PEMBIAYAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH BERDASARKAN BIAYA SATUAN, KEMAMPUAN MEMBAYAR, DAN KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT DI KOTA SAMARINDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBIAYAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH BERDASARKAN BIAYA SATUAN, KEMAMPUAN MEMBAYAR, DAN KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT DI KOTA SAMARINDA"

Transkripsi

1 PEMBIAYAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH BERDASARKAN BIAYA SATUAN, KEMAMPUAN MEMBAYAR, DAN KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT DI KOTA SAMARINDA BASED ON THE DISTRIC HEALTH INSURANCE FINANCING UNIT COST, ABILITY TO PAY, AND WILLINGNESS TO PAY, IN THE CITY OF SAMARINDA Subirman 1, Indar 1, Masni 2 1 Bagian Administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Unhas, 2 Jurusan Biostatistik, Fakultas Kesehatan Masyarakat,Unhas, Makassar. Alamat Korespondensi: Subirman Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar, HP: bhirman_archoz@yahoo.co.id

2 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pembiayaan Jaminan Kesehatan Daerah berdasarkan biaya satuan, kemampuan membayar dan kemauan membayar masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Kota Samarinda. Penelitian ini adalah penelitian survey deskriptif. Untuk analisis unit cost populasi yang dipakai adalah seluruh transaksi keuangan yang terjadi di Puskesmas di Kota Samarinda pada tahun 2011, dan untuk kemampuan dan kemauan membayar, adalah seluruh pasien yang berkunjung di Puskesmas di Kota Samarinda tahun Sampel unit cost, adalah semua transaksi biaya yang berkaitan dengan biaya investasi, biaya operasional dan biaya pemeliharaan pada pusat biaya, baik itu pusat biaya penunjang maupun pusat biaya produksi di dua Puskesmas Temindung dan Palaran. Pengambilan sampel untuk kemampuan dan kemauan membayar dilakukan secara acak dengan jumlah sampel 385 yang terdiri dari 187 di Puskesmas Temindung yang mewakili daerah urban dan 198 di Puskesmas Palaran mewakili daerah rural. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Unit cost rawat jalan di Puskemas di Kota Samarinda sebesar Rp Rp , sedangkan kemampuan masyarakat untuk membayar biaya pelayanan kesehatan di Kota Samarinda sebesar Rp (43,6%) serta kemauan masyarakat untuk membayar biaya pelayanan kesehatan adalah sebesar Rp (42,1%). Penelitian ini menyarankan kepada Pemerintah Kota Samarinda perlu mempertimbangkan anggaran pembiayaan Jaminan Kesehatan Daerah, dengan mengurangi subsidi secara bertahap menuju pembiayaan kesehatan secara mandiri. Mekanisme monitoring ditingkatkan terhadap pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Daerah agar masyarakat yang diberi jaminan kesehatan tepat sasaran, dan mampu memanfaatkan potensi dana di masyarakat dengan melihat kemampuan dan kemauan untuk mambayar biaya pelayanan kesehatan dalam rangka keberlanjutan program. Kata kunci: Unit Cost, Kemampuan dan kemauan Membayar Pelayanan Kesehatan Abstract This research aims to analyze the financing of the District Health Insurance is based on the unit costs, the ability to pay and willingness to pay people to get health services in the city of Samarinda. The research was a descriptive survey research. For the analysis of unit cost used is the entire population of financial transactions that occur in health centers in the city of Samarinda in 2011, and for the ability and willingness to pay for all patients who visit the health center in the city of Samarinda in Sample unit cost, are all transaction costs associated with investment costs, operating and maintenance costs on cost centers, whether it's supporting cost centers and cost centers of production in two health centers and Palaran Temindung. Sampling for the ability and willingness to pay by the number of random samples consisting of 385 and 187 health centers in urban areas representing Temindung and 198 health centers in rural areas represent Palaran. Research results indicate that the unit cost of outpatient Puskemas in Samarinda city is about Rp Rp , while the public's ability to pay for health services in the city of Samarinda Rp (43.6%) and public willingness to pay for the health care amounted to Rp (42.1%). This research suggests the Samarinda City Government needs to consider the budget to pay the Regional Health Insurance, by reducing subsidies gradually towards health financing independently. Enhanced monitoring mechanism for implementation of the Regional Health Insurance program for people who are accurately given a health insurance, and able to exploit the potential of public funds by looking at the ability and willingness to pay the health care costs in the context of sustainability. Keywords : Unit Cost, Ability and willingness to pay of Health Services

3 PENDAHULUAN Jaminan kesehatan adalah sebuah sistem yang memungkinkan setiap setiap penduduk terbebas dari beban biaya berobat yang mahal (Azwar A, 1996). Jika terpenuhi dapat berimplikasi terganggunya pemenuhan kebutuhan dasar hidup dan berbagai aktifitas kehidupan yang lain. Jaminan kesehatan di dunia internasional telah di atur dalam Deklarasi PBB tentang HAM tanggal 10 Desembar 1948 mengenai hak kesehatan dan kesejahteraan, jaminan kesehatan, cacat, dan hari tua. Jaminan sosial ini juga di atur dalam Konvensi ILO No. 102 tahun Di Indonesia jaminan sosial tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28H dan pasal 34 ayat 2. Kini komitmen pemerintah Indonesia sangat kuat dengan telah di sahkannya Undang-undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang - undang N0. 23 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ( Mukti, 2007 ). Visi dan Misi tersebut sekarang telah dirubah kearah masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat dengan strategi utamanya menggerakkan dan memberdayakan masyarakat hidup sehat, meningkatkan akses pelayanan kesehatan bermutu, dan meningkatkan pembiayaan kesehatan, hal ini terlihat bahwa pembiayaan kesehatan di Indonesia masih berkisar 2,5% GDP atau 18 US $ per orang per tahun. Biaya tersebut sebagian besar (70%) berasal dari swasta dan hanya sekitar 30% yang berasal dari pemerintah melalui APBN, APBD-1 dan APBD-2. Biaya yang berasal dari swasta tersebut sebagian besar dikeluarkan langsung dari saku masyarakat (direct payment out of pocket) pada waktu mereka jatuh sakit, hanya sedikit (6% - 19%) yang dikeluarkan melalui mekanisme asuransi atau perusahaan (Gani, 2001). Kebijakan pembiayaan kesehatan yang dialokasikan dari APBD ini Pemerintah Kota Samarinda sejak tahun 2006, sudah menyelenggarakan program Asuransi Sejahtera (ASTRA) yang merupakan jaminan kesehatan bagi masyarakat samarinda secara gratis di Puskesmas dan Jaminan Kesehatan Rawat Inap di Rumah Sakit kelas 3, dengan premi tiap penduduk di tetapkan Rp ,- / bulan untuk 1 tahun dengan penduduk yang di cover dalam program ini, jadi anggaran yang dialokasikan oleh Pemerintah Kota Samarinda dalam 1 tahun adalah Rp (Delapan Belas Milyar Rupiah). Biaya ini di bayarkan ke PT. ASKES mencakup seluruh kebutuhan program termasuk biaya sosialisasi (Nurrachmawati, 2006). Penelitian yang sama juga mengungkap bahwa sebagian besar responden menyatakan biaya pendaftaran sampai obat di Puskesmas masih terjangkau bagi mereka. Fakta ini menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat mampu membayar dengan biaya sendiri terhadap pelayanan kesehatan yang terimanya. Tujuan penelitian ini adalah Menganalisis biaya satuan pelayanan kesehatan di Puskesmas, dan besar kemampuan membayar (Ability To Pay / ATP)

