BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Kimia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Kimia"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Kimia Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik dan belajar dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). Pembelajaran menurut E. Mulyasa (2006: 255) pada hakekatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Pembelajaran kimia tidak lepas dari pengertian pembelajaran dan pengertian ilmu kimia itu sendiri. Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak bisa dipisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) dan kimia sebagai proses yaitu kerja ilmiah (E. Mulyasa, 2006: ). Adapun menurut Keenan (1984: 2) ilmu kimia mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan-perubahan yang dialami materi dalam prosesproses alamiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan. Melalui kimia, kita mengenal susunan (komposisi) zat dan penggunaan bahan-bahan kimia, baik alamiah maupun buatan, dan mengenal proses-proses penting pada makhluk hidup, termasuk tubuh kita sendiri. Mata pelajaran kimia diklasifikasikan sebagai mata pelajaran yang cukup sulit bagi sebagian siswa SMA/MA (Kasmadi dan Indraspuri, 2010: 574). Kesulitan ilmu kimia ini terkait dengan ciri-ciri ilmu kimia 10

2 itu sendiri yang disebutkan oleh Kean dan Middlecamp (1985: 5 9), yaitu sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak sehingga diperlukan suatu media pembelajaran yang dapat lebih mengkonkritkan konsep-konsep yang abstrak tersebut, ilmu kimia yang dipelajari merupakan penyederhanaan dari ilmu yang sebenarnya, ilmu kimia berkembang dengan cepat, ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal, dan beban materi yang harus dipelajari dalam pembelajaran kimia sangat banyak. Menurut E. Mulyasa (2006: ), mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: a. membentuk sikap positif terhadap kimia dan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa b. memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain c. memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana siswa melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan, dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis d. meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat e. memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Pembelajaran kimia merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran kimia. Kualitas pembelajaran atau ketercapaian tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya, strategi belajar mengajar, metode dan pendekatan pembelajaran, serta sumber belajar yang digunakan baik dalam bentuk buku, modul, lembar kerja, media, dan lain-lain. Penggunaan media dalam pembelajaran 11

3 dapat membantu keterbatasan guru dalam menyampaikan informasi maupun keterbatasan jam pelajaran di sekolah. Media berfungsi sebagai sumber informasi materi pembelajaran maupun sumber soal-soal latihan. Kualitas pembelajaran juga dipengaruhi oleh perbedaan individu siswa, baik perbedaan gaya belajar, perbedaan kemampuan, perbedaan kecepatan belajar, latar belakang, dan sebagainya. 2. Pembelajaran Mandiri Menurut Munir (2010: 97), pembelajaran mandiri (individual or personal instruction) adalah pembelajaran yang disajikan tidak hanya dalam bentuk tatap muka di kelas melainkan melalui cara dan teknik yang memungkinkan untuk dapat belajar secara individual atau perorangan. Pembelajaran mandiri memungkinkan siswa belajar sesuai dengan kemampuan individu yang dimilikinya sehingga dapat menguasai materi pembelajaran secara penuh. Pembelajaran mandiri merupakan suatu kegiatan belajar aktif yang didorong oleh keinginan untuk menguasai suatu kompetensi tertentu dan dibangun dengan bekal pengetahuan yang telah dimiliki. Konsep pembelajaran mandiri meliputi kepemilikan kompetensi tertentu sebagai tujuan pembelajaran, belajar aktif sebagai strategi belajar untuk mencapai tujuan, keberadaan motivasi belajar sebagai prasyarat berlangsungnya kegiatan belajar, dan konstruktivisme sebagai landasan konsep pembelajaran mandiri seperti pada Gambar 1. Kompetensi Belajar Aktif Motivasi Belajar Konstruktivisme Gambar 1. Konsep Pembelajaran Mandiri 12

4 Tujuan pembelajaran mandiri yaitu mencari kompetensi baru baik pengetahuan maupun keterampilan. Siswa secara aktif mencari informasi dari berbagai sumber dan mengolahnya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki untuk memperoleh kompetensi baru tersebut. Motivasi belajar merupakan prasyarat yang harus dikembangkan lebih dahulu sebelum melakukan belajar aktif. Penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk mendapatkan pengetahuan atau keterampilan baru adalah prisip belajar menurut paradigma konstruktivisme. Paradigma kostruktivisme merupakan dasar yang melandasi proses pembelajaran mandiri sebab kelancaran proses pembelajaran mandiri sangat ditentukan oleh sejauh mana siswa telah memiliki pengetahuan yang relevan sebagai modal awal untuk menciptakan pengetahuan baru atas informasi baru yang diperolehnya dalam proses pembelajaran (Haris Mudjiman, 2007: 7 16). Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri informasi, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama, dan merevisinya apabila aturan itu tidak lagi sesuai. Menurut teori ini, pembelajaran berpusat kepada siswa yaitu siswa harus membangun sendiri pengetahuannya. Guru tidak melakukan transfer pengetahuan kepada siswa, melainkan membantu siswa membentuk pengetahuannya sendiri (Trianto, 2010: 28). Beberapa karakteristik konstruktivisme yaitu proses top-down yang artinya siswa mulai belajar dengan masalah-masalah yang lebih kompleks untuk dipecahkan atau dicari solusinya dengan bantuan guru dengan menggunakan keterampilan dasar yang diperlukan, menggunakan model pembelajaran kooperatif karena siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika siswa saling mendiskusikan dengan teman, pembelajaran generatif yang mengajarkan kepada siswa cara khusus untuk menangani informasi baru seperti mengucapkan dengan kata-kata sendiri apa yang telah siswa dengar, discovery learning (pembelajaran dengan penemuan) dengan mendorong siswa untuk belajar secara aktif dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan konsep sendiri, self regulated learning (pembelajaran dengan pengaturan diri) yaitu seseorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar efektif dan bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu, dan scaffolding yang merupakan bantuan kepada 13

5 siswa pada awal pembelajaran dilanjutkan dengan mengaktifkan siswa untuk belajar mandiri (Hari Suderadjat, 2004: ). Lebih lanjut, Munir (2010: 99) menjelaskan beberapa karakteristik pembelajaran mandiri antara lain: a. Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa. b. Siswa belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing. Siswa yang cepat belajar dapat maju mendahului siswa yang kurang cepat, siswa yang kurang cepat belajar tidak mengganggu siswa yang lain, namun kedua-duanya tidak ada yang dirugikan. c. Sistem pembelajaran mandiri dilaksanakan dengan menyediakan paket belajar mandiri yang dapat dipilih sesuai dengan tujuan yang akan dicapai atau gaya belajar siswa, kemampuan yang dimiliki, dan minat masing-masing individu. Beberapa keuntungan belajar mandiri bagi siswa yaitu: a. Siswa belajar sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. b. Siswa berinteraksi langsung dengan materi pembelajaran yang sedang dipelajari. c. Siswa memperoleh tanggapan langsung mengenai jawaban atau tes yang telah dikerjakan, sehingga mendapatkan kepuasan. d. Siswa memperoleh pembelajaran mendalam tentang materi pembelajaran. e. Siswa dapat memusatkan perhatian pada materi pembelajaran yang belum dikuasai dan mengulang dengan cepat hal-hal yang telah dikuasai. f. Siswa memperoleh kesempatan untuk mendalami materi pembelajaran tanpa dibatasi sehingga dapat belajar sampai batas kemampuannya. 3. Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran (Oemar Hamalik, 1986: 23). Menurut Daryanto (2010: 6), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (materi pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan 14

6 pembelajaran. Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Posisi media pembelajaran sebagai komponen komunikasi ditunjukkan pada Gambar 2. Sumber pengalaman pengalaman Penerima IDE PENG- KODEAN MEDIA PENAFSIRAN KODE MENGERTI GANGGUAN UMPAN BALIK Gambar 2. Posisi Media dalam Sistem Pembelajaran (Daryanto, 2010: 7) Oemar Hamalik (1986: 27 31) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Mulyati Arifin (2005: 149) mengatakan bahwa penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat membantu guru dalam mempermudah, menyederhanakan, dan mempercepat keberlangsungan proses pembelajaran, penyajian informasi secara utuh dan lengkap, serta membantu merancang lingkup materi pembelajaran secara sistematis sesuai dengan tingkat kemampuan dan alokasi waktu. Media juga membantu siswa dalam mengaktifkan fungsi psikologis dalam dirinya, meliputi pemusatan perhatian dan mempertahankan perhatian, memelihara keseimbangan mental (otak) dan fisik (indera), serta mendorong belajar mandiri (mempercepat konstruksi/rekonstruksi kognitifnya). 15

7 Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Daryanto (2010: 6) serta Kemp dan Dayton seperti yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2009: 21 23) dan antara lain: a. Penyampaian pesan pembelajaran menjadi lebih terstandar. Setiap siswa yang melihat atau mendengar penyajian materi melalui media dapat menerima pesan yang sama. Terkadang siswa yang duduk di kursi belakang kurang memahami materi yang disampaikan. Dengan adanya media pembelajaran sebagai sumber belajar mandiri, materi dapat tersampaikan secara utuh kepada siswa. b. Pembelajaran dapat lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan keruntutan pesan, daya tarik gambar yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa dan berpikir, yang semuanya menunjukkan bahwa media memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat. c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologi yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan. d. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat dipersingkat karena sebagaian besar media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dengan isi pembelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinan dapat diserap oleh siswa. e. Kualitas pembelajaran dan hasil belajar dapat ditingkatkan karena ketika siswa mempunyai minat dan motivasi terhadap suatu pesan pembelajaran, berdampak pada meningkatnya kualitas hasil belajar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. f. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapan saja dan di mana saja sesuai keperluan, terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu. g. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran dan proses pembelajaran dapat ditingkatkan. 16

8 h. Peran guru mengalami perubahan ke arah yang lebih positif. Beban guru untuk penjelasan berulang-ulang mengenai materi pembelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga guru dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain, misalnya menjadi konsultan atau penasihat siswa. 4. Aspek dan Kriteria Penilaian Media Pembelajaran Menurut Romi Satria Wahono (2006) terdapat beberapa aspek dan kriteria penilaian media pembelajaran, yaitu : a. Aspek rekayasa perangkat lunak 1) Efektif dan efisien dalam pengembangan maupun penggunaan media pembelajaran. 2) Reliable (handal). 3) Maintainable (dapat dipelihara/dikelola dengan mudah). 4) Usabilitas (mudah digunakan dan sederhana dalam pengoperasiannya). 5) Ketepatan pemilihan jenis aplikasi/software/tool untuk pengembangan. 6) Kompatibilitas (media pembelajaran dapat diinstall/dijalankan di berbagai hardware dan software yang ada). 7) Pemaketan program media pembelajaran terpadu dan mudah dalam eksekusi. 8) Dokumentasi program media pembelajaran yang lengkap meliputi: petunjuk instalasi (jelas, singkat, lengkap), trouble shooting (jelas, terstruktur, dan antisipatif), desain program (jelas, menggambarkan alur kerja program). 9) Reusable (sebagian atau seluruh program media pembelajaran dapat dimanfaatkan kembali untuk mengembangkan media pembelajaran lain). b. Aspek desain pembelajaran 1) Kejelasan tujuan pembelajaran (rumusan, realistis). 2) Relevansi tujuan pembelajaran dengan SK/KD/Kurikulum. 3) Cakupan dan kedalaman tujuan pembelajaran. 4) Ketepatan penggunaan strategi pembelajaran. 5) Interaktivitas. 6) Pemberian motivasi belajar. 7) Kontekstualitas dan aktualitas. 17

9 8) Kelengkapan dan kualitas bahan bantuan belajar. 9) Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran. 10) Kedalaman materi. 11) Kemudahan untuk dipahami. 12) Sistematis, runut, alur logika jelas. 13) Kejelasan uraian, pembahasan, contoh, simulasi, latihan. 14) Konsistensi evaluasi dengan tujuan pembelajaran. 15) Ketepatan dan ketetapan alat evaluasi. 16) Pemberian umpan balik terhadap hasil evaluasi. c. Aspek komunikasi visual 1) Komunikatif; sesuai dengan pesan dan dapat diterima/sejalan dengan keinginan sasaran. 2) Kreatif dalam ide berikut penuangan gagasan. 3) Sederhana dan memikat. 4) Audio (narasi, sound effect, backsound, musik). 5) Visual (layout design, typography, warna). 6) Media bergerak (animasi, movie). 7) Layout Interactive (tombol navigasi). 5. Sumber Belajar Sumber belajar merupakan salah satu komponen yang mempunyai peranan penting untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran yang efektif tidak hanya diukur dari hasil belajar, namun dapat juga dilihat dari proses berupa interaksi siswa dengan berbagai macam sumber yang dapat merangsang untuk belajar dan membantu pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajarinya. Sumber belajar berperan dalam menyediakan berbagai informasi dan pengetahuan yang diperlukan dalam mengembangkan berbagai kompetensi. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang dapat membantu mempermudah siswa mempelajari topik tertentu dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran (Kemendiknas, 2010: 10). Belajar dengan berbagai 18

10 sumber belajar diyakini dapat mengatasi tidak hanya berbagai kesulitan dalam proses pembelajaran, akan tetapi juga dapat mendidik siswa untuk belajar dengan cara yang sesuai dengan gaya belajarnya sehingga dapat belajar secara mandiri (BP. Sitepu, 2008: 79). Sumber belajar dapat dikategorikan menjadi dua kelompok. Pertama, sumber belajar yang dibuat, yaitu sumber belajar yang sengaja dibuat, misalnya media cetak (koran, buku, majalah, dan sebagainya), media rakyat ( drama, dongeng, hikayat, dan lain-lain), dan media audio/audio-visual (radio, acara televisi, video, dan lain-lain). Kedua, sumber belajar yang dimanfaatkan, yaitu sumber belajar yang sudah ada kemudian dimanfaatkan untuk mempermudah siswa belajar sesuatu, misalnya narasumber (ketua RW, petani, pengusaha, dan lain-lain), sarana dan prasarana (gedung, kendaraan, lahan pertanian, dan sebagainya). Sarana dan prasarana belum tentu merupakan sumber belajar, akan menjadi sumber belajar jika digunakan dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh, kendaran bisa jadi sumber belajar jika pada proses pembelajaran siswa mengamati, mempelajari, dan meneliti kendaraan tersebut lebih mendalam (Kemendiknas, 2010: 9). Munir (2010: ) dan Association for Educational Communication and Technology (AECT) yang dikutip oleh Direktorat Tenaga Kependidikan (2008: 38 40) membedakan beberapa jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu: a. Pesan (Message) Pesan merupakan sumber belajar yang meliputi pesan formal dan pesan nonformal. Pesan formal yaitu pesan yang dikeluarkan oleh lembaga resmi atau pesan yang disampaikan guru dalam proses pembelajaran. Pesan-pesan ini selain disampaikan secara lisan juga dibuat dalam bentuk dokumen seperti kurikulum, peraturan pemerintah, perundangan, dan sebagainya. Pesan nonformal yaitu pesan yang ada di lingkungan masyarakat luas yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran misalnya cerita rakyat, legenda, ceramah oleh tokoh masyarakat dan ulama, dan lain-lain. 19

11 b. Orang (People) Semua orang pada dasarnya dapat berperan sebagai sumber belajar, namun secara umum dapat dibagi dua kelompok. Pertama, kelompok orang yang didesain khusus sebagai sumber belajar utama yang dididik secara profesional untuk mengajar, seperti guru atau instruktur. Kelompok yang kedua adalah orang yang memiliki profesi selain tenaga yang berada di lingkungan pendidikan dan profesinya tidak terbatas. Misalnya untuk mempelajari undang-undang lalu lintas, polisi dapat dijadikan sumber belajar dan untuk mempelajari topik-topik yang berhubungan dengan kesehatan, tenaga medis dapat dijadikan sebagai narasumber. c. Bahan (Materials) Bahan merupakan suatu segala sesuatu yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, seperti buku teks, modul, program video, film, majalah, koran, OHT (over head transparency), program slide, dan situs internet atau web. d. Alat (Device) Alat yang dimaksud di sini adalah benda-benda yang berbentuk fisik sering disebut juga dengan perangkat keras (hardware). Alat ini berfungsi untuk menyajikan bahan-bahan pada butir c di atas, misalnya multimedia Projector, tape recorder, dan sebagainya. e. Teknik Teknik yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang untuk menyampaikan materi pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran. Teknik ini menakup berbagai aktivitas guru untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa, sebagai contoh ceramah, permainan/simulasi, demonstrasi, sosiodrama, dan sebagainya. f. Latar (Setting) Latar atau lingkungan yang berada di dalam sekolah maupun lingkungan yang berada di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak secara khusus disiapkan untuk pembelajaran. Misalnya, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, halaman sekolah, kebun sekolah, dan sebagainya. 20

12 6. Web Salah satu fasilitas internet yang sangat populer yaitu layanan World Wide Web atau yang lebih dikenal dengan istilah WWW. Informasi-informasi yang dapat dilihat di dalam fasilitas web ini disebut sebagai web page atau web site. Web page ini juga dikenal dengan homepage karena telah banyak digunakan oleh kalangan pribadi baik untuk menyediakan informasi maupun melakukan transaksi bisnis (Tim ICT UNY, 2008: 46). Website memungkinkan kita untuk mengakses informasi atau data baik berupa teks, grafik, suara maupun video. Melalui website, siswa dapat membaca dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang up to date. Selain itu, siswa juga bisa mengaskes sumber belajar dengan mudah, cepat, dan dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun karena hampir semua informasiyang dibutuhkan dapat ditemukan (Munir, 2009: 192). Berbagai informasi yang telah diakses dapat disimpan dalam komputer pribadi sehingga dapat dibuka kembali saat dibutuhkan. Proses pembelajaran melalui website tidak lagi terkendala oleh waktu dan ruang pertemuan. Website (web) atau homepage dapat diartikan sebagai kumpulan halaman yang menampilkan informasi data teks, data gambar diam atau gerak, data animasi, suara, video dan atau gabungan dari semuanya, baik yang bersifat statis maupun dinamis yang membentuk satu rangkaian bangunan yang saling terkait dimana masing-masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink). Web bersifat statis apabila isi informasi web tetap, jarang berubah, dan isi informasinya searah hanya dari pemilik web. Web bersifat dinamis apabila isi informasi web selalu berubah-ubah, dan isi informasinya interaktif dua arah berasal dari pemilik serta pengguna web. Ditinjau dari sisi pengembangannya, web statis hanya bisa diupdate oleh pemiliknya saja, sedangkan web dinamis bisa diupdate oleh pengguna maupun pemilik. Setiap halaman web disimpan atau disediakan dalam web server yang kemudian dapat diakses dengan menggunakan perangkat lunak penjelajah web (web browser) (Anonim, 2007). Pemanfaatan web sebagai sumber belajar merupakan salah satu aplikasi e- learning yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri. Istilah e-learning 21

13 dapat diartikan pembelajaran dengan menggunakan media atau bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer. Secara umum terdapat dua persepsi dasar tentang e-learning yaitu electronic based dan internet based. Electronic based adalah pembelajaran yang memanfaakan teknologi informasi dan komunikasi, terutama perangkat yang berupa elektronik. Artinya, tidak harus internet, melainkan semua perangkat elektronik seperti video, kaset, slide, dan sebagainya. Adapun internet based adalah pembelajaran yang menggunakan fasilitas internet yang bersifat online. Artinya, siswa mengakses materi pembelajaran tidak terbatas jarak, ruang, dan waktu, bisa di mana saja dan kapan saja (Munir, 2009: 167). Pada proses e-learning, guru dan siswa tidak perlu berada di tempat dan waktu yang sama untuk melakukan proses pembelajaran. Guru cukup mengupload bahan pembelajaran pada situs e-learning dan siswa dapat mempelajarinya dengan membuka situs e-learning tersebut di manapun. E- learning tidak membutuhkan ruangan (tempat) yang luas sebagaimana ruang kelas konvensional (Munir, 2010: 204). Kelebihan e-learning menurut Bates dan Wulf seperti yang dikutip oleh Munir (2009: ) antara lain: a. Meningkatkan interaksi pembelajaran. Apabila dirancang dengan cermat, e-learning dapat meningkatkan kadar interaksi antara siswa dengan bahan pembelajaran, siswa dengan guru, dan antara sesama siswa. Hal ini berbeda dengan pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran konvensional, tidak semua siswa dapat, berani, atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyan atau menyampaikan pendapat. Kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau bertanya pada pembelajaran konvensional sangat terbatas kaena kesempatan tersebut didominasi oleh siswa yang cepat tanggap dan tidak pemalu. Pada e-learning, siswa terpisah satu sama lain dan terpisah dari guru sehingga siswa lebih leluasa untuk mengungkapkan pendapat dan mengajukan pertanyaan tanpa dicemooh, dikritik, atau dilecehkan oleh siswa lain. Suasana pembelajaran seperti ini akan dapat mendorong siswa untuk meningkatkan kadar interaksinya dalam kegiatan pembelajaran, sehinga hasil belajar lebih optimal. 22

14 b. Mempermudah interaksi pembelajaran dari mana saja dan kapan saja. Mengingat sumber belajar yang bisa diakses oleh siswa melalui internet, maka siswa dapat mengakses sumber belajar di mana saja dan kapan saja. Adanya sumber belajar berupa soal-soal dengan umpan balik dan pembahasan dalam situs e-learning memungkinkan siswa dapat berlatih soal kapanpun dan di manapun tanpa harus menunggu sampai ada tatap muka di kelas. Siswa dapat segera mengetahui hasil pekerjaannya tanpa harus menunggu guru mengoreksi jawaban. Pembelajaran semacam ini menghemat waktu dan tenaga, baik siswa maupun guru. c. Memiliki jangkauan yang lebih luas. Pembelajaran yang fleksibel dari sisi waktu dan tempat, maka jumlah siswa yang dapat dijangkau dalam kegiatan e-learning juga semakin banyak dan semakin terbuka secara luas. Materi pembelajaran mudah diakses dengan tidak terbatas ruang dan waktu. Siapa saja, kapan saja, dan di mana saja seseorang dapat belajar melalui sumber belajar yang ada di situs internet, tidak hanya di ruangan kelas namun bisa dilakukan di rumah, di tempat rekreasi, atau tempat lain yang memungkinkan akses internet. Dengan demikian, kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkannya. d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran. Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai software yang terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan pembelajaran e-learning. Penyempurnaan bahan pembelajaran dapat dilakukan secara berkala sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuan. 7. Soal Pilihan Ganda Soal pilihan ganda merupakan salah satu jenis soal objektif yang penggunaannya cukup luas. Hal ini terkait dengan keunggulan soal pilihan ganda yaitu dapat mencakup materi yang relatif banyak karena jumah soal relatif banyak, dapat mengukur berbagai jenjang kognitif mulai dari mengingat sampai evaluasi, serta penentuan skor sangat mudah, cepat, dan objektif. Soal pilihan ganda sangat tepat untuk ujian dengan peserta yang banyak dengan hasil yang 23

15 segera diketahui. Selain itu, reliabilitas soal pilihan ganda relatif lebih tinggi daripada soal uraian. Siapapun yang menilai dan kapanpun dinilai hasilnya akan tetap sama. Selain mempunyai banyak kelebihan, soal pilihan ganda juga mempunyai kelemahan, diantaranya penyusunan soal yang baik memerlukan waktu yang relatif lama, adanya kemungkinan menebak benar kunci jawaban, dan sangat sulit menentukan alternatif jawaban yang benar-benar homogen dan logis (Sumarna Surapranata, 2007: 178). Soal pilihan ganda adalah yang menuntut siswa untuk memberikan jawaban atas pertanyaan atau pernyataan yang diserati dengan sejumlah kemungkinan jawaban. Soal tersebut terdiri dari pokok soal (stem) dan beberapa pilihan jawaban. Pokok soal dapat berupa kalimat perintah, kalimat tanya, maupun kalimat yang tidak lengkap. Pilihan jawaban meliputi jawaban benar (kunci jawaban) dan pengecoh (distractor) (Sumarna Surapranata, 2007: 132). Deni Widyantoro, dkk (2009: 20) mengatakan bahwa pengecoh baru dikatakan dapat menjalankan fungsinya dengan baik apabila pengecoh tersebut telah memiliki daya rangsang atau daya tarik demikian rupa, sehingga siswa yang berkemampuan rendah merasa bimbang dan ragu-ragu sehingga pada akhirnya siswa menjadi terkecoh untuk memilih distractor sebagai jawaban betul sebab siswa mengira bahwa distractor yang siswa pilih itu adalah kunci jawaban soal, padahal bukan. Soal yang baik adalah soal yang pengecohnya dipilih oleh minimal 5% dari seluruh peserta tes. Penulisan soal harus didasarkan pada kisi-kisi soal dan mengikuti kaidahkaidah penulisan soal. Kaidah penulisan soal pilihan ganda mencakup materi, konstruksi, dan bahasa yang dijabarkan oleh Sumarna Surapranata (2007: ) sebagai berikut. a. Soal harus sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator. b. Pilihan jawaban harus homogen dan logis dari segi materi, yaitu berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan pada pokok soal. Penulisannya harus setara dan semua pilihan jawaban harus berfungsi. c. Setiap soal harus memiliki satu jawaban benar atau paling benar. d. Pokok soal harus jelas dan tegas. 24

16 e. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja. f. Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban benar. g. Pokok soal tidak mengandung dua kata atau lebih yang mempunyai arti negatif untuk menghindari terjadinya kesalahan penafsiran oleh siswa. h. Gambar, grafik, tabel, dan sejenisnya harus jelas, dapat dimengerti, dan berfungsi. i. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Apabila panjang rumusan pilihan jawaban tidak sama, siswa cenderung memilih jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang lebih lengkap informasinya dan merupakan kunci jawaban. j. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, Semua pilihan jawaban di atas benar atau Semua pilihan jawaban di atas salah. k. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut atau kronologis waktunya. l. Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan siswa yang tidak dapat menjawab benar pada soal pertama tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya. m. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. n. Menggunakan bahasa yang komunikatif agar mudah dimengerti. o. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika soal digunakan untuk daerah lain atau nasional. p. Pilihan jawaban tidak mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Meletakkan kata tersebut pada pokok soal. 8. Penelitian Pengembangan Trianto (2010: 206) mengemukakan bahwa penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut dapat berbentuk benda atau perangkat keras (hardware) seperti buku, modul, alat bantu 25

17 pembelajaran di kelas atau di laboratorium, dapat pula berbentuk perangkat lunak (software) seperti program komputer, model pembelajaran, dan sebagainya. Adapun menurut Sugiyono (2010: 297) penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Model penelitian pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptual, dan model teoritik. Model prosedural adalah model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Model konseptual adalah model yang bersifat analitis, yang menyebutkan komponen-komponen produk, menganalisis komponen secara rinci dan menunjukkan hubungan antarkomponen yang akan dikembangkan. Model teoritik adalah model yang menggambar kerangka berpikir yang didasarkan pada teori-teori yang relevan dan didukung oleh data empirik (Tim Puslitjaknov, 2008: 8 9). Pada penelitian ini menggunakan model prosedural dengan prosedur pengembangan Borg dan Gall yang sudah diadaptasi. Langkah-langkah penelitian pengembangan menurut Borg dan Gall seperti yang dikutip oleh Tim Puslitjaknov (2008: 10 11) terdiri dari sepuluh langkah yaitu a. penelitian pendahuluan untuk mengumpulkan informasi (kajian pustaka, pengamatan kelas), identifikasi masalah yang dijumpai dalam pembelajaran, dan merangkum permasalahan b. perencanaan meliputi identifikasi dan perumusan tujuan serta penentuan uji ahli atau uji coba skala kecil c. pengembangan produk awal berupa penyiapan materi pembelajaran, penyusunan buku pegangan, dan perangkat evaluasi d. uji coba lapangan tahap awal yang dilakukan terhadap 2 3 sekolah menggunakan 6 10 subjek ahli. Pengumpulan informasi/data dengan menggunakan observasi, wawancara dan kuesioner, dilanjutkan dengan analisis data e. revisi produk berdasarkan saran-saran dari hasil uji coba awal 26

18 f. uji coba lapangan utama dilakukan terhadap 5 15 sekolah dengan subjek. Tes prestasi belajar siswa dilakukan sebelum dan sesudah proses pembelajaran g. revisi produk berdasarkan masukan dari hasil uji lapangan utama h. uji pelaksanaan lapangan dilakukan terhadap sekolah melibatkan subjek, data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan kuesioner i. revisi produk akhir berdasarkan hasil uji pelaksanaan lapangan j. terakhir yaitu diseminasi serta implementasi produk, melaporkan dan menyebarluaskan produk melalui seminar dan jurnal ilmiah, bekerja sama dengan pihak penerbit guna sosialisasi produk untuk komersial dan memantau distribusi serta kontrol kualitas produk. 9. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Kimia SMA/MA Kelas XI Sesuai Standar Isi Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi lulusan yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetenasi lulusan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh siswa pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Kimia termasuk kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri (E. Mulyasa, 2006: 45 & 48). Mata pelajaran kimia SMA/MA merupakan kelanjutan IPA di SMP/MTs yang menekankan pada fenomena alam dan pengukurannya dengan perluasan konsep abstrak. Materi pokok kimia SMA/MA terdiri dari 13 standar kompetensi. Sebanyak lima standar kompetensi diantaranya disampaikan di kelas XI. Materi pokok kimia SMA/MA kelas XI meliputi aspek termokimia, laju reaksi, kesetimbangan, larutan asam basa, stoikiometri larutan, kesetimbangan ion dalam larutan, dan sistem koloid. Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk mata pelajaran kimia SMA/MA kelas XI dapat dilihat pada Lampiran 7. Materi yang disajikan dalam media Smart with Chemistry (SwC) berbasis web merupakan ringkasan materi karena hal yang diutamakan dalam media ini 27

19 yaitu soal-soal yang disertai dengan umpan balik dan pembahasan. Ringkasan materi dalam media SwC bukan sumber utama dalam mengerjakan soal, namun hanya digunakan untuk membantu mengingat sekilas tentang materi kimia SMA/MA kelas XI. B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Cahya Dwi Wahyudi (2010) berjudul Pengembangan Permainan Who Wants To Be A Great Chemist? sebagai Media Pembelajaran Kimia untuk Siswa Kelas XI berisi latihan soal yang dikembangkan dengan menggunakan model prosedural. Teknik analisis data dilakukan dengan mengumpulkan data proses pengembangan produk dan data kualitas produk yang diperoleh dari penilaian oleh 5 guru kimia SMA sebagai reviewer. Penelitian tersebut menghasilkan software permainan Who Wants To Be A Great Chemist? untuk siswa kelas XI yang dapat diakses secara offline melalui CD maupun secara online melalui internet dan mempunyai kualitas baik sehingga layak digunakan sebagai sumber belajar untuk siswa SMA/MA. Penelitian yang berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Web pada Mata Kuliah Sejarah dan Kepustakaan Kimia untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Mahasiswa dilakukan oleh Erfan Priyambodo, dkk (2011). Penelitian tersebut merupakan penelitian pengembangan, yaitu mengembangkan media pembelajran interaktif berbasis web pada mata kuliah Sejarah dan Kepustakaan kimia. Kualitas media diketahui dari penilaian oleh 2 dosen Pendidikan Kimia serta mahasiswa yang mengambil mata kuliah Sejarah dan Kepustakaan Kimia. Teknik analisis data dilakukan dengan mengubah data yang diperoleh menjadi data kuantitatif, kemudian menentukan kriteria kualitas media pembelajaran dengan membandingkan skor empiris media pembelajaran dengan kriteria kualitatif. Adapun teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh media pembelajran tehadap motivasi dan prestasi belajar mahasiswa, dilakukan analisis deskriptif kuantitatif dengan bantuan tabel maupun grafik. Penelitian tersebut menghasilkan media pembelajran interaktif berbasis web pada mata kuliah Sejaran dan Kepustakaan Kimia yang 28

20 dapat diakses secara offline oleh mahasiswa dan mendapat penilaian sangat baik oleh 2 dosen Pendidikan Kimia. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kenaikan yang signifikan antara motivasi belajar mahasiswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunkaan media pembelajaran interaktif serta terdapat kenaikan yang sangat signifikan antara prestasi belajar mahasiswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunkaan media pembelajaran interaktif. Penelitian yang lain yaitu penelitian yang dilakukan oleh Handaru Jati (2006) dengan judul Penerapan Web Dinamis untuk Media Pembelajaran Distance Learning. Penelitian ini dilakukan melalui tahapan-tahapan rekayasa web (web engineering) yang dimulai dari tahapan perumusan masalah dan perencanaa, tahap analsis, tahap desain, tahap implementasi, dan tahap pengujian. Analisis dilakukan dengan analisis interaksi, analsis fungsi dan analisis konfigurasi web. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya aplikasi web yang digunakan untuk sistem pembelajaran berbasis web dinamis secara online dapat memudahkan dosen dan mahasiswa melaksanakan pembelajaran serta pengelola lebih mudah memantau perkembangan proses pembelajaran. Hasil analisis mengenai aplikasi web menunjukkan bahwa aplikasi web telah memenuhi standar kualitas yang baik. C. Kerangka Berpikir Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya internet memudahkan manusia memperoleh informasi. Keadaan ini dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk memperoleh informasi yang tidak terbatas dari situs internet. Keberadaan situs internet yang berhubungan dengan kimia sebagian besar berisi penjelasan materi dan soal yang dapat diunduh secara gratis. Adapun situs internet yang berisi soal beserta umpan balik dan pembahasan belum dikembangkan secara optimal. Materi kimia SMA/MA khususnya untuk kelas XI sangat beragam, mulai dari konsep-konsep abstrak tentang struktur atom, sampai konsep hitungan tentang larutan, laju reaksi, kesetimbangan, dan lain-lain yang membutuhkan pemahaman lebih mendalam. Dengan banyaknya materi yang harus dikuasai siswa, sedangkan jam belajar siswa di sekolah terbatas, guru hanya menyelesaikan 29

21 materi dan memberikan tugas untuk mengerjakan soal-soal tanpa adanya umpan balik, sehingga siswa kurang menguasai materi. Siswa sering menemui kesulitan saat menyelesaikan permasalahan-permasalahan kimia meskipun sudah membaca materinya. Siswa yang hanya membaca materi belum tentu dapat menyelesaikan soal dengan baik. Namun, dengan berlatih mengerjakan soal-soal siswa akan lebih menguasai dan memahami materi. Saat ini telah banyak soal-soal latihan berdasarkan Standar Isi, misalnya di LKS atau buku teks. Namun, untuk menghadapi ujian ujian masuk perguruan tinggi, siswa tidak bisa hanya belajar soal-soal berdasarkan Standar Isi karena soal yang sering muncul di ujian masuk perguruan tinggi lebih beragam dan tingkat kesukarannya pun berbeda. Buku yang berisi soal latihan menghadapi ujian nasional ataupun ujian masuk perguruan tinggi sudah banyak, tetapi masih jarang situs internet yang berisi soal-soal persiapan ujian nasional dan ujian masuk perguruan tinggi yang dilengkapi umpan balik dan pembahasan. Adanya umpan balik dan pembahasan akan membuat siswa mengetahui tingkat kemampuan yang ada pada dirinya mengenai materi yang sedang dipelajari. Adanya fasilitas internet gratis di sekolah maupun di rumah makan, tempat rekreasi ataupun di tempat-tempat lain dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya melalui internet. Tak terkecuali akses materi pembelajaran dan soal-soal latihan. Dengan adanya berbagai variasi sumber belajar berisi soal-soal latihan yaitu berupa buku dan situs internet, diharapkan siswa lebih tertarik terhadap mata pelajaran kimia. Penelitian ini mencoba mengembangkan salah satu alternatif media pembelajaran yang dapat digunakan yaitu media pembelajaran Smart with Chemistry (SwC) berbasis web. Media ini berisi soal kimia dan pembahasannya yang dikemas dalam bentuk soal pilihan ganda. Tingkat kesukaran dan distribusi materi dalam soal SwC mengacu pada soal ujian nasional dan ujian masuk perguruan tinggi, sehingga media ini dapat digunakan sebagai alternatif sumber belajar mandiri bagi siswa SMA/MA yang sedang mempersiapkan ujian akhir semester, ujian nasional, maupun ujian masuk perguruan tinggi. Selain itu, media SwC juga berisi ringkasan materi, glosarium, serta hiburan menarik seperti video 30

22 dan animasi. Dengan media ini diharapkan siswa lebih tertarik dan termotivasi untuk berlatih soal sehingga penguasaan materi kimia SMA/MA khususnya kelas XI akan meningkat. Media SwC berbasis web ditinjau oleh dosen pembimbing, ahli materi, peer reviewer, dan ahli media untuk mendapat masukan sebagai dasar revisi produk. Selanjutnya, menentukan kualitas media pembelajaran Smart with Chemistry (SwC) berbasis web melalui penilaian oleh lima guru kimia yang mempunyai pengetahuan yang sama mengenai materi kimia dan media pembelajaran yang baik. Penilaian dilakukan dengan cara mengisi lembar peniliaian kualitas media berupa lembar check list yang memuat beberapa aspek, yaitu aspek perangkat soal, desain pembelajran, rekayasa perangkat lunak, dan estetika. Hasil penilaian yang diperoleh kemudian dianalisis sehingga peneliti memperoleh data tentang kualitas media SwC berbasis web. D. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian pengembangan media pembelajaran Smart with Chemistry (SwC) berbasis web adalah: 1. Bagaimana mengembangkan media Smart with Chemistry (SwC) berbasis web sebagai sumber belajar mandiri siswa SMA/MA kelas XI yang dikembangkan mengikuti model pengembangan prosedural dan mengadaptasi prosedur pengembangan Borg dan Gall? 2. Bagaimana kualitas dari media pembelajaran Smart with Chemistry (SwC) berbasis web sebagai sumber belajar mandiri siswa SMA/MA kelas XI setelah dinilai oleh reviewer ditinjau dari aspek perangkat soal, desain pembelajaran, rekayasa perangkat lunak, dan estetika? 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujan untuk menghasilkan suatu produk yakni Multimedia Pembelajaran untuk Matapelajaran Algoritma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan suatu multimedia pembelajaran permainan puzzle. Metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Research and Development (Penelitian dan Pengembangan). Hal ini dikarenakan penelitian

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF PERANGKAT LUNAK PENGOLAH ANGKA UNTUK KELAS XI SMA NEGERI 2 WATES

MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF PERANGKAT LUNAK PENGOLAH ANGKA UNTUK KELAS XI SMA NEGERI 2 WATES MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF PERANGKAT LUNAK PENGOLAH ANGKA UNTUK KELAS XI SMA NEGERI 2 WATES Rosyid Supriadi Pendidikan Teknik Informatika Universitas Negeri Yogyakarta erozzyid@gmail.com ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Sugiyono (2013:3) mengatakan Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode

Lebih terperinci

3. BAB III METODE PENELITIAN. 1) Metode Penelitian dan Pengembangan

3. BAB III METODE PENELITIAN. 1) Metode Penelitian dan Pengembangan 79 3. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metoda Research and Development. Metoda ini dipilih karena tujuan penelitian adalah pengembangan produk berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat dan telah merambah ke segala bidang kehidupan manusia termasuk bidang pendidikan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodelogi Penelitian Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji

Lebih terperinci

MEMBANGUN MEDIA BELAJAR BERBASIS ICT

MEMBANGUN MEDIA BELAJAR BERBASIS ICT MEMBANGUN MEDIA BELAJAR BERBASIS ICT Table of Content ICT untuk Edukasi Perangkat ICT Mengapa menggunakan ICT Karakteristik Media Belajar Berbasis ICT Pencarian Materi Mengolah Materi menjadi Berbasis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Cara ilmiah yang dimaksud berarti sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan multimedia interaktif sebagai pendukung pembelajaran membaca bagi anak disleksia tingkat sekolah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Langkah-langkah Penelitian Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan suatu aplikasi mobile learning berbasis WAP. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan suatu media, maka metode penelitian yang tepat untuk penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Metode Penelitian dan Pengembangan atau dikenal juga dengan istilah

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Metode Penelitian dan Pengembangan atau dikenal juga dengan istilah 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian dan Pengembangan (R&D) Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan suatu media. Metode penelitian yang tepat untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI KAJIAN TEORI. prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai

BAB II KAJIAN TEORI KAJIAN TEORI. prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai A. Pembelajaran Matematika SMP BAB II KAJIAN TEORI KAJIAN TEORI Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENILAIAN KELAYAKAN CD INTERAKTIF IPA TERPADU. BERBASIS SCIENCE EDUTAINMENT (Oleh: Ahli/pakar Media) Satuan Pendidikan : SMP. Validator :...

INSTRUMEN PENILAIAN KELAYAKAN CD INTERAKTIF IPA TERPADU. BERBASIS SCIENCE EDUTAINMENT (Oleh: Ahli/pakar Media) Satuan Pendidikan : SMP. Validator :... INSTRUMEN PENILAIAN KELAYAKAN CD INTERAKTIF IPA TERPADU Petunjuk pengisian: BERBASIS SCIENCE EDUTAINMENT (Oleh: Ahli/pakar Media) Satuan Pendidikan : SMP Mata Pelajaran Topik Kelas/Semester : IPA Terpadu

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PUSTAKA

BAB II KERANGKA PUSTAKA BAB II KERANGKA PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Kimia Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif), tetapi pada perkembangan selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan multimedia model tutorial lebih baik dibandingkan dengan pemakaian tools pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan bahan ajar inovatif berbasis multimedia perlu mendapat perhatian dalam memenuhi tuntutan peningkatan kualitas pendidikan dan mendukung pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bahan ajar inovatif dan interaktif dibutuhkan oleh siswa dan guru agar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bahan ajar inovatif dan interaktif dibutuhkan oleh siswa dan guru agar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahan ajar inovatif dan interaktif dibutuhkan oleh siswa dan guru agar kegiatan belajar mengajar menarik, pengadaan bahan ajar yang bermutu menjadi salah

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat kegiatan penelitian memperoleh data yang diperlukan. Lokasi untuk penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. model Instructional Games, oleh sebab itu metode penelitian yang tepat untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. model Instructional Games, oleh sebab itu metode penelitian yang tepat untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Penelitian ini berpusat pada pengembangan multimedia interaktif CAI model Instructional Games, oleh sebab itu metode penelitian yang tepat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunan UNESCO Education For All Global Monitoring Report 2012.

BAB I PENDAHULUAN. tahunan UNESCO Education For All Global Monitoring Report 2012. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan paradigma dunia tentang makna pendidikan, pendidikan dihadapkan pada sejumlah tantangan yang semakin berat. Pendidikan di Indonesia masih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan Pengembangan (Research and Developement), karena penelitian ini bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. dan Pengembangan (Research and Developement), karena penelitian ini bertujuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Developement), karena penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme. Sebagaimana dikemukakan oleh Rusman dan Dewi (2009 : 174) menurut

Lebih terperinci

Analisa Sistem E-Learning Aritmatika dengan Metode Jarimatika untuk Tingkat Sekolah Dasar dengan Pendekatan Model Computer-Based Training

Analisa Sistem E-Learning Aritmatika dengan Metode Jarimatika untuk Tingkat Sekolah Dasar dengan Pendekatan Model Computer-Based Training Analisa Sistem E-Learning Aritmatika dengan Metode Jarimatika untuk Tingkat Sekolah Dasar dengan Pendekatan Model Computer-Based Training MY. Teguh Sulistyono 1, Wellia Shinta Sari 2 1,2 Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Pengembangan Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu perangkat lunak yang akan digunakan sebagai media pembelajaran berupa Modul berbasis multimedia dengan

Lebih terperinci

Mata Kuliah Media Pembelajaran PBD semester 6 Pengampu: Nurhidayati, M. Hum.

Mata Kuliah Media Pembelajaran PBD semester 6 Pengampu: Nurhidayati, M. Hum. Mata Kuliah Media Pembelajaran PBD semester 6 Pengampu: Nurhidayati, M. Hum. Paradigma pembelajaran student center Guru bukan satu-satunya sumber belajar Peran guru: fasilitator, motivator, organisator,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab untuk membantu perkembangan kepribadian serta kemampuan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran.

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran. I. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna. Istilah-istilah tersebut adalah pendekatan pembelajaran,

Lebih terperinci

ANALISIS STANDAR ISI

ANALISIS STANDAR ISI MATA PELAJARAN KELAS/SEMESTER : Kimia : X / GANJIL DAN GENAP ANALISIS STANDAR ISI 1. Tujuan Mata Perlajaran (ada di lampiran SK KD) Mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar peserta didik memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional sedang mengalami perubahan yang cukup mendasar,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional sedang mengalami perubahan yang cukup mendasar, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional sedang mengalami perubahan yang cukup mendasar, terutama berkaitan dengan undang-undang sistem pendidikan nasional (Undangundang sisdiknas),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bidang yang memiliki peran penting dalam peningkatan daya saing suatu negara adalah pendidikan. Pendidikan saat ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi oleh guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. Perkembangan ini memiliki dampak semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi semakin pesat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi semakin pesat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi semakin pesat dari waktu ke waktu. Dengan berkembangnya sains dan teknologi tersebut menyebabkan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mengalami kemajuan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mengalami kemajuan yang sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia sedang mengalami kemajuan yang sangat pesat. Terbukti dengan adanya pembangunan pada sektor pendidikan seperti munculnya sekolah-sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. MODEL PENGEMBANGAN Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan inovasi pembelajaran yang menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN A. MODEL PENGEMBANGAN Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan inovasi pembelajaran yang menggunakan metode BAB III METODE PENELITIAN A. MODEL PENGEMBANGAN Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan inovasi pembelajaran yang menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research and development / R&D).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan komponen utama dalam peningkatan kualitas suatu bangsa. Seiring berkembangnya teknologi secara langsung menuntut dunia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) Salah satunya menurut Duch (1995) dalam http://www.uii.ac.id pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah media cetak (diktat, modul, hand out, buku teks, majalah, surat kabar, dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah media cetak (diktat, modul, hand out, buku teks, majalah, surat kabar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran perlu diciptakan kondisi belajar yang menyenangkan agar proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Proses pembelajaran selama ini

Lebih terperinci

D030. SMP N 5 Kintap Kalimantan Selatan 2. UIN Sunan Kalijaga - ABSTRAK

D030. SMP N 5 Kintap Kalimantan Selatan 2. UIN Sunan Kalijaga   - ABSTRAK D030 PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MACROMEDIA FLASH SEBAGAI SUMBER BELAJAR BAGI SISWA SMA/MA KELAS XI SEMESTER 2 MATERI POKOK SISTEM REPRODUKSI MANUSIA Riyana Fathiyati 1, Runtut Prih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan mengkaji hasil dari penerapan multimedia pembelajaran interaktif berbasis eksperimen dengan menerapkan Cognitive Load

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN COURSEWARE

PENGEMBANGAN COURSEWARE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari materi dan sifatnya, perubahan materi yang terjadi dan energi yang menyertai perubahan tersebut (Silberberg, 2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini telah membawa perubahan pesat dalam aspek kehidupan manusia, perkembangan tersebut telah mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menganalisis diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menganalisis diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menganalisis diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu menganalisis dengan baik dan benar, oleh karena itu menganalisis disebut kegiatan produktif

Lebih terperinci

AECT (Association for Educational Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar,

AECT (Association for Educational Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, AECT (Association for Educational Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu: 1. Pesan; didalamnya mencakup kurikulum dan mata pelajaran.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal pokok yang akan menopang kemajuan suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari kualitas dan sistem pendidikan yang ada. Tanpa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2011:3) mengatakan bahwa Metode penelitian diartikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2011:3) mengatakan bahwa Metode penelitian diartikan 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Sugiyono (2011:3) mengatakan bahwa Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Bentuk Penelitian 1. Metode Penelitian Sugiyono (2013:3) mengemukakan bahwa Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan data diperoleh melalui kuisioner yang dirumuskan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan data diperoleh melalui kuisioner yang dirumuskan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengumpulan data diperoleh melalui kuisioner yang dirumuskan berdasarkan teori dan pendapat ahli dan di isi oleh responden yang kemudian diolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bahan Ajar 2.1.1 Pengertian Bahan Ajar Hamdani (2011:218) mengemukakan beberapa pengertian tentang bahan ajar, yaitu sebagai berikut: a. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. maupun dalam eksperimen yang direncanakan (Charles W. Keenan, Dunald. C. Kleinfelter dan Jasses H. Wood, 1996: 2).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. maupun dalam eksperimen yang direncanakan (Charles W. Keenan, Dunald. C. Kleinfelter dan Jasses H. Wood, 1996: 2). 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Kimia Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan-perubahan yang dialami materi ini dalam proses alamiah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan dan tetap

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan dan tetap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) serta era globalisasi, menuntut para pebelajar dapat mengikuti semua perkembangan saat ini dan masa yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengembangan adalah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengembangan adalah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Analisis Teori 1. Penelitian Pengembangan Penelitian pengembangan biasanya disebut pengembangan berbasis penelitian, merupakan jenis penelitian yang digunakan dalam pemecahan praktis

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Nonequivalent Control Group Design Group Pre-test Treatment Post-test Eksperimen O E1 X O E2 Kontrol O K1 Y O K2

Tabel 3.1 Nonequivalent Control Group Design Group Pre-test Treatment Post-test Eksperimen O E1 X O E2 Kontrol O K1 Y O K2 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Diperlukan dua kelompok untuk melihat sejauh mana peningkatan penguasaan konsep dengan pembelajaran menggunakan multimedia animasi, kelompok pertama yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan

Lebih terperinci

commit to user BAB IV HASIL PENELITIAN

commit to user BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Pengembangan Media Fotonovela Penelitian ini menghasilkan produk fotonovela pada materi zat dan perubahan wujudnya untuk siswa SMP/MTs. Media pemebelajaran ini melalui beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olga Septeani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olga Septeani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan perilaku yang kompleks akibat interaksi antara siswa dan tujuan pembelajaran, maka belajar perlu didinamisasikan. Pendinamisasian belajar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya era globalisasi, pelaksanaan pembelajaran saat ini perlu didukung dengan adanya media pembelajaran yang berbasis teknologi. Media berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa (membaca, menulis, ceramah dan mengerjakan soal). Menurut Komala

BAB I PENDAHULUAN. siswa (membaca, menulis, ceramah dan mengerjakan soal). Menurut Komala BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumit, sulit dipahami dan membosankan, tiga kata yang menjadi gambaran betapa pelajaran fisika kurang disukai oleh siswa pada umumnya. Pemahaman konsep, penafsiran grafik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, dengan teknologi dan komunikasi yang canggih tanpa mengenal

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, dengan teknologi dan komunikasi yang canggih tanpa mengenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuntutan dan tantangan dalam dunia pendidikan saat ini semakin kompleks, karena harus berpacu dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran kimia yang baik adalah pembelajaran kimia yang dapat memberikan makna bagi siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajarannya guru dapat mengaitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendekatan pengajaran, yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendekatan pengajaran, yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlakunya kurikulum 2004 berbasis kompetensi, yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, penggunaan komputer telah merambah ke berbagai bidang kehidupan dan dalam berbagai penyelesaian pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut adanya upaya peningkatan mutu pendidikan, upaya tersebut harus dilakukan secara menyeluruh mencakup berbagai perkembangan aspek/dimensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beraneka sumber belajar dengan mudah diakses di seluruh pelosok tanah air kapan

BAB I PENDAHULUAN. beraneka sumber belajar dengan mudah diakses di seluruh pelosok tanah air kapan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dewasa ini terutama internet telah memasuki seluruh aspek kebutuhan umat manusia terutama dalam bidang pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pemahaman teknologi pembelajaran, media sebagai sumber belajar merupakan komponen dalam sistem pembelajaran (instructional) selain pesan, orang, teknik,

Lebih terperinci

2 siswa, diketahui kegiatan belajar mengajar fisika yang berlangsung dikelas hanya mencatat dan mengerjakan soal-soal, hal ini menyebabkan siswa kuran

2 siswa, diketahui kegiatan belajar mengajar fisika yang berlangsung dikelas hanya mencatat dan mengerjakan soal-soal, hal ini menyebabkan siswa kuran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak kritik yang ditujukan pada cara guru fisika mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah informasi/konsep belaka. Penumpukan informasi/konsep

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau, pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah sebuah perantara atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MANDIRI BERBASIS MULTIMEDIA POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA KELAS X

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MANDIRI BERBASIS MULTIMEDIA POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA KELAS X PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MANDIRI BERBASIS MULTIMEDIA POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA KELAS X Cahya Prasetya, Widjianto, Mudjihartono Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan diartikan sebagai suatu proses belajar berupa aktivitas yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia tidak dapat lepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang. Banyak hal

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER/IT

MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER/IT MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER/IT Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi menuntut pola variasi pembelajaran Proses pembelajaran dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja dengan

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS LECTORA INSPIRE PADA MATERI LAJU REAKSI UNTUK SISWA KELAS XI SMAN 4 KOTA JAMBI

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS LECTORA INSPIRE PADA MATERI LAJU REAKSI UNTUK SISWA KELAS XI SMAN 4 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS LECTORA INSPIRE PADA MATERI LAJU REAKSI UNTUK SISWA KELAS XI SMAN 4 KOTA JAMBI OLEH : ELSA YANTI MALA RSA1C110010 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji kefektifan produk tersebut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji kefektifan produk tersebut. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Penelitian Pengembangan Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji kefektifan produk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan multimedia pembelajaran untuk anak tunagrahita ringan dalam bidang berhitung. Jika meninjau pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sains tersebut (Gallagher, 2007). Dengan demikian hasil belajar sains diharapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sains tersebut (Gallagher, 2007). Dengan demikian hasil belajar sains diharapkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Generik Sains Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan pengetahuan sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari sains yang menekankan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari sains yang menekankan pembelajaran yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biologi merupakan bagian dari sains yang menekankan pembelajaran yang memberikan pengalaman secara langsung, atau siswa ditekankan untuk aktif dalam proses

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan IPA di sekolah dirumuskan dalam bentuk pengembangan individu-individu yang literate terhadap sains.

Lebih terperinci

PDF Compressor Pro KATA PENGANTAR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 69

PDF Compressor Pro KATA PENGANTAR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 69 Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 69 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah, kami sampaikan ke hadirat Allah YME, karena terealisasinya Tekinfo, Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 Penegasan Istilah Istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan terutama untuk

Lebih terperinci

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

54. Mata Pelajaran Kimia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara

54. Mata Pelajaran Kimia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara 54. Mata Pelajaran Kimia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa dampak secara global, seperti persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu diantaranya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Implementasi Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini. berkembang sangat pesat terutama dalam bidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini. berkembang sangat pesat terutama dalam bidang pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini berkembang sangat pesat terutama dalam bidang pendidikan. Seperti yang dikemukakan Arsyad (2014) Perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL Artikel Oleh RIYANTO NIM. 08503242008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MARET

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BIOLOGI DAN RUANG LINGKUP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BIOLOGI DAN RUANG LINGKUP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BIOLOGI DAN RUANG LINGKUP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Yang Dibimbing Oleh Drs. Masjhudi, M.Pd. Oleh Kelompok

Lebih terperinci

PEDOMAN SINGKAT PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 yang merupakan

PEDOMAN SINGKAT PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 yang merupakan PEDOMAN SINGKAT PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 yang merupakan penyempurnaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, perencanaan pembelajaran

Lebih terperinci