ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON DAN DENDENG SAPI DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON DAN DENDENG SAPI DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA"

Transkripsi

1 ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON DAN DENDENG SAPI DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA Arista Heny Untari, Eny Lestari, Erlyna Wida Riptanti Program Studi Agribisnis Universitas Sebelas Maret Telp Abstract: This research aims to determine the value added per raw material and per worker industry of shredded beef and jerkybeef in Jebres, Surakarta; the difference is statistically on value added per raw material and per worker between industry of shredded beef and jerkybeef in Jebres, Surakarta; determine cost, revenue, profit, and efficiency of industry of shredded beef and jerky beef in Jebres, Surakarta. The basic method of this research is descriptive analytic method. Methods of location selection research is purposive, namely Surakarta. Techniques correspond with the census method. The results showed that (1) value added per raw material for shredded beef Rp ,76, while the value added per raw material for jerky beef Rp ,63, value added per worker in industry shredded beef Rp 8.953,57, while the value added per worker in industry of jerkybeef Rp 5.823,70, (2) value added per worker between shredded beef and jerky beef is not significant. Value added per raw materials between shredded beef and jerky beef are not significant. (3) total cost to the industry shredded beef Rp ,13/month, while jerky beef Rp ,70/month; revenue in industry shredded beef Rp ,67/month, while jerky beef Rp ,00/month; profit on shredded beef industry is Rp ,54/month, while beef jerky Rp ,31/month; the efficiency in industry shredded beef 1,14, while jerkybeef industry 1,16. Keywords: Value Added, Shredded Beef, Jerky Beef, Jebres, Surakarta Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai tambah per bahan baku dan per tenaga kerja pada industri abon sapi dan dendeng sapi di Kecamatan Jebres, Kota Surakarta; perbedaan secara statistik nilai tambah per bahan baku dan per tenaga kerja antara industri abon sapi dan dendeng sapi di Kecamatan Jebres, Kota Surakarta; besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, dan efisiensi usaha pada industri abon sapi dan dendeng sapi di Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Metode dasar penelitian ini adalah adalah metode deskriptif analitik. Metode dasar penelitian ini adalah adalah metode deskriptif analitik. Metode pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, yaitu Kota Surakarta. Teknik pengambilan responden dengan metode sensus, yaitu semua subyek penelitian dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) nilai tambah per bahan baku pada industri abon sapi Rp ,76, sedangkan nilai tambah per bahan baku pada industri dendeng sapi Rp ,63;nilai tambah per tenaga kerja pada industri abon sapi sebesar Rp 8.953,57, sedangkan nilai tambah per tenaga kerja pada industri dendeng sapi sebesar Rp 5.823,70; (2) industri abon sapi maupun dendeng sapi memiliki nilai tambah per bahan baku yang tidak berbeda nyata, industri abon sapi maupun dendeng sapi memiliki nilai tambah per tenaga kerja yang tidak berbeda nyata. (3) biaya total pada industri abon sapi sebesar Rp ,13/bulan, sedangkan dendeng sapi Rp ,70/bulan; penerimaan pada industri abon sapi sebesar Rp ,67/bulan, sedangkan dendeng sapi Rp ,00/bulan;keuntungan pada industri abon sapi sebesar Rp ,54/bulan, sedangkan dendeng sapi Rp ,31/bulan; efisiensi usaha pada industri abon sapi sebesar 1,14, sedangkan dendeng sapi 1,16. Kata kunci: Nilai Tambah, Abon Sapi, Dendeng Sapi, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta

2 PENDAHULUAN Subsektor peternakan yang merupakan bagian dari sektor pertanian masih merupakan sektor strategis dalam menopang perekonomian regional maupun nasional. Menurut Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah dalam rencana strategis , pembangunan peternakan memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian nasional maupun regional Jawa Tengah, melalui pencapaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sumber devisa melalui ekspor, penyediaan bahan pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan melalui penyediaan lapangan kerja dan juga memiliki kontribusi yang tidak langsung, yaitu mampu menciptakan efek domino (multiplier effect). Mengingat bahwa hasil-hasil petanian memiliki sifat yang mudah rusak. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan produksi pertanian tersebut, dalam hal ini adalah agroindustri. Menurut Habibie, et. al. (1995), agroindustri sebagai subsistem pertanian mempunyai potensi sebagai pendorong pertumbuhan kawasan ekonomi, karena memiliki peluang pasar yang lebih luas dan nilai tambah (value added) yang besar. Selain itu, pengembangan agroindustri dapat menjadi pintu masuk (entry point) proses transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri. Nilai tambah terhadap produk hasil pertanian diperoleh dari adanya proses pengolahan. Industri pengolahan di Kota Surakarta memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian di kota tersebut. pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Persentase Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) 2000 Kota Surakarta Tahun No. Sektor Tahun 2010 (%) 2011 (%) 1. Pertanian 0,06 0,05 2. Penggalian 0,04 0,03 3. Industri Pengolahan 25,02 24,26 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 2,34 2,38 5. Bangunan 13,17 13,25 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 26,80 27,10 7. Pengangkutan dan Komunikasi 10,08 10,16 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 10,17 10,49 9. Jasa-jasa 12,34 12,27 Sumber : BPS Kota Surakarta 2012 Sektor industri pengolahan dibagi dalam 9 subsektor. Kontribusi sektor industri pengolahan Kota Surakarta PDRB ADHK 2000 Tahun didominasi oleh sub sektor industri makanan, minuman, dan tembakau. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 2 berikut.

