BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 Lampiran: Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan NOMOR PER.18/MEN/2005 Tentang Pedoman Umun Tata Naskah Dinas di Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tata naskah dinas yang seragam dan berlaku secara nasional akan sangat mendukung kelancaran arus komunikasi dan informasi antarinstansi Pemerintah dalam rangka pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Keputusan Nomor 72/KEP/M.PAN/07/2003 Tanggal 24 Juli Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Tata Naskah Dinas untuk digunakan sebagai acuan umum penyelenggaraan administrasi umum dan penyusunan pedoman tata naskah dinas yang disesuaikan dengan keperluan instansi masing-masing. Pada saat ini penyelenggaraan tata naskah dinas di lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) mengacu kepada ketentuan yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.32/MEN/2002. Untuk memutakhirkan dan mengaktualkan sistem tata naskah dinas di lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan, telah dibentuk Tim Peninjauan Kembali yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.24/MEN/SJ/2005. Tim dimaksud bertugas untuk melakukan revisi terhadap KEP.32/MEN/2002 dengan mengacu kepada Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 72/KEP/M.PAN/07/2003, yang dapat digunakan baik untuk keperluan internal Departemen Kelautan dan Perikanan maupun dalam berkoordinasi dengan instansi atau pihak lain di luar Departemen Kelautan dan Perikanan. 4

2 B. Maksud dan Tujuan Pedoman tata naskah dinas ini merupakan hasil peninjauan terhadap Pedoman Umum Tata Naskah Dinas yang telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.32/MEN/ Maksud Maksud penyusunan Pedoman Umum ini adalah memutakhirkan dan mengaktualkan substansi yang berkaitan dengan penyelenggaraan tata naskah dinas yang akan digunakan sebagai pedoman bagi seluruh jajaran DKP sesuai dengan ketetentuan terakhir dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara sebagai institusi pembina ketatalaksanaan. 2. Tujuan Tujuan penyusunan Pedoman Umum ini adalah tercapainya kelancaran komunikasi kedinasan, khususnya dalam tata persuratan, baik di dalam lingkungan DKP maupun di instansi lain, sehingga dapat mendukung pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dengan lebih efektif dan efisien. C. Sasaran Sasaran penyusunan Pedoman Umum ini adalah 1. tercapainya kesamaan pengertian, bahasa, dan penafsiran mengenai penyelenggaraan tata naskah dinas di seluruh unit kerja di lingkungan DKP baik di kantor pusat maupun di daerah; 2. terwujudnya keterpaduan pengelolaan tata naskah dinas dengan unsur lainnya dalam lingkup administrasi umum; 3. tercapainya kelancaran komunikasi tulis kedinasan serta kemudahan dalam pengendalian; 4. tercapainya daya guna dan hasil guna penyelenggaraan tata naskah dinas; 5. terwujudnya efisiensi dalam penyelenggaraan tata naskah dinas. 5

3 D. Asas-Asas 1. Asas Efektif dan Efisien Penyelenggaraan tata naskah dinas perlu dilakukan secara efektif dan efisien dalam penulisan, penggunaan ruang atau lembar naskah dinas, spesifikasi informasi, serta dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik, benar, dan lugas. 2. Asas Pembakuan Naskah dinas diproses dan disusun menurut tata cara dan bentuk yang telah dibakukan. Petunjuk teknis tata naskah dinas di lingkungan DKP, baik di kantor pusat maupun di daerah, mengacu kepada Pedoman Umum Tata Naskah Dinas yang membakukan jenis dan penyusunan naskah dinas, serta tata cara penyelenggaraannya. 3. Asas Pertanggungjawaban Penyelenggaraan tata naskah dinas dapat dipertanggungjawabkan dari segi isi, format, prosedur, kearsipan, kewenangan, dan keabsahan. 4. Asas Keterkaitan Kegiatan penyelenggaraan tata naskah dinas terkait dengan kegiatan administrasi umum dan unsur administrasi umum lainnya. 5. Asas Kecepatan dan Ketepatan Untuk mendukung kelancaran tugas dan fungsi satuan kerja atau satuan organisasi, tata naskah dinas harus dapat diselesaikan secara tepat waktu dan tepat sasaran, antara lain dilihat dari kejelasan redaksional, kemudahan prosedural, kecepatan penyampaian, dan distribusi. 6. Asas Keamanan Tata naskah dinas harus aman secara fisik dan substansinya mulai dari penyusunan, klasifikasi, penyampaian kepada yang berhak, pemberkasan, kearsipan, dan distribusi. Dalam rangka mewujudkan tata naskah dinas 6

4 yang efektif dan efisien, pengamanan naskah dan aspek legalitasnya perlu dilihat sebagai penentu yang paling penting. E. Ruang Lingkup Ruang lingkup Tata Naskah Dinas di Lingkungan DKP meliputi 1. Pendahuluan; 2. Tata Naskah Dinas; 3. Prosedur dan Pengelolaan Naskah Dinas; 4. Persuratan Elektronis; 5. Pengangkatan Pelaksana Tugas, Pelaksana Harian, dan Serah Terima Jabatan; 6. Penutup. 7

5 BAB II TATA NASKAH DINAS A. Pengelompokan Jenis tata naskah dinas yang digunakan di lingkungan DKP dibedakan sebagai berikut. 1. tata naskah dinas yang berfungsi sebagai sarana penyampaian informasi dan sejenisnya, antara lain a. surat dinas, b. nota dinas, c. memorandum, d. surat edaran, e. surat undangan, f. surat panggilan, g. surat pengantar, h. surat peringatan, dan i. pengumuman; 2. tata naskah dinas yang berfungsi memberi keterangan, petunjuk tugas/perintah, hak dan kewajiban, dan sejenisnya, antara lain a. surat keterangan, b. surat izin, c. surat kuasa, d. surat perintah, e. surat tugas, f. surat pernyataan, g. surat perjanjian, dan h. piagam penghargaan, 8

6 3. tata naskah dinas yang isinya harus segera disampaikan kepada yang berhak menerima, antara lain a. telegram, b. teleks, c. radiogram, d. faksimile, dan e. Surat Elektronik/Sur-el (Electronic Mail/ ); 4. tata naskah dinas yang berupa catatan/naskah yang bersifat alat pembuktian, antara lain a. berita acara, b. berita acara pemeriksaan (diatur sendiri), c. risalah, d. laporan, e. naskah serah terima, f. lembar disposisi (disesuaikan dengan struktur unit organisasi yang bersangkutan), dan g. kartu kendali; 5. tata naskah dinas yang dirumuskan dalam susunan dan bentuk peraturan perundang-undangan yang diatur dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan tersendiri; 6. tata naskah dinas yang mempunyai tingkat kerahasiaan, yaitu a. surat sangat rahasia, b. surat rahasia, dan c. surat terbatas, Surat yang mempunyai tingkat kerahasiaan sebagaimana poin a,b, dan c tidak menggunakan format Tata Naskah Dinas Memorandum dan Nota Dinas. 7. tata naskah dinas sebelum ditandatangani oleh pejabat yang berwenang, memerlukan pengesahan pertanggungjawaban berupa paraf disamping 9

7 kiri nama pejabat yang berwenang, baik materi maupun teknis, dari pejabat yang menyusun konsep. B. Pengertian 1. Tata naskah dinas adalah pengelolaan informasi tertulis (naskah) yang mencakup pengaturan jenis, format, penyiapan, pengamanan, pengabsahan, distribusi, dan penyimpanan serta media yang digunakan dalam komunikasi kedinasan. 2. Naskah dinas adalah semua informasi tertulis sebagai alat komunikasi kedinasan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di lingkungan DKP dalam rangka penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan. 3. Format adalah susunan dan bentuk naskah yang menggambarkan bentuk redaksional, termasuk tata letak dan penggunaan lambang, logo, dan cap dinas. 4. Kewenangan penandatanganan naskah dinas adalah hak dan kewajiban yang ada pada seorang pejabat untuk menandatangani naskah sesuai dengan tugas dan tanggung jawab kedinasan pada jabatannya. 5. Surat dinas adalah naskah dinas yang digunakan secara tertulis, bersifat kedinasan, berisi pemberitahuan, pernyataan, permintaan/penawaran, anjuran, saran, dan sebagainya yang ditujukan kepada instansi atau pihak lain di luar DKP sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 6. Nota dinas adalah bentuk naskah dinas intern yang dibuat oleh seorang pejabat antarunit Eselon I yang berbeda dalam melaksanakan tugas untuk menyampaikan petunjuk, pemberitahuan, pernyataan atau permintaan kepada pejabat lain, serta memuat hal yang bersifat rutin, catatan ringkas yang tidak memerlukan penjelasan yang panjang, dan dapat langsung dijawab dengan disposisi oleh pejabat yang dituju. 7. Memorandum adalah bentuk naskah dinas intern antara Menteri dan pejabat Eselon I atau antarpejabat dalam unit kerja Eselon I yang sama yang bersifat mengingatkan suatu masalah dan menyampaikan saran/pendapat kedinasan. 10

8 8. Surat edaran adalah naskah dinas yang berisi penjelasan dan petunjuk lebih lanjut sehubungan dengan ditetapkannya peraturan, perundangundangan, instruksi, petunjuk pelaksanaan, dan petunjuk teknis. 9. Surat undangan adalah naskah dinas yang memuat pemberitahuan tentang adanya suatu acara/kegiatan, pertemuan, atau upacara dengan harapan penerima undangan dapat hadir pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan. Surat undangan dapat dibedakan menjadi a. surat undangan kenegaraan, yaitu surat undangan yang dikeluarkan oleh Ketua MPR/DPR, Presiden, Menteri, Sekretaris Negara, atau Panitia Negara untuk menghadiri upacara kenegaraan; b. surat undangan resmi, yaitu surat undangan yang resmi dikeluarkan oleh Ketua MPR/DPR, Menteri, atau pemimpin lembaga pemerintah nondepartemen untuk menghadiri upacara resmi, baik yang dihadiri oleh maupun yang tidak dihadiri oleh Presiden/Wakil Presiden. c. surat undangan biasa, yaitu surat undangan yang dikeluarkan oleh pejabat untuk menghadiri acara resmi. 10. Surat panggilan adalah naskah dinas yang berisi panggilan dari pejabat yang berwenang agar orang yang dipanggil melaksanakan sesuatu sesuai dengan isi surat yang dimaksud. 11. Surat pengantar adalah surat dinas yang digunakan untuk menyampaikan/mengantar pengiriman dokumen atau barang dan pada umumnya tidak memerlukan penjelasan. 12. Surat peringatan adalah naskah dinas yang berisikan suatu teguran/peringatan atas kealpaan/kelalaian/kekeliruan yang telah dilakukan oleh seorang pejabat/pegawai, yang bertentangan dengan ketentuan/peraturan yang berlaku. 13. Pengumuman adalah naskah dinas yang berisi pemberitahuan atau informasi tertentu untuk diketahui oleh intern organisasi masyarakat. 14. Surat keterangan adalah naskah dinas tentang pernyataan dari pejabat yang berwenang sebagai tanda bukti kebenaran atas sesuatu hal untuk memperoleh kelancaran dan kemudahan dalam pelaksanaan tugas atau untuk kepentingan tertentu. 11

9 15. Surat izin adalah naskah dinas yang berisikan keterangan yang diberikan kepada seorang pejabat tentang izin untuk melakukan sesuatu kegiatan, menggunakan fasilitas, dan/atau pembebasan dari suatu kewajiban dalam batas waktu tertentu. 16. Surat kuasa adalah naskah dinas yang berisikan pernyataan tentang pemberian wewenang/kuasa dari seorang pejabat kepada pejabat/pegawai atau orang lain untuk melakukan sesuatu untuk dan atas nama pejabat yang memberi kuasa. 17. Surat perintah adalah naskah dinas yang dibuat oleh pimpinan/pejabat atasan kepada bawahan dan memuat perintah apa yang harus dilakukan. 18. Surat tugas adalah naskah dinas yang dibuat oleh atasan kepada bawahan dan memuat apa yang harus dilakukan. Perbedaan Surat Perintah dengan Surat tugas yaitu terletak pada inti tugas. Pada Surat Perintah, tugas bukan menjadi lingkup kewajiban yang menerima perintah, sedangkan pada Surat tugas adalah lingkup kewajiban menerima tugas. 19. Surat pernyataan adalah surat yang berisi pernyataan tentang suatu hal yang sifatnya harus dipertanggungjawabkan dan mendapat sanksi jika isinya tidak benar. 20. Surat perjanjian adalah naskah yang memuat persetujuan antar dua pihak atau lebih mengenai suatu hal (harta, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya) yang menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak. 21. Telegram adalah tulisan yang memuat berita penting yang perlu segera disampaikan dalam waktu terbatas, disusun dengan gaya tersendiri (gaya telegram), dikirim dengan alat telegram. 22. Teleks adalah tulisan berita penting yang dengan mengingat waktunya harus segera disampaikan kepada si alamat dengan dikirim. 23. Faksimili adalah berita yang dikirim melalui mesin faksimile. 24. Perkantoran elektronis (Electronic Office, e-office) adalah aplikasi perkantoran yang mengganti proses administrasi berbasis manual ke proses berbasis elektronis dengan memanfaatkan fasilitas LAN. 12

10 25. Persuratan elektronis/sur-el (Electronic Mail/ ) adalah sistem korespondensi yang menggunakan media elektronis, baik dalam lingkup internal maupun eksternal. 26. Penelusuran surat (Mail Tracking) adalah sistem yang menelusuri dan memantau seluruh aliran korespondensi secara elektronis untuk memastikan korespondensi diproses dengan benar dan transparan. 27. Berita acara adalah naskah dinas yang berisi uraian tentang proses pelaksanaan suatu kegiatan yang harus ditandatangani oleh beberapa pihak dan saksi. 28. Risalah adalah laporan mengenai jalannya suatu pertemuan yang disusun secara sistematis dan materinya dipertanggungjawabkan oleh pembuat dan/atau pelaksana pertemuan itu sendiri sehingga mengikat sebagai dokumen resmi dari kejadian/peristiwa yang disebut di dalamnya. 29. Laporan adalah uraian tertulis tentang masalah/peristiwa yang telah terjadi sebagai telaahan/telitian pejabat/pelaksanaan tugas. 30. Naskah serah terima adalah risalah resmi mengenai penyerahan dan penerimaan sesuatu hak/penguasaan/pertanggungjawaban yang dimaksudkan sebagai bukti tertulis berpindahnya sesuatu hak/ penguasaan/pertanggungjawaban. 31. Surat sangat rahasia disingkat (SR), tingkat keamanan isi surat dinas yang tertinggi, sangat erat hubungannya dengan keamanan dan keselamatan negara. Jika disiarkan secara tidak sah atau jatuh ke tangan yang tidak berhak, akan membahayakan keamanan dan keselamatan negara. 32. Surat rahasia disingkat (R), tingkat keamanan isi surat dinas yang berhubungan erat dengan keamanan dan keselamatan negara. Jika disiarkan secara tidak sah atau jatuh ke tangan yang tidak berhak, akan merugikan negara. 33. Surat terbatas adalah surat dinas yang berisikan keterangan- keterangan yang bersifat rahasia, tetapi permasalahannya perlu diketahui oleh beberapa pejabat secara terbatas. 13

11 34. Papan nama instansi adalah papan yang bertuliskan nama instansi/unit organisasi yang bersangkutan. 35. Cap dinas adalah cap yang digunakan untuk mengesahkan suatu naskah dinas dan kertas berharga lainnya setelah ditandatangani oleh pejabat yang bersangkutan. 36. Cap jabatan adalah cap yang dalam tulisannya menyebutkan nama jabatan pejabat yang menandatangani surat. Cap jabatan hanya digunakan untuk Menteri dan pejabat struktural Eselon I. 37. Cap dinas departemen adalah cap yang dalam tulisannya menyebutkan nama instansi atau unit organisasi dan digunakan untuk menyertai tanda tangan pejabat yang bertindak atas nama instansi atau unit kerja yang bersangkutan. 38. Prosedur tetap (Protap) adalah naskah dinas yang memuat serangkaian petunjuk pemimpin tentang tata cara serta urutan suatu kegiatan operasional atau administratif tertentu yang harus diikuti oleh seluruh pegawai/pejabat atau unit organisasi tertentu. 39. Kartu kendali adalah formulir untuk mencatat, menyampaikan menelusuri lokasi dan sebagai pengganti arsip. 40. Piagam penghargaan adalah tanda atau surat keterangan/pernyataan tertulis atau tercetak dari Menteri kepada staf/seseorang atas jasa atau partisipasinya dalam sesuatu hal/kegiatan atau peristiwa. 14

12 C. Susunan dan Format 1. Surat Dinas a. Kepala Surat Dinas Bagian kepala surat dinas memuat keterangan tentang 1) lambang negara di tengah atas/simetris (untuk surat dinas yang ditandatangani oleh Menteri), logo di kiri atas (untuk surat dinas yang ditandatangani oleh pejabat Eselon I atas nama Menteri), dan kepala surat; 2) nama dan alamat instansi serta nomor telepon, faksimile, dan surat elektroniknya jika ada (kepala naskah dinas); 3) nomor, sifat, lampiran, dan hal surat di kiri atas berurut kebawah; 4) tanggal, bulan, dan tahun di kanan atas (sebaris dengan Nomor); 5) alamat yang dituju di kiri atas. b. Batang Tubuh Surat Dinas Bagian batang tubuh surat dinas memuat keterangan tentang 1) pendahuluan/alinea pembuka, yang berisi latar belakang, maksud, dan tujuan surat secara singkat dan jelas; 2) inti surat/alinea isi, yang berisi uraian tentang maksud dan tujuan surat dinas; diuraikan dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, dan jelas; 3) penutup/alinea penutup, yang berisi ucapan terima kasih. c. Kaki Surat Dinas Bagian kaki surat dinas memuat keterangan tentang 1) titelatur atau jabatan (dengan huruf awal kapital); 2) tanda tangan pejabat yang menandatangani surat; 3) nama jelas pejabat yang menandatangani surat (dengan huruf awal setiap unsurnya kapital), berikut NIP-nya; 4) cap dinas/jabatan; 15

13 5) tembusan kepada instansi atau pejabat yang dipandang perlu dan yang terkait dengan isi surat dinas (di kiri bawah, tanpa kata Yth. atau kata sebagai laporan).. d. Pembuatan Surat Dinas Surat dinas yang ditandatangani oleh 1) Menteri Kelautan dan Perikanan menggunakan kepala surat dengan lambang negara berwarna emas dan bertuliskan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia berwarna emas dengan huruf kapital. 2) Pejabat Eselon I atas nama Menteri Kelautan dan Perikanan menggunakan kepala surat dengan logo DKP di sebelah kiri atas, berwarna biru dan bertuliskan Departemen Kelautan dan Perikanan dengan huruf kapital. 3) Pejabat Eselon I, yang karena jabatannya, menggunakan kepala surat berlogo DKP di sebelah kiri atas dan nomenklatur unit kerjanya yang terletak di bagian atas tengah, di sebelah kanan logo DKP. 4) Pejabat Eselon II di lingkungan unit kerja Eselon I yang karena jabatannya, menggunakan kepala surat berlogo DKP di sebelah kiri atas serta nomenklatur unit kerja Eselon I. 5) Kepala UPT menggunakan kepala surat berlogo DKP di sebelah kiri atas serta nomenklatur UPT dan unit kerja Eselon I. 16

14 Format Penulisan Surat Dinas yang Ditandatangani oleh Menteri Kelautan dan Perikanan MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor :... Jakarta, 20 Januari 2005 Sifat :... Lampiran:... Hal :... 1 spasi 1 1 / 2 spasi Kepala Surat Yth.... Jalan... 3 spasi 1 spasi ketukan 4 spasi 5 ketukan... 2 spasi spasi 1½ spasi Batang Tubuh Surat 4 spasi Menteri Kelautan dan Perikanan, ttd. dan cap 4 spasi Tembusan: Keterangan: Jika tembusan itu hanya satu, tidak dinomori Freddy Numberi Kaki Surat 17

15 Format Penulisan Surat Dinas yang Ditandatangani oleh Pejabat Eselon I Atas Nama Menteri Kelautan dan Perikanan DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA 1½ spasi Nomor :... Jakarta, 20 Januari 2005 Sifat :... Lampiran:... Hal :... 1spasi Kepala Surat 3 spasi Yth.... Jalan... 1spasi 4 spasi ketukan 5 ketukan 1½ spasi 2 spasi.. Batang Tubuh Surat. 4 spasi a.n. Menteri Kelautan dan Perikanan, Sekretaris Jenderal ttd. dan cap 4 spasi Tembusan: Keterangan: - Gambar logo Departemen Kelautan dan Perikanan di sebelah kiri atas berwarna - Tulisan Departemen Kelautan dan Perikanan dengan huruf besar berwarna biru Andin H. Taryoto NIP Kaki Surat 18

16 Format Penulisan Surat Dinas yang Ditandatangani oleh Pejabat Eselon I DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 16, JAKARTA TELEPON (021) (HUNTING), FAKSIMILE (021) SURAT ELEKTRONIK setjen@dkp.go.id, KOTAK POS 4130 JKP ½ spasi Nomor : Januari 2005 Sifat :... Lampiran:... 1 spasi Hal :... Kepala Surat 3 spasi Yth.... Jalan... 1 spasi ketukan 4 spasi 5 ketukan... 2 spasi 1 1 / 2 spasi Batang Tubuh Surat Sekretaris Jenderal, 4 spasi Tembusan: ttd. dan cap Andin H. Taryoto NIP spasi Kaki Surat 19

17 Format Penulisan Surat Dinas yang Ditandatangani oleh Pejabat Eselon II DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 16, JAKARTA TELEPON (021) (HUNTING), FAKSIMILE (021) SURAT ELEKTRONIK KOTAK POS 4130 JKP ½ spasi Nomor : Januari 2005 Sifat :... Lampiran:... 1 spasi Hal :... Kepala Surat 3 spasi Yth. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau Jalan Pattimura No. 6, Pekanbaru spasi 4 spasi ketukan 5 ketukan 2 spasi a.... 1½ spasi Batang Tubuh Surat b spasi a.n. Sekretaris Jenderal Kepala Biro Umum dan Perlengkapan, Tembusan: ttd. dan cap Farida A. Lukman NIP spasi Kaki Surat 20

18 2. Nota Dinas a. Kepala Nota Dinas Bagian kepala nota dinas memuat keterangan tentang 1) nama instansi, tanpa alamat dan tanpa garis bawah (kepala naskah dinas); 2) kata nota dinas (ditulis dengan huruf kapital, tanpa garis bawah/nota DINAS), yang ditempatkan di bagian tengah atas lembar naskah/simetris; 3) nomor (dengan huruf kapital/nomor) diletakkan di bawah kata nota dinas; 4) pejabat/alamat yang dituju (Yth.); 5) pejabat yang mengirim (Dari); 6) hal; 7) lampiran (apabila diperlukan); 8) tanggal, bulan, dan tahun. b. Batang Tubuh Nota Dinas Bagian batang tubuh nota dinas pada prinsipnya memuat keterangan yang sama dengan surat dinas, yaitu terdiri dari pendahuluan, inti nota dinas, dan penutup. c. Kaki Nota Dinas Bagian kaki nota dinas memuat keterangan tentang 1) tanda tangan pejabat; 2) nama jelas pejabat yang menandatangani nota dinas; 3) tanpa cap; 4) tembusan/salinan kepada yang dipandang perlu dan ada kaitannya dengan isi, tanpa kata Yth. 21

19 d. Pembuatan Nota Dinas 1) Nota dinas ditandatangani oleh pejabat Eselon I dan Eselon II, yang menggunakan kepala surat unit kerja masing-masing, tanpa logo dan alamat. 2) Nota Dinas yang ditandatangani unit kerja yang tidak berada dalam satu gedung yang sama, dalam hal ini berada di daerah, menggunakan surat dinas. 22

20 Format Nota Dinas DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL 2 spasi Yth. : Dari :... Hal :... Lampiran: Satu berkas Tanggal :... NOTA DINAS NOMOR... 2 spasi 1 spasi Kepala Surat 4 spasi ketukan 5 ketukan 1½spasi Batang Tubuh Surat. 2 spasi ttd. 4 spasi Tembusan: Charles B. Purba Kaki Surat 23

21 Format penulisan Nota Dinas berasal dari unit pengolah surat menggunakan atas nama DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL 2 spasi Yth. : Dari : Sekretaris Jenderal Hal :... Lampiran: Satu berkas Tanggal :... NOTA DINAS NOMOR... 2 spasi 1 spasi Kepala Surat 4 spasi ketukan 5 ketukan 1½spasi Batang Tubuh Surat. 2 spasi a.n. Sekretaris Jenderal ttd. Saut Hutagalung 4 spasi Kaki Surat Tembusan:

22 4. Memorandum a. Kepala Memorandum Bagian kepala memorandum memuat keterangan tentang 1) nama instansi, tanpa alamat dan tanpa garis bawah (kepala naskah dinas); 2) kata memorandum (ditulis dengan huruf kapital, tanpa garis bawah/memorandum), yang ditempatkan di bagian tengah atas lembar naskah/simetris; 3) nomor (dengan huruf kapital, tanpa titik dua/nomor) surat diletakkan di bawah kata MEMORANDUM; 4) pejabat/alamat yang dituju (Yth.); 5) pejabat yang mengirim (Dari); 6) hal; 7) lampiran (apabila diperlukan); 8) tanggal, bulan, dan tahun. b. Batang Tubuh Memorandum Bagian Isi memorandum pada prinsipnya sama dengan isi nota dinas dan disusun secara singkat, jelas, dengan bahasa yang sederhana dan efisien. c. Kaki Memorandum Bagian kaki memorandum memuat keterangan tentang 1) tanda tangan pejabat; 2) nama jelas pejabat yang menandatangani memorandum itu; 3) tanpa cap; 4) tembusan/salinan (tanpa kata Yth.) kepada yang dipandang perlu dan yang ada kaitannya dengan isi. 25

23 d. Pembuatan Memorandum Memorandum yang ditandatangani oleh 1) Menteri Kelautan dan Perikanan menggunakan kepala surat Lambang Negara berwarna emas dan bertuliskan Menteri Kelautan dan Perikanan. 2) Pejabat Eselon I, Eselon II, dan Eselon III menggunakan kepala surat unit kerjanya masing-masing, tanpa logo dan alamat. 3) Memorandum yang ditandatangani unit kerja yang tidak berada dalam satu gedung yang sama, dalam hal ini berada di daerah, menggunakan surat dinas. 26

24 Format Memorandum DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL 2 spasi MEMORANDUM NOMOR... Kepala Surat 2 spasi Yth. :... Dari :... Hal :... Lampiran: Satu berkas Tanggal :... 1spasi 4 spasi ketukan 5 ketukan. 1½spasi 2 spasi Batang Tubuh Surat ttd. 4 spasi Riyani Indrati Tembusan: Kaki Surat 27

25 Format penulisan Memorandum berasal dari unit pengolah surat menggunakan atas nama DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL 2 spasi MEMORANDUM NOMOR... Kepala Surat Yth. : Kepala Biro Umum dan Perlengkapan Dari : Kepala Biro Hukum dan Organisasi Hal :... Lampiran: Satu berkas Tanggal :... 2 spasi 1 spasi 4 spasi ketukan 5 ketukan. 1½spasi 2 spasi Batang Tubuh Surat a.n. Kepala Biro Hukum dan Organisasi ttd. 4 spasi Tembusan: Tini Martini Kaki Surat 28

26 4. Surat Edaran a. Kepala Surat Edaran Bagian kepala surat edaran memuat keterangan tentang 1) nama dan alamat instansi (kepala naskah dinas); 2) tanggal, bulan, dan tahun; 3) pejabat/alamat tujuan; 4) kata surat edaran (ditulis dengan huruf kapital, tanpa garis bawah/surat EDARAN), yang ditempatkan di bagian tengah atas lembar naskah/simetris; 5) nomor (dengan huruf kapital, tanpa tanda titik dua/nomor) di bawah kata SURAT EDARAN; 6) substansi atau materi surat edaran. b. Batang Tubuh Surat Edaran Bagian batang tubuh surat edaran memuat keterangan tentang 1) penjelasan secara rinci mengenai cara pelaksanaan peraturan, kebijakan, perintah, petunjuk teknis, dan lain-lain; 2) tidak adanya muatan sanksi atas dasar surat edaran itu sendiri; 3) tidak adanya muatan kekuatan instruktif/perintah. c. Kaki Surat Edaran Bagian kaki surat edaran memuat keterangan tentang 1) titelatur jabatan; 2) tanda tangan pejabat; 3) nama jelas pejabat yang menandatangani surat dan NIP-nya; 4) cap dinas/jabatan; 5) tembusan (apabila diperlukan), tanpa kata Yth. 29

27 d. Pembuatan Surat Edaran Surat edaran yang ditandatangani oleh 1) Menteri Kelautan dan Perikanan menggunakan kepala surat Lambang Negara berwarna emas dan bertuliskan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia; 2) pejabat Eselon I atas nama Menteri menggunakan kepala surat berlogo DKP berwarna biru di sebelah kiri, dan bertuliskan Departemen Kelautan dan Perikanan berwarna biru. 3) pejabat Eselon I dan Eselon II yang karena jabatannya menggunakan kepala surat unit kerjanya masing-masing. 30

28 Format Surat Edaran DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 16, JAKARTA TELEPON (021) (HUNTING), FAKSIMILE (021) SURAT ELEKTRONIK KOTAK POS 4130 JKP / 2 spasi 20 Januari 2005 Yth spasi 2 spasi 2 spasi Kepala Surat SURAT EDARAN NOMOR 2 spasi TENTANG. 1½spasi.. 4 spasi ketukan 5 ketukan 2 spasi ½ spasi Batang Tubuh Surat spasi a.n. Sekretaris Jenderal Kepala Biro Hukum dan Organisasi, ttd. dan cap 4 spasi Kaki Surat Tembusan: 1. Sekretaris Jenderal DKP 2. Narmoko Prasmadji NIP

29 5. Surat Undangan a. Kepala Surat Undangan Bagian kepala surat undangan memuat keterangan tentang 1) nama dan alamat instansi (kepala naskah dinas); 2) tanggal, bulan, dan tahun; 3) nomor; 4) sifat, 5) lampiran; 6) hal; 7) alamat yang dituju. b. Batang Tubuh Surat Undangan Bagian batang tubuh surat undangan memuat 1) kalimat yang berisikan tentang maksud surat undangan; 2) hari dan tanggal; 3) waktu; 4) tempat; 5) acara; 6) pemimpin rapat; 7) penutup. c. Kaki Surat Undangan Bagian kaki surat undangan memuat keterangan tentang 1) titelatur atau nama jabatan (dengan huruf awal setiap unsurnya kapital); 2) tanda tangan pejabat; 3) nama jelas pejabat yang menandatangani surat itu (huruf awal setiap unsurnya kapital), berikut NIP-nya; 4) cap dinas/jabatan; 5) tembusan (apabila diperlukan), tanpa kata Yth. 32

30 d. Pembuatan Surat Undangan Surat undangan yang ditandatangani oleh pejabat Eselon I dan Eselon II, yang karena jabatannya menggunakan kepala surat unit kerjanya masing-masing. 33

31 Format Surat Undangan DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 16, JAKARTA TELEPON (021) (HUNTING), FAKSIMILE (021) SURAT ELEKTRONIK KOTAK POS 4130 JKP / 2 spasi Nomor : Januari 2005 Sifat :... 1 spasi Lampiran:... Hal :... Kepala Surat Yth spasi ketukan 4 spasi 5 ketukan 2 spasi Hari/tanggal :... Waktu :... Tempat :... Acara :... Pimpinan Rapat:... Batang Tubuh Surat 1½spasi.. 4 spasi Kepala Biro Perencanaan dan KLN, ttd. dan cap 4 spasi Saut Hutagalung NIP Kaki Surat Tembusan: 1. Sekretaris Jenderal DKP

32 6. Surat Panggilan a. Kepala Surat Panggilan Bagian kepala surat panggilan memuat keterangan tentang 1) nama dan alamat instansi (kepala naskah dinas); 2) kata surat panggilan (ditulis dengan huruf kapital, tanpa garis bawah/surat PANGGILAN), yang ditempatkan di bagian tengah atas lembar naskah/simetris; 3) nomor surat (ditulis dengan huruf kapital, tanpa tanda titik dua/ NOMOR) ditulis di bawah kata surat pangilan. b. Batang Tubuh Surat Panggilan Bagian batang tubuh surat panggilan memuat keterangan tentang a. identitas pejabat yang dipanggil; b. maksud pemanggilan; c. waktu (tanggal dan saat/pukul). c. Kaki Surat Panggilan Bagian kaki surat panggilan memuat keterangan tentang 1) tempat, tanggal, bulan, dan tahun; 2) titelatur jabatan; 3) tanda tangan pejabat; 4) nama jelas pejabat yang menandatangani surat itu; 5) cap dinas/jabatan; 6) tembusan (apabila dipandang perlu), tanpa kata Yth. d. Pembuatan Surat Panggilan Surat panggilan menggunakan kepala surat dan bercap dinas sesuai dengan kewenangan pada unit kerjanya masing-masing. 35

33 Format Surat Panggilan DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 16, JAKARTA TELEPON (021) (HUNTING), FAKSIMILE (021) SURAT ELEKTRONIK KOTAK POS 4130 JKP spasi Kepala Surat SURAT PANGGILAN NOMOR... Yth. a. Nama :... b. NIP :... c. Pangkat/Golongan:... d. Jabatan :... e. Unit organisasi :... d. Alamat rumah :... Guna mendapatkan penjelasan sehubungan dengan..... Untuk segera datang/menghadap pada: 4 spasi 1½spasi ketukan 5 ketukan 2 spasi Batang Tubuh Surat a. Hari :... b. Tanggal:... c. Waktu :... d. Tempat : Jakarta, 20 Januari spasi Kepala Biro Umum dan Perlengkapan, ttd. dan cap 4 spasi Kaki Surat Farida A. Lukman NIP

34 7. Surat Pengantar a. Kepala Surat Pengantar Bagian kepala surat pengantar memuat keterangan tentang 1) nama dan alamat instansi (kepala naskah dinas); 2) tanggal, bulan, dan tahun; 3) pejabat/alamat yang dituju; 4) kata surat pengantar (dalam huruf kapital, tanpa garis bawah/ SURAT PENGANTAR), yang ditempatkan di tengah atas lembar naskah/simetris; 5) nomor (dalam huruf kapital, tanpa tanda titik dua/nomor) yang ditulis di bawah kata surat pengantar. b. Isi Surat Pengantar Isi surat pengantar merupakan sebuah tabel yang terdiri dari kolom nomor urut, kolom jenis yang dikirim, kolom jumlah yang dikirim, dan kolom keterangan. c. Kaki Surat Pengantar Bagian kaki surat pengantar memuat keterangan tentang 1) tanggal diterima, tanda tangan, dan nama jelas penerima; 2) titelatur atau nama jabatan dengan huruf awal setiap unsurnya kapital; 3) tanda tangan pejabat; 4) nama jelas pejabat (dengan huruf awal kapital pada setiap unsurnya) yang menandatangani surat dan NIP-nya; 5) cap dinas. d. Pembuatan Surat Pengantar Kepala surat pengantar menggunakan kepala surat dengan unit kerja masing-masing. yang sesuai 37

35 Format Surat Pengantar DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 16, JAKARTA TELEPON (021) (HUNTING), FAKSIMILE (021) SURAT ELEKTRONIK KOTAK POS 4130 JKP ½ spasi Yth spasi 14 Nopember 2005 Kepala Surat 3 spasi SURAT PENGANTAR NOMOR... 3 spasi No. Urut Jenis yang Dikirim Banyaknya Keterangan 1. Buku Kabinet Indonesia Bersatu (lima) buku Untuk dipergunakan seperlunya. Batang Tubuh Surat 4 spasi Diterima tanggal:... Tanda tangan :... Nama jelas :... 4 spasi a.n. Kepala Biro Umum dan Perlengkapan Kabag. TU dan Persuratan, ttd. dan cap 4 spasi Kaki Surat Riyani Indrati NIP Tembusan:

36 8. Pengantar Faksimile a. Kepala Pengantar Faksimile Bagian kepala pengantar faksimile memuat keterangan tentang 1) kepala surat; 2) kata pengantar berita faksimile (dalam huruf kapital, tanpa garis bawah/pengantar BERITA FAKSIMILE), yang ditempatkan di tengah atas lembar naskah dinas/simetris; 3) nomor, tanggal, dan jumlah halaman (dalam huruf awal kapital) yang ditulis di sebelah kanan di bawah kata pengantar faksimile; 4) ruang legalisasi pejabat Eselon II dengan nama lengkap, berikut NIP-nya, yang ditulis di sebelah kiri di bawah kata pengantar faksimile. b. Batang Tubuh Pengantar Faksimile Bagian batang tubuh pengantar faksimile memuat keterangan tentang 1) pejabat dan alamat yang dituju (Yang terhormat); 2) pejabat dan alamat yang mengirim (Dari); 3) hal yang memuat garis besar isi naskah dinas yang akan dikirim melalui mesin faksimile (Hal); 4) penutup yang berisi ucapan terima kasih. c. Kaki Pengantar Faksimile Bagian kaki pengantar faksimile memuat keterangan tentang 1) titelatur atau jabatan pembuat; 2) tanda tangan pejabat yang menandatangani surat itu; 3) nama jelas pejabat yang menandatangani surat dan NIP-nya; 4) cap dinas/jabatan. d. Pembuatan Pengantar Faksimile Kepala surat pengantar faksimile disesuaikan dengan wewenang dan jabatan pejabat penanda tangan legalisasi. 39

37 Format Surat Pengantar Faksimile DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL PENGANTAR BERITA FAKSIMILE RUANG LEGALISASI Kepala Biro Umum dan Perlengkapan Nomor Tanggal : : Farida A. Lukman NIP Sifat Jumlah Halaman: : Biasa/Rahasia Yang terhormat:... Dari :... Hal : Pembuat,.. 40

38 ISI BERITA Jakarta,. 41

39 9. Surat Peringatan a. Kepala Surat Peringatan Bagian kepala surat peringatan memuat keterangan tentang 1) nama dan alamat instansi (kepala naskah dinas); 2) kata surat peringatan (dengan huruf kapital, tanpa garis bawah/surat PERINGATAN), yang ditempatkan di bagian tengah atas lembar naskah/simetris; 3) nomor surat (dengan huruf kapital, tanpa tanda titik dua/nomor), yang ditulis di bawah kata surat peringatan. b. Batang Tubuh Surat Peringatan Bagian batang tubuh surat peringatan memuat keterangan tentang 1) nama pejabat (dengan huruf awal kapital pada setiap unsurnya), berikut NIP-nya; 2) pangkat/golongan; 3) jabatan; 4) unit organisasi; 5) isi peringatan. c. Kaki Surat Peringatan Bagian kaki surat peringatan memuat keterangan tentang 1) tempat, tanggal, bulan, dan tahun; 2) titelatur jabatan; 3) tanda tangan pejabat; 4) nama jelas pejabat yang menandatangani surat itu, berikut NIPnya; 5) cap dinas/jabatan; 6) tembusan (apabila dipandang perlu), tanpa kata Yth. d. Pembuatan Surat Peringatan Surat peringatan ditandatangani oleh pejabat Eselon I, Eselon II, dan Eselon III, yang karena jabatannya, mereka menggunakan kepala surat unit kerjanya masing-masing. 42

40 Format Surat Peringatan DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 16, JAKARTA TELEPON (021) (HUNTING), FAKSIMILE (021) SURAT ELEKTRONIK KOTAK POS 4130 JKP spasi Kepala Surat SURAT PERINGATAN NOMOR... 4 spasi Nama :... NIP :... Pangkat/Gol. :... 1½spasi Jabatan :... Unit organisasi: ketukan 2 spasi 5 ketukan... Batang Tubuh Surat spasi Jakarta, 20 Januari 2005 a.n. Sekretaris Jenderal Kepala Biro Kepegawaian, ttd. dan cap Wahyono Hadi Parmono NIP spasi Kaki Surat Tembusan:

41 10. Lembar Pengumuman a. Kepala Pengumuman Bagian kepala pengumuman memuat keterangan mengenai 1) nama dan alamat instansi (kepala naskah dinas); 2) kata pengumuman (dengan huruf kapital, tanpa garis bawah/pengumuman), yang ditempatkan di tengah atas lembar naskah/simetris; 3) nomor (dengan huruf kapital, tanpa tanda titik dua/ NOMOR) yang ditulis di bawah kata pengumuman; 4) kata tentang; 5) nama/judul pengumuman. b. Batang Tubuh Pengumuman Batang tubuh pengumuman dirumuskan dalam bentuk uraian. c. Kaki Pengumuman Bagian kaki pengumuman memuat: keterangan tentang 1) nama tempat, tanggal, bulan, dan tahun; 2) titelatur atau nama jabatan; 3) tanda tangan pejabat; 4) nama jelas pejabat yang menandatangani pengumuman itu, berikut NIP-nya; 5) cap dinas/jabatan; 6) tembusan/salinan, dengan kata Yth., yang dibuat apabila dipandang perlu. d. Pembuatan Pengumuman Pengumuman yang ditandatangani oleh 1) Menteri Kelautan dan Perikanan menggunakan kepala surat Lambang Negara berwarna emas dan bertuliskan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dengan huruf kapital. 44

42 2) Pejabat Eselon I, atas nama Menteri Kelautan dan Perikanan, menggunakan logo DKP di sebelah kiri atas berwarna biru dan bertuliskan Departemen Kelautan dan Perikanan. 3) Pejabat Eselon I dan Eselon II yang karena jabatannya menggunakan kepala surat sesuai dengan unit kerjanya masing-masing. 45

43 Format Pengumuman DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 16, JAKARTA TELEPON (021) (HUNTING), FAKSIMILE (021) SURAT ELEKTRONIK KOTAK POS 4130 JKP PENGUMUMAN NOMOR... 2 spasi Kepala Surat 2 spasi TENTANG 2 spasi 4 spasi ketukan 5 ketukan ½spasi spasi. Batang Tubuh Surat 4 spasi Jakarta, 20 Januari 2005 Kepala Biro Kepegawaian selaku Ketua Panitia Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil, Departemen Kelautan dan Perikanan Tahun Anggaran 2005 ttd. dan cap 4 spasi Kaki Surat Wahyono Hadi Parmono NIP Tembusan:

44 11. Surat Keterangan a. Kepala Surat Keterangan Bagian kepala surat keterangan memuat 1) nama dan alamat instansi (kepala naskah dinas); 2) kata surat keterangan (dengan huruf kapital, tanpa garis bawah/surat KETERANGAN), yang ditempatkan di bagian tengah atas lembar naskah/simetris; 3) nomor surat (dengan huruf kapital, tanpa tanda titik dua/nomor), yang ditulis di bawah kata surat keterangan. b. Batang Tubuh Surat Keterangan Bagian tubuh surat keterangan memuat keterangan tentang 1) identitas pejabat yang membuat keterangan; 2) identitas orang/pegawai/pejabat yang diterangkan; 3) maksud pemberian keterangan; 4) penutup. c. Kaki Surat Keterangan Bagian kaki surat keterangan memuat: keterangan tentang 1) nama tempat, tanggal, bulan, dan tahun; 2) titelatur jabatan; 3) tanda tangan pejabat; 4) nama jelas pejabat yang menandatangani dan NIP; 5) cap dinas/jabatan; 6) tembusan (apabila dipandang perlu), tanpa kata Yth. 47

45 d. Pembuatan Surat Keterangan Surat keterangan yang ditandatangani oleh 1) Menteri menggunakan kepala surat Lambang Negara berwarna emas dan bertuliskan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, dengan huruf kapital. 2) Pejabat Eselon I, Eselon II, dan Eselon III, sesuai dengan kewenangan di bidang masing-masing, menggunakan kepala surat sesuai dengan unit kerja masing-masing. 48

46 Format Surat Keterangan DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 16, JAKARTA TELEPON (021) (HUNTING), FAKSIMILE (021) SURAT ELEKTRONIK KOTAK POS 4130 JKP spasi SURAT KETERANGAN NOMOR... Kepala Surat 4 spasi ketukan 5 ketukan Yang bertanda tangan di bawah ini: a. Nama :... b. NIP :... c. Jabatan :... 1½ spasi d. Alamat Kantor:... menerangkan bahwa: 2 spasi a. Nama :... b. NIP :... c. Jabatan : ½ spasi d. Alamat Rumah:... Batang Tubuh Surat.. 3 spasi Jakarta, 20 Januari 2005 Kepala Biro Keuangan, ttd. dan cap 4 spasi Kaki Surat Charles B. Purba NIP

47 12. Surat Izin a. Kepala Surat Izin Bagian kepala surat izin memuat keterangan tentang 1) nama dan alamat instansi (kepala naskah dinas); 2) kata surat izin (dengan huruf kapital, tanpa garis bawah/surat IZIN), yang ditempatkan di bagian tengah atas lembar naskah (simetris); 3) nomor surat (dengan huruf kapital, tanpa tanda titi (NOMOR), yang ditulis di bawah kata surat izin. b. Batang Tubuh Surat Izin Bagian batang tubuh surat izin memuat keterangan tentang 1) identitas pejabat yang diberi izin; 2) maksud pemberian izin; 3) ketentuan lain tentang izin yg diberikan. c. Kaki Surat Izin Bagian kaki surat izin memuat keterangan tentang 1) tempat, tanggal, bulan, dan tahun; 2) titelatur jabatan; 3) tanda tangan pejabat; 4) nama jelas pejabat (dengan huruf awal kapital di setiap unsur) yang menandatangani surat izin itu, berikut NIP-nya; 5) cap dinas/jabatan; 6) tembusan (apabila dipandang perlu), tanpa kata Yth. d. Pembuatan Surat Izin Surat izin menggunakan kepala surat dinas sesuai dengan kewenangan di unit kerjanya masing-masing. 50

48 Format Surat Izin DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 16, JAKARTA TELEPON (021) (HUNTING), FAKSIMILE (021) SURAT ELEKTRONIK KOTAK POS 4130 JKP spasi Kepala Surat SURAT IZIN NOMOR... 4 spasi ketukan 5 ketukan 1. Diberikan kepada: a. Nama :... b. NIP :... c. Pangkat/Gol. :... d. Jabatan :... e. Unit organisasi: Untuk : ½ spasi 2 spasi Batang Tubuh Surat 3. Ketentuan lain : spasi Jakarta, 20 Januari 2005 Sekretaris Jenderal, ttd. dan cap 4 spasi Kaki Surat Andin H. Taryoto NIP

49 13. Surat Kuasa a. Kepala Surat Kuasa Bagian kepala surat kuasa memuat keterangan tentang 1) nama dan alamat instansi (kepala naskah dinas); 2) kata surat kuasa (dengan huruf kapital, tanpa garis bawah/surat KUASA), yang ditempatkan di tengah atas lembar naskah/simetris; 3) nomor (dengan huruf kapital, tanpa tanda titik dua/nomor), yang ditulis di bawah kata surat kuasa. b. Batang Tubuh Surat Kuasa Batang tubuh surat kuasa dirumuskan dalam bentuk uraian tentang 1) identitas pemberi kuasa; 2) identitas penerima kuasa; 3) wewenang yang dikuasakan. c. Kaki Surat Kuasa Bagian kaki surat kuasa memuat keterangan tentang 1) nama tempat, tanggal, bulan, dan tahun; 2) tanda tangan pejabat; 3) nama jelas pejabat pemberi dan penerimai kuasa, dan NIP-nya; 4) materai secukupnya apabila diperlukan; 5) cap dinas/jabatan; 6) tembusan (apabila dipandang perlu), tanpa kata Yth. d. Pembuatan Surat Kuasa Surat kuasa yang ditandatangani oleh 1) Menteri Kelautan dan Perikanan menggunakan kepala surat Lambang Negara berwarna emas dan bertuliskan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2) Pejabat Eselon I, Eselon II, dan Eselon III menggunakan kepala surat sesuai dengan unit kerja masing-masing. 52

50 Format Surat Kuasa DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL JALAN MEDAN MERDEKA TUIMUR NO. 16, JAKARTA TELEPON (021) (HUNTING), FAKSIMILE (021) SURAT ELEKTRONIK KOTAK POS 4130 JKP Kepala Surat 2 spasi SURAT KUASA NOMOR... 4 spasi ketukan 5 ketukan Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :... NIP : / 2 spasi Pangkat/golongan:... Jabatan :... 2 spasi Sesuai dengan kewenangan dalam jabatan memberi kuasa kepada: Nama :... NIP :... Pangkat/Golongan:... Jabatan :... 2 spasi untuk.... Batang Tubuh Surat.. 3 spasi Jakarta, 20 Januari 2005 Yang diberi kuasa Kepala Biro Hukum dan Organisasi, ttd. dan cap 4 spasi Tembusan: Narmoko Prasmadji NIP Kaki Surat 53

51 14. Surat Perintah a. Kepala Surat Perintah Bagian kepala surat perintah memuat keterangan tentang 1) nama dan alamat instansi (kepala naskah dinas), dengan huruf kapital, tanpa garis bawah; 2) kata surat perintah (dengan huruf kapital, tanpa garis bawah/surat PERINTAH), yang ditempatkan di bagian tengah atas lembar naskah/simetris; 3) nomor surat (dengan huruf kapital, tanpa tanda titik dua/ NOMOR), yang ditulis di bawah kata surat perintah. b. Batang Tubuh Surat Perintah Bagian batang tubuh surat perintah memuat keterangan tentang 1) pertimbangan dikeluarkannya surat perintah; 2) dasar/landasan pengeluaran surat perintah; 3) kata diperintahkan (dengan huruf kapital, tanpa garis bawah/ DIPERINTAHKAN), yang dicantumkan di tengah lembar naskah; 4) diktum yang memuat nama pejabat, pangkat/golongan, dan jabatan penerima perintah; 5) jenis tugas atau kegiatan yang diperintahkan; 6) penutup. c. Kaki Surat Perintah Bagian kaki surat perintah memuat keterangan tentang 1) tempat dikeluarkannya surat perintah; 2) tanggal, bulan, dan tahun; 3) titelatur jabatan; 4) tanda tangan pejabat; 5) nama jelas (dengan huruf awal setiap unsurnya kapital) pejabat yang menandatangani surat itu, berikut NIP-nya; 6) cap dinas/jabatan; 7) tembusan (apabila diperlukan), tanpa kata Yth. 54

52 d. Pembuatan Surat Perintah Surat perintah yang ditandatangani oleh 1) Menteri Kelautan dan Perikanan menggunakan kepala surat Lambang Negara berwarna emas dan bertuliskan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2) Pejabat Eselon I atas nama Menteri, menggunakan kepala surat berlogo Departemen Kelautan dan Perikanan di sebelah kiri berwarna biru dan di bawahnya bertuliskan Departemen Kelautan dan Perikanan. 3) Pejabat Eselon I dan Eselon II, yang karena jabatannya, menggunakan kepala surat unit kerjanya masing-masing. 55

53 Format Surat Perintah 2 spasi SURAT PERINTAH NOMOR ketukan 5 ketukan 4 spasi Pertimbangan : Dasar 1½ spasi DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 16, JAKARTA TELEPON (021) (HUNTING), FAKSIMILE (021) SURAT ELEKTRONIK setjen@dkp.go.id, KOTAK POS 4130 JKP : 2 spasi Kepala Surat Kepada Untuk DIPERINTAHKAN : : Batang Tubuh Surat Pembiayaan : Dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 20 Januari spasi Kepala Biro Perencanaan KLN, ttd.dan cap Saut Hutagalung NIP spasi Kaki Surat 56

54 15. Surat Tugas a. Kepala Surat Tugas Bagian kepala surat tugas memuat keterangan tentang 1) nama dan alamat instansi (kepala naskah dinas), dengan huruf kapital, tanpa garis bawah; 2) kata surat tugas (dengan huruf kapital, tanpa garis bawah/surat TUGAS), yang ditempatkan di bagian tengah atas lembar naskah/simetris; 3) nomor surat (dengan huruf kapital, tanpa tanda titik dua/ NOMOR), yang ditulis di bawah kata surat tugas. b. Batang Tubuh Surat Tugas Bagian batang tubuh surat tugas memuat keterangan tentang 1) pendahuluan/alinea pembuka, memuat alasan penugasan, diikuti perintah penugasan; 2) nama lengkap, NIP, pangkat/golongan, dan jabatan pejabat/pegawai penerima tugas, apabila penerima tugas kolektif; 2) inti surat memuat uraian penugasan yang harus dilaksanakan dan jadwal waktu; 3) penutup berisi penegasan perintah tugas dan pelaporannya. c. Kaki Surat Tugas Bagian kaki surat tugas memuat keterangan tentang 1) tempat dikeluarkannya surat perintah; 2) tanggal, bulan, dan tahun; 3) titelatur jabatan; 4) tanda tangan pejabat; 5) nama jelas (dengan huruf awal setiap unsurnya kapital) pejabat yang menandatangani surat itu, berikut NIP-nya; 6) cap dinas/jabatan; 7) tembusan (apabila diperlukan), tanpa kata Yth. 57

55 c. Pembuatan Surat Tugas Surat tugas yang ditandatangani oleh 1) Menteri Kelautan dan Perikanan menggunakan kepala surat Lambang Negara berwarna emas dan bertuliskan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia; 2) Pejabat Eselon I atas nama Menteri menggunakan kepala surat berlogo Departemen Kelautan dan Perikanan di sebelah kiri berwarna biru dan di bawahnya bertuliskan Departemen Kelautan dan Perikanan. 3) Pejabat Eselon I dan Eselon II, yang karena jabatannya, menggunakan kepala surat unit kerja masing-masing. 58

56 Format Surat Tugas DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 16, JAKARTA TELEPON (021) (HUNTING), FAKSIMILE (021) SURAT ELEKTRONIK KOTAK POS 4130 JKP spasi SURAT TUGAS NOMOR... Kepala Surat ketukan 4 spasi 5 ketukan menugasi: Dalam rangka melaksanakan tugas..., dengan ini kami 1. Nama :... Pangkat/Golongan :... Jabatan :... 1 spasi 2. Nama :... Pangkat/Golongan :... Jabatan :... untuk melaksanakan... pada: mulai tanggal...s.d... 2 spasi 1 spasi Demikian untuk dilaksanakan dan setelah selesai dilaksanakan, agar menyampaikan laporan. Kepada instansi terkait kami minta bantuan untuk kelancaran pelaksanaan tugas tersebut. Batang Tubuh Surat 4 spasi 1 1 / 2 spasi Ditetapkan di Jakarta pada tanggal... Sekretaris Jenderal, ttd. dan cap Andin H. Taryoto NIP spasi Kaki Surat Tembusan:

57 16. Berita Acara a. Kepala Berita Acara 1) lambang negara berwarna kuning emas; 2) Kata BERITA ACARA (dengan huruf kapital, tanpa garis bawah), yang ditempatkan di bagian tengah atas (simetris) dari lembar naskah. b. Batang Tubuh Berita Acara Bagian batang tubuh berita acara dirumuskan dalam bentuk uraian. c. Kaki Berita Acara Bagian kaki berita acara memuat keterangan tentang 1) nama terang pegawai/orang yang berhubungan dengan isi berita acara; 2) saksi. d. Pembuatan Berita Acara Berita acara ditandatangani oleh pejabat yang bersangkutan dan saksi menggunakan lambang negara berwarna kuning emas. 60

58 Format Berita Acara Sumpah Jabatan di Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan DEPARTEMENI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA 1 spasi Kepala Surat ketukan NASKAH BERITA ACARA SERAH TERIMA JABATAN... DEPARTEMENI KELAUTAN DAN PERIKANAN 5 ketukan 1spasi Pada hari ini Jumat tanggal Sepuluh bulan Juni tahun Dua ribu lima, bertempat di Kantor Departemen Kelautan dan Perikanan Jalan Medan Merdeka Timur Nomor 16 Jakarta, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 47/M Tahun 2005 tanggal 29 Maret 2005 dilakukan serah terima jabatan antara : 1. Nama :... NIP :... Jabatan :... Selanjutnya disebut sebagai Pihak Pertama 2. Nama :... NIP :... Jabatan :... Selanjutnya disebut sebagai Pihak Kedua menyatakan sebagai berikut : Pasal 1 2 spasi 1 spasi Pihak Pertama menyerahan kepada Pihak Kedua, jabatan, wewenang, tugas dan tanggung jawab... 1 spasi Batang Tubuh Surat Pihak Kedua menerima kepada Pihak Kedua, jabatan, wewenang, tugas dan tanggung jawab... Demikian naskah Berita Acara Serah Terima Jabatan ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tanggal tersebut di atas. 2 spasi Pihak Kedua Yang menerima Pihak Pertama Yang menyerahkan 1 spasi 4 spasi. Mengetahui/Menyaksikan :.... Kaki Surat 4 spasi... 61

59 17. Laporan a. Kepala Laporan 1) nama dan alamat instansi (kepala naskah dinas); 2) Bagian kepala laporan memuat judul laporan yang seluruhnya ditulis dalam huruf kapital dan diletakkan di tengah-tengah (simetris). b. Batang Tubuh Laporan Bagian tubuh laporan berisi keterangan tentang 1) pendahuluan yang memuat penjelasan umum, maksud, dan tujuan, ruang lingkup, serta sistematika laporan; 2) materi laporan terdiri dari kegiatan yang dilaksanakan, faktor yang mempengaruhi, hasil pelaksanaan kegiatan, hambatan yang dihadapi, dan hal lain yang perlu dilaporkan; 3) simpulan dan saran yang perlu disampaikan sebagai bahan pertimbangan; 4) penutup merupakan akhir laporan yang memuat harapan dan ucapan terima kasih. c. Kaki Laporan Bagian kaki laporan memuat keterangan tentang 1) tempat dan tanggal pembuatan laporan; 2) nama jabatan/pejabat pembuat laporan yang ditulis dengan huruf awal kapital pada setiap unsurnya; 3) tanda tangan dan cap unit kerja; 4) nama lengkap yang ditulis dengan huruf awal kapital setiap unsurnya. 62

60 Format Laporan DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 16, JAKARTA TELEPON (021) (HUNTING), FAKSIMILE (021) SURAT ELEKTRONIK KOTAK POS 4130 JKP LAPORAN NOMOR 1 1 / 2 spasi Kepala Surat TENTANG. 2 spasi Pendahuluan 1. Umum 2. Maksud dan Tujuan 3. Ruang Lingkup 4. Dasar 1 spasi 1 spasi Tugas yang Harus Dilaksanakan dan seterusnya 2 spasi Hasil yang Dicapai Batang Tubuh Surat Kesimpulan dan Saran Penutup... 4 spasi Dibuat di :... pada tanggal:... Kepala Biro Umum dan Perlengkapan, ttd. dan cap 4 spasi Kaki Surat Farida A. Lukman 63

61 18. Kartu Kendali Format Kartu Kendali terdiri beberapa kolom antara lain kolom untuk nomor urut surat, kode klasifikasi, tanggal, indek surat, asal atau tujuan surat, ringkasan perihal, nomor surat, dari lampiran, unit pengolah, unti kerja yang dituju serta kolom paraf penerima surat. Kartu Kendali terdiri dari 3 (tiga) lembar yang masing-masingnya digunakan sebagai : a. lembar I berwarna putih digunakan sebagai penganti buku agenda; b. lembar II berwarna kuning digunakan sebagai arsip atau buku ekspedisi / bukti penerima serta pengendali surat di unit pengolah; c. lembar III berwarna merah digunakan sebagai pengendali surat dan harus menyatu dengan surat di unit pengolah/kerja yang dituju. Untuk penerima surat, membubuhkan paraf dan nama jelas pada kolom paraf. 64

62 Format Kartu Kendali 65

63 19. Piagam Penghargaan a. Kepala Piagam Penghargaan Bagian kepala Piagam Penghargaan memuat keterangan tentang 1) lambang negara berwarna kuning emas; 2) kata Piagam Penghargaan (dengan huruf kapital, dengan garis bawah/ PIAGAM PENGHARGAAN), yang ditempatkan di bagian tengah atas lembar naskah/simetris; 3) nomor surat (dengan huruf kapital, tanpa tanda titik dua/ NOMOR), yang ditulis di bawah kata Piagam Penghargaan. b. Batang Tubuh Piagam Penghargaan Bagian batang tubuh surat tugas memuat keterangan tentang 1) kalimat Menteri Kelautan dan Perikanan memberikan Penghargaan yang sebesar-besarnya kepada ; 2) nama lengkap, pangkat, jabatan pejabat/pegawai penerima penghargaan dan unit kerja; 3) kalimat penghargaan yang disesuaikan dengan latar belakang pemberian penghargaan. c. Kaki Surat Piagam Penghargaan Bagian kaki surat tugas memuat keterangan tentang 1) tempat dikeluarkannya Piagam Penghargaan; 2) tanggal, bulan, dan tahun; 3) titelatur jabatan; 4) tanda tangan pejabat; 5) nama jelas (dengan huruf awal setiap unsurnya kapital) pejabat yang menandatangani surat itu, berikut NIP-nya; 6) cap dinas/jabatan; d. Pembuatan Piagam Penghargaan Piagam Penghargaan ditandatangani oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, menggunakan kepala surat dengan lambang negara berwarna kuning emas. 66

64 Format Piagam Penghargaan Kepala Surat PIAGAM PENGHARGAAN NOMOR... 4 spasi Menteri Kelautan dan Perikanan memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : Nama :... Pangkat :... Jabatan :... Unit Kerja :... 1 ½ spasi Batang Tubuh Surat 2 spasi Atas jasa dan darmabaktinya yang telah diberikan selama bertugas sebagai... sejak tanggal... sampai dengan saat diberhentikan dengan hormat dari dinas... dengan hak pensiun pada tanggal... 4 spasi Diberikan di :... Pada tanggal :... MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN ttd. dan cap 4 spasi Kaki Surat FREDDY NUMBERY 67

65 D. Pembuatan 1. Papan Nama Instansi a. Macam Papan nama Instansi Papan nama instansi di lingkungan DKP terdiri dari papan nama kantor di pusat dan di daerah. 1) Papan Nama Kantor di Pusat Papan nama kantor di pusat adalah (i) Departemen Kelautan dan Perikanan; (ii) Badan Riset Kelautan dan Perikanan; (iii) Pusat Pengembangan Aparatur Kelautan dan Perikanan; (iv) Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan; (v) Pusat Data, Statistik, dan Informasi; (vi) Pusat Karantina Ikan. 2) Papan Nama Kantor di Daerah Jenis papan nama kantor di daerah adalah (i) pelabuhan-pelabuhan perikanan; (ii) balai-balai besar; (iii) balai-balai; (iv) stasiun-stasiun; (v) loka-loka; (vi) Sekolah Tinggi Perikanan, akademi, dan Sekolah Usaha Perikanan Menengah. b. Bentuk dan Ukuran Bentuk papan nama adalah empat persegi panjang dengan ukuran 1) 250 x 100 cm, 2) 200 x 75 cm, dan 3) 150 x 70 cm. Ukuran tersebut dapat disesuaikan dengan luas tanah dan bangunan dengan memperhatikan segi estetika. 68

66 c. Warna dan Huruf Warna dasar papan nama adalah putih dengan warna tulisan biru dicetak dengan huruf kapital berukuran sama dan diatur sedemikian rupa sehingga mudah dibaca. Besarnya huruf/angka disesuaikan dengan ukuran papan nama dan jumlah huruf/angka yang digunakan. d. Logo Logo yang digunakan adalah logo Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.17/MEN/2001 tanggal 6 Maret 2001, dengan lambang laut dan gelombang, lingkaran tiga dimensional dan garis larikan, stilasi ikan, serta tulisan Departemen Kelautan dan Perikanan, yang ditempatkan di sebelah kiri atas. Besar logo disesuaikan dengan besarnya ukuran papan nama kantor. e. Bahan Papan nama kantor/instansi terbuat dari bahan yang tahan lama. f. Pemasangan Papan nama kantor/instansi ditempatkan di lokasi yang strategis dan mudah dibaca. CONTOH PAPAN NAMA KANTOR UPT DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JALAN AUP PASAR MINGGU, PO.BOX 7239/JKPSM TELEPON (021) , FAKSIMILE (021) JAKARTA SELATAN 69

67 2. Sarana Surat-Menyurat a. Pengetikan dalam bentuk semi block style dengan menggunakan jenis huruf 1) Pica, 2) Arial 12, dengan 3) spasi 1 atau 1,5 disesuaikan dengan kebutuhan. d. Ukuran Kertas 1) Kertas yang digunakan untuk kegiatan dinas adalah HVS maksimal 70 gram, antara lain untuk kegiatan surat-menyurat, penggandaan, dan dokumen pelaporan. 2) Penggunaan kertas HVS di atas 70 gram atau jenis lain hanya terbatas untuk jenis naskah dinas yang mempunyai nilai keasaman tertentu dan nilai kegunaan dalam waktu lama. 3) Penyediaan surat berlambang negara dan/atau logo instansi, dicetak di atas kertas 70 gram. 4) Kertas yang digunakan untuk surat-menyurat adalah A4 yang berukuran 297 x 210 mm. 5) Folio ganda (420 x 330 mm) di samping kertas A4 untuk kepentingan tertentu korespondensi dapat menggunakan kertas dengan ukuran (a) A3 kuarto ganda (297 x 420 mm), (b) A5 setengah kuarto (210 x 148 mm), dan (c) folio (210 x 330 mm). 70

68 c. Ukuran Blangko/Formulir No. Blangko/Formulir Ukuran Jenis Kertas 1. Model A1 digunakan untuk Keterangan a. berita acara,surat keputusan Folio/70 gram 210 x 330- HVS 2. b. surat edaran, pidato, pelantikan Model A2 digunakan untuk Folio/70 gram 210 x 330 A4/ 70 gram 297 x 210 mm HVS HVS bergantung pada kebutuhan naskah dinas A4/ 70 gram 297 x 210 mm HVS 3. Model A3 digunakan untuk surat dinas berbahasa Inggris A4/ 70 gram 297 x 210 mm HVS 4. Model B1 digunakan untuk surat dinas A4/ 70 gram 297 x 210 mm HVS 5. Model B2 digunakan untuk surat dinas, surat keterangan, surat izin, pengumuman, surat peringatan, berita acara, surat perintah, surat pengantar, edaran A4/ 70 gram 297 x 210 mm HVS 6. Model B3 digunakan untuk surat keputusan dan mutasi pegawai Folio/70 gram 210 x 330 HVS 7. Model B4 digunakan untuk surat dinas a.n. Menteri berbahasa Inggris A4/ 70 gram 297 x 210 mm HVS 71

69 Keterangan: i. Model A1 : Blangko/formulir dengan lambang negara di tengah (simetris), di bawahnya tanpa tulisan MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA; warna tulisankuning emas. Blangko tersebut digunakan untuk jenis tulisan dinas berupa berita acara, sambutan, keputusan, surat edaran, atau pidato yang ditandatangani oleh Menteri. ii. Model A2 : Blangko/formulir dengan lambang negara di tengah (simetris) berwarna kuning emas yang di bawahnya bertuliskan MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN. Blangko tersebut digunakan untuk tulisan dinas yang ditandatangani oleh Menteri untuk surat yang tidak diatur dalam Model A1. iii. Model A3 : Blangko/formulir dengan lambang negara di tengah (simetris) berwarna kuning emas yang bertuliskan MINISTRY OF MARINE AFFAIRS AND FISHERIES REPUBLIC OF INDONESIA. Blangko tersebut digunakan untuk surat dinas internasional yang ditandatangani oleh Menteri. Pada catatan kaki surat bertuliskan alamat lengkap (nomor telepon, faksimile/surat elektronik). iv. Model B1 : Blangko/formulir dengan gambar logo departemen di sisi kiri, bertuliskan DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, warna tulisan biru. Blangko tersebut digunakan untuk naskah dinas yang ditandatangani oleh pejabat Eselon I atas nama Menteri. v. Model B2 : Blangko/formulir dengan gambar logo departemen di sisi kiri, bertuliskan DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERlKANAN dan unit kerja Eselon I/pusat/UPT di tengah (simetris), warna tulisan biru. Blangko/formulir tersebut digunakan untuk semua naskah dinas yang ditandatangani baik oleh pejabat 72

70 Eselon I/kepala pusat/kepala UPT atas wewenang jabatannya maupun oleh pejabat eselon di bawahnya, atas nama pejabat Eselon I/kepala pusat/kepala UPT tersebut. vi. Model B3 : Blangko/formulir (berukuran folio) dengan gambar garuda hitam di tengah (simetris). Blangko/formulir tersebut diperlukan untuk naskah dinas atas nama Menteri yang berkaitan dengan surat keputusan, misalnya surat keputusan tentang pembentukan tim dan mutasi kepegawaian. vii. Model B4 : Blangko/formulir (berukuran A4) dengan gambar logo departemen di sisi kiri, bertuliskan (bahasa Inggris) MINISTRY OF MARINE AFFAIRS AND FISHERIES REPUBLIC OF INDONESIA, warna tulisan biru. Blangko/formulir tersebut digunakan untuk naskah dinas yang ditandatangani oleh pejabat Eselon I atas nama Menteri. 73

71 d. Ukuran sampul surat (amplop) adalah sebagai berikut. No. Sampul Surat Ukuran Sampul Warna Sampul Keterangan 1. MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN 105 x x x 400 Putih Coklat Coklat Model A2 2. MINISTER OF MARINE AFFAIRS AND FISHERIES REPUBLIC OF INDONESIA 105 x 227 Putih Model A3 3. DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN 105 x x x 400 Putih Coklat Coklat Model B1 4. MINISTRY OF MARINE AFFAIRS AND FISHERIES REPUBLIC OF INDONESIA 105 x x x 400 Putih Coklat Coklat Model B4 5. SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN 105 x x x 400 Putih Coklat Coklat Model B2 6. MINISTRY OF MARINE AFFAIRS AND FISHERIES SECRETARIAT GENERAL 105 x x 353 Putih Coklat Model B3 74

72 3. Cap Dinas 1. Bentuk dan Ukuran Cap Dinas Tata Cara Penggunaannya Cap jabatan di lingkungan DKP dibuat untuk Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia serta Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Bentuk dan ukuran cap dinas di lingkungan DKP tersebut adalah bulat, seperti tampak pada contoh gambar, yang terdiri dari dua lingkaran: lingkaran luar/terbesar berdiameter empat cm. 2. Penggunaan Cap Dinas Penggunaan cap dinas ditentukan sebagai berikut. 1) Jenis cap dinas, yang dibedakan menjadi dua, yaitu (i) cap dinas jabatan untuk Menteri dan pejabat struktural Eselon I; (ii) cap dinas departemen, unit kerja Eselon I, pusat, dan UPT. 2) Ukuran Cap Dinas 30 mm 39 mm 40 mm MENTERI LAMBANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA 75

73 3) Bentuk Cap Dinas a. Cap dinas jabatan Menteri digambarkan dengan (i) lingkaran luar yang berisi tulisan MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, dengan huruf kapital; (ii) ingkaran dalam berisi gambar burung garuda; cap dinas ini digunakan untuk naskah dinas yang ditandatangani oleh Menteri atau Menteri ad interim; contohnya, Jabatan Menteri Kelautan dan Perikanan Cap b. Cap dinas jabatan struktural Eselon I digambarkan dengan (i) lingkaran luar yang berisi tulisan DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, dengan huruf kapital; (ii) lingkaran dalam yang bertuliskan nama jabatan struktural Eselon I dengan menggunakan huruf kapital yang dibatasi dengan dua garis horizontal.cap dinas ini digunakan untuk naskah dinas keluar yang ditandatangani oleh pejabat struktural Eselon I. Urutan Direktorat Jenderal (sesuai dengan Permen 07) adalah 1. Sekretaris Jenderal; 2. Inspektur Jenderal; 3. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap; 76

74 4. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya; 5. Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan; 6. Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil; 7. Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan; 8. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Contohnya, Titelatur atau Nama Jabatan Contoh Cap Sekretaris Jenderal Inspektur Jenderal Direktur Jenderal Perikanan Tangkap 77

75 Titelatur atau Nama Jabatan Contoh Cap Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan 78

76 c. Cap dinas organisasi departemen digambarkan dengan (i) lingkaran luar yang berisi tulisan DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, dengan huruf kapital; (ii) lingkaran dalam yang berisi gambar burung garuda. Cap dinas ini digunakan untuk naskah dinas yang ditandatangani oleh pejabat struktural Eselon I atas nama Menteri. Contohnya, Nomenklatur atau Nama Organisasi Contoh Cap Departemen Kelautan dan Perikanan d. Cap dinas unit organisasi Eselon I digambarkan dengan (i) lingkaran luar yang berisi tulisan DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA (dengan menggunakan huruf kapital); (ii) lingkaran dalam bertuliskan nama unit organisasi Eselon I dengan menggunakan huruf kapital yang dibatasi dua garis horizontal; Cap dinas ini digunakan untuk naskah dinas keluar yang ditandatangani oleh pejabat Eselon II atas nama pejabat Eselon I. 79

77 Contohnya, Nomenklatur atau Nama Organisasi Unit Kerja Contoh Cap Sekretariat Jenderal Inspektorat Jenderal Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya 80

78 Nomenklatur atau Nama Organisasi Unit Kerja Contoh Cap Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Badan Riset Kelautan dan Perikanan 81

79 e. Cap dinas pusat digambarkan dengan (i) lingkaran luar yang berisi tulisan DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA (dengan menggunakan huruf kapital); (ii) lingkaran dalam yang bertuliskan nama pusat (dengan menggunakan huruf kapital), yang dibatasi dengan dua garis horizontal. Cap dinas unit organisasi pusat digunakan untuk naskah dinas keluar yang ditandatangani kepala pusat atas wewenang jabatannya atau pejabat struktural Eselon III atas nama kepala pusat. Contohnya, Nomenklatur atau Nama Organisasi Unit Kerja Contoh Cap Pusat di bawah Sekretariat Jenderal

80 f. Pembuatan dan Pengamanan/Penanggung Jawab Cap Dinas Pembuatan cap dinas jabatan Menteri, a.n. Menteri, Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala Badan, dan Sekretariat Jenderal merupakan kewenangan Biro Umum dan Perlengkapan, Sekretariat Jenderal. Untuk pertimbangan keamanan, penggantian cap dinas harus dilakukan oleh Biro Umum dan Perlengkapan dengan menyerahkan cap dinas yang lama dan dibuatkan Berita Acara Serah Terima. Untuk pengamanan dan mencegah penyalahgunaan cap dinas dari pengguna yang telah ditetapkan, penyimpanan cap dinas diatur sebagai berikut. (i) Cap dinas jabatan Menteri, a.n. Menteri, Sekretaris Jenderal, dan Sekretariat Jenderal disimpan di Biro Umum dan Perlengkapan, Sekretariat Jenderal. (ii) Cap dinas Jabatan Direktur Jenderal, Inspektur Jenderal, dan Kepala Badan disimpan pada Sekretariat Direktorat Jenderal/Inspektorat Jenderal/Badan dan sebagai penanggung jawab adalah masing-masing Kepala Bagian Umum. g. Penempatan Cap Dinas (i) Penempatan cap dinas disesuaikan dengan penggunaan kepala surat dan berada di sebelah kiri tanda tangan pejabat yang berwenang menandatanganinya seraya sedikit menimpa tanda tangan tersebut. Tidak dibenarkan penempatan cap dinas tepat di tengah-tengah atau di atas tanda tangan pejabat yang berwenang. Apabila terdapat lebih dari satu pejabat yang menandatangani suatu naskah dinas, 83

81 cap dinas itu ditempatkan di sebelah kiri tanda tangan pejabat yang lebih tinggi tingkatnya. (ii) Naskah dinas yang ada hubungannya dengan kerja sama pemerintah dengan luar negeri (berbahasa Inggris) tidak menggunakan cap dinas. (iii) Naskah kerja sama DKP dengan instansi lain di dalam negeri menggunakan cap jabatan masing-masing pejabat penanda tangan. E. Kewenangan dan Paraf Pada hakikatnya, setiap surat ke luar menjadi tanggung jawab pimpinan instansi yang bersangkutan. Surat ditandatangani oleh pejabat yang mempunyai kewenangan atau yang mendapat pelimpahan wewenang, sesuai dengan tanggung jawabnya berdasarkan ketentuan kedinasan yang berlaku. Kewenangan dalam penandatanganan surat harus memperhatikan kesesuaian dengan jenjang struktural pejabat yang dituju. Surat dinas, sebelum ditandatangani oleh pejabat yang berwenang, memerlukan pengesahan pertanggungjawaban, baik materi maupun teknis, dari pejabat yang bersangkutan. 1. Pelimpahan Wewenang Penandatanganan dan Paraf dalam Naskah Dinas Sepanjang tidak ditentukan secara khusus oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, kewenangan penandatanganan dapat dilimpahkan kepada pejabat bawahan. Pelimpahan wewenang hanya ditujukan untuk pejabat yang secara struktural berada di bawahnya. Pelimpahan wewenang dimaksudkan untuk menunjang kelancaran tugas dan ketertiban jalur komunikasi yang bertanggung jawab. 84

82 Pelimpahan wewenang harus mengikuti jalur struktural dan paling banyak dua rentang jabatan struktural di bawahnya. Penandatanganan surat yang ditujukan kepada instansi di luar lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan ditentukan sebagai berikut. a. Surat Menteri yang ditujukan kepada pempinan instansi di luar lingkungan DKP ditandatangani oleh Menteri dan diparaf oleh Sekretaris Jenderal, sebagai penanggung jawab administrasi Kantor DKP, dan oleh pejabat Eselon I yang bersangkutan dengan materi sebagai penanggung jawab teknis. b. Apabila Menteri mendelegasikan penandatanganan surat kepada pejabat setingkat di bawahnya, penandatanganan dilakukan oleh pejabat tersebut dengan penyebutan a.n. (atas nama). c. Apabila pejabat yang diberi wewenang menandatangani surat tersebut beralangan, penandatanganan dapat didelegasikan kepada pejabat yang setingkat di bawahnya dengan penyebutan u.b. (untuk beliau) setelah pencantuman a.n. (atas nama). d. Surat pimpinan unit kerja Eselon I yang ditujukan kepada pimpinan instansi di luar DKP ditandatangani oleh yang bersangkutan, dan sebelum ditandatangani terlebih dahulu diparaf oleh Sekretaris Inspektorat Jenderal/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan dan/atau penanggung jawab materi dengan tembusan kepada Menteri. Surat Sekretaris Jenderal, sebelum ditandatangani, harus diparaf terlebih dahulu oleh Kepala Biro/Kepala Pusat yang menjadi penanggung jawab materi. e. Apabila pejabat Eselon I mendelegasikan penandatanganan surat kepada pejabat setingkat di bawahnya, penandatanganan dilakukan oleh pejabat tersebut dengan penyebutan a.n. (atas nama). f. Apabila pejabat yang diberi wewenang menandatangani surat tersebut beralangan, penandatanganan dapat didelegasikan kepada pejabat setingkat di bawahnya dengan penyebutan u.b. (untuk beliau) setelah pencantuman a.n. (atas nama). 85

83 g. Staf Ahli Menteri, sesuai dengan tugas dan fungsinya, memberikan telaahan, pertimbangan, dan saran pemecahan masalah secara konseptual mengenai hal-hal tertentu menurut keahliannya yang berkaitan dengan kelautan dan perikanan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan. Oleh karena itu, Staf Ahli Menteri tidak berwenang untuk membuat dan menandatangani surat dinas yang ditujukan kepada pemimpin/pimpinan instansi di luar DKP. h. Staf Ahli Menteri hanya berwenang untuk membuat dan menandatangani Memorandum dan Nota Dinas kepada Menteri dan Pejabat Eselon I di lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Contoh lembar pengesahan untuk surat Menteri Lembar Pengesahan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Nama Pejabat Paraf 1. Penanggung Jawab Materi 2. Penanggung Jawab Teknis.. Tembusan: 1. Presiden Republik Indonesia 2... dan seterusnya a.n. Menteri Kelautan dan Perikanan RI Sekretaris Jenderal, Tembusan: 1. Menteri Kelautan dan Perikanan RI 2... dan seterusnya. 86

84 a.n. Sekretaris Jenderal a.n. Sekretaris Jenderal Kepala Biro Keuangan, Kepala Biro Keuangan, Tembusan: Tembusan: 1. Sekretaris Jenderal 3. Sekretaris Jenderal 2... dan seterusnya 4... dan seterusnya.. a.n. Menteri Kelautan dan Perikanan RI Sekretaris Jenderal u.b. Kepala Biro Kepegawaian, Tembusan: 1. Sekretaris Jenderal dan seterusnya. a.n. Sekretaris Jenderal Kepala Biro Umum dan Perlengkapan u.b. Kepala Bagian Perlengkapan,. Tembusan: 1. Kepala Biro Umum dan Perlengkapan 2... dan seterusnya 87

85 BAB III PROSEDUR DAN PENGELOLAAN NASKAH DINAS A. Penanganan Naskah Dinas 1. Naskah Dinas Masuk a. Penerima Surat Penerima surat bertugas 1) menerima surat (dinas, pribadi, atau yang salah alamat) yang masuk ke DKP; 2) memilah (surat biasa, surat rahasia, surat pibadi); 3) membuka dan memeriksa kelengkapan surat; 4) menyampaikan kepada pengarah. b. Pengarah Surat Tugas pengarah surat adalah 1) membaca surat dan menentukan kategori surat (kecuali surat rahasia): (i) surat dengan kategori penting dicatat dalam kartu kendali (KK), rangkap tiga; (ii) surat dengan kategori biasa diberi lembar pengantar - surat biasa (PSB), rangkap dua; (iii) surat rahasia diberi Lembar Pengantar Surat Rahasia (PSR), rangkap dua; 2) mengembalikan dengan segera surat-surat yang salah alamat kepada pengirimnya atau meneruskannya ke alamat yang semestinya; 3) mengirimkan surat-surat yang bersifat pribadi ke alamat yang bersangkutan, tanpa dibuka; 4) meneruskan surat tertutup/rahasia kepada alamat yang dituju sesuai dengan prosedur penerimaan surat rahasia; 88

86 5) mencantumkan pengarahan dan kode klasifikasi pada Lembar Disposisi; 6) menyerahkan surat-surat kepada pencatat. c. Pencatat Surat Pencatat surat bertugas 1) mencatat surat pada Lembar PSB; 2) meneruskan surat beserta Lembar PSB atau PSR pada unit tata usaha yang dituju; 3) menerima kembali Lembar PSB atau PSR asli yang sudah diparaf oleh unit tata usaha yang dituju sebagai arsip pada unit tata usaha departemen. d. Unit Tata Usaha Unit tata usaha bertugas 1) menandatangani atau memaraf lembar PSB atau PSR dan mengembalikannya kepada pencatat; 2) memeriksa jumlah dan kelengkapan surat sesuai dengan Lembar PSB atau PSR; 3) menyampaikan surat yang disertai lembar disposisi kepada pimpinan pengolah; 4) menyimpan surat rahasia dalam berkas khusus surat rahasia. e. Proses Naskah Dinas Masuk Proses naskah dinas sangat rahasia, rahasia, dan terbatas masuk adalah sebagai berikut:. 1) Penerima surat menandatangani tanda terima dengan memberikan nama jelas, tanggal, dan waktu. 2) Pengarah surat melengkapi baju surat dengan menggunakan Lembar PSR rangkap dua dengan mengisi (i) Unit Pengolah/Unit Kerja penerima surat; (ii) tanggal disampaikan; (iii) nomor urut; (iv) tanggal dan nomor surat. 89

87 3) Surat dalam keadaan masih tertutup bersama dengan Lembar PSR secara langsung disampaikan sesuai dengan alamat surat yang dituju. 4) Setelah Lembar PSR ditandatangani oleh penerima surat, dengan nama jelas, tanggal, dan waktunya di bagian Lembar PSR, (i) lembar pertama sebagai pengganti buku agenda dan bukti penerimaan disimpan di Unit Kearsipan (Bagian Tata Usaha dan Persuratan, Biro Umum dan Perlengkapan); (ii) lembar kedua menempel pada surat (dalam keadaan tertutup) dan disimpan pada unit pengolah. 2. Naskah Dinas Keluar a. Penyiapan Surat Dinas Biasa/Penting 1) Pengolahan Surat (i) Pembuatan konsep surat dinas dapat dilakukan oleh pejabat yang berhak menandatangani surat tersebut atau oleh pejabat/petugas yang ditunjuk sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. (ii) Batas waktu jawaban disesuaikan dengan sifat pengiriman surat yang bersangkutan Amat segera/kilat dengan batas waktu 24 jam setelah surat diterima; Segera dengan batas waktu 2 x 24 jam setelah surat diterima; Biasa dengan batas waktu maksimum 5 hari kerja. (iii) Konsep surat yang telah dibuat selanjutnya diperiksa oleh atasan langsung pengonsep surat. (iv) Bagian persuratan unit tata usaha dan/atau sekretaris pimpinan memeriksa konsep surat dari aspek tata persuratan dan teknis penulisan. 90

88 (v) Konsep surat diajukan kepada pejabat yang berhak menandatanganinya untuk pemeriksaan substansi. (vi) Setelah diperiksa dan disetujui sebagaimana tersebut pada Butir 2) sampai dengan Butir 4), dilakukan pengetikan surat bersih, dengan jumlah lembar sesuai dengan tujuan, ditambah satu lembar yang diparaf, untuk selanjutnya ditandatangani oleh pejabat yang berwenang. (vii) Konsep naskah disimpan dalam berkas bersama arsip surat bersih. Surat bersih yang telah ditandatangani dan yang sudah dibubuhi paraf oleh pengonsep surat disimpan sebagai arsip. 2) Pengiriman Surat Dinas Apabila surat dinas ke luar telah siap, surat dinas tersebut harus segera dikirim ke alamat yang dituju setelah dicatat oleh petugas pengendali surat keluar. Prosedur pencatatan surat oleh pengendali surat dilakukan sebagai berikut: (i) surat dicatat dalam kartu kendali rangkap tiga; (ii) surat asli beserta tembusan arsip dikirim ke bagian tata usaha untuk diberi nomor surat pada KK; (iii) surat asli beserta KK Lembar Ke-3 diteruskan kepada pengolah surat, sedangkan KK Lembar Ke-1 sebagai nomor urut, dan KK Lembar Ke-2 beserta arsip surat disimpan di bagian tata usaha departemen. (iv) Kecepatan Penyampaian Amat segera/kilat: surat yang sudah harus diselesaikan/ dikirim/disampaikan pada hari yang sama dengan batas waktu 24 jam; Segera: surat dinas yang harus diselesaikan/dikirim/ disampaikan dalam waktu 2 x 24 jam; dan Biasa: surat dinas yang harus diselesaikan/dikirim/ disampaikan menurut urutan yang diterima oleh 91

89 bagian pengiriman, sesuai dengan jadwal perjalanan caraka/kurir, batas waktu lima hari b. Proses Naskah Dinas Keluar Proses naskah dinas sangat rahasia, rahasia, dan terbatas keluar adalah sebagai berikut. 1) Konsep surat harus dibuat sendiri oleh pejabat yang akan menandatangani atau pejabat yang ditunjuk menangani surat rahasia itu dan langsung menentukan tingkat keamanannya (sangat rahasia, rahasia, atau terbatas). 2) Setelah ditentukan tingkat keamanannya dan disetujui, konsep itu diparaf oleh pengonsep dan langsung diserahkan ke petugas sandi negara untuk diproses, kemudian ditandatangani oleh pejabat yang berwenang menandatangani surat tersebut. 3) Petugas sandi negara meminta nomor kepada petugas penomoran surat dengan menggunakan Kartu Kendali Rangkap tiga dan petugas mengisi (i) nomor urut, (ii) tanggal permintaan nomor surat, (iii) kode klasifikasi, (iv) hal, (v) alamat yang dituju, (vi) unit pengolah, dan (vii) paraf petugas sandi negara. Arsip surat sangat rahasia, rahasia, dan terbatas berada di kamar sandi dan menjadi tanggung jawab petugas sandi negara, sedangkan unit kearsipan hanya menyimpan kartu kendali lembar pertama dan lembar kedua. 4) Kegiatan pengamplopan dilakukan oleh petugas sandi negara dengan menggunakan amplop. Untuk tingkat keamanan Naskah Dinas Sangat Rahasia digunakan tiga amplop sebagai berikut. 92

90 (i) Amplop pertama, setelah ditutup dengan lem, dibubuhkan lak segel pada tiga tempat bagian sambungan amplop, kemudian dicap segel di atasnya. Apabila tidak terdapat cap segel, setelah amplop ditutup dengan lem, dibubuhkan cap jabatan pada tiga tempat bagian sambungan amplop. Pada amplop dibubuhi alamat lengkap, nomor kode surat, cap dinas dan cap SANGAT RAHASIA (dengan huruf kapital), kemudian dimasukan ke dalam amplop kedua. (ii) Amplop kedua ditangani dengan cara yang sama, seperti menangani amplop pertama, kemudian dimasukan kedalam amplop ketiga. (iii) Amplop ketiga ditutup dengan lem, seperti halnya surat biasa. Pada muka amplop dibubuhkan alamat lengkap, nomor surat, cap dinas tanpa dibubuhi cap SANGAT RAHASIA. (iv) Untuk tingkat keamanan naskah dinas rahasia dan Terbatas, digunakan dua amplop dengan pengaturan amplop pertama yang ditangani dengan cara yang sama, hanya tidak perlu dibubuhi lak segel, lalu dimasukan ke dalam amplop kedua, kemudian ditutup dengan lem; pada muka amplop dibubuhi alamat lengkap, nomor surat, dan cap dinas, tanpa dibubuhi cap RAHASIA atau TERBATAS. (v) Pengiriman naskah dinas sangat rahasia, rahasia, dan terbatas memerlukan perlakuan khusus dan dilakukan oleh caraka/kurir atau perusahaan jasa ekspedisi. 5) Penulisan Alamat Pengirim dan Tujuan Pada sampul surat selalu harus dicantumkan alamat pengirim dan alamat tujuan. Alamat pengirim dicetak atau dituliskan pada bagian kanan atas sampul dengan susunan dan bentuk huruf yang sama dengan yang tertulis atau tercetak pada 93

91 kepala surat, yaitu lambang negara/logo instansi, nama instansi/jabatan, dan alamat instansi. Alamat tujuan ditulis sama seperti alamat yang tercantum pada kepala surat, alinea pertama alamat tujuan dimulai pada baris di bawah bagian tengah sampul. 6) Melipat Surat dan Memasukkannya ke dalam Sampul Surat/Amplop Surat yang sudah siap mau dikirim dapat kehilangan penampilannya apabila cara melipatnya dan memasukkannya ke dalam sampul surat/amplop kurang cermat dan tidak hatihati. Surat yang sudah dilipat sudut-sudutnya harus bertemu dan lipatannya harus lurus dan tidak kusut. Sebelum surat itu dilipat, terlebih dahulu perlu dipertimbangkan sampul surat yang akan dipergunakannya. 7) Contoh Melipat Surat yang akan Dimasukkan ke dalam Sampul Surat Dinas

92 Keterangan Gambar: 1. Lembar kertas surat 2. Sepertiga bagian bawah kertas surat dilipat ke depan. 3. Sepertiga bagian atas lembaran kertas surat dilipat ke belakang ke bawah. 4. Surat dimasukkan ke dalam sampul dengan bagian kepala surat menghadap ke depan. 5. Pada sampul, semua keterangan yang ada dalam alamat tujuan surat ditulis sama seperti alamat yang tercantum pada kepala surat, kata pertama alamat/tujuan surat dimulai pada baris di bawah bagian tengah sampul. B. Penomoran Naskah Dinas Keluar Nomor surat keluar dinyatakan dengan huruf dan angka sebagai berikut: 1234/ABC/PQ.00/XY/0000. Penjelasan: 1234 : Nomor urut surat. ABC : Kode unit kerja asal surat atau pejabat yang menandatangani. PQ.00 : Digit yang digunakan untuk kode klasifikasi surat sebagaimana pedoman klasifikasi surat (dengan huruf kapital) diatur dalam ketentuan tersendiri. 95

93 XY : Digit yang digunakan untuk membubuhkan bulan penerbitan surat (dengan angka Romawi) : Digit yang digunakan untuk membubuhkan tahun penerbitan surat. Kode nomenklatur unit kerja Eselon I di lingkungan Direktorat Jenderal dan Inspektorat Jenderal dapat dikembangkan sesuai dengan jumlah unit kerja Eselon II, yaitu 1. Sekretariat Direktorat Jenderal 2. Direktorat atau Inspektorat I 3. Direktorat atau Inspektorat II 4. Direktorat atau Inspektorat III 5. Direktorat atau Inspektorat IV Klasifikasi Surat: Surat Biasa B 1234 Surat Rahasia R 1234 Surat Sangat Rahasia SR 1234 Lain-Lain: a. Penomoran naskah dinas yang ditandatangani oleh pejabat Eselon I atas nama Menteri mengikuti penomoran a.n. Menteri. b. Penomoran naskah dinas lain, seperti nota dinas dan surat edaran, menggunakan kode tersendiri untuk membedakan satu dengan yang lain. Contohnya, INS Instruksi SE Surat Edaran ST Surat Tugas ND Nota Dinas SP Surat Perintah M Memorandum c. Penomoran keputusan pengangkatan dalam jabatan struktural dilakukan oleh Biro Kepegawaian. 96

94 C. Pengendalian Surat dan Penataan Arsip 1. Pengendalian Surat Pengendalian surat adalah proses kegiatan pengelolaan surat sejak diterima, diarahkan, dicatat di unit kearsipan sampai diterima dan ditangani oleh unit pengolah hingga dikirim oleh unit kearsipan. a. Pengendalian terhadap surat masuk penting/biasa dilakukan sebagai berikut: 1) surat penting dengan menggunakan kartu kendal; 2) surat biasa dengan menggunakan lembar pengantar biasa. b. Pengendalian terhadap surat masuk penting/biasa rahasia dilakukan sebagai berikut 1) naskah dinas masuk yang tingkat kerahasiaannya sangat tinggi ditujukan langsung kepada Menteri Kelautan dan Perikanan. 2) naskah dinas ke luar yang tingkat kerahasiaannya sangat tinggi yang ditujukan kepada Presiden dan Menteri langsung ditandatangani oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, sedangkan yang tingkat kerahasiaannya kurang tinggi ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal. 3) Untuk naskah dinas rahasia mengenai kepegawaian, hanya usul mutasi pejabat Eselon II ke atas disampaikan langsung kepada Menteri Kelautan dan Perikanan, sedangkan usul mutasi pejabat Eselon III ke bawah disampaikan kepada Sekretaris Jenderal. 4) Untuk menjaga kerahasiaan, berkas-berkas surat sangat rahasia, rahasia, dan terbatas dikelola oleh petugas sandi negara dan disimpan di kamar sandi. 5) Penggandaan naskah dinas rahasia, rahasia, dan terbatas hanya dilakukan apabila ada perintah dari unit pengolah (pencipta) atau pejabat yang ditunjuk. c. Untuk proses pengolahan surat digunakan kartu disposisi. 97

95 2. Penataan Arsip a. Dosir adalah pengelompokan arsip yang saling berkaitan dalam satu kegiatan pekerjaan, disatukan dalam satu himpunan. b. Rubrik adalah pengelompokan arsip yang penyusunannya diurutkan atas dasar kesatuan masalah. c. Seri adalah pengelompokan arsip yang disusun berdasarkan kesamaan jenis permasalahan. D. Pengamanan Arsip Pengamanan arsip adalah kegiatan penyelamatan, baik fisik maupun informasi, yang terkandung dalam naskah/surat dinas dari pihak-pihak yang tidak berhak. Faktor pengamanan arsip dinas perlu diperhatikan, dengan mengingat sering terjadi kebocoran informasi yang disebabkan oleh petugas pengelola surat kurang berhati-hati baik disengaja maupun tidak. Untuk mengatasi masalah tersebut, pengamanan informasi dan naskah/surat dinas adalah sejak pembuatan konsep sampai dengan pengetikan, penandatanganan, penomoran, dan pengiriman yang harus dilakukan dengan hati-hati. Perlakuan khusus diperlukan bagi surat-surat yang bersifat rahasia, sangat rahasia, dan terbatas. Untuk keperluan tersebut, pemimpin unit kerja dapat memproses surat dinas tersebut secara tersendiri atau mempercayakan kepada staf yang dapat dipercaya integritasnya. Pada prinsipnya pengamanan arsip bermula dari pembuatan konsep, pengetikan, penomoran, penggandaan, dan pendistribusian, serta pengarsipan. 1. Pembuatan Konsep Naskah/Surat Dinas Kebocoran informasi naskah/surat dinas sering kali terjadi pada tahap pembuatan konsep. Oleh karena itu, upaya-upaya sebagai berikut harus dilakukan. a. Konsep naskah/surat dinas dibuat secara tersendiri oleh pejabat yang akan menandatangani atau pejabat lain yang ditunjuk, sedangkan untuk 98

96 konsep yang tidak dibuat oleh penandatanganan surat, konsep tersebut harus disetujui terlebih dahulu oleh pejabat penandatanganan surat. b. Apabila materi naskah/surat dinas menyangkut lebih dari satu unit kerja, konsep terlebih dahulu disampaikan kepada unit-unit terkait untuk disetujui dengan membubuhkan paraf pada naskah/surat dinas dimaksud. c. Khusus untuk naskah/surat dinas yang mempunyai tingkat ke rahasia yang tinggi, perlu dilakukan hal-hal berikut. (i) Konsep harus dibuat sendiri oleh pejabat yang menandatangani atau pejabat yang ditunjuk. (ii) Konsep dibuat dalam bentuk formulir tersendiri yang dibedakan dengan surat yang lain (bukan rahasia). d. Setelah dibubuhi paraf oleh pejabat yang berwenang, konsep naskah/surat dinas tersebut diserahkan kepada petugas yang mempunyai integritas yang tinggi terhadap ke rahasiaan dokumen di lingkungan DKP atau diketik sendiri oleh pejabat yang bersangkutan. 2. Pengetikan Naskah/Surat Dinas Yang dimaksud dengan pengetikan dalam hal ini adalah pengetikan konsep akhir surat yang akan ditandatangani. Pengetikan dapat dilakukan dengan komputer. Hal-hal yang harus diperhatikan, antara lain, adalah bahwa a. pengetikan dengan menggunakan komputer akan menghasilkan produk yang sama; jadi untuk membedakan yang asli dan tembusan dapat dipergunakan cap/stempel yang menyebutkan asli dan tembusan; b. sebaiknya, naskah/surat dinas yang sifatnya rahasia, apabila diketik dengan menggunakan komputer, setelah proses pembuatan selesai, fail yang berisi surat tersebut dihapus atau dapat disimpan dalam disket khusus dan penyimpanannya dilakukan secara tersendiri. 3. Penomoran Naskah/Surat Dinas Pada prinsipnya, penomoran naskah/surat dinas yang bersifat rahasia tersebut sama dengan surat biasa. Namun, pemberian nomor harus tertutup. 99

97 4. Penggandaan Naskah/Surat Dinas Penggandaan naskah/surat dinas harus disesuaikan dengan kebutuhan, dan dapat dilakukan dengan fotokopi atau percetakan. Naskah/surat dinas hasil penggandaan dianggap asli apabila diberi tanda tangan dan stempel basah oleh pejabat yang berwenang. Khusus penggandaan surat rahasia tidak boleh lebih dari jumlah alamat yang dituju. 5. Pendistribusian dan Pengarsipan Naskah/Surat Dinas a. Setiap naskah surat dinas disampaikan sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang sudah ditetapkan. b. Naskah/surat yang bersifat rahasia disampaikan sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang sudah ditetapkan. c. Naskah/surat dinas yang telah disampaikan, arsipnya disimpan dan diatur melalui ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan sebagaimana Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.88/MEN/SJ/2002, tetapi diperlakukan secara khusus. d. Mekanisme pengamanan surat sebagai arsip, pada hakikatnya, akan berakhir pada penyusutan arsip yang meliputi proses pemindahan arsip inaktif dan unit pengolah kepada unit kearsipan dalam lingkungan DKP. 100

98 BAB IV PERSURATAN ELEKTRONIS Persuratan elektronis, adalah suatu sistem korespondensi yang menggunakan media elektronis. Penggunaan persuratan elektronis berakibat DKP dapat melaksanakan kegiatan administrasinya dengan lebih mudah, cepat, transparan, tertib, terpadu, produktif, akurat, aman, dan efisien, khususnya bagi kegiatan pemerintahan sebagai fasilitator utama untuk melancarkan dan mendukung semua kegiatan. Kegiatan ini sejalan dengan pergeseran paradigma dari regulasi menghambat (wall regulation) menuju regulasi mendorong (enabling regulation). Persuratan elektronis lingkup DKP melalui intranet, merupakan salah satu jawaban untuk mewujudkan penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean government), sekaligus meningkatkan kinerja aparatur dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan yang baik. A. STATUS Persuratan elektronis lingkup DKP digunakan sebagai pengganti nota dinas yang merupakan suatu bentuk naskah dinas resmi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah kedinasan intern antar unit kerja eselon I yang berbeda dalam lingkungan DKP. Selain nota dinas persuratan elektronis lingkup DKP digunakan sebagai pengganti memorandum yang merupakan suatu bentuk naskah dinas resmi antara Menteri dan pejabat eselon I atau antar pejabat unit kerja eselon I yang sama. Nota dinas dan memorandum yang menggunakan sarana persuratan elektronis bukan merupakan dokumen rahasia. 101

99 Dalam pelaksanaan persuratan elektronik lingkup DKP pengiriman nota dinas dan memorandum telah dilakukan melalui beberapa pentahapan yaitu (1) Proses sosialisasi di setiap lingkungan satuan kerja lingkup DKP, telah dilaksanakan sejak tanggal 21 November 2005 sampai dengan 31 Desember 2005; (2) Penggunaan persuratan elektronik dan naskah dinas tertulis yang merupakan masa transisi di setiap lingkungan satuan kerja lingkup DKP, dilakukan sejak tanggal 02 Januari 2006 sampai dengan 31 Maret 2006; (3) Penggunaan resmi nota dinas dan memorandum melalui persuratan elektronis, harus sudah dimulai terhitung mulai tangal 01 April B. SUSUNAN DAN FORMAT A. Sistem Dokumen Internal merupakan suatu sistem informasi berbasis Web atau sering disebut sebagai Situs atau Site. Dengan demikian, pada dasarnya sistem dapat diakses oleh semua orang dari komputer di mana saja asalkan terhubung dengan Komputer Server tempat Situs ini disimpan. Dalam memanfaatkan fungsi-fungsi yang disediakan oleh Situs ini, setiap orang harus memiliki otoritas tertentu. Dengan kata lain, semua orang dapat mengunjungi situs ini ( dan dapat melihat halaman muka (Cover Page seperti Gambar 1 di bawah ini) yang menyediakan form pengisian Nama Login dan Password untuk mendapatkan otoritas penggunaan fungsi-fungsi yang tersedia. B. 102

100 Gambar 2. Menu Inbox Gambar 1. Login User C. Dalam aplikasi persuratan elektronik sebagai system dokumen internal Departemen Kelautan dan Perikanan, memiliki fungsi-fungsi dasar yang dikelompokkan menjadi 6 (enam) menu, yaitu 1. Menu Inbox yaitu menu untuk melihat surat yang diterima; 2. Menu Buat Dokumen yaitu menu untuk membuat surat/dokumen yang akan dikirim sesuai tujuan; 3. Menu Sent yaitu menu untuk melihat status surat yang telah dikirim apakah telah dibaca atau belum; 4. Menu Ubah Profil yaitu menu untuk merubah identitas sesuai dengan profil pengguna dan otoritas yang dimiliki oleh masing-masing pengguna; 5. Menu Daftar Anggota DKP yaitu menu daftar identitas anggota pengguna system dokumen internal ini, berupa nama, alamat, jabatan dan nomor pesawat/hp/tlp; 6. Menu Hubungi Administrator yaitu menu untuk menghubungi administrator sebagai pengelola sistem. Setiap orang (pejabat struktural) akan dapat dimasukkan ke dalam daftar pengguna dan memperoleh otoritas untuk dapat menggunakan fungsi di atas atau kombinasinya. Fungsi-fungsi secara lengkap yang tersedia pada Administrasi Persuratan dapat dilihat pada penjelasan berikut ini: 1. MENU INBOX D. Menu Inbox ini khusus untuk menampilkan daftar surat masuk dengan identitas pengirim, subyek surat dan tanggal surat diterima. Tampilan menu ini, seperti terlihat pada gambar berikut ini: E. Dalam menu Inbox ini, kelompok pengguna memiliki fasilitas sebagai otoritas pengguna yaitu melihat daftar surat dan 103

101 mencetak isi surat yang ditujukan pada dirinya serta menghapus surat yang telah dibaca. Fungsi-fungsi selengkapnya, adalah Melalui daftar keseluruhan surat masuk (seperti terlihat pada menu inbox pada Gambar 2 di atas), dapat dipilih surat yang akan dibaca dengan cara klik judul surat pada kolom Subyek yang tersedia di daftar surat seperti yang tertera di layar Gambar 2. Hyper-text pada kolom Subyek akan menampilkan informasi tentang atribut dan isi surat, termasuk lampiran (jika ada). Tampilan yang akan terlihat seperti Gambar 3 di bawah ini. Cetak dokumen Gambar 3. Atribut dan isi surat Untuk mencetak (print) dokumen surat yang masuk dapat dilakukan dengan klik cetak dokumen, sehingga terlihat tampilan seperti berikut 104

102 Gamber 4. Menu Cetak Dokumen Kemudian dengan memilih tombol cetak maka dokumen siap tercetak (print), dan untuk menutup tampilan tersebut dapat memilih tombol tutup yang terdapat di sebelahnya. Menghapus daftar surat yang tidak digunakan lagi oleh pengguna (seperti terlihat pada menu inbox pada Gambar 2 di atas). Fungsi penghapusan surat ini dapat dilakukan dengan cara klik kolom check list pada kotak kosong surat yang akan dihapus seperti pada Gambar 5, selanjutnya klik pada kolom hapus. Check list hapus Gambar 5. Kolom hapus surat 105

103 2. MENU MEMBUAT DOKUMENT F. Menu Buat Dokumen ini adalah untuk melakukan pembuatan surat dan melakukan pengiriman atas nama pengguna, seperti terlihat pada Gambar 6 berikut ini Gambar 6. Menu buat dokumen Untuk membuat surat yang akan dikirim, dilakukan dengan mengisi kolom-kolom yang telah disediakan dalam aplikasi seperti pada Gambar 6, sebagai berikut : a. Kirim Untuk : Ini merupakan kolom isian untuk memilih tujuan surat keluar dengan memilih/klik alamat yang sudah ada seperti pada Gambar 7; Gambar 7. Kolom pilihan alamat surat 106

104 b. Subyek : Kolom Subyek merupakan kolom isian judul surat tujuan; c. Pesan : Kolom Pesan merupakan kolom isian pesan yang akan disampaikan dengan mengisi kolom yang telah disediakan; d. Header : Kolom Header merupakan kolom isian identitas unit kerja dengan cara memilih/klik nama unit kerja pengirim seperti yang telah tersedia; e. Dokumen : Kolom Dokumen merupakan kolom isi / berita surat (Sesuai dengan format Microsoft Word ) dengan cara mengetik isi surat/beritanya sesuai keinginan; f. File Attachment 1 5 : Kolom ini merupakan kolom lampiran apabila ingin mengirim surat di sertakan lampiran data lainnya baik berupa file gambar maupun teks dengan jumlah file maksimal dapat dikirim sampai dengan 5 file lampiran. Kolom file lampiran ini dapat di isi dengan klik pada kolom browse dan memasukkan sesuai dengan nama file yang akan dilampirkan. g. Kirim : Ini merupakan kolom untuk mengirim surat apabila telah di isi kolom-kolom pada point a f, untuk mengirim surat tersebut klik tombol kirim seperti pada Gambar 8. Gambar 8. Tombol kirim surat 107

105 3. MENU SENT G. H. Menu Sent adalah menu untuk melihat status surat yang telah dikirim apakah telah dibaca si penerima atau belum, maupun melihat kembali isi surat yang telah dikirim sebelumnya, seperti terlihat pada Gambar 9 berikut ini Gambar 9. Menu sent 4. MENU UBAH PROFIL Menu Ubah Profil yaitu menu untuk melengkapi maupun merubah identitas sesuai dengan profil pengguna dan otoritas yang dimiliki oleh masing-masing. Seperti terlihat pada Gambar 10 di bawah ini. 108

106 Gambar 10. Menu ubah profil Pada menu Ubah Profil identitas juga terdapat fasilitas mengganti password. Penggantian password ini adalah untuk alasan keamanan surat yang anda gunakan. Langkah-langkah dalam mengganti identitas adalah sebagai berikut a. Password Baru : Ini kolom isian untuk mengganti password lama menjadi password baru sesuai keinginan pengguna. b. Ketik Lagi Password Baru : Ini merupakan kolom isian password kedua, untuk pengisiannya sama dengan password pada point a. c. Untuk kolom isian berikutnya diisi sesuai dengan identitas yang diinginkan. d. Apabila telah melengkapi/mengganti identitas sesuai dengan yang diinginkan, untuk selanjutnya klik tombol Update Profile yang terdapat pada bagian bawah menu seperti pada gambar 10 di atas. 5. MENU DAFTAR ANGGOTA I. Menu Daftar Anggota ini untuk menampilkan data identitas anggota yang telah terdaftar di dalam system aplikasi ini, seperti terlihat pada Gambar 11 berikut ini Gambar 11. Menu Daftar Anggota 109

107 Untuk melihat/menampilkan identitas anggota yang lebih lengkap klik kolom nama yang dimaksud, selanjutnya contoh kolom tampilan identitas anggota secara detil seperti pada Gambar 12. Gambar 12. Kolom Identitas Untuk daftar anggota/pengguna baru dalam system aplikasi surat ini dapat menghubungi Administrator di PUSDATIN pada Ext atau alamat 6. MENU HUBUNGI ADMINISTRATOR Menu ini khusus untuk fasilitas memberikan saran, kritik, pertanyaan dan keluhan bagi pengguna/pemakai ybs dengan pengelola aplikasi (Administrator) melalui fasilitas pada Gambar 13 berikut ini 110

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2005 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2005 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2005 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN BERKAT RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1622, 2014 KEMEN KKP. Tata Naskah Dinas. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN UMUM

Lebih terperinci

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52/PERMEN-KP/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN UMUM TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN - 1 - PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, Menimbang Mengingat : bahwa untuk tertib

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.63/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas. Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas. Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187); - 2 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Tata Naskah Dinas Badan Pengawas Pemilihan Umum,

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, PANITIA PENGAWAS

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 20152015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa untuk tertib administrasi dan penyeragaman sistem

Lebih terperinci

2014, No

2014, No 2014, No.248 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1360, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH KEMENTERIAN TAHUN 2012 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i PERATURAN MENTERI DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH 2013, No.69 4 PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 5 2013, No.69 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i PERATURAN

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294, Tambahan Lembaran Nega

2016, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294, Tambahan Lembaran Nega No.805, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAKAMLA. Tata Naskah Dinas. PERATURAN KEPALA BADAN KEAMANAN LAUT NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN KEAMANAN LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB)

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN (BNPB) TAHUN 2009 KATA PENGANTAR Dalam rangka peningkatan efisiensi dan perwujudan tertib administrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,

Lebih terperinci

2014, No Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara Republik Indon

2014, No Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara Republik Indon BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.248, 2014 BPS.Tata Naskah. Dinas. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK

Lebih terperinci

-5- BAB I PENDAHULUAN

-5- BAB I PENDAHULUAN -5- LAMPIRAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. D. Asas...

BAB I PENDAHULUAN. D. Asas... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tata Naskah Dinas dan Tata Kearsipan yang seragam di lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, akan sangat mendukung kelancaran administrasi, komunikasi,

Lebih terperinci

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NASIONAL PENGELOLA

Lebih terperinci

LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, PANITIA PENGAWAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 18 TAHUN 2013 TANGGAL : 18 DESEMBER 2013 TENTANG : PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara No.2099, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR74 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.449, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Tata Naskah Dinas. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

BERITA NEGARA. No.449, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Tata Naskah Dinas. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.449, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Tata Naskah Dinas. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementerian Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 19)

2015, No Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementerian Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 19) BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2015 KEMENAKER. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Kementerian Nomor Negara 39 Tahun (Lembaran 2008 Negara tentang Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Kementerian Nomor Negara 39 Tahun (Lembaran 2008 Negara tentang Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.533, 2016 KEMENKUMHAM. Pencabutan. Tata Naskah Dinas. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA No.215, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

NSPK TATA NASKAH. Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI

NSPK TATA NASKAH. Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI NSPK TATA NASKAH Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL, DAN INFORMAL Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Norma,

Lebih terperinci

JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS

JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS LAMPIRAN PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

: PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

: PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/X/2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA, Menimbang : a. b. c. Mengingat :

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi dan efektifitas administrasi penyelenggaraan

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2012, No BAB I PENDAHULUAN

2012, No BAB I PENDAHULUAN 2012, No.449 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2006 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2006 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2006 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO, bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 151/PMK.01/2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 151/PMK.01/2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 151/PMK.01/2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan tertib

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL SALINAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 1 AGUSTUS 2011 NOMOR : 11 TAHUN 2011 TENTANG : TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SUKABUMI Sekretariat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI MENTERI DALAM NEGERI Menimbang : a. bahwa untuk tertib administrasi dan penyeragaman

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.44/Menhut-II/2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BERITA DAERAH KABUPATEN WONOGIRI BERITA DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 289 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 32 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS

BAB II JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS A. Naskah Dinas Arahan BAB II JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS Naskah dinas arahan adalah naskah dinas yang memuat kebijakan pokok atau kebijakan pelaksanaan yang harus dipedomani dan dilaksanakan dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN NOMOR PER-06/AG/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN NOMOR PER-06/AG/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN NOMOR PER-06/AG/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tata Naskah Dinas adalah pengelolaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK

Lebih terperinci

-1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BAGI PEMERINTAHAN DESA

-1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BAGI PEMERINTAHAN DESA -1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BAGI PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 6. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemprosesan Surat Masuk Rahasia di

BAB I PENDAHULUAN. 6. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemprosesan Surat Masuk Rahasia di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2013 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan

Lebih terperinci

- 1 - FORMAT NASKAH DINAS

- 1 - FORMAT NASKAH DINAS - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 07/PRT/M/2016 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT FORMAT NASKAH DINAS Jenis naskah

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN NASKAH DINAS

TEKNIK PENYUSUNAN NASKAH DINAS LAMPIRAN I PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL TEKNIK PENYUSUNAN NASKAH DINAS BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BAB I PENDAHULUAN 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 010/E/2013 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA PEDOMAN TATA NASKAH DINAS LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG BUPATI LUMAJANG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 31 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 31 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS PEMERINTAH DAERAH

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS PEMERINTAH DAERAH BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 010/E/2013 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 010/E/2013 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 010/E/2013 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 39 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 125 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 125 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 125 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU

PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Tata Naskah Dinas. Pelaksanaan. Petunjuk. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 26 TAHUN 2012 PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DEPOK

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 26 TAHUN 2012 PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DEPOK BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 26 TAHUN 2012 PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DEPOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

- 1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT, REPUBLIK INDONESIA

- 1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT, REPUBLIK INDONESIA - 1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2016 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nom

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nom BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1026, 2014 BAPPENAS. Tata Naskah Dinas. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-AA TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-AA TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-AA TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 21A TAHUN 2013 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG

BUPATI CIAMIS. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 21A TAHUN 2013 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 21A TAHUN 2013 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

-1- GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA -1- GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L

- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Undang-Undang

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH MAJELIS AKREDITASI BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI (MA BAN-PT)

PEDOMAN TATA NASKAH MAJELIS AKREDITASI BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI (MA BAN-PT) LAMPIRAN Peraturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pedoman Tata Naskah Majelis Akreditasi Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi PEDOMAN TATA NASKAH MAJELIS

Lebih terperinci

ARSIP UNIVERSITAS AIRLANGGA

ARSIP UNIVERSITAS AIRLANGGA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG - 1 - SALINAN BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KOLAKA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M-03.UM.04.10 tahun 2006 TENTANG PEDOMAN UMUM TATA NASKAH DINAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 50/BC/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka efisiensi

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 100 TAHUN 2010 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 100 TAHUN 2010 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 100 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomo

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomo No.2111, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BUMN. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MBU/12/2016 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS

Lebih terperinci

- 1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT,

- 1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT, - 1- PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2016 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA 1 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum d

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum d BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 347, 2016 KEMENPU-PR. Tata Naskah Dinas. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2016 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci