Buku 2: Pedoman InnasVPDV10

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Buku 2: Pedoman InnasVPDV10"

Transkripsi

1

2 ii Buku 2: Pedoman InnasVPDV10

3 KATA PENGANTAR Buku 2 ini merupakan buku pedoman yang disusun dalam rangka Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2013 (VPDP13). Buku ini memuat pedoman bagi para Petugas Pencacah dan Pengawas/Pemeriksa dalam pelaksanaan survei tersebut. Disamping memuat petunjuk teknis atau prosedur standar operasional yang berkaitan dengan tata cara pencacahan, buku ini dimaksudkan pula agar para petugas memiliki keseragaman pemahaman tentang konsep dan definisi yang berlaku serta keseragaman pemahaman dalam pengisian kuesioner. Saya mengharapkan agar semua pihak yang terkait dalam survei ini khususnya para petugas lapangan membaca dan menggunakan buku pedoman ini secara sungguhsungguh dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dapat diperoleh hasil pendataan yang maksimal sesuai tujuan dan target yang telah ditetapkan. Akhirnya saya ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh jajaran BPS-RI di Pusat dan Daerah serta para petugas lapangan atas kontribusinya dalam pelaksanaan survei ini. Selamat Bekerja. Jakarta, Mei 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Dr.SURYAMIN, M.Sc. NIP Buku2: Pedoman Lapangan VPDP13 i

4 ii Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13

5 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... i iii v BAB I PENDAHULUAN Umum Landasan Hukum Tujuan Cakupan Komoditi Cakupan Wilayah Jadwal Pelaksanaan Dokumen (Kuesioner dan Buku Pedoman) Arus Dokumen... 4 BAB II ORGANISASI LAPANGAN Organisasi Lapangan Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Survei Petugas Pemeriksa (PMS) Petugas Pencacah (PCS)... 7 BAB III METODOLOGI Ruang Lingkup Cakupan KBLI Komoditi Terpilih Kerangka Sampel Jumlah Sampel Alokasi Sample Per Komoditi Menurut Kabupaten Metode Pemilihan Sampel Metode Pengumpulan Data Daftar VPDP13-DSP.PEDAGANG dan Daftar VPDP13-DSP.PRODUSEN Penentuan Nomor Urut Perusahaan Perdagangan Buku2: Pedoman Lapangan VPDP13 iii

6 BAB IV TEKNIK DAN ETIKA BERWAWANCARA Teknik Berwawancara Etika Berwawancara BAB V PEDOMAN PENGISIAN DAFTAR Petunjuk Pengisian Daftar Konsep dan Definisi Umum Pengisian Daftar VPDP13-PEDAGANG Pengisian Daftar VPDP13-PRODUSEN BAB VI PEMERIKSAAN KONSISTENSI ISIAN DAFTAR VPDP Pemeriksaan Secara Umum Pemeriksaan Untuk Isian Daftar VPDP-13.PEDAGANG Pemeriksaan Untuk Isian Daftar VPDP-13.PRODUSEN LAMPIRAN iv Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13

7 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Contoh VPDP13-DSP.PEDAGANG Lampiran 2. Tabel 6. Alokasi sampel menurut Kabupaten, Komoditi, dan Status Responden Lampiran 3.`Tabel 7. Alokasi sampel menurut Kabupaten, Komoditi, dan Status Responden (rekapan) Lampiran 4. Kuesioner VPDP-13.PEDAGANG Lampiran 5. Kuesioner VPDP-13 PRODUSEN Lampiran 6. Tanda Terima Daftar VPDP-13 PEDAGANG/PRODUSEN Buku2: Pedoman Lapangan VPDP13 v

8 vi Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Pola distribusi perdagangan menggambarkan rantai distribusi suatu barang mulai dari produsen hingga konsumen. Rantai ini mempunyai peran penting dalam perekonomian masyarakat, karena selain merupakan penghubung antara produsen dengan konsumen juga dapat memberikan nilai tambah pada pelakunya. Rantai distribusi yang baik mampu menggerakkan suatu barang dari produsen ke konsumen dengan biaya yang serendahrendahnya dan mampu memberikan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen akhir kepada semua pihak yang terlibat di dalamnya. Pola distribusi barang kebutuhan masyarakat saat ini diduga masih bermasalah. Hal ini terlihat dari melambungnya harga barang kebutuhan masyarakat, serta kelangkaan barang tersebut di beberapa daerah. Selain itu, rasa kepuasan yang belum merata antara produsen, lembaga-lembaga usaha perdagangan (dalam tata niaga) dan konsumen juga menjadi masalah dalam distribusi barang. Untuk mengetahui dimana letak permasalahannya dipandang perlu untuk dilakukan Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi. Pada tahun 2013 Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengadakan Survei Pola Distribusi (Survei Poldis) Perdagangan Beberapa Komoditi. Kegiatan ini sangat penting dilakukan karena hasilnya bisa digunakan sebagai upaya untuk mendapatkan gambaran pola distribusi perdagangan dalam negeri dan dapat dibangun sistem pola distribusi perdagangan yang lebih baik. Selain itu, dapat diperoleh margin perdagangan dan pengangkutan dari komoditi yang diteliti. Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2013 dilaksanakan di seluruh provinsi, mencakup ibukota provinsi,beberapa kota SBH dan kabupaten/kota potensi komoditi terpilih. Secara keseluruhan survei ini mencakup 168 kabupaten/kota terdiri dari 33 ibukota provinsi dan 135 kabupaten/kota potensi komoditi terpilih. Komoditi yang dicakup dalam survei ini adalah sebanyak 7 jenis, yaitu:daging sapi lokal, daging sapi impor, beras premium, beras medium, gula pasir, kedelai lokal dan kedelai impor. Hasil Survei Poldis Perdagangan 2013 di 33 provinsi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan data tentang pola distribusi perdagangan untuk komoditi-komoditi terpilih dan Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13 1

10 sekaligus dapat digunakan sebagai masukan untuk penyempurnaan Survei Poldis Perdagangan pada masa yang akan datang. Buku Pedoman Pencacah dalam kegiatan Survei Poldis Perdagangan 2013 merupakan pedoman bagi petugas pencacah untuk melakukan pencacahan perusahaan/usaha dengan benar sehingga menghasilkan data statistik yang berkualitas. 1.2 Landasan Hukum Landasan hukum pelaksanaan Survei Poldis Perdagangan 2013 adalah: a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik. b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik c. Peraturan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik d. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pusat Statistik. 1.3 Tujuan Survei Poldis Perdagangan 2013 di 33 provinsi mempunyai tujuan, yaitu: a. Mendapatkan Pola Penjualan Produksi. b. Mendapatkan Pola Distribusi Perdagangan. c. Mendapatkan Peta Wilayah Penjualan Produksi. d. Mendapatkan Peta Wilayah Distribusi Perdagangan. e. Memperoleh data tentang margin perdagangan dan pengangkutan mulai tingkat pedagang besar sampai dengan pedagang eceran. 1.4 Cakupan Komoditi Penentuan komoditi dalam survei ini adalah komoditi strategis, yaitu komoditikomoditi yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Komoditi yang dalam Survei Biaya Hidup paling banyak dikonsumsi masyarakat. b. Komoditi yang dalam pembentukan inflasi cukup berperan. c. Komoditi yang dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) mempunyai kontribusi cukup besar. d. Komoditi yang memiliki dampak cukup besar terhadap kebutuhan masyarakat. Berdasarkan 4 kriteria di atas, maka dipilih 4 komoditi dengan jenis/kualitas komoditi seperti pada tabel berikut: 2 Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13

11 Tabel 1. Jenis Komoditi Terpilih Komoditi Jenis Komoditi (1) (2) 1. Daging Sapi 1. Daging Sapi Lokal 2. Daging Sapi Impor 2. Beras 3. Beras Premium 4. Beras Medium 3. Gula Pasir 5. Gula Pasir 4. Kedelai 6. Kedelai Lokal 7. Kedelai Impor 1.5 Cakupan Wilayah Cakupan wilayah survei meliputi 135 kabupaten/kota di 33 provinsi dengan jumlah sampel sebanyak perusahaan/usaha perdagangan dan produsen. Untuk selengkapnya mengenai alokasi sampel menurut wilayah dapat dilihat pada lampiran Jadwal Pelaksanaan Jadwal pelaksanaan Survei Poldis Perdagangan 2013 adalah: Pencetakan Kuesioner dan Buku Pedoman Minggu III Mei 2013 Pengiriman dokumen dari BPS RI ke Provinsi Minggu IV Mei 2013 Pelaksanaan Lapangan Minggu I Juni Minggu IV Juni 2013 Pemeriksaan oleh Daerah Minggu II Juni Minggu II Juli 2013 Revisit oleh Daerah Minggu II Juni Minggu I Juli 2013 Pengiriman dokumen dari Provinsi ke BPS RI Minggu I Minggu IV Juli 2013 Pengolahan di BPS RI Minggu II Juli Minggu IV Agustus 2013 Persiapan Penyusunan Laporan Minggu I Minggu IV September 2013 Penyusunan Laporan Minggu I IV Oktober 2013 Penggandaan Laporan Minggu I IV November 2013 Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13 3

12 1.7 Dokumen (Kuesioner dan Buku Pedoman) a. Jenis daftar dan kuesioner yang digunakan untuk pencacahan meliputi: No Jenis Daftar/Kuesioner Kegunaan (1) (2) (3) 1. VPDP13-DSP.PEDAGANG VPDP13-DSP.PRODUSEN (Daftar Sampel Perusahaan) Petunjuk bagi petugas untuk mengetahui nama dan alamat perusahaan/usaha perdagangan dan produsen yang akan dicacah 2. VPDP-13.PEDAGANG Kuesioner untuk mencacah perusahaan/usaha perdagangan 3. VPDP-13.PRODUSEN Kuesioner untuk mencacah perusahaan/usaha b. Buku Pedoman yang digunakan meliputi: pertanian dan industri pengolahan No Buku Pedoman Kegunaan (1) (2) (3) 1. Buku 1 Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota 2. Buku 2 Pedoman Pencacah 3. Buku 3 Pedoman Pengawas/Pemeriksa 4. Buku 4 Pedoman Editing/Coding 5. Buku 5 Pedoman Pengolahan 1.8 Arus Dokumen BPS-RI BPS Provinsi BPS Kab/Kota Pencacah/Pemeriksa - VPDP13-DSP - VPDP-13.PEDAGANG - VPDP-13.PRODUSEN - Buku 1 - Buku 2 - Buku 3 - Buku 4 - Buku 5 - VPDP13-DSP - VPDP-13.PEDAGANG - VPDP-13.PRODUSEN - Buku 1 - Buku 2 - Buku 3 - VPDP13-DSP - VPDP-13.PEDAGANG - VPDP-13.PRODUSEN - Buku 1 - Buku 2 - Buku 3 - VPDP13-DSP - VPDP-13.PEDAGANG - VPDP-13.PRODUSEN - Buku 2 - Buku 3 - VPDP-13.PEDAGANG - VPDP-13.PRODUSEN - VPDP13-DSP - VPDP-13.PEDAGANG - VPDP-13.PRODUSEN - VPDP13-DSP - VPDP-13.PEDAGANG - VPDP-13.PRODUSEN - VPDP13-DSP 4 Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13

13 BAB II ORGANISASI LAPANGAN 2.1 Organisasi Lapangan Untuk memperlancar pelaksanaan lapangan serta seluruh kegiatan Survei Poldis Perdagangan 2013 dibentuk organisasi lapangan mulai dari tingkat pusat sampai dengan para pelaksana di lapangan. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang organisasi ini dapat dilihat pada bagan organisasi berikut ini: Gambar 1. Organisasi Lapangan Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2013 BPS-RI BPS PROVINSI BPS KAB/KOTA BPS KAB/KOTA 3 BPS KAB/KOTA PENGAWAS PENCACAH PENCACAH PENCACAH 2.2 Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Survei Tugas dan tanggung jawab organisasi lapangan Survei Poldis Perdagangan 2013 dari tingkat pusat sampai dengan para pelaksana di lapangan sebagai berikut: Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13 5

14 Tabel 2. Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2013 No. Petugas Tugas dan Tanggung Jawab (1) (2) (3) BPS-RI Tim VPDP13 Mengoordinasikan seluruh kegiatan baik di pusat maupun di daerah Bertanggung jawab terhadap hasil Survei Poldis Perdagangan 2013 tingkat Nasional Menyiapkan materi yang berkenaan dengan Survei Poldis Perdagangan BPS Provinsi Mengoordinasikan seluruh kegiatan di Provinsi dan Kabupaten/Kota Bertanggung jawab terhadap hasil Survei Poldis Perdagangan 2013 tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota 4. BPS Kabupaten/ Kota Mengoordinasikan seluruh kegiatan di Kabupaten/Kota Bertanggung jawab terhadap hasil Survei Poldis Perdagangan 2013 tingkat Kabupaten/Kota Pengawas/Pemeriksa Pencacah Mengoordinasikan seluruh kegiatan di Kabupaten/Kota/ Provinsi Bertanggung jawab terhadap hasil pencacahan Survei Poldis Perdagangan 2013 Bertanggung jawab melakukan pencacahan Survei Poldis Perdagangan Petugas Pengawas/Pemeriksa (PMS) a. Memahami isi buku pedoman PCS dan PMS Survei Poldis Perdagangan b. Bersama dengan PCS mencermati daftar sampel perusahaan terpilih serta jenis dokumen yang digunakan dan wilayah kerjanya sebelum melakukan pencacahan. c. Memberitahukan dan minta izin pihak pengelola/administrator di pusat perkantoran, pusat perbelanjaan, jika responden berada di pusat perkantoran/pusat perbelanjaan. d. Melakukan pengawasan lapangan secara rutin dan melaporkan kepada BPS 6 Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13

15 Kabupaten/ Kota/Provinsi apabila ada permasalahan yang perlu segera diselesaikan. e. Mengikuti pertemuan petugas yang dikoordinir oleh BPS Kabupaten/Kota/Provinsi, kemudian membuat laporan tentang berbagai permasalahan yang dihadapi di lapangan dan cara mengatasinya ke BPS Kabupaten/Kota/Provinsi. f. Mengisi laporan kemajuan pelaksanaan pencacahan secara berkala kepada BPS Kabupaten/Kota/Provinsi. g. Melakukan pemeriksaan dokumen hasil pelaksanaan pencacahan dengan cermat dan teliti serta menyerahkan hasilnya kepada BPS kabupaten/kota/provinsi. h. Mengisi kode KBLI pada Blok II rincian 1 VPDP-13.PEDAGANG berdasarkan uraian kegiatan utama perusahaan/usaha. i. Menepati jadwal pelaksanaan Survei Poldis Perdagangan Petugas Pencacah (PCS) a. Memahami isi buku pedoman PCS Survei Poldis Perdagangan b. Mengamati wilayah kerjanya sebelum melakukan pencacahan dengan VPDP13-DSP. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi lewat cacah atau ganda cacah. c. Memberitahukan dan minta izin pihak pengelola atau administrator di pusat gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, atau aparat desa/lurah, RW dan RT sebelum melakukan pencacahan pada wilayah tersebut. d. Melakukan pencacahan setiap perusahaan/usaha yang ada dalam VPDP13-DSP yang terdapat pada wilayah kerjanya. e. Mengikuti pertemuan dengan pengawas untuk membahas berbagai temuan/masalah di lapangan dan cara mengatasinya. f. Melakukan pencacahan ulang responden yang bermasalah dengan disertai pengawas. g. Melaporkan hasil pengecekan lapangan ke pengawas/pemeriksa atas keberadaan perusahaan yang tercatat dalam VPDP13-DSP, namun tidak ditemui di lapangan, atau perusahaan/usaha yang ditemui di lapangan, namun tidak memperdagangkan salah satu dari 7 jenis komoditi yang dicakup. h. Menepati jadwal pelaksanaan sesuai dengan yang telah ditentukan. Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13 7

16 8 Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13

17 BAB III METODOLOGI 3.1. Ruang Lingkup Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2013 dilaksanakan di seluruh provinsi, mencakup ibukota provinsi,beberapa kota SBH dan kabupaten/kota potensi komoditi terpilih. Secara keseluruhan survei ini mencakup 168 kabupaten/kota terdiri dari 33 ibukota provinsi dan 135 kabupaten/kota potensi komoditi terpilih. Komoditi yang dicakup dalam survei ini adalah sebanyak 7 jenis, yaitu:daging sapi lokal, daging sapi impor, beras premium, beras medium, gula pasir, kedelai lokal dan kedelai impor. Unit penelitian dalam survei ini adalah perusahaan perdagangan menengah, besar, dan kecil baik sebagai distributor, subdistributor, agen, subagen, pedagang grosir, pedagang pengumpul, eksportir, importir, maupun pengecer. Untuk perusahaan non perdagangan terdiri dari perusahaan/ usaha pertanian dan industri pengolahan. Responden perusahaan/usaha pertanian adalah petani kedelai. Sedangkan responden perusahaan/usaha industri pengolahan adalah perusahaan/usaha industri penggilingan padi, rumah potong hewan dan industri gula Cakupan KBLI Komoditi Terpilih No Tabel 3. Jenis Kegiatan Usaha dan Kode KBLI Menurut Jenis Komoditi Komoditi KBLI 2009 KBLI 2005 Deskripsi (1) (2) (3) (4) (5) 1 Beras Premium dan Beras Medium Industri penggilingan padi dan penyosohan beras , 53220, Perdagangan besar beras Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau di supermarket/minimarket Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau bukan di supermarket/minimarket (tradisional) Perdagangan eceran beras Perdagangan eceran kaki lima dan los pasar beras Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13 9

18 No Komoditi KBLI 2009 KBLI 2005 Deskripsi (1) (2) (3) (4) (5) Pertanian tanaman kedelai , 53211, Perdagangan besar padi dan palawija 2 Kedelai Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau di supermarket/minimarket Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau bukan di supermarket/minimarket (tradisional) Perdagangan eceran padi dan palawija Perdagangan eceran kaki lima dan los pasar komoditi padi dan palawija 3 Gula Pasir Industri gula pasir , 53220, Perdagangan besar gula, coklat, dan kembang gula Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau di supermarket/minimarket Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau bukan di supermarket/minimarket (tradisional) Perdagangan eceran kaki lima dan los pasar kopi, gula pasir, gula merah, dan olahan 4 Daging Sapi , 53220, Kegiatan rumah potong dan pengepakan daging bukan unggas Perdagangan besar daging sapi dan daging sapi olahan Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau di supermarket/minimarket Perdagangan eceran hasil peternakan Perdagangan eceran kaki lima dan los pasar komoditi hasil peternakan 10 Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13

19 3.3 Kerangka Sampel Kerangka sampel yang dibentuk terdiri dari kerangka sampel pedagang, dan kerangka sampel produsen komoditi non pertanian. Sedangkan untuk petani kedelai tidak dibentuk kerangka sampel tetapi langsung dipilih secara purposive dengan kriteria yang memiliki jumlah produksi terbesar di wilayah tersebut. Untuk produsen komoditi non pertanian, kerangka sampel berasal dari: 1) Direktori perusahaan industri gula pasir skala besar dan sedang 2) Direktori industri penggilingan padi hasil PIPA2012 dengan kriteria Blok II.2 R4 Tempat perusahaan/usaha industri penggilingan padi : tetap dan keliling, Blok II.2 R5aSkala perusahaan/usaha industri penggilingan padi : skala besar (> 3 ton beras/jam, skala sedang (1,5 3 ton beras/jam) dan skala kecil (< 1.5 ton beras/jam) 3) Direktori Rumah Potong Hewan khusus dipilih untuk ada kegiatan pemotongan sapi 4) Sumber Lain : berasal dari internet Sedangkan pembentukan kerangka sampel pedagang berasal dari berbagai macam sumber, yaitu dari: 1) SE06-UMB kategori G, yaitu perusahaan perdagangan menengah dan besar hasil Sensus Ekonomi 2006 Sensus Sampel. Dari data SE06-UMB kategori G bisa ditentukan fungsi kelembagaan perusahaan/usaha sebagai distributor, subdistributor, agen, subagen, pedagang grosir, pedagang pengumpul, eksportir, importir, dan pengecer dilakukan pendekatan berdasarkan hasil SE06-UMB kategori G, yang bersumber dari kuesioner SE06-UMB Distribusi Blok II.2 Rincian 6 (menurut asal barang) dan Rincian 8 (menurut penjualan barang). Sedangkan untuk perusahaan SE06-UMB yang nonresponse, tidak dapat dilakukan penentuan fungsi kelembagaan perusahaan/usaha. Tabel 4. Matrix Penentuan Fungsi Kelembagaan*) dalam Perusahaan/Usaha Perdagangan UMB No. Asalbarang Luar negeri Produsen Penjualan Pedagang lainnya Pemerintah /swasta Rumah tangga/ perorangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Melalui Importir Impor Sendiri Produsen (Kedelai) Produsen non pertanian Distributor/penyalur/agen Supermarket/swalayan Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13 11

20 6 Pedagang lainnya *) Kode fungsi kelembagaan: 1. Distributor 2. Subdistributor 3. Agen 4. Subagen 5. PedagangGrosir 6. Pedagang Pengumpul 7. Eksportir 8. Importir 9. Pengecer 2) Direktori perusahaan perdagangan dari asosiasi untuk perusahaan perdagangan. 3) Direktori perusahaan eksport impor 4) Perusahaan perdagangan kecil hasil Sensus Ekonomi 2006 Sensus Sampel yaitu SE06-UMK kategori G dengan nilai omset >500 juta rupiah. 5) Sumber Lain : berasal dari internet. Pada survei ini pencacahan perusahaan menggunakan pendekatan fungsi kelembagaan perusahaan dan komoditi yang diperdagangkan. Fungsi kelembagaan yang bersumber dari SE06-UMB merupakan proxy, sedangkan perusahaan dari sumber lain berdasarkan pengakuan responden. Gambar 1. Pembentukan Kerangka Sampel Pedagang 7 Komoditi terpilih SE06-UMB.G Perusahaan Perdagangan dari Asosiasi Perusahaan ekspor impor SE06-UMK, omset > 500 jt Sumber lainnya Proxy fungsi kelembagaan perusahaan Gabung Perusahaan unique? Tidak Drop out perusahaan Ya Kerangka Sampel Pedagang 12 Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13

21 Gambar 2. Pembentukan Kerangka Sampel Produsen 5 Komoditi terpilih Direktori RPH Direktori Industri Penggilingan Padi Direktori Industri Gula Pasir Skala Besar dan Sedang Sumber lainnya Gabung Perusahaan unique? Tidak Drop out perusahaan Ya Kerangka Sampel Produsen *) Unique = tidak ganda Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13 13

22 3.4 Jumlah Sampel Banyaknya sampel perusahaan/usaha/pengusaha perdagangan menengah dan besar serta produsen secara keseluruhan sebanyak perusahaan. Rincian banyaknya sampel untuk setiap provinsi adalah sebagai berikut: Tabel 5. Kabupaten/Kota Studi dan Banyaknya Sampel per Provinsi No Provinsi Kabupaten/Kota Jumlah Sampel (1) (2) (3) (4) 1 (11) Aceh (1109) Pidie, (1110) Bireuen,(1171) Banda Aceh 60 2 (12) Sumatera Utara (1202) Mandailing Natal, (1205) Tapanuli Utara, (1209) Simalungun, (1212) Deli Serdang, (1213) Langkat, (1273) Pematang Siantar, 200 (1275) Medan, (1277) Padang Sidimpuan 3 (13) Sumatera Barat (1303) Solok, (1307) Agam, (1309) Pasaman, (1312) Pasaman Barat,(1371) Padang,(1375) Bukittinggi (14) Riau (1403) Indragiri Hilir, (1409) Rokan Hilir, (1471) Pekanbaru, (1473) Dumai (15) Jambi (1507) Tanjung Jabung Barat, (1571) Jambi 55 6 (16) Sumatera Selatan (1607) Banyuasin, (1609) OKU Timur, (1671) Palembang, (1674) Lubuklinggau 90 7 (17) Bengkulu (1702) Rejang Lebong, (1705) Seluma, (1771) Bengkulu 55 8 (18) Lampung (1805) Lampung Tengah, (1806) Lampung Utara, (1871) Bandar Lampung, (1872) Metro 80 9 (19) Bangka Belitung (1902) Belitung, (1905) Bangka Selatan,(1971) Pangkal Pinang (21) Kepulauan Riau (2103) Natuna, (2172) Tanjung Pinang (31) DKI Jakarta (3171) Jakarta Selatan, (3172) Jakarta Timur, (3173) Jakarta Pusat, (3174) Jakarta Barat, 690 (3175) Jakarta Utara 12 (32) Jawa Barat (3201) Bogor, (3202) Sukabumi,(3203) Cianjur, (3204) Bandung, (3205) Garut, (3206) Tasikmalaya, (3207) Ciamis, (3209) Cirebon, (3210) Majalengka, (3211) Sumedang, (3212) Indramayu, (3213) Subang, (3215) Karawang, 550 (3271) Bogor, (3273) Bandung, (3274) Cirebon, (3275) Bekasi, (3276) Depok, (3278) Tasikmalaya 13 (33) Jawa Tengah (3301) Cilacap, (3302) Banyumas, (3305) Kebumen, (3308) Magelang, (3310) Klaten, (3312) Wonogiri, (3314) Sragen, (3315) Grobogan, (3316) Blora,(3319) Kudus, (3321) Demak, (3329) Brebes, (3372) Surakarta, (3374) Semarang, (3376) Tegal Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13

23 No Provinsi Kabupaten/Kota Jumlah Sampel (1) (2) (3) (4) 14 (34) DI Yogyakarta (3403) Gunung Kidul, (3404) Sleman, (3471) Yogyakarta (35) Jawa Timur (3505) Blitar, (3506) Kediri, (3507) Malang, (3508) Lumajang, (3509) Jember, (3510) Banyuwangi, (3511) Bondowoso, (3512) Situbondo, (3513) Probolinggo, (3514) Pasuruan,(3515) Sidoarjo, (3518) Nganjuk, 600 (3521) Ngawi, (3522) Bojonegoro, (3524) Lamongan, (3527) Sampang, (3529) Sumenep,(3572) Blitar, (3573) Malang, (3578) Surabaya 16 (36) Banten (3601) Pandeglang, (3602) Lebak, (3604) Serang, (3671) Tangerang,(3673) Serang, 145 (3674) Tangerang Selatan 17 (51) Bali (5101) Jembrana, (5102) Tabanan, (5104) Gianyar, (5108) Buleleng,(5171) Denpasar (52) Nusa Tenggara Barat (5202) Lombok Tengah, (5206) Bima,(5271) Mataram (53)Nusa Tenggara Timur (5312) Ngada, (5313) Manggarai,(5371) Kupang (61) Kalimantan Barat (6101) Sambas, (6107) Sintang, (6171) Pontianak (62) Kalimantan Tengah (6202) Kotawaringin Timur, (6203) Kapuas,(6271) Palangkaraya (63) Kalimantan Selatan (6301) Tanah Laut, (6302) Kota Baru, (6309) Tabalong,(6371) Banjarmasin (64) Kalimantan Timur (6402) Kutai Barat, (6403) Kutai Kartanegara, (6404) Kutai Timur, (6471) Balikpapan, (6472) 135 Samarinda, (6473) Tarakan 24 (71) Sulawesi Utara (7101) Bolaang Mongondow, (7102) Minahasa, (7171) Manado, (7172) Bitung (72) Sulawesi Tengah (7202) Banggai, (7208) Parigi Moutong,(7271) Palu (73) Sulawesi Selatan (7304) Jeneponto, (7305) Takalar, (7306) Gowa, (7308) Maros,(7311) Bone, (7371) 130 Makassar, (7373) Palopo 27 (74) Sulawesi Tenggara (7403) Konawe, (7405) Konawe Selatan,(7471) Kendari (75) Gorontalo (7502) Gorontalo, (7503) Pohuwato,(7571) Gorontalo (76) Sulawesi Barat (7602) Polewali Mandar, (7603) Mamasa, (7604) Mamuju (81) Maluku (8104) Buru, (8171) Ambon, (8172) Tual 40 Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13 15

24 No Provinsi Kabupaten/Kota Jumlah Sampel (1) (2) (3) (4) 31 (82) Maluku Utara (8201) Halmahera Barat, (8206) Halmahera timur, (8271) Ternate (91) Papua Barat (9105) Manokwari, (9171) Sorong (94) Papua (9401) Merauke, (9403) Jayapura,(9471) Jayapura 60 *) yang dicetak bergaris bawah dan miring adalah ibukota provinsi Jumlah Alokasi Sampel Per Komoditi Menurut Kabupaten/Kota Jumlah produsen dan perusahaan perdagangan berkategori pedagang besar dan eceran sudah dapat ditentukan dari hasil pembentukan kerangka sampel. Yang termasuk dalam kategori pedagang besar adalah fungsi kelembagaan perdagangan sebagai distributor, subdistributor, agen, subagen, pedagang grosir, pedagang pengumpul, eksportir dan importir. Sedangkan kategori pengecer adalah sisanya. Alokasi sampel dilakukan dengan mempertimbangkan distribusi dari fungsi kelembagaan dan jenis komoditi dalam satu provinsi. Sehingga secara umum semua komoditi bisa terwakili untuk semua fungsi kelembagaan. Penentuan suatu perusahaan dicacah untuk komoditi tertentu, sudah dapat ditentukan pada awal penentuan sampel terpilih, baik untuk pedagang besar dan eceran yang menjual komoditi spesifik maupunyang memperdagangkan bermacam-macam komoditi yang akan dicacah. Oleh karena itu,untuk menjaga agar sampel komoditi di pengecer tersebar secara proporsional, maka perlu dilakukan alokasi sampel untuk menentukan berapa jumlah perusahaan yang harus dicacah untuk suatu komoditi.tahapan pengalokasian sampel menurut komoditi untuk pengecer adalah sebagai berikut: Dari kerangka sampel dialokasikan sampel perusahaan yang memperdagangkan komoditi tertentu. Kemudian di alokasikan menurut distribusi fungsi kelembagaan dalam satu provinsi. 3.6 Metode Pemilihan Sampel Metode pemilihan sampel dilakukan dengan memperhatikan komoditi utama yang diperdagangkan berdasarkan 7 komoditi terpilih. Untuk perusahaan yang bersumber dari SE06-UMB, seluruhnya diambil sebagai perusahaan sampel, sedangkan sisanya dipilih secara sistematik pada setiap komoditi. Jika jumlah perusahaan/usaha dalam kerangka 16 Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13

25 sampel tidak mencukupi, maka seluruh perusahaan/usaha akan dicacah. Sedangkan sampel industri pengolahan dipilih dari kerangka sampel industri pengolahan secara sistematik sampling. 3.7 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dari perusahaan/usaha/pengusaha terpilih dilakukan melalui wawancara tatap muka antara pencacah dengan responden. Untuk perusahaan-perusahaan yang relatif besar, pengumpulan data mungkin lebih dari satu kali kunjungan. Jika pada saat pencacahan, perusahaan/usaha telah berubah dari pedagang ke produsen maka pengawas harus mencari perusahaan/usaha yang memperdagangkan komoditi dan fungsi kelembagaan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel pengganti secara purposive Jika pada saat pencacahan, perusahaan/usaha telah berubah dari produsen ke pedagang maka pengawas harus mencari perusahaan/usaha yang memproduksi komoditi yang sama untuk dijadikan sebagai sampel pengganti secara purposive Jika pada saat pencacahan, komoditi dengan yang diperdagangkan bukan merupakan komoditi seperti yang tercantum pada Daftar VPDP12- DSP.PEDAGANG, maka pengawas a. Jika perusahaan/usaha merupakan pedagang besar, harus mencari perusahaan/usaha yang memperdagangkan komoditi dengan fungsi kelembagaan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel pengganti secara purposive b. Jika Perusahaan/usaha merupakan pedagang eceran, pengawas harus memeriksa terlebih dahulu keterwakilan komoditi dalam satu provinsi, bila sudah ada wakilnya maka cukup diganti komoditi sesuai dengan yang dijual oleh pedagang (harus termasuk dalam 7 komoditi). Jika belum ada keterwakilan komoditi dengan kualitas/merk/jenis seperti yang tercantum pada Daftar VPDP13-DSP.PEDAGANG dalam satu provinsi maka harus mencari perusahaan/usaha yang memperdagangkan komoditi dengan fungsi kelembagaan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel pengganti secara purposive Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13 17

26 Jika pada saat pencacahan, komoditi yang diproduksi bukan merupakan komoditi seperti yang tercantum pada Daftar VPDP13-DSP.PRODUSEN, maka pengawas harus mencari perusahaan/usaha yang memproduksi komoditi yang sama untuk dijadikan sebagai sampel pengganti secara purposive. Nomor urut perusahaan untuk sampel pengganti dimulai dari 8000 untuk setiap kabupaten/kota. Untuk Perusahaan/usaha yang terpilih sampel secara purposive nomor urutnya dimulai dari 9000 untuk setiap kabupaten/kota. Gambar 3. Alur Pencacahan Pedagang 18 Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13

27 Gambar 4. Alur Pencacahan Produsen 3.8 Daftar VPDP13-DSP.PEDAGANG dan VPDP13-DSP.PRODUSEN Daftar VPDP13-DSP adalah daftar yang memuat nama perusahaan/usaha yang terpilih sebagai sampel untuk pedagang maupun produsen. Berdasarkan daftar ini, PCS mengunjungi dan melakukan pencacahan perusahaan/usaha yang menjadi beban tugasnya. Keterangan rincian dan kolom Daftar VPDP13-DSP.PEDAGANG dan VPDP13- DSP.PRODUSEN adalah sebagai berikut: 1. Rincian Provinsi, yang tercantum pada rincian ini adalah kode dan nama provinsi. 2. Rincian Kabupaten/Kota, yang tercantum pada rincian ini adalah kode dan nama kabupaten/kota. 3. Rincian Kecamatan, yang tercantum pada rincian ini adalah kode dan nama kecamatan 4. Kolom (1): No, yang tercantum pada kolom ini adalah nomor urut. 5. Kolom (2): Nomor Urut Perusahaan, yang tercantum pada kolom ini adalah nomor urut perusahaan/usaha yang terpilih sebagai sampel dalam suatu kabupaten/kota. 6. Kolom (3): Nama Lengkap Perusahaan/Usaha, yang tercantum pada kolom ini adalah nama perusahaan/usaha yang terpilih sebagai sampel. 7. Kolom (4): Alamat, yang tercantum pada kolom ini adalah alamat dari perusahaan/usaha yang tercantum pada kolom (3). Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13 19

28 8. Kolom (5): Kegiatan Utama, yang tercantum pada kolom ini adalah kegiatan utama perusahaan/usaha yang terpilih sebagai sampel. 9. Kolom (6): KBLI - Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, merupakan KBLI dari kegiatan utama. 10. Kolom (7): Jenis komoditi yang diperdagangkan/dihasilkan 11. Kolom (8): Fungsi kelembagaan yang diidentifikasi dari frame 12. Kolom (9): Hasil pencacahan, kolom ini berisi kode kondisi hasil pencacahan perusahaan/usaha, yaitu: 1 = Ditemukan, dan jenis komoditi yang diperdagangkan/diproduksi sesuai dengan daftar VPDP13-DSP.PEDAGANG atau daftar VPDP13-DSP.PRODUSEN 2 = Ditemukan, namun jenis komoditi yang diperdagangkan/diproduksi tidak sesuai dengan daftar VPDP13-DSP.PEDAGANG atau daftar VPDP13-PRODUSEN 3 = Ditemukan, tetapi bukan sebagai pedagang (Untuk VPDP13-DSP.PEDAGANG) atau Ditemukan, tetapi bukan sebagai produsen (Untuk VPDP13-DSP.PRODUSEN) 4 = Pindah dan tidak dapat ditelusuri 5 = Tutup 6 = Tidak Ditemukan 7 = Ganda/double 3.9 Penentuan Nomor Urut Perusahaan Pedagang Nomor urut perusahaan dibangun per kabupaten berdasarkan tahapan sebagai berikut: a. Berdasarkan hasil penentuan fungsi kelembagaan perusahaan/usaha dari SE06- UMB-G, tentukan nomor urut perusahaan, dimulai dari fungsi kelembagaan perusahaan perdagangan sebagai distributor, setelah selesai memberi nomor urut seluruh perusahaan distributor, kemudian dilanjutkan untuk subdistributor, agen, subagen, eksportir dan seterusnya sampai pengecer. b. Untuk perusahaan yang bersumber dari selain SE06-UMB-G, nomor urut perusahaan merupakan kelanjutan dari nomor urut pengecer. Contoh : Dari hasil pembentukan frame perusahaan perdagangan, dalam suatu kabupaten ada 129 perusahaan dari SE06-UMB, dan 79 perusahaan dari sumber lainnya. Pemberian nomor urut perusahaan seperti dibawah ini: 20 Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13

29 Sumber Fungsi kelembagaan perusahan perdagangan Banyak perusahaan Nomor urut 1.Distributor Subdistributor Agen Sub agen SE06-UMB-G 5. Pedagang grosir Pedagang pengumpul Eksportir Importir Pengecer Sumber lain Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13 21

30 22 Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13

31 BAB IV TEKNIK DAN ETIKA BERWAWANCARA 4.1 Teknik Berwawancara Di dalam wawancara diperlukan kesediaan responden untuk memberikan keterangan. Kesediaan responden tersebut dapat dikondisikan dan biasanya sangat bergantung kepada sikap pewawancara pertama kali bertemu. Sikap duduk, kecerahan wajah, tutur kata, keramahan, kesabaran, dan keseluruhan penampilan pewawancara sangat mempengaruhi kelanjutan/kelancaran wawancara. Penampilan yang sopan dan ramah dengan sendirinya akan dapat mengurangi bahkan menghilangkan perasaan dan sikap penerimaan responden yang negatif, yang dapat merugikan pencacahan, seperti: rasa curiga, rasa takut, rasa enggan, atau malu. Beberapa hal penting yang harus dilakukan untuk menciptakan hubungan baik dengan responden, antara lain: a. Dalam membuat janji wawancara dengan calon responden, sebaiknya memperhatikan waktu senggang dari responden tersebut, dan berusaha jangan sampai mengganggunya dalam kesibukan sehari-hari. b. Menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh responden. Jika responden lebih mengerti bahasa daerah daripada bahasa Indonesia, maka gunakanlah bahasa daerah tersebut. Hal ini akan memperlancar jalannya wawancara. c. Sebelum memulai wawancara jangan lupa memperkenalkan diri, menunjukkan kartu pengenal jika perlu, serta menyebutkan lembaga atau badan yang menugaskannya. Kemudian menguraikan maksud wawancara serta tujuan pencacahan yang dilakukan. Penting untuk disampaikan bahwa wawancara yang dilakukannya bukan suatu ujian atau test; tidak ada jawaban yang dibenarkan atau disalahkan dan informasikan kepada responden bahwa semua pertanyaan yang diajukan akan mudah dijawab karena berhubungan dengan pengalaman, kehidupan, pikiran dan perasaan responden sendiri. Sampaikanlah semuanya secara sederhana, tetapi cukup jelas. d. Dalam obrolan awal yang merupakan intro untuk membangun suasana yang kondusif ini jangan keluar dari konteks isi kuesioner. Arahkan perbincangan tersebut ke dalam isi kuesioner, namun demikian jangan menggunakan waktu terlalu lama. Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13 23

32 e. Berilah perhatian terhadap hal-hal yang sedang dibicarakan oleh responden selama berlangsungnya wawancara. Pewawancara dapat berperan sebagai seorang yang ingin tahu dan ingin belajar dari responden. f. Bila pewawancara kurang memahami jawaban responden, maka dapat meminta responden tersebut untuk mengulangi jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Sampaikan bahwa hal yang dikatakan responden sangat menarik, sehingga perlu dicatat atau mencoba mengulangi simpulan jawabannya guna meyakinkan bahwa yang dikatakan responden tidak salah ditafsirkan. g. Menjalankan tugasnya dengan penuh kepercayaan. Namun tidak dengan rasa percaya diri yang berlebihan, sehingga dirinya merasa lebih tinggi. Hal ini menimbulkan rasa antipati/rasa tidak suka dalam diri responden. h. Di dalam mengajukan pertanyaan yang bersifat sensitif, misalnya menanyakan nilai pembelian dan penjualan, usahakan agar pertanyaannya tidak menyinggung perasaan responden. Sebelum mengajukan pertanyaan tentang ini, dapat didahului dengan kata maaf. i. Gunakanlah waktu untuk wawancara dengan efektif, artinya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dapat diperoleh data yang sebanyak-banyaknya dan sejelasjelasnya. j. Ucapkanlah terima kasih, bila wawancara tersebut telah selesai. 4.2 Etika Berwawancara Beberapa prinsip dasar wawancara yang baik, yaitu: a. Berikan kesan pertama dengan baik Pada saat pertama kali mengunjungi responden, usahakanlah agar responden merasa bebas/tidak tertekan. Pewawancara dapat memulai dengan ucapan selamat pagi/siang/sore, lalu dilanjutkan dengan memperkenalkan diri, misalnya: Nama saya Saya adalah petugas lapangan yang bertugas mengumpulkan keterangan mengenai. guna.. b. Usahakan selalu melakukan pendekatan positif Jangan bersikap negatif dengan selalu meminta maaf atau jangan mengajukan pertanyaan sebagai berikut: 24 Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13

33 Apakah Anda terlalu sibuk? Apakah Anda berkeberatan meluangkan sedikit waktu untuk wawancara? Apakah Anda sudi menjawab berbagai pertanyaan yang akan saya ajukan? Pertanyaan-pertanyaan seperti contoh di atas akan mengundang sikap tidak baik dari responden. Sebaiknya pewawancara bertanya seperti di bawah ini: Saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepada Bapak/Ibu. Kemudian mulailah mewawancarai responden. c. Tekankan kerahasiaan jawaban Sebelum pewawancara mengajukan pertanyaan, tekankan sekali lagi akan kerahasiaan jawaban yang diberikan. Informasikan kepada responden bahwa BPS tidak akan mencantumkan nama dalam laporan hasil survei ini, dan petugas tidak akan menyebutkan nama responden lain atau pewawancara lain di hadapan responden. Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13 25

34 26 Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13

35 BAB V PEDOMAN PENGISIAN DAFTAR Bab ini menjelaskan tentang tata cara pengisian, konsep dan definisi umum, kuesioner VPDP-13.PRODUSEN dan VPDP-13.PEDAGANG. Secara umum kedua kuesioner ini mempunyai karakteristik yang sama, perbedaannya terletak hanya pada ciri-ciri spesifik dari masing-masing kegiatan usaha, seperti nilai produksi pada perusahaan/usaha pertanian dan industri pengolahan serta nilai penjualan pada perusahaan/usaha perdagangan. Diharapkan dengan memahami pedoman ini petugas dapat melaksanakan kegiatan Survei Poldis 2013 dengan mudah dan benar 5.1 Petunjuk Pengisian Daftar a. Semua isian di kuesioner harus menggunakan tulisan pensil warna hitam. b. Semua isian harus ditulis dengan jelas agar mudah dibaca. Penulisan kata-kata harus menggunakan huruf kapital (balok) serta tidak boleh disingkat, kecuali satuan dan kata yang terlalu panjang boleh disingkat dengan singkatan yang umum digunakan. Angka harus ditulis dengan angka biasa (bukan angka romawi). Contoh penulisan Daftar VPDP-13.PRODUSEN: Rincian Penulisan yang salah Penulisan yang benar Blok V Rincian 1.c: Kendala utama proses produksi Bahan Baku BAHAN BAKU c. Cara pengisian daftar: 1) Isikan keterangan/jawaban pada tempat yang disediakan. 2) Lingkari salah satu kode jawaban yang sesuai, kemudian pindahkan kode jawaban ke kotak yang tersedia. Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13 27

36 Contoh pengisian Daftar VPDP-13.PEDAGANG Rincian Pengisian yang salah Pengisian yang benar Blok II Rincian 2: Komoditi yang dijual Daging Sapi Lokal 1 Daging Sapi Impor 2 Beras Premium 3 Beras Medium 4... dan seterusnya. 2 Daging Sapi Lokal 1 2 Daging Sapi Impor 2 Beras Premium 3 Beras Medium 4... dan seterusnya. 3) Jika kode yang dilingkari lebih dari satu, jumlahkan kode yang dilingkari dan tuliskan pada kotak yang tersedia. Contoh: BLOK IV: KENDALA PENGADAAN DAN PEMASARAN BARANG DAGANGAN (1) (2) 1. a. Apakah ada kendala dalam pengadaan barang dagangan selama tahun 2012? Ya 1 Tidak 2 ke rincian 2 b. Jika "Ya", jenis kendala: Kelangkaan barang 1 Faktor alam 16 Harga 2 Lainnya 32 Transportasi 4 (tuliskan....) Infrastruktur perdagangan 8 c. Kendala utama HARGA TIDAK MENENTU ) Nilai pembelian, penjualan, hasil produksi dan biaya transportasi ditulis dalam satuan rupiah. 5.2 Konsep dan Definisi Umum a. Perusahaan/Usaha adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan kegiatan usaha yang bersifat tetap, berkelanjutan, didirikan, bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba (Direktorat Bina Pasar dan Distribusi, Departemen Perdagangan). b. Produsen adalah suatu usaha yang memproduksi suatu komoditi untuk dijual. c. Kegiatan Perdagangan adalah kegiatan membeli dan menjual barang, baik barang baru maupun bekas untuk tujuan penyaluran/pendistribusian tanpa merubah bentuk barang tersebut. d. Perusahaan/usaha perdagangan adalah kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang perdagangan besar dan eceran (yaitu penjualan tanpa perubahan teknis) dari berbagai jenis barang, dan memberikan imbalan jasa yang mengiringi penjualan 28 Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13

37 barang-barang tersebut. Baik penjualan secara grosir (perdagangan besar) maupun eceran merupakan tahap akhir dalam pendistribusian barang dagangan. (sumber Peraturan Kepala BPS RI No. 57 tahun 2009 tentang KBLI). e. Perdagangan besar (wholesaler) adalah penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) baik barang baru maupun barang bekas kepada pengecer, industri, komersial, institusi atau pengguna profesional, atau kepada pedagang besar lainnya, atau yang bertindak sebagai agen atau broker dalam pembelian atau penjualan barang, baik perorangan maupun perusahaan. (Buku KBLI 2009). f. Perdagangan eceran adalah adalah penjualan kembali (tanpa perubahan teknis), baik barang baru maupun bekas, utamanya kepada masyarakat umum untuk konsumsi atau penggunaan perorangan maupun rumah tangga, melalui toko, departement store, kios, mail-order houses, penjual dari pintu ke pintu, pedagang keliling, koperasi konsumsi, rumah pelelangan, dan lain-lain. Pada umumnya pedagang pengecer memperoleh hak atas barang-barang yang jualnya, tetapi beberapa pedagang pengecer bertindak sebagai agen, dan menjual atas dasar konsinyasi atau komisi. (Buku KBLI 2009). g. Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) merupakan klasifikasi baku mengenai kegiatan ekonomi yang terdapat di Indonesia, yang dirinci menurut kategori. KBLI hanya mengelompokkan unit produksi menurut kegiatan ekonomi, tidak membedakan unit produksi menurut kepemilikan, badan hukum, formal atau informal. Kode KBLI yang digunakan adalah Peraturan Kepala BPS No.57 tahun 2009 tentang KBLI. h. Kegiatan utama adalah kegiatan yang mempunyai nilai penjualan paling besar di antara beberapa jenis kegiatan dalam suatu perusahaan/usaha. Bila suatu perusahaan/usaha hanya melakukan satu jenis kegiatan maka jenis kegiatan tersebut merupakan jenis kegiatan utama dari perusahaan/usaha. i. Komoditi utama adalah komoditi yang dijual oleh pedagang dan memberikan nilai penjualan terbesar dari berbagai jenis komoditi yang dijual. Daging Sapi Lokal dan Daging Sapi Impor Daging sapi lokal adalah daging sapi yang berasal dari sapi lokal seperti : Sapi Bali, Sapi Madura, Sapi NTB yang diambil berupa dagingnya. Termasuk daging sapi yang berasal dari sapi impor yang digemukkan di Indonesia. Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13 29

38 Contoh: daging rendang, daging semur Gambar 4. Contoh Daging Sapi Lokal Daging sapi impor adalah daging sapi yang diimpor dari luar Indonesia dalam bentuk frozen (beku). Ciri-cirinya: berwarna merah pucat, seratnya halus dan ada sedikit lemak yang berwarna kuning. Selain itu, daging sapi bertekstur keras, tapi tidak kaku. Contoh: Tenderloin, Striploin, Black Angus Beef, Wagyu Beef. Gambar 5. Contoh Daging Sapi Impor Daging sapi impor yang di cakup dalam survei ini tidak membedakan jenis daging dan biasanya dalam keadaan beku. Beras Premium dan Beras Medium Beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta alat penyosoh (Astawan, 2004). Beras premium adalah beras dengan persentase butiran utuh lebih besar 30 Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13

39 daripada beras patah dan menir. Di pasaran bisa dibedakan dari harganya yang lebih tinggi ggi dari beras medium. (Suismono,2003). Contoh : Gambar 5. Contoh Beras Premium Beras medium adalah beras dengan kualitas yang setara dengan cadangan beras pemerintah. Mengandung butiran beras patah dan menir lebih banyak. Contoh: Gambar 5. Contoh Beras Medium Untuk membedakan antara beras premium dan beras medium agak sulit, karena standar setiap wilayah berbeda, indikator yang ada di pasaran adalah harganya yang lebih mahal adalah beras premium. Biasanya pedagang lebih tahu mana yang beras jenis premium atau medium. Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13 31

40 Gula Pasir Gula pasir yang diteliti adalah gula hasil kristalisasi cairan tebu. Biasanya berwarna putih namun ada pula yang berwarna coklat kekuningan. Tidak termasuk gula jawa/merah, gula palem/aren. Contoh: Gula kristal putih atau kuning. Kedelai Lokal Gambar 6. Contoh Gula Pasir Kedelai Lokal yang diteliti adalah kedelai yang ditanam dengan varietas yang ada di Indonesia. Memiliki ciri seperti warna tidak begitu terang, cenderung kusam. Selain itu, ukuran bulir biasanya lebih kecil dari pada kedelai impor. Contoh: Gambar 7. Contoh Kedelai Lokal Kedelai Impor Kedelai Impor adalah kedelai yang di datangkan dari luar pabean Indonesia. Kedelai impor memiliki kualitas tinggi dengan ciri-ciri bulir kedelai tampak bersih dengan warna yang terang, bulir kedelai memiliki ukuran yang besar, dan hasil olahan yang didapatkan umumnya lebih banyak dibanding kedelai lokal. 32 Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13

41 Contoh: Gambar 8. Contoh Kedelai Impor 5.3 Pengisian Daftar VPDP-13.PEDAGANG Pada Daftar VPDP-13.PEDAGANG di kanan atas terdapat lima kotak kode KBLI. Isian kotak ini disalin dari Daftar VPDP13-DSP. PEDAGANG kolom 6. Pengisiannya dilakukan oleh pencacah sebelum turun ke lapangan. BLOK I : PENGENALAN TEMPAT Blok ini terdiri dari 7 rincian, digunakan untuk mencatat nama dan alamat perusahaan sebagai responden. Tidak semua rincian disalin dari Daftar VPDP13- DSP.PEDAGANG, sebagian dilengkapi pada saat pencacahan di lapangan. Rincian 1 s.d. Rincian 2: disalin dari Daftar VPDP13-DSP.PEDAGANG. Rincian 3: disalin dari Daftar VPDP13-DSP.PEDAGANG atau dilengkapi pada saat pencacahan di lapangan. Rincian 4: dilengkapi pada saat pencacahan di lapangan. Rincian 5 s.d. Rincian 7: disalin dari Daftar VPDP13-DSP.PEDAGANG, kolom (2) s.d. kolom (4). Jika nama dan alamat perusahaan pada Rincian 6 dan 7 tidak sesuai dengan kondisi di lapangan atau tidak lengkap, maka perbaiki/lengkapi sesuai dengan kondisi terakhir di lapangan. BLOK II: KETERANGAN UMUM Blok ini untuk mencatat kegiatan perusahaan/usaha, jenis komoditi, dan informasi fungsi perusahaan/usaha dalam lembaga usaha perdagangan. Rincian 1: Kegiatan Utama Perusahaan/Usaha Tuliskan secara lengkap dan jelas kegiatan utama yang dilakukan perusahaan/usaha pada saat pencacahan. Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13 33

42 Contoh: 1.`PERDAGANGAN BESAR GULA PASIR 2.`PEDAGANG ECERAN BERAS 3.`PEDAGANG ECERAN DAGING SAPI LOKAL 1. Kegiatan utama perusahaan/usaha: Kode KBLI PERDAGANGAN BESAR GULA PASIR. diisi oleh pemeriksa Jika karena suatu hal responden meminta daftar isian untuk ditinggal terlebih dahulu (tidak langsung wawancara pada saat itu), maka Rincian 2 harus sudah dilingkari dan diisi oleh pencacah. Referensi waktu pada VPDP-13.PEDAGANG adalah setahun yang lalu yaitu dari 1 Januari s.d. 31 Desember Rincian 2: Komoditi yang dijual: Lingkari salah satu kode jenis komoditi yang diteliti sesuai dengan yang ditentukan dalam VPDP13-DSP. Contoh: 2. Komoditi yang dijual: 5 Daging Sapi Lokal 1 Gula Pasir 5 Daging Sapi Impor 2 Kedelai Lokal 6 Beras Premium 3 Kedelai Impor 7 Beras Medium 4 Pengisian Rincian 3 s.d. Blok VI, pertanyaannya berhubungan/terkait dengan komoditi yang diteliti pada rincian 2 di atas Rincian 3: Fungsi perusahaan/usaha dalam lembaga usaha perdagangan Lingkari salah satu kode fungsi perusahaan/usaha dalam lembaga usaha perdagangan yang sesuai dengan komoditi yang diteliti. Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 11/M- DAG/PER/3/2006 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barang dan atau Jasa, yang dimaksud dengan: Distributor adalah perusahaan perdagangan nasional yang bertindak untuk dan atas namanya sendiri berdasarkan perjanjian yang melakukan pembelian, penyimpanan, penjualan serta pemasaran barang dan/atau jasa yang dimiliki/dikuasai. Sub Distributor adalah perusahaan perdagangan nasional yang bertindak sebagai perantara untuk dan atas namanya sendiri berdasarkan penunjukan atau perjanjian dari distributor atau distributor tunggal untuk melakukan pemasaran. 34 Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13

43 Agen adalah perusahaan perdagangan nasional yang bertindak sebagai perantara untuk dan atas nama prinsipal berdasarkan perjanjian untuk melakukan pemasaran tanpa melakukan pemindahan hak atas fisik barang dan atau jasa yang dimiliki/ dikuasai oleh prinsipal yang menunjuknya. Sub Agen adalah perusahaan perdagangan nasional yang bertindak sebagai perantara untuk dan atas nama prinsipal berdasarkan penunjukan atau perjanjian dari agen atau agen tunggal untuk melakukan pemasaran. Prinsipal adalah perorangan atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum diluar negeri atau didalam negeri yang menunjuk agen atau distributor untuk melakukan penjualan barang dan/atau jasa yang dimiliki/dikuasai. Perkulakan (Grosir), adalah perorangan atau badan usaha yang membeli dalam partai besar berbagai macam barang dari berbagai pihak dan menjual dalam partai besar barang tersebut sampai kepada Sub Distributor dan/atau Pedagang Eceran (KepMenPerindag No.23/MPP/Kep/1/1998 Tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan). Pedagang pengumpul adalah pedagang yang umumnya membeli komoditi dari petani dan setelah terkumpul dengan volume tertentu dijual ke produsen atau pedagang lain. Eksportir adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan (ekspor) dalam wilayah hukum NKRI, baik sendiri maupun secara bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam bidang ekonomi yang mendapat pengakuan sebagai eksportir terdaftar dari Menteri Perdagangan melalui Dirjen Perdagangan Luar Negeri (Buku Kebijakan Umum Bidang Ekspor, Departemen Perdagangan RI, 2008). Eksportir terdaftar adalah perusahaan/perorangan yang telah mendapat pengakuan dari Menteri Perdagangan untuk mengekspor barang tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Importir adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan impor atau memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Buku 2: Pedoman Lapangan VPDP13 35

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 108 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS SURVEI POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN BEBERAPA KOMODITI 2014

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 108 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS SURVEI POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN BEBERAPA KOMODITI 2014 PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 108 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS SURVEI POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN BEBERAPA KOMODITI 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,

Lebih terperinci

NO. JUMLAH PENCA BERAT NO. JUMLAH PENCA BERAT PROVINSI/KABUPATEN/KOTA POPULASI PENCA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA POPULASI PENCA

NO. JUMLAH PENCA BERAT NO. JUMLAH PENCA BERAT PROVINSI/KABUPATEN/KOTA POPULASI PENCA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA POPULASI PENCA LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/HUK/2010 TANGGAL : 26 APRIL 2010 TENTANG : PENETAPAN NAMA-NAMA PENYANDANG CACAT BERAT PENERIMA BANTUAN DANA JAMINAN SOSIAL TAHUN 2010 NO.

Lebih terperinci

DAFTAR KUOTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 PAI PADA MGMP PAI SMK KABUPATEN/KOTA

DAFTAR KUOTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 PAI PADA MGMP PAI SMK KABUPATEN/KOTA NO PROVINSI DK KABUPATEN JUMLAH PESERTA JML PESERTA PROVINSI 1 A C E H 1 Kab. Aceh Besar 30 180 2 Kab. Aceh Jaya 30 3 Kab. Bireuen 30 4 Kab. Pidie 30 5 Kota Banda Aceh 30 6 6 Kota Lhokseumawe 30 2 BANGKA

Lebih terperinci

KAWASAN PERKEBUNAN. di sampaikan pada roundtable pengembangan kawasan Makasar, 27 Februari 2014

KAWASAN PERKEBUNAN. di sampaikan pada roundtable pengembangan kawasan Makasar, 27 Februari 2014 KAWASAN PERKEBUNAN di sampaikan pada roundtable pengembangan kawasan Makasar, 27 Februari 2014 FOKUS KOMODITI 1. Tebu 2. Karet 3. Kakao 4. Kopi (Arabika dan Robusta) 5. Lada 6. Pala 7. Sagu KAWASAN TEBU

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2015 Kepala Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Dr. Suryamin, M.Sc. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2015 Kepala Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Dr. Suryamin, M.Sc. NIP KATA PENGANTAR Buku 2 ini merupakan buku pedoman yang disusun dalam rangka Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditas 2015 (VPDP15). Buku ini memuat pedoman bagi para Petugas Pencacah dan Pengawas/Pemeriksa

Lebih terperinci

UNDANGAN PEMASUKAN PENAWARAN Nomor : 005/PAN-PPBJ/KPAN/III/2011

UNDANGAN PEMASUKAN PENAWARAN Nomor : 005/PAN-PPBJ/KPAN/III/2011 UNDANGAN PEMASUKAN PENAWARAN Nomor : 005/PAN-PPBJ/KPAN/III/2011 Panitia Pengadaan Barang/Jasa Komisi Penanggulangan AIDS Nasional mengundang calon penyedia barang/jasa guna berpartisipasi mengajukan penawaran

Lebih terperinci

KABUPATEN - KOTA YANG MENGIRIM BUKU SLHD 2011 SESUAI JADWAL PENGIRIMAN 6 APRIL REGIONAL PROVINSI KABUPATEN/KOTA JUMLAH Bali Nusa Tenggara

KABUPATEN - KOTA YANG MENGIRIM BUKU SLHD 2011 SESUAI JADWAL PENGIRIMAN 6 APRIL REGIONAL PROVINSI KABUPATEN/KOTA JUMLAH Bali Nusa Tenggara KABUPATEN - KOTA YANG MENGIRIM BUKU SLHD 2011 SESUAI JADWAL PENGIRIMAN 6 APRIL 2012 REGIONAL PROVINSI KABUPATEN/KOTA JUMLAH Bali Nusa Tenggara 2 Bali Kabupaten Badung 1 Kabupaten Bangli 1 Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.32/MEN/2010 TENTANG PENETAPAN KAWASAN MINAPOLITAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.32/MEN/2010 TENTANG PENETAPAN KAWASAN MINAPOLITAN KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.32/MEN/2010 TENTANG PENETAPAN KAWASAN MINAPOLITAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna mendukung

Lebih terperinci

Kode Lap. Tanggal Halaman Prog.Id. : 09 Maret 2015 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 018 KEMENTERIAN PERTANIAN ESELON I : 04 DITJEN HORTIKULTURA

Kode Lap. Tanggal Halaman Prog.Id. : 09 Maret 2015 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 018 KEMENTERIAN PERTANIAN ESELON I : 04 DITJEN HORTIKULTURA BELANJA MELALUI KPPN DAN BUN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 212 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 18 KEMENTERIAN PERTANIAN : 4 DITJEN HORTIKULTURA : LRBEB 1b : 9 Maret 215 : 1 1 IKHTISAR MENURUT SATKER

Lebih terperinci

INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012

INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012 INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012 Berikut Informasi Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang telah dikeluarkan masing-masing Regional atau Kabupaten

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS BERAS INDONESIA 2015

DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS BERAS INDONESIA 2015 DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS BERAS INDONESIA 2015 BADAN PUSAT STATISTIK DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS BERAS INDONESIA 2015 Subdirektorat Statistik Perdagangan Dalam Negeri DISTRIBUSI PERDAGANGAN

Lebih terperinci

Nomor Propinsi/Kabupaten/Kota Jumlah T-15 T-17 T-19 Jumlah biaya

Nomor Propinsi/Kabupaten/Kota Jumlah T-15 T-17 T-19 Jumlah biaya Nomor Propinsi/Kabupaten/Kota Jumlah T-15 T-17 T-19 Jumlah biaya 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Nanggroe Aceh Drslm 30 17 11 2 Rp 4,971,210,858.00 1 Kab. Pidie 3 3 - - Rp 504,893,559.00 2 Kab. Aceh Utara 6 5 1 - Rp

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 109 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN LAPANGAN SURVEI POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN BEBERAPA KOMODITI 2014

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 109 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN LAPANGAN SURVEI POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN BEBERAPA KOMODITI 2014 PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 109 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN LAPANGAN SURVEI POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN BEBERAPA KOMODITI 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA BELANJA MELALUI KPPN DAN BUN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 211 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 18 DEPARTEMEN PERTANIAN : 4 DITJEN HORTIKULTURA : LRBEB 1b : 9 Maret 215 : 1 SEMULA SETELAH 1 IKHTISAR

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Kota Ternate

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Kota Ternate Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Ternate No. 58/11/82/Th. XVI, 01 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Ternate Oktober 2017, Ternate mengalami

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1361/AJ.106/DRJD/2003

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1361/AJ.106/DRJD/2003 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1361/AJ.106/DRJD/2003 TENTANG PENETAPAN SIMPUL JARINGAN TRANSPORTASI JALAN UNTUK TERMINAL PENUMPANG TIPE A DI SELURUH INDONESIA DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

KABUPATEN KOTA YANG SUDAH MENGIRIM BUKU SLHD 2011 PER 20 APRIL 2012

KABUPATEN KOTA YANG SUDAH MENGIRIM BUKU SLHD 2011 PER 20 APRIL 2012 KABUPATEN KOTA YANG SUDAH MENGIRIM BUKU SLHD 2011 PER 20 APRIL 2012 NAMA DAERAH Kabupaten Kota Total Bali NT 19 2 21 Bali 7 1 8 Kabupaten Badung 1 1 Kabupaten Bangli 1 1 Kabupaten Buleleng 1 1 Kabupaten

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Provinsi Kalimantan Timur Bulan Oktober 2017 No. 85/64/Th.XX, 1 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Perkembangan

Lebih terperinci

C. REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN)

C. REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) C. REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) DAFTAR ISI No. 01. Propinsi Nangroe Aceh Darussalam 10 / 136 23 1. Kabupaten Aceh Selatan 14 24 2. Kabupaten Aceh Sungkil

Lebih terperinci

Distribusi Perdagangan Komoditas Gula Pasir Indonesia 2016 ISBN: - No. Publikasi: 06130.1604 Katalog: 8201007 Ukuran Buku: 18,2 x 25,7 cm Jumlah Halaman: xx + 124 Halaman/Pages Naskah: Subdirektorat Statistik

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kalimantan Timur Bulan September 2017

Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kalimantan Timur Bulan September 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kalimantan Timur Bulan September 2017 Selama September 2017, terjadi deflasi sebesar 0,01 persen di Kalimantan

Lebih terperinci

Daftar Instansi Pemerintah Daerah Yang Mendapatkan Formasi Khusus Tenaga Dokter PTT 2014 Keadaan sampai dengan 12 Agustus 2014

Daftar Instansi Pemerintah Daerah Yang Mendapatkan Formasi Khusus Tenaga Dokter PTT 2014 Keadaan sampai dengan 12 Agustus 2014 Daftar Instansi Pemerintah Daerah Yang Mendapatkan Formasi Khusus Tenaga Dokter PTT 2014 Keadaan sampai dengan 12 Agustus 2014 NO WILAYAH KERJA KANTOR REGIONAL I YOGYAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH Pemerintah

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Kota Ternate

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Kota Ternate BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Ternate September 2017, Ternate mengalami Deflasi sebesar 0,51 persen Pada September 2017, Ternate mengalami deflasi sebesar

Lebih terperinci

DAERAH JUMLAH PROPINSI (A)

DAERAH JUMLAH PROPINSI (A) RINCIAN DANA KONTINJENSI UNTUK BANTUAN KEPADA PEMERINTAH DAERAH YANG MENGALAMI SURPLUS MARJINAL SETELAH PENGALIHAN PERSONIL, PERALATAN, PEMBIAYAAN DAN DOKUMEN (P3D) Lampiran I NO DAERAH JUMLAH PROPINSI

Lebih terperinci

:/ tp ht w.b ps w /w id o..g Distribusi Perdagangan Komoditas Telur Ayam Ras Indonesia 2016 ISBN: - No. Publikasi: 06130.1605 Katalog: 8201022 Ukuran Buku: 18,2 x 25,7 cm Jumlah Halaman: xiv + 134 Halaman/Pages

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 18/04/82/Th XVI, 03 April 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Maret 2017, KOTA TERNATE DEFLASI SEBESAR 0,31 PERSEN Pada Maret 2017, Kota Ternate mengalami deflasi sebesar 0,31 persen dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 23/05/82/Th XVI, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI April 2017, KOTA TERNATE INFLASI SEBESAR 0,36 PERSEN Pada April 2017, Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 0,36 persen dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI . 01/01/82/Th XVI, 03 Januari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 20, KOTA TERNATE INFLASI SEBESAR 0,32 PERSEN Pada Desember 20, Ternate mengalami inflasi sebesar 0,32 persen dengan

Lebih terperinci

PENGAJUAN INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA TAHUN 2016

PENGAJUAN INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA TAHUN 2016 PENGAJUAN INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA TAHUN 2016 NO 1 1 BNN Kab. Aceh Tamiang 2 2 BNN Kab. Pidie 3 3 BNN Kab. Aceh Besar 4 4 BNN Kab. Aceh Barat 5 Aceh 5 BNN Kab. Subulussalam

Lebih terperinci

TRIWULAN IV (Oktober-Desember 2014)

TRIWULAN IV (Oktober-Desember 2014) Total 33 JAWA TENGAH 2 3375 KOTA PEKALONGAN 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 100,00 Sangat Mendukung 14 RIAU 1 1471 KOTA PEKAN BARU 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 95,00 Sangat Mendukung 21 KEPULAUAN RIAU 1 2171 KOTA BATAM 2 1

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 31/05/64/Th.XIX, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ DI KOTA TARAKAN BULAN APRIL 2016 0,45 PERSEN Kota Tarakan pada bulan April 2016 mengalami Inflasi sebesar

Lebih terperinci

Jumlah No. Provinsi/ Kabupaten Halaman Kabupaten Kecamatan 11. Provinsi Jawa Tengah 34 / 548

Jumlah No. Provinsi/ Kabupaten Halaman Kabupaten Kecamatan 11. Provinsi Jawa Tengah 34 / 548 4. Kota Bekasi 23 109 5. Kota Bekasi 10 110 6. Kabupaten Purwakarta 17 111 7. Kabupaten Bandung 43 112 8. Kodya Cimahi 3 113 9. Kabupaten Sumedang 26 114 10. Kabupaten Garut 39 115 11. Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

KOTA BANDAR LAMPUNG, OKTOBER 2017 INFLASI 0,11

KOTA BANDAR LAMPUNG, OKTOBER 2017 INFLASI 0,11 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG KOTA BANDAR LAMPUNG, OKTOBER INFLASI 0,11 Kelompok Bahan Makanan mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,44 persen pada Oktober Oktober, Kota Bandar Lampung mengalami

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI . 36/07/82/Th XVI, 03 Juli 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JUNI 2017, KOTA TERNATE INFLASI SEBESAR 1,55 PERSEN Pada Juni 2017, Ternate mengalami inflasi sebesar 1,55 persen dengan indeks

Lebih terperinci

DAFTAR KUOTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 PAI PADA MGMP PAI SMA KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013 JML. PESERTA PROVINSI

DAFTAR KUOTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 PAI PADA MGMP PAI SMA KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013 JML. PESERTA PROVINSI DAFTAR KUOTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 PAI PADA MGMP PAI SMA KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013 NO. DK KABUPATEN/KOTA 1 DKI 1 Kota Jakarta Selatan 50 250 2 Kota Jakarta Barat 50 3 Kota Jakarta Timur 50 4 Kota Jakarta

Lebih terperinci

JUMLAH DAN LOKASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN LOKASI

JUMLAH DAN LOKASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN LOKASI 2013, No.1161 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

DAFTAR USULAN PENILAIAN INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA (UPDATE JANUARI 2016)

DAFTAR USULAN PENILAIAN INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA (UPDATE JANUARI 2016) DAFTAR USULAN PENILAIAN INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA (UPDATE JANUARI 2016) NO PER 1 1 BNN Kab. Aceh Tamiang 2 2 BNN Kab. Pidie 3 3 BNN Kab. Aceh Besar 4 4 BNN Kab. Aceh Barat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 50/07/64/Th.XIX, 1 Juli 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN JUNI 2016 1,10 PERSEN Provinsi Kalimantan Timur pada bulan Juni

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS DAGING AYAM RAS INDONESIA 2015

DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS DAGING AYAM RAS INDONESIA 2015 Katalog BPS : DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS DAGING AYAM RAS INDONESIA 2015 BADAN PUSAT STATISTIK DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS DAGING AYAM RAS INDONESIA 2015 Subdirektorat Statistik Perdagangan Dalam

Lebih terperinci

DAFTAR USULAN VERTIKALISASI TAHUN 2016

DAFTAR USULAN VERTIKALISASI TAHUN 2016 DAFTAR USULAN VERTIKALISASI TAHUN 2016 NO 1 1 BNN Kab. Aceh Tamiang 2 2 BNN Kab. Pidie 3 3 BNN Kab. Aceh Utara 4 4 BNN Kab. Aceh Besar 5 Aceh 5 BNN Kab. Aceh Barat 6 6 BNN Kab. Subulussalam 7 7 BNN Kab.

Lebih terperinci

DAFTAR KUOTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 PAI MGMP PAI SMP KABUPATEN/KOTA TAHUN NO Kabupaten/Kota Propinsi Kuota

DAFTAR KUOTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 PAI MGMP PAI SMP KABUPATEN/KOTA TAHUN NO Kabupaten/Kota Propinsi Kuota DAFTAR KUOTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 PAI MGMP PAI SMP KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013 NO Kabupaten/Kota Propinsi Kuota 1 2 3 4 1. Aceh 12 5 1 Kabupaten Aceh Barat Aceh 2 Kabupaten Nagan Raya Aceh 3 Kabupaten

Lebih terperinci

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN AGUSTUS 2016

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN AGUSTUS 2016 BPS KOTA TARAKAN No. 08/08/6571/Th.X, 01 Agustus 2016 INFLASI KOTA TARAKAN BULAN AGUSTUS 2016 Mulai bulan Februari 2014 tahun dasar penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) menggunakan 2012 = 100 (sebelumnya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 54/10/82/Th XV, 03 Oktober 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2016, KOTA TERNATE INFLASI SEBESAR 0,09 PERSEN Pada September 2016, Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 0,09

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.39/MEN/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.32/MEN/2010 TENTANG PENETAPAN KAWASAN MINAPOLITAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 30/05/64/Th.XIX, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN APRIL 2016 DEFLASI -0,34 PERSEN Provinsi Kalimantan Timur

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO.

MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO. LAMPIRAN VI PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.07/2011 TENTANG ALOKASI KURANG BAYAR DAN BAGI HASIL PAJAK DAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN ANGGARAN 2009 DAN TAHUN ANGGARAN 2010 YANG DIALOKASIKAN

Lebih terperinci

Indeks Harga Konsumen di 66 Kota (2007=100),

Indeks Harga Konsumen di 66 Kota (2007=100), Umum Banda Aceh 216,59 246,43 278,90 295,67 112,07 139,01 172,41 190,86 109,37 115,47 119,06 124,90 127,19 Lhokseumawe 217,73 242,90 273,06 295,55 111,38 124,28 143,10 154,71 108,33 116,24 121,61 130,52

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 71/09/64/Th.XX, 04 September 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN AGUSTUS 2017 DEFLASI -0,28 PERSEN Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

DAFTAR KUOTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 PAI KKG PAI KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013

DAFTAR KUOTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 PAI KKG PAI KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013 DAFTAR KUOTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 PAI KKG PAI KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013 NO 1 DKI JAKARTA 6 630 1 Jakarta Pusat 110 2 Jakarta Utara 110 3 Jakarta Barat 110 4 Jakarta Selatan 135 5 Jakarta Timur 135

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 01/09/81/Th. XVIII, 1 September 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PADA AGUSTUS 2016 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,43 PERSEN DI KOTA AMBON DAN DEFLASI 0,27 PERSEN DI

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Provinsi Papua Barat No. 53/11/91 Th. XI, 01 November BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK No. 01/07/81/Th. XVIII, 1 Juli 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PADA JUNI 2016 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,23 PERSEN DI KOTA AMBON DAN 1,71 PERSEN DI KOTA TUAL Pada Juni

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 86/11/64/Th.XIX, 1 November 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN OKTOBER 2016 DEFLASI -0,09 PERSEN Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 52/07/64/Th.XX, 3 Juli 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ DI KOTA TARAKAN BULAN JUNI 2017 1,89 PERSEN Kota Tarakan pada bulan Juni 2017 mengalami Inflasi sebesar

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KOTA/KABUPATENI TRIWULAN-II 2014 PERIODE : APRIL-JUNI 2014

EVALUASI KINERJA KOTA/KABUPATENI TRIWULAN-II 2014 PERIODE : APRIL-JUNI 2014 EVALUASI KINERJA KOTA/KABUPATENI TRIWULAN-II 2014 PERIODE : APRIL-JUNI 2014 kd_ prov PROVINSI kd_ kota KOTA/KABUPATEN NILAI FASILITASI NILAI OUTPUT NILAI AKHIR 35 JAWA TIMUR 3501 KAB. PACITAN 90,2 100,0

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31 / HUK /2010 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31 / HUK /2010 TENTANG SALINAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31 / HUK /2010 TENTANG PENETAPAN NAMA NAMA PENYANDANG CACAT BERAT PENERIMA BANTUAN DANA JAMINAN SOSIAL TAHUN

Lebih terperinci

DAFTAR USULAN VERTIKALISASI TAHUN 2016

DAFTAR USULAN VERTIKALISASI TAHUN 2016 DAFTAR USULAN VERTIKALISASI TAHUN 2016 NO 1 1 BNN Kab. Aceh Tamiang 2 2 BNN Kab. Pidie 3 3 BNN Kab. Aceh Utara 4 4 BNN Kab. Aceh Besar 5 Aceh 5 BNN Kab. Aceh Barat 6 6 BNN Kab. Subulussalam 7 7 BNN Kab.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ept BPS KOTA SINGKAWANG No. 94/09/6172/Th. X, 3 Oktober PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA SINGKAWANG BULAN SEPTEMBER SEBESAR -0,75 PERSEN Pada bulan terjadi deflasi sebesar 0,75 dengan Harga

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK No. 01/12/81/Th. XIX, 4 Desember 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PADA NOVEMBER 2017 TERJADI DEFLASI SEBESAR 0,59 PERSEN DI KOTA AMBON DAN DEFLASI SEBESAR 2,74 PERSEN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2017 INFLASI SEBESAR 0,23 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2017 INFLASI SEBESAR 0,23 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2017 INFLASI SEBESAR 0,23 PERSEN Kota Bandar Lampung menempati peringkat ke-22 dan Kota Metro peringkat ke-39,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BULAN APRIL 2017 DEFLASI 0,42 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BULAN APRIL 2017 DEFLASI 0,42 PERSEN No. 9 / 5 / 940 /Th. V, 3 Mei 207 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BULAN APRIL 207 DEFLASI 0,42 PERSEN Bulan April 207 Kabupaten Merauke mengalami deflasi 0,42 persen, dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA BUKITTINGGI No. 10/10/1375/Th.IV, 2 Oktober 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BUKITTINGGI SEPTEMBER 2017 KOTA BUKITTINGGI INFLASI SEBESAR 0.31 PERSEN

Lebih terperinci

JUMLAH DAN LOKASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA

JUMLAH DAN LOKASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA JUMLAH DAN LOKASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA No BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

Lebih terperinci

JUMLAH DAN LOKASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA

JUMLAH DAN LOKASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA JUMLAH DAN LOKASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA No BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 58//82/Th XV, 0 November 206 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 206, KOTA TERNATE DEFLASI SEBESAR 0,2 PERSEN Pada Oktober 206, Ternate mengalami deflasi sebesar 0,2 persen dengan indeks

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 98 /12/64/Th.XIX, 1 Desember 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN NOVEMBER 2016 INFLASI 0,21 PERSEN Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 45/06/64/Th.XX, 2 Juni 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN MEI 2017 INFLASI 0,36 PERSEN Provinsi Kalimantan Timur pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 72/09/64/Th.XIX, 1 September 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN AGUSTUS 2016 INFLASI 0,14 PERSEN Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK No. 01/01/81/Th. XVIII, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PADA DESEMBER 2015 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,62 PERSEN DI KOTA AMBON DAN INFLASI 2,37 PERSEN DI KOTA

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KOTA/KABUPATEN TRIWULAN-II 2014 KINERJA FASILITASI PROGRAM PERIODE : APRIL-JUNI 2014

EVALUASI KINERJA KOTA/KABUPATEN TRIWULAN-II 2014 KINERJA FASILITASI PROGRAM PERIODE : APRIL-JUNI 2014 EVALUASI KINERJA KOTA/KABUPATEN TRIWULAN-II 2014 KINERJA FASILITASI PROGRAM PERIODE : APRIL-JUNI 2014 PROVINSI KOTA/KABUPATEN P P M Pelatihan Sosiali sasi RLF MK Infrastruktur LOCAL GOV'T BLM NILAI KINERJA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 51/07/64/Th.XX, 3 Juli 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN JUNI 2017 INFLASI 0,98 PERSEN Provinsi Kalimantan Timur pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/11/53/Th. XIX, 1 November 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 2016 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI 0,19 PERSEN Oktober 2016, Nusa Tenggara Timur

Lebih terperinci

NAMA SATKER LINGKUP BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2014

NAMA SATKER LINGKUP BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2014 NAMA SATKER LINGKUP BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2014 NO NAMA SATKER BADAN KETAHANAN PANGAN, KEMENTERIAN PERTANIAN DKI JAKARTA 1 DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN PROVINSI DKI JAKARTA

Lebih terperinci

Kode Lap. Tanggal Halaman Prog.Id. : 09 Maret 2015 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 018 KEMENTERIAN PERTANIAN ESELON I : 04 DITJEN HORTIKULTURA

Kode Lap. Tanggal Halaman Prog.Id. : 09 Maret 2015 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 018 KEMENTERIAN PERTANIAN ESELON I : 04 DITJEN HORTIKULTURA BELANJA MELALUI KPPN DAN BUN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 213 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 18 KEMENTERIAN PERTANIAN : 4 DITJEN HORTIKULTURA : LRBEB 1b : 9 Maret 215 : 1 1 IKHTISAR MENURUT SATKER

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 25/04/64/Th.XX, 3 April 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN MARET 2017 INFLASI 0,15 PERSEN Provinsi Kalimantan Timur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 33/05/64/Th.XX, 2 Mei 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN APRIL 2017 INFLASI 0,13 PERSEN Provinsi Kalimantan Timur pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BULAN DESEMBER 2014 INFLASI 4,53 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BULAN DESEMBER 2014 INFLASI 4,53 PERSEN No. 2 / 0 / 940 /Th. II, 02 Januari 205 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BULAN DESEMBER 204 INFLASI 4,53 PERSEN Bulan Desember 204 Kota Merauke mengalami inflasi 4,53 persen, dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Perkembangan Indeks Harga Konsumen Provinsi DKI Jakarta No. 46/10/31/Th.XIX, 2 Oktober PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN DKI JAKARTA BULAN SEPTEMBER MENGALAMI INFLASI 0,05 PERSEN YANG DISEBABKAN OLEH

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 69/10/64/Th.XVIII, 1 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR* ) BULAN SEPTEMBER 2015 DEFLASI -0,11 PERSEN Kalimantan Timur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/10/53/Th. XIX, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2016 NUSA TENGGARA TIMUR DEFLASI 0,17 PERSEN September 2016, Nusa Tenggara Timur

Lebih terperinci

Code Propinsi/Kabupaten/Kota (Province/Regency/Municipality) Code Propinsi/Kabupaten/Kota (Province/Regency/Municipality)

Code Propinsi/Kabupaten/Kota (Province/Regency/Municipality) Code Propinsi/Kabupaten/Kota (Province/Regency/Municipality) 1100 Prov. Dista Aceh 1100 Prov. Dista Aceh 1105 Kab. Aceh Barat 1105 Kab. Aceh Barat 1101 Kab. Aceh Selatan 1101 Kab. Aceh Selatan 1101 Kab. Aceh Selatan 1101 Kab. Aceh Selatan 1102 Kab. Aceh Tenggara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 17/03/64/Th.XIX, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN FEBRUARI 2016 INFLASI 0,24 PERSEN Provinsi Kalimantan Timur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 01/05/81/Th. XIX, 2 Mei 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PADA APRIL 2017 TERJADI DEFLASI SEBESAR 0,76 PERSEN DI KOTA AMBON DAN INFLASI SEBESAR 0,16 PERSEN DI KOTA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK DI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,32 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK DI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,32 PERSEN BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 80/10/21/Th. XI, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK DI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,32 PERSEN Pada September 2016,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 08/02/64/Th.XIX, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN JANUARI 2016 INFLASI 0,19 PERSEN Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG MARET 2017 DEFLASI GABUNGAN SEBESAR 0,10 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET 2017 DEFLASI SEBESAR 0,10 PERSEN

BPS PROVINSI LAMPUNG MARET 2017 DEFLASI GABUNGAN SEBESAR 0,10 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET 2017 DEFLASI SEBESAR 0,10 PERSEN BPS PROVINSI LAMPUNG No. 14/04/18/Th. IV, 3 April 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET 2017 DEFLASI SEBESAR 0,10 PERSEN Maret 2017, IHK Gabungan Lampung mengalami penurunan indeks dari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI PAPUA BARAT No. 44/09/91 Th. XI, 04 September PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT Pada terjadi deflasi sebesar -0,62 persen dengan Indeks

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN SATKER LINGKUP BKP PER 11 NOVEMBER 2013

PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN SATKER LINGKUP BKP PER 11 NOVEMBER 2013 PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN SATKER LINGKUP BKP PER 11 NOVEMBER 2013 SATKER PAGU REALISASI % DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN PROVINSI DKI JAKARTA 3,025,650,000 2,207,781,900 72.97 BADAN KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

DAFTAR SATUAN KERJA TUGAS PEMBANTUAN DAN DEKONSENTRASI TAHUN 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

DAFTAR SATUAN KERJA TUGAS PEMBANTUAN DAN DEKONSENTRASI TAHUN 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DAFTAR SATUAN KERJA DAN TAHUN 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM NO. KAB/KOTA 1 PENATAAN RUANG - - 32 32 2 SUMBER DAYA AIR 28 132-160 3 BINA MARGA 31 - - 31 59 132 32 223 E:\WEB_PRODUK\Agung\Pengumuman\NAMA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI KALIMANTAN SELATAN. 006/02/63/Th.XVIII, 3 Februari PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Bulan di Kota Banjarmasin terjadi inflasi sebesar 0,64 persen. Laju inflasi kumulatif tahun dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 42/06/64/Th.XIX, 1 Juni 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN MEI 2016 INFLASI 0,09 PERSEN Provinsi Kalimantan Timur pada

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Provinsi Kalimantan Timur ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 09/02/64/Th.XX, 1 Februari 2017 Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Provinsi Kalimantan Timur BULAN JANUARI 2017 INFLASI 1,04 PERSEN Provinsi Kalimantan Timur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 36/06/64/Th.XVIII, 1 Juni 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR* ) BULAN MEI 2015 INFLASI 0,41 PERSEN Kalimantan Timur pada

Lebih terperinci

WILAYAH KERJA KANTOR PUSAT DAN KANTOR BANK INDONESIA. No Nama Kantor Alamat Kantor Wilayah Kerja

WILAYAH KERJA KANTOR PUSAT DAN KANTOR BANK INDONESIA. No Nama Kantor Alamat Kantor Wilayah Kerja Lampiran 1 WILAYAH KERJA KANTOR PUSAT DAN KANTOR BANK INDONESIA 1. Kantor Pusat Bank Jl. MH. Thamrin No.2 DKI Jakarta, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Indonesia Jakarta 10010 Kabupaten Kerawang, Kabupaten

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 01/01/64/Th.XX, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN DESEMBER 2016 INFLASI 1,04 PERSEN Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 DEFLASI GABUNGAN SEBESAR 0,38 PERSEN

BPS PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 DEFLASI GABUNGAN SEBESAR 0,38 PERSEN BPS PROVINSI LAMPUNG No. 14/09/18/Th.IV, 4 September 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS 2017 DEFLASI SEBESAR 0,38 PERSEN Agustus 2017, IHK Gabungan Lampung mengalami penurunan indeks

Lebih terperinci

Luas Kawasan Mangrove Per Kabupaten

Luas Kawasan Mangrove Per Kabupaten Luas Kawasan Mangrove Per Kabupaten NAD (Nangroe Aceh Darussalam) Aceh Barat 246.087 Aceh Besar 15.652 Aceh Jaya 110.251 Aceh Singkil 3162.965 Aceh Tamiang 9919.959 Aceh Timur 5466.242 Kota Banda Aceh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS 2017 BULUKUMBA INFLASI SEBESAR 0,39 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS 2017 BULUKUMBA INFLASI SEBESAR 0,39 PERSEN No. 01/09/7302/Th.III, 04 September PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS BULUKUMBA INFLASI SEBESAR 0,39 PERSEN Pada, terjadi sebesar 0,39 persen dengan Indeks Harga Konsumen () sebesar 136,39

Lebih terperinci

Daftar Daerah yang Melaksanakan Pilkada Serentak Tahun 2018 (Masa Jabatan Kepala Daerah & Wakil Kepala Daerah Berakhir Tahun 2018 dan Tahun 2019)

Daftar Daerah yang Melaksanakan Pilkada Serentak Tahun 2018 (Masa Jabatan Kepala Daerah & Wakil Kepala Daerah Berakhir Tahun 2018 dan Tahun 2019) Daftar Daerah yang Melaksanakan Pilkada Serentak Tahun 2018 (Masa Jabatan Kepala Daerah & Wakil Kepala Daerah Berakhir Tahun 2018 dan Tahun 2019) No Provinsi Akhir Masa Jabatan 1. Sumut 17-06-2018 2. Sumsel

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BULAN OKTOBER 2015 INFLASI 1,01 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BULAN OKTOBER 2015 INFLASI 1,01 PERSEN No. 23 / / 940 /Th. II, 2 November 205 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BULAN OKTOBER 205 INFLASI,0 PERSEN Bulan Oktober 205 Kabupaten Merauke mengalami inflasi,0 persen, dengan Indeks Harga

Lebih terperinci