BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Leony Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab dua ini akan menguraikan secara lebih rinci mengenai komponenkomponen terkait dengan objek penelitian, teori yang digunakan untuk menurunkan variabel-variabel penelitian maupun perumusan hipotesis beserta kerangka pemikiran penelitian ini. A. Landasan Teori Landasan teori ini menjelaskan komponen-komponen terkait dengan objek penelitian secara definitif dan juga penjelasan dalam menurunkan variabel secara teoritis. 1. Laporan Tahunan Laporan tahunan (annual report) adalah media utama untuk mengomunikasikan informasi keuangan dan informasi lainnya dari pihak manajemen kepada pihak di luar perusahaan (Suhardjanto dan Miranti, 2009). Stanton dan Stanton (2002) menyatakan bahwa laporan tahunan dipandang sebagai dokumen publik yang dihasilkan oleh perusahaan publik sebagai suatu kewajiban dalam hal pelaporan. Harahap (2003) menambahkan bahwa di Indonesia perusahaan publik yang memiliki total aset lebih dari Rp. 50 miliar memiliki kewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangannya sebagaimana yang diatur dalam PSAK. 14
2 15 Menurut Harahap (2003), laporan tahunan digunakan sebagai sumber informasi utama para investor. Banyaknya informasi yang dapat diperoleh dari laporan tahunan sangat bergantung pada luasnya pengungkapan (disclosure) dari laporan keuangan perusahaan. 2. Pengungkapan Laporan Keuangan Menurut Suwardjono (2005), secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh laporan keuangan. Tujuan pengungkapan adalah untuk menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Praktik pengungkapan (disclosure) di Indonesia diatur dalam beberapa ketentuan seperti dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 Revisi 2009 mengenai pengungkapan yang harus dilakukan oleh perusahaan yang dikeluarkan oleh Bapepam selaku lembaga yang mengatur dan mengawasi pelaksanaan pasar modal dan lembaga keuangan di Indonesia (Purwanto, 2011). Menurut Suhardjanto dan Miranti (2009), terdapat dua sifat pengungkapan yaitu mandatory disclosure atau pengungkapan yang didasarkan pada ketentuan dan voluntary disclosure atau pengungkapan yang bersifat sukarela. Pada umumnya perusahaan bersedia melakukan pengungkapan meski menambah biaya perusahaan. Pertimbangan tersebut
3 16 diambil sebagai upaya untuk meningkatkan citra perusahaan atau memenuhi keinginan stakeholder. 3. Corporate Social Responsibility dan Pengungkapan CSR Menurut Anggraini (2006), adanya konsep good corporate governance yang mengatur tata kelola perusahaan yang transparan dan akuntabel menuntut perusahaan untuk mengungkapkan informasi mengenai aktivitas sosial perusahaan. Publik membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan telah melakukan aktivitas sosialnya, sehingga publik dapat menilai tata kelola suatu perusahaan sudah baik atau belum dan dapat diterima atau tidak. Menurut Mirfazli (2008), fenomena akuntansi sosial ekonomi merupakan hal yang baru di dunia akuntansi dan sangat berbeda dengan akuntansi konvensional. Pada akuntansi konvensional perusahaan hanya berorientasi pada konsumen, sementara pada akuntansi sosial ekonomi melihat lebih jauh mengenai dampak pengelolaan perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan. Anggraini (2006) juga menambahkan bahwa dalam perkembangannya akuntansi konvensional berupaya untuk mengakomodir kepentingan masyarakat secara luas, sehingga kemudian muncul konsep Corporate Social Responsibility (CSR). Menurut World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), sebuah jaringan advokasi global CEO lebih dari 200 perusahaan internasional yang berfokus pada business and sustainability development, definisi Corporate Social Responsibility adalah berikut ini.
4 17 Continuing commitment by business to behave ethically and contributed to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large. Definisi tersebut secara eksplisit menjelaskan bahwa esensi dari CSR tidak hanya melingkupi dimensi sosial saja, lebih dari itu melingkupi dimensi ekonomi dan juga lingkungan dan masyarakat. Sementara itu, pengungkapan CSR atau TJSL merupakan pengungkapan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan mengenai kepatuhan perusahaan dalam hal melakukan tanggung jawab sosial perusahaan. Di Indonesia sendiri, pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan sudah menjadi suatu kewajiban sebagaimana diatur dalam Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun Undang-undang maupun peraturan ini mengatur tentang kewajiban pelaksanaan beserta laporan pelaksanaan atau pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Pasal tersebut menyatakan perseroan yang berbadan hukum, khususnya yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Pengungkapan CSR menurut Elkington (1997) dari bukunya yang berjudul Cannibal with Forks: The Triple Bottom Line of The 21 st Century Business, konsep Triple Bottom Line menyatakan bahwa terdapat tiga fokus pengungkapan CSR, yakni pengungkapan kinerja ekonomi, pengungkapan kinerja sosial, dan pengungkapan kinerja lingkungan.
5 18 4. Environmental Disclosure Menurut Juhmani (2014), peningkatan peristiwa bencana alam dan global warming telah menjadi perhatian serius oleh banyak perusahaan, sehingga banyak perusahaan mengambil tindakan tanggung jawab lingkungan yang merefleksikan kepedulian mereka terhadap ekspektasi sosial. Hal tersebut menjadi latar belakang praktik pengungkapan kinerja lingkungan atau environmental disclosure. Environmental disclosure merupakan salah satu domain atau aspek dalam pengungkapan CSR secara keseluruhan. Environmental disclosure adalah pengungkapan informasi yang berkaitan dengan lingkungan di dalam laporan keuangan perusahaan. Environmental disclosure bertujuan sebagai media untuk mengkomunikasikan realitas untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial dan politik bagi para pihak yang berkepentingan. Selain itu, menurut Brown dan Deegan (1998, dalam Suhardjanto dan Miranti, 2009), tujuan perusahaan lainnya dalam environmental disclosure adalah untuk memperoleh perhatian, dukungan, maupun kepercayaan dari masyarakat agar perusahaan dapat tetap eksis. 5. Teori Institusional Teori Institusional adalah teori yang menjelaskan terbentuknya organisasi yang dikarenakan tekanan lingkungan organisasional yang menyebabkan terjadinya institusionalisasi (pelembagaan). Menurut Di Maggio dan Powell (1983), terbentuknya organisasi terjadi pada cakupan organisasional yang luas. Setiap organisasi saling mempengaruhi bentuk
6 19 organisasi lainnya lewat proses adopsi atau institusionalisasi (pelembagaan). Dalam arti lain organisasi terbentuk oleh lingkungan institusional yang ada di sekitar mereka. Ide-ide yang berpengaruh kemudian diadopsi dan diterima sebagai cara berpikir organisasi tersebut. Proses adopsi atau adaptasi praktik institusional oleh sebuah organisasi lebih dikenal dengan istilah isomorphism. Isomorphism merupakan dimensi dari teori institusional. Proses isomorphism dipengaruhi oleh berbagai macam tekanan dari pemangku kepentingan dan juga tuntutan profesional (Deegan, 2009 dalam Ali dan Rizwan, 2013). Corporate social and environmental disclosure juga dipandang sebagai praktik institusional oleh perusahaan tertentu, sehingga praktik pengungkapan tersebut diadaptasi oleh perusahaan. Isomorphism memiliki tiga jenis, yaitu coercive, mimetic, dan normative. Coercive isomorphism merupakan hasil dari tekanan baik yang bersifat formal maupun informal, yang diberikan kepada organisasi oleh organisasi lain di mana mereka bergantung terhadap ekspektasi masyarakat di lingkungan organisasi berada (Di Maggio dan Powell, 1983). Tekanan tersebut dapat bersifat sebagai paksaan, persuasif, maupun kolusi. Pada coercive isomorphism, kekuatan stakeholder memegang peran penting yang memaksa perusahaan untuk mengadopsi praktek-praktek kelembagaan tertentu (misalnya CSED) agar terlihat sama dengan perusahaan lain yang beroperasi di lingkungan institusi yang sama. Tekanan yang bersifat koersif berasal dari berbagai sumber seperti aturan politik dan peraturan (hukum) dan masyarakat luas.
7 20 Mimetic isomorphism merupakan keinginan perusahaan untuk meniru praktik organisasional (misalnya CSED) dari organisasi lain (Di Maggio dan Powell, 1983). Konsep ini muncul karena situasi ketidakpastian mengenai adanya panduan atau referensi mengenai suatu praktik organisasional, sehingga perusahaan berupaya untuk meniru perusahaan lain yang telah menjalankan praktik tersebut dengan baik. Normative isomorphism merupakan sikap profesionalisme perusahaan untuk mematuhi standar-standar yang berlaku dan juga mengadopsi praktik institusional (Di Maggio dan Powell, 1983). Etika dan budaya memiliki peran yang penting dalam konsep ini untuk memengaruhi sikap profesionalisme agar mengadopsi praktik institusional (misalnya CSED). Menurut Ali dan Rizwan (2013), teori institusional merupakan teori terbaik yang dapat mengatasi kekurangan dari teori legitimasi dan teori stakeholder untuk menjelaskan praktik corporate and social disclosure. Berdasarkan teori legitimasi, aktivitas perusahaan harus sesuai dengan harapan masyarakat. Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa beberapa kelompok seperti pemerintah, media, karyawan, dan investor berhasil memengaruhi praktik CSED pada perusahaan di negara berkembang. Namun, teori ini belum mampu menggabungkan seluruh harapan kelompok dalam masyarakat. Berbeda dengan teori legitimasi, teori stakeholder mempertimbangkan harapan dari dua pihak, pihak pemangku kepentingan perusahaan dan pihak masyarakat luas. Ali dan Rizwan (2013) juga menilai bahwa teori ini belum mampu memenuhi harapan seluruh pemangku
8 21 kepentingan karena mereka memiliki kekuatan yang berbeda-beda untuk memengaruhi perusahaan. Teori stakeholder belum berhasil menggabungkan harapan beberapa institusi seperti lembaga pendidikan dan lembaga yang mempromosikan CSR terhadap praktik corporate social and environmental disclosure. Oleh karena itu, teori institusional berupaya untuk melingkupi kekurangan dari dua teori yang dijelaskan sebelumnya. Pengadopsian praktik corporate social and environmental disclosure pada negara-negara berkembang dipengaruhi oleh beberapa stakeholder. Menurut Islam dan Deegan (2008), organisasi akan dipaksa oleh stakeholder yang memiliki kekuatan dalam hal mengadopsi dan melaksanakan praktik tertentu, termasik praktik pelaporan seperti environmental disclosure. Teori institusional mengkategorikan stakeholder tersebut ke dalam tiga jenis berdasarkan tekanan yang diberikannya; coercive (pemerintah, asosiasi dagang, asosiasi konsumen, konsumen internasional, media, karyawan, dan investor), mimetic (perusahaan multinasional, kompetitor), dan normative (lembaga pembuat standar CSR, dan lembaga pendidikan). Adapun model yang menggambarkan perspektif bahwa teori institusional merupakan teori yang melingkupi teori-teori lainnya dan pembagian ketiga jenis stakeholder adalah sebagaimana yang dijelaskan pada Gambar 2.1.
9 22 Gambar 2.1 Perspektif Teori Institusional Sumber: Ali dan Rizwan (2013) B. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah suatu diagram yang menjelaskan secara garis besar alur logika berjalannya sebuah penelitian. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagaimana digambarkan pada Gambar 2.2 di bawah ini.
10 23 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian C. Penelitian Terdahulu dan Perumusan Hipotesis Seperti yang dijelaskan sebelumnya, beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan dengan berbagai perbedaan dari sisi domain penelitian, perumusan teori, pemilihan variabel, hingga hasil signifikansinya. Penelitian ini bertujuan
11 24 untuk mengetahui lebih jauh pengaruh komposisi kepemilikan pemerintah, komposisi kepemilikan asing, dan keterlibatan perusahaan di asosiasi bisnis terhadap kualitas environmental disclosure. 1. Pengaruh Komposisi Kepemilikan Pemerintah terhadap Kualitas Environmental Disclosure Berdasarkan teori institusional, pemerintah dapat memberikan tekanan yang bersifat coercive kepada perusahaan. Pemerintah sebagai lembaga tertinggi yang menaungi semua hal yang berhubungan dengan kebijakan dan hukum memiliki kekuatan yang besar untuk menekan suatu perusahaan untuk mematuhi aturan yang berlaku. Dalam hal ini aturan mengenai kepatuhan terhadap praktik environmental disclosure sebagaimana yang tertuan dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun Jika perusahaan tidak melaksanakan aturan mengenai environmental disclosure tersebut, pemerintah dapat memberikan sanksi yang tegas. Hal tersebut tentunya dihindari oleh pihak manajemen. Kepemilikan pemerintah adalah kepemilikan saham perusahaan oleh pemerintah pusat atau negara. Menurut Prasetyowati (2014), pemerintah tidak hanya berfungsi sebagai pihak yang menetapkan regulasi dalam hubungan masyarakat dengan dunia bisnis dan memberikan sanksi bagi pihak yang melanggarnya. Pemerintah juga dapat menjalankan bisnis apabila