4 serta kemauan membayar masyarakat (Willingness To Pay / WTP) untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Kota Samarinda. BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian dan Jenis Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sarana Pelayanan kesehatan (Puskesmas) di Kota Samarinda, yakni Puskesmas Temindung ( Puskesmas Rawat Jalan ) mewakili daerah urban dan Puskesmas Palaran ( Puskesmas Rawat Inap ) mewakili daerah rural, Pemilihan lokasi ini dapat mencerminkan keadaan Kota Samarinda. Jenis penelitian adalah penelitian Survey Deskriptif yang memberikan gambaran mengenai seberapa besar biaya satuan, kemampuan dan kemauan membayar masyarakat di Sarana pelayanan kesehatan di Kota Samarinda (Notoatmodjo, 2002) Populasi dan Sampel Penelitian ini yang menjadi populasi Untuk analisis unit cost populasi yang dipakai adalah seluruh transaksi keuangan yang terjadi di Puskesmas di Kota Samarinda pada tahun Untuk studi kemampuan dan kemauan membayar, populasi yang dipakai adalah seluruh pasien yang berkunjung di Puskesmas di Kota Samarinda tahun Untuk analisis unit cost, sampel yang dipakai adalah semua transaksi biaya yang berkaitan dengan biaya investasi, biaya operasional dan biaya pemeliharaan pada pusat biaya, baik itu pusat biaya penunjang maupun pusat biaya produksi di dua Puskesmas terpilih di Kota Samarinda yakni Puskesmas Temindung ( Puskesmas Rawat Jalan ) mewakili daerah urban dan Puskesmas Palaran ( Puskesmas Rawat Inap )mewakili daerah rural Untuk studi kemampuan dan kemauan membayar pasien rawat jalan pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan besar sampel 385. Pengolahan dan Penyajian Data Untuk analisis unit cost pengolahan data menggunakan komputer dengan membuat spreadsheet untuk metode double distribution pada program microsoft excel. Sedangkan untuk studi kemampuan dan kemauan membayar, pengolahan data primer dilakukan dengan perhitungan rata-rata kemampuan membayar pasien menggunakan program excel dan program perangkat lunak computer (SPSS), datanya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi disertai penjelasan dalam bentuk narasi (Arikunto, 1995).

5 HASIL Analisis Biaya Untuk analisis biaya satuan, dikumpulkan data sekunder berdasarkan keadaan/data tentang biaya tetap (fixed cost), biaya operasional tetap (semi fixed cost), dan biaya operasional tidak tetap (variabel cost). Hasil penelitian tentang ketiga jenis biaya tersebut diuraikan dibawah ini: Biaya Tetap (Fixed Cost) Tabel 1 menunjukkan bahwa dari total biaya investasi (AIC) pada Puskesmas di Kota Samarinda yakni Puskesmas Palaran (Puskesmas Rawat Inap) yang mewakili daerah rural maupun Puskesmas Temindung (Puskesmas Rawat Jalan) yang mewakili daerah urban, biaya gedung merupakan biaya investasi tertinggi yakni 50,7% dari total Investasi (AIC), sedangkan alat medis dan non medis adalah biaya investasi terendah yakni sebesar 13,4 %. Biaya Operasional Tetap (Semi Variabel Cost) Tabel 2 menunjukan Biaya operasional tetap dalam penelitian ini adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh pihak puskesmas yang besarnya tidak secara langsung dipengaruhi oleh besarnya output produksi, yang termasuk dalam jenis biaya ini adalah : gaji pegawai, pemeliharaan barang investasi yang pemakaiannya lebih dari satu tahun. biaya Semi Variabel Cost pada Puskesmas di Kota Samarinda, menempatkan Gaji pegawai sebagai komponen biaya paling besar yakni 97% dari total biaya Semi Variabel Cost, sementara komponen biaya terkecil dari total biaya Semi Variabel Cost adalah pemeliharaan alat non medis dan pemeliharaan kendaraan masing-masing sebesar 0,5%. Biaya Operasional Tidak Tetap (Variabel Cost) Tabel 3 menunjukkan Biaya operasional tidak tetap dalam penilitian ini adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh pihak Puskesmas yang besarnya secara langsung dipengaruhi oleh besarnya output produksi pada poliklinik dan rawat inap, biaya operasional pada instalasi perawatan meliputi: biaya BHP medis dan non medis, biaya listrik, biaya air, biaya telepon. bahan habis pakai (BHP) medis merupakan komponen biaya terbesar di Puskesmas di Kota Samarinda yakni sebesar 81,5% dari total biaya operasional tidak tetap. Komponen biaya telepon merupakan komponen biaya terendah yakni masing-masing sebesar Rp , (1,5%), dari Total biaya operasinal tidak tetap. Total Biaya (Total Cost) Tabel 4 menunjukkan Biaya total dalam penelitian ini adalah jumlah masing-masing biaya yang terdiri dari biaya tetap, biaya operasional tidak tetap, operasional tetap, setelah dilakukannya Double Distribusi, biaya ini perlu untuk diketahui guna melihat besarnya biaya

6 yang nyata dikeluarkan oleh instalasi perawatan. Biaya total dalam penelitian ini Total Cost III = VC dengan menggunakan rumus III (Total cost III) yaitu TC III = VC, pendekatan rumus ini di pakai untuk memudahkan perhitungan unit cost III, mengingat rata-rata pembiayaam operasional ditanggung sepenuhnya oleh Puskesmas, maka diketahui total cost pada Puskesmas di Kota Samarinda sebesar Rp. 306,946,247, dengan Komponen biaya terbesar berada pada pusat biaya Poli Umum yakni sebesar Rp 180,389,899, (58,8%). Sementara pada komponen biaya rawat inap sebesar Rp 10,994,871 (3,6%), merupakan komponen biaya terendah dari total biaya yang ada. Biaya Satuan (Unit Cost) Tabel 5 menunjukkan Biaya Satuan dalam penelitian ini terdiri dari Unit cost I (UC I), UC II, dan UC III. Unit cost I diperoleh dengan cara membagi Total Cost I (TC I) dengan output aktual masing-masing kelas perawatan, unit cost II diperoleh dengan cara membagi Total Cost II (TC II) dengan output aktual dan unit cost III (UC III) diperoleh dengan cara membagi total cost III (TC III) dengan output aktual. Besarnya biaya satuan rawat jalan dan rawat inap sangat ditentukan oleh besarnya total biaya, dimana terlihat bahwa semakin tinggi total costnya maka unit cost akan semakin tinggi, begitu pula semakin tinggi tingkatan pelayanan yang diterima maka unit cost akan bertambah besar. Data tersebut di atas menunjukkan bahwa unit cost III Puskesmas di Kota Samarinda terdapat pada Rawat Inap sebesar Rp. 24,078 sedangkan Unit Cost III terendah pada layanan Poli Umum yakni sebesar Rp. 8,338,-. Analisis Ability To Pay dan Willingness To Pay Distribusi Kemampuan Membayar Responden (ATP) Tabel 6 menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden mengeluarkan biaya untuk makanan, terlihat bahwa pengeluaran rumah tangga untuk makanan masyarakat Kota Samarinda tertinggi berada pada kisaran Rp , yakni 206 responden (53,5%), dan terendah yakni 3 responden (0,8%), yang mengeluarkan biaya lebih dari Rp , dari pendapatan keluarga untuk makanan. Data ini juga menunjukkan adanya perbedaan pengeluaran rumah tangga untuk makanan yang tertinggi dan terendah di kedua Puskesmas ini, hal tersebut terjadi karena kedua Puskesmas ini secara geografis merupakan representasi dari wilayah urban dan wilayah rural. Kemampuan untuk membayar pelayanan kesehatan, dengan pendekatan kemampuan membayar dengan melihat pengeluaran non makanan dapat dilihat pada tabel 14. Besaran biaya yang dikeluarkan oleh responden untuk keperluan rumah tangga terlihat bahwa 168 responden (43,6%) yang mengeluarkan biaya tertinggi untuk non makanan dan lebih dari Rp , yakni 20 responden (5,2%) merupakan

7 komponen biaya terendah yang dikeluarkan responden untuk biaya non makanan. Secara keseluruhan data ini menunjukkan adanya perbedaan besaran pengeluaran rumah tangga untuk non makanan di Puskesmas Palaran dan Temindung yakni masing-masing sebesar 69,1% dan 64,7% pada distribusi ATP Non Makanan Rp dan Rp , Distribusi responden menurut kemampuan membayar menurut pengeluaran non esensial menunjukkan bahwa distribusi kemampuan membayar jasa pelayanan kesehatan berdasarkan pengeluaran rumah tangga untuk keperluan yang bersifat non esensial ( Rokok, alkohol, hiburan dan keprluan pesta ) Kota Samarinda tertinggi pada Rp yakni 135 responden (46,9%) dan terendah yakni 16 responden (5,6%) yang memiliki pengeluaran lebih dari Rp PEMBAHASAN Biaya Satuan Untuk menghitung biaya satuan pusat biaya rumah sakit dan Puskesmas yang mempunyai Output heterogen, maka semua Output produksi rumah sakit maupun Puskesmas harus disetarakan dan hal ini memerlukan pembobotan. Tinggi rendahnya biaya satuan tidak saja dipengaruhi oleh besarnya biaya total, tetapi juga dipengaruhi oleh besarnya biaya produk. Biaya Tetap (Fixed Cost) Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa total biaya investasi (AIC) di puskesmas Palaran sebesar Rp dimana biaya investasi yang tertinggi adalah biaya gedung sebesar Rp dan yang terendah adalah alat non medis sebesar Rp Total biaya investasi (AIC) di Puskesmas Temindung sebesar Rp dimana biaya investasi yang tertinggi adalah biaya gedung sebesar Rp dan yang terendah adalah alat non medis sebesar Rp Biaya Operasional Tetap (Semi Variabel Cost). Hasil penelitian menunjukkan bahwa total biaya semi variabel di Puskesmas Kota Samarinda Komponen biaya yang paling besar adalah gaji pegawai sebesar 97,2%, hal ini terkait dengan jumlah pegawai yang berpengaruh terhadap besarnya insentif yang diterima dan jasa medis dari hasil tindakan medis yang dilakukan disetiap jenis layanan kesehatan yang tersedia di Puskesmas. Biaya Operasional Tidak Tetap (Variabel Cost) Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen biaya tertinggi pada biaya opersional tidak tetap di Kota Samarinda adalah biaya obat/alkes (BHP) medis sebesar Rp. Rp

8 (81,5%) dan komponen biaya terendah adalah komponen biaya pemakaian telepon sebesar Rp ,- (1,5%), besarnya komponen biaya BHP medis dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya Puskesmas yang menjadi sampel penelitian salah satunya terdapat perawatan rawat inap, dan kedua Puskesmas Palaran dan Temindung yang mewakili Puskesmas Perawatan rawat jalan + rawat Inap (Rural) dan Pukesmas rawat jalan (Urban) merupakan Puskesmas dengan angka kunjungan tertinggi yakni 66,848 dan 63,445 pada tahun Data rekap terkahir laporan kunjungan Puskesmas Dinas Kesehatan Kota Samarinda, Pebruari 2012, menempatkan kedua Puskesmas ini sebagai Puskesmas dengan angka Kunjungan tertinggi yakni masing-masing dan kunjungan. Total Biaya (Total Cost). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan rumus I (Total Cost I) yaitu TC I = FC + SMFC + VC diperoleh total cost di Puskesmas di Kota Samarinda sebesar Rp dengan pusat biaya produksi terbesar pada pelayanan Poli Umum/Tindakan sebesar Rp dan Perawatan Rawat Inap merupakan pusat biaya produksi terendah Rp Rumus II (Total cost II) yaitu TC II = SVC + VC sebesar Rp dengan pusat biaya produksi terbesar pada pelayanan Poli Umum/Tindakan sebesar Rp dan Rp adalah komponen pusat biaya terendah dari perawatan rawat inap. Rumus III (Total cost III) yaitu TC III = VC sebesar Rp dengan total cost terbesar pada Poli Umum/Tindakan sebesar Rp dan total cost terendah pada rawat inap sebesar Rp Biaya Satuan (Unit Cost) Hasil penelitian menunjukkan bahwa unit cost di Puskesmas Kota Samarinda sebesar Rp Rp , besarnya unit cost ini sampai besaran Rp karena adanya jenis pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan yang tersedia di Puskesmas di Kota Samarinda. Kemampuan Membayar Masyarakat (ATP) Dari hasil tersebut dapat terlihat bahwa rata-rata masyarakat masih memiliki perilaku yang konsumtif terhadap pengeluaran yang kurang penting, seharusnya masyarakat juga perlu memperhatikan pengeluaran yang sangat penting seperti kesehatan mereka. Hasil penelitian lain memperkuat dan menunjukkan dimana ATP lebih besar dari WTP seperti halnya, Hadi (2008), bahwa jika kondisi kemampuan membayar lebih besar dari pada kemauan membayar jasa pelayanan kesehatan, hal ini dapat terjadi bila penggguna jasa mempunyai penghasilan yang relatif tinggi tetapi utilitas terhadap jasa tersebut relatif rendah, pengguna jasa pada kondisi ini menurut Hadi (2008), disebut choiced riders.

9 Kemauan Membayar Masyarakat (WTP) Kemauan membayar masyarakat yang cukup tinggi, ini untuk membayar biaya pelayanan kesehatan baik rawat jalan maupun rawat inap melebihi tarif ideal ( UC III ) yakni Rp Rp sehingga dapat diasumsikan bahwa masyarakat Kota Samarinda mau untuk membiayai kesehatan pribadi dan keluarganya. Selain itu karena sikap responden yang memandang kesehatan sebagai public goods yang bersifat non-rival (tidak terdapat persaingan untuk mengkonsumsi barang dan jasa : seseorang dapat mengkonsumsi barang dan jasa sebanyak yang ia mau tanpa menghabiskannya untuk orang lain) serta non excludable ( tidak dapat memisahkan barang dan jasa tersebut untuk tidak dikonsumsi oleh seseorang, meskipun orang itu tidak membayar ), maka banyak teradapat pemboncengan gratis (free rider) yang mengkonsumsi pelayanan kesehatan tanpa membayarnya. Ini sesuai dengan (Thabrany, 2002), dalam Razak (2010) bahwa manfaat marginal yang tidak klop dengan biaya marginal, maka yang terjadi sebenarnya adalah inefesiensi alokasi sumber daya kesehatan. Gambaran Pembiayaan Jaminan Kesehatan Daerah Berdasarkan Unit Cost, ATP dan WTP Berdasarkan Unit Cost, ATP dan WTP, maka gambaran pembiayaan Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) Kota Samarinda, terlihat bahwa tarif pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih kecil dari pada nilai ATP sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, kondisi ini menggambarkan kemampuan membayar masyarakat sangat baik, sedangkan ATP lebih besar dari WTP, hal ini terjadi bila pengguna jasa layanan kesehatan mempunyai penghasilan yang relatif tinggi tetapi utilitas terhadap jasa tersebut relatif rendah ( underutilization ), kondisi ini juga masih dimungkinkan melakukan peningkatan tarif dengan perbaikan kinerja pelayanan terhadap masyarakat (customer) (Faiz, 2006). KESIMPULAN DAN SARAN Maka dapat diambil kesimpulan bahwa Biaya satuan (Unit cost) pelayanan kesehatan di Kota Samarinda Rp Rp ,-. Kemampuan masyarakat untuk membayar biaya pelayanan kesehatan di Kota Samarinda adalah Rp (43,6%). Kemauan masyarakat untuk membayar biaya pelayanan kesehatan di Kota Samarinda adalah Rp (42,1%). Jamkesda dengan Premi Rp ,-/ orang / bulan, masih sanggup dibayar secara mandiri oleh masyarakat tanpa adanya subsidi dari Pemerintah Kota Samarinda. Kami menyarankan Kepada Pemerintah Kota Samarinda perlu mempertimbangkan anggaran pembiayaan JAMKESDA, dengan mengurangi subsidi secara bertahap menuju pembiayaan kesehatan secara mandiri.

10 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (1995). Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta. Azwar, Azrul. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan. Cetakan Pertama, Jakarta : Binarupa Aksara. Faiz, Achmad. (2006). Studi Kemampuan Kemauan Membayar di Kota Surabaya. 20Faiz%20JP% pdf Diakses tanggal 8 Juni 2012 Gani, Ascobat. (1992). Pengendalian Biaya Kesehatan Tenaga Kerja. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia, Tahun XX, Nomor 3. Hadi, Yudariansyah. (2008). Analisis Keterjangkauan Daya beli Masyarakat Terhadap Tarif Bersih ( PDAM ) Kota Malang ( Studi Kasus perumahan Sarwojajar). 2008, Diakses tanggal 6 Mei 2012 Mukti, A.G. (2007). Sistem Jaminan Kesehatan : Konsep Desentralisasi Terintegrasi. Cetakan III, Yogyakarta : Magister Kebijakan Kesehatan dan Manajemen Asuransi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Nurrachmawati, dkk. (2006). Kajian Kebijakan Kesehatan Pemerintah Kota Samarinda Tentang Layanan Pengobatan Gratis di Kota Samarinda, Lembaga Penelitian Universitas Mulawarman, Samarinda Notoatmodjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan Cetakan Kedua, Jakarta : Rineka Cipta. Razak, Amran. (2000). Permintaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pesisir. Makassar : Kalamedia Pustaka. Thabrany, Hasbullah. (2002). Peran Publik Dalam Pembiayaan Kesehatan. Majalah Kedokteran Indonesia, Volume 52 (1) ;1-6.

11 Lampiran : Tabel 1. Biaya Tetap (Fixed Cost) Pada Puskesmas di Kota Samarinda Tahun 2012 No Pusat Biaya Fixed Cost Jumlah Palaran Temindung % AIC % AIC % 1 Gedung 51,403, ,411, ,815,641 50,7 2 Alat medis 14,342, ,780, ,123,884 13,8 3 Alat non 14,586, ,626, ,212,157 13,4 medis 4 Kendaraan 25,592, ,027, ,619,825 22,1 Total 105,925, ,846, ,772, Tabel 2. Biaya Operasional Tetap (Semi Variable Cost) Pada Puskesmas di Kota Samarinda Tahun 2012 No Pusat Biaya Biaya Operasional Tetap Jumlah % Palaran Temindung SVC % SVC % 1 Pemeliharaan 10,000, ,500, ,500,000 0,9 Gedung 2 Pemeliharaan 10,000, ,000, , ,8 alat medis 3 Pemeliharaan 5,000, ,000, ,000,000 0,5 alat non medis 4 Pemeliharaan kendaraan 5,000, ,000, ,000,000 0,6 5 Gaji 1,273,533, ,009,412, ,282,946,000 97,2 Total 1,303,533, ,046,912, ,350,446, Tabel 3. Biaya Operasional Tidak Tetap ( Variabel Cost) Pada Puskesmas di Kota Samarinda Tahun 2012 Biaya Operasional Tidak Tetap No Pusat Biaya Palaran Temindung Jumlah % VC % VC % 1 BHP medis 132,281, ,255, ,536,806 81,5 BHP Non 2 Medis 12,500, ,500, , Listrik 8,000, ,300, ,300,000 3,5 4 Telpon 3,000, ,200, ,200,000 1,5 5 Air 3,600, ,402, ,002,000 2,5 Total 159,381, ,657, ,038,

12 Tabel 4. Biaya Total (Total Cost) Pada Puskesmas di Kota Samarinda Tahun 2012 Total Biaya No Pusat Biaya Palaran Temindung Jumlah % TC III % TC III % 1 Laboratorium 11,890, ,342, ,233,282 9,8 2 Poli Umum 89,963, ,426, ,389,899 58,8 3 Poli Gigi 23,182, ,564, ,747,197 16,2 4 KIA 16,457, ,123, ,580,998 11,6 5 Rawat Inap 10,994, ,994,871 3,6 Total 152,489, ,457, ,946, Tabel 5. Biaya Satuan Aktual (Unit Cost) Pada Puskesmas di Kota SamarindaTahun 2012 Biaya Satuan Pusat No Palaran Temindung Biaya UC I UC II UC III UC I UC II UC III n 1 Lab 112, ,538 9, , ,343 14, ,792 2 Poli Umum 61,706 57,765 8,338 56,588 53,554 8, ,332 3 Poli Gigi 169, ,648 17, , ,531 19, ,789 4 KIA 200, ,931 9, ,397 97,128 11, ,119 5 Rawat Inap 509, ,816 24, ,007,682 Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Kemampuan Membayar (ATP) Non Makanan Di Kota SamarindaTahun 2012 Puskesmas Total ATP Non Makanan Palaran Temindung (Rp) n % n % n % , , , , , , , , , ,9 17 8,6 28 7,3 > ,7 15 7,6 20 5,2 Total

13 Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Kemampuan Membayar (ATP) Non Di Kota Samarinda Tahun 2012 Puskesmas Total ATP Non Esensial Palaran Temindung (Rp) n % n % n % , , , , , , , , , ,9 10 7,8 21 7,3 > ,4 9 7,0 16 5,6 Total Esensial Tabel 8. Distribusi Responden Menurut Kemampuan Membayar (ATP) Total Di Kota Samarinda Tahun 2012 Puskesmas Total ATP Total Palaran Temindung (Rp) n % n % n % , , , , , , , , , ,1 9 4,5 26 6,8 > , , ,5 Total Tabel 9. Distribusi rata rata Kemampuan Membayar Di Kota Samarinda Tahun 2012 Palaran Temindung ATP Total Mean Mean Pengeluaran Makanan Pengeluaran Non Makanan Pengeluaran Non Esensial Tabel 10. Distribusi Responden Menurut Kemauan Membayar (WTP) Normatif Di Kota Samarinda Tahun 2012 Puskesmas Total WTP Normatif Palaran Temindung (Rp) n % n % n % < , , , , , , , ,6 > ,7 8 4,4 12 3,6 Total

14 Tabel 11. Distribusi rata rata Kemauan Membayar Di Kota Samarinda Tahun 2012 WTP Palaran Temindung Mean Mean Total WTP Normatif WTP Aktual Tabel 12. Asumsi Tarif Pelayanan Kesehatan Puskesmas, Kota Samarinda Tahun 2012 No Pusat Biaya UC Ideal ATP1 ATP 2 WTP Jam kesda Asumsi 1 Laboratorium 9, , ,543 17,500 8,000 16,543 2 Poli Umum 8, , ,337 19,850 8,000 14,672 3 Poli Gigi 17, , ,986 19,900 8,000 23,405 4 KIA 9, , ,567 10,000 8,000 13,975 5 Rawat Inap 24, , ,908 15,000 8,000 35,748 Sumber :Data Primer

PERHITUNGAN BIAYA SATUAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS DI KOTA SAMARINDA TAHUN 2012 (STUDI KASUS PUSKESMAS PALARAN)

PERHITUNGAN BIAYA SATUAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS DI KOTA SAMARINDA TAHUN 2012 (STUDI KASUS PUSKESMAS PALARAN) VOLUME 4 Nomor 02 Juli 2013 Artikel Penelitian PERHITUNGAN BIAYA SATUAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS DI KOTA SAMARINDA TAHUN 2012 (STUDI KASUS PUSKESMAS PALARAN) CALCULATION OF HEALTH SERVICE UNIT

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA SATUAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS DI KOTA SAMARINDA TAHUN 2012 (STUDI KASUS PUSKESMAS PALARAN)

PERHITUNGAN BIAYA SATUAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS DI KOTA SAMARINDA TAHUN 2012 (STUDI KASUS PUSKESMAS PALARAN) Subirman PERHITUNGAN BIAYA SATUAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS DI KOTA SAMARINDA TAHUN 2012 (STUDI KASUS PUSKESMAS PALARAN) Subirman FKM Universitas Mulawarman ABSTRAK Menyadari keterbatasan kemampuan

Lebih terperinci

VOLUME I No 3 Juli 2013 Halaman Analisis Kemampuan Dan Kemauan Membayar Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Karangasem Tahun 2013

VOLUME I No 3 Juli 2013 Halaman Analisis Kemampuan Dan Kemauan Membayar Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Karangasem Tahun 2013 Community Health VOLUME I No 3 Juli 2013 Halaman 151-161 Artikel Penelitian Analisis Kemampuan Dan Kemauan Membayar Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Karangasem Tahun 2013 I Gusti Ayu Juliasih

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MEMBAYAR PETUGAS PARKIR TERHADAP PELAYANAN PUSKESMAS DI KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MEMBAYAR PETUGAS PARKIR TERHADAP PELAYANAN PUSKESMAS DI KABUPATEN BANYUMAS ANALISIS KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MEMBAYAR PETUGAS PARKIR TERHADAP PELAYANAN PUSKESMAS DI KABUPATEN BANYUMAS ANALYSIS OF PARKING ATTENDANT ABILITY TO PAY AND WILLINGNESS TO PAY FOR PRIMARY HEALTH SEVICES

Lebih terperinci

SUBIRMAN FKM UNIVERSITAS MULAWARMAN-SAMARINDA

SUBIRMAN FKM UNIVERSITAS MULAWARMAN-SAMARINDA SUBIRMAN FKM UNIVERSITAS MULAWARMAN-SAMARINDA Sistem Kesehatan Nasional tahun 2009 : Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan melalaui perhimpunan dana secara aktif oleh masyarakat

Lebih terperinci

THE UNIT COST ANALYSIS BASED ON THE RELATIVE VALUE UNIT (RVU) IN OBSTETRIC AND GYNECOLOGY UNIT AT AJJAPANGE HOSPITAL, SOPPENG DISTRICT, 2011

THE UNIT COST ANALYSIS BASED ON THE RELATIVE VALUE UNIT (RVU) IN OBSTETRIC AND GYNECOLOGY UNIT AT AJJAPANGE HOSPITAL, SOPPENG DISTRICT, 2011 ANALISIS BIAYA SATUAN (UNIT COST) PERJENIS TINDAKAN BERDASARKAN RELATIVE VALUE UNIT (RVU) PADA BAGIAN PERSALINAN RSUD AJJAPANGE KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2011 THE UNIT COST ANALYSIS BASED ON THE RELATIVE

Lebih terperinci

POTENSI PARTISIPASI MASYARAKAT MENUJU PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DALAM RANGKA UNIVERSAL COVERAGE DI KOTA BANDUNG

POTENSI PARTISIPASI MASYARAKAT MENUJU PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DALAM RANGKA UNIVERSAL COVERAGE DI KOTA BANDUNG POTENSI PARTISIPASI MASYARAKAT MENUJU PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DALAM RANGKA UNIVERSAL COVERAGE DI KOTA BANDUNG Henni Djuhaeni Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Unpad LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

JASA PELAKSANA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ( TEORI DAN PRAKTIS ) Oleh: Henni Djuhaeni

JASA PELAKSANA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ( TEORI DAN PRAKTIS ) Oleh: Henni Djuhaeni JASA PELAKSANA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ( TEORI DAN PRAKTIS ) Oleh: Henni Djuhaeni I. LATAR BELAKANG Masalah Sumberdaya Manusia di rumah Sakit merupakan masalah krusial yang harus segera dicari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembiayaan kesehatan di Indonesia mempunyai tujuan untuk menyediakan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil,

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Unit cost, ATP, WTP and FTP

ABSTRACT. Keywords: Unit cost, ATP, WTP and FTP TARIF RASIONAL BERDASARKAN BIAYA SATUAN (UNIT COST), ABILITY TO PAY (ATP), WILLINGNESS TO PAY (WTP) DAN FORCED TO PAY ( FTP) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU RATIONAL TARIFF BASED

Lebih terperinci

KONSEP BIAYA. Biaya (Cost) : nilai suatu pengorbanan untuk memperoleh suatu hasil/tujuan tertentu.

KONSEP BIAYA. Biaya (Cost) : nilai suatu pengorbanan untuk memperoleh suatu hasil/tujuan tertentu. TEORI BIAYA KONSEP BIAYA Biaya (Cost) : nilai suatu pengorbanan untuk memperoleh suatu hasil/tujuan tertentu. Pengorbanan : uang, barang, tenaga, pikiran, waktu dan kesempatan Biaya (cost) : nilai uang

Lebih terperinci

Analisis Biaya Unit Pelayanan Otopsi dengan Metode Distribusi Ganda

Analisis Biaya Unit Pelayanan Otopsi dengan Metode Distribusi Ganda 65 Analisis Biaya Unit Pelayanan Otopsi dengan Metode Distribusi Ganda Nily Sulistyorini, Bendrong Moediarso Dept./Inst. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Unair RSUD Dr. Soetomo Surabaya Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembiayaan kesehatan bersumber dari berbagai sumber, yakni: pemerintah, pemerintah daerah, swasta, organisasi masyarakat, dan masyarakat itu sendiri. Pembiayaan kesehatan

Lebih terperinci

TESIS. Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister. Program Studi. Kesehatan Masyarakat. Disusun dan diajukan oleh LISNAWATY P

TESIS. Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister. Program Studi. Kesehatan Masyarakat. Disusun dan diajukan oleh LISNAWATY P RASIONALISASI TARIF BERDASARKAN ANALISIS BIAYA SATUAN, ATP, WTP DAN FTP SEBAGAI DASAR PEMBERIAN SUBSIDI SILANG DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA SULAWESI TENGGARA THE RATIONALIZATION

Lebih terperinci

PENILAIAN KECUKUPAN BESARAN KAPITASI SESUAI PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 69 TAHUN 2013 PADA KLINIK X, Y, DAN Z

PENILAIAN KECUKUPAN BESARAN KAPITASI SESUAI PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 69 TAHUN 2013 PADA KLINIK X, Y, DAN Z PENILAIAN KECUKUPAN BESARAN KAPITASI SESUAI PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 69 TAHUN 2013 PADA KLINIK X, Y, DAN Z Examinar, Dumilah Ayuningtyas Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

Trend kunjungan pasien Poli Gigi Puskesmas di Kabupaten Jember pada pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006

Trend kunjungan pasien Poli Gigi Puskesmas di Kabupaten Jember pada pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 Vol. 59, No. 1, Januari 21, hal. 19-23 ISSN 24-9548 19 Trend kunjungan pasien Poli Gigi Puskesmas di Kabupaten Jember pada pelaksanaan Peraturan Nomor 8 Tahun 26 (The trends of visit at dental dlinic of

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TAMALANREA KOTA MAKASSAR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TAMALANREA KOTA MAKASSAR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TAMALANREA KOTA MAKASSAR Factors Associated With The Utilization of Health Services in The Health Tamalanrea Makassar City St.Rachmawati,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. 4.1. Jenis/Desain

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PENGOBATAN Dl PUSKESMAS Dl INDONESIA

ANALISIS BIAYA PENGOBATAN Dl PUSKESMAS Dl INDONESIA ANALISIS BIAYA PENGOBATAN Dl PUSKESMAS Dl INDONESIA Rini Sasanti Handayani dan Sudibyo Supardi ABSTRACT Treatment cost that patients must pay include drug cost and prescribers fee. Affordable treatment

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Agastya & Arifa i, M., (2011) Unit Cost dan Tarif Rumah Sakit, Yogyakarta: Minat Utama Manajemen Rumah Sakit.

DAFTAR PUSTAKA. Agastya & Arifa i, M., (2011) Unit Cost dan Tarif Rumah Sakit, Yogyakarta: Minat Utama Manajemen Rumah Sakit. 59 DAFTAR PUSTAKA Agastya & Arifa i, M., (2011) Unit Cost dan Tarif Rumah Sakit, Yogyakarta: Minat Utama Manajemen Rumah Sakit. Arikunto, S., (2010) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:

Lebih terperinci

JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI KATA PENGANTAR

JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SINGKATAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Untuk itu Negara bertanggung jawab mengatur agar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan hak asasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data penelitian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Biaya Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data penelitian yang diperoleh penulis dari pencatatan dan pelaporan keuangan serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah diamanatkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak untuk memiliki tingkat kesehatan dan kesejahteraan yang memadai merupakan hak asasi manusia yang tercantum dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan hak bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya biaya pelayanan kesehatan di Indonesia merupakan masalah yang sangat serius karena sangat membebani masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan. Masalah

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA INFLUENCE OF SERVICE QUALITY TO PATIENT SATISFACTION IN INTENSIVE CARE ROOM OF SYEKH YUSUF PUBLIC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh manusia, karena kesehatan menentukan segala aktivitas dan kinerja manusia. Pengertian sehat

Lebih terperinci

Susanti, et al,perbandingan Kemampuan dan Kemauan Membayar Iuran JKN Key Woard : Health Issurance, Ability to Pay, Willingness to Pay

Susanti, et al,perbandingan Kemampuan dan Kemauan Membayar Iuran JKN Key Woard : Health Issurance, Ability to Pay, Willingness to Pay Susanti, et al,perbandingan Kemampuan dan Kemauan Membayar Iuran JKN... 1 Perbandingan Kemampuan dan Kemauan Membayar Iuran Jaminan Kesehatan Nasional Antara PT Tiga Serangkai dan CV Fajar Kabupaten Jember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Biaya produksi yang merupakan semua pengeluaran produsen untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Biaya produksi yang merupakan semua pengeluaran produsen untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Biaya produksi yang merupakan semua pengeluaran produsen untuk menghasilkan sebuah produk baik jasa maupun barang, memiliki peranan penting dalam industri pelayanan

Lebih terperinci

PENETAPAN TARIF BERDASARKAN ANALISIS BIAYA SATUAN PADA PELAYANAN KESEHATAN RAWAT JALAN TINGKAT PERTAMA PUSKESMAS DI KABUPATEN BANYUMAS

PENETAPAN TARIF BERDASARKAN ANALISIS BIAYA SATUAN PADA PELAYANAN KESEHATAN RAWAT JALAN TINGKAT PERTAMA PUSKESMAS DI KABUPATEN BANYUMAS PENETAPAN TARIF BERDASARKAN ANALISIS BIAYA SATUAN PADA PELAYANAN KESEHATAN RAWAT JALAN TINGKAT PERTAMA PUSKESMAS DI KABUPATEN BANYUMAS DETERMINATION OF RATES BASED ON ANALYSIS OF UNIT COST OF FIRST LEVEL

Lebih terperinci

Rumus Perhitungan ATP & WTP

Rumus Perhitungan ATP & WTP Rumus Perhitungan ATP & WTP TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membayar Menurut Mukti (2001) dapat menyimpulkan bahwa untuk mengetahui kemampuan membayar masyarakat dapat dilihat dari dari sisi pengeluaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kota Semarang berdiri pada 2 Mei 1547 merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia, dan menjadi ibukota Provinsi di Jawa Tengah. Kota dengan

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBIAYAAN KESEHATAN TERHADAP ABILITY TO PAY DAN CATASTROPHIC PAYMENT HEALTH FINANCING IMPACT ON ABILITY TO PAY AND CATASTROPHIC PAYMENT

DAMPAK PEMBIAYAAN KESEHATAN TERHADAP ABILITY TO PAY DAN CATASTROPHIC PAYMENT HEALTH FINANCING IMPACT ON ABILITY TO PAY AND CATASTROPHIC PAYMENT 1 DAMPAK PEMBIAYAAN KESEHATAN TERHADAP ABILITY TO PAY DAN CATASTROPHIC PAYMENT HEALTH FINANCING IMPACT ON ABILITY TO PAY AND CATASTROPHIC PAYMENT Rien Gloria Sihombing, Thinni Nurul R. Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

Pendahuluan Pemahaman Biaya Unit Cost Biaya dan kaitannya dengan subsidi Tarif berdasarkan Unit Cost

Pendahuluan Pemahaman Biaya Unit Cost Biaya dan kaitannya dengan subsidi Tarif berdasarkan Unit Cost Pendahuluan Pemahaman Biaya Unit Cost Biaya dan kaitannya dengan subsidi Tarif berdasarkan Unit Cost Manajemen mengelola konsumsi sumber daya dalam proses pembuatan produk Perancangan sistem akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendanaan kesehatan merupakan kunci utama dalam suatu sistem kesehatan di berbagai negara. Meskipun masih terdapat pro-kontra, laporan WHO tahun 2000 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

VOLUME I No 1 April 2013 Halaman Perhitungan Unit Cost Rawat Inap VIP Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Klungkung Tahun

VOLUME I No 1 April 2013 Halaman Perhitungan Unit Cost Rawat Inap VIP Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Klungkung Tahun Community Health VOLUME I No 1 April 2013 Halaman 54-59 Artikel Penelitian Perhitungan Unit Cost Rawat Inap VIP Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Klungkung Tahun I Ketut Estrada Adhi Saputra * 1, Ni Luh

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006) ISSN: Yogyakarta, 17 Juni 2006

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006) ISSN: Yogyakarta, 17 Juni 2006 APLIKASI SIMULASI BIAYA OPERASIONAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DI PROPINSI LAMPUNG DENGAN METODE DOUBLE DISTRIBUTION DALAM UPAYA MEMBANTU MENYIAPKAN POLA TARIF PELAYANAN RUMAH SAKIT SWADANA YANG TERJANGKAU

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN 1 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2015 Ramdhania Ayunda Martiani

Lebih terperinci

Petrus Tandi Bunga Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Tadulako

Petrus Tandi Bunga Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Tadulako ANALISIS BIAYA SATUAN (UNIT COST) PADA PELAYANAN KESEHATAN UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TORA BELO DI KABUPATEN SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH Petrus Tandi Bunga petrustandi5@gmail.com Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memperbaiki kualitas suatu organisasi atau instansi. Penggunaannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. dalam memperbaiki kualitas suatu organisasi atau instansi. Penggunaannya tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini teknologi informasi dan komunikasi sangat berperan penting dalam memperbaiki kualitas suatu organisasi atau instansi. Penggunaannya tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hak atas kesehatan ini dilindungi oleh konstitusi, seperti : tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hak atas kesehatan ini dilindungi oleh konstitusi, seperti : tercantum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesehatan adalah merupakan hak dan investasi bagi semua warga negara Indonesia. Hak atas kesehatan ini dilindungi oleh konstitusi, seperti : tercantum dalam

Lebih terperinci

ANALISIS ABILITY TO PAY DAN WILLINGNESS TO PAY TARIF ANGKUTAN KOTA (STUDI KASUS : KOTAMADYA MEDAN) TESIS MAGISTER

ANALISIS ABILITY TO PAY DAN WILLINGNESS TO PAY TARIF ANGKUTAN KOTA (STUDI KASUS : KOTAMADYA MEDAN) TESIS MAGISTER ANALISIS ABILITY TO PAY DAN WILLINGNESS TO PAY TARIF ANGKUTAN KOTA (STUDI KASUS : KOTAMADYA MEDAN) TESIS MAGISTER Oleh : Hotmaida Dina Uli. B NIM : 25096502 BIDANG KHUSUS REKAYASA TRANSPORTASI PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa mengabaikan mutu pelayanan perorangan (Depkes RI, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa mengabaikan mutu pelayanan perorangan (Depkes RI, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Kesehatan No. 44 tahun 2009, menyebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun,

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tahun 2003 pemerintah menyiapkan rancangan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) 1. Rancangan SJSN disosialisasikan ke berbagai pihak termasuk ke Perguruan Tinggi dan

Lebih terperinci

VOLUME I No 1 April 2013 Halaman The Analysis of Ability and Willingness to Pay of Inpatients in Kapal Badung Hospital

VOLUME I No 1 April 2013 Halaman The Analysis of Ability and Willingness to Pay of Inpatients in Kapal Badung Hospital Community Health VOLUME I No 1 April 2013 Halaman 48-53 Artikel Penelitian The Analysis of Ability and Willingness to Pay of Inpatients in Kapal Badung Hospital Putu Linda Astrini Waty * 1, dr. Ketut Suarjana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak pertemuan kesehatan dunia ke 58 yang mengesahkan UHC (universal health coverage) (WHO, 2005), dan laporan kesehatan dunia tahun 2010, yang menemukan peran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang kompleks dan mempunyai fungsi luas menyangkut fungsi pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBIAYAAN KESEHATAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS PEMBIAYAAN KESEHATAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA JMPK Vol. 08/No.03/September/2005 Analisis Pembiayaan Kesehatan ANALISIS PEMBIAYAAN KESEHATAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA HEALTH FINANCING ANALYSIS OF POOR FAMILIES AT

Lebih terperinci

Inpatient Satisfaction of Nursing Services in RSUP Dr. Kariadi Semarang

Inpatient Satisfaction of Nursing Services in RSUP Dr. Kariadi Semarang Kepuasan Pasien Rawat Inap terhadap Pelayanan Keperawatan di RSUP Dr. Kariadi Semarang Andra Novitasari 1, Muhammad Hidayat 1, Anada Kaporina 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan investasi penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan investasi penting dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan merupakan investasi penting dalam suatu negara, karena dengan adanya sumber daya yang sehat akan tercipta manusia yang lebih berkualitas

Lebih terperinci

Sugiyarti et al, Analisis Biaya Satuan (Unit Cost) Dengan Metode Activity Based Costing (ABC)...

Sugiyarti et al, Analisis Biaya Satuan (Unit Cost) Dengan Metode Activity Based Costing (ABC)... 7 Analisis Biaya Satuan (Unit Cost) Dengan Metode Activity Based Costing (ABC) (Studi Kasus di Poli Mata RSD Balung Kabupaten Jember) Unit Cost Analysis (Unit Cost) With Activity Based Costing Method (ABC)

Lebih terperinci

KESIAPAN NELAYAN DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI KELURAHAN MANGUNHARJO KOTA SEMARANG PADA TAHUN 2016

KESIAPAN NELAYAN DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI KELURAHAN MANGUNHARJO KOTA SEMARANG PADA TAHUN 2016 KESIAPAN NELAYAN DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI KELURAHAN MANGUNHARJO KOTA SEMARANG PADA TAHUN 2016 Ida Ayu Rohmaniyati *), Eti Rimawati **) *) Alumni Fakultas Kesehatan Dian Nuswantoro *))

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada pasal 28 H, menetapkan bahwa kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak hidup

Lebih terperinci

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013 ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh : SERLI NIM. 111021024 FAKULTAS KESEHATAN

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA RS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

ANALISIS BIAYA RS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH ANALISIS BIAYA RS Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Pendahuluan Definisi Analisis Biaya Manfaat Analisis Biaya Klasifikasi Biaya Contoh soal 2 Pendahuluan Dengan menggunakan konsep RS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan sistem kesehatan nasional (SKN), bahwa pembangunan kesehatan harus merata di seluruh wilayah di Indonesia, namun kenyataannya pembangunan pada aspek kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam memajukan kesehatan didalam indonesia pemerintah membuat. program Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu badan hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam memajukan kesehatan didalam indonesia pemerintah membuat. program Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu badan hukum 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memajukan kesehatan didalam indonesia pemerintah membuat program Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu badan hukum yang dibentuk untuk menyelengarakan

Lebih terperinci

JANGKA WAKTU YANG DIPERLUKAN PASIEN UNTUK PELAYANAN DI BAGIAN RAWAT JALAN PADA RUMAH SAKIT PEMERINTAH DI SEMARANG

JANGKA WAKTU YANG DIPERLUKAN PASIEN UNTUK PELAYANAN DI BAGIAN RAWAT JALAN PADA RUMAH SAKIT PEMERINTAH DI SEMARANG JANGKA WAKTU YANG DIPERLUKAN PASIEN UNTUK PELAYANAN DI BAGIAN RAWAT JALAN PADA RUMAH SAKIT PEMERINTAH DI SEMARANG Muhamad Rofi i*, Sri Jarihatunningsih** ) *Staf Pengajar Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI PUSKEMAS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU - RIAU

PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI PUSKEMAS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU - RIAU SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI PUSKEMAS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU - RIAU MANAGEMENT OF MEDICINE IN PUSKESMAS RAMBAH SAMO ROKAN HULU - RIAU Husnawati, Fina Aryani, Azmi Juniati Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

Bab 7 EKONOMI KESEHATAN

Bab 7 EKONOMI KESEHATAN Bab 7 EKONOMI KESEHATAN EKONOMI Ekonomi adalah ilmu untuk membuat pilihan. Sumber daya di alam terbatas, sedang keinginan (wants) manusia tidak terbatas. Demikian juga jumlah dokter, perawat, obat-obatan,

Lebih terperinci

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN VOLUME 13 No. 03 September 2010 Halaman 140-145 Henni Djuhaeni, dkk.: Potensi Partisipasi Masyarakat Menuju Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Artikel Penelitian POTENSI

Lebih terperinci

EDY PRABOWO SETIAWAN J

EDY PRABOWO SETIAWAN J PERBEDAAN KEPUASAN ANTARA PASIEN UMUM DENGAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PENERIMA BANTUAN IURAN (JKN PBI) TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS NGUTER SUKOHARJO Skripsi ini Disusun

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR Relationship between Service Quality with Re-Utilization Interest of Health Services

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT SEBAGAI LEMBAGA USAHA

RUMAH SAKIT SEBAGAI LEMBAGA USAHA Bagian III 129 BAB IX RUMAH SAKIT SEBAGAI LEMBAGA USAHA 9.1 Konsep Biaya dan Aplikasinya di Rumah Sakit Dalam model Circular Flow, firma atau lembaga usaha merupakan salahsatu dari empat faktor pembentuk

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Perbandingan Beberapa Indikator Kesehatan dan Biaya Kesehatan Antar Berbagai Negara

Tabel 1.1. Perbandingan Beberapa Indikator Kesehatan dan Biaya Kesehatan Antar Berbagai Negara BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat

Lebih terperinci

UPAYA PEMERINTAH KOTA PELAYANAN KESEHATAN MELALUI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN JAKARTA, 26 JANUARI 2009

UPAYA PEMERINTAH KOTA PELAYANAN KESEHATAN MELALUI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN JAKARTA, 26 JANUARI 2009 UPAYA PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN MENINGKATKAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN MELALUI PROGRAM JAMKESDA 1 DYAH MURYANI DYAH MURYANI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN JAKARTA, 26 JANUARI 2009 DASAR HUKUM UUD 45,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan usia. dikelompokkan seperti pada Gambar 3 :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan usia. dikelompokkan seperti pada Gambar 3 : 40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden a. Karakteristik responden berdasarkan usia Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dikelompokkan seperti pada Gambar

Lebih terperinci

Tujuan Penelitian. Menghitung berapa kemauan membayar masyarakat. (Ability to pay) terhadap tarif jasa angkutan umum pada

Tujuan Penelitian. Menghitung berapa kemauan membayar masyarakat. (Ability to pay) terhadap tarif jasa angkutan umum pada Latar Belakang Transportasi memegang peranan yang cukup penting dalam seluruh aspek kehidupan manusia Angkutan umum yang ada pada kota Sorong Teminabuan adalah Ford dan L 200. Salah satu persoalan mendasar

Lebih terperinci

Panduan Kompensasi Dokter dan Jasa Medik

Panduan Kompensasi Dokter dan Jasa Medik Panduan Kompensasi Dokter dan Jasa Medik Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia November 2008 Pendahuluan Muktamar IDI XXVI di Semarang tahun 2006 telah menetapkan untuk membangun Sistem Pelayanan Kedokteran

Lebih terperinci

Dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA., AAK

Dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA., AAK Dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA., AAK Tahun 2000, Perdebatan jaminan kesehatan daerah di DIY, sebaiknya Badan Pengelola ditingkat Pusat, Provinsi atau Kabupaten/kota. Bapel Jamkesos (jaminan kesehatan

Lebih terperinci

1 HALAMAN JUDUL UNIVERSITAS UDAYANA ANALISIS KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MEMBAYAR PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PURI RAHARJA DENPASAR TAHUN 2012

1 HALAMAN JUDUL UNIVERSITAS UDAYANA ANALISIS KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MEMBAYAR PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PURI RAHARJA DENPASAR TAHUN 2012 1 HALAMAN JUDUL UNIVERSITAS UDAYANA ANALISIS KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MEMBAYAR PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PURI RAHARJA DENPASAR TAHUN 2012 MADE KARMA MAHA WIRAJAYA NIM. 0820025051 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara bertanggung jawab mengatur masyarakat agar terpenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. negara bertanggung jawab mengatur masyarakat agar terpenuhi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kesehatan adalah hak fundamental bagi setiap warga negara, oleh sebab itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatan,

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS HALMAHERA DAN PUSKESMAS ROWOSARI SEMARANG DI ERA JKN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS HALMAHERA DAN PUSKESMAS ROWOSARI SEMARANG DI ERA JKN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS HALMAHERA DAN PUSKESMAS ROWOSARI SEMARANG DI ERA JKN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana strata-1 pendidikan dokter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Semua orang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan yang sama dalam pelayanan kesehatan. Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada pandangan terhadap konsep sehat dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada pandangan terhadap konsep sehat dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendekatan pelayanan kesehatan yang digunakan pada abad ke-21, mengacu kepada pandangan terhadap konsep sehat dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya aspek itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alenia 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah besar kesehatan di dunia. TB merupakan penyakit menular pembunuh terbesar kedua setalah HIV/AIDS. Tahun 2013, diperkirakan 9

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yayasan yang sudah disahkan sebagai badan hukum. rawat inap, rawat darurat, rawat intensif, serta pelayanan penunjang lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. yayasan yang sudah disahkan sebagai badan hukum. rawat inap, rawat darurat, rawat intensif, serta pelayanan penunjang lainnya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bidang usaha yang berorientasi non-profit yang dibangun untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Berdasarkan Peraturan

Lebih terperinci

Analisis Posisi Produk Pelayanan Kesehatan dengan Menggunakan Jendela Pelanggan Berdasar Harapan dan Penilaian Pasien

Analisis Posisi Produk Pelayanan Kesehatan dengan Menggunakan Jendela Pelanggan Berdasar Harapan dan Penilaian Pasien dengan Menggunakan Jendela Pelanggan Berdasar Harapan dan Penilaian Pasien Anugerah Rezekika Yunida Triyono* dan Djazuly Chalidyanto** * Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban ** Bagian Administrasi Kebijakan

Lebih terperinci

=========================================================== PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

=========================================================== PERATURAN WALIKOTA TANGERANG =========================================================== PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 14 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN YANG TIDAK DIPUNGUT RETRIBUSI

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS HALMAHERA DAN PUSKESMAS ROWOSARI SEMARANG DI ERA JKN

TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS HALMAHERA DAN PUSKESMAS ROWOSARI SEMARANG DI ERA JKN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS HALMAHERA DAN PUSKESMAS ROWOSARI SEMARANG DI ERA JKN Suryo Wibowo 1, Santosa 2, Intarniati N.R 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif ini dengan tujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif ini dengan tujuan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif ini dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia, padapasal 25 Ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA 1 PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik merupakan tanggung jawab pemerintah dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah, baik itu di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED COSTING PADA PELAYANAN KESEHATAN

ACTIVITY BASED COSTING PADA PELAYANAN KESEHATAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PELAYANAN KESEHATAN Elsa Pudji Setiawati 140 223 159 BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD DAFTAR ISI DAFTAR ISI I Pendahuluan... II Falsafah Pada Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya standar hidup seseorang (Todaro,2000). Oleh karena itu, status kesehatan yang relatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN UNIT COST DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN UNIT COST DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN UNIT COST DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING Elsa Pudji Setiawati 140 223 159 BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD DAFTAR ISI DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL..

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG Ni Nyoman Dewi Supariani 1 Abstract. The utilization of oral health services

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. program Oral Health 2010 yang telah disepakati oleh WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. program Oral Health 2010 yang telah disepakati oleh WHO (World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masih menjadi isu global yang perlu diperhatikan. Pentingnya kesehatan gigi dapat dilihat dari terselenggaranya program Oral Health 2010 yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa jaminan kesehatan bagi masyarakat, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa jaminan kesehatan bagi masyarakat, khususnya BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan adalah hak dasar setiap orang, dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. UUD 1945 mengamanatkan bahwa jaminan kesehatan bagi masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional telah diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

Lebih terperinci