ANALISIS BIAYA PENYAKIT GINJAL KRONIS PADA PASIEN JKN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
|
|
- Susanto Yuwono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS BIAYA PENYAKIT GINJAL KRONIS PADA PASIEN JKN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Diesty Anita Nugraheni*, Fithria Dyah Ayu Suryanegara, dan Maharani Anastasia Christy Wiyono Putri Program Studi Profesi Apoteker, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta *Corresponding author Abstrak Latar belakang: Penyakit ginjal kronik merupakan salah satu penyakit yang memiliki resiko morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi di dunia dan meningkat jumlahnyadi Indonesia. Terapi penyakit ginjal merupakan terapi yang membutuhkan waktu lama. Komplikasi dari penyakit ginjal kronis akan menambah biaya yang akan timbul selama terapi. Tujuan: Penelitian bertujuan mengetahui rata-rata biaya medik langsung dan mengetahui komponen terbesar dalam biaya medis langsung penyakit ginjal kronis JKN rawat inap dengan perspektif rumah sakit Metode: Penelitian menggunakan metode observasional deskriptif secara kuantitatif menurut perspektif rumah sakit dengan pengambilan data secara retrospektif. Subyek penelitian adalah pasien JKN penyakit ginjal kronik kode N I, N-4-10-II dan N-4-10-III dan menjalani rawat inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari 2014-Maret 2015 yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menganalisis biaya medis langsung. Hasil penelitian: Rata-rata biaya medis langsung pada N-4-10-I (keparahan tingkat I) kelas 1, 2 dan 3 berturut-turut adalah Rp ,00±Rp ,00; Rp ,00±Rp ,00; dan Rp ,00±Rp ,00. Ratarata biaya medis langsung pada N-4-10-II (keparahan tingkat II) kelas 1, 2 dan 3 berturut-turut adalah Rp ,00; Rp ,00±Rp ,00; dan Rp ,00±Rp ,00. Rata-rata biaya medis langsung pada N-4-10-III (keparahan tingkat III) kelas 1, 2 dan 3 berturut-turut adalah Rp ,00; Rp ,00±Rp ,00; dan Rp ,00±Rp ,00. Kesimpulan: kelas perawatan berbeda pada tingkat keparahan penyakit ginjal kronik yang berbeda akan mempengaruhi rata-rata biaya medis langsung berdasarkan perspektif rumah sakit. Komponen terbesar biaya medis langsung juga berbeda-beda pada setiap tingkat keparahan. Biaya terbesar di semua kelas perawatan pada tingkat keparahan I adalah biaya kamar operasi. Biaya terbesar di semua kelas perawatan pada tingkat keparahan II adalah biaya laboratorium. Biaya terbesar di kelas perawatan I pada tingkat keparahan III adalah biaya kamar operasi, sedangkan di kelas II dan III adalah biaya hemodialisa. Kata kunci : analisis biaya, penyakit ginjal kronik, JKN 1. PENDAHULUAN Penyakit ginjal kronis (PGK) adalah penyakit yang menyebabkan hilangnya progesif fungsi ginjal selama beberapa bulan sampai bertahun-tahun, ditandai dengan penggantian bertahap arsitektur ginjal yang normal dengan fibrosis interstisial (1). Penyakit ginjal kronik merupakan salah satu penyakit yang memiliki resiko morbiditas dan mortilitas yang cukup tinggi di dunia dan semakin meningkat jumlahnya setiap tahun. Tahun 2009, di Amerika diperkirakan terdapat orang penderita GGK (2). Prevalensi penderita penyakit ginjal kronis di Indonesia saat ini belum ada yang akurat dan belum ada data mengenai jumlah pasien penyakit ginjal kronis, tetapi diperkirakan jumlah penderita penyakit ginjal di Indonesia, semakin tahun semakin meningkat (3). Prevalensi penyakit ginjal kronis berdasarkan diagnosis dokter Indonesia sebesar 0,2 persen. Prevalensi tertinggi di Sulawesi tengah sebesar 0,5 persen, diikuti Aceh, Gorontalo dan Sulawesi Utara sebesar 0,4 persen, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur masingmasing 0,3 persen (4). Pasien penyakit ginjal kronis setiap tahunnya semakin meningkat dan menyebabkan semakin banyak pasien yang menjalani terapi dialisis. Salah satu terapi dialisis yang paling 183
2 sering digunakan di Indonesia adalah hemodialisis. Penyakit ginjal kronik merupakan penyakit yang perlu mendapatkan perhatian serius. Terapi penyakit ginjal merupakan terapi yang membutuhkan waktu lama. Komplikasi dari penyakit ginjal kronis yang akan menambah biaya terapikemungkinan akan timbul selama terapi, maka dari itu diperlukan ilmu farmakoekonomi untuk menganalisis biaya terapi. Pasien penyakit ginjal kronis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyahyang menjalani rawat inap semakin meningkat setiap tahunnya, karena rumah sakit ini menyediakan peralatan hemodialisa yang cukup banyak sehingga menjadi rujukan masyarakat Yogyakarta. Memandang latar belakang masalah yang ada, permasalahan yang akan diteliti adalah berapa besar biaya medis langsung pada pasien penyakit ginjal kronis menurut perspektif rumah sakit di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta serta komponen biaya apa yang paling besar menentukan biaya medik langsung tersebut? 2. METODE Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan mengumpulkan data secara retrospektif menurut perspektif 3. HASIL 3.1. Karakteristik pasien Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat 54 kasus penyakit ginjal kronis. Distribusi pasien jenis kelamin laki-laki lebih besar yaitu 32 rumah sakit. Metode pengambilan data mengenai pembiayaan kesehatan melalui penelusuran dokumen rekam medik pasien dan data biaya yang diperoleh pasien penyakit ginjal kronis kode N-4-10-I, N-4-10-II dan N III.Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit PKU MuhammadiyahYogyakarta pada bulan Februari sampai April Populasi target dalam penelitian ini adalah pasien penyakit ginjal kronis dengankode diagnosis N-4-10-I, N-4-10-II dan N-4-10-III yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari 2014-Maret Kriteria subyek penelitian mengacu kepada criteria inklusi dan eksklusi.kriteria Inklusi yaitu: a. Pasien dengan diagnosis utama penyakit ginjal kronis (N189) b. Pasien yang terdaftar dalam Jaminan Kesehatan Nasional c. Pasien penyakit ginjal kronis dengan outcome membaik, meninggal, pulang atas permintaan sendiri dan dirujuk. Kriteria Eksklusi yaitu : a. Pasien yang tidak mempunyai data biaya yang lengkap. b. Pasien yang di drop atau tidak bisa diklaim ke BPJS. pasien (59,26%) dibandingkan dengan pasien jenis kelamin perempuan sebesar 22 pasien (40,74%) pada pasien penyakit ginjal kronik. Tabel 1. Karakteristik pasien Indikator N (orang) Persentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki 32 59,26 Perempuan 22 40,74 Usia Responden , , , , ,67 Tanpa keterangan umur 2 3,70 Usia yang paling banyak menderita penyakit ginjal kronis adalah usia tahun yaitu 37,04% diikuti usia tahun dengan persentase 29,63%, (16,67%). diikuti usia 65tahun 184
3 3.2. Komponen Biaya Medis Langsung PasienTingkat Keparahan I (N-4-10-I) Komponen biaya pasien penyakit ginjal kronis tingkat keparahan I pada kelas perawatan I, II dan III akan ditampilkan pada tabel 2. Tabel 2. Komponen biaya penyakit ginjal kronis pasien JKN tingkat keparahan I (N-4-10-I) kelas perawatan I,II dan III periode Januari 2014-Maret 2015 Komponen Biaya Unit Gawat Darurat 0 Rata-Rata ± SD (%) Kelas I (n=2) Kelas II (n=2) Kelas III (n=9) ± ± (0,51) (3,17) Visite Dokter ± ± ± (1,13) (4,51) (4,69) Biaya Rawat ± ± Inap ±0 (4,19) (4,72) (7,03) Laboratorium ± ± (3,95) (15,21) Hemodialisa ± ± (6,81) (23,82) Biaya Pengobatan 2.250± ± ± (0,05) (0,58) (3,65) Bahan dan Alat Medis ± ± (0,31) (6,05) Radiologi ± ± (1,07) (2,72) Kamar Operasi ± ± ± (92,55) (75,84) (29,11) Konsultasi Dokter ± (0,33) USG ± (0,86) Anak ± (0,67) Administrasi ± ± ±1.330 (2,09) (1,70) (2,69) Total ± (100) ± (100) ± (100) Pada kelas perawatan I terdapat 2 pasien penyakit ginjal kronis dengan kode diagnosis N I. Rata-rata biaya medis langsung tingkat keparahan I kelas perawatan I adalah Rp ,00±Rp ,00.Biaya terbesar adalah biaya kamar operasi yaitu Rp ,00±Rp.9.405,00. Pada kelas perawatan II terdapat 2 pasien penyakit ginjal kronis dengan kode N-4-10-II. Rata-rata pada kelas perawatan II tingkat keparahan I adalah Rp ,00±Rp ,00. Biaya terbesar yaitu biaya kamar operasi sebesar Rp ,00±Rp ,00. Rata-rata biaya medis langsung pada kelas III adalah Rp ,00±Rp ,00. Biaya terbesar adalah biaya kamar operasi dengan ratarata biaya sebesar Rp ,00±Rp , Komponen Biaya Medis Langsung Pasien Tingkat Keparahan II (N-4-10-II) 185
4 Pada tabel 3 terdapat 23 pasien yang didiagnosa N-4-10-II dengan kelas perawatan I,II dan III. Pada kelas perawatan I hanya terdapat 1 pasien sehingga tidak dapat dilihat rata-rata dan standar deviasi. Tabel 3. Komponen biaya penyakit ginjal kronis pasien JKN tingkat keparahan II (N-4-10-II) dengan kelas perawatan I,II dan III periode Januari 2014-Maret 2015 Komponen Rata-Rata ± SD(%) Biaya Kelas I (n=1) Kelas II (n=13) Kelas III (n=9) Unit Gawat Darurat ± ± (1,56) (2,05) Visite Dokter ± ± (13,78) (7,13) (8,42) Biaya Rawat Inap ± ± (28,52) (12,01) (9,08) Laboratorium ± ± (41,33) (19,92) (27,71) Hemodialisa ± ± (17,68) (16,12) Biaya Pengobatan ± ± (4,34) (11,03) (14,32) Bahan dan Alat Medis ± ± (7,32) (5,99) (3,58) Radiologi ± ± (2,15) (0,91) (0,76) Kamar Operasi ± ± (19,92) (15,62) Konsultasi Dokter ± USG ± ± (0,84) (1,16) EKG ± (0,86) (0,06) Kebidanan ± (0,12) Pengrukti Jenazah ± (0,42) Administrasi ± ±1.014 (1,70) (1,78) (1,13) Total ± ±
5 3.4. Komponen Biaya Medis Langsung Pasien Tingkat Keparahan III (N-4-10-III) Komponen biaya medis langsung pasien JKN penyakit ginjal kronis tingkat keparahan III dengan kelas perawatan I,II dan III ditampilkan pada tabel 4. Pada pasien tingkat keparahan III kelas I dan hanya terdapat 1 pasien sehingga tidak dapat dihitung rata-rata dan standar deviasi. Biaya terbesar pada pasien kelas perawatan I adalah biaya kamar operasi sebesar Rp ,00. Pada kelas perawatan II, rata-rata total biaya rill pada 4 pasien (3 pasien membaik dan 1 pasien meninggal) adalah Rp ,00 ± Rp ,00. Biaya terbesar pada tingkat keparahan III adalah biaya hemodialisa yaitu Rp ,00±Rp ,00. Pada kelas perawatan III terdapat 13 pasien dengan kode diagnosa N-4-10-III dengan outcome 5 pasien membaik, 5 pasien meninggal dunia, 1 pasien dirujuk dan 2 pasien tanpa kondisi pulang (tidak terdapat data rekam medis). Rata-rata total biaya medis langsung adalah Rp ,00±Rp ,00. Alokasi dana terbesar adalah biaya hemodialisa yaitu Rp ,00±Rp ,00 (25,44%). 4. PEMBAHASAN Jenis kelamin berpengaruh pada munculnya penyakit ginjal kronis. Berdasarkan 68 penelitian meta analisis di Eropa terdapat pasien non diabetic CKD, laki-laki mempunyai proses kerusakan fungsi renal lebih cepat dibandingkan perempuan. Faktor resiko laki laki lebih besar kejadian penyakit ginjal dibandingkan perempuan diidentifikasi karena sebagian besar laki laki merokok. Di Indonesia, jumlah pasien laki-laki yang menjalani hemodialisa setiap tahunnya selalu melebihi jumlah pasien perempuan. Berdasarkan data IRR (Indonesia Renal Registry), pada tahun 2007 jumlah pasien laki-laki adalah 1113 sedangkan jumlah pasien perempuan adalah 772 dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan jumlah pasien yaitu pasien laki-laki sebanyak dan pasien perempuan Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi kejadian penyakit ginjal kronis dengan hemodialisa lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan (3). Pada hasil penelitian menunjukkan bahwausia yang paling banyak menderita penyakit ginjal kronis adalahusia tahun, diikuti usia tahun. Hasil penelitian tersebut sesuai data pada IRR (Indonesia Renal Registry) pada tahun 2012 yaitu usia yang paling sering mengalami CKD dengan hemodialisa adalah usia tahun sebanyak 27,82% (3). NKF-KDOQI juga menyebutkan bahwa prevalensi CKD meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Hal tersebut dikarenakan secara alamiah, seiring dengan meningkatnya usia maka akan terjadi penurunan GFR (Glomerulus Filtration Rate) (9) Komponen Biaya Medis Langsung Pasien Tingkat Keparahan I (N-4-10-I) Komponen biaya yang dikaji berupa biaya medis langsung (direct medical cost) yaitu biaya-biaya yang terkait dengan pelayanan yang diterima pasien selama menjalani rawat inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta berdasarkan perspektif rumah sakit.komponen biaya yang dikaji pada penelitian ini meliputi biaya UGD, visite dokter, biaya rawat inap, laboratorium, biaya pengobatan, Bahan dan alat medis, radiologi, kamar operasi, konsultasi dokter, USG, EKG, CSSD, fisioterapi, pengrukti jenazah dan administrasi. Pada kelas perawatan I biaya terbesar adalah biaya kamar operasi. Operasi yang dilakukan adalah operasi pemasangan WSD (Water Seal Drainage) yaitu memasukkan kateter ke dalam rongga pleura untuk mengeluarkan cairan yang terdapat di dalam rongga pleura. Pada kelas perawatan II biaya terbesar yaitu biaya kamar operasi. Biaya kamar operasi meliputi biaya obat untuk operasi, biaya alat dan bahan medis yang digunakan untuk operasi, biaya operasi dan biaya dokter. Pada kelas III, biaya terbesar adalah biaya kamar operasi. Pada kasus ini, dari 4 pasien penyakit ginjal kronis terdapat 2 pasien yang menjalani operasi sedangkan 7 pasien tidak menjalani operasi sehingga didapatkan standar deviasi yang sangat besar dan menyimpang. Komponen biaya pengobatan meliputi seluruh biaya yang digunakan untuk pengobatan pasien. Obat-obatan yang digunakan oleh setiap pasien berbeda berdasarkan penyakit sekunder. Obat-obatan yang sering digunakan pada pasien kelas perawatan II adalah amoxicillin, asam mefenamat dan ondansetron. Pada kelas perawatan III obat-obatan yang digunakan adalah sefotaksim, ranitidin, furosemid, sefiksime, lidokain, ringer lactat, dan parasetamol. 187
6 Tabel 4 Komponen biaya penyakit ginjal kronis pasien JKN tingkat keparahan III (N III)dengan kelas perawatan I,II dan III periode Januari 2014-Maret 2015 Komponen Biaya Rata-Rata ± SD (%) Kelas I (n=1) Kelas II (n=4) Kelas III (n=13) Unit Gawat Darurat ± ± (0,66) (2,52) (2,93) Visite Dokter ± ± (9,04) (5,66) (7,41) Biaya Rawat Inap ± ± (12,66) (11,18) (11,18) Laboratorium ± ± (21,29) (16,04) (16,65) Hemodialisa ± ± (8,61) (23,44) (25,44) Biaya Pengobatan ± ± (7,28) (10,76) (16,36) Bahan dan Alat Medis ± ± (1,44) (4,45) (9,81) Radiologi ± ± (2,06) (4,31) (1,26) Kamar Operasi ± ± (33,73) (16,08) (6,25) Konsultasi Dokter ± ± (0,9) (1,97) (0,53) USG ± ± (1,13) (1,15) (0,64) EKG ± (0,23) (0,16) CSSD ± Fisioterapi ± (0,16) Pengrukti Jenazah ± ± (0,98) (0,48) Administrasi ± ±842 (0,36) (1,30) (0,84) Total ± ±
7 4.2. Komponen Biaya Medis Langsung Pasien Tingkat Keparahan II (N-4-10-II) Pada kelas perawatan I komponen biaya yang paling besar adalah biaya laboratorium (41,33%). Pada kelas perawatan II, komponen biaya terbesar adalah biaya laboratorium dengan persentase 19,92%. Pada pasien kelas perawatan III, biaya terbesar adalah biaya laboratorium yaitu 27,71%. Biaya laboratorium pada penelitian ini merupakan semua biaya pemeriksaan yang dilakukan pasien selama menjalani rawat inap meliputi pemeriksaan gula darah sewaktu, bilirubin total, protein total, albumin, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, asam urat, kolesterol dan trigliserida. Komponen biaya pengobatan pada kelas II dan III yaitu Rp ,00±Rp ,00 dan Rp ,00±Rp ,00. Standar deviasi sangat besar dikarenakan pasien menerima pengobatan berbeda-beda sesuai dengan penyakit sekunder. Obat-obatan yang digunakan pada pasien tingkat keparahan II adalah parasetamol, amoksisilin, ringer lactate, alopurinol, seftriaksone, deksametason dan furosemid Komponen Biaya Medis Langsung Pasien Tingkat Keparahan III (N-4-10-III) Biaya terbesar pada pasien kelas perawatan I adalah biaya kamar operasi, meliputi biaya dokter operasi, obat serta biaya bahan dan alat medis medis habis pakai yang digunakan ketika operasi. Pada kelas perawatan II dan III, biaya terbesar pada tingkat keparahan III adalah biaya hemodialisa. Rata-rata biaya hemodialisa menjadi biaya terbesar dikarenakan pada tingkat keparahan III dari 13 pasien CKD, 11 pasien menjalani tindakan hemodialisa sedangkan 2 pasien tidak menjalani hemodialisa. Biaya hemodialisa meliputi biaya obat, biaya dokter serta biaya bahan dan alat medis yang digunakan untuk hemodialisa. Biaya yang harus dikeluarkan untuk hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah Rp ,00/1x hemodialisa. Biaya pengobatan cukup besar dikarenakan pasien dengan tingkat keparahan III mengalami diagnosa sekunder cukup banyak (>3 penyakit) sehingga obat yang digunakan untuk mengobati penyakit sekunder dapat meningkatkan biaya. Obat-obatan yang digunakan pada tingkat keparahan III adalah anemolat, valsartan, amlodipin, furosemide, cefotaxime, vitamin B1,B6 dan B12, calcium carbonat, lidokain, ibesartan, cortidex dan novorapid flexpen. Pemberian obat bermerk juga dapat mempengaruhi biaya pengobatan pasien seperti lasix, diovan, ventolin, codikaf dan sebagainya. 5. KESIMPULAN Rata-rata biaya medis langsung pada tingkat keparahan N-4-10-I adalah kelas IRp ,00 ±Rp ,00, kelas II Rp ,00 ± Rp ,00 dan kelas III Rp ,00 ±Rp ,00. Biaya terbesar di semua kelas perawatan pada tingkat keparahan I adalah biaya kamar operasi. Rata-rata biaya medis langsung pada tingkat keparahan N-4-10-II adalah kelas I Rp ,00, kelas II Rp ,00±Rp ,00 dan kelas III Rp ,00± Rp ,00. Biaya terbesar di semua kelas perawatan pada tingkat keparahan II adalah biaya laboratorium. Rata-rata biaya medis langsung pada tingkat keparahan N-4-10-IIIadalah kelas I Rp ,00, kelas II Rp ,00 ±Rp ,00 dan kelas III Rp ,00 ± Rp ,00. Biaya terbesar di kelas perawatan I pada tingkat keparahan III adalah biaya kamar operasi, sedangkan di kelas II dan III adalah biaya hemodialisa. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada Prodi Profesi Apoteker Fakultas MIPA Universitas Islam Indonesia dan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian. DAFTAR PUSTAKA 1. Wells, B.G., Dipiro, J.T., Schwinghammer, T.L., and Dipiro, C.V, Pharmacotherapy Handbook, Seventh Edition, The MrGraw- Hill Companies, New york, 2009; p United States Renal Data System (USRDS), Annual Data Report Atlas of Chronic Kidney Disease and End Stage Renal Disease in United States, National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, Bethesda, 2011; p Indonesian Renal Registry (IRR), 5th Report of Indonesian Renal Registry 2011, Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), 2011; p.2,10, Litbang Kemenkes RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar ; Riskesdas 2013, available at diakses 20 November Gattani, S.G., Patil, A.B., and Kushare, S.S, 189
8 Pharmacoeconomics, Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research. 2009; 2(3): National Institute for Health and Care Excellence, Chronic Kidney Disease, NICE Clinical Guidline, 2014; p. 4, 15, British Columbia Medical Association, BC Guidlines.ca: Chronic Kidney Disease Identification, Evaluation And Management Adult Patients, 2014; p Dipiro, J.T., Talbert, R.I., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G and Posey, I.M, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, The McGraw-Hill Companies, United States. 2005; p National Kidney Foundation KDOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification and Stratification Cardiovasculer Disease in Dialysis Patient, 2009, New York: NKF. American Journal Kidney Dis 39 (2 suppl 1) : S1-S266. Diambil dari df/ckd_evaluation_classification_stratificatio n.pdf. diakses 12 Januari Andayani, T.M, Farmakoekonomi : Prinsip dan Metodologi, Bursa Ilmu, Yogyakarta, 2013; p. 5,6, 73, Dwianti, M.U, Analisis Biaya Terapi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Rawat Inap dengan Hemodialisa di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2011 (Tesis), Program Studi Ilmu Farmasi Minat Magister Manajemen Farmasi, Yogyakarta, 2013; p
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit tidak menular (non-communicable disease) yang perlu mendapatkan perhatian karena telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan darah di atas nilai nomal. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN UNGGULAN PRODI
Nama Rumpun Ilmu: Farmasi Klinik LAPORAN PENELITIAN UNGGULAN PRODI ANALISIS BIAYA PENGOBATAN PENYAKIT DENGAN PREVALENSI TINGGI SEBAGAI PERTIMBANGAN DALAM PENETAPAN PEMBIAYAAN KESEHATAN BERDASAR INA-CBGs
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Chronic Kidney Disease adalah kondisi ireversibel di mana fungsi ginjal menurun dari waktu ke waktu. CKD biasanya berkembang secara perlahan dan progresif, kadang sampai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi bangsa. 1 Secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mempertahankan stabilitas volume, komposisi elektrolit, dan osmolaritas cairan ekstraseluler. Salah satu fungsi penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit tidak menular (non communicable diseases) diprediksi akan terus mengalami peningkatan di beberapa negara berkembang. Peningkatan penderita penyakit
Lebih terperinciEFEKTIVITAS BIAYA DIALISIS DI INDONESIA
EFEKTIVITAS BIAYA DIALISIS DI INDONESIA Hasbullah Thabrany CENTER FOR HEALTH ECONOMICS AND POLICY STUDIES (CHEPS) APRIL 8 TH 2017 Gambar disadur dari http://nephrology.medicine.ufl.edu/ pada 26 Maret 2017,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ ekskresi utama di samping hati. Fungsi yang paling penting adalah untuk membuang racun, membuang kelebihan garam dan air dalam bentuk urine (Stein,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif
Lebih terperinciPERSENTASE KEBERHASILAN OPERASI CIMINO DAN AV-SHUNT CUBITI PADA PASIEN HEMODIALISA DI RSUP PROF KANDOU PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2013
PERSENTASE KEBERHASILAN OPERASI CIMINO DAN AV-SHUNT CUBITI PADA PASIEN HEMODIALISA DI RSUP PROF KANDOU PERIODE JANUARI 0 DESEMBER 0 Cliff W. Sulangi, Hilman Limpeleh, Alwin Monoarfa Bagian Bedah Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan global yang insidensinya semakin meningkat. Sebanyak 346 juta orang di dunia menderita diabetes, dan diperkirakan mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik adalah kondisi jangka panjang ketika ginjal tidak dapat berfungsi dengan normal dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Penyakit ginjal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Ginjal Kronik (PGK) kini telah menjadi masalah kesehatan serius di dunia. Menurut (WHO, 2002) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian 1. Gambaran karakteristik Pasien Hasil penelitian diperoleh jumlah subjek sebanyak 70 pasien. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal Ginjal Kronik merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting mengingat selain insidens dan pravelensinya yang semakin meningkat, pengobatan pengganti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap akhir atau gagal ginjal terminal. Richard Bright pada tahun 1800 menggambarkan beberapa pasien
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Karena ginjal memiiki peran vital dalam mempertahankan homeostasis, gagal ginjal menyebabkan efek sistemik multipel. Semua
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain penelitian cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dan diambil melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Chronic kidney disease (CKD) adalah suatu kerusakan pada struktur atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai penurunan glomerular filtration
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ penting dari manusia. Berbagai penyakit yang menyerang fungsi ginjal dapat menyebabkan beberapa masalah pada tubuh manusia, seperti penumpukan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal atau renal failure merupakan gangguan fungsi ginjal menahun yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan kemampuannya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara cross sectional retrospektif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan salah satu permasalahan dibidang nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali tanpa keluhan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta tahun Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 65
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengkaji analisis biaya pada pasien rawat inap yang terdiagnosa kegagalan jantung dengan atau tanpa penyakit penyerta di RS Yogyakarta tahun 2015. Sampel yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan penyebab kematian ketiga (10%) di dunia setelah penyakit jantung koroner (13%) dan kanker (12%) dengan
Lebih terperinciGAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP
GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh: ATIKAH DWI ERLIANA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan National Kidney Foundation penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan dengan kelainan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) sebagai suatu proses patofisiologi yang menyebabkan kerusakan struktural dan fungsional ginjal ini masih menjadi permasalahan serius di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan lambat. PGK umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko mortalitas dan morbiditas yang sangat tinggi di dunia. Sekitar 26 juta orang dewasa di Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik hampir selalu bersifat asimtomatik pada stadium awal. Definisi dari penyakit ginjal kronik yang paling diterima adalah dari Kidney Disease:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gagal ginjal dikelompokkan dalam 2 kategori besar: (1) gagal ginjal akut, dimana seluruh atau hamper seluruh kerja ginjal tiba-tiba terganggu namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Ginjal merupakan organ yang mempunyai fungsi vital pada manusia, organ ini memerankan berbagai fungsi tubuh yang sangat penting bagi kehidupan, yakni menyaring (filtrasi)
Lebih terperinciEVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014
EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh : AYU ANGGRAENY K 100110010 FAKULTAS FARMASI
Lebih terperinciBAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar
1 BAB I.PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar albumin dalam urin. Gagal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang memiliki potensi untuk menjadi penyumbang morbiditas dan mortalitas tertinggi di dunia dari sekian banyak penyakit
Lebih terperinciTruly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak
EVALUASI KESESUAIAN DOSIS DAN KESESUAIAN PEMILIHAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan unit cost yang berhubungan dengan pelayanan rawat inap
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancang Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif di sini bertujuan menggambarkan
Lebih terperinciBAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masyarakat selama ini menganggap penyakit yang banyak mengakibatkan kematian adalah jantung dan kanker. Sebenarnya penyakit gagal ginjal juga dapat mengakibatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronis (GGK) merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel. Pada suatu derajat tertentu, penyakit ini membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Medication error merupakan masalah yang cukup pelik dalam pelayanan kesehatan. Di Amerika Serikat, medication error diperkirakan membahayakan 1,5 juta pasien
Lebih terperinciGAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z.
GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG Engelbertus A. Wutuna,c*, Serlibrina Turwewib, Angela
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya menginginkan dirinya selalu dalam kondisi yang sehat, baik secara fisik maupun secara psikis, karena hanya dalam kondisi yang sehatlah manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal stadium akhir (gagal ginjal kronik tahap 5) dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal stadium akhir (gagal ginjal kronik tahap 5) dapat didefinisikan sebagai pengganti ginjal. Di seluruh dunia, jumlah yang menerima terapi pengganti ginjal
Lebih terperinciKondisi Kesehatan Ginjal Masyarakat Indonesia dan Perkembangannya
Kondisi Kesehatan Ginjal Masyarakat Indonesia dan Perkembangannya Aida Lydia Pringgodigdo Nugroho Perhimpunan Nefrologi Indonesia Outline Definisi PGK dan PGK di Dunia PGK di Indonesia Etiologi dan Faktor
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.
25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal ginjal merupakan suatu kondisi dimana fungsi ginjal mengalami penurunan, sehingga tidak mampu lagi untuk melakukan filtrasi sisa metabolisme tubuh dan
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 6 No. AGUSTUS 017 ISSN 0-49 ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO
Lebih terperinciANALISIS BIAYA SATUAN BERBASIS METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI BANGSAL ARAFAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ANALISIS BIAYA SATUAN BERBASIS METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI BANGSAL ARAFAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Danita Dwityana Gamalwan 1, Firman Pribadi 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis adalah kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan medis dan keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk sisa dari darah,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kronis umumnya terjadi pada mereka yang telah cukup lama untuk mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan begitu kompleksnya masalah hidup sekarang ini menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi tubular dan glomerular. Hal ini
Lebih terperinciPOLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN BPJS DI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO
POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN BPJS DI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO Widarika Santi Hapsari *, Herma Fanani Agusta Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan diwajibkan melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatannya dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen
Lebih terperinciPHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN
1) EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENGOBATAN BRONKITIS KRONIK PASIEN RAWAT JALAN DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013-JUNI 2014 2) 1) Abraham Sanni 1), Fatimawali 1),
Lebih terperinciEVALUASI PENYEBAB DAN PENATALAKSANAAN TERAPI PADA KASUS KERACUNAN SERTA ANALISIS BIAYA
Submitted : 21 Maret 2014 Accepted : 25 Juni 2014 Published : 30 Desember 2014 p-issn : 2088-8139 e-issn : 2443-2946 Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi EVALUASI PENYEBAB DAN PENATALAKSANAAN TERAPI
Lebih terperinciE. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan masalah kesehatan dunia karena di berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya peningkatan angka insidensi dan prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit kronik endokrin dengan jumlah penderita yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah penderita Diabetes Melitus (DM)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup penelitian A.1. Tempat Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. A.2. Waktu Waktu pelaksanaan bulan September Oktober 2011. A.3. Disiplin Ilmu Disiplin ilmu
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di masyarakat. Seseorang dapat dikatakan hipertensi ketika tekanan darah sistolik menunjukkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non-eksperimental yang bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronis (PGK) menjadi masalah kesehatan utama masyarakat daerah perkotaan dan urban di seluruh dunia. Beban mendasari saat ini penyakit karena perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang mempunyai peran penting dalam sistem ekskresi dan sekresi pada tubuh manusia. Apabila ginjal gagal melakukan fungsinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini penyakit gagal ginjal kronis menduduki peringkat ke- 12 tertinggi angka kematian atau angka ke-17 angka kecacatan diseluruh dunia, serta sebanyak
Lebih terperincidarah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang, secara khusus bagi masyarakat Indonesia. Menurut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel yang ditandai dengan kemampuan tubuh yang gagal dalam mempertahankan metabolisme, keseimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis (GGK) adalah suatu keadaan dimana terdapat penurunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronis (GGK) adalah suatu keadaan dimana terdapat penurunan fungsi ginjal karena adanya kerusakan dari parenkim ginjal yang bersifat kronis dan irreversibel.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan analisis data secara deskriptif analitik dengan penyajian data dalam bentuk kualitatif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke tertinggi di Asia. Jumlah
Lebih terperinciCOST OF ILLNESS DARI CHRONIC KIDNEY DISEASE DENGAN TINDAKAN HEMODIALISIS
Submitted : 12 Agustus 2015 Accepted : 31 Agustus 2015 Published : 30 September 2015 p-issn: 2088-8139 e-issn: 2443-2946 Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi COST OF ILLNESS DARI CHRONIC KIDNEY DISEASE
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. DepKes RI, 2009, Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Bootman, J. L., Townsend, R. J., and McGhan, W. F., 2005, Principles of Pharmacoeconomics, 3 rd Ed., 1-18, Harvey Whitney Book Company, Crosby, E., Ferguson, D., Hume, A. N., Kronick, J.
Lebih terperinciDETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN
DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic
Lebih terperinci2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang mempunyai fungsi utama, yaitu mempertahankan homeostatis dalam tubuh. Ginjal mempertahankan homeostatis dengan cara mengatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal berperan sangat penting bagi sistem pengeluaran (ekskresi) manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa metabolisme yang tidak diperlukan
Lebih terperinciEVALUASI PENGARUH PEMBERIAN KONSELING DAN SHORT MESSAGES SERVICE (SMS) TERHADAP KEPATUHAN TERAPI HIPERTENSI PASIEN HEMODIALISIS DI RSUD BANJAR
EVALUASI PENGARUH PEMBERIAN KONSELING DAN SHORT MESSAGES SERVICE (SMS) TERHADAP KEPATUHAN TERAPI HIPERTENSI PASIEN HEMODIALISIS DI RSUD BANJAR Nia Kurniasih 1*, Woro Supadmi 2, Endang Darmawan 1 1 Magister
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data yang dilakukan secara retrospektif melalui seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 1990, penyakit ginjal kronik merupakan penyakit ke-27 di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Pada tahun 1990, penyakit ginjal kronik merupakan penyakit ke-27 di dunia yang menyebabkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada periode Januari 2014
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini mengikuti desain non-eksperimental dengan rancangan deskriptif analitik. Pengumpulan data dilakukan dengan metode retrospektif dari catatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk asalnya atau dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi. Ekskresi di sini merupakan hasil
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK
KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU Badariah 1), Farida Halis Dyah Kusuma. 2), Novita Dewi 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang, hipertensi telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan hasil Riset Kesehatan Dasar
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh orang di seluruh dunia. DM didefinisikan sebagai kumpulan penyakit metabolik kronis
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Oleh: DEVI AMBARRINI WAHYUNINGTIYAS K100110011 FAKULTAS
Lebih terperinciSkripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J
HUBUNGAN ANTARA KADAR KREATININ DARAH DAN KADAR UREUM DARAH DENGAN KADAR GULA DARAH PADA KEJADIAN PENYAKIT NEFROPATI DIABETIK PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk
Lebih terperinciGAMBARAN DAN ANALISIS BIAYA PENGOBATAN GAGAL JANTUNG KONGESTIF PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD Dr. MOEWARDI DI SURAKARTA TAHUN 2011 SKRIPSI
GAMBARAN DAN ANALISIS BIAYA PENGOBATAN GAGAL JANTUNG KONGESTIF PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD Dr. MOEWARDI DI SURAKARTA TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh : FITRIA NILA SISTHA K 100080171 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciGAMBARAN BIAYA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN TERAPI ANTIDIABETIK ORAL DI RSUD ULIN BANJARMASIN
GAMBARAN BIAYA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN TERAPI ANTIDIABETIK ORAL DI RSUD ULIN BANJARMASIN 1, Tuty Mulyani 1 Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Email: ddyhart27@gmail.com ABSTRAK Diabetes
Lebih terperinciCOST OF ILLNESS DARI CHRONIC KIDNEY DISEASE DENGAN TINDAKAN HEMODIALISIS
Submitted : 12 Agustus 2015 Accepted : 31 Agustus 2015 Published : 30 September 2015 p-issn: 2088-8139 e-issn: 2443-2946 Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi COST OF ILLNESS DARI CHRONIC KIDNEY DISEASE
Lebih terperinciBAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi dikenal sebagai tekanan darah tinggi. Hipertensi adalah kondisi peningkatan persisten tekanan darah pada pembuluh darah vaskular. Tekanan yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronis (GGK) adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan
9 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan filtrasi glomerulus (Glomerular Filtration Rate/GFR) kurang dari 60 ml/min/1.73 m 2 selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2007) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit ginjal kini telah menjadi masalah kesehatan serius di dunia. Menurut (WHO, 2007) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah pasien gagal ginjal kronis setiap tahun semakin meningkat,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah pasien gagal ginjal kronis setiap tahun semakin meningkat, memerlukan akses vaskular yang cukup baik agar dapat menjalani proses pencucian darah atau hemodialisis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik adalah gangguan faal ginjal yang berjalan kronik dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal kronik
Lebih terperinci