PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR JARING-JARING BANGUN RUANG DENGAN METODE PENEMUAN (DISCOVERY) PADA KELAS V SD

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR JARING-JARING BANGUN RUANG DENGAN METODE PENEMUAN (DISCOVERY) PADA KELAS V SD"

Transkripsi

1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR JARING-JARING BANGUN RUANG DENGAN METODE PENEMUAN (DISCOVERY) PADA KELAS V SD (PTK Kelas V SD Kliwonan 2 Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2010/2011) SKRIPSI Ditulis dan Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Disusun Oleh : LINA HARYANTI X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

2 ii

3 iii

4 iv ABSTRAK Lina Haryanti. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR JARING- JARING BANGUN RUANG DENGAN METODE PENEMUAN (DISCOVERY) PADA KELAS V SD (PTK Kelas V SD Kliwonan 2 Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2010/2011). Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk meningkatkan kemampuan belajar menggambar jaring-jaring bangun ruang matematika pada kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen dengan menggunakan metode penemuan (discovery). (2) Mendeskripsikan penerapan metode penemuan (Discovery) untuk meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang berisi alur penelitian meliputi empat tahapan, dimulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Empat tahapan tersebut membentuk siklus. Penelitian ini berlangsung dalam 2 siklus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi dan tes hasil belajar. Teknis analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif, yaitu keterkaitan antara tiga komponen antara lain : pengumpulan data / reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan : Penerapan metode penemuan (discovery) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menggambar jaring-jaring bangun ruang kelas V SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 56,35 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 50%, siklus I nilai rata-rata kelas 68,27 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 65,38% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 80,58 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 88,46%. Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan (discovery) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menggambar jaringjaring bangun pada kelas V SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen tahun ajaran 2010/2011.

5 v ABSTRACT Lina Haryanti. IMPROVING STUDENTS DRAWING SPACE STRUCTURE SKILLS USING DISCOVERY METHOD IN THE FIFTH CLASS ( A Classroom Research at the fifth grade student in SD Kliwonan 2 Sragen In 2010/2011 Academic Year). Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University The purpose of the research is: (1) to improve the student s learning in drawing space structure skills at the fifth class in SD Negeri Kliwonan 2 Sragen using discovery method. (2) to describe discovery method to improve the student s learning drawing space structure at fifth grade SD Negeri Kliwonan 2 Sragen. This research is classroom action research and the procedure of the recearch consists of planning, action, observation and reflection. That four steps be a cycle. This research was conducted in two cycles and use documentation and the result of the study to technique of collecting data. The technique of data analisys the researcher used interactive analisys model, that is the relation of three component : collecting the data/data reduction, presenting the data and conclusion/verifikasi. The result of this research, discovery method can improve students drawing space structure at fifth grade SD Negeri Kliwonan 2 Sragen. It is proven on the condition before the action where the averaged grade was 56,35 with the percentage of classical completeness is 50%, cycle I indicated the averaged grade of class is 68,27 with the classical completeness percentage of 65,38% and cycle II it increased become 80,58 with clasisal completeness percentage of 88,46%. Therefore, a recommendation can be addressed that mathematic learning by using discovery method can improve the students drawing space structure at fifth grade students SD Negeri Kliwonan 2 Sragen 2010/2011 academic year.

6 vi MOTTO Mulailah segala sesuatu dengan mengingat allah (R. Sudiyatmana) Mengembangkan kreatifitas anak merupakan pangkal utama untuk mempersiapkan kehidupan (Suratno) Siapapun yang berhenti belajar akan menjadi tua, siapapun yang terus belajar akan tetap muda, karena yang penting adalah mempertahankan pikiran agar tetap muda (Henry Ford) Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah, dengan seni kehidupan menjadi indah, dengan agama kehidupan menjadi lebih terarah (Al Hadits)

7 vii PERSEMBAHAN Dengan segala doa dan puji syukur kehadirat Allah SWT kupersembahkan karya sederhana ini kepada: Alm. Bapakku Yang selalu memberi motivasi dan dukungan serta menjadi teladanku. Ibunda Tercinta Terima kasih atas semua doa yang tulus, restu, dukungan dan kasih sayang yang diberikan selama ini. Adikku dan Keluarga Besarku Terima kasih untuk semua dukungan yang diberikan kepadaku selama ini. Seseorang yang jauh disana Terima kasih atas doa, dukungan dan motivasi yang diberikan selama ini. Semua Sahabat dan Keluarga Besar S1BO7 Terima kasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini dan semoga silaturahmi kita tetap terjaga. Almamaterku PGSD FKIP UNS Surakarta Tempatku menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman

8 viii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Dengan Metode Penemuan (Discovery) Pada Kelas V SD (PTK Kelas V SD Kliwonan 2 Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2010/2011) ini diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada : 1. Prof.Dr.HM. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Dra. Siti Istiyati, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dra. Rukayah, M.Hum selaku Pembimbing II yang telah memberikan dorongan, semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Tumin, S.Pd selaku kepala sekolah SD Negeri Kliwonan 2 yang telah memberikan ijin penelitian. 7. Supadi, S.Pd selaku guru matematika kelas V yang telah merelakan waktunya untuk membantu penelitian ini. 8. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan penelitian ini.

9 ix 9. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami. Surakarta, Juni 2011 Penulis

10 x DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN ABSTRAK.... iv HALAMAN MOTTO... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah B. Identifikasi Masalah... 4 C. Pembatasan Masalah... 5 D. Perumusan Masalah... 5 E. Tujuan Penelitian... 5 F. Manfaat Penelitian... 6 BAB II LANDASAN TEORI... 7 A. Kajian Teori Hakikat Kemampuan Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Hakikat Metode Penemuan (Discovery) B. Hasil Penelitian yang Relevan C. Kerangka Berpikir D. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Subjek dan Objek Penelitian commit... to user 29

11 xi C. Bentuk dan Strategi Penelitian D. Sumber Data E. Teknik Pengumpulan Data F. Validitas Data G. Teknik Analisis Data H. Indikator Ketercapaian I. Prosedur Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Deskripsi Lokasi Penelitian Deskripsi Hasil Penelitian B. Pembahasan Hasil Penelitian BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 73

12 xii DAFTAR TABEL Tabel 1. Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Pra Siklus Tabel 2. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Tabel 3. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I Tabel 4. Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Menggunakan Metode Penemuan (Discovery) Siklus I 50 Tabel 5. Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Siklus I Tabel 6. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II Tabel 7. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II Tabel 8. Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Menggunakan Metode Penemuan (Discovery) Siklus II 61 Tabel 9. Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Siklus II Tabel 10. Perkembangan Hasil Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II... 64

13 xiii DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan kelas (PTK) Gambar 3. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman Gambar 4. Grafik Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Pra Siklus Gambar 5. Grafik Hasil Observasi Kinerja Siklus I Gambar 6. Grafik Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I Gambar 7. Grafik Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Menggunakan Metode Penemuan (Discovery) Siklus I Gambar 8. Grafik Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Siklus I Gambar 9. Grafik Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II Gambar 10. Grafik Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II Gambar 11. Grafik Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Menggunakan Metode Penemuan (Discovery) Siklus II Gambar 12. Grafik Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Siklus II Gambar 13. Grafik Perkembangan Hasil Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II 65

14 xiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Lampiran 2. Silabus Kelas V Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Lampiran 5. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan Lampiran 6. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan Lampiran 7. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan Lampiran 8. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan Lampiran 9. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan Lampiran 10. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II Pertemuan Lampiran 11. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan Lampiran 12. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II Pertemuan Lampiran 13. Tes Pra Siklus Lampiran 14. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan Lampiran 15. Soal Individu Siklus I Pertemuan Lampiran 16. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan Lampiran 17. Soal Individu Siklus I Pertemuan Lampiran 18. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan Lampiran 19. Soal Individu Siklus II Pertemuan Lampiran 20. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan Lampiran 21. Soal Individu Siklus II Pertemuan Lampiran 22. Perolehan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus Lampiran 23. Perolehan Hasil Belajar Siswa Siklus I Lampiran 24. Perolehan Hasil Belajar Siswa Siklus II Lampiran 25. Kisi-kisi Soal Lampiran 26. Foto Kegiatan Pembelajaran

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat menciptakan generasi muda sebagai penerus bangsa yang cerdas, kreatif dan berkompeten. Sehingga berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan pendidikan yang mempunyai kualitas baik dan menghasilkan generasi penerus bangsa yang baik pula sangat diperlukan di Indonesia. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung di sekolah akan berjalan dengan baik apabila ada timbal balik antara siswa dengan guru. Maka dari itu harus diciptakan komunikasi yang baik antara siswa dan guru. Guru diharapkan mampu membimbing siswa dengan baik sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dasar pada setiap jenjang pendidikan formal yang memegang peran penting dalam peningkatan kualitas pendidikan. Matematika merupakan pengetahuan dasar yang diperlukan oleh peserta didik untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Matematika bagi pendidikan dasar, pada umumnya tidak disukai dan ditakuti karena dianggap sukar oleh siswa. Sehingga, hal ini dapat mempengaruhi perkembangan belajar matematika dan menurunnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Menurut pendapat R.Soedjadi (2000:41) bahwa objek matematika adalah abstrak. Hal itu merupakan salah satu penyebab sulitnya seorang guru mengajarkan matematika. Seorang guru yang mengajarkan matematika harus berusaha agar matematika di sekolah dasar terlihat konkret untuk memudahkan siswa menangkap pelajaran matematika. Siswa merasa kesulitan untuk memahami pelajaran matematika. Kemampuan dan hasil belajar matematika kurang dan belum sesuai dengan harapan baik harapan guru, orang tua maupun siswa sendiri. Sehingga dalam proses pembelajaran matematika, guru harus mempunyai strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang

16 2 diharapkan. Salah satunya menggunakan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa agar siswa aktif dalam pelaksanaan pembelajaran matematika. Sekarang ini masih banyak ditemui siswa yang memiliki kemampuan rendah dalam belajar matematika, terutama di sekolah. Dalam hal ini, guru kurang memperhatikan strategi yang tepat untuk pembelajaran matematika, sehingga aktivitas belajar siswa di sekolah masih sangat monoton. Keadaan yang demikian menyebabkan turunnya kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SD Kliwonan 2 yang dilihat melalui daftar nilai mata pelajaran matematika, rendahnya kemampuan tersebut ditunjukkan oleh rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar matematika siswa SD Kliwonan 2 rendah yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa. Menurut Aunurrahman (2009:178) faktor internal belajar antara lain: (1) Ciri khas/karakteristik siswa, (2) Sikap terhadap belajar, (3) Motivasi belajar, (4) Konsentrasi belajar, (5) Mengolah bahan belajar, (6) Menggali hasil belajar, (7) Rasa percaya diri, (8) Kebiasaan belajar. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain: (1) Faktor guru, (2) Lingkungan sosial (termasuk teman sebaya), (3) Kurikulum sekolah, (4) Sarana dan prasarana. Berdasarkan observasi yang telah di lakukan, masalah internal dan eksternal belajar tersebut juga terjadi di SD Kiwonan 2. Dan masalah tersebut mempengaruhi hasil belajar matematika. Berdasarkan fakta di lapangan masih banyak siswa yang mempunyai nilai rendah dalam mata pelajaran matematika. Ini teridentifikasi melalui nilai hasil tes yang dilakukan guru. Begitu pula di SD Kliwonan 2 yang dapat dilihat dari daftar nilai matematika, ternyata masih ada 50% siswa yang belum tuntas. Tepatnya 13 siswa dari 26 siswa yang ada di kelas V SD Kliwonan 2 sedangkan yang tuntas 50% dari jumlah siswa dengan nilai yang tidak tinggi. Fakta di atas menunjukkan bahwa kualitas dan proses pembelajaran yang dilaksanakan kurang optimal dan belum sesuai harapan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SD Kliwonan 2, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : (1) commit Kurangnya to user motivasi dan antusias belajar siswa

17 3 dalam pembelajaran matematika, (2) Siswa tidak mempersiapkan diri sebelum pembelajaran dimulai walaupun materi yang akan diajarkan sudah diketahui, (3) Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan materi yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan agar siswa termotivasi dan antusias untuk mengikuti pembelajaran matematika. Terutama untuk meningkatkan kemampuan belajar menggambar berbagai bentuk jaring-jaring bangun ruang. Karena apabila ada kesulitan pada siswa dan tidak langsung di atasi, maka pada jenjang pendidikan berikutnya siswa juga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan berbagai bentuk jaringjaring bangun ruang. Siswa juga akan selalu beranggapan bahwa mata pelajaran matematika itu sulit dan tidak menyenangkan sehingga motivasi untuk belajar matematika menjadi berkurang. Maka dari itu dari berbagai macam model dan metode pembelajaran yang ada, harus dimanfaatkan seefektif mungkin oleh guru untuk menunjang pembelajaran. Dari masalah-masalah yang dikemukakan di atas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Di sinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi siswa, baik dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam mata pelajaran matematika khususnya pada materi bangun ruang. Dalam hal ini penulis memilih metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada pembelajaran matematika. Metode ini dipilih karena untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan yang berpusat pada siswa, belajar untuk berpikir sendiri dan belajar untuk menemukan bentuk jaring-jaring bangun ruang. Metode penemuan adalah prosedur pembelajaran yang mementingkan pembelajaran perseorangan, manipulasi objek dan percobaan sebelum sampai kepada generalisasi. Metode ini merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa. Metode penemuan mengutamakan pada keaktifan siswa, berorientasi

18 4 pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Guru lebih sering memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk berpikir dan berhasil menemukan sesuatu. Pembelajaran harus dibuat dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Menurut Sugiyanto (2009:1) sebagai seorang pendidik, diketahui bahwa profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswanya. Untuk menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa, maka dalam hal ini metode penemuan (discovery) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru di sekolah untuk meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada pembelajaran matematika. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka peneliti mengambil judul penelitian Peningkatan Kemampuan Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang dengan Metode Penemuan (Discovery) Pada Kelas V SD Kliwonan 2 Kabupaten Sragen. B. Identifikasi Masalah Dilihat dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka identifikasi permasalahannya sebagai berikut: 1. Banyak ditemui siswa yang memiliki kemampuan rendah dalam belajar matematika. 2. Banyak ditemui siswa yang mendapat nilai rendah dalam pembelajaran matematika. 3. Siswa merasa kesulitan untuk memahami pelajaran matematika. 4. Guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional. 5. Guru kurang memperhatikan strategi yang tepat untuk pembelajaran matematika.

19 5 C. Pembatasan Masalah Karena keterbatasan waktu yang tersedia maka penelitian ini memerlukan pembatasan. Penelitian ini hanya dibatasi pada masalah : 1. Kemampuan siswa dalam menggambar jaring-jaring bangun ruang pada kelas V SD Kliwonan Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode penemuan (discovery). D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut, 1. Apakah penggunaan metode penemuan (discovery) dapat meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen? 2. Bagaimana penerapan metode penemuan (discovery) untuk meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan judul penelitian ini, tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan kemampuan belajar menggambar jaring-jaring bangun ruang matematika pada kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen dengan menggunakan metode penemuan (discovery). 2. Mendeskripsikan penerapan metode penemuan (Discovery) untuk meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen.

20 6 F. Manfaat Penelitian 1. Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian sejenis yang akan datang. 2. Praktis a. Bagi Siswa Meningkatnya kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang dalam pembelajaran matematika terutama pada materi pembelajaran menggambar jaring-jaring bangun ruang. b. Bagi Guru 1) Bermanfaat untuk menemukan solusi demi meningkatnya kualitas pembelajaran matematika kelas V pada materi menggambar jaring-jaring bangun ruang. 2) Sebagai bahan masukan untuk melibatkan siswa secara aktif sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran. c. Bagi Sekolah 1) Memberikan masukan kepada Kepala Sekolah tentang metode penemuan (discovery), sehingga dapat mengarahkan pada guru supaya mempraktekannya. 2) Meningkatnya kualitas pendidikan melalui penerapan metode penemuan (discovery).

21 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Hakikat Kemampuan Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang a. Pengertian Matematika 1) Pengertian tentang Matematika Hakikat matematika menunjuk kepada segi-segi penting dan mendasar dalam matematika. Menurut R.Soedjadi (2000:11) pengertian matematika beraneka ragam tidak hanya satu pengertian saja. Beberapa pengertian tersebut antara lain: a) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan teroganisir secara sistematik. b) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. c) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. d) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. e) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. f) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Definisi matematika beraneka ragam sesuai dengan atau berdasar pada sudut pandang para ahli matematika yang mendefinisikannya. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002:723) pengertian matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Berdasarkan dari beberapa definisi matematika tersebut dapat disimpulkan pengertian matematika adalah salah satu ilmu dasar dalam kehidupan sehari-hari yang memudahkan manusia untuk memecahkan permasalahannya dalam kehidupan commit sehari-hari. to user 7

22 8 Shafer, K. G. (2008) dalam Learning to teach with technology through an apprenticeship model berpendapat Advances in mathematics education technology have supported the shift from teacher-centered instruction to student-centered instruction, in which the teacher serves as a facilitator for learning. ( diakses 28 Mei 2011). Kemajuan teknologi pendidikan matematika telah mendukung pergeseran dari guru-instruksi terpusat untuk instruksi yang berpusat pada siswa, di mana guru berfungsi sebagai fasilitator untuk belajar. Kersaint, G. (2007) dalam Toward technology integration in mathematics education: A technology-integration course planning assignment menyatakan mathematics teacher educators should take a greater role in helping teachers of mathematics to incorporate technology as part of their mathematics instruction. ( diakses 28 Mei 2011). Matematika pendidik guru harus mengambil peran lebih besar dalam membantu guru matematika untuk menggabungkan teknologi sebagai bagian dari pembelajaran matematika mereka. Dalam proses pembelajaran matematika guru harus memperhatikan adanya perbedaan individu, karakteristik siswa dan mendukung mereka untuk belajar dengan baik. Karena setiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menyerap materi yang disampaikan guru. 2) Karakteristik Matematika Matematika mempunyai ciri khusus atau karakteristik tersendiri. Beberapa karakteristik yang dimiliki itu mempunyai peran sendiri-sendiri. Menurut R.Soedjadi (2000:13) beberapa ciri khusus atau karakteristik matematika adalah: a) Memiliki objek kajian abstrak, b) Bertumpu pada kesepakatan, c) Berpola pikir deduktif, d) Memiliki simbol yang kosong dari arti, e) Memperhatikan semesta pembicaraan, (f) Konsisten dalam sistemnya.walaupun tidak commit terdapat to definisi user tunggal matematika, dengan

23 9 melihat ciri-ciri khusus atau karakteristiknya dapat dirangkum pengertian matematika secara umum. 3) Pengertian Matematika Sekolah Matematika diajarkan dijenjang persekolahan yaitu sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, sekolah menengah atas disebut matematika sekolah. Menurut R.Soedjadi (2000:37) matematika sekolah adalah unsurunsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi kepada kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK. Dalam matematika sekolah buku sekolah tidak selalu diawali dengan teori ataupun definisi. Penyajian matematika yang akan disampaikan disesuaikan dengan perkembangan intelektual peserta didik atau siswa. Penyajiannya dikaitkan dengan realita di sekitar siswa. 4) Tujuan Pendidikan Matematika Menurut R.Soedjadi (2000:43) tujuan pendidikan matematika dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum pelajaran matematika dan tujuan institusional. Tujuan umum diberikannya matematika di jenjang Pendidikan Dasar dan pendidikan umum adalah: a) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien. b) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Sedangkan tujuan khusus matematika di Sekolah Dasar adalah: a) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari. b) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika.

24 10 c) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). d) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin. Tujuan matematika yang tercantum dalam KTSP pada SD/MI adalah sebagai berikut: a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh d) Mengkomunkasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah ( akses tgl 17 maret 2011). b. Hakikat Kemampuan Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang 1) Pengertian Kemampuan Menggambar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002:707) pengertian kemampuan adalah (a) kesanggupan;kecakapan;kekuatan, (b) kekayaan. Menurut Chaplin ability kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan ( Sedangkan menurut Robbins kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek (

25 11 Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002:329) pengertian menggambar adalah membuat gambar; melukis. Menggambar (Inggris: drawing) adalah kegiatan membentuk imajinasi, dengan menggunakan banyak pilihan teknik dan alat. Bisa pula berarti membuat tanda-tanda tertentu di atas permukaan dengan mengolah goresan dari alat gambar. ( Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan pengertian kemampuan menggambar adalah kesanggupan seseorang untuk berusaha membuat gambar dengan berbagai teknik sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya. 2) Pengertian Jaring-jaring Bangun Ruang Dunia kita terbuat dari benda-benda yang berbentuk bangun ruang. Diantaranya bumi yang menjadi tempat tinggal kita ini berbentuk bola dan banyak peralatan sehari-hari di lingkungan kita berbentuk bangun ruang. bangun ruang akan membantu anak memahami, menggambarkan atau mendeskripsikan benda-benda di sekitar anak dalam kehidupan sehari-hari. Menurut ST.Negoro dan B.Harahap dalam ensiklopedia matematika (2003:20) mengungkapkan jika suatu bangun tidak seluruhnya terletak dalam bidang, maka bangun itu disebut bangun ruang. Agus Suharjana (2008:5) berpendapat Bangun ruang adalah bagian ruang yang dibatasi oleh himpunan titik-titik yang terdapat pada seluruh permukaan bangun tersebut. Yang termasuk bangun ruang antara lain kubus, balok, tabung, limas, prisma dan kerucut. Menurut Y.D.Sumanto, Heny Kusumawati dan Nur Aksin (2008:149) bagian-bagian bangun ruang terdiri dari : (1) Sisi yaitu bagian bangun ruang yang membatasi bagian dalam dan bagian luar bangun ruang tersebut. (2) Rusuk yaitu garis pertemuan antara dua sisi pada bangun ruang tersebut. (3) Titik sudut yaitu pojok bangun ruang tersebut. R.J Soenarjo (2007:262) berpendapat, jaring-jaring bangun ruang adalah bidang datar yang terdiri dari seluruh sisi-sisi bangun ruang dalam satu rangkaian. Jaring-jaring dapat dibuat dari berbagai bangun ruang. Misalnya sebuah kotak mempunyai commit to rusuk. user Rusuk-rusuk itu juga merupakan

26 12 jaring-jaring, maka jika sebuah kotak kita lepas perekatnya, maka akan terbentuk jaring-jaring bangun ruang. Jadi jaring-jaring bangun ruang terbentuk atau terdiri dari beberapa bangun datar yang dirangkai. Jika bangun-bangun tersebut dirangkaikan dan sisi-sisinya tidak berhimpitan maka akan terbentuk sebuah bangun ruang yang sesuai dengan jaring-jaring yang telah dibuat. c. Tinjauan Materi Pokok Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Jaring-jaring bangun ruang dapat digunakan untuk membuat sebuah bangun ruang misalnya ingin membuat sebuah bangun ruang dari kertas karton. Jaring-jaring bangun ruang terdiri dari beberapa bangun datar yang dirangkai. Jaring-jaring dapat dibuat dari berbagai bangun ruang yaitu kubus, balok, tabung, kerucut, prisma dan limas. Jika sebuah bangun ruang dibuka perekatnya, maka akan terbentuk jaring-jaringnya. Untuk menunjukkan cara memperoleh jaring-jaring dari sebuah bangun ruang, guru dapat meminta kepada siswa untuk membelah bangun ruang mereka, misalnya bangun kubus dengan menggunakan cutter atau gunting menurut beberapa rusuk tertentu dan menyisakan satu rusuk yang merangkaikan antara dua persegi, serta ajukanlah pertanyaan kepada para siswa ada berapa macam bentuk jaring-jaring dari sebuah kubus setelah mereka memulai pengguntingan dengan cara yang berbeda-beda, tentunya mereka akan menjawab dengan bermacam-macam jawaban. Dapat dimungkinkan bahwa ada beberapa siswa yang cara mengguntingnya membuahkan hasil yang sama. Hasil guntingan siswa akan membentuk jaring-jaring dari bangun yang telah mereka gunting. Untuk membuat sebuah bangun ruang dari kertas karton misalnya membuat kubus, maka terlebih dahulu kita membuat jaring-jaring kubus. Yaitu rangkaian enam daerah persegi yang dapat dibentuk menjadi sebuah kubus. Salah satu contoh rangkaian dari enam persegi sebagai berikut.

27 13 Untuk mengetahui apakah rangkaian dari enam persegi seperti pada gambar di atas merupakan suatu jaring-jaring kubus atau bukan adalah dengan menentukan salah satu sisinya sebagai bidang alas (AL). Setelah itu dapat ditentukan bidang lainnya yaitu bidang atas (AT), kanan (KA), kiri (KI), depan (D) dan belakang (B). Jika tidak ada bidang-bidang sisi yang berimpit maka rangkaian tersebut merupakan suatu jaring-jaring kubus. Dari rangkaian enam persegi di atas akan dapat membentuk sebuah bangun setelah dirangkaikan. Yaitu tidak ada dua bidang sisi yang berhimpit sehingga dapat disimpulkan bahwa rangkaian tersebut merupakan jaring-jaring kubus. Kertas karton yang telah digambar kemudian dipotong ditentukan sisinya sehingga tidak berhimpit dan dirangkaikan akan menjadi sebuah bangun kubus seperti pada gambar di bawah ini. B AT KI AL KA D ruang : Di bawah ini adalah macam-macam jaring-jaring dari berbagai bangun

28 14 1) Jaring-jaring Kubus 2) Jaring-jaring Balok 3) Jaring-jaring Prisma Segitiga

29 15 4) Jaring-jaring Limas Segiempat 5) Jaring-jaring Limas Segitiga

30 16 6) Jaring-jaring Tabung 7) Jaring-jaring Kerucut 2. Hakikat Metode Penemuan (Discovery) a. Pengertian Metode Pembelajaran Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas-tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002:740) metode mengandung arti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan), cara kerja konsisten untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. T.Raka Joni dalam Soly Abimanyu (2009:2-5) mengartikan metode sebagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Lebih lanjut Soly commit Abimanyu to user menyatakan bahwa metode dapat

31 17 diartikan sebagai cara/jalan menyajikan/melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Knirk & Gustafson (2005) menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar. ( Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. (Wikipedia.com) Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. (definisipengertian.blogspot.com/2010/03/definisi-metode-pembelajaran.html.) Sedangkan menurut Soly Abimanyu (2009:2-6) metode pembelajaran adalah cara/jalan dalam menyajikan/melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. b. Macam-macam Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan guru ada bermacam-macam. Guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai agar mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran ada yang berpusat pada guru tetapi ada juga yang berpusat pada siswa. commit Macam-macam to user metode pembelajaran yang

32 18 berpusat pada guru maupun yang berpusat pada siswa menurut Soli Abimanyu (2009) antara lain : 1. Metode Ceramah Metode ceramah adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa. 2. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau siswa. 3. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. 4. Metode Diskusi Metode diskusi adalah cara memecahkan masalah yang dipelajari melalui urun pendapat dalam diskusi kelompok. 5. Metode Simulasi Metode Simulasi adalah pembelajaran untuk menguasai konsep atau keterampilan melalui kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan. 6. Metode Pemberian Tugas Metode pemberian tugas adalah metode pembelajaran untuk menguasai materi pelajaran melalui pemberian tugas-tugas yang harus diselesaikan siswa baik secara individual maupun secara kelompok. 7. Metode Kerja Kelompok Metode pembelajaran yang dipilih guru untuk menguasai materi pelajaran yang harus diselesaikan siswa secara kelompok.

33 19 8. Metode Karya Wisata Metode Karya Wisata adalah metode pembelajaran yang dilakukan untuk mempelajari materi pelajaran dengan cara mengunjungi secara langsung tempat dimana materi pelajaran itu berada. 9. Metode Penemuan a. Discovery adalah prosedur pembelajaran yang mementingkan pembelajaran perorangan, manipulasi objek dan percobaan sebelum sampai kepada generalisasi. b. Inquiri adalah penyelidikan, artinya perluasan proses penemuan yang digunakan lebih mendalam. 10. Metode Eksperimen Metode eksperimen adalah prosedur pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. 11. Metode Pembelajaran Unit Metode pembelajaran unit adalah prosedur pembelajaran dimana siswa dan guru mengarahkan segala kegiatannya pada pemecahan suatu masalah yang dipelajarinya melalui berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. 12. Metode Pembelajaran dengan Modul Metode pembelajaran dengan modul adalah prosedur pembelajaran yang dilakukan dengan menyiapkan suatu paket belajar yang berisi satu satuan konsep tunggal bahan pembelajaran untuk dipelajari sendiri oleh siswa dan jika ia telah menguasainya baru boleh pindah ke satuan paket belajar berikutnya. Dari berbagai metode pembelajaran di atas, yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penemuan (discovery). c. Hakikat Metode Penemuan (Discovery) 1) Pengertian Metode Penemuan (Discovery) Dalam proses pembelajaran, anak-anak harus sesering mungkin diajak untuk aktif dalam mengikuti commit pembelajaran. to user Siswa dibimbing untuk

34 20 menemukan sendiri, menyelidiki sendiri dan memecahkan sendiri masalah yang dipelajari. Jika anak dibiasakan memecahkan masalah, maka berarti guru atau orang tua telah membangun pengalaman yang kelak dapat mereka gunakan untuk memecahkan masalah-masalah berikutnya. Menurut Herdian ( metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsepkonsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai pada generalisasi. Discovery ialah proses mental siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Sund dalam Soly Abimanyu (2009:7-9) berpendapat bahwa penemuan adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Misalnya : merumuskan masalah, merancang eksperimen, mengunpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan sebagainya. Menurut Soly Abimanyu (2009:7-10) penemuan diartikan sebagai prosedur pembelajaran perseorangan, manipulasi objek, melakukan

35 21 percobaan, sebelum sampai pada generalisasi. Metode penemuan mengutamakan cara belajar siswa aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Gilstrap dalam moedjiono dan Moh. Dimyati (1992:86) berpendapat bahwa istilah metode penemuan (discovery method) didefinisikan sebagai suatu prosedur yang menekankan belajar secara individual, manipulasi objek atau pengaturan/pengondisian objek, dan eksperimentasi lain oleh siswa sebelum generalisasiatau penarikan kesimpulan dibuat. Metode ini membutuhkan penundaan penjelasan tentang temuan-temuan penting sampai siswa menyadari sebuah konsep. Selanjutnya Moedjiono dan Moh.Dimyati (1992:87) menyatakan metode penemuan merupakan format interaksi belajar mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan atau bimbingan guru. Batasan ini mengandung pengertian metode penemuan sebagai metode yang berorientasi pada siswa dan menekankan pada proses dan hasil secara bersamaan. Jadi metode penemuan (Discovery) merupakan metode pembelajaran yang membantu guru untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Siswa diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri, menyelidiki sendiri dan memecahkan sendiri masalah yang dipelajari. Penggunaan metode ini juga memungkinkan bagi siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang realistik atau nyata. Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa metode discovery sengaja dirancang untuk meningkatkan keaktifan siswa yang lebih besar, berorientasi pada proses, untuk menemukan sendiri informasi yang diperlukan dan dapat memecahkan masalah yang dipelajari untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian metode discovery berorientasi pada proses dan hasil secara bersama-sama. Tujuan penggunaan metode penemuan menurut Soli Abimanyu (2009:7-10) antara lain : (a) untuk memperoleh metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan commit pembelajaran to user yang telah ditetapkan, (b)

36 22 untuk mengaktifkan siswa belajar sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran, (c) untuk memvariasikan metode pembelajaran yang digunakan agar siswa tidak bosan, (d) agar siswa dapat menemukan sendiri, menyelidiki sendiri dan memecahkan sendiri masalah yang dipelajari, sehingga hasilnya akan setia dan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan. Untuk menggunakan metode pembelajaran guru mempunyai alasan memilih sebuah metode yang ingin digunakan dalam pembelajaran. Dalam menggunakan metode penemuan juga terdapat beberapa alasan untuk memilih metode ini. Alasan tersebut antara lain : (a) memungkinkan untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) pengetahuan yang ditemukan sendiri melalui metode penemuan akan betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, (c) siswa dapat menguasai salah satu metode ilmiah yang sangat berguna dalam kehidupannya, (d) siswa dibiasakan berpikir analitis dan mencoba memecahkan masalah yang akan ditransfer dalam kehidupan masyarakat. 2) Kelebihan dan Kelemahan Metode Penemuan (Discovery) Setiap model atau metode pembelajaran pasti ada kelebihan dan kelemahannya. Menurut Soli Abimanyu (2009:7-10) metode penemuan (Discovery) juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya antara lain : a) Siswa belajar melalui proses penemuan. b) Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan sangat kokoh. c) Metode penemuan membangkitkan gairah siswa dalam belajar. d) Metode penemuan memungkinkan siswa bergerak untuk maju sesuai dengan kemampuannya sendiri. e) Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia merasa lebih terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar. f) Metode ini berpusat pada anak dan guru sebagai teman belajar atau fasilitator.

37 23 Sedangkan kelemahan dari metode penemuan (Discovery) antara lain : a) Metode ini memprasyaratkan kesiapan mental, dalam arti siswa yang pandai akan memonopoli penemuan dan siswa yang bodoh akan frustasi. b) Metode ini kurang berhasil untuk kelas besar karena habis waktu guru untuk membantu siswa dalam kegiatan penemuannya. c) Dalam pelajaran tertentu fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin terbatas. d) Metode ini terlalu mementingkan untuk memperoleh pengertian, sebaliknya kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan. e) Metode ini kurang memberi kesempatan untuk berpikir kreatif kalau pengertian-pengertian yang ditemukan telah diseleksi oleh guru, begitu pula proses-prosesnya dibawah pembinaannya. Dari beberapa kelemahan yang telah disebutkan, ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan tersebut. Cara mengatasi kelemahan tersebut antara lain : a) Membentuk kelompok-kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari siswa pandai dan siswa kurang pandai, agar siswa pandai dapat membimbing siswa yang kurang pandai. Dengan cara ini pula kelemahan dalam kelas besar dapat diatasi. b) Metode penemuan dapat pula dilakukan di luar kelas sehingga tidak memerlukan fasilitas atau bahan yang umumnya mahal. c) Memulai dengan penemuan terbimbing, kemudian jika siswa sudah terbiasa dengan metode ini maka menggunakan metode penemuan bebas, agar siswa benar-benar dapat berkembang berpikir kreatifnya. 3) Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Penemuan (Discovery) Menurut Soly Abimanyu (2009:7-12) langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan adalah kegiatan persiapan dan kegiatan pelaksanaan penemuan. a) Kegiatan Persiapan

38 24 (1)Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa. (2)Merumuskan tujuan pembelajaran. (3)Menyiapkan problem (materi pelajaran) yang akan dipecahkan. Problem itu dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan. Problem tentang konsep atau prinsip yang akan ditemukan itu perlu ditulis dengan jelas. (4)Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. b) Kegiatan Pelaksanaan Penemuan (1)Kegiatan Pembukaan (a)melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran yang telah diajarkan. (b)memotivasi siswa dengan cerita pendek yang ada kaitannya dengan materi yang diajarkan. (c)mengemukakan tujuan pembelajaran dan kegiatan atau tugas yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu. (2)Kegiatan Inti (a)mengemukakan problema yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penemuan. (b)diskusi pengarahan tentang cara pelaksanaan penemuan atau pemecahan problema yang telah ditetapkan. (c)pelaksanaan penemuan berupa kegiatan penyelidikan atau percobaan untuk menemukan konsep atau prinsip yang telah ditetapkan. (d)membantu siswa dengan informasi atau data, jika diperlukan siswa. (e)membantu siswa melakukan analisis data hasil temuan, jika diperlukan. (f)merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa. (g)memuji siswa yang giat dalam melaksanakan penemuan. (h)memberi kesempatan siswa melaporkan hasil penemuannya. (3)Kegiatan penutup (a)meminta siswa membuat commit rangkuman to user hasil-hasil penemuannya.

39 25 (b)melakukan evaluasi hasil dan proses penemuan. (c)melakukan tindak lanjut, yaitu meminta siswa melakukan penemuan ulang jika ia belum menguasai materi dan meminta siswa mengerjakan tugas pengayaan bagi siswa yang telah melakukan penemuan dengan baik. Sedangkan langkah-langkah metode penemuan (Discovery) menurut Herdian ( Diakses 3 Maret 2011) adalah sebagai berikut: a) Identifikasi kebutuhan siswa. b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan. c) Seleksi bahan, problema atau tugas-tugas. d) Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa. e) Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan. f) Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan. g) Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan. h) Membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa. i) Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah. j) Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa. k) Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode penemuan (discovery) sebagai berikut : a) Kegiatan awal (1)Membuka pelajaran dan mengabsen siswa. (2)Melakukan apersepsi dan mengemukakan tujuan pembelajaran. b) Kegiatan inti (1)Menentukan problema yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penemuan.

40 26 (2)Berdiskusi cara pelaksanaan penemuan yang berupa kegiatan penyelidikan atau percobaan. (3)Membantu siswa dengan informasi atau data jika diperlukan. (4)Merangsang terjadinya interaksi siswa dengan siswa. (5)Memberikan penghargaan bagi siswa yang giat dalam pelaksanaan penemuan. (6)Memberi kesempatan siswa untuk melaporkan hasil penemuannya. c) Kegiatan akhir (1)Membuat rangkuman hasil penemuannya. (2)Melakukan evaluasi. (3)Menutup pelajaran. B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu pada penelitian yang telah ada sebelumnya, antara lain : Rika Nanda Puspitasari (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas III Melalui Penerapan Metode Guided Inquiry Discovery menyimpulkan bahwa penerapan metode guided inquiry - discovery dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas III SD Negeri Karangbangun. Hal ini dilihat dari prosentase kenaikan nilai IPA siswa kelas III dari siklus I sampai Siklus III. Dari siklus I kemudian dilaksanakan siklus II prestasi siswa mengalami prosentase kenaikan 5,26%; dari siklus II kemudian dilaksanakan siklus III mengalami prosentase kenaikan 36,84%. Dwi Rahayuningsih (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Prestasi Belajar Siswa tentang Konsep Gaya pada Mata Pelajaran IPA dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing Di Kelas V SD Negeri Somongari Purworejo Tahun Pelajaran 2009 / 2010 menyimpulkan bahwa proses pembelajaran IPA dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Somongari Kec.Kaligesing, Kab. Purworejo. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I siswa yang memperoleh nilai 65 atau di atas KKM 65 ada 8 siswa dari 14 siswa atau 57,1 %. Sedangkan siswa yang commit memperoleh to user nilai 65 atau kurang dari KKM

41 27 65 sebanyak 6 siswa 14 siswa atau 42,9% pada tindakan sebelumnya. Kemudian setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II siswa yang memperoleh nilai 65 atau di atas dari KKM siswa dari 14 siswa atau 71,42 %. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai 65 atau di bawah KKM 65 sebanyak 4 siswa dari 14 siswa atau 35,7%. Sri Sawiningsih (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Penggunaan Metode Penemuan untuk Meningkatakan Ketuntasan Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika pada Konsep Penjumlahan Kelas II Semester I SDN Bedoro 2 Sambungmacan Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mulai dari Sebelum Siklus I sampai dengan Siklus II dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode penemuan dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan bilangan cacah pada mata pelajaran Matematika. Pada akhir Siklus II terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar siswa yaitu sebesar 3,3% (dari 86,1 menjadi 88,9). Jumlah siswa yang sudah tuntas ada 19 anak (100%), dan yang belum tuntas tidak ada (0%). C. Kerangka Berpikir Pada awalnya dalam pembelajaran matematika guru belum menggunakan metode penemuan (Discovery) dan masih menggunakan metode yang konvensional, siswa kurang aktif dan pembelajaran kurang menyenangkan. Sehingga kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang rendah. Berdasarkan kondisi awal tersebut, salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan (Discovery). Model pembelajaran ini dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan yang tidak hanya berpusat pada guru. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kemudian dihadapkan pada sebuah permasalahan dan kelompok tersebut harus mampu menemukan sendiri, menyelidiki sendiri dan memecahkan sendiri masalah yang dipelajari. Sehingga hasilnya akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan. Dan mereka akan mendiskusikan hasilnya dengan semua kelompok dan guru.pada tahap ini terdapat beberapa kegiatan meliputi perencanaan, tindakan, commit pengamatan to user dan refleksi.

42 28 Pada kondisi akhir dapat dipastikan bahwa melalui metode penemuan (Discovery) dapat meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang. Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan di bawah ini: Kondisi Awal Guru menggunakan pembelajaran konvensional masih metode yang Kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang di kelas V rendah Tindakan Kondisi Akhir Dalam pembelajaran guru menggunakan metode penemuan (Discovery) Kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang meningkat Siklus I Siklus II 1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Pengamatan 4. Refleksi 1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Pengamatan 4. Refleksi Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan, dapat dirumuskan sebuah hipotesis tindakan kelas bahwa penggunaan metode penemuan (Discovery) dapat meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada siswa kelas V SD Kliwonan 2 Kabupaten Sragen.

43 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen. Alasan yang mendasari penelitian di SD Kliwonan 2, antara lain : 1. Pembelajaran dengan metode penemuan (Discovery) belum pernah diteliti di SD Negeri Kliwonan Kemampuan dan hasil belajar matematika di kelas V masih rendah. 2. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011 yaitu mulai bulan Januari hingga Juni 2011 atau selama 5 bulan. Bulan Januari hingga Maret dilaksanakan observasi dan penyusunan proposal. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 18 april dan 21 april Siklus II dilaksanakan pada tanggal 25 april dan 28 april Sedangkan untuk penyusunan laporan dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni. B. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kliwonan sebanyak 26 siswa, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki, 13 siswa perempuan dan tidak ada siswa yang berkebutuhan khusus. Objek penelitiannya adalah kemampuan siswa menggambar jaring-jaring bangun ruang. C. Bentuk dan Strategi Penelitian Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Data yang akan diperoleh berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan, maka bentuk pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini digunakan strategi penelitian model siklus. Menurut Suhardjono (2009:74) PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. commit Empat to kegiatan user utama yang ada pada setiap 29

44 30 siklus yaitu : (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi, seperti pada gambar di bawah ini : Permasalahan Perencanaan tindakan I Pelaksanaan tindakan I Siklus I Refleksi I Pengamatan/ pengumpulan data I Permasalahan baru hasil refleksi Perencanaan tindakan II Pelaksanaan tindakan II Siklus II Apabila permasalahan belum terselesaikan Refleksi II Dilanjutkan ke siklus berikutnya Pengamatan/ pengumpulan data II Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan kelas (PTK) (Suharsimi, Suhardjono dan Supardi 2009:74) D. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini antara lain : 1. Sumber data primer, yaitu : a. Siswa sebagai subjek penelitian. b. Guru sebagai sumber informasi tentang keadaan siswa, terutama guru matematika kelas V. 2. Sumber data sekunder, yaitu : a. Dokumentasi Pengumpulan data yaitu hasil pekerjaan siswa secara tertulis dalam menyelesaikan soal menggambar commit jaring-jaring to user bangun ruang.

45 31 b. Lembar observasi Lembar observasi digunakan dalam mengamati proses pelakasanaan pembelajaran menggunakan metode penemuan (discovery). c. Hasil nilai siswa Siswa diuji kemampuannya setelah selesai pelaksanaan pembelajaran untuk mendapatkan nilai siswa. E. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tes Tes adalah serentetan pernyataan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes ini diberikan pada siswa setelah pembelajaran selesai untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pokok bahasan menggambar jaring-jaring bangun ruang. 2. Dokumentasi Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), daftar nama siswa dan daftar nilai siswa kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen sebelum penelitian dilaksanakan. 3. Observasi Observasi yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan ini adalah obsevasi langsung. Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan tanpa perantara (langsung) terhadap objek yang diamati. Dalam penelitian ini observasi bertujuan untuk mengetahui kemampuan dan perkembangan siswa dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. F. Validitas Data Data yang sudah diperoleh, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus dimantapkan kebenarannya. Oleh karena itu penulis harus

46 32 memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang telah diperolehnya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi dan hasilnya diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik dokumentasi pada siswa kelas V SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen serta tes untuk mengetahui kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada siswa kelas V SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen. Dari data yang diperoleh dari beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya. G. Teknik Analisis Data Menurut Iskandar (2009:75) analisis data penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan proses memilih, memilah, membuang, menggolongkan, serta menyusun ke dalam kategorisasi, mengklarifikasi data untuk menjawab pertanyaan, tema apa yang ditentukan pada data, seberapa jauh data dapat mendukung tema atau tujuan penelitian tindakan kelas (PTK). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif Miles dan Huberman. Model analisis interaktif ini mempunyai tiga komponen pokok yaitu, reduksi data, sajian data dan menarik kesimpulan atau verifikasi. 1. Reduksi Data Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. 2. Penyajian Data Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya commit penarikan to user kesimpulan dan pengambilan

47 33 tindakan. Penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Penampilan data secara sederhana dalam bentuk paparan naratif, tabel dan grafik. 3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yakni yang merupakan validitasnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Pengumpulan data Penyajian data Reduksi data Kesimpulankesimpulan : Penarikan/Verifikasi Gambar 3. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman H. Indikator Ketercapaian Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila 80% dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 21 siswa) dari 26 siswa dengan mendapat nilai 65.

48 34 I. Prosedur Penelitian Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut: 1. Melakukan survei terhadap pembelajaran matematika. 2. Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi untuk segera dipecahkan. 3. Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah teridentifikasi. 4. Melakukan pengkajian teoritis tentang metode penemuan (discovery) dalam pembelajaran matematika pada materi menggambar bangun ruang. 5. Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas. 6. Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun. 7. Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang juga secara menyeluruh. Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan melalui empat kegiatan. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus yaitu : (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, guru menentukan rancangan untuk siklus yang kedua. Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan Pada tahap perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Pada tahap perencanaan tindakan terdiri dari kegiatan berikut : 1) Berdasarkan hasil pengidentifikasian dan penetapan masalah, peneliti kemudian mengajukan suatu solusi yang berupa penerapan metode

49 35 penemuan (Discovery) yang digunakan sebagai metode pembelajaran dalam mata pelajaran matematika. 2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar (KD) menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana. Indikator (1) Menggambar berbagai bentuk jaring-jaring kubus dan balok. (2) Menggambar jaring-jaring tabung, kerucut dan limas. 3) Mendesain alat evaluasi untuk evaluasi kelompok dan evaluasi individu. 4) Menyiapkan media pembelajaran berupa berbagai bangun ruang yang dibuat dari kertas karton. b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan. Rancangan tindakan tersebut diterapkan di dalam kelas sesuai dengan skenarionya. Skenario dari tindakan harus dilaksanakan dengan baik. Rinciannya meliputi : 1) Kegiatan Awal a) Guru membuka pelajaran. b) Berdoa dan mengabsen siswa c) Guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali pelajaran yang telah lalu tentang bangun ruang. d) Guru mengemukakan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan Inti a) Guru menunjukkan pada siswa bangun ruang yang telah disediakan. b) Siswa diminta untuk menyebutkan nama bangun ruang yang dibawa guru. c) Siswa dibentuk menjadi 5 kelompok kemudian setiap kelompok diberi media bangun ruang yang telah disediakan guru dan diminta untuk menemukan jaring-jaringnya sesuai dengan keinginan mereka. d) Siswa secara aktif dan berkelompok berdiskusi tentang cara menemukan jaring-jaring bangun ruang sesuai dengan keinginan mereka kemudian menggambar commit to jaring-jaring user yang telah ditemukan.

50 36 e) Dalam pelaksanaan penemuan siswa saling bekerja sama untuk menemukan jaring-jaring bangun ruang sehingga terjadi interaksi yang baik antar siswa. f) Setelah kegiatan penemuan selesai, perwakilan kelompok diminta ke depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. g) Memberikan pujian atau penghargaan pada kelompok yang paling aktif dalam diskusi kegiatan penemuan. 3) Kegiatan Akhir a) Siswa membuat rangkuman hasil-hasil penemuannya. b) Siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan guru secara individu. c) Guru menutup pelajaran. c. Pengamatan/Observasi Peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Yang dilakukan peneliti antara lain : 1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran matematika dengan metode penemuan (Discovery) pada pokok bahasan menggambar jaring-jaring bangun ruang meliputi aktivitas guru dan siswa. Pada siklus I kemampuan guru dalam mengelola waktu pelajaran masih kurang,perhatian guru terhadap siswa juga masih kurang. Sedangkan untuk siswa, yang berusaha mengungkapkan pendapat, yang ingin terlibat aktif dalam pembelajaran, yang rasa ingin tahunya meningkat masih kurang dan kerjasama dalam kelompok juga masih kurang. 2) Mengadakan tes terhadap kemampuan siswa dalam menggambar jaringjaring bangun ruang. Dilihat dari nilai, kemampuan siswa sudah meningkat dibandingkan dengan nilai tes pra siklus.

51 37 d. Refleksi Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Yang dievaluasi antara lain : aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung serta hasil pekerjaan siswa. Pada siklus I, dalam kegiatan penemuan siswa saling bekerja sama untuk menemukan jaring-jaring bangun ruang. Perwakilan kelompok ke depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusi. Setelah selesai pembelajaran dilaksanakan evaluasi individu. Siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa dari 26 siswa atau 65,38 %. Ini sudah mengalami peningkatan dari tes pra siklus yang dilaksanakan yaitu hanya 13 siswa yang tuntas atau 50%. Berdasarkan siklus I yang telah selesai dilaksanakan kemudian dianalisis untuk mengetahui kekurangannya. Kekurangannya pada siklus I antara lain : guru belum bisa menguasai kelas dengan baik, siswa yang pandai lebih aktif, dalam kegiatan kelompok kerja sama siswa masih kurang, serta dalam mengerjakan soal yang ukuran bangun ruangnya ditentukan siswa masih mengalami kesulitan. Setelah diketahui kekurangan pada siklus 1, maka dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap rencana selanjutnya pada siklus II. 2. Siklus II a. Perencanaan Tindakan 1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah. Permasalahan yang muncul pada siklus I antara lain : a) Guru belum bisa menguasai kelas dengan baik. Untuk perbaikan pada siklus II guru berusaha untuk memantau setiap kelompok dalam kegiatan penemuan. b) Siswa yang lebih pandai lebih aktif. Pada siklus II guru berusaha untuk meningkatkan kerja sama kelompok agar semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan penemuan dengan memberikan penghargaan berupa pujian dan bintang.

52 38 c) Kerja sama siswa dalam kegiatan kelompok masih kurang. Pada siklus II guru meningkatkan kerja sama kelompok dengan cara memberikan penghargaan bagi kelompok yang aktif dalam kegiatan penemuan. d) Dalam mengerjakan soal yang ukuran bangun ruangnya ditentukan siswa masih mengalami kesulitan sehingga pada siklus II pada lembar evaluasi kelompok maupun individu, guru menyediakan lembar jawab berpetak untuk memudahkan siswa. 2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode penemuan (Discovery). 3) Menyiapkan sumber belajar dan menyusun serta mengembangkan format evaluasi pembelajaran. 4) Menyiapkan media pembelajaran. b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini perencanaan tindakan diterapkan di dalam kelas sesuai dengan skenarionya berdasarkan refleksi pada siklus I. Rinciannya meliputi: 1) Kegiatan Awal a) Guru membuka pelajaran, berdoa dan mengabsen siswa b) Guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali pelajaran yang telah lalu tentang bangun ruang. c) Guru mengemukakan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan Inti a) Guru menunjukkan pada siswa bangun ruang yang telah disediakan. b) Siswa diminta untuk menyebutkan nama bangun ruang yang dibawa guru. c) Siswa dibentuk menjadi 5 kelompok kemudian setiap kelompok diberi berbagai jaring-jaring bangun ruang yang telah disiapkan sehingga mereka menemukan jaring-jaring bangun ruang yang benar dan menggambarnya. d) Siswa secara aktif dan berkelompok berdiskusi menemukan jaringjaring bangun ruang kemudian menggambar jaring-jaring yang telah ditemukan dan membentuknya commit to menjadi user bangun ruang.

53 39 e) Siswa saling bekerja sama untuk menemukan jaring-jaring bangun ruang, menggambarnya dan membentuk menjadi bangun ruang sehingga terjadi kerja sama yang baik antar siswa. f) Guru berkeliling memantau kegiatan siswa. g) Setelah kegiatan penemuan selesai, perwakilan kelompok diminta ke depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. h) Memberikan pujian atau penghargaan pada siswa yang paling aktif dalam diskusi kegiatan penemuan baik individu maupun kelompok. 3) Kegiatan Akhir a) Siswa membuat rangkuman hasil-hasil penemuannya. b) Siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan guru secara individu. c) Guru menutup pelajaran. c. Pengamatan/Observasi 1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran matematika dengan metode penemuan (Discovery) pada materi menggambar jaring-jaring bangun ruang, meliputi aktivitas guru dan siswa. Pada siklus II ini kemampuan guru dalam pembelajaran mengalami peningkatan. Siswa sudah bekerja sama dengan baik dalam kegiatan diskusi kelompok. 2) Mengadakan tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menggambar jaring-jaring bangun ruang. Dilihat dari hasil nilai individu dari tes siklus I dan siklus II sudah mengalami peningkatan. d. Refleksi Setelah selesai dilaksanakan siklus II dapat dilihat bahwa antara siklus I dan siklus II, kemampuan siswa dalam menggambar jaring-jaring bangun ruang meningkat. Pada siklus II siswa yang tuntas meningkat menjadi 23 siswa atau 88,46 %. Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang dengan menggunakan metode penemuan (Discovery).

54 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian SD Negeri Kliwonan 2 merupakan salah satu SD yang ada di kecamatan Masaran kabupaten Sragen. SD ini memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk kegiatan upacara bendera dan kegiatan pembelajaran penjaskes. Bangunan yang ada diantaranya 5 ruang kelas, 1 ruang guru beserta ruang kepala sekolah, 1 ruang komputer yang jadi satu dengan ruang UKS, dan terdapat 1 ruang untuk gudang. Pada tahun 2010/2011 jumlah siswa SD Negeri Kliwonan 2 sebanyak 131 siswa yang terdiri dari 74 siswa laki-laki dan 57 siswa perempuan. Kelas I terdiri dari 19 siswa, kelas II terdiri dari 22 siswa, kelas III terdiri dari 18 siswa, kelas IV terdiri dari 24 siswa, kelas V terdiri dari 26 siswa dan kelas VI terdiri dari 24 siswa. Dan terdapat 10 guru dan satu penjaga sekolah. 2. Deskripsi Hasil Penelitian a. Deskripsi Pra-Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SD Negeri Kliwonan 2 ternyata masih banyak siswa yang mendapatkan nilai matematika rendah. Kenyataan tersebut dilihat dari daftar nilai matematika yang diperoleh dari guru matematika kelas V. Setelah melakukan tes awal juga dapat dilihat nilai matematika siswa kelas V masih rendah. Hasil tes awal siswa dapat dilihat pada lampiran 22. Untuk lebih jelasnya, perolehan hasil tes awal siswa dapat dilihat pada Tabel 1. 40

55 41 Tabel 1. Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Pra Siklus No. Interval Nilai Tengah (x) Frekuensi (f) fx Prosentase ,85 % ,69 % ,85 % ,69 % ,54 % ,69 % ,69 % ,38 % ,08 % ,54 % Jumlah % Rata-rata Nilai 57 Dari Tabel 1 di atas hasil perolehan hasil belajar pra siklus siswa kelas V SD Negeri Kliwonan 2 dapat disajikan dalam bentuk grafik :

56 42 7 F R E K U E N S I INTERVAL NILAI Gambar 4. Grafik Perolehan Hasil Belajar Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Siswa Pra Siklus Analisis hasil evaluasi dari tes awal siswa diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal menggambar jaring-jaring bangun ruang adalah 57. Hasil tersebut masih di bawah rata-rata nilai yang diinginkan yaitu 65. Jumlah siswa yang tuntas ada 13 siswa atau 50 %. Dari hasil analisis tes awal tersebut, maka perlu dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi menggambar jaring-jaring bangun ruang. b. Deskripsi Siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 18 April dan 21 April Adapun tahapan yang dilakukan meliputi : 1) Tahap Perencanaan Langkah-langkah peneliti pada tahap ini antara lain : a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) matematika pada pokok bahasan menggambar commit jaring-jaring to user bangun ruang menggunakan

57 43 metode penemuan (discovery) yang disusun 2x pertemuan masing masing dengan alokasi waktu 3 x 35 menit atau 3 jam pelajaran, dengan : Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang serta hubungan antar bangun. Kompetensi Dasar : Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana. Indikator : Kognitif : 1) Menentukan berbagai bentuk jaring-jaring kubus dan balok. 2) Menentukan jaring-jaring tabung, kerucut dan limas Afektif : 1) Menunjukkan berbagai bentuk jaring-jaring kubus dan balok. 2) Menunjukkan jaring-jaring tabung, kerucut dan limas. Psikomotorik : 1) Menggambar berbagai bentuk jaring/jaring kubus dan balok. 2) Menggambar jaring-jaring tabung, kerucut dan limas. b) Mendesain alat evaluasi untuk evaluasi kelompok dan evaluasi individu. c) Menyiapkan media pembelajaran yang mendukung yaitu membuat macam-macam bangun ruang dari kertas karton. d) Membuat lembar observasi kegiatan guru dan siswa. 2) Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini guru menerapkan metode penemuan (discovery) sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun yaitu 2x pertemuan. adapun pelaksanaan tindakan pada siklus I ini adalah sebagai berikut: a) Pertemuan Pertama Pembelajaran pertemuan pertama pada siklus I ini dilaksanakan pada tanggal 18 April Pada pertemuan pertama materi yang diajarkan adalah menggambar jaring-jaring kubus dan balok dengan 3 indikator yaitu menentukan commit berbagai to user bentuk jaring-jaring kubus dan

58 44 balok, menunjukkan berbagai bentuk jaring-jaring kubus dan balok, dan menggambar berbagai bentuk jaring-jaring kubus dan balok.. Kegiatan diawali dengan berdo a bersama-sama kemudian dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Sebagai kegiatan awal, guru melakukan apersepsi dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang bangun ruang. Guru kemudian menyampaikan tujuan pembalajaran pada siswa. Pada kegiatan inti, guru menyampaikan metode pembelajaran yang akan digunakan yaitu menggunakan metode penemuan (discovery). Guru menunjukkan pada siswa bangun kubus dan balok. Guru mengajukan pertanyaan pada siswa manakah yang termasuk kubus dan manakah yang termasuk balok. Siswa secara antusias menjawab pertanyaan guru dengan benar. Guru kemudian meminta siswa untuk menemukan jaring-jaring kubus dan balok menggunakan metode penemuan. Siswa dibentuk menjadi 5 kelompok dan duduk sesuai dengan kelompoknya. Masing-masing kelompok diberi bangun kubus dan balok yang telah disiapkan oleh guru dan lembar kerja untuk kelompok. Siswa disuruh menemukan sendiri jaring-jaring kubus dan balok sesuai dengan keinginan mereka. Siswa bersama kelompoknya masing-masing berdiskusi tentang cara menemukan jaring-jaring kubus dan balok. Siswa berdiskusi dan bekerja sama sehingga ditemukan jaring-jaring kubus dan balok kemudian menggambarnya. Guru berkeliling memantau perkembangan siswa dalam kegiatan penemuan dan membantu jika ada yang mengalami kesulitan. Setelah kegiatan penemuan selesai, perwakilan kelompok ke depan kelas untuk menggambarkan jaring-jaring kubus dan balok yang telah mereka temukan. Siswa bersama guru kemudian berdiskusi menentukan jaring-jaring kubus dan balok yang benar. Kelompok yang paling aktif diberi penghargaan. Pada kegiatan akhir, siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang pokok bahasan yang telah dipelajari yaitu tentang jaring-jaring kubus dan balok. guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan yang belum commit dipahami. to user Pada kegiatan akhir ini guru

59 45 memberikan soal individu pada masing-masing siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam penguasaan materi yang telah dipelajarinya. Guru memberikan penguatan dan meminta pekerjaan siswa kemudian menutup pelajaran. b) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 21 April Pada pertemuan ini materi yang diajarkan adalah menggambar jaring-jaring tabung, kerucut dan limas. Indikatornya yaitu menentukan jaring-jaring tabung, kerucut dan limas, menunjukkan jaring-jaring tabung, kerucut dan limas, dan menggambar jaring-jaring tabung, kerucut dan limas. Kegiatan diawali dengan berdo a bersama kemudian dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Untuk menuju materi pelajaran yang akan dipelajari, siswa diajak untuk mengingat kembali materi pelajaran yang lalu yaitu tentang jaring-jaring kubus dan balok. guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti guru menyampaikan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu menggunakan metode penemuan (discovery). Guru menunjukkan pada siswa bangun ruang yang telah disiapkan yaitu tabung, kerucut dan limas kemudian menanyakan pada siswa bangun apa yang dibawanya. Guru menanyakan benda-benda apa saja yang bentuknya seperti tabung, kerucut dan limas. Siswa secara antusias menjawab pertanyaan dari guru dengan benar. Siswa diminta untuk menemukan sendiri jaring-jaring tabung, kerucut dan limas. Siswa dibentuk menjadi 5 kelompok dan duduk berdasarkan kelompoknya. Setiap kelompok diberikan bangun tabung, kerucut dan limas serta lembar kerja untuk kegiatan kelompok. Masing-masing kelompok disuruh untuk membuka tabung, kerucut dan limas sesuai dengan keinginan mereka. Siswa bersama kelompoknya kemudian berdiskusi tentang cara menemukan jaring-jaring tabung, kerucut dan limas sesuai dengan keinginan mereka. Setelah melaksanakan kegiatan penemuan dan jaring-jaring tabung, kerucut, commit to limas user sudah ditemukan setiap siswa

60 46 kemudian menggambarnya. Guru berkeliling memantau siswa dalam kegiatan penemuan dan memebantu siswa yang keulitan. Perwakilan kelompok ke depan kelas menyampaikan hasil diskusi. Siswa bersama guru membahas hasil diskusi kelompok dan menetukan jaring-jaring tabung, kerucut dan limas yang benar. Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang aktif. Pada kegiatan akhir guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang jaring-jaring tabung, kerucut dan limas. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang telah dipelajari. Kemudian guru memberikan soal individu pada masing-masing siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam penguasaan materi yang telah dipelajarinya. Guru memberikan penguatan dan meminta pekerjaan siswa kemudian menutup pelajaran. 3) Tahap Observasi Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Guru terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan (discovery), yaitu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dan dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi kinerja guru, lembar observasi kegiatan siswa serta dokumentasi dengan foto dan video. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran menggunakan metode penemuan (discovery) menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menggambar jaring-jaring bangun ruang. a) Hasil Observasi Terhadap Guru Dari data observasi kinerja guru dalam siklus I selama 2 kali pertemuan (lampiran 5 dan lampiran 7) diperoleh hasil observasi terhadap guru sebagai berikut: persiapan guru dalam memulai kegiatan pembelajaran sudah cukup baik, media dan sumber belajar yang disiapkan sudah sesuai dengan commit materi to user yang diajarkan, kemampuan guru

61 47 dalam mengelola kelas masih kurang, kemampuan guru dalam mengelola waktu pelajaran juga masih kurang, kemampuan dalam memantau kemajuan belajar siswa selama proses pembelajaran sudah cukup baik, guru melibatkan siswa dalam pemanfaatan media pembelajaran dengan baik, guru menunjukkan respon yang baik terhadap siswa, perhatian guru terhadap siswa masih kurang, kemampuan guru dalam mengadakan penilaian akhir sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan kemampuan guru dalam menutup pelajaran sudah baik. Hasil observasi guru pada siklus I selama 2 kali pertemuan (lampiran 5 dan lampiran 7) dapat dilihat pada Tabel 2 : Tabel 2. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I No. Siklus I Skor 1 Pertemuan Pertemuan 2 34 Rata-rata 32,5 Pada pertemuan pertama skor hasil observasi guru sebesar 31 dan pada pertemuan kedua sebesar 34. Rata-rata skor hasil observasi guru dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua sebesar 32,5. Yang berarti berdasarkan kriteria penilaian pada lembar observasi kinerja guru, kegiatan guru dalam pembelajaran matematika dengan metode penemuan (discovery) pada siklus I sudah baik. Sehingga dengan aktifitas guru yang sudah baik akan mempengaruhi aktifitas siswa dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa dalam menggambar jaring-jaring bangun ruang meningkat. Berdasarkan Tabel 2 dapat disajikan dalam bentuk grafik :

62 48 40 S K O R Pertemuan 1 Pertemuan 2 Gambar 5. Grafik Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I b) Hasil Observasi Terhadap Siswa Dari data observasi dalam siklus I selama 2 kali pertemuan (lampiran 6 dan lampiran 8) diperoleh hasil observasi terhadap siswa sebagai berikut: pada pertemuan I dan 2 lebih dari 50 % siswa antusias saat pembelajaran berlangsung, siswa juga memperhatikan penjelasan guru mengenai materi pembelajaran dengan baik, No. Siklus I Skor 1 Pertemuan Pertemuan 2 28 Rata-rata Skor 27,5 keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat masih kurang, banyak siswa yang ingin terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, kurang lebih 50 % siswa menjawab pertanyaan guru dengan benar, penggunaan metode penemuan (discovery) dalam pembelajaran menggambar jaring-jaring bangun ruang sudah sangat efektif, kerja sama antar siswa dan kesungguhan dalam mengerjakan tugas kelompok masih kurang, serta kesungguhan siswa dalam mengerjakan evaluasi individu sudah baik. Hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I selama 2 kali pertemuan (lampiran 6 dan 8) dapat dilihat pada Tabel 3 : Tabel 3. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I

63 49 Pada pertemuan pertama skor hasil observasi kegiatan siswa sebesar 27 dan pada pertemuan kedua sebesar 28. Rata-rata hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I sebesar 27,5 yang berarti berdasarkan kriteria penilaian pada lembar observasi, kegiatan siswa dalam pembelajaran matematika dengan metode penemuan (discovery) pada siklus pertama masih kurang. Tetapi nilai siswa menggambar jaring-jaring bangun ruang pada siklus I sudah meningkat dibandingkan dengan nilai pra siklus. Berdasarkan Tabel 3 dapat disajikan dalam bentuk grafik : 40 S K O R Pertemuan 1 Pertemuan 2 Gambar 6. Grafik Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I c) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang. Selama dua kali pertemuan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I diperoleh data nilai hasil belajar siswa (lampiran 23) kemudian dianalisis, sehingga peneliti memperoleh data yang dapat dilihat pada Tabel 4 :

64 50 Tabel 4. Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Menggunakan Metode Penemuan (Discovery) Siklus I No. Interval Nilai Tengah (x) Frekuensi Fx Prosentase ,69 % ,23 % ,54 % ,62 % ,38 % ,54 % Jumlah % Rata-rata Nilai 68,27 Berdasarkan Tabel 4 di atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik : F R E K U E N S I INTERVAL NILAI Gambar 7. Grafik Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaringjaring Bangun Ruang Menggunakan Metode Penemuan (Discovery) Siklus I Dari hasil analisis commit data pada to user siklus I, dapat dilihat nilai terendah siswa yaitu 35 dan nilai tertinggi siswa yaitu 95. Pada siklus 1 ini

65 51 terdapat 9 siswa yang belum tuntas atau 34,62 % dan yang tuntas sebanyak 17 siswa atau 65,38 % dengan batas tuntas 65. 4) Refleksi Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran siklus I. Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Yang dievaluasi antara lain : aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung serta hasil pekerjaan siswa. Pada siklus I pembelajaran berjalan dengan lancar sesuai dengan perencanaan guru. Dalam kegiatan kelompok siswa saling bekerja sama dengan baik untuk menemukan jaring-jaring bangun ruang. Perwakilan kelompok ke depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusi. Setelah selesai pembelajaran dilaksanakan evaluasi individu. Siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa dari 26 siswa atau 65,38 %. Ini sudah mengalami peningkatan dari tes pra siklus yang dilaksanakan yaitu hanya 13 siswa yang tuntas atau 50%. Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan siklus I dapat dilihat pada Tabel 5 : Tabel 5. Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I. Keterangan Pra Siklus Siklus I Nilai Terendah 5 35 Nilai Tertinggi Rata-rata Nilai Klasikal 57 68,27 Ketuntasan Klasikal 50 % 65,38 % Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I pada Tabel 5 di atas dapat disajikan dalam grafik :

66 52 Gambar 8. Grafik Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Siklus I Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 5 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik 15,38 % dengan nilai batas tuntas 65 ke atas, siswa yang tuntas belajar di siklus I sebesar 65,38 %, yang semula pada tes pra siklus hanya terdapat 50 % siswa mencapai batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 5 dan pada siklus I menjadi 35. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 90 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal sebesar 57 naik pada tes siklus I menjadi 68,27. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang. tetapi masih ada 9 siswa yang belum tuntas. Berdasarkan siklus I yang telah selesai dilaksanakan kemudian dianalisis untuk mengetahui kekurangannya. Kekurangannya pada siklus I antara lain : siswa yang pandai lebih aktif, dalam kegiatan kelompok kerja sama siswa masih kurang, serta dalam mengerjakan soal yang ukuran bangun ruangnya ditentukan siswa masih mengalami kesulitan. Setelah diketahui kekurangan pada siklus 1, maka dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap rencana selanjutnya pada siklus II.

67 53 c. Deskripsi Siklus II Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 25 April dan 28 April Adapun tahapan yang dilakukan meliputi : 1) Tahap Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus I dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menggambar jaring-jaring bangun ruang menggunakan metode penemuan (discovery) sudah mengalami peningkatan. Tetapi masih ada 9 siswa yang belum tuntas. Oleh karena itu, untuk meningkatkan lagi jumlah siswa yang tuntas peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali menggunakan metode penemuan (discovery) dengan indikator yang sama pada siklus I. Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran matematika menggunakan metode penemuan (discovery) sebagai upaya perbaikan mengatasi kekurangan pada siklus I antara lain : a) Guru berusaha untuk meningkatkan kerja sama kelompok agar semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan penemuan. b) Meningkatkan kerja sama kelompok dengan cara memberikan penghargaan dan pujian baik secara individu maupun kelompok. c) Pada siklus I dalam mengerjakan soal yang ukuran bangun ruangnya ditentukan siswa masih mengalami kesulitan sehingga pada siklus II pada lembar evaluasi kelompok maupun individu, guru menyediakan lembar jawab berpetak untuk memudahkan siswa. Dilihat dari analisis siklus I, sebagian besar kemampuan siswa dalam menggambar jaring-jaring bangun ruang sudah cukup bagus. Meskipun demikian pembelajaran matematika pada siklus I belum dikatakan berhasil, karena belum mencapai target yang diinginkan. Langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuan siswa menggambar jaring-jaring bangun ruang pada siklus II adalah sebagai berikut : a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) matematika pada pokok bahasan menggambar jaring-jaring bangun ruang menggunakan

68 54 metode penemuan (discovery) yang disusun 2x pertemuan masing masing dengan alokasi waktu 3 x 35 menit atau 3 jam pelajaran, dengan : Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang serta hubungan antar bangun. Kompetensi Dasar : Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana. Indikator : Kognitif : 1) Menentukan berbagai bentuk jaring-jaring kubus dan balok. 2) Menentukan jaring-jaring tabung, kerucut dan limas Afektif : 1) Menunjukkan berbagai bentuk jaring-jaring kubus dan balok. 2) Menunjukkan jaring-jaring tabung, kerucut dan limas. Psikomotorik : 1) Menggambar berbagai bentuk jaring/jaring kubus dan balok. 2) Menggambar jaring-jaring tabung, kerucut dan limas. b) Menyusun serta mengembangkan format evaluasi pembelajaran. c) Menyiapkan media pembelajaran yaitu berbagai bentuk jaring-jaring bangun ruang. d) Membuat lembar observasi aktivitas guru dan siswa. 2) Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini guru menerapkan metode penemuan (discovery) sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun yaitu 2x pertemuan. adapun pelaksanaan tindakan pada siklus I ini adalah sebagai berikut: a) Pertemuan Pertama Pembelajaran pertemuan pertama pada siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 25 April Pada pertemuan pertama materi yang diajarkan adalah menggambar jaring-jaring kubus dan balok dengan 3 indikator yaitu menentukan commit berbagai to user bentuk jaring-jaring kubus dan

69 55 balok, menunjukkan berbagai bentuk jaring-jaring kubus dan balok, dan menggambar berbagai bentuk jaring-jaring kubus dan balok. Kegiatan diawali dengan berdo a bersama-sama kemudian dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Sebagai kegiatan awal, guru melakukan apersepsi dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang bangun ruang. Guru kemudian menyampaikan tujuan pembalajaran pada siswa. Pada kegiatan inti, guru menanyakan pada siswa masih ingatkah nama bangun ruang yang dibawa oleh guru. Siswa antusias menjawab pertanyaan guru dengan benar. Guru menyampaikan pada siswa metode pembelajaran yang akan digunakan yaitu menggunakan metode penemuan (discovery), kemudian guru bersama siswa berdiskusi tentang cara menemukan jaring-jaring kubus dan balok yang balok yang benar. Siswa dibentuk menjadi 5 kelompok dan duduk sesuai dengan kelompok masing-masing. Guru menyediakan berbagai jaring-jaring kubus dan balok dan dari berbagai jaring-jaring tersebut hanya ada beberapa jaringjaring yang benar. Setiap kelompok dibagikan lembar kerja kelompok dan berbagai jaring-jaring kubus dan balok yang telah dipersiapkan oleh guru serta satu lembar kertas karton. Siswa diminta membaca perintah yang ada di lembar kerja dengan cermat. Setiap kelompok harus bekerja sama dengan baik untuk menemukan jaring-jaring kubus dan balok yang benar. Jaring-jaring kubus dan balok yang telah ditemukan digambar pada pada kertas karton yang telah disiapkan kemudian dibentuk menjadi bangun kubus dan balok. Guru berkeliling memantau perkembangan siswa dan membantu kelompok yang mengalami kesulitan. Dalam kegiatan ini siswa sangat antusias dan mengerjakan tugas masing-masing dengan baik, sehingga kerja sama antar siswa dalam kelompok meningkat. Setelah kegiatan penemuan selesai, guru bersama siswa membahas hasil diskusi kelompok. Guru memberikan pujian dan penghargaan bagi siswa yang aktif baik secara individu maupun kelompok.

70 56 Pada kegiatan akhir, siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan yang belum dipahami. Guru memberikan soal individu pada tiap siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam penguasaan materi menggambar jaring-jaring kubus dan balok. Guru memberikan penguatan pada siswa dan meminta pekerjaan siswa kemudian menutup pelajaran. b) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 28 April Pada pertemuan ini materi yang diajarkan adalah menggambar jaring-jaring tabung, kerucut dan limas. Indikatornya yaitu menentukan jaring-jaring tabung, kerucut dan limas, menunjukkan jaring-jaring tabung, kerucut dan limas, dan menggambar jaring-jaring tabung, kerucut dan limas. Kegiatan diawali dengan berdo a bersama kemudian dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Untuk menuju materi pelajaran yang akan dipelajari, siswa diajak untuk mengingat kembali materi pelajaran yang lalu yaitu tentang jaring-jaring kubus dan balok. guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru menanyakan pada siswa masih ingatkah nama bangun ruang yang dibawa oleh guru. Siswa antusias menjawab pertanyaan guru dengan benar. Guru menyampaikan pada siswa metode pembelajaran yang akan digunakan yaitu menggunakan metode penemuan (discovery), kemudian guru bersama siswa berdiskusi tentang cara menemukan jaring-jaring tabung, kerucut dan limas yang benar. Siswa dibentuk menjadi 5 kelompok dan duduk sesuai dengan kelompok masing-masing. Guru menyediakan berbagai jaring-jaring tabung, kerucut dan limas. Dari berbagai jaring-jaring tersebut hanya ada beberapa jaring-jaring yang benar. Setiap kelompok dibagikan lembar kerja kelompok dan berbagai jaring-jaring tabung, kerucut dan limas yang telah dipersiapkan oleh guru serta satu lembar kertas karton. Siswa diminta membaca perintah commit yang to ada user di lembar kerja dengan cermat.

71 57 Setiap kelompok harus bekerja sama dengan baik untuk menemukan jaring-jaring tabung, kerucut dan limas yang benar. Jaring-jaring tabung, kerucut dan limas yang telah ditemukan digambar pada pada kertas karton yang telah disiapkan kemudian dari jaring-jaring tersebut dibentuk menjadi bangun tabung, kerucut dan limas. Guru berkeliling untuk memantau perkembangan siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Dalam kegiatan ini siswa sangat antusias dan kerja sama kelompok meningkat. Setelah kegiatan penemuan selesai, guru bersama siswa membahas hasil diskusi kelompok. Guru memberikan penghargaan dan pujian bagi siswa yang aktif baik secara individu maupun kelompok. Pada kegiatan akhir guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang jaring-jaring tabung, kerucut dan limas. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang telah dipelajari. Kemudian guru memberikan soal individu pada masingmasing siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam penguasaan materi yang telah dipelajarinya. Guru memberikan penguatan dan meminta pekerjaan siswa kemudian menutup pelajaran. 3) Tahap Observasi Sama dengan pelaksanaan observasi pada siklus I, pelaksanaan observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan (discovery), yaitu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. a) Hasil Observasi Terhadap Guru Dari data observasi kinerja guru dalam siklus II selama 2 kali pertemuan (lampiran 9 dan lampiran 11) diperoleh hasil observasi terhadap guru sebagai berikut: persiapan guru dalam memulai kegiatan pembelajaran sudah baik, media dan sumber belajar yang disiapkan sudah sesuai dengan materi yang diajarkan, kemampuan guru dalam mengelola kelas cukup baik, kemampuan guru dalam mengelola waktu pelajaran sudah meningkat commit dibandingkan to user dengan siklus I, kemampuan

72 58 dalam memantau kemajuan belajar siswa selama proses pembelajaran cukup baik, guru melibatkan siswa dalam pemanfaatan media pembelajaran dengan baik, guru menunjukan respon yang baik terhadap siswa, perhatian guru terhadap siswa sudah cukup baik, kemampuan guru dalam mengadakan penilaian akhir sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan kemampuan guru dalam menutup pelajaran sudah baik. Hasil observasi guru pada siklus II selama 2 kali pertemuan (lampiran 9 dan lampiran 11) dapat dilihat pada Tabel 6 : Tabel 6. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II No. Siklus II Skor 1 Pertemuan Pertemuan 2 35 Rata-rata 34 Pada pertemuan pertama skor hasil observasi kinerja guru sebesar 33 dan pertemuan kedua sebesar 35. Rata-rata skor hasil observasi kinerja guru dari kedua pertemuan sebesar 34 yang berarti berdasarkan kriteria penilaian pada lembar observasi kinerja guru, kegiatan guru pada siklus II baik. Dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Sehingga mempengaruhi aktifitas dan nilai siswa menggambar jaringjaring bangun ruang dengan metode penemuan (discovery) mengalami peningkatan. Berdasarkan Tabel 6 dapat disajikan dalam grafik :

73 59 40 S K O R Pertemuan 1 Pertemuan 2 Gambar 9. Grafik Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II b) Hasil Observasi Terhadap Siswa Dari data observasi dalam siklus II selama 2 kali pertemuan (lampiran 10 dan lampiran 12) diperoleh hasil observasi terhadap siswa sebagai berikut: hampir semua siswa antusias saat pembelajaran berlangsung, siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai materi pembelajaran dengan baik, keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat cukup baik, siswa yang ingin terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran cukup banyak, lebih dari 50 % siswa menjawab pertanyaan guru dengan benar, penggunaan metode penemuan (discovery) dalam pembelajaran menggambar jaring-jaring bangun ruang sudah sangat efektif, kerja sama antar siswa dan kesungguhan dalam mengerjakan tugas kelompok cukup baik, serta kesungguhan siswa dalam mengerjakan evaluasi individu sudah baik. Hasil observasi kegiatan siswa pada siklus II selama 2 kali pertemuan (lampiran 10 dan lampiran 12) dapat dilihat pada Tabel 7 : Tabel 7. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II No. Siklus II Skor

74 60 1 Pertemuan Pertemuan 2 35 Rata-rata Skor 34 Pada pertemuan pertama skor hasil observasi kegiatan siswa sebesar 33 dan pada pertemuan kedua sebesar 35. Rata-rata skor hasil observasi kegiatan siswa siklus II sebesar 34 yang berarti berdasarkan kriteria penilaian lembar observasi siswa baik dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa dalam menggambar jaring-jaring bangun ruang yang mengalami peningkatan. Berdasarkan Tabel 7 dapat disajikan dalam grafik : Gambar 10. Grafik Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II c) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Menggambar Jaring-jaring Bangun ruang

75 61 Selama dua kali pertemuan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II diperoleh data nilai hasil belajar siswa (lampiran 24) kemudian dianalisis, sehingga peneliti memperoleh data yang dapat dilihat pada Tabel 8 : Tabel 8. Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Menggunakan Metode Penemuan (Discovery) Siklus II No. Interval Nilai Tengah(x) Frekuensi fx Prosentase ,85 % % ,38 % ,15 % ,38 % ,23 % Jumlah % Rata-rata Nilai 80,58 Dari Tabel 8 perolehan hasil belajar siswa menggunakan metode penemuan (discovery) pada siklus II di atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik : Gambar 11. Grafik Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaringjaring Bangun Ruang Menggunakan Metode Penemuan (discovery) Siklus II Dari hasil analisis commit data pada to user siklus II, dapat dilihat nilai terendah siswa yaitu 42,5 dan nilai tertinggi siswa yaitu 100. Pada siklus II ini

76 62 terdapat 3 siswa yang belum tuntas atau 11,54 % dan yang tuntas sebanyak 23 siswa atau 88,46 % dengan batas tuntas 65. 4) Refleksi Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Setelah menganalisis hasil observasi, pembelajaran matematika menggunakan metode penemuan, secara umum menunjukkan peningkatan. Kekurangan-kekurangan pada siklus I telah diperbaiki pada siklus II. Perbaikan-perbaikan tersebut antara lain : a) Guru berusaha untuk meningkatkan kerja sama kelompok agar semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan penemuan. b) Meningkatkan kerja sama kelompok dengan cara memberikan penghargaan bagi kelompok yang paling cepat mengerjakan tugas dengan baik dan benar sehingga siswa akan bekerja sama dengan baik. c) Pada siklus I dalam mengerjakan soal yang ukuran bangun ruangnya ditentukan siswa masih mengalami kesulitan sehingga pada siklus II pada lembar evaluasi kelompok maupun individu, guru menyediakan lembar jawab berpetak untuk memudahkan siswa. d) Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus II, terdapat 23 siswa atau 88,46 % dan siswa yang belum sebanyak 3 siswa atau 11,54 % dengan batas ketuntasan 65. Dan rata-rata klasikalnya adalah 80,58. Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan tes siklus II dapat dilihat pada Tabel 9 : Tabel 9. Grafik Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Siklus II Keterangan Siklus I Siklus II Nilai Terendah 35 42,5 Nilai Tertinggi Rata-rata Nilai Klasikal 68,27 80,58 Ketuntasan Klasikal 65,38 % 88,46 % Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I dan siklus II pada Tabel 9 di atas dapat commit disajikan to dalam user bentuk grafik :

77 63 F R E K U E N S I N I L A I Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-Rata Ketuntasan 20 0 Siklus I Siklus II Gambar 12. Grafik Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Siklus II Dari hasil analisis data perkembangan hasil tes siklus I dan siklus II pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa ada peningkatan dari siklus I ke siklus II. Jumlah yang tuntas pada siklus I sejumlah 17 siswa atau 65,38 %, pada siklus II meningkat menjadi 23 siswa atau 88,46 %. Nilai terendah dari 35 meningkat menjadi 42,5. Nilai tertinggi dari 95 menjadi 100 dan nilai ratarata kelas pada siklus I 68,27 pada siklus II meningkat menjadi 80,58. Tetapi pada siklus II ini masih ada 5 siswa yang belum tuntas. Berdasarkan refleksi pada siklus II dan dilihat dari hasil evaluasi, maka pembelajaran matematika pokok bahasan menggambar jaring-jaring bangun ruang menggunakan metode penemuan (discovery) pada siklus II sudah berhasil dan sudah mencapai target yang diinginkan. Sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan metode penemuan (discovery) dapat meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada kelas V SD Kliwonan 2. B. Pembahasan Hasil Penelitian

78 64 Berdasarkan pelaksanaan tindakan dan hasil analisis data pada siklus I dan siklus II, dapat dilihat adanya peningkatan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang dengan menggunakan metode penemuan (discovery). Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 10 : Tabel 10. Perkembangan Hasil Pra Siklus, Tes Siklus I dan Tes Siklus II Keterangan Pra Siklus Siklus I Siklus II Nilai Terendah ,5 Nilai Tertinggi Rata-rata Nilai Klasikal 57 68,27 80,58 Ketuntasan Klasikal 50 % 65,38 % 88,46 % 1. Nilai terendah pada tes pra siklus adalah 5, pada siklus I nilai terendah meningkat menjadi 35 dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 42,5. 2. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes pra siklus adalah 90, pada siklus I meningkat menjadi 95 dan pada siklus II nilai tertinggi meningkat lagi menjadi Nilai rata-rata klasikal juga terjadi peningkatan yaitu pada tes pra siklus nilai rata-ratanya 57, pada siklus I meningkat menjadi 68,38 dan kembali meningkat pada siklus II menjadi 80, Untuk siswa yang tuntas dengan nilai ketuntasan 65, pada pra siklus terdapat 13 siswa yang tuntas atau 50 %. Pada siklus I meningkat menjadi 17 siswa atau 65,38 % dan terdapat 9 siswa yang belum tuntas. Pada siklus II siswa yang tuntas meningkat menjadi 23 siswa atau 88,46 % dan terdapat 3 siswa yang belum tuntas. Berdasarkan data perkembangan nilai siswa pada Tabel 10, jumlah siswa yang tuntas dari tes pra siklus, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa penbelajaran matematika pada pokok bahasan menggambar jaring-jaring bangun ruang menggunakan metode penemuan

79 65 (discovery) guru dinyatakan berhasil. Karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai yang berarti ada peningkatan kemampuan menggambar jaringjaring bangun ruang dengan menggunakan metode penemuan (discovery) pada siswa kelas V SD Negeri Kliwonan 2. Perkembangan nilai siswa pada Tabel 10 di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik : Gambar 13. Grafik Perkembangan Hasil Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Dalam proses pembelajarannya masih terdapat beberapa kekurangan. Antara lain kerja sama guru kurang menguasai kelas dan dapat diatasi dengan cara guru berusaha memantau setiap kelompok dalam kegiatan penemuan. Siswa yang pandai lebih aktif dapat diperbaiki dengan cara dalam pembentukan kelompok harus heterogen dan memberikan pujian atau penghargaan secara individi agar semua siswa akif dalam kegiatan penemuan. Kerja sama siswa dalam kelompok masih kurang dapat diatasi dengan guru berusaha untuk meningkatkan kerja sama kelompok agar semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan penemuan dengan memberikan penghargaan atau pujian pada kelompok yang aktif. Dari penelitian yang telah dilaksanakan selama 2 siklus dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan commit siswa to user dalam menggambar jaring-jaring bangun ruang pada kelas V SD Negeri Kliwonan 2 dengan metode penemuan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS 5 SDN KARANGASEM IV NO. 204 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI OLEH: SETYARI HERLIA

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN SOAL CERITA DALAM MATEMATIKA KELAS III SDN MOJOREJO 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS III SDN 1 KROBOKAN JUWANGI BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh: Antonius Hari Suharto X7109126 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN READING WORKSHOP

PENERAPAN READING WORKSHOP PENERAPAN READING WORKSHOP UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN CERITA ANAK PADA SISWA KELAS V SDN TUNGGULSARI I NO. 72 LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI OLEH : FAIQOH DAMAYANTI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN I MENDAK DELANGGU KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGGUNAAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN I MENDAK DELANGGU KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENGGUNAAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN I MENDAK DELANGGU KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: DYAH DWI HAPSARI K7109065 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN REKA CERITA GAMBAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN REKA CERITA GAMBAR PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN REKA CERITA GAMBAR (Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas III SD Negeri 03 Tunggulrejo Kecamatan Jumantono kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011)

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH 11 MANGKUYUDAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH 11 MANGKUYUDAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH 11 MANGKUYUDAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: ZAHRA SALSABILA K7110183 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas II SD Negeri Carangan NO. 22 Surakarta tahun

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DENGAN METODE PERMAINAN TREASURE HUNT (Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI METODE TEAM QUIZ PADA SISWA KELAS V SDN KEMETUL SEMARANG TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI METODE TEAM QUIZ PADA SISWA KELAS V SDN KEMETUL SEMARANG TAHUN AJARAN 2012/2013 PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI METODE TEAM QUIZ PADA SISWA KELAS V SDN KEMETUL SEMARANG TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: WAHYU OKTIYANTO K7109198 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN BASA KRAMA ALUS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I PURWOSARI WONOGIRI

PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN BASA KRAMA ALUS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I PURWOSARI WONOGIRI PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN BASA KRAMA ALUS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I PURWOSARI WONOGIRI TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: TRI WIRATNA K7109190

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI Disusun oleh: INDAH WAHYU NINGRUM K7109103 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENERAPAN QUANTUM LEARNING

PENERAPAN QUANTUM LEARNING PENERAPAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM PADA SISWA KELAS IV SDN WATES KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 SKRIPSI Oleh: INDRI

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG WAKTU PADA JAM

PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG WAKTU PADA JAM PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG WAKTU PADA JAM DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI SIMULASI PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV SEMESTER I SLB NEGERI KENDAL TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: SUNARYO NIM

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI SIFAT CAHAYA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI SIFAT CAHAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI SIFAT CAHAYA DENGAN METODE INKUIRI SISWA KELAS V SDN SOOKA 1 KECAMATAN PUNUNG KABUPATEN PACITAN TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 SKRIPSI Oleh : SINGGIH WINARSO K7108226

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP ALAT PENCERNAAN MANUSIA

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP ALAT PENCERNAAN MANUSIA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP ALAT PENCERNAAN MANUSIA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE NHT PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014 (PTK pada Siswa Kelas V SDN Kratonan No.3 Surakarta Tahun

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN PENGGOLONGAN BENDA MELALUI

PENINGKATAN PEMAHAMAN PENGGOLONGAN BENDA MELALUI PENINGKATAN PEMAHAMAN PENGGOLONGAN BENDA MELALUI METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN VIDEO INTERAKTIF PADA ANAK KELOMPOK A TK EKA PURI MANDIRI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: NOVITA EKA NURJANAH

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS III SD NEGERI BALEHARJO 3, SUKODONO, SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS III SD NEGERI BALEHARJO 3, SUKODONO, SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013 UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS III SD NEGERI BALEHARJO 3, SUKODONO, SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: SEMI X7111525 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : I S M I A T I K X

SKRIPSI. Oleh : I S M I A T I K X PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI PESAWAT SEDERHANA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KECIK 3 TANON SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN MELALUI MEDIA REALIA SISWA KELAS II SD NEGERI KARANGWARU 1, PLUPUH, SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN MELALUI MEDIA REALIA SISWA KELAS II SD NEGERI KARANGWARU 1, PLUPUH, SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN MELALUI MEDIA REALIA SISWA KELAS II SD NEGERI KARANGWARU 1, PLUPUH, SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: MULYANI X7111517 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP ENERGI BUNYI

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP ENERGI BUNYI PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP ENERGI BUNYI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SAMBIDUWUR 2 TANON SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: SUPRAPTO X7111543 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG KARTUN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MENDONGENG PADA SISWA KELAS III SDN TIRTOYOSO NO. 111 SURAKARTA TAHUN AJARAN

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG KARTUN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MENDONGENG PADA SISWA KELAS III SDN TIRTOYOSO NO. 111 SURAKARTA TAHUN AJARAN PENGGUNAAN MEDIA WAYANG KARTUN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MENDONGENG PADA SISWA KELAS III SDN TIRTOYOSO NO. 111 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: NANDA SETYANTO K7112157 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG STRUKTUR BUMI PADA SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG STRUKTUR BUMI PADA SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG STRUKTUR BUMI PADA SISWA SDN NGADIROYO 2012/2013 SKRIPSI Oleh: HARYANI K7109090 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN HEE (HYPOTHESIS - EXPLORATION - EXPLANATION) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP GAYA

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN HEE (HYPOTHESIS - EXPLORATION - EXPLANATION) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP GAYA PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN HEE (HYPOTHESIS - EXPLORATION - EXPLANATION) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP GAYA MATA PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SDN 2 REJOSARI TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh:

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI PETORAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI OLEH:

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : ELFRIDA NOVIANTY K

SKRIPSI. Oleh : ELFRIDA NOVIANTY K PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAUR AIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS) (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri Gumpang 03 Kecamatan Kartasura

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JULI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JULI PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X7 SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 o l e h: MIKE DEVY PERMATASARI K8409039

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC AUDITORY VISUALIZATION INTELLECTUALY (SAVI) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MANGKUYUDAN NO.2 TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN i PENGGUNAAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PESERTA DIDIK KELAS II SD NEGERI PAJANG IV LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Disusun oleh: ARI AGUSTIANI K7111020

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PICTURE AND PICTURE

PENGGUNAAN MODEL PICTURE AND PICTURE PENGGUNAAN MODEL PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MASALAH SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PAJANG IV LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI TRI

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SUMBER DAYA ALAM

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SUMBER DAYA ALAM PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SUMBER DAYA ALAM MELALUI MULTIMEDIA DENGAN TEKNIK EXAMPLE NON EXAMPLE PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 02 MANANG GROGOL SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh JANURIA DYAH

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: RIAS ANJANI K

SKRIPSI. Oleh: RIAS ANJANI K PENGGUNAAN METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI CERITA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PESANTREN BANYUMAS TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: RIAS ANJANI K7110138 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI MASALAH SOSIAL

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI MASALAH SOSIAL PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI MASALAH SOSIAL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD Negeri I Sidokarto Kecamatan Girimarto

Lebih terperinci

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING UNTUK PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD Retno Megawati 1, Suripto 2, Kartika Chrysti Suryandari 3 PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Kepodang

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA SISWA KELAS III

PENERAPAN TEKNIK SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA SISWA KELAS III PENERAPAN TEKNIK SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA SISWA KELAS III SD NEGERI GAJAHAN COLOMADU KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 SKRIPSI Disusun oleh: DWINITA RIANI PURNAMANINGRUM

Lebih terperinci

Mivafarlian et al., Penerapan Metode Diskusi Berbantuan Garis Bilangan. 1

Mivafarlian et al., Penerapan Metode Diskusi Berbantuan Garis Bilangan. 1 Mivafarlian et al., Penerapan Metode Diskusi Berbantuan Garis Bilangan. 1 Penerapan Metode Diskusi Berbantuan Garis Bilangan untuk Meningkatkan dan Hasil Belajar Kelas IV Materi Penjumlahan dan Pengurangan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION Eka Puji Lestari 1), Kuswadi 2), Karsono 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Ulfatun Rohmah 1, Suhartono 2, Ngatman 3 PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jalan Kepodang 67A Panjer Kebumen

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA BELAJAR AUDIO-VISUAL DAN REALITA

PENGGUNAAN MEDIA BELAJAR AUDIO-VISUAL DAN REALITA PENGGUNAAN MEDIA BELAJAR AUDIO-VISUAL DAN REALITA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TANAH PADA SISWA KELAS V SDN 03 MATESIH, KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : TITANIA DEWI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA PENDEK PADA SISWA KELAS III SD NEGERI SEPAT 3, MASARAN, SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: SODRI X7111527 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG LUAS DUA BANGUN DATAR SEDERHANA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA REALIA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS VI SLB ABC GIRI WIYATA DARMA WONOGIRI TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI PECAHAN DENGAN MEDIA BANGUN GEOMETRI

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI PECAHAN DENGAN MEDIA BANGUN GEOMETRI PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI PECAHAN DENGAN MEDIA BANGUN GEOMETRI Arin Prastuti, Peduk Rintayati, Djaelani PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Slamet Riyadi No. 449, Surakarta 57126 Email : arinprastuti@ymail.com

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION

PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION BERBANTUAN MEDIA PRESENTASI POWER POINT DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS IV SDLB BINA PUTRA SALATIGA SEMESTER II TAHUN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GLOBALISASI (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SD Negeri Joho 04 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A TKIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015

UPAYA PENINGKATAN PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A TKIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 UPAYA PENINGKATAN PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A TKIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Oleh: NURIDA YUSRIANI K8111057 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK KELAS X TGB.B SMK NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA DENGAN MODEL

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA DENGAN MODEL PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II PADA SISWA KELAS V SDN II MANYARAN KECAMATAN MANYARAN KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2009/ 2010 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI.

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI. PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh : M A R Y U N I NIM: X.5107549 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

Lebih terperinci

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA SUB POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII-7 SMP NEGERI 1 KREMBUNG SIDOARJO SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL (CTL) PADA PEMBELAJARAN IPS

PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL (CTL) PADA PEMBELAJARAN IPS PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL (CTL) PADA PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN NILAI KARAKTER BANGSA SISWA KELAS V SD NEGERI GUNUNGSIMPING 02 CILACAP TENGAH, CILACAP TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : RISA

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN 1 KARANGSARI TAHUN AJARAN 2014/2015 Masrukhin 1, Triyono 2,

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KEMASAN I KECAMATAN SERENGAN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : SITI RASYIDAH

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD Oleh: Liyandari 1, Wahyudi. 2, Imam Suyanto 3 1 Mahasiswa PGSD FKIP Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Ulfatun Rohmah 1, Suhartono 2, Ngatman 3 PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jalan Kepodang 67A Panjer Kebumen

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, KEAKTIFAN, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA SISWA SEKOLAH DASAR PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA SISWA SEKOLAH DASAR Hanalia Pertiwi 1), Siti Istiyati 2), Suharno 3) PGSD

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE MIND MAP

IMPLEMENTASI METODE MIND MAP IMPLEMENTASI METODE MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP LEMBAGA PEMERINTAHAN PUSAT (Penelitian Tindakan Kelas pada Peserta Didik Kelas IV SD Negeri 01 Plosorejo, Matesih, Karanganyar Tahun Ajaran

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA KEMBALI

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA KEMBALI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA KEMBALI (PTK pada Peserta Didik Kelas IV SD Negeri Gumpang 3 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016)

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : MARETTA ENGGAR KUSUMANINGTYAS K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2015

SKRIPSI. Oleh : MARETTA ENGGAR KUSUMANINGTYAS K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2015 PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GLOBALISASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI BEGALON I SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA SEKOLAH DASAR PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA SEKOLAH DASAR Setyari Herlia Wardananti 1), Kartono 2), Sadiman 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR ILUSTRASI

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR ILUSTRASI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR ILUSTRASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SABRANGLOR No. 78 JEBRES SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : NOVA

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERMAIN DRAMA MELALUI

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERMAIN DRAMA MELALUI PENINGKATAN KETERAMPILAN BERMAIN DRAMA MELALUI PENDEKATAN SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELLEKTUAL (SAVI) PADA SISWA KELAS V SDN JOHO 02 MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Disusun oleh:

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING MELALUI MEDIA KARTU DOMINO UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN ROMAWI SISWA KELAS IV SDN VII BATURETNO

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING MELALUI MEDIA KARTU DOMINO UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN ROMAWI SISWA KELAS IV SDN VII BATURETNO PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING MELALUI MEDIA KARTU DOMINO UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN ROMAWI SISWA KELAS IV SDN VII BATURETNO SKRIPSI Oleh : GUPITA MAYANG SARI K7109088 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN MELALUI PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN MELALUI PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN MELALUI PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Disusun oleh: Novia Diah Savitri

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING LEARNING (PSL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH BANGUN DATAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING LEARNING (PSL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH BANGUN DATAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING LEARNING (PSL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH BANGUN DATAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR Reny Atika Rahmawati 1), Siti Kamsiyati 2), Tri Budiharto

Lebih terperinci

: GARNIS AYU AMALIA K

: GARNIS AYU AMALIA K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON-EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GAMBAR INTERIOR DAN EKSTERIOR BANGUNAN GEDUNG KELAS XI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 2

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: EVY NURYANI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

SKRIPSI. Oleh: EVY NURYANI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PENERAPAN MIND MAPPING BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SUMBER DAYA ALAM (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SD N Setono No. 95 Kecamatan Laweyan Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG MENGGUNAKAN MEDIA EDUTAINMENT

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG MENGGUNAKAN MEDIA EDUTAINMENT PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG MENGGUNAKAN MEDIA EDUTAINMENT Meilina Fika Rinanda 1), Sutijan 2), Samidi 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Slamet Riyadi No. 449, Surakarta 57126 e-mail:

Lebih terperinci

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN PENERAPAN MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP ALAT PEREDARAN DARAH DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN PAULAN KECAMATAN COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: IKA ANUNG JULIYASTUTI

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL RME DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V

PENERAPAN MODEL RME DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V PENERAPAN MODEL RME DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V Ikhwan Pamuji 1, Imam Suyanto 2, Ngatman 3 PGSD FKIP, Universitas Sebelas Maret, Jl. Kepodang 67 A

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI TEKNIK EXAMPLES NON EXAMPLES PADA PESERTA DIDIK KELAS IV SDN 02 NGASEM KARANGANYAR 2012/2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI TEKNIK EXAMPLES NON EXAMPLES PADA PESERTA DIDIK KELAS IV SDN 02 NGASEM KARANGANYAR 2012/2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI TEKNIK EXAMPLES NON EXAMPLES PADA PESERTA DIDIK KELAS IV SDN 02 NGASEM KARANGANYAR 2012/2013 SKRIPSI Oleh : IKA KURNIA PUTRI K7109094 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MERINGKAS ISI BUKU CERITA Ikhsan Akbari 1), Muhammad Shaifuddin 2), Sadiman

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) PADA SISWA SEKOLAH DASAR PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) PADA SISWA SEKOLAH DASAR Rifai Nurmansah 1), Peduk Rintayati 2), Yulianti 3) PGSD FKIP

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA POP UP BOOK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS II SDN 1 WONOHARJO KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014

PENERAPAN MEDIA POP UP BOOK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS II SDN 1 WONOHARJO KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014 PENERAPAN MEDIA POP UP BOOK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS II SDN 1 WONOHARJO KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh : DESTA SETYAWAN K7110037 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MERODA

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MERODA UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MERODA MELALUI PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 1 KEBAKKRAMAT TAHUN AJARAN 2014 / 2015 SKRIPSI Oleh: HERI KURNIAWAN K4610043 FAKULTAS

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA CERITA MELALUI MEDIA ANIMASI BAGI SISWA KELAS VI SDLB C SWADAYA SEMARANG TAHUN 2013

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA CERITA MELALUI MEDIA ANIMASI BAGI SISWA KELAS VI SDLB C SWADAYA SEMARANG TAHUN 2013 UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA CERITA MELALUI MEDIA ANIMASI BAGI SISWA KELAS VI SDLB C SWADAYA SEMARANG TAHUN 2013 SKRIPSI oleh: SUNARNI NIM: X5212224 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PBL MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA SUHU DAN KALOR KELAS X-5 SMAN GONDANGREJO

PENERAPAN MODEL PBL MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA SUHU DAN KALOR KELAS X-5 SMAN GONDANGREJO PENERAPAN MODEL PBL MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA SUHU DAN KALOR KELAS X-5 SMAN GONDANGREJO SKRIPSI Oleh : NIKEN TRI WIDAYATI K 2312049 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 4 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : HURIL

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMING

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMING PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN PADA SISWA KELAS IV SDIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI OLEH : KATRIN PRIMADYANINGSIH

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN METODE PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 03 BULU SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: PRIHATIN NURUL ASLAMIN K7109152 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA MAGNIT MELALUI ALAT PERAGA KIT IPA BAGI SISWA TUNADAKSA KELAS V SEMESTER II SLB/D YPAC SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: Sri Rahayuningsih

Lebih terperinci

Yunita Fitri Anggraeni 1), Kartono 2), Idam Ragil Widianto Atmojo 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

Yunita Fitri Anggraeni 1), Kartono 2), Idam Ragil Widianto Atmojo 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA SEKOLAH DASAR Yunita Fitri Anggraeni 1), Kartono 2), Idam

Lebih terperinci

Nur Khasananah 1, Triyono 2, Joharman 3 FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret

Nur Khasananah 1, Triyono 2, Joharman 3 FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret PENGGUNAAN METODE INQUIRI DENGAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN LUAS DAERAH BANGUN DATAR SISWA KELAS III SDN JEMUR TAHUN AJARAN 2012/ 2013 Nur Khasananah 1, Triyono 2, Joharman 3 FKIP,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN HIPOTESIS MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN HIPOTESIS MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN HIPOTESIS MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING M Noor Alfiandi 1), Kartono 2), Joko Daryanto 3), PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta. e-mail:

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : EVA MAITA PUSPITASARI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

SKRIPSI. Disusun Oleh : EVA MAITA PUSPITASARI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS V B SD NEGERI DUKUHAN KERTEN NO.58 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun Oleh : EVA MAITA PUSPITASARI

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG SISWA KELAS IV SDN JIRAPAN I TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: RULLY NOOR HALIMAH

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI MEMBILANG BENDA 1-10 MELALUI MEDIA GRAFIS PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS DASAR II SEMESTER I DI SLB BC BINADSIH KARANGANOM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I JATIPURO TRUCUK KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Oleh: Risa Hartati K1206036 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KOSAKATA BAHASA JAWA MELALUI MEDIA WORD WALL PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI MADEGONDO 01 GROGOL SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2015/2016

PENINGKATAN PEMAHAMAN KOSAKATA BAHASA JAWA MELALUI MEDIA WORD WALL PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI MADEGONDO 01 GROGOL SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2015/2016 PENINGKATAN PEMAHAMAN KOSAKATA BAHASA JAWA MELALUI MEDIA WORD WALL PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI MADEGONDO 01 GROGOL SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: KUNTHI ANGGUN PRATAMA K7112128 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN PADA SISWA KELAS V SD

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN PADA SISWA KELAS V SD PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN PADA SISWA KELAS V SD Oleh: Siti Hanisah 1, Tri Saptuti 2, H. Setyo Budi 3 FKIP,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : JUMAKIR NIM : X

SKRIPSI. Oleh : JUMAKIR NIM : X PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA FLASH CARD BAGI SISWA KELAS V C 1 SDLB KALIWUNGU KABUPATEN KUDUS TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 SKRIPSI Oleh : JUMAKIR

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL MEANS ENDS ANALYSIS (MEA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITAMATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL MEANS ENDS ANALYSIS (MEA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITAMATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR PENERAPAN MODEL MEANS ENDS ANALYSIS (MEA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITAMATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR Jafar Sidik Nugroho 1), Hasan Mahfud 2), Karsono 3) PGSD

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: JUMIATMOKO NIM. K

SKRIPSI. Oleh: JUMIATMOKO NIM. K PENINGKATAN KETERAMPILAN BERDIALOG BAHASA JAWA KRAMA MELALUI METODE THINK PAIR SHARE SISWA KELAS III SDN 06 MALANGJIWAN TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: JUMIATMOKO NIM. K7109113 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA Rian Setiawan 1), Sukarno 2), Karsono 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH DALAM PERMAINAN BOLAVOLI MINI MELALUI METODE PEMBELAJARAN BAGIAN-KESELURUHAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SURUHKALANG 02 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

SKRIPSI DISUSUN OLEH : SYNTHIA SRI UNTARI PUTRI K

SKRIPSI DISUSUN OLEH : SYNTHIA SRI UNTARI PUTRI K PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI PERMAINAN PUZZLE PADA ANAK KELOMPOK A TKIT AISYIYAH LABAN MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI DISUSUN OLEH : SYNTHIA SRI UNTARI PUTRI

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI METODE INVENTORI MEMBACA INFORMAL BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS II PADA SEMESTER 1 SLB N KENDAL TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: SUMINAH X5211211 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PENERAPAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KEGIATAN JUAL BELI (Pada Siswa Kelas III SD Negeri Banjurmukadan, Buluspesantren, Kebumen Tahun Ajaran 2013/2014) SKRIPSI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN SOAL CERITA DALAM MATEMATIKA

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN SOAL CERITA DALAM MATEMATIKA 1 PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN SOAL CERITA DALAM MATEMATIKA Reny Puspitasari, Sularmi, Djaelani PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MIND MAPPING

PENERAPAN METODE MIND MAPPING PENERAPAN METODE MIND MAPPING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENGANTAR EKONOMI BISNIS DI SMK N 1 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh: DWI SAFRUDIN

Lebih terperinci