BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan dorongan atau daya penggerak untuk mencapai suatu tujuan atau keinginan yang diharapkan. Motivasi berasal dari kata Motif, menurut Sardiman (2007:73) motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Senada dengan pernyataan Sardiman, Sartain dalam Ngalim, (2010:60) menyatakan bahwa motif ialah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang. Purwanto (2010:71) menyatakan bahwa motivasi adalah dorongan atau usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Setiap kegiatan yang dilakukan manusia selalu ada motivasinya, begitu pula dengan belajar. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar menurut Uno (2007:23) adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau pengalaman yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan. 8

2 9 tertentu. Vrom (dalam Slameto, 2010:7) Mengungkapkan bahwa motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Motivasi mengacu pada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki. Senada dengan pendapat Vroom, Uno (2007:23) menyatakan bahwa hakikat dari motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu daya penggerak atau dorongan yang diterapkan dalam kegiatan belajar sehingga terjadi perubahan tingkah laku untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar mendorong untuk mencapai tujuan dan merubah tingkah laku, tetapi juga dapat memberi semangat seseorang untuk melaksanakan proses pembelajaran. b. Fungsi Motivasi dalam Belajar Fungsi motivasi dalam belajar menurut Sardiman (2007:85) adalah sebagai berikut: 1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan dengan serasi guna mencapai tujuan,

3 10 dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Disamping itu, motivasi dapat juga berfungsi sebagai pendorong usaha pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, adanya usaha yang tekun dan terutama didasari motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasinya. c. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar disekolah menurut Sardiman (2007:92), yaitu sebagai berikut: 1) Memberi angka 2) Hadiah 3) Saingan/Kompetisi 4) Ego-involvement 5) Memberi Ulangan 6) Mengetahui hasil 7) Pujian 8) Hukuman 9) Hasrat Untuk Belajar 10) Minat 11) Tujuan yang diakui

4 11 d. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar Adapun prisip-prinsip motivasi dalam belajar menurut Bahri (2008:152) adalah sebagai berikut: 1) Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar, seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya yaitu motivasi sebagai dasar penggeraknya. 2) Motivasi intrinsik lebih utama dari pada motivasi interinsik dalam belajar, karena jika siswa sudah mempunyai motivasi intrinsik untuk belajar dalam dirinya maka dia akan mempunyai semangat belajar yang sangat kuat. 3) Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman. Meski hukuman masih tetap diberlakukan dalam memicu semangat belajar siswa tetapi masil lebih baik lagi penghargaan berupa pujian. 4) Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar. Keinginan untuk menguasai sejumlah ilmu pengetahuan merupakan kebutuhan dari setiap siswa, ini dapat diupayakan melalui aktivitas belajar. 5) Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar. Siswa yang mempunyai motivasi dalam belajar, dia akan dapat menyelesaikan setiap tugas yang diberikan guru dengan penuh rasa optimis dan percaya diri. 6) Motivasi dapat melahirkan prestasi dalam belajar. Dari berbagai hasil penelitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi mempengaruhi prestasi belajar, karena siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi terhadap suatu mata pelajaran maka dia akan senang melakukan aktivitas belajar dalam mata pelajaran teesebut. Hal ini memungkinkan untuk siswa dapat menguasai mata pelajaran itu dalam waktu yang singkat. e. Indikator Motivasi Belajar Menurut Uno (2010:23) indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil. 2) Adanya dorongan dan kebutuhan untuk belajar. 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan. 4) Adanya penghargaan dalam belajar. 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif.

5 12 Motivasi belajar dalam penelitian ini cenderung berkenaan dengan aspek sikap yang bersumber dari dalam diri siswa. Data mengenai motivasi siswa dikumpulkan melalui angket yang berisi pernyataanpernyataan yang berhubungan dengan penelitian dengan maksud untuk mendapat informasi tentang motivasi belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dikarenakan melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dikurangi, proses pembelajaran juga akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat dan terlibat langsung dalam proses memperoleh pengetahuan baru sehingga materi dapat diterima siswa dengan baik dan siswa dapat memahami materi yang diajarkan. Perhatian siswa juga dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting dan dapat membimbing siswa ke arah berpikir yang sama oleh guru sehingga perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada yang lain. 2. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses dan prestasi merupakan hasil. Arifin (2013:12) menuliskan bahwa kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar berbeda dengan hasil belajar. Prestasi belajar pada umunya

6 13 berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar berkenaan dengan aspek pembentukan watak peserta didik. Mulyasa (2013:189) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar. Sedangkan belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik akan menghasilkan prestasi belajar, berupa perubahan-perubahan perilaku.untuk memahami dan meningkatkan prestasi belajar perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Mulyasa (2013: 190) yaitu: a. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, seperti kecerdasan/intelegensi, bakat, minat, dan motivasi. b. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu seperti, faktor keluarga, sekolah atau masyarakat. Prestasi juga memiliki beberapa fungsi. Fungsi dari prestasi menurt Arifin (2013: 12) yaitu: a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan belajar yang biasanya

7 14 cenderung berkenaan dengan aspek pengetahuan. Prestasi belajar bukan faktor yang berdiri sendiri tetapi merupakan hasil dari berbagai faktor yang melatar belakangi dan melihat dari fungsinya prestasi tidak hanya sebagai indikator keberhasilan tetapi juga sebagai indikator kualitas. Prestasi belajar dalam penelitian ini merupakan hasil dari proses belajar yang berkenaan dengan aspek pengetahuan yang dilambangkan dengan bentuk skor atau angka. Data tentang prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil evaluasi. Prestasi belajar dapat meningkat dengan menggunakan metode demonstrasi dikarenakan dalam pembelajaran yang dilakukan siswa diberikan kesempatan dalam mengembangkan kemampuan mengamati dalam segala sesuatu yang terdapat dalam pembelajaran sehingga siswa dapat mengerti materi yang diajarkan dan mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan. Pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret, dengan cara mengamati langsung siswa akan diberi kesempatan untuk membandingkan antara teori dengan kenyataan sehingga pembelajaran tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja. 3. Matematika a. Pengertian Matematika Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang berhubungan dengan menghitung angka. Menurut Russefendi dalam Suwaningsih (2006:3) kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani

8 15 mathematike yang berarti mempelajari. Makna itu mempunyai asal kata dari mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan bepikir (bernalar). Sedangkan menurut Susanto (2015:185) matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumentasi, memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan pengertian tentang matematika maka dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mendasari perkembangan teknologi modern, yang didapat dengan cara berfikir yang berperan penting dalam memajukan daya pikir manusia dan membantu manusia dalam penyelesaian masalah sehari-hari. b. Tahap dalam Pembelajaran Matematika Siswa sekolah dasar umumnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget dalam Heruman (2007:2) siswa berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret yang dapat ditangkap panca indra. Hal ini

9 16 senada dengan pendapat dari Dienes dalam Sukayati (2009:1) bahwa setiap konsep atau prinsip matematika dapat dimengerti secara sempurna hanya jika pertama-tama disajikan kepada peserta didik dalam bentuk konkret. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja. Heruman (2007:2) menuliskan langkah-langkah dalam pembelajaran matematika terbagi dalam tiga kelompok besar yaitu penanaman konsep dasar, pemahaman konsep, dan pembinaan ketrampilan. Berikut adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika: 1) Penanaman Konsep Dasar Penanaman konsep dasar yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep adalah jembatan untuk menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika, dalam kegiatan penanaman konsep dasar diperlukan adanya penggunaan media atau alat peraga untuk membantu kemampuan pola pikir siswa 2) Pemahaman Konsep Pemahaman konsep bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran

10 17 penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran penanaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih meruapakan lanjutan dari penanaman konsep. 3) Pembinaan Ketrampilan Pembelajaran pembinaan ketrampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika Pada pembelajaran matematika setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa. Dalam pembelajaran matematika guru berperan sebagai pembimbing bukan pemberi tahu agar siswa bisa menemukan sendiri berbagai konsep dan pengetahuan yang dipelajari dalam matematika. Pembelajaran matematika tidak hanya sebagai transfer of knowledge yang mengandung makna bahwa siswa sebagai objek belajar, namun hendaknya siswa menjadi subjek belajar. Untuk mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa, maka guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan pola pikir siswa, apalagi dalam pembelajaran matematika yang pada umumnya dianggap sulit oleh sebagian siswa. Dalam mengajarkan matematika guru juga harus memahami bahwa kemampuan setiap siswa berbeda-beda, serta tidak semua siswa menyukai mata pelajaran matematika.

11 18 c. Materi Bangun Datar Kelas V Semester II Tabel 2.1 Materi Sifat-sifat Bangun Datar Standar kompetensi 6. memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun Kompetensi dasar 6.1 mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar 4. Metode Demonstrasi a. Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang paling sederhana dibandingkan metode-metode mengajar lainnya. Metode demonstrasi adalah metode yang menggunakan teknik mendemonstrasikan atau memberikan gambaran sesuatu secara sederhana. Menurut Sagala (2010:210) metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata ataupun tiruan. Senada dengan pendapat Sagala, Sudjana (2010: 83) berpendapat bahwa demonstrasi yang dimaksud adalah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu. Sedangkan menurut Sanjaya (2010:152) metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Berdasarkan pendapat para ahli tentang metode demonstrasi, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode demonstrasi adalah metode

12 19 yang digunakan guru untuk mempertunjukan proses, situasi atau benda tertentu dengan menggunakan media dan dengan disertai keteranganketerangan serta prosedur yang benar agar dipahami dan diketahui siswa. Melalui metode demonstrasi siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mengamati segala susuatu yeng terdapat dalam pembelajaran serta mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan. Dalam demonstrasi diharapkan setiap langkah pembelajaran dari hal-hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh murid dan melalui prosedur yang benar dan dapat pula mengerti materi yang diajarkan.pada penelitian ini metode demonstrasi digunakan untuk mempelajari materi tentang sifat-sifat dari bangun datar. Pada penelitian tindakan kelas ini media pembelajaran yang digunakan dalam proses demonstrasi yaitu: 1) Model Bangun Datar Model bangun datar ini dibuat dari kertas asturo atau manila yang berwarna. Bentuk bangun datar dibuat sesuai dengan bangun datar yang akan diajarkan. model bangun datar ini nantinya digunakan oleh guru untuk menjelaskan materi mengenai sifat-sifat bangun datar pada saat kegiatan belajar mengajar. Model bangun datar dibuat dengan tujuan agar siswa tidak hanya melihat gambar di buku saja, tetapi siswa dapat melihat dalam bentuk nyata.

13 20 2) Kertas Lipat Kertas lipat digunakan oleh siswa untuk mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar melalui penjelasan dan demonstrasi yang dilakukan bersama guru. 3) Lidi atau Batang Korek Api Lidi atau batang korek api ini nantinya akan digunakan oleh siswa untuk membuat kerangka dari bangun datar. b. Kelebihan metode demonstrasi Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan metode demonstrasi menurut Sanjaya (2010:152) di antaranya adalah: 1) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dikurangi, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan. 2) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. 3) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan pembelajaran. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi

14 21 c. Kelemahan Metode Demonstrasi Disamping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan. Menurut Sanjaya (2010:153) kelemahan dari metode demonstrasi ialah: 1) Metode demonstrasi memelukan persiapan yang lebih matang sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. 2) Demonstrasi memerlukan perlatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan model ini memerlukan pembiyaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah. 3) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja secara profesional. Disamping itu demonstrasi juga memerlukan kemampuan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. d. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Demonstrasi Menurut Sagala (2010:212) ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan metode demonstrasi, antara lain adalah: 1) Tentukan terlebih dahulu hasil yang ingin dicapai dalam jam pertemuan itu. 2) Guru mengarahkan demonstrasi itu sedemikian rupa sehingga murid-murid memperoleh pengertian dan gambaran yang benar, pembentukan sikap dan kecakapan praktis. 3) Pilih dan kumpulkan alat-alat demonstrasi yang akan digunakan. 4) Usahakan agar seluruh murid dapat mengikuti. e. Langkah Pembelajaran Menggunakan metode demonstrasi Menurut Sudjana (2010:93) langkah-langkah dalam penggunaan metode demonstrasi adalah sebagai berikut:

15 22 1) Tahap persiapan a) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan media yang akan digunakan. b) Tetapkan rumusan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir 2) Tahap pelaksanaan a) Kegiatan awal Guru melakukan apersepsi b) Kegiatan inti (1) Guru mendemostrasikan media sesuai tujuan pembelajaran (2) Siswa mengamati dan mengoperasikan media (3) Siswa mengerjakan lembar kerja yang telah disediakan (4) Siswa dan guru menyimpulkan materi pelajaran bersamasama c) Kegiatan akhir Guru menyampaikan pesan moral dan tigas rumah 3) Evaluasi Pada akhir pembelajaran, siswa mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk uraian untuk mengetahui apakah siswa memahami materi yang telah disampaikan dengan menggunakan metode demonstrasi

16 23 B. Penelitian yang Relevan Penelitian menggunakan metode demonstrasi hasilnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh Kurniasari (2011) yang berjudul Penerapan Pendekatan Pakem Dengan Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SDN Kandri Kota Semarang. Dalam penelitian Kurniasari menjukan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan hasil penelitian pada siklus I sebesar 63% yang menunjukan aktivitas siswa cukup dan terjadi peningkatan pada siklus ke II 74% yang menunjukan aktivitas siswa baik. Kemudian di siklus III meningkat lagi menjadi 92% yang menunjukan bahwa aktivitas siswa sangat baik. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 61,5% dan meningkat menjadi 77% di siklus II. Kemudian di siklus III meningkat lagi menjadi 92,3%. Penelitian yang dilakukan Rohendi dkk, dengan judul Efektifitas Metode Pembelajaran Demonstrasi Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran Ketrampilan Komputer danpengelolaan Informasi Di Sekolah Menengah Kejuruan menujukan bahwa dengan penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Setelah dilaksanakan pembelajaran pada kedua kelas diperoleh rata-rata nilai posttest untuk kelas eksperimen sebesar 87,65 dan rata-rata nilai posttest untuk kelas kontrol sebesar 67,69. Setelah uji statistik non prametik diperoleh nilai 0,00. Hal ini dapat diartikan kelas yang menggunakan metode demonstrasi

17 24 secara signifikan lebih baik hasilnya dibandingkan kelas konvemsional. Sedangkan berdasarkan data hasil pretest dan posttest kelas eksperimen, maka diperoleh selisih nilai dan selisih nilai pretest dan posttest untuk kelas kontrol sebesar 7,96. Setelah dilakukan penghitungan pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata indeks N-gain sebesar 0,64. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh rata-rata indeks N-gain sebesar 0,09 Hal ini dapat diartikan kemampuan siswa pada kelas yang menggunakan metode pembelajaran demonstrasi lebih baik dari pada konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran demonstrasi efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ketrampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi. Penelitian tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan,. perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan oleh dua peneliti tersebut Kurniasari pada mata pelajaran IPS menggunakan metode demonstrasi, kemudian Rohendi pada mata pelajaran ketrampilan komputer dengan menggunakan metode demonstrasi. Penelitian tersebut juga mempunyai kesamaan pada metode demonstrasi. Berdasarkan penelitian yang relevan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar dan prestasi belajar siswa. Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti sekarang mempunyai perbedaan dan persamaan pada penelitian yang telah dilaksanakan terdahulu. Perbedaannya adalah peneliti sekarang meneliti bagaimana motivasi belajar dan prestasi belajar menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran matematika, kemudia persamaannya adalah penggunaan metode demonstrasi.

18 25 C. Kerangka Berpikir Motivasi belajar siswa pada dasarnya mempengaruhi prestasi belajar siswa. Untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar dengan sebagaimana mestinya dan prestasi yang baik guru haruslah mempunyai berbagai macam cara agar motivasi belajar siswa tinggi karena dengan motivasi yang tinggi dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa pula. Untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa banyak cara yang bisa dilakukan oleh guru salah satunya dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran. Metode demonstrasi merupakan metode yang paling sederhana dibandingkan dengan metode lain. Menurut Sanjaya (2010:152) metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan lisan oleh guru, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran yang lebih konkret. Melalui penggunaan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran matematika diharapkan siswa memahami konsep-konsep yang dipelajari dalam matematika. Metode demonstrasi juga dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi siswa. Berdasarkan kondisi awal sebelum penelitian diketahui bahwa siswa memiliki motivasi belajar yang rendah dan prestasi belajar yang masih belum memuaskan karena banyak siswa yang belum mencapai nilai kriteria kentuntasan minimal, kemudian dalam penelitian ini peneliti bersama guru

19 26 mengambil tindakan untuk menggunakan metode demonstrasi dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua siklus.setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Dalam setiap pertemuan guru menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran dengan tujuan agar motivasi dan prestasi belajar siswa meningkat.berdasarkan deskripsi proses penelitian, kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut: Kondisi awal Tindakan Belum menggunakan metode demonstrasi Siklus I Siklus II Motivasi dan prestasi belajar siswa rendah Dalam pembelajaran guru menggunakan metode demonstrasi Kondisi akhir Melalui metode demonstrasi dan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di kelas V SD Negeri I Tiparkidul Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

20 27 D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan teori dan kerangka berpikir diatas maka peneliti mengajukan hipotesis tindakan yaitu: 1. Penggunaan metode demonstrasi meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi mengenal sifat-sifat bangun datar di kelas V 2. Penggunaan metode demonstrasi meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi mengenal sifat-sifat bangun datar di kelas V

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA SMP NEGERI 5 WATES

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA SMP NEGERI 5 WATES Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelajaran matematika dimata siswa kelas I MI Ittihadil Ikhwan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelajaran matematika dimata siswa kelas I MI Ittihadil Ikhwan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelajaran matematika dimata siswa kelas I MI Ittihadil Ikhwan Sumberdadi membosankan, rumit dan siswa sering tidak mengetahui materi yang dipelajarinya untuk apa. Hal

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP SISWA KELAS VI SDN 135/V MAKMUR JAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP SISWA KELAS VI SDN 135/V MAKMUR JAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP SISWA KELAS VI SDN 135/V MAKMUR JAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI Mhd. Jamil Sutarni Guru SDN 135/V Makmur Jaya Tanjung Jabung Barat, Jambi Abstrak: Setiap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar Belajar ialah sesuatu yang terjadi dalam benak seseorang di dalam otaknya. Belajar itu sendiri pada dasarnya tidak memandang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (tigabelas) tahun. Menurut Piaget sebagaimana dikutip Heruman lebih lanjut,

BAB I PENDAHULUAN. (tigabelas) tahun. Menurut Piaget sebagaimana dikutip Heruman lebih lanjut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) umurnya berkisar antara 6 (enam) atau 7 (tujuh) tahun, sampai 12 (duabelas) atau 13 (tigabelas) tahun.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris science. Kata sciense

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Stategi Problem Solving Strategi problem solving adalah strategi yang mengajarkan kepada siswa bagaimana cara memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Kemampuan 2.1.1.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan di kelas sebagai sebuah masalah siswa yang perlu dibangkitkan, dipertahankan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan IPA di SD Ketrampilan proses adalah salah satu pendekatan, disamping pendekatan yang menekankan pada fakta dan pendekatan konsep, yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar pada hakekatnya adalah sebuah bentuk rumusan prilaku sebagaimana yang tercantum dalam pembelajaran yaitu tentang penguasaan terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Russefendi ET (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 3), menjelaskan bahwa kata matematika berasal dari perkataan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG GAYA MAGNET MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 13 TILAMUTA KABUPATEN BOALEMO

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG GAYA MAGNET MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 13 TILAMUTA KABUPATEN BOALEMO 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG GAYA MAGNET MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 13 TILAMUTA KABUPATEN BOALEMO NIZAM MAKU (Mahasiswa Jurusan S1 PGSD FIP UNG) Pembimbing Dr.

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan perubahan perilaku individu dalam merespon suatu kondisi dan peristiwa yang terjadi di lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gagne yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maulana Malik Ibrohim, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maulana Malik Ibrohim, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan bagian dari perkembangan zaman yang memiliki peranan sangat penting bagi kehidupan manusia. Matematika memberikan kontribusi yang sangat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang menjadi dasar dari semua ilmu yang dipelajari di sekolah regular. Oleh sebab itu pelajaran ini diajarkan pada jenjang pendidikan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bagaimanakah yang paling tepat untuk anak-anak? Oleh karena struktur

BAB I PENDAHULUAN. yang bagaimanakah yang paling tepat untuk anak-anak? Oleh karena struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Tetapi pengajaran IPA yang bagaimanakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Pengertian Belajar Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Demonstrasi 2.1.1 Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan format belajar mengajar yang secara sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Demonstrasi Demonstrasi adalah peragaan atau pertunjukan untuk menampilkan suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode demonstrasi adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Inkuiri Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya jembatan yang dapat menetralisir perbedaan atau pertentangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. adanya jembatan yang dapat menetralisir perbedaan atau pertentangan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika di SD/MI merupakan salah satu kajian yang selalu menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI MEDAN ESTATE

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI MEDAN ESTATE PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI MEDAN ESTATE RAMLI SITORUS Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD Email: ramlisitorus105@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya.

BAB II KERANGKA TEORETIS. agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya. 8 BAB II KERANGKA TEORETIS A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Metode Penugasan Menurut Syaiful Sagala, metode penugasan atau Resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan sikap seseorang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ahmadi dalam Ismawati (2007) mengatakan bahwa Inkuiri berasal dari kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ahmadi dalam Ismawati (2007) mengatakan bahwa Inkuiri berasal dari kata II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Ahmadi dalam Ismawati (2007) mengatakan bahwa Inkuiri berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pengertian Menurut Darmansyah (2006 : 13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penelitian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 777 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Aktif Peran aktif merupakan partisipasi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Siswa dipandang sebagai obyek dan subyek, maksudnya yaitu selain siswa mendengarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Hasil Belajar Materi Magnet 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar secara umum terbagi menjadi dua kata penting, yakni hasil dan belajar.

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Belajar Menurut Reber ( Suprijono, 2013) belajar adalah the process of acquiring knowledge. Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Belajar secara umum diartikan

Lebih terperinci

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VI DI SD NEGERI CINANGSI KECAMATAN CIBOGO KABUPATEN SUBANG 2016 Cucu Suaedah, S.Pd. SD NIP.

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa : II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Belajar Kegiatan belajar di perguruan tinggi merupakan suatu proses yang panjang dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan ketabahan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matematika di Sekolah Dasar Matematika merupakan satu bidang studi yang diajarkan di Sekolah Dasar. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, hendaknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding) 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemahaman Matematis Istilah pemahaman berasal dari kata paham, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pengetahuan banyak,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

BAB II KAJIAN TEORI. dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Belajar a. Pengertian Belajar Pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu dunia pendidikan dituntut untuk lebih meningkatkan mutu dan kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada dasarnya pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru, dalam menyampaikan suatu materi untuk diajarkan kepada siswa dalam suatu

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Putu Ayu Puspayanti, Lilies, Bustamin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh hasil belajar. Mengetahui keberrhasilan atau tidaknya

Lebih terperinci

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Demonstrasi 1. Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PEMBELAJARAN MATEMATIKA 2.1.1 Belajar Menurut Slameto (2003:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Rasa Tanggung Jawab a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab Rasa tanggung jawab merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan dapat mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tanggung Jawab a. Pengertian Tanggung Jawab Siswa memiliki kewajiban untuk mengikuti perintah guru, sehingga harus memiliki tanggung jawab atas perintah tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Defenisi Pembelajaran Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning yaitu suatu proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara sadar oleh seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Matematika berasal dari kata Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata ini memiliki hubungan yang erat dengan kata Sanskerta, medha atau widya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian. Sebelum membuat analisis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ujung tombak bagi keberhasilan proses pembelajaran. Seorang guru

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ujung tombak bagi keberhasilan proses pembelajaran. Seorang guru BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Guru merupakan orang pertama dan utama yang secara langsung mengajar dan berinteraksi dengan peserta didik di kelas. Oleh sebab itu figur seorang guru merupakan ujung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kerjasama a. Pengertian Kerjasama Kerjasama dalam proses pembelajaran merupakan salah satu hal yang penting dalam suatu proses pembelajaran. Kerjasama dalam belajar

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Media Demontrasi dan Media Gambar 2.1.1.1 Metode Demonstrasi Metode Demonstrasi menurut Moedjono Cs. 1991/1992 dalam Prasetyo. 2002. Strategi Belajar Mengajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur kemajuan bangsa. Untuk menjaga kelangsungan hidup suatu bangsa, pendidikan sangat berperan penting dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Untuk mengemukakan pengertian tentang fasilitas, penulis dapat sajikan

BAB II KAJIAN TEORI. Untuk mengemukakan pengertian tentang fasilitas, penulis dapat sajikan 8 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Fasilitas Belajar Siswa Untuk mengemukakan pengertian tentang fasilitas, penulis dapat sajikan beberapa batasan dari para ahli. Menurut Zakiah Daradjat di dalam Arianto

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil, 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Efektivitas Efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2005: 284)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Percaya Diri 1. Pengertian Percaya Diri Masalah dengan percaya diri hampir dialami oleh setiap individu dari usia remaja hingga dewasa. Percaya diri merupakan hal yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menyelesaikan soal cerita matematika merupakan keterampilan yang. matematika SD, SMP, SMA dan sederajat.

BAB I PENDAHULUAN. Menyelesaikan soal cerita matematika merupakan keterampilan yang. matematika SD, SMP, SMA dan sederajat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyelesaikan soal cerita matematika merupakan keterampilan yang harus dikembangkan pada siswa maupun mahasiswa calon guru sesuai kurikulum matematika SD, SMP, SMA dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Hasil Belajar Energi Panas 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Energi Panas Mengenai hasil belajar dalam penelitian ini yang diteliti adalah hasil belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Menurut Arends (1997) model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1. Hakekat Matematika Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012:313), matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pemberdayaan peserta didik, membangun sumber daya manusia yang berkualitas, serta mengembangkan kreativitas peserta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia itu sendiri (Dwi Siswoyo,dkk, 2007: 16). Oleh karena itu pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia itu sendiri (Dwi Siswoyo,dkk, 2007: 16). Oleh karena itu pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas telah mulai dilaksanakan sejak manusia berada dimuka bumi ini. Adanya pendidikan adalah setua dengan adanya kehidupan manusia itu

Lebih terperinci

Inayatul Uliya

Inayatul Uliya PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR PENJUMLAHKAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SD NEGERI 02 KEBON GEDE KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk memperoleh suatu kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Slameto (2003:2), belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Menurut (Dimyati, 1999: 250-251 dalam Indra, 2009) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu sisi siswa dan dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori, pendapat-pendapat ahli yang mendukung penelitian akan dipaparkan dalam obyek yang sama, dengan pandangan dan pendapat yang berbedabeda. Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang

BAB I PENDAHULUAN. satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA 2.1.1.1 Pembelajaran IPA. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kata IPA merupakan singkatan kata Ilmu Pengetahuan Alam. Kata-kata Ilmu Pengetahuan Alama merupakan terjemahan dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan esensial dalam pengajaran, juga terkait dengan berbagai faktor yang dapat memberikan perubahan pada siswa. Faktor siswa, guru serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial yang kuat. Untuk melangsungkan kehidupannya, manusia

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial yang kuat. Untuk melangsungkan kehidupannya, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari ketergantungan dengan manusia lainnya. Selanjutnya manusia akan tercipta hubungan atau interaksi sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi menghadapkan kita pada tuntutan akan pentingnya suatu kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi pendidikan yang dimiliki.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan merupakan salah satu bidang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Proses Belajar Proses belajar adalah serangkaian aktifitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang belajar 8 Keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 HAKEKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Disiplin BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapi kadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia harus menapaki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimyati dan Mudjiono (2009:5) menyatakan bahwa belajar, perkembangan, dan pendidikan merupakan hal yang menarik dipelajari. Ketiga hal tersebut terkait dengan pembelajaran.

Lebih terperinci