BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 30 SERI E

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 30 SERI E"

Transkripsi

1 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 30 SERI E KEPUTUSAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 285 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH PERTAMBANGAN KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan pelayanan umum yang sebaik-baiknya dalam bidang pertambangan baik eksplorasi, eksploitasi maupun pendapatan Daerah maka diperlukan suatu wadah pengelolaan pertambangan dalam hal ini Perusahaan Daerah Pertambangan Kabupaten Banjarnegara; b. bahwa untuk menjalankan operasional perusahaan dimaksud diperlukan Pegawai perusahaan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermental baik, loyal terhadap Pemerintah, terampil, dan bertanggung jawab atas tugas pekerjaan yang dipercayakan kepadanya;

2 c. bahwa untuk mewujudkan maksud tersebut di atas diperlukan ketentuan yang mengatur tentang kedudukan, kewajiban, hak dan pembinaan Pegawai yang berdasarkan karier dan prestasi; d. bahwa untuk maksud tersebut di atas perlu ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah ( Berita Negara RI Tahun 1950 Nomor 42 ); 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian ( Lembara n Negara RI Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3041 ) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890 ); 3. Undang-undang Nomor 22 Tahun l999 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3839 ); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undangundang Nomor 13 Tahun 1950 ( Berita Negara RI Tahun 1950 Nomor 59 ); 2

3 5. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil Sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1997 ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 49 ); 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1984 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Daerah di Lingkungan Pemerintah Daerah; 7. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara Nomor 6 Tahun 1983 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara ( Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara Tahun 1985 Nomor 2 Seri D Nr. 1 ); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara Nomor 8 Tahun 1993 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Pertambangan Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara ( Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara Tahun 1993 Nomor 18 Seri D Nr. 7 ); MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI BANJARNEGARA TEN- TANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEPE- GAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH PERTAM- BANGAN KABUPATEN BANJARNEGARA. 3

4 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : a. Perusahaan adalah Perusahaan Daerah Pertambangan Milik Pemerintah Kabupaten Banjarnegara yang didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara Nomor 8 Tahun 1993; b. Bupati adalah Bupati Banjarnegara; c. Badan Pengawas adalah Badan Pengawas Perusahaan Daerah Pertambangan Kabupaten Banjarnegara; d. Direktur adalah direktur Perusahaan Daerah Pertambangan Kabupaten Banjarnegara dan tidak termasuk Pegawai Perusahaan Daerah; e. Pegawai adalah pegawai yang bekerja pada Perusahaan Daerah Pertambangan Kabupaten Banjarnegara dan digaji menurut peraturan gaji yang berlaku bagi Perusahaan Daerah Pertambangan Kabupaten Banjarnegara; f. Penghasilan pegawai adalah gaji pokok ditambah tunjangan-tunjangan lainnya; g. Istri/suami adalah istri/suami seorang Pegawai berdasarkan perkawinan yang sah menurut hukum yang berlaku; h. Anak adalah anak kandung pegawai yang lahir dari perkawinan yang sah, anak tiri dan anak angkat yang sah menurut peraturan perundangundangan yang berlaku, berumur kurang dari 18 tahun belum berpenghasilan sendiri, belum pernah menikah dan menjadi tanggungan sepenuhnya dari pegawai. 4

5 BAB II DIREKTUR Bagian Pertama Pengangkatan dan Pemberhentian Pasal 2 Direktur dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Bupati. Pasal 3 (1) Direktur diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan Bupati setelah mendapat pertimbangan dari Badan Pengawas untuk masa jabatan 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali setelah masa jabatan tersebut berakhir. (2) Sebelum dikeluarkan Keputusan Pengangkatan sebagaimana diatur dalam ayat (1) Pasal ini terlebih dahulu dimintakan persetujuan prinsip dari Pejabat yang berwenang. Bagian Kedua Penghasilan Pasal 4 Direktur, menerima : a. Gaji/Honor yang wajar sesuai dengan kemampuan Perusahaan ( maksimum dua setengah kali gaji pegawai yang tertinggi di dalam perusahaan yang bersangkutan ); b. Jasa Produksi, sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk pegawai; c. Tunjangan Kesehatan, sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk pegawai; d. Perumahan, Direktur mendapat perumahan Dinas yang standar atau pengganti sewa yang seimbang. 5

6 Bagian Ketiga Dana Representatip Pasal 5 Dana Representatip disediakan dari Anggaran Perusahaan Daerah yang sebanyak-banyaknya tujuh puluh lima perseratus dari jumlah gaji Direktur dalam 1 ( satu ) tahun yang penggunaannya diatur oleh Direktur. Bagian Keempat Pesangon Pasal 6 (1) Direktur berhak atas pesangon yang ditetapkan oleh Bupati dengan ketentuan sebagai berikut : a. Diberhentikan dengan hormat karena masa jabatan pertama berakhir mendapat pesangon 5 (lima) kali dari gaji kotor dari tahun terakhir. b. Diberhentikan dengan hormat karena masa jabatan kedua berakhir mendapat pesangon 12 (dua belas ) kali gaji dari gaji bersih dari tahun terakhir. c. Diberhentikan dengan hormat karena masa jabatan ketiga dan seterusnya berakhir diberikan pesangon 12 ( dua belas) kali gaji dari penerimaan gaji bersih dari tahun terakhir. (2) Bagi Direktur yang diangkat dari Karyawan Perusahaan berhak menerima pesangon sebagaimana tercantum pada ayat (1) Pasal ini atau memilih menjadi Karyawan kembali dengan diberi pangkat sama dengan Pegawai Tertinggi di Perusahaan yang bersangkutan. 6

7 Bagian Kelima Cuti Pasal 7 (1) Direktur memperoleh hak cuti sesuai dengan peraturan yang berlaku bagi pegawai Perusahaan. (2) Pejabat yang berwenang memberikan cuti adalah Bupati atau Pejabat yang ditunjuk oleh Bupati. BAB III BADAN PENGAWAS Pasal 8 (1) Ketua, Sekretaris dan para anggota Badan Pengawas dapat diberikan uang jasa yang diatur oleh Bupati yang dibebankan kepada Anggaran Perusahaan. (2) Besarnya uang jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini adalah : a. Ketua Maksimum 30 % ( tiga puluh perseratus ) dari gaji Direktur; b. Sekretaris Maksimum 25 % ( dua puluh lima perseratus ) dari gaji Direktur; c. Anggota Maksimum 80 % ( delapan puluh perseratus ) dari uang jasa Ketua. 7

8 BAB IV KEPEGAWAIAN Bagian Pertama Pengadaan Pegawai Pasal 9 Yang berwenang menerima, mengangkat, menaikkan pangkat, menetapkan gaji berkala menjatuhkan hukuman dan memberhentikan pegawai adalah Direktur setelah mendapat persetujuan Bupati. Pasal 10 Pengadaan pegawai dilakukan hanya untuk mengisi formasi yang ditetapkan dan atau sesuai kebutuhan. Pasal 11 Setiap Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam Keputusan ini mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar dan diangkat menjadi pegawai baru dalam Perusahaan. Pasal 12 Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh tiap pelamar adalah : a. Warga Negara Indonesia; b. Berusia serendah-rendahnya 18 tahun dan setingi-tingginya 35 tahun; c. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan Pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatannya; d. Tidak pernah terlibat dalam suatu gerakan yang menentang Pancasila, Undang Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah; 8

9 e. Tidak pernah diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai suatu Instansi Pemerintah maupun Instansi Swasta; f. Tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri atau Calon Pegawai Negeri; g. Mempunyai Pendidikan, Kecakapan atau Keahlian yang diperlukan; h. Berkelakuan baik; i. Berbadan sehat, yang dinyatakan oleh Dokter yang ditunjuk oleh Perusahaan. Pasal 13 (1) Pengadaan pegawai perusahaan diumumkan seluas-luasnya oleh Direktur atau Pejabat yang ditunjuk oleh Direktur. (2) Dalam pengumuman yang dimaksud ayat (1) Pasal ini, dicantumkan antara lain : a. Jumlah dan jenis lowongan; b. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar; c. Alamat tempat lamaran diajukan; d. Batas waktu pengajuan surat lamaran. Pasal 14 Setiap pelamar harus mengajukan surat lamaran yang ditulis dengan tangan sendiri kepada Perusahaan dengan disertai : a. Daftar Riwayat Hidup; b. Salinan Ijasah atau Surat Tanda Tamat Belajar; c. Surat Keterangan Berkelakuan Baik dari Pejabat yang berwajib; d. Surat Keterangan Kesehatan dari Dokter yang ditunjuk; 9

10 e. Surat Pernyataan Pelamar bahwa ia tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan Pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melaku-kan suatu tindak pidana kejahatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatannya; f. Surat Pernyataan Pelamar bahwa ia tidak pernah terlibat dalam suatu gerakan yang menentang Pancasila, Undang Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah; g. Surat Pernyataan Pelamar bahwa ia tidak pernah diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai suatu Instansi, baik Instansi Pemerintah maupun Instansi Swasta; h. Surat Pernyataan Pelamar, bahwa ia tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri atau Calon Pegawai; i. Pas Foto menurut ukuran dan jumlah yang ditentukan; j. Salinan sah Keputusan atau keterangan tentang pengalaman bekerja bagi pelamar yang telah mempunyai pengalaman bekerja. k. Surat Keterangan lainnya yang diminta dalam pengumuman. Pasal 15 Surat lamaran yang tidak memenuhi syarat dikembalikan kepada yang bersangkutan disertai alasan-alasan. Pasal 16 (1) Pelamar yang surat lamarannya memenuhi syarat dipanggil untuk mengikuti ujian. (2) Ujian diselenggarakan panitia yang dibentuk oleh Direktur. (3) Ujian meliputi : a. Pengetahuan Umum; b. Pengetahuan Teknis; c. Kepribadian apabila dipandang perlu. 10

11 Pasal 17 Pelamar yang diterima diangkat oleh Direktur menjadi Pegawai dengan masa percobaan dan dipekerjakan serta digaji berdasarkan peraturan yang berlaku. Pasal 18 (1) Pegawai yang telah menjalankan masa percobaan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan dan paling lama 6 (enam) bulan diangkat oleh Direktur menjadi Pegawai penuh Perusahaan dalam pangkat tertentu menurut peraturan yang berlaku dengan syarat : a. Telah menunjukkan kesetiaan dan ketaatan penuh kepada Pancasila, Undang Undang Dasar 1945 dan Pemerintah; b. Telah menunjukkan sikap dan budi pekerti yang baik; c. Telah menunjukkan kecakapan dalam melaksanakan tugas; d. Telah memenuhi syarat-syarat kesehatan jasmani dan rohani untuk diangkat menjadi Pegawai. (2) Syarat-syarat yang dimaksud dalam huruf a, b, dan c ayat (1) Pasal ini, dinyatakan secara tertulis oleh atasan yang bersangkutan/yang berwenang membuat penilaian pelaksanaan pekerjaan, sedang syarat yang dimaksud dalam huruf d ayat (1) Pasal ini dinyatakan dalam surat keterangan yang dikeluarkan oleh Dokter dan ahli lainnya yang ditunjuk oleh Direktur. Pasal 19 Pegawai yang telah menjalankan percobaan tetapi tidak memenuhi syaratsyarat sebagaimana diatur dalam Pasal 18 Keputusan ini diberhentikan sebagai Pegawai tanpa ganti rugi apapun. 11

12 Pasal 20 Dalam rangka kepentingan pekerjaan di Perusahaan, Direktur dapat mengangkat Pegawai Honorer yang jumlahnya akan diatur sesuai kebutuhan. Bagian Kedua Nama dan Susunan Kepangkatan Pasal 21 Nama dan Susunan Pangkat Pegawai Perusahaan dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi adalah berdasarkan pada peraturan yang berlaku di lingkungan Pegawai Negeri Sipil. Pasal 22 (1) Pegawai diangkat dalam pangkat tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Keputusan ini. (2) Pengangkatan dalam pangkat sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, dilakukan berdasarkan Peraturan yang diatur oleh Direktur. Bagian Ketiga Penghasilan Pegawai Paragraf 1 Gaji Pokok Pasal 23 Kepada Pegawai diberikan gaji pokok menurut golongan/ruang gaji yang berlaku di lingkungan Pegawai Negeri Sipil atau sesuai dengan kemampuan Perusahaan. 12

13 Pasal 24 Kepada seorang yang diangkat menjadi Pegawai Percobaan, diberi gaji pokok sebesar delapan puluh perseratus dari gaji pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Keputusan ini. Pasal 25 (1) Kepada Pegawai diberikan kenaikan gaji berkala apabila dipenuhi syarat-syarat : a. Menurut daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan bagi yang bersangkutan telah menunjuk-kan kemampuan kerja, kejujuran, kepatuhan kerja dan kepemimpinan ( bagi Staf dan Pimpinan Cabang ) dengan baik. b. Telah mencapai masa kerja golongan yang ditentukan untuk kenaikan gaji berkala. (2) Apabila yang bersangkutan belum memenuhi syarat sebagaimana yang tersebut pada huruf a ayat (1) Pasal ini, maka kenaikan gaji berkala itu ditunda paling lama untuk 1 (satu) tahun, dan apabila sehabis waktu penundaan tersebut yang bersangkutan belum juga memenuhi syaratsyarat maka kenaikan gaji berkala itu ditunda lagi tiap-tiap kali paling lama untuk 1 ( satu ) tahun. Pasal 26 Kepada Pegawai yang menurut daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan menunjukkan kemampuan kerja, kejujuran, kepatuhan dan prakarsa yang baik, sehingga patut dijadikan pegawai teladan dapat diberikan kenaikan gaji istimewa dengan mengajukan saat kenaikan gaji yang akan datang dan saat kenaikan gaji berkala selanjutnya dalam pangkat yang dijabatnya pada saat pemberian penghargaan itu. 13

14 Paragraf 2 Tunjangan-tunjangan Pasal 27 Disamping gaji pokok pegawai juga dapat diberikan tunjangan-tunjangan sebagai berikut : a. Tunjangan Istri dan Anak; b. Tunjangan Kemahalan; c. Tunjangan Pengobatan; d. Tunjangan Perumahan/Pengganti Sewa Rumah; e. Tunjangan Sandang Pangan; f. Tunjangan Jabatan; g. Tunjangan Representatif; h. Tunjangan-tunjangan lain yang ditetapkan oleh Direktur. Paragraf 3 Masa Kerja Pasal 28 (1) Pegawai termasuk masa percobaan menjadi Pegawai Perusahaan dapat diperhitungkan dengan Keputusan ini. (2) Direktur dapat memberikan masa kerja tambahan bagi Pegawai yang berhasil meningkatkan pendidikannya berdasarkan Peraturan Direktur. Pasal 29 Dalam rangka pengangkatan pegawai honorer, Direktur mengatur ketentuan honornya dalam peraturan tersendiri. 14

15 Bagian Keempat Pengangkatan Dalam Pangkat dan Kenaikan Pangkat Paragraf 1 Pengangkatan Dalam Pangkat Pasal 30 Setiap Pegawai diangkat dalam pangkat tertentu berdasarkan peraturan yang berlaku. Pasal 31 (1) Pangkat-pangkat yang diberikan untuk pengangkatan pertama adalah : a. Juru Muda Golongan Ruang I/a bagi mereka yang memiliki STTB Sekolah Dasar; b. Juru Muda Tingkat I Golongan Ruang I/b bagi mereka yang sekurang-kurangnya memiliki STTB Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Kejuruan Tingkat Pertama; c. Pengatur Muda Golongan Ruang II/a bagi mereka yang sekurangkurangnya memiliki STTB Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 3 Tahun, Sekolah Lanjutan Kejuruan 3 Tahun; d. Pengatur Muda Tingkat I Golongan Ruang II/b bagi mereka yang sekurang-kurangnya memiliki Ijasah Sarjana Muda, Ijasah Bakaloreat, Ijasah Diploma III, Ijasah Sekolah Politeknik; e. Penata Muda Golongan Ruang III/a bagi mereka yang memiliki Ijasah Sarjana (S1), Ijasah Diploma IV, Ijasah Dokter, Ijasah Apoteker. (2) Disamping syarat-syarat pendidikan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini harus pula dipenuhi syarat-syarat yang lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. 15

16 Paragraf 2 Kenaikan Pangkat Pasal 32 Kenaikan pangkat Pegawai ditetapkan pada tanggal 1 ( satu ) Januari dan 1 ( satu ) Juli tiap tahun. Pasal 33 Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas pengabdian yang bersangkutan terhadap Perusahaan. Pasal 34 (1) Kenaikan Pangkat Reguler, adalah kenaikan pangkat yang diberikan kepada pegawai yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan tanpa memperhatikan jabatan yang dipangkunya. (2) Kenaikan pangkat reguler bagi Pegawai memiliki : a. STTB Sekolah Dasar adalah sampai dengan pangkat Pengatur Muda Golongan Ruang II/a. b. STTB Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan atau setingkatnya adalah sampai dengan pangkat Pengatur Golongan Ruang II/c. c. STTB Sekolah Kejuruan Tingkat Pertama adalah sampai dengan pangkat Pengatur Tingkat I Golongan Ruang II/d. d. STTB Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Sekolah Kejuruan Tingkat Atas 3 Tahun adalah sampai dengan pangkat Penata Muda Tingkat I Golongan Ruang III/b. e. Ijasah Sarjana Muda, Ijasah Bakaloreat, atau Ijasah Diploma III Politeknik, adalah sampai dengan pangkat Penata Golongan Ruang III/c. f. Ijasah Sarjana, Ijasah Dokter, Ijasah Apoteker adalah sampai dengan pangkat Penata Tingkat I Golongan Ruang III/d. 16

17 Pasal 35 Kenaikan pangkat reguler dapat diberikan setiap kali setingkat lebih tinggi apabila Pegawai yang bersangkutan : a. Telah 4 (empat) tahun dal am pangkat yang dimilikinya dan setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya bernilai baik. b. Telah 5 ( lima ) tahun dalam pangkat yang dimilikinya dan penilaian pelaksanaan pekerjaan rata-rata bernilai baik tanpa ada unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan yang bernilai kurang. Pasal 36 (1) Kenaikan Pangkat Pilihan adalah kenaikan pangkat yang diberikan kepada Pegawai yang memangku jabatan struktural tertentu dan yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. (2) Kenaikan Pangkat Pilihan diberikan dalam batas-batas jenjang pangkat yang ditentukan jabatan yang bersangkutan. Pasal 37 Pegawai sebagaimana dimaksud Pasal 38 Keputusan ini dapat dinaikkan pangkatnya setiap kali setingkat lebih tinggi apabila : a. Telah 4 ( empat ) tahun dalam pangkat yang dimilikinya dan setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 ( dua ) tahun terakhir. b. Telah 5 ( lima ) tahun dalam pangkat yang dimilikinya dan penilaian pelaksanaan pekerjaan rata-rata bernilai baik dengan ketentuan tidak ada unsur pelaksanaan pekerjaan bernilai kurang. 17

18 Pasal 38 (1) Pegawai yang memangku jabatan sebagaimana dimaksud Pasal 37 Keputusan ini tetapi pangkatnya masih di bawah pangkat terendah yang ditentukan untuk jabatan tersebut dapat dinaikan pangkatnya setiap kali lebih tinggi apabila : a. Sekurang-kurangnya telah 2 ( dua ) tahun dalam pangkat yang dimilikinya, sekurang-kurangnya telah 2 ( dua ) tahun memangku jabatan tersebut dan setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 ( dua ) tahun terakhir. b. Sekurang-kurangnya telah 3 ( tiga ) tahun dalam pangkat yang dimiliki, sekurang-kurangnya telah 1 ( satu ) tahun memangku jabatan dan dalam penilaian pelaksanaan pekerjaan rata-rata bernilai baik dalam 2 ( dua ) tahun terakhir dengan ketentuan tidak ada unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan bernilai kurang. (2) Kenaikan Pangkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini dapat dilakukan sebanyak-banyaknya 3 ( tiga ) kali selama menjadi Pegawai Perusahaan Daerah Pertambangan. Pasal 39 Kenaikan Pangkat Istimewa diberikan kepada Pegawai yang menunjukkan prestasi luar biasa. Pasal 40 Pegawai yang menunjukkan prestasi luar biasa dapat diberikan kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi apabila : a. Menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya secara terus-menerus selama 2 ( dua ) tahun terakhir, sehingga ia nyata -nyata menjadi teladan bagi lingkungan yang dinyatakan dengan surat Keputusan Direktur. 18

19 b. Sekurang-kurangnya telah 2 ( dua ) tahun dalam pangkat yang dimiliki. c. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan bernilai amat baik selama 2 ( dua ) tahun terakhir. d. masih dalam batas jenjang pangkat yang ditentukan bagi jabatan yang dipangku oleh Pegawai yang bersangkutan. Bagian Kelima Penilaian Pelaksaaan Pekerjaan dan Daftar Urut Kepangkatan Paragraf 1 Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pasal 41 Terhadap setiap pegawai dilakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan sekali setiap tahun oleh pejabat penilai. Pasal 42 (1) Hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan pegawai dituangkan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan. (2) Dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan unsur-unsur yang dinilai adalah : a. Kesetiaan; b. Prestasi Kerja; c. Tanggung Jawab; d. Ketaatan; e. Kejujuran; f. Kerjasama; g. Prakarsa; dan h. Kepemimpinan. 19

20 (3) Yang dimaksud dengan : a. Kesetiaan adalah kesetiaan, ketaatan dan pengabdian kepada Pancasila, Undang Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah. b. Prestasi Kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang Pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. c. Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang pegawai menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan dengan sebaik-baiknya. d. Ketaatan adalah kesanggupan seorang pegawai untuk mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku dan mentaati perintah kedinasan. e. Kejujuran adalah ketulusan hati seorang pegawai dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan kepadanya. f. Kerjasama adalah kemampuan seorang pegawai untuk bekerja sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas yang ditentukan. g. Prakarsa adalah kemampuan seorang pegawai untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah atasan. h. Kepemimpinan adalah kemampuan seorang pegawai untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok. (4) Unsur kepemimpinan sebagaimana dimaksud dalam huruf h ayat (2) Pasal ini, hanya dinilai bagi pegawai yang memangku suatu jabatan struktural. Pasal 43 Nilai Pelaksanaan Pekerjaan dengan sebutan angka sebagai berikut : a. Amat baik =

21 b. Baik = c. Cukup = d. Sedang = e. Kurang = 50 - ke bawah Daftar Penilaian Pekerjaan adalah bersifat rahasia. Pasal 44 (1) Pejabat Penilai adalah atasan langsung pegawai yang dinilai. (2) Pejabat penilai wajib melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan terhadap pegawai yang berada dalam lingkungannya. (3) Penilaian pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Pasal ini dilakukan pada tiap-tiap akhir tahun. Pasal 45 (1) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan diberikan oleh Pejabat Penilai kepada pegawai yang dinilai. (2) Apabila Pegawai yang dinilai berkeberatan atas nilai dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan, maka ia dapat mengajukan keberatan disertai dengan alasan-alasannya kepada atasan pejabat penilai melalui hierarkhi dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterimanya Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut. Pasal 46 (1) Pejabat Penilai menyampaikan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan kepada atasan pejabat penilai dengan ketentuan sebagai berikut : a. Apabila tidak ada keberatan dari yang dinilai, Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut disampaikan tanpa catatan. 21

22 b. Apabila ada keberatan dari pegawai yang dinilai, Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut disampaikan dengan catatan tentang tanggapan Pejabat Penilai atas keberatan yang diajukan oleh Pegawai. (2) Atasan Pejabat Penilai memeriksa dengan seksama Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan yang disampaikan kepadanya. (3) Apabila terdapat alasan-alasan yang cukup, Atasan Pejabat Penilai dapat mengadakan perubahan nilai yang tercantum dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Pasal ini. (4) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan baru berlaku sesudah ada pengesahan dari atasan pejabat penilai. Paragraf 2 Daftar Urut Kepangkatan Pasal 47 Daftar Urut Kepangkatan dibuat sekali setahun, setiap akhir tahun. Pasal 48 Daftar Urut Kepangkatan digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan obyektif dalam pelaksanaan pembinaan karier pegawai. Pasal 49 Apabila ada lowongan, maka pegawai yang menduduki Daftar Urut Kepangkatan yang lebih tinggi wajib dipertimbangkan lebih dulu. Pasal 50 Urutan yang digunakan untuk menetapkan nomor urut dalam Daftar Urut Kepangkatan secara berturut-turut adalah : a. Pangkat; 22

23 b. Jabatan; c. Masa Kerja; d. Latihan Jabatan; e. Pendidikan; f. Usia; dan g. Prestasi Kerja. Pasal 51 Daftar Urut Kepangkatan adalah bersifat terbuka dan diumumkan oleh dan menurut cara yang ditentukan. Pasal 52 (1) Pegawai yang merasa nomor urutnya dalam Daftar Urut Kepangkatan tidak tepat, dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Direktur atau Pejabat yang ditunjuk. (2) Dalam surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, harus dimuat alasan-alasan keberatan itu. (3) Keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini diajukan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pengumuman Daftar Urut Kepangkatan. Bagian Keenam Cuti Pasal 53 Pejabat yang berwenang memberikan cuti adalah Direktur atau Pejabat yang ditunjuk. 23

24 Cuti terdiri dari : a. Cuti Tahunan; b. Cuti Besar; c. Cuti Sakit; d. Cuti Bersalin; e. Cuti Karena Alasan Penting. Pasal 54 Pasal 55 (1) Pegawai yang telah bekerja sekurang-kurangnya 1 ( satu ) tahun secara terus menerus berhak atas cuti tahunan. (2) Lamanya cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari kerja. (3) Cuti tahunan tidak dapat dipecah-pecah hingga jangka waktu yang kurang dari 3 (tiga) hari kerja. (4) Untuk mendapat cuti tahunan pegawai yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada Direktur atau Pejabat yang ditunjuk. (5) Cuti Tahunan diberikan secara tertulis oleh Direktur atau Pejabat yang ditunjuk. Pasal 56 (1) Pegawai yang telah bekerja sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun secara terus menerus berhak atas Cuti Besar yang lamanya 3 (tiga) bulan. (2) Pegawai yang menjalani cuti besar, tidak berhak lagi atas cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan. (3) Untuk mendapat cuti besar, pegawai yang bersangkutan mengajukan permintaan tertulis kepada Direktur atau Pejabat yang ditunjuk. 24

25 (4) Cuti besar diberikan secara tertulis oleh Direktur atau Pejabat yang ditunjuk. Pasal 57 Setiap pegawai yang menderita sakit berhak mendapat cuti sakit. Pasal 58 (1) Pegawai yang sakit selama 1 (satu) atau 2 (dua) hari berhak atas cuti sakit dengan ketentuan bahwa ia harus memberitahukan kepada atasannya. (2) Pegawai yang sakit lebih dari 2 (dua) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari berhak atas cuti sakit dengan ketentuan bahwa pegawai yang bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada Direktur atau Pejabat yang ditunjuk dengan melampirkan surat keterangan dari Dokter. (3) Pegawai yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari berhak atas cuti sakit dengan ketentuan bahwa pegawai yang bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada Direktur atau Pejabat yang ditunjuk oleh perusahaan. (4) Cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) Pasal ini, diberikan untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun. (5) Pegawai yang tidak sembuh dari sakitnya dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) Pasal in i harus diuji kembali kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk oleh perusahaan. (6) Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) Pasal ini, pegawai yang bersangkutan belum sembuh dari penyakitnya maka ia diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena sakit dengan mendapat uang tunggu berdasarkan peraturan yang berlaku. 25

26 Pasal 59 (1) Pegawai wanita yang mengalami gugur kandungan berhak mendapat cuti sakit untuk paling lama 1,5 (satu setengah) bulan. (2) Untuk mendapat cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada direktur atau pejabat yang ditunjuk dengan melampirkan surat keterangan dari dokter atau bidan. Pasal 60 Pegawai yang mengalami kecelakaan dalam dan atau karena menjalankan tugas kewajibannya sehingga ia perlu mendapat perawatan berhak atas cuti sakit sampai ia sembuh dari penyakitnya. Pasal 61 Selama menjalankan cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 sampai dengan Pasal 60 Keputusan ini, pegawai yang bersangkutan menerima penghasilan penuh. Pasal 62 Cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 sampai dengan Pasal 60 Keputusan ini, kecuali yang dimaksud dalam ayat (1) Pasal 59 diberikan secara tertulis oleh Direktur atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 63 (1) Untuk persalinan anak yang pertama, kedua dan ketiga pegawai wanita berhak atas cuti bersalin. (2) Waktu persalinan anak yang keempat dan seterusnya pegawai wanita diberikan cuti di luar tanggungan perusahaan. (3) Lamanya cuti bersalin tersebut dalam ayat (1) dan (2) Pasal ini adalah 1 (satu) bulan sebelum dan 2 (dua) bulan sesudah persalinan. 26

27 Pasal 64 (1) Untuk mendapatkan cuti bersalin, pegawai wanita yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada Direktur atau Pejabat yang ditunjuk. (2) Cuti bersalin diberikan secara tertulis oleh Direktur atau Pejabat yang ditunjuk. Pasal 65 Selama menjalankan cuti bersalin pegawai wanita yang bersangkutan menerima penghasilan penuh. Pasal 66 Yang dimaksud dengan Cuti Karena Alasan Penting adalah cuti karena : a. Ibu, Bapak, Istri/Suami, Anak, Kakak, Adik, Mertua atau Menantu sakit atau karena meninggal dunia. b. Melangsungkan perkawinan yang pertama. c. Alasan penting lainnya yang ditentukan kemudian oleh Direktur. Pasal 67 (1) Pegawai berhak atas cuti karena alasan penting. (2) Lamanya cuti karena alasan penting ditentukan oleh Direktur atau Pejabat yang ditunjuk memberikan cuti untuk paling lama 2 (dua) bulan. Pasal 68 (1) Untuk mendapatkan cuti karena alasan penting, pegawai yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis dengan menyebutkan alasan-alasannya kepada Direktur atau Pejabat yang ditunjuk. 27

28 (2) Cuti karena alasan penting diberikan secara tertulis oleh Direktur atau Pejabat yang ditunjuk. Pasal 69 Selama menjalankan cuti karena alasan penting, pegawai yang bersangkutan menerima peng-hasilan penuh. Setiap pegawai wajib : Bagian Ketujuh Disiplin Pegawai Paragraf 1 Kewajiban dan Larangan Pasal 70 a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah. b. Mengutamakan kepentingan negara, pemerintah dan perusahaan di atas kepentingan golongan atau diri sendiri. c. Menjunjung tingi kehormatan atau martabat perusahaan. d. Menyimpan rahasia perusahaan atau rahasia jabatan dengan sebaikbaiknya. e. Melakukan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab. f. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan semangat untuk kepentingan Perusahaan. g. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kerja sama perusahaan. h. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik. i. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik perusahaan dengan sebaik-baiknya. 28

29 j. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut bidangnya masing-masing. k. Bertindak dan bersikap tegas tetapi adil dan bijaksana terhadap bawahannya. l. Membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugasnya. m. Menjadi dan memberi contoh serta teladan yang baik terhadap bawahannya. n. Mendorong bawahannya untuk meningkatkan prestasi kerja. o. Memiliki loyalitas kepada Pimpinan. Pasal 71 Setiap Pegawai dilarang : a. Menyalahgunakan wewenangnya. b. Melakukan kegiatan-kegiatan yang langsung atau tidak langsung merugikan kepentingan Perusahaan atau Negara. c. Menyalahgunakan barang-barang atau uang atau surat-surat berharga milik Perusahaan. d. Memiliki, menjual, memberli, menggandakan, menyewakan atau meminjamkan barang-barang berharga milik Perusahaan secara tidak sah. e. Melaksanakan kejahatan bersama atasan, teman, sejawat, bawahan atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan ketentuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan Perusahaan. f. Menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapapun juga yang diketahui atau patut dapat diduga bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan Pegawai yang bersangkutan. g. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya. 29

30 h. Melakukan perbuatan yang tercela yang dapat mencemarkan nama baik Perusahaan atau Pegawai. i. Menghalangi jalannya tugas kedinasan. j. Bertindak selaku perantara bagi sesuatu Perusahaan atau Golongan untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari Perusahaan. k. Memiliki saham/modal dalam Perusahaan. l. Melakukan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain. Paragraf 2 Hukuman Disiplin Pasal 72 Setiap ucapan, tulisan atau perbuatan Pegawai yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 dan Pasal 71 Keputusan ini, adalah merupakan Pelanggaran Disiplin. Pasal 73 Dengan tidak mengurangi ketentuan Peraturan Perundang-undangan Pidana Pegawai yang melakukan Pelanggaran Disiplin dijatuhi Hukuman Disiplin oleh Direktur. (1) Tingkat Hukuman Disiplin terdiri dari : a. Hukuman Disiplin Ringan; b. Hukuman Disiplin sedang; dan c. Hukuman Disiplin Berat. (2) Jenis Hukuman Disiplin Ringan terdiri dari : a. Teguran lesan; b. Teguran tertulis; dan c. Teguran tidak puas secara tertulis. 30

31 (3) Jenis Hukuman Disiplin Sedang terdiri dari : a. Penundaan Kenaikan Gaji Berkala, untuk paling lama 1 (satu) tahun; b. Penurunan Gaji sebesar 1 (satu) kali Kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun; dan c. Penundaan Kenaikan Pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun. (4) Jenis Hukuman Disiplin Berat terdiri dari : a. Penurunan pangkat pada Pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 1(satu) tahun; b. Pembebasan dari jabatan; c. Memberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri bagi Pegawai; dan d. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai. Bagian Kedelapan Pemberhentian Sementara Pasal 74 (1) Untuk kepentingan pengendalian Pegawai yang diduga telah melakukan Kejahatan/Pelanggaran Jabatan dan berhubung dengan itu oleh pihak berwajib dikenakan tahanan sementara, mulai saat penahanannya harus dikenakan pemberhentian sementara. (2) Ketentuan menurut ayat (1) Pasal ini, dapat diperlakukan terhadap seorang Pegawai yang oleh pihak berwajib dikenakan tahanan sementara karena didakwa telah melakukan sesuatu pelanggaran hukuman Pidana yang tidak menyangkut jabatannya, dalam hal pelanggaran yang dilakukan itu berakibat hilangnya penghargaan, dan kepercayaan atas hilangnya martabat serta wibawa Pegawai itu. 31

32 Pasal 75 Seorang pegawai harus diberhentikan jika ia terbukti melakukan penyelewengan terhadap ideologi dan haluan negara atau ia terbukti dengan sadar dan atau sengaja melakukan sesuatu yang merugikan kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara. Pasal 76 (1) Kepada seorang pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara menurut Pasal 74 ayat (1) Keputusan ini : a. Jika belum terdapat petunjuk-petunjuk yang jelas tentang dilakukannya pelanggaran yang didakwakan atas dirinya mulai bulan berikutya ia diberhentikan dengan sementara diberikan Gaji tujuh puluh lima per seratus dari gaji yang diterimanya terakhir b. Jika terdapat petunjuk-petunjuk yang meyakinkan bahwa ia telah melakukan tindakan/ pelanggaran yang didakwakan atas dirinya mulai bulan berikutnya ia diberhentikan sementara diberikan Gaji Pokok yang diterimanya terakhir. (2) Kepada seorang Pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara menurut Pasal 74 ayat (2) Keputusan ini, mulai bulan berikutnya ia diberhentikan diberikan Gaji Pokok yang diterimanya terakhir. Pasal 77 Untuk menghindari kerugian bagi keuangan Perusahaan, maka perkara yang menyebabkan seorang Pegawai dikenakan pemberhentian sementara harus diperiksa dalam waktu yang sesingkat-singkatnya agar dapat diambil Keputusan yang tepat terhadap Pegawai yang bersangkutan. Pasal 78 (1) Jika sesudah pemeriksaan oleh pihak berwajib seorang Pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara ternyata tidak bersalah maka Pegawai itu harus segera diangkat dan dipekerjakan kembali pada jabatan semula. 32

33 Dalam hal demikian, maka selama diberhentikan untuk sementara ia berhak mendapat gaji penuh serta penghasilan-penghasilan yang berhubungan dengan jabatannya. (2) Jika sesudah pemeriksaan dimaksud Pegawai yang bersangkutan ternyata bersalah : a. Terhadap Pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara menurut Pasal 74 ayat (1) Keputusan ini, harus diambil tindakan pemberhentian, sedangkan bagian Gaji berikut tunjangan yang telah dibayarkan kepadanya tidak dipungut kembali. b. Terhadap Pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara menurut Pasal 74 ayat (2) K eputusan ini, jika perlu diambil tindakan, harus diambil tindakan yang sesuai dengan Pertimbangan/Keputusan Hakim yang mengambil Keputusan dalam perkara yang menyangkut diri Pegawai yang bersangkutan. Dalam hal ini, maka mengenai gaji serta penghasilan-penghasilan lain diperlukan ketentuan seperti tertera dalam ayat (1) dan ayat (2) Pasal ini. Pasal 79 Pemberhentian seorang Pegawai berdasarkan Keputusan ini ditetapkan mulai akhir bulan Keputusan Pengadilan atas perkaranya mendapat kekuatan hukum yang tetap. Bagian Kesembilan Pemberhentian Pasal 80 Pemberhentian pegawai adalah Pemberhentian yang mengakibatkan yang bersangkutan kehilangan statusnya sebagai Pegawai Perusahaan. 33

34 Pasal 81 Pemberhentian Pegawai terdiri dari : a. Pemberhentian atas permintaan sendiri; b. Pemberhentian karena habis masa kerja; c. Pemberhentian karena adanya penyederhanaan organisasi; d. Pemberhentian karena melakukan pelanggaran/tindakan pidana/penyelewengan; e. Pemberhentian karena tidak cakap jasmani dan rohani; f. Pemberhentian karena meninggalkan tugas; g. Pemberhentian karena meninggal dunia atau hilang; h. Pemberhentian karena hal-hal lain. Pasal 82 (1) Pegawai yang meminta berhenti diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai. (2) Permintaan berhenti sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, dapat ditunda untuk paling lama 1 (satu) tahun, apabila ada kepentingan Perusahaan yang mendesak. Pasal 83 (1) Pegawai yang telah habis masa kerja diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai. (2) Batas usia habis masa kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, adalah 56 (lima puluh enam) tahun. (3) Batas habis masa kerja bagi Pegawai yang memangku Jabatan Direktur adalah 60 (enam puluh) tahun. 34

35 Pasal 84 (1) Apabila ada penyederhanaan organisasi Perusahaan yang mengakibatkan kelebihan Pegawai, maka Pegawai yang kelebihan disalurkan ke Perusahaan Daerah lainnya. (2) Apabila penyaluran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, tidak mungkin dilaksanakan, maka Pegawai yang kelebihan diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai. Pasal 85 (1) Pegawai dapat diberhentikan dengan tidak hormat sebagai Pegawai karena : a. Melanggar Sumpah/Janji Pegawai, atau peraturan disiplin Pegawai Perusahaan. b. Dihukum penjara berdasarkan peraturan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena dengan sengaja melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan yang diancam pidana setinggi-tingginya 4 (empat) tahun atau diancam pidana yang lebih berat. (2) Pegawai diberhentikan dengan tidak hormat sebagai Pegawai apabila dipidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena : a. Melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan; atau b. Melakukan suatu tindak pidana kejahatan sebagaimana dimaksud Pasal 104 sampai dengan Pasal 161 Kitab Undang-undang Hukum Pidana. 35

36 (3) Pegawai diberhentikan dengan tidak hormat sebagai Pegawai, apabila ternyata melakukan usaha atau kegiatan yang bertujuan mengubah Pancasila dan atau Undang Undang Dasar 1945, atau terlibat dalam gerakan atau melakukan kegiatan yang menentang Negara dan atau Pemerintah. Pasal 86 Pegawai diberhentikan dengan hormat dan mendapat hak-hak Kepegawaian berdasarkan Peraturan yang berlaku apabila berdasarkan surat dokter yang ditunjuk oleh Perusahaan dinyatakan : a. Tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan karena kesehatannya; atau b. Menderita penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi dirinya sendiri dan atau lingkungan kerjanya, atau c. Setelah berakhirnya Cuti Sakit belum mampu bekerja kembali. Pasal 87 (1) Pegawai yang meninggalkan tugas secara tidak sah dalam waktu 1 (satu) bulan terus-menerus diberhentikan pembayaran gajinya mulai bulan kedua. (2) Pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, yang dalam waktu kurang dari 3 (tiga) bulan melaporkan diri kepada Direktur dapat : a. Ditugaskan kembali apabila ketidakhadirannya itu karena alasanalasan yang dapat diterima; atau b. Diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai, apabila ketidakhadirannya itu adalah karena kelalaian Pegawai yang bersangkutan dan menurut pendapat Direktur akan mengganggu suasana kerja, jika ditugaskan kembali. 36

37 (3) Pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, yang dalam waktu 3 (tiga) bulan terus menerus meninggalkan tugasnya secara tidak sah, dihentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai. Pasal 88 Pegawai yang meninggal dunia dianggap diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai. Pasal 89 (1) Pegawai yang hilang, dianggap telah meninggal dunia pada akhir bulan ke 12 (dua belas) sejak dinyatakan hilang. (2) Pernyataan hilang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, dibuat oleh pejabat yang berwenang berdasarkan Surat Keterangan atau Berita Acara dari Pejabat yang Berwajib. (3) Pegawai dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, yang kemudian ditempatkan kembali sebagai Pegawai dan gajinya dibayar penuh dihitung sejak dianggap meninggal dunia dengan memperhitungkan hak-hak kepegawaian yang telah diterima oleh keluarganya. Pasal 90 Kepada Pegawai yang diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai diberikan hak-hak kepegawaian berdasarkan peraturan yang berlaku. Pasal 91 (1) Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 dan Pasal 86 huruf b dan c Keputusan ini : a. Diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai dengan menerima pesangon apabila telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun. 37

38 b. Diberhentikan dengan hormat dari jabatannya dengan mendapat uang tunggu, apabila belum memenuhi syarat-syarat usia dan masa kerja sebagaimana dimaksud dalam huruf a. (2) Pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal 89, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai dengan menerima pesangon : a. Tanpa terikat pada masa kerja, apabila oleh Direktur yang ditunjuk Perusahaan dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan, karena kesehatan yang disebabkan oleh dan karena ia menjalankan kewajiban jabatannya. b. Jika telah memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun, apabila oleh Dokter yang ditunjuk Perusahaan dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan, karena ia menjalankan kewajiban jabatannya. Pasal 92 Pegawai yang diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai karena mencapai batas habis masa kerja, berhak atas pesangon apabila ia memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun. Pasal 93 Dasar pesangon yang dipakai untuk menentukan besarnya Pesangon, berdasarkan Gaji Pokok (termasuk gaji pokok tambahan atau gaji pokok peralihan) terakhir sebulan kali sepuluh yang berhak diterima oleh Pegawai yang bersangkutan berdasarkan peraturan gaji yang berlaku baginya. Pasal 94 (1) Pegawai yang diberhentikan dengan hormat berhak menerima Pesangon, jika ia saat diberhentikan sebagai Pegawai : 38

39 a. Telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 (lima puiluh) tahun dan mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) tahun; b. Oleh Dokter yang ditunjuk oleh Perusahaan berdasarkan peraturan tentang Pengujian Kesehatan Pegawai, dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan ataupun juga karena keadaan jasmani atau rohani yang disebabkan oleh karena ia menjalankan kewajiban jabatannya; atau c. Mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun dan oleh Dokter yang ditunjuk Perusahaan berdasarkan Peraturan tentang Pengujian Kesehatan Pegawai, dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga karena keadaan jasmani dan rohani, yang tidak disebabkan oleh dan karena ia menjalankan kewajiban jabatannya. (2) Pegawai yang diberhentikan atau dibebaskan dari pekerjaan karena penghapusan jabatan, perubahan dalam susunan pegawai, penertiban aparatur perusahaan atau karena alasan-alasan dinas lainnya dan kemudian tidak dipekerjakan kembali sebagai Pegawai, berhak menerima pesangon pada saat pemberhentiannya sebagai Pegawai itu telah berusia sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun dan memliki masa kerja sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun. (3) Pegawai yang setelah menjalankan suatu tugas Perusahaan tidak dipekerjakan kembali sebagai Pegawai, berhak menerima pesangon apabila ia diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai dan apabila saat pemberhentiannya sebagai Pegawai ia telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun dan memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun. 39

40 (4) Apabila Pegawai yang dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) Pasal ini pada saat ia diberhenti-kan sebagai Pegawai telah memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun akan tetapi pada saat itu belum mencapai 50 (lima puluh) tahun maka pemberian Pesangon kepadanya ditetapkan pada saat mencapai usia 50 (lima puluh) tahun. Pasal 95 Usia Pegawai untuk menetapkan habis masa kerja ditentukan atas dasar kelahiran yang disebut pada pengangkatan yang pertama sebagai Pegawai menurut bukti-bukti yang sah, maka tanggal kelahiran atas umur pegawai ditetapkan berdasarkan keterangan dari pegawai yang bersangkutan pada pengangkatan pertama itu, dengan ketentuan bahwa tanggal kelahiran atau umur dimaksud kemudian tidak dapat diubah lagi untuk keperluan penentuan hak atas Pensiun Pegawai. Pasal 96 Untuk memperoleh Pesangon Pegawai menurut Keputusan ini Pegawai yang bersangkutan mengajukan surat permintaan kepada Direktur atau pejabat yang ditunjuk : a. Salinan sah, dari Surat Keputusan tentang pemberhentian ia sebagai Pegawai. b. Daftar Riwayat Pekerjaan yang disusun/disahkan oleh Pejabat Perusahaan yang berwenang untuk memberhentikan Pegawai yang bersangkutan. c. Daftar Susunan Keluarga yang disahkan oleh yang berwajib yang memuat nama, tanggal kelahiran dan alamat (Istri -istri/suami dan anak-anaknya) d. Surat Keterangan dari Pegawai yang berkepentingan yang menyatakan bahwa semua surat-surat, baik yang asli maupun turunan atau kutipan, dan barang-barang lainnya milik Perusahaan yang ada padanya, telah diserahkan kembali kepada yang berwajib, 40

41 Pasal 97 Pesangon Pegawai yang berhak diterima diberikan bulan berikutnya Pegawai yang bersangkutan diberkentikan sebagai Pegawai. Pasal 98 (1) Apabila Pegawai tewas dan tidak meninggalkan Istri/Suami atau anak, maka Pesangon diberikan kepada orang tuanya. (2) Jika kedua orang tuanya telah cerai, maka kepada mereka masingmasing diberikan separoh dari jumlah termaksud pada ayat (1) Pasal ini. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 99 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Keputusan ini, dalam pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati dan atau Direktur. Pasal 100 Dengan berlakunya Keputusan ini maka Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Banjarnegara Nomor 24 Tahun 1999 tanggal 3 Mei 1999 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kepegawaian Perusahaan Daerah Pertambangan Kabupaten Banjarnegara dinyatakan tidak berlaku lagi dan dicabut. Pasal 101 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. 41

42 Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara. Ditetapkan di Banjarnegara Pada tanggal 08 Juni 2002 BUPATI BANJARNEGARA, Cap ttd, DJASRI Diundangkan di Banjarnegara Pada tanggal 11 Juni 2002 SEKRETARIS DAERAH Cap ttd, SUTEDJO SLAMET UTOMO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 30 SERI E Diumumkan di Banjarnegara Pada tanggal 11 Juni 2002 KEPALA BAGIAN HUKUM DAN ORGANISASI WAWANG A. WAKHYUDI, S.H., M.Si Pembina NIP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT NOMOR 7 1990 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT NOMOR 17 TAHUN 1989 TENTANG BADAN PENGAWAS, DIREKSI DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 15 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA BERBAK KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 Menimbang LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 TENTANG KETENTUAN POKOK PEGAWAI TIDAK TETAP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 43 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 43 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 43 SERI E KEPUTUSAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 511 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN PEMBERIAN HAK CUTI DAN PERATURAN DISIPLIN BAGI PEGAWAI TIDAK TETAP DAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum; BERITA DAERAH KABUPATEN KULON

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 21 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 21 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 21 SERI E KEPUTUSAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 153 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN DAN PROSEDUR PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan mengenai pemberhentian Pegawai

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK BADAN PENGAWAS, DIREKSI DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2006 SERI : D NOMOR : 7 Menimbang : Mengingat PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG TENAGA HONORER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK BADAN PENGAWAS, DIREKSI DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan mengenai pemberhentian Pegawai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 8 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN KEPENGURUSAN PERUSAHAAN DAERAH LEBAK NIAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR KEPEGAWAIAN BADAN USAHA KREDIT PEDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, . PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan mengenai pemberhentian Pegawai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan mengenai pemberhentian Pegawai Negeri

Lebih terperinci

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017 MODUL KEPEGAWAIAN Jakarta, 18 Juli 2017 PERATURAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN MATERI 1. Konsep-konsep dan Istilah-istilah Kepegawaian, Kedudukan, Kewajiban dan Hak PNS 2. Pengadaan PNS 3. Pembinaan dan Kesejahteraan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 536 TAHUN 2013 TENTANG

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 536 TAHUN 2013 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR TAHUN 0 TENTANG TENAGA KEPENDIDIKAN TETAP NON PNS UNIVERSITAS BRAWIJAYA REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

SOSIALISASI PP 53 TAHUN 2010

SOSIALISASI PP 53 TAHUN 2010 1 SOSIALISASI PP 53 TAHUN 2010 Latar Belakang : Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 disusun dalam rangka menyempurnakan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 32 TAHUN 2000

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 32 TAHUN 2000 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 32 TAHUN 2000 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2000 T E N T A N G KEPENGURUSAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN HULU

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188 / 110 / / 2013

KEPUTUSAN KEPALA BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188 / 110 / / 2013 KEPUTUSAN KEPALA BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188 / 110 / 413.032 / 2013 TENTANG PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 18 TAHUN 2004 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA BANDUNG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 18 TAHUN 2004 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA BANDUNG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2004 TAHUN : 2004 NOMOR : 28 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 18 TAHUN 2004 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KETENTUAN BAGI TENAGA KONTRAK PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KETENTUAN BAGI TENAGA KONTRAK PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KETENTUAN BAGI TENAGA KONTRAK PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD.BPR) DI KABUPATEN MAJALENGKA

PEDOMAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD.BPR) DI KABUPATEN MAJALENGKA BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 35 TAHUN 2005 SERI : E PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 35 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD.BPR) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah,

1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah, Disiplin PNS Pembinaan Disiplin Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sesuatu tujuan selain sangat ditentukan oleh dan mutu profesionalitas juga ditentukan oleh disiplin para anggotanya. Bagi aparatur

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan

Lebih terperinci

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 T E N T A N G

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 T E N T A N G SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 T E N T A N G KEPENGURUSAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA

Lebih terperinci

MATRIKS PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

MATRIKS PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL MATRIKS PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL NO PP NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL 1 Menimbang : a. bahwa untuk menjamin terpeliharanya

Lebih terperinci

BUPATI BATU BARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BATU BARA BERJAYA

BUPATI BATU BARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BATU BARA BERJAYA BUPATI BATU BARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BATU BARA BERJAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATU BARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK DEWAN PENGAWAS, DIREKSI DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ATAU UNIT KERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1980 TENTANG PENGANGKATAN DALAM PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1980 TENTANG PENGANGKATAN DALAM PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1980 TENTANG PENGANGKATAN DALAM PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka usaha melaksanakan pembinaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG KEPENGURUSAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN TAPIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG KEPENGURUSAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG KEPENGURUSAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KEPENGURUSAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH RUHUI RAHAYU KABUPATEN TAPIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KEPENGURUSAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH RUHUI RAHAYU KABUPATEN TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KEPENGURUSAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH RUHUI RAHAYU KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk mengisi formasi yang lowong dan mendapatkan Pegawai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 12 TAHUN 1988 SERI : D.5

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 12 TAHUN 1988 SERI : D.5 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 12 TAHUN 1988 SERI : D.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 1988 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK BADAN PENGAWAS,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 47 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 47 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 47 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA/PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN LAYANAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 118 TAHUN TENTANG KETENTUAN POKOK KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SUMEDANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 118 TAHUN TENTANG KETENTUAN POKOK KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SUMEDANG 2 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 118 TAHUN 20092010 TENTANG KETENTUAN POKOK KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG Menimbang : Mengingat : PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG TENAGA HARIAN LEPAS PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG TENAGA HARIAN LEPAS PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG TENAGA HARIAN LEPAS PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan Tenaga Harian

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 30 TAHUN 2011

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 30 TAHUN 2011 BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 30 TAHUN 2011 T E N T A N G ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

Lebih terperinci

Pemberhentian PNS. Pemberhentian terdiri atas : 1. Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil dan. 2. pemberhentian dari jabatan negeri.

Pemberhentian PNS. Pemberhentian terdiri atas : 1. Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil dan. 2. pemberhentian dari jabatan negeri. Pemberhentian PNS Pemberhentian terdiri atas : 1. Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil dan 2. pemberhentian dari jabatan negeri. Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil adalah pemberhentian yang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 40 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 40 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 40 SERI E KEPUTUSAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 471 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PENGADAAN GURU TIDAK TETAP UNTUK SD, SLTP, SMU/SMK BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN CILACAP BUPATI CILACAP, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 8 TAHUN 1974 (8/1974) Tanggal: 6 NOPEMBER 1974 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 8 TAHUN 1974 (8/1974) Tanggal: 6 NOPEMBER 1974 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 8 TAHUN 1974 (8/1974) Tanggal: 6 NOPEMBER 1974 (JAKARTA) Sumber: LN 1974/55; TLN NO. 3041 Tentang: POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN Indeks: ADMINISTRASI.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 33 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG KETENTUAN POKOK PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, Copyright 2000 BPHN PP 32/1979, PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL *28126 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1979 (32/1979) Tanggal: 29 SEPTEMBER 1979 (JAKARTA)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketentuan-ketentuan mengenai cuti Pegawai Negeri Sipil yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia, sebagai negara hukum

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN UMUM KEPEGAWAIAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN

KEBIJAKAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN KEBIJAKAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN KEWAJIBAN PNS 1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah, 2. Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 37/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 16 Tahun 2016 Seri E Nomor 11 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 16 Tahun 2016 Seri E Nomor 11 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 16 Tahun 2016 Seri E Nomor 11 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG KINERJA DAN DISIPLIN PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR Diundangkan dalam Berita

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENSIUN DOSEN TETAP DAN TENAGA KEPENDIDIKAN TETAP NON PEGAWAI NEGERI SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1976 Tanggal 18 Pebruari 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1976 Tanggal 18 Pebruari 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1976 Tanggal 18 Pebruari 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa untuk mengisi formasi serta menjamin keseragaman dalam pelaksanaannya,

Lebih terperinci

MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PERTAHANAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBINAAN TENAGA KONTRAK KERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 08 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PROBOLINGGO NOMOR 10 TAHUN 1986 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN

PERATURAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN MODUL MATERI UJIAN DINAS TK. I DAN UJIAN PENYESUAIAN KEPANGKATAN (UPKP) PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI PERATURAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN 2014 Peraturan di Bidang Kepegawaian 2014 1 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk mengisi formasi yang lowong dan mendapatkan Pegawai

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa ketentuan-ketentuan mengenai cuti Pegawai Negeri Sipil yang sekarang berlaku, diatur dalam berbagai

Lebih terperinci

PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 Tanggal 15 Mei 1979 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 Tanggal 15 Mei 1979 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 Tanggal 15 Mei 1979 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka usaha menjamin obyektivitas

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN LUMAJANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha menjamin obyektivitas

Lebih terperinci

B U P A T I B I M A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA,

B U P A T I B I M A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA, B U P A T I B I M A PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENEMPATAN, PEMBERHENTIAN, PENGEMBANGAN KARIER, DAN DISIPLIN TENAGA HONORER DAERAH LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DENGAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG KETENTUAN TENAGA KERJA SUKARELA TERDAFTAR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2001 T E N T A N G TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2001 T E N T A N G TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2001 T E N T A N G TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA SATUAN KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN YANG MENERAPKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERHENTIAN DENGAN HORMAT, PEMBERHENTIAN TIDAK DENGAN HORMAT, DAN PEMBERHENTIAN SEMENTARA, SERTA HAK JABATAN FUNGSIONAL JAKSA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERHENTIAN DENGAN HORMAT, PEMBERHENTIAN TIDAK DENGAN HORMAT, DAN PEMBERHENTIAN SEMENTARA, SERTA HAK JABATAN FUNGSIONAL JAKSA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk mengisi formasi yang lowong dan mendapatkan Pegawai

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL.

MEMUTUSKAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk mengisi formasi yang lowong dan mendapatkan Pegawai Negeri Sipil yang profesional, berkualitas

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGISIAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGISIAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGISIAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

L E M B A R A N D A E R A H

L E M B A R A N D A E R A H L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2003 NOMOR 50 SERI E NO. SERI 5 P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2003 TENTANG KEPENGURUSAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pembinaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA Nomor Tahun Seri PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN OGAN KOMERING ULU Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 17 Tahun : 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 17 Tahun : 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 17 Tahun : 2014 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci