BAB 2 KEBIJAKAN TERKAIT 2.1. PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF NASIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 KEBIJAKAN TERKAIT 2.1. PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF NASIONAL"

Transkripsi

1 BAB 2 KEBIJAKAN TERKAIT 2.1. PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF NASIONAL Istilah ekonomi kreatif pertama kali muncul pada tahun 2001 dalam buku John Howkins yang berjudul The Creative Economy: How People Make Money from Ideas, sebuah buku mengenai kreativitas dan ekonomi. Howkins menyebutkan bahwa ekonomi dan kreativitas bukanlah suatu hal yang baru, yang menjadikannya baru adalah ketika menghubungkan keduanya sehingga menghasilkan nilai tambah. Menurut Creative Economy Report 2010 yang dikeluarkan oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), Ekonomi Kreatif adalah konsep yang terus berkembang berdasarkan aset kreatif yang berpotensi menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan. UNCTAD juga menyebutkan bahwa Ekonomi Kreatif ini berfungsi dalam: 1. Mendorong peningkatan pendapatan, penciptaan lapangan pekerjaan dan pendapatan ekspor sekaligus mempromosikan keragaman budaya; 2. Mencakup aspek ekonomi, budaya dan sosial yang berinteraksi dengan teknologi, kekayaan intelektual dan tujuan pariwisata; 3. Satu set berbasis pengetahuan ekonomi dengan dimensi pengembangan dan keterkaitan lintas sektor di tingkat makro dan mikro untuk keseluruhan ekonomi; 4. Mungkin untuk digunakan dalam pengembangan inovasi, kebijakan yang bersifat multidisiplin dan kegiatan yang menghubungkan beberapa kementerian sekaligus; dan 5. Dasar dari ekonomi kreatif adalah industri kreatif. 2 1

2 Secara umum saat ini di dunia sudah terjadi pergeseran era ekonomi, dari yang awalnya era ekonomi pertanian sampai sekarang menuju perkembangan ekonomi kreatif. Gambar 2.1 Bagan pergeseran era ekonomi Sedangkan di Indonesia sendiri, Ekonomi Kreatif merupakan era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide danstock of knowledge dari sumber daya manusianya sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Selain itu terdapat juga Industri kreatif yang didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut yang dijelaskan lebih lanjut pada penjelasan di bawah, yaitu: 1. Memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan; 2. Menciptakan iklim bisnis yang positif; 3. Membangun citra dan identitas bangsa; 4. Berbasis pada sumber daya yang terbarukan; 5. Menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa; dan 6. Memberikan dampak sosial yang positif. Berdasarkan Inpres No. 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, terdapat lima fokus dan kegiatan prioritas bidang ekonomi kreatif, yaitu: 1. Pengembangan Ekonomi Kreatif berbasis seni dan budaya a. Pengembangan perfilman Indonesia; b. Pengembangan seni pertunjukan Indonesia; c. Pengembangan Industri musik Indonesia; d. Pengembangan seni rupa murni Indonesia; e. Pengembangan kriya Indonesia; f. Penguatan tatakelola dan kelembagaan ekonomi kreatif berbasis media, g. Desain dan iptek. 2 2

3 2. Pengembangan Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain dan Iptek a. Pengembangan konten media elektronik dan cetak; b. Pengembangan konten media digital; c. Pengembangan desain dan arsitektur; d. Penguatan tatakelola dan kelembagaan ekonomi kreatif berbasis media, e. Desain, dan iptek. 3. Pengembangan Sumber Daya Ekonomi Kreatif a. Pengembangan standardisasi profesi di bidang ekonomi kreatif; b. Pengembangan dan pemberdayaan sumber daya insani ekonomi kreatif; c. Penciptaan inovasi bidang ekonomi kreatif yang bernilai tambah. 4. Penguatan institusi dan pengembangan pemasaran Ekonomi Kreatif a. Harmonisasi Kebijakan pengembangan ekonomi kreatif; b. Penguatan kerjasama pengembangan ekonomi kreatif antarlembaga di dalam maupun di luar negeri; c. Peningkatan apresiasi terhadap karya, produk dan jasa kreatif; d. Perluasan dan penguatan pasar dalam negeri, serta pengembangan pasar luar negeri. Dalam pengembangan ekonomi kreatif, diperlukan satu landasan utama dan lima pilar utama yang harus diperkuat, yaitu: 1. Sumber daya insani adalah individu-individu atau sumber daya manusia yang kreatif; 2. Industri yaitu kumpulan dari perusahaan yang bergerak di dalam bidang industri kreatif; 3. Teknologi yaitu enabler untuk mewujudkan kreatifitas individu dalam bentuk karya nyata; 4. Sumber daya yaitu input selain kreativitas dan pengetahuan individu yang dibutuhkan dalam proses kreatif, misal: SDA, lahan, bahan baku; 5. Institusi yaitu tatanan sosial, public places and spaces(norma, nilai, kebijakan,dan hukum) yang mengatur interaksi antarmanusia, serta kelembagaan yang terkait dengan ekonomi kreatif; 6. Lembaga Pembiayaan yaitu lembaga intermediasi keuangan. 2 3

4 Gambar 2.2 Model Pengembangan Ekonomi Kreatif Pengembangan ekonomi kreatif telah diamanatkan melalui Instruksi Presiden No. 6 Tahun Presiden menginstruksikan kepada 27 pimpinan Kementerian dan Badan serta seluruh pimpinan gubernur, bupati/walikota Indonesia. Pemerintah mendukung Mendukung kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif tahun , yakni pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia, dengan sasaran, arah, dan strategi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Instruksi Presiden ini. Pada Inpres No. 6 Tahun 2009, terdapat penjelasan mengenai Sasaran, Arah, dan Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif Tahun , dengan disertai penanggung jawab pelaksanaan setiap strategi dari setiap arah dan sasaran. Terdapat 6 sasaran, 21 arah, dan 83 strategi dalam pengembangan ekonomi kreatif, yang akan dijelaskan sebagai berikut. 2 4

5 Tabel 2.1 Roadmap Ekonomi Kraetif Nasional

6 Visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun adalah mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL, DAN MAKMUR. Visi RPJPN tahun tersebut mengarah pada pencapaian tujuan nasional, seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Visi tersebut harus dapat diukur untuk dapat mengetahui tingkat kemandirian, kemajuan, keadilan, dan kemakmuran yang ingin dicapai. Visi Presiden Untuk Periode Tahun : a. Kesejahteraan Rakyat, yaitu peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), dan budaya bangsa yang akan dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. b. Demokrasi, yaitu terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia. c. Keadilan, yaitu terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia Gambar 2.3 Alur Pikir Prioritas Pembangunan Bidang Ekonomi RPJM

7 RPJMN mengamanatkan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Peningkatan kesejahteraan rakyat dicapai melalui pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, stabilitas ekonomi yang kokoh, dan pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan. Peningkatan kesejahteraan ini dicapai melalui pembangunan pada 13 prioritas pembangunan. Dari 13 prioritas pembangunan tersebut, sektor ekonomi kreatif setidaknya berperan pada 6 prioritas bidang, yaitu: 1. Menjaga daya beli masyarakat, dengan cara menjaga tingkat konsumsi, baik individu, masyarakat, maupun pemerintah, dalam struktur pengeluaran masyarakat. Tingkat konsumsi dalam negeri ini merupakan salah satu indikator kinerja kementerian. Produk dan jasa ekonomi kreatif sebagian besar dikonsumsi di dalam negeri. Tingkat konsumsi ini akan berpengaruh langsung pada kinerja ekonomi kreatif. Selain itu, produk dan jasa ekonomi kreatif identik dengan seni, warisan budaya, kearifan lokal, dan kondisi sosial masyarakat Indonesia. Menjaga konsumsi produk dan jasa ekonomi kreatif sangat erat kaitannya dengan pelestarian budaya bangsa dan kecintaan terhadap bangsa. 2. Kebijakan industri, sangat penting untuk kemajuan sektor-sektor industri. Ekonomi kreatif dengan 15 subsektor industri yang relatif baru, membutuhkan kebijakankebijakan baru yang sesuai dengan karakteristik industri, sehingga tata kelola atau aturan main industri menjadi semakin baik. Dalam hal ini, kementerian akan senantiasa berupaya mengharmonisasikan kebijakan-kebijakan industri yang terkait dengan 15 subsektor industri kreatif. 3. Kebijakan sektor keuangan, bertujuan untuk menjaga stabilitas sektor keuangan. Pengaturan tingkat bunga, kebijakan perbankan merupakan beberapa diantaranya. Ekonomi kreatif sangat dekat dengan ekonomi digital. Saat ini negara-negara di dunia semakin menyesuaikan kebijakan sektor keuangannya dengan karakteristik ekonomi digital. Kementerian akan senantiasa mengharmonisasikan kebijakan sektor keuangan yang sesuai dengan ekonomi digital, dengan tetap menjaga stabilitas sektor keuangan. 4. Kebijakan tenaga kerja, untuk meningkatkan kesempatan kerja. Saat ini, sector industri kreatif menyerap 8,5 juta tenaga kerja di tahun Peningkatan tingkat partisipasi penyerapan tenaga kerja ini merupakan salah satu target kinerja kementerian. 5. Kebijakan pengurangan kemiskinan, di ekonomi kreatif dilakukan terutama melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja. Peningkatan produktivitas dilakukan melalui pemanfaatan ide, kreativitas, dan pengetahuan untuk menciptakan nilai tambah, sehingga tingkat pendapatan secara langsung diharapkan semakin membaik. 6. Kebijakan UMKM, akan mempengaruhi perkembangan ekonomi kreatif. Jumlah usaha yang ada di sektor industri kreatif berkembang terus, sebagian besar adalah UMKM. Pemerintah Daerah harus selalu berupaya mengharmonisasikan kebijakan UMKM yang sesuai dengan karakteristik sector industri kreatif 2 7

8 2.2. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAN JANGKA MENENGAH PROVINSI JAWA BARAT Berdasarkan Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun , bahwa arahan dalam pelaksanaan penataan ruang perlu memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan untuk pembangunan yang berkelanjutan. Secara umum, kebijakan pembangunan kewilayahan pada RPJM Daerah ini adalah sebagai berikut : 1. Pemerataan pembangunan melalui pengembangan wilayah yang terencana dan terintegrasi dengan seluruh pembangunan sektor dan tertuang dalam suatu rencana tata ruang. Selanjutnya rencana tata ruang tersebut digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi pembangunan di setiap sektor agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan berkelanjutan; 2. Peningkatan perhatian kepada wilayah tertinggal agar ketertinggalan wilayah tersebut tidak terlalu besar bahkan dapat sejajar dengan wilayah lain yang telah lebih dulu berkembang. Untuk itu akan dilakukan percepatan pembangunan wilayah tertinggal melalui pendekatan peningkatan manusianya maupun sarana dan prasarananya; 3. Keseimbangan pembangunan perkotaan dan perdesaan melalui keterkaitan kegiatan ekonomi antara perkotaan dan perdesaan. Pembangunan perkotaan diarahkan agar dapat menjadi pusat koleksi dan distribusi hasil produksi di wilayah perdesaan. Sedangkan pembangunan perdesaan diarahkan pada pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan yang akan menjadi pusat produksi agroindustri/agropolitan dan sektor lainnya sesuai dengan ketersediaan tenaga kerja, peningkatan sumberdaya manusia di perdesaan khususnya dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya. Pertumbuhan tersebut dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dan daya saing perdesaan; 4. Kerjasama antardaerah dikembangkan guna menciptakan sinergitas dan integrasi wilayah serta efektivitas dalam pengelolaannya, khususnya di kawasan metropolitan dan pengembangan Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Strategis Provinsi. Kerjasama antar daerah diarahkan dalam rangka efisiensi pelayanan publik maupun pembangunan lainnya melalui kerjasama pembiayaan, ataupun pemeliharaan dan pengelolaan sarana dan prasarana sehingga dapat berbagi manfaat diantara daerah yang bekerjasama; 5. Peningkatan pembangunan di wilayah perbatasan sehingga wilayah perbatasan sebagai wajah Jawa Barat dapat menjadi pintu gerbang yang mencirikan kemajuan Provinsi Jawa Barat. Program prioritas di masing-masing wilayah perbatasan adalah sebagai berikut: a. Wilayah Jabodetabekjur : Penguatan kelembagaan dengan fokus pada revitalisasi kelembagaan BKSP Jabodetabekjur; 2 8

9 Penataan Ruang dengan fokus sinkronisasi perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Jabodetabekjur; Pengembangan transportasi regional dengan fokus pembangunan jaringan moda angkutan massal; Penataan sumberdaya air dengan fokus penataan DAS, pengamanan air baku, serta pembangunan dan rehabilitasi situ/waduk; Pengembangan pengelolaan persampahan dengan fokus pembangunan tempat sampah regional yang berteknologi tinggi dan ramah lingkungan; Penanganan pendidikan dengan fokus pembangunan sarana pendidikan dan peningkatan kesejahteraan guru; Penanganan kesehatan dengan fokus penyediaan sarana kesehatan dan penanggulangan penyakit menular; Pengembangan ekonomi dengan fokus penetapan dan pemanfaatan kawasan ekonomi khusus; Pengembangan agribisnis dengan fokus pembangunan rumah potong hewan regional, pelelangan ikan regional dan pasar induk regional; Penanganan tenaga kerja, kependudukan dan sosial dengan fokus pembangunan sistem informasi kependudukan Jabodetabekjur dan pembangunan informasi tenaga kerja. b. Wilayah perbatasan Jawa Barat - Jawa Tengah : Bidang Sosial dan Pemerintahan : Kesehatan, dengan fokus penanganan keluarga miskin; Pendidikan, dengan fokus praktek kerja Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan pendataan siswa; Batas wilayah, dengan fokus penetapan batas wilayah dan pembangunan tugu batas. Bidang Infrastruktur dan Lingkungan Hidup : Penataan Ruang dan Permukiman, dengan fokus koordinasi penataan ruang; Lingkungan Hidup, dengan fokus pengelolaan daerah aliran sungai; Pengelolaan Sumber Daya Air, dengan fokus pembangunan bendung/waduk dan normalisasi sungai serta rehabilitasi jaringan irigasi; Infrastruktur Jalan dan Jembatan, dengan fokus pembangunan dan peningkatan jalan serta pembangunan jembatan; Perhubungan, dengan fokus pembangunan PJU serta sinkronisasi fungsi dan kelas jalan. Bidang Ekonomi : Pertanian, dengan fokus pemberantasan hama dan pertanian multi aktivitas (padi ternak) dan relokasi dan optimalisasi check point ternak dan hasil hutan; 2 9

10 Perdagangan dan Jasa, dengan fokus pembangunan dan penataan pasar kecamatan; Pariwisata, dengan fokus koordinasi dan pengembangan paket wisata. c. Wilayah Perbatasan Jawa Barat-Banten : Bidang Kesejahteraan Masyarakat dan Pemerintahan : Kesehatan, dengan fokus penanganan keluarga miskin dan penyakit menular; Pendidikan, dengan fokus penanganan keluarga miskin, peningkatan mutu pendidikan dan kesejahteraan guru; Sosial, dengan fokus perlindungan masyarakat adat kaolotan; Batas wilayah, dengan fokus penataan dan penetapan batas wilayah provinsi, pembangunan pilar dan gapura batas wilayah. Bidang Penataan Ruang dan Prasarana Wilayah : Penataan Ruang dan Permukiman, dengan fokus koordinasi penataan ruang perbatasan dan pengendalian lingkungan hidup serta penyediaan rumah layak huni; Pengelolaan Sumber Daya Air, dengan fokus pembangunan bendung/waduk, normalisasi sungai, rehabilitasi jaringan irigasi dan penyediaan prasarana dan sarana air bersih; Infrastruktur Jalan dan Jembatan, dengan fokus pembangunan, peningkatan jalan dan peningkatan status jalan serta pembangunan jembatan; Perhubungan, dengan fokus pengendalian muatan lebih dan penataan terminal serta trayek angkutan. Bidang Ekonomi : Perdagangan dan Jasa, dengan fokus pengembangan pusat pemasaran dan pembinaan KUMKM; Pariwisata, dengan fokus penataan kawasan wisata dan pengembangan paket-paket wisata; Ketenagakerjaan, dengan fokus memberikan peluang kepada masyarakat untuk memperoleh pekerjaan (masyarakat berbudaya kerja). Kebijakan pembangunan kewilayahan di Jawa Barat tentu tidak terlepas dari kebijakan kewilayahan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008, Pemerintah telah menetapkan kawasan strategis nasional di Jawa Barat, Kabupaten Bandung merupakan kawasan Andalan Cekungan Bandung (Kabupaten dan Kota Bandung Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan sebagian Kabupaten Sumedang), difokuskan pada: a. Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan; b. Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan; c. Pengendalian pencemaran (air, udara dan sampah); 2 10

11 d. Pembangunan infrastruktur transportasi; e. Pembangunan tempat sampah regional yang berteknologi tinggi dan ramah lingkungan; f. Peningkatan mutu air baku; g. Pengendalian pencemaran air; h. Peningkatan cakupan listrik perdesaan; i. Penyediaan energi alternatif; j. Pengembangan Jasa dan Perdagangan; k. Penataan daerah otonom. Dalam rangka menciptakan suatu rentang kendali yang proporsional dan mencapai hasil yang optimal dalam pembangunan setiap wilayah di Jawa Barat maka peran Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan perlu dioptimalkan dan diperkuat. Dengan mengacu pada perkembangan dalam pembangunan serta mencermati karakteristik potensi dan permasalahan di setiap wilayah di Jawa Barat maka pembagian Wilayah Kerja Pemerintahan dan Pembangunan (WKPP) adalah sebagai berikut: 1. WKPP Cirebon dengan lingkup kerja, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan; 2. WKPP Priangan, dengan lingkup kerja Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya, dengan memperhatikan secara khusus Wilayah Bandung Raya sebagai pusat kegiatan nasional (PKN) dan fungsi sebagai ibu kota provinsi; 3. WKPP Purwakarta, dengan lingkup kerja Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten Bekasi, dan Kota Bekasi; 4. WKPP Bogor, dengan lingkup kerja Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, Kabupaten Cianjur dan Kota Depok. Kabupaten Bandung termasuk kedalam WKPP Priangan dengan fungsi sebagai berikut: a. Merupakan kawasan penyangga dalam sistem pengembangan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Metropolitan Bandung; b. Sebagai bagian dari Kawasan Andalan Cekungan Bandung dalam sektor industri, pariwisata dan pertanian; c. Sebagai wilayah konservasi. 2 11

12 2.3. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bandung dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 7 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bandung tahun , dimana Visi yang diemban Kabupaten Bandung adalah : KABUPATEN BANDUNG YANG REPEH RAPIH KERTA RAHARJA TAHUN 2025 Adapun Misi untuk mewujudkan visi tersebut meliputi: 1) Mewujudkan Kabupaten Bandung yang Aman dan Tertib 2) Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik 3) Meningkatkan Daya Dukung dan Kualitas Lingkungan 4) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia 5) Menciptakan Pemerataan Pembangunan dan Berkeadilan 6) Mewujudkan Perekonomian Masyarakat yang Berdaya Saing Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bandung terkait aspek fisik dan lingkungan, ekonomi dan sosial budaya meliputi Misi (3), (4) dan (6), yaitu: 1. Meningkatkan Daya Dukung dan Kualitas Lingkungan a. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup Berkurangnya luas lahan kritis. Menurunnya tingkat bahaya erosi (TBE). Menurunnya laju sedimentasi di daerah tangkapan air. Meningkatnya kesuburan tanah. Berkurangnya tingkat pencemaran lingkungan b. Terwujudnya Pengelolaan Sumber Daya Alam yang efisien, ramah lingkungan dan berkelanjutan (Sustainable Resources Management) Meningkatnya penambangan sumber daya alam yang sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, sehingga dapat digunakan untuk kepentingan kehidupan masyarakat saat ini dan yang akan datang. Meningkatnya pengelolaan sumber daya alam dengan teknologi yang ramah lingkungan. Berkurangnya kegiatan penambangan tanpa izin. c. Terwujudnya Pola Pemanfaatan Ruang yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Meningkatnya Kuantitas dan kualitas Ruang Terbuka Hijau. 2 12

13 Kualitas kawasan permukiman meningkat (ketersediaan fasilitas umum dan sosial yang sesuai dengan ketentuan/standar yang ada). Berkurangnya tingkat pelanggaran pemanfaatan ruang. Berkurangnya perubahan guna lahan terutama pada kawasan lindung. d. Terwujudnya pengelolaan sampah, limbah serta polusi yang baik dan terpadu Berkurangnya tingkat pencemaran. Meningkatnya ketersediaan sarana prasarana pengolahan sampah/limbah terpadu. Termanfaatkannya sampah/limbah sebagai sumber pendapatan. 2. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia a. Terwujudnya pemerataan dan perluasaan kesempatan memperoleh pendidikan Meningkatnya wajar dikdas. Berkurangnya masyarakat keluarga miskin yang tidak memperoleh hak pendidikan wajar dikdas. Meningkatnya daya dukung sarana dan prasarana pendidikan terutama di daerah tertinggal. b. Meningkatnya mutu dan daya saing masyarakat pada bidang pendidikan Angka melek huruf. Berkurang. Angka putus sekolah berkurang. Kualitas dan kuantitas sarana pendidikan meningkat. Kualitas dan kuantitas guru meningkat. c. Meningkatnya pola hidup sehat dan kualitas kesehatan lingkungan Menurunnya angka kesakitan. Menurunnya penyakit menular. Menurunnya AKI dan AKB. Meningkatnya pembinaan dan pendidikan pola hidup sehat bagi masyarakat. Meningkatnya akses terhadap sarana kesehatan lingkungan. d. Tersedianya daya dukung sarana dan prasarana kesehatan dan olahraga Meningkatnya daya dukung sarana dan prasarana pendidikan. Meningkatnya daya dukung sarana dan prasarana kesehatan yang terjangkau secara geografis maupun biaya. Meningkatnya daya dukung sarana dan prasarana keagamaan sesuai peraturan yang berlaku. 2 13

14 Meningkatnya daya dukung sarana dan prasarana seni, budaya dan olahraga yang terpadu. 3. Mewujudkan Perekonomian Masyarakat yang Berdaya Saing a. Terwujudnya perkembangan industri dan UMKM berbasis potensi lokal. Meningkatnya penggunaan bahan baku lokal oleh sebagian besar industri unggulan. Meningkatnya penggunaan tenaga kerja lokal untuk bekerja di industri lokal. Meningkatnya jumlah lembaga ekonomi dan UMKM yang sehat. Meningkatnya kemampuan pengelolaan dan fasilitasi akses permodalan. Pengembangan kemitraan usaha hulu hilir secara terintegrasi. b. Terwujudnya potensi pariwisata daerah yang berdaya saing Meningkatnya kualitas lingkungan kawasan pariwisata di Kabupaten Bandung. Meningkatnya pengelolaan daerah tujuan wisata. Meningkatnya keanekaragaman objek wisata. Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek-objek wisata di Kabupaten Bandung Meningkatnya pola kerjasama, kemitraan dan promosi wisata daerah. Terciptanya wisata desa yang berbudaya sunda, religius dan berwawasan lingkungan Meningkatnya pendapatan masyarakat setempat dan daerah Terwujudnya wisata pesisir c. Meningkatnya pertumbuhan investasi Meningkatnya kemampuan berwirausaha bagi para pelaku UMKM. Meningkatnya pelayanan pemerintah berupa perizinan satu pintu. Terwujudnya pelayanan investasi yang mudah, murah, cepat dan pasti. Meningkatnya infrastuktur dan suprastruktur yang mendukung pertumbuhan investasi secara kuantitas dan kualitas. d. Terlaksananya pembangunan Pusat - Pusat Perdagangan Revitalisasi pasar tradisional dan penataan pedagang informal (PKL). Meningkatnya Pemasaran hasil produk unggulan lokal di kawasan objek wisata. Meningkatnya jumlah sentra perdagangan produk unggulan. Meningkatnya fasilitas yang mendukung pemasaran produk unggulan. 2 14

15 Meningkatnya jangkauan pasar produk unggulan. Meningkatnya ketersediaan pasar tradisional yang ramah lingkungan. e. Terwujudnya lembaga ekonomi produktif (koperasi, Bank Desa, BMT dan BUMDES dengan pola syari ah maupun konvensional) yang mandiri dan maju Meningkatnya jumlah koperasi, Bank Desa, BMT dan BUMDES dengan pola syariah maupun konvensional. Pentahapan pembangunan dalam RPJPD dijabarkan sesuai dengan periode masa jabatan kepala daerah, yaitu setiap 5 tahun. Dengan demikian dalam jangka waktu 20 tahun ke depan, terdapat 4 tahapan pembangunan yang harus disusun oleh Pemerintah Daerah, dimana pada saat ini sedang memasuki Tahap ke - II (Tahun ) dengan prioritas pembangunan sebagai berikut: a. Memantapkan penataan Indonesia dalam segala bidang, dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian). b. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan, pembangunan infrastruktur strategis, revitalisasi pertanian, perdagangan, jasa dan industri pengolahan yang berdaya saing, rehabilitasi dan konservasi lingkungan serta penataan struktur pemerintahan daerah untuk menyiapkan kemandirian masyarakat Jawa Barat. c. Peningkatan kuantitas dan kualitas Infrastruktur dan Suprastruktur dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia di berbagai bidang. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bandung dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 11 Tahun 2011 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun Dengan mempertimbangkan isu yang ada, maka visi Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, yang dituangkan dalam RPJMD tahun , yang hendak dicapai adalah: Terwujudnya Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Pemantapan Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan. Dengan memperhatikan isu dan pencapaian visi Kabupaten Bandung yang maju, mandiri dan mampu bersaing tersebut, maka dirumuskan 7 (tujuh) Misi Kabupaten Bandung dalam rangka pencapaian Visi Kabupaten Bandung , sebagai berikut : Misi Pertama : Meningkatkan profesionalisme birokrasi. Misi Kedua: Meningkatkan kualitas SDM (pendidikan dan kesehatan) yang berlandaskan Iman dan takwa serta melestarikan budaya sunda. Misi Ketiga: Memantapkan pembangunan perdesaan. 2 15

16 Misi Keempat : Meningkatkan keamanan dan ketertiban wilayah. Misi Kelima: Meningkatkan ketersediaan infrastruktur dan keterpaduan tata ruang wilayah. Misi Keenam: Meningkatkan ekonomi kerakyatan yang berdaya saing. Misi Ketujuh: Memulihkan keseimbangan lingkungan dan menerapkan pembangunan berkelanjutan. Terkait penyusunan RTRW dalam Misi ke-5 yaitu Meningkatkan ketersediaan infrastruktur dan keterpaduan tata ruang wilayah yaitu Terwujudnya Pola dan struktur ruang yang sesuai dengan tata ruang wilayah dengan strategi : a) Pengaturan pola penggunaan lahan pada wilayah yang berkembang pesat. Hasil akhir yang akan dicapai adalah Ketersediaan informasi mengenai RTRW Kabupaten beserta rincinya melalui peta b) Peningkatan aspirasi masyarakat dalam perencanaan penataan ruang c) Penyediaan dokumen rencana tata ruang sesuai dengan kebutuhan d) Peningkatan pelayanan pengendalian pemanfaatan ruang kepada masyarakat Rencana Program Prioritas Kepala Daerah Periode Tahun yaitu : a) Strategi peningkatan pendapatan pertanian melalui : Produk pertanian organik, Konservasi berbasis ekonomi, Rumah kemasan, Pengembangan agribisnis potensi lokal, Pembenahan bumdes pertanian, Restoran organik. b) Pengembangan pasar tradisional melalui : pembenahan tempat dan kelengkapan jenis jualan. c) Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) melalui : relokasi, penetapan waktu jual dan penataan kios. d) Pengelolaan sampah melalui : pembenahan TPS, penyiapan TPA alternatif dan pengolahan sampah (organik dan anorganik) e) Pembuatan air minum mineral f) Penanggulangan akibat banjir melalui Peninggian bangunan rumah, pembuatan danau dan sumur resapan, dan pembentukan tim siaga bencana. g) Perbaikan infra struktur jalan melalui penutupan dengan sirtu, perbaikan permanen Apbd/Apbn dan pembangunan tol seroja. h) Peningkatan derajat kesehatan melalui Revitalisasi posyandu, perbaikan fasilitas puskesmas setara RS dan penerapan jaminan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Kabupaten Bandung. i) Penataan taman kota/kecamatan/desa/kelurahan j) Pemberdayaan aparatur pejabat tiap tingkatan 2 16

17 k) Wisata terpadu l) Perbaikan rumah kumuh 2.4. RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN Dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun Kebijakan dan strategi penataan ruang, meliputi : a. Kebijakan dan strategi perencanaan tata ruang; b. Kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang; dan c. Kebijakan dan strategi pengendalian pemanfaatan ruang. Kebijakan perencanaan tata ruang, meliputi: a. Penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang yang dilakukan melalui pendekatan partisipatif; b. Tindaklanjut RTRWP ke dalam rencana yang lebih terperinci; c. Penyelarasan RTRW Kabupaten/Kota dengan substansi RTRWP. Strategi perencanaan tata ruang meliputi: a. Peningkatan peran kelembagaan dan peranserta masyarakat dalam perencanaan tata ruang; b. Penyelarasan RTRW Kabupaten/Kota dengan RTRWP; c. Menjadikan RTRWP sebagai acuan bagi perencanaan sektoral dan wilayah; d. Penyusunan kesepakatan RTRWP dengan RTRW provinsi yang berbatasan; e. Penyusunan Rencana Tata Ruang KSP. Kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang, terkait dengan pengembangan dan pembangunan Kabupaten Bandung, meliputi: 1. Kebijakan dan strategi pengembangan wilayah Kabupaten Bandung sebagai bagian dari WP KK Cekungan Bandung, meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan sebagian wilayah di Kabupaten Sumedang. a. Ditetapkan menjadi kawasan yang dibatasi perkembangannya. b. Pembangunan dan peningkatan infrastruktur wilayah yang mendukung fungsi masing-masing kawasan. 2. Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang 2 17

18 Kebijakan pengembangan struktur ruang, meliputi: a. pemantapan peran perkotaan di Daerah sesuai fungsi yang telah ditetapkan, yaitu PKN, PKNp, PKW, PKWp, dan PKL; b. pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan dayadukung dan dayatampung serta fungsi kegiatan dominannya; c. pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah utara serta wilayah yang berada di antara wilayah utara dan selatan untuk menjaga lingkungan yang berkelanjutan; d. pengendalian perkembangan sistem kota di wilayah selatan dengan tidak melebihi dayadukung dan dayatampungnya; e. penataan dan pengembangan infrastruktur wilayah yang dapat menjadi pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan wilayah untuk mewujudkan sistem kota di Daerah; f. mendorong terlaksananya peran WP serta KSP dalam mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk. Strategi yang ditempuh untuk Kabupaten Bandung (WP KK Cekungan Bandung), diantaranya adalah: a. Pemantapan peran kawasan perkotaan di daerah sesuai fungsi yang telah ditetapkan. b. Pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan dayadukung lingkungan serta fungsi kegiatan dominannya. c. Pengendalian dan pengembangan sistem kota di wilayah selatan sesuai dengan dayadukungnya. d. Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah utara dan wilayah yang berada di antara wilayah utara dan selatan untuk menjaga lingkungan yang berkelanjutan.penataan dan pengembangan sistem prasarana wilayah yang dapat menjadi pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan wilayah untuk terwujudnya sistem kota di daerah. e. Pendorong terlaksananya peran WP dan KSP dalam mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk. 3. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang Sektor unggulan yang dapat dikembangkan di WP KK Cekungan Bandung meliputi pertanian, hortikultura, industri non-polutif, industri kreatif, perdagangan, jasa, pariwisata dan perkebunan, dengan meningkatkan manajemen pembangunan yang berkarakter lintas kabupaten/kota yang secara kolektif berbagi peran membangun dan mempercepat perwujudan PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya. Untuk Rencana Wilayah Pengembangan (WP) Cekungan Bandung yang diarahkan untuk pengembangan Kabupaten Bandung, antara lain: 2 18

19 1) Kabupaten Bandung, diarahkan sebagai bagian dari PKN, dengan kegiatan utama industri non-polutif, agro industri, wisata alam, pertanian dan perkebunan. 2) Pengembangan Permukiman Perkotaan dengan : Pengembangan hunian vertikal terutama di kawasan perkotaan, industri dan pendidikan. Peningkatan pengelolaan persampahan dan revitalisasi TPA. Peningkatan pelayanan air bersih; Peningkatan pengolahan air limbah; Penataan permukiman kumuh; Penataan jaringan drainase perkotaan; Pembangunan kawasan olahraga terpadu di PKN dan PKW dan sarana olahraga di PKL; Pembangunan Rumah Sakit Tipe A di PKN, Rumah Sakit Tipe B di PKW dan Rumah Sakit Tipe C di PKL; dan Pembangunan pusat kebudayaan di PKN dan PKW. 3) Pengembangan Permukiman Perdesaan dengan : Peningkatan infrastruktur dasar permukiman di desa tertinggal, desa terpencil, dan kawasan rawan bencana; Penataan kawasan permukiman perdesaan dengan prinsip konservasi terutama di WP KK Cekungan Bandung bagian utara dan selatan; Pembangunan sarana olahraga dan pusat kegiatan belajar; dan Pembangunan Puskesmas PENATAAN RUANG BANDUNG METROPOLITAN AREA Kebijakan pengembangan struktur tata ruang wilayah Metropolitan Bandung adalah: 1. Pengembangan struktur tata ruang wilayah metropolitan Bandung dengan mengembangkan sistem kota-kota fungsional / kawasan perkotaan secara terintegrasi antar wilayah Kabupaten dan Kota dalam bentuk kota inti dan kota satelit sesuai dengan fungsinya masing-masing dan daya dukung lingkungan secara berkelanjutan 2. Pengembangan kegiatan ekonomi sesuai dengan fungsi kota-kota dan wilayah yang akan dikembangkan sesuai dengan daya dukung dan sumberdaya lokal serta meningkatkan kesejahteraaan penduduk kawasan Metropolitan Bandung 3. Kebijakan pengembangan sistem jaringan jalan untuk meningkatkan keterkaitan antar kota / pusat permukiman. 2 19

20 Kebijakan pengembangan pola pemanfaatan ruang Metropolitan Bandung adalah : 1. Pengembangan pola pemanfaatan ruang wilayah baik untuk kawasan lindung maupun kawasan budidaya sesuai dengan daya dukung lingkungan secara berkelanjutan. 2. Pemantapan, pengendalian, pemulihan, pelestarian dan rehabilitasi kawasan lindung, yang mencakup kawasan yang melindungi kawasan bawahannya, kawasan lindung setempat, dan kawasan rawan bencana 3. Peningkatan luas kawasan yang berfungsi lindung dan menjaga kualitas kawasan lindung. 4. Pengembangan kawasan budidaya sesuai dengan kapasitas daya dukung lingkungan (ketersediaan air, kawasan konservasi) dan kesesuaian lahannya. 5. Peningkatan daya dukung lingkungan alamiah dan buatan serta menjaga keseimbangan daya tampung lingkungan untuk menjaga proses pembangunan berkelanjutan. Konsep struktur tata ruang wilayah Metropolitan Bandung pada masa yang akan datang : 1. Konsep I Konsep struktur tata ruang wilayah Metropolitan Bandung ini didasarkan pada integrasi rencana-rencana tata ruang kabupaten/kota yang telah ada dalam suatu kesatuan wilayah pengembangan. 2. Konsep II Konsep struktur tata ruang wilayah Metropolitan Bandung ini didasarkan pada penerapan strategi tata ruang yang direkomendasikan dalam studi-studi pengembangan BMA/MBUDP yang telah ada dalam kaitannya dengan pengembangan prasarana perkotaan. 3. Konsep III Konsep struktur tata ruang wilayah Metropolitan Bandung ini merupakan modifikasi terhadap Konsep I dan II dengan memperhatikan kecenderungan perkembangan yang terjadi. Wilayah pengembangan Metropolitan Bandung ini adalah : 1. Kawasan Perkotaan Bandung - Cimahi 2. Wilayah Lembang dsk. / Bandung Utara 3. Wilayah Padalarang dsk. 2 20

21 4. Wilayah Soreang dsk. 5. Wilayah Rancaekek dsk. 6. Wilayah Jatinangor dsk. 7. Wilayah Bandung Selatan Arahan fungsi kota/kawasan perkotaan di Metropolitan Bandung adalah sebagai mana disajikan pada tabel berikut ini: No Hierarki Tabel 2.2 Arahan Fungsi Kota-Kota di Metropolitan Bandung Sampai Dengan Tahun 2025 Kota/Kawasan Perkotaan I Kota Inti Kota Bandung-Kota Cimahi II III Kota Satelit I Kota dengan penduduk jiwa Kota Satelit II Kota dengan penduduk jiwa Perkiraan Penduduk Perkotaan 2025 (Jiwa) Fungsi Pengembangan perdagangan & jasa pemerintahan pendidikan tinggi Padalarang-Ngamprah industri perdagangan permukiman Soreang-Katapang pemerintahan industri Pertanian perdagangan permukiman Rancaekek-Cicalengka perdagangan permukiman industri Lembang pariwisata permukiman Jatinangor-Tanjungsari pendidikan tinggi permukiman industri Majalaya industri permukiman Banjaran industri permukiman Cipeundeuy-Cikalong Wetan industri permukiman Cililin permukiman industri Pangalengan pariwisata 2 21

22 No IV Hierarki Ibukota Kecamatan Kota dengan penduduk < jiwa Kota/Kawasan Perkotaan Perkiraan Penduduk Perkotaan 2025 (Jiwa) Fungsi Pengembangan pertanian permukiman Ciwidey pariwisata pertanian permukiman Arjasari permukiman pertanian industri agro Nagreg permukiman industri agro Sukasari permukiman pertanian Kertasari permukiman pertanian Pacet permukiman pertanian Cikancung permukiman perdagangan industri Gunung Halu permukiman pertanian Cipongkor permukiman pertanian Sindangkerta permukiman pertanian Rongga permukiman pertanian Rancabali permukiman, pertanian Sumber: Penataan Ruang Metropolitan Bandung, Tahun

23 Gambar 2.4 Pembagian Wilayah Pengembangan Metropolitan Bandung 2 23

24 Gambar 2.5 Fungsi Kota Dalam Penataan Ruang Metropolitan Bandung Secara umum, pola spasial pemanfaatan ruang kawasan lindung tersebar terutama di bagian utara dan selatan wilayah Metropolitan Bandung. Kawasan lindung di Metropolitan Bandung meliputi : 1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya Pengembangan kawasan ini diarahkan pada fungsi perlindungan wilayah atau yang memiliki keterkaitan kuat dengan fungsi hidrologis. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya di wilayah Metropolitan terdiri dari : a. Kawasan Hutan Lindung Adapun kawasan hutan lindung di Metropolitan Bandung tersebar di Kecamatan Banjaran, Kecamatan Cimaung, Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Kertasari, Kecamatan Pacet dan Kecamatan Ibun. 2 24

25 b. Kawasan Resapan Air kawasan resapan air di kawasan perencanaan tersebar di Kecamatan Parongpong, Kecamatan Cimahi Utara, Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Cibeunying yang pada kondisi saat ini telah banyak yang menjadi kawasan terbangun. 2. Kawasan perlindungan setempat terdiri atas: Kawasan lindung yang merupakan kawasan perlindungan setempat di wilayah Metropolitan Bandung terdiri dari : a. Sempadan Sungai b. Kawasan Sekitar Mata Air 3. Kawasan Suaka Alam Kawasan suaka alam yang terdapat di wilayah Metropolitan Bandung antara lain adalah Taman Hutan Raya. 4. Kawasan Rawan Bencana Alam: Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Kawasan rawan bencana longsor yang di kawaan perencanaan secara administratif terdapat di Kecamatan Cimenyan, Cimanggung, Cicalengka, Banjaran, Arjasari, Ciparay dan Pacet. Kawasan Budidaya di wilayah Metropolitan Bandung terdiri dari: 1. Kawasan Budidaya Pertanian Pola pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan budidaya pertanian berdasarkan kesesuaian lahan adalah sebagai berikut : Kawasan pertanian lahan basah (padi sawah), tersebar di Kecamatan Rancaekek, Bojongsoang, Majalaya, Ciparay, Soreang, Margahayu dan Katapang. Kawasan pertanian lahan kering (dengan tanaman tahunan dan tanaman semusim), tersebar di Kecamatan Pangalengan, Kertasari, Pacet, Arjasari, Ciparay, Majalaya, Cikancung, Cicalengka, Cimanggung, Tanjungsari, dan Jatinangor. Perkebunan terdapat di Kecamatan Ciwidey, Pasirjambu, Pangalengan, dan Cimaung. Hutan produksi terdapat di Kecamatan Ciwidey, Pangalengan, Cimaung, Pacet, Cikancung, Cicalengka, Cimanggung, Lembang, dan Cilengkrang. 2. Kawasan Budidaya Non-Pertanian / Perkotaan Secara spasial pola pemanfaatan ruang kawasan budidaya mengarah pada bagian wilayah barat-timur, sementara ke arah utara dibatasi oleh kawasan resapan air (konservasi potensial sangat tinggi), dan ke selatan perkembangannya secara 2 25

26 menerus dari kota inti Bandung-Cimahi dibatasi hanya bersifat linear sepanjang jalan utama yang menghubungan kota inti kota satelit dan antar kota satelit. 2 26

27 Gambar 2.6 Pengembangan Kawasan Perkotaan Kawasan Perdesaan Dalam Penataan Ruang Metropolitan Bandung 2 27

28 Gambar 2.7 Pola Pemanfaatan Ruang Dalam Penataan Ruang Metropolitan Bandung Dalam RTRW Kabupaten/Kota di Metropolitan Bandung sebenarnya telah ditetapkan kawasan-kawasan prioritas/kawasan tertentu dalam konteks wilayahnya masing-masing. Dikaitkan dengan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang ingin diwujudkan di Metropolitan Bandung, kawasan prioritas yang akan dikembangkan adalah : 1. Kawasan Bandung Utara 2. Kawasan Kota Baru Tegal Luar 3. Kawasan Relokasi Industri Cipeundeuy 4. Kawasan Olah Raga Terpadu Ngamprah 5. Kawasan Pendidikan Tinggi Jatinangor 2 28

29 Gambar 2.8 Pola Pengembangan Kawasan Prioritas Dalam Penataan Ruang Metropolitan Bandung 2.6. RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH TAHUN Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun , Tujuan pembangunan kepariwisataan Kabupaten Bandung: a. menerapkan prinsip dan kaidah-kaidah pelestarian alam, lingkungan dan sumber daya berkelanjutan dengan konsisten dalam pengelolaan dan pengembangan daya tarik wisata unggulan dan fasilitas pariwisata utama Kabupaten Bandung; b. mengembangkan tema-tema agrowisata alam pegunungan yang spesifik dan kreatif sesuai dengan karakteristik fisik kawasan dan preferensi pasar wisatawan, yang tidak 2 29

30 hanya berdaya saing, tetapi juga mampu berkontribusi terhadap peningkatan kualitas lingkungan alam dan kehidupan masyarakat sekitarnya; c. menerapkan perencanaan dan pengelolaan produk pariwisata budaya dan alam lainnya yang saling bersinergi dengan produk agrowisata alam pegunungan Kabupaten Bandung; d. mengembangkan sistem dan jaringan infrastruktur yang ramah lingkungan, memberikan kenyamanan kepada wisatawan dan masyarakat, mendukung distribusi perkembangan pariwisata ke seluruh wilayah Kabupaten Bandung, serta mendukung pembentukan tema pengembangan kawasan strategis maupun andalan pariwisata Kabupaten Bandung; e. membangun struktur jejaring industri pariwisata Kabupaten Bandung yang kokoh dalam pengembangan produk agrowisata alam pegunungan yang kreatif dan inovatif serta dalam penyelenggaraan pemasaran yang bertanggung jawab; f. mengembangkan segmen pasar pariwisata yang berkualitas secara ekonomi dan bertanggung jawab secara lingkungan; g. mengembangkan potensi sosial budaya dan ekonomi masyarakat agar siap menjadi tuan rumah destinasi pariwisata internasional melalui pembinaan serta pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil dan menengah; h. mengembangkan upaya-upaya pelestarian sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai penyelenggara destinasi pariwisata internasional; i. memperkuat peran dan fungsi kelembagaan kepariwisataan Kabupaten Bandung dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi yang ramah lingkungan melalui pengembangan mekanisme insentif dan disinsentif bagi para investor; j. mengangkat citra kepariwisataan daerah melalui pengembangan regulasi yang efektif bagi pengendalian pembangunan kepariwisataan dalam upaya akselerasi perkembangan pariwisata di wilayah-wilayah belum berkembang serta pembatasan pembangunan di wilayah-wilayah yang rentan secara alam (kawasan lindung, kawasan rawan bencana) dan wilayah-wilayah yang sudah terlampaui daya dukungnya. Konsep pengembangan kepariwisataan Kabupaten Bandung adalah Ekowisata. Prinsipprinsip ekowisata adalah: a. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat; b. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan dapat dilakukan langsung di alam; 2 30

31 c. Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan yang dipergunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam. d. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif. e. Penghasilan bagi masyarakat lokal. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam. f. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Apabila ada upaya disharmonisasi dengan alam akan merusak produk wisata ekologis ini. g. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi flora dan fauna, serta menjaga keaslian budaya masyarakat. h. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi. i. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap daerah. Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka belanja wisatawan didorong dapat dirasakan manfaatnya oleh daerah setempat. Ekowisata memiliki 5 (lima) spektrum yaitu: a. Pure ecotourism : seluruh elemen penting ekowisata telah terpenuhi, yaitu perjalanan bertanggung jawab/responsible travel ke daerah yang masih alami, ada upaya konservasi lingkungan alam, berkontribusi terhadap kesejahteraan masyrakat lokal, dan juga mengembangkan program-program pendidikan lingkungan, baik bagi ekowisatawan maupun penduduk lokal. Kode warna untuk spectrum ini adalah biru tua. b. Light ecotourism : seluruh elemen-elemen penting ekowisata terlihat sudah ada, tetapi pada kenyataannya, perjalanan yang dilakukan bukan merupakan perjalanan yang bertanggung jawab/responsible travel ke daerah yang masih alami, dan/atau tidak berkontribusi terhadap upaya konservasi lingkungan alam, dan/atau tidak berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat lokal, dan/atau tidak menyelenggarakan program-program pendidikan lingkungan bagi ekowisatawan maupun penduduk lokal. Kode warna untuk spektrum ini adalah biru muda. c. Green tourism : merupakan perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah yang masih alami, dengan fokus utamanya pada sumber daya alam dan upaya konservasinya, tidak bertujuan atau tidak mengakibatkan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Kode warna untuk spektrum ini adalah hijau. 2 31

32 d. Adventure travel : perjalanan yang sangat tergantung pada penggunaan sumber daya alam, membutuhkan kapasitas petualangan fisik khusus dan kegiatannya memiliki tingkat resiko tertentu, seperti memanjat tebing, kayaking, scuba diving. Kode warna untuk spektrum ini adalah kuning. Dalam kasus seluruh elemen ekowisata sudah terpenuhi oleh adventure travel, spektrumnya dapat berubah menjadi pure ecotourism/biru tua. e. Nature tourism : perjalanan yang sangat tergantung pada penggunaan sumber daya alam, mencakup partisipasi dalam kegiatan fisik yang bersifat umum/lebih mudah dibandingkan adventure travel. Kode warna untuk spektrum ini adalah merah. Kebijakan pengembangan kepariwisataan Kabupaten Bandung meliputi: a. mengembangkan kawasan strategis pariwisata Kabupaten Bandung untuk memperkuat daya saing pariwisata serta menjawab isu-isu strategis kepariwisataan berupa penguatan destinasi agrowisata alam dan budaya pegunungan Kabupaten Bandung, pemanfaatan pasar wisatawan Kota Bandung, serta pemberdayaan stakeholders kepariwisataan Kabupaten Bandung secara berkelanjutan; b. mengembangkan kawasan andalan pariwisata Kabupaten Bandung untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah yang lebih luas; c. mengembangkan daya tarik alam dan budaya pegunungan yang kreatif dan berwawasan lingkungan, yang memberikan peluang kepada wisatawan untuk memanfaatkan potensi kreatifnya dalam berwisata; d. mengembangkan struktur industri pariwisata Kabupaten Bandung yang mendukung upaya mewujudkan industri pariwisata yang ramah lingkungan; e. mengembangkan pendekatan pemasaran pariwisata terpadu, sesuai dengan keragaman tema produk pariwisata yang ditawarkan Kabupaten Bandung; f. mengembangkan strategi pemasaran dan teknik promosi yang kreatif dan efektif untuk menjaring pasar pariwisata yang berkualitas; g. optimalisasi organisasi kepariwisataan yang ada melalui peningkatan kinerja organisasi dan sumber daya manusia di dalamnya; h. mengembangkan kebijakan dan regulasi bagi peningkatan kesadaran lingkungan para pelaku pariwisata dan masyarakat, peningkatan kualitas lembaga pendidikan formal dan informal dalam kepariwisataan, serta iklim yang kondusif bagi investasi berwawasan lingkungan. Strategi Pengembangan Kepariwisataan Fungsi Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Bandung adalah sebagai dasar dalam perumusan rencana dan program pengembangan destinasi pariwisata daerah, memberikan arah dalam perumusan strategi dan program pengembangan destinasi pariwisata, pengembangan industri pariwisata, strategi pengembangan pemasaran, dan kelembagaan kepariwisataan sebagai satu kesatuan yang saling terkait. 2 32

33 1. Strategi pengembangan destinasi pariwisata meliputi: a. penerapan spektrum ekowisata sesuai dengan karakteristik fisik wilayah dan daya tarik wisata yang dimiliki masing-masing kawasan pariwisata; b. pengembangan Kawasan Agrowisata Edukatif Ciwidey, Kawasan Ekowisata Pegunungan Kawah Putih, Kawasan, Kawasan Pariwisata Perairan Danau Situ Patengan, Kawasan Pariwisata Seni dan Budaya Tradisional Sunda Jelekong, Kawasan Agrowisata Rekreatif Malabar, dan Kawasan Geowisata Panas Bumi Kamojang sebagai kawasan strategis pariwisata Kabupaten Bandung. c. pengembangan Kawasan Pariwisata Perkotaan Soreang sebagai kawasan andalan pariwisata Kabupaten Bandung; d. pengembangan Kawasan Soreang sebagai pusat pelayanan primer pariwisata; Kawasan Patengan, Kawasan Cileunyi-Rancaekek, Kawasan Jelekong, dan Kawasan Malabar sebagai pusat pelayanan sekunder pariwisata Kabupaten Bandung; e. pengembangan kawasan-kawasan pariwisata potensial, yaitu Kawasan Pariwisata Petualangan Alam Lamajang, Kawasan Pariwisata Olahraga Air Cileunca, Kawasan Pariwisata Alam Hutan Paseh, Kawasan Rekreasi Alam Cicalengka Nagrek, Kawasan Pariwisata Sejarah Cileunyi Rancaekek, dan Kawasan Geowisata Cimenyan Cilengkrang; f. pengembangan keterkaitan antara kawasan strategis pariwisata dengan kawasan pariwisata potensial Kabupaten Bandung, terutama melalui peningkatan aksesibilitas dan penyediaan informasi; g. pengembangan produk-produk pariwisata edukatif pada kawasan agrowisata, geowisata, ekowisata pegunungan, pariwisata petualangan, dan pariwisata alam hutan; h. peningkatan keterkaitan antara kawasan-kawasan dengan tema utama agrowisata dan kawasan dengan tema pendukung agrowisata di Kabupaten Bandung, antara kawasan-kawasan utama agrowisata Kabupaten Bandung dengan kawasan agrowisata unggulan Jawa Barat dan nasional lainnya, melalui penyediaan informasi, peningkatan aksesibilitas antarkawasan, dan pengembangan jalur wisata lokal. 2. Strategi pengembangan industri pariwisata meliputi : a. peningkatan daya saing usaha pariwisata melalui pengembangan produk khas Kabupaten Bandung yang kreatif dan edukatif serta ramah lingkungan; b. pengembangan struktur industri pariwisata ramah lingkungan yang kokoh melalui penerapan standar usaha dan sertifikasi ramah lingkungan pada usahausaha pariwisata di Kabupaten Bandung; c. pengembangan usaha pariwisata yang memenuhi standar usaha pariwisata; 2 33

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 22 TAHUN 2010 TANGGAL : 30 NOVEMBER 2010 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT ARAHAN PEMBAGIAN WILAYAH PENGEMBANGAN I. KAWASAN

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Rencana Tata Ruang Wilayah diharapkan menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan di berbagai

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH - 125 - BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan untuk mencapai Visi dan Misi selanjutnya dipertegas melalui strategi pembangunan daerah yang akan

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, disebutkan bahwa setiap Provinsi, Kabupaten/Kota wajib menyusun RPJPD

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja yang diperoleh, masih menyisakan permasalahan dan tantangan. Munculnya berbagai permasalahan daerah serta diikuti masih banyaknya

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan merupakan upaya pemerintah daerah secara keseluruhan mengenai cara untuk mencapai visi dan melaksanakan misi, melalui penetapan kebijakan dan program

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Bengkulu Utara selama lima tahun, yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 18 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 18 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 18 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Sawahlunto Tahun 2013-2018, adalah rencana pelaksanaan tahap ketiga (2013-2018) dari Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN

3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN 3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN Manajemen pembangunan berbasis kinerja mengandaikan bahwa fokus dari pembangunan bukan hanya sekedar melaksanakan program/ kegiatan yang sudah direncanakan. Esensi dari manajemen

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 1 Tahun 2009 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pembangunan di Kabupaten Murung Raya pada tahap ketiga RPJP Daerah atau RPJM Daerah tahun 2013-2018 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

Visi Mewujudkan Kabupaten Klaten yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing. Misi ke 1 :

Visi Mewujudkan Kabupaten Klaten yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing. Misi ke 1 : Tabel 6.1 Strategi, dan Arah Kebijakan Kabupaten Klaten Tahun 016-01 Mewujudkan Sumber Daya Manusia Yang Cerdas, Sehat, dan Berbudaya 1 Mewujudkan pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi Terwujudnya pemenuhan.1

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS Pembangunan yang diprioritaskan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang mendesak yang memberikan dampak luas bagi masyarakat, sebagai berikut : 8.1. Indikasi Program

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi BAB V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran 5.1 Visi Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga menjawab

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB VI KEBIJAKAN UMUM

BAB VI KEBIJAKAN UMUM BAB VI KEBIJAKAN UMUM Visi sekaligus tujuan pembangunan jangka menengah Kota Semarang tahun 2005-2010 adalah SEMARANG KOTA METROPOLITAN YANG RELIGIUS BERBASIS PERDAGANGAN DAN JASA sebagai landasan bagi

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Rencana program dan kegiatan Prioritas Dearah Tahun 2013 yang dituangkan dalam Bab V, adalah merupakan formulasi dari rangkaian pembahasan substansi

Lebih terperinci

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 BAB V VISI, MISI, DAN V - 1 Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 5.1. VISI Dalam rangka mewujudkan pembangunan jangka panjang sebagaimana tercantum di dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Malang 2014 SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH 1 Penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJPD Provinsi Jawa Timur dengan memperhatikan

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (Pemilukada)

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 4.1. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Berdasarkan kondisi dan fenomena yang terjadi di Kabupaten Lebak serta isu strategis, maka ditetapkan prioritas

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Kebijakan Umum adalah arahan strategis yang berfungsi sebagai penunjuk arah pembangunan Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk jangka panjang. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD Kabupaten Pekalongan tahun 2011-2016.

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

BAB 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Visi Kabupaten Sleman adalah Terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih sejahtera, mandiri, berbudaya dan terintegrasinya sistem e-government menuju smart

Lebih terperinci

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO 1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN 2010-2029 I. UMUM Jawa Barat bagian Selatan telah sejak lama dianggap

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 2 3 4 1 Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan 1. Jumlah rumah ibadah yang difasilitasi 400 jumlah kegiatan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN Prioritas pembangunan Kabupaten Lingga Tahun diselaraskan dengan pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan sesuai dengan amanat dari Peraturan

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang II. Dasar Hukum III. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Gambaran Umum Demografis 3. Kondisi Ekonomi BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan

Lebih terperinci

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN Menurut RPJPD Kabupaten Kampar 2005-2025, berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1, maka RPJM ke-2 (2011-2016) ditujukan

Lebih terperinci

Oleh : BAPPEDA KABUPATEN MALANG

Oleh : BAPPEDA KABUPATEN MALANG Oleh : BAPPEDA KABUPATEN MALANG 1 Bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintahan daerah, yang mengatur

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan dirumuskan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN A. Strategi Pembangunan Daerah Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi pembangunan Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

BAB III Visi dan Misi

BAB III Visi dan Misi BAB III Visi dan Misi 3.1 Visi Pembangunan daerah di Kabupaten Bandung Barat, pada tahap lima tahun ke II Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) atau dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI

BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 SAMPAI TAHUN 2036 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BADAN

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan serta pencapaian target-target pembangunan pada tahun 2016, maka disusun berbagai program prioritas yang

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaiman pemerintah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Tujuan penataan ruang wilayah Kota adalah Terwujudnya Kota Tidore

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Ambon Pembangunan Kota Ambon tahun 2011-2016 diarahkan untuk mewujudkan Visi Ambon Yang Maju, Mandiri, Religius,

Lebih terperinci

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009-2029 BAB V RENCANA KAWASAN STRATEGIS PROVINSI 5.1. Lokasi dan Jenis Kawasan Strategis Provinsi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) memuat penetapan Kawasan

Lebih terperinci

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN 2009-2014 No AGENDA PROGRAM Pagu Indikatif Tahunan dan Satu Tahun Transisi (%) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Meningkatkan Kualitas

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Wonosobo tahun 2012 merupakan periode tahun kedua dari implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG Untuk memberikan arahan pada pelaksanaan pembangunan daerah, maka daerah memiliki visi, misi serta prioritas yang terjabarkan dalam dokumen perencanaannya. Bagi

Lebih terperinci

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015-2019 MISI 1. MEWUJUDKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perlu perubahan secara mendasar, terencana dan terukur. Upaya

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis dan Demografis... 4 2. Perkembangan Indikator Pembangunan Jawa Barat...

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2017 adalah : Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- ACEH TAMIANG SEJAHTERA DAN MADANI MELALUI PENINGKATAN PRASARANA DAN SARANA

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMD 2013-2017 baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan Standar Pelayanan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi pembangunan daerah Kabupaten Ngawi 2010 2015, Pemerintah Kabupaten Ngawi menetapkan strategi yang merupakan upaya untuk

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH 5.1 VISI DAN MISI KOTA CIMAHI. Sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6.1. STRATEGI Untuk mewujudkan visi dan misi daerah Kabupaten Tojo Una-una lima tahun ke depan, strategi dan arah

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Kebijakan umum bertujuan menggambarkan keterkaitan antar bidang urusan pemerintahan daerah dengan rumusan indikator kinerja sasaran, dan berfungsi

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo VISI : PONOROGO LEBIH MAJU, BERBUDAYA DAN RELIGIUS MISI I : Membentuk budaya keteladanan pemimpin yang efektif, guna mengembangkan manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Dengan memperhatikan kondisi, potensi, permasalahan, tantangan, peluang yang ada di Kota Bogor, dan mempertimbangkan

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci