TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Tanaman cabai tergolong divisi Magnoliophyta, kelas Magnolipsida, ordo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Tanaman cabai tergolong divisi Magnoliophyta, kelas Magnolipsida, ordo"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Tanaman cabai tergolong divisi Magnoliophyta, kelas Magnolipsida, ordo Solanales, famili Solanaceae, genus Capsicum dan spesies Capsicum annuum L. (Kusandriani 1996). Tanaman cabai merupakan tanaman tropika yang memiliki sifat menyerbuk sendiri dengan variasi penyerbukan silang yang tinggi tergantung genotipe dan lingkungan (Daskalov 1998). Persentase penyerbukan silang pada tanaman cabai sekitar 6 37 %, persentase penyerbukan silang dipengaruhi oleh posisi dan ukuran stigma. Stigma yang lebih tinggi dibandingkan dengan kotak sari akan menyebabkan penyerbukan silang dan sebaliknya, bunga tanaman cabai bersifat protogeny atau kepala putik telah siap diserbuki sebelum tepung sari masak (Permadi dan Kusandriani 1996). Tanaman cabai mempunyai jumlah kromosom somatik diploid dengan kromosom dasar x = 12. Jumlah kromosom normal cabai adalah 2n=2x=24 (Berke 2000). Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1997), tanaman cabai merupakan tanaman herba yang berkayu pada pangkal batangnya tetapi pada beberapa jenis menjadi semak. Batang utama tegak berkayu dan bercabang banyak dengan berkisar m dan memiliki perakaran yang dangkal diawali dengan akar tunggang (akar primer) kemudian tumbuh akar rambut ke samping (akar lateral). Panjang akar primer berkisar cm dan akar lateral berkisar cm, perkembangan akar lateral yang cepat di dalam tanah dan menyebar pada kedalaman cm. Berke (2000) menyatakan bahwa bunga tanaman cabai termasuk lengkap berbentuk terompet terdiri dari kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari dan putik. Kelopak bunga berjumlah 6 helai berwarna kehijauan atau ungu, mahkota bunga terdiri atas 5 7 petal berwarna putih atau ungu. Dalam satu bunga terdapat 1 putik dan 5-7 benang sari. Menurut Greenleaf (1986), tanaman cabai mulai berbunga pada umur hari setelah tanam (HST). Buah cabai mulai masak setelah 45 hari terjadi penyerbukan. Bunga cabai terletak pada setiap ruas, bentuk buah cabai bervariasi dari linear, kerucut atau bulat, warna buahnya bervariasi hijau, kuning atau ungu ketika muda, kemudian berubah menjadi merah, orange, kuning atau ungu pada matangnya. Biji tanaman cabai terletak dalam buah dan melekat sepanjang plasenta. Menurut Berke (2000) dalam satu gram buah cabai

2 7 terdapat 220 biji cabai. Rubatzky dan Yamaguchi (1996) menyatakan bahwa biji kultivar Capsicum annuum berbentuk pipih berwarna kuning pucat dan berbentuk bulat telur dengan panjang 3 5 mm. Sumarni (1996) menyatakan bahwa tanaman cabai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asalkan memiliki drainase dan aerasi yang baik. Tanaman cabai dapat dibudidayakan pada daerah dengan ketinggian tempat hingga 2000 m dpl. Keadaan ph tanah yang ideal untuk tanaman cabai adalah dan mengandung bahan organik sekurang-kurangnya 1.5%. Keadaan ph tanah sangat penting karena erat kaitannya dengan ketersediaan unsur hara. Apabila ditanam pada tanah yang mempunyai ph lebih dari tujuh maka tanaman cabai akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan gejala klorosis atau daun menguning yang disebabkan kekurangan unsur hara besi (Fe). Pada tanah yang mempunyai ph kurang dari lima tanaman cabai juga akan menjadi kerdil karena kekurangan unsur hara kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) atau keracunan aluminium (Al) dan mangan (Mn). Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan tanaman cabai adalah C dengan suhu udara yang paling cocok untuk pertumbuhan cabai adalah 16 0 C pada malam hari dan 23 0 C pada siang hari. Perbedaan suhu udara yang terlalu besar akan menyebabkan kegagalan proses pembungaan dan pembuahan tanaman cabai. Curah hujan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman berkisar 600 mm 1250 mm. Curah hujan yang terlalu rendah dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Menurut Pitojo (2003), curah hujan terlalu tinggi dapat menyebabkan kelembaban udara meningkat dan mendorong pertumbuhan penyakit tanaman. Agar cabai berproduksi optimal disarankan lokasi penanaman pada tempat ruang terbuka dan tidak ternaungi. Tanaman cabai sangat cocok dibudidayakan di sawah atau tegal. Tanaman cabai juga dapat hidup di perkarangan dan mendapat sedikit naungan dari tanaman lain. Tanaman cabai bukan merupakan tanaman hari panjang diperlukan sinar matahari selama 9 jam per hari.

3 8 Interaksi Genotipe x Lingkungan dan Stabilitas Pemuliaan tanaman bertujuan untuk memperbaiki karakter tanaman sesuai dengan kebutuhan manusia. Perbaikan karakter dilakukan dengan pemanfaatan potensi genetik dan interaksi genotipe x lingkungan. Interaksi genotipe x lingkungan dapat dipergunakan oleh pemulia tanaman untuk mengembangkan varietas unggul baru yang spesifik lingkungan atau varietas yang beradaptasi secara luas. Pemulia tanaman memiliki tugas yang relatif mudah apabila semua keragaman fenotipe hanya dihasilkan oleh genetik saja, proses pemulian tanaman hanya akan dibatasi pada mengidentifikasi nilai tambah genetik dari efek dominan serta akumulasi alel-alel yang menguntungkan ke dalam populasi tanaman. Alberts (2004) menyatakan bahwa karakter tanaman adalah hasil akhir dari genetik yang hampir semuanya bersifat kualitatif serta kebanyakan karakter agronomi yang penting seperti daya hasil bersifat kuantitatif dan dipengaruhi oleh lingkungan. Sangat tidak realistis apabila suatu genotipe unggul di satu lokasi satu musim akan menjadi unggul di semua lokasi yang lain serta unggul di semua musim. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak perbedaan kondisi iklim dan jenis tanah, hal ini akan lebih banyak menimbulkan kesulitan dalam interaksi genotipe x lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan ini, pemulia tanaman harus membuat percobaan pada beberapa lingkungan (lokasi) dan beberapa musim agar menyakinkan telah memilih genotipe yang memiliki daya hasil yang tinggi dan penampilan yang stabil. Gauch (1992) dan De Lacy et al. (1996) menyatakan bahwa pengaruh lingkungan terhadap genotipe dan interaksinya lebih banyak berperan pada uji multi lokasi. Menurut Falconer (1952) dan Fernandez (1991) kedua faktor tersebut tidak selalu berinteraksi positif bahkan seringkali negatif. Untuk mendapatkan hasil interaksi genetik dan lingkungan yang signifikan diperlukan pengujian multi lokasi yang beragam lingkungannya. Peto (1982) membagi dua bentuk dari interaksi genotipe x lingkungan sebagai kualitatif (perubahan ranking) dan kuantitatif (perbedaan absolut antar genotipe). Hill (1975) dan Yau (1995) menyatakan bahwa interaksi genotipe x lingkungan membuat tidak mudah untuk menyeleksi penampilan terbaik. Genotipe paling stabil dan hal ini merupakan pertimbangan yang paling penting

4 9 dalam program pemuliaan tanaman karena mengurangi kemajuan dari seleksi pada satu lingkungan. Lin dan Binns (1988a) menyatakan bahwa pengamatan penampilan genotipe dalam percobaan genotipe x lokasi x tahun seringkali bermasalah karena kehadiran interaksi lokasi x tahun atau yang disebut pengaruh lingkungan. Crossa (1990) menyatakan bahwa data yang dikoleksi dari percobaan multilokasi akan memiliki tiga aspek fundamental yaitu: (1) pola data yang terstruktur, dimana jumlah genotipe yang berespon terhadap lingkungan tertentu sudah tersistematik, signifikan dan bisa terukur; (2) data yang tidak terstruktur, dimana respon bisa tidak terprediksi dan terukur. Fungsi dari disain percobaan dan analisis statistik dari multilokasi adalah menghilangkan dan kemungkinan membuang data yang tidak bisa dijelaskan; (3) hubungan antar genotipe, antar lingkungan dan interaksi genotipe dan lingkungan. Tanaman sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat tumbuhnya baik secara fisik, kimia maupun biologis. Comstock dan Moll (1963) membagi lingkungan menjadi dua kategori, yaitu: (1) Lingkungan mikro, suatu lingkungan dimana satu tanaman bersaing dengan tanaman lain yang tumbuh bersamaan waktunya dan tempat. Hal ini termasuk sifat fisik dan kimia seperti jenis tanah, perbedaan cuaca, radiasi matahari, hama dan penyakit yang ada pada lingkungan tanaman tersebut tumbuh. Menurut Roy (2000), lingkungan mikro memberikan dampak variasi galat pada analisis statistik. Kategori (2) Lingkungan makro, lingkungan yang berhubungan skala lokasi atau area pada satuan periode. Lingkungan makro merupakan kumpulan dari lingkungan mikro, dimana setiap lingkungan mikro memberikan dampak yang berbeda pada lingkungan makronya. Dengan kata lain lingkungan makro merujuk pada kondisi iklim, tanah, serta manajemen penanamannya (pemupukan, pengairan, kerapatan tanaman, tanggal tanam, curah hujan dan lain-lain). Roy (2000) membagi empat klasifikasi genotipe berkaitan dengan kemampuan genotipe beradaptasi dengan lingkungannya, yaitu: (1) Genotipe tidak responsif, dimana tidak menunjukkan dalam perbedaan penampilan dibandingkan dengan genotipe lain walaupun lingkungan sudah diperbaiki seperti penambahan pemupukan, air dan lain-lain; (2) Genotipe toleran, dimana menunjukkan sedikit

5 10 atau tidak ada perubahan dibandingkan dengan genotipe lain apabila lingkungan dibuat menjadi lebih jelek, seperti kekurangan nutrisi, air dan lain-lain; (3) Genotipe stabil, dimana menunjukkan sedikit atau tidak ada perubahan dibandingkan dengan genotipe lain walaupun lingkungan berubah dratis dan tidak bisa dikontrol seperti perbedaan antar musim pada wilayah agroklimat yang sama. Secara singkat stabilitas dikategorikan sebagai mengurangi variasi antar musim; (4) Genotipe adaptasi luas atau fleksibel, genotipe yang tidak atau sedikit menunjukkan perbedaan dibandingkan dengan genotipe lain ketika ditanam pada wilayah agroklimat yang berbeda. Kemampuan adaptasi dapat didefinisikan berkurangnya variasi dalam semua lingkungan. Berdasarkan respon terhadap perubahan Roy (2000) juga membagi dua kategori genotipe, yaitu: (1) Homeostatis: kemampuan genotipe apabila ditanam pada lingkungan berbeda, tanaman secara menyeluruh (ukuran, bentuk waktu berbunga atau waktu panen) seragam dan stabil seperti yang dideskripsikan; (2) Stabilitas berkembang (developmental stability): kemampuan genotipe mempercepat tahap pertumbuhan baik secara fisiologi maupun morfologi dalam menghadapi perubahan lingkungan dibandingkan dengan genotipe lain. Menurut Alberts (2004), pemulia tanaman setuju akan pentingnya stabilitas hasil, tetapi sedikit sekali yang menjelaskan definisi stabilitas serta sedikit metode untuk mengukur dan meningkatkan stabilitas hasil. Stabilitas suatu genotipe adalah kemampuan genotipe untuk hidup pada berbagai lingkungan yang beragam, sehingga fenotipenya tidak banyak mengalami perubahan pada lingkungan lain. Penyebab stabilitas adalah adanya mekanisme penyangga individu dan penyangga populasi, genotipe dengan hasil tinggi dan stabil akan berpenampilan baik pada semua lingkungan. Stabilitas fenotipe disebabkan oleh kemampuan tanaman untuk dapat menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan yang beragam sehingga tanaman tidak banyak mengalami perubahan sifat fenotipenya. Lin et al. (1986) mengajukan tiga tipe konsep stabilitas, yaitu : Konsep stabilitas tipe 1, suatu genotipe cenderung stabil apabila ragam antar lingkungannya kecil. Becker dan Leon (1988) menyebutnya stabilitas statik atau konsep stabilitas biologis. Genotipe ini sangat stabil walaupun berada pada berbagai macam lingkungan. Konsep ini sangat berguna untuk data kualitas, ketahanan hama

6 11 dan penyakit atau stres lingkungan. Parameter stabilitas yang bisa mengambarkan ini adalah koefisien ragam (CV i ) (Francis dan Kannenburg 1978) pada setiap genotipe dan ragam genotipe pada seluruh lingkungan (S 2 i). Konsep stabilitas Tipe 2, suatu genotipe cenderung stabil apabila respon terhadap lingkungannya adalah sejajar dengan respon daya hasil untuk semua genotipe. Becker dan Leon (1988) menyatakan sebagai stabilitas dinamis atau stabilitas agronomis. Suatu genotipe stabil apabila tidak memiliki perbedaan secara umum respon terhadap lingkungannya dan bisa diprediksikan responnya terhadap lingkungan yang lain. Koefisien regresi (b i ) (Finlay dan Wilkinson 1963), komponen ragam nilai tengah terhadap interaksi genotipe x lingkungan ( i ) (Plasteid dan Peterson 1959), komponen ragam dari interaksi genotipe x lingkungan ( (i) ) (Plaisteid (960), ecovalen (W 2 i) (Wricke 1962) dan ragam stabilitas ( 2 i) (Shukla 1972) dapat digunakan untuk mengukur stabilitas tipe ini. Konsep stabilitas Tipe 3, suatu genotipe cenderung stabil apabila residu kuadrat tengah (MS) dari model regresi terhadap indeks lingkungannya kecil. Indeks lingkungan digambarkan dari nilai tengah semua genotipe dari setiap lokasi dikurangi total nilai tengah semua genotipe pada semua lokasi. Tipe 3 ini juga bagian dari stabilitas dinamis atau agronomis menurut Becker dan Leon (1988). Metode yang menjelaskan stabilitas tipe 3 adalah metode Eberthart dan Russell (1966), Perkins dan Jinks (1968) dan Tai (1971). Becker dan Leon (1988) menyatakan bahwa semua prosedur stabilitas yang berdasarkan kuantitatif pengaruh interaksi genotipe x lingkungan termasuk kedalam konsep stabilitas dinamis. Lin et al. (1986) mendefinisikan empat grup stabilitas hasil yang didasarkan dari deviasi dari pengaruh rata-rata genotipe (DG) dan pola interaksi genotipe x lingkungan (GE). Lin dan Binns (1988a) mengajukan konsep stabilitas tipe 4 yang berdasarkan variasi bukan genetik yang bisa diprediksi dan tidak diprediksi. Komponen yang bisa diprediksi berkaitan dengan lokasi sedangkan komponen yang tidak bisa diprediksi berkaitan dengan tahun. Lin dan Binns (1988a) menyarankan untuk menggunakan pendekatan regresi pada bagian yang bisa diprediksi dan kuadrat tengah (MS) dari tahun x lokasi untuk setiap genotipe sebagai perhitungan ragam yang tidak bisa diprediksi. Menurut Annicchiarico

7 12 (2002) konsep stabilitas tipe 4 memiliki pengertian yang sama dengan konsep stabilitas statis. Simmonds (1991) menyatakan bahwa stabilitas statis akan lebih banyak berguna dibandingkan dengan stabilitas dinamis pada semua kondisi, terutama untuk negara berkembang. Tabel 1 Pembagian grup stabilitas (Lin et al. 1986) Grup Dasar Perhitungan Sumber Ragam Grup A DG (pengaruh rata-rata genotipe) jumlah kuadrat (SS) Grup B GE (pola interaksi Genetipe X Lingkungan) jumlah kuadrat (SS) Grup C DG atau GE Grup D DG atau GE koefisien regresi deviasi regresi Analisis Stabilitas Parametrik Beragam metode telah banyak diajukan untuk menganalisis interaksi genotipe x lingkungan dari pengujian multi lokasi. Apabila terdapat interaksi dan terbukti nyata maka dilanjutkan dengan menganalisis stabilitas dari genotipe untuk mendapatkan genotipe yang berdaya hasil tinggi dan stabil. Alberts (2004) menyatakan bahwa secara umum metode yang tersedia untuk menganalisis interaksi genotipe x lingkungan dapat dibagi menjadi empat grup, yaitu; (1) analisis komponen ragam atau anova; (2) analisis stabilitas parametrik; (3) metode peubah ganda (multivariate); (4) metode kualitatif atau stabilitas non parametrik. Analisis stabilitas parametrik pertama kali diajukan oleh Yates dan Cochran (1938), yang menyatakan bahwa derajat hubungan antara perbedaan varietas dan nilai tengah semua varietas dapat dijelaskan dengan menghitung regresi dari hasil satu varietas dengan nilai tengah hasil dari semua varietas. Yates dan Cochran (1938) menunjukkan regersi tersebut pada percobaan barley, tetapi ide mereka tidak teramati sampai Finlay dan Wilkinson (1963) menemukan ulang metode yang sama dan digunakan pada analisis adaptasi pada percobaan 277 varietas barley di tujuh lingkungan. Metode Finlay Wilkinson mengukur stabilitas dan adaptasi tanaman berdasarkan regresi linear untuk setiap lokasi dan musim. Perhitungan regresi ini dijadikan sebagai dasar untuk menentukan tingkat derajat kelinearan yang timbul. Finlay dan Wilkinson (1963) menggunakan koefisien regresi sebagai ukuran stabilitas. Koefisien regresi (b i ) = 1.0 menyatakan

8 13 rata-rata stabilitas. Penambahan nilai koefisien terhadap 1.0 berarti meningkatkan kepekaan adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Penurunan koefisien berarti peningkatan adaptasi terhadap perubahan lingkungan (Gambar 2). Suatu genotipe dikatakan sangat stabil apabila nilai koefisien regresinya (b i ) = 0. Ad ap ta si kh u su s Li n g k u n g a n b a ik Koefisien regresi Di bawah Di atas 1.0 Ad ap t asi k h u su s lin g k u n g a n je lek Ad a p ta si r en d a h sem u a lin g k u n g an Di b aw ah ra ta -r at a sta b ili ta s Ra ta- r ata sta b ilit as D iat as r at a- r ata sta b ilit as Ad a p ta si ti n g g i sem u a li n g k u n g an Ni lai ten g a h v ar ie ta s Gambar 2 Interpretasi umum dari pola populasi genotipe yang didapat ketika koefisien regresi genotipe diplot terhadap nilai tengah (rata-rata hasil) genotipe (Finlay dan Wilkinson 1963). Eberhart dan Russell (1966) mengajukan pengabungan jumlah kuadrat dari lingkungan (E) dan interaksi genotipe x lingkungan (GE) serta membaginya ke dalam pengaruh linear antar lingkungan (derajat bebas = 1) dan pengaruh linear dari genotipe x lingkungan (derajat bebas E = 2). Pengaruh dari residual kuadrat tengah dari model regresi antar lingkungan digunakan sebagai indeks stabilitas. Suatu genotipe dikatakan stabil apabila memiliki nilai deviasi regresi kuadrat tengah (S 2 di) = 0 dan memiliki nilai koefisien regresi (b i ) = 1. Perkins dan Jinks (1968) mengajukan model koefisien regresi yang mirip dengan Finlay dan Wilkinson (1963) tetapi data yang diamati disesuaikan terlebih dahulu dengan pengaruh lingkungan sebelum dibuat regresi. Menurut Roy (2000), model Perkins dan Jinks menjelaskan bahwa genotipe yang sangat stabil apabila memiliki nilai β i = 0 dan genotipe ini tidak memiliki interaksi genotipe x lingkungan. Genotipe dengan nilai β i > 0.0 tidak terlalu sensitif dengan lingkungan, tetapi genotipe ini direkomendasikan khusus untuk lingkungan yang

9 14 optimal. Genotipe dengan nilai β i < 0.0 atau negatif akan lebih sedikit perbedaannya antar lingkungan dan sangat cocok untuk ditanam pada semua lingkungan. Pendekatan regresi telah menjadi alat yang berguna untuk pemulia tanaman, tetapi ada beberapa penulis yang menunjukkan keterbatasan regresi baik secara statistik maupun biologis. Keterbatasan pertama seperti dikemukakan oleh Freeman dan Perkins (1971) serta Freeman (1973) adalah secara statistik nilai tengah genotipe tidaklah bebas dari nilai marginal lingkungan. Membuat regresi satu set peubah terhadap peubah yang lain tidak akan bebas dari saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Masalah ini akan menjadi lebih besar apabila menggunakan jumlah genotipe yang banyak. Keterbatasan secara statistik yang kedua seperti yang dikemukan oleh Crossa (1990) adalah galat berhubungan dengan slope dari genotipe dan tidak secara statistik bebas, karena deviasi jumlah kuadrat dengan derajat bebas (G-1)(E-2) dapat tidak terbagi secara orthogonal antara G genotipe. Permasalahan yang ketiga seperti yang dikemukakan oleh Mungomery et al. (1974) dan Wescott (1986) adalah hubungan linear antara interaksi dan nilai lingkungan. Ketika asumsi ini tidak dipenuhi maka keefektifan dari analisis akan berkurang dan menyebabkan salah pengertian dari hasil analisis. Permasalahan secara biologi seperti dikemukan oleh Westcott (1986) dan Crossa (1990) adalah jika lingkungan yang diikutkan hanya memiliki sedikit lokasi yang optimal atau marjinal. Genotipe terpilih akan dijelaskan secara umum hanya cocok pada lingkungan ekstrem. Hal ini dapat menyebabkan salah pengertian oleh karena itu analisis regresi dipergunakan dengan hati-hati apabila set data mengikutsertakan hasil dari sedikit lokasi yang rendah atau tinggi. Becker dan Leon (1988) mencatat ketika mempelajari metode biometrical utama, bahwa pendekatan regresi jarang digunakan jika koefisien regresi (b i ) dimasukkan ke dalam definisi stabilitas. Dengan alasan ini, koefisien regresi (b i ) oleh kebanyakan penulis dipandang bukan sebagai ukuran kestabilan tetapi hanya sebagai tambahan informasi dari respon rata-rata genotipe terhadap perubahan kondisi lingkungan. Skema informasi ini ditampilkan pada Gambar 3.

10 15 b i < 1 b i > 1 S 2 di=kecil Stabilitas hasil tinggi Dapat beradaptasi pada lingkungan berdaya hasil rendah Dapat beradaptasi pada lingkungan berdaya hasil tinggi S 2 di=besar Stabilitas hasil rendah Gambar 3 Interpretasi parameter b i dan S 2 di dari pendekatan regresi. Wricke (1962) menggunakan interaksi genotipe x lingkungan pada setiap genotipe sebagai ukuran kestabilan. Ukuran kestabilan Wricke (1962) disebut ecovalance (W 2 i), yang merupakan jumlah kuadrat yang disumbangkan oleh satu genotipe kepada interaksi genotipe x lingkungannya. Ukuran perbedaan kestabilan merupakan nilai konsistensi dari suatu genotipe pada semua lingkungan. Genotipe yang memiliki nilai ecovalance (W 2 i) terkecil merupakan genotipe yang paling stabil. Tai mengajukan dua parameter stabilitas, yaitu alpha ( ) dan lamdha ( ), yang menyerupai koefisien regresi dan ragam regresi, tapi didapat dengan cara melanjutkan analisis ragam dan mengunakan prinsip hubungan struktural (principle of structural relationships) (Kendall dan Stuart 1979). Mempartisikan interaksi genotipe x lingkungan kedalam regresi jumlah kuadrat dan deviasi jumlah kuadrat dari regresi bisa dilakukan apabila pengaruh lingkungan dapat diukur tanpa melakukan kesalahan. Tai (1971) menggunakan metode alternatif ini dikarenakan pengaruh lingkungan tidak dapat diukur tanpa melakukan kesalahan. Berdasarkan asumsi bahwa pengaruh lingkungan dan pengaruh interaksi genotipe x lingkungan berdistribusi normal, Tai (1971) melakukan hubungan struktural menurut metode Kendall dan Stuart (1979) untuk menemukan estimasi maksimum dari dan dari komponen yang didapat langsung dari anova. Genotipe yang paling stabil akan tidak berubah penampilannya dari lingkungan satu ke

11 16 lingkungan lainnya. Parameter = -1 dan = 1 merupakan parameter yang menunjukkan genotipe yang paling stabil sedangkan parameter = 0 dan = 1 menunjukkan genotipe yang memiliki stabilitas rata-rata. Shukla (1972) mendefinisikan ragam stabilitas genotipe sebagai ragam seluruh lingkungan setelah pengaruh utama dari nilai lingkungan dihilangkan. Karena pengaruh utama genotipe telah stabil, ragam stabilitas didasarkan pada residual matrik interaksi genotipe x lingkungan dan galat sebagai klasifikasi dua arah. Stabilitas Shukla dinamakan sebagai ragam stabilitas (σ 2 i). Suatu genotipe dikatakan stabil apabila ragam stabilitas (σ 2 i) adalah sama dengan ragam lingkungan (σ 2 e) dimana nilai (σ 2 i) = 0. Nilai (σ 2 i) relatif besar menunjukkan ketidakstabilan dari genotipe. Karena ragam stabilitas adalah perbedaan antara dua jumlah kuadrat, maka bisa bernilai negatif. Tetapi estimasi (σ 2 i) negatif tidak akan menjadi masalah pada komponen ragam karena estimasi negatif dari ragam stabilitas (σ 2 i) dapat dianggap sebagai nol. Pinthus (1973) mengajukan pengunaan koefisien determinasi (r 2 i ) dari setiap genotipe sebagai parameter stabilitas. Suatu genotipe dikatakan stabil apabila memiliki nilai koefisien determinasi (r 2 i ) = 1. Francis dan Kannenberg (1978) menggunakan ragam lingkungan (S 2 i) dan koefisien ragam (CV i ) untuk menentukan kestabilan suatu genotipe. Suatu genotipe dikatakan stabil apabila memiliki nilai ragam lingkungan (S 2 i) dan koefisien ragam (CV i ) kecil serta memiliki hasil yang optimal. Lin dan Binns (1988b) mengajukan stabilitas berdasarkan ukuran superioritas genotipe (P i ) atau yang disebut sebagai stabilitas tipe 4. Superioritas genotipe (P i ), merupakan parameter stabilitas yang sangat spesifik. Suatu genotipe dikatakan stabil apabila memiliki nilai (P i ) terkecil. Menurut Lin dan Binns (1988), stabilitas tipe 4 lebih konsisten dibandingkan dengan stabilitas tipe 3 karena mengunakan ekspresi nyata dari prilaku genetik suatu genotipe. Oleh karena itu suatu genotipe yang memiliki nilai (P i ) terkecil akan memiliki sedikit perbedaan penampilannya pada perubahan lingkungan.

12 17 Analisis Peubah Ganda Menurut Crossa (1990), analisis peubah ganda memiliki tiga tujuan utama yaitu: (1) menghilangkan gangguan pola data, seperti membedakan ragam sistematik dengan non sistematik; (2) menyimpulkan data; (3) mengungkap struktur data. Berbeda dengan metode statistik biasa, fungsi dari analisis peubah ganda adalah mengurai struktur internal data dari hipotesis yang dapat dijabarkan dan kemudian diujikan dengan metode statistik. Alberts (2004) menyimpulkan bahwa analisis peubah ganda mengutamakan analisis matrik dua arah dari genotipe dan lingkungan. Respon dari setiap genotipe pada lingkungan tertentu dapat dianggap sebagai pola ruang dimensi lingkungan, dengan koordinat masing-masing hasil dari genotipe dalam satu lingkungan. Menurut Gauch (1982) dan Crossa (1990), terdapat dua grup teknik peubah ganda yang bisa digunakan untuk mengurai struktur internal interaksi genotipe x lingkungan, yaitu : 1. Teknik ordinat, seperti principal component analysis (PCA), principal coordinate s analysis dan analisis faktor. Asumsi yang diperlukan adalah data merupakan satu kesatuan. Tehnik ini menempatkan genotipe yang terpilih dan kaitannya dengan lingkungan adalah sangat mungkin berada pada ruang dimensi yang dekat. 2. Teknik klasifikasi, seperti analisis gerombol dan analisis diskriminasi. Metode ini melibatkan kelompok yang mirip pada satu gerombol dan efektif untuk menyimpulkan kelebihan pada data. Menurut Crossa (1990), principal component analysis sering digunakan pada metode peubah ganda (multivariate). Tujuannya adalah untuk mentransformasikan satu set koordinat axis ke yang lain dengan segala kemungkinannya. Konfigurasi asli dari set utama dari struktur data ditempatkan pada komponen axis utama. Principal coordinates analysis adalah generalisasi dari analisis PCA yang mana setiap ukuran kemiripan antara individu dapat digunakan. Analisis faktor masih terkait dengan PCA, faktor yang terbentuk menjadi mirip seperti principal component. Jumlah besar peubah yang berkolerasi akan berkurang menjadi jumlah kecil faktor utama. Keragaman dijelaskan sebagai pola faktor umum untuk semua peubah dan dibuat pola dari faktor keunikan untuk setiap peubah.

13 18 Menurut De Lacy et al. (1996), analisis gerombol adalah teknik klasifikasi numerik yang mendefinisikan grup dari gerombol individu-individu. Tujuan utama dari analisis gerombol adalah untuk mengklasifikasikan obyek baik genotipe maupun lingkungan ke dalam grup-grup dimana telah dibuat minimal keragaman dalam grup, sementara keragaman antar grup dimaksimalkan. Banyak cara untuk membuat skala dan standarisasi data melalui pemusatan pada lingkungan, standarisasi lingkungan, pembobotan heritabilitas lingkungan, atau membuat ranking pada lingkungan. Beragam metode gerombol kadang kala membuat perbedaan hasil, walaupun data yang digunakan sama. Dasar dari semua metode gerombol adalah mengunakan ukuran kemiripan (proximity) atau ketidakmiripan (distance) untuk mengklasifikasikan obyek ke dalam grup. Analisis biplot AMMI dapat menjelaskan interaksi genotipe x lingkungan, menampilkan pola sebaran posisi relatif genotipe pada lingkungan. Hasil penguraian nilai singular diplotkan antara satu komponen genotipe dengan komponen lingkungan secara simultan. Biplot AMMI dapat meringkas pola hubungan antar genotipe, antar lingkungan, dan interaksi genotipe x lingkungan. Biplot menampilkan nilai komponen utama pertama dan nilai tengah. Interpretasi biplot nilai komponen pertama dan nilai tengah respon, dibuat jarak titik amatan yang berdasarkan sumbu datar dimana titik amatan menunjukkan perbedaan pengaruh utama amatan-amatan tersebut (Mattjik 2005). Sumertajaya (1998) menyatakan bahwa jarak titik-titik amatan berdasarkan sumbu tegak menunjukkan perbedaan pengaruh interaksinya atau perbedaan tingkat sensitifitas terhadap lokasi. Sedangkan interpretasi untuk titik sejenis yang diperoleh dari biplot nilai komponen utama kedua dan nilai komponen utama pertama merupakan jarak titik-titik amatan yang menunjukkan perbedaan interaksi. Interpretasi titik-titik amatan yang berlainan jenis biplot nilai komponen utama kedua dan nilai komponen utama pertama menunjukkan jenis interaksi antar titik-titik amatan. Titik-titik amatan yang mempunyai arah yang sama menunjukkan berinteraksi positif (saling menguatkan) dan titik-titik yang berbeda arah menunjukkan berinteraksi negatif.

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledoneae, ordo Solanes, famili Solanaceae, dan genus Capsicum. Tanaman ini berasal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh 81 PEMBAHASAN UMUM Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan selama cekaman suhu rendah diantaranya; (a) faktor fisiologi, faktor lingkungan sebelum dan sesudah fase penting pertumbuhan dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 010 Maret 011, kecuali lokasi Sukabumi pada bulan Maret Juni 011. Tempat Penelitian dilaksanakan di 7 lokasi yaitu Bogor,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan luas pertanaman dan hasil biji kedelai. Salah satu faktor pembatas bagi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan luas pertanaman dan hasil biji kedelai. Salah satu faktor pembatas bagi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan kultivar kedelai (Glycine max (L.) Merrill) berdaya hasil tinggi pada cakupan lingkungan yang luas merupakan faktor kunci dalam usaha peningkatan luas pertanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produktivitas padi adalah melalui program pemuliaan tanaman. Program yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan varietas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut: 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani ubikayu: taksonomi dan morfologi Dalam sistematika tumbuhan, ubikayu termasuk ke dalam kelas Dicotyledoneae. Ubikayu berada dalam famili Euphorbiaceae yang mempunyai sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian tersebar ke daerah Mancuria, Korea, Jepang, Rusia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Siahaan dan Sitompul (1978), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani Cabai 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Cabai Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies cabai yang telah dikenal, diantaranya C. baccatum, C. pubescent,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanah Jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan kacang tanah adalah lempung berpasir, liat berpasir, atau lempung liat berpasir. Keasaman (ph) tanah yang optimal untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja, atau Soja max. Namun demikian, pada tahun 1984 telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja, atau Soja max. Namun demikian, pada tahun 1984 telah disepakati bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terung Ungu 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Terung Ungu Terung merupakan tanaman asli daerah tropis yang diduga berasal dari Asia, terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Kedelai Hitam

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Kedelai Hitam 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Kedelai Hitam Tanaman kedelai merupakan tanaman budidaya yang berasal dari daerah Cina Utara sekitar 2500 SM yang kemudian menyebar ke bagian selatan cina,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kacang Tanah Kacang tanah tergolong dalam famili Leguminoceae sub-famili Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini membentuk polong dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari sebuah akar tunggang yang terbentuk dari calon akar,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Morfologi tanaman kedelai ditentukan oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji. Akar kedelai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Cabai Secara sistematika menurut Suriana (2012) cabai dapat di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan pakchoy di Indonesia Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur, dan masuk ke Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan, diperkirakan dari lereng pegunungan Andes, di negara-negara Bolivia, Peru, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ilmiah Tanaman Kedelai Klasifikasi ilmiah tanaman kedelai sebagai berikut: Divisi Subdivisi Kelas Suku Ordo Famili Subfamili Genus Spesies : Magnoliophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Sharma (1993), tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisio : Plantae : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class Ordo Family Genus Species

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Jagung Manis Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dengan letak bunga jantan terpisah dari bunga betina pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Deptan (2006) sistematika tumbuh-tumbuhan, kacang tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Deptan (2006) sistematika tumbuh-tumbuhan, kacang tanah TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Deptan (2006) sistematika tumbuh-tumbuhan, kacang tanah dalam taksonomi adalah: Kingdom Divisi Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosa. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Gandum

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Gandum 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Gandum Gandum (Triticum aestivum L.) merupakan tanaman semusim yang mempunyai dua macam akar yaitu akar kecambah dan akar adventif. Akar adventif ini nantinya akan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

Famili Solanaceae. Rommy A Laksono

Famili Solanaceae. Rommy A Laksono Famili Solanaceae Rommy A Laksono Suku terong-terongan atau Solanaceae adalah salah satu suku tumbuhan berbunga. Suku ini memiliki nilai ekonomi cukup tinggi bagi kepentingan manusia. Beberapa anggotanya,

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung - Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bawang merah (Allium ascalonicum Linn) merupakan tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bawang merah (Allium ascalonicum Linn) merupakan tanaman 26 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum Linn) merupakan tanaman sayuranyang diklasifikasikan dalam kelas Monocotyledonae, ordo Aspergales, familyalliaceae dan genus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Gonda Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat menyebutnya chikenspike termasuk dalam keluarga Sphenocleaceae. Klasifikasi taksonomi dijelaskan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup yang indah dan nyaman. Cabai (Capsicum sp.) disamping

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman yang termasuk dalam famili Gramineae dan genus Oryza (Grist, 1959). Padi dapat tumbuh pada berbagai lokasi dan iklim yang berbeda.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN UMUM

VII. PEMBAHASAN UMUM VII. PEMBAHASAN UMUM Ketahanan terhadap penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum acutatum dilaporkan terdapat pada berbagai spesies cabai diantaranya Capsicum baccatum (AVRDC 1999; Yoon

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007). 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar kedelai terdiri atas akar tunggang, lateral, dan serabut. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m pada kondisi yang optimal, namun umumnya hanya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kacang tanah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Rosales, Famili: Leguminosea,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 974.512 ton. Namun, pada tahun 2010 produksi kedelai nasional mengalami penurunan menjadi 907.031

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas dan daerah beriklim sedang. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di

Lebih terperinci