Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3 LAPORAN PENELITIAN STUDI KASUS PADA SEKOLAH DASAR PROGRAM MBS MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Oleh: Tim PGSD FIP UNJ (Kerjasama UNESCO dengan FIP UNJ ) Tujuan dilaksanakan observasi tentang proses pembelajaran ini agar dapat menemukan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya di Kelas I sekolah dasar. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan guru dapat melaksanakan refleksi terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakannya. Temuantemuan permasalahan ini juga dapat dijadikan bahan diskusi dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi bagi guru/calon guru sekolah dasar. Pembahasan kasuskasus ini diharapkan menambah wawasan para mahasiswa calon guru sebagai bekal menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya. Observasi dilaksanakan di dua SDN di daerah kabupaten Sukabumi. Pelaksanaan observasi dari tanggal 14 November sampai dengan 30 November Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Subjek penelitian ini adalah tiga guru sekolah dasar pada SDN tersebut yang mengajar di Kelas I pada semester ganjil tahun ajaran 2006/2007. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data ujaran dan catatan hasil pengamatan lapangan, juga melalui pengambilan gambar dengan kamera dan alat perekam audio-visual. Data ini dianalisis untuk kemudian direfleksi dan dilanjutkan dengan konfirmasi data kepada subjek penelitian untuk keabsahannya. Adapun Temuan-temuan permasalahan dalam bidang bahasa Indonesia di Kelas I sekolah dasar adalah: (1) Metode Abjadkah yang Paling Tepat?, (2) Kegiatan Menulis yang Seharusnya Menyenangkan, (3) Kelangkaan Buku Bukan Penghalang Untuk Menumbuhkan Minat Membaca, (4) Meningkatkan Keterampilan Berbicara Menggunakan Gambar, (5) Menyebutkan Nama-Nama Binatang, dan (6) Membaca Nyaring Kata dan Kalimat Sederhana.

4 Kasus-kasus yang dipaparkan dalam buku ini merupakan hasil dari penelitian studi kasus yang dilakukan di dua sekolah program MBS, yakni Sekolah Dasar Pasawahan dan Sekolah Dasar Negeri Cisaat 2, Cicurug, Sukabumi. Metode penelitian yang digunakan untuk studi ini adalah studi kasus (case study), dimana penelitian masuk dalam jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan studi kasus atau penelitian kasus merupakan penelitian tentang subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data ujaran dan catatan hasil pengamatan lapangan. Oleh karena itu, pendekatan studi kasus memadukan metode pengamatan, wawancara, dan analisis dokumen. Data ini dianalisis untuk kemudian direfleksi dan dilanjutkan dengan konfirmasi data kepada subjek penelitian untuk keabsahannya. Subjek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti. Subjek penelitian studi kasus ini adalah tiga guru sekolah dasar negeri dari dua sekolah. Adapun kedua sekolah yang dijadikan tempat penelitian adalah sekolahsekolah yang selama ini telah dibina oleh UNESCO dan UNICEF dalam pengembangan MBS dan pembelajaran berdasarkan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efisien, dan Menyenangkan). Untuk memasuki pekerjaan di lapangan, peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. Selain perlu mempersiapkan diri baik dari segi penampilan, sikap, tingkah laku sehingga orang-orang yang menjadi subjek penelitian akan memberi respon positif dan peneliti dapat mengenal lebih akrab kepada subjek penelitian serta beradaptasi dengan lingkungan. Pada penelitian ini, peneliti adalah sebuah tim terdiri atas tujuh orang yang mengamati secara bersama tiga guru yang menjadi subjek penelitian. Mata pelajaran yang diamati adalah Matematika dan Bahasa Indonesia. Pengamatan dilakukan selama tiga belas hari kerja dengan mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan subjek penelitian dan setiap aktivitas dicatat dalam catatan lapangan. Peneliti bertindak sebagai observer murni. Dengan kata lain, tidak terjadi campur tangan atau pemberian tindakan pada kelas maupun subjek penelitian selama pengamatan berlangsung. Peneliti hanya memotret pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas selama pelajaran berlangsung, menggunakan catatan lapangan, mengambil gambar (foto) dan merekam secara audio-visual semua kejadian. Dalam pengumpulan data kualitatif di lapangan, peneliti harus cukup dekat dengan orang-orang dan situasi yang diteliti, sehingga memungkinkan pemahaman mendalam dan rinci tentang apa yang sedang berlangsung. Peneliti juga harus berupaya menangkap apa yang secara aktual terjadi. Oleh karena itu, metode pengumpulan data dilakukan dengan membuat catatan lapangan yakni mencatat halhal yang terjadi selama proses pembelajaran baik yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas. Di samping membuat catatan lapangan, data juga dikumpulkan melalui pengambilan gambar dengan kamera dan alat perekam audio-

5 visual. Pengambilan gambar-gambar ini selain diperlukan sebagai alat konfirmasi, juga digunakan untuk pengamatan ulang dan pengkajian kembali hasil pengamatan yang telah dilakukan. Di samping mengamati kegiatan pembelajaran di dalam kelas, juga dilakukan wawancara dengan guru dalam rangka konfirmasi mengenai apa yang telah terjadi di dalam kelas. Data juga dikumpulkan melalui dokumentasi pekerjaan murid yang berisi hasil kerja selama proses belajar. Berdasarkan hal ini, data terdiri dari kutipan langsung dari berbagai orang, yakni apa yang mereka katakan dan tuliskan. Data dianalisis secara deskriptif untuk mendapat kesimpulan akhir dari tujuan penelitian. Analisis data dilakukan selama pengumpulan data. Data yang terkumpul dari hasil pengamatan lapangan berupa pelaksanaan KBM, selanjutnya dianalisis, direduksi, dan dicerna ulang dengan melihat hasil rekaman video. Selanjutnya data dianalisis dan dilakukan refleksi untuk menduga secara mendalam apa yang terjadi di dalam kelas dan apa yang ada dalam pikiran guru selama melakukan proses KBM. Dari hasil ini diperoleh beberapa temuan menarik yang selanjutnya akan dikonfirmasi kepada guru. Kesimpulan dilakukan selama penelitian berlangsung dengan cara memikir ulang selama penyusunan, tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, peninjauan kembali dan tukar pikiran sejawat. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi selanjutnya disusun beberapa pertanyaan dimaksudkan untuk dikonfirmasikan kembali kepada guru agar diperoleh kepastian dari data temuan yang diperoleh. Setelah konfirmasi dilakukan barulah temuan-temuan itu disusun, dihaluskan dan kemudian ditulis agar nantinya temuan ini dapat dijadikan bahan diskusi dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi bagi calon guru sekolah dasar yang akan memasuki dunia kerja. Beberapa kasus yang menarik berkenaan dengan proses belajar-mengajar materi pelajaran Bahasa Indonesia berhasil ditemukan. Temuan berupa kasus-kasus berikut menarik untuk dijadikan bahan kajian bagi mahasiswa calon guru sekolah dasar dengan cara mendiskusikan dan selanjutnya menemukan solusi terbaiknya. Kasus-kasus yang diangkat ini adalah kasus-kasus yang sangat mungkin banyak terjadi di kelas-kelas awal sekolah dasar dan dilakukan oleh guru-guru ketika mereka mengajar. Pembahasan kasus-kasus ini diharapkan menambah wawasan para mahasiswa calon guru sebagai bekal menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya selepas menyelesaikan perkuliahan di perguruan tinggi. Berikut adalah kasus-kasus tersebut.

6

7 Sebagai guru kelas I, keberhasilan murid dalam menuliskan kata atau kalimat sederhana dengan benar merupakan salah satu kebanggaan bagi saya. Hal ini memang menjadi impian saya. Namun mengajarkan menulis pada murid kelas I dirasakan bukanlah hal yang mudah. Selama lebih kurang empat bulan proses pembelajaran berlangsung, kemampuan menulis murid saya masih belum sesuai dengan apa yang saya harapkan. Kemampuan menulis mereka masih beragam. Berbagai upaya sudah saya lakukan untuk meningkatkan kemampuan menulis mereka. Salah satu metode yang sering saya gunakan dalam mengajarkan kemampuan menulis adalah dikte, seperti yang saya lakukan pada bulan November Saya melaksanakan pembelajaran dengan tema transportasi. Salah satu kompetensi yang akan dikembangkan pada hari itu adalah murid dapat menuliskan kata yang didiktekan. Sebelum memulai kegiatan pembelajaran, saya terlebih dahulu memperhatikan kebersihan kelas. Kebiasaan ini selalu saya lakukan karena apabila kelasnya bersih murid dapat belajar dengan nyaman dan senang. Kegiatan pembelajaran saya awali dengan memperkenalkan tema yang akan dipelajari sambil memperlihatkan alat peraga gambar bermacam-macam alat transportasi. Setelah itu saya bertanya kepada murid, Tadi ke sekolah kamu naik apa? Murid ada yang menjawab, naik motor dan ada pula yang menjawab naik ojek. Kegiatan berikutnya dengan menggunakan alat peraga gambar, saya menanyakan kepada murid, mana sado? Dengan antusias beberapa murid angkat tangan ingin maju. Saya merasa gembira melihat hal ini karena ternyata murid senang dengan kegiatan pembelajaran yang saya pilih. Salah seorang murid, saya tunjuk untuk ke depan menunjukkan gambar sado. Setelah itu, saya mengajak murid menyanyikan lagu Naik Delman dan murid juga mengikutinya dengan penuh semangat. Kemudian saya mendiktekan kata sado dengan cara mengeja huruf per huruf, s-a-d-o dan meminta murid untuk menuliskannya. Saya perlu mendiktekan dengan cara mengeja huruf per huruf karena masih banyak murid yang belum bisa membaca dan bahkan ada yang belum kenal huruf. Selanjutnya saya menanyakan kepada murid, Siapa yang dapat menunjukkan gambar sepeda? Beberapa murid maju ke depan. Saya lalu mendiktekan kata sepeda dengan cara melafalkan huruf per huruf, yaitu s-e-p-e-da dan meminta murid menuliskannya. Kegiatan dikte ini saya lakukan sampai sepuluh kata. Setiap selesai satu kata ditulis, saya mengamati tulisan murid. Saya berusaha membantu murid yang belum bisa menulis dan biasanya waktu saya memang lebih banyak untuk murid yang belum mampu menulis ini. Saya mengetahui sebetulnya apa yang saya lakukan ini kurang tepat karena mereka akan selalu bergantung dengan saya sementara murid yang lainnya juga memerlukan perhatian. Akan tetapi, di sisi lain saya merasa bahwa mereka memang harus dibantu karena kalau tidak dibantu khawatir mereka tidak akan bisa selamanya. Oleh karena itu, masalah ini juga menjadi masalah tersendiri bagi saya. Bagaimana seharusnya sikap saya dalam menghadapi perbedaan kemampuan murid ini. Setelah selesai mendiktekan sepuluh kata dan menuliskannya lalu saya menilai hasil pekerjaan murid tersebut dengan berkeliling pada semua murid. Hal seperti ini selalu saya lakukan setiap murid selesai mengerjakan tugas apa pun, karena mereka selalu mengharapkan hasil

8 pekerjaannya dinilai. Ternyata kemampuan menulis murid saya cukup beragam dan perbedaannya sangat mencolok. Ada yang sudah mampu menulis kata dengan benar tetapi ada pula yang belum kenal huruf. Jika diidentifikasi ada beberapa permasalahan yang ditemukan pada tulisan murid saya. Pertama, adanya beberapa huruf yang hilang pada kata yang dituliskan, contoh untuk kata sepeda yang ditulis murid hanya spdh. Kedua, penulisan beberapa huruf yang hampir sama secara fonologis, tertukar penulisannya, contoh huruf m ditulis n, huruf b ditulis p. Ketiga teknik penulisan huruf yang kurang tepat, contoh penulisan huruf a dan d ditulis dengan teknik yang sama sehingga bentuk huruf yang dihasilkan hampir sama. Keempat, ada yang belum kenal huruf sama sekali sehingga dia tidak bisa menuliskan satu huruf pun dari kata yang didiktekan. Kelima, ada pula yang hanya mampu menuliskan katakata apabila didiktekan, sedangkan kalau menirukan dia tidak bisa. Keenam, mencampuradukkan penulisan huruf kapital dan huruf kecil. Masalah ini biasanya ditemukan pada murid yang berasal dari TK. Ketujuh adanya penambahan huruf pada awal kata atau akhir kata, misal kata kol ditulis, ngkol, kata sepeda ditulis sepedah. Menghadapi kemampuan menulis murid yang beragam ini cukup membuat saya bingung. Cara apa yang perlu saya tempuh agar semua murid saya mampu menulis. Saya merasa belum memiliki metode yang tepat untuk menangani masalah ini. Sampai sekarang metode yang dominan saya pilih adalah dengan mendiktekan kata-kata yang akan ditulis murid dengan mengeja huruf demi huruf. Ketika saya bertemu dengan guru lain, saya mengungkapkan apa yang saya alami, yaitu bagaimana cara meningkatkan kemampuan menulis murid kelas I dengan latar belakang dan karakteristik yang berbeda. Ternyata teman saya tersebut juga mengalami hal yang sama. Namun demikian ada masukan dari teman saya yang baik untuk dicobakan, yaitu saya sebaiknya

9 menuliskan contoh penulisan kata yang benar setiap kata yang didiktekan agar murid memiliki model atau contoh yang benar. Hal ini jarang saya lakukan karena menyadari tulisan saya jelek, terutama untuk tulisan tegak bersambung, sehingga saya jarang menulis di papan tulis. Bahkan ada guru lain yang bertanya mengapa tulisan murid saya lebih bagus daripada tulisan saya sendiri. Saya hanya tertawa mendengarkannya. Mengingat kekurangan yang saya miliki ini biasanya ketika menugaskan murid menulis, saya tidak menekankan pada keindahan tulisan tetapi lebih menekankan pada kebenaran penulisannya. Namun demikian, saya selalu tetap berharap tulisan murid saya akan bagus dan benar. Saya pun akan selalu berupaya untuk menulis dengan tulisan yang lebih bagus lagi. Namun demikian saya masih sangat mengharapkan masukan, metode apa yang paling baik saya gunakan untuk menghadapi kemampuan murid saya yang cukup beragam agar kemampuan menulis semua murid meningkat. (Pengalaman Ibu Sumiati, guru SD di Sukabumi).

10 Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda. Kecenderungan guru memilih metode abjad dan eja dalam pembelajaran, sementara anak memiliki kemampuan yang beragam menurut saya belum tentu dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, yaitu semua murid memiliki kemampuan menulis yang baik. Menurut saya guru tersebut dapat menggunakan metode yang beragam disesuaikan dengan kemampuan murid. (Siti Qoriah, seorang mahasiswa PAUD, calon guru dan konsultan pendidikan anak usia dini). Menurut saya penggunaan metode mengeja dan melafalkan huruf demi huruf pada saat dikte belum memberikan pengalaman berbahasa yang bermakna bagi murid. Guru dapat menggunakan metode yang lain, seperti metode SAS. Dengan metode SAS murid sudah dikenalkan dengan kalimat sederhana yang sudah memiliki makna yang utuh. (Endah, seorang mahasiswa UNJ). Permasalahan yang dialami guru di atas juga saya alami, yaitu beragamnya kemampuan menulis murid yang saya bimbing. Bahkan sampai sekarang, sudah beberapa bulan proses pembelajaran, masih ada murid saya yang belum lancar menulis. Bahkan ada yang memiliki kemampuan menulis yang tidak stabil. Hari ini ia bisa menulis huruf, tetapi besoknya ia kembali mengalami kesulitan. Akan tetapi, saya memiliki penanganan tersendiri dalam menghadapi keberagaman kemampuan murid saya. Murid dikelompokkan berdasarkan kemampuannya. Bagi murid yang belum lancar menulis dan membaca dikelompokkan dalam satu kelas sehingga dengan cara seperti ini saya lebih mudah menangani murid yang bermasalah dalam hal menulis. Dalam mengajarkan menulis permulaan saya menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan murid. (Seorang guru SD di daerah). Pembelajaran yang dilakukan guru sudah memperlihatkan adanya upaya untuk menciptakan pembelajaran yang membuat murid aktif dan senang. Hal ini terlihat dengan adanya beberapa upaya yang dilakukan guru. Pertama, guru menggunakan alat peraga gambar. Kedua, mengadakan kegiatan bernyanyi sesuai dengan beberapa kata yang didiktekan. Ketiga, guru selalu berusaha untuk

11 menciptakan kelas yang bersih sebelum kegiatan belajar dimulai. Keempat, guru mengajar dengan penuh semangat dengan volume suara yang tinggi dari awal sampai akhir pembelajaran. Kelima, guru selalu berupaya untuk memperhatikan kesulitan murid sampai ke hal yang kecil seperti, meraut pensil murid dan mengelem buku murid. Rencana guru untuk mengelompokkan murid sesuai dengan kemampuannya juga merupakan salah satu langkah positif yang dipilih guru sehingga materi yang diberikan sesuai dengan kemampuan murid. Akan tetapi, ada pula beberapa hal yang perlu menjadi perhatian guru. Pertama, di antara kata-kata yang didiktekan guru terdapat kosa kata yang bukan dari bahasa Indonesia yang baku, yakni sado. Kemudian ketika murid menulis sepedah untuk kata sepeda guru tidak mengomentari dan memperbaiki. Hal ini dikhawatirkan akan menjadi contoh yang salah bagi murid. Walaupun dalam pelafalan masih terpengaruh oleh bahasa daerah, secara tertulis guru sebaiknya mencontohkan penulisan yang benar sesuai dengan kaidah bahasa yang benar.

12 Hal ini perlu dikenalkan sejak awal agar terbiasa. Kedua, guru juga tidak menyadari bahwa istilah yang digunakan waktu dikte berbeda dengan istilah yang digunakan dalam nyanyian tetapi guru tidak memberikan penjelasan. Istilah yang didiktekan adalah sado sementara istilah dalam nyanyian adalah delman. Hal ini dikhawatirkan akan membuat murid bingung. Ketiga, penggunaan metode abjad oleh guru menimbulkan kecenderungan mengeja, yaitu membaca huruf demi huruf dapat memperlambat proses penguasaan kemampuan membaca dan menulis permulaan murid. Penggunaan metode abjad untuk semua murid juga dapat menimbulkan kebosanan bagi murid yang sudah mampu membaca. Jadi, mengingat kemampuan menulis murid bervariasi sebaiknya metode yang digunakan juga bervariasi. Misalnya sebagai salah satu alternatif guru dapat menerapkan pendekatan whole language dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan. Keempat, pemilihan materi yang akan didiktekan juga perlu diperhatikan guru. Tingkat kesulitan materi yang disajikan sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan murid. Artinya guru seharusnya memperhatikan prinsip pembelajaran dari yang mudah ke yang sukar. Kelima, setelah murid selesai menuliskan kalimat yang didiktekan sebaiknya guru menugaskan membaca kata-kata yang sudah dituliskannya, karena kemampuan menulis dan membaca tidak dapat dipisahkan sehingga dalam pembelajarannya pun sebaiknya dilakukan secara terpadu. Keenam, kata-kata yang didiktekan guru terlalu banyak sehingga membuat murid bosan. Terlihat mulai kata keenam dari sepuluh kata yang didiktekan guru, murid sudah mulai gelisah dan tidak antusias, sehingga banyak yang mulai melakukan kegiatan lain di luar konteks pembelajaran, seperti mengganggu temannya dan bahkan ada yang keluar kelas tanpa permisi. Banyaknya jumlah kata-kata yang akan ditulis murid juga menyebabkan waktu pembelajaran menjadi kurang efektif karena waktu lebih banyak tersita oleh kegiatan tersebut. Di sisi lain, terlalu banyaknya katakata yang didiktekan membuat murid bosan, sehingga pembelajaran yang menyenangkan yang diinginkan guru menjadi tidak terujud. Hal lain yang juga menyebabkan kegiatan pembelajaran kurang efektif adalah terlalu seringnya guru berkeliling untuk menilai hasil pekerjaan murid. Guru terkesan lebih mengutamakan menilai produk dari pada proses pembelajaran yang dialami murid. (GY, seorang dosen Bahasa Indonesia PGSD). Saya menyadari bahwa kegiatan menilai PR murid pada awal pembelajaran kurang efektif. Kemudian untuk penyajian materi, baik pemilihan kalimat atau metode pembelajaran memang perlu disesuaikan dengan kemampuan murid.

13 Mengajar di kelas I dirasakan guru cukup berat termasuk dalam hal mengajarkan menulis. Akan tetapi, saya selalu berupaya agar kemampuan tersebut dimiliki murid. Dengan maksud agar murid saya terampil dan dengan cepat memiliki kemampuan menulis, hampir setiap hari kegiatan menulis saya berikan. Kegiatan menulis dilakukan murid tidak hanya berkaitan dengan materi Bahasa Indonesia tetapi juga ketika mempelajari materi lain seperti Pengetahuan Sosial, Sains, dan Matematika. Namun di samping ingin melatih keterampilan menulis murid, alasan lain kegiatan menulis atau menyalin saya berikan karena kelangkaan buku bacaan yang dimiliki murid, sehingga materi apapun yang dipelajari selalu diikuti dengan kegiatan menulis, seperti yang saya lakukan pada bulan November Saya akan melaksanakan pembelajaran dengan tema lingkungan dan subtema air. Setelah melaksanakan tugas rutin mulai dari mengabsen murid, menilai PR murid, saya memberikan apersepsi dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari hari ini dengan materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Kemudian saya mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan bermacammacam air pada murid. Berdasarkan jawaban murid kemudian saya menuliskan macam-macam air di papan tulis:

14 Seperti hari-hari sebelumnya, murid saya minta untuk menyalin macam-macam air yang sudah saya tulis di papan tulis. Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah saya mengajukan beberapa pertanyaan pada murid, misalnya, Air sebelum diminum harus diapakan dulu? Secara klasikal murid menjawab, Direbus. Lalu saya menuliskan kalimat di papan tulis sambil membacakan: air untuk minum harus di... dulu. Kemudian saya bertanya lagi, Air yang turun dari langit disebut? Murid menjawab, Air hujan. Saya menuliskan lagi di papan tulis, air yang turun dari langit... Saya bertanya lagi, Siapa yang pernah pergi ke laut? Bagaimana rasa airnya? Murid menjawab, Asin. Saya menuliskan lagi di papan tulis, air laut rasanya... Demikian seterusnya sampai lima kalimat. Setelah lima kalimat lalu saya kembali menugaskan murid menyalin dan mengisi bagian yang dikosongkan. Saya berkeliling melihat hasil pekerjaan murid. Saya membantu beberapa murid yang mengalami kesulitan menulis dengan cara memberi contoh penulisan huruf di buku murid. Sementara saya menangani murid yang mengalami kesulitan, kelihatan murid mulai tidak tenang. Beberapa murid mulai melakukan kegiatan di luar konteks pembelajaran. Ada yang ke depan kelas sambil memukul-mukul papan tulis dan ada yang bercanda. Dua orang murid yang duduk di pojok kiri belakang terlihat belum menyelesaikan tugasnya, tetapi terlihat mereka sama sekali tidak memperhatikan apa yang saya tugaskan. Mereka sibuk dengan kegiatan mereka sendiri dan bahkan ke luar kelas tanpa permisi. Saya mulai agak kesal menghadapi tingkah laku mereka. Kelas menjadi gaduh dan kurang terkendali. Melihat kenyataan ini, saya bertanya dalam hati apa penyebab murid menjadi tidak konsentrasi dan tidak terkendali. Untuk mengatasi keadaan ini saya langsung mengajak murid bernyanyi bersama, yaitu dengan menyanyikan lagu Bangun Tidur. Akan tetapi, terlihat dua murid yang duduk di pojok kiri belakang tadi juga tidak mengikuti kegiatan menyanyi dengan serius. Mereka bernyanyi sambil bercanda. Melihat gelagat seperti itu, langsung saya menyuruh mereka ke depan kelas untuk bernyanyi berdua. Tanpa malu-malu, mereka langsung berlari ke depan kelas lalu bernyayi dengan suara yang lantang sambil bercanda. Ternyata dengan kegiatan bernyanyi juga kurang berhasil mengajak murid menjadi fokus dengan kegiatan pembelajaran. Lalu saya mencoba menarik perhatian murid dengan permainan atau perlombaan seperti cerdas cermat. Murid dibagi menjadi beberapa kelompok lalu saya mengajukan beberapa pertanyaan. Kegiatan ini diikuti murid dengan agak semangat. Ketika ada kesempatan refleksi saya mengutarakan hal-hal yang mengganjal, yakni mengapa sampai kegiatan belajar usai murid menjadi tidak terkendali dan tidak mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik? (Pengalaman Ibu Sumiati, guru SD di Sukabumi).

15 Saya setuju dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru tersebut, yaitu sering meminta murid untuk melakukan kegiatan menulis. Dengan meminta murid menulis tiap hari, murid akan bertambah luwes dalam menulis. Kemudian dengan menulis kata yang bermakna semakin menambah rasa keingintahuan murid terhadap makna kata tersebut. (Magfiroh, seorang mahasiswa PAUD dan sekaligus guru SD di DKI). Menurut saya sebenarnya pembelajaran bahasa itu menarik sebab ada kegiatan-kegiatan bercerita, membaca puisi, dramatisasi yang dapat dilakukan murid. Akan tetapi, kecenderungan guru memilih kegiatan menulis terus menerus setiap hari akan membuat murid menjadi bosan dan akhirnya tidak menyukai pelajaran Bahasa Indonesia dan juga murid tidak memiliki kemampuan berbahasa yang lain. Agar murid tidak bosan sebaiknya kegiatan pembelajaran bahasanya dilakukan secara bervariasi. Kegiatan menulis bisa divariasikan dengan kegiatan berbicara, membaca, dan menyimak. (Anah Suhermah, seorang mahasiswa lembaga pendidikan guru). Tujuan utama yang ingin dicapai melalui pembelajaran Bahasa Indonesia adalah murid mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan kemampuan murid, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Adapun yang termasuk berbahasa lisan adalah berbicara dan menyimak, sedangkan berbahasa tulis adalah membaca dan menulis. Jadi, empat kemampuan berbahasa ini harus dimiliki oleh murid. Agar keempat kemampuan berbahasa ini dikuasai, dalam pembelajaran harus diberikan secara porporsional atau seimbang. Akan tetapi, dalam kenyataannya di antara empat keterampilan berbahasa tersebut yang dominan diberikan adalah menulis. Hal ini kurang sejalan dengan pendekatan whole language yang menyatakan bahwa kemampuan berbahasa bersifat holistik. Agar pembelajaran bahasa Indonesia lebih bermakna, dalam pembelajarannya juga diberikan secara utuh atau holistik. Jadi, pembelajaran membaca, menulis, menyimak, dan berbicara dapat diberikan secara terpadu. Ketika guru mengajarkan kemampuan menulis dapat dilanjutkan dengan murid membaca kalimat-kalimat yang ditulis. Di sisi lain sasaran utama dalam pembelajaran menulis tidak hanya sekedar murid mampu menulis, tetapi yang lebih esensial adalah murid memiliki kegemaran menulis. Oleh sebab itu, sangat diharapkan kegiatan menulis menjadi sesuatu yang menyenangkan dan bukan membosankan. (G. Y., salah seorang dosen Bahasa Indonesia di PGSD). Sebetulnya saya tidak berkeinginan murid merasa bosan menulis. Akan tetapi barangkali saya memang perlu melaksanakan pembelajaran bahasa secara holistik dan memperhatikan tingkat kesulitan materi dengan kemampuan murid.

16 Saya sudah mengajar selama enam belas tahun. Selama itu saya selalu dipercaya mengajar di kelas I. Menurut kepala sekolah dan orang tua murid, saya sangat cocok mengajar di kelas I. Akan tetapi, saya sendiri bingung dan tidak tahu mengapa selalu ditugaskan mengajar di kelas I. Di satu sisi saya bangga dengan kepercayaan yang diberikan, tetapi di sisi lain mengajar di kelas I saya rasakan bukan pekerjaan mudah. Namun demikian, saya tetap menikmati tugas yang diamanahkan ini karena saya memang senang mengajar. Walaupun sudah menjadi guru senior dan sudah banyak merasakan asam garam mengajar di kelas I, tetapi saya masih menemukan kendalakendala dalam mengajar. Salah satu permasalahan yang saya hadapi adalah bagaimana upaya menumbuhkan rasa senang membaca pada murid. Menurut saya, murid kelas I tidak hanya sekedar diharapkan mampu membaca, tetapi juga bagaimana agar murid senang membaca. Pada hari itu saya merencanakan untuk mengembangkan kompetensi membaca. Seperti hari-hari biasa saya memulai aktivitas belajar dengan memperhatikan kebersihan kelas, mengabsen, dan menilai PR murid. Suasana kelas cukup ramai. Dinding kelas terlihat dipenuhi beberapa gambar dan hasil karya murid saya. Di pojok kelas terlihat sebuah rak buku yang hanya berisi beberapa buku pelajaran lama. Di atas meja saya ada tumpukan buku pelajaran Bahasa Indonesia.

17 Saya lalu membagikan buku pelajaran Bahasa Indonesia itu kepada semua murid. Buku yang saya bagikan terlihat berukuran kecil, tanpa warna, dan tanpa gambar yang memadai. Saya memerintahkan murid membuka buku halaman 13 yang memuat wacana dengan kalimat-kalimat yang cukup panjang. Adapun wacananya adalah sebagai berikut. main sepeda mini asep dan doni main sepeda mini dua sahabat itu main di taman asep dan doni saling adu cepat mula-mula sepeda doni di depan lalu disusul oleh sepeda asep asep dan doni tertawa riang mereka senang bermain bersama Selanjutnya saya menugaskan murid membaca wacana tersebut. Ketika kegiatan membaca berlangsung saya menugaskan lagi murid menyalin wacana yang telah dibaca. Sementara murid menyalin, satu per satu murid yang lainnya saya panggil ke depan untuk membaca kalimatkalimat di papan tulis dengan bimbingan guru. Ketika kegiatan ini berlangsung, tidak semua murid mengikutinya dengan antusias. Hal ini terlihat dengan adanya beberapa murid yang melakukan kegiatan di luar konteks pembelajaran, seperti mengganggu temannya dan bahkan ada yang keluar kelas tanpa sepengetahuan saya. Demikian pula halnya dengan murid yang saya panggil ke depan kelas untuk membaca, juga tidak semuanya dapat mengikuti dengan baik. Terlihat ada beberapa murid yang mengalami kesulitan membaca karena mereka memang belum mampu membaca dan bahkan ada yang belum kenal huruf. Kemudian pada kegiatan terakhir saya menugaskan murid membaca di rumah dan saya memberitahukan bahwa besok murid diminta menceritakan apa yang sudah mereka baca di rumah kepada guru dan teman-temannya. (Pengalaman Ibu Sumiati, guru SD di Sukabumi).

18 Masalah yang dihadapi guru di atas juga menjadi masalah saya. Upaya yang saya lakukan untuk menumbuhkan minat membaca murid adalah dengan memanfaatkan perpustakaan sekolah. Akan tetapi, saya juga menemui kendala dalam pemanfaatan perpustakaan. Karena pemanfaatan perpustakaan sekolah disediakan secara bergilir setiap kelas, sehingga waktunya menjadi sangat terbatas. Upaya lain yang saya lakukan untuk menumbuhkan minat membaca adalah dengan menugaskan murid membeli buku pelajaran. Akan tetapi, dari 38 jumlah murid hanya dua orang yang membeli buku. (Suningsih, seorang guru SD kelas I di suatu kabupaten). Menurut saya untuk menumbuhkan minat membaca murid dapat dirangsang dengan lingkungan yang kaya akan tulisan. Di dalam kelas dibuat pojok membaca atau perpustakaan mini dan penempelan huruf-huruf yang menandakan suatu tempat, contoh jendela dapat ditempelkan huruf yang bertuliskan jendela. Selanjutnya untuk mengantisipasi kekurangan buku sebagai sumber belajar, guru dituntut untuk kreatif dan memaksimalkan penggunaan media yang ada di sekitar murid. (Endah, seorang mahasiswa lembaga pendidikan guru). Menurut saya murid tidak akan tumbuh minat membacanya bila ia tidak tertarik dengan bukunya. Buku yang menarik bagi murid kelas I adalah buku-buku dengan warna menarik, gambarnya sesuai dengan pemahaman murid, dan ukuran bukunya besar. Di samping itu kalimat-kalimat yang disajikan harus sesuai dengan pemahaman murid kelas I, yaitu berupa kalimat-kalimat sederhana dengan ukuran huruf yang agak besar. Di samping itu perlu juga diciptakan ruangan yang nyaman untuk murid agar mereka merasa senang dalam kegiatan membaca. (Widyastuti, seorang mahasiswa lembaga pendidikan guru). Ada beberapa hal yang dapat dibahas dari sepenggal kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru di atas. Upaya yang dilakukan guru tersebut untuk menumbuhkan kegemaran membaca pada muridnya dalam hal pengadaan bahan bacaan sangat dihargai. Seperti yang diungkapkan guru tersebut pada suatu kesempatan bahwa untuk membiasakan murid membaca berbagai upaya sudah dilakukannya. Misalnya menugaskan murid membaca di rumah. Akan tetapi keinginannya tersebut tidak sepenuhnya bisa terujud karena tidak semua murid memiliki buku pegangan, sehingga hanya mengandalkan buku-buku yang ada di sekolah. Sementara buku-buku yang ada di sekolah juga kurang memadai. Kemudian untuk memancing minat membaca murid, kata guru tersebut di rak buku yang terdapat di pojok kelas sebelumnya tersedia buku-buku cerita dan majalah-majalah anak-anak, walaupun cuma majalah bekas. Ketika itu murid sangat senang. Waktu istirahat mereka langsung mengambil bahan-bahan bacaan yang ada. Walaupun sebagian besar dari mereka hanya sekedar melihat-lihat karena mereka belum bisa membaca. Namun lama kelamaan buku-buku itu habis karena rusak dan hilang. Guru tidak kehabisan akal, lalu menurutnya, dia berupaya mengatasi kekurangan buku dengan membeli buku cerita dan meminjamkan pada murid secara bergilir. Namun itu katanya juga tidak berlangsung lama. Usaha lain yang dilakukannya adalah mengajak murid ke perpustakaan.

19 Setelah itu murid diminta menceritakan gambargambar atau cerita yang ada dalam buku. Akan tetapi, sekarang buku-buku yang cocok untuk murid kelas I yang ada di perpustakaan juga kurang memadai, karena buku-bukunya sudah lama dan kurang mernarik bagi murid kelas I. Namun, apabila dicermati bahan bacaan yang disajikan guru pada murid dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang perlu dibahas. Pertama, kalimat-kalimat dalam wacana yang disajikan cukup kompleks dan panjang. Kalimat-kalimatnya ada yang berupa kalimat majemuk. Kedua, format buku kurang menarik karena ukurannya kecil, warna hitam putih, dan tanpa gambar yang memadai. Ketiga, kurang terlihat upaya guru untuk menumbuhkan kegemaran membaca dengan upaya lain, misalnya dengan bercerita yang menarik. Jadi, di samping pengadaan bahan bacaan, faktor lain yang juga perlu menjadi perhatian guru dalam upaya menumbuhkan minat atau kegemaran membaca pada murid adalah tingkat keterbacaan bahan bacaan, panjang atau banyak bahan bacaan, dan penyajian buku bacaan. Apabila kalimat yang akan dibaca terlalu kompleks, murid akan mengalami kesulitan membacanya dan apabila kalimat-kalimat yang disajikan terlalu banyak dan panjang dikhawatirkan murid akan bosan membacanya sehingga dirasakan kegiatan membaca bukan kegiatan yang menyenangkan. Ditambah lagi apabila penyajian buku tidak menarik, maka kurang dapat memancing minat murid untuk membaca. Jadi, bahan bacaan yang disajikan harus disesuaikan dengan kemampuan murid dan penyajian bukunya sebaiknya juga lebih menarik. Biasanya murid usia kelas I lebih senang buku-buku yang bergambar, ukurannya besar, dan kalimat-kalimatnya sederhana. Namun demikian sebetulnya untuk menumbuhkan minat membaca tidak hanya ditentukan oleh faktor bahan bacaan dan format buku. Guru juga dapat memancing motivasi atau menggiring keinginan membaca murid melalui kegiatan bercerita. (G. Y., salah seorang dosen di sebuah LPTK). Saya setuju dengan pendapat para penanggap bahwa bahan bacaan yang diberikan kepada murid harus disesuaikan dengan tingkat kemampuannya. Tenyata untuk menumbuhkan minat membaca juga dapat dilakukan dengan metode bercerita.

20

21 Sebagai guru kelas I harapan utama yang sangat saya dambakan adalah murid mampu membaca, menulis, dan berhitung sehingga tiga kegiatan ini sangat mendominasi kegiatan pembelajaran yang saya laksanakan di kelas I. Walaupun demikian saya tahu sebenarnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia kemampuan berbahasa yang akan dikembangkan dan harus dimiliki oleh murid bukan hanya kemampuan membaca dan menulis, melainkan juga menyimak dan berbicara. Saya juga menyadari selama ini dua kegiatan ini kurang mendapat porsi seperti yang seharusnya. Namun demikian bukan berarti saya sama sekali tidak mengajarkan kemampuan berbicara. Menurut saya, semenjak kehadiran kurikulum 2004, saya sudah mencoba untuk melatih kemampuan berbahasa murid secara proporsional. Artinya keterampilan berbicara sudah mulai saya latihkan pada murid. Akan tetapi melatih keterampilan berbicara pada murid ternyata bukanlah hal yang mudah. Saya mulai memikirkan bagaimana metode yang tepat untuk melatih murid mau dan mampu bercerita. Salah satu cara yang saya pilih adalah seperti yang saya lakukan berikut ini. Dengan tema pembelajaran Permainan, saya memilih kompetensi berbicara untuk dikembangkan pada hari itu. Salah satu indikatornya adalah murid mampu menceritakan permainan yang disenanginya. Kegiatan pertama yang saya lakukan sebelum mengawali pembelajaran adalah mengajak murid berdoa, mengabsen murid lalu menilai PR matematika murid. Saya mendatangi meja murid satu per satu dan menilai PR murid. Waktu yang diperlukan untuk memeriksa dan menilai PR murid satu per satu dengan berkeliling cukup memakan waktu, sehingga murid banyak yang melakukan kegiatan yang tidak berarti. Namun sebenarnya menurut saya kegiatan memeriksa PR murid sebetulnya tidak selalu dilakukan pada awal pembelajaran, tetapi juga bisa dilakukan di akhir pembelajaran. Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah saya mengadakan apersepsi dengan mencoba mengaitkan materi hari itu dengan materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Saya bertanya secara klasikal, Permainan apa saja yang kamu lakukan di rumah? Murid menjawab secara serentak, sehingga kelas menjadi agak gaduh. Bermacam-macam jawaban diberikan murid. Ada murid yang menjawab, main boneka, main bola, main tali, dan sebagainya. Saya meminta murid menuliskan kata-kata tersebut pada buku masing-masing. Untuk melatih keterampilan berbicara murid, saya menugaskan mereka saling bercerita dengan teman sebangkunya tentang permainan yang dilakukannya di rumah. Terlihat tidak semua murid dapat melakukan kegiatan ini. Memang mereka pada umumnya terlihat berbicara tetapi ketika saya mendekati mereka ternyata tidak semuanya berbicara tentang permainan. Sebetulnya pada hari itu saya merencanakan memanggil murid satu persatu ke depan kelas untuk menceritakan permainan yang dilakukannya di rumah tetapi saya khawatir waktu tidak cukup untuk memanggil mereka satu persatu. Murid saya tugaskan satu persatu bercerita ke depan kelas. Ternyata tidak semua murid berani bercerita sendiri di depan. Bagi yang tidak berani bercerita sendiri, saya minta

22 berdua dengan temannya. Akan tetapi, ada pula yang tidak mau bercerita karena temannya tidak mau menemani. Untuk membantu murid yang mengalami kesulitan bercerita, saya berusaha membantu mereka dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Terlihat sementara temannya bercerita ke depan ternyata murid-murid yang lain tidak semuanya mengikuti dengan serius, karena terlihat ada yang melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak berkaitan dengan pembelajaran. Saya merasa masih belum puas dengan upaya yang saya lakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara murid. Beberapa hari kemudian saya kembali mencoba melatih keterampilan berbicara murid dengan menggunakan alat peraga gambar. Pertama saya menyajikan gambar tentang kegemaran. Dalam gambar terlihat beberapa anak laki-laki sedang bermain bola dan anak perempuan bermain tali. Lalu murid saya minta untuk menceritakan tentang isi gambar. Ternyata kegiatan ini lebih berhasil memancing murid dalam hal berbicara. Jumlah murid yang mau dan mampu bercerita di depan meningkat dibanding hari sebelumnya. Namun demikian, hasil yang diperoleh sebenarnya masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Artinya belum semua murid dapat bercerita dan mau maju ke depan kelas. Bagi murid yang mau maju juga belum dapat bercerita dengan lancar dan kosa kata serta kalimat yang digunakan masih sangat terbatas. (Pengalaman Ibu Nining, guru SD di Sukabumi).

23 Menurut saya untuk mengatasi murid yang takut berbicara, sebaiknya murid dipanggil ke depan secara berkelompok terlebih dahulu. Karena apabila langsung disuruh secara individual murid ada yang pemalu. Setelah itu baru murid diminta secara individual untuk bercerita sesuai alat peraga yang dipegangnya. Murid bercerita dengan bimbingan guru, yaitu dengan dipancing dengan pertanyaan-pertanyaan. Dengan kegiatan seperti ini semua murid berkesempatan untuk bercerita. Murid yang belum berani berbicara akan menjadi lebih percaya diri dengan adanya teman kelompoknya. (Ibu Sri, seorang guru SD kelas I di daerah). Seorang mahasiswa yang merupakan calon guru SD kelas rendah mengemukakan bahwa untuk merangsang murid berbicara dan menulis dapat diupayakan dengan cara membentuk kelompok. Kemudian setiap kelompok ditugaskan mengadakan penelitian kecil, misalnya ke kebun sekolah. Hasil pengamatan ini ditulis dalam bentuk laporan dan dipresentasikan di depan kelas. Pada saat presentasi, murid dirangsang untuk aktif berbicara dan tidak ada satu orang pun yang tidak mengemukakan pendapatnya. (Endah, seorang mahasiswa UNJ) Menurut saya apabila murid hanya disuruh bercerita dengan teman sebangku, guru tidak dapat mengetahui apakah murid bercerita dengan kaidah-kaidah berbicara yang benar. Sebaiknya murid ditugaskan bercerita di depan kelas agar murid lain dapat mendengarkan dan memahami cerita temannya dan guru juga dapat mengoreksi dan memperbaiki cara bercerita murid baik dari segi isi maupun dari segi penggunaan bahasa. (Yayah Sorayah, seorang mahasiswa di lembaga pendidikan guru). Adanya kesadaran guru bahwa dibanding dengan keterampilan membaca dan menulis, keterampilan berbicara kurang mendapatkan perhatian adalah suatu hal yang menggembirakan. Langkah guru menggunakan alat peraga untuk bercerita bagi murid juga merupakan salah satu metode yang tepat untuk dijadikan salah satu alternatif metode bercerita. Guru tersebut telah menyadari bahwa kegiatan berbicara yang dilakukan dengan menugaskan murid saling bercerita belum dapat meningkatkan keterampilan berbicara murid secara optimal. Guru juga menyadari tidak bisa memantau apa yang dibicarakan siswa. Apakah yang dibicarakan murid sesuai dengan tema yang diberikan atau tidak. Kemudian guru juga tidak dapat mengukur bagaimana kemampuan murid dalam bercerita, baik berkaitan dengan lafal, pilihan kata, maupun penggunaan kalimat. Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu jadi perhatian guru. Pengembangan keterampilan berbicara sebaiknya direncanakan secara matang agar kemampuan murid menjadi teramati dan terukur. Kegiatan ini mungkin akan lebih bermakna apabila murid ditugaskan secara individual untuk bercerita baik di bangku masing-masing, maupun di depan kelas. Apabila murid mengalami kesulitan dalam bercerita, guru dapat memandu murid dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan sebaiknya guru meminta murid berbicara atau bercerita tentang hal-hal yang dekat dengan kehidupan atau yang pernah dialaminya. Kemudian biarkan pada tahap awal murid bercerita sesuai dengan kemampuannya dan bahasa yang dikuasainya. Di samping itu suasana kelas juga perlu diciptakan senyaman mungkin,

24 sehingga murid tidak takut bercerita atau takut ditertawakan. Kelas juga perlu dikondisikan agar murid yang lain menyimak dan menghargai temannya bercerita. Dengan cara seperti ini kegiatan berbahasa secara terpadu dapat terujud. Artinya dengan kegiatan bercerita sekaligus dapat dikembangkan kemampuan menyimak murid. Akan tetapi, perlu diyakini oleh guru bahwa jangan cepat frustasi dalam melatih berbicara murid. Memang murid tidak akan langsung terampil bercerita dengan hanya beberapa kali latihan. Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang dapat dimiliki melalui proses latihan yang berulang. (G.Y., seorang dosen Bahasa Indonesia di PGSD). Saya setuju dengan beberapa tanggapan yang diberikan berbagai pihak. Namun sebetulnya saya bukan berarti mengabaikan pembelajaran berbicara, dalam pengertian sama sekali tidak melatih murid berbicara. Saya selalu berupaya untuk melatih murid berbicara dengan mengadakan tanya jawab pada awal pembelajaran. Akan tetapi, memang proporsinya tidak sebanyak kegiatan membaca dan menulis.

25 Hari ini saya akan melaksanakan pembelajaran tematik mengenai Binatang dengan subtema jenis binatang. Materi yang akan saya belajarkan meliputi mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, serta Kerajinan Tangan dan Kesenian. Saya akan mengajar kelas I-A (masuk pagi) yang muridnya berjumlah 36 orang. Kelompok murid ini merupakan kelompok murid yang lebih baik perkembangan hasil belajarnya daripada kelompok murid yang lain (1-B), terutama dari aspek keterampilan menulis. Melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia terkadang menyulitkan bagi saya. Kesulitan muncul karena murid-murid harus meningkat terus keterampilannya dalam empat aspek berbahasa: mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan aspek kebahasaan: intonasi, pelafalan, struktur, kosakata, secara terpadu dan kontekstual. Faktor yang menjadi sumber kesulitan bagi saya ialah adanya kenyataan bahwa murid-murid sudah menguasai bahasa daerah lebih dahulu. Walaupun demikian, saya sangat ingin mencapai keberhasilan dalam setiap kegiatan pembelajaran yang saya laksanakan. Saya ingin murid-murid semakin terampil membaca, mendengarkan, menulis, dan berbicara bahasa Indonesia serta meningkat terus penguasaan aspek kebahasaannya. gambar binatang memiliki nama yang tertulis di bawahnya. Saya kemudian menanyakan nama setiap gambar binatang yang saya tunjukkan. Berdasarkan nama binatang yang disebutkan oleh murid, saya memberi contoh kalimat, misalnya: dari kata /kucing/, dicontohkan kalimat /kucing melompat/. Kalimat itu saya tulis di papan tulis. Saya kemudian mendiktekan beberapa kalimat sederhana kepada murid. Selama 1 jam pembelajaran hari ini, saya ternyata lebih banyak menggunakan waktu untuk mendiktekan kalimat dan memeriksa hasil tulisan murid (5 kalimat) karena murid-murid memintanya. Padahal, seharusnya saya lebih banyak menggunakan waktu untuk kegiatan yang mengarah kepada fokus pembelajaran, yaitu keterampilan mendengarkan dengan kompetensi yang ingin saya capai: menyebutkan nama-nama binatang dan menirukan suara binatang secara lisan. Selama pembelajaran berlangsung, saya juga ternyata kurang dapat mengorganisasikan murid dengan baik. Murid lebih banyak menulis kalimat-kalimat yang saya diktekan. Pembelajaran pun menjadi kurang efektif dan kurang menyenangkan bagi murid karena tidak semua murid dapat saya libatkan secara individual. Jumlah murid yang cukup banyak menyulitkan saya dalam memberikan kesempatan yang sama kepada setiap murid. Bagaimana sebaiknya saya melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan kompetensi yang ingin saya capai: menyebutkan dan menirukan suara binatang secara lisan? (Pengalaman Ibu Kiki, guru SD di Sukabumi). Saya memulai pembelajaran dengan menunjukkan gambar-gambar binatang. Setiap

26 Dengan penentuan fokus pembelajaran dan langkahlangkah kegiatan pembelajaran yang tepat, akan terjadi perubahan-perubahan berikut dalam pembelajaran. Pertama, keterampilan berbahasa yang ingin dikembangkan jelas dan tepat. Murid lebih aktif karena lebih dilibatkan dalam menyebutkan dan menirukan suara binatang. Kedua, guru dan murid lebih kreatif karena diajak bernyanyi berbagai variasi lagu yang mengandung berbagai suara dan nama binatang. Ketiga, penggunaan waktu lebih efektif karena guru lebih banyak menggunakannya untuk kegiatan menyebutkan dan menirukan suara binatang sambil bernyanyi. Keempat, proses pembelajaran terasa lebih aktif, efektif, enak dan menyenangkan karena murid lebih dilibatkan dalam proses pembelajaran. Kelima, guru masih bisa lebih mengefektifkan penggunaan waktu dalam kegiatan pembelajaran dengan cara menghilangkan kegiatan menyanyi pada saat menyebutkan dan menirukan suara binatang. Jadi, murid langsung menirukan suara binatang dan menyebutkan nama binatangnya tanpa nyanyian. (Juhana Sakmal, dosen Bahasa Indonesia di PGSD UNJ). Selama pembelajaran bahasa Indonesia ini, saya memberikan dikte kepada anak. Selain karena permintaan anak sendiri juga karena saya menganggap hal ini positif bagi anak untuk melatih mereka dalam aspek mendengarkan dan menulis dengan baik dan benar. Saya menyadari apa yang saya lakukan mungkin akan mengurangi alokasi waktu untuk pembelajaran yang saya fokuskan (menyebutkan nama binatang dan menirukan suara binatang). Untuk pertemuan yang akan datang, saya akan mengurangi jumlah kalimat yang saya diktekan agar tidak mengurangi waktu untuk pembelajaran inti.

27 Hari ini saya akan melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan fokus pembelajaran keterampilan membaca. Kompetensi yang ingin saya capai ialah: murid mampu membaca nyaring kata dan kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi bahasa Indonesia yang benar dan wajar. Waktu yang tersedia hanya 1 jam pelajaran (30 menit). Tema yang akan saya kembangkan dalam pembelajaran hari ini ialah Tumbuhan dan subtema Tanaman Buah di Sekitar Rumah. Saya mengawali pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada seluruh murid tentang buah-buahan yang disukainya. Murid pun menjawab secara klasikal. Jawaban murid sudah tentu macam-macam; jambu, jeruk, melon, dan lainnya. Selanjutnya, saya menulis teks pendek berisi lima kalimat di papan tulis:

28 Saya berkeliling memeriksa tulisan setiap anak. Setelah semua murid selesai menulis, saya mencoba mengaktifkan murid-murid dengan cara menuntun murid-murid membaca teks secara klasikal. Saya meminta seluruh kalimat dibaca dengan nyaring. Ternyata murid membaca dengan lafal dan intonasi yang dipengaruhi oleh bahasa daerahnya. Cara membaca ini memang menjadi kebiasaan murid. Saya berusaha untuk melatih dan mencontohkan bagaimana cara membaca dengan lafal dan intonasi yang wajar. Akan tetapi, murid masih membaca dengan lafal dan intonasi yang dipengaruhi oleh bahasa daerahnya. Untuk mengatasi masalah ini, saya memanggil satu kelompok murid maju ke muka untuk latihan membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang tidak terlalu dipengaruhi oleh bahasa daerah. Saya memberi tuntunan kepada murid-murid yang berlatih. Pada saat satu kelompok tampil membaca di muka, murid-murid lain agak ramai dengan aktivitasnya sendiri. Hal itu mungkin disebabkan mereka lama menunggu giliran. Saya kemudian memberi contoh lagi membacakan kalimat dengan lafal dan intonasi bahasa Indonesia yang wajar. Murid-murid mengulangi secara klasikal. Mereka ternyata dapat menirukan dengan baik lafal dan intonasi yang saya contohkan. Saya kemudian memanggil murid yang mau maju sendiri ke muka untuk membaca nyaring kalimat. Saya menyuruh murid-murid lain mengulangi bacaan temannya yang di muka (2 murid perempuan mau tampil). Selanjutnya saya menyuruh murid bergantian membacakan tulisan di bukunya masing-masing di depan kelas. (Pengalaman Ibu Kiki, guru SD di Sukabumi).

29 Upaya yang dilakukan guru mengajarkan membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang benar patut dihargai. Latihan membaca dilakukan berulang dan bertahap dari berkelompok kemudian secara individual akan banyak memberi kesempatan murid untuk berlatih membaca dengan lafal dan intonasi yang benar. Sementara latihan adalah kunci keterampilan berbahasa, dapat dimiliki murid. Upaya guru untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan juga sangat positif, yaitu dengan mengaitkan materi bacaan dengan hal yang dipahami murid. (Gusti Y., dosen PGSD, UNJ). Guru sebaiknya menyuruh murid latihan membacakan satu kata dan satu kalimat saja. Jadi, setiap murid membacakan kata dan kalimat yang berbeda dari temannya. Agar murid terbiasa, guru sebaiknya sering memberikan contoh membacakan kalimat dengan lafal dan intonasi bahasa Indonesia yang benar dan wajar, yaitu yang tidak banyak dipengaruhi oleh bahasa daerah. Murid ternyata mampu membaca dengan lafal dan intonasi yang tidak dipengaruhi oleh bahasa daerahnya bila dicontohkan oleh guru. (Juhana Sakmal, dosen Bahasa Indonesia di PGSD UNJ). Ternyata kebiasaan anak membaca dengan lafal dan intonasi yang dipengaruhi oleh bahasa daerahnya dapat saya perbaiki. Namun, hal itu membutuhkan kesabaran saya untuk melatih dan memberikan contoh berulang-ulang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I A. Tahap Perencanaan Setelah diperoleh informasi pada waktu observasi, maka peneliti melakukan diskusi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Kondisi Awal. Penelitian ini dilakukan di kelas I MI Miftahul Ulum Curah Keris Kalipang Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan Tahun

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK SIKLUS I

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK SIKLUS I 35 Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK SIKLUS I Tema Kelas/Semester Waktu : Keluarga : I/I : 4 x 35 menit (2 x pertemuan) Standar Kompetensi Bahasa Indonesia : Memahami teks pendek dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SD Kutowinangun 08. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN STUDI KASUS PADA SEKOLAH DASAR PROGRAM MBS MATA PELAJARAN MATEMATIKA Oleh: Tim PGSD FIP UNJ (Kerjasama UNESCO dengan FIP UNJ) Tujuan dilaksanakan observasi tentang proses pembelajaran

Lebih terperinci

Memahami wacana lisan tentang benda-benda di sekitar dan dongeng.

