Evidence-Based Medicine dalam Penatalaksanaan Angina Tidak Stabil

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Evidence-Based Medicine dalam Penatalaksanaan Angina Tidak Stabil"

Transkripsi

1 Tinjauan Pustaka Evidence-Based Medicine dalam Penatalaksanaan Angina Tidak Stabil A. A. Subiyanto Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstrak: Angka kejadian masuk ke rumah sakit akibat sindroma koroner akut (ACS) misalnya angina tidak stabil dan infark miokard akut (AMI) masih meningkat hingga dekade ini. Ahli medis harus mempertimbangkan manfaat terapi dari obat-obatan yang mengaktivasi trombosit maupun pembentuk trombin sebelum digunakan, untuk mengurangi prevalensi percutaneous coronary intervention (PCI) dini dengan intracoronary stenting serta risiko lanjut trombosis stent. Unfractionated heparin (UFH) merupakan komponen penatalaksanaan terapi AMI dan angina tidak stabil untuk mengurangi insidensi kematian dan re-infark jantung. Low-molecular-weight heparin (LMWH) direkomendasikan sebagai alternatif UFH pada penatalaksanaan akut pasien non-st elevation myocard infarction (NSTEMI). Anti koagulasi dengan LMWH subkutan atau UFH intravena (i.v) sebaiknya ditambahkan ke dalam terapi anti platelet dengan aspirin (ASA) dan/atau Clopidogrel. Enoxaparin ialah LMWH dengan rasio anti-faktor Xa: anti-faktor IIa tertinggi. Enoxaparin lebih disenangi dibandingkan UFH sebagai suatu anti koagulan pada pasien angina tidak stabil atau NSTEMI. Kata kunci: Angina tidak stabil, NSTEMI, UFH, LMWH 164

2 Evidence-Based Medicine in Management of Unstable Angina A. A. Subiyanto Faculty of Medicine, University of Sebelas Maret Surakarta Abstract: Hospital admissions for acute coronary syndromes (ACS) such as unstable angina and acute myocardial infarction (AMI) remain rising until this decades. Medical experts need to consider the value of pre-treatment with thrombin formation and platelet activity agents to reduce prevalence of early percutaneous coronary intervention (PCI) with intracoronary stenting and the risk of subsequent stent thrombosis. Unfractionated heparin (UFH) are integral component of therapeutic management on AMI and unstable angina to reduce the incidence of cardiac death and reinfarction. Low-molecular-weight heparin (LMWH) has led to recommendations that may be suitable alternatives to UFH in the acute management of patients with non-st elevation myocard infarction (NSTEMI). Anti coagulation with subcutaneous LMWH or intravenous UFH should be added to anti platelet therapy with aspirin (ASA) and or Clopidogrel. Enoxaparin is a LMWH with the highest anti-factor Xa: anti-factor IIa ratio. Enoxaparin is preferable to UFH as an anticoagulant in patients with unstable angina or NSTEMI. Keywords: Unstable Angina, NSTEMI, UFH, LMWH Pendahuluan Pada dekade terakhir, mortalitas yang berhubungan dengan penyakit jantung menurun. Akan tetapi, angka kejadian masuk ke rumah sakit akibat sindroma koroner akut (ACS) misalnya angina tidak stabil dan infark miokard akut (AMI) masih meningkat. 1 ACS masih tetap terjadi, meskipun telah terjadi kemajuan yang pesat di bidang farmakologi maupun terapi-terapi yang agresif dengan peralatan mekanik yang secara efektif dan aman mampu menurunkan iskemia jantung. 1,2 Meningkatnya prevalensi percutaneous coronary intervention (PCI) dini dengan intracoronary stenting serta risiko lanjut trombosis stent membutuhkan seorang ahli intervensi medis untuk mempertimbangkan nilai terapi sebelum menggunakan obat-obatan pembentuk trombin dan aktivitas platelet. 3 Tujuan tinjauan ini adalah untuk memahami penggunaan obat antikoagulan berbasis bukti dalam penatalaksanaan angina tidak stabil atau NSTEMI. Penatalaksanaan Antitrombosis pada ACS Ruptur plak aterosklerosis disertai aktivasi platelet lanjut, deposisi fibrin dan akhirnya pembentukan trombus merupakan dasar patofisiologis terjadinya ACS. Aspirin dan unfractionated heparin (UFH) adalah komponen integral dalam penatalaksanaan AMI dan angina tidak stabil untuk mengurangi insidensi kematian dan re-infark jantung. Keterbatasan UFH memicu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui terapi kombinasi anti platelet yang lebih aman dan efektif. Baru-baru ini dikenalkannya low-molecularweight heparin (LMWH) menjadikan suatu rekomendasi yang dapat dijadikan suatu alternatif yang baik dalam penatalaksanaan akut pasien non-st elevation myocard infarction (NSTEMI). 2,3 Rekomendasi of American College of Cardiology/ American Heart Association (ACC/AHA) 2002 mengenai panduan terkini penatalaksanaan pasien angina tidak stabil dan NSTEMI ialah: 1. Antikoagulasi dengan LMWH subkutan atau UFH intravena sebaiknya ditambahkan ke dalam terapi anti platelet dengan aspirin (ASA) dan/atau Clopidogrel (tingkat bukti A) 2. LMWH lebih disukai dibanding UFH sebagai anti koagulan pada pasien angina tidak stabil dan NSTEMI, kecuali direncanakan suatu coronary artery bypass graft (CABG) dalam waktu 24 jam (tingkat tingkat A). 1 Ulasan singkat mengenai obat ini serta beberapa uji klinis yang menggambarkan keuntungan pemberian dini LMWH pada ACS akan diterangkan lebih lanjut. Farmakologi Heparin UFH ialah suatu campuran heterogen rantai polisakarida sulfat yang panjangnya bervariasi dengan berat molekul sekitar sampai Da. 4 Efek antikoagulan UFH 165

3 tergantung pada sekuens pentasakarida spesifik yang berikatan dengan antitrombin III (AT-III). Ikatan ini menginduksi suatu perubahan konformasional pada AT III, meningkatkan kemampuannya untuk menghambat trombin (faktor IIa) dan faktor Xa, sehingga aktivasi koagulasi menurun. 4,5 Molekul heparin dengan panjang 18 unit sakarida dan berat molekul 6000 Da dapat mengikat trombin (faktor IIa) secara simultan, membentuk suatu kompleks tersier yang secara efektif menghambat aktivitas faktor IIa. 6 LMWH ialah campuran fragmen heparin babi yang tidak terfraksinasi yang dipecah secara kimiawi dengan berat molekul sekitar Da. Proses ini menghasilkan rantai yang lebih pendek, mempengaruhi afinitas masing-masing LMWH untuk mengikat faktor IIa. Dibandingkan UFH yang memiliki rasio anti-faktor Xa: anti-faktor IIa sama dengan 1:1, LMWH memiliki rasio 4,1:1 sampai 2,1:1. Karena dampak faktor Xa pada pembentukan trombin lebih besar, maka penghambatan aktivitas pada tingkat ini tampaknya lebih efisien dalam mencegah pembentukan trombin. 6-8 Berat molekul yang lebih kecil dan peningkatan aktivitas hampir seluruh produk LMWH anti-xa berhubungan dengan waktu paruh yang lebih lama, sehingga dapat diberikan dalam interval dosis 12 jam. 8 Walau tiap LMWH didapatkan dari sumber yang sama, produk ini tidak dapat ditukar karena perbedaan aktivitas antara faktor-faktor koagulasi Keuntungan LMWH LMWH menghasilkan respons terapi yang lebih mudah diprediksi sehingga menjadi alternatif yang lebih disukai dan UFH. 11,12 Hal ini berkaitan dengan bioavailabilitas yang lebih baik dan eliminasi rute ginjal yang berfungsi secara independen terhadap dosis yang diberikan. Bioavailabilitas pemberian LMWH subkutan melebihi 90%, dibandingkan dengan 40% pada UFH, dan mungkin berkaitan dengan efek anti koagulan. 11,13 Protrombin Time (PT), dengan hasil international normalized ratio (INR), merupakan tes standar laboratorium yang digunakan untuk memantau terapi antikoagulan oral, tetapi activated partial thromboplastin time (aptt) yang digunakan untuk memantau anti koagulasi heparin dalam pemantauan aptt atau INR tidak dibutuhkan pada penderita yang mendapatkan LMWH. Respons antikoagulan yang lebih mudah diprediksi mengurangi kebutuhan pemantauan aptt intensif dan penyesuaian dosis. Selain itu, pemberian secara subkutan dapat dilakukan pada pasien rawat jalan sesuai kebutuhan. 13,14 Pemberian UFH juga berhubungan dengan komplikasi serius misalnya perdarahan mayor, trombositopenia dan rebound hypercoagulable state setelah penghentian pada Uji klinis yang mengevaluasi LMWH pada ACS telah menunjukan bahwa frekuensi kejadian yang merugikan tersebut tidak melebihi UFH Tabel 1. Deskripsi Penelitian yang Dilibatkan dalam Tinjauan Studi Subjek Metode Hasil Penelitian Lin 2006, 966 pasien 966 pasien PJK yg memenuhi syarat Hematoma signifikan lebih tinggi Studi acak terkontrol PJK rawat inap CAG dibagi acak dengan amplop tersegel terjadi pada grup UFH (p<0,05) 455 pasien dg PCI menjadi grup LMWH (484) dan UFH (482) dibandingkan grup LMWH 283 pasien NSTEACS Grup LMWH diberi inj. Enoxaparin s.c 1 mg/ 511 pasien tanpa PCI kg/12 jam; Grup UFH diberi 25 mg UFH i.v sebelum CAG. Kateterisasi dilakukan 8 jam pasca dosis terakhir, sampel darah diambil untuk diperiksa aktivitas anti-xa. Selama prosedur PCI, UFH diberikan 20mg/jam Massel 2002, 2 Enoxaparin-UFH trials Enoxaparin signifikan menurunkan Meta analisis 4 UFH-plasebo angka risiko kematian atau AMI, 6 controlled trials OR: 0,82 (95% CI, 0,69-0,97) Collet 2004, 347 pasien NSTEACS Membandingkan 347 pasien NSTEACS Tidak terjadi AMI pada grup Studi retrospektif yang menjalani PCI yang menjalani PCI setelah 2 inj. Enoxa- Enoxaparin yang diberikan dini (EI) tanpa acak parin s.c (Grup El) dengan yang setelah dibandingkan dengan yang diberikan >3 inj. Enoxaparin s.c (Grup Dl) lanjut (DI) secara signifikan Pengukuran anti-xa saat PCI, evaluasi (4.3% vs 7.0%) perdarahan dan iskemik hebat (mati/ami) dilakukan pada hari ke-30 Keterangan : PJK : penyakit jantung koroner PCI : percutaneous coronary intervention NSTEACS : non ST-elevation acute coronary syndrome CAG : coronary angiography LMWH : low molecular weight heparin UFH : unfractionated heparin s.c : sub cutaneous i.v : intra vena AMI : acute myocardial infarction OR : odds ratio CI : confidence interval IU : international unit 166

4 Uji Klinis LMWH pada ACS Beberapa penelitian yang diterangkan dalam tinjauan ini akan dijelaskan lebih lanjut. Selanjutnya pada tabel berikut ini dapat mendeskripsikan beberapa penelitian tersebut. Banyak uji klinis mendukung keamanan dan efikasi LMWH saat dikombinasi dengan aspirin pada pasien ACS. Uji acak keamanan dan efikasi LMWH diuji dengan penggunaan Enoxaparin subkutan pada non-q wave coronary events (ESSENCE) terhadap pasien ACS yang mendapatkan terapi jangka pendek (48 jam- 8 hari) dengan Enoxaparin (1 mg/kg subkutan tiap12 jam) ditambah aspirin atau UFH intravena (5 000 unit bolus dilanjutkan dengan infus ditambahkan untuk mendapatkan aptt detik) ditambah aspirin dalam waktu 24 jam setelah gejala timbul. Pasien kemudian dinilai kejadian triple end point adalah kematian AMI atau angina rekurens pada hari ke-14 dan 30. Laju keseluruhan revaskularisasi dan perdarahan mayor maupun minor juga dicatat. 16 Pada hari ke-14, penurunan risiko 16,2% dicapai dalam triple end point pasien dengan terapi Enoxaparin, terutama oleh karena penurunan gejala angina rekuens. Penurunan tersebut bertahan pada hari ke-30 tanpa adanya peningkatan signifikan kejadian perdarahan mayor, stroke atau trombositopenia. Laju perdarahan ringan yang lebih tinggi terkait situs injeksi dilaporkan pada pasien yang diberi Enoxaparin, walaupun hal ini mungkin merupakan fungsi pengukuran terapi aptt yang rendah yang dicapai dengan UFH selama periode studi. 16 Studi follow up pada satu tahun menunjukkan keuntungan pemberian LMWH secara signifikan menurunkan triple endpoint dibandingkan UFH (19,8 % vs 23,3 %, p= 0.016). 17 Thrombolysis in myocardial infarction (TIMI) 11B, suatu uji acak tersamar ganda terkontrol placebo yang membandingkan penggunaan LMWH jangka pendek dan panjang dengan pemberian UFH hanya selama fase akut iskemia yang diverifikasi dengan electrocardiogram (ECG) atau peningkatan petanda jantung serum. Semua pasien diberikan aspirin ( mg) perhari. Pada fase akut, pasien diberikan UFH (70 unit/kgbb i.v bolus, dilanjutkan dengan 15 unit/kgbb/jam) dan ditambahkan untuk mencapai target aptt detik atau Enoxaparin (30 mg i.v bolus dilanjutkan segera dengan 1 mg/kgbb subkutan tiap 12 jam) selama 8 hari atau sampai keluar rumah sakit. Pada fase rawat jalan, pasien yang mendapatkan UFH dialihkan ke injeksi plasebo subkutan dua kali sehari, sementara pasien yang diterapi Enoxaparin melanjutkan terapi dengan dosis yang sesuai BB (40 atau 60 mg) tiap 12 jam sampai hari ke-43. Penurunan signifikan pada primary composite endpoint dan kematian, MI dan revaskularisasi segera pada terapi hari ke-8, 14 dan 43. Perdarahan mayor pada kedua kelompok terapi adalah rendah, tetapi insidensi meningkat dengan terapi Enoxaparin yang diperpanjang pada pasien rawat jalan. 18 Meta analisis terkini pada uji ESSENCE dan TIMI 11B melibatkan hampir pasien yang konsisten dengan penurunan composite triple point (odds ratio 0,8 dan 95% CI 0,71-0,91, p=<0.002) tanpa peningkatan risiko perdarahan mayor. Hal ini lebih lanjut mendukung penggunaan Enoxaparin rutin sebagai satu-satunya LMWH dengan keuntungan yang menetap dibandingkan UFH dalam penatalaksanaan ACS akut. 19,20 Kesimpulan LMWH merupakan alternatif UFH sebagai antitrombotik yang bermanfaat dalam penatalaksanaan ACS. Keuntungan farmakokinetik dan farmakodinamik meningkatkan kepercayaan dalam pemberian dosis dan pemantauan, sementara pencapaian efikasi secara potensial menurunkan insidensi kejadian serius yang merugikan. Enoxaparin ialah LMWH dengan rasio anti-faktor Xa: anti-faktor IIa tertinggi, telah menunjukkan kelebihan dibandingkan UFH dalam penatalaksanaan ACS jangka pendek dan panjang. Studi lanjut dibutuhkan untuk mengetahui kombinasi sinergistik yang dapat digunakan dengan aman untuk meningkatkan hasil terapi dalam intervensi invasif dini. Daftar Pustaka 1. Braunwald E, Gibbons RJ, Antman EM. ACC/AHAGuidelines update for the management of patients with unstable angina and non ST segment elevation myocardial infarction. Am Heart J 2002;52: Gruberg L, Bexar R. The search for optimal combination of antiplatelet and anticoagulation regimens. J Invasive Cardiol 2003;15(5): Massel D, Cruickshank MK. Enoxaparin in acute coronary syndrome: Evidence for superiority over placebo or untreated control. Am Heart J 2002;143(5): Aguilar OM, Kleiman NS. Low molecular weight heparins. J Invasive Cardiol 2001;13(5S): Gorog DA, Kabir AMN, Marber MS. Role of LMWH in ACS, with or without PCI and II b /IIIa blockade. Br J Cardiol 2004;11(2): Mathis AS, Meswani P, Spinler SA. Risk stratification in non-st segment elevation acute coronary syndormes with special focus on recent guidelines. Pharmacotherapy 2001;21(8): Cohen M, Antman EM. Superiority of Enoxaparin over unfractionated heparin for the treatment of acute coronary syndromes. Pharmacotherapy 2002;22(4): Ferguson J. Low molecular weight heparins and glycoprotein II b /III an antagonist in acute coronary syndromes. J Invasive Cardiol 2004;16(3): Moustapha A, Anderson V. Contemporary view of the acute coronary syndromes. J Invasive Cardiol 2003;15(2): Racine E. Differentiation of the low-molecular-weight heparins. Pharmacotherapy 2001;21(6):62S-70S. 11. Nutescu E, Racine E. Traditional versus modern anticoagulant strategies: Summary of the literature. Am J Heart Syst Pharm 2002;59(6): Barclay L. Guidelines updated on management of ST-elevation myocardial infarction. Available at: ST-elevation myocardialinfarction_ management/viewarticle/ html. Accessed on November 27 th, Berger PB, Orford JL. Acute myocardial infarction. Available at: Accessed on December 15 th, Kereiakes DJ, Montalescot G, Antman EM. Low molecular weight 167

5 heparin therapy for non-st elevation acute coronary syndromes and during percutaneous coronary intervention. Am Heart J 2002;144(4): Zidar JP. Combining treatment strategies in the 21 st century: Low-molecular-weight heparins in acute coronary syndromes. J Invasive Cardiol 2000;12(3): Collet JP, Montalescot G, Golmard J, Tanguy M, Ankri A, Choussat R, et al. Subcutaneous enoxaparin with early invasive strategy in patients with acute coronary syndromes. American Heart Journal 2004;147(4): Wang JC, Goldhaber SZ, Popma JJ. Use of Enoxaparin in a patient with unstable angina. J Invasive Cardiol 2000;12(45): Reiss RA, Haas CE, Griffis DL. Point of care versus laboratory monitoring of patients receiving different anticoagulant therapies. Pharmacotherapy 2002;22(6): Noviasky JA, Gaffney BJ. The superiority of Enoxaparin for treatment of acute coronary syndromes. Pharmacotherapy 2001;21(10): Lin CJ, Jue C, Shu-bin Q, Yuan-lin G, Yong-jian WU, Jun D, et al. A randomized comparative study of using enoxaparin instead of unfractionated heparin in the intervention treatment of coronary heart disease. Chin Med J 2006;119(5): MS 168

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskuler saat ini merupakan salah satu penyebab utama kematian di negara maju dan berkembang. Hasil penelitian Tim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maju, dan negara berkembang termasuk di Indonesia. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maju, dan negara berkembang termasuk di Indonesia. Diperkirakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian utama di negaranegara maju, dan negara berkembang termasuk di Indonesia. Diperkirakan diseluruh dunia, penyakit kardiovaskuler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner atau penyakit kardiovaskuler saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner atau penyakit kardiovaskuler saat ini merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner atau penyakit kardiovaskuler saat ini merupakan salah satu penyebab utama dan pertama kematian di negara maju dan berkembang, termasuk di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasienpasien

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasienpasien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intensive Care Unit (ICU) merupakan cabang ilmu kedokteran yang memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pasienpasien sakit kritis yang kerap membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab utama kematian secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization (WHO) melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan dunia yang 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan dunia yang dapat menyebabkan gangguan kualitas hidup dan memperpendek harapan hidup (Wong, 2014). Pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah salah satu manifestasi klinis Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan paling sering mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering kita jumpai di Intensive Care Unit (ICU) dan biasanya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. sering kita jumpai di Intensive Care Unit (ICU) dan biasanya membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasien sakit kritis adalah pasien dengan penyakit atau kondisi yang mengancam keselamatan jiwa pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO), penyakit kardiovaskuler

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara maju maupun di negara berkembang. Acute coronary syndrome

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara maju maupun di negara berkembang. Acute coronary syndrome 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia dan masih merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas tertinggi di negara-negara maju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. arrhythmias, hypertension, stroke, hyperlipidemia, acute myocardial infarction.

BAB 1 PENDAHULUAN. arrhythmias, hypertension, stroke, hyperlipidemia, acute myocardial infarction. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian pada negara maju antara lain heart failure, ischemic heart disease, acute coronary syndromes, arrhythmias,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang sangat serius, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Data dari WHO tahun 2004 menyatakan

Lebih terperinci

SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN ANTIKOAGULAN PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT

SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN ANTIKOAGULAN PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN ANTIKOAGULAN PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT (Di Instalasi Rawat Inap Jantung RSUD Dr. Soetomo Surabaya) EKA YEHEZKIE CHRISTIANANTA SALEAN DEPARTEMEN FARMASI KLINIS FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

ANTICOAGULANT Quick Outlook To Guideline Review Widya Istanto Nurcahyo

ANTICOAGULANT Quick Outlook To Guideline Review Widya Istanto Nurcahyo ANTICOAGULANT Quick Outlook To Guideline Review Widya Istanto Nurcahyo RSUP DR KARIADI-FK UNDIP Klasifikasi ANTIKOAGULAN Cara Pemberian Parenteral Oral Target Thrombin Thrombin, FXa FXa Thrombin FXa Others

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan penanganan khusus di ruang rawat intensif (ICU). Pasien yang dirawat

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan penanganan khusus di ruang rawat intensif (ICU). Pasien yang dirawat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasien sakit kritis adalah pasien dengan kondisi mengancam nyawa yang membutuhkan penanganan khusus di ruang rawat intensif (ICU). Pasien yang dirawat di ICU memiliki

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit Acute Myocardial Infarction (AMI) merupakan penyebab

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit Acute Myocardial Infarction (AMI) merupakan penyebab BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit Acute Myocardial Infarction (AMI) merupakan penyebab kematian utama di dunia dan merupakan penyebab kematian pertama di Indonesia pada tahun 2002

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Diperkirakan 17,5 juta orang meninggal dunia karena penyakit ini. Dan 7,4 juta

Lebih terperinci

PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP.

PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP. PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP. HAJI ADAM MALIK KARYA TULIS ILMIAH Oleh: SASHITHARRAN S/O NALLATHAMBI 110100511

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acute coronary syndrome (ACS) adalah salah satu manifestasi klinis penyakit jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular menempati urutan pertama penyebab kematian di seluruh dunia. Sebanyak 17.3 juta orang diperkirakan meninggal oleh karena penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. penelitian kohort selama 13 tahun di 3 wilayah di propinsi Jakarta ibukota

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. penelitian kohort selama 13 tahun di 3 wilayah di propinsi Jakarta ibukota BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Angka kematian penyakit kardiovaskular di Indonesia meningkat setiap tahunnya, tahun 2004 mencapai 30% dibandingkan tahun 1975 yang hanya 5%. Data Survei

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau iskemia miokard, adalah penyakit yang ditandai dengan iskemia (suplai darah berkurang) dari otot jantung, biasanya karena penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak terhadap pergeseran epidemiologi penyakit. Kecenderungan penyakit bergeser dari penyakit dominasi penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pada sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. utama pada sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular dewasa ini telah menjadi masalah kesehatan utama pada sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang di seluruh dunia. Hal ini sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular seperti stroke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular seperti stroke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi mengakibatkan perubahan pola hidup masyarakat yang cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular seperti stroke (Nufus, 2012). Stroke menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris. (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark (AMI) baik dengan elevasi

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris. (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark (AMI) baik dengan elevasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah Acute Coronary Syndrome (ACS) digunakan untuk menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi depresi pada populasi umum sekitar 4 % sampai 7 %.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi depresi pada populasi umum sekitar 4 % sampai 7 %. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi depresi pada populasi umum sekitar 4 % sampai 7 %. Prevalensi depresi pada pasien coronary artery disease (CAD) meningkat menjadi 14 % sampai 47 % dengan

Lebih terperinci

Tatalaksana Sindroma Koroner Akut pada Fase Pre-Hospital

Tatalaksana Sindroma Koroner Akut pada Fase Pre-Hospital Tatalaksana Sindroma Koroner Akut pada Fase Pre-Hospital dr Jetty RH Sedyawan SpJP K FIHA FAsCC Sindroma koroner akut (SKA) atau acute coronary syndrome (ACS) merupakan suatu spektrum penyakit jantung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung, stroke, dan penyakit periferal arterial merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu sindroma klinis berupa sekumpulan gejala khas iskemik miokardia yang berhubungan dengan adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit kardiovaskular merupakan gangguan pada jantung dan pembuluh darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark miokardium, penyakit vaskular

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung. BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otot jantung. Angina seringkali digambarkan sebagai remasan, tekanan, rasa berat, rasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infark miokard akut (IMA) yang dikenal sebagai serangan jantung, merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di negara maju dan penyebab tersering kematian

Lebih terperinci

Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan. Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat. Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011

Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan. Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat. Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011 Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011 Oleh : Raisa Khairuni 100100115 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian di negara maju. Di negara yang sedang berkembang diprediksikan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya IMANEST dapat disebabkan oleh rupturnya plak. (Liwang dan Wijaya, 2014; PERKI, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya IMANEST dapat disebabkan oleh rupturnya plak. (Liwang dan Wijaya, 2014; PERKI, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindroma koroner akut merupakan terminologi yang digunakan untuk menggambarkan terjadinya infark/iskemik miokard yang terjadi secara akut. Keadaan ini biasanya disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskuler secara cepat di negara maju dan negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskuler secara cepat di negara maju dan negara berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perubahan pola hidup yang terjadi meningkatkan prevalensi penyakit jantung dan berperan besar pada mortalitas serta morbiditas. Penyakit jantung diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian. Kasus ini menyebabkan

Lebih terperinci

Informed Consent Penelitian

Informed Consent Penelitian 62 Lampiran 1. Lembar Kerja Penelitian Informed Consent Penelitian Yth. Bapak/Ibu.. Perkenalkan saya dr. Ahmad Handayani, akan melakukan penelitian yang berjudul Peran Indeks Syok Sebagai Prediktor Kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah penyakit sindroma koroner akut yang paling sering dijumpai pada usia dewasa. Penyakit ini terutama disebabkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J PERBEDAAN RERATA KADAR KOLESTEROL ANTARA PENDERITA ANGINA PEKTORIS TIDAK STABIL, INFARK MIOKARD TANPA ST- ELEVASI, DAN INFARK MIOKARD DENGAN ST-ELEVASI PADA SERANGAN AKUT SKRIPSI Diajukan oleh : Enny Suryanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segmen ST yang persisten dan peningkatan biomarker nekrosis miokardium.

BAB I PENDAHULUAN. segmen ST yang persisten dan peningkatan biomarker nekrosis miokardium. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMAEST) adalah sindrom klinis yang ditandai dengan gejala khas iskemia miokardium disertai elevasi segmen ST yang persisten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Jantung Koroner (PJK) masih menjadi penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Jantung Koroner (PJK) masih menjadi penyebab utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) masih menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia (Lozano dkk., 2012). Setiap tahun diperkirakan 17 juta orang di dunia meninggal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta terutama di Instalasi Rekam Medik dan dilaksanakan pada Agustus 2015 Januari 2016. B. Jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Profesor Shahryar A. Sheikh, MBBS dalam beberapa dasawarsa terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Profesor Shahryar A. Sheikh, MBBS dalam beberapa dasawarsa terakhir 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Profesor Shahryar A. Sheikh, MBBS dalam beberapa dasawarsa terakhir ancaman dari pembunuh nomor satu di dunia belum pernah surut. Tidak lagi orang tua yang

Lebih terperinci

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang menyumbang angka kematian terbesar di dunia. Disability-Adjusted Life Years (DALYs) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Clinical pathway adalah alur yang menunjukkan secara rinci tahap-tahap penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis pada bukti-bukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia dalam dekade terakhir (2000-2011). Penyakit ini menjadi penyebab

Lebih terperinci

Panduan Registri Online

Panduan Registri Online Panduan Registri Online Sindroma Koroner Akut istemi www.istemi.id Indonesia STEMI 2016 Daftar Isi Daftar Gambar...ii Daftar Singkatan... iii I. Pendahuluan... 1 1.1 Tujuan... 1 1.2 Struktur Keanggotaan

Lebih terperinci

Ns. Furaida Khasanah, M.Kep Medical surgical department

Ns. Furaida Khasanah, M.Kep Medical surgical department Ns. Furaida Khasanah, M.Kep Medical surgical department Survey WHO, 2009 : angka kematian akibat penyakit kardiovaskular terus meningkat, thn 2015 diperkirakan 20 juta kematian DKI Jakarta berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang banyak digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang banyak digunakan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang banyak digunakan sebagai antikoagulan oral untuk terapi tromboembolisme vena dan untuk mencegah emboli sistemik

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH Oleh : YASMEEN BINTI MOHAMMED AKRAM 100100270 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke

BAB 1 PENDAHULUAN. Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke seluruh jaringan tubuh serta menarik darah kembali ke jantung. Ketidakmampuan jantung melakukan fungsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian di negara maju dan diperkirakan akan terjadi di negara berkembang pada tahun 2020 (Tunstall. 1994). Diantaranya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Infark miokard adalah nekrosis miokardial yang berkepanjangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Infark miokard adalah nekrosis miokardial yang berkepanjangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infark miokard adalah nekrosis miokardial yang berkepanjangan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen miokard. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangan jantung merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia. Banyak data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung menempati posisi pertama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman

BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pada tahun 2012 penyakit kardiovaskuler lebih banyak menyebabkan kematian daripada penyakit lainnya. Infark miokard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian pada orang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian pada orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangan jantung merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia. Banyak data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung menempati posisi pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering adalah berupa angina pektoris stabil (Tardif, 2010; Montalescot et al.,

BAB I PENDAHULUAN. paling sering adalah berupa angina pektoris stabil (Tardif, 2010; Montalescot et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada penyakit jantung koroner (PJK) terdapat kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan yang menyebabkan kondisi hipoksia pada miokardium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah sindrom koroner akut (Lilly, 2011). Sindom koroner akut (SKA) adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut,

B A B I PENDAHULUAN. negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut, B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab kematian tertinggi di negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut, penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung adalah sindroma klinis yang kompleks (sekumpulan tanda dan gejala) akibat kelainan struktural dan fungsional jantung. Manifestasi gagal jantung yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah otak berupa tersumbatnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Jantung Koroner 2.1.1 Definisi Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada pembuluh darah arteri koroner yang terdapat di jantung, yaitu terjadinya penyempitan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular yang terdiri dari penyakit jantung dan stroke merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian terjadi di negara berkembang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka a. Kardiovaskuler Penyakit kardiovaskular adalah penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Karena sistem kardiovaskular sangat vital, maka penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tidak menular puskesmas menunjukkan angka yang selalu meningkat ditiap tahun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tidak menular puskesmas menunjukkan angka yang selalu meningkat ditiap tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sudah tidak asing lagi bagi masyarakat umum saat ini mengingat kejadian yang terus meningkat. Data terbaru dari Riskesdas 2013 menunjukkan terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan pada lumen arteri koroner akibat arterosklerosis, atau spasme, atau gabungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit jantung koroner (PJK) yangmemiliki risiko komplikasi serius bahkan kematian penderita. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit jantung saat ini telah menjadi masalah serius di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan pembuluh darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil survei kesehatan nasional pada tahun 2001 menunjukkan bahwa: 26,3% penyebab kematian adalah penyakit jantung dan pembuluh darah, kemudian diikuti oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infark miokard merupakan perkembangan yang cepat dari nekrosis miokard yang berkepanjangan dikarenakan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard.

Lebih terperinci

Peri-procedural myocardial injury pada multi vessel disease: Hubungan dengan skor SYNTAX.

Peri-procedural myocardial injury pada multi vessel disease: Hubungan dengan skor SYNTAX. Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN Peri-procedural myocardial injury pada multi vessel disease: Hubungan dengan skor SYNTAX. Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang terhormat Assalamualaikum Wr. Wb. Saya yang bertanda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama di Indonesia (Mansjoer, 2000). Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penurunan kadar HsCRP dan tekanan darah antara pemberian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang. Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunya terdapat 10 juta

I. PENDAHULUAN. berkembang. Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunya terdapat 10 juta 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah penyakit multifaktoral dengan berbagai penyebab disertai manifestasi mayor, dan penyebab kecacatan dan kematian di negara-negara berkembang. Berdasarkan

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS TAHUN 2012 SKRIPSI

POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS TAHUN 2012 SKRIPSI POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS TAHUN 2012 SKRIPSI Oleh : SAMROTUL CHUSNA K 100 090 057 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah sindroma klinis yang ditandai dengan gejala khas iskemia miokard disertai elevasi segmen ST yang persisten

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MANFAAT ANTIPLATELET KOMBINASI ASPIRIN DAN KLOPIDOGREL DENGAN ASPIRIN TUNGGAL PADA STROKE ISKEMIK

PERBANDINGAN MANFAAT ANTIPLATELET KOMBINASI ASPIRIN DAN KLOPIDOGREL DENGAN ASPIRIN TUNGGAL PADA STROKE ISKEMIK Submitted : 21 Maret 2014 Accepted : 25 Juni 2014 Published : 30 Desember 2014 p-issn : 2088-8139 e-issn : 2443-2946 Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi PERBANDINGAN MANFAAT ANTIPLATELET KOMBINASI ASPIRIN

Lebih terperinci

Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN

Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN Faktor prognostik yang mempengaruhi mortalitas dan morbiditas pada pasien Sindroma Koroner Akut selama periode Januari sampai dengan Desember 2011 di RSUP. H. Adam Malik Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak stabil atau unstable angina (UA) dan infark miokard akut. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak stabil atau unstable angina (UA) dan infark miokard akut. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindrom koroner akut (SKA) atau serangan jantung mencakup angina tidak stabil atau unstable angina (UA) dan infark miokard akut. Berdasarkan perubahan elektrokardiografi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin

Lebih terperinci

Introduction to Cardiology and Vascular Medicine. Cardiology and Vascular Medicine

Introduction to Cardiology and Vascular Medicine. Cardiology and Vascular Medicine Introduction to Cardiology and Vascular Medicine Wulan Anggrahini Department of Cardiology and Vascular Medicine Gadjah Mada University disampaikan pada 4th Biomedical Engineering Forum Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Heparin Heparin adalah salah satu jenis obat golongan antikoagulan yang mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan

Lebih terperinci

Gambaran Profil Lipid pada Pasien Sindrom Koroner Akut di Rumah Sakit Khusus Jantung Sumatera Barat Tahun

Gambaran Profil Lipid pada Pasien Sindrom Koroner Akut di Rumah Sakit Khusus Jantung Sumatera Barat Tahun 167 Artikel Penelitian Gambaran Profil Lipid pada Pasien Sindrom Koroner Akut di Rumah Sakit Khusus Jantung Sumatera Barat Tahun 2011-2012 Fitri Zahara, Masrul Syafri, Eti Yerizel Abstrak Penyakit kardiovaskuler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kardiovaskuler merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot dan bekerja menyerupai otot polos, yaitu bekerja di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2012, diperkirakan sebanyak 17,5 juta orang di dunia

BAB I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2012, diperkirakan sebanyak 17,5 juta orang di dunia BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tahun 2012, diperkirakan sebanyak 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler dan 85% di antaranya meninggal karena serangan jantung dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian pertama pada negara-negara berkembang. Di Indonesia, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar(RISKESDAS)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negera berkembang.penyakit Jantung

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Eni Indrawati, FK UI, Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Eni Indrawati, FK UI, Universitas Indonesia 23 BAB 4 HASIL 4.1 Karakteristik Umum Sampel penelitian yang didapat dari studi ADHERE pada bulan Desember 25 26 adalah 188. Dari 188 sampel tersebut, sampel yang dapat digunakan dalam penelitian ini sebesar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menjadi masalah besar disetiap negara didunia ini, baik karena meningkatnya angka mortalitas maupun angka morbiditas

Lebih terperinci

Hubungan Kadar Troponin - T dengan Gambaran Klinis Penderita Sindroma Koroner Akut

Hubungan Kadar Troponin - T dengan Gambaran Klinis Penderita Sindroma Koroner Akut Hubungan Kadar Troponin - T dengan Gambaran Klinis Penderita Sindroma Koroner Akut Harris Hasan, Elias Tarigan Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan Abstrak: Petanda

Lebih terperinci

ABSTRAK... 1 ABSTRACT

ABSTRAK... 1 ABSTRACT DAFTAR ISI ABSTRAK... 1 ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR SINGKATAN... ix DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab kematian nomor satu di dunia. Acute Coronary Syndrome (ACS) adalah suatu istilah atau terminologi yang digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) adalah keadaaan dimana terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) adalah keadaaan dimana terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah keadaaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan miokardium terhadap oksigen yang disediakan oleh pembuluh darah koroner.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme

Lebih terperinci

Gambaran kadar glukosa darah pada pasien SKA di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari-Desember 2014

Gambaran kadar glukosa darah pada pasien SKA di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari-Desember 2014 Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016 Gambaran kadar glukosa darah pada pasien SKA di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari-Desember 2014 1 Hisky Malutu 2 Victor F. F.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. tindakan radiologi. Contrast induced nephropathy didefinisikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. tindakan radiologi. Contrast induced nephropathy didefinisikan sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Contrast induced nephropathy (CIN) merupakan salah satu komplikasi serius akibat pemakaian zat kontras berbahan dasar iodium yang dipakai dalam tindakan radiologi.

Lebih terperinci

GAMBARAN HEMATOLOGI PADA PASIEN SINDROM KORONER AKUT YANG DIRAWAT DI BLU RSUP PROF. Dr. R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2010

GAMBARAN HEMATOLOGI PADA PASIEN SINDROM KORONER AKUT YANG DIRAWAT DI BLU RSUP PROF. Dr. R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2010 GAMBARAN HEMATOLOGI PADA PASIEN SINDROM KORONER AKUT YANG DIRAWAT DI BLU RSUP PROF. Dr. R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2010 1 Bagus Yuvi Setyo Ramadhani 2 L. W. A. Rotty 2 Frans Wantania 1 Kandidat Skripsi Fakultas

Lebih terperinci