendiri diartikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Gorontalo Kecamatan Kota Timur Kelurahaan Ipilo dan Heledulaa Utara selama 2 bulan yaitu bulan Mei sampai Juni tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bhakti Pekanbaru, pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

BAB III METODE PENELITIAN. Bhakti Pekanbaru, pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 Februari s/d 17 Maret 2014, dan lokasi penelitian ini adalah di Sekolah Menengah Atas Tri Bhakti Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kuantitatif, melalui penyebaran kuesioner (angket) kepada responden. Teknik penggunaan angket adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang asuransi jiwa, yaitu PT. Prudential Life Assurance (Prudential

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif deskriptif.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif deskriptif. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena data penelitian berupa angkaangka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2012:13). Jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian diperlukan adanya metode penelitian, metode penelitian ini berfungsi sebagai pendekatan dalam mendapatkan data dari penelitiannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional. Penelitian korelasional dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan suatu kerangka kerja yang digunakan dalam melaksanakan suatu penelitian. Adapun desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rumah yang ditawarkan (kenaikan penjualan 15% per-tahun). Selain

BAB III METODE PENELITIAN. rumah yang ditawarkan (kenaikan penjualan 15% per-tahun). Selain BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Obyek Penelitian Sesuai dengan judul yang penulis kemukakan, penulis mengambil lokasi penelitian di PT. Citra Tama Adigraha Jl. Musi 38 Surabaya. Alasan pemilihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan desain atau suatu proses yang memberikan arahan atau petunjuk secara sistematis kepada peneliti dalam melakukan proses penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisis data hasil penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisis data hasil penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Desain Penelitian Berdasarkan dari permasalahan yang akan diteliti, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2008:13).

BAB III METODE PENELITIAN. dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2008:13). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena data penelitian berupa angkaangka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2008:13). 3.2 Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan dalam sebuah penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Metode penelitian atau sering disebut

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Disesuaikan dengan tujuan penelitian dan tingkat eksplenasinya, jenis

BAB 3 METODE PENELITIAN. Disesuaikan dengan tujuan penelitian dan tingkat eksplenasinya, jenis BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Disesuaikan dengan tujuan penelitian dan tingkat eksplenasinya, jenis penelitian yang digunakan adalah dengan penelitian deskriptif. Penelitian dekriptif merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2013:2). Melalui penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2013:2). Melalui penelitian, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2013:2). Melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode bagi suatu penelitian merupakan suatu alat didalam pencapaian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode bagi suatu penelitian merupakan suatu alat didalam pencapaian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan Metode bagi suatu penelitian merupakan suatu alat didalam pencapaian suatu tujuan untuk memecahkan suatu masalah. Menurut Sugiyono (2013:3)

Lebih terperinci

BAB III. Metodologi. a. Jenis penelitian: asosiatif, yaitu suatu pertanyaan penelitian yang bersifat

BAB III. Metodologi. a. Jenis penelitian: asosiatif, yaitu suatu pertanyaan penelitian yang bersifat BAB III Metodologi 3.1 Jenis dan Desain Penelitian a. Jenis penelitian: asosiatif, yaitu suatu pertanyaan penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Bentuk hubungan asosiatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi Penelitian 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di SMK Negeri 9 Garut, Jl. Raya Bayongbong Km.7 Desa Panembong Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. seluler As pada mahasiswa Universitas Muria Kudus yang dijadikan penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. seluler As pada mahasiswa Universitas Muria Kudus yang dijadikan penelitian, 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Yang menjadi obyek penelitian adalah para konsumen yang membeli produk seluler As pada mahasiswa Universitas Muria Kudus yang dijadikan penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahap-tahap yang

BAB III METODE PENELITIAN. pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahap-tahap yang BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian adalah ilmu yang mempelajari cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahap-tahap yang disusun secara ilmiah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan riset korelasi (correlational study), menurut Umar (2008) penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabelvariabel

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Ex post facto

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Ex post facto III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Ex post facto dan survey. Penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

Lokasi penelitian dilakukan pada Perpustakaan SMP Negeri 15 Bandung yang terletak di Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 89.

Lokasi penelitian dilakukan pada Perpustakaan SMP Negeri 15 Bandung yang terletak di Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 89. BAB III METODE PENELITIAN Penelitian hubungan ketersediaan fasilitas perpustakaan dengan minat kunjung siswa ke perpustakaan ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang dibuat oleh peneliti untuk membantu mengumpulkan dan menganalisis

BAB III METODE PENELITIAN. yang dibuat oleh peneliti untuk membantu mengumpulkan dan menganalisis BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik maka dibutuhkan suatu desain penelitian. Desain penelitian merupakan suatu rencana atau rancangan yang dibuat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. SUBJEK PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Laboratorium UPI Bandung di Jl. Senjaya Guru kampus Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 64 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode sensus, menurut Arikunto (1996:115) populasi adalah keseluruhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester ganjil

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester ganjil 29 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester ganjil SMPN 5 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di SMK Negeri I Limboto

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di SMK Negeri I Limboto BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di SMK Negeri I Limboto Kabupaten Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Utama Bandung. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah karyawan PT

BAB III METODE PENELITIAN. Utama Bandung. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah karyawan PT BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian ini membahas mengenai pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan pada PT Askes (Persero) Cabang Utama Bandung. Subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian regresional dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana variasivariasi pada satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan Penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu yang dikemukakan oleh Sugiyono (2014:2). Jenis metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antar variabel, dan jika ada

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antar variabel, dan jika ada 58 BAB III METODE PENELITIAN 3. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan korelasional. Menurut Arikunto (00:70) pendekatan korelasional adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori yang bersifat eksplanatory

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori yang bersifat eksplanatory 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Tipe penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori yang bersifat eksplanatory research. Penelitian eksplanatory merupakan tipe penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek dari penelitian ini adalah pengguna sepatu Converse, dan lokasi dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang. 3.2 Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metodologi 3.1.1 Pendekatan Objektif Berdasarkan buku Teknik Praktis Riset Komunikasi (Kriyantono, 2010 : 54) pendekatan objektif menganggap perilaku manusia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. No Unit Kerja Jumlah Karyawan. 1 Haurpugur 8. 2 Cipaku Cicalengka Cibereum 7.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. No Unit Kerja Jumlah Karyawan. 1 Haurpugur 8. 2 Cipaku Cicalengka Cibereum 7. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh karyawan BRI Cabang Majalaya dengan jumlah populasi 196 orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan mengambil sampel pada pegawai Dinas Pertanian Tanaman

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan mengambil sampel pada pegawai Dinas Pertanian Tanaman BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian ini akan mengambil sampel pada pegawai Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung. 3.2. Jenis Penelitian Menurut Oei (2010:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif jenis korelasional, menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif jenis korelasional, menggunakan 58 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif jenis korelasional, menggunakan metode exposed facto. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyono (2009:115).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti harus menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengadakan suatu penelitian, peneliti terlebih dahulu harus menentukan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengadakan suatu penelitian, peneliti terlebih dahulu harus menentukan 45 BAB III METODE PEELITIA 3.1 Metode Penelitian Untuk mengadakan suatu penelitian, peneliti terlebih dahulu harus menentukan metode yang akan digunakan, karena hal ini merupakan pedoman atau langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang menggambarkan dan menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang menggambarkan dan menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 3.1.1 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada ruangan Cyber @ccess di kampus Syahdan Universitas Bina Nusantara Jl.K.H. Syahdan No. 9, Jakarta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Sebuah organisasi perlu menerapkan organisasi pembelajaran agar dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan eksternal maupun internal disegala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jauh lebih kecil dan tidak memerlukan modal, padahal mendirikan usaha tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. jauh lebih kecil dan tidak memerlukan modal, padahal mendirikan usaha tersebut BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah lapangan kerja yang tersedia di Indonesia lebih sedikit dibandingkan para pencari kerja. Lebih banyak orang memilih untuk bekerja dengan orang lain dibandingkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian desktiptif. Sugiyono

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian desktiptif. Sugiyono 53 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pada penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian desktiptif. Sugiyono (006:11) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data yang relevan. 49 Metode yang akan digunakan dalam. data primer dan data sekunder.

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data yang relevan. 49 Metode yang akan digunakan dalam. data primer dan data sekunder. 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field ressearch) yakni pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti guna mendapatkan data yang relevan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Menurut Sugiyono (2009: 3) metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013:2). Melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 1. Tempat Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 14 Surakarta kelas VII Tahun Pelajaran 2015/2016.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian ini dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta karena telah merealisasikan program Jaminan Kesehatan Khusus (Jamkesus) bagi penyandang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Disesuaikan dengan tujuan penelitian, desain penelitian yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Disesuaikan dengan tujuan penelitian, desain penelitian yang digunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Disesuaikan dengan tujuan penelitian, desain penelitian yang digunakan tujuan pertama, untuk mengetahui kondisi pemasaran CV Anugrah Putra Marco Abunawas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Maret 2014 hingga bulan Agustus Jenis dan Sumber data dalam penelitian ini berupa :

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Maret 2014 hingga bulan Agustus Jenis dan Sumber data dalam penelitian ini berupa : 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada salah satu outlet Rabbani yang beralamat di jalan Tuanku Tambusai No. 52 Pekanbaru. Penelitian ini dimulai sejak

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian menurut metode, penulis menggunakan penelitian survey. Menurut Siregar (2013 : 10), Penelitian survey adalah penelitian yang tidak melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi. Menurut Sugiyono (2011), korelasi merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Seperti hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini mengenai pengaruh keragaman tenaga kerja (workforce diversity) terhadap kinerja karyawan bagian pemeliharaan (maintenance section)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 32 AA-BB Medan Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 32 AA-BB Medan dimulai

BAB III METODE PENELITIAN. Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 32 AA-BB Medan Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 32 AA-BB Medan dimulai 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat penelitian BAB III METODE PENELITIAN Tempat penelitian ini adalah pada Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 3 AA-BB Medan

Lebih terperinci