Memahami wacana lisan tentang benda-benda di sekitar dan dongeng. RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK Nama Sekolah :... Tema : Permainan Kelas/Semester : I / 2 Alokasi Waktu : 3 minggu Standar Kompetensi : 1. PKn : Menerapkan kewajiban anak di rumah dan di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Sabtu, 16 November

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Kondisi Awal. Penelitian ini dilakukan di kelas I SD Negeri Kebolampang Kecamatan Winong Kabupaten Pati Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

Nama Sekolah :... : Lingkungan Kelas/Semester : I / 2 Alokasi Waktu : 3 minggu

Nama Sekolah :... : Lingkungan Kelas/Semester : I / 2 Alokasi Waktu : 3 minggu RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK Nama Sekolah :... Tema : Lingkungan Kelas/Semester : I / 2 Alokasi Waktu : 3 minggu Standar Kompetensi : 1. PKn : Menerapkan kewajiban anak di rumah dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini menyajikan tentang hasil penelitian dan pembahasannya. Adapun hasil penelitian ini dijabarkan dalam pelaksanaan tindakan. 4.1 Pelaksanaan Penelitian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF KELAS VI SD YPKP 1 SENTANI, KABUPATEN JAYAPURA PAPUA

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF KELAS VI SD YPKP 1 SENTANI, KABUPATEN JAYAPURA PAPUA PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF KELAS VI SD YPKP 1 SENTANI, KABUPATEN JAYAPURA PAPUA Etyn Nurkhayati SD YPKP I Sentani Jayapura Papua Abstrak:Kesulitan siswa dalam menulis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VIII E SMP N 2 Susukan semester I tahun ajaran 2012 / 2013 pada kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia diperlukan manusia yang lainnya, manusia tidak bisa hidup seorang diri. Komunikasi merupakan jembatan untuk menjalin hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VII F SMP N 2 Susukan semester 2 tahun ajaran 2013 / 2014 pada kompetensi dasar mendiskripsikan Potensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 4 SDN Salatiga 09. Total jumlah siswa di kelas 4 berjumlah 38 siswa, dengan total

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas. Dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas. Dalam BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus-siklus pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas. Dalam

Lebih terperinci

Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Mendeskripsikan isi Puisi

Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Mendeskripsikan isi Puisi SILABUS Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : II/1 Tema : Diri Sendiri Standar Kompetensi : 1. Mendengarkan Memahami teks pendek dan puisi anak yang dilisankan 2. Berbicara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe group investigation (GI) pada mata pelajaran IPS dengan materi Perjuangan

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik KELAS. 1 Semester 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik KELAS. 1 Semester 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik KELAS 1 Semester 1 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia, IPS

Lebih terperinci

Biografi. Jadwal Penilaian

Biografi. Jadwal Penilaian Biografi Ringkasan Unit Setelah mendengarkan dan membaca beberapa biografi, keduanya dalam bentuk buku-buku dan majalah, para murid sekolah dasar mengungkapkan pendapat tentang apa yang menyebabkan sebuah

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik KELAS. Semester 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik KELAS. Semester 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik KELAS 1 Semester 2 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia, IPA

Lebih terperinci

Nama Sekolah :... : Peristiwa Kelas/Semester : I / 2 Alokasi Waktu : 3 minggu

Nama Sekolah :... : Peristiwa Kelas/Semester : I / 2 Alokasi Waktu : 3 minggu RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK Nama Sekolah :... Tema : Peristiwa Kelas/Semester : I / 2 Alokasi Waktu : 3 minggu Standar Kompetensi : 1. PKn : Menerapkan hak anak di rumah dan di sekolah.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB I HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian dilakukan di SD Negeri Jlamprang 2 Kecamatan Wonosobo Kabupaten Wonosobo kelas II dengan jumlah siswa sebanyak 35 yang terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas I SDN Tingkir Lor 1 Salatiga. Sebelum dilaksanakannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Padaan 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2013/2014. Subjek penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kumpulrejo 02 Salatiga Kecamatan Argomulyo. Kepala Sekolah dari SD

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. mengidentifikasi masalah pembelajaran matematika yang terdapat di kelas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. mengidentifikasi masalah pembelajaran matematika yang terdapat di kelas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini di awali dari orientasi lapangan untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran matematika yang terdapat di kelas 2.B

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Nama Sekolah : SD Negeri 1 Pagerpelah Kelas /Semester : 3 / 1 Tema : Peristiwa Alokasi Waktu : 3 Minggu (Minggu ke-1 s.d. 3) Tanggal Pelaksanaan : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik A. Kompetensi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) B. KOMPETENSI DASAR 5.1 Menyampaikan kembali isi pengumuman yang dibacakan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) B. KOMPETENSI DASAR 5.1 Menyampaikan kembali isi pengumuman yang dibacakan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah :... Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas / Semester : IV / Alokasi Waktu : x 35 menit A. STANDAR KOMPETENSI 5. Mendengarkan pengumuman B. KOMPETENSI

Lebih terperinci

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 2 Nomor 2, Juni 2017

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 2 Nomor 2, Juni 2017 Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Vol. 2, No. 2, Juni 2017 ISSN 2541-0393 (Media Online) 2541-0385 (Media Cetak ) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA SD Negeri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Uraian mengenai hasil penelitian sebagai jawaban dari rumusan masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Uraian mengenai hasil penelitian sebagai jawaban dari rumusan masalah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uraian mengenai hasil penelitian sebagai jawaban dari rumusan masalah yang diungkapkan pada Bab I akan disajikan dalam Bab IV ini. Pada bab ini diuraikan mengenai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Banyubiru 01 di Dusun Kampung Rapet, Desa Banyubiru, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keterampilan membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS yang peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keterampilan membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS yang peneliti 61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada saat penelitian berlangsung di MI Darussalam Krian Sidoarjo tentang keterampilan membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS yang peneliti lakukan. Metode

Lebih terperinci

Nama Sekolah :... Kelas/Semester : I / 2 Alokasi Waktu : 2 minggu

Nama Sekolah :... Kelas/Semester : I / 2 Alokasi Waktu : 2 minggu RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK Nama Sekolah :... Tema : Keluarga Kelas/Semester : I / 2 Alokasi Waktu : 2 minggu Standar Kompetensi : 1. PKn : Menerapkan kewajiban anak di rumah dan di

Lebih terperinci

Nama Sekolah :... : Budi Pekerti Kelas/Semester : I / 2 Alokasi Waktu : 3 minggu

Nama Sekolah :... : Budi Pekerti Kelas/Semester : I / 2 Alokasi Waktu : 3 minggu RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK Nama Sekolah :... Tema : Budi Pekerti Kelas/Semester : I / 2 Alokasi Waktu : 3 minggu Standar Kompetensi : 1. PKn : Menerapkan kewajiban anak di rumah dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh peneliti yang menggunakan rancangan penelitian model

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Meningkatan hasil belajar bagi siswa yang kurang mampu dalam memahami mata pelajaran biologi merupakan penelitian tindakan kelas yang direncanakan pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu siklus satu dan siklus dua masing masing siklus tiga kali pertemuan.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO Basori Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tahap Identifikasi Masalah Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Sebelum melakukan

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Nama Sekolah : SD Negeri 1 Pagerpelah Kelas/Semester : 2 / 1 Tema : Kasih Sayang Alokasi Waktu : 2 Minggu Pelaksanaan : Minggu ke-1 s.d. 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik A. Kompetensi Dasar Mengenal

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar : 1. IPS : Menunjukkan sikap hidup rukun dalam kemajemukan keluarga. 2. IPA : Membedakan lingkungan sehat dan tidak sehat.

Kompetensi Dasar : 1. IPS : Menunjukkan sikap hidup rukun dalam kemajemukan keluarga. 2. IPA : Membedakan lingkungan sehat dan tidak sehat. RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK Nama Sekolah :... Tema : Budi Pekerti Kelas/Semester : I / 1 Alokasi Waktu : 2 minggu Standar Kompetensi : 1. IPS : Memahami identitas diri dan keluarga

Lebih terperinci

Kegiatan Sehari-hari

Kegiatan Sehari-hari Bab 1 Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat daftar kegiatan sehari-hari berdasarkan penjelasan guru; 2) menceritakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas melalui model pembelajaran langsung dengan permainan balok pecahan pada mata pelajaran matematika materi pecahan ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Gambaran Sekolah Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kopeng 03 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. SD Negeri Kopeng 03 terletak

Lebih terperinci

Kami sering melakukan kegiatan bersama, yaitu

Kami sering melakukan kegiatan bersama, yaitu Sebutkan anggota keluargamu di rumah? Sebutkan sifat-sifat anggota keluargamu tersebut! Ceritakan dalam bahasa tulis sederhana mengenai kebersamaan keluargamu! Anggota keluargaku adalah Sifat-sifat mereka

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar : 1. IPS : Menunjukkan sikap hidup rukun dalam kemajemukan keluarga.

Kompetensi Dasar : 1. IPS : Menunjukkan sikap hidup rukun dalam kemajemukan keluarga. RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK 4 Nama Sekolah : SDN Sekarsari Tema : Kegemaran Kelas/Semester : I / 1 Alokasi Waktu : 3 minggu Standar Kompetensi : 1. IPS : Memahami identitas diri dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SD Negeri Ampel 03 SD Negeri Ampel 03 terletak di Dukuh Ngaduman Desa Kaligentong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Sekolah ini didirikan pada

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH

PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH Devita Vuri Guru SDN Karawang Kulon II Kabupaten Karawang Abstrak Pembelajaran bahasa di SD kelas rendah

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dimana pra siklus dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2014, siklus I pada tanggal 22 Oktober

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran dan Subyek Penelitian Sekolah Dasar Negeri Suruh 02 berlokasi di Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Di dalam model penelitian ini. singkat dapat digambarkan sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Di dalam model penelitian ini. singkat dapat digambarkan sebagai berikut : 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rencana Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Di dalam model penelitian ini terdapat empat

Lebih terperinci

Kegemaran 15. Bab 2. Kegemaran

Kegemaran 15. Bab 2. Kegemaran Kegemaran 15 Bab 2 Kegemaran Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat kipas dari kain sisa berdasarkan penjelasan guru; 2) menanggapi cerita pengalaman dengan kalimat

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas/Semester : II/ Pertemuan Ke- : Alokasi Waktu : x 5 menit Standar Kompetensi : Memahami pesan pendek dan dongeng yang dilisankan Kompetensi Dasar : Menceritakan kembali isi dongeng yang didengarnya

Lebih terperinci

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PEMBELAJARAN TEMATIK 2A

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PEMBELAJARAN TEMATIK 2A MODEL Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PEMBELAJARAN TEMATIK 2A untuk Kelas II SD Semester 1 Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Permendiknas Nomor 23

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG Dwi Sulistyorini Abstrak: Dalam kegiatan pembelajaran menulis, siswa masih banyak mengalami kesulitan

Lebih terperinci

Nama Sekolah : Kelas / Semester : 2 / 2 : Lingkungan Waktu : 4 minggu

Nama Sekolah : Kelas / Semester : 2 / 2 : Lingkungan Waktu : 4 minggu Nama Sekolah : Kelas / Semester : 2 / 2 Tema : Lingkungan Waktu : 4 minggu Standar Kompetensi B. Indonesia Berbicara RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK Mengungkapkan secara lisan beberapa

Lebih terperinci

MENULIS ITU BERCERITA!

MENULIS ITU BERCERITA! SERI JURNALISME DESA MENULIS ITU BERCERITA! Menulis itu (terasa) sulit. Demikian komentar banyak orang ketika mereka harus menulis. Benar kah demikian? Atau barangkali itu hanya pikiran kita saja? Sebelum

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN YULI AMBARWATI Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Awal (Pra Siklus) Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti mencari data awal nilai keterampilan berbicara pada pelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Prasiklus Kondisi prasiklus merupakan titik awal munculnya penelitian tindakan kelas ini. Kegiatan pra tindakan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengawali

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Orientasi dan Identifikasi Masalah Penelitian yang dilakukan penulis meliputi tiga kegiatan, yaitu : 1) kegiatan orientasi dan identifikasi masalah, 2) tindakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI IPS2 SMA NEGERI 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI IPS2 SMA NEGERI 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI IPS2 SMA NEGERI 1 GROBOGAN semester II tahun ajaran 2013-2014 pada kompetensi dasar mengenal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Di dalam metode penelitian ini terdapat empat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum SDN Mangunsari 06 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Mangunsari 06 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Alamat

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan pendidikan : SEKOLAH DASAR Kelas / semester : 1 / 2 Tema / topik : Lingkungan bersih dan sehat Petemuan ke : 1 Semester : 2 (dua) Alokasi waktu : 1 Hari A.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Pratindakan Peneliti terlebih dahulu melakukan tahap pratindakan sebelum melaksanakan proses penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

JARINGAN KD/INDIKATOR

JARINGAN KD/INDIKATOR JARINGAN KD/INDIKATOR SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK SEKOLAH DASAR KELAS 2A TEMA: TEMPAT UMUM KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN/PENGALAMAN BELAJAR ALKS WAKTU 1 2 3 4 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal A. Aktivitas Pembelajaran Ekonomi Dalam kegiatan belajar mengajar maupun dalam penugasan, siswa cenderung pasif kurang termotivasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 43 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Pendidikan Anak Usia Dini Bhayangkari 26 Kota Bengkulu dengan dua siklus. Pada setiap siklus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kolaboratif oleh peneliti dan pendidik sebagai praktisi dengan mengambil. 1. Lokasi penelitian dan waktu penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kolaboratif oleh peneliti dan pendidik sebagai praktisi dengan mengambil. 1. Lokasi penelitian dan waktu penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dirancang dalam tiga siklus dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Pelaksanaan Tindakan Penelitian dilakukan di SD Negeri Dukuh 03 Salatiga. Subjek penelitian siswa kelas 1 SD dengan jumlah 29 siswa yang terdiri dari 15 siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Setelah Peneliti melakukan semua prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Setelah Peneliti melakukan semua prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Setelah Peneliti melakukan semua prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan selama kurang lebih 3 bulan yakni sejak bulan April

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS I SEMESTER 2

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS I SEMESTER 2 PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS I SEMESTER 2 1 PROGRAM SEMESTER Standar Kompetensi : 5. Memahami wacana lisan tentang deskripsi bendabenda di sekitar dan dongeng MENDENGARKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode bermain peran dalam mengatasi masalah belajar siswa memerankan

Lebih terperinci

CONTOH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

CONTOH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR CONTOH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6 s.d. 9 Agustus 200 di PPPG Matematika Oleh: Dra. Sukayati, M.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 28 November 2012 SILABUS Kelas I Tema 2 : Kegemaranku Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 SILABUS KELAS: 1 TEMA: KEGEMARANKU KOMPETENSI DASAR INDIKATOR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam membaca permulaan untuk itu direncanakan tindakan kelas dalam upaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam membaca permulaan untuk itu direncanakan tindakan kelas dalam upaya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MIN Kertak Hanyar II Kabupaten Banjar. Subyek penelitian adalah siswa kelas 1 B yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM )

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS 2 SEMESTER I 17 PERHITUNGAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMUM Nama Sekolah : SD/MI... Kelas/semester : II (Dua)/ 1 (satu)

Lebih terperinci

masalah, penelitian yakni: (1) kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam

masalah, penelitian yakni: (1) kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Penelitian Penelitian tentang kemampuan guru menerapkan metode pemodelan pada materi pembelajaran menyampaikan pengumuman kelas VII SMP Negeri Tapa, difokuskan

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sekolah : SD Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : I/1 Tema : Diri Sendiri, Keluarga Standar Kompetensi : 1. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan

Lebih terperinci

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR MELALUI LOMPAT KANGURU PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN Oleh : Rosa Imani Khan, Ninik Yuliani Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Nusantara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian tindakan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya, sehingga berfokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya mengarah pada tujuan pengetahuan bahasa sampai penggunaannya, oleh karena itu harus benar-benar dipahami siswa. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Sugihan yang beralamat di Dusun Godongan Desa Sugihan Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan. SD Negeri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Penelitian SD Negeri Kalisalak terletak di Desa Kalisalak, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang. Dengan batas sebelah timur Kelurahan Kauman,

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Tlogodalem. SD Negeri Tlogodalem terletak di Dusun Ngadisari, Desa Tlogodalem, Kecamatan Kertek, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IVA SD Negeri 69 Kota Bengkulu.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IVA SD Negeri 69 Kota Bengkulu. 67 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Refleksi Awal Penelitian ini dilaksanakan di kelas IVA SD Negeri 69 Kota Bengkulu. Subyek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IVA SD Negeri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Gendongan dengan subjek penelitian siswa kelas 4 yang terdiri dari 32 siswa 17 siswa laki-laki dan

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli Samriah Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD hendaknya berjalan seefektif mungkin karena Bahasa Indonesia termasuk pembelajaran yang utama. Salah satu faktor keberhasilan suatu

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini.

JURNAL PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini. JURNAL PUBLIKASI PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI BERCERITA DENGAN PAPAN FLANEL PADA KELOMPOK B TK PERTIWI KUPANG, KARANGDOWO, KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012-2013 Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN Jurnal Euclid, Vol.4, No.1, pp.739 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN Kusnati SMPN 3 Ciawigebang;

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilaksanakan dalam praktek mengajar di kelas I SDN Tlogowungu kecamatan Kaloran kabupaten Temanggung dengan jumlah siswa 25 pada mata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SD Negeri 01 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 01 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Semester

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Sekolah Dasar Kristen Satya Wacana berada di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, terletak di Jalan Yos Sudarso 1 Salatiga. Kepala Sekolah

Lebih terperinci

Lampiran 1 Surat izin Penelitian Dan Keterangan Penelitian

Lampiran 1 Surat izin Penelitian Dan Keterangan Penelitian 62 63 Lampiran 1 Surat izin Penelitian Dan Keterangan Penelitian L 64 65 66 67 68 69 Lampiran 2: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Lebih terperinci