3 Tabel 2. Persentase Distribusi Sektor Industri Pengolahan PDRB ADHK 2000 Kota Surakarta Tahun No. Sub Sektor Tahun 2010 (%) 2011 (%) 1. Makanan, minuman, dan tembakau 10,99 10,62 2. Tekstil, barang kulit, dan alas kaki 4,04 3,97 3. Barang kayu dan hasil hutan lain 1,57 1,47 4. Kertas, barang cetakan 2,95 2,88 5. Pupuk, kimia, dan barang dari karet 0,21 0,20 6. Semen dan barang bukan logam 0,44 0,44 7. Logam dasar, besi, dan baja 0,00 0,00 8. Alat angkutan, mesin, dan peralatan 1,54 1,51 9. Barang lainnya 3,29 3,17 Sumber: BPS Kota Surakarta 2012 Abon dan dendeng merupakan produk dari sub sektor makanan minuman, dan tembakau. Abon dan dendeng sapi sama-sama berbahan baku dari hasil peternakan. Usaha pengolahan abon dan dendeng sapi ini banyak dikembangkan di Kota Surakarta, mengingat bahwa Kota Surakarta menjadi salah satu kota tujuan wisata. Banyaknya usaha pengolahan daging sapi segar menjadi abon maupun dendeng sapi, dapat dilihat di Tabel 3 berikut. Tabel 3. Banyaknya Usaha Hasil Olahan Ternak di Kota Surakarta Tahun 2011 No. Jenis Olahan Abon Dendeng Rambak Daging Giling Jumlah Sumber : BPS Kota Surakarta Tahun 2012 Berdasarkan latar belakang diatas, mendorong peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai nilai tambah dari daging sapi sebagai bahan baku abon dan dendeng di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji besarnya nilai tambah per bahan baku dan per tenaga kerja pada industri abon sapi dan dendeng sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta, membandingkan nilai tambah per bahan baku dan per tenaga kerja antara industri abon sapi dan industri menjadi dendeng sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta, mengetahui dan mengkaji besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, dan efisiensi usaha pada industri abon sapi dan dendeng sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Pengambilan lokasi daerah penelitian ini secara purposive. Metode pengambilan responden untuk industri abon sapi dan dendeng sapi dalam penelitian ini dengan metode sensus. Metode Analisis Data Nilai Tambah Bruto NTb = NA-BA... (1) NTb = Na (Bb+Bp)... (2)

4 BA adalah biaya antara (Rp), Na adalah nilai produk akhir (Rp), Bb adalah biaya bahan baku (Rp),Bp adalah biaya bahan penolong (Rp). Nilai Tambah Netto(NTn) NTn = NTb NP... (3) nilai awal nilai sisa NP umur ekonomis (4) NTb adalah nilai tambah bruto (Rp), NP adalah nilai penyusutan (Rp), NTn adalah nilai tambah netto (Rp). Nilai Tambah per Bahan Baku NTbb = NTb : bb...(5) NTbb adalah nilai tambah per bahan baku yang digunakan (Rp/kg), NTb adalah nilai tambah bruto (Rp), bb adalah jumlah bahan baku yang digunakan (kg). Menghitung Nilai Tambah per Tenaga Kerja (NTtk) NTtk = NTb : TK... (6) Keterangan: NTtk adalah nilai tambah per tenaga kerja (Rp/JKO), NTb adalah nilai tambah bruto (Rp), TK adalah jumlah jam kerja (JKO) (Tarigan, 2004) Uji Statistik untuk Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Daging Sapi (t-test) Menurut M. Iqbal (2003) langkahlangkah dalam pengujian perbedaan nilai tambah adalah sebagai berikut: Formulasi H 0 dan H 1. Hipotesis: H 0 : artinya tidak ada perbedaan yang nyata nilai tambah per bahan baku atau nilai tambah per tenaga kerja antara industri abon sapi dan industri dendeng sapi. H 1 : artinya ada perbedaan yang nyata nilai tambah per bahan baku atau nilai tambah per tenaga kerja antara industri abon sapi dan industri dendeng sapi. Menentukan level of significance. Dalam penelitian ini digunakan α= Nilai t tabel = t (α/2) Rule of the test. H 0 diterima apabila t (α/2) t 0 t (α/2). H 0 ditolak apabila t 0 > t (α/2) atau t 0 < -t(α/2). Uji statistik ( ) ( ) ( ) n (7) Xi X i t S Dimana : n 1 (8) Keterangan: X 1 adalah rata-rata nilai tambah per bahan baku pada pengolahan daging sapi menjadi abon sapi (Rp/Kg), X 2 adalah rata-rata nilai tambah per bahan baku pada pengolahan daging sapi menjadi dendeng sapi (Rp/Kg), S1 2 adalah varian nilai tambah per bahan baku pada pengolahan daging sapi menjadi abon sapi, S2 2 adalah varian nilai tambah per bahan baku pada pengolahan daging sapi menjadi dendeng sapi, n 1 adalah jumlah responden pengolah daging sapi menjadi abon sapi, n 2 adalah jumlah responden pengolah daging sapi menjadi dendeng sapi. Kesimpulan. Diterimanya H 0 atau ditolaknya H 0. Menghitung keuntungan usaha π = TR TC... (9) πadalah keuntungan usaha pengolahandaging sapi menjadi abon sapi atau dendengsapi (Rp/bulan), TR adalah penerimaan total usaha abon sapi atau dendeng sapi (Rp/bulan), TC adalah biaya total 2

