PENINGKATAN LEVEL BERPIKIR SISWA PADA PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN LEVEL BERPIKIR SISWA PADA PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK"

Transkripsi

1 PENINGKATAN LEVEL BERPIKIR SISWA PADA PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK Oktorizal 1), Sri Elniati 2), dan Suherman 3) 1) FMIPA UNP, 2,3) Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP Abstract Students must proceed through five levels of understanding in learning geometry sequentially. The levels labeled Visualization, Analysis, Informal Deduction, Formal Deduction, and Rigor. There are three components in learning such as time, contents, and learning approach, when these are set and integrated well in the system will enhance the thinking ability of students to higher levels of thinking. This research is concerning on the progress of students geometry thinking when they are taught by Realistic Mathematics Education approach. The research is pre-experimental research that use the one shot case study as research design. Keyword - Realistic Mathematics Education, geometry,geometry level of thought PENDAHULUAN Geometri merupakan cabang matematika yang menempati posisi khusus dalam pembelajaran matematika di sekolah. Pentingnya konsep yang termuat di dalamnya menempatkan materi geometri dalam proporsi yang relatif banyak dalam kurikulum. Pada tingkatan Sekolah Menengah Pertama (SMP), sekitar 42% materi yang diajarkan berupa materi geometri. Untuk kelas VII, ada dua dari enam standar kompetensi yang berisikan materi geometri. Untuk kelas VIII, ada tiga dari lima standar kompetensi yang berisikan materi geometri. Bobango (1993: 148) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran geometri adalah agar siswa, (1) memperoleh rasa percaya diri pada kemampuan matematikanya, (2) menjadi pemecah masalah yang baik, (3) dapat berkomunikasi secara matematis, dan (4) dapat bernalar secara matematis. Suydam (dalam Clements & Battista, 1992: 421) memberikan pendapat bahwa tujuan pembelajaran geometri adalah (1) mengembangkan kemampuan berpikir logis, (2) mengembangkan intuisi spasial mengenai dunia nyata, (3) menanamkan pengetahuan yang dibutuhkan untuk matematika lanjut, dan (4) mengajarkan cara membaca dan menginterpretasikan argumen matematika. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, inti dari tujuan pembelajaran geometri adalah untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dengan memanfaatkan pemikiran logis dan matematis. Pembelajaran geometri memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan intuisi ruang pikiran dengan memasuki dunia geometri yang pada dasarnya sudah dikenal semenjak mereka masuk sekolah. Dunia geometri yang sudah mereka kenal itulah yang menjadi titik tolak pembelajaran di kelas. Kemampuan pemecahan masalah dan imajinasi kreatif yang dikembangkan selama pembelajaran geometri membantu siswa dalam memahami konsepkonsep matematika lainnya. Pentingnya pembelajaran Geometri tersebut mendorong para tokoh pendidikan matematika memberikan perhatian serius terhadap pembelajaran geometri di sekolah, diantaranya adalah Piere Van Hiele dan Dina Van Hiele- Geldof ( ). Dua tokoh tersebut mengajukan teori mengenai proses perkembangan yang dilalui siswa dalam mempelajari geometri. Dalam teori yang mereka kemukakan, mereka berpendapat bahwa dalam mempelajari geometri 60

2 siswa mengalami perkembangan kemampuan berpikir melalui level-level tertentu. Van hiele (dalam Crowley, 1987) menyatakan, terdapat lima level berpikir siswa dalam memahami geometri. Tingkatan level tersebut yaitu visualisasi (level 0), analisis (level 1), deduksi informal (level 2), deduksi formal (level 3) dan Rigor (level 4). Level visualisasi dikenal dengan level dasar, level rekognisi, level holistik, dan level visual. Pada level ini siswa mengenal bentukbentuk geometri hanya sekedar karakteristik visual dari suatu objek. Siswa secara eksplisit tidak terfokus pada sifat-sifat objek yang diamati, tetapi memandang objek secara keseluruhan. Oleh karena itu, pada level ini siswa tidak dapat memahami dan menentukan sifat geometri dan karakteristik bangun yang ditunjukkan. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa mengetahui suatu bangun persegi panjang, tetapi ia belum menyadari karakteristik keseluruhan dari bangun persegi panjang tersebut. Level analisis dikenal dengan level deskriptif. Pada level ini sudah terlihat adanya analisis siswa terhadap konsep dan sifat-sifat bangun geometri. Siswa dapat menentukan sifatsifat suatu bangun dengan melakukan pengamatan, pengukuran, eksperimen, menggambar dan membuat model. Meskipun demikian, siswa belum sepenuhnya dapat menjelaskan hubungan antara sifat-sifat tersebut, belum dapat melihat hubungan antara beberapa bangun geometri dan mereka belum mampu memahami definisi. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa sudah bisa mengatakan bahwa suatu bangun merupakan persegi panjang karena bangun itu mempunyai empat sisi, sisi-sisi yang berhadapan sejajar, dan semua sudutnya siku-siku. Level deduksi informal dikenal dengan level abstraksi, level relasional, level teoritik, dan level keterkaitan. Pada level ini, siswa sudah dapat melihat hubungan sifat-sifat pada suatu bangun geometri dan sifat-sifat dari berbagai bangun dengan menggunakan deduksi informal, dan dapat mengklasifikasikan bangun-bangun secara hierarki. Meskipun demikian, siswa belum mengerti bahwa deduksi logis adalah metode untuk membangun geometri. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa sudah bisa mengatakan bahwa jika pada suatu segiempat sisi-sisi yang berhadapan sejajar, maka sisi-sisi yang berhadapan itu sama panjang. Di samping itu, pada tingkat ini siswa sudah memahami perlunya definisi untuk tiap-tiap bangun. Pada level ini, siswa juga sudah bisa memahami hubungan antara bangun yang satu dengan bangun yang lain. Misalnya pada tingkat ini siswa sudah dapat memahami bahwa setiap persegi adalah juga persegi panjang, karena persegi juga memiliki ciri-ciri persegi panjang. Pada level deduksi formal siswa tidak hanya sekedar menerima bukti tetapi sudah mampu menyusun bukti. Siswa dapat menyusun teorema dalam sistem aksiomatik, dan mereka berpeluang untuk mengembangkan bukti lebih dari satu cara. Perbedaan antara pernyataan dan konversinya dapat dibuat dan siswa menyadari perlunya pembuktian melalui serangkaian penalaran deduktif. Clements & Battista (1992: 428) menyebut level Rigor dengan level metamatematika. Pada level ini, matematikawan bernalar secara formal dalam sistem matematika serta dapat menganalisis konsekuensi dari manipulasi aksioma dan definisi. Saling keterkaitan antara bentuk yang tidak didefinisikan, aksioma, definisi, teorema dan pembuktian formal sudah dapat dipahami. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa menyadari bahwa jika salah satu aksioma pada suatu sistem geometri diubah, maka seluruh geometri tersebut juga berubah. Untuk siswa di tingkat SMP, pada umumnya hanya mampu mencapai level 2 (deduksi informal). Hal ini sesuai dengan pendapat Van de Walle (1990:270) yang menyatakan bahwa sebagian besar siswa SMP/MTs berada pada antara level 0 (visualisasi) sampai level 2 (deduksi informal). Permasalahan yang ditemukan di SMPN 8 Padang sebagai sekolah yang bertaraf internasional dimana siswanya merupakan siswa unggulan di sumatera barat adalah secara umum siswa telah mencapai level berpikir 0 ( visualisasi ) dan sebagian kecil telah berada pada level 1 (analisis). Menurut Van De Walle (1990:270) siswa SMP seharusnya sudah bisa mencapai level 2 (deduksi informal ). Siswa seharusnya sudah bisa 61

3 melakukan analisis terhadap sifat-sifat bangun geometri dan mengurutkan secara logis sifat-sifat tersebut. Kenyataan yang terihat di lapangan ketika siswa diminta menyelesaikan persoalan tentang segitiga, siswa mangalami kesulitan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan sifatsifat bangun tersebut. Sebagian lain dari mereka masih ragu dalam mengelompokkan macammacam segitiga ketika model gambar segitiga itu dibolak-balik posisinya. Siswa yang berada pada level deduksi informal masih relatif sedikit, padahal seharusnya secara umum siswa telah berada pada level tersebut. Hal ini terlihat ketika siswa mengalami kesulitan menyelesaikan persoalan geometri terkait dengan menjelaskan keterkaitan antar bangun geometri yang diberikan. Siswa mengetahui defenisi bangun-bangun namun mengalami kesulitan dalam mengurutkan klasifikasi bangun dan mengurutkan sifat-sifat bangun. Van Hiele (Suherman 2003:51) menyatakan bahwa tiga unsur utama dalam pengajaran geometri yaitu waktu, materi dan pendekatan pengajaran yang diterapkan, yang jika ditata secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa kepada tingkatan berpikir yang lebih tinggi. Berdasarkan pendapat tersebut waktu, materi dan pendekatan pembelajaran menjadi hal pokok yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran geometri. Pada penelitian ini yang menjadi fokus pembahasan adalah pada pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang menjadi pilihan dalam mengatasi permasalahan pembelajaran di SMPN 8 Padang adalah Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR). Pada tahun 1973, Freudenthal memperkenalkan suatu pendekatan baru dalam pembelajaran matematika yang akhirnya dikenal dengan nama Pedidikan Matematika Realistik (PMR). Pendekatan ini didasarkan pada prinsip Freudenthal yang berpendapat bahwa matematika merupakan aktivitas manusia, dengan ide utama bahwa siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa (Gravemeijer, 1994). Berdasarkan teori pendekatan PMR, ada beberapa keunggulan dari pendekatan tersebut yang menjadi pertimbangan dapat mengatasi permasalahan pendidikan di atas, yaitu, (1) Pendekatan PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan matematika pada, umumnya bagi manusia, (2)Pendekatan PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa, (3) Pendekatan PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah tidak harus tunggal, dan tidak perlu sama antara sesama siswa bahkan dengan gurunya pun, (4) Pendekatan PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama. Tanpa kemauan menjalani proses tersebut, pembelajaran tidak akan bermakna (5) PMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap unggul seperti pendekatan pemecahan masalah, dll, (6) Pendekatan PMR yang dikembangkan oleh tim Freundenthal Institute di Belanda bersifat lengkap (menyeluruh), mendetail dan operasional (Massofa, 2008). Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik bertitik tolak dari hal-hal real bagi siswa, menekankan keterampilan proses of doing math, berdiskusi dan berkolaborasi. Pendekatan PMR memfasilitasi siswa untuk berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu ataupun kelompok. Pendekatan PMR mambahas secara khusus bagaimana seharusnya pembelajaran geometri dilaksanakan dalam Geometri realistik. De Moor (dalam Fauzan: 2002) meyatakan bahwa terdapat 6 aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran geometri realisitik yaitu mengadakan pengamatan ( sighting) dan proyeksi ( projecting), Melakukan orientasi (orienting) dan 62

4 melokalisir (locating), Mengukur dan menghitung (measuring and calculating), Mengkontruksi dan Menggambar (Contsructing and Drawing), Penalaran Ruang (Spatial Reasoning), Transformasi ( Transforming ). Perkembangan level berpikir tersebut akan diperoleh dari pengalaman mereka selama mengikuti serangkaian aktivitas pada kegiatan pembelajaran dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Aktivitas awal menekankan pada kegiatan review dan pengenalan menjadi bekal bagi guru untuk mendapatkan informasi pengetahuan yang sudah dimiliki siswa. Siswa diarahkan untuk melakukan orientasi (orienting) dan melokalisir (locating) benda-benda yang ada disekeliling mereka. Siswa diarahkan untuk melihat benda secara keseluruhan dan memperhatikan posisi (tampak depan, tampak belakang, tampak samping, dsb) benda tersebut. Kegiatan orientasi dan melokalisir tersebut melatih visualisasi siswa. Pada kegiatan untuk aspek pengamatan ( sighting ) siswa difasiltasi model berupa benda kongkret sebagai alat bantu yang menjembatani siswa dalam menemukan konsep, siswa dengan bimbingan guru melakukan pengukuran ( measuring ) dan penghitungan (calculating) terhadap benda konkret yang berbentuk bangun ruang (balok/kubus/prisma/limas). Kemudian siswa juga yang menyimpulkan sifat-sifat dari bangun ruang berdasarkan hasil pengukuran yang mereka peroleh. Salah satu contoh bentuk kegiatan menyelidiki sifat bangun balok, seperti berikut. (a) siswa diminta mengambil model bangun balok dari kumpulan bangun ruang; (b) siswa diminta memberi nama bangun tersebut; (c) siswa diminta mengukur/menyelidiki keadaan: titik sudut, rusuk,sisi, dan diagonal-diagonal yang ada pada balok. Pada kegiatan ini siswa diharapakan mampu mengembangkan kemampuan analisis mereka. Penelitian ini juga dilengkapi dengan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Penggunaan LKS membantu siswa mengkontruksi ( constructing ) konsep. LKS manuntun siswa dalam menemukan sifat-sifat bangun dan meyimpulkan hubungan antar sifat bangun-bangun ruang. Siswa juga dituntut untuk menggambar bangun ruang yang diamati untuk mengembangkan daya tilik ruang pikiran mereka. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah pra-eksperimen dengan rancangan The One Shot Case Study, yaitu menggunakan satu kelompok subjek. Kelas yang terpilih sebagai subjek penelitian diberikan perlakuan yaitu penerapan Pendekatan Matematika Realistik (PMR), setelah itu dilakukan pengukuran secara berkala untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap variabel terikat. Prosedur dalam penelitian ini adalah melakukan skenario pembelajaran berdasarkan karakteristik dari pendekatan PMR. Pembelajaran diberikan pada materi balok dan kubus, Prisma, dan Limas. Setelah itu dilakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran. Evaluasi berupa 3 kali tes level berpikir geometri dengan bentuk tes uraian yang terdiri dari 8 butir soal yang disusun sedemikian rupa sehingga masing masing butirnya mangukur ketercapaian level berpikir siswa. Data yang diperoleh dideskripsikan dalam bentuk narasi. Deskripsi data didasarakan pada indikator ketercapaian level berpikir yang disusun dan divalidasi oleh dua orang dosen matematika UNP HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut ditampilkan perkembangan level berpikir geometri siswa untuk ketiga tes level berpikir: 63

5 Gambar 1. Perkembangan Level Berpikir Geometri Siswa selama Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Berdasarkan Gambar 1 di atas, secara umum terlihat bahwa terjadi peningkatan level berpikir geometri siswa selama pembelajaran matematika dengan penerapan pendekatan PMR. 50% siswa berpindah dari level visualisasi ke level deduksi informal, 25% siswa berpindah dari level berpikir analisis ke level berpikir deduksi informal, 8.33 % siswa berpindah dari level berpikir deduksi informal ke level berpikir deduksi formal Konsepsi awal siswa tentang unsur-unsur bangun ruang merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam penelitian. Berdasarkan hasil tes setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan PMR pada pembelajaran Balok dan kubus, diketahui bahwa 12 orang siswa berada pada level visualisasi, 7 orang lainnya berada pada level analisis, 3 siswa berada pada level deduksi informal dan 2 orang telah berada pada level deduksi formal. Hasil test menunjukkan bahwa pada umumnya konsepsi awal siswa belum sesuai dengan konsepsi yang sesungguhnya. Diantaranya, siswa terlihat masih mengalami kesulitan dalam membedakan bangun balok/kubus dan bangun bukan balok/kubus. Siswa belum memahami bahwa bidang diagonal pada bangun balok/kubus berupa persegi panjang. Siswa masih ragu dalam menentukan dan melakukan perhitungan terkait dengan panjang diagonal bidang ataupun diagonal ruang dari balok dan kubus, siswa belum bisa melihat sudut yang dibentuk oleh pertemuan dua rusuk pada titik sudut merupakan sudut siku-siku. Siswa juga belum mampu mengidentifikasi bangun balok dan kubus berdasarkan sifatsifatnya. Siswa sulit dalam mengurutkan klasifikasi bangun ruang, misalnya dalam menyimpulkan bahwa kubus merupakan suatu balok. Permasalahan ini disebabkan oleh berbagai faktor. Diantaranya adalah kecenderungan siswa menghafal suatu konsep tanpa didasari dengan pemahaman dan kebermaknaan. Kesalahan lain siswa adalah mengenai persepsi visual. Mereka masih bergantung pada satu orientasi semata, dari hasil pengamatan siswa sulit untuk memahami bahwa sifat suatu balok/kubus tidak berubah bentuk dan ukurannya meskipun dilihat dari berbagai arah. Keterbatasan persepsi visual dipengaruhi oleh kurangnya pengalaman visual pada pembelajaran sebelumnya. Salah satunya adalah penggunaan model bangun balok/kubus bentuk padat diikuti dengan bentuk kerangka untuk mengenalkan unsur bangun tersebut. Pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik diterapkan dalam upaya membantu siswa dalam memahami konsep-konsep geometri sekaligus meningkatkan level berpikir siswa sesuai dengan level berpikir yang dirumuskan oleh Van Hiele. Hasil penelitian 64

6 menunjukkan bahwa pemahaman konsepsi siswa membaik setelah diterapkan pendekatan pembelajaran PMR. Siswa telah mampu mengenali bangunbangun Ruang dengan baik. Contohnya, mereka telah mampu membedakan bangun balok/kubus dari kumpulan berbagai bangun ruang lainnya meskipun posisinya dibolak-balik. Mereka mampu mendeskripsikan sifat-sifat dari tiap bangun ruang. Mereka memahami bahwa sebuah balok memiliki diagonal-diagonal ruang yang sama panjang dan berpotongan di satu titik, sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan memiliki luas area yang sama. Sebagian dari mereka sudah bisa menjelaskan bahwa kubus merupakan suatu balok yang memiliki panjang rusuk yang sama. Kenyataan ini menunjukkan adanya peningkatan pemahaman siswa tentang bangun geometri ruang. Proses meningkatnya pemahaman siswa ini sangat dimungkinkan dari pengalamanpengalaman belajar siswa mengamati modelmodel bangun geometri ruang yang berupa bendabenda konkret. Siswa melakukan pengukuran terhadap sisi, sudut dan diagonal bangun-bangun ruang melalui bantuan LKS. Kemudian, siswa juga yang menyimpulkan sifat-sifat dari bangun ruang berdasarkan hasil pengukuran yang telah mereka peroleh. Pengalaman geometri pada pembelajaran ini dirancang dengan memperhatikan konsepsi awal siswa dan sebagai implikasi dari pembelajaran matematika dalam pandangan konstruktivisme yang merupakan bagian dari pendekatan Pendekatan Matematika Realistik. Hal ini sejalan dengan pendapat Hudojo (1988) yang mengemukakan bahwa implikasi pembelajaran matematika dalam pandangan konstruktivisme adalah guru perlu menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, sehingga siswa belajar melalui proses pembentukan pengetahuan. Hal ini merupakan prinsip utama dari pembelajaran dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) Berdasarkan hasil tes III ( tes untuk materi limas ), terlihat peningkatan level berpikir siswa setelah penerapan pendekatan PMR. Dari 12 orang yang berada pada level visualisasi, 9 orang diantaranya mengalami peningkatan yang cukup drastis yaitu peningkatan dari level visualisasi (level 0) ke level deduksi informal (level 2) dan 3 orang lainnya mengalami peningkatan dari level visualisasi (level 0) ke level analisis (level 1). Sementara itu, dari 7 orang yang berada pada level analisis, 6 orang diantaranya mengalami peningkatan level berpikir dari level analisis (level 1) ke level deduksi informal (level 2). Akan tetapi, 1 orang lainnya tetap berada pada level analisis. Satu orang siswa memang tidak terlihat peningkatan level berpikirnya. Namun setelah diwawancarai, pemahamannya terhadap bangun geometri jauh lebih baik. Berdasarkan hasil tes III, 3 orang siswa yang berada pada level deduksi informal (level 2), 2 orang diantaranya mengalamai peningkatan level berpikir dari level deduksi informal (level 2) ke level berpikir formal (level 3). Siswa terlihat begitu mahir dalam mensortir bangun prisma dan limas diantara kumpulan bangun ruang lainnya. Siswa juga terlihat mahir dalam mendeskripsikan sifat-sifat dari setiap bangun raung. Hanya saja siswa tersebut masih kesulitan dalam memberikan bukti secara formal yang berhubungan dengan persoalan yang menuntut mereka melakukan pembuktian-pembuktian. Perkembangan level berpikir tersebut tentunya diperoleh dari pengalaman mereka selama mengikuti serangkaian aktivitas pada kegiatan pembelajaran dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Aktivitas awal yang menekankan pada kegiatan review dan pengenalan menjadi bekal bagi guru untuk mendapatkan informasi pengetahuan yang sudah dimiliki siswa. Siswa diarahkan untuk melakukan orientasi (orienting) dan melokalisir (locating) benda-benda yang ada disekeliling mereka. Siswa diarahkan untuk melihat benda secara keseluruhan dan memperhatikan posisi (tampak depan, tampak belakang, tampak samping, dsb) benda tersebut. Kegiatan orientasi dan melokalisir tersebut melatih visualisasi siswa. Pada kegiatan untuk aspek pengamatan ( sighting ) siswa difasiltasi model berupa benda kongkret sebagai alat bantu yang menjembatani siswa dalam menemukan konsep, siswa dengan bimbingan guru melakukan pengukuran ( measuring ) dan penghitungan (calculating) 65

7 terhadap benda konkret yang berbentuk bangun ruang (balok/kubus/prisma/limas). Kemudian siswa juga yang menyimpulkan sifat-sifat dari bangun ruang berdasarkan hasil pengukuran yang mereka peroleh. Salah satu contoh bentuk kegiatan menyelidiki sifat bangun balok, seperti berikut. (a) siswa diminta mengambil model bangun balok dari kumpulan bangun ruang; (b) siswa diminta memberi nama bangun tersebut; (c) siswa diminta mengukur/menyelidiki keadaan: titik sudut, rusuk,sisi, dan diagonal-diagonal yang ada pada balok. Pada kegiatan ini siswa diharapakan mampu mengembangkan kemampuan analisis mereka. Penggunaan Lembar Kegiatan Siswa membantu siswa mengkontruksi ( constructing ) konsep. LKS manuntun siswa dalam menemukan sifat-sifat bangun dan meyimpulkan hubungan antar sifat bangun-bangun ruang. Siswa juga dituntut untuk menggambar bangun ruang yang diamati untuk mengembangkan daya tilik ruang pikiran mereka. Pada akhir rangkaian kegitan pembelajaran siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan idenya dan lebih memahami materi yang diajarkan melalui diskusi antar siswa. Berdasarkan hasil pengamatan, kegiatan diskusi pada pertemuan pertama kurang optimal. Sebagian kelompok siswa belum berani mengemukakan pendapatnya, baik dalam kelompoknya sendiri maupun dengan kelompok lainnya. Padahal kegiatan diskusi dapat memperlancar komunikasi matematika siswa secara lebih efektif, baik itu dalam pemahaman konsep, problem solving, maupun alasan-alasan logik. Kurang optimalnya pelaksanaan diskusi ini disebabkan oleh tradisi belajar siswa yang masih dipengaruhi cara belajar konvensional. Namun, kegiatan diskusi ini membaik pada pertemuanpertemuan berikutnya. Pada akhir penelitian siswa terlihat telah begitu mahir menyelesaikan masalah yang menuntut pemahaman terhadap sifat-sifat dari bangun ruang. Tentunya pencapaian ini juga sangat didukung oleh penerapan pendekatan PMR yang menuntut mereka menemukan konsep sendiri sehingga mereka benar-benar paham dengan materi yang dibahas. Siswa diberikan tugas-tugas yang lebih kompleks baik secara individu maupun berkelompok. Dalam hal ini, siswa ditantang untuk berpikir dan memecahkan masalah dengan cara siswa sendiri. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik memberikan sumbangsih dalam mengkonstruksi pengetahuan siswa. Tujuan kegiatan belajar dengan pendekatan PMR ini adalah agar siswa mampu menginterpretasikan pengetahuan dari apa yang telah diamati dan didiskusikan. Salah satu aspek penting dalam membelajarkan geometri pada siswa adalah selalu memperhatikan tingkat bepikir siswa. Oleh karena itu, untuk menanamkan suatu ide atau konsep geometri perlu penyesuaian dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dalam suatu rangkaian pembelajaran yang diawali dengan sajian konkret (wujud nyata), semi konkret (wujud gambar), dan menuju ke abstrak (simbol). Hal ini sejalan dengan rangkaian pembelajaran dengan pendekatan PMR. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi peningkatan level berpikir geometri siswa setelah diterapkan Pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik. Tingkat pencapaian level berpikir geometri Van Hiele siswa di kelas penelitian adalah 50% siswa berpindah dari level visualisasi ke level deduksi informal, 25% siswa berpindah dari level berpikir analisis ke level berpikir deduksi informal, 8.33 % siswa berpindah dari level berpikir deduksi informal ke level berpikir deduksi formal Berdasarkan simpulan di atas, maka disarankan kepada guru agar dapat memvariasikan pendekatan pembelajran geometri dengan menerapakan pendekatan PMR, tidak hanya bertujuan untuk menginkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, tetapi juga untuk meningkatkan level berpikir geometri seperti yang dirumuskan oleh Van Hiele. 66

8 DAFTAR PUSTAKA Bobango, J.C Geometry for All Student: Phase-Based Instruction. Dalam Cuevas (Eds). Reaching All Students With Mathematics. Virginia: TheNational Council of Teachers of Mathematics,Inc Clements, D.H & Battista, J.M Geometry and Spatial Reasoning. Hand Book of Research on Mathematics Teaching and Learning, New York: Macmillan Publishing Company Crowley, M.L The van Hiele Model of Development of Geometric Though. Reston, VA: National Council Of Teachers of Mathematics. Fauzan, A Applying Realistik Mathematics Education in Teaching Geometry in Indonesian Primary Schools. Doctoral Dissertation, University of Twente, The Netherlands. Gravemeijer,K.P.E. (1994). Developing Realistic Mathematics Education. Utrecth: freudenthal institute. Massofa, 2008, Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. ndekatan-pembelajaran-matematikarealistik. ( di Akses tanggal 29 Desember 2011) Suherman, Erman (2003). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Universitas Pendidkan Indonesia Van de Walle, J.A Elementary School Mathematics: Teaching Developmentally. New York: Longman. 67

Pengalaman Belajar sesuai Teori Berpikir van Hiele

Pengalaman Belajar sesuai Teori Berpikir van Hiele Pengalaman Belajar sesuai Teori Berpikir van Hiele Posted by abdussakir on May 5, 2009 A. Teori Berpikir van Hiele Teori van Hiele yang dikembangkan oleh dua pendidik berkebangsaan Belanda, Pierre Marie

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : Nikmatul Husna

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : Nikmatul Husna MENEMUKAN NILAI π DAN RUMUS KELILING LINGKARAN MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : Nikmatul Husna (nikmatulhusna13@gmail.com) A. PENDAHULUAN Pembelajaran matematika adalah suatu proses yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MELALUI PENDEKATAN PMR DALAM POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS. FMIPA UNP,

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MELALUI PENDEKATAN PMR DALAM POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS. FMIPA UNP, PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MELALUI PENDEKATAN PMR DALAM POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS Vivi Utari 1), Ahmad Fauzan 2),Media Rosha 3) 1) FMIPA UNP, email: vee_oethary@yahoo.com 2,3) Staf Pengajar

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR VAN HIELE

TEORI BELAJAR VAN HIELE TEORI BELAJAR VAN HIELE A. Pendahuluan Banyak teori belajar yang berkembang yang dijadikan landasan proses belajar mengajar matematika. Dari berbagai teori tersebut, jarang yang membahas tentang pembelajaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT BERBASIS TEORI VAN HIELE

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT BERBASIS TEORI VAN HIELE PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT BERBASIS TEORI VAN HIELE Susanto, Yulis Jamiah, Bistari Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Email: l_hian@yahoo.co.id Abstrak:Penelitian

Lebih terperinci

IMPLIKASI TEORI VAN HIELLE DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI

IMPLIKASI TEORI VAN HIELLE DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN: 0216-7433 Vol. 8. No 1 (2013) 20-29 IMPLIKASI TEORI VAN HIELLE DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI Zahra Chairani Program studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir siswa, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan manusia mendapatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan. Pendidikan

Lebih terperinci

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. ANALISIS TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN RUANG SISI DATAR BERDASARKAN TEORI VAN HIELE PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BAKI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh :

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : MENEMUKAN NILAI π DAN RUMUS KELILING LINGKARAN MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : Nikmatul Husna Sri Rejeki (nikmatulhusna13@gmail.com) (srirejeki345@rocketmail.com) A. PENDAHULUAN Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI A.

BAB II KAJIAN TEORI A. BAB II KAJIAN TEORI A. Tahap-tahap Berpikir van Hiele Pierre van Hiele dan Dina van Hiele-Geldof adalah sepasang suami-istri bangsa Belanda yang mengabdi sebagai guru matematika di negaranya. Pada tahun

Lebih terperinci

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele 1 Wahyudi, 2 Sutra Asoka Dewi 1 yudhisalatiga@gmail.com 2 sutrasoka@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE

ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE (Studi Kasus pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014) Nur aini

Lebih terperinci

Pemahaman Siswa Pada Konsep Segiempat Berdasarkan Teori van Hiele

Pemahaman Siswa Pada Konsep Segiempat Berdasarkan Teori van Hiele Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November 2014 262 Pemahaman Siswa Pada Konsep Segiempat Berdasarkan Teori van Hiele Miftahul Khoiri Mahasiswa Pendidikan Matematika, Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam pembelajaran matematika di sekolah matematika dibagi atas beberapa sub pelajaran, diantaranya sub mata pelajaran geometri. Peranan geometri dalam pelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Geometri Geometri menempati posisi khusus dalam kurikulum matematika menengah, karena banyaknya konsep-konsep yang termuat di dalamnya.dari sudut pandang

Lebih terperinci

Abdussakir - Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Van Hiele

Abdussakir - Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Van Hiele PEMBELAJARAN GEOMETRI SESUAI TEORI VAN HIELE Abdussakir Staf Pengajar pada PGMI Fakultas Tarbiyah UIN Malang Abstrak Geometry has a special place in the math curricula at schools. This is because the contents

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu cabang matematika yang diajarkan di sekolah adalah Geometri. Dari sudut pandang psikologi, geometri merupakan penyajian abstraksi dari pengalaman

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOMETRI DENGAN TEORI VAN HIELE

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOMETRI DENGAN TEORI VAN HIELE MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOMETRI DENGAN TEORI VAN HIELE Husnul Khotimah Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Yogyakarata Abstrak Matematika memiliki berbagai cabang ilmu, salah satunya adalah Geometri.

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE JURNAL Disusun untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar, terencana dan diupayakan untuk memungkinkan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri baik fisik maupun nirfisik;

Lebih terperinci

TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI SISWA KELAS VII SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI SISWA KELAS VII SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI SISWA KELAS VII SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE Jackson Pasini Mairing Pendidikan Matematika FKIP Universitas Palangka Raya Email: jacksonmairing@gmail.com Abstrak: Tingkat berpikir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kemampuan Komunikasi Matematika 2.1.1.1 Kemampuan Kemampuan secara umum diasumsikan sebagai kesanggupan untuk melakukan atau menggerakkan segala potensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu yang wajib dipelajari di sekolah. Hal ini dikarenakan matematika memiliki peranan yang sangat penting khususnya dalam bidang pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Analisis Analisis merupakan suatu tahapan yang harus ditempuh untuk mengetahui derajat kualitas (Arifin, 2011). Analisis adalah proses mencari dan menyusun

Lebih terperinci

Geometri dan Pengukuran dalam Kurikulum Matematika

Geometri dan Pengukuran dalam Kurikulum Matematika Geometri dan Pengukuran dalam Kurikulum Matematika Farida Nurhasanah 2012 SI SD kelas I smt 1 Geometri dan Pengukuran 2. Menggunakan pengukuran waktu dan panjang 3. Mengenal beberapa bangun ruang 2.1 Menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses pemberian pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses pemberian pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran matematika merupakan suatu proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA Kuswari Hernawati 1, Ali Mahmudi 2, Himmawati Puji Lestari 3 1,2,3) Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geometri merupakan salah satu bagian dari ilmu matematika yang mempelajari titik, garis, bangun, hubungan antara garis, panjang, luas, volume, dan lain-lain

Lebih terperinci

P - 92 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA

P - 92 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA P - 92 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA Kuswari Hernawati 1, Ali Mahmudi 2, Himmawati Puji Lestari 3 1,2,3) Jurusan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Mika Wahyuning Utami et al., Tingkat Berpikir Siswa...

Pendahuluan. Mika Wahyuning Utami et al., Tingkat Berpikir Siswa... 43 Tingkat Berpikir Geometri Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1 Jember Materi Segiempat Berdasarkan Teori van Hiele ditinjau dari Hasil Belajar Matematika (The Level of Geometry s Thinking in VII-B SMP Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Clement dan Sarama (CPRE, 2011, hlm. 23) menyatakan bahwa learning trajectory adalah deskripsi pemikiran anak-anak ketika belajar dalam domain matematika tertentu,

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Firdha Razak 1, Ahmad Budi Sutrisno 2, A.Zam Immawan

Lebih terperinci

MODUL 4. BANGUN-BANGUN GEOMETRI DI BIDANG DATAR Oleh: Drs. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D.

MODUL 4. BANGUN-BANGUN GEOMETRI DI BIDANG DATAR Oleh: Drs. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D. MODUL 4 BANGUN-BANGUN GEOMETRI DI BIDANG DATAR Oleh: Drs. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D. 1. Pendahuluan Geometri memegang peranan penting di Sekolah Dasar. Dalam beberapa tahun ke belakang pembelajaran geometri

Lebih terperinci

Sugiyarti Pendidikan Matematika-Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang.

Sugiyarti Pendidikan Matematika-Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang. Sugiyarti, Pengembangan Buku Siswa dengan Mengacu Lima Fase... 79 Pengembangan Buku Siswa dengan Mengacu Lima Fase Belajar Model Van Hiele pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII SMP Laboratorium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR GEOMETRI CALON GURU SEKOLAH DASAR DITINJAU DARI TAHAP BERPIKIR VAN HIELE

IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR GEOMETRI CALON GURU SEKOLAH DASAR DITINJAU DARI TAHAP BERPIKIR VAN HIELE JPPM Vol. 9 No. 2 (2016) IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR GEOMETRI CALON GURU SEKOLAH DASAR DITINJAU DARI TAHAP BERPIKIR VAN HIELE Isna Rafianti Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Lebih terperinci

MENEMUKAN RUMUS LUAS LINGKARAN DENGAN KONTEKS TUTUP KALENG KUE BERBENTUK LINGKARAN Oleh:

MENEMUKAN RUMUS LUAS LINGKARAN DENGAN KONTEKS TUTUP KALENG KUE BERBENTUK LINGKARAN Oleh: MENEMUKAN RUMUS LUAS LINGKARAN DENGAN KONTEKS TUTUP KALENG KUE BERBENTUK LINGKARAN Oleh: Nikmatul Husna Sri Rejeki (nikmatulhusna13@gmail.com srirejeki345@rocketmail.com) A. PENDAHULUAN Geometri merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Realistic Mathematics Education Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran dalam pendidikan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI CTL DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA

IMPLEMENTASI CTL DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA IMPLEMENTASI CTL DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA Auliya Rahman Akmil 1), Armiati 2), Yusmet Rizal 3) 1) Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA UNP 2,3) Staf Pengajar Jurusan Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir siswa,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir siswa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir siswa, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI GEOMETRIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI GEOMETRIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE Hj Epon Nur aeni PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI GEOMETRIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE Oleh: Oleh: Hj Epon Nur aeni ABSTRAK Salahsatu kemampuan yang dapat membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak menerima pendidikan

Lebih terperinci

Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP dalam Belajar Garis dan Sudut dengan GeoGebra

Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP dalam Belajar Garis dan Sudut dengan GeoGebra Suska Journal of Mathematics Education Vol.2, No. 1, 2016, Hal. 13 19 Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP dalam Belajar Garis dan Sudut dengan GeoGebra Farida Nursyahidah, Bagus Ardi Saputro, Muhammad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika dalam kurikulum pendidikan nasional selalu

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika dalam kurikulum pendidikan nasional selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran matematika dalam kurikulum pendidikan nasional selalu diajarkan pada jenjang pendidikan disetiap tingkatan kelas dengan proporsi waktu yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya akan selalu berkembang ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya akan selalu berkembang ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat dan kemajuan bangsa. Manusia yang selalu diiringi pendidikan, kehidupannya akan selalu berkembang

Lebih terperinci

Pembelajaran Matematika Realistik Sebagai Sebuah Cara Mengenal Matematika Secara Nyata

Pembelajaran Matematika Realistik Sebagai Sebuah Cara Mengenal Matematika Secara Nyata Pembelajaran Matematika Realistik Sebagai Sebuah Cara Mengenal Matematika Secara Nyata oleh : Wahyudi (Dosen S1 PGSD Universitas Kristen Satya Wacana) A. PENDAHULUAN Salah satu karakteristik matematika

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

DESKRIPSI KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE Pedagogy Volume 2 Nomor 1 ISSN 2502-3802 DESKRIPSI KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE Zet Petrus 1, Karmila 2, Achmad Riady Program Studi Pendidikan Matematika 1,2,3, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Oktavia et al., Analisis Penyajian Pembelajaran...

Oktavia et al., Analisis Penyajian Pembelajaran... 31 Analisis Penyajian Pembelajaran Materi Geometri pada Buku Sekolah Elektronik (BSE) SD Berdasarkan Teori van Hiele (Analysis of Presentation Learning Materials of Geometry in Elementary School Electronic

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK MANGARATUA M. SIMANJORANG Abstrak Konstruktivis memandang bahwa siswa harusnya diberi kebebasan dalam membangun sendiri pengetahuannya. Salah satu pendekatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika memegang peranan penting dalam semua aspek kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika memegang peranan penting dalam semua aspek kehidupan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memegang peranan penting dalam semua aspek kehidupan, karena disadari atau tidak matematika selalu melekat dalam kehidupan sehari-hari. Matematika

Lebih terperinci

DESAIN DIDAKTIS KONSEP VOLUME LIMAS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP BERDASARKAN LEARNING TRAJECTORY

DESAIN DIDAKTIS KONSEP VOLUME LIMAS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP BERDASARKAN LEARNING TRAJECTORY DESAIN DIDAKTIS KONSEP VOLUME LIMAS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP BERDASARKAN LEARNING TRAJECTORY Siti Sarah Didi Suryadi Siti Fatimah Departemen Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

E-LAERNING TEORI BELAJAR VAN HIELE VS BARUDA

E-LAERNING TEORI BELAJAR VAN HIELE VS BARUDA E-LAERNING TEORI BELAJAR VAN HIELE VS BARUDA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 2014 TEORI BELAJAR SOSIAL ALBERT BANDURA Pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan dan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendekatan Matematika Realistik Pendekatan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan

Lebih terperinci

Pengembangan Media Pembelajaran dengan GeoGebra untuk Visualisasi Penggunaan Integral pada Siswa SMA

Pengembangan Media Pembelajaran dengan GeoGebra untuk Visualisasi Penggunaan Integral pada Siswa SMA SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM -41 Pengembangan Media Pembelajaran dengan GeoGebra untuk Visualisasi Penggunaan Integral pada Siswa SMA Chairun Nisa Zarkasyi Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sarbaini, Identifikasi Tingkat Berpikir Siswa Berdasarkan Teori Van

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sarbaini, Identifikasi Tingkat Berpikir Siswa Berdasarkan Teori Van BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ilmu dasar yang mendukung kemajuan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) adalah matematika. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Soedjadi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisika, teknik, dan statistik. Salah satu bidang ilmu yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. fisika, teknik, dan statistik. Salah satu bidang ilmu yang menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam dunia pendidikan, matematika memiliki peranan yang penting dan luas sebagaimana pendapat Muijs dan Reynold (2013:19) yang menyatakan, matematika merupakan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA SISWA KELAS VII SMP MAARIF 5 PONOROGO

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA SISWA KELAS VII SMP MAARIF 5 PONOROGO UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA SISWA KELAS VII SMP MAARIF 5 PONOROGO Uki Suhendar Dosen Prodi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo uki.suhendar@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal yang sedang banyak diminati masyarakat, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal yang sedang banyak diminati masyarakat, yaitu A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Pendidikan formal yang sedang banyak diminati masyarakat, yaitu pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Berdasarkan pada Data Rekapitulasi

Lebih terperinci

Erfan Yudianto, S. Pd Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika UNESA.

Erfan Yudianto, S. Pd Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika UNESA. PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR DI JEMBER KOTA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE Erfan Yudianto, S. Pd Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika UNESA erfan8math@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN VOLUME LIMAS DAN KERUCUT MELALUI PEMECAHAN MASALAH REALISTIK PADA SISWA KELAS VIII SMP

PEMBELAJARAN VOLUME LIMAS DAN KERUCUT MELALUI PEMECAHAN MASALAH REALISTIK PADA SISWA KELAS VIII SMP PEMBELAJARAN VOLUME LIMAS DAN KERUCUT MELALUI PEMECAHAN MASALAH REALISTIK PADA SISWA KELAS VIII SMP Nanang Diana Dosen STKIP Taman Siswa Bima Email: diana.nanang@yahoo.com / syakiradianaprayadi@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang. sesuatu melalui akal dari hasil olahan informasi.

BAB II KAJIAN TEORITIK. mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang. sesuatu melalui akal dari hasil olahan informasi. BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Proses Berpikir Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, proses adalah runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu. Sedangkan berpikir adalah

Lebih terperinci

DESAIN DIDAKTIS BANGUN RUANG SISI DATAR UNTUK MENINGKATKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP

DESAIN DIDAKTIS BANGUN RUANG SISI DATAR UNTUK MENINGKATKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP DESAIN DIDAKTIS BANGUN RUANG SISI DATAR UNTUK MENINGKATKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP Rifa Rizqiyani Siti Fatimah Endang Mulyana Departemen Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES BERPIKIR GEOMETRI BERDASARKAN TEORI VAN HIELE SISWA KELAS VI SD NEGERI 3 PAREPARE

ANALISIS PROSES BERPIKIR GEOMETRI BERDASARKAN TEORI VAN HIELE SISWA KELAS VI SD NEGERI 3 PAREPARE Zaid Zainal /Analisis proses berpikir geometri berdasarkan teori van Hiele siswa kelas VI SDN 3 Parepare 266 ANALISIS PROSES BERPIKIR GEOMETRI BERDASARKAN TEORI VAN HIELE SISWA KELAS VI SD NEGERI 3 PAREPARE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki zaman modern seperti sekarang ini, manusia dihadapkan pada berbagai tantangan yang ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Realistic Mathematics Education (RME) yang di Indonesia dikenal dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN RUANG SISWA SMP MELALUI STRATEGI EVERYONE IS A TEACHER HERE

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN RUANG SISWA SMP MELALUI STRATEGI EVERYONE IS A TEACHER HERE Vol. 9 No.1 Desember 2016 Halaman 52-60 http://dx.doi.org/10.22202/jp.2016.v9i1.2045 Website: ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/pelangi UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN RUANG SISWA SMP MELALUI STRATEGI

Lebih terperinci

ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE

ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE Nur aini Muhassanah 1, Imam Sujadi 2, Riyadi 3 1,2,3 Prodi Magister Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, manusia akan mampu mengembangkan potensi diri sehingga akan mampu mempertahankan

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI DITINJAU DARI LEVEL BERPIKIR

ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI DITINJAU DARI LEVEL BERPIKIR ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI DITINJAU DARI LEVEL BERPIKIR PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI

MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI Carolin Olivia 1, Pinta Deniyanti 2, Meiliasari 3 1,2,3 Jurusan Matematika FMIPA UNJ 1 mariacarolineolivia@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini banyak pakar matematika, baik pendidik maupun peneliti yang. (1997) yang menyatakan bahwa much discucion and concern have been

BAB I PENDAHULUAN. ini banyak pakar matematika, baik pendidik maupun peneliti yang. (1997) yang menyatakan bahwa much discucion and concern have been BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu harapan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika di sekolah menengah pertama adalah terlatihnya kemampuan berpikir matematik. Oleh sebab itu

Lebih terperinci

KETERAMPILAN DASAR GEOMETRI SISWA KELAS V DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA DI MI AL ISTIQOMAH BANJARMASIN

KETERAMPILAN DASAR GEOMETRI SISWA KELAS V DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA DI MI AL ISTIQOMAH BANJARMASIN KETERAMPILAN DASAR GEOMETRI SISWA KELAS V DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA DI MI AL ISTIQOMAH BANJARMASIN Nonong Rahimah, Asy ari STKIP PGRI Banjarmasin,STKIP PGRI

Lebih terperinci

KRITERIA BERPIKIR GEOMETRIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI 5

KRITERIA BERPIKIR GEOMETRIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI 5 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin KRITERIA BERPIKIR GEOMETRIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI 5 Noor Fajriah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu bangsa. Penduduk yang banyak tidak akan menjadi beban suatu negara apabila berkualitas, terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan bagian terpenting di dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan bagian terpenting di dalam kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi tantangan era globalisasi saat ini diperlukan sumber daya manusia yang handal yang memiliki pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemauan kerjasama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam belajar. Gaya kognitif diartikan oleh Keefe (1987:7) merupakan bagian dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam belajar. Gaya kognitif diartikan oleh Keefe (1987:7) merupakan bagian dari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Gaya Kognitif Field Independent 2.1.1 Pengertian Gaya Kognitif Witkin mengemukakan bahwa gaya kognitif merupakan kekhasan siswa dalam belajar. Gaya kognitif diartikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN Ikrimah Syahidatunnisa Tatang Mulyana Firdaus Departemen Pendidikan Matematika, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi yang mewarnai pembelajaran matematika saat ini adalah seputar rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pemahaman Konsep Matematika Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Dalam matematika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar

Lebih terperinci

ASOSIASI KEMAMPUAN SPASIAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN GEOGEBRA

ASOSIASI KEMAMPUAN SPASIAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN GEOGEBRA ASOSIASI KEMAMPUAN SPASIAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN GEOGEBRA Rizki Dwi Siswanto Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA rizki.mathematics@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau hanya gambaran pikiran. Makna dari penjelasan tersebut adalah sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. atau hanya gambaran pikiran. Makna dari penjelasan tersebut adalah sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah sebuah ilmu dengan objek kajian yang bersifat abstrak. Dalam Bahasa Indonesia, abstrak diartikan sebagai sesuatu yang tak berujud atau hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat. Manusia dituntut memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, bernalar,

Lebih terperinci

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA Yerizon FMIPA UNP Padang yerizon@yahoo.com PM - 28 Abstrak. Disposisi

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE PADA MATERI DIMENSI TIGA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE PADA MATERI DIMENSI TIGA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE PADA MATERI DIMENSI TIGA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT (Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Mojolaban Kelas

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DENGAN PENDEKATAN CRA (Concrete Representational Abstract)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DENGAN PENDEKATAN CRA (Concrete Representational Abstract) MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DENGAN PENDEKATAN CRA (Concrete Representational Abstract) Janter Antonius Tambunan (8136172044/Sem III) Program Studi Pendidikan Matematika UNIMED Email: jantertambunan88@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GENDER

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GENDER ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GENDER Isnaeni Maryam Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo E-mail: ice_ajah17@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmu-ilmu eksak. Suherman menjelaskan bahwa pelajaran matematika mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. ilmu-ilmu eksak. Suherman menjelaskan bahwa pelajaran matematika mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metematika mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari - hari. Hampir semua ilmu membutuhkan matematika sebagai alat bantu, terutama ilmu-ilmu eksak.

Lebih terperinci

DESAIN ATURAN SINUS DAN ATURAN COSINUS BERBASIS PMRI

DESAIN ATURAN SINUS DAN ATURAN COSINUS BERBASIS PMRI Desain Aturan Sinus... (Rika Firma Yenni,dkk) 97 DESAIN ATURAN SINUS DAN ATURAN COSINUS BERBASIS PMRI DESIGN OF SINUS AND COSINUS RULE BASED ON INDONESIAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION Rika Firma Yenni,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Soal Matematika Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan dengan matematika. Soal tersebut dapat berupa soal pilihan ganda ataupun soal uraian. Setiap

Lebih terperinci

P - 69 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR GEOMETRIS PADA POKOK BAHASAN SEGIEMPAT DENGAN TEORI VAN HIELE DAN PENDEKATAN PMRI

P - 69 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR GEOMETRIS PADA POKOK BAHASAN SEGIEMPAT DENGAN TEORI VAN HIELE DAN PENDEKATAN PMRI P - 69 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR GEOMETRIS PADA POKOK BAHASAN SEGIEMPAT DENGAN TEORI VAN HIELE DAN PENDEKATAN PMRI Sri Eka Wahyuni 1, Pinta Deniyanti 2, Meiliasari 3 1,2,3 Jurusan Matematika FMIPA

Lebih terperinci

Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang

Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang Abstrak Pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu matematika sampai saat ini, seperti Pythagoras, Plato,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu matematika sampai saat ini, seperti Pythagoras, Plato, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika sudah ada semenjak zaman sebelum masehi. Banyak ilmuwan-ilmuwan zaman dahulu yang memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan ilmu matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Matematika juga dapat menjadikan siswa menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Tanpa adanya pendidikan manusia akan sulit berkembang bahkan akan terbelakang. Salah satu

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF Purnama Ramellan 1), Edwin Musdi 2), dan Armiati 3)

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF Purnama Ramellan 1), Edwin Musdi 2), dan Armiati 3) KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF Purnama Ramellan 1), Edwin Musdi 2), dan Armiati 3) 1) FMIPA UNP, email: Rame_04938@yahoo.com 2,3) Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BANGUN RUANG (1)

PEMBELAJARAN BANGUN RUANG (1) H. SufyaniPrabawant, M. Ed. Bahan Belajar Mandiri 5 PEMBELAJARAN BANGUN RUANG (1) Pendahuluan Bahan belajar mandiri ini menyajikan pembelajaran bangun-bangun ruang dan dibagi menjadi dua kegiatan belajar.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keahlian, dan keterampilan kepada individu untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi yang ada dalam

Lebih terperinci