Tania Octavianty 1, Herawati 2, Ethika 3 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tania Octavianty 1, Herawati 2, Ethika 3 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING DALAM INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE Tania Octavianty 1, Herawati 2, Ethika 3 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta taniaoctavianty30@gmail.com Abstract This study aimed to analyze the factors that may affect underpricing, which is the size, underwriters, offer, total assets, and insiders. The samples in this study using purposive sampling method that produces a sample of 67 companies that conduct an initial public offering (IPO) The results showed that partially variable size and underwriters significant effect on the level of underpricing, while offer, total assets and insiders does not significantly influence the level of underpricing. The results showed that simultaneously size, underwriters, offer, total assets and Insiders of simultaneously can be used to analyze the level underpricing in the IPO. Keywords: Underpricing, Size, Underwriters, Offer, Total Asets, Insiders Pendahuluan Dengan semakin berkembangnya perekonomian maka perusahaan akan semakin membutuhkan dana untuk membiayai segala kebutuhan perusahaan. Ada dua cara pembiayaan tersebut yaitu perolehan melalui hutang dan peningkatan modal. Pembiayaan melalui hutang bisa diperoleh dengan cara melakukan pinjaman dengan pihak ketiga, misalnya pinjaman dari bank, atau penerbitan notes payable atau bond payable (obligasi). Dengan cara pembiayaan ini perusahaan dapat berinvestasi dengan keterbatasan ekuitas, namun sering kali hutang membebani perusahaan, dikarnakan nilai debt to equty ratio (DER) yang terlalu besar, lalu yang menjadi pertimbangan selanjutnya adalah mambayar bunga dan angsuran pinjaman yang harus dibayar oleh perusahaan. Peningkatan modal tersebut dapat dilakukan dengan cara penerbitan saham baru untuk dijual kemasyarakat, dalam melakukan penjualannya harga ditentukan oleh emiten dan underwriter. Investor yang ingin membeli, sudah mengetahui harga yang ditawarkan, dan mereka bisa memesan melalui perusahaan sekuritas atau broker. (Sulistiawan dan Arni, 2004) Jika harga saham pada saat IPO pada awal pembukaan lebih rendah 1 Mahasiswa Akuntansi, Program S1, Jurusan Akuntansi, Universitas Bung Hatta Padang 2 Dosen Tetap, Jurusan Akuntansi, Universitas Bung Hatta Padang 3 Dosen Tetap, Jurusan Akuntansi, Universitas Bung Hatta Padang

2 dibandingkan dengan harga penutupan pada hari pertama di pasar sekunder, maka akan terjadi fenomena underpricing, yang dimana harga rendah pada saat penawaran dipasar perdana. Perusahaan yang melakukan IPO sering mengalami fenomena underpricing. Sebaliknya, apabila harga saat pembukaan IPO lebih tinggi dibandingkan dengan harga saham pada saat penutupan pada hari pertama di pasar sekunder, maka fenomena ini disebut overpricing. (Kristiantari, 2012). Pada tahun 2013 ada 31 perusahaan yang melakukan IPO, dari perusahaan yang IPO tersebut ada yang mengalami underpricing, ada Sekitar 27 perusahaan yang mengalami underpricing pada saat IPO atau sekitar 77,4% dari penawaran yang dilakukan pada saat IPO. Sedangkan 7 perusahaan atau sekitar 22,6% perusahaan tidak mengalami underpricing, dikarenakan harga pembukaan pada saat IPO lebih tinggi dari pada harga penutupan di pasar sekunder. ( Menurut Hasan dan Waisman (2010) ukuran penawaran dapat menggambarkan jumlah dari penawaran pada saat IPO. Perusahaan yang melakukan penawaran dengan ukuran yang besar akan lebih mempermudah underwriter dalam memperkenalkan perusahaan ke publik, karena ukuran penawaran yang tinggi akan menurunkan tingkat underpricing. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hasan dan Waisman (2010), Junaeni dan Agustian (2013), menunjukan hasil bahwa ukuran penawaran berpengaruh signifikan terhadap underpricing IPO. Underwriter sebagai penjamin emisi memiliki fungsi yang sangat membantu perusahaan dalam melakukan penawaran saham perdananya di bursa efek. Menurut Tambunan (2013) Proses penawaran saham tersebut sangat membutuhkan underwriter untuk menentukan harga penawaran saham pada saat IPO. Pihak calon emiten tentu berharap sahamnya dapat dijual dengan harga setinggi mungkin, sedangkan underwriter berkeinginan saham dapat terserap oleh investor publik. Tetapi dengan adanya asimetri informasi antara calon emiten dan underwriter, dikarnakan informasi lebih yang didapat underwriter mengenai bursa efek, akan menyebabkan underpricing. Jadi underwriter hanya berani mematok harga rendah dibandingkan nilai wajarnya guna untuk mengurangi pembelian saham yang tidak laku terjual. Alasannya, apabila seluruh saham tidak laku terjual, underwriter akan membeli saham tersebut karena adanya penjaminan full commitment yang 2

3 mewajibkan underwriter membeli sisa saham yang tidak laku terjual. Untuk itu, pihak underwriter akan berusaha menekan harga semurah mungkin, meskipun tidak selamanya demikian, karena semakin tinggi dana yang berhasil didapat, semakin tinggi pula underwriting fee. Tambunan (2013) pada penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Kristiantari (2013), Junaeni dan Agustian (2013), Johnson (2010), Triani dan Nikmah (2006), menunjukan bahwa reputasi underwriter memiliki pengaruh yang signifikan terhadap underpricing IPO. Sedangkan penelitian dari Irawati (2009), Yolana dan Martani (2005) menunjukan bahwa reputasi underwriter tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap underpricing IPO. Menurut Wulandari dan Haryanto (2011), apabila semakin besar persentase saham yang ditawarkan kepada masyarakat maka tingkat ketidakpastiannya akan semakin kecil, dan pada akhirnya akan menurunkan tingkat underpricing juga. Triani dan Nikmah (2006) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa persentase saham yang yang ditawarkan memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap initial return. Dikarnakan semakin tinggi persentase saham yang ditawarkan, akan menyebabkan semakin rendahnya kemungkinan akan terjadi underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dan Haryanto (2011), Hasan dan Waisman (2010) menunjukan hasil bahwa persentase saham yang ditawarkan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap underpricing IPO. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Triani dan Nikmah (2006) menunjukan hasil sebaliknya yaitu persentase saham yang ditawarkan tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing IPO. Perusahaan pada saat go public juga dapat dilihat dari total aset yang dimiliki perusahaan sebelum melakukan IPO, perusahaan dengan total aset yang besar tentu saja akan lebih menyakinkan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Menurut Hasan dan Waisman (2010) perusahaan yang memiliki total aset sedikit sebelum melakukan IPO akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. Karena memiliki tingkat resiko yang besar juga bagi investor yang akan menanamkan modalnya. Tambunan (2013) menyatakan bahwa, bagi investor yang akan membeli saham kiranya perlu mencermati perubahan komposisi permodalan dan pemegang saham sebuah perusahaan sebelum dan sesudah melakukan IPO. Penelitian yang dilakukan 3

4 Kristiantari (2013), Triani dan Nikmah (2006), Yolana dan Martani (2005), Irawati (2009) menunjukan hasil bahwa total aset underpricing. Sedangkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Sulistio (2005) dan penelitian Wulandari dan Haryanto (2011) menunjukan hasil penelitian bahwa total aset tidak underpricing. Persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh keluarga atau manager juga dapat mempengaruhi tingkat underpricing, karena dengan semakin banyaknya saham yang dilepas ke masyarakat, tentu akan membuat perbedaan proporsi kepemilikan saham pada suatu perusahaan. Menurut Junaeni dan Agustian (2013) persentase kepemilikan saham para pemilik lama menjadi sinyal yang berharga yang dapat mencerminkan nilai perusahaan. Penurunan dalam proporsi kepemilikan saham dari pemilik lama yang ditunjukan oleh penawaran saham baru kepada investor luar adalah sinyal negatif. Sebaliknya, semakin tinggi persentase saham yang ditahan oleh pemilik lama, merupakan sinyal positif bagi pasar. Hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Hasan dan Waisman (2010), Sulistio (2005) menunjukan hasil bahwa persentase kepemilikan saham underpricing IPO. Penelitian mengenai underpricing pada saat IPO telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, baik diluar negeri maupun didalam negeri. Dikarnakan masih banyak hasil penelitian yang belum konsisten, peneliti ingin melakukan penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian yang berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING DALAM INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE Teori dan Pengembangan Hipotesis Underpricing Menurut Kristiantari (2012) underpricing adalah harga penawaran dipasar perdana lebih rendah dibandingkan dengan harga penutupan di pasar sekunder yang diperdagangkan di Bursa Efek. Sedangkan overpricing merupakan kondisi dimana harga penawaran perdana lebih tinggi daripada harga penutupan di pasar sekunder. Menurut Puspita (2011) 4

5 fenomena underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan go public, karena dana yang diperoleh perusahaan atau emiten tidak maksimal, tetapi di lain pihak menguntungkan para investor. Fenomena underpricing dapat terjadi karena adanya asymetric information theory yang telah dikemukakan oleh Rock (1986), Baron (1986), Beatty dan Ritter (1986), lalu signaling theory yang dikemukakan oleh Michaely dan Shaw (1994), Su dan Fleisher (1997). Kedua teori tersebut dapat menjelaskan terjadinya fenomena underpricing pada saat penawaran perdana. Underpricing pada umumnya terjadi pada saham yang nilai sahamnya lebih rendah pada saat penawaran awal di pasar perdana. Ukuran Penawaran Menurut Hasan dan Waisman (2010) Ukuran penawaran adalah jumlah penawaran awal pada saat IPO. Jumlah penawaran tersebut tidak mengukur dari besarnya perusahaan. Ukuran penawaran sama dengan harga penawaran dikalikan dengan total saham yang terjual. Pada saat melakukan penawaran saham akan terdapat aliran kas masuk dari proceeds. Proceeds menunjukan besarnya aliran penawaran pada saat IPO. (Junaeni dan Agustian, 2013) Ukuran penawaran dapat digunakan sebagai proceeds. Proceeds menunjukan aliran kas masuk yang besar pada perusahaan saat IPO. Semakin besar proceeds akan menyebabkan Semakin tinggi ukuran penawaran yang dilakukan dan akan menurunkan tingkat underpricing pada saat IPO, atau dapat disebut juga memiliki pengaruh yang negatif terhadap underpricing. Seperti penelitian Hasan dan Waisman (2010), Junaeni dan Agustian (2013) yang telah membuktikan bahwa ukuran penawaran berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Berdasarkan hal ini diajukan hipotesis sebagai berikut. H1 : Ukuran Penawaran berpengaruh signifikan terhadap underpricing Penjamin Emisi (Underwriter) Underwriter atau penjamin emisi adalah orang yang menangani emisi perdana suatu perusahaan agar penawaran perdana tersebut berjalan dengan sukses, dikarnakan calon emiten tidak dapat menjual sendiri sahamnya kepada masyarakat secara langsung. (Samsul, 2006). Underwriter yang memiliki reputasi yang tinggi akan lebih mempunyai kepercayaan diri terhadap kesuksesan IPO. 5

6 Dengan demikian underwriter yang memiliki reputasi tinggi lebih berani memberikan harga yang tinggi sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminannya, sehingga tingkat underpricing pun rendah. Kristiantari (2012) Dengan semakin tingginya reputasi underwriter maka akan semakin rendah kemungkinan terjadinya underpricing atau dapat disebut berpengaruh negatif terhadap underpricing. Hasan dan Waisman (2010), Kristiantari (2013), Junaeni dan Agustian (2013), Sulistio (2005), Johnson (2010), Triani dan Nikmah (2006), telah membuktikan bahwa reputasi underwriter memiliki pengaruh yang signifikan terhadap underpricing, sedangkan penelitian Irawati (2009), Yolana dan Martani (2005), menunjukan hasil bahwa reputasi underwriter tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap underpricing IPO. Berdasarkan hal ini diajukan hipotesis sebagai berikut. H2 : Underwriter berpengaruh signifikan terhadap Underpricing Persentase Penawaran Saham Persentase penawaran adalah saham yang ditawarkan kepada publik dibagi dengan jumlah saham yang beredar dikalikan seratus persen. Saham yang ditawarkan adalah harga rata-rata batas paling rendah dan tinggi dari penawaran saat IPO. (Hasan dan Waisman, 2010). Persentase penawaran saham mencerminkan seberapa banyak masyarakat yang tertarik pada perusahaan tersebut. Dengan persentase penawaran yang besar maka tingkat ketidakpastiannya akan semakin kecil, dan akhirnya akan menurunkan tingkat underpricing. Wulandari dan Haryanto (2011) Jika semakin tinggi tingkat persentase penawaran saham yang terjadi maka akan semakin rendah tingkat underpricing pada saat IPO. Hasan dan Waisman (2010), Wulandari dan Haryanto (2011), penelitiannya telah membuktikan bahwa persentase penawaran saham berpengaruh signifikan terhadap underpricing, sedangkan penelitian Triani dan Nikmah (2006), menunjukan hasil bahwa persentase penawaran saham tidak underpricing. Berdasarkan hal ini diajukan hipotesis sebagai berikut. H3 : Persentase Penawaran Saham Underpricing Total Aset Aset adalah total semua aset lancar ditambah dengan total aset tidak lancar 6

7 yang dimiliki perusahaan. Aset sama juga dengan sumber-sumber daya yang mengandung nilai ekonomis yang dimiliki (atau dikuasai oleh) perusahaan dan digunakan untuk menghasilkan arus kas dimasa datang. (Tambunan, 2013). Total aset dapat diukur dengan melihat jumlah aset yang dimiliki perusahaan sebelum melakukan IPO. (Hasan dan Waisman, 2010). Perusahaan yang memiliki total aset yang besar akan membuat investor lebih percaya dalam menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Aset yang dimiliki perusahaan mencerminkan besar atau kecilnya perusahaan tersebut Semakin besar perusahaan tersebut maka akan semakin rendahnya tingkat underpricing. Penelitian yang dilakukan Kristiantari (2013), Triani dan Nikmah (2006), Yolana dan Martani (2005), Irawati (2009) menunjukan hasil bahwa total aset underpricing. Sedangkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Sulistio (2005) dan penelitian Wulandari dan Haryanto (2011) menunjukan hasil penelitian bahwa total aset tidak underpricing. Berdasarkan hal ini diajukan hipotesis sebagai berikut. H4 : Total Aset berpengaruh signifikan terhadap Underpricing Persentase Kepemilikan Saham Menurut Hasan dan Waisman (2010) Persentase kepemilikan saham adalah tingkat kepemilikan yang dipertahankan oleh pemegang saham lama. Jika pemegang saham lama tetap mempertahankan saham yang dimilikinya, berarti perusahaan memberikan sinyal yang positif terhadap pasar. (Junaeni dan Agustian, 2013) Persentase kepemilikan saham yang dimiliki pemegang saham lama tentunya akan sangat mempengaruhi penilaian publik atas perusahaan tersebut. Bagi perusahaan yang memiliki kualitas baik, tentu saja pemilik saham lama perusahaan tersebut akan mempertahankan proporsi saham yang dimilikinya. Jika semakin tinggi persentase kepemilikan saham oleh pemilik lama, maka akan semakin rendah tingkat underpricing yang terjadi pada saat IPO. Hasan dan Waisman (2010), Sulistio (2005) membuktikan bahwa persentase kepemilikan saham memiliki pengaruh signifikan terhadap underpricing. Berdasarkan hal ini diajukan hipotesis sebagai berikut. H5 : Persentase Kepemilikan Saham Underpricing 7

8 Metodologi Penelitian ini mengambil populasi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengambil sampel perusahaan yang go public periode , dengan kriteria sampel saham perusahaan yang mengalami underpricing, yaitu perusahan yang harga penawaran saham pada saat IPO lebih rendah dibandingkan dengan harga saat penutupan dipasar sekunder pada hari pertama. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Setelah data dikelompokkan maka diperoleh 67 perusahaan yang sesuai dengan kriteria. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Underpricing adalah harga penawaran dipasar perdana lebih rendah dibandingkan dengan harga penutupan pada hari pertama dipasar sekunder. (Kristiantari, 2012). Underpricing pada saat IPO dapat diukur dengan harga penutupan dihari pertama dikurangi dengan harga penawaran perdana lalu dibagi dengan harga penawaran perdana. Menurut Hasan dan Waisman (2010) Ukuran penawaran adalah jumlah penawaran awal pada saat IPO. Jumlah penawaran tersebut tidak mengukur dari besarnya perusahaan. Variabel ukuran penawaran dapat diproksikan menggunakan harga penawaran dikalikan dengan jumlah saham yang terjual. Underwriter atau penjamin emisi adalah orang yang menangani emisi perdana suatu perusahaan agar penawaran perdana tersebut berjalan dengan sukses, dikarnakan calon emiten tidak dapat menjual sendiri sahamnya kepada masyarakat secara langsung. (Samsul, 2006). Pengukuran variabel penjamin emisi (underwriter) menggunakan variabel dummy. Penentuan penjamin emisi yang memiliki reputasi yang tinggi digunakan skala 1, dan 0 untuk penjamin emisi yang tidak memiliki reputasi yang tinggi. Persentase penawaran adalah saham yang ditawarkan kepada publik lalu dibagi dengan jumlah saham yang beredar dikalikan seratus persen. Saham yang ditawarkan adalah harga rata-rata batas paling rendah dan tinggi dari penawaran saat IPO. (Hasan dan Waisman, 2010). Aset adalah total semua aset lancar ditambah dengan aset tidak lancar yang dimiliki perusahaan. Aset sama juga dengan sumber-sumber daya yang mengandung nilai ekonomis yang dimiliki (atau dikuasai oleh) perusahaan dan digunakan untuk menghasilkan arus kas dimasa datang. (Tambunan, 2013). Total aset diproksikan dengan menggunakan logaritma natural dari total aktiva 8

9 perusahaan pada periode terakhir sebelum perusahaan melakukan IPO. Menurut Hasan dan Waisman (2010) Persentase kepemilikan saham adalah tingkat kepemilikan yang dipertahankan oleh pemegang saham lama. Jika pemegang saham lama tetap mempertahankan saham yang dimilikinya, berarti perusahaan memberikan sinyal yang positif terhadap pasar. Variabel ini diukur dengan melihat berapa proporsi saham yang dimiliki pemegang saham lama setelah IPO. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : UP = a + b 1 SIZE + b 2 UWR + b 3 OFFER + b 4 ASSET + b 5 INSIDER + e Keterangan : a : Konstanta b 1 -b 5 : Koefisien Regresi UP : Underpricing SIZE : Ukuran Penawaran UWR : Underwriter OFFER : Persentase Penawaran ASSET : Total Aset INSIDER : Persentase Kepemilikan e : Error Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Sebelum dilakukannya analisis regresi linier berganda terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri atas uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Hasil dan Pembahasan Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif, uji outlier, uji asumsi klasik (uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi), uji R 2, uji F, dan uji t. Dalam pengujian hipotesis penulis menggunakan analisis regresi linier berganda. Setelah melakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Dapat disimpulkan tidak terdapat masalah asumsi klasik dalam penelitian ini. Hasil Uji kelayakan model (uji F) menunjukkan nilai F adalah sebesar 23,002 dengan probabilitas 0,000, karena nilai probabilitas lebih kecil dibandingkan nilai alpha 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk menganalisa tingkat underpricing saham pada saat IPO. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan untuk koefisisen determinasi (R 2 ), nilai adjusted R 2 adalah sebesar 0,625 atau 62,5%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang diteliti mampu menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen sebesar 62,5%. Hasil pengujian hipotesis dapat dilahat dari tabael 1 dibawah ini : 9

10 Variabel Independen Tabel 1 Hasil Pengujian Hipotesis Koef. Regresi Nilai t Prob Α Ukuran penawaran 0,778 9,456 0,000 0,05 Underwriter -0,182-2,164 0,034 0,05 Persentase Penawaran -0,124-1,529 0,132 0,05 Saham Total Aset 0,023 0,259 0,797 0,05 Persentase Kepemilikan Saham -0,126-1,620 0,110 0,05 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS16.0 Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa ada dua variabel independen yang digunakan kedalam model regresi memiliki pengaruh signifikan, hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi ukuran penawaran atau X1 sebesar 0,000 dan underwriter atau X2 sebesar 0,034. Kedua variabel independen tersebut memiliki nilai dibawah 0,05. Sedangkan ketiga variabel independen lainnya yang digunakan juga dalam model regresi tidak memiliki pengaruh signifikan, hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi persentase penawaran saham atau X3 sebesar 0,132, total aset atau X4 sebesar 0,797 dan persentase kepemilikan saham atau X5 sebesar 0,110. Ketiga variabel independen tersebut nilainya diatas 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hanya ukuran penawaran dan underwriter yang dapat mempengaruhi tingkat underpricing saham pada saat IPO secara individual. Berdasarkan pada hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa variabel ukuran penawaran memiliki nilai koefisien regresi positif dengan nilai 0,778 dan nilai probabilitas dari variabel ukuran penawaran adalah 0,000 (lebih kecil dari 0,05). Variabel underwriter berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing, hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya adalah sebesar 0,034 dengan memiliki koefisien regresi bertanda negatif dengan nilai - 0,182. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai probabilitas sebesar 0,034 < alpha 0,05. Sedangkan variabel persentase penawaran saham tidak underpricing. hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,132 yang lebih besar dari 0,05, dengan nilai koefisien regresi yang bertanda negatif sebesar - 1,529. Variabel total aset memiliki angka probabilitas sebesar 0,797 yang berarti lebih besar dari nilai alpha 0,05 dengan koefisien regresi yang bertanda positif sebesar 0,259. Variabel persentase kepemilikan saham memiliki nilai signifikan lebih besar dari nilai alpha 0,05 yaitu sebesar 0,110 dengan koefisien regresi bertanda negatif yaitu sebesar - 10

11 1,620, yang artinya bahwa persentase penawaran saham, total aset dan persentase kepemilikan saham tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat underpricing saham pada saat IPO. Kesimpulan Berdasarkan pada analisis dan pembahasan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan hasil penelitian yang merupakan pemecahan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ditemukan bahwa ukuran penawaran tingkat underpricing, dikarenakan ukuran penawaran pada saat IPO dapat menentukan tinggi atau rendahnya tingkat underpricing suatu perusahaan. 2. Ditemukan bahwa underwriter tingkat underpricing, dikarnakan dengan semakin tingginya reputasi underwriter dapat menyebabkan rendahnya kemungkinan terjadinya underpricing pada suatu perusahaan. 3. Ditemukan bahwa persentase penawaran saham tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing, hal ini dikarnakan banyaknya masyarakat yang tertarik pada perusahaan tersebut belum dapat mencerminkan pengaruhnya terhadap tingkat underpricing. 4. Ditemukan bahwa total aset tidak tingkat underpricing, hal ini dikarnakan total aset yang besar belum dapat mempengaruhi tingkat underpricing suatu perusahaan saat penawaran perdana. 5. Ditemukan bahwa persentase kepemilikan saham tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing, hal ini dikarnakan semakin besarnya persentase kepemilikan saham yang dipertahankan oleh pemilik lama belum dapat mempengaruhi tingkat underpricing saham pada saat IPO. Saran Sesuai dengan keterbatasan penelitian peneliti mengajukan saran yang dapat memberikan manfaat positif bagi : 1. Peneliti dimasa mendatang disarankan untuk memperpanjang periode observasi data yang digunakan, dengan menggunakan waktu observasi data lebih dari 5 tahun untuk mengatasi kekurangan jumlah sampel dalam penelitian. 2. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk dapat menambah variabel lain 11

12 yang mungkin lebih berpengaruh terhadap underpricing. seperti profitabilitas, financial laverage, umur perusahaan, dan jenis industri. Daftar Pustaka Baron, D.P A Model of The Demand for Investment Bank Advising and Distribution Services for New Issues. Journal of Finance. Vol. 45. Beatty, R. P. and J. R. Ritter Investment Banking, Reputation and The Underpricing of Initial Offerings. Journal of Financial Economics. Vol. 15. P Ghozali, Imam Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gumanti, Tatang Ari dan Nafisah Alkaf Underpricing dalam Penawaran Perdana dan Penawaran Saham Susulan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 8. No. 1. Hasan, Iftekhar and Maya Waisman Going Public: An Empirical Investigation of U.S Bound Israeli IPOs. New York University Salomon Center and Wiley Periodicals, inc. Irawati, Sarma Uli Analisis Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Initial Return pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Universitas Gunadarma. Johnson Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Harga Saham IPO Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Jurnal. Junaeni, Irawati dan Rendi Agustian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di BEI. Jurnal Ilmiah WIDYA. Vol. 1, No. 1. Kristiantari, I Dewa Ayu Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas Udayana. Kristiantari, I Dewa Ayu Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika. Vol. 2, No. 2. Michaely, Roni and Wayne H. Shaw The Pricing of Initial Public Offerings: Test of Advese Selection and Signaling Theories. The Review of Financial Studies Summer. Vol. 7. No. 2. P Reilly, Frank. K and Keith. C. Brown Invesment Analisis and Portfolio Management. USA: South Western Lenguage Learning. Rock, K Why New Issues are Underpriced. Journal of Financial Economics. Vol. 15. P Samsul, Mohamad Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Surabaya: Erlangga. Sekaran, Uma Research Methods for Business, A Skill Building Approach. John Wiley and Sons, inc 12

13 Siregar, Sofyan Metoda Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Penerbit Kencana Su, Dongwei and Belton M. Fleisher An Empirical Investigation of Underpricing in Chinese IPOs. Sulistiawan, Dedhy dan Felizia Arni R Fenomena Penawaran Perdana Saham di Indonesia. Unitas. Vol.12, No. 1 Sulistio, Helen Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Initial Return. Seminar Nasional Akuntansi VIII. Solo. Tambunan, Andi Porman Analisis Saham Pasar Perdana (IPO). Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Triani, Apriliani dan Nikmah Reputasi Penjamin Emisi, Reputasi Auditor, Persentase Penjamin Emisi, Ukuran Perusahaan dan Fenomena Underpricing. Seminar Nasional Akuntansi IX. Padang. Undang undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Wulandari, Afifah dan Mulyo Haryanto Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (IPO). Jurnal. Yolana, Chastina dan Dwi Martani Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEJ tahun Seminar Nasional Akuntansi VIII. Solo

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh reputasi underwriter,

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh reputasi underwriter, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh reputasi underwriter, umur perusahaan, ukuran perusahaan, Return On Equity (ROE), dan financial leverage pada underpricing pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan berkembangnya perekonomian Indonesia, banyak perusahaan yang melakukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan memerlukan dana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Underpricing Yolana dan Martani (2005) mendefinisikan underpricing adalah adanya selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan adalah dengan menjual saham ke masyarakat umum melalui pasar

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan adalah dengan menjual saham ke masyarakat umum melalui pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan dana untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan dapat ditempuh dengan berbagai upaya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan mencapai keuntungan sebesar-besarnya. Untuk lebih meningkatkan kinerja perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan dari luar perusahaan adalah melalui mekanisme penyertaan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan dari luar perusahaan adalah melalui mekanisme penyertaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Salah satu alternatif pendanaan dari luar perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan tersebut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk mencapai atau memperoleh laba maksimal, mengembangkan perusahaan serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjual surat berharganya di pasar modal. Dapat dikatakan bahwa pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjual surat berharganya di pasar modal. Dapat dikatakan bahwa pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal Perusahaan yang membutuhkan dana atau ingin menambah dana dapat menjual surat berharganya di pasar modal. Dapat dikatakan bahwa pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran sebagai sarana investasi bagi investor dan alternatif sumber dana bagi perusahaan tentunya sangat memberikan manfaat dan keuntungan bagi

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Variabel Keuangan, Non Keuangan dan Ekonomi Makro terhadap Underpricing

Judul : Pengaruh Variabel Keuangan, Non Keuangan dan Ekonomi Makro terhadap Underpricing Judul : Pengaruh Variabel Keuangan, Non Keuangan dan Ekonomi Makro terhadap Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEI Nama : Putu Iin Sulistyawati Nim : 1306305118 Abstrak Perusahaan yang akan go

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penawaran umum saham perdana dikenal dengan istilah Initial Public

BAB I PENDAHULUAN. Penawaran umum saham perdana dikenal dengan istilah Initial Public 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penawaran umum saham perdana dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO). Penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membayar hutang dan modal kerja (Porman, 2013:59). Underpricing terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. membayar hutang dan modal kerja (Porman, 2013:59). Underpricing terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Underpricing adalah selisih harga penawaran perdana lebih rendah dibandingkan harga penutupan saham perusahaan di pasar sekunder pada hari pertama (Jogiyanto, 2009:34).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini didukung dengan kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini didukung dengan kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan terjadi secara dinamis di segala bidang. Perkembangan tersebut terasa sangat berdampak pada bidang perekonomian dunia, hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada perekonomian dewasa ini, banyak perusahaan yang mempunyai keinginan untuk mengembangkan usahanya. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan mengadakan

Lebih terperinci

harga, yaitu penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah

harga, yaitu penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana merupakan usaha perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat dengan menerbitkan saham baru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada umumnya, tujuan perusahaan adalah untuk mencapai atau memperoleh laba maksimal, mengembangkan perusahaan serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going concern).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yaitu, melalui penambahan jumlah kepemilikan saham dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yaitu, melalui penambahan jumlah kepemilikan saham dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya, perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan untuk menambah modal usahanya. Salah satu alternatif sumber pendanaan

Lebih terperinci

Skripsi FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PADA PENERBITAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK JAKARTA

Skripsi FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PADA PENERBITAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK JAKARTA Skripsi FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PADA PENERBITAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK JAKARTA Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya melakukan usaha pendanaan untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya melakukan usaha pendanaan untuk memenuhi kebutuhan BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka mempertahankan eksistensi maupun mengembangkan usahanya, perusahaan pada umumnya melakukan usaha pendanaan untuk memenuhi kebutuhan dana bagi

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : Underpricing, Reputasi Auditor, Size, Return on Assets, Financial Leverage

Abstrak. Kata kunci : Underpricing, Reputasi Auditor, Size, Return on Assets, Financial Leverage Judul : Reputasi Auditor Sebagai Pemoderasi Pengaruh Size, Return On Assets dan Financial Leverage pada Tingkat Underpricing Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia Nama : Pande Kadek Ary Raditya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji pengaruh variabel

BAB V PENUTUP. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji pengaruh variabel BAB V PENUTUP Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji pengaruh variabel ukuran perusahaan dan kinerja keuangan dengan indikator ROA, Financial Leverage dan Likuiditas terhadap underpricing

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anonim. (2010). Indonesian Capital Market Directory. The Compilation. 20 Tahun

DAFTAR PUSTAKA. Anonim. (2010). Indonesian Capital Market Directory. The Compilation. 20 Tahun DAFTAR PUSTAKA Ali, S., dan Hartono, J. (2003). Pengaruh Pemilihan Metode Akuntansi Terhadap Tingkat Underpricing Saham Perdana. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 6 (1), hal 41-53. Anonim. (2010). Indonesian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengapa perusahaan memutuskan go public adalah: (1) pendiri perusahaan ingin

BAB I PENDAHULUAN. mengapa perusahaan memutuskan go public adalah: (1) pendiri perusahaan ingin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alternatif sumber permodalan yang dipilih oleh perusahaan yaitu melakukan go public atau menawarkan sahamnya ke publik. Dua alasan utama mengapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sumber pendanaan selain sumber-sumber. Banyaknya perusahaan yang telah memutuskan go public akan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sumber pendanaan selain sumber-sumber. Banyaknya perusahaan yang telah memutuskan go public akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi saat ini semakin berkembang. Banyak perusahaan mengembangkan usahanya melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan modal. Untuk memenuhi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA SAAT INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA SAAT INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA SAAT INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) Maryati 130462201071 Inge Lengga Sari Munthe, SE.Ak., M.Si, CA Tumpal Manik, M.Si Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, perusahaan-perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, perusahaan-perusahaan dihadapkan pada berbagai tantangan di tengah persaingan yang semakin ketat. Perusahaan yang ingin

Lebih terperinci

Accounting Analysis Journal

Accounting Analysis Journal AAJ 2 (2) (2013) Accounting Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj PENYEBAB UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI INDONESIA Eka Retnowati Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dunia usaha dan investasi untuk investor. Setiap perusahaan tentu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. untuk dunia usaha dan investasi untuk investor. Setiap perusahaan tentu memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu tempat dimana sering terjadinya permintaan dan penawaran modal. Peran pasar modal sangat penting sebagai sumber pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan berjalannya waktu kebutuhan akan penambahan modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan dalam mengembangkan dan menjalankan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN UMUM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN UMUM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA Jurnal Akuntansi Bisnis Lismawati, Vol. 02 No. Munawaroh 02 Mei 2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN UMUM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh Lismawati Munawaroh ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambahan dana dalam rangka mengembangkan usahanya yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. tambahan dana dalam rangka mengembangkan usahanya yang sedang berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat, banyak perusahaan melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan modalnya dalam rangka mengembangkan usahanya. Salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Fenomena underpricing dikemukakan Alteza (2010), yaitu signaling

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Fenomena underpricing dikemukakan Alteza (2010), yaitu signaling BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Signalling Fenomena underpricing dikemukakan Alteza (2010), yaitu signaling hypothesis. Dalam konteks ini underpricing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh modal tersebut adalah dengan melakukan go public. Go public

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh modal tersebut adalah dengan melakukan go public. Go public BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan yang berbasis bisnis adalah perusahaan yang bertujuan untuk memaksimalisasi nilai perusahaan dan mencari keuntungan yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin ketat. Salah satu kendala yang kerap kali dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin ketat. Salah satu kendala yang kerap kali dihadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan didirikan dengan harapan bahwa perusahaan tersebut dapat mempertahankan kelangsungan usahanya dan berkembang dalam jangka waktu yang panjang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah menjual saham

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah menjual saham BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan mempunyai berbagai cara alternatif untuk memperoleh sumber pendanaan dalam mengembangkan suatu usaha. Salah satu alternatif pendanaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usahanya adalah dengan cara melakukan go public. Dana yang diperoleh dalam go

BAB I PENDAHULUAN. usahanya adalah dengan cara melakukan go public. Dana yang diperoleh dalam go BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara bagi perusahaan yang sedang berkembang untuk mendapatkan tambahan dana dalam rangka pembiayaan dan pengembangan usahanya adalah dengan cara melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di pasar modal atau disebut juga dengan go public. Adapun tujuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. di pasar modal atau disebut juga dengan go public. Adapun tujuan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai suatu entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan mencari keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan yang berbasis bisnis yang baik adalah perusahaan yang bertujuan untuk memaksimalisasi nilai dari pemilik perusahaan dan mencari keuntungan sebesar-besarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada publik atau yang

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada publik atau yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan penambahan modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Hal ini mendorong manajemen untuk memilih salah satu alternatif-alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan go public. Dalam proses go public, sebelum diperdagangkan di pasar

BAB I PENDAHULUAN. dengan go public. Dalam proses go public, sebelum diperdagangkan di pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Salah satu alternatif pendanaan dari luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai cara dan keinginan untuk mengembangkan usahanya, salah satunya dengan mengadakan ekspansi. Untuk ekspansi tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasar Modal Pasar diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk saling mengadakan pertukaran barang dan jasa. Pengertian pasar modal atau bursa efek adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang mau ikut menanamkan modalnya pada perusahaan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang mau ikut menanamkan modalnya pada perusahaan. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejalan dengan berkembangnya perekonomian Indonesia, banyak perusahaan yang melakukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan memerlukan dana yang relatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena secara sistematis melalui pernyataan hubungan antar variabel.

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena secara sistematis melalui pernyataan hubungan antar variabel. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomenafenomena. Teori-teori

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini menjelaskan hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Sifat penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. mewujudkannya dengan kebutuhan dana yang semakin besar pula.

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. mewujudkannya dengan kebutuhan dana yang semakin besar pula. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang pesat menjadikan suatu perusahaan terus bersaing secara kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pengembanagan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada publik atau sering dikenal dengan go public di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada publik atau sering dikenal dengan go public di pasar modal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk mengembangkan dan memperluas usahanya. Salah satu keterbatasan perusahaan dalam mengembangkan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. data dari perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (penawaran saham

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. data dari perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (penawaran saham BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian Deskripsi obyek dalam penelitian ini menjelaskan hasil perolehan sampel dan data dari perusahaan yang melakukan Initial Public Offering

Lebih terperinci

Repositori STIE Ekuitas

Repositori STIE Ekuitas Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2016-02-13 Pengaruh Persentase Saham Yang Ditawarkan Dan Solvability Ratio Terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode

BAB III METODE PENELITIAN. di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek atau populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (IPO). Penelitian ini menggunakan sampel pada seluruh perusahaan

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Pengaruh Financial Leverage, Return On Equity (ROE) dan Firm Size terhadap Tingkat Underpricing (Studi Kasus pada Perusahaan Non Keuangan yang Melakukan Initial Public

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk go public untuk yang pertama kalinya, saham dilepas terlebih

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk go public untuk yang pertama kalinya, saham dilepas terlebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu tempat dimana terjadinya permintaan dan penawaran modal. Peran pasar modal sangat penting sebagai sumber pembiayaan untuk perusahaan

Lebih terperinci

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-10 Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan go public, pihak menguntungkan para investor (Johnson,2011).

BAB I PENDAHULUAN. underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan go public, pihak menguntungkan para investor (Johnson,2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Underpricing adalah selisih positif antara harga saham dibursa efek dengan harga saham di pasar perdana pada saat IPO. Selisih harga inilah yang dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offerings)

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offerings) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Aktivitas penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offerings) merupakan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh tambahan modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adler Haymans, (2013:2) bahwa sumber pendanaan perusahaan. pemegang saham lama atau kepada publik. Namun perusahaan lebih sering

BAB I PENDAHULUAN. Adler Haymans, (2013:2) bahwa sumber pendanaan perusahaan. pemegang saham lama atau kepada publik. Namun perusahaan lebih sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Perusahaan saat ini sudah banyak yang berkembang dan berlomba untuk mengembangkan bisnisnya, salah satu cara yaitu, dengan melakukan ekspansi. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan memerlukan modal yang jumlahnya cukup besar.

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan memerlukan modal yang jumlahnya cukup besar. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan didirikan dengan harapan bahwa perusahaan tersebut dapat mempertahankan kelangsungan usahanya, berkembang dengan pesat, dan dapat bersaing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dependen adalah IPO underpricing, sedangkan ukuran dewan,

BAB III METODE PENELITIAN. dependen adalah IPO underpricing, sedangkan ukuran dewan, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini yang akan digunakan sebagai variabel dependen adalah IPO underpricing, sedangkan ukuran dewan, independensi dewan komisaris, reputasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jogiyanto (1998) dan Anggarwal et al. (2001) mengemukakan bahwa salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Jogiyanto (1998) dan Anggarwal et al. (2001) mengemukakan bahwa salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan penting yang dihadapi oleh hampir semua perusahaan adalah bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan operasionalnya. Jogiyanto (1998)

Lebih terperinci

PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI PROSPEKTUS IPO TERHADAP TINGKAT UNDERPRICED DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI PROSPEKTUS IPO TERHADAP TINGKAT UNDERPRICED DI BURSA EFEK INDONESIA 0 PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI PROSPEKTUS IPO TERHADAP TINGKAT UNDERPRICED DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara variabel-variabel melalui analisis data dalam pengujian hipotesis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara variabel-variabel melalui analisis data dalam pengujian hipotesis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah pengujian hipotesis yang menjelaskan sifat dari hubungan antar variabel, yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausalitas

Lebih terperinci

Surya Adriansyah Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Kepulauan Riau

Surya Adriansyah Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Kepulauan Riau PENGARUH REPUTASI UNDERWRITER, RETURN ON ASSET, RETURN ON EQUITY, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING PADA PENAWARAN UMUM PERDANA DI BEI PERIODE 2011-2013 Surya Adriansyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperjualbelikan sekuritas, atau secara formal pasar modal dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. memperjualbelikan sekuritas, atau secara formal pasar modal dapat juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar Modal (capital market) merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : return on asset, earning per share, ukuran perusahaan, financial leverage, initial return. viii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci : return on asset, earning per share, ukuran perusahaan, financial leverage, initial return. viii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Initial return adalah keuntungan yang diterima oleh investor di pasar sekunder karena terjadinya underpricing pada saham perusahaan yang melakukan Initial Public Offering. Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

The Influence of Non Financial Information Variable on Underpricing At Public Listing Companies in Indonesia Stock Exchange in

The Influence of Non Financial Information Variable on Underpricing At Public Listing Companies in Indonesia Stock Exchange in The Influence of Non Financial Information Variable on Underpricing At Public Listing Companies in Indonesia Stock Exchange in 2005-2007. By Hendrik Supriaji ABSTRACT The aim of this research is to know

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Obyek Penelitian Peneliti ini menggunakan data sekunder, obyek penelitian menunjukkan data dari laporan keuangan tahunan perusahaan Property & Real Estate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan membuat inovasi-inovasi baru di dalam menghadapi persaingan usaha.

BAB I PENDAHULUAN. dan membuat inovasi-inovasi baru di dalam menghadapi persaingan usaha. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan modal suatu perusahaan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan perusahaan itu sendiri. Perusahaan diharuskan mampu berkembang dan membuat inovasi-inovasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan komunikasi menyebabkan iklim persaingan usaha menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan komunikasi menyebabkan iklim persaingan usaha menjadi semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan adanya globalisasi yang didukung oleh kemajuan teknologi dan komunikasi menyebabkan iklim persaingan usaha menjadi semakin ketat. Hal ini mendorong

Lebih terperinci

Said Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Budi Luhur Jakarta ABSTRAKSI

Said Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Budi Luhur Jakarta   ABSTRAKSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) (Studi Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2011-2013) Said Fakultas

Lebih terperinci

: Suriana Juniarti NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Sugiharti Binastuti

: Suriana Juniarti NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Sugiharti Binastuti ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2012-2015 Nama : Suriana Juniarti NPM : 27212205

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA I Dewa Ayu Kristiantari Universitas Pendidikan Ganesha Email: kristiantari01@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key words: Initial Public Offering, Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Key words: Initial Public Offering, Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Universitas Kristen Maranatha EFFECT OF RETURN ON EQUITY (ROE), EARNING PER SHARE (EPS) AND DEBT EQUITY RATIO (DER) TO AFTER MARKET PRICE OF SHARES ISSUER INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) (Research In Companies That listing on the Stock

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan penting yang dihadapi oleh hampir semua perusahaan adalah bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan operasionalnya. Penambahan dana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal merupakan alternatif sumber dana di samping perbankan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal merupakan alternatif sumber dana di samping perbankan bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar Modal merupakan alternatif sumber dana di samping perbankan bagi pembiayaan-pembiayaan kegiatan operasional perusahaan melalui penjualan saham mau pun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di BEI sekitar 500 perusahaan, hal ini tidak lepas dari upaya

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di BEI sekitar 500 perusahaan, hal ini tidak lepas dari upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal Indonesia berkembang pesat setelah ditetapkanya Pakdes 87 dan Pakto 88. Secara umum isi dari kebijakan Pakdes dan Pakto tersebut adala pajak sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penawaran yang umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada

BAB I PENDAHULUAN. penawaran yang umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan pasti mempunyai tujuan untuk mengembangkan bisnisnya menjadi lebih baik lagi. Hal ini perusahaan dapat memilih alternatif untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan semakin lama akan semakin berkembang seiring dengan meningkatnya produktivitas dan performa perusahaan. Modal investasi dulunya dapat dipenuhi dengan utang

Lebih terperinci

DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman ISSN (Online):

DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman ISSN (Online): DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 1-11 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dbr ISSN (Online): 2337-3792 ANALISIS PENGARUH INFORMASI KEUANGAN DAN UKURAN DEWAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan. Ada 2 meode untuk

BAB I PENDAHULUAN. diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan. Ada 2 meode untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penetapan harga saham perdana pada saat Initial Public Offering atau IPO sangat sulit, karena tidak ada harga pasar sebelumnya yang dapat diobservasi untuk dipakai sebagai

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinilai mampu menanamkan modalnya ke perusahaan. Rata rata untuk

BAB I PENDAHULUAN. dinilai mampu menanamkan modalnya ke perusahaan. Rata rata untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan menginginkan kemajuan operasional usaha untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik pada khususnya. Untuk dapat bertahan dan meningkatkan nilai perusahaan

Lebih terperinci

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Perusahaan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Perusahaan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 1 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Perusahaan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2012 (The Analysis of Factors Which Effect to Underpricing on Go Public Companies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menarik investor dari luar dalam hal pendanaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menarik investor dari luar dalam hal pendanaan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan-perusahaan yang ingin mengembangkan usahanya membutuhkan dana yang besar. Kebutuhan inilah yang mendasari suatu perusahaan untuk menarik investor dari luar

Lebih terperinci

BAB I. memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang

BAB I. memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk memperluas usahanya, hal ini dilakukan dengan mengadakan ekspansi. Untuk melakukan ekspansi ini perusahaan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S-1) Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklim persaingan semakin ketat sehingga setiap perusahaan akan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. iklim persaingan semakin ketat sehingga setiap perusahaan akan memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kondisi pasar modal di Indonesia berkembang dengan cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya jumlah perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh earning management, risk change, underpricing pada penawaran saham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh earning management, risk change, underpricing pada penawaran saham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bukti bahwa adanya pengaruh earning management, risk change, underpricing pada penawaran saham antara lain seperti

Lebih terperinci

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-10 Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediasi). Fungsi ini menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediasi). Fungsi ini menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan tempat bertemunya antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA PERUSAHAAN KEUANGAN DAN NON-KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

PERBANDINGAN UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA PERUSAHAAN KEUANGAN DAN NON-KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA PERBANDINGAN UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA PERUSAHAAN KEUANGAN DAN NON-KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. underpricing dipengaruhi oleh informasi keuangan, ukuran perusahaan, ukuran

BAB V PENUTUP. underpricing dipengaruhi oleh informasi keuangan, ukuran perusahaan, ukuran BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah underpricing dipengaruhi oleh informasi keuangan, ukuran perusahaan, ukuran perusahaan dan prosentase penawaran

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus Pada Perusahaan Food and Beverages dan Consumers Goods yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014)

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari beberapa variabel

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari beberapa variabel BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari beberapa variabel yang mempengaruh terjadinya Initial Return saham perusahaan yang melaksanakan IPO di Bursa

Lebih terperinci

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI 2000-2004 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendanaan merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan, karena semua perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan & mengembangkan usahanya. Beberapa

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN UMUM PERDANA DI BEI PERIODE

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN UMUM PERDANA DI BEI PERIODE DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dbr ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN UMUM

Lebih terperinci

fundamental management journal online eissn: Volume:2 online No

fundamental management journal online eissn: Volume:2 online No fundamental management journal online eissn: 2540-9220 2016 ANALISIS PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI DAN NON AKUNTANSI TERHADAP UNDERPRICING (STUDI PADA PERUSAHAAN SEKTOR JASA, PERDAGANGAN DAN INVESTASI YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. initial return dari hasil kegiatan tersebut (Handayani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. initial return dari hasil kegiatan tersebut (Handayani, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan perekonomian yang didukung oleh peningkatan teknologi dan komunikasi telah menciptakan iklim persaingan yang ketat. Hal ini menuntut perusahaan agar tetap

Lebih terperinci

KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI...

KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAKSI... vii DAFTAR ISI...viii

Lebih terperinci