5 usaha pengolahan daging sapi menjadi abon sapi atau dendeng sapi (Rp/bulan. Untuk biaya total dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : TC = TFC + TVC... (10) TC adalah biaya total usaha abon sapi atau dendeng sapi (Rp/bulan), TFC adalah biaya tetap usaha pengolahan daging sapi menjadi abon sapi atau dendeng sapi (Rp/bulan), VC adalah biaya variabel usaha pengolahan daging sapi menjadi abon sapi atau dendeng sapi (Rp/bulan). Untuk menghitung penerimaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : TR = Q x P... (11) TR adalah penerimaan total usaha HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Identitas Responden Industri Abon dan Dendeng Sapi abon sapi atau dendeng sapi (Rp/bulan), P adalah harga produk abon sapi atau dendeng sapi (Rp/kemasan), Q adalah jumlah produk abon sapi atau dendeng sapi kemasan/bulan. Efisiensi usaha pengolahan abon sapi atau dendeng sapi Diketahui dengan menggunakan rumus R/C rasio sebagai berikut : R/C ratio:... (12) Kriteria : R/C rasio >1 berarti usaha abon sapi atau dendeng sapi efisien, R/C rasio = 1 berarti usaha abon sapi atau dendeng sapi belum efisien atau usaha mencapai titik impas, R/C rasio < 1 berarti usaha abon sapi atau dendeng sapi tidak efisien. Identitas rata-rata sepuluh responden produsen abon sapi dan dendeng sapi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Identitas Responden pada Industri Abon Sapi dan Industri Dendeng Sapi No Uraian Rata-rata Abon Sapi Dendeng Sapi 1. Umur (th) 49,83 55,50 2. Lama pendidikan (th) 13,17 14,00 3. Jumlah anggota keluarga (orang) 5,00 4,00 4. Jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usaha (orang) 1,00 1,00 5. Lama mengusahakan (th) 18,17 18,00 Rata-rata umur responden abon sapi adalah 49,83 tahun, sedangkan dendeng sapi 55,50 tahun. Rata-rata lama pendidikan yang telah ditempuh oleh produsen abon sapi adalah 13,17 tahun atau setara dengan SMA. Rata-rata lama pendidikan yang telah ditempuh oleh produsen dendeng sapi adalah 14 tahun atau setara dengan SMA. Ratarata jumlah anggota keluarga dengan jumlah tenaga kerja yang aktif dalam produksi abon sapi maupun dendeng sapi sebanyak 1 orang. Rata-rata industri abon sapi telah dijalankan selama 18,17 tahun. Sedangkan,

6 kegiatan usaha dendeng sapi rata-rata usaha ini telah dijalankan selama 18 tahun. Analisis Nilai Tambah pada Industri Abon dan Dendeng Sapi Besarnya analisis nilai tambah pada industri abon sapi dan dendeng sapi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Analisis Rata-rata Nilai Tambah Industri Abon dan Dendeng Sapi No. Uraian Rata-rata Abon Sapi Dendeng Sapi 1. Nilai akhir (NA) (Rp) , ,00 2. Biaya antara (BA) (Rp) , ,50 3. Nilai tambah bruto (NTb) (1-2) (Rp) , ,50 4. Nilai penyusutan (NP) (Rp) , ,71 5. Nilai tambah netto (NTn) (3-4) (Rp) , ,79 6. Jumlah bahan baku yang digunakan (Kg) 713, Nilai tambah per bahan baku (NTbb) (3:6) (Rp/Kg) , ,63 8. Jumlah jam kerja yang digunakan (JKO) 1.469,33 294,75 9. Nilai tambah per tenaga kerja (NTtk) (3:8) (Rp/JKO) 8.953, ,70 Sumber : Analisis Data Primer Tabel 5 menunjukkan analisis nilai tambah yang meliputi nilai tambah bruto, nilai tambah netto, nilai tambah per bahan baku, dan nilai tambah per tenaga kerja. Menurut Tarigan (2004), nilai produksi tidak sama dengan nilai tambah karena didalam nilai produksi telah terdapat biaya antara biaya antara. Menghitung nilai produksi sebagai pendapatan regional bisa mengakibatkan perhitungan ganda (double accounting). Produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar adalah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah itu. Yang dimaksud dengan nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Jadi dengan menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkannya akan menghasilkan produk regional atas dasar harga pasar. Industri abon dan dendeng sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta menyumbangkan Rp ,33 dan Rp ,50 pada sektor industri pengolahan di Kota Surakarta yang nantinya akan menjadi pendapatan regional Kota Surakarta. Yang menjadi pendapatan masyarakat setempat hanyalah yang bersifat nilai tambah dari kegiatan produksi tersebut. Nilai tambah inilah yang mengukur tingkat kemakmuran masyarakat Kota Surakarta dengan asumsi seluruh pendapatan itu dinikmati masyarakat setempat. Nilai tambah netto (NTn) adalah selisih antara nilai tambah bruto dengan penyusutan peralatan. Nilai tambah netto yang diberikan olehindustri abon sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta sebesar Rp ,63dengan nilai penyusutan alat sebesar Rp ,70. Nilai tambah netto yang diberikan pada industri dendeng sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta sebesar Rp ,79dengan nilai penyusutan sebesar Rp ,71.

7 Rata-rata nilai tambah per bahan baku pada industri abon sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta sebesar Rp ,76dengan ratarata nilai tambah bruto Rp ,33dan rata-rata jumlah bahan baku yang digunakan 713 kg. NTbb pada industri abon sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta artinya setiap 1 kg daging sapi yang digunakan sebagai bahan baku dalam industri abon sapi akan memberikan nilai tambah sebesar Rp ,76. Sedangkan, NTbb pada industri dendeng sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta sebesar Rp ,63dengan rata-rata nilai tambah bruto sebesar Rp ,50 dengan rata-rata jumlah bahan baku yang digunakan sebesar 58,75 kg. NTbb pada industri dendeng sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta artinya setiap 1 kg daging sapi yang digunakan dalam proses produksi dendeng sapi akan memberikan nilai tambah sebesar Rp ,63. Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai tambah per tenaga kerja (NTtk) pada industri abon sapi Rp 8.953,57. Ini berarti setiap 1 jam kerja dapat memberikan nilai tambah sebesar Rp 8.953,57. Untuk industri dendeng sapi memiliki rata-rata nilai tambah per tenaga kerja sebesar Rp 5.823,70 yang berarti bahwa setiap 1 jam kerja memberikan nilai tambah sebesar Rp 5.823,70. NTtk yang dihasilkan ini merupakan nilai tambah atas seluruh kegiatan dalam proses produksi. Rata-rata jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk membuat abon sapi adalah 14,5 jam/sekali produksi dan untuk membuat dendeng sapi adalah 73,5 jam/sekali produksi. Uji Statistik untuk Perbandingan Nilai Tambah per Bahan Baku dan per Tenaga Kerja Pengolahan Daging Sapi (t-test) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dalam dua hal tersebut dilakukan dengan menggunakan uji statistik yaitu menggunakan uji t yang sebelumnya didahului dengan melakukan uji F untuk mengetahui homogenitas dua varians. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini: Diduga terdapat perbedaan yang nyata nilai tambah per bahan baku dan nilai tambah per tenaga kerja antara industri abon sapi dan industri dendeng sapi di Kota Surakarta. Adapun rata-rata nilai tambah per bahan baku dan nilai tambah per tenaga kerja dalam usaha pengolahan daging sapi menjadi abon sapi dan dendeng sapi dalam dilihat pada Tabel 6 berikut: Tabel 6. Rata-rata dan Analisis t-test Nilai Tambah per Bahan Baku (NTbb) dan per Tenaga Kerja (NTtk) pada Industri Abon dan Dendeng Sapi No. Uraian Abon Sapi Dendeng Sapi 1. NTbb (Rp/Kg) , ,63-0,368 2, NTtk (Rp/JKO) 8.953, ,70 0,707 2,306 Berdasarkan hasil uji F dengan SPSS diketahui bahwa nilai rata-rata NTbb antara abon dan dendeng sapi diasumsikan memiliki varian yang t hitung Uji t t tabel sama. Nilai t hitung negatif, berarti ratarata group 1 (abon sapi) lebih rendah dari pada rata-rata group 2 (dendeng sapi). Uji statistik(t-test) terhadap

8 NTbb daging sapi menghasilkan nilai t hitung sebesar -0,368. Hal ini berarti nilai t hitung lebih kecil daripada nilai t- sapi). Uji statistik(t-test) terhadap NTtk daging sapi menghasilkan nilai t hitung sebesar 0,707. Hal ini berarti tabel 2,306. Berdasarkan hasil nilai t hitung lebih kecil daripada nilai t- tersebut maka hipotesis ditolak yang tabel 2,306. Berdasarkan hasil berarti bahwa tidak terdapat tersebut maka hipotesis ditolak yang perbedaan yang nyata NTbb antara berarti bahwa tidak terdapat abon sapi dan dendeng sapi. Berdasarkan hasil uji F dengan SPSS diketahui bahwa nilai rata-rata NTtk antara abon dan dendeng sapi diasumsikan memiliki varian yang sama. Nilai t hitung positif, berarti ratarata group 1 (abon sapi) lebih tinggi dari pada rata-rata group 2 (dendeng perbedaan yang nyata NTtk antara abon sapi dan dendeng sapi. Biaya Industri Abon dan Dendeng Sapi Responden Besarnya rata-rata biaya total untuk proses produksi abon sapi dan dendeng sapi selama satu bulan dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. Tabel 7. Rata-rata Biaya Total Industri Abon dan Dendeng Sapi Responden (Rp/bulan) Abon Dendeng Macam Biaya Rata-rata (Rp/bulan) % Rata-rata (Rp/bulan) % 1. Tetap ,79 0, ,20 1,32 2. Variabel ,33 99, ,50 98,68 Total , , No. Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa rata-rata biaya total per bulan pada industri abon sapi sebesar Rp ,13/bulan, Sedangkan pada industri dendeng sapi rata-rata biaya total per bulan sebesar Rp ,70/bulan. Biaya tetap pada industri abon dan dendeng sapi terdiri dari biaya penyusutan peralatan dan biaya bunga modal investasi. Sedadangkan biaya tetap terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja. Total rata-rata biaya total per bulan pada industri abon sapi lebih besar dibanding dengan total rata-rata biaya total industri dendeng sapi karena frekuensi produksi abon sapi lebih sering dan volume produksi lebih besar daripada industri dendeng sapi. Produksi abon sapi lebih sering dilakukan daripada produksi dendeng sapi disebabkan oleh permintaan abon sapi lebih tingg daripada permintaan dendeng sapi. Penerimaan Industri Abon dan Dendeng Sapi Responden Penerimaan rata-rata per bulan industri abon sapi dan dendeng sapi dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

9 Tabel 8. Rata-rata Penerimaan Responden Industri Abon dan Dendeng Sapi Berdasarkan Kemasan (Rp/bulan) No. Uraian Rata-rata Unit Harga (Rp) Jumlah (Rp) 1. Abon Berlabel a. 100 gr b. 250 gr Tidak berlabel a. 100 gr b. 250 gr c gr , , , , , , , , , ,00 Total ,67 2. Dendeng Berlabel 250 gr Tidak berlabel 5000 gr , , , ,00 Total ,00 Rata-rata total penerimaan per bulan industri abon sapi sebesar Rp ,67/bulan. Rata-rata total penerimaan per bulan industri dendeng sapi sebesar Rp ,00/bulan. Keuntungan Industri Abon dan Dendeng Sapi Responden Untuk mengetahui keuntungan masing-masing industri dapat dilihat pada Tabel 9 berikut. Tabel 9. Rata-rata Keuntungan Responden Industri Abon dan Dendeng (Rp/bulan) No. Uraian Rata-rata Abon Dendeng 1. Penerimaan (Rp/bulan) , ,00 2. Total biaya (Rp/bulan) , ,70 Keuntungan (Rp/bulan) , ,31 Pada Tabel 9 menunjukkan adanya perbedaan keuntungan pada masing-masing industri, abon sapi dan dendeng sapi. Pada industri abon sapi memperoleh keuntungan ratarata sebesar Rp ,54/bulan, sedangkan pada industri dendeng sapi memperolah keuntungan ratarata sebesar Rp ,31/bulan. Efisiensi Industri Abon dan Dendeng Sapi Responden Besarnya efisiensi usaha industri abon sapi dan dendeng sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini. Tabel 10. Rata-rata Efisiensi Usaha Industri Abon dan Dendeng Sapi Responden No. Uraian Rata-rata Abon Dendeng 1. Total penerimaan (Rp/bulan) , ,00 2. Total biaya (Rp/bulan) , ,70 Efisiensi Usaha 1,14 1,16

10 Tabel 10 menunjukkan bahwa efisiensi industri abon sapi responden dalam satu bulan produksi adalah sebesar 1,14, sedangkan efisiensi industri dendeng sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta dalam satu bulan produksi adalah sebesar 1,16, artinya industri abon sapi dan dendeng sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta yang telah dijalankan ini termasuk kategori efisien karena nilai R/C rasionya > 1. KESIMPULAN Rata-rata nilai tambah per bahan baku pada industri abon sapi di kecamtan Jebres Kota Surakarta sebesar Rp ,76, sedangkan pada industri dendeng sapi sebesar Rp ,63. Besarnya rata-rata nilai tambah per tenaga kerja pada industri abon sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta adalah Rp 8.953,57, sedangkan pada industri dendeng sapi adalah Rp Rp 5.823,70.Tidak ada perbedaan yang nyata pada nilai tambah per bahan baku dan per tenaga kerja pada industri abon sapi dan pada industri dendeng sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Besarnya rata-rata total biaya yang dikeluarkan oleh industri abon sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta sebesar Rp ,13/bulan, sedangkan pada industri dendeng sapi sebesar Rp ,70/bulan. Besarnya rata-rata total penerimaan yang diterima oleh oleh industri abon sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta sebesar Rp ,67/bulan, sedangkan pada industri dendeng sapi sebesar Rp ,00/bulan. Besarnya rata-rata keuntungan pada industri abon sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta sebesar Rp ,54/bulan, sedangkan pada industri dendeng sapi sebesar Rp ,31/bulan, artinya kedua industri tersebut menguntungkan. Efisiensi usaha pada industri abon sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta adalah 1,14 dan pada industri dendeng sapi adalah 1,16, artinya kedua industri tersebut sudah efisien. SARAN Saran yang dapat diberikan adalah bagi Disperindag diharapkan mampu mengembangkan industri abon maupun dendeng sapi dapat menciptakan nilai tambah yang lebih besar yang nantinya akan memberikan kontribusi pada sektor industri pengolahan dan meningkatkan PDRB Kota Surakarta. Agar dapat meningkatkan keuntungan sebaiknya produsen abon maupun dendeng sapi meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas daerah pemasarannya. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kota Surakarta dalam Angka Tahun Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah Rencana Strategis Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah Habibie, Arifien, Nono R dan Anwar Wardhani Pengembangan Tenaga Kerja Off Farm Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Pedesaan, Makalah Seminar Nasional Liberalisasi Ekonomi,Pemerataan dan Pengentasan Kemiskinan., Penyelenggara Cides dan Pusat PenelitianPembangunan Pedesaan dan Kawasan

11 (P3KP). Universitas Gajah Mada. Tiara Wacana. Yogyakarta. Tarigan, Robinson Ekonomi Regional. Bumi Aksara. Jakarta. Hasan, M. Iqbal Pokok-pokok Materi Statistik 2. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON DAN DENDENG SAPI DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA. Skripsi. Oleh : ARISTA HENY UNTARI H

ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON DAN DENDENG SAPI DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA. Skripsi. Oleh : ARISTA HENY UNTARI H ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON DAN DENDENG SAPI DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA Skripsi Oleh : ARISTA HENY UNTARI H 0809015 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 i ANALISIS

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 184.845.034 194.426.046 9.581.012 5,18 2 Usaha Menengah (UM)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini di lakukan di Desa Lamahu Kecamatan Bulango Selatan, Kabupten Bone Bolango, kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang

Lebih terperinci

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH IKAN LELE PADA INDUSTRI MAKANAN OLAHAN LELE AL-FADH KABUPATEN BOYOLALI

ANALISIS NILAI TAMBAH IKAN LELE PADA INDUSTRI MAKANAN OLAHAN LELE AL-FADH KABUPATEN BOYOLALI ANALISIS NILAI TAMBAH IKAN LELE PADA INDUSTRI MAKANAN OLAHAN LELE AL-FADH KABUPATEN BOYOLALI Nadia Nur Sholihah, R. Kunto Adi, Nuning Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON AMPEL DI KABUPATEN BOYOLALI. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Program Studi Agrobisnis

ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON AMPEL DI KABUPATEN BOYOLALI. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Program Studi Agrobisnis ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON AMPEL DI KABUPATEN BOYOLALI Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Program Studi Agrobisnis Oleh : Triana Yuliastuti H0305041 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA DENDENG SAPI CV. GUNUNG SEULAWAH ACEH DI KECAMATAN LUENG BATA ACEH BESAR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA DENDENG SAPI CV. GUNUNG SEULAWAH ACEH DI KECAMATAN LUENG BATA ACEH BESAR ANALISIS KELAYAKAN USAHA DENDENG SAPI CV. GUNUNG SEULAWAH ACEH DI KECAMATAN LUENG BATA ACEH BESAR Ayu Fatma Zuhra Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Almuslim ABSTRAK Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH DODOL RUMPUT LAUT PADA INDUSTRI CITA RASA DI KELURAHAN TINGGEDE KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH DODOL RUMPUT LAUT PADA INDUSTRI CITA RASA DI KELURAHAN TINGGEDE KABUPATEN SIGI e-j. Agrotekbis 2 (5) : 495-499, Oktober 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH DODOL RUMPUT LAUT PADA INDUSTRI CITA RASA DI KELURAHAN TINGGEDE KABUPATEN SIGI Analysis of Income and

Lebih terperinci

No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56

No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56 No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) 3.405.545,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56 Tabel 11. Rata-rata Nilai Tambah per Tenaga Kerja Industri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Mudrajad Kuncoro Juli 2008 Peranan Masing- Masing Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri Tahun 1995-2008* No. Cabang Industri Persen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH TORTILA RUMPUT LAUT PADA INDUSTRI RISQA MULIA DI DESA OLAYA KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS NILAI TAMBAH TORTILA RUMPUT LAUT PADA INDUSTRI RISQA MULIA DI DESA OLAYA KABUPATEN PARIGI MOUTONG e-j. Agrotekbis 3 (4) : 547-554, Agustus 2015 ISSN : 2338-3011 ANALISIS NILAI TAMBAH TORTILA RUMPUT LAUT PADA INDUSTRI RISQA MULIA DI DESA OLAYA KABUPATEN PARIGI MOUTONG Analysis of Value Added Tortilla

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF USAHA SALE PISANG GORENG DAN KERIPIK PISANG DI KABUPATEN GROBOGAN

STUDI KOMPARATIF USAHA SALE PISANG GORENG DAN KERIPIK PISANG DI KABUPATEN GROBOGAN STUDI KOMPARATIF USAHA SALE PISANG GORENG DAN KERIPIK PISANG DI KABUPATEN GROBOGAN Denok Setia Pratiwi, Sugiharti Mulya Handayani, Emi Widiyanti Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS SUBSEKTOR AGROINDUSTRI UNGGULAN JAWA BARAT

ANALISIS SUBSEKTOR AGROINDUSTRI UNGGULAN JAWA BARAT ABSTRAK ANALISIS SUBSEKTOR AGROINDUSTRI UNGGULAN JAWA BARAT Oleh: Juri Juswadi Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra Indramayu Provinsi Jawa Barat tidak lepas dari upaya pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH EGG ROLL UBI UNGU DI HOME INDUSTRY SHASA KECAMATAN PLERET KABUPATEN BANTUL

ANALISIS NILAI TAMBAH EGG ROLL UBI UNGU DI HOME INDUSTRY SHASA KECAMATAN PLERET KABUPATEN BANTUL ANALISIS NILAI TAMBAH EGG ROLL UBI UNGU DI HOME INDUSTRY SHASA KECAMATAN PLERET KABUPATEN BANTUL Winda Desmawati Laksita, Minar Ferichani, Aulia Qonita Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) IRIO memiliki kemampuan untuk melakukan beberapa analisa. Kemampuan

Lebih terperinci

PERFORMANSI NILAI TAMBAH KEDELAI MENJADI TAHU DI KABUPATEN SAMBAS

PERFORMANSI NILAI TAMBAH KEDELAI MENJADI TAHU DI KABUPATEN SAMBAS 99 Buana Sains Vol 12 No 1: 99-103, 2012 PERFORMANSI NILAI TAMBAH KEDELAI MENJADI TAHU DI KABUPATEN SAMBAS Muhsina, S. Masduki dan A A. Sa diyah PS. Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era pasar bebas dimana situasi pasar yang semakin kompetitif serta penuh dengan ketidakpastian, setiap akan dihadapkan pada persaingan yang ketat. Hal ini yang

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 1 No. 2, APRIL 2013

JIIA, VOLUME 1 No. 2, APRIL 2013 ANALISIS BASIS EKONOMI SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DAN KEHUTANAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Economic Base Analysis of the industry Subsector of Product Processing of Agriculture and Forestry

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH J. Agroland 17 (1) : 63 69, Maret 2010 ISSN : 0854 641X PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH The Effect of Investment of Agricultural

Lebih terperinci

ANALISIS RESIKO DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KELAPA DI KECAMATAN GRABAG KABUPATEN PURWOREJO

ANALISIS RESIKO DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KELAPA DI KECAMATAN GRABAG KABUPATEN PURWOREJO AGRISTA : Vol. 4 No. 3 September 2016 : Hal. 146-156 ISSN 2302-1713 ANALISIS RESIKO DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KELAPA DI KECAMATAN GRABAG KABUPATEN PURWOREJO Tri Purwitasari 1, Erlyna Wida Riptanti

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH SERABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ANEKA PRODUK (KASUS PT. SUMBER UTAMA LESARI KECAMATAN TANANTOVEA KABUPATEN DONGGALA)

ANALISIS NILAI TAMBAH SERABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ANEKA PRODUK (KASUS PT. SUMBER UTAMA LESARI KECAMATAN TANANTOVEA KABUPATEN DONGGALA) J. Agroland 20 (2) : 138-145, Agustus 2013 ISSN : 0854-641X ANALISIS NILAI TAMBAH SERABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ANEKA PRODUK (KASUS PT. SUMBER UTAMA LESARI KECAMATAN TANANTOVEA KABUPATEN

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA OLEH MUHAMMAD MARDIANTO 07114042 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CAHAYA INDI DI DESA TANAMEA KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CAHAYA INDI DI DESA TANAMEA KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA J. Agroland 21 (2) : 115-121, Agustus 2014 ISSN : 0854-641X E-ISSN : 2407-7607 ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CAHAYA INDI DI DESA TANAMEA KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q. Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK OLAHAN SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) DI KABUPATEN SLEMAN Meta

ANALISIS NILAI TAMBAH SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK OLAHAN SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) DI KABUPATEN SLEMAN Meta ANALISIS NILAI TAMBAH SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK OLAHAN SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) DI KABUPATEN SLEMAN Meta Harmawati, Kusnandar, Nuning Setyowati Program Studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH UBI KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU KRECEK SINGKONG DI SENTRA INDUSTRI KRECEK SINGKONG BEDOYO KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL

ANALISIS NILAI TAMBAH UBI KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU KRECEK SINGKONG DI SENTRA INDUSTRI KRECEK SINGKONG BEDOYO KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL ANALISIS NILAI TAMBAH UBI KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU KRECEK SINGKONG DI SENTRA INDUSTRI KRECEK SINGKONG BEDOYO KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

Keterangan * 2011 ** 2012 *** Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto Tabel 9.1 : PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2007 2010 (Rp. 000) 1. PERTANIAN 193.934.273 226.878.977 250.222.051 272176842 a. Tanaman bahan makanan 104.047.799 121.733.346 134.387.261

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA Triwulan I - 2015 SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kegiatan usaha pada triwulan I-2015 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.24/05/33/Th.IV, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2010 PDRB Jawa Tengah pada triwulan I tahun 2010 meningkat sebesar 6,5 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: a. Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data Data Kegiatan Dunia Usaha (Survei Kegiatan : Dunia Usaha/SKDU) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN IV-2017 Hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa kegiatan usaha pada triwulan IV-2017 masih tumbuh, meski tidak setinggi triwulan III- 2017 sesuai

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL III. EKONOMI MAKRO KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013 Pembangunan ekonomi merupakan suatu hal mendasar suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi itu sendiri pada dasarnya

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013*** 8 6 4 2 5.99 6.29 6.81 6.45 6.52 6.49 6.50 6.29 6.36 6.16 5.81 6.11 6.035.81 3.40 2.69 2.04 2.76 3.37 1.70 1.50 2.82 3.18 1.42 2.61 0-2 (1.42) (1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II 2010

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK Khusnul Khatimah, Suprapti Supardi, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI DAGING SAPI

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI DAGING SAPI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI DAGING SAPI Vagar Basma Laksagenta¹ Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi vagargenta@yahoo.co.id Riantin Hikmah Widi² Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DENGAN PENDEKATAN LOCATION QUATION KABUPATEN PELALAWAN. Anthoni Mayes, Yusni Maulida dan Toti Indrawati

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DENGAN PENDEKATAN LOCATION QUATION KABUPATEN PELALAWAN. Anthoni Mayes, Yusni Maulida dan Toti Indrawati ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DENGAN PENDEKATAN LOCATION QUATION KABUPATEN PELALAWAN Anthoni Mayes, Yusni Maulida dan Toti Indrawati Jurusan Ilmu Ekonomi Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2004 Kegiatan usaha pada triwulan IV-2004 ekspansif, didorong oleh daya serap pasar domestik Indikasi ekspansi, diperkirakan berlanjut pada triwulan I-2005 Kegiatan

Lebih terperinci

Pendapatan Domestik Regional Bruto Jakarta Periode

Pendapatan Domestik Regional Bruto Jakarta Periode LAMPIRAN Pendapatan Domestik Regional Bruto Jakarta Periode 1995-1998 SEKTOR TAHUN 1995 1996 1997 1998 AGRARIS Tanaman bahan makanan 7,34 67,44 71,756 52,374 Tanaman hias 9,89 11,147 11,377 9,25 Peternakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/08/33/Th.III, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN II TH 2009 TUMBUH 1,8 PERSEN Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI Yetti Anita Sari Fakultas Geografi UGM; Yogyakarta E-mail: yettianitasari@gmail.com ABSTRAK Sektor pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.II, 17 Nopember 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2008 TUMBUH 1,1 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014 No.22/05/36/Th.VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014 PDRB Banten triwulan I tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) tumbuh positif 0.87 persen, setelah triwulan sebelumnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 52/ V / 15 Nopember 2002 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA INDONESIA TRIWULAN III TAHUN 2002 TUMBUH 2,39 PERSEN Indonesia pada triwulan III tahun 2002 meningkat sebesar 2,39 persen terhadap triwulan II

Lebih terperinci

KABUPATEN PURBALINGGA 2010

KABUPATEN PURBALINGGA 2010 KABUPATEN PURBALINGGA 2010 NOMOR KATALOG BPS : 9218.33.03 NOMOR PUBLIKASI : 33035.11.01 Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman : 134 halaman NASKAH : BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PURBALINGGA PENYUNTING

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pulahenti, Kecamatan Sumalata, Kabupaten Gorontalo Utara. Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) PADA KARAMBA JARING APUNG DI KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS USAHA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) PADA KARAMBA JARING APUNG DI KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI ANALISIS USAHA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) PADA KARAMBA JARING APUNG DI KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI Hesty Suryanti, Minar Ferichani, dan Suprapto Program Studi Agribisnis Universitas

Lebih terperinci

Hasil rata-rata (Rp/PT) , , ,04

Hasil rata-rata (Rp/PT) , , ,04 Tabel 4. Rata-rata Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Usahatani Jamur Kuping per Periode Tanam di Kabupaten Sukoharjo No. 1. 2. 3. Uraian Penerimaan usahatani Biaya usahatani Pendapatan usahatani Hasil

Lebih terperinci

Batam adalah kotamadya kedua di Propinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom. Tetapi, dengan Keppres

Batam adalah kotamadya kedua di Propinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom. Tetapi, dengan Keppres I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batam adalah kotamadya kedua di Propinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom. Tetapi, dengan Keppres No.2811992 wilayah Otorita Batam diperluas meliputi

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN IV-2016 Hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa kegiatan usaha pada triwulan IV-2016 tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sesuai

Lebih terperinci

Bank Indonesia. Pandangan dalam paper ini merupakan pandangan penulis dan tidak semata-mata mencerminkan pandangan DKM atau Bank Indonesia.

Bank Indonesia. Pandangan dalam paper ini merupakan pandangan penulis dan tidak semata-mata mencerminkan pandangan DKM atau Bank Indonesia. 1 Peneliti Ekonomi di Grup Riset Ekonomi Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter (DKM), Bank Indonesia. Pandangan dalam paper ini merupakan pandangan penulis dan tidak semata-mata mencerminkan pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan implementasi serta bagian integral dari pembangunan nasional. Dengan kata lain, pembangunan nasional tidak akan lepas dari peran

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PADA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS USAHA PADA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO ANALISIS USAHA PADA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO Suryanto, Mohd. Harisudin, R. R. Aulia Qonita Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product X Produk Domestik Regional Bruto 306 Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2013 Gross Regional Domestic Product 10.1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP 1 DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP Ribut Santosa (1) ; Awiyanto (2) ; Amir Hamzah (3) Alamat Penulis :(1,2,3) Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci