PENGAMANAN PRODUKSI PADI TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGAMANAN PRODUKSI PADI TAHUN"

Transkripsi

1 PENGAMANAN PRODUKSI PADI TAHUN Nur Khoiriyah Agustin dan Nizwar Syafa at Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Jl. A. Yani 70 Bogor PENDAHULUAN Sektor pertanian Indonesia masih terkonsentrasi pada produksi beras. Beras masih dipandang menjadi komoditas strategis mengingat usahatani padi melibatkan lebih dari 2 juta keluarga petani dan pola konsumsi pangan masyarakat masih didominasi oleh beras. Sementara itu, diversifikasi pangan baik diversifikasi produksi maupun konsumsi masih belum berkembang seperti yang diharapkan. Sejak tahun 1990-an produksi padi secara nasional menunjukkan gejala ketidakstabilan dan ada gejala kemandegan dalam produktivitas. Fluktuasi produksi padi nasional tersebut selain akan mempengaruhi stabilitas pangan nasional, dampaknya juga dapat bersifat multidimensional dengan kemungkinan dampak politis dan sosial yang cukup luas. Dengan demikian ketersediaan beras menjadi faktor penting dalam mempertahankan ketahanan pangan nasional. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memprediksi neraca ketersediaan beras nasional tahun 2003 yang dipengaruhi oleh sisi produksi dan permintaan beras. Skenario yang dilakukan untuk menganalisis neraca ketersediaan beras tersedia lebih difokuskan pada sisi produksi, terutama seberapa jauh variabel luas panen dan produktivitas memiliki peranan terhadap perkembangan produksi padi nasional tersebut. Hal ini penting dilakukan sebagai upaya perumusan kebijakan ke depan untuk mengantisipasi kecukupan pangan nasional. METODOLOGI PENELITIAN Perkembangan produksi padi pada dasarnya dipengaruhi oleh dua variabel, yaitu: perkembangan luas panen dan produktivitas. Proyeksi luas panen dan produktivitas dilakukan dengan analisis time series, dengan asumsi sejumlah perubahan per periode waktunya adalah konstan. Model yang digunakan adalah model rata-rata persentase pertumbuhan yang konstan, formulasi rumus matematik adalah sebagai berikut: Y t = Y 0 (1 + g) t 1 Makalah disampaikan dalam Seminar Rutin yang diadakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Bogor, pada tanggal 14 Februari

2 Keterangan: Y t = Produktivitas pada saat t Y 0 = Produktivitas pada saat t = 0 g = rata-rata persentase pertumbuhan yang diestimasi Untuk mengestimasi nilai g maka data time series yang digunakan ditransformasikan kedalam bentuk natural logaritma, sehingga persamaan transformasi regresinya menjadi: Ln Y t = ln Y 0 + t ln (1 + g) Model yang sama juga digunakan untuk memproyeksikan luas panen. Proyeksi produksi padi merupakan hasil perkalian dari proyeksi luas panen dan produktivitas. Sedangkan proyeksi permintaan dihitung dengan menjumlahkan total kebutuhan permintaan langsung oleh rumah tangga dengan total permintaan antara. Proyeksi permintaan langsung oleh rumah tangga dihitung berdasarkan konsumsi per kapita dikalikan dengan jumlah penduduk, sedangkan proyeksi permintaan antara dihitung menggunakan rasio nilai transaksinya terhadap konsumsi rumah tangga yang diturunkan dari Tabel Input-Output. Dengan demikian proyeksi kebutuhan beras nasional dapat dihitung dari selisih antara proyeksi produksi dengan proyeksi total permintaan. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN KONSUMSI PADI INDONESIA Perkembangan Produksi Dari Grafik 1 terlihat bahwa lonjakan kenaikan dan penurunan produktivitas relatif lebih tajam dibandingkan dengan perubahan luas panen. Hal ini mengingat bahwa perubahan produktivitas dipengaruhi oleh banyak unsur, baik dari segi kondisi lahan (kesuburan dan jenis irigasinya), teknis budidaya usahatani padi, dan penanganan pasca panennya dan pengolahan hasil, penggunaan bibit atau varitas padi, pengolahan tanah, waktu dan dosis pemupukan, ketersediaan air irigasi, pola tanam yang digunakan, intensitas serangan hama dan organisme pengganggu tanaman (OPT). Sedangkan perubahan luas panen kemungkinan disebabkan oleh perubahan iklim, konversi lahan pertanian ke nonpertanian, persaingan antar komoditas pertanian, dan dinamika harga input-output usahatani padi. Pada tahun 1973 terjadi penurunan produktivitas yang sangat tajam, namun kemudian terjadi lonjakan kenaikan produktivitas yang tajam hingga sekitar pertengahan tahun 1980-an. Hal ini berkaitan dengan program swasembada beras yang dicanangkan 2

3 oleh pemerintah saat itu sehingga produktivitas dipacu melalui penggunaan input modern (benih unggul, pupuk kimia, pestisida) serta alat dan mesin pertanian. Periode inilah yang dinamakan terjadinya revolusi hijau di Indonesia. Kemudian laju kenaikan produktivitas ini mulai melambat hingga pertengahan tahun 1990-an, dan turun pada tahun 1998 saat terjadi krisis ekonomi namun meningkat kembali hingga tahun 2000-an. Sedangkan penurunan luas panen yang terjadi pada beberapa titik tahun, yaitu 1972, 1982, 1987, 1991, 1994, 1997, dan 2001, linier dengan terjadinya perubahan iklim atau fenomena El Nino/La Nina Produktivitas Luas Panen, Produksi Luas Panen (Juta Ha) Produksi (10 juta ton) Produktivitas (kw/ha) Tahun 0.00 Grafik 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi di Indonesia, Program pemerintah sangat penting dalam penentuan kebijakan peningkatan produksi padi nasional. Berbagai program peningkatan produksi padi dari tahun 1958 hingga tercapainya swasembada beras pada tahun 1984, antara lain adalah (Wahyuni dan Indraningsih, 2003): Program Padi Sentra (1958), Bimas (1965), Inmas (1968), Bimas Gotong Royong (1969), Insus (1979). Sementara itu, program peningkatan produksi padi pascapencapaian swasembada beras adalah : Supra Insus (1987), SUTPA (1994), Inbis (1997), Gema Palagung (1998), Corporate Farming (2000), Program Ketahanan Pangan (2000), dan Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (2001). Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa selama 30 tahun terakhir produktivitas lebih berperan dalam meningkatkan produksi padi di Indonesia, yaitu sebesar 56,5 persen, bila dibandingkan dengan peranan luas panen yang hanya 43,5 persen. Peranan produktivitas terhadap peningkatan produksi ini lebih menonjol lagi pada saat program swasembada beras ini berjalan, yaitu mempunyai pengaruh sebesar 62,1 persen terhadap produksi padi. Peningkatan produktivitas pada masa program ini berjalan lebih banyak difokuskan pada komoditas padi sawah irigasi teknis, dibandingkan padi pada agroekosistem lain (sawah irigasi sederhana/pedesaan, sawah tadah hujan, dan ladang/ tegalan). 3

4 Tabel 1. Pertumbuhan dan Peranan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi di Indonesia, Sebelum dan Setelah Program Swasembada Beras Keterangan Luas panen Padi Padi sawah Padi ladang Produksi Produktivitas Luas panen Produksi Produktivitas Luas panen Produksi Produktivitas Pertumbuhan per tahun (%/th) Peranan terhadap pertumbuhan produksi (%) Pertumbuhan per tahun (%/th) Peranan terhadap pertumbuhan produksi (%) Pertumbuhan per tahun (%/th) Peranan terhadap pertumbuhan produksi (%) Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah) Hal ini dipengaruhi oleh implementasi program Panca Usahatani yang mengeksploitasi penggunaan input modern dan teknis budidaya usahatani yang sangat berkaitan erat untuk meningkatkan produktivitas padi, terutama padi sawah, serta introduksi alat dan mesin pertanian dalam rangka mendukung program swasembada beras tersebut. Ditinjau dari segi biofisik, di negara-negara produsen beras, termasuk Indonesia, teridentifikasi telah terjadinya deteriorasi kesuburan tanah yang dikenal sebagai tanah sakit (soil sickness) yang disebabkan oleh intensifikasi secara terus menerus (Fagi et al., 2002). Ke depan program yang cenderung mengeksploitasi lahan kurang relevan untuk dilakukan mengingat hal tersebut akan mempercepat degradasi sumberdaya alam serta mengancam keberlanjutannya. Bila lahan pertanian diintrodusir dengan penggunaan input secara terus menerus dan berlebihan, maka lahan pertanian akan mengalami kejenuhan dan akibatnya produksi malah akan menurun. Apalagi dengan issu lingkungan yang berkembang akhir-akhir ini dan mulai berkembangnya trend produk-produk organik yang ramah lingkungan, maka penggunaan input-input pertanian sebaiknya dilakukan sesuai dengan ambang batas lingkungan. Untuk itu kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas sebaiknya harus memperhatikan daya dukung lahan dan keberlanjutannya. Kebalikan dengan fenomena saat program swasembada beras berjalan, maka laju pertumbuhan produksi padi pascaprogram ini malah menurun, menjadi sebesar 1,56 persen ( ). Peranan luas panen terhadap pertumbuhan produksi menjadi lebih menonjol pada pascaswasembada beras, yaitu sebesar 70,9 persen, sedangkan peranan produktivitas terhadap pertumbuhan produksi hanya sebesar 29,1 persen. Dengan demikian aspek luas panen lebih berperanan penting dalam peningkatan produksi padi nasional pasca program swasembada beras ini, dan ke depan 4

5 diperkirakan peranan aspek luas panen ini juga masih menonjol. Faktor-faktor yang menjadi penyebab turunnya laju pertumbuhan produktivitas padi setelah swasembada beras, antara lain disebabkan oleh: terobosan teknologi yang memungkinkan peningkatan produktivitas usahatani padi pascaintroduksi varietas padi IR-64, semakin sulit diwujudkan sehingga terjadi pelandaian pertumbuhan produktivitas usahatani padi. Pelandaian pertumbuhan produktivitas usahatani tersebut lebih cepat terjadi di Jawa karena upaya intensifikasi pada masa sebelumnya lebih difokuskan di Jawa. Di samping itu Pemerintah juga dihadapkan pada masalah dana untuk membiayai berbagai program peningkatan produksi padi akibat berakhirnya masa boom minyak. Tercapainya swasembada beras dijadikan momentum untuk mengubah kebijakan pembangunan menjadi pembangunan ekonomi yang lebih berorientasi pada pasar ekspor untuk meningkatkan cadangan devisa (Irawan et al., 2002). Perkembangan Konsumsi Permintaan suatu komoditas dapat berupa permintaan akhir (final demand) maupun permintaan antara (intermediate demand). Permintaan akhir merujuk pada permintaan untuk konsumsi akhir atau konsumsi langsung oleh rumah tangga dan pemerintah, sedangkan permintaan antara merupakan masukan (intermediate input) dalam proses produksi komoditas lain. Permintaan antara untuk komoditas padi ini antara lain adalah: penggunaan gabah untuk benih, pakan ternak serta industri di bidang pangan lainnya. Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun, konsumsi per kapita beras nasional mengalami fluktuasi. Awal tahun 1980-an konsumsi beras meningkat pesat karena tingginya pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan dan pergeseran pola konsumsi beras meluas pada daerah-daerah yang tadinya berpola pangan nonberas (Tabel 2). Hal ini mendorong kenaikan kebutuhan beras yang tinggi. Sejak 10 tahun terakhir ini pemerintah menerapkan program diversifikasi pangan untuk mengubah pola dan selera sebagian besar masyarakat dari kebiasaan mengkonsumsi beras. Program diversifikasi pangan tersebut dirasakan belum berjalan seperti yang diharapkan. Tabel 2. Perkembangan Konsumsi Beras di Indonesia, Tahun Konsumsi ( x 1000 Ton) Konsumsi per kapita (kg/tahun) , , , , , , , ,13 Sumber: Neraca Bahan Makanan Indonesia, Badan Pusat Statistik 5

6 Dengan mencermati perkembangan konsumsi beras per kapita/tahun menunjukkan bahwa sejak pertengahan tahun 1990-an ada indikasi penurunan konsumsi beras per kapita, meskipun konsumsi beras secara kumulatif menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. PROSPEK KEBUTUHAN BERAS TAHUN 2003 Proyeksi Produksi Padi Proyeksi produksi padi dilakukan dengan melihat pertumbuhan luas panen dan produktivitas padi. Dari Grafik 1 terlihat bahwa pada tahun-tahun awal (1969 sampai pertengahan tahun 1980-an) perkembangan produktivitas mengalami lonjakan kenaikan dan penurunan yang begitu tajam. Bila dilakukan proyeksi berdasarkan tahun-tahun tersebut maka dikhawatirkan hasilnya akan bias. Untuk itu proyeksi dilakukan berdasarkan perkembangan luas panen dan produktivitas sekitar 15 tahun terakhir yang relatif lebih smooth, dengan asumsi bahwa sejumlah perubahan per periode waktunya, seperti: perubahan iklim, kesuburan lahan, dan kondisi sosial ekonomi dianggap konstan. Dengan pertumbuhan luas panen padi sebesar 1,03 persen dan pertumbuhan produktivitas sebesar 0,25 persen, maka diperkirakan produksi padi Indonesia tahun 2003 adalah sekitar 53,54 juta ton, atau mengalami kenaikan sebesar 1,94 juta ton (3,76 persen) bila dibandingkan dengan produksi padi tahun 2002 (Tabel 3 dan Grafik 2). Kenaikan produksi padi tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh kenaikan luas panen, yaitu dari sekitar 11,6 juta hektar pada tahun 2002 menjadi sebesar 12,11 juta hektar pada tahun 2003 atau naik sebesar hektar (4,00%). Sedangkan produktivitas mengalami penurunan sebesar 44,33 ku/ha pada tahun 2002 menjadi 44,23 ku/ha pada tahun 2003, atau hanya turun sekitar 0,10 ton/ha (0,23%). Penurunan produktivitas ini diindikasikan disebabkan oleh penggunaan varietas padi unggul yang ditanam saat ini mempunyai potensi genetis yang terbatas. Di samping itu faktor iklim La Nina ditengarai juga mempengaruhi ketersediaan air irigasi yang dapat menjadi penghambat peningkatan produktivitas tanaman padi. Sementara itu, adanya kecenderungan meningkatnya harga-harga input dan relatif stagnannya harga gabah kurang memberikan insentif pada petani untuk meningkatkan produktivitasnya. Untuk itu ekstensifikasi pertanian hendaknya mulai diarahkan ke areal-areal potensial di luar Jawa mengingat lahan di Jawa semakin sempit untuk penggunaan sektor pertanian. Keberhasilan meningkatkan produksi padi melalui perluasan areal tanam sangat ditentukan oleh kemampuan pemerintah dan masyarakat pertanian dalam mendayagunakan sumberdaya lahan rawa. Potensi lahan rawa ini mendapat luasan 33,4 juta ha, yang terdiri lahan pasang surut 20,7 juta ha dan lahan lebak 13,4 juta ha (Wijaya, Adhi, 2000). Hal ini harus diikuti dengan pembangunan jaringan irigasi yang mendukung kebutuhan air irigasi sawah yang disertai dengan rekomendasi usahatani yang sesuai dengan daerah setempat (spesifik lokasi). Di samping itu, juga dapat 6

7 dilakukan melalui ekstensifikasi vertikal melalui peningkatan intensitas tanam pada lahan sawah irigasi. Tabel 3. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi di Indonesia, Tahun Tahun Luas panen (ha) Padi Padi sawah Padi ladang Produkstivitas Produk- Luas Pro- Produk- Luas Pro- panen duksi tivitas panen duksi (ton) (ku/ha) (ha) (ton) (ku/ha) (ha) (ton) Produkti vitas (ku/ha) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , * , , , ** , , ,90 Sumber : Produksi Tanaman Padi dan Palawija di Indonesia. Survey Pertanian, BPS. Keterangan: * Angka Ramalan III BPS ** Data 2003: proyeksi Luas Panen, Produksi Produktivitas Luas Panen (Juta Ha) Produksi (Juta Ton) Produktivitas (Kw/ton) * Tahun Grafik 2. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi di Indonesia,

8 Produksi (Ton) Produksi Total Padi Produksi Padi Sawah Produksi Padi Ladang * Tahun Grafik 3. Perkembangan Produksi Padi di Indonesia Tahun , menurut Jenis Padi Proyeksi kenaikan produksi padi sebesar 1,94 juta ton sebagian besar disumbangkan oleh kenaikan produksi padi sawah sebesar 1,87 juta ton atau naik sebesar 3,82 persen bila dibandingkan tahun 2002, sedangkan padi ladang hanya menyumbangkan kenaikan produksi sebesar ton atau naik 2,65 persen bila dibandingkan tahun 2002 (Tabel 3 dan Grafik 3). Artinya, produksi padi sawah yang mempunyai rata-rata share sekitar 94,69 persen terhadap produksi padi nasional dalam lima tahun terakhir ini masih menjadi andalan bagi peningkatan produksi padi. Untuk itu ke depan kebijakan peningkatan produksi padi nasional sangat terkait erat dengan peningkatan produksi padi sawah. Mengingat bahwa Pulau Jawa masih menjadi penyangga produksi padi sawah nasional pada sekitar 30 tahun terakhir, yaitu sekitar 61,65 persen dari total produksi padi sawah yang dihasilkan, maka peningkatan produksi padi sawah di Pulau Jawa ini sebaiknya lebih dititikberatkan pada peningkatan produktivitas karena keterbatasan lahan. Proyeksi Permintaan Beras Meskipun terjadi penurunan konsumsi perkapita, yaitu dari 119,80 kg/kapita/tahun pada tahun 2002 menjadi 118,90 kg/kapita/tahun pada tahun 2003, namun konsumsi langsungnya meningkat dari sekitar 25,80 juta ton pada tahun 2002 menjadi sekitar 25,98 juta ton pada tahun 2003 (Tabel 4). Hal ini disebabkan oleh pengaruh peningkatan penduduk yang lebih besar atau meningkat tajam, yaitu sebesar 215, 35 juta penduduk pada tahun 2002 menjadi 218,49 juta penduduk pada tahun 2003, dengan asumsi pertumbuhan penduduk sebesar 1,45 persen per tahun. Di samping itu permintaan antara untuk industri pangan maupun nonpangan diperkirakan juga meningkat dari 6,52 juta ton pada tahun 2002 menjadi 6,80 juta ton pada tahun Hal ini didasarkan dengan asumsi rasio permintaan beras untuk input antara yang diturunkan dari Tabel Input-Output diperkirakan sebesar atau 18,8 persen 8