12 25 pemerintah memiliki pengendalian atas saham suatu perusahaan. Tingkat kepemilikan pemerintah yang tinggi akan menimbulkan usaha pengendalian dan pengawasan yang lebih besar oleh pihak pemerintah, sehingga hal ini dapat mendorong perusahaan dalam meningkatkan kualitas environmental disclosure. Hal ini semakin diperkuat oleh Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa perusahaan tambang harus melepas 51% kepemilikannya kepada negara atau pemilik lokal. Kepemilikan pemerintah yang lebih besar dari pihak asing akan menigkatkan pengendalian dan lebih memudahkan dalam pengawasannya. Berdasarkan penelitian terdahulu, Saftiana dan Sefrilia (2012) menyatakan bahwa faktor kepemilikan saham pemerintah berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia. Selain itu, hasil penelitian Fontana et al. (2015) menyatakan bahwa kepemilikan saham pemerintah memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan voluntary environmental disclosure pada perusahaan publik di Italia. Hasil ini memberikan arti bahwa pemerintah mengawasi dan memperhatikan kinerja perusahaan. Kinerja ini tercermin dalam laporan tahunan perusahaan, termasuk didalamnya pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Pemerintah menekan perusahaan untuk melaksanakan dan melaporkan praktik environmental disclosure dalam laporan tahunan perusahaan sebagai bentuk pelaksanaan Good Corporate Governance. Artinya, bahwa semakin besar komposisi kepemilikan saham pemerintah, maka kualitas environmental disclosure perusahaan akan
13 26 semakin baik. Atas dasar tersebut, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut ini. H 1 : Terdapat pengaruh positif antara komposisi kepemilikan pemerintah terhadap kualitas environmental disclosure. 2. Pengaruh Komposisi Kepemilikan Asing terhadap Kualitas Environmental Disclosure Kepemilikan saham asing adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham perusahaan di Indonesia. Menurut Machmud dan Djakman (2008), pemilik asing merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Fauzi (2006) menambahkan bahwa perusahaan di negara-negara Eropa sangat memperhatikan isu sosial seperti hak asasi manusia, pendidikan, tenaga kerja, dan isu-isu lingkungan. Kepemilikan asing umumnya didominasi oleh kepemilikan oleh institusi asing dibandingkan perorangan asing. Menurut Muttakin dan Subramaniam (2015), banyak pemegang saham asing yang merupakan perusahaan multinasional berinvestasi di perusahaan lokal, sehingga mereka memahami perbedaan dan memiliki pengetahuan yang luas mengenai nilainilai di satu negara dengan negara lain. Berdasarkan teori institusional, pemegang saham asing dapat memberikan tekanan yang bersifat mimetic kepada perusahaan. Dengan pengetahuan yang luas mengenai nilai-nilai yang terdapat di berbagai macam
14 27 negara, pemilik asing cenderung lebih sadar akan harapan masyarakat secara umum yang besar kepada perusahaan untuk melakukan tanggung jawab terhadap lingkungan. Kesadaran tersebut membuat pemilik asing mendorong manajemen untuk melakukan praktik-praktik yang menjadi nilai tambah perusahaan milik mereka lainnya atau perusahaan di negaranya, khususnya di negara maju. Di negara berkembang praktik environmental disclosure mungkin belum menjadi perhatian yang serius, namun di negara maju praktik semacam ini sudah umum dan bahkan menjadi kewajiban. Hal-hal semacam itulah yang menjadi pertimbangan para pemilik asing meniru praktik environmental disclosure dengan tujuan untuk memberi nilai tambah perusahaannya dengan para kompetitornya. Berdasarkan penelitian sebelumnya, Muttakin dan Subramaniam (2015) menyatakan bahwa komposisi kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan di India. Selain itu, hasil penelitian Almeida et al. (2015) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara komposisi kepemilikan asing terhadap tingkat environmental disclosure pada perusahaan-perusahaan besar di Brazil. Hal tersebut menggambarkan bahwa pemilik asing sangat concern terhadap isu-isu lingkungan sehingga sebagai pihak yang memiliki pengendalian terhadap kebijakan perusahaan. Selain itu, pemilik asing juga mampu mendorong perusahaan untuk berlaku secara etis dengan melakukan environmental disclosure sebagaimana yang dilakukan perusahaan-perusahaan yang telah sukses menerapkan praktik tersebut. Artinya, semakin besar komposisi
15 28 kepemilikan saham asing maka kualitas environmental disclosure perusahaan akan semakin baik. Atas dasar tersebut, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut ini. H 2 : Terdapat pengaruh positif antara komposisi kepemilikan asing terhadap kualitas environmental disclosure. 3. Pengaruh Keterlibatan Perusahaan di Asosiasi Bisnis terhadap Kualitas Environmental Disclosure Menurut Center for International Private Enterprise (CIPE), asosiasi bisnis didefinisikan sebagai berikut. Business associations including chambers of commerce and trade associations contribute to economic growth, development, peace, and prosperity. They play a key role in building inclusive entrepreneurship ecosystems and can bolster the ability of firms of all sizes to grow and create jobs. Through associations, the private sector can voice legitimate needs while engaging in a transparent policy reform process. Dalam arti lain, asosiasi bisnis merupakan perkumpulan/perserikatan/kelompok perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor yang sejenis. Asosiasi bisnis memiliki peran kunci dalam lingkungan berwirausaha yang dibentuk untuk mensinergikan seluruh anggotanya untuk mencapai tujuan industri mereka secara umum. Dalam era reformasi saat ini, keterbukaan dan pengungkapan (transparency and disclosure) merupakan salah satu prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang mendapat sorotan publik. Menurut Luhgiatno (2007), prinsip GCG dapat diterapkan dengan efektif jika pihak terkait seperti pemerintah dan otoritas tertentu memberikan dukungan kepada perusahaan
16 29 dengan mengeluarkan peraturan yang memungkinkan dapat dilaksanakannya GCG. Selain itu, peran asosiasi-asosiasi perusahaan di Indonesia perlu ditingkatkan. Berdasarkan teori institusional, asosiasi bisnis memberikan tekanan yang bersifat coercive kepada perusahaan. Asosiasi bisnis dalam menjalankan perannya saling terikat dengan pemerintah maupun perusahaan anggotanya. Pada umumnya asosiasi bisnis dibentuk dengan salah satu misi yaitu membantu pemerintah untuk menyuarakan regulasi-regulasi terkait dengan tata kelola perusahaan yang baik kepada anggotanya. Oleh karena itu, dalam praktiknya asosiasi bisnis dapat menekan perusahaan untuk mematuhi regulasi yang ada, dalam hal ini untuk meningkatkan kualitas environmental disclosure. Di samping itu juga, asosiasi bisnis dengan reputasi yang baik memiliki persyaratan khusus maupun aturan yang tegas bagi para anggotanya. Dalam arti lain, asosiasi bisnis memiliki kapasitas untuk menilai apakah perusahaan anggotanya telah menjalankan operasinya dengan baik atau belum, khususnya dalam hal konservasi lingkungan hidup dan praktik environmental disclosure. Jika perusahaan tidak melakukan aturan yang berlaku dalam asosiasi bisnis, bukan tidak mungkin perusahaan tersebut dapat dikenakan sanksi atau kehilangan status keanggotaannya. Dalam penelitian ini, asosiasi yang menjadi objek penelitian adalah Asosiasi Pertambangan Indonesia (API) yang dinilai memiliki reputasi yang sangat baik karena merupakan asosiasi induk dari seluruh sektor
17 30 pertambangan di Indonesia. Dalam profilnya, API bertujuan mendorong setiap anggotanya untuk mematuhi segala regulasi pemerintah terkait dengan aktivitas bisnisnya. Salah satunya adalah regulasi mengenai kewajiban untuk melakukan pengungkapan aktivitas tanggung jawab sosial dan lingkungan sesuai dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun Peneliti belum menemukan penelitian terdahulu yang membahas mengenai keterkaitan antara variabel keterlibatan perusahaan di asosiasi bisnis dengan kualitas environmental disclosure. Secara konsep, asosiasi bisnis memiliki peran pengawasan dan penilaian terhadap perusahaan anggotanya, sehingga dengan adanya upaya pengawasan maupun penilaian, perusahaan akan mendapatkan tekanan yang lebih besar yang mendorong mereka untuk melakukan environmental disclosure. Berdasarkan konsep tersebut, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut ini. H 3 : Terdapat pengaruh positif antara keterlibatan perusahaan di asosiasi bisnis terhadap kualitas environmental disclosure.
BAB I PENDAHULUAN. perusahaan di asosiasi bisnis terhadap kualitas environmental disclosure
BAB I PENDAHULUAN Bab yang pertama ini akan menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan dalam penelitian ini. A. Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan akhir-akhir ini semakin marak dibahas di dunia baik di media cetak, elektronik maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumbangan yang maksimum kepada masyarakat. Namun, seiring berjalannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat, dimana menurut pendekatan teori akuntansi tradisional,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama kurun waktu 20-30 tahun terakhir ini, kesadaran masyarakat akan peran perusahaan dalam lingkungan sosial semakin meningkat. Banyak perusahaan besar
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal
PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Tanggung jawab sosial merupakan suatu kewajiban yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan telah menjadi isu perkembangan utama perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu kepedulian organisasi bisnis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial atau yang biasa disebut dengan CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. keputusan. Menurut Daud dan Abrar (2008) kelompok inilah yang menjadi
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Stakeholder Stakeholder dapat diartikan sebagai pemangku kepentingan dalam hal ini orang atau kelompok yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian media. Namun, tentunya media tidak bisa meliput setiap perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media merupakan salah satu pemangku kepentingan dalam perusahaan. Keberadaan media tentu membawa dampak bagi perusahaan, baik yang bersifat positif maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Kotler dan Nancy (2005) Corporate Social Responsibility (CSR)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Kotler dan Nancy (2005) Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan akhir-akhir ini semakin marak dibahas di dunia baik di media cetak, elektronik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin masih kurang populer di kalangan pelaku bisnis di Indonesia. Namun, tidak berlaku
Lebih terperinciBAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate social responsibility sejak beberapa tahun belakangan seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada pemangku kepentingan (stakeholders). Praktik pengungkapan CSR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) merupakan salah satu dari beberapa tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan (stakeholders).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR), belakangan ini patut untuk dirayakan. Corporate Social Responsibility (CSR) memang sedang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan pasar, perusahaan harus secara serius dan terbuka memperhatikan Pertanggungjawaban
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Menurut Gray et al., (1995) teori kecenderungan pengungkapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Urian Teoritis 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus mampu memberikan
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. untuk menjawab tantangan yang terus berkembang di industri telekomunikasi dalam
Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyediakan layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. PT Telekomunikasi Indonesia,
Lebih terperincistakeholders dikategorikan dalam 2 kelompok yaitu stakeholders primer (pelanggan, pemasok, pemodal, dan karyawan) dan stakeholders sekunder
BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stakeholders Stakeholders atau pemangku kepentingan merupakan pihak yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tujuan perusahaan (Freeman and McVea,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk aktivitas tangggung jawab sosial perusahaan dengan cepat. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat dan informasi menjadi semakin mudah diakses. Dunia ekonomi semakin transparan. Era keterbukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap lingkungan dan stakeholder,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketatnya persaingan usaha menuntut banyak perusahaan di Indonesia untuk lebih transparan dalam mengungkap informasi perusahaan (Fuad,2006). Dalam menghadapi dampak
Lebih terperinciCorporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian
Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Konseptualisasi CSR Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Indah Widowati, MP. Eko Murdiyanto, SP., M.Si. Pertemuan-1 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS UPN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal sebagai Corporate
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) dalam zaman sekarang ini sudah menjadi fenomena global.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders) tapi juga untuk
Lebih terperinciPENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN
PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Signal Theory Teori sinyal atau signal theory menjelaskan mengenai bagaimana manajemen mampu memberikan sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan yang akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia usaha tidak hanya memperhatikan informasi laporan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting lainnya yaitu
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tetapi juga untuk kemaslahatan sosial. Dari segi ekonomi, perusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran perusahaan sebagai bagian dari masyarakat seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan dituntut untuk memberikan kontribusinya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengungkapan informasi oleh perusahaan merupakan hal yang penting khususnya bagi para investor. Pengungkapan informasi tersebut disajikan perusahaan dalam bentuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Meski bukan lagi menjadi isu baru, CSR dapat menjembatani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi telah mempengaruhi beberapa aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang paling signifikan perubahannya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) semakin banyak dibahas di kalangan bisnis.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sosial berkaitan dengan perkembangan bisnis di era global. Perkembangan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Fenomena yang sering terjadi belakangan ini adalah isu lingkungan dan sosial berkaitan dengan perkembangan bisnis di era global. Perkembangan sektor industri
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori stakeholder mengungkapkan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengungkapkan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus dapat memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan. Perusahaan tidak harus mengembangkan diri dengan tidak memperhatikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan. Perusahaan tidak harus mengembangkan diri dengan tidak memperhatikan masyarakat dan lingkungan, dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan sosial ekonomi yang semakin pesat mengakibatkan adanya revolusi perubahan bagi dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) pertama kali dikemukakan oleh Howard R. Bowen pada tahun 1953. Setelah itu,csr
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jawab sosial dan peningkatkan kesejahteraan sosial. Sehingga perusahaan bukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan tidak hanya bertujuan untuk memaksimalkan laba yang diperoleh. Namun dalam menjalankan perusahaannya diperlukan sebuah tanggung jawab sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaporan merupakan komponen penting dalam setiap kegiatan, baik sebagai media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring bagi perusahaan terbuka.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isu menarik di tahun ini adalah pertanggungjawaban sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen perusahaan dalam berkontribusi terhadap
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan
BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara investor dengan perusahaan yang dilakukan melalui perdagangan instrumen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal saat ini telah meningkat dengan sangat pesat. Bisnis investasi akan menjadi semakin kompleks dan diikuti dengan tingkat persaingan yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dewasa ini masyarakat semakin cermat dalam menilai dampak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini masyarakat semakin cermat dalam menilai dampak sosial yang ditimbulkan perusahaan dari proses produksinya. Selain proses produksi yang digunakan perusahaan,
Lebih terperinciBAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar perusahaan, terutama di Indonesia saat ini masih fokus untuk mengungkapkan laporan keuangan yang berkaitan dengan kinerja keuangan saja. Laporan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu lingkup dimana orang melakukan kegiatan usaha demi mendatangkan keuntungan atau laba. Selain mencari keuntungan, perusahaan juga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya isu kedermawanan sosial perusahaan belakangan ini mengalami perkembangan yang sangat pesat sejalan dengan berkembangnya konsep tanggung jawab sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada para investor, kreditur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang sedang berkembang dewasa ini menuntut perubahan tatanan kehidupan baru dalam berbagai bidang politik, ekonomi dan sosial budaya. Kecenderungan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability) hanya akan terjamin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan manufaktur yang sangat pesat menciptakan persaingan usaha yang semakin ketat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate social responsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan wujud tanggungjawab dan sikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat memberikan dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi Negara tersebut. Salah satu dampak positif dari pekembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk bisnis. Para stakeholders seperti investor, pemerintah, dan masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi ini, informasi memegang peranan penting dalam segala aspek, termasuk bisnis. Para stakeholders seperti investor, pemerintah, dan masyarakat
Lebih terperincipemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi membuat kesadaran akan penerapan tanggung jawab sosial menjadi penting seiring dengan semakin maraknya kepedulian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baku yang digunakan oleh pabrik-pabrik berasal dari alam. Seiring dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perindustrian tidak hanya ditopang oleh adanya sumber daya manusia saja, melainkan juga sumber daya alam. Hal itu dikarenakan, bahan baku yang digunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya bertanggungjawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan perekonomian dan masyarkat luas, sehingga suatu perusahaan tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan pada masa kini mengalami pergeseran paradigma. Perusahaan tidak satu-satunya mempunyai tujuan utama dalam menghasilkan laba, namun perusahaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Signaling theory merupakan sinyal-sinyal informasi yang dibutuhkan oleh
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Signaling Theory Signaling theory merupakan sinyal-sinyal informasi yang dibutuhkan oleh investor untuk mepertimbangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemanasan global telah menjadi berita sehari-hari sekarang. (Suartana,2010). Salah satu upaya tersebut terangkum dalam beragam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu informasi yang sering diminta untuk diungkapkan perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan.tanggung jawab sosial perusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu entitas yang di dalamnya terdapat sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan,
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan, dimana nilai perusahaan dijadikan indikator bagi investor untuk pengelolaan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi. pertanggungjawaban kinerja organisasi.
BAB I 1.1 Pengantar PENDAHULUAN Tuntutan mengenai pengelolaan suatu organisasi berdasarkan sistem tata kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi organisasi di sektor pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan sejumlah laba yang diinginkan. Dalam melakukan kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini mempunyai berbagai macam kegiatan untuk mendapatkan sejumlah laba yang diinginkan. Dalam melakukan kegiatan perusahaan menimbulkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum, perusahaan atau business merupakan suatu organisasi atau lembaga dimana sumber daya (input) dasar seperti bahan baku dan tenaga kerja dikelola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. calon investor untuk mengambil keputusan. Informasi yang lengkap dan akurat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi adalah kebutuhan yang menjadi dasar bagi para investor dan calon investor untuk mengambil keputusan. Informasi yang lengkap dan akurat memungkinkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir seluruh perusahaan yang ada di setiap negara berlomba-lomba untuk menjalankan bisnisnya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan community empowerment developing program, community. based resources management, community based development
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Community development merupakan cikal bakal dari munculnya CSR. Community development (comdev) dengan berbagai istilah banyak dikenal dengan community empowerment developing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan global
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan global warming telah menggerakkan pemerintah negara-negara maju dan berkembang untuk ambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi lingkungan sekitar perusahaan yang sehat dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tetapi setiap orang dapat berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pemikiran yang mendasari teori institusional (Institutional Theory) adalah
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Institusional Pemikiran yang mendasari teori institusional (Institutional Theory) adalah didasarkan pada pemikiran bahwa untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi adalah sesuatu hal yang pasti. Perkembangan teknologi semakin lama semakin berkembang dengan pesat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan dewasa ini telah banyak dirasakan dampak paham ekonomi kapitalis. Banyak perusahaan yang dalam kegiatannya
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN
54 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengujian statistik serta pembahasan seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin maraknya komitmen untuk melaksanakan good governance. Pelaksanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan di Indonesia pada saat ini semakin tumbuh dan berkembang, baik di dalam jumlah maupun jenis usaha yang dijalankan. Pada umumnya, tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam akuntansi konvensional, pusat perhatian perusahaan hanya terbatas kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan kontribusinya bagi perusahaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kinerja keuangan perusahaan namun juga ingin mengetahui mengenai kinerja non
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diera globalisasi saat ini kondisi keuangan saja tidak cukup untuk menjamin nilai perusahaan yang berkelanjutan, hal ini dikarenakan tuntutan dari para stakeholder
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah tujuan yang seharusnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah tujuan yang seharusnya dicapai untuk menarik stakeholders untuk membantu menunjang kegiatan operasional perusahaan.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theory Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dalam suatu periode tertentu dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Profitabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selama beberapa tahun terakhir ini. Banyak orang berbicara tentang CSR dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang selanjutnya disebut CSR menjadi topik hangat yang sering dibicarakan selama beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat atau lingkungan sekitar (Hexa, 2008). Dewasa ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan entitas ekonomi yang dalam menjalankan kegiatan usahanya didukung oleh berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut antara lain pemegang saham,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai dengan dominasi mesin sebagai alat produksi (Kartasasmita, 1996). Revolusi ini melahirkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Sinyal Pengungkapan sustainability report bertujuan untuk menyediakan informasi tambahan mengenai kegiatan perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan isu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Saat ini International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan isu hangat yang sedang marak diperbincangkan di berbagai negara. IFRS merupakan standar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang memiliki tujuan. Salah satu tujuan perusahaan yaitu untuk memenuhi kepentingan para stakeholder.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab perusahaan terhadap para stakeholder yang memunculkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggung jawab perusahaan terhadap para stakeholder yang memunculkan istilah tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Sudah lama kita ketahui bahwa tujuan umum dari sebuah usaha didirikan adalah untuk mencari keuntungan atau laba, laba sendiri merupakan hasil yang diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama ini, akuntansi konvensional hanya menyediakan informasi bagi
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Selama ini, akuntansi konvensional hanya menyediakan informasi bagi pemilik modal saja (investor dan kreditor). Sementara, pihak-pihak lain yang juga membutuhkan informasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai tahun 2015 ini. Secara
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Implementasi perjanjian ASEAN Free Trade Area (AFTA) atau biasa disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai tahun 2015 ini. Secara umum perjanjian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai
18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, laporan keuangan digunakan sebagai salah satu sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai kinerja perusahaan, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk fokus pada pengembangan hubungan sosialnya kepada stakeholders
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring berkembangnya jaman yang semakin modern ini menjadikan dunia bisnis menuntut perusahaan untuk berkompetisi dan mempertahankan usahanya. Hal ini dimaksudkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh
Lebih terperinci