BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan A.1. Latar belakang masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan A.1. Latar belakang masalah"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar belakang masalah Paul Budi Kleden menyatakan, masalah penderitaan adalah persoalan yang menggelisahkan umat manusia sepanjang zaman. 1 Pernyataan tersebut nampaknya sesuai dengan keadaan bangsa Indonesia sebelum dan setelah berdirinya sebagai Negara, sampai dengan saat ini. Sebelum Indonesia berdiri sebagai Negara, bangsa Indonesia mengalami penderitaan. Penderitaan itu, antara lain karena penindasan dan perlakuan sewenang-wenang bangsa lain: Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang. Setelah berdiri menjadi Negara, bangsa Indonesia juga mengalami penderitaan. Penderitaan tersebut antara lain disebabkan oleh perlakuan sewenang-wenang para pemimpin bangsa. Berikut ini adalah contoh peristiwaperistiwa yang terjadi di Indonesia sebelum dan sesudah menjadi Negara. Peristiwa yang dialami bangsa Indonesia sebelum berdiri menjadi Negara Indonesia, yang mengakibatkan penderitaan antara lain The Batavian Fury (1740), 2 perang Diponegoro ( ), perang puputan di Bali, perang Aceh dan perang Patimura. Banyak orang yang mati karena peristiwa-peristiwa tersebut. Banyak orang kehilangan suami, istri, dan anak yang mereka cintai. Banyak orang dipaksa untuk menuruti kemauan pihak lain, misalnya romusa atau sistem kerja rodi yang dipaksakan oleh pemerintah Jepang. Pengalaman penderitaan yang serupa juga dialami oleh sebagian atau sekelompok warga Negara Indonesia, di Negara Indonesia (negaranya sendiri). Dalam kaitannya dengan hal ini, ada dua contoh yang akan dikemukakan dalam periode reformasi ini ( ), yaitu: pertama, tentang dilema yang dihadapi etnis Tionghoa di Indonesia, sebagaimana diungkapkan oleh Shirley Lie. 3 Etnis Tionghoa mengalami dilema karena dianggap sebagai orang asing di Indonesia, negerinya sendiri; senantiasa dicurigai; dan sering dijadikan 1 Paul Budi Kleden, Membongkar Derita; Teodice: Kegelisahan Filsafat dan Teologi, Maumere: Ledalero, 2006, p. v. 2 The Batavian Fury merupakan peristiwa pembantaian massal terhadap etnis Tionghoa di Batavia yang dilakukan oleh VOC (lihat, Shirley Lie, Dilema Etnis Tionghoa di Indonesia, dalam Majalah Basis, No , tahun ke-55, Mei-Juni, 2006, p. 14). 3 Shirley Lie, Dilema Etnis Tionghoa di Indonesia, dalam Majalah Basis, No , tahun ke-55, Mei-Juni, 2006, p

2 2 kambing hitam dalam masalah-masalah sosial dan politik; sering diperlakukan dengan semena-mena (dibunuh, dirampok, dan diperkosa). Perlakuan yang diterima tersebut, mengakibatkan rasa duka yang mendalam dan mengkondisikan etnis Tionghoa Indonesia berada dalam dilema yang semakin dalam. Pemerintah berjanji untuk melindungi dan memberikan hak-hak kepada etnis Tionghoa Indonesia sebagai warga Negara Indonesia, khususnya penguasa-penguasa setelah Suharto. 4 Akan tetapi, pada kenyataannya baik pemerintah ataupun masyarakat Indonesia pada umumnya (etnis bukan-tionghoa), menurut Shirley, tidak pernah mengakui dan menerima etnis Tionghoa Indonesia sebagai warga Negara yang kedudukannya sama dengan penduduk asli. Kedua, serangkaian peristiwa ledakan bom di malam Natal tahun Peristiwa itu terjadi ketika umat Kristen sedang merayakan Natal, tepatnya anggal 24 Desember Bom diledakkan disekitar gereja: di dalam gedung gereja, halaman, ataupun jalan disekitar gereja. Aritonang menyebut, sekurang-kurang ada 15 korban meninggal di samping banyak korban luka-luka dan korban material. 5 Banyak pihak yang memberikan kecaman atas tindakan pengeboman tersebut, karena dipandang bahwa pengeboman tersebut merupakan tindakan yang tidak manusiawi. Tindakan yang menyebabkan penderitaan bagi orang lain. Dalam uraiannya tentang pemikiran M.M. Thomas, A.A. Yewangoe menyebutkan bahwa penderitaan merupakan sesuatu yang ada diantara masyarakat dalam bentuk kemiskinan, sebagai akibat dari struktur masyarakat yang tidak adil, yang menimbulkan situasi tertindas- penindas. 6 Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa peristiwa-peristiwa sebagaimana tersebut di atas merupakan bentuk-bentuk pengalaman penderitaan. Gambaran peristiwa-peristiwa di atas melukiskan pengalaman penderitaan yang disebabkan oleh tindakan sewenang-wenang, penindasan dan ketidak-adilan suatu kelompok terhadap kelompok yang lain. Meskipun demikian, pengalaman penderitaan tidak sematamata disebabkan oleh penindasan, kesewenang-wenangan dan ketidak-adilan. Ada banyak 4 Scn 3, p Jan S. Aritonang, Sejarah perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005, p A.A. Yewangoe, Teologia Crusis di Asia: Pandangan-pandangan Orang Kristen Asia mengenai Penderitaan dalam kemiskinan dan Keberagamaan di Asia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004, p. 101.

3 3 pengalaman penderitaan yang disebabkan oleh bencana alam, misalnya bencana tsunami yang melanda Aceh dan Nias, gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah, banjir, meletusnya gunung merapi; dan sakit penyakit. Dengan kata lain, pengalaman penderitaan dapat disebabkan baik oleh bencana alam, maupun bencana sosial. 7 Berbagai reaksi terhadap pengalaman penderitaan muncul. Ada yang melakukan perlawanan secara fisik, yaitu dengan peperangan. Ada yang mengecam pihak-pihak yang mengakibatkan penderitaan (penindas, pembunuh, pelaku perusakan dan perampokan). Ada yang mengungkapkan belasungkawa kepada para penderita. Ada yang memberikan sumbangan-sumbangan berupa dana dan tenaga untuk membangun kembali sarana-sarana fisik (berupa gedung-gedung ibadah atau pun rumah-rumah warga yang rusak akibat gempa dan tsunami) yang telah rusak. Ada juga yang hanya menangis dan terdiam, tidak tahu apa yang harus lakukan untuk mengatasi dukacitanya. Setelah reaksi-reaksi tersebut, jauh kemudian, orang mulai berpikir dan berusaha merangkai peristiwa itu dengan kepercayaannya yang spontan akan kebaikan dan imannya akan Allah. 8 A.2. Rumusan permasalahan Upaya manusia untuk memikirkan, merangkai dan menanggapi peristiwa penderitaan telah menghasilkan berbagai konsep penderitaan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan konsep tersebut tidak lepas dari pendekatan yang berbeda, di mana masingmasing pendekatan mempunyai argumentasinya sendiri yang sedikit banyak berbeda dengan pendekatan yang lain. Ada yang melihat penderitaan dari segi sosiologi, antropologi, filsafat dan ada juga yang melihat dari segi teologi. Budi Kleden mengatakan bahwa ada tiga kerangka teori yang dapat dijumpai ketika melihat konsep penderitaan dari segi filsafat dan teologi, 9 yaitu: pertama, penderitaan dalam kerangka pemikiran tentang keharmonisan. Kerangka ini berusaha untuk mempertanggung- 7 Ati Hildebrandt Rambe dkk, Teologi Bencana: pergumulan iman dalam Konteks Bencana alam dan bencana sosial, Makasar: Oase Intim, 2006, p Bencana sosial meliputi kerusuhan, konflik sosial dan perang. 8 Scn 1, p Sda, p Di sini Budi Kleden menggunakan ungkapan kerangka teori teodice. Penyusun menggunakan ungkapan kerangka teori penderitaan sebagai ganti dari ungkapan kerangka teori teodice dengan alasan bahwa istilah teodice merupakan istilah yang terkait erat dengan persoalan penderitaan. Teodice yang dimaksud di sini adalah pembelaan Allah: upaya manusia untuk membela Allah terkait dengan keburukan yang terjadi di dunia. Keburukan yang mengakibatkan rasa duka yang mendalam.

4 4 jawabkan Allah di hadapan pengalaman penderitaan yang bertolak dari gagasan tentang keharmonisan, yaitu usaha manusia untuk mempertemukan berbagai pengalaman dan pikiran yang berbeda menjadi satu kesatuan yang harmonis. 10 Kedua, penderitaan dalam kerangka teori privatio boni, yaitu penderitaan sebagai kekurangan dari kebaikan. Artinya penderitaan tidak berdiri sendiri, ia hanyalah kekurangan dari kebaikan. 11 Ketiga, penderitaan dalam kerangka teori dosa asal. Dalam kerangka ini, penderitaan yang dialami manusia dalam dunia ini merupakan akibat dari perbuatan manusia yang berdosa, dosa yang diwarisi dari pasangan manusia purba (Adam dan Hawa). 12 Ketiga kerangka teori itu tidak menghasilkan satu konsep penderitaan saja, tetapi banyak konsep penderitaan (paling sedikit tiga konsep penderitaan). Adanya berbagai macam tanggapan terhadap pengalaman penderitaan yang akhirnya juga menghasilkan berbagai konsep penderitaan mendorong penyusun untuk ikut terlibat dalam diskusi mengenai pokok penderitaan. Bagaimana manusia menanggapi pengalaman penderitaan hidupnya. Sebagai mahasiswa teologia, penyusun berniat untuk memberikan sumbang saran dalam diskusi ini dari perspektif teologis, teologi Kristen. Alasannya adalah bahwa pengalaman penderitaan bukan semata-mata persoalan sosial, akan tetapi juga permasalahan teologis. Drewes dan Mojau mengatakan bahwa Ilmu Teologi terdiri dari empat bidang, yaitu: Biblika, Historika, Sistematika dan Praktika. 13 Begitu luas bidang Ilmu Teologia. Namun, penyusun tidak bermaksud untuk menyusuri seluruh bidang yang luas itu. Dalam hal ini, penyusun memilih untuk melihat penderitaan dari bidang Biblika. Sementara itu, bagian dari Alkitab yang menjadi pilihan penyusun untuk dikaji dalam tulisan ini adalah surat 1 Ptr. Jadi, dalam skripsi ini penyusun bermaksud mengemukakan, bagaimana penulis 1 Ptr. menanggapi penderitaan pada zamannya. Berdasarkan realitas penderitaan yang dialami oleh bangsa Indonesia era reformasi (termasuk di dalam gereja) dan kerinduan penyusun untuk memberikan sumbang saran dalam menanggapi penderitaan, maka permasalahan skripsi ini dirumuskan dalam dua rumusan, yaitu: (1) Bagaimanakah argumentasi-argumentasi teologis 1 Ptr. tentang pengalaman penderitaan?; (2) Apa dan bagaimana relevansi dari argumentasi- 10 Scn 1, p Sda, p Sda, p B.F. Drewes dan Julianus Mojau, Apa itu Teologi? Pengantar ke dalam Ilmu Teologi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003, p.vi.

5 5 argumentasi teologis 1 Ptr. tentang pengalaman penderitaan bagi gereja-gereja di Indonesia era reformasi? 14 A.3. Batasan masalah dan Tujuan Kajian Melalui rumusan masalah di atas, penyusun bermaksud untuk memberikan batasan dalam skripsi ini sebagai berikut: tulisan ini membatasi diri pada pembahasan 1 Ptr. Meskipun demikian, tidak semua permasalahan dalam 1 Ptr. akan dibahas dalam tulisan ini. Dalam hal ini, penyusun memfokuskan diri pada permasalahan penderitaan, yaitu argumentasi teologis 1 Ptr. tentang pengalaman penderitaan. Yang dimaksud dengan argumentasi teologis adalah upaya-upaya penulis 1 Ptr. untuk menanggapi pengalaman penderitaan. Menanggapi meliputi penilaian-penilaian penulis terhadap pengalaman penderitaan dan upaya-upaya untuk mengatasi atau menghadapi pengalaman penderitaan tersebut berdasarkan keyakinan tentang karya keselamatan Allah melalui Yesus Kristus. Ada dua alasan pemilihan surat 1 Ptr. sebagai bahan kajian dalam tulisan ini, yaitu: Pertama, bahwa teks 1 Ptr. mengandung isu-isu sosial, termasuk di dalamnya permasalahan tentang penderitaan yang memungkinkan untuk diteliti lebih jauh. Kedua, permasalahan penderitaan merupakan pokok perhatian 1Petrus. Mengenai pokok permasalahan ini, Peter H. Davids (selanjutnya disebut Davids) mengatakan bahwa perhatian pokok 1 Ptr. adalah permasalahan penderitaan yang dihadapi orang-orang Kristen di Asia Kecil. 15 Demikianlah alasan-alasan yang mendorong penyusun untuk membahas argumentasi teologis 1 Ptr. terhadap pengalaman penderitaan. Setelah melihat argumentasi teologi 1 Ptr. mengenai pengalaman penderitaan, selanjutnya penyusun akan mengarahkan diri kepada persoalan gereja-gereja di Indonesia. Maksudnya, melihat relevansi (hubungan, kaitan) dari hasil penafsiran atas argumentasiargumentasi teologis 1 Ptr. tentang pengalaman penderitaan bagi gereja-gereja di Indonesia. Tidak semua persoalan gereja menjadi pokok pembahasan, melainkan pokok persoalan penderitaan saja. 14 Selanjutnya, untuk menunjuk kepada, gereja-gereja di indonesia era reformasi, penyusun akan menggunakan iungkapan gereja-gereja di Indonesia. 15 Peter H. Davids, The First Epistle of Peter,Grand Rapids: Eerdmans, 1990, p. 23

6 6 Penyusun mencoba melihat relevansi argumentasi-argumentasi teologis 1 Ptr. bagi gereja-gereja di Indonesia karena persoalan penderitaan bukanlah permasalahan yang dihadapi oleh gereja tertentu saja, misalnya GKJ. Melainkan persoalan yang dihadapi oleh seluruh gereja yang ada di Indonesia, bahkan seluruh umat manusia. Tulisan ini dimaksudkan sebagai sebuah tawaran untuk mempertimbangkan secara kritis berbagai reaksi spontan 16 saat berhadapan dengan penderitaan. 17 Maksudnya, bagaimana menanggapi pengalaman penderitaan, pengalaman penderitaan yang dialami sendiri ataupun pengalaman penderitaan yang dialami orang lain yang disaksikan. Tanggapan yang dimaksud bukan merupakan tanggapan yang umum, tetapi tanggapan yang didasarkan pada pemahaman terhadap teks 1 Ptr., argumentasi teologis 1 Ptr. terhadap pengalaman penderitaan. B. Judul Berdasarkan pada rumusan permasalahan dan batasan masala sebagaimana tersebut di atas, maka penyusun memberi judul skripsi sebagai berikut: Argumentasi-argumentasi teologis 1 Petrus tentang pengalaman penderitaan dan relevansinya bagi gereja-gereja di Indonesia era reformasi ( ). C. Metode penulisan Demi tercapainya tujuan penyusunan skripsi ini, penyusun menggunakan metode penulisan deskriptif-analitis. Sementara itu, untuk mengkaji argumentasi-argumentasi teologis 1 Ptr. tentang pengalaman penderitaan, penyusun akan menggunakan pendekatan sosio-retorik sebagai alat bantu. Pemilihan metode pendekatan tersebut didasarkan pada dua alasan, yaitu: pertama, Alkitab merupakan dokumen sosial, 18 artinya teks Alkitab dimengerti sebagai buah karya para penulis sebagai anggota masyarakat tertentu; masyarakat 16 Reaksi spontan yang dimaksud di sini adalah kegoncangan perasaan yang kemudian disebut rasa duka yang mendalam. Karena rasa duka, kemudian ada orang yang menangis, ada yang menguntai doa, ada yang menatap kosong dan terpekur. Namun ada juga yang secara langsung mencari bantuan dan menyalurkannya kepada para korban yang menderita. Lihat, Budi Kleden, p Scn 1, p Meno Soebagjo, Gambaran umum mengenai penggunaan teori-teori sosial dalam studi penafsiran Kitab Suci Ibrani (PL), Jurnal Fakultas Theologia Gema, vol. 30 No. 1, April 2006, p. 32.

7 7 dengan segala dinamikanya; termasuk ideologi-ideologi yang ada dan hidup di dalamnya. 19 Dengan demikian, para penulis Alkitab dan penerima pesannya terlibat dalam realita kehidupan masyarakat. Mereka, penulis dan penerima surat, turut mempengaruhi masyarakat. Selain itu, realita kehidupan mereka juga turut dipengaruhi oleh struktur kemasyarakatan yang ada. Jadi, ada hubungan timbal balik saling mempengaruhi dan dipengaruhi antara penulis dan penerima surat serta lingkungan, masyarakat dimana mereka berada. Berdasarkan pola hubungan timbal balik tersebut, maka ketika menulis gagasannya, penulis teks 1 Ptr. menggunakan bahasa dan cara berpikir yang sedikit banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat setempat (dunia sosial penulis). Penulis, juga menggunakan symbol dan tanda-tanda bahasa yang berasal dari lingkungan dimana mereka berada. Karena Alkitab merupakan dokumen sosial yang dalam penulisannya dipengaruhi oleh budaya sosial yang ada, maka kita perlu mengetahui dunia sosial yang menghasilkannya, sehingga dengan mendalami dunia sosial Alkitab, kita dapat menangkap aktualitas dari teks yang direnungkan. Kedua, Alkitab merupakan media komunikasi 20 yang dipilih oleh para penulisnya untuk mengkomunikasikan pesan kepada orang atau kelompok orang tertentu, yaitu pesan yang bersifat pastoral-fungsional dan kontekstual. Artinya, teks Alkitab merupakan suatu jawaban yang sesuai dengan konteks zaman dan permasalahan spesifik yang ada. 21 Teks menjawab permasalahan sosial yang terjadi pada waktu itu. Dengan menyaksikan bagaimana teks menjawab permasalahan sosial dalam kerangka atau struktur dunia sosial pada waktu itu, kita juga dapat yakin bahwa orang beriman pada masa kini dapat juga menghubungkan teks Alkitab dari masa lalu dengan struktur dunia sosial yang ada pada masa kini dalam rangka menjawab juga pergumulan sosial di masa kini Yusak Tridarmanto, Pendekatan Sosial Dalam Penafsiran Kitab Perjanjian Baru, Jurnal Fakultas Theologia Gema, vol. 30 No. 1, April 2006, p Robby I. Chandra, Teologi dan Komunikasi, Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1996, p. 15. Di sini Robby I. Chandra mengatakan bahwa untuk mengkomunikasikan suatu pesan kita bisa menggunakan beberapa media, antara lain tulisan, kata-kata lisan, lambang, gambar dan gerak-gerik. Oleh karena itu, Alkitab, sebagai salah satu karya tulis dapat digolongkan sebagai salah satu media komunikasi, yaitu media tulisan. Lihat juga, Ben Witherington III, Conflict and community in Corinth: a socio-rhetorical commentary on 1 and 2 Corinthians, 1995, p M.W. Wiyanto,(Pengantar) Teologi Agama-Agama, tanpa tahun penerbitan, p Emanuel Gerrit Singgih, Memetakan dunia sosial Alkitab: John Gager dan Robert Carroll, Jurnal Fakultas Theologia Gema, vol. 30 No. 1, April 2006, p

8 8 Bagaimana dengan pendekatan Retorik? Pada zaman PB, retorika telah mencapai popularitas yang lumayan tinggi. 23 Ben Whiterington III bahkan menyebutkan bahwa pada awal abad pertama M., retorika telah menjadi disiplin ilmu yang utama dalam pendidikan tinggi di wilayah kekaisaran Romawi. 24 Lebih lanjut, Witherington mengatakan bahwa ilmu retorika bukan merupakan ilmu yang dimonopoli oleh golongan berada, tetapi juga telah dikenal oleh masyarakat umum; retorika tidak hanya ditemukan di kota Roma, tetapi juga ditemukan di kota-kota besar di wilayah kekuasaan kekaisaran Romawi. 25 Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa retorika Yunani telah mempengaruhi dunia pendidikan dan sastra di sebagian besar wilayah kekaisaran Romawi; termasuk Asia Kecil (daerah dimana penerima surat 1 Ptr. berada) dan Roma (tempat tinggal penulis surat). 26 Oleh sebab itu dapat diasumsikan bahwa 1 Ptr. sedikit banyak telah dipengaruhi retorika Yunani. Asumsi tersebut diperkuat dengan beberapa bukti, antara lain: Pertama, 1 Ptr. merupakan karya sastra dari orang yang fasih dalam bahasa Yunani. 27 Kedua, bahwa para penulis surat merupakan kelompok yang berada di kota Roma, yang sangat mungkin, banyak dipengaruhi oleh budaya Romawi-Yunani, termasuk retorika. Jadi, sangat besar kemungkinannya, bahwa penulis menggunakan ilmu retorika dalam menyampaikan gagasangagasannya. 28 Paham umum mengenai ilmu retorika yang dimaksud disini adalah seni mempergunakan bahasa sebagai wahana supaya kesan yang ditangkap atau diterima oleh pendengar, atau pembaca, sesuai dengan apa yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembicara, atau penulis. 29 Berdasarkan suasana penyampaiannya, retorika terdiri dari tiga macam, yaitu: pertama, retorika yudisial atau retorika forensik, 30 ialah retorika yang disampaikan 23 Wenas Kalangit, Surat Galatia: Sebuah Retorika, forum Biblika No.9, 1999, p Ben Witherington III, Conflict and community in Corinth: a socio-rhetorical commentary on 1 and 2 Corinthians, 1995, p. 40. (selanjutnya disebut Witherington, Conflict and community) 25 Sda, p Asia Kecil merupakan alamat penerima Surat, sementara Roma adalah tempat di mana para penulis berada. Lebih jauh, hal ini akan dibahas pada bab II. 27 Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kritis terhadap masalah-masalahnya, 1994, p Setelah mengadakan penelitian pustaka, penyusun belum atau tidak mendapatkan acuan buku-buku tafsir 1 Ptr., khususnya tafsir yang menggunakan pendekatan sosio-retorik. Oleh karena itu, penyusun akan mencoba membuktikan adanya pengaruh ilmu retorika dalam teks 1 Ptr. dalam proses tafsir yang akan menjadi bahasan pada bab II dan III. 29 Scn 23, p Retorika forensic merupakan istilah yang digunakan oleh Yusak Tridarmanto, dan Witherington.

9 9 dalam suasana pengadilan. Kedua, retorika deliberatif, ialah retorika yang disampaikan dalam suasana rapat. Ketiga, retorika epideiktik, ialah retorika yang disampaikan dalam suasana perayaan. 31 Masing-masing isu yang disampaikan, dibagi atas dua sisi yang saling bertentangan. Retorika yudisial terdiri atas sisi-sisi tuduhan dan pembelaan, retorika deliberatif terdiri dari bujukan dan larangan, sedangkan retorika epideiktik terdiri dari pujian dan celaan. 32 Menurut teori ilmu retorika, retorika disusun berdasarkan enam bagian, 33 antara lain: pertama, exordium atau prooemium, yaitu bagian pembukaan yang menyatakan situasi atau kasus, yang berfungsi untuk menarik perhatian pendengar tentang pokok-pokok yang segera akan disampaikan. Kedua, narasi atau narratio, yaitu bagian yang menjelaskan atau memaparkan pokok persoalan yang sedang dipersoalkan. Ketiga, division atau partitio atau propositio, yaitu bagian yang menjelaskan bagian esensial dari si pembicara, atau bahkan mungkin bagian essensial dari lawan bicaranya yang sedang dipermasalahkan dan dicoba untuk diselesaikan. Dengan kata lain, bagian ini merupakan ringkasan dari bagian sebelumnya dan sekaligus merupakan persiapan atau jembatan untuk memasuki bagian selanjutnya, yaitu probatio. Keempat, probatio atau confirmatio, yaitu bagian yang memaparkan argumentasi pendukung pembicara atau penulis. Untuk maksud tersebut, pembicara atau penulis mengajukan bukti-bukti dan menguraikan contoh-contoh. Kelima, refutatio atau confutatio, yaitu bagian yang menunjukkan penolakkan terhadap argumentasi pihak lawan. Disini, pembicara menunjukkan dengan bukti apa yang salah dalam argumentasi yang dikemukakan pihak lawan. Keenam, peroratio atau conclusio, yaitu bagian yang menegaskan kembali apa yang telah diungkapkan dalam probatio dengan maksud menggugah perasaan para pendengar agar mereka mendukungnya. 31 Scn 23, p Selanjutnya, Wenas mengingatkan, bahwa pada prakteknya sebuah pidato atau tulisan retorika memuat keenam unsur sekaligus. Sda, p Ada perbedaan pandangan antara Yusak Tridarmanto dan Wenas dalam pembagian ini. Dengan tegas Wenas menyebutkan bahwa retorika harus terdiri dari enam bagian. Meskipun demikian kita perlu memperhatikan catatan kaki yang dibuat Wenas dalam catatan kaki No. 15. Di sana Wenas mengatakan bahwa kadang-kadang beberapa bagian digabung menjadi satu bagian yang lebih besar. Sementara, Yusak Tridarmanto mengatakan bahwa retorika disusun berdasarkan empat atau enam bagian. Penyusun berpendapat bahwa secara umum retorika disusun berdasarkan enam bagian, dalam hal ini penyusun mengikuti kedua pendapat sebelumnya. Akan tetapi, dalam kasus khusus, retorika bisa disusun berdasarkan empat bagian. hal itu terjadi karena adanya penggabungan beberapa bagian: unsur propotio yang bisa dicakup dalam unsur narratio dan unsur refutatio yang bisa dicakup dalam unsur probatio.

10 10 D. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I. Pendahuluan Dalam bagian ini penyusun akan menguraikan latar belakang masalah: mengapa penderitaan menjadi pokok persoalan yang dianggap penting untuk diangkat menjadi topok penyusunan skripsi. Selanjutnya, dipaparkan dua rumusan permasalahan skripsi. Setelah itu, secara berturut-turut akan dibahas mengenai judul, batasan masalah dan tujuan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II. Situasi sosial dan struktur 1 Petrus. Bagian ini akan menguraikan situasi sosial teks 1 Ptr. yang meliputi beberapa pokok, yaitu: 1. Penanggalan dan tempat penulisan. Bagian ini terdiri dari dua pokok, yaitu: a. Penanggalan. b. Tempat penulisan. 2. Penerima surat. Bagian ini terdiri dari: a. Lokasi geografis. b. Komposisi etnis penerima surat. c. Status hukum, sosial dan ekonomi. d. Identitas keagamaan. e. Interaksi penerima surat dengan orang-orang bukan Kristen di sekitarnya. 3. Penulis. 4. Struktur teks 1 Ptr. menurut kerangka retorika. BAB III. Argumentasi-argumentasi teologis 1 Petrus tentang pengalaman penderitaan. Sebelum membahas argumentasi-argumentasi teologis 1 Ptr. tentang penderitaan, terlebih dahulu akan dibahas secara singkat dan berturut-turut mengenai paham penderitaan menurut pandangan dunia Yunani Romawi (dalam hal ini penyusun memilih dua aliran filsafat, yakni filsafat Plato dan Stoa yang dipandang mewakili pandangan filsafat pada zaman 1 Ptr.); paham penderitaan dalam PL dan PB. Setelah

11 11 pandangan-pandangan tersebut dikemukakan, barulah penyusun akan membahas argumentasi-argumentasi 1 Ptr. (tafsir) tentang penderitaan. Selanjutnya, pada bagian akhir bab ini, penyusun akan mengemukakan ringkasan tafsir tersebut. BAB IV. Relevansi argumentasi-argumentasi teologis 1 Petrus tentang pengalaman penderitaan bagi gereja-gereja di Indonesia. Dalam bagian ini, penyusun akan mencoba melihat relevansi dari argumentasiargumentasi teologis 1 Ptr. tentang penderitaan dengan pengalaman penderitaan gereja-gereja di Indonesia era reformasi. Untuk itu, dalam bagian pertama akan dijelaskan munculnya gerakan reformasi, pemahaman masyarakat indonesia tentang reformasi,di mana gereja-gereja di indonesia menjadi bagian di dalamnya, serta kondisi masyarakat pada umumnya dan gereja pada khususnya setelah reformasi berjalan hampir sepuluh tahun; gereja yang masih mengalami penolakan dari masyarakat di sekitarnya. Pada bagian akhir akan dijelaskan bagaimana gereja memandang penolakan yang mengakibatkan dukacita itu dipandang melalui sudut pandang 1 Petrus.

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 Latar Belakang Masalah Merdeka adalah bebas (dari perhambaan, penjajahan); tidak terkena atau lepas dari tuntutan; tidak terikat, tidak bergantung kepada atau pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam dogma Kristen dinyatakan bahwa hanya karena anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, manusia dapat dibenarkan ataupun dibebaskan dari kuasa dan

Lebih terperinci

Surat-surat Paulus DR Wenas Kalangit

Surat-surat Paulus DR Wenas Kalangit Surat-surat Paulus DR Wenas Kalangit 15 Januari 2008 Jakarta 1 Surat-surat Paulus Catatan Umum Hampir separuh PB, yakni 13 kitab, memakai nama Paulus sebagai penulisnya (= Suratsurat Paulus). Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

Berkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit

Berkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit Berkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit 19 Februari 2008 Jakarta 1 Berkenalan dengan Kitab Wahyu Sedikit tentang Sastra Apokaliptik Kitab terakhir dalam Alkitab bernama: Wahyu. Ini sebetulnya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Permasalahan. Keadaan Indonesia beberapa tahun terakhir ini sering mengalami masa krisis, misalnya saja krisis di bidang ekonomi, politik, keamanan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. Gereja dalam kehidupan kekristenan menjadi tempat dan sarana orang-orang percaya kepada Kristus, berkumpul dan saling mendorong antara orang yang satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki karakter. Karakter yang dimiliki seseorang berbeda dengan karakter yang dimiliki orang lain. Karakter, didefinisikan oleh Robby I. Chandra, sebagai

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sejak manusia pertama (Adam) jatuh ke dalam dosa, seperti dikisahkan pada kitab Kejadian dari Alkitab Perjanjian Lama, maka pintu gerbang dunia terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsep tentang panggilan sudah ada sejak jaman Israel kuno seiring dengan pengenalan mereka tentang Allah. Misalnya panggilan Tuhan kepada Abraham (Kej 12:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Eka Darmaputera, Menuju Teologi Kontekstual Di Indonesia, dalam Eka Darmaputera (peny.), Konteks

BAB I PENDAHULUAN. 1 Eka Darmaputera, Menuju Teologi Kontekstual Di Indonesia, dalam Eka Darmaputera (peny.), Konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tulisannya yang berjudul Menuju Teologi Kontekstual Di Indonesia 1, Eka Darmaputera memaparkan tentang pentingnya teologi kontekstual dengan bertolak dari keprihatinan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin

Lebih terperinci

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini Catatan: Bahan ini diambil dari http://www.sabda.org/sabdaweb/biblical/intro/?b=47, diakses tanggal 3 Desember 2012. Selanjutnya mahasiswa dapat melihat situs www.sabda.org yang begitu kaya bahan-bahan

Lebih terperinci

Surat-surat Am DR Wenas Kalangit

Surat-surat Am DR Wenas Kalangit Surat-surat Am DR Wenas Kalangit 22 Januari 2008 Jakarta 1 Surat-surat Ibrani dan Am Catatan Umum Delapan surat terakhir dalam PB disebut juga dengan nama: Surat-surat Am atau Umum. Disebut demikian karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam Injil Lukas terdapat beberapa kisah tentang kesembuhan yang dialami oleh banyak orang melalui Yesus, mulai dari ibu mertua Petrus yang diserang demam berat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Spiritualitas adalah istilah yang agak baru yang menandakan kerohanian atau hidup rohani. Spritualitas bisa juga berarti semangat kerohanian atau jiwa kerohanian.

Lebih terperinci

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

UKDW. Bab I PENDAHULUAN Bab I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah 1.1 Krisis Dalam Pelayanan Jemaat Dalam kehidupan dan pelayanan jemaat tak pernah luput dari krisis pelayanan. Krisis dapat berupa perasaan jenuh dan bosan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pada saat ini, bangsa Indonesia dilanda dan masih berada di tengah-tengah krisis yang menyeluruh, krisis multidimensi. Kita dilanda oleh krisis politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbedaan pandangan mengenai masalah iman dan perbuatan dalam hubungannya dengan keselamatan memang sudah ada sejak dulu kala 1. Pada satu pihak, ada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Dalam perkembangan sejarah kekristenan sejak pelayanan Tuhan Yesus sampai zaman

BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Dalam perkembangan sejarah kekristenan sejak pelayanan Tuhan Yesus sampai zaman BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam perkembangan sejarah kekristenan sejak pelayanan Tuhan Yesus sampai zaman sekarang, kekristenan hampir selalu diperhadapkan pada berbagai tekanan dan tantangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Paulus merupakan seorang tokoh Alkitab yang mempunyai peranan cukup penting dalam sejarah kekristenan. Tulisan-tulisan (surat-surat) Paulus bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seringkali kita mendengar dan membaca bahwa negara kita yaitu negara Indonesia adalah negara yang beragama. Dikatakan demikian, karena pada umumnya setiap warga negara

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN. a. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN. a. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN a. Latar Belakang Masalah Kemajemukan agama yang ada di Indonesia saat ini dapat dikatakan sebagai keistimewaan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Namun, dengan tujuh agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pada bulan Juli 2010 Indonesia kembali dilanda bencana alam. Beberapa tempat di Indonesia yang dilanda gempa diantaranya Palangkaraya, Labuhan Batu, dan kota

Lebih terperinci

HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia

HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia Tujuan: Jemaat memahami bahwa Allah menghendaki umat-nya hidup dalam kekudusan Jemaat bertekad untuk hidup dalam kekudusan Jemaat menerapkan kehidupan

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan

UKDW. BAB I Pendahuluan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Hidup yang penuh berkelimpahan merupakan kerinduan, cita-cita, sekaligus pula harapan bagi banyak orang. Berkelimpahan seringkali diartikan atau setidaknya

Lebih terperinci

Predestinasi Kristus 1 Ptr. 1:20-21 Ev. Calvin Renata

Predestinasi Kristus 1 Ptr. 1:20-21 Ev. Calvin Renata Predestinasi Kristus 1 Ptr. 1:20-21 Ev. Calvin Renata Pada bulan lalu kita telah belajar tentang Kristus yang mati disalibkan untuk menebus kita dari hidup yang sia-sia bukan dengan emas atau perak tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan maju secara tidak langsung menuntut setiap orang untuk mampu bersaing dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Paham Dosa Kekristenan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Paham Dosa Kekristenan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Paham Dosa Kekristenan Dosa merupakan fenomena aktual dari masa ke masa yang seolah tidak punya jalan keluar yang pasti. Manusia mengakui keberdosaannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah A. Sonny Keraf mengemukakan bahwa ada dua kategori dari bencana yaitu bencana alam dan bencana lingkungan hidup. Sebagian dikategorikan sebagai bencana alam

Lebih terperinci

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia BAB IV Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia 4.1. Diakonia sebagai perwujudan Hukum Kasih Gereja dapat dikatakan sebagai gereja apabila dia sudah dapat menjalankan fungsinya, yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pekabaran Injil adalah tugas dan tanggung jawab gereja di tengah dunia. Gereja dipanggil untuk menjadi pekabar Injil (kabar sukacita, kabar

Lebih terperinci

Berkenalan dengan PB. DR Wenas Kalangit. Bina Teologia Jemaat GKI Kavling Polri 23 Oktober 2007 Jakarta

Berkenalan dengan PB. DR Wenas Kalangit. Bina Teologia Jemaat GKI Kavling Polri 23 Oktober 2007 Jakarta Berkenalan dengan PB DR Wenas Kalangit 23 Oktober 2007 Jakarta 1 Berkenalan dengan PB Pengantar Secara tradisional, studi biblika (Perjanjian Lama [PL] dan Perjanjian Baru [PB]) di sekolah-sekolah tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus Kristus, keempat injil ini adalah Injil Matius, Markus, Lukas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1. Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. Data statistik keagamaan Kristen Protestan tahun 1992, memperlihatkan bahwa ada sekitar 700 organisasi 1 Kristen

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia. Keberadaan tanah tidak terlepas dari manusia, demikian juga sebaliknya keberadaan manusia juga tidak terlepas dari tanah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 02Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Pendidikan Agama Kristen Protestan TERBENTUKNYA GEREJA Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan perintah kepada para murid-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seperti diketahui bersama bahwa dalam kehidupan orang Kristen saat ini, gereja adalah sebuah identitas yang sangat penting bagi orang-orang percaya kepada

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm. Bab I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah Selama ini di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dilakukan Perjamuan Kudus sebanyak empat kali dalam satu tahun. Pelayanan sebanyak empat kali ini dihubungkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Tidak ada yang memungkiri bahwa negara Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam. Gas, minyak bumi, batu bara, intan, emas, berlian,

Lebih terperinci

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban) KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA (Pertanyaan dan Jawaban) 1 TUHAN, MANUSIA DAN DOSA * Q. 1 Siapakah yang membuat anda? A. Tuhan yang membuat kita. Kejadian 1:26,27; Kejadian 2:7 Q. 2 Apa lagi

Lebih terperinci

BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF. kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam

BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF. kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF Kemiskinan adalah suatu masalah besar dan serius yang sedang terjadi ditengahtengah kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman merupakan sebuah konsep yang telah lama ada dan berkembang diantara orang-orang percaya. Umumnya mereka selalu menghubungkan konsep pertumbuhan

Lebih terperinci

Pendahuluan Teologi Biblika PB

Pendahuluan Teologi Biblika PB Pendahuluan Teologi Biblika PB A. Defenisi Teologi Biblika merupakan cabang ilmu Teologia yang secara sistematis mempelajari perkembangan pernyataan Allah dalam sejarah sebagaimana yang dinyatakan Alkitab.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa pretensi untuk mengecilkan peran kelompok lain dari masyarakat yang turut bergerak dalam panggung perubahan sosial, peran mahasiswa merupakan unsur yang seolah

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

TEOLOGI PETRUS Surat Pertama Petrus

TEOLOGI PETRUS Surat Pertama Petrus TEOLOGI PETRUS Surat Pertama Petrus Surat Pertama Petrus ditulis sebagai surat edaran untuk gereja di lima provinsi barat laut, Asia Kecil. Karena pertobatan mereka kepada Kristus, orang-orang ini telah

Lebih terperinci

Program Magister Theologi (M.Th)

Program Magister Theologi (M.Th) Program Magister Theologi (M.Th) Program Magister Theologi (M.Th) ini dirancang bagi para Hamba Tuhan (Dosen, Gembala, Penginjil, dll.) yang mau mendalami bidang Teologia Sistematika dan Biblika serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hal-hal kecil yang ada di sekitar kita sering sekali terabaikan. Kita lebih terfokus pada hal-hal yang kita anggap lebih besar. Kita beranggapan demikian

Lebih terperinci

Teologi Bencana 8-11 Juni 2005, Hotel Anggrek Delia, Makassar

Teologi Bencana 8-11 Juni 2005, Hotel Anggrek Delia, Makassar Oase Intim - Lembaga Pemberdayaan Praksis Pelayanan dan Kajian Teologi Kontekstual Indonesia Timur Konsultasi Nasional dalam kerja sama dengan PGI & EUKUMINDO Teologi Bencana 8-11 Juni 2005, Hotel Anggrek

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

KONTEKSTUALISASI DAN PERJANJIAN LAMA

KONTEKSTUALISASI DAN PERJANJIAN LAMA KONTEKSTUALISASI DAN PERJANJIAN LAMA SHORTER kitab Perjanjian lama lebih dahulu menempatkan Sabda kepada dunia, konsep yang mendasari pendekatan Kristologi untuk berkontekstualisasi. inilah suara Tuhan

Lebih terperinci

Misiologi David Bosch

Misiologi David Bosch Misiologi David Bosch Definisi Sementara Misi. 1. Iman Kristen bersifat misioner, atau menyangkali dirinya sendiri. Berpegang pada suatu penyingkapan yang besar dari kebenaran puncak yang dipercayai penting

Lebih terperinci

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan Persiapan untuk Penelaahan Alkitab Sekarang setelah kita membicarakan alasan-alasan untuk penelaahan Alkitab dan dengan singkat menguraikan tentang Alkitab, kita perlu membicarakan bagaimana menelaah Alkitab.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Tidak seorangpun ingin dilahirkan tanpa dekapan lembut seorang ibu dan perlindungan seorang ayah. Sebuah kehidupan baru yang telah hadir membutuhkan kasih untuk bertahan

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya,

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak

Lebih terperinci

Mereka berkumpul karena Paulus akan pergi keesokan harinya. Kisah 20:7

Mereka berkumpul karena Paulus akan pergi keesokan harinya. Kisah 20:7 Lesson 6 for May 12, 2018 Ia akan mengucapkan perkataan yang menentang Yang Mahatinggi, dan akan menganiaya orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi; ia berusaha untuk mengubah waktu dan hukum, dan mereka

Lebih terperinci

Eksposisi Surat 1 Petrus: Penerima Surat 1Pet.1:1 2 Ev. Calvin Renata

Eksposisi Surat 1 Petrus: Penerima Surat 1Pet.1:1 2 Ev. Calvin Renata Eksposisi Surat 1 Petrus: Penerima Surat 1Pet.1:1 2 Ev. Calvin Renata Tidak seperti surat rasul Paulus yang ditujukan kepada satu jemaat, Petrus langsung menuliskan suratnya untuk ke-5 jemaatnya. Suratnya

Lebih terperinci

Oleh, Yohanes Yuniatika NIM: SKRIPSI

Oleh, Yohanes Yuniatika NIM: SKRIPSI PENGKHIANATAN YUDAS ISKARIOT TERHADAP YESUS DALAM INJIL YOHANES (Studi Hermeneutik Sosio-Politik Terhadap Narasi Pengkhianatan Yudas Iskariot Yang Terdapat Dalam Injil Yohanes 13: 1-35) Oleh, Yohanes Yuniatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam kebaktian yang dilakukan oleh gereja. Setidaknya khotbah selalu ada dalam setiap kebaktian minggu.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas/Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan

Lebih terperinci

RERUM: Kumpulan Karya Ilmiah tentang Teologi dan Sosial

RERUM: Kumpulan Karya Ilmiah tentang Teologi dan Sosial RERUM: Kumpulan Karya Ilmiah tentang Teologi dan Sosial 2 RERUM: Kumpulan Karya Ilmiah tentang Teologi dan Sosial Tim Editor Agus Santoso & Arthur Aritonang STT Cipanas Press 2014 3 RERUM: Kumpulan Karya

Lebih terperinci

Lesson 1 for October 7, 2017

Lesson 1 for October 7, 2017 Lesson 1 for October 7, 2017 Pada triwulan ini kita akan mempelajari kitab Roma. Pertamatama, adalah penting untuk mengetahui bagaimana Paulus sebagai penulis berhubungan dengan orang-orang Kristen yang

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat pribadi,

Lebih terperinci

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penginjilan merupakan salah satu dimensi yang esensial dari misi Kristen. Gereja bertanggungjawab untuk mewartakan injil ke seluruh dunia, untuk memberitakan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Selain sebagai persekutuan orang-orang percaya, gereja dalam bentuknya adalah sebagai sebuah organisasi. Sebagaimana sebuah organisasi, maka gereja membutuhkan

Lebih terperinci

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB. Kasih Allah Untuk Orang Berdosa

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB. Kasih Allah Untuk Orang Berdosa MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB Kasih Allah Untuk Orang Berdosa Hari ini kita mau belajar tentang kasih Allah. Untuk menghargai kasih Allah kepada kita, kita harus pertama-tama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila terutama pada sila yang pertama,

Lebih terperinci

KEPASTIAN KESELAMATAN DALAM YESUS KRISTUS KEMATIAN ORANG PERCAYA PERSEKUTUAN PENDALAMAN ALKITAB

KEPASTIAN KESELAMATAN DALAM YESUS KRISTUS KEMATIAN ORANG PERCAYA PERSEKUTUAN PENDALAMAN ALKITAB KEPASTIAN KESELAMATAN DALAM YESUS KRISTUS KEMATIAN ORANG PERCAYA PERSEKUTUAN PENDALAMAN ALKITAB Apakah tujuan dari kematian dalam hidup orang Kristen? Apa yang terjadi dengan tubuh dan jiwa saat kematian?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan

Lebih terperinci

BAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat

BAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat Dikutip dari buku: UCAPAN PAULUS YANG SULIT Oleh : Manfred T. Brauch Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara - Malang - 1997 Halaman 161-168 BAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat Sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL Lenda Dabora Sagala STT Simpson Ungaran Abstrak Menghadapi perubahan sosial, Pendidikan Agama Kristen berperan dengan meresponi perubahan

Lebih terperinci

Pemikiran-Pemikiran Choan-Seng Song Dalam Teologi Asia. Oleh: Queency Christie Wauran. Abstrak

Pemikiran-Pemikiran Choan-Seng Song Dalam Teologi Asia. Oleh: Queency Christie Wauran. Abstrak Pemikiran-Pemikiran Choan-Seng Song Dalam Teologi Asia Oleh: Queency Christie Wauran Abstrak Artikel ini ditulis sebagai tugas dalam kuliah Teologi Kontekstual Asia, dengan mengambil ide pemikiran Choan-Seng

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik. BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam bab IV ini akan dipaparkan suatu refleksi teologis tentang PAK dalam keluarga dengan orang tua beda agama. Refleksi teologis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu PAK keluarga

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH

@UKDW BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH Berhadapan langsung dengan perkembangan ekonomi pasar global, tentunya masyarakat Indonesia bukanlah masyarakat yang posisinya berada di luar lingkaran praktekpraktek

Lebih terperinci

WA H Y U 1 2. Pdt Gerry CJ Takaria

WA H Y U 1 2. Pdt Gerry CJ Takaria PEREMPUAN DAN NAGA WA H Y U 1 2 WAHYU 12:1-2 Seorang Perempuan sedang Mengandung Berselubung Matahari Bulan di bawah kakinya Mahkota dengan dua belas bintang ARTI DARI LAMBANG Perempuan melambangkan jemaat

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

Seri Iman Kristen (10/10)

Seri Iman Kristen (10/10) Seri Iman Kristen (10/10) Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN Nama Pelajaran : Menang Atas Keinginan Daging Kode Pelajaran : DIK-P10 Pelajaran 10 - MENANG ATAS KEINGINAN DAGING DAFTAR ISI Teks Ayat

Lebih terperinci

MTPJ Juli 2014 ALASAN PEMILIHAN TEMA

MTPJ Juli 2014 ALASAN PEMILIHAN TEMA MTPJ 13-19 Juli 2014 TEMA BULANAN: Berdemokrasi Dalam Ekonomi Yang Berkeadilan TEMA MINGGUAN : Kejujuran Sebagai Senjata Melawan Korupsi Bahan Alkitab: Keluaran 22:1-5; Kisah Para Rasul 5:1-11 ALASAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

The State of incarnation : Exaltation

The State of incarnation : Exaltation The State of incarnation : Exaltation (Keadaan Kemuliaan Kristus) Rudi Zalukhu, M.Th BGA : Mat. 28:1-10 Ke: 1 2 3 APA YANG KUBACA? (Observasi: Tokoh, Peristiwa) APA YANG KUDAPAT? (Penafsiran: Pelajaran,

Lebih terperinci

Apa Gereja 1Uhan Itu?

Apa Gereja 1Uhan Itu? Apa Gereja 1Uhan Itu? Yesus berkata, "Aku akan mendirikanjemaatku" (Matius 16 :18). Apa yang dimaksudkannya dengan kata jemaat? Apakah pengertian murid-muridnya tentang kata ini? Mungkin saudara telah

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Salah satu hal yang paling penting bagi sebuah agama adalah tempat ibadah. Dan tempat ibadah tersebut dapat berupa gedung ataupun bangunan yang lain. Sebuah

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. untuk sampai pada pengakuan bahwa benarlah Yesus, Sang Mesias itu.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. untuk sampai pada pengakuan bahwa benarlah Yesus, Sang Mesias itu. BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Permasalahan I. 1. A. Peristiwa Paskah sebagai Titik Tolak Kristologi Yesus merupakan seorang tokoh yang hidup dan terlibat di dalam konteks masyarakat. Sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibadah yang sejati seperti yang ditegaskan oleh Rasid Rachman 1 sebagai refleksinya atas Roma 12:1, adalah merupakan aksi dan selebrasi. Ibadah yang sejati tidak

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Bdk Abun Sanda, Pemerintah Blum Adil Pada Rakyatnya Sendiri, Kompas, 14 Desember hl. 1 dan Bdk Sda

Bab I PENDAHULUAN. Bdk Abun Sanda, Pemerintah Blum Adil Pada Rakyatnya Sendiri, Kompas, 14 Desember hl. 1 dan Bdk Sda Bab I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar belakang masalah Dalam kehidupan sosial, akan terdapat keberagaman di dalam masyarakat. Ada keberagaman golongan, suku, dan agama. Keberagaman bukanlah sebuah

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan UKDW

BAB I Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang. 1.1. Katekiasi di Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB). Katekisasi adalah salah satu bagian dari pelaksanaan Pendidikan Kristiani. Menurut Pdt Lazrus H.

Lebih terperinci