CONVENTION HALL DI KAWASAN AGROWISATA WONOSARI ARTIKEL ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "CONVENTION HALL DI KAWASAN AGROWISATA WONOSARI ARTIKEL ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik."

Transkripsi

1 CONVENTION HALL DI KAWASAN AGROWISATA WONOSARI ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh: DEWI RAGIL WIDYASARI NIM KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2013

2 CONVENTION HALL DI KAWASAN AGROWISATA WONOSARI Dewi Ragil Widyasari, Noviani Suryasari, Nurachmad S Jurusan Arsitektur Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT.Haryono 167, Malang 65141, Indonesia ABSTRAK Convention hall yang direncanakan akan mewadahi beberapa aktivitas yang berbeda dalam satu bangunan, bahkan satu ruang. Sebuah ruang yang mewadahi beragam aktivitas harus mempertimbangkan dan memperhatikan konsep fleksibilitas (ekpansibilitas, konvertibilitas dan versatilitas). Aspek fleksibilitas ruang dapat dicapai dengan tiga cara yaitu ekspansibilitas, konvertibilitas dan versatilitas, fleksibilitas ruang dibutuhkan karena hall digunakan untuk beragam jenis aktivitas. Sebagai ruang yang ekspansibel, partisi sebagai sekat dapat dibuka jika diperlukan ruang yang lebih luas. Versatilitas memungkinkan ruangan digunakan untuk konser musik, pertemuan atau resepsi. Salah satu sistem untuk mencapai fleksibilitas ruang pada convention hall adalah dengan menggunakan partisi. Bentuk dan tampilan bangunan mencerminkan fungsi yang diwadahi bangunan tersebut. Setiap bangunan akan memiliki karakter yang berbeda sesuai dengan fungsinya. Bentuk dan tampilan menggunakan konsep transformasi dari bangunan di kawasan Agrowisata Wonosari yang terdiri dari beberapa gaya sehingga di ambil prinsip desain dari bangunan yaitu keseimbangan, dominasi dan irama serta unsurnya yaitu atap, kolom, bukaan. Kata kunci: Convention hall, fleksibilitas, ekspansibilitas, konvertibilitas, versatilitas, kontekstual lingkungan PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan wadah untuk mengadakan pertemuan-pertemuan yang tujuannya adalah untuk menghasilkan suatu kebijakan yang dapat meningkatkan kualitas diberbagai sektor di Malang. Convention hall yang direncanakan akan mewadahi beberapa aktivitas yang berbeda dalam satu bangunan, bahkan satu ruang. Maka dari itu perlu diperlukan bagaimana ruang tersebut mewadahi keragaman aktivitas yang ada di dalamnya. Sebuah ruang yang mewadahi beragam aktivitas harus mempertimbangkan dan memperhatikan konsep fleksibilitas (Toekio, 2000). Untuk itu convention hall di Agrowisata Wonosari ini harus dirancang memiliki fleksibilitas yang baik. bangunan convention hall diusahakan memiliki konteks dengan lingkungan sekitarnya agar memilki unity bangunan lainnya kawasan di Agrowisata Wonosari. Hal ini juga dikarenakan bentuk bangunan selain berhubungan dengan fungsi yang diwadahi juga harus menyesuaikan dengan lokasi dimana bangunan tersebut berada. Rumusan Masalah Bagaimana rancangan bangunan Convention hall yang dapat mewadahi beberapa aktivitas yang berbeda di kawasan Agrowisata Wonosari-Lawang? Pembatasan Masalah 1. Bangunan konvensi (convention hall) adalah bagian dari pengembangan fasilitas dikawasan Agrowisata Wonosari, yang juga terdiri dari fasilitas penunjang lain yaitu kantor

3 pengelola, homestay, restoran dan pendopo penerima. 2. Fokus perancangan adalah pada perancangan fungsi bangunan konvensi, dalam hal ini dibatasi pada aspek fungsi, aktivitas dan penataan ruang yang dapat memfasilitasi beragam kegiatan yaitu kegiatan pertemuan, pagelaran, pameran dan banquet 3. Lingkup perancangan bangunan konvensi juga akan mempertimbangkan kondisi lingkungan sekitar (konteks kawasan Agrowisata Wonosari) yang memberi pengaruh pada bentuk dan tampilan bangunan konvensi. 4. Ruang lingkup pelayanan: Malang Raya dan daerah yang berada disekitarnya seperti Surabaya, Lumajang, Pasuruan. Tujuan Rancangan bangunan Convention hall yang dapat mewadahi beberapa aktivitas yang berbeda di kawasan Agrowisata Wonosari-Lawang. Manfaat 1. Bagi kalangan praktisi: a. Memberikan alternatif rancangan dan referensi bagi desain selanjutnya b. Sebagai sarana penyedia kebutuhan fasilitas pertemuan, rapat dan diklat c. Sebagai sarana pengembangan daerah agrowisata Wonosari dari segi fasilitas yang yang tersedia. 2. Bagi kalangan akademis: a. Meningkatkan kemampuan dan kepekaan dalam proses perancangan. b. Menerapkan teori dan prinsip desain yang telah didapat terhadap desain yang akan dibuat. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Convention Hall Batasan-batasan umum mengenai kegiatan yang berlangsung pada pertemuan yang modern yang dikemukakan oleh Lawson (1981) antara lain: 1. Terjadi pada tempat yang spesifik 2. Menyangkut pelayanan makanan dan minuman 3. Dilengkapi oleh penunjang teknis spesial seperti peralatan audio-visual 4. Membutuhkan transportasi 5. Membutuhkan penginapan 6. Melibatkan pameran suatu produk 7. Membutuhkan sajian hiburan bagi peserta konvensi Menurut M. Kesrul (2004) fasilitas ruang konferensi/ pertemuan antara lain: a. Peralatan telekomunikasi dan presentasi lengkap b. Podium c. Meja kursi selengkapnya pada area peserta Dalam hal ini podium dapat diartikan sebagai area panggung, sedangkan pada area peserta ditekankan adanya fasilitas meja dan kursi untuk peserta dan tidak dibatasi untuk penataan bentuk yang digunakan Ada beberapa bentuk ruang pertemuan yang lazim digunakan misalnya bentuk sejajar dan bertrap seperti pada auditorium dapat dilihat di bawah ini: 1) Ruangan yang berbentuk hall 2) Auditorium Akustika dalam ruangan yang perlu diperhatikan menurut Mediastika 1) Area panggung 2) Akustik lantai panggung 3) Area penonton 4) Akustik lantai area penonton 5) Akustik plafon area penonton 6) Akustik dinding area penonton Pola sirkulasi convention hall a. sirkulasi ruang luar pada convention hall biasanya memutari bangunan dan terdapat pemisahan antara sirkulasi pengunjung dengan sirkulasi pengelola.

4 b. sirkulasi dalam bangunan convention hall perletakan ruang utama menyebar dengan orientasi ke arah lobby yang merupakan titik awal pemecahan sirkulasi dalam ruang.. Fleksibilitas ruang Fleksibilitas ruang adalah dimana suatu ruang dapat digunakan untuk beberapa aktivitas yang berbeda karakter dan dapat dilakukan pengubahan susunan ruang tanpa mengubah tatanan bangunan. Menurut Toekio (2000), terdapat tiga konsep fleksibilitas yaitu ekspansibilitas, konvertibilitas, dan versalitilitas. a. Ekspansibilitas Konsep ekspansibilitas berarti desain ruang yang dapat menampung pertumbuhan melalui perluasan. Desain dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan. Perkiraan terhadap kebutuhan di masa depan di atasi dengan adanya ruang-ruang fleksibel yang dibatasi dengan pembatas temporer. b. Konvertibilitas Konsep konvertibilitas berarti desain ruang yang dirancang untuk memungkinkan adanya perubahan orientasi dan suasana sesuai dengan keinginan pelaku tanpa melakukan perombakan besar-besaran terhadap ruang yang sudah ada. Salah satu caranya dengan menggunakan dinding partisi. Contohnya adalah pada pengubahan orientasi ruang pameran yang bisa diletakkan pada tengah ruang atau tepi ruangan. c. Versatilitas Konsep versatilitas berarti fleksibilitas sebuah wadah dengan cara penggunaan wadah multi fungsi untuk menampung multi aktivitas pada waktu yang berbeda. Adanya ruang multi fungsi ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam aktivitas misalnya pesta, rapat, seminar, dan sebagainya. Kontekstual bangunan dengan lingkungan Brent C. Brolin dalam bukunya Architecture in Context (1980) menjelaskan, kontekstualisme adalah kemungkinan perluasan bangunan dan keinginan mengaitkan bangunan baru dengan lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, kontekstualisme merupakan sebuah ide tentang perlunya tanggapan terhadap lingkungannya serta bagaimana menjaga dan menghormati jiwa dan karakter suatu tempat. Untuk mewujudkan dan menciptakan arsitektur kontekstual, sebuah desain tidak harus selamanya kontekstual dalam aspek form dan fisik saja, akan tetapi kontekstual dapat pula dihadirkan melalui aspek non fisik, seperti fungsi, filosofi, maupun teknologi. METODE PERANCANGAN Gagasan dan Pendefisian Masalah Proyeksi peningkatan dan optimalisasi lahan dengan tujuan untuk menambah nilai tambah pendapatan dilakukan dengan melanjutkan pembuatan master plan Wisata Agro Wonosari. pada perancangan convention hall ini menggunakan metode programatik melalui pendekatan penataan ruang yang menampung beberapa aktifitas yang berbeda di sekitar kawasan Agrowisata Wonosari-Lawang. Metode programatik tersebut adalah bagian dari metode keseluruhan yang digunakan yaitu metode dengan tahapan-tahapan: pendefisian masalah, pengumpulan data, analisis, sintesis dan perancangan. Pengumpulan data Pada tahap pengumpulan data akan ditentukan data apa yang akan dicari kemudian dengan cara apa data tersebut didapat. Data-data tersebut terdiri atas data primer dan data sekunder. 1. Data primer

5 Survei data primer adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat secara langsung ataupun berinteraksi langsung dengan objek yang diamati. a. Observasi lapangan dan dokumentasi Pengamatan langsung pada tapak perancangan untuk mengetahui kondisi eksisting tapak dan kondisi fisik kawasan berupa bangunan yang ada pada sekitar tapak perancangan. Merekam informasi pada eksisting berupa angin, kebisingan, matahari, pencahayaan, sirkulasi. b. Wawancara Wawancara akan dilakukan kepada pihak Agrowisata Wonosari untuk mendapatkan data mengenai kondisi sekitar tapak perancangan. Kemudian wawancara juga dilakukan pada pengunjung Agrowisata Wonosari yang melakukan kegiatan pertemuan di aula yang terdapat di Agrowisata Wonosari. 2. Data sekunder Pengambilan data yang tidak dapat dilakukan melalui observasi langsung yang mendukung proses penelitian. a. Studi literatur Untuk mendapatkan data-data yang bersifat teori maupun non-teori yang dapat menunjang pembahasan dalam rangka memecahkan permasalahan, data yang dibutuhkan berupa literatur yang berhubungan dengan tinjauan umum dan tinjauan khusus tentang convention hall yang didapatkan dari buku, jurnal dan arsip pemerintah daerah. b. Studi komparasi Yaitu dengan mengadakan studi perbandingan dengan objek sejenis. Dalam menentukan objek komparasi tersebut ditentukan kriteria sebagai acuan, sebagai berikut: 1). Kesesuaian dengan fungsi 2). Kapasitas yang setara dengan objek rancangan 3). Memiliki fungsi yang sama Pengolahan data Pada pengolahan data digunakan metode programatik sebagai metode umum perancangan dimana dilakukan analisa dan sintesa pada data. Analisis terdiri dari analisis yang sifatnya makro dan analisis yang sifatnya mikro, sedangkan sistesis adalah proses penggabungan hasil analisis untuk mendapatkan konsep atau acuan desain. Dalam hal ini yang menjadi fokus adalah analisis dan konsep/ acuan desain terkait dengan penataan ruang dengan berbagai ragam jenis aktivitas (fleksibilitas ruang) dan terkait dengan tampilan bangunan. a. Tahap analisis Pada tahap ini akan dianalisa data-data yang diperoleh kemudian dipilih dan dipilah sesuai dengan data yang diperlukan dalam perancangan convention hall. Analisa yang dilakukan antara lain: 1) Analisis fungsi 2) Analisis pelaku dan aktivitas 3) Analisis kebutuhan ruang 4) Analisis ruang (organisasi ruang, hubungan antar ruang, sirkulasi, fleksibilitas ruang) dan analisis bangunan (struktur, akustik, bentuk dan tampilan bangunan). pendekatan kontekstual lingkungan kawasan Agrowisata Wonosari. Langkah-langkah yang perlu dilakukan, yaitu: a) Penentuan variabel (parameter) Parameter yang digunakan meliputi unsur desain (wujud, material, atap, kolom, bukaan, ragam hias) dan prinsip desain (keseimbangan, irama dan dominasi) b) Penelusuran bangunan di kawasan Agrowisata Wonosari c) Penetapan acuan desain bentuk dan tampilan bangunan 5) Analisis tapak

6 b. Tahap sintesis Pada tahap ini kesimpulan dari analisis-analisis yang didapat akan disintesakan ke dalam proses pemilahan data yang merupakan solusi dan acuan desain dari permasalahan yang sudah ditentukan pada rumusan masalah yang akan digunakan pada perancangan convention hall umumnya. Konsep/acuan desain yang dihasilkan berupa konsep tapak, konsep bentuk dan tampilan, konsep ruang, konsep akustik, konsep struktur, dan konsep utilitas. Dalam hal ini yang menjadi fokus atau penekanan adalah konsep ruang (flesibilitas ruang) dan konsep bentuk/tampilan bangunan. Tahap perancangan Pada tahap perancangan ini terdiri dari tiga tahap yamg meliputi: 1. Tahap skematik Pada tahap ini, hasil analisa-sintesa digunakan dalam membuat desain skematik. Proses transformasi dari hasil sintesa ke dalam bentuk sktesa-sketsa ide perancangan diwujudkan berupa skematik dengan mengatur penataan ruang dalam berdasarkan aktifitas yang diwadahi pada convention hall, diwujudkan berupa skematik desain bangunan yang kontekstual dengan lingkungan. 2. Tahap Pengembangan Rancangan Tahap ini merupakan tahap yang dilakukan untuk mengembangkan hasil desain skematik dari proses analisa-sintesa untuk menjawab permasalah utama. Aplikasi dalam tahap pradesain ini merupakan hasil transformasi desain dengan menggunakan metode pragmatik, yaitu mengembangkan berbagai kemungkinan penataan ruang yang sesuai dengan konsep serta standar/syarat perancangan convention hall dan juga desain bangunan yang kontekstual dengan lingkungan. Dalam tahap ini, pengembangan desain menggunakan teknik sketsa dan permodelan (dua dimensi dan tiga dimensi). Tahap pengembangan rancangan berupa site plan, layout plan, denah, tampak, potongan, perspektif interior dan eksterior, serta detail-detail arsitektural. Hasil rancangan desain tersebut kemudian dievaluasi kembali untuk menguji kesesuaian antara hasil analisa dengan teori yang ada berdasarkan parameter teori. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum Agrowisata Wonosari Kawasan Agrowisata Wonosari termasuk dalam Kebun Wonosari, terbentang dari batas kawasan hutan perhutani sampai dengan Afdeling Gebuk Lor. Luas kebun teh Wonosari adalah 370,3 ha, sedangkan luas Agrowisata Wonosari sendiri adalah 10,85 ha dimana secara administratif Agrowisata ini masuk dalam wilayah dua kecamatan yaitu Singosari dan Lawang, Kabupaten Malang. Gambar 1 masterplan Kawasan Agrowisata Wonosari Analisa fleksibilitas ruang Hall 1 (Konvensi (konferensi, seminar, workshop, rapat) Kegiatan konvensi yang diwadahi ditentukan terdiri dari beberapa kapasitas: kapasitas 500 (24 x 30 m) untuk kegiatan pagelaran dengan banyak penonton, bisa diterapkan kelas vestifal sehingga dapat menampung banyak

7 Konvensi (konferensi, seminar, workshop, rapat kapasitas 90 (6 x 15 m) Kapasitas 50 (6 x 9 m) untuk kegiatam konferensi, seminar dengan skala besar untuk kegiatan gathering perusahaan yang biasanya membutuhkan kapasitas besar kapasitas 200 (24 x 12 m Analisis Tampilan Bangunan kapasitas 200 (24 x 18) dengan panggung panggung pertemuan panggung pertemuan memiliki ketinggian rata-rata cm, hal ini untuk mengakomodasi kegiatan yang berupa kegiatan pertemuan sehingga memberikan kenyamanan visual bagi peserta Gambar 2 Tampak bangunan eksisting panggung pagelaran panggung pagelaran biasanya memiliki ketinggian yang lebih dari pada panggung untuk kegiatan pertemuan antara 1-1,3 m, hal ini dikarenakan aktivitas penonton yang berdiri dan cenderung berkumpul di area panggung Ruang 2 dan 3 Kontribusi bangunan sekitar terhadap bangunan baru adalah sebagai patokan secara visual bahwa suatu bangunan baru yang ada merupakan bagian dari kawasan tersebut, sehingga secara tidak langsung pengunjung akan merasakan atmosfir yang sama meskipun bangunan baru memiliki fungsi atau ukuran yang berbeda. Untuk menciptakan kesan tersebut maka perlu ada benang merah antara bangunan baru dengan bangunan sekitar yang telah ada sebelumnya. bangunan di kawasan Agrowisata Wonosari 1. wujud Bentuk dasar geometri adalah persegi empat

8 Irama terjadi karena adanya perulangan bentuk elemen bukaan dengan posisi yang sejajar 2. Bahan Menggunakan material seng, dinding, kaca, kayu. 3. atap Atap bangunan kebanyakan menggunakan atap pelana dengan dominasi geometri segitiga 4. Kolom Kolom bangunan yang tampak jelas terdapat pada bagian depan bangunan terdapat dua tiang penyangga. Menegaskan kekokohan bangunan 5. Bukaan Bukaan terdiri pintu dan jendela dengan bentuk persegi dengan kusen yang kecil dan besar 3. Dominasi Memiliki dominasi pada bagian depan dengan bidang dinding lebih menonjol ke depan Konsep perancangan Konsep tapak Prinsip desain 1. Keseimbangan Memiliki keseimbangan asimetris, bagian kanan dan kiri tidak sama, tapi secara kesuluruhan bangunan memiliki sumbu garis yang bisa ditarik pada bagian tengah Exit Entrance Gambar 3 Konsep Sirkulasi Tapak D E F B C A A 2. Irama Keterangan A. Parkir B. Convention hall C. Restoran D. Home stay E. Kantor Pengelola F. Pendopo penerima

9 Gambar 4. Konsep Tata Massa panggung Tanaman peneduh Versatilitas Sistem hidrolik Gambar 8 Penggunaan sistem hidrolik pada panggung Tanaman pengarah (palm) Gambar 5 Konsep Vegetasi Konsep Ruang Ekspansibilitas Partisi Hall 1 Gambar 9 Layout ruang Konsep Bentuk dan tampilan Hall 3 Hall 2 Gambar 7 Pembagian ruang Konvertibilitas Gambar 10 Konsep bentuk Y Y X Z X Z

10 Gambar 11 Transformasi bentuk atap Gambar 14 Denah Hasil dan pembahasan desain Gambar 12 Siteplan Gambar 15 Layout dan interior konser Gambar 13 Layout plan

11 Gambar 16 Layout dan interior resepsi round table Gambar 18 Layout dan interior pertemuan besar Gambar 17 Layout dan interior resepsi standing party Gambar 19 Perbedaan ketinggian panggung

12 Gambar 20 Tampak bangunan Gambar 21 Perspektif eksterior KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dalam perancangan convention hall yang mewadahi berbagai jenis kegiatan yang berbeda dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Fungsi dari bangunan mempengaruhi bentukan bangunan. Bentuk ruang convention hall berbeda-beda sesuai dengan fungsi yang akan diwadahi 2. Aspek fleksibilitas ruang dapat dicapai dengan tiga cara yaitu ekspansibilitas, konvertibilitas dan versatilitas, fleksibilitas ruang dibutuhkan karena hall digunakan untuk beragam jenis aktivitas. Sebagai ruang yang ekspansibel, partisi sebagai sekat dapat dibuka jika diperlukan ruang yang lebih luas. Versatilitas memungkinkan ruangan digunakan untuk konser musik, pertemuan atau resepsi. Dan untuk konvertibilitas berlaku pada hall 2 dan 3 serta lobby yang digunakan untuk kegiatan pameran produk. 3. Salah satu sistem untuk mencapai fleksibilitas ruang pada convention hall adalah dengan menggunakan partisi 4. Bentuk dan tampilan menggunakan konsep transformasi dari bangunan di kawasan Agrowisata Wonosari yang terdiri dari beberapa gaya sehingga di ambil prinsip desain dari bangunan yaitu keseimbangan, dominasi dan irama serta unsurnya yaitu atap, kolom, bukaan. Sedangkan ragam hias tidak digunakan karena bangunan tidak memiliki ragam hias yang spesifik. Saran Untuk para akademisi dan para prakitisi proses desain akan berbeda-beda pada setiap kasus atau kajian. Dalam kajian ini perancangan desain memilki fokus pada convention hall yang dapat mewadahi beragam jenis aktivitas, sehingga eksplorasi terhadap aspek bentuk, tata massa dan tata ruang menyesuaikan dengan kepentingan yang diwadahi. Dalam perancangannya juga perlu diperhatikan dimana lokasi tersebut dibangun, karena bnetuk suatu bangunan tidak hanya bergantung dari fungsi tetapi juga bergantung dengan lokasi bangunan tersebut berada. Aspek fleksibilitas tidak hanya dapat dicapai dengan penggunaan partisi, namun sekarang sudah digunakan teknologi yang canggih untuk menunjang aspek tersebut sehingga dalam perancangan selanjutnya dapat diterapkan agar fleksibilitas ruang dapat tercapai secara optimal. Konsep transformasi yang digunakan dapat menggunakan parameter lain. DAFTAR PUSTAKA Aji, Abdillah Surabaya Exhibition and Convention Centre. Skripsi tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya. Ambarwati, Dwi R Perancangan Akustik Interior Gedung Pertunjukan. Universitas Negeri Yogyakarta: Jurnal Ilmiah.

13 Ardiani, Y Mila Insertion. Surabaya: Wastu Lanas Grafika Brolin, C, Brent Architecture In Context. New York: Van Nostrand Reinhold Company. Chiara, Joseph Time Saver Standart second edition For Building Types. New York: Graw Hill Ching, Francis DK Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanan. Terjemahan. Jakarta: Erlangga Ching, Francis DK Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanan. Terjemahan. Jakarta: Erlangga. Doelle, Leslie Akustik Lingkungan. Jakarta: Erlangga Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Departemen Perhubungan, Jakarta, Facilities. London: The Architecture Press Lawson, Fred Tourism and Recreation Handbook of. Planning and Design. London: The Architectural Press Mediastika, Christina E Akustika Bangunan. Jakarta: Erlangga M. Kesrul Meeting Incentive Trip Conference Exhibition. Yogyakarta: Graha Ilmu Mill, Edward D Planning: Building for Administration Entertainment adn Recreation. London: Newness- Butterworth Shadily, Hassan An English- Indonesia Dictionary. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Toekio Dimensi Ruang dan Waktu. Bandung: Intermatra Hedy C Indrani Optimasi Desain Interior Untuk Peningkatan Kualitas Akustik Ruang Auditorium Multi-Fungsi. Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 35, No. 2 Ishar, H.K Pedoman Umum Merancang Bangunan. Jakarta: Gramedia Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. KM 108/HM.703/MPPT-91, tentang Ketentuan Usaha Jasa Konvensi, Perjalanan Insentif dan Pameran. Lawson, Fred Confernce, Convention and Exhibition

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and BAB 3 METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and Exhibition Center di Kota Batu ini menggunakan penelitian dengan metode analisis dan sintesis. Metode tersebut

Lebih terperinci

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung 5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung

Lebih terperinci

Persepsi Visual Audience pada Penataan Interior Auditorium

Persepsi Visual Audience pada Penataan Interior Auditorium TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Persepsi Visual Audience pada Penataan Interior Auditorium Studi Kasus: Auditorium Prof. Mattulada Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin Yusaumi Ramadhanti Fitri Taufik, Riekje

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Diponegoro merupakan salah satu Universitas terkemuka di Indonesia serta termasuk ke dalam lima besar Universitas terbaik seindonesia, terletak di provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Metode Perancangan Sebuah proses perancangan dibutuhkan sebuah metode untuk memudahkan perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode deskriptif analisis adalah salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Kajian perancangan dalam seminar ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau uraian secara sistematis

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam BAB III METODE PERANCANGAN Suatu proses perancangan membutuhkan suatu metode yang memudahkan bagi perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam Perancangan Pusat Dokumentasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Metode yang digunakan dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur adalah dengan menjelaskan secara deskriptif mengenai obyek rancangan dan juga permasalahan

Lebih terperinci

Fasilitas Sinema Terpadu di Surabaya

Fasilitas Sinema Terpadu di Surabaya 196 Fasilitas Sinema Terpadu di Surabaya Yurike Natasia dan Rony Gunawan S.T.,M.T. Prodi Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail: yurike_natasia@yahoo.com ; rgsunaryo@gmail.com

Lebih terperinci

Canopy: Journal of Architecture

Canopy: Journal of Architecture Canopy 2 (1) (2013) Canopy: Journal of Architecture http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/canopy PUSAT PERAGAAN IPTEK DI SEMARANG Lailum Mujib Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang BAB III METODE PERANCANGAN Dalam perancangan Pusat Pengembangan Musik Tradisional Jawa Timur di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

CONVENTION AND EXHIBITION CENTRE SEMARANG DENGAN PENEKANAN DESAIN ADVANCED STRUCTURE

CONVENTION AND EXHIBITION CENTRE SEMARANG DENGAN PENEKANAN DESAIN ADVANCED STRUCTURE CONVENTION AND EXHIBITION CENTRE SEMARANG DENGAN PENEKANAN DESAIN ADVANCED STRUCTURE Oleh: Ardyawan Mahendra, Septana Bagus P, M. Sahid Indraswara Convention dan Exhibition Centre merupakan fasilitas gedung

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Proses kajian yang dipergunakan dalam merancang Perpustakaan Islam di

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Proses kajian yang dipergunakan dalam merancang Perpustakaan Islam di 91 BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Proses dan Metode Umum Proses kajian yang dipergunakan dalam merancang Perpustakaan Islam di Kota Pasuruan dilakukan melalui metode penelitian yang bersifat analisa kuantitatif-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam BAB III METODE PERANCANGAN Merancang sebuah Griya Seni dan Budaya Terakota sesuai dengan konsep dan teori yang diinginkan tidak terlepas dari metode perancangan. Metode perancangan merupakan paparan deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka BAB III METODELOGI PERANCANGAN Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka kajian yang diuraikan dalam beberapa tahap, antara lain: 3.1 Pencarian Ide / Gagasan Tahapan kajian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan Rakyat adalah dengan menjelaskan secara deskriptif mengenai obyek rancangan dan juga

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. data dari sumber literatur hingga survey langsung obyek-obyek komparasi untuk

BAB 3 METODE PERANCANGAN. data dari sumber literatur hingga survey langsung obyek-obyek komparasi untuk BAB 3 METODE PERANCANGAN Secara garis besar, metode perancangan ini menggunakan analisis secara kualitatif yang didasarkan pada logika dan argumentasi yang bersifat ilmiah dan rasional. Analisis kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Rancangan Ide rancangan Terminal Penumpang Pelabuhan di Paciran Lamongan ini merupakan fasilitas penyedia jasa layanan publik yang mampu menampung kegiatan berkumpulnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sragen Convention Centre. : Kabupaten yang berada di bagian Timur Provinsi Jawa Tengah. (id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_sragen)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sragen Convention Centre. : Kabupaten yang berada di bagian Timur Provinsi Jawa Tengah. (id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_sragen) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sragen Convention Centre Untuk menjabarkan mengenai pengertian judul di atas maka kalimat judul dapat diuraikan berdasarkan pengertian dari kamus besar bahasa indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Metode perancangan dalam seminar ini yaitu berupa penjelasan dari awal proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan obyek perancangan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep utama yang mendasari Rancang Ulang Stasiun Kereta Api Solobalapan sebagai bangunan multifungsi (mix use building) dengan memusatkan pada sistem dalam melayani

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses BAB III METODE PERANCANGAN Secara umum kajian perancangan dalam tugas ini, merupakan paparan dari langkah-langkah dalam proses merancang. Sedangkan analisis data dilakukan dengan metode berdasarkan logika,

Lebih terperinci

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia termasuk dalam universitas yang bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Persaingan yang ketat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Aerotropolis adalah pengembangan dari konsep aerocity, yang merupakan konsep paling modern dalam pembangunan dan pengelolaan bandara dewasa ini. Pada konsep aerotropolis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan. BAB III METODE PERANCANGAN Pada perancangan hotel resort dalam seminar ini merupakan kajian berupa penjelasan dari proses perancangan yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang didapat dari studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode perancangan Metode merupakan sebuah strategi atau cara yang dapat mempermudah dalam mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga dalam proses perancangan membutuhkan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 / 3 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 / 3 SKS SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 / 3 SKS Pertemuan Ke Sub dan TIK 1 1. Pengantar Perkuliahan 1.1. Materi Pokok Studio Perancangan Arsitektur 2 Mahasiswa dapat menguraikan materi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan juga tarian Swan Lake, maka tahap berikutnya adalah menerapkan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan juga tarian Swan Lake, maka tahap berikutnya adalah menerapkan BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Setelah mendapatkan data yang mencukupi tentang sekolah ballet dan juga tarian, maka tahap berikutnya adalah menerapkan konsep guna menjawab permasalahan desain

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Dalam penentuan ide perancangan Kawasan wisata pantai Camplong menggunakan ayat Al-Qur an Surat Al-Baqarah Ayat 11: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses BAB 3 METODE PERANCANGAN Pada perancangan Malang Indie Culture Center sebagai wadah kreatifitas, apresiasi dan pengenalan komunitas indie ini metode perancangan berisi sebuah paparan deskriptif mengenai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan Rumah Susun pekerja ini menggunakan metode secara kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks permasalahan yang ada secara

Lebih terperinci

2.3.2 Data View Data Klien dan Pengguna Berdasarkan Aktifitas Kajian Restoran Sejarah dan Pengertian

2.3.2 Data View Data Klien dan Pengguna Berdasarkan Aktifitas Kajian Restoran Sejarah dan Pengertian DAFTAR ISI Halaman Judul... i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN... ii CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... iv Prakata... v Abstrak... vii Abstrak... viii Daftar Isi... ix Daftar Gambar...

Lebih terperinci

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM BAB 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN Pada bab kali ini akan membahas penyelesaian persoalan perancangan dari hasil kajian yang dipaparkan pada bab sebelumnya. Kajian yang telah dielaborasikan menjadi

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB 5 HASIL RANCANGAN BAB 5 HASIL RANCANGAN 6. Desain Bangunan Desain bangunan pertunjukan seni ini memiliki bentuk kotak masif untuk efisiensi bentuk bangunan dan ruang bangunan. Bentuk bangunan yang berbentuk kotak masif

Lebih terperinci

Perancangan Malang Convention Centre Dengan Penerapan Struktur Cangkang

Perancangan Malang Convention Centre Dengan Penerapan Struktur Cangkang Perancangan Malang Convention Centre Dengan Penerapan Struktur Cangkang Toni Yosua Gunawan¹, Tito Haripradianto², Rinawati P. H.² ¹Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya ²Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENGEMBANGAN FISIK BANGUNAN TPI JUWANA 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN PENGEMBANGAN FISIK BANGUNAN TPI JUWANA 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG TPI (Tempat Pelelangan Ikan) merupakan suatu tempat yang mewadahi aktivitas nelayan melakukan lelang (transaksi jual beli) ikan hasil tangkapan dari laut kepada para

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan dari Taman Krida Budaya Malang yang baru meliputi pertemuan matriks transformasi pendopo dengan fungsi ruang publik pada setting perkotaan Malang. Pada bagian

Lebih terperinci

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 70 Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur Laksmi Dewayani dan Nur Endah Nuffida Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 368 Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur Fahrani Widya Iswara dan Hari Purnomo Departemen Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk menjaga dan melestarikan potensi kesenian tradisional dan kuliner yang ada di Trenggalek.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Proses kajian yang digunakan dalam merancang Green Park Mall di

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Proses kajian yang digunakan dalam merancang Green Park Mall di BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Proses dan Metode Umum Proses kajian yang digunakan dalam merancang Green Park Mall di Gresik dilakukan dengan metode penelitian yang bersifat analisa kuantitatifkorelatif,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan kawasan wisata Pantai Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II KAJIAN TEORI 2.1.Tinjauan tentang Seni Pertunjukan Pengertian Seni Pertunjukan... 16

DAFTAR ISI. BAB II KAJIAN TEORI 2.1.Tinjauan tentang Seni Pertunjukan Pengertian Seni Pertunjukan... 16 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Halaman Pernyataan... iv Abstraksi... v Kata Pengantar... vii Daftar isi... ix Daftar Gambar... xii Daftar Tabel... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Dalam melakukan perancangan membutuhkan metode untuk mempermudah dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi survey obyek komparasi,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. tempat atau fasilitas yang memadai. Banyaknya masyarakat Kota Pasuruan yang

BAB 3 METODE PERANCANGAN. tempat atau fasilitas yang memadai. Banyaknya masyarakat Kota Pasuruan yang BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Ide perancangan Pusat Pemasaran Mebel di Kota Pasuruan diperoleh dari permasalahan terhadap usaha mebel di Kota Pasuruan yang kurang mendapatkan tempat atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan merupakan penjelasan tahapan-tahapan yang akan

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan merupakan penjelasan tahapan-tahapan yang akan BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Metode perancangan merupakan penjelasan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam proses merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Perkembangan film Indonesia pada saat ini mengalami peningkatan dan penurunan sehingga mempertahankan peningkatan film itu sangatlah

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 KONSEP PERENCANAAN PUSAT APRESIASI FOTOGRAFI 6.1.1 Konsep Pelaku Pelaku dalam Pusat Apresiasi Fotografi dikelompokkan secara garis besar menjadi 3 bagian yaitu:

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di BAB 3 METODA PERANCANGAN Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di kawasan Pantai Panjang Kota Bengkulu ini secara umum mencakup hal-hal sebagai berikut: 3.1 Ide Perancangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. dari awal proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. dari awal proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Metodologi perancangan dalam seminar ini yaitu berupa penjelasan dari awal proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan obyek perancangan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Ruang dan Bangunan Permasalahan dalam perencanaan dan perancangan kompleks Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran di Kabupaten Bantul, DIY adalah sebagai

Lebih terperinci

PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA

PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP LINGKUNGAN SEKITAR DAN DALAM TAPAK 5.1.1. Konsep Ruang Luar Jalan bulungan adalah daerah yang selalu ramai karena adanya area komersil seperti Blok M Plaza, maka dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi i ii iii iv v x xiii xiv xv BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA

PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA Pandu Kartiko 1, Sumaryoto 2, Moh. Muqoffa 3 Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta 1,2,3 pandukartiko@live.com

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 1 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan ini adalah bangunan yang menyatu dengan alamnya/ keadaan sitenya. Contour as a part of building atau kontur sebagai bagian dari bangunan.

Lebih terperinci

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S The Via And The Vué Apartment Surabaya Dyah Tri S 3107 100 509 Apartemen sebagai pemenuhan kebutuhan manusia akan hunian sebagai tempat untuk berteduh, untuk tinggal dan melakukan kegiatan harus memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. harus diperhatikan dengan teliti agar menghasilkan hasil yang maksimal.

BAB III METODE PERANCANGAN. harus diperhatikan dengan teliti agar menghasilkan hasil yang maksimal. 94 BAB III METODE PERANCANGAN Metode Perancangan Sebuah proses perancangan merupakan proses yang panjang dengan sistematika yang harus jelas, dimana di dalam proses perancangan dari awal sampai akhir harus

Lebih terperinci

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75 2.1.4. Persyaratan Museum 12 2.1.5. Standar Fasilitas Museum Internasional 13 2.1.6. Kajian Teoritis 15 2.1.7. Literatur Museum 26 2.2. Potensi Museum Sonobudoyo Terkait Pariwisata di Yogyakarta 27 2.3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan di bidang teknologi, ekonomi ataupun sosial. Pendidikan sangat diperlukan untuk pengembangan satu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

II.2.2 Fleksibilitas panggung.. 18 II.3 Jenis Pementasan dan Fasilitas 19 II.3.1 konser musik. 19 II.3.2 Latihan Musik II.3.3 Studio Musik Rekam

II.2.2 Fleksibilitas panggung.. 18 II.3 Jenis Pementasan dan Fasilitas 19 II.3.1 konser musik. 19 II.3.2 Latihan Musik II.3.3 Studio Musik Rekam DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. i HALAMAN PENGESAHAN ii CATATAN DOSEN PEMBIMBING. iii HALAMAN PERNYATAAN iv HALAMAN PERSEMBAHAN. v KATA PENGANTAR. vi ABSTRAKSI.. viii DAFTAR ISI.. ix DAFTAR GAMBAR. xii DAFTAR

Lebih terperinci

Lingkungan Sebagai Ide Dasar Pemikiran & Perancangan pada Gedung Olahraga dan Pusat Pembinaan PB. Suryanaga di Surabaya

Lingkungan Sebagai Ide Dasar Pemikiran & Perancangan pada Gedung Olahraga dan Pusat Pembinaan PB. Suryanaga di Surabaya JURNAL edimensi ARISTEKTUR, No. 1 (2012) 1-6 1 Lingkungan Sebagai Ide Dasar Pemikiran & Perancangan pada Gedung Olahraga dan Pusat Pembinaan PB. Suryanaga di Surabaya Penulis Agnes Tanso dan Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

STUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK

STUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK STUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK Mohhamad Kusyanto Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telp. (0291)

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini merupakan langkah perancang dalam merancang

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini merupakan langkah perancang dalam merancang BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan ini merupakan langkah perancang dalam merancang Sea World Lamongan. Terdapat Identifikasikan permasalahan yang menjadi dasar utama perancangan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Ide Awal dan Konsep Umum Pertimbangan awal dalam mengambil ide awal antara lain, karena keberadaannya yang terletak di tengah daerah urban, yang dikelilingi oleh fungsi-fungsi

Lebih terperinci

dengan view sungai Serayu sebagai daya tariknya. Resort yang menjadi sarana akomodasi wisata arung jeram memiliki fasilitas penunjang lainnya, yaitu

dengan view sungai Serayu sebagai daya tariknya. Resort yang menjadi sarana akomodasi wisata arung jeram memiliki fasilitas penunjang lainnya, yaitu DESAIN PREMIS Resort arung jeram di wisata arung jeram sungai Serayu Banjarnegara dirancang sebagai sarana akomodasi di kawasan tersebut. Potensi alam yang ada berupa sungai Serayu yang memiliki jeram

Lebih terperinci

Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya

Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 152 Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya Shinta Mayangsari dan M. Dwi Hariadi Departemen Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Dalam sebuah perancangan, dibutuhkan sebuah metode untuk memudahkan perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode deskriptif analisis adalah salah satunya, metode ini berisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam perancangan Museum Sejarah dan Budaya di Blitar, diuraikan dalam beberapa tahap sebagai berikut : Pertama, proses pencarían ide. Proses Pencarian

Lebih terperinci

FLEKSIBILITAS ARTSPACE DENGAN LAHAN MINIM (STUDI KASUS SEMERU ART GALLERY)

FLEKSIBILITAS ARTSPACE DENGAN LAHAN MINIM (STUDI KASUS SEMERU ART GALLERY) FLEKSIBILITAS ARTSPACE DENGAN LAHAN MINIM (STUDI KASUS SEMERU ART GALLERY) Edwin Abdullah Almuhaimin 1, Chairil Budianto 2, Herry Santoso 2 1Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2Dosen

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan konsep dasar transformasi yang

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan konsep dasar transformasi yang BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Desaian Kawasan Konsep desain kawasan menggunakan konsep dasar transformasi yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu konsep perancangan yang mengambil dari sistem sirkulasi

Lebih terperinci

PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION

PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION TUGAS AKHIR PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION ARSITEKTUR HIJAU DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR STRATA-1 SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR DISUSUN OLEH : IMAM ZULFIKAR FAJRI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Ruang auditorium pidato memiliki standar dan persyaratan khusus yang harus dipenuhi agar dapat mengakomodasi aktivitas di dalam ruangan tersebut dengan optimal.

Lebih terperinci

Hotel Resor dan Fasilitas Wisata Mangrove di Pantai Jenu, Tuban

Hotel Resor dan Fasilitas Wisata Mangrove di Pantai Jenu, Tuban JURNAL edimensi ARISTEKTUR Vol. 1, No. 1 (2012) 1-7 1 Hotel Resor dan Fasilitas Wisata Mangrove di Pantai Jenu, Tuban Penulis : Albert Santoso dan Dosen Pembimbing : Ir. Handinoto, M.T. Program Studi Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. masalah hal selanjutnya yang dilakukan ialah melakukan studi atau mencari data,

BAB III METODE PERANCANGAN. masalah hal selanjutnya yang dilakukan ialah melakukan studi atau mencari data, BAB III METODE PERANCANGAN Merancang Pusat Pembinaan dan Pemberdayaan Wanita diperlukan suatu metode yang sistematis. Perancangan ini diawali dengan identifikasi sebuah masalah yang akan dipecahkan dalam

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. seseorang pernah melakukan hal yang berkaitan dengan rancang-merancang, tentu

BAB III METODE PERANCANGAN. seseorang pernah melakukan hal yang berkaitan dengan rancang-merancang, tentu BAB III METODE PERANCANGAN Suatu perancangan bukanlah suatu proses yang singkat dan instan. Jika seseorang pernah melakukan hal yang berkaitan dengan rancang-merancang, tentu orang tersebut merasa bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Proses Perancangan 3.1.1 Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso Kabupaten Malang ini mempunyai ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan BAB III METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan sebuah metode perancangan yang memudahkan perancang untuk mengembangkan sebuah ide perancangannya secara deskriptif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, analisis kualitatif adalah analisis dengan cara mengembangkan,

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, analisis kualitatif adalah analisis dengan cara mengembangkan, BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Perancangan Metode perancangan yang digunakan dalam Perancangan Pusat Seni Musik Blues menggunakan berbagai penelitian dan juga pengumpulan data dari masyarakat maupun

Lebih terperinci

MUSEUM TRANSPORTASI DARAT DI BATU

MUSEUM TRANSPORTASI DARAT DI BATU JURNAL edimensi ARSITEKTUR Vol. II, No. 1, (2014) 88-93 88 MUSEUM TRANSPORTASI DARAT DI BATU Danny Tedja Sukmana, dan Ir. Bisatya W. Maer, M.T Program Studi Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep desain pusat pelatihan musik ini adalah konsep penciptaan ruang kelas pusat pelatihan musik, terutama ruang kelas dan ruang pertunjukan musik yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN RANCANGAN

BAB V PENGEMBANGAN RANCANGAN BAB V PENGEMBANGAN RANCANGAN 5.1. Laporan Perancangan 5.1.1. Rancangan Tapak Lokasi perancangan bangunan Pusat Pelatihan dan Pendidikan Bulutangkis adalah Sentul City, Bogor. Sentul City sudah dilengkapi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB II DESKRIPSI PROYEK BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Umum Proyek ini merupakan proyek fiktif yang direncanakan pada area pesawahan milik warga yang berada di Jalan Kutamaya Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang. Dan diperuntukan

Lebih terperinci

-BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

-BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG -BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berlibur merupakan salah satu kebutuhan yang harus terpenuhi bagi masyarakat urban pada saat ini guna melepas kejenuhan dari padatnya aktivitas perkotaan. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. TAHAPAN PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam perancangan Pusat Peragaan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, diuraikan dalam beberapa tahapan. Pertama,

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1. Konsep Multifungsionalitas Arsitektur Kesadaran bahwa perancangan youth center ini mempunyai fungsi yang lebih luas daripada sekedar wadah aktivitas pemuda, maka dipilihlah

Lebih terperinci

BAB VI LANDASAN TEORI

BAB VI LANDASAN TEORI BAB VI LANDASAN TEORI 6.1 Konsep Perencanaan 6.1.1 Konsep Program Ruang Ruang-ruang dalam Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Kulon Progo dikelompokan menjadi empat kelompok ruang yang memiliki karakteristik

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 06 KODE / SKS : KK / 4 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 06 KODE / SKS : KK / 4 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar 1 1. Pengantar Perkuliahan 1.1. Materi Pokok Studio Perancangan Arsitektur 6 Mahasiswa dapat menguraikan materi tugas perancangan arsitektur 4, yaitu : fungsi kegiatan mejemuk dan komplek dalam suatu kawasan

Lebih terperinci

ENTERTAINMENT CENTER DI PURWODADI

ENTERTAINMENT CENTER DI PURWODADI TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( DP3A ) ENTERTAINMENT CENTER DI PURWODADI Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek) terbesar di Jawa Tengah. Diawali sejarah suksesnya pada sektor indusri rokok pertama yang diraih oleh tokoh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Malang Wedding Center adalah

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Malang Wedding Center adalah BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Metode yang digunakan dalam perancangan Malang Wedding Center adalah dengan menjelaskan secara deskriptif mengenai obyek rancangan dan juga permasalahan yang menjadi latar

Lebih terperinci

Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Perancangan ini menjawab permasalahan tentang bagaimana penerapan dekonstruksi dalam desain City Hotel, dengan makna batik Kawung sebagai referensi desain. Dekonstruksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. sebuah proses perancangan, metode ini dibutuhkan untuk memudahkan perancang

BAB III METODE PERANCANGAN. sebuah proses perancangan, metode ini dibutuhkan untuk memudahkan perancang BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan adalah suatu cara atau tahapan yang dilakukan dalam sebuah proses perancangan, metode ini dibutuhkan untuk memudahkan perancang dalam mengembangkan ide rancangan.

Lebih terperinci