BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah"

Transkripsi

1 2.1 Kajian Teoretis Hakikat Kemampuan BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Menurut Mohammad Zain dalam Yusdi (2010:10) mengartikan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sementara itu, menurut Robbins (2007:57) kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang Hakikat Bercerita Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain (Bachir:2005:10). Sedangkan menurut Nurgiyantoro (2001:289), bercerita merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan berbicara yang bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan berbicara yang bersifat pragmatis. Ada dua unsur penting yang harus dikuasai siswa dalam bercerita yaitu linguistik dan unsur apa yang diceritakan. Ketepatan ucapan, tata bahasa, kosakata, kefasihan dan kelancaran, menggambarkan bahwa siswa memiliki kemampuan berbicara yang baik. Bercerita merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Artinya, dalam bercerita seseorang melibatkan pikiran, kesiapan mental, keberanian, perkataan yang jelas sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Menurut Nurgiyantoro (2001: 278), ada beberapa bentuk tugas kegiatan berbicara yang dapat dilatih untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan bercerita pada siswa, yaitu (1) bercerita berdasarkan gambar, (2) wawancara, (3) bercakap-cakap, (4) berpidato, (5) berdiskusi. Sedangkan aspek-aspek bercerita yang dinilai menurut Burhan

2 Nurgiyantoro (2001: 410) meliputi (1) ketepatan isi cerita, (2) ketepatan penunjukkan detil cerita, (3) ketepatan logika cerita, (4) ketepatan makna seluruh cerita, (5) ketepatan kata, (6) ketepatan kalimat, dan (7) kelancaran. Menurut Tarigan (2007: 35), bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain. Dikatakan demikian karena bercerita termasuk dalam situasi informatif yang ingin membuat pengertian-pengertian atau makna-makna menjadi jelas. Dengan bercerita, seseorang dapat menyampaikan berbagai macam cerita, ungkapan berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, dibaca dan ungkapan kemauan dan keinginan membagikan pengalaman yang diperolehnya. Bercerita menurut Majid (2001: 9) berarti menyampaikan cerita kepada pendengar atau membacakan cerita bagi mereka. Dari batasan yang dikemukakan oleh Majid ini menunjukkan paling tidak ada tiga komponen dalam bercerita, yaitu: 1) pencerita, orang yang menuturkan atau menyampaikan cerita, cerita dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis; 2) cerita atau karangan yang disampaikan, cerita ini bisa dikarang sendiri oleh pencerita atau cerita yang telah dikarang atau ditulis oleh pengarang lain kemudian disampaikan oleh pencerita; 3) penyimak yaitu individu atau sejumlah individu yang menyimak cerita yang disampaikan baik dengan cara mendengarkan maupun membaca sendiri cerita yang disampaikan secara tertulis. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bercerita merupakan salah satu keterampilan dalam berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain dengan cara menyampaikan berbagai macam ungkapan, berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, maupun dibaca Tujuan Bercerita Pada dasarnya, tujuan utama dari bercerita adalah untuk berkomunikasi atau bertukar informasi dengan orang lain. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seorang yang bercerita harus memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurgiyantoro (2001:277), yang mengemukakan bahwa tujuan bercerita adalah untuk mengemukakan sesuatu kepada orang lain.

3 Sementara itu, Tarigan (2007: 17) mengungkapkan tiga tujuan umum dari kegiatan bercerita yaitu sebagai berikut: a. Memberitahukan dan melaporkan (to inform) b. Menjamu dan menghibur (to entertain) c. Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade) Mudini (2009:4) menjelaskan tujuan bercerita adalah sebagai berikut: a. Mendorong atau menstimulasi Maksud dari mendorong atau menstimulasi yaitu apabila pembicara berusaha memberi semangat dan gairah hidup kepada pendengar. Reaksi yang diharapkan adalah menimbulkan inpirasi atau membangkitkan emosi para pendengar. b. Meyakinkan Maksud dari meyakinkan yaitu apabila pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan, pendapat atau sikap para pendengar. Alat yang paling penting dalam meyakinkan adalah argumentasi. Untuk itu, diperlukan bukti, fakta, dan contoh konkret yang dapat memperkuat argumentasi untuk meyakinkan pendengar. c. Menggerakkan Maksud dari menggerakkan apabla pembicara menghendaki adanya tindakan atau perbuatan dari para pendengar. Misalnya, berupa seruan persetujuan atau ketidaksetujuan, pengumpulan dana, penandatanganan suatu resolusi, mengadakan aksi sosial. Dasar dari tindakan atau perbuatan itu adalah keyakinan yang mendalam atau terbakarnya emosi. d. Menginformasikan Maksud dari menginformasikan yaitu apabila pembicara ingin memberi informasi tentang sesuatu agar para pendengar dapat mengerti dan memahaminya. e. Menghibur Maksud dari menghibur yaitu apabila pembicara bermaksud menggembirakan atau menyenangkan para pendengarnya. Dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari kegiataan bercerita adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan cara melaporkan, membujuk, mengajak dan meyakinkan Manfaat Bercerita Musfiroh (2005: 95), ditinjau dari beberapa aspek, menyatakan bahwa manfaat bercerita, adalah sebagai berikut: a. Membantu pembentukan pribadi dan moral anak b. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi

4 c. Memacu kemampuan verbal anak d. Merangsang minat menulis anak e. Membuka cakrawala pengetahuan anak Sedangkan menurut Bachri (2005: 11), manfaat bercerita adalah dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya. Dari uraian manfaat bercerita di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat bercerita adalah menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi yang memacu kemampuan verbal anak sehingga dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak dan menjadi suatu pengalaman yang baru baginya Faktor-faktor Penunjang dan Penghambat Keefektifan Bercerita Menurut Arsjad (1991:17) keefektifan komunikasi dipengaruhi oleh kemampuan bercerita seseorang. Agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif dan efisien, sebaiknya pembicara memahami betul-betul isi pembicaraan. Selain itu, seseorang juga harus mampu mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengar. Jadi, bukan hanya apa yang didengar tetapi juga bagaimana mengemukakannya. Pengungkapan ini menyangkut masalah bahasa dan pengucapan bunyi-bunyi bahasa tersebut. Ucapan adalah seluruh kegiatan yang dilakukan dalam memproduksi bunyi bahasa seperti artikulasi, yaitu bagaimana posisi alat bicara, seperti lidah, gigi, bibir, dan langit-langit pada waktu membentuk bunyi, baik vokal maupun konsonan. Untuk menjadi seorang pembicara yang baik selain menguasai masalah yang dibicarakan juga harus memperlihatkan keberanian dan kegairahan. Selain itu pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat. Menurut Arsjad (1991:17-22) terdapat dua faktor yang harus diperhatikan pembicara agar dapat berbicara secara efektif dan efisien, yaitu faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan. Arsjad (1991:17-22) mengemukakan faktor-faktor kebahasaan dan nonkebahasaan yang dapat menunjang kekefektifan bercerita sebagai berikut: faktor kebahasaan meliputi: (a) ketepatan ucapan, (b) penekanana tekanan nada, sendi dan durasi, (c) pilihan kata, (d) ketepatan penggunaan kalimat, (e) ketepatan sasaran pembicaraan; faktor nonkebahasaan meliputi: (1) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, (2) pandangan harus diarahkan pada lawan bicara, (3) kesediaan menghargai pendapat orang lain, (4) gerak-gerik dan mimik yang tepat, (5) kenyaringan suara, (6) relevansi/penalaran, (7) penguasaan topik.

5 Sedangkan, faktor yang menghambat dalam keefektifan keterampilan bercerita yaitu: (a) faktor fisik, merupakan faktor yang ada dalam partisipan sendiri dan faktor yang berasal dari luar partisipan, (b) faktor media, terdiri dari faktor linguistik dan faktor nonlinguistik (misalnya tekanan, lagu, irama, ucapan dan isyarat gerak tubuh), (c) faktor psikologis, merupakan kondisi kejiwaan partisipan dalam keadaan marah, menangis, dan sakit. Jadi dalam kegiatan bercerita sebagai kegiatan menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain secara lisan harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat menunjang keefektifan bercerita yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2007:3). Pengertian media dalam arti luas sesuai dengan pendapat Sharon (dalam Musfiqon, 2012:26) yang mengatakan media itu adalah alat komunikasi dan sumber informasi. Dalam konsep ini segala alat, baik elektronik maupun nonelektronik, yang dijadikan sarana penyampai pesan dalam komunikasi dapat disebut media. Kalau jenis alat ini digunakan dan dijadikan sumber informasi pembelajaran, maka disebut media pembelajaran. Menurut Pringgawidagda (2002:145) media pembelajaran adalah alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Dalam proses pembelajaran informasi tersebut dapat berupa sejumlah keterampilan atau pengetahuan yang perlu dikuasai oleh siswa. Media pembelajaran tersebut dapat menambah efektitifas komunikasi dan interaksi antara pengajar dan pembelajar. Jadi, berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat, metode, teknik yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dalam rangka mengefektifkan komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran Menurut Rudy Brezt (Indriana, 2011:55), media pengajaran itu mempunyai lima bentuk dasar informasi yaitu suara, gambar, cetakan, grafik, garis, dan gerakan. Menurut Hastuti

6 (Djuanda, 2006: 103), media pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu media visual yang tidak diproyeksikan dan media visual yang diproyeksikan. Contoh media visual yang tidak diproyeksikan yaitu: 1) Gambar diam seperti foto, gambar dari majalah, lukisan 2) Gambar seri 3) Wall chart seperti gambar, denah atau bagan yang biasa digantungkan di dinding 4) Flash chard berisi kata-kata dan gambar untuk mengembangkan kosa kata. Sedangkan klasifikasi media melalui bentuk dan cara penyajiannya, maka format klasifikasi media pengajaran secara umum adalah: 1) Media visual yang meliputi media grafis, bahan cetak, dan gambar diam 2) Media proyeksi diam yang meliputi OHP/OHT, opaque projector, slide, dan filmstrip 3) Media audio yang meliputi media radio, media alat perekam pita magnetik 4) Media audio visual diam yang meliputi media sound slide (slide suara), film strip bersuara, dan halaman bersuara 5) Media film, televisi, dan multimedia. Kehadiran media pembelajaran dalam proses pengajaran diharapkan dapat menyentuh aspek-aspek psikologis sehingga terjadi proses belajar mengajar dalam diri siswa tersebut. Jadi dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan suatu bentuk peralatan, metode atau teknik yang digunakan menyalurkan pesan, mempertegas bahan pelajaran, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar. Arsyad (2007: 29) mengelompokkan media pembelajaran menjadi empat kelompok, yaitu media hasil teknologi cetak, media hasil teknologi audio visual, media hasil teknologi komputer, dan media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Berdasarkan macam-macam media tersebut di atas, menunjukkan bahwa media pembelajaran senantiasa mengalami perkembangan seiring kemajuan ilmu dan teknologi. Perkembangan media pembelajaran juga mengikuti tuntutan dan kebutuhan pembelajaran, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu guru dan siswa dalam memahami materi pembelajaran. ketepatan memilih media merupakan faktor utama dalam mengoptimalkan hasil pembelajaran. Untuk memilih media yang tepat seorang guru perlu mempertimbangkan berbagai landasan agar media yang dipilih benar-benar sesuai dengan tingkat pemahaman, kemampuan berpikir, psikologis, dan kondisi sosial siswa. Ada tiga landasan penggunaan media

7 pembelajaran yang dapat dijadikan pertimbangan bagi guru dalam memilih media yang tepat sesuai dengan isi dan tujuan dalam pembelajaran. Ketiga landasan tersebut adalah landasan filosofis, psikologis dan sosiologis. (Musfiqon, 2012:52). Selain memerlukan analisis mendalam dengan mempertimbangkan berbagai aspek juga dibutuhkan prinsip-prinsip tertentu agar pemilihan media bisa lebih tepat. Ada tiga prinsip utama yang bisa dijadikan guru dalam memilih media pembelajaran yaitu: 1) prinsip efektifitas dan efesiensi; 2) prinsip relevansi; 3) dan prinsip produktifitas. (Musfiqon, 2012:116). Siswa di tingkat Sekolah Dasar (SD), belum mampu berpikir abstrak, mereka masih berpikir konkrit. Keabstrakan bahan pelajaran dapat dikonkritkan dengan kehadiran media, sehingga anak didik lebih mudah mencerna bahan pelajaran daripada tanpa bantuan media. Dalam penggunaan media, perlu diperhatikan bahwa pemilihan media pengajaran harus jelas dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan Manfaat Media Pembelajaran Menurut Kemp dan Dayton (Indriana, 2011:48), media dalam pembelajaran memiliki manfaat antara lain : 1) penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih mencapai standar; 2) pembelajaran jadi lebih menarik; 3) pembelajaran menjadi lebih interaktif; 4) dengan menerapkan teori belajar, waktu pembelajaran dapat dipersingkat; 5) kualitas pembelajaran dapt ditingkatkan; 6) proses pembelajaran dapat berlangsung kapan dan dimanapun diperlukan; 7) sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan; 8) peran guru berubah ke arah lebih positif. Sebagai pembawa pesan, media juga tidak hanya berguna bagi guru tapi dapat pula digunakan siswa. Oleh karena itu guru sebagai penyalur pesan dan penyaji dalam hal-hal tertentu hendaknya dapat menyampaikan informasi kepada siswa dengan lebih baik. Dalam menggunakan media guru harus mempertimbangkan usia siswa yang akan diajar. Demikian juga tingkat intelektual, tingkat kemampuan berbahasa, dan latar belakang sosial budayanya. Isi materi pada media tersebut juga harus sesuai dan relevan dengan minat siswa Sadiman juga mengungkapkan bahwa penggunaan media perlu memperhatikan penempatannya agar dapat diamati dengan baik oleh seluruh siswa (Sadiman,2007:203) Media Visual Media visual merupakan media yang paling familiar dan sering dipakai guru dalam

8 pembelajaran. Jenis media ini berkaitan dengan indera penglihatan. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat meningkatkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi. (Musfiqon, 2012:70-71). Musfiqon (2012:71), beberapa prinsip umum yang perlu diketahui untuk penggunaan media berbasis visual, antara lain: (a) usahakan visual itu sesedehana mungkin dengan menggunakan gambar garis, karton, bagan, dan diagram; (b) visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran (yang terdapat teks) sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik; (c) ulangi sajian visual dan libatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat; (d) gunakan gambar untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep, misalnya dengan menampilkan konsep-konsep yang divisualkan itu secara berdampingan; (e) hindari visual yang tak berimbang; (f) tekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual; (g) visual yang di proyeksikan harus dapat terbaca dan mudah dibaca; (h) visual, khususnya diagram, amat membantu untuk mempelajari materi yang agak kompleks; (i) unsur-unsur pesan dalam visual itu harus ditonjolkan dan dengan mudah dibedakan dan unsur-unsur latar belakang untuk mempermudah pengolahan informasi; (j) warna harus di gunakan secara realistik; (k) warna dan pemberian bayangan digunakan untuk mengarahkan perhatian dan membedakan komponen-komponen. Jadi media visual adalah media yang berkaitan dengan indera penglihatan yang penggunaannya harus menempatkan pada konteks yang bermakna agar siswa mudah berinteraksi dengan media untuk dapat memperlancar pemahaman siswa dan memperkuat ingatannya Gambar Seri Gambar seri diambil dari kata gambar dan seri. Dalam Kamus bahasa Indonesia disebutkan, gambar adalah tiruan sesuatu yang dilukis di atas kertas atau kanvas. (Fajri: 2008:303). Sedangkan seri adalah rangkaian yang sambung menyambung atau bersambungan. (Fajri: 2008:755). Gambar seri merupakan media pembelajaran yang berupa kumpulan dari beberapa gambar yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa yang menarik, yang disusun secara acak dan berurutan untuk dijadikan sebuah cerita. (Arsyad, 2007:111). Sedangkan menurut Sadiman, (2003:29) yang dimaksud dengan gambar seri adalah rangkaian beberapa gambar yang membuat

9 sebuah cerita. Jadi dapat disimpulkan gambar seri merupakan serangkaian gambar yang tersusun secara berurutan atau acak sehingga dapat membentuk sebuah cerita. Penggunaan gambar seri dalam proses diantaranya dapat mengembangkan daya berfikir siswa, media gambar seri dirasakan sangat tepat untuk membantu siswa dalam membuat tulisan narasi. Dengan melihat gambar siswa dapat menarik kesimpulan dan menguraikan dalam bentuk tulisan. Purwanto dalam Sadiman (2003:32) mengemukakan tujuan penggunaan gambar seri adalah untuk melatih siswa menentukan pokok pikiran yang mungkin akan menjadi karangan. Sedangkan Sadiman (2003:32) mengungkapkan tujuan dari penggunaan gambar seri adalah: (1) membantu guru dalam menyampaikan pelajaran dan membantu siswa dalam belajar; (2) menarik perhatian siswa sehingga lebih terdorong untuk belajar; (3) dapat membantu daya ingat siswa; (4) dapat disimpulkan dan digunakan lagi apabila diperlukan pada saat yang lain. Suparno (2002: 14), mengungkapkan bahwa gambar seri disebut juga media follow chart atau gambar susun. Media ini terbuat dari kertas manila lebar yang berisi beberapa buah gambar. Gambar-gambar tersebut berhubungan satu sama lain sehingga merupakan satu rangkaian cerita. Setiap gambar diberi nomor urut sesuai dengan urutan-urutan jalan ceritanya. Media ini sangat sesuai untuk melatih keterampilan ekspresi lisan (berbicara, bercerita). Dengan mengamati gambar yang dibentangkan di depan kelas, para siswa diharapkan dapat memperoleh konsep tentang topik tertentu. Jadi dengan menggunakan media gambar kita dapat membantu anak mempermudah untuk menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam bentuk bahasa karena gambar akan memberikan inspirasi dan panduan tentang apa dan bagaimana yang harus ditulis. Selain itu gambar juga dapat menimbulkan daya tarik pada diri siswa, mempermudah pengertian, dan memperjelas bagian-bagian yang penting yang akan ditulisnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, media gambar seri merupakan pengantar pesan antara pengirim dan penerima pesan yang diwujudkan secara visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai hasil dari pikiran Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar Seri a. Kelebihan Media Gambar Seri Menurut Sadiman (2007: 29-31) berpendapat bahwa kelebihan dari gambar sebagai

10 berikut: (a) gambar sifatnya konkret, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal (kata-kata dan tulisan); (b) gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, untuk mengingat kejadian masa lampau kemarin bahkan semenit yang lalu ataupun tempat yang jauh dari subjek, maka gambar sangat diperlukan; (c) gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, misal benda yang tidak dapat dilihat oleh mata dapat disajikan dengan jelas oleh gambar; (d) gambar dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja; (e) gambar murah harganya dan gampang didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus. Anitah (2009:8) berpendapat kelebihan gambar sebagai berikut: (a) dapat menerjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih nyata; (b) banyak tersedia dalam buku-buku; (c) sangat mudah dipakai karena tidak membutuhkan peralatan; (d) relatif tidak mahal; (e) dapat dipakai untuk berbagai tingkat pelajaran dan bidang studi. Dapat diketahui bahwa kelebihan dari penggunaan media gambar adalah media gambar relatif lebih efektif dan efisien, mampu mengkonkritkan pengetahuan yang abstrak sehingga mudah dicerna siswa, sehingga menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa. b. Kelemahan Media Gambar Seri Adapun kelemahan dari media gambar menurut Sadiman (2007:31), sebagai berikut : (1) gambar hanya menekankan persepsi indera mata, (2) gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran, dan (3) gambar ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Selain itu, kelemahan yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media gambar menurut Anitah (2009: 8-9), adalah sebagai berikut: (1) kadang-kadang terlampau kecil untuk ditunjukkan di kelas yang besar; (2) gambar mati adalah gambar dua dimensi; (3) yang tidak dapat menunjukkan gerak; (4) anak tidak selalu mengetahui bagaimana membaca gambar. Jadi kelemahan dalam penggunaan media gambar adalah adanya keterbatasan persepsi yaitu hanya menekankan persepsi indera mata saja, dan perbedaan setiap anak dalam membaca gambar. Disamping itu media gambar seri memiliki kelemahan antara lain; (1)

11 untuk memperbesar gambar memerlukan proses dan biaya yang cukup besar; (2) pada umunya hanya 2 dimensi yang nampak pada gambar; (3) tanggapan bisa berbeda dari gambar yang sama Tujuan dan Alasan Penggunaan Media Visual Gambar Seri Gambar merupakan media visual yang penting dan mudah didapat, sebab memberikan penggambaran visual yang konkret tentang masalah digambarkannya. Setiap gambar memiliki arti, uraian dan tafsiran sendiri, karena itu gambar dapat digunakan sebagai media pendidikan dan mempunyai nilai-nilai pendidikan dan memungkinkan belajar lebih efisien. Menurut Ibrahim (Arsyad, 2007:16) bahwa, media visual atau media gambar membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbaharui semangat mereka, dan membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran. Alasan dasar penggunaan media gambar dikemukakan oleh Hamalik (Arsyad, 2007: 15) yakni, gambar bersifat konkret melalui gambar para siswa dapat dengan jelas melihat sesuatu yang sedang dibicarakan, gambar menggambarkan ruang dan waktu, gambar mudah didapat dan murah, gambar mudah digunakan baik untuk perseorangan maupun kelompok. Pada penelitian ini akan menggunakan gambar seri sebagai media visual. Gambar seri mudah diperoleh, dan gambar merupakan bahasa umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Gambar yang kelihatan diam banyak memiliki makna. Melalui media visual gambar seri diharapkan siswa dapat menuangkan gagasannya berbentuk kalimat sehingga menjadi suatu rangkaian cerita yang runtut yang mampu diceritakan kembali oleh siswa. Gambar seri merupakan salah satu dari sekian banyak media visual yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan tujuan pembelajaran pada aspek berbicara ya g terdapat pada mata pelajaran bahasa Indonesia Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Media Visual Gambar Seri Kurangnya kemampuan bercerita pada siswa akan berdampak pada sulitnya siswa berkomunikasi dengan baik secara lisan maupun tulisan. Dalam bercerita itu sendiri diperlukan sebuah pengamatan tentang sekeliling diri individu, pengalaman, analisis, imajinasi atau khayalan dan pendapat atau keyakinan (kemampuan berfikir). Sulit untuk memperoleh hasil yang sesuai

12 dengan harapan jika kemampuan siswa untuk memusatkan perhatian sangat terbatas, kemampuan analisis rendah, dan memiliki daya konsentrasi lemah sehingga membuat pembelajaran yang ada menjadi tidak optimal. Rendahnya kemampuan siswa tidak berarti menjadi kualitas diri siswa tidak bisa ditingkatkan, untuk itu memerlukan upaya guru sebagai fasilitator untuk menggunakan metode yang sesuai dengan karakter siswa dan materi yang diajarkan. Demikian halnya yang terjadi di kelas III SDN 5 Tibawa, berdasarkan fenomena yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu kemampuan bercerita siswa yang rendah, peneliti menggunakan media visual yang berupa gambar seri untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bercerita. Dengan gambar seri yang diberikan diharapkan siswa dapat mengungkapkan ide-idenya sendiri berdasarkan gambar seri yang diberikan. Siswa akan mengamati gambar seri yang diberikan. Demi optimalnya pelaksanaan pembelajaran siswa akan mengamati gambar seri di dalam kelompok. Siswa akan berdiskusi dan saling mengungkapkan ide-ide hasil pikirannya atas gambar yang diamati. Siswa akan saling berbagi informasi dengan temannya untuk memperkaya rangkaian kalimat yang bisa diceritakan kembali. Siswa akan mengurutkan gambar seri dan menceritakan kembali di depan kelas urutan kejadian yang terdapat pada gambar seri yang telah diberikan guru secara runtut. 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Sebagai acuan dari penelitian ini, ada berbagai penelitian yang berkaitan dengan meningkatkan kemampuan bercerita siswa melalui gambar seri antara lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Umi Darojah (2011), yang berjudul peningkatan kemampuan berbicara dengan media film animasi pada siswa kelas VIII SMPN 12 Yogyakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa setelah dilakukan implementasi tindakan dengan media film animasi kemampuan berbicara siswa meningkat. Kauy (2011), dengan judul Penerapan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SDN Mandyopuro 5

13 Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa, penerapan pembelajaran dengan menggunakan media gambar seri tidak hanya dapat meningkatkan aspek kognitif saja, tetapi juga kelancaran membaca, keberanian dan dan semua aspek yang menyangkut perkembangan siswa dalam pembelajaran seperti kemampuan bekerja sama serta partisipasi siswa dalam pembelajaran itu, selain itu pembelajaran ini juga dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran secara individual, klasikal maupun berkelompok. Penerapan pembelajaran ini juga dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas III SDN Madyopuro 5 Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Persamaan kedua penelitian yang telah disebutkan dengan penelitian yang dilakukan adalah merupakan upaya meningkatkan kemampuan berbicara maupun bercerita pada siswa dengan menggunakan media. Sedangkan perbedaannya adalah pada lokasi penelitian dan siswa yang memperoleh tindakan. Selanjutnya penelitian oleh Arifuddin (2009) dengan judul Penerapan Metode Permainan Simulasi untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri No.1 Banjar Tegal Singaraja. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran permainan simulasi dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SD No.1 Banjar Tegal Singaraja. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah merupakan upaya meningkatkan kemampuan berbicara maupun bercerita pada siswa. Sedangkan perbedaannya adalah pada metode yang digunakan, lokasi penelitian dan siswa yang memperoleh tindakan. 2.3 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah: Jika pembelajaran bercerita dilakukan melalui media visual gambar seri maka kemampuan bercerita siswa akan meningkat. 2.4 Indikator Kinerja Adapun indikator kinerja dalam penelitian ini adalah setelah dilakukan pembelajaran

14 bercerita dengan media visual gambar seri 75% siswa mengalami peningkatan dalam kemampuan bercerita, dan skor pengamatan aktivitas guru minimal 75%.

II.KAJIAN PUSTAKA. Anak usia dini merupakan manusia kecil pada rentang usia 0-6 tahun yang masih. berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya.

II.KAJIAN PUSTAKA. Anak usia dini merupakan manusia kecil pada rentang usia 0-6 tahun yang masih. berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya. 7 II.KAJIAN PUSTAKA A. Anak Usia Dini Anak usia dini merupakan manusia kecil pada rentang usia 0-6 tahun yang masih memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak usia ini memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di 9 BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) 2.1 Berbicara 2.1.1 Pengertian Berbicara Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di antaranya adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu meninjau penelitian sebelumnya. Peninjauan pada penelitian lain sangat penting dilakukan. Hal ini

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III SD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III SD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III SD RONINDA HUTAGALUNG DAN HALIMATUSSAKDIAH Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED ABSTRAK Pendekatan

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam  /2007/11/19/snowballthrowing/) 8 BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA 2.1 Teknik Snowball Throwing 2.1.1 Pengertian Teknik Snowball Throwing Kiranawati (dalam http://gurupkn.wordpress.com /2007/11/19/snowballthrowing/)

Lebih terperinci

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH PENGERTIAN MEDIA Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar Media

Lebih terperinci

Macam- macam Media Penyaji dalam Pembelajaran

Macam- macam Media Penyaji dalam Pembelajaran Macam- macam Media Penyaji dalam Pembelajaran Dengan menganalisis media melalui bentuk penyajian dan cara penyajian, dapat diklasifikasikan menjadi: a. Kelompok ke-satu Dalam kelompok pertama ini berisikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara Keterampilan berbicara memiliki cakupan materi mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Media Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut: kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau

Lebih terperinci

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Oleh BUDI WALUYO (Dosen STAI An-Nur Lampung)

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Oleh BUDI WALUYO (Dosen STAI An-Nur Lampung) 17 KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Oleh BUDI WALUYO (Dosen STAI An-Nur Lampung) Abstrak Media dalam proses pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa pada dasarnya kegiatan berkomunikasi. Oleh karena itu, belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman terhadap suatu pelajaran diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. EACT yang dikutip oleh Rohani (2007:2) media adalah segala bentuk yang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. EACT yang dikutip oleh Rohani (2007:2) media adalah segala bentuk yang 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Media Kata media berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah kata tersebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau, pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah sebuah perantara atau

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI KREATIF BERBANTU MEDIA VIDEO SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN INOVATIF

MODEL SIMULASI KREATIF BERBANTU MEDIA VIDEO SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN INOVATIF MODEL SIMULASI KREATIF BERBANTU MEDIA VIDEO SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN INOVATIF Oleh: Leli Nisfi Setiana UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG lelisetiana@yahoo.com Abstrak Pembelajaran pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran 2.1.1 Pengertian media pembelajaran Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari "Medium" yang secara harfiah berarti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Media Media adalah suatu sarana yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

Lebih terperinci

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Berbicara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat(dengan perkataan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan menulis merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah. Kegiatan menulis menjadikan siswa aktif dalam kegiatan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Tugas Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

Analisis Meningkatkan kemampuan berbicara. Sitti Musdalifah DB

Analisis Meningkatkan kemampuan berbicara. Sitti Musdalifah DB Analisis Meningkatkan kemampuan berbicara Sitti Musdalifah DB Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Imu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar sittimusdalifahdb@gmail.com Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

PEMANFAATAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PEMANFAATAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Johannes Jefria Gultom Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Media sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar dipilih

Lebih terperinci

PERANAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS D.Syahruddin. Kata Kunci: Media Gambar, Pembelajaran Menulis

PERANAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS D.Syahruddin. Kata Kunci: Media Gambar, Pembelajaran Menulis PERANAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS D.Syahruddin ABSTRAK Media dalam pengertian umum merupakan sarana komunikasi. Sedangkan dalam pendidikan media dapat diartikan sebagai alat bantu yang dapat

Lebih terperinci

KEDUDUKAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

KEDUDUKAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR KEDUDUKAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Proses belajar mengajar dapat diartikan juga sebagai proses komunikasi. Dalam proses komunikasi ini terjadi urutan pemindahan informasi (pesan) dari sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bercerita dan media buku harian. Pada bagian penelitian yang relevan berisi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bercerita dan media buku harian. Pada bagian penelitian yang relevan berisi 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bagian ini berisi kajian teoretis, penelitian yang relevan, dan kerangka pikir. Pada bagian kajian teoretis berisi uraian teori tentang deskripsi bercerita dan media buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini karena fungsi bahasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran penting yang masuk dalam ujian nasional pada setiap jenjang pendidikan pelajaran yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Guruan (Association for Education and Communication technology) AECT dalam

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Guruan (Association for Education and Communication technology) AECT dalam BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Media Secara harfiah, kata media berasal dari bahasa latin medium yang memiliki arti perantara atau pengantar. Menurut

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SISWA MENGUNGKAPKAN PENDAPAT MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL DI KELAS IV SDN 2 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

KEMAMPUAN SISWA MENGUNGKAPKAN PENDAPAT MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL DI KELAS IV SDN 2 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO KEMAMPUAN SISWA MENGUNGKAPKAN PENDAPAT MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL DI KELAS IV SDN 2 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Hartati Raden Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pembimbing I : Dra. Hj. Evi Hasim, M.Pd Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong kegiatan belajar.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup aspek mendegarkan, berbicara,

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup aspek mendegarkan, berbicara, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa merupakan dasar pengetahuan bagi manusia. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup aspek mendegarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Menurut Tarigan yang

Lebih terperinci

Public Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom.

Public Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom. Public Speaking Modul ke: 03 Ety Fakultas ILMU KOMUNIKASI Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal Sujanti, M.Ikom. Program Studi

Lebih terperinci

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN SENI RUPA Tim Dosen Media TUJUAN PENDIDIKAN Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR (Ayu Prasetyarini) Abstract

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR (Ayu Prasetyarini) Abstract ISSN : 2337-3253 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR (Ayu Prasetyarini) Abstract This research is motivated by the lack of results from learning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya selalu seiring dengan perkembangan manusia. Melalui pendidikan pula berbagai aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Mulyono (2001: 26) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELAPORKAN DENGAN MEDIA FILM ANIMASI PADA SISWA KELAS VIII SMPN 12 YOGYAKARTA

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELAPORKAN DENGAN MEDIA FILM ANIMASI PADA SISWA KELAS VIII SMPN 12 YOGYAKARTA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELAPORKAN DENGAN MEDIA FILM ANIMASI PADA SISWA KELAS VIII SMPN 12 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS DI SEKOLAH DASAR

PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS DI SEKOLAH DASAR PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS DI SEKOLAH DASAR Enita Istriwati Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Pos-el: info@balaibahasajateng.web.id Pos-el penulis:nicole_helan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan

BAB II LANDASAN TEORI. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Menulis Paragraf Persuasif 1. Pengertian Menulis Pada dasarnya menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada penelitian ini variabel penelitiannya adalah penggunaan media gambar seri. 2.1.1. Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu, dengan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. proses kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya media, proses kegiatan

BAB II KERANGKA TEORI. proses kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya media, proses kegiatan BAB II KERANGKA TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Media Kartu Kata Bergambar a. Hakikat Media Pembelajaran Media pembelajaran mempunyai peranan yang penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 KUALA TUNGKAL TAHUN AJARAN 2013/2014 BERCERITA DENGAN ALAT PERAGA SKRIPSI OLEH SONIA PRYANKA

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 KUALA TUNGKAL TAHUN AJARAN 2013/2014 BERCERITA DENGAN ALAT PERAGA SKRIPSI OLEH SONIA PRYANKA ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 KUALA TUNGKAL TAHUN AJARAN 2013/2014 BERCERITA DENGAN ALAT PERAGA SKRIPSI OLEH SONIA PRYANKA NIM. A1B109055 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis seperti membuat ikhtisar, menulis puisi, mencatat pelajaran, menulis

BAB I PENDAHULUAN. menulis seperti membuat ikhtisar, menulis puisi, mencatat pelajaran, menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat. Suparno & Mohamad Yunus menyatakan menulis sangat bermanfaat untuk: (1) meningkatkan kecerdasan, (2) mengembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa tunarungu adalah salah satu anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam pendengaran, sehingga untuk mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang secara harfiah berarti Perantara atau Pengantar yaitu perantara atau pengantar sumber

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara

Lebih terperinci

Dari Batasan-Batasan Itu Media Dapat Disimpulkan

Dari Batasan-Batasan Itu Media Dapat Disimpulkan Media Pembelajaran PENGERTIAN MEDIA Gange (1978) mengartikan media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara Heinich dan Russel (1989) mengartikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Artinya, dalam bercerita seseorang melibatkan pikiran, kesiapan mental,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Artinya, dalam bercerita seseorang melibatkan pikiran, kesiapan mental, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Bercerita 1. Pengertian Bercerita Bercerita merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Artinya, dalam bercerita seseorang melibatkan pikiran, kesiapan mental,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sains tersebut (Gallagher, 2007). Dengan demikian hasil belajar sains diharapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sains tersebut (Gallagher, 2007). Dengan demikian hasil belajar sains diharapkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Generik Sains Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan pengetahuan sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan yang. memfasilitasi proses pertumbuhan dan perkembangan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan yang. memfasilitasi proses pertumbuhan dan perkembangan anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan yang memfasilitasi proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Upaya untuk memfasilitasi perkembangan anak

Lebih terperinci

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN :

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN : TUJUAN PENDIDIKAN: Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

BAB. II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB. II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Pengertian aktivitas adalah semua kegiatan seseorang dalam mengikuti suatu kegiatan baik secara kelompok maupun perorangan atau individu. Menurut

Lebih terperinci

BANK KATA: Ide Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Oleh: Asri Musandi Waraulia, M.Pd.

BANK KATA: Ide Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Oleh: Asri Musandi Waraulia, M.Pd. BANK KATA: Ide Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh: Asri Musandi Waraulia, M.Pd. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia mempunyai empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menulis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran IPA Dalam berbagai sumber dinyatakan bahwa hakikat sains adalah produk, proses, dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan Mata. 1. Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan Mata. 1. Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Meningkatkan Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan Mata Pelajaran IPS 1. Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan a. Pengertian Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan

Lebih terperinci

MEDIA GAMBAR SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA SISWA SEKOLAH DASAR Oleh: Arif Mustofa*

MEDIA GAMBAR SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA SISWA SEKOLAH DASAR Oleh: Arif Mustofa* MEDIA GAMBAR SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA SISWA SEKOLAH DASAR Oleh: Arif Mustofa* Abstrak Selama ini, pembelajaran apresiasi puisi sering menjadi momok yang menakutkan bagi siswa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha sadar, terencana, dan disengaja untuk mengembangkan dan membina sumber daya manusia. Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Untuk menjaga kelestarian dan kemurnian bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pendidikan. Pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang

BAB II LANDASAN TEORI. pendidikan. Pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembelajaran Pembelajaran merupakan bagian dari salah satu proses yang penting dalam pendidikan. Pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Media Secara etimologi, kata media merupakan bentuk jamak dari medium, yang berasal dan bahasa Latin medius yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas adalah kegiatan atau keaktifan jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting yang sangat strategis karena memberikan bekal kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting yang sangat strategis karena memberikan bekal kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai peranan penting yang sangat strategis karena memberikan bekal kemampuan dasar baca, tulis, hitung. Selain

Lebih terperinci

2/22/2012 METODE PEMBELAJARAN

2/22/2012 METODE PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARAN Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi yang sudah direncanakan. Jenis metode pembelajaran : Ceramah : penyajian melalui penuturan secara lisan/penjelasan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Pembelajaran Kanji Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji berarti mempelajari bentuk, arti dan cara baca dari sebuah kanji. Kanji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Dengan bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses

I. PENDAHULUAN. pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upayaupaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses kegiatan pembelajaran disekolah, ada saat-saat tertentu dimana

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses kegiatan pembelajaran disekolah, ada saat-saat tertentu dimana 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Hasil Belajar Dalam proses kegiatan pembelajaran disekolah, ada saat-saat tertentu dimana guru harus menyelidiki hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas katakata atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Pembelajaran Scientific 1. Pengertian Pendekatan Scientific Pendekatan scientific lebih dikenal dengan istilah pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Permendikbud No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2001: 289), bercerita merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. (2001: 289), bercerita merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kreatif dan berbudaya adalah keterampilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tematik 2.1.1 Pengertian Tematik Menurut Hadi Subroto (2000:9), pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu tema tertentu yang mengaitkan dengan pokok

Lebih terperinci

BAB II PENGGUNAAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

BAB II PENGGUNAAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA BAB II PENGGUNAAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA A. Definisi Belajar dan Pembelajaran Menurut Arsyad (2007: 1) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi. Interaksi tersebut selalu didukung oleh alat komunikasi vital yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (4) berpidato, (5) berdiskusi.

TINJAUAN PUSTAKA. (4) berpidato, (5) berdiskusi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Keterampilan Bercerita a. Pengertian bercerita Bercerita merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Artinya, dalam bercerita seseorang melibatkan pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN Berbicara adalah salah satu dari keterampilan bahasa yang ditekankan pencapaiannya melalui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

Wacana Didaktika. Oleh Ade Kusnan Afandi. 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. A. Pendahuluan

Wacana Didaktika. Oleh Ade Kusnan Afandi. 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. A. Pendahuluan Perbandingan Pengaruh Media Rekaman dan Media Gambar Terhadap Kemampuan Menulis Karangan Narasi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Indramayu Tahun Pelajaran 2013/2014 Oleh Ade Kusnan Afandi ABSTRAK Fokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA 58 PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Sri Utami Universitas Wisnuwardhana Malang ABSTRAK Dalam pembelajaran bahasa

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam kehidupan modern saat ini, penguasaan bahasa bagi seseorang mutlak diperlukan. Keterampilan berbahasa seseorang harus mengacu

Lebih terperinci

Rizmada Azzahra 1) 1) Universitas Khairun, Ternate, Maluku Utara, Indonesia. 1) ABSTRAK

Rizmada Azzahra 1) 1) Universitas Khairun, Ternate, Maluku Utara, Indonesia.   1) ABSTRAK ANALISIS PEMBUATAN VIDEO MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH PEMBELAJARAN MENYIMAK OLEH MAHASISWA KELAS A SEMESTER V PRODI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE Rizmada Azzahra 1) 1)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Graaves dalam Masnur Muslich (2010:121). Fungsi dasar pengajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Graaves dalam Masnur Muslich (2010:121). Fungsi dasar pengajaran BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Menulis Menulis sangat penting di sekolah dasar khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. adapun fungsi menulis menurut pendapat Graaves dalam Masnur

Lebih terperinci

ALAT PERAGA INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

ALAT PERAGA INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ALAT PERAGA INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Mata kuliah : Pengembangan Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Dosen Pengampu : Tabah Subekti, M.Pd Nama Kelompok : 1. Dodo Prastyoko 2. Anggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Persepsi dalam arti luas menurut Leavitt (2006:27) dapat diartikan Pandangan

II. KERANGKA TEORETIS. Persepsi dalam arti luas menurut Leavitt (2006:27) dapat diartikan Pandangan 5 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi Persepsi dalam arti luas menurut Leavitt (2006:27) dapat diartikan Pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang dan mengartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang wajib dikuasai oleh siswa. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. hal yang wajib dikuasai oleh siswa. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pada pembelajaran jenjang sekolah dasar, membaca menjadi salah satu hal yang wajib dikuasai oleh siswa. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang menghadapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus dipelajari dan dikuasai yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

URGENSI MEDIA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR

URGENSI MEDIA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR URGENSI MEDIA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR Arrofa Acesta *Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Kuningan arrofa.acesta@uniku.ac.id Abstrak Media pembelajaran yang dikemas dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang

TINJAUAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang 11 TINJAUAN PUSTAKA A. Media maket Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang secara harfiah berarti Perantara atau Pengantar yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci