IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur. berbatasan langsung dengan garis pantai Laut Jawa. Kabupaten Lampung Timur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur. berbatasan langsung dengan garis pantai Laut Jawa. Kabupaten Lampung Timur"

Transkripsi

1 22 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu dari 15 kabupaten di Provinsi Lampung. Kabupaten ini berada di ujung Timur Provinsi Lampung yang berbatasan langsung dengan garis pantai Laut Jawa. Kabupaten Lampung Timur terbagi menjadi 24 kecamatan, yaitu Sukadana, Labuhan Maringgai, Jabung, Batanghari, Bumi Agung, Sekampung, Pekalongan, Way Jepara, Purbolinggo, Raman Utara, Marga Tiga, Sekampung Udik, Metro Kibang, Batanghari Nuban, Labuhan Ratu, Bandar Sribhawono, Mataram Baru, Melinting, Gunung Pelindung, Psair Sakti, Braja Selebah, Way Bungur, Waway Karya dan Marga Sekampung. Perbatasan wilayah Kabupaten Lampung Timur sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Tulang Bawang, sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa, Provinsi Banten dan DKI Jakarta, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan serta sebelah Barat berbatasan dengan Kota Metro dan Kabupaten Lampung Tengah (Pemerintah Kabupaten Lampung Timur, 2015). Peta Kabupaten Lampung Timur dapat dilihat pada Ilustrasi 4. Secara geografis, Kabupaten Lampung Timur terletak pada posisi 105º15' BT - 106º20' BT dan 4º37' LS - 5º37' LS. Secara topografi, kabupaten Lampung Timur berupa dataran yang terdiri dari lima jenis daerah yaitu daerah berbukit sampai bergunung (>200 m dpl), daerah berombak sampai bergelombang ( m dpl), daerah dataran alluvial (25-75 m dpl), daerah rawa pasang surut (0,5-1 m dpl), dan daerah aliran sungai (BPS Lampung Timur, 2015 dalam Pemerintah Kabupaten Lampung Timur (2015 ). Menurut Smith dan Ferguson dalam

2 23 Pemerintah Kabupaten Lampung Timur (2015 ) Kabupaten Lampung Timur termasuk dalam kategori iklim B, yang dicirikan oleh bulan basah selama 6 bulan yaitu Desember-Juni dengan temperatur rata-rata C. Curah hujan merata tahunan sebesar mm. Menurut Oldeman (1979) dalam Pemerintah Kabupaten Lampung Timur (2015 ), iklim Kabupaten Lampung Timur temasuk tipe C2 dengan jumlah bulan basah 5-6 bulan dan bulan kering 2-3 bulan. Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indonesia, 2012) Ilustrasi 4. Peta Kabupaten Lampung Timur.

3 24 Kabupaten Lampung Timur memiliki luas wilayah ha. Potensi daerah Kabupaten Lampung Timur dari sektor Agribisnis meliputi Lahan Sawah, Lahan Perkebunan dan Lahan Hutan. Total keseluruhan penggunaan lahan di Kabupaten Lampung Timur dengan tujuan Agribisnis mencapai ,89 ha atau 81,26 % dari total luas wilayah Kabupaten Lampung Timur dengan luas Lahan Sawah 36,89% serta luas Lahan Perkebunan dan Hutan 44,36% (BPS Lampung Timur, 2015 dalam Pemerintah Kabupaten Lampung Timur, 2015). Potensi daerah sektor pertanian di Kabupaten Lampung Timur dirangkum pada Tabel 2. Tabel 2. Potensi Daerah Sektor Agribisnis Kabupaten Lampung Timur No Luas (ha) % Lahan Sawah ,00 36,89 Lahan Perkebunan dan Hutan ,89 44,36 Total ,89 81, Gambaran Umum Gedung Walet di Kabupaten Lampung Timur Gedung walet yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 6 gedung yang terletak di Kecamatan Way Jepara, Bandar Sribhawono dan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Gedung-gedung tersebut kemudian di beri label untuk mempermudah pencatatan dengan label gedung A, B, C, D, E, dan F (Ilustrasi 5). Gedung A dan B terletak di Kecamatan Way Jepara, gedung C dan D berlokasi di Kecamatan Bandar Sribhawono serta gedung E dan F di Kecamatan Labuhan Maringgai.

4 25 Ilustrasi 5. Gedung Walet di Kabupaten Lampung Timur (a) gedung A; Way Jepara (b) gedung B; (c) gedung C; Bandar Sribhawono (d) gedung D; (e) gedung E; (f) gedung F Labuhan Maringgai Manajemen pengelolaan pada gedung penelitian ini menerapkan pengelolaan secara ekstensif, yaitu tidak adanya perlakuan tambahan seperti pemberian pakan dan penetasan buatan, pengelola hanya melakukan pemanenan sarang. Menurut Nazaruddin dan Widodo (2008) pemanenan yang dapat diterapkan pada pengelolaan gedung walet yaitu pola panen buang telur, rampasan dan tetasan. Pemanenan yang dilakukan pada gedung walet A, B, C, D, E maupun F dilakukan dengan tidak mengikuti pola panen diatas, melainkan dengan

5 26 cara menggabungkan ketiga pola panen sehingga ketika proses pemanenan semua sarang di dalam gedung dipanen tanpa diseleksi. Pemanenan sarang dilakukan setiap tiga bulan sekali atau 4 kali dalam setahun. Gedung walet di Kabupaten Lampung Timur memiliki usia yang hampir seragam yaitu berkisar antara tahun. Pembangunan gedung A, C dan D dilakukan pada tahun 2000, gedung B dan F dibangun pada tahun 2001 serta gedung E dibangun pada tahun Bentuk dan tingginya gedung juga tidak jauh berbeda yaitu berbentuk persegi panjang dengan jumlah lantai tiga tingkat. Karakteristik fisik gedung walet yang diteliti di Kabupaten Lampung Timur dijabarkan dalam Tabel 3. Tabel 3. Karakteristik Gedung Walet Gedung Ukuran Kolam Air Atap Sirip A B C D E F 3 lantai 8x5x3m/lantai 3 lantai 12x9x3m/lantai 3 lantai 10x8x3m/lantai 3 lantai 10x8x3m/lantai 3 lantai 6x4x3m/lantai 3 lantai 8x6x3m/lantai Ada, di lantai 1 posisi di tengah ruangan Ada, di dalam gedung lantai 1 posisi di tengah ruangan dan sisi kiri-kanan, di luar gedung posisi sisi kirikanan. Ada, di dalam gedung lantai 1 posisi di tengah ruangan dan sisi kiri-kanan, di luar gedung posisi sisi kirikanan. Ada, di dalam gedung lantai 1 posisi di tengah ruangan dan sisi kiri-kanan, di luar gedung posisi sisi kirikanan. Ada, di lantai 1 posisi di tengah ruangan Ada, di lantai 1 posisi di tengah ruangan Genting Genting Genting Genting Genting Genting Persegi Persegi Persegi Persegi Persegi Persegi

6 27 Dari segi ukuran, gedung B merupakan gedung yang memiliki luas ruangan yang paling besar, selanjutnya gedung C dan D, lalu F dan A, dan yang paling kecil yaitu gedung E. Tidak ada aturan khusus mengenai luas gedung walet, melainkan ukuran gedung walet disesuaikan dengan modal pelaku usaha. Lain hal nya dengan jarak antara lantai dengan sirip atau tinggi ruangan, menurut Taufiqurohman (2002) sebaiknya tinggi ruangan lebih dari 2 meter, karena semakin tinggi ruangan akan semakin banyak menampung udara yang akan menciptakan suhu udara yang lebih sejuk. Tinggi ruangan pada gedung A, B, C, D, E dan F yaitu 3 m, artinya ruangan pada gedung walet A, B, C, D, E dan F mampu menampung udara yang cukup. Kolam air pada gedung A, E dan F tidak sebanyak kolam air pada gedung B, C, dan D. Pada gedung A, E dan F kolam air hanya terdapat di dalam gedung pada pertengahan lantai 1, sedangkan pada gedung B, C, dan D kolam air tidak hanya terdapat pada pertengahan melainkan juga pada sisi kiri dan kanan lantai 1, serta terdapat di luar gedung. Menurut Adiwibawa (2000) beberapa perlengkapan gedung dapat ditambahkan untuk mencapai iklim mikro yang optimum salah satunya yaitu dengan membuat kolam air. Volume air di sekitar gedung dapat membantu menurunkan suhu dan melembabkan udara di dalam gedung. Atap yang digunakan oleh ke-6 gedung yang diamati yaitu atap genting. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga kestabilan suhu di dalam gedung, sesuai dengan pernyataan Nazarrudin dan Widodo (2008) bahwa atap gedung Burung Walet sebaiknya menggunakan atap genting, karena atap asbes, seng dan atap beton tidak dapat menjaga kestabilan suhu di dalam gedung. Sirip yang dipasang pada plafon gedung berbentuk persegi dengan bahan kayu Meranti. Sirip pada gedung Walet sebaiknya berbahan kayu yang tidak

7 28 mudah terkena jamur, tidak beraroma menyengat, tidak mudah lapuk seperti kayu jati, dan harganya terjangkau seperti kayu meranti (Nazarrudin dan Widodo, 2008). Bentuk sirip melintang dari arah datangnya Burung Walet, agar dapat memutus cahaya yang datang dari lubang masuk Burung Walet sehingga intensitas cahaya dapat optimum. Gedung yang menggunakan sirip bentuk persegi akan lebih banyak menghasilkan sarang sudut, hal ini diakibatkan oleh Burung Walet lebih menyukai membuat sarang pada bidang sudut dibandingkan dengan pada bidang datar (Nazarrudin dan Widodo, 2008). 4.3 Habitat Mikro Burung Walet Habitat mikro Burung Walet adalah lingkungan di dalam gedung tempat Burung Walet beristirahat, membuat sarang, bertelur dan membesarkan anak-anak walet yang baru menetas. Habitat mikro bersifat setempat sehingga dapat dengan mudah dikondisikan sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan Burung Walet. Kondisi habitat mikro diatur dengan meniru kondisi habitat aslinya seperti mengatur temperatur, kelembaban dan instensitas cahaya layaknya di dalam gua. Kondisi seperti ini akan tercapai dengan cara pemilihan bahan dan desain bangunan yang tepat serta menambahkan alat-alat pendukung. Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan dengan menggunakan thermometer dan hygrometer digital selama tiga hari. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban di dalam gedung Burung Walet A, B, C, D, E dan F ditunjukkan pada Tabel 4.

8 29 Tabel 4. Hasil Pengukuran Temperatur dan Kelembaban Temperatur ( C) Kelembaban (%) Gedung Min. Maks. Ratarata Min. Maks. Ratarata Way Jepara A 28,29 32,64 30,47 69,22 75,78 72,50 B 27,57 30,24 28,91 78,11 86,89 82,50 Seluruh Gedung 27,93 31,44 29,69 81,34 73,67 77,50 B. Sribhawono C 27,66 30,34 29,00 78,00 87,56 82,78 D 27,59 30,37 28,98 77,44 86,33 81,89 Seluruh Gedung 27,63 30,36 28,99 77,72 86,95 82,33 L. Maringgai E 28,64 32,86 30,75 66,67 77,67 72,17 F 28,60 32,78 30,69 66,00 77,67 71,83 Seluruh Gedung 28,62 32,82 30,72 66,34 77,67 72,00 Lampung Timur Rata-rata 28,05 31,53 29,80 72,57 81,98 77,27 Berdasarkan Tabel 4 rata-rata temperatur gedung yang berada di tiga Kecamatan Way Jepara, B. Sribhawono dan Labuhan Maringgai yaitu 29,69 C; 28,99 C; dan 30,72 C. Nilai temperatur minimum berada pada gedung B dengan suhu 27,57 C, dan suhu maksimum berada di gedung E dengan nilai 32,86 C. Suhu optimum gedung walet menurut Mardiastuti dkk (1998) yaitu C dengan kelembaban relatif berkisar 85-98%. Sementara menurut Sofwan dan Winarso (2005) berkisar C dengan kelembaban 70-95%. Dengan kisaran tersebut, gedung B, C, dan D telah mencapai suhu dan kelembaban optimum, sedangkan suhu di gedung A, E dan F melebihi kisaran meskipun kelembaban udara masih berada pada kisaran optimum. Tingginya suhu di gedung A, E dan F disebabkan oleh kurangnya kubangan air di dalam gedung tersebut sebagai pencegah kenaikan suhu dan penambah kelembaban. Gedung B, C, dan D

9 30 dilengkapi dengan 2 kolam di luar gedung (Ilustrasi 3) sehingga kondisi di dalam gedung dapat mencapai suhu dan kelembaban yang optimum. Ilustrasi 6. Kolam Air di Luar Gedung (a) gedung B; (b) gedung C; (c) gedung D. Suhu dan kelembaban optimum di dalam gedung dibutuhkan Burung Walet sebagai zona nyaman Burung Walet untuk beristirahat. Suhu dan kelembaban yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan mengurangi produktivitas sarang dan mengganggu kenyamanan Burung Walet (Ibrahim dkk., 2009). Pengukuran intensitas cahaya gedung dilakukan dengan menggunakan luxmeter. Intensitas cahaya pada seluruh ruangan gedung Walet A-F yaitu 0 lux, kecuali pada lantai 3 gedung E dan F yang memiliki intensitas cahaya sebesar 7 dan 6 lux.hasil pengukuran intensitas cahaya di dalam gedung walet seperti pada Tabel 5.

10 31 Tabel 5. Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya Gedung Intensitas Cahaya Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 A B C D E F Menurut Francis (1987) intensitas cahaya yang disukai oleh Burung Walet untuk bersarang adalah 0 lux (gelap total). Nilai intensitas cahaya di lantai tiga rumah Burung Walet E dan F melebihi 0 lux dikarenakan terdapat dua lubang masuk Burung Walet yang mengahadap arah datangnya sinar matahari (barat dan timur) sehingga cahaya masuk dengan mudah. Burung Walet (Collocalia fuciphaga) memilih tempat yang pencahayaannya mendekati 0 lux atau gelap total sebagai tempat meletakkan sarangnya. Hal ini berkaitan dengan fungsi sarang sebagai tempat Burung Walet beristirahat, sehingga Burung Walet membutuhkan lokasi yang sesuai dengan zona nyamannya. Oleh karena itu ruang gedung yang berintensitas tinggi akan menurunkan produksi sarang atau bahkan tidak akan dihuni oleh Burung Walet (Marhiyanto dkk. 1996). Mardiastuti dkk. (1998) menyatakan bahwa untuk mendapatkan kondisi rumah dengan intensitas cahaya 0 lux dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan menempatkan pintu Burung Walet di bagian utara atau selatan. Cara lain untuk mendapatkan cahaya 0 lux di dalam ruangan gedung walet yaitu: (1) meminimalkan jumlah dan ukuran lubang masuk, (2) menempatkan kotak kayu tepat di dalam lubang masuk untuk mengarahkan cahaya yang masuk pada suatu titik tertentu, (3) menempatkan karung goni di

11 32 depan pintu Burung Walet agar cahaya yang masuk tertahan karung, dan (4) menutup permanen semua pintu dan jendela bagi rumah Burung Walet yang berasal dari bangunan tua. 4.4 Habitat Makro Burung Walet Habitat makro merupakan daerah tempat Burung Walet untuk mencari pakan dan berkembang biak. Jenis habitat sumber pakan di Kabupaten Lampung Timur meliputi Sawah dan Tegalan yang terdiri dari lahan sawah, tegalan dan kebun tanaman musiman, Lahan Basah yang terdiri dari kolam, tambak, sungai, danau dan laut serta Daerah Berhutan yang terdiri dari perkebunan tanaman karet, kakao, akasia dan tumbuhan kayu lainnya. Data luas habitat sumber pakan di tiga Kecamatan dijabarkan pada Tabel 6. Tabel 6. Luas Habitat Sumber Pakan Total Sawah dan Daerah Lahan Basah Lahan Tegalan Berhutan Kecamatan Sumber (ha) (%) (ha) (%) (ha) (%) Pakan Way Jepara (Gedung A dan B) , , ,04 B. Sribhwono (Gedung C dan D) , , ,19 L. Maringgai (Gedung E dan F) , , ,59 Sumber : Pemerintah Kabupaten Lampung Timur (2015) Kecamatan Way Jepara memiliki luas sawah dan tegalan sebanyak 68,54% dari total keseluruhan luas habitat sumber pakan, lahan basah 11,41%, dan daerah berhutan 20,04%. Luas sumber pakan di Kecamatan Bandar Sribhawono meliputi sawah dan tegalan 37,24%, lahan basah 9,56% dan daerah berhutan 53,19%.

12 33 Luas habitat sumber pakan di kabupaten Labuhan Maringgai meliputi 41,79 % daerah sawah dan tegalan, 37,61% lahan berair, dan 20,59% daerah berhutan. Habitat makro Burung Walet adalah di sekitar pantai dan daerah yang ditumbuhi banyak tanaman atau hutan (Gosler, 2007 dalam Hakim, 2011). Habitat makro sangat penting bagi kelangsungan hidup Burung Walet karena serangga pakan Burung Walet bergantung pada kondisi habitat makronya yang terdiri dari area bervegetasi dan berair. Ketersediaan serangga pakan Burung Walet tersebut bergantung pada kondisi iklim dan luasnya lokasi habitat serangga sebagai penyedia tempat dan makanan (Hakim, 2011). Menurut Soehartono dan Mardiastuti (2003 ), habitat mencari pakan yang paling cocok untuk spesies Collocalia fuciphaga adalah campuran antara sawah dan tegalan (50%), lahan basah (20%), dan daerah berhutan (30%). Komposisi ini berkaitan dengan habitat serangga yang paling disukai oleh Burung Walet. Urutan serangga yang paling disukai oleh Burung Walet yaitu serangga yang berasal dari ordo Hymenoptera dan Homoptera yang hidup di daerah sawah dan tegalan, Diptera yang hidup di daerah lahan berkayu, dan Ephemenoptera yang hidup di lahan basah (Adiwibawa, 2000). Pada Tabel 6. menunjukkan bahwa tidak ada kecamatan yang memiliki luas habitat sumber pakan yang mendekati kisaran yang ditentukan oleh Soehartono dan Mardiatuti (2003). Meskipun demikian, bukan berarti ketiga kecamatan di atas merupakan tempat yang tidak cocok bagi habitat Burung Walet, karena menurut Mardiastuti dkk. (1998) kemampuan Burung Walet dalam menjelajah home range mencapai radius km, maka tidak menutup kemungkinan Burung Walet akan mecari pakan di luar area sekitar tempat tinggalnya. Jarak

13 34 yang ditempuh Burung Walet untuk menjangkau lokasi sumber pakan diuraikan pada Tabel 7. Tabel 7. Jarak gedung ke Lokasi Sumber Pakan Gedung Sawah dan Tegalan (km) Lahan Basah (km) Perkebunan dan Hutan (km) Rata-rata (km) A 2,44 4,36 5,44 4,08 B 0,74 7,23 7,89 5,28 C 1,53 2,57 2,27 2,12 D 1,53 2,57 2,27 2,12 E 0,62 0,79 1,21 0,87 F 0,70 0,79 1,21 0,90 Keterangan : Pengukuran menggunakan GPS Rata-rata jarak gedung A, B, C, D, E dan F ke lokasi sumber pakan sejauh 4,08 km, 5,28 km, 2,12 km, 2,12 km, 0,87 km, dan 0,90 km. Rata-rata jarak gedung ke lokasi sumber pakan pada ke-6 gedung tentu dapat dijangkau oleh Burung Walet yang memiliki kemampuan menjelajah wilayah sejauh 25-40km Mardiastuti dkk. (1998). Menurut Michael (1995) dalam Balai Besar Pembenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (2013) kepadatan populasi serangga di lapangan tidak hanya ditentukan oleh tersedianya sumberdaya seperti makanan dan ruang tempat hidup, melainkan ada dua faktor penting lainnya yaitu (1) kemampuan sera ngga untuk memperoleh pakan, seperti mencari pakan di beberapa vegetasi (2) waktu atau kesempatan dalam memanfaatkan laju pertumbuhan yang tinggi, misalnya keadaan iklim yang menguntungkan untuk pertumbuhan. Maka dari itu, suatu wilayah yang memiliki sumberdaya sebagai penyedia pakan serangga juga harus memiliki kondisi iklim yang mendukung bagi perkembangan serangga. Kondisi iklim di Kabupaten Lampung Timur tahun pada 2015 diurai pada Tabel 8.

14 35 Tabel 8. Iklim Kabupaten Lampung Timur Tahun 2015 Temperatur ( C) Kelembaban (%) Curah Hujan (mm) Minimum 22, Maximum 33, Rata-rata 27, Total/tahun 1976 Sumber : Pemerintah Kabupaten Lampung Timur (2015) Kabupaten Lampung Timur termasuk dalam kategori iklim B, yang dicirikan oleh bulan basah selama 6 bulan yaitu Desember-Juni dengan temperatur rata-rata C (Geotopografi Lampung Timur, 2016). Pada tahun 2015, suhu rata-rata di Kabupaten Lampung Timur sebesar 27,85 0 C, kelembaban rata-rata 82% dan curah hujan 1976 mm pertahun. Suhu, Kelembaban dan Curah Hujan tersebut mendukung pertumbuhan serangga sebagai sumber pakan Burung Walet. Jumar (2000) menyatakan bahwa kisaran suhu habitat makro yang efektif adalah suhu minimum 15 0 C, suhu optimum 25 0 C dan suhu maksimum 45 0 C. Suhu ratarata di Kabupaten Lampung Timur termasuk kedalam suhu optimum untuk pertumbuhan serangga, sehingga kemampuan serangga untuk menghasilkan keturunan sangat tinggi dan kemungkinan mortalitas rendah. Bagi serangga pada umumnya kisaran toleransi terhadap kelembaban udara yang optimum terletak di dalam titik rentang % (Jumar, 2000). Kelembaban udara di Kabupaten Lampung Timur berkisar antara 76-88% artinya kelembaban udara di Kabupaten Lampung Timur merupakan kisaran kelembaban optimum bagi perkembangan hidup serangga.

15 Produksi Sarang Produksi sarang Burung Walet di Kabupaten Lampung Timur diukur menggunakan data sekunder yang diperoleh langsung dari peternak. Data produksi sarang Burung Walet diurai dalam Tabel 9. Tabel 9. Produksi Sarang di Kabupaten Lampung Timur Gedung Produksi Sarang/ Rataan (gram) Simpangan baku Koefisien Variasi Pendugaan Parameter Way Jepara A 19,000 0,736 3,87 18,415 µ 19,585 B 22,627 1,751 7,74 21,235 µ 24,020 Seluruh Gedung 20,814 B.Sribawono C 22,813 0,807 3,54 22,171 µ 23,454 D 22,344 0,598 2,68 21,868 µ 22,820 Seluruh Gedung 22,580 L.Maringgai E 18,229 1,458 8,00 17,069 µ 19,989 F 19,479 0,496 2,55 19,085 µ 19,874 Seluruh Gedung 18,854 Lampung Timur Rata-rata 20,479 2,066 4,73 18,311 µ 22,647 Berdasarkan Tabel 9 rata-rata produksi sarang Burung Walet di Kabupaten Lampung Timur dalam satuan gram/ yaitu sebesar 20,479 gram/. Rata-rata produksi sarang Burung Walet di Kecamatan Bandar Sribhawono yaitu sebesar22,580 gram/, nilai rata-rata ini lebih besar dibandingkan dengan kecamatan Way Jepara maupun Labuhan Maringgai yang hanya memiliki ratarata produksi sebesar 20,814 gram/ dan 18,854 gram/. Gedung yang memiliki nilai produksi di bawah rata-rata adalah gedung A, E dan F dengan nilai produksi 19,000 gram/, 18,229 gram/, dan 19,479 gram/. Sementara

16 37 gedung yang memiliki nilai produksi di atas rata-rata yaitu gedung B, C dan D dengan nilai produksi 22,627 gram/, 22,813 gram/, dan 22,344 gram/. Produksi gedung B, C dan D lebih besar dari pada produksi gedung A, E dan F. Nilai produksi gedung A dan B berbeda meskipun gedung A dan B berada di Wilayah yang sama yaitu Way Jepara. Gedung B memiliki habitat mikro yang optimum, sedangkan gedung A di luar kisaran optimum. Hal ini menunjukkan bahwa produksi sarang tidak dipengaruhi oleh habitat makro melainkan dipengaruhi oleh habitat mikro. Proses pemanenan sarang Burung Walet sarang putih (Collocalia fuciphaga) di Gedung A, B, C, D, E maupun F dilakukan sebanyak 4 kali dalam satu tahun atau pemanenan dilakukan setiap 3 bulan. Pola panen yang digunakan yaitu dengan cara memanen semua sarang yang menempel pada sirip tanpa mempertimbangkan keberadaan telur ataupun anak walet (piyik). Artinya pemanenan pada gedung walet di Kabupaten Lampung Timur menggunakan pola panen rampasan, buang telur dan tetasan dalam satu waktu. Dengan menerapkan pola campuran secara berturut-turut selama satu tahun penuh akan mengurangi kesempatan Burung Walet untuk melakukan perkembangbiakannya, sehingga pola pemanenan ini akan menurunkan populasi Burung Walet secara perlahan. Hal ini tidak sesuai dengan Kepmenhut Nomor 449/Kpts-II/1999 yang menjelaskan bahwa pemanenan sarang Burung Walet dilakukan dalam rangka pembinaan populasi sehingga pemanenan sarang Burung Walet harus dengan memperhatikan kelestariannya.

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan

Lebih terperinci

Identifikasi Habitat dan Produksi Sarang Burung Walet (Collocalia fuciphaga)... Turaina Ayuti

Identifikasi Habitat dan Produksi Sarang Burung Walet (Collocalia fuciphaga)... Turaina Ayuti IDENTIFIKASI HABITAT DAN PRODUKSI SARANG BURUNG WALET (Collocalia fuciphaga) DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR SWIFTLET (Collocalia fuciphaga) NEST PRODUCTION AND HABITAT IDENTIFICATION AT EAST LAMPUNG DISTRICT

Lebih terperinci

10jO15'-106"20' Bujur Timur dan 4"37'-j"37' Lintang Selatan, dengall batas-

10jO15'-10620' Bujur Timur dan 437'-j37' Lintang Selatan, dengall batas- V. GAMBARAN UMUM WLAYAH DAN PRODUKS UB KAYU D DAERAH PENELTAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat 11 Lampung Timur rnembentang pada posisi 10jO15'-106"20' Bujur Timur dan 4"37'-j"37' Lintang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Kabupaten Lampung Timur Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang Undang Nomor 12 Tahun 1999, diresmikan pada tanggal 27 April 1999 dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sesuai dengan syarat tumbuh bagi tanaman perkebunan. Salah satu

I. PENDAHULUAN. yang sesuai dengan syarat tumbuh bagi tanaman perkebunan. Salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mengembangkan komoditas perkebunan. Hal ini didukung dengan keadaan iklim dan tanah di Indonesia yang sesuai dengan syarat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL 18 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur Geografis Secara geografis, Kabupaten Lampung Timur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 19 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografi dan Wilayah Administrasi Kabupaten Lampung Timur adalah salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang memiliki luas wilayah sekitar 5.325,03 km 2 atau

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Taksonomi dan Deskripsi Burung Walet Terdapat beberapa jenis Burung Walet yang ditemukan di Indonesia diantaranya Burung Walet Sarang Putih, Burung Walet Sarang Hitam, Burung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rakyat akan pangan, meningkatkan pendapatan petani, membantu. memantapkan swasembada pangan serta meningkatkan produksi tanaman

I. PENDAHULUAN. rakyat akan pangan, meningkatkan pendapatan petani, membantu. memantapkan swasembada pangan serta meningkatkan produksi tanaman 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan rakyat akan pangan, meningkatkan pendapatan petani, membantu memantapkan swasembada pangan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Kabupaten Lampung Timur Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999, diresmikan pada tanggal 27 April 1999 dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 60 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Kondisi Wilayah Propinsi Lampung 1. Geografi Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dengan luas wilayah 35.288,35 Km2.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor pertanian sebagai tumpuan sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk. Keberadaan pertanian

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Wilayah 1. Kecamatan Sekampung Udik Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan Sekampung Udik merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Kondisi Geografi dan Topografi Lokasi Penelitian

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Kondisi Geografi dan Topografi Lokasi Penelitian IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografi dan Topografi Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Lampung Timur Kabupaten Lampung Timur adalah salah satu kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia. Ibu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

Secara Geografis Propinsi Lampung terletak pada kedudukan Timur-Barat. Lereng-lereng yang curam atau terjal dengan kemiringan berkisar antara 25% dan

Secara Geografis Propinsi Lampung terletak pada kedudukan Timur-Barat. Lereng-lereng yang curam atau terjal dengan kemiringan berkisar antara 25% dan IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITMN 4.1 Geografi Propinsi Lampung meliputi areal seluas 35.288,35 krn2 termasuk pulau-pulau yang terletak pada bagian sebelah paling ujung tenggara pulau Sumatera. Propinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kota Metro Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara geografis terletak pada 5,6 0 5,8 0 lintang selatan dan 105,17 0-105,19

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

3,35 3,96 Jumlah

3,35 3,96 Jumlah HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Haurgeulis secara geografis terletak di ujung Barat Kabupaten Indramayu dan terletak antara 107 o 51 107 o 54 Bujur Timur dan 6 o 35 6 o 35

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Wilayah Propinsi Lampung 1. Geografi Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dengan luas wilayah 35.288,35 Km 2. Propinsi

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Lampung Timur Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Lampung Timur Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Lampung Timur Tahun 2013 sebanyak 192.256 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Lampung Timur Tahun 2013 sebanyak sepuluh Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperlihatkan dan menguraikan keadaan dari

Lebih terperinci

USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT. Suyadi L

USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT. Suyadi L USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT Suyadi L200100015 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 1 Tentang Burung Walet Burung Walet merupakan burung pemakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya adalah upaya yang dilakukan oleh

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya adalah upaya yang dilakukan oleh 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah yang melibatkan masyarakat sebagai steakholder serta pihak swasta, secara bersama-sama untuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang Barat berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan di Indonesia terletak pada pembangunan bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan di Indonesia terletak pada pembangunan bidang ekonomi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prioritas pembangunan di Indonesia terletak pada pembangunan bidang ekonomi dengan lebih difokuskan di sektor pertanian, karena sektor pertanian yang berhasil merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedaulatan Pangan, Kemandirian Pangan, dan Ketahanan Pangan. tanaman khususnya padi (Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, 2015).

I. PENDAHULUAN. Kedaulatan Pangan, Kemandirian Pangan, dan Ketahanan Pangan. tanaman khususnya padi (Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, 2015). 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyebutkan bahwa penyelenggaraan Pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografi dan Wilayah Administrasi Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu bagian dari wilayah Propinsi Lampung dengan luas wilayah administrasi sekitar 5 325.03

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian atau riset merupakan suatu usaha untuk mencari pembenaran dari suatu permasalahan hingga hasilnya dapat ditarik kesimpulan dan dari hasil penelitian yang diperoleh

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Daerah penelitian mencakup wilayah Sub DAS Kapuas Tengah yang terletak antara 1º10 LU 0 o 35 LS dan 109 o 45 111 o 11 BT, dengan luas daerah sekitar 1 640

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Burung Walet ( Collocalia fuciphaga) Habitat Burung Walet

TINJAUAN PUSTAKA Burung Walet ( Collocalia fuciphaga) Habitat Burung Walet TINJAUAN PUSTAKA Burung Walet (Collocalia fuciphaga) Collocalia fuciphaga merupakan spesies dari burung walet yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Menurut MacKinnon (1995), spesies ini berukuran

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. individu untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya dengan layak. Kemisikinan

I. PENDAHULUAN. individu untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya dengan layak. Kemisikinan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan adalah salah satu masalah yang sering muncul di tengah kehidupan masyarakat. Kemiskinan secara umum adalah suatu ketidakmampuan individu untuk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas 29 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 35 IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Barat Menurut Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (2011) bahwa Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian 33 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Wilayah dan Kependudukan Kabupaten Maluku Tengah merupakan Kabupaten terluas di Maluku dengan 11 Kecamatan. Kecamatan Leihitu merupakan salah satu Kecamatan

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : DATA UMUM : Geografi DATA SATUAN TAHUN 2015 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Luas Wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 84 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 o 14 sampai dengan 105 o 45 Bujur Timur dan 5

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI PUSAT KONSERVASI GAJAH DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS, LAMPUNG TIMUR

BAB III TINJAUAN LOKASI PUSAT KONSERVASI GAJAH DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS, LAMPUNG TIMUR BAB III TINJAUAN LOKASI PUSAT KONSERVASI GAJAH DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS, LAMPUNG TIMUR 3.1. Tinjauan Wilayah Kabupaten Lampung Timur 3.1.1. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Lampung Timur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif yaitu penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif yaitu penelitian dilakukan 45 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif yaitu penelitian dilakukan untuk memperlihatkan dan menguraikan keadaan dari objek penelitian. Menurut

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian Bab 3 Deskripsi Daerah Penelitian 25 III.1. Pengantar Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, dengan mengambil studi kasus praktik pendidikan dan pembelajaran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Komoditas Unggulan Perikanan Budidaya

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Komoditas Unggulan Perikanan Budidaya 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Komoditas Unggulan Perikanan Budidaya Salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat adalah dengan pengembangan komoditas unggulan daerah.

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun dan meliputi wilayah yang luas. Secara garis besar Iklim dapat terbentuk karena adanya: a. Rotasi dan revolusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan alam melimpah berupa flora dan fauna. Indonesia juga memiliki potensi besar dalam pengembangan usaha peternakan lebah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2) KABUPATEN / KOTA : LAMPUNG SELATAN 18.01 LAMPUNG SELATAN 55.514 521.839 1.09.353 1 18.01.04 NATAR 92.463 9.998 12.461 2 18.01.05 TANJUNG BINTANG 39.40 32.90 2.440 3 18.01.06 KALIANDA 62.805 58.683 121.488

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

01 GAMBARAN UM AKSI DAERA 04 TINDAK LANJUT

01 GAMBARAN UM AKSI DAERA 04 TINDAK LANJUT MEMPRAKTIKA AN PANCASILA Di KABUPATEN L LAMPUNG TIMUR Oleh: CHUSN NUNIA Bupati Lamp pung Timur Pada Acara Fest tival HAM 2016 Bojonegoro, 1 Desember 2016 KERANGKA PAPARAN 01 GAMBARAN UM MUM 02 VISI DAN

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Dilihat dari peta Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Grobogan terletak diantara dua pegunungan kendeng yang membujur dari arah ke timur dan berada

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik 47 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kabupaten Pringsewu 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang

Lebih terperinci

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG 101 GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG Wilayah Pegunungan Kendeng merupakan bagian dari Kabupaten Pati dengan kondisi umum yang tidak terpisahkan dari kondisi Kabupaten Pati. Kondisi wilayah Pegunungan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Utara 1. Kondisi Geografis Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Lampung. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta). a. Peletakkan dan Jumlah Sarang Seriti. Dari hasil perhitungan jumlah sarang seriti yang ada di bawah jembatan dan di dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial Kabupaten Tulang Bawang merupakan wilayah yang dilalui oleh jalan lintas sumatera. Kecamatan Menggala merupakan pertemuan antara jalan lintas timur sumatera

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim, kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari laut yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber daya hayati dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Budidaya laut (marinecultur) merupakan bagian dari sektor kelautan dan perikanan yang mempunyai kontribusi penting dalam memenuhi target produksi perikanan. Walaupun

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebuah masyarakat dibidang ekonomi. Oleh sebab itu untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebuah masyarakat dibidang ekonomi. Oleh sebab itu untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan secara umum diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Seringkali kemajuan yang dimaksud adalah kemajuan material. Maka,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Kabupaten Dompu secara geografis terletak di antara 117 o 42 dan 180 o 30 Bujur Timur dan 08 o 6 sampai 09 o 05 Lintang Selatan. Kabupaten Dompu

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas HPGW secara geografis terletak diantara 6 54'23'' LS sampai -6 55'35'' LS dan 106 48'27'' BT sampai 106 50'29'' BT. Secara administrasi pemerintahan HPGW

Lebih terperinci