9 (Anonim, 2002). Dengan demikian diperkirakan permintaan total beras meningkat sebesar 1,42 persen, yaitu dari 32,32 juta ton pada tahun 2002 menjadi 32,78 juta ton pada tahun Proyeksi Neraca Kebutuhan Beras Indonesia Tahun 2003 Tidak seluruh produksi padi dikonsumsi oleh manusia karena ada hasil yang digunakan untuk benih, pakan dan terjadinya losses atau kehilangan hasil selama proses panen dan penanganan pascapanen, yang secara konvensi diperkirakan sebesar tujuh persen. Dengan demikian berdasarkan empat skenario diperkirakan ketersediaan beras untuk dikonsumsi, setelah dikonversikan gabah-beras sebesar 63,2 persen, adalah meningkat sekitar 1,45 persen sampai dengan 3,76 persen pada tahun 2003 dibandingkan dengan tahun Meskipun demikian peningkatan ketersediaan beras ini tidak mampu mengimbangi peningkatan total permintaan beras, sehingga terjadi defisit kebutuhan beras nasional pada tahun Berdasarkan skenario 1, dengan asumsi pertumbuhan luas panen sebesar 1,30 persen per tahun dan pertumbuhan produktivitas sebesar 0,32 persen per tahun, maka diperkirakan defisit kebutuhan beras nasional pada tahun 2003 sebesar 1,31 juta ton (Tabel 4). Bila skenario 1 ini dapat dipenuhi, maka defisit neraca kebutuhan beras nasional tahun 2003 akan turun hingga 57,37 persen bila dibandingkan tahun Defisit kebutuhan beras nasional ini akan meningkat lebih tajam bila terjadi penurunan pertumbuhan luas panen dibandingkan dengan penurunan produktivitas. Hal ini terlihat jelas pada skenario 2, yaitu dengan pertumbuhan luas panen turun 50 persen dari skenario 1 dan pertumbuhan produktivitas sama dengan skenario 1, akan terjadi penurunan defisit kebutuhan beras yang lebih tajam sekitar 1,91 juta ton. Sedangkan bila pertumbuhan luas panen sama dengan skenario 1 namun pertumbuhan produktivitasnya turun 50 persen dari skenario 1, maka defisit kebutuhan beras nasional hanya sekitar 1,46 juta ton (skenario 3). Defisit kebutuhan beras akan semakin tajam bila terjadi penurunan pertumbuhan luas panen dibarengi dengan penurunan produktivitas sebesar 50 persen dari skenario 1, sehingga defisit kebutuhan berasnya menjadi sekitar 2,01 juta ton (skenario 4). Kekurangan persediaan beras nasional ini harus ditutupi dengan impor, dan lebih lanjut akan berdampak terhadap kebijakan perberasan yang lebih luas. Bila dibandingkan dengan perkiraan kebutuhan beras nasional yang dilakukan oleh Departemen Pertanian, maka hasil penelitian ini lebih bersifat optimis (Tabel 5). Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor lain yang mempengaruhi produksi, seperti: pengaruh iklim dan goncangan sosial ekonomi, dalam penelitian ini diasumsikan konstan, sedangkan perhitungan proyeksi produksi oleh Deptan dilakukan dengan mempertimbangkan dampak El Nino terhadap produksi. Skenario yang digunakan adalah dengan dua pendekatan, yaitu El Nino tanpa program akselerasi (berdasarkan rata-rata dari data empiris dan hasil pendugaan model ENSO) serta El Nino dengan program akselerasi (dengan asumsi pertumbuhan produksi padi sebesar 2,7 persen per tahun). Dalam penelitian ini proyeksi produksi dilakukan melalui empat skenario, yaitu skenario 1 merupakan pencapaian produksi dengan asumsi pertumbuhan luas panen 1,03 persen/tahun dan pertumbuhan produktivitas 0,25 persen/tahun, sedangkan ketiga 9

10 10

11 skenario lainnya dilakukan bila pertumbuhan luas panen dan/atau produktivitas mengalami penurunan sebesar 50 persen dari skenario 1. Dengan demikian dapat diperkirakan langkah antisipasi apa yang dapat dilakukan bila peningkatan produksi tidak dapat dicapai secara optimal. Perbedaan asumsi lainnya yang mendasari kedua perhitungan tersebut adalah pertumbuhan penduduk hasil analisis Departemen Pertanian adalah 1,49 persen per tahun, sedangkan hasil perhitungan penelitian ini 1,45 persen per tahun. Tabel 5. Perbandingan Neraca Kebutuhan Beras Indonesia Tahun 2003 Rumusan Departemen Pertanian dengan Hasil Penelitian (Juta Ton) Skenario produksi Ketersediaan Permintaan Neraca Departemen Pertanian: El Nino, tanpa program akselerasi 29,60 32,4-2,80 El Nino, dengan program akselerasi 31,15 32,4-1,25 Hasil Penelitian: Skenario 1 31,47 32,78-1,31 Skenario 2 30,87 32,78-1,91 Skenario 3 31,32 32,78-1,46 Skenario 4 30,77 32,78-2,01 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan Berdasarkan skenario 1 yang paling optimis, produksi padi pada tahun 2003 diproyeksikan sekitar 53,54 juta ton atau meningkat sekitar 3,76 persen bila dibandingkan dengan produksi padi tahun 2002 yang dipengaruhi oleh kenaikan luas panen sebesar hektar (4,00%) sedangkan produktivitas mengalami penurunan sekitar 0,10 ton/ha (0,23%), dengan asumsi sejumlah perubahan per periode waktunya adalah konstan. Setelah masa program swasembada beras hingga sekarang, terlihat bahwa peranan luas panen sangat menonjol dalam peningkatan produksi padi nasional, yaitu sebesar 70,9 persen. Dengan demikian ke depan peningkatan luas panen diperkirakan masih memegang peranan penting dalam peningkatan produksi padi nasional. Kenaikan proyeksi permintaan total beras sebesar 1,42 persen pada tahun 2003 dibandingkan tahun 2002 lebih dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk dan konsumsi antara untuk komoditas padi. 11

12 Dari keempat skenario dihasilkan neraca kebutuhan beras nasional pada tahun 2003 diproyeksikan masih mengalami defisit, sehingga impor masih perlu dilakukan. Namun demikian defisit neraca kebutuhan beras tahun 2003 ini menurun jika dibandingkan dengan tahun Implikasi Kebijakan Dalam rangka mengamankan produksi padi tahun 2003 maka perlu dilakukan kebijaksanaan sebagai berikut: Mengingat variabel luas panen memegang peranan penting dalam perumusan kebijakan peningkatan produksi padi ke depan maka perlu dilakukan pengamanan luas panen sebesar ha sesuai dengan pertumbuhan luas panen yang diharapkan, yaitu sebesar 1,03 persen. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan sasaran produksi yang ditargetkan. Dengan demikian perlu dilakukan upaya ekstensifikasi pertanian yang hendaknya diarahkan ke lahan-lahan potensial di luar Jawa karena lahan pertanian di Jawa telah sempit dan perbenturan kepentingan lahan pertanian dengan penggunaan nonpertanian sangat tinggi. Untuk itu identifikasi luas lahan yang layak untuk peningkatan produksi padi dan usaha pertanian sangat diperlukan mengingat tidak semua lahan yang ada di tanah air ini layak untuk usaha pertanian, baik untuk perkebunan tanaman keras, wanatani (agroforestry) maupun pertanian tanaman semusim (Lampiran 1). Optimalisasi pemanfaatan lahan kering, terutama pada MH, dan pemanfaatan lahan lebak dan sawah pasang surut pada MK I dan II, perlu juga untuk diupayakan. Di samping itu perlu dilakukan program pengamanan pertanaman, terutama pada MK I, antara lain dengan memfungsikan sistem peringatan dini atas serangan hama dan penyakit serta peningkatan efisiensi pascapanen melalui pengurangan kehilangan hasil, terutama dalam proses pemanenannya. Penurunan produktivitas diminimalisir dengan program penggunaan benih yang bermutu, varietas unggul, pola tanam yang serempak, pemupukan yang seimbang baik waktu maupun dosisnya, serta penerapan teknologi budidaya penanaman padi yang intensif. Kebijakan dalam aspek produktivitas ini sebaiknya lebih difokuskan pada padi sawah mengingat padi sawah masih memberikan kontribusi yang dominan terhadap produksi padi nasional dibanding dengan padi ladang. Antisipasi anomali iklim El Nino/La Nina, dilakukan dengan mengidentifikasi ketersediaan air waduk terutama di sentra-sentra produksi padi dan wilayah risiko tinggi kekeringan atau endemik hama penyakit. Pembangunan dan pemeliharaan sarana jaringan irigasi yang mendukung kebutuhan air irigasi sawah yang disertai dengan rekomendasi usahatani yang sesuai dengan daerah setempat (spesifik lokasi) sangat relevan untuk dilakukan dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi nasional. Impor yang dilakukan untuk menutupi defisit neraca kebutuhan beras nasional sebaiknya dilakukan untuk beras yang memenuhi standar mutu yang baik, minimal dengan standar broken lima persen, yang ditujukan untuk konsumen golongan 12

13 menengah ke atas. Bila impor dilakukan untuk semua level kualitas beras, maka hal ini akan merusak pasar beras dalam negeri yang pada gilirannya akan membawa konsekuensi kurang intensif petani dalam meningkatkan produksi padi. DAFTAR PUSTAKA Anonim, Pengamanan Produksi Pokok Beras Tahun 2003 dan Jangka Menengah (5 Tahun). Departemen Pertanian. Jakarta. Anonim Produksi Tanaman Padi dan Palawija di Indonesia. Survey Pertanian. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Anonim Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Anonim Neraca Bahan Makanan Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Anonim Prosiding Pemberdayaan Potensi Regional Melalui Pendekatan Zone Agroekologi. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang Pertanian. Bogor. Fagi, A.M., S. Partohardjono dan E. E. Ananto Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan Beras Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Irawan, B., N. Syafa at, R. Sajuti, S. Wahyuni, B. Rahmanto, A. Setiyanto, dan D. Hidayat Perumusan Program Peningkatan Produktivitas Padi di Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Bogor. Montgomery, D. C., L. A. Johnson, and J. S. Gardiner Forecasting and Time Series Analysis. Second Edition. McGraw-Hill, Inc. New York. Salvatore, D Managerial Economics in A Global Economy. Third Edition. McGraw-Hill, Inc. New York. Syafa'at, N., M. Maulana, dan P. Simatupang Perkiraan Dampak Kenaikan BBM Terhadap Sektor Pertanian. Makalah disampaikan dalam Seminar Rutin Puslitbang Sosek, Tanggal 31 Januari Bogor. Wahyuni, S. dan K.S. Indraningsih Dinamika Program dan Kebijakan Peningkatan Produksi Padi. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume 21 No.2, Desember 2003, hal Wijaya, Adhi, I.P.G., D.A. Suradikarta, M.T. Striadi, I.G.M. Subiksa, dan I.W. Suastika Pengelolaan, Pemanfaatan, dan Pengembangan Lahan Rawa. Dalam Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 13

14 Lampiran 1. Luas Lahan yang Layak untuk Pertanian per Penduduk Agraris Wilayah Sumatera Jawa Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku Penduduk (juta jiwa) Luas (juta ha) Penduduk agraris (%) Lahan yang layak untuk pertanian (%) 59,9 71,9 46,3 33,8 22,4 33,8 Lahan/ kapita ha 0,94 0,15 0,55 2,50 0,44 1,66 Sumber: Amien, 1997 dalam Prosiding Pemberdayaan Potensi Regional Melalui Pendekatan Zone Agroekologi (2000). 14

15 Tabel 4. Tabel Proyeksi Neraca Kebutuhan Beras Nasional Tahun Keterangan Tahun Jumlah penduduk (jiwa) Kons per kapita (kg/kapita/th) Konsumsi langsung (ton) Konsumsi antara (ton) Konsumsi total (ton) Produksi padi (ton) Benih, pakan, tercecer (ton) Produksi bersih (ton) Produksi terkonversi gabah-beras: 63,2% (ton) Skenario (Pertumbuhan luas panen 1.30%/th & produktivitas: 0,32%/th) Neraca (ton) Skenario (Pertumbuhan luas panen turun 50% dari skenario 1 & pertumbuhan produktivitas sama dengan skenario 1) Skenario (Pertumbuhan luas panen sama dengan skenario 1 & pertumbuhan produktivitas turun 50% dari skenario 1) Skenario (Pertumbuhan luas panen & produktivitas turun 50% dari skenario 1) Sumber : Badan Pusat Statistik dan Departemen Pertanian (diolah)

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang terus tumbuh berimplikasi pada meningkatnya jumlah kebutuhan bahan pangan. Semakin berkurangnya luas lahan pertanian dan produksi petani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL UU NO 7 TH 1996: Pangan = Makanan Dan Minuman Dari Hasil Pertanian, Ternak, Ikan, sbg produk primer atau olahan Ketersediaan Pangan Nasional (2003)=

Lebih terperinci

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada 47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... i iv v vi vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

peningkatan produksi dan produktifitas melalui intensifikasi, ekstensifikasi,

peningkatan produksi dan produktifitas melalui intensifikasi, ekstensifikasi, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Untuk menjaga konsistensi produksi beras dan oleh karena urgensi dari pangan itu sendiri maka dibutuhkan sebuah program yang bisa lebih mengarahkan petani dalam pencapaiannya.

Lebih terperinci

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung Zubachtirodin, M.S. Pabbage, dan Subandi Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Jagung mempunyai peran strategis perekonomian nasional, mengingat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH LAPORAN AKHIR KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH Oleh : Bambang Irawan Herman Supriadi Bambang Winarso Iwan Setiajie Anugrah Ahmad Makky Ar-Rozi Nono Sutrisno PUSAT SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Beras merupakan makanan pokok utama penduduk Indonesia

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat luas untuk peningkatan produktivitas tanaman pangan khususnya tanaman padi. Beras sebagai salah satu sumber pangan utama

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah diubah

Lebih terperinci

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG Oleh: Muchjidin Rachmat*) Abstrak Tulisan ini melihat potensi lahan, pengusahaan dan kendala pengembangan palawija di propinsi Lampung. Potensi

Lebih terperinci

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Press Release PREDIKSI DAMPAK DINAMIKA IKLIM DAN EL-NINO 2014-2015 TERHADAP PRODUKSI PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN I. Prediksi Iklim hingga Akhir 2014/Awal 2015 1. Prediksi berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional, Pemerintah terus berupaya

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional, Pemerintah terus berupaya I. PENDAHULUAN Formatted: Indent: Left: 0,63 cm, Hanging: 0,62 cm, Tab stops: 1,25 cm, List tab + Not at 1,9 cm A. Latar Belakang dan Identifikasi Masalah 1. Latar Belakang Dalam rangka pencapaian ketahanan

Lebih terperinci

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Kebijakan 1 Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Ada dua pendapat mengenai faktor penyebab kenaikan harga beras akhirakhir ini yaitu : (1) stok beras berkurang;

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

DINAMIKA PRODUKSI PADI SAWAH DAN PADI GOGO : IMPLIKASINYA TERHADAP KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI. Bambang Irawan

DINAMIKA PRODUKSI PADI SAWAH DAN PADI GOGO : IMPLIKASINYA TERHADAP KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI. Bambang Irawan DINAMIKA PRODUKSI PADI SAWAH DAN PADI GOGO : IMPLIKASINYA TERHADAP KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PENDAHULUAN Bambang Irawan Pada peletakan batu pertama pembangunan gedung Fakultas Pertanian IPB Presiden

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Upaya pemenuhan kebutuhan beras bagi 230 juta penduduk Indonesia

I. PENDAHULUAN. Upaya pemenuhan kebutuhan beras bagi 230 juta penduduk Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Upaya pemenuhan kebutuhan beras bagi 230 juta penduduk Indonesia dewasa ini memerlukan kerja keras dengan melibatkan puluhan juta orang yang berhadapan dengan berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam membentuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah memberikan kontribusi

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen, IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jagung dengan periodisasi tiga musim tanam jagung

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang amat subur sehingga sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Indonesia memiliki iklim tropis basah, dimana iklim

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN Oleh : Sumaryanto Muhammad H. Sawit Bambang Irawan Adi Setiyanto Jefferson Situmorang Muhammad Suryadi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1 KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1 Sudi Mardianto, Ketut Kariyasa, dan Mohamad Maulana Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) BAB II PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) Agung Prabowo, Hendriadi A, Hermanto, Yudhistira N, Agus Somantri, Nurjaman dan Zuziana S

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menurut Dillon (2009), pertanian adalah sektor yang dapat memulihkan dan mengatasi krisis ekonomi di Indonesia. Peran terbesar sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai

Lebih terperinci

STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA PADI BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN SELATAN MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK

STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA PADI BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN SELATAN MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA PADI BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN SELATAN MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK Agus Hasbianto, Aidi Noor, dan Muhammad Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) 74 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 74-81 Erizal Jamal et al. ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) Erizal Jamal, Hendiarto, dan Ening Ariningsih Pusat Analisis Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi negara berkembang seperti Indonesia landasan pembangunan ekonomi negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman pangan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

KINERJA PERTUMBUHAN PDB PERTANIAN 2003 : BERADA PADA FASE PERCEPATAN PERTUMBUHAN 1)

KINERJA PERTUMBUHAN PDB PERTANIAN 2003 : BERADA PADA FASE PERCEPATAN PERTUMBUHAN 1) KINERJA PERTUMBUHAN PDB PERTANIAN 2003 : BERADA PADA FASE PERCEPATAN PERTUMBUHAN 1) Nizwar Syafa at, Sudi Mardianto, dan Pantjar Simatupang Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Jalan

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MH. Togatorop dan Wayan Sudana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Bogor ABSTRAK Suatu pengkajian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di Indonesia. Oleh karena itu, semua elemen bangsa harus menjadikan kondisi tersebut sebagai titik

Lebih terperinci

SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA

SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG DAN SISTEM GERAKAN SERENTAK TANAM PADI DUA KALI SETAHUN KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA JURUSAN / SISTEM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki peran penting yaitu sebagai makanan manusia dan ternak. Indonesia merupakan salah satu penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber pendapatan, pembuka kesempatan kerja, pengentas kemiskinan dan peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prospek pengembangan beras dalam negeri cukup cerah terutama untuk mengisi pasar domestik, mengingat produksi padi/beras dalam negeri sampai saat ini belum mampu memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI : Identifikasi Dan Pengembangan Komoditi Pangan Unggulan di Humbang Hasundutan Dalam Mendukung Ketersediaan Pangan Berkelanjutan Hotden Leonardo Nainggolan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh masyarakat, juga merupakan sektor andalan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN PDB SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2005

ANALISIS PERTUMBUHAN PDB SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2005 ANALISIS PERTUMBUHAN PDB SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2005 A. Statistik Pertumbuhan PDB 1. Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) sektor pertanian dalam arti sempit (Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

I PENDAHULUAN.  [Diakses Tanggal 28 Desember 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian semakin penting karena sebagai penyedia bahan pangan bagi masyarakat. Sekarang ini masyarakat sedang dihadapkan pada banyaknya pemakaian bahan kimia di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang sangat strategis terutama dalam penyediaan pangan, penyediaan bahan baku industri, peningkatan ekspor dan devisa negara,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian PENDAHULUAN POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN Dr. Adang Agustian 1) Salah satu peran strategis sektor pertanian dalam perekonomian nasional

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa

Lebih terperinci

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. 2.2. PENDEKATAN MASALAH Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 dirumuskan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN Fakhrina dan Agus Hasbianto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok dari 98 persen penduduk Indonesia (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia beras mempunyai bobot yang paling

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT Rachmat Hendayana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jl Tentara Pelajar, 10 Bogor ABSTRAK Makalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan

Lebih terperinci

Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku

Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku Ismatul Hidayah dan Demas Wamaer Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Jl. Chr Splanit Rumah Tiga Ambon E-mail: ismatul_h@yahoo.co.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan luas lahan yang sangat luas dan keanekaragaman hayati yang sangat beragam, memungkinkan Indonesia menjadi negara agraris terbesar

Lebih terperinci

STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA (Tahun ke-2)

STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA (Tahun ke-2) PROPOSAL OPERASIONAL TA 2013 STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA (Tahun ke-2) Oleh: Bambang Irawan Gatoet Sroe Hardono Adreng Purwoto Supadi Valeriana Darwis Nono Sutrisno

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian Penyunting: Undang Konversi Kurnia, F. Lahan Agus, dan D. Produksi Setyorini, Pangan dan A. Setiyanto Nasional KONVERSI LAHAN DAN PRODUKSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pemerintahan di Indonesia merencanakan untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap pembangunan pertanian. Target utamanya adalah program swasembada pangan

Lebih terperinci

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi 1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting

Lebih terperinci