PENENTUAN JUMLAH STASIUN KERJA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DI PT. MERCEDES BENZ INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN JUMLAH STASIUN KERJA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DI PT. MERCEDES BENZ INDONESIA"

Transkripsi

1 PENENTUAN JUMLAH STASIUN KERJA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DI PT. MERCEDES BENZ INDONESIA KAREL L. MANDAGIE DAN IWAN Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma ABSTRAK Salah satu yang dihadapi dalam perusahaan yaitu seringkali kesulitan meningkatkan efisiensi produksi, hal ini terjadi karena pembebanan kerja dalam lintasan lini produksi kurang seimbang. Akibatnya banyak dijumpai penumpukan material sehingga menimbulkan kondisi bottleneck. Jadi tujuan utama penelitian ini adalah meningkatkan efisiensi produksi dengan melakukan perbaikan lini produksi yang ada. Metode penyeimbangan lintasan produksi yang digunakan yakni metode Hagelson Birnie atau Rangked Positional Wheight (RPW), dari hasil data yang diperoleh dengan metode tersebut menunjukan peningkatan efisiensi produksi yaitu pada kondisi awal efisiensi lintasan sebesar 67,25 % dan setelah adanya penyeimbangan lintasan produksi dengan metode RPW maka efisiensi naik menjadi 67,65 % atou naik sebesar 0,13 %. Adapun peningkatan efisiensi lintasan produksi Foalding chair disebabkan antara lain oleh adanya penggabungan beberapa stasiun kerja, yang mana pada kondisi awal stasiun kerja yang ada berjumlah 7 stasiun kerja dan pada kondisi setelah penggabungan jumlah stasiun kerja menjadi 5 stasiun, waktu mengangur yang semula 37,76 menit menjadi 24,75menit. Ini berarti ada penurunan waktu mengangur sebesar 13,01 menit. Keseimbangan waktu senggang yang semula 32,48 % menjadi 32,35 % ini berarti ada penurunan sebesar 0,13%. Hasil keseimbangan lintasan produksi akan memerlukan penyatuan lokasi, perbaikan metode kerja dan peletakan mesin (zig) dengan operator yang sebaik mungkin memudahkan operator dalam bekerja yang pada akhirnya tercapai keseimbangan lintasan produksi. PENDAHULUAN Lintasan produksi yang tidak seimbang pada setiap stasiun kerja dapat menurunkan efisinsi lintasan produksi karena akan terjadi penumpukan komponen di salah satu atau beberapa stasiun kerja. Hal ini menyebabkan adanya pekerjaan yang mengalami beban kerja yang tinggi pada satu atau beberapa stasiun kerja dan di tempat lain ada pekerjaan yang menganggur karena menunggu komponen yang baru dikerjakan oleh stasiun sebelumnya. Dalam pengaruh yang lebih luas, terjadi ketidakseimbangan beban kerja antar stasiun kerja yang ada. Kondisi tersebut akan menyebabkan menurunnya tingkat efisiensi lintasan produksi, yang berarti meningkatkan barang setengah jadi (work in process). Berdasarkan latar belakang tersebut, kemudian dilakukan penelitian untuk mengetahui kemungkinan perbaikan lintasan produksi dengan metode keseimbangan lintasan. Melihat uraian dari persoalan diatas, Maka dapat dikemukakan pokok permasalahan sebagai berikut: a. Apakah pembebanan waktu kerja pada setiap stasiun kerja dalam lintasan lini produksi sudah seimbang? b. Bagaimana penentuan jumlah stasiun kerja dalam lintasan produksi sudah optimal? c. Bagaimana peningkatan efisiensi waktu kerja dengan metode Heuristik 34

2 (Rangked Positional wheight ) dalam lintasan lini produksi? Pembatasan Masalah Agar penelitian tetap pada koridor-koridor yang sudah ditetapkan serta untuk menghindari melebarnya permasalahan, maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Adapun batasan masalah ini adalah sebagai berikut : a. Penelitian dilakukan di PT. Mercedes Benz Indonesia dan produk yang dipakai sebagai obyek penelitian adalah Sub Assy Door. b. Metode line balancing yang digunakan metode Heurisyik. c. Faktor psikologis, sosiologis dan faktor operasional sebagai akibat adanya perubahan kondisi kerja tidak dibahas. d. Tidak membahas masalah biaya - biaya yang terlibat. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini adalah : a. Mengetahui kapasitas produksi dan identifikasi kondisi bottle neck. b. Meningkatkan efisiensi produk dengan evaluasi dan perbaikan lintasan produksi. c. Memperbaiki waktu proses produksi sehingga dapat menentukan jadwal penyelesaian suatu pekerjaan secara tepat. METODE Pengertian efisiensi berarti bahwa proses produksi dapat berjalan dengan memakan ongkos atau biaya yang rendah dan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tujuan tidak akan dapat dicapai apabila tidak dilakukan upaya untuk mencapainya, sedangkan upaya akan berjalan lancar apabila diatur secara sistematis, terencana dan diikuti dengan pengawasan yang tepat untuk itu. Efisiensi diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik dengan masukan yang sebenarnya. Efisiensi lintasan produksi adalah memperkecil jumlah stasiun kerja dan mengurangi waktu yang tidak efektif dalam proses produksi. Tujuan yang penting dalam merancang metode-metode untuk memproduksi jumlah hasil produksi yang sama dengan energi dan material yang sedikit serta mengganti material maupun alat-alat dengan biaya yang lebih rendah. Hal ini juga akan menambah keyakinan bahwa rancangan seperti itu dapat memungkinkan adanya produksi dengan pemakaian material sedikit mungkin serta menambah kepastian bahwa pabrik dan peralatan yang khusus untuk mengkonsumsi secara hemat dalam operasinya. Perbaikan efisiensi produksi data dilakukan dengan mengurangi kecelakaan kerja, perbaikan lay out, dan perbaikan lintasan produksi. Pengertian Lintasan Produksi Lintasan produksi berhubungan dengan transformasi (proses transformasi) produk, yang dapat dipandang sebagai suatu rangkaian aliran yang menghubungkan masukan kepada keluaran. Dalam lintasan produksi akan dapat dianalisis bagaimana suatu barang dibuat atau bagaimana suatu jasa dihasilkan. Lintasan produksi adalah suatu proses pengerjaan yang diperlukan untuk menghasilkan produk tertentu. Dalam suatu lintasan produksi diperlukan perencanaan produksi terutama dalam pengaturan operasi yang akan dilaksanakan. Apabila pengaturan perencanaannya tidak tetap, maka setiap tempat kerja dilintasan produksi akan mempunyai kecepatan produksi yang berbeda. Akibatnya lintasan produksi menjadi tidak seimbang karena terjadi penumpukan material di tempat-tempat kerja tertentu, yang pada akhirnya dapat menyebabkan lintasan produksi yang tidak efisien. Keseimbangan Lintasan Produksi Masalah keseimbangan lintasan produksi yaitu bagaimana 35

3 mengalokasikan pekerjaan pada setiap stasiun kerja, sehingga total pekerjaan pada setiap stasiun kerja mendekati sama. bila waktu dalam stasiun yang paling lambat merupakan cycle time (CT) dari lintasan produksi. Sarana yang digunakan untuk penerapan adalah lintasan perakitan (assembly line) merupakan suatu lintasan produksi dimana stasiun kerja untuk menyusun suatu produk yaitu dari stasiun ke stasiun lainnya. Stasiun kerja adalah sebuah lintasan produksi dimana elemen kerja dikerjakan dalam sebuah produk. Keseimbangan lintasan produksi berawal dari adanya kombinasi penugasan kerja terhadap operator atau group operator yang melengkapi tempat kerja tertentu, sebab penugasan elemen kerja yang berbeda akan menimbulkan perbedaan dalam jumlah waktu yang tidak produktif dan variasi jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan output produksi tertentu dalam lintasan tersebut. Perbaikan Keseimbangan Lintasan Produksi Dalam merencanakan suatu keseimbangan di dalam suatu lintasan produksi meliputi usaha yang bertujuan untuk mencapai suatu kapasitas optimal. Hal tersebut dapat dicapai apabila. - Lintasan produksi bersifat seimbang, dimana setiap stasiun kerja mendapat tugas yang sama nilainya jika diukur dengan waktu proses. - Stasiun kerja berjumlah minimum - Jumlah waktu menganggur di setiap kerja sepanjang lintasan produksi minimum. Dengan demikian kriteria yang umum digunakan untuk suatu keseimbangan lintasan produksi adalah : Waktu menganggur ( idle time ) Idle time adalah waktu menganggur dari operator atau mesin terhadap proses produksi, yang dapat terjadi oleh faktor- faktor yang sulit dihindarkan maupun faktor yang sebenarnya dapat dihindari. Idle time dapat diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah stasiun kerja dengan waktu stasiun kerja tersebut dikurangi dengan jumlah waktu yang sebenarnya tiap stasiun kerja. Keseimbangan waktu senggang (balance delay ) Balance delay adalah persentase keseimbangan waktu senggang antara tiap proses yang diperoleh dari perkalian jumlah stasiun kerja dengan waktu stasiun kerja terbesar, dikurangi jumlah waktu yang sebenarnya seluruh stasiun kerja kemudian dibagi dengan perkalian jumlah stasiun kerja dengan waktu stasiun kerja terbesar lalu dikalikan seratus persen. Efisien ( time effisiensi ) Line effisiensi adalah efisiensi lintasan produksi yang dicapai dari pembagian antara jumlah waktu sebenarnya seluruh stasiun kerja, dengan perkalian jumlah stasiun kerja dan waktu stasiun kerja terbesar lalu dikalikan seratus persen. Metode Penyelesaian Masalah Keseimbangan Lintasan Produksi Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyeimbangkan lintasan produksi, yaitu : Metode Heuristik Penyeimbang lintasan dengan menggunakan metode heuristik adalah pengurutan jadwal dengan langkahlangkah tertentu yang biasanya bersifat heratif dan akan memberikan pendekatan yang optimal. Metode Hegelson dan Birbie (Ranked Positional Weight Technique) Untuk dapat meningkatkan efisiensi suatu proses produksi, maka perlu diperhatikan faktor yang mempengaruhi kelancaran penyelesaian produk tersebut. Jumlah stasiun kerja yang digunakan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran proses produksi. Oleh karena itu perlu mendapat perhatian selama proses berlangsung. Jumlah stasiun kerja 36

4 umumnya dipengaruhi oleh besarnya waktu kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produk pada setiap menghitung jumlah stasiun kerja yang efektif bagi suatu proses produksi. Untuk mendapatkan tingkat efisiensi yang lebih baik dan dapat merencanakan produksi yang akan datang secara lebih pasti. Adapun langkah-langkah metode Hegelson and Birnie adalah : Buatlah jaringan kerja berdasarkan proses produksi yang terjadi pada pembuatan produk yang bersangkutan. Tentukan besarnya waktu standar bagi setiap elemen kerja, berdasarkan data hasil observasi. Waktu baku adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dilakukan secara wajar oleh seorang pekerja normal yang dilaksanakan dengan metode terbaik Tentukan waktu siklus, berdasarkan waktu kerja setiap elemen dan besarnya permintaan produk Metode Kilbridge and Westers (Region Approach) Sesuai dengan namanya metode ini dikembangkan oleh Kilbridge dan Wester, juga merupakan suatu metode coba- coba atau sering disebut metode Heuristic. Adapun langkah- langkahnya penyeimbangan sebagai berikut : a. Membuat diagram presedence dari persoalan yang dihadapi. b. Mengelompokkan daerah kiri ke kanan dalam bentuk kolom-kolom c. Menggabungkan elemen-elemen dalam stasiun kerja kita dapat memulai dari elemen- elemen kolom, pilih jumlah yang paling mendekati (sama) dengan waktu siklus dan seterusnya sampai kolom terakhir dengan kriteria besarnya nilai penggabungan elemen-elemen kerja tidak boleh melebihi waktu siklus. d. Apabila ada elemen- elemen yang belum tergabung dengan elemen di daerah precedence di kanannya dengan memperhatikan batasan precedence. e. Proses berlanjut semua elemen bergabung dalam suatu stasiun kerja. Metode Largest Candidate Rule (LCR) Pada dasarnya adalah menggabungkan proses-proses berdasarkan pengurutan operasi dari waktu terbesar. Sebelum penggabungan harus ditentukan dahulu waktu siklusnya waktu siklus tersebut dijadikan pembatas untuk menggabungkan operasi dalam satu stasiun kerja. Langkah- langkah penyeimbangan dengan metode LCR : 1) Buat daftar elemen dengan urutan waktu proses terbesar, makin ke bawah makin kecil. 2) Tempatkan beberapa elemen pada kerja pertama dengan memperhatikan urutan pengerjaan dalam jumlah waktu siklus pada stasiun kerja tersebut. 3) Tempatkan beberapa elemen pada stasiun kerja berikutnya dengan cara seperti nomor 2 4) Ulangi proses nomor 2 dan 3 sampai semua elemen masuk dalam stasiun kerja. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu kerja dengan jam henti biasanya diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang- ulang. Dari hasil pengukuran akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan dimana waktu ini akan digunakan sebagai standar penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama. Untuk memudahkan pelaksanaan pengukuran waktu, pekerjaan yang diukur bisa dipecah untuk diuraikan menjadi beberapa elemen pekerjaan dinamakan waktu siklus. Jadi waktu siklus merupakan waktu penyelesaian satu satuan produk sejak bahan mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan ( Sutalaksana, 1979) Pengukuran kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara 37

5 kegiatan manusia yang dikonstribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Pengukuran kerja ini akan berhubungan dengan usaha -usaha untuk menetapkan batas waktu. Waktu standar atau waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan seseorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata- rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen (dari waktu penyelesaian yang seharusnya dicari). Sedangkan tingkat keyakinan pengukuran bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Jadi tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95% memberi arti menyimpang sejauh 50% dari rata-rata sebenarnya, dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95%. Bila pengukur sampai memperoleh rata- rata pengukuran yang menyimpang lebih dari 10%, hal ini dibolehkan terjadi hanya dengan kemungkinan 5% 100%- 95%). Semakin tinggi tingkat ketelitian dan semakin besar tingkat keyakinan, maka semakin banyak pengukuran yang diperlukan. Pengukuran Uji Keseragaman Data Data yang diperoleh dari hasil pengukuran harus seragam. Uji keseragaman data perludilakukan terlebih dahulu sebelum data digunakan. Data dikatakan seragam bila data berada diantara kedua batas kontrol, dan tidak seragam bila berada di luar kedua batas kontrol. Batas kontrol atas, rata-rata dan batas kontrol bawah dapat dihitung Uji Kecukupan Data Uji kecukupan data digunakan untuk menghitung banyaknya data yang diperlukan. Tujuan dari uji kecukupan data untuk mengetahui apakah data yang digunakan sebagai dasar analisis sudah mewakili, sehingga hasilnya dapat dipercaya atau valid. Untuk menghitung uji kecukupan data, menggunakan rumus : (Sutalaksana, dkk; 1979 : 134). Untuk menentukan harga K maka dapat digunakan batasan-batasan sebagai berikut: - Untuk tingkat kepercayaan 68% ke bawah harga K = 1 - Untuk tingkat kepercayaan 95% ke bawah harga K = 2 - Untuk tingkat kepercayaan 99% ke bawah harga K = 3 Pengukuran Waktu Baku Waktu baku merupakan penjumlahan antara waktu normal dengan kelonggaran-kelonggaran (allowance ) meliputi : 1. Kelonggaran waktu untuk kebutuhan pribadi ( personal allowance ). Dapat ditetapkan dengan melakukan aktivitas time study sehari kerja penuh atau dengan sampling kerja. Yang termasuk ke dalam kebutuhan ini adalah minimum, ke kamar, bercakap-cakap. Besarnya kelonggaran yang diperlukan untuk kebutuhan pribadi berbeda- beda dari satu pekerjaan- pekerjaan lainnya karena setiap pekerjaan mempunyai karakteristik sendiri- sendiri dengan tuntutan yang berbeda. 2. Kelonggaran waktu untuk melepaskan lelah (fatique allowance). Dimana lama waktu periode istirahat dan frekuensi pengadaannya akan tergantung pada jenis pekerjaannya. Rasa fatique antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kualitas. Karena salah satu cara untuk menentukan kelonggaran ini dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat di saat-saat dimana hasil produksi menurun. Maka berdasarkan pengalaman, para pekerja dapat mengatur pekerjaan sedemikian rupa, sehingga lambatnya gerakan-gerakan kerja ditunjukkan untuk menghilangkan rasa fatique. Besarnya kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique dapat 38

6 dilihat dari lampiran. Kelonggaran waktu karena keterlambatan- keterlambatan (delayallowance). Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari berbagai hambatan. Adanya hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol kelebihan, karena di luar kekuasaan pekerja untuk mengendalikan seperti menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas, melakukan penyesuaian-penyesuaian zig troly. Teknik Pengumpulan Data Ada beberapa jenis data yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini diantaranya: a. Data Primer Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara: Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan penelitian atau pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti yaitu data tentang waktu proses produksi kemudian diuji keseragaman dan kecukupan datanya. b. Data sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh data dari sumber lain yang sudah ada. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara: 1) Wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara komunikasi langsung dengan menggunakan tanya jawab. 2) Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan berdasarkan catatan atau arsip perusahaan. 3) Literatur kepustakaan yaitu teori-teori yang digunakan dalam pembahasan pada penelitian ini. Pengukuran Waktu Kerja Metode yang digunakan dalam pengukuran ini adalah pengukuran waktu secara berulang- ulang ( repetitive time ) atau disebut sebagai snap-back method. Dimana pada saat operator memulai pekerjananya maka pada saat itu pula stop watch dihidupkan dan pada saat operator berhenti stop watch dihentikan. Apabila akan diadakan pengukuran kembali maka angka waktu pada stop watch dikembalikan pada posisi nol. Uji Keseragaman Data Uji keseragaman data digunakan untuk menentukan bahwa data yang diperoleh dari penelitian sudah seragam atau tidak seragam. Uji Kecukupan Data Uji kecukupan data digunakan untuk menentukan apakah data yang dibutuhkan dalam penelitian sudah cukup atau belum cukup. Untuk menguji kecukupan data digunakan tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 5% dari rata-rata hasil pengukurannya kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini 95%. Atau dengan kata lain bahwa sekurang-kurangnya 95% dari 100% harga rata-rata waktu yang dicatat akan memiliki penyimpangan tidak lebih dari 5%. Jika semua data sudah berada dalam batas kontrol, maka ditentukan jumlah pengamatan yang seterusnya dilakukan ( N ), dengan data dikatakan cukup jika N < N ( Wignjosubroto, 1995 : ). Rumus uji kecukupan data adalah sebagai berikut, maka dinyatakan cukup bila N < dari N, sedangkan jika nilai N > dari N maka data dinyatakan tidak cukup. a. Perhitungan Waktu Baku Langkah - langkah perhitungan waktu baku sebagai berikut: 1). Waktu Siklus Waktu Siklus ditentukan dengan cara menghitung waktu pengamatan rata-rata, berikut perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang normal. Penentuan faktor penyesuaian dengan metode Westinghouse sebagai berikut, Bila 39

7 harga faktor penyesuaian lebih besar dari 1, maka operator tersebut bekerja di atas normal (terlalu cepat). Sebaliknya jika faktor penyesuaian kurang dari 1, maka operator tersebut bekerja di bawah normal (terlalu lambat). 2) Waktu Baku Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan operator dalam bekerja yaitu waktu normal ditambah kelonggarankelonggaran yang sering terjadi sebagai sifat alami manusia (operator). Setiap operator mempunyai kebutuhan lain di luar kontrolnya, seperti contoh adalah kebutuhan pribadi, yaitu kebutuhan berupa sekedar minum untuk menghilangkan haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap untuk menghilangkan jenuh, dan istirahat sebentar karena lelah Setelah diperoleh waktu normal maka selanjutnya dapat dicari besarnya waktu baku. Allowance adalah kelonggaran yang diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya di samping waktu normal ( Handoko, 1995) Metode Analisis Data Operational Process Chart (OPC) Sebelumnya dilakukan penelitian terhadap keseluruhan proses produksi (lintasan produksi) untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh tentang perencanaan dan penjadwalan produksi, pembuatan OPC dan Network kerja. Dalam OPC terdapat informasi tentang waktu baku. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Buat sebuah jaringan kerja berdasarkan proses produksi yang terjadi pada pembuatan produk yang bersangkutan b. Tentukanlah besarnya waktu standart bagi setiap elemen kerja berdasarkan data hasil observasi c. Tentukan waktu siklus berdasarkan waktu kerja setiap elemen dan besarnya permintaan produk. d. Tentukan jumlah stasiun kerja berdasarkan besarnya waktu siklus yang telah dihasilkan atau berdasarkan kriteria maksimum e. Membuat tabel pohon posisi dan hubungan yang mendahului serta tabel rangking bobot posisi. Pengukuran Waktu Siklus Data waktu pengamatan langsung per elemen kerja yang di ambil bila dirata-ratakanmendapat data waktu ratarata yang dinamakan waktu siklus. Pengambilan data dilakukan dengan metode jam henti (stopwatch ) dengan mengambil waktu pengamatanlangsung (siklus) dari setiap elemen pekerjaan. Penetuan julah sample pada penelitian ini diambil sebanyak 30 pengamatan waktu untuk setiap stasiunkerja seperti tampak pada lampiran Setelah didapat ke-30 data waktu siklus, terhadap berikutnya adalah melakukan pengujian apakah data tersebut telah seragam atou cukup,dengan melakukan langkahlangkah sebagai berikut: Metode Heuristik Dikerjakan dengan menggunakan metode Hegelson and Birnie (RPW) 40

8 Kelas Tabel 1 Waktu Siklus Rata-rata Data waktu siklus (menit) Jumlah i Rata-rata ( ) 1 5 4,67 5,33 4,67 4, ,67 5 4,67 5, , , ,33 5,33 5 5, ,67 4,67 4, , , Menghitung rata-rata daari harga sub grup: Rata- rata waktu siklus =. = = 4.95 menit Menghitung Standar deviasi dari data waktu siklus: Ơ = ( ) Jumlah = kontrol (dimana > BKA dan < BKB), maka dta dikatakan tidak seragam. Dalam kasus inidata dikatakan seragam dikarenakan BKB < rata-rata tiap kelas < BKA atau 4.14 < 4.95 < 5.76 a. Untuk menguji kecukupan data pada tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5%dilakukan langkah perhitungan sebagai berikut:, = k / s N 2 Xi Xi 2 2 Xi = (. ) (.. ) (.. ) (. ) = 0.27 menit (Untuk elemen kerja selanjutnya ada dalam lampiran) Menghitung standar deviasi dari harga rata-rata kelas/sub grup adalah sebagai berikut: Ơ = Ơ / Ơ x =. = c. Menentukan batas kontrol atas(bka) dan batas kontrol bawah (bkb) dengan rumus: BKA / BKB = ± 3 Ơ BKA = (0.27) = 4.14 BKB = (0.27) = 5.76 Bila rata-rata dari sub grup berada dalam batas kontrol( dimana BKA<BKB dan > BKB), maka data dikatakanseragam, bila diluar batas N= (. ) (. ) (. ) = 3.84 Karena N < N maka data yang diambil sebanyak 30 data telah tercukupi. d. Dikarenakan 30 data telah lulus uji keseragaman dan kecukupan data maka waktu siklus untuk elemen kerja pada setasiun I adalah: menit. (untuk uji kecukupan ele men kerja selanjutnya ada dalam lampiran) Perhitungan Waktu Baku =. = = 4,95 menit Penentuan waktu normal untuk elemen kerja perakitan I dengan faktor penyesuaian yang diberikan menggunakan metode Westinghouse adalah: 41

9 Tabel 2 Faktor Penyesuaian Metode Westinghouse Faktor Penyesuaian Kelas Lambang Penyesuaian Keterampilan Good C2 +0,06 Usaha Good C2 +0,05 Kondisi kerja Average D +0,00 konsentrasi Average D +0,00 Total Penyesuaian +0,11 Faktor penyesuaian yang diberikan dengan menggunakan metodewestinghouse : = 1+p = 1+ 0,011 =1,011 Jadi waktu normal untuk elemen kerja penyambungan I dapat ditentukan sebagai berikut: = x = 4.95 x 1,011 = 5 ( menit ) Faktor kelonggaran untuk kebutuhan pribadi dan kelelahan di elemen kerja Perakitan. Tabel 3 Faktor Kelonggaran Faktor Kelonggaran Kelonggaran % kelonggaran Tenaga yang dikeluarkan Sangat ringan 7 % Sikap kerja Duduk 2 % Gerakan kerja Agak terbatas 5 % Kelemahan mata Pandangan terus menerus dengan 8 % fokus Keadaan tempat kerja Normal 5 % Keadaan atmosfir Kurang baik 10 % Total kelonggaran 37 % Untuk kelonggaran hambatan yang tak dapat dihindarkan diasumsikan 5%, karena waktu menunggu antara satu stasiun ke stasiun berikutnya telah ditetapkan oleh perusahaan. Adapun Perhitungan waktu baku untuk elemen kerja Pemasangan I adalah: = % = 5 % % = 5 x 1,59 = 7,94 menit % % % Ki = =, x E x 420 = 27,46 unit/hari =28 unit/hari Maka, besarnya kapasitas beban produksi untuk stasiun I sebesar 28 unit/hari. Identifikasi Bottleneck Dari tabel perhitungan kapasitas beban produksi (per hari) diatas ternyata pada lintasan terjadi bottleneck pada stasiun III, VII. Untuk jelasnya lintasan produksi yang terjadi bottleneck dapat dilihat pada gambar berikut: 42

10 bottleneck bottleneck St. I St.II St.III St.IV St.V St.VI St.VII Gambar 1 Identifikasi Bottleneck Dari keterangan gambar diatas, menunjukan adanya Bottleneck yang terjadi pada stasiun kerja III dan stasiun kerja VII. kondisi yang terjadi pada stasiun kerja III disebabkan adanya proses pekerjaan diluar jangkauan stasiun III, sehingga mengakibatkan pemborosan waktu kerja. Sedangkan pada kondisi yang terjadi pada stasiun kerja V disebabkan oleh proses kerja yang dilakukan secara manual, sehingga harus menyesuaikan keadaan yang terjadi dan harus tepat dalam proses penyelesaianya. Kondisi Lintasan Produksi Sebelum Perbaikan Kondisi lintasan sebelum perbaikan diperlukan apakah perlu atautidaknya suatu lintasan produksi itu diperbaiki, sehingga akan mengurangi waktu menganggur dalam suatu proses produksi, sehingga proses produksi lebih baik. Adapun tujuan membuat kapasitas lintasan produksi sebelum perbaikan adalah untuk mengetahui seberapa besar efisiensi stasiun kerja pada keseimbangan lintasan yang dicapai setelah dilakukan pengolahan data. Dan dari data lintasan produksi sebelum perbaikan perlu diketahui besarnya keseimbangan waktu yang senggang, efisiensi lintasan dan besarnya waktu menganggur, untuk lintasan produksi yang ada. Jumlah stasiun kerja = 7 Stasiun kerja Waktu operasi terbesar = 15,29 Menit Total waktu operasi = 72,27 Menit Dari data- data tersebut, maka dapat dibuat analisis seperti berikut: Besarnya waktu menganggur (Idle Time) Penentuan nilai balance delay Balance delay = 32,48% nws n W1 i1 nws = (, ), (, ) x 100% Nilai efisiensi lintasan produksi x 100% 43

11 Efisiensi lintasan produksi n W 1 i 1 x 100% nws, = x 100%, % = 67,52% HASIL DAN PEMBAHASAN Penyeimbangan lintasan produksi dilakukan untuk mengalokasikan beban kerja pada setiap stasiun kerja yang dilalui bahan. bottleneck dan meminimumkan waktu menganggur dengan pendekatan penggelompokkan stasiun kerja, dalam perhitungan ini dilakukan dengan metode Ranked Position Weight (RPW). Adapun perhitungan perbaikan lintasan dengan menggunakan metode di atas adalah: Membuat diagram precedence diagram dan pengelompokan daerahdaerah Penetapan waktu siklus berdasarkan t maks C ti, dengan t maksimum adalah waktu terbesar untuk menyelesaikan elemen kerja yang bersangkutan. Maka stasiun kerja yang nantinya dihasilkan minimal sebanyak 5 stasiun kerja. Membuat matrik posisi dan hubungan elemen yang mendahului serta rangking bobot posisi (total waktu operasi 72,27 menit). Kemudian setelah itu dilakukan perhitungan waktu menganggur, keseimbangan waktu senggang, efisiensi setiap stasiun kerja dan efisiensi lintasan produksi penggabungan, seperti berikut ini: Jumlah stasiun kerja = 5 Waktu operasi terbesar = 15,3 Total waktu operasi = 51,75 Waktu menganggur ( idle time ) Idle Time = (5 x 15,3) 51,75 = 24,75 Menit Keseimbangan waktu senggang (balance delay) Balance delay = (, ), (, ) =32,35% x 100% Cycle time = To : region Nilai efisiensi lintasan produksi = 72,27 : 7 = 10,32 Menit Karena Ct ti maks (10,32 15,29) maka Ct = ti maks = 15,29 Sehingga jumlah stasiun kerjanya adalah: N = To /Wo = 72,27 / 15,29 = 4,73 = 5 stasiun kerja Efisiensi lintasan produksi =, (, ) x 100% =67,65% Analisis Keseimbangan Lintasan Produksi Sebelum dan Sesudah Perbaikan. Analisis keseimbangan lintasan dilakukan dengan metode yaitu Ranked position weight (RPW). Adapun hasil perhitungan keseimbangan lintasan produksi adalah seperti tabel berikut ini: 44

12 Tabel 4 Hasil Perhitungan Sebelum dan Sesudah AnalisisKeseimbangan Lintasan Perbandingan Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan Dengan MetodeRangked Position Weight (RPW) Jumlah Stasiun 7 5 Idle time (menit) 34,76 24,75 Balance delay (%) 32,48 32,35 EfisiensiLintasan (%) 67,52 67,65 Dari hasil perhitungan di atas maka dapat dicari pengurangan idle time, balance delay dan besarnya peningkatan efisiensi lintasan adalah: Pengurangan idle time = 37,76 menit 24,75 menit = 13,01 menit Pengurangan balance delay = 32,48% - 32,35% = 0,13 % Peningkatan efisiensi lintasan = 67,65% - 67,52% = 0,13 % KESIMPULAN Perbaikan sistem kerja dengan menggunakan metode rangked positional wheight (RPW) diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Waktu perstasiun kerja untuk masing-masing proses kerja terjadi perbedaan waktu antara stasiun yang satu dengan lainnya. 2) Perbaikan keseimbangan lintasan produksi dengan menggunakan metode RPW ( ranked position weight ) menunjukan pengurangan stasiun kerja yang sebelumnya berjumlah 7 stasiun kerja menjadi 5 stasiun kerja sehingga, lintasan lini produksi pada setiap lintasan menjadi seimbang. 3) Penurunan waktu nganggur dari 34,76 menit menjadi 24, 75 menit, Penurunan keseimbangan waktu senggang dari 32,48% menjadi 32,35% Peningkatan efisiensi lintasandari 67,53% menjadi 67,65%. DAFTAR PUSTAKA Ahyari, Agus, Manajemen Produksi dan Perencanaan Sistem Produksi, BPFE-UGM, Yogyakarta Handoko, T. Hani, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, BPFE-UGM, Yogyakarta. Reksohadiprojo, S, Manajemen Produksi dan Operasi, BPFE-UGM, Yogyakarta Subagyo, Pangestu, Manajemen Operasi, Edisi I, BPFE-UGM, Yogyakarta Sutalaksana, I, Z, Teknik Tata Cara Kerja, Departemen Teknik Industri, ITB, Bandung Wigyosoebroto, S, Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja, Guna Widya, Jakarta Wigyosoebroto, S, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis Pengukuran Kerja, Guna Widya, Jakarta 45

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi massal, dimana dalam proses produksinya harus dibagikan pada seluruh operator sehingga beban kerja

Lebih terperinci

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem 24 pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Pengertian dari waktu baku yang normal,wajar, dan terbaik dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu baku

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Pembebanan (loading) dapat diartikan pekerjaan yang diberikan kepada mesin atau operator. Pembebanan menyangkut jadwal waktu kerja operator dalam kurun waktu satu hari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teknik Pengukuran Data Waktu Jam Henti Di dalam penelitian ini, pengukuran waktu setiap proses operasi sangat dibutuhkan dalam penentuan waktu baku setiap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Menurut Baroto (2002, p192), aliran proses produksi suatu departemen ke departemen yang lainnya membutuhkan waktu proses produk tersebut. Apabila terjadi hambatan atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Cara Kerja Pada laporan skripsi ini penelitian cara kerja menggunakan metode penelitian yang dilakukan melalui operation process chart. Dan dalam perhitungan untuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Observasi Lapangan Identifikasi Masalah Studi Kepustakaan Pengambilan Data Waktu Siklus Pengujian Waktu Siklus : 1. Uji Keseragaman Data 2. Uji Kenormalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Gerak dan Waktu ( Barnes h.257 ) Studi Gerak dan Waktu merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknik Pengukuran Kerja Pengukuran kerja adalah metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Teknik pengukuran

Lebih terperinci

BAB VI LINE BALANCING

BAB VI LINE BALANCING BAB VI LINE BALANCING 6.1 Landasan Teori Keseimbangan lini perakitan (line balancing) merupakan suatu metode penugasan pekerjaan ke dalam stasiun kerja-stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Line Balancing Line Balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau

Lebih terperinci

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT Lina Gozali *, Lamto

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah serangkaian stasiun kerja (mesin dan peralatan) yang dipergunakan untuk pembuatan produk. Line Balancing (Lintasan Perakitan) biasanya

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data yang ada pada bab sebelumnya, maka akan dilakukan analisis guna mengetahui hasil yang lebih optimal. Pembahasan ini dilakukan untuk memberikan

Lebih terperinci

2.10 Pengertian Efisiensi Pengertian Lintasan Produksi(Line Balancing) Keseimbangan Kapasitas Lintasan Produksi 25 2.

2.10 Pengertian Efisiensi Pengertian Lintasan Produksi(Line Balancing) Keseimbangan Kapasitas Lintasan Produksi 25 2. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN...iv HALAMAN MOTTO...v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL....xi DAFTAR GAMBAR......xii

Lebih terperinci

BAB VI LINE BALANCING

BAB VI LINE BALANCING BAB VI LINE BALANCING 6.1. Landasan Teori Line Balancing Menurut Gaspersz (2004), line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efektifitas 2.1.1. Pengertian Efektifitas Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data dan Informasi Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder, yaitu:tabel 3.1 Jenis Data dan Informasi

Lebih terperinci

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN LINE PRODUKSI DRIVE ASSY DI PT. JIDECO INDONESIA

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN LINE PRODUKSI DRIVE ASSY DI PT. JIDECO INDONESIA ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN LINE PRODUKSI DRIVE ASSY DI PT. JIDECO INDONESIA Sutarjo, ST. Sekolah Tinggi Teknologi Wastukancana Purwakarta Email : Sutarjo06@gmail.com Risris Nurjaman, MT. Dosen Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah suatu analisis yang mencoba melakukan suatu perhitungan keseimbangan hasil produksi dengan membagi beban antar proses secara berimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan. Berikut ini merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan. Berikut ini merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Optimasi adalah persoalan yang sangat penting untuk diterapkan dalam segala sistem maupun organisasi. Dengan optimalisasi pada sebuah sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi masal, dimana tugas-tugas yang dikerjakan dalam proses harus dibagi kepada seluruh operator agar beban kerja dari para operator

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI Citra Palada Staf Produksi Industri Manufaktur, PT ASTRA DAIHATSU MOTOR HEAD OFFICE Jln. Gaya Motor III No. 5, Sunter II, Jakarta 14350 citra.palada@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING Yayan Indrawan, Ni Luh Putu Hariastuti Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Putu_hrs@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi dan Proses Produksi 2.1.1 Pengertian Produksi Dari beberapa ahli mendifinisikan tentang produksi, antara lain 1. Pengertian produksi adalah suatu proses pengubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Line Balancing Line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan banyaknya work station

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Multi Garmenjaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri garment. Penulis melakukan pengamatan pada lini produksi produk celana jeans yang diproduksi secara mass production. Masalah

Lebih terperinci

ANALISIS KESEIMBANGAN LINI PADA LINTASAN TRANSMISI MF06 DENGAN PENERAPAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHT

ANALISIS KESEIMBANGAN LINI PADA LINTASAN TRANSMISI MF06 DENGAN PENERAPAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHT ANALISIS KESEIMBANGAN LINI PADA LINTASAN TRANSMISI MF06 DENGAN PENERAPAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHT Disusun oleh: Nama : Rizki Ari Sandi Npm : 36412550 Jurusan : Teknik Industri Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Di dalam sebuah sistem kerja unsur manusia, mesin, peralatan kerja dan lingkungan fisik pekerjaan harus diperhatikan dengan baik secara sendirisendiri maupun

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Observasi lapangan Identifikasi masalah Pengumpulan data : 1. Data komponen. 2. Data operasi perakitan secara urut. 3. Data waktu untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN 2017 Firman Ardiansyah E, Latif Helmy 16 MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN Firman Ardiansyah Ekoanindiyo *, Latif Helmy * * Program Studi Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstrasi Hasil Pengumpulan Data Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly adalah digunakan untuk pengukuran waktu dimana pengukuran waktu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Produksi Proses produksi adalah serangkaian aktifitas yang diperlukan untuk mengolah ataupun merubah sutu kumpulan masukan (input) menjadi sejumlah keluaran (output) yang

Lebih terperinci

BAB VII SIMULASI CONVEYOR

BAB VII SIMULASI CONVEYOR BAB VII SIMULASI CONVEYOR VII. Pembahasan Simulasi Conveyor Conveyor merupakan peralatan yang digunakan untuk memindahkan material secara kontinyu dengan jalur yang tetap. Keterangan yang menjelaskan suatu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Tenda Trijaya Indonesia merupakan salah satu perusahaan tenda yang terpercaya kualitasnya. Perusahaan ini menjadi pemasok ke departemen sosial, perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, bahkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keseimbangan Lini Keseimbangan lini merupakan suatu metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini produksi sehingga

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP)

Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP) Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP) Umi marfuah 1), Cholis Nur Alfiat 2) Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis,tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE RANKED POSITION WEIGHT (RPW) (STUDI KASUS: PT. KRAKATAU STEEL, Tbk.

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE RANKED POSITION WEIGHT (RPW) (STUDI KASUS: PT. KRAKATAU STEEL, Tbk. ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE RANKED POSITION WEIGHT (RPW) (STUDI KASUS: PT. KRAKATAU STEEL, Tbk. CILEGON, BANTEN) Herlina Putri W, Ahmad Sidiq, dan Reza Maulana Program

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Teknik Industri Semester Genap tahun 2006/2007

Universitas Bina Nusantara. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Teknik Industri Semester Genap tahun 2006/2007 Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Teknik Industri Semester Genap tahun 2006/2007 Optimalisasi Proses Produksi Dengan Usulan Lini Keseimbangan Pada CV. Teluk Harapan Alexander

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Sistem Kerja Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik - teknik dan prinsip - prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 STUDI KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE-METODE HEURISTIK SERTA PERENCANAAN KEGIATAN

Lebih terperinci

PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE

PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 239-248 PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE Puji Astuti Saputri, Shantika

Lebih terperinci

Daftar Isi. Lembar Pengesahan... Kata Pengantar... Abstrak...

Daftar Isi. Lembar Pengesahan... Kata Pengantar... Abstrak... Daftar Isi Lembar Pengesahan... Kata Pengantar... Abstrak... Daftar Isi Daftar Gambar... Daftar Tabel... Daftar lampiran.. Bab 1 Pendahuluan... 1.1. Latar Belakang Masalah... 1.2. Identifikasi Masalah..

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengukuran Kerja Menurut Sritomo, pengukuran kerja adalah : metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga hasil sampingannya, seperti limbah, informasi, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga hasil sampingannya, seperti limbah, informasi, dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, sistem produksi terdiri dari elemen input, proses dan elemen output. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal

Lebih terperinci

METODE REGION APPROACH UNTUK KESEIMBANGAN LINTASAN

METODE REGION APPROACH UNTUK KESEIMBANGAN LINTASAN Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 205 212. METODE REGION APPROACH UNTUK KESEIMBANGAN LINTASAN Maria Pitriani Miki, Helmi, Fransiskus Fran INTISARI Lintasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. 2.1.1. Studi Waktu Menurut Wignjosoebroto (2008), pengukuran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peta Kerja Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah

Lebih terperinci

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric Abstrak Heru Saptono 1),Alif Wardani 2) JurusanTeknikMesin,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian adalah langkah-langkah yang dibuat untuk memudahkan Pemecahkan suatu masalah dalam sebuah Penelitian. Berikut ini adalah Flow Chart Pemecahan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI Jaka Purnama Laboratorium Sistem Produksi Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ Lina Gozali, Andres dan Feriyatis Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara e-mail: linag@ft.untar.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi masal, dimana tugastugas yang dikerjakan dalam proses harus dibagi kepada seluruh operator agar beban kerja dari operator merata.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN 125 BAB V ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis Dari Ketiga Metode Tabel 5.1 Hasil Perbandingan dari ketiga Metode METODE OBJEK PERCOBAAN 1 PERCOBAAN 2 Line Efficiency 91.37% 94.41% RPW Balance

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 12 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Gerak dan Waktu (Barnes h. 257) Studi gerak dan waktu merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI KERJA DENGAN PENERAPAN KAIZEN (Studi Kasus pada PT Beiersdorf Indonesia PC Malang)

ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI KERJA DENGAN PENERAPAN KAIZEN (Studi Kasus pada PT Beiersdorf Indonesia PC Malang) ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI KERJA DENGAN PENERAPAN KAIZEN (Studi Kasus pada PT Beiersdorf Indonesia PC Malang) ANALYSIS OF PRODUCTIVITY AND WORK EFFICIENCY IMPROVEMENT WITH KAIZEN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV SURYA ADVERTISING & T SHIRT merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri garment. Jenis produk yang diproduksi perusahaan meliputi kemeja lengan panjang, kemeja lengan pendek, kaos

Lebih terperinci

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT)

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT) PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT) Kelvin Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknik Surabaya kelvin@stts.edu ABSTRAK Aliran produksi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual

BAB V ANALISA HASIL Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual BAB V ANALISA HASIL 5.1. Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, kondisi aktual saat ini tidak seimbang penyebab utama terjadinya ketidak seimbangan lintasan

Lebih terperinci

Perancangan Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay dan Meningkatkan Efisiensi Kerja

Perancangan Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay dan Meningkatkan Efisiensi Kerja Performa (2012) Vol. 11, No. 2: 75-84 Perancangan Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay dan Meningkatkan Efisiensi Kerja Burhan,1), Imron Rosyadi NR 2) dan Rakhmawati 1) 1) Program

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Latar Belakang Penelitian..

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Latar Belakang Penelitian.. DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT...... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii vi x xii xiii BAB I BAB II PENDAHULUAN.. 1.1 Latar Belakang Penelitian.. 1.2

Lebih terperinci

ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI

ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 229-238 ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI Dwi Yuli Handayani, Bayu Prihandono,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Proses Produksi 3.1.1 Pengertian Proses Produksi Proses adalah cara, metoda dan teknik bagaimana sumber yang tersedia (tenaga kerja, mesin, bahan baku dan sarana pendukung) yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian kerja dalam kaitannya dengan upaya peningkatan produktifitas. Analisa dan penelitian kerja adalah suatu aktifitas yang ditujukan untuk mempelajari prinsip-prinsip atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Konsep & Teori 2.1.1 Proses Produksi Perusahaan tidak terlepas dari proses produksi dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Oleh karena itu, perusahaan berusaha agar proses produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis, tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian cara kerja atau yang dikenal juga dengan nama methods analysis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan metode kerja yang akan dipilih untuk melakukan suatu pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Flowchart Metode Penelitian Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai Studi Pendahuluan: Pengamatan flow process produksi Assembly

Lebih terperinci

Analisis Keseimbangan Lintasan pada Lantai Produksi CV. Bobo Bakery

Analisis Keseimbangan Lintasan pada Lantai Produksi CV. Bobo Bakery Analisis Keseimbangan Lintasan pada Lantai Produksi CV. Bobo Bakery Merry Siska 1), Ruby Suryanata 2) Jurusan Teknik Industri,Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau merrysiska@uin-suska.ac.id

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Di dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi perusahaan, maka sebelumnya harus dilakukan pengamatan dan penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1. Teknik Pengukuran Kerja Pengukuran kerja adalah metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Teknik pengukuran kerja

Lebih terperinci

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) 1.1. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ. Benny Winandri, M.

ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ. Benny Winandri, M. ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ Benny Winandri, M.Sc, MM ABSTRAK: PT. XYZ adalah industri yang memproduksi pakaian jadi. Seperti

Lebih terperinci

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja (Studi Waktu / Time Study) Perbaikan postur Perbaikan proses Perbaikan tata letak Perbaikan metode /cara kerja Data harus baik, representasi

Lebih terperinci

Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D

Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D Adi Kristianto Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sarjanawiyata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu kerja (work measurement atau Time Study) merupakan suatu usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFSIENSI DAN PRODUKTIVITAS KINERJA MELALUI PENDEKATAN ANALISIS RANGKED POSITIONAL WEIGHT METHOD PT. X

PENINGKATAN EFSIENSI DAN PRODUKTIVITAS KINERJA MELALUI PENDEKATAN ANALISIS RANGKED POSITIONAL WEIGHT METHOD PT. X PENINGKATAN EFSIENSI DAN PRODUKTIVITAS KINERJA MELALUI PENDEKATAN ANALISIS RANGKED POSITIONAL WEIGHT METHOD PT. X Komarudin dan Rudi Saputra Teknik Industri, Institut Sains dan Teknologi Nasional ABSTRAK

Lebih terperinci

Analisis Line Balancing dengan RPW pada Departemen Sewing Assembly Line Style F1625W404 di PT. Pan Brothers, Boyolali

Analisis Line Balancing dengan RPW pada Departemen Sewing Assembly Line Style F1625W404 di PT. Pan Brothers, Boyolali Analisis Line Balancing dengan RPW pada Departemen Sewing Assembly Line Style F1625W404 di PT. Pan Brothers, Boyolali Ghany Sayyida Nur Arifiana *1), I Wayan Suletra 2) 1) Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kerja Studi kerja adalah penelaahan secara sistematik terhadap pekerjaan, dengan maksud untuk : (Barnes, 1980, Halaman 6) 1. Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil tahun 2007 / 2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil tahun 2007 / 2008 iv UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil tahun 2007 / 2008 ANALISIS KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN MODEL CJM 1.5 DENGAN METODE RANK POSITIONAL WEIGHT DI PT.

Lebih terperinci

LINE BALANCING DENGAN METODE RANKED POSITION WEIGHT ( RPW)

LINE BALANCING DENGAN METODE RANKED POSITION WEIGHT ( RPW) LINE BALANCING DENGAN METODE RANKED POSITION WEIGHT ( RPW) Ita purnamasari, Atikha Sidhi Cahyana Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Ip@ecco.com, atikhasidhi@umsida.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Penjadwalan Salah satu masalah yang cukup penting dalam system produksi adalah bagaimana melakukan pengaturan dan penjadwalan pekerjaan, agar pesanan dapat selesai sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri manufaktur yang begitu pesat menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri manufaktur yang begitu pesat menuntut perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri manufaktur yang begitu pesat menuntut perusahaan untuk terus bertahan dan berkembang. Perusahaan yang mampu bertahan dan berkembang dengan baik

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV WATTOO WATTOO GARMENT merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri garment. Dalam kegiatan produksinya, CV WATTOO WATTOO GARMENT ini memproduksi bermacam-macam pakaian anak-anak sesuai

Lebih terperinci

PERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

PERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) PERTEMUAN #13 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetap menjaga mutu dan produktivitasnya untuk dapat bersaing di pasar dunia, maka PT

BAB I PENDAHULUAN. tetap menjaga mutu dan produktivitasnya untuk dapat bersaing di pasar dunia, maka PT 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan kemajuan teknologi dan saratnya persaingan pasar dibidang komponen automotive, maka perusahaan komponen automotive khususnya filter, harus tetap menjaga

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING Joko Susetyo, Imam Sodikin, Adityo Nugroho Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Umum Perusahaan 4.1.1 Profil Perusahaan PT. Carvil Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur pembuatan sepatu dan sandal yang mulai berdiri pada bulan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI LINE REAR AXLE ASSY DENGAN METODE LINE BALANCING DI PT. XYZ

MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI LINE REAR AXLE ASSY DENGAN METODE LINE BALANCING DI PT. XYZ MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI LINE REAR AXLE ASSY DENGAN METODE LINE BALANCING DI PT. XYZ Margono Sugeng 1) dan Ari Setyawan 2) Program Studi Teknik Industri, Institut Sains dan Teknologi Nasional email:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini adalah pengertian keseimbangan lini (line balancing)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini adalah pengertian keseimbangan lini (line balancing) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Konsep Line Balancing 2.1.1 Pengertian Line Balancing Berikut ini adalah pengertian keseimbangan lini (line balancing) menurut beberapa para ahli : Menurut Gasperz (2004)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peringkat Kinerja Operator (Performance Rating) Perancangan sistem kerja menghasilkan beberapa alternatif sehingga harus dipilih alternatif terbaik. Pemilihan alternatif rancangan

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENGUKURAN WAKTU KERJA Pengukuran kerja atau pengukuran waktu kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Efisien dalam dunia industri berarti memanfaatkan sumber daya sedemikian rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat menghasilkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Di era globalisasi ini, fashion merupakan tuntutan dari gaya hidup berbagai kalangan di masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan yang bergerak di industri pakaian berlomba untuk menghasilkan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan budaya dan teknologi akan selalu memberikan dorongan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan budaya dan teknologi akan selalu memberikan dorongan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan budaya dan teknologi akan selalu memberikan dorongan kepada setiap pelaku bisnis untuk melakukan inovasi dan perbaikan dalam setiap lini kegiatannya, agar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan penelitian diperlukan adanya tahapan-tahapan yang jelas agar penelitian yang dilakukan terarah, tahapan ini disusun ringkas dalam sebuah metodologi penelitian.

Lebih terperinci

Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE)

Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE) Available online at http://jurnal.yudharta.ac.id/v/index.php/jkie Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE) RANCANGAN KESEIMBANGAN LINTASAN STASIUN KERJA GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI WAKTU SIKLUS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stop watch time study) diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19 yang lalu. Metoda ini terutama

Lebih